model pendidikan keaksaraan 2009

51
1

Upload: blendhuz

Post on 03-Jul-2015

304 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

1

Page 2: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasional

Sampai saat ini program pendidikan keaksaraan masih digayuti berbagai

persoalan sebagai akibat pelaksanaannya di lapangan menggunakan top-down

approach, pendekatan struktural. Artinya, program berpusat pada pemerintah,

terutama dalam hal regulasi penyelenggaraan, pengaturan anggaran, dan

ketentuan batasan waktu penyelenggaraannya. Selain itu, hal penting yang

memengaruhi kualitas hasil belajar yang rendah adalah pendekatan

pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada

teacher, tidak mengakomodasi perbedaan karakteristik dan kompetensi

keaksaraan yang ada pada learners.

Penyelenggaraan program seperti tersebut di atas cenderung

menghasilkan output yang secara kuantitatif tinggi, tetapi sekedar memenuhi

target administratif. Pada akhir penyelenggaraan dan pembelajaran warga

belajar hanya mendapatkan sertifikat sebagai tanda bukti telah mengikuti

program pendidikan keaksaraan yang rendah kualitasnya, bersifat mekanis, dan

lebih mementingkan aspek politis, misalnya memercepat deklarasi melek

aksara. Penyelenggaraan program kurang memerhatikan aspek lain yang

bersifat teknis, seperti pembelajaran yang memadukan substansi keaksaraan

dan kecakapan hidup, serta pertimbangan mengenai pemanfaatan hasil

pembelajaran bagi warga belajar di dalam kehidupan sehari-hari.

Kelemahan penyelenggaraan dengan top-down approach lainnya adalah

pola pembelajaran teacher-centered yang tidak mengakomodasi perbedaan

yang terdapat pada tiap individu/ warga belajar, yaitu: 1) kemampuan

keaksaraan awal; 2) motivasi belajar; 3) kebutuhan belajar; 4) bakat yang dapat

dikembangkan; 5) potensi yang dapat diberdayakan; 6) peluang yang dapat

dimanfaatkan; 7) tingkat ekonomi; dan 8) usia warga belajar. Selain itu, warga

Page 3: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

3

belajar dengan kemampuan dasar akademis yang berbeda tidak seharusnya

diperlakukan dengan mekanisme yang sama.

Perubahan situasi kondisi pada saat ini berdampak pada jumlah sasaran

didik menjadi semakin sedikit, karena faktor mortalitas dan meningkatnya

kemampuan pe-merintah dalam memberikan layanan program pendidikan

keaksaraan. Sebaran sisa sasaran yang tidak merata menjadi permasalahan

baru dalam penyelenggaraan pro-gram pendidikan keaksaraan yang bersifat

top-down approach yang memerlukan penanganan secara khusus.

Fakta penting lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan program

pendi-dikan keaksaraan secara konvensional adalah hasil belajar yang belum

berpengaruh pada kehidupan warga belajar pasca-pembelajaran keaksaraan.

Hal ini terbukti belum adanya peningkatan ekonomi pendapatan dan taraf

kehidupan dalam kehidupan sehari-hari warga belajar walaupun mereka telah

selesai mengikuti pembelajaran dan mendapatkan sertifikat keaksaraan.

Seharusnya, keberaksaraan sebagai hasil pem-belajaran tetap ditempatkan

sebagai tujuan antara, bukan tujuan akhir program, sedangkan tujuan utamanya

adalah keberdayaan masyarakat di dalam kehidupan memanfaatkan

keberaksaraan yang dikuasainya.

Berdasar pada fakta-fakta sebagaimana tersebut di atas, Pusat Pengem-

bangan Pendidikan Nonformal dan Informal (P2PNFI) Regional 2 Semarang

pada tahun 2009 mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang meliputi

rekrutmen pembelajaran sampai dengan aplikasi hasil belajarnya di dalam

kehidupan sehari-hari. Model ini dimaksudkan bukan semata-mata

menemukembangkan inovasi pada pem-belajarannya, tetapi juga pada berbagai

komponen lain yang ada di dalamnya. Pengembangan model ini diharapkan

dapat menjadi salah satu alternatif pilihan untuk mengatasi kebutuhan

penyelenggaraan dan pembelajaran program pendidikan keaksaraan yang

efektif dan efisien dari sisi kuantitas dan kualitas.

Page 4: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

4

B. Dasar

1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

2. Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

3. Instruksi presiden nomor 5 tahun 2006 tentang wajib belajar pendidikan dasar

dan pemberantasan buta aksara

4. SK Dirjen PNFI No. 258/E/MS/2009 tanggal 3 Juni 2009 tentang penilaian

pem-belajaran pendidikan keaksaraan

5. Program kerja P2PNFI regional 2 Semarang tahun 2009

C. Tujuan

1. Umum

Tujuan umum kegiatan pengembangan ini adalah untuk merumuskan

model penyelenggaraan dan pembelajaran program pendidikan keaksaraan

yang dapat diterapkan pada berbagai daerah sesuai dengan kondisi kekinian.

2. Khusus

Secara khusus kegiatan pengembangan ini bertujuan untuk

merumuskan berbagai panduan komponen-komponen penyelenggaraan

program pendidikan keaksaraan yang terdiri dari:

a. Penyelenggaraan

b. Rekrutmen calon warga belajar

c. Pembelajaran keaksaraan dasar

d. Penyusunan bahan ajar

e. Evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan dasar

f. Pembelajaran keaksaraan lanjutan

g. Evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan lanjutan

h. Pembentukan kelompok usaha dan pra-koperasi

i. Pembentukan jaringan kerja dan pendampingan

j. Panduan monitoring dan evaluasi program

Page 5: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

5

BAB II RUANG LINGKUP MODEL

A. Pengantar

Ruang lingkup model yang dimaksud di dalam naskah ini adalah

komponen-komponen penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan yang

dikenai perlakuan (treatment) pengembangan dan diujicobakan P2PNFI

Regional 2 Semarang tahun 2009. Sedangkan komponen-komponen

penyelenggaraan yang tidak dikenai perlakuan pengembangan walaupun tidak

ditulis tetapi tetap di laksanakan merujuk pada ketentuan-ketentuan dar i

Departemen Pendidikan Nasional yang berlaku.

Penulisan setiap komponen pengembangan yang diujicobakan dilengkapi

dengan panduan yang diharapkan dapat memermudah pemahaman dan

implemen-tasinya di lapangan. Oleh karenanya, melalui penjabaran dan

panduan-panduan tersebut diharapkan akan meminimalkan penafsiran yang

berbeda dari sudut pandang pemerhati dan praktisi pendidikan keaksaraan ---

walaupun perbedaan tersebut sebenarnya merupakan hal yang sangat lumrah

dan dapat dimaklumi.

B. Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah sebuah entitas yang di dalamnya terdapat

beberapa komponen, yaitu sejumlah tenaga pendidikan dan tenaga

kependidikan, sasaran didik, serta program pendidikan dan komponen lainnya

yang terkait dengan berbagai proses pembelajaran.

Tenaga kependidikan adalah pengelola kelompok belajar yang ditunjuk

oleh penyelenggara. Tugas pokok pengelola adalah bersama-sama dengan tutor

mengam-pu seluruh kegiatan yang bersifat administratif dan kegiatan nonteknis

lainnya pada setiap kelompok belajar yang menjadi tanggung jawabnya. Hak

dan kewajiban pe-ngelola kelompok belajar diatur dalam naskah kerja sama

yang dibuat dan ditanda-tangani oleh pengelola dan penyelenggara.

Page 6: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

6

Tenaga pendidik adalah sejumlah tutor dan narasumber teknis yang

direkrut oleh penyelenggara. Tugas utama tutor adalah mengampu seluruh

kegiatan teknis pembelajaran keaksaraan yang meliputi kompetensi berbahasa

(mendengar, berbi-cara, membaca, dan menulis) serta kompetensi berhitung.

Tugas utama narasumber teknis adalah membantu warga belajar memeroleh

dan meningkatkan keterampilan tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Hak

dan kewaiban tutor dan narasumber teknis diatur dalam naskah kesepakatan

kerja yang dibuat dan ditandatangani bersama oleh tutor dan atau narasumber

teknis dengan pengelola dengan disaksikan/ diketahui ketua penyelenggara

selaku penanggungjawab program.

Sasaran didik adalah sejumlah orang dengan kriteria tertentu yang

terdaftar sebagai warga belajar yang memiliki hak untuk mendapatkan layanan

pendidikan keaksaraan dan keterampilan tertentu yang dapat dikembangkan

sebagai mata pencaharian. Kewajiban warga belajar adalah mematuhi semua

aturan dan ketentuan yang dibuat oleh lembaga penyelenggara.

Kelompok belajar adalah pengelompokan sejumlah warga belajar di

dalam satu pengelolaan administrasi pembukuan, bukan pemberian layanan

pembelajarannya yang secara konvensional (kelompok) dalam arti sejumlah

warga belajar diampu hanya oleh seorang tutor. Kegiatan pembelajaran juga

tidak mesti dilaksanakan di dalam kelas (panti belajar) sebagaimana

pembelajaran pada kelompok belajar pendidikan keaksaraan konvensional.

Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja yang memenuhi syarat untuk

kegiatan pembelajaran yang telah disepakati oleh tutor dan warga belajar.

C. Penyelenggara

1. Pengertian

Penyelenggara adalah sejumlah orang yang tergabung dalam sebuah

organisasi yang bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan

penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan, mulai dari kegiatan

Page 7: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

7

merekrut calon pengelola, calon tutor dan narasumber teknis, serta merekrut

calon warga belajar sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku.

Orang-orang yang tergabung dalam organisasi penyelenggara dipilih

oleh tim pengembang berdasarkan hasil seleksi dan rekruitmen yang

dilaksanakan sebelum pelaksanaan proses uji coba. Penyelenggara pada

penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan termasuk program non-

ujicoba dapat dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat antara pemerintah

desa/ kelurahan dengan semua pihak yang terkait di lingkungan itu.

Organisasi penyelenggara terdiri dari aparat desa/ kelurahan, tokoh

masya-rakat, ketua lingkungan RT/RW, guru, dan pegawai negeri sipil lainnya

yang berdo-misili di dalam satu wilayah desa/ kelurahan itu atau siapa saja

yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dan bersedia mengabdikan

waktu, pikiran, dan tenaganya di dalam keseluruhan kegiatan

penyelenggaraan. Stuktur organisasi penyelenggara minimal meliputi ketua,

sekretaris, bendahara, serta sejumlah tenaga pendidik dan kependidikan.

2. Hak dan kewajiban penyelenggara

a. Hak Penyelenggara

1) Mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi penyelenggara program

pendidikan keaksaraan sebelum pelaksanaan kegiatan ujicoba

2) Mendapatkan kompensasi berupa honor sebagai penyelenggara setiap

bulan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku

3) Bersama-sama dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

meran-cang program pembelajaran berikut berbagai aturan dan

ketentuan yang hendak diberlakukan

4) Mengelola hasil pembelajaran yang berupa hasil material untuk

kemajuan dan perkembangan program pendidikan keaksaraan yang

diseleng-garakannya.

Page 8: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

8

b. Kewajiban Penyelenggara

Penyelenggara program pendidikan keaksaraan memiliki

kewajiban untuk:

1) Menyediakan tenaga pendidik (tutor dan narasumber teknis)

2) Menyediakan tenaga kependidikan (pengelola kelompok belajar)

3) Menyediakan sarana-prasarana pembelajaran

4) Bersedia mengadakan dana penyelenggaraan kelompok belajar

5) Bersedia mengadakan dana stimulan untuk pembelajaran dan praktik

keterampilan penunjang program pendidikan keaksaraan pasca-

pembe-lajaran keaksaraan dasar

6) Bersedia melakukan pendampingan dan pembinaan penyelenggaraan

kelompok belajar melalui kegiatan monitoring dan evaluasi

7) Bersedia mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik

dan kependidikan. Pelatihan bagi pendidik untuk kepentingan

pembekalan keterampilan mengelola pembelajaran yang sesuai

dengan prinsip-prinsip pendidikan keaksaraan. Pendidikan dan

pelatihan bagi tenaga kependidikan untuk membekali pengelola

dengan keterampilan manajemen pengelolaan kelompok belajar

8) Bersedia dan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak yang

berkom-peten dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan,

terutama Dinas Pendidikan, pemerintah desa, tokoh masyarakat, serta

pihak atau lembaga lain yang bergerak dalam bidang pendidikan dan

pemberdayaan masyarakat

9) Memfasilitasi pemberian Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA)

bagi WB (warga belajar) yang telah selesai mengikuti pembelajaran

keaksaraan dasar dan benar-benar telah menguasai kompetensi

keaksaraan dasar sebagai prasyarat untuk mengikuti program

pendidikan keaksaraan lanjutan.

Page 9: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

9

Gambar 1: Struktur Organisasi Penyelenggara

3. Syarat menjadi penyelenggara

Penyelenggara sebaiknya memenuhi kriteria yang dipersyaratkan,

yaitu:

a. Diprioritaskan berusia antara 25 – 55 tahun

b. Pendidikan minimal SLTA, diprioritaskan sudah pernah mengikuti diklat

penye-lenggara program pendidikan keaksaraan

c. Berdomisili di desa/ kelurahan tempat pelaksanaan program pendidikan

keaksaraan

d. Bersedia menandatangani dan melaksanakan isi akad kerja sama yang

berisi hak dan kewajiban penyelenggara

e. Memiliki pekerjaan/ matapencaharian tetap, diprioritaskan menjabat

sebagai aparat pemerintah desa

D. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

1. Tenaga Pendidik

a. Pengertian

Tenaga pendidik atau tutor adalah orang yang bertugas dan

bertang-gung jawab untuk merancang program dan mengampu proses

Penanggung Jawab

Ketua

Kelompok Tenaga

Pendidik (Tutor)

Kelompok Tenaga

Kependidikan (Pengelola)

Sekretaris

Bendahara

Page 10: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

10

pembelajaran pada setiap kelompok belajar. Secara garis besar tutor

dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan

tugas pokok tutor yang meliputi 5 (lima) hal: 1) menyusun rencana

pembelajaran; 2) menyusun bahan ajar: 3) mengampu proses

pembelajaran; 4) menyusun instrumen dan melakukan evaluasi

pembelajaran; serta 5) mengelola program pembelajaran secara

keseluruhan.

b. Kriteria

1) Diprioritaskan berusia antara 25 – 55 tahun

2) Pendidikan minimal SLTA, diprioritaskan sarjana dan sudah pernah

mengikuti pelatihan tutor pendidikan keaksaraan

3) Berdomisili dalam satu wilayah desa, kecuali untuk tutor keterampilan

tertentu yang dapat mendatangkan tutor dari luar wilayah desa sesuai

dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh warga belajar

4) Bersedia menandatangani dan melaksanakan isi akad kerja sama yang

berisi hak dan kewajiban tutor

5) Diprioritaskan memiliki pekerjaan/ matapencaharian tetap.

c. Hak dan kewajiban

1) Hak

a) Mendapatkan kompensasi berupa honor setiap bulan sesuai

jumlah pertemuan pembelajaran dengan setiap warga belajar yang

diampunya

b) Mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas hak karya

intelektual untuk setiap bahan ajar dan produk lain yang dibuat

untuk kepentingan pembelajaran

c) Mendapatkan janminan untuk menggunakan hak karya intelektual

untuk kepentingan lain yang berkaitan dengan pekerjaan dan atau

karir di luar tugasnya sebagai tenaga pendidik pada program

pendidikan keaksaraan

Page 11: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

11

d) Mendapatkan kompensasi untuk transpor mengampu pembelajaran

tiap pertemuan pembelajaran selama kegiatan ujicoba berlangsung

e) Berhak mengikuti pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik

program pendidikan keaksaraan yang diselenggarakan P2PNF

Reg.2 Semarang

2) Kewajiban

a) Bersama-sama dengan penyelenggara dan pengelola merekrut

calon warga belajar

b) Bersama-sama dengan pengelola melakukan tes pra-pembelajaran

c) Menyusun rencana dan kesepakatan pembelajaran

d) Menyusun bahan/ media pembelajaran

e) Merancang strategi pembelajaran

f) Mengampu proses pembelajaran

g) Membuat jurnal pembelajaran

h) Menyusun instrumen dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

i) Mengevaluasi kemajuan dan hasil belajar warga belajar

j) Melaporkan hasil pembelajaran kepada penyelenggara.

2. Tenaga Kependidikan

a. Pengertian

Tenaga kependidikan adalah orang bertanggung jawab untuk

mengelola kelompok belajar , khususnya dalam hal administrasi

pembukuan dan membantu tutor dalam mengelola program serta

pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

b. Kriteria

1) Umur: prioritas 25 – 55 tahun

2) Pendidikan: minimal SLTA, diutamakan sudah pernah mengikuti

pelatihan pengelola program pendidikan keaksaraan

Page 12: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

12

3) Berdomisili dalam satu wilayah desa yang sama dengan kelompok

belajar yang dikelolanya

4) Bersedia menandatangani dan melaksanakan isi akad kerja sama yang

berisi hak dan kewajiban pengelola

5) Diprioritaskan memiliki pekerjaan/ matapencaharian tetap

c. Hak dan kewajiban

1) Hak

a) Mendapatkan kompensasi berupa honor setiap bulan

b) Berhak mengikuti pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan

program pendidikan keaksaraan

2) Kewajiban

a) Mengelola kelompok belajar

b) Bersama-sama dengan tutor merekrut calon warga belajar

c) Membantu tutor menyusun instrumen evaluasi

d) Membantu tutor melakukan evaluasi hasil pembelajaran

e) Melakukan pencatatan/ administrasi pembukuan

f) Memfasilitasi pengadakan sarana-prasarana pembelajaran

g) Menyusun laporan pengelolaan kelompok belajar

E. Sasaran Didik

1. Pengertian

Sasaran didik atau warga belajar pada program pendidikan

keaksaraan adalah warga masyarakat yang tinggal di wilayah desa lokasi

ujicoba yang meme-nuhi kriteria sebagaimana persyaratan yang ditentukan.

2. Kriteria

a. Diprioritaskan berusia antara 15 – 44 tahun.

b. Belum pernah sekolah atau DO SD/ MI/ sederajat maksimal kelas 3

c. Pernah mengikuti program pendidikan keaksaraan tetapi belum

mendapatkan surat keterangan melek aksara sebagaimana diatur dalam

Page 13: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

13

SK Dirjen PNFI No.258/ E/ MS/ 2009 tentang penilaian dan pemberian

SUKMA.

d. Memiliki tingkat kemampuan keaksaraan masih rendah

e. Diprioritaskan belum memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran

f. Diprioritaskan sudah berkeluarga

g. Bersedia mengikuti program pembelajaran sebagaimana ketentuan yang

ada di dalam kesepakatan pembelajaran yang dibuat dan ditandatangani

oleh warga belajar dan tutor, diketahui/ disaksikan oleh pengelola

kelompok belajar.

3. Hak dan Kewajiban

a. Hak

1) Mendapatkan layanan pembelajaran sesuai dengan kompetensi

keaksaraan yang sudah dimiliki, kebutuhan belajar yang diinginkan,

dan waktu serta tempat pertemuan pembelajaran sesuai kesepakatan

yang dibuat dengan tutor

2) Mendapatkan bantuan bahan dan alat untuk mendukung kegiatan

pembelajaran

3) Mendapatkan bantuan dana stimulan untuk mengembangkan

keterampilan usaha meningkatkan penghasilan.

b. Kewajiban

1) Menandatangani kesepakatan belajar dengan tutor sebelum mengikuti

kegiatan pembelajaran

2) Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran sampai dengan evaluasi

hasil pembelajaran

F. Rekrutmen Sekuensial

Rekrutmen adalah kegiatan mendaftar dan memasukkan anggota baru

ke dalam suatu wadah atau tatanan organisasi tertentu. Rekrutmen di dalam

Page 14: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

14

model ini berarti proses merekrut warga masyarakat yang memenuhi kriteria

menjadi calon warga belajar program pendidikan keaksaraan.

Rekrutmen calon warga belajar dilakukan dengan cara sekuensial,

yakni proses perekrutan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan

sepanjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Warga belajar yang telah

selesai (menguasai kompetensi keaksaraan dasar) secara otomatis boleh

mengikuti program pem-belajaran keaksaraan lanjutan. Tempatnya di kelompok

belajar akan digantikan oleh warga belajar baru. Hal ini berlaku secara

berkelanjutan/ terus menerus. Sekuen rekrutmen akan berhenti dengan

sendirinya sampai tidak ada lagi warga masyarakat yang dapat direkrut menjadi

sasaran didik karena tingkat keberaksaraannya telah melebihi kriteria sasaran

didik program pendidikan keaksaraan dasar.

Proses rekrutmen tidak terpancang pada batasan waktu

penyelenggaraan kelompok belajar dan proses pembelajaran. Oleh karena itu,

jumlah warga belajar pada proses rekrutmen secara sekuensial di dalam sebuah

kelompok keaksaraan dasar ---yang tercatat secara administrasi--- senantiasa

akan berjumlah 10 orang, walaupun orangnya selalu berganti. Pergantian warga

belajar di dalam kelompok dipengaruhi oleh percepatan perpindahan tiap warga

belajar yang berhak mengikuti program pembelajaran keaksaraan dasar ke

keaksaraan lanjutan, sebagaimana ketentuan yang dipersyaratkan, terutama

pengusaan komptensi keaksaraan.

G. Program Pembelajaran

Program pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang hendak

dilak-sanakan bersama-sama antara tutor dengan warga belajar dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Program pembelajaran yang dimaksud terdiri

dari:

Page 15: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

15

1. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran disusun oleh tutor dengan melibatkan

warga belajar selaku subjek utama kegiatan pembelajaran. Penentuan tema

dan cakupan kedalaman materi pembelajaran didasarkan pada kebutuhan

belajar yang dinya-takan oleh warga belajar.

Materi pembelajaran berikut waktu pertemuan pembelajaran tiap warga

belajar dituangkan dalam rencana dan kesepakatan pembelajaran. Rencana

dan kesepakatan pembelajaran untuk tiap warga belajar harus didasarkan

pada kompe-tensi keaksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar. Selain

itu, rencana dan kesepakatan juga harus didasarkan pada minat dan

kebutuhan warga belajar. Oleh karenanya, rencana dan kesepakatan

pembelajaran tiap warga belajar bisa saja berbeda-beda walaupun beberapa

warga belajar diampu oleh seorang tutor yang sama.

2. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran keaksaraan dibagi ke dalam dua tingkatan, yaitu

pembelajaran keaksaraan dasar dan pembelajaran keaksaraan lanjutan.

Pembe-lajaran keaksaraan dasar bertujuan untuk transformasi kompetensi

berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) serta kompetensi

berhitung, meng-acu pada Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar (SKKD)

yang telah ditentukan oleh Depdiknas. Pembelajaran keaksaraan lanjutan

bertujuan untuk menjaga keberaksaraan warga belajar sehingga tidak kembali

menjadi buta aksara. Pembe-lajaran keterampilan digunakan sebagai

penunjang pembelajaran keaksaraan, dan sebaliknya pembelajaran

keaksaraan memercepat penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana ditulis pada bagian sebelumnya, keberaksaraan

merupakan tujuan antara. Tujuan akhir dari program ini adalah keberdayaan

masyarakat, baik secara individu maupun secara komunal. Untuk mendukung

tercapainya tujuan tersebut maka warga belajar yang telah menyelesaikan

Page 16: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

16

program belajarnya dapat mengajukan permohonan bantuan dana stimulan

kepada penyelenggara program pendidikan keaksaraan.

3. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai

kompetensi keaksaraan warga belajar sebelum, selama, dan sesudah

mengikuti proses pem-belajaran. Aspek yang dievaluasi meliputi kompetensi

mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Evaluasi

pembelajaran terdiri atas evaluasi pra-pembelajaran, evaluasi proses dan

evaluasi hasil belajar

Evaluasi pra-pembelajaran berguna untuk: 1) mengetahui kemampuan

ke-aksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar; 2) pengelompokan warga

belajar; 3) merumuskan tujuan belajar; 4) membuat rencana pembelajaran; 5)

menentukan materi dan strategi pembelajaran; 6) menentukan bahan/ media

belajar; dan 7) membuat kesepakatan pembelajaran.

Evaluasi proses atau kemajuan belajar yang dilaksanakan pada saat

proses penyelenggaraan pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan evaluasi

proses ada-lah: 1) mengetahui kemajuan belajar warga belajar; 2) menilai

efektivitas strategi pembelajaran; 3) menilai efektivitas bahan/ media ajar

yang digunakan; 4) peru-bahan/ perbaikan rencana pembelajaran termasuk

peningkatan materi pembela-jaran; dan 5) bahan pelaporan. Evaluasi hasil

belajar dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran yang ber tujuan untuk:

1) mengetahui pencapaian hasil belajar/ kompetensi masing-masing warga

belajar; 2) mengetahui efektivitas strategi/ metode pembelajaran; 3) menilai

efektivitas bahan ajar yang digunakan; 4) perencanaan program lanjutan; 5)

dasar/ bahan pelaporan; dan 6) dasar pemberian sertifikat pada warga

belajar.

Indikator soal pada evaluasi harus mengacu pada Standar Kompetensi

Keaksaraan Dasar (SKKD) yang dibuat oleh Departemen Pendidikan

Nasional. Proses evaluasi menganut prinsip-prinsip sebagai berikut.

Page 17: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

17

a. Komprehensif, artinya evaluasi dilakukan terhadap aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik secara menyeluruh

b. Berkesinambungan, artinya sekuen evaluasi dilakukan secara kronologis

mulai sebelum, pada saat proses, dan pada akhir pembelajaran

c. Objektif, artinya keputusan hasil evaluasi harus didasarkan pada

kompetensi keaksaraan warga belajar

d. Kolaboratif, artinya kegiatan evaluasi dilakukan secara kolaboratif antara

tutor dan WB. WB diberi tahu terlebih dahulu tentang macam dan waktu

evaluasi

e. Terbuka, artinya hasil evaluasi harus dapat diketahui oleh pihak-pihak

yang berkepentingan dalam penyelenggaraan kelompok belajar

f. Terstandar, artinya ada acuan atau kriteria yang jelas tentang komponen

yang dinilai dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan pada

SKKD

g. Adil, artinya penilaian kemajuan dan hasil belajar harus dilaksanakan

secara adil berdasarkan kenyataan yang melekat pada warga belajar

h. Multi alat/ cara, artinya evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa alat dan cara yang lazim digunakan, misalnya nontes dalam

bentuk pengamatan, dan tes menggunakan seperangkat alat tertentu

yang sesuai.

Page 18: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

18

Gambar 2: Chart alur rekrutmen, pembelajaran, dan evaluasi

Pendataan

calon W

B

Rekrutm

en

calon W

B

Evaluasi pra-

pem

belajaran

Pem

belajaran

keaksaraan dasar

Evaluas

i

Lulus

(evaluasi hasil)

Tidak lulus

(evaluasi kem

ajuan belajar)

Rekrutm

en (pem

belajaran

keaksaraan lanjutan)

Pem

belajaran

keaksaraan lanjutan

Rekrutm

en

WB baru

Pem

belajaran

keaksaraan

dasar

Evaluasi

Tidak lulus

(evaluasi kem

ajuan belajar)

Rekrutm

en

WB baru

Pem

belajaran

keaksaraan

dasar

Lulus

(evaluasi hasil)

Rekrutm

en (pem

belajaran

keaksaraan lanjutan)

Kelompok

Belajar Usaha

N

1

2

3

4

5

6

8

7

5.b

5.a

9

8.b

8.a

10

S.1

Pem

belajaran

keaksaraan lanjutan

S.2

Page 19: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

19

Penjelasan dari chart model diatas:

1. Pendataan calon warga belajar

Pendataan calon warga belajar di dalam satu wilayah desa/ kelurahan

dilakukan oleh penyelenggara. Pendataan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

penduduk yang memenuhi kriteria sebagai calon sasaran didik program pendidikan

keaksaraan.

Hasil pendataan berupa catatan/ data seluruh penduduk yang memenuhi

kriteria sebagai calon sasaran didik program pendidikan keaksaraan sesuai dengan

subwilayah desa/ kelurahan, misalnya dusun/ dukuh atau RW/ RT. Hasil pendataan

kemudian diserahkan kepada pengelola program dan tutor sesuai subwilayah

masing-masing.

Tujuan dilakukannya pendataan di tingkat desa/ kelurahan adalah untuk

mengetahui jumlah keseluruhan penduduk yang memenuhi kriteria sebagai sasaran

didik program pendidikan keaksaraan. Pada gilirannya, hasil pendataan merupakan

bank data yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola dan tutor pada waktu perekrutan

calon warga belajar yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan

kesempatan dan kesediaan masing-masing calon warga belajar.

2. Rekrutmen warga belajar oleh masing-masing tutor sesuai dengan wilayahnya

(RT) masing-masing

Tutor yang telah diberi kewenangan oleh pengelola program di tingkat

subwilayah kemudian melakukan rekrutmen terhadap calon warga belajar sesuai

dengan data yang dimilikinya.

Rekrutmen dilakukan dengan cara mengundang calon warga agar datang ke

rumah tutor atau sebaliknya tutor yang datang ke rumah calon warga belajar. Pada

saat itu tutor menjelaskan mengenai program pendidikan keaksaraan kepada

masing-masing calon warga belajar. Penjelasan yang dimaksud meliputi pula model

pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran secara individual.

Page 20: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

20

3. Evaluasi kompetensi keaksaraan oleh masing-masing tutor

Sebelum memulai proses pembelajaran dilakukan evaluasi pra-pembelajaran.

Tujuan dari evaluasi pra-pembelajaran adalah untuk mengetahui kompetensi

keaksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar. Hasil dari evaluasi ini sangat

bermanfaat bagi tutor di dalam merancang program pembelajaran yang meliputi

materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing warga belajar

itu sendiri, bahan ajar yang diperlukan, strategi pembelajaran yang akan ditempuh,

serta perkiraan waktu yang akan dialokasikan untuk setiap warga belajar.

4. Pembelajaran keaksaraan dasar oleh masing-masing tutor

Pembelajaran keaksaraan oleh masing-masing tutor kepada setiap warga

belajar yang diampunya diawali dengan membuat kesepakatan pembelajaran antara

tutor dengan warga belajar. Isi kesepakatan pembelajaran meliputi tempat dan

waktu pembelajaran, serta tema pembelajaran dalam tempo pertemuan tertentu.

Di dalam kesepakatan pembelajaran juga tercantum perjanjian antara tutor

dan warga belajar mengenai hal-hal tertentu yang terkait dengan hak dan kewajiban

antara tutor dan warga belajar pada setiap pertemuan pembelajaran, misalnya pada

pertemuan yang kesekian tutor berjanji akan membawa peralatan memasak,

sedangkan setiap warga belajar akan membawa bahan-bahan untuk latihan dan

praktik keterampilan membuat masakan tertentu.

5. Evaluasi: kemajuan dan hasil belajar oleh masing-masing tutor

Evaluasi pembelajaran dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.

Sebagaimana pembelajarannya, evaluasi juga dilakukan secara individual. Bagi

warga belajar yang kompetensi keaksaraannya telah mencapai standar kompetensi

keaksaraan dasar (SKKD) maka evaluasi tersebut bersifat sebagai evaluasi akhir

atau evaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan bagi warga belajar yang kompetensi

Page 21: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

21

keaksaraannya belum mencapai SKKD maka evaluasi tersebut bersifat sebagai

evaluasi kemajuan pembelajaran.

Bagi warga belajar yang kompetensi keaksaraannya telah mencapai SKKD

maka yang bersangkutan dinyatakan “lulus”. Kepadanya berhak diberikan surat

keterangan melek aksara (SUKMA). Selain itu, warga belajar tersebut berhak untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran keaksaraan lanjutan. Proses “kelulusan” warga

belajar tersebut sekaliigus merupakan proses rekrutmen yang berlangsung secara

otomatik sebagai suatu konversi ke pembelajaran keaksaraan lanjutan.

Sedangkan bagi warga belajar yang kompetensi keaksaraannya belum

mencapai SKKD maka yang bersangkutan dinyatakan “belum lulus”. Kepadanya

belum diberikan hak untuk mengikuti pembelajaran keaksaraan lanjutan tetapi

melanjutkan kegiatan pembelajaran pada tingkat keaksaraan dasar.

6. Rekrutmen warga belajar baru untuk mengganti warga belajar yang “sudah

lulus”

Tutor yang sudah berkurang warga belajarnya karena dikonversi ke

pembelajaran keaksaraan lanjutan kemudian merekrut warga belajar baru dengan

memanfaatkan data sasaran didik yang telah dibuat oleh penyelenggara pada waktu

melakukan pendataan di tingkat wilayah desa/ kelurahan.

Proses perekrutan warga belajar baru untuk pembelajaran keaksaraan dasar

dilakukan dengan cara yang sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu

dengan mendatangi calon warga belajar di rumahnya atau mengundang calon

warga belajar ke rumah tutor.

7. Pembelajaran keaksaraan dasar

Setelah melakukan perekrutan warga belajar baru, tutor kemudian

melanjutkan kegiatan pembelajaran keaksaraan dasar. Warga belajarnya terdiri dari

warga belajar hasil perekutan baru dan warga belajar yang belum “lulus”.

Page 22: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

22

Demikian itu dilakukan secara berkelanjutan sampai dalam satu subwilayah

tidak ada lagi sasaran didik untuk keaksaraan dasar.

8. Rekrutmen dan pembelajaran keaksaraan lanjutan

Warga belajar yang “sudah lulus” keaksaraan dasar secara otomatik

melanjutkan pembelajaran ke keaksaraan lanjutan. materi pada pembelajaran

keaksaraan lanjutan berupa latihan keterampilan sesuai minat, bakat, dan peluang

usaha yang dimiliki oleh masing-masing warga belajar. Tutor yang mengampu

pembelajaran boleh tidak berasal dari komunitas yang sama dengan warga belajar,

akan tetapi mengundang dari luar wilayah.

H. Hasil Pembelajaran

Ada dua macam hasil pembelajaran yang ditargetkan dalam

pengembangan model pendidikan keaksaraan melalui rekrutmen sekuensial ini,

yaitu keberaksaraan warga belajar dan hasil pembelajaran berupa keterampilan

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penghasilan dan kemandirian.

Keberaksaraan warga belajar adalah kepemilikan kompetensi keaksaraan

yang terdiri dari kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan

berhitung sebagaimana tertuang di dalam SKKD. Sedangkan hasil pembelajaran

keterampilan kemandirian berupa penguasaan keterampilan tertentu yang dapat

digunakan sebagai mata pencaharian dan atau meningkatkan kualitas kehidupan

warga belajar.

SKKD adalah standar keberaksaraan minimal yang harus dikuasai oleh

warga belajar pasca-pembelajaran keaksaraan dasar. Kepemilikan kompetensi

keaksaraan tiap warga belajar pasca-pembelajaran dibuktikan melalui Surat

Keterangan Melek Aksara (SUKMA) sebagaimana diatur di dalam SK Dirjen

PNFI No. 258/E/MS/2009.

Keberaksaraan sebagai hasil belajar hanyalah tujuan antara yang harus

di-kuasai warga belajar pasca-pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar.

Page 23: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

23

Kepemilikan kompetensi keaksaraan bukanlah tujuan akhir, melainkan prasyarat

agar warga belajar lebih meningkatkan kemampuan dan kegiatan pembelajaran

dengan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat/

fungsional dalam kehidupan memanfaatkan kompetensi keaksaraan yang telah

dikuasainya. Kepemilikan ke-terampilan kemandirian berbeda bagi tiap warga

belajar atau sama antar beberapa warga belajar. Pembelajaran keterampilan

kemandirian diberikan kepada warga belajar yang telah memiliki kompetensi

keaksaraan dasar yang dibuktikan dengan kepemilikan SUKMA. Pembelajaran

keterampilan digunakan sebagai penunjang pembelajaran keaksaraan, dan

sebaliknya pembelajaran keaksaraan memercepat penguasaan keterampilan

yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

I. Panti Pembelajaran

Panti belajar adalah tempat pertemuan antara warga belajar dengan tutor

untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Secara prinsip, kegiatan

pembelajaran boleh dan dapat diselenggarakan dimana saja, artinya tempat

yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran benar-benar ditentukan

berdasarkan musyawarah-mufakat antara setiap warga belajar dengan tutor,

tidak harus di panti belajar berupa kelas dengan berbagai fasilitas yang ada di

dalamnya.

Secara konseptual, seorang tutor mengampu 3 orang warga belajar yang

rumahnya berdekatan/ berada dalam satu wilayah yang sama, serta kemampuan

keaksaraan warga belajar tersebut setara/ homogen. Bila terjadi kondisi seperti

itu maka tutor yang bersangkutan dapat menggunakan rumahnya sendiri atau

rumah salah satu dari 3 warga belajar tersebut sebagai panti belajar. Apabila

seorang tutor mengampu lebih dari satu orang warga belajar dengan kompetensi

keaksaraan yang berbeda/ heterogen, maka pembelajaran dapat dilakukan di

rumah tutor atau di rumah salah satu warga belajar sebagaimana kesepakatan

yang dibuat oleh masing-masing warga belajar dengan tutor. Penjelasan itu

Page 24: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

24

mengacu pada konsep community-based learning yang menekankan bahwa

pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara peme-rintah dan masyarakat

sebaiknya dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh masyarakat

yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan peluang yang ada di

masyarakat tertentu yang berorientasi pada masa depan dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi.

Beberapa aspek penting dalam pembelajaran berbasis masyarakat, yaitu:

mementing-kan masyarakat sebagai warga belajar; menggunakan apa yang dinyatakan

warga belajar sebagai dasar untuk mengembangkan program pembelajaran; percaya

bahwa setiap orang mempunyai kemampuan, kekuatan, keterampilan, pengetahuan,

pengalaman, dan kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program; mendorong

warga belajar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran dan kegiatan

kemasyarakatan dengan memberikan kepada mereka hak untuk menentukan materi dan

kegiatan pembelajaran karena sebenarnya mereka lebih tahu apa yang mereka

butuhkan. Termasuk di dalamnya adalah hak untuk menentukan rumah mereka sendiri

sebagai panti belajar yang paling nyaman bagi mereka ketika mengikuti kegiatan

pembelajaran.

J. Administrasi Pembukuan

Administrasi pembukuan adalah berbagai kegiatan pencatatan dan

pembukuan pada kegiatan penyelenggaraan yang menjadi tanggung jawab

penyelenggara/ penge-lola dan kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggung

jawab tutor.

Administrasi pembukuan pada kegiatan penyelenggaraan dan

pembelajaran minimal meliputi beberapa komponen seperti jabaran di bawah ini.

1. Administrasi pembukuan oleh penyelenggara/ pengelola

a. Buku induk penyelenggara, pengelola, dan tutor

b. Buku induk warga belajar

c. Buku inventaris

Page 25: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

25

d. Buku kas

e. Buku arsip naskah kerja sama

f. Buku daftar hadir pengelola, tutor

g. Buku kunjungan supervisi

h. Laporan penyelenggaraan

2. Administrasi pembukuan oleh tutor

a. Daftar hadir warga belajar

b. Rencana dan kesepakatan pembelajaran

c. Daftar buku/ bahan ajar

d. Jurnal pembelajaran masing-masing warga belajar

e. Daftar nilai kemajuan dan hasil pembelajaran warga belajar

K. Jaringan Kerja dan Pendampingan

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

masya-rakat. Begitu juga penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan.

Kenyataan itulah yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan program

pendidikan keaksaraan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat.

Suatu lembaga tidak akan mampu menyelenggarakan program pendidikan

keaksaraan tanpa kerja sama dan dukungan dari pihak lain. Artinya, jaringan

kerja dan kemitraan adalah suatu keniscayaan dan berperanan penting untuk

keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan keak-saraan di lapangan.

Pendampingan adalah keterlibatan pihak di luar suatu komunitas tertentu

dalam rangka mempercepat tercapainya kondisi masyarakat yang memiliki

kemandi-rian untuk survive di dalam kehidupan yang dinamis.

Pendampingan menjadi penting di dalam bidang pendidikan, karena

kesadaran akan arti pentingnya pendidikan seringkali tidak muncul dengan

sendirinya, tetapi perlu adanya proses rekayasa, bahkan seringkali perlu proses

keterlibatan pihak lain di luar komunitas masyarakat yang tidak menyadari

Page 26: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

26

adanya berbagai persoalan yang menghambat keberdayaan dan kemandirian

masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat sebagai tindakan sosial pada suatu

komunitas memerlukan upaya mengorganisasikan diri pada waktu membuat

perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau

memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang

dimilikinya. Proses pemberdayaan masyarakat seringkali tidak muncul secara

otomatis, melainkan tumbuh dan ber-kembang berdasarkan interaksi masyarakat

setempat dengan pihak luar, baik yang bekerja berdasarkan dorongan kreatif

maupun perspektif profesional.

Berikut ini adalah beberapa lembaga yang yang diharapkan dapat

menjalin jaringan kerja dan kemitraan serta melakukan pendampingan

penyelenggaraan pro-gram pendidikan keaksaraan di tingkat paling bawah.

1. Lembaga Mitra Kerja dan Pendamping

a. Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota

b. SKB

c. Perguruan Tinggi

d. PKBM

e. LSM

f. Organisasi sosial keagamaan:

1) Muslimat (Nahdlatul Ulama)

2) Aisiyah (Muhammadiyah)

g. Organisasi sosial kemasyarakatan:

1) PKK

2) Lainnya

2. Peran Pendamping

Masyarakat ---terutama yang miskin--- seringkali tidak berdaya, baik

karena hambatan internal maupun tekanan eksternal dari lingkungannya.

Pendamping akan beradaptasi dan menjadi bagian dari masyarakat tersebut

Page 27: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

27

akan melibatkan diri membantu memecahkan persoalan yang dihadapi

mereka. Pendampingan dengan demikian dapat diartikan sebagai interaksi

dinamis antara masyarakat dengan pendamping untuk secara bersama-sama

menghadapi beragam tantangan seperti; (a) merancang program perbaikan

kehidupan sosial ekonomi, (b) memobilisasi sumber daya setempat (c)

memecahkan masalah sosial, (d) menciptakan atau membuka akses bagi

pemenuhan kebutuhan, dan (e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak

yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

Pendampingan pada penyelenggaraan progam pendidikan keaksaraan

diharapkan menjadi entry point bagi kegiatan untuk pemberdayaan

masyarakat. Oleh karena merupakan pekerjaan yang berat dan sulit, maka

seorang pendamping sebaiknya memahami tugasnya yang beragam misalnya

sebagai fasilitator, pen-didik, perwakilan penyelenggara dan peran-peran

lainnya yang bersifat teknis.

a. Fasilitator

Pendamping dituntut memiliki kemampuan untuk memfasilitasi

terjadinya suatu perubahan dan atau terwujudnya suatu harapan yang

dapat direalisasikan oleh penyelenggara. Contoh yang berkaitan dengan

peran ini antara lain menjadi model atau teladan, melakukan mediasi dan

negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta

melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada

di lingkungan desa yang dapat diman-faatkan oleh warga belajar.

b. Pendidik

Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan

positif dan mengarahkan terwujudnya masyarakat yang manidir.

Berdasarkan penge-tahuan dan pengalamannya, pendamping perlu

menyampaikan informasi, tukar gagasan, serta membantu

menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan.

Page 28: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

28

c. Perwakilan penyelenggara

Ketika berinteraksi dengan lembaga-lembaga eksternal untuk dan

atas nama penyelenggara yang menjadi dampingannya, pendamping

bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan

media, mening-katkan peran serta masyarakat, dan membangun jaringan

kerja dan kemitraan untuk kepentingan penyelenggaraan program

pendidikan keaksaraan agar dapat berjalan dengan baik dan

berkelanjutan.

d. Peran-peran teknis

Dalam melaksanakan peran praktisnya, pendamping dituntut tidak

hanya mampu menjadi “manajer perubahan” yang mengorganisasi

kelompok, namun juga mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai

dengan berbagai kete-rampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial,

mengelola dinamika kelom-pok, menjalin relasi, bernegosiasi,

berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber

dana yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan kelompok belajar dan

program-program lain yang menjadi tanggung jawab penyelenggara serta

komponen yang ada di dalamnya.

L. Pembentukan dan Penguatan Kelembagaan

Salah satu kelebihan pada model pendidikan keaksaraan dengan

pembelajaran individudal berbasis rekrutmen sekuensial ini adalah bahwa

program ini akan berlanjut dengan program program pemberdayaan masyarakat.

Keberaksaraan warga belajar hanya merupakan tujuan antara, bukan tujuan

final. Artinya, setelah mengikuti pro-gram pembelajaran keaksaraan dasar

selanjutnya warga belajar diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi diri

dan lingkungannya, dan kemudian memanfaat-kannya untuk kemandirian dirinya

sendiri serta masyarakat di sekitarnya melalui pro-gram pendidikan keaksaraan

lanjutan.

Page 29: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

29

Untuk mendukung keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat itu maka

perlu dibentuk lembaga yang relevan untuk meningkatkan dan menjaga

keberaksaraan ma-syarakat seperti tersebut di bawah ini.

1. TBM

2. KBU Pra-koperasi

3. KUPP/ KUWP

4. KWD

5. PKBM

6. Lainnya

Page 30: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

30

BAB III STRATEGI UJICOBA

A. Pengantar

Pada bab 3 ini diuraikan komponen-komponen program pendidikan

keaksaraan yang sudah diujicobakan. Setiap komponen dijelaskan secara

praktis strategi imple-mentasinya di lapangan, beberapa di antaranya disertai

dengan contoh yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan lagi sesuai dengan

karakteristik sosial-budaya masyarakat yang menjadi subjek program. .

Tradisi lisan dan “keberdayaan masyarakat tanpa keberaksaraan” di

lapangan memperkuat bukti bahwa rekayasa akademik saja ternyata masih

kurang dan tidak memadai sebagai satu-satunya alat untuk merubah cara

pandang masyarakat terha-dap keaksaraan. Oleh karena itu, keberanian dari

semua pihak untuk mengembangkan pendekatan yang lebih efektif, misalnya

pengembangan pendekatan struktural seperti yang diujicobakan oleh P2PNFI

Regional 2 Semarang.

Pendekatan struktural yang dimaksud adalah pengerahan semua unsur

peme-rintahan di tingkat desa sebagai penyelenggara program. Secara

struktural aparat desa memiliki kewenangan untuk “memaksa” pihak-pihak lain

yang ada di wilayah desa berperan serta di dalam keseluruhan penyelenggaraan

program sesuai dengan bidang kesanggupannya masing-masing.

Penyelenggaraan program selanjutnya dapat diserahkan kepada masyarakat

apabila masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk mengampu tanggung

jawab tersebut.

B. Sosialisasi Program dan Need Assesment

1. Sosialisasi program

Sosialisasi program merupakan langkah awal yang perlu dilakukan

sebelum tim pengembang membaur bersama masyarakat. Khalayak sasaran

strategis ke-giatan sosialisasi adalah seluruh lapisan masyarakat yang

Page 31: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

31

diwakili oleh pemimpin-pemimpin lingkungan, seperti ketua RT dan RW serta

aparat desa. Penyebar-luasan hasil sosialisasi kepada seluruh warga

masyarakat selanjutnya diharapkan dapat dilakukan oleh khalayak sasaran

yang strategis tesebut.

Tujuan sosialisasi adalah memberikan pemahaman mengenai

keseluruhan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta tujuan program yang

akan dicapai dan manfaatnya bagi masyarakat itu sendiri. Bersamaan dengan

pelaksanaan sosi-alisasi perlu dibuat kesepakatan dengan seluruh komponen

desa untuk menentukan tempat yang akan digunakan sebagai sekretariat bagi

tim pengembang. Sosialisasi dilakukan secara informal sehingga

memungkinkan terjadinya diskusi yang alami, pertukaran ide dan gagasan

yang seimbang, serta tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi atau

sebaliknya dibanding yang lain.

2. Need Assessment

Need assessment secara harafiah kebahasaan berarti penjajagan atau

pengenalan kebutuhan. Dalam proses pelaksanaannya di lapangan, need

assesment juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai masalah dan

menggali potensi yang ada di lingkungan masyarakat, baik potensi alam

maupun manusianya. Yang dimaksud dengan kebutuhan adalah berbagai hal

yang harus dipenuhi, selanjutnya yang dimaksud dengan masalah adalah

berbagai hal yang harus diatasi atau diselesaikan, sedangkan penggalian

potensi adalah segala sesuatu yang sudah ada atau dimiliki yang dapat

dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan

masyarakat itu.

Peran tim pengembang pada tahap ini adalah sebagai pendamping

yang selanjutnya secara bersama-sama dengan masyarakat kelompok

dampingan mela-kukan pengamatan lingkungan dan penggalian informasi

untuk menemukan kebutuhan yang harus dipenuhi, masalah yang harus

diatasi, dan potensi yang dapat diberdayakan untuk didiskusikan pada waktu

Page 32: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

32

pembahasan temuan-temuan hasil penjajagan dan perencanaan program.

Pendamping hanya membantu kelompok dampingan dengan menunjukkan

cara mengenali dan kebutuhan dan masalah, serta cara mengenali dan

menggali potensi. Pendamping bersama-sama dengan kelompok dampingan

selanjutnya membuat analisis untuk menentukan prioritas tindakan

pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah, dan pemanfaatan potensi yang

sudah ditemukan.

Ruang lingkup Need assessment dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

dengan kebutuhan belajar warga belajar program pendidikan keaksaraan

yang akan dikembangkan dan diujicobakan, misalnya keterampilan yang

dapat dikembangkan sebagai mata pencaharian yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai entry point pembelajaran keaksaraan.

C. Penguatan lembaga penyelenggara

1. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur, menata, serta

membagi kewenangan dan tugas sumber daya manusia yang tergabung di

dalam organisasi penyelenggara program pendidikan keaksaraan di tingkat

desa lokasi ujicoba. Tugas dan fungsi penyelenggara diatur dalam sebuah

struktur organisasi penye-lenggara yang meliputi penanggungjawab, ketua,

sekretaris, bendahara, serta kelompok tenaga pendidik dan kependidikan.

2. Orientasi teknis bagi penyelenggara program pendidikan keaksaraan

Setiap unsur yang tergabung dalam organisasi penyelenggara sebelum

melaksanakan tugasnya harus mengikuti orientasi penyelenggaraan program

pendidikan keaksaraan. Materi orientasi terdiri dari: 1) penyelenggaraan

program pendidikan keaksaraan; 2) rekrutmen calon warga belajar; 3)

rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan; 4) pembelajaran pendidikan

keaksaraan; 5) monitoring dan evaluasi penyelenggaraan dan pembelajaran;

Page 33: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

33

6) administrasi pembukuan; 7) pengadaan sarana-prasarana

penyelenggaraan; dan 8) pelaporan

D. Penguatan tenaga pendidik dan kependidikan

Penguatan tenaga pendidik dan kependidikan dilakukan sebelum

melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan ini terdiri atas orientasi teknis

bagi tenaga pendidik dan kependidikan serta pelatihan tenaga pendidik.

1. Orientasi tenaga pendidik dan kependidikan

Orientasi tenaga pendidik dan kependidikan dimaksudkan untuk

memberi-kan gambaran pelaksanaan ujicoba kepada tutor selaku tenaga

pendidik dan pengelola selaku tenaga kependidikan. Di dalamnya

diinformasikan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab masing-

masing pihak yang meliputi kegiatan yang dilaksanakan bersama dan

kegiatan yang dilaksanakan secara parsial oleh tutor dan pengelola.

Materi orientasi meliputi: 1) pendataan, seleksi, dan rekrutmen calon

warga belajar; 2) pembentukan kelompok belajar; 3) administrasi pembukuan;

4) pemben-tukan dan pemberdayaan sumber dukungan yang tergabung

dalam jaringan kerja dan kemitraan; dan 5) kegiatan pendampingan.

2. Pelatihan tenaga pendidik

Selain mengikuti orientasi pra-penyelenggaraan, calon tutor wajib

mengikuti pelatihan tenaga pendidik yang diselenggarakan oleh P2PNFI Reg.

2 Semarang.

Materi pelatihan meliputi semua tugas pokok tutor yang terdiri dari: 1)

re-krutmen dan tes kompetensi keaksaraan awal calon warga belajar; 2)

menyusun rencana dan kesepakatan pembelajaran; 3) menyusun bahan/

media pembelajaran; 4) mengampu pembelajaran; 5) menyusunan instrumen

dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Diklat dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Materi diklat disajikan

dalam bentuk paparan konsep, diskusi, dan praktik. Rasio penggunaan

Page 34: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

34

waktunya adalah 30% untuk paparan dan diskusi konsep, 70% untuk praktik

evaluasi pra-pembela-jaran, praktik menyusun bahan ajar, praktik

pembelajaran, dan praktik evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran.

Hasil yang diharapkan dari pendidikan dan pelatihan tersebut adalah

tutor yang bersertifikat dan memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok

sebagai-mana tersebut di atas.

Fasilitasi diklat tutor pada tahap awal penyelenggaraan dilakukan oleh

tim pengembang. Pada tahap berikutnya kewenangan penyelenggaraan diklat

dise-rahkan sepenuhnya kepada pihak penyelenggara program.

E. Rekrutmen calon warga belajar

1. Persiapan: sosialisasi dan pendataan

Kegiatan rekrutmen diawali dengan sosialisasi program pendidikan

keak-saraan kepada seluruh masyarakat desa yang menjadi lokasi ujicoba.

Pihak yang terutama harus melakukan sosialisasi adalah aparat desa yang

berperan sebagai penyelenggara program dan tim pengembang selaku

pendamping penyeleng-garaan.

Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman sekaligus

motivasi kepada warga masyarakat agar tertarik untuk memeroleh dan

mengembangkan kompetensi keaksaraannya dengan menjadi warga belajar.

Pasca-sosialisasi kemudian dilakukan pendataan dan tabulasi warga

ma-syarakat yang memenuhi kriteria untuk menjadi calon warga belajar.

Pendataan dan tabulasi menjadi komponen kegiatan awal yang sangat

penting karena hasilnya akan digunakan sebagai dasar bagi penyelenggara

dan tutor dalam menyeleksi dan merekrut calon warga belajar yang berhak

mengikuti pembelajaran keaksaraan dasar.

Kriteria warga masyarakat yang berhak menjadi warga belajar adalah

se-bagai berikut: 1) niraksara dan atau rendah kemampuan keaksaraannya;

2) belum pernah sekolah atau pernah sekolah tetapi drop-out setinggi-

Page 35: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

35

tingginya kelas 3 SD; 3) diprioritaskan masih berada pada rentang usia 15 –

44 tahun; 4) prioritas belum memiliki pekerjaan tetap atau menganggur; 5)

prioritas golongan ekonomi lemah; 6) berdomisili di desa tempat ujicoba

program pendidikan keaksaraan diseleng-garakan; dan 7) bersedia

menandatangani dan mematuhi kesepakatan belajar sebelum mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Hasil pendataan kemudian dimasukkan ke dalam buku tabulasi daftar

calon warga belajar.

2. Pelaksanaan

Proses rekrutmen dapat dilakukan tutor dan atau pengelola dengan

cara mendatangi calon warga belajar, atau warga belajar yang datang dan

mendaftar ke pengelola kelompok belajar.

Pengelola dan atau tutor kemudian menjelaskan kepada calon warga

belajar bahwa sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran, terlebih

dahulu akan dilakukan pengukuran (tes pra-pembelajaran) kompetensi

keaksaraan yang sudah mereka miliki. Untuk kepentingan itu, tutor dan atau

pengelola sebaiknya memilih dan menggunakan kata-kata yang mudah

diterima serta tidak menyebabkan rasa takut bagi warga belajar pada waktu

mengikuti kegiatan tes tersebut.

Langkah berikutnya adalah melakukan tes pra-pembelajaran dengan

teknik tes tulis dan nontulis secara kombinatif. Perangkat atau instrumen

yang digunakan berupa blanko/ format identitas diri dan keluarga yang harus

diisi oleh warga belajar.

Hasil dari tes awal tersebut digunakan untuk menentukan kriteria

masing-masing warga belajar ke dalam tiga tingkatan kompetensi

keaksaraan yang terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan warga

belajar ke dalam 3 (tiga) tingkatan kompetensi keaksaraan akan digunakan

oleh penyelenggara dan tutor selain untuk menentukan cakupan dan

kedalaman materi pembelajaran juga per-kiraan bahan ajar serta strategi

Page 36: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

36

pembelajaran yang akan ditempuh oleh masing-masing tutor terhadap setiap

warga belajar yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengukuran kompetensi keaksaraan awal tiap warga belajar dilakukan

secara individual. Artinya, pelaksanaan tes pra-pembelajaran dilakukan pada

masing-masing warga belajar secara sendiri-sendiri sehingga proses dan

hasil tes pengukuran kompetensi awal tersebut benar-benar

merepresentasikan kompetensi keaksaraan setiap warga belajar.

Penggolongan kompetensi warga belajar merupakan prasyarat yang

penting sebagai dasar bagi tutor di dalam menentukan cakupan kedalaman

materi pem-belajaran serta pembuatan kesepakatan pembelajaran dengan

pengelola kelompok belajar terkait jumlah waktu pertemuan pembelajaran

dengan masing-masing warga belajar yang akan diampunya.

3. Tindak lanjut

Sebagaimana diuraikan pada paparan di atas, warga belajar yang

sudah direkrut kemudian diklasifikasi ke dalam 3 klaster sesuai dengan

kompetensi keaksaraan yang sudah dimilikinya, yaitu rendah, sedang, dan

tinggi.

Warga belajar diberi penjelasan mengenai pola pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Mereka boleh memilih salah satu tutor yang tersedia

untuk mem-bantu mereka dalam proses pembelajaran. Begitu juga tutor

boleh menentukan berapa warga belajar yang dapat diampu sesuai dengan

kesanggupan dan ke-sempatan yang dimilikinya.

Kegiatan akhir pada tahap ini adalah pembuatan kesepakatan

pembelajaran antara tutor dengan setiap warga belajar yang menjadi

tanggung jawabnya. Isinya tentang kesepakatan mengenai waktu dan tempat

untuk pertemuan pembelajaran antara ke dua belah pihak. Bagi tutor,

kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang program

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik individu, kebutuhan belajar,

dan kompetensi keaksaraan masing-masing warga belajar.

(lihat panduan rekrutmen)

Page 37: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

37

F. Pembelajaran Keaksaraan dasar

1. Penyusunan rencana dan kesepakatan pembelajaran

Pembelajaran pada ujicoba program pendidikan keaksaraan ini

menggu-nakan pendekatan pembelajaran individual. Artinya, seorang warga

belajar diampu oleh seorang tutor secara face to face sesuai prinsip one

teach one method.

Penentuan cakupan dan kedalaman materi pembelajaran oleh tutor

dida-sarkan pada kompetensi keaksaraan awal warga belajar sesuai hasil

placement test. Begitu juga waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan

kesediaan dan kesempatan warga belajar.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan penyusunan rencana

pembelajaran oleh tutor dengan melibatkan setiap warga belajar. Tutor

mengajak setiap warga belajar yang menjadi tanggung jawabnya untuk

mendiskusikan kebutuhan belajar, waktu atau kesempatan belajar, serta

potensi yang dapat dikembangkan oleh warga belajar untuk dikemas dalam

materi pembelajaran. Hasil diskusi dituangkan ke dalam format rencana

pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.

Langkah berikutnya, tutor mengajak warga belajar untuk membuat

kese-pakatan belajar. Isi kesepakatan belajar meliputi program belajar, waktu

dan tempat belajar, serta segala sesuatu yang menjadi kewajiban tutor dan

warga belajar.

Jangka waktu pembelajaran tiap warga belajar yang dituangkan di

dalam rencana dan kesepakatan pembelajaran kemungkinan besar akan akan

berbeda, disesuaikan dengan kompetensi keaksaraan warga belajar dan

kesanggupan tutor dalam membelajarkan keaksaraan terhadap warga belajar

yang menjadi tanggung jawabnya.

Page 38: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

38

2. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu pola kerja yang di dalamnya

menggam-barkan metode dan teknik pelaksanaannya, proses kegiatan yang

akan dilaksa-nakan, orang atau pihak-pihak yang terlibat, dan alat atau

sarana penunjang yang diperlukan.

Strategi juga berarti ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber

daya yang dimiliki yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan strategi pembelajaran dengan optimal,

tutor perlu memiliki pemahaman dan penguasaan metode yang beragam.

Metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum untuk

men-capai tujuan tertentu. Contoh: metode ceramah untuk menyampaikan

informasi (materi pembelajaran) secara sepihak dari tutor kepada warga

belajar; metode diskusi untuk melatih warga belajar mengemukakan pendapat

dan berargumentasi.

Teknik adalah cara penerapan suatu metode sesuai dengan latar

tertentu seperti kemampuan dan kebiasaan tutor, ketersediaan peralatan, dan

kesiapan warga belajar. Contoh: metode ceramah ala tape-recorder atau

ditambah tanya jawab.

Prosedur adalah urutan pelaksanaan atau proses dari suatu kegiatan,

urutan proses pembelajaran. Di dalamnya menggambarkan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh tutor.

Dari gambaran singkat tersebut di atas, maka seorang tutor harus

mema-hami dan menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran

sehingga dapat merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran yang

sesuai untuk berbagai tema atau materi pembelajaran yang telah tertuang di

dalam rencana dan kese-pakatan pembelajaran.

Perancangan dan penentuan strategi pembelajaran bertujuan agar

proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien sehingga warga

belajar dan tutor dapat melakukan interaksi edukasi secara optimal.

Page 39: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

39

Materi dan waktu pertemuan pembelajaran tiap warga belajar berbeda

sesuai dengan kesepakatan antara tutor dengan masing-masing warga

belajar yang menjadi tanggung jawabnya.

Waktu pembelajaran maksimal adalah 24 kali pertemuan untuk tiap

warga belajar. Akan tetapi, warga belajar berhak untuk menyelesaikan

tahapan pembelajaran kurang dari batasan waktu maksimal tersebut bila

tenyata yang bersangkutan telah menguasai kompetensi keaksaraan dasar

sebagaimana yang tertuang di dalam SKKD.

Setelah mengetahui tingkat keberaksaraan warga belajar yang menjadi

tanggung jawabnya, tutor kemudian mengajak tiap warga belajar berdiskusi

menen-tukan tema pembelajaran yang diinginkan oleh warga belajar.

Kegiatan berikutnya adalah mengampu kegiatan pembelajaran.

Mengampu kegiatan pembelajaran pada program pendidikan

keaksaraan secara individual terhadap setiap warga belajar tidak berarti tutor

menghabiskan seluruh waktu yang tersedia untuk mengajar. Tutor lebih

berperan sebagai fasi-litator dalam proses saling belajar dengan warga

belajar itu sendiri. Hal yang tergolong penting dalam proses pembelajaran

adalah memberi kesempatan pada warga belajar mengaktualisasikan diri dan

potensi yang dimilikinya sebagaimana prinsip pembelajaran bagi orang

dewasa.

Mengampu proses pembelajaran adalah tugas yang bersifat teknis

bagi tutor. Keberhasilan program pendidikan keaksaraan setengahnya

tergantung pada kemampuan teknis tutor dalam mangampu proses

pembelajaran dalam bentuk proses transformasi keaksaraan dari tutor kepada

warga belajar dan antar warga belajar. Bila proses transformasi keaksaraan

tersebut dapat berlangsung dengan baik, akan baik pula pencapaian hasil

belajar warga belajar. Pada gilirannya, akan baik pula pencapaian program

pendidikan keaksaraan secara keseluruhan.

Page 40: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

40

Kemampuan teknis yang berkaitan dengan mengampu pembelajaran

me-liputi banyak aspek lain, di antaranya adalah kemampuan membuat dan

mengapli-kasikan rencana pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran

yang di dalamnya mencakup metode dan teknik pembelajaran, serta

pemilihan dan penggunaan bahan/ media pembelajaran. Oleh karenanya,

tutor pendidikan keaksaraan perlu mengembangkan kemampuan diri dengan

mengikuti pendidikan dan pelatihan tutor pendidikan keaksaraan, serta

secara terus menerus belajar dari berbagai sumber untuk mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman.

Untuk kepentingan pelaksanaan semua tugas di atas seorang tutor

harus memiliki beberapa keterampilan seperti tersebut di bawah ini.

a. Merencanakan kegiatan dan menentukan tujuan pembelajaran yang

berbeda untuk setiap warga belajar

b. Mengorganisasikan, yaitu mengatur dan menghubungkan semua sumber-

sumber belajar sehingga dapat mencapai tujuan dengan cara yang paling

efektif dan efisien

c. Memimpin, yaitu tindakan memberi motivasi, mendorong, dan

menstimulasi warga belajar agar mereka mau dan mampu mewujudkan

tujuan belajar mereka

d. Mengawasi, yaitu tugas tutor untuk menentukan apakah fungsinya

sebagai organisator dan leader di atas telah berhasil membantu warga

belajar menca-pai tujuan belajarnya atau belum. Jika tujuan telah berhasil

dicapai maka tutor harus menilai dan mengatur kembali situasi

pembelajaran, meningkatkan intensitas kegiatan pembelajaran, bukan

mengubah tujuannya.

(lihat panduan pembelajaran)

Page 41: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

41

G. Evaluasi pembelajaran keaksaraan dasar

Evaluasi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan untuk memeroleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang input, proses, dan hasil belajar

setiap warga belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Kegiatan evaluasi menitikberatkan pada keaktifan warga belajar dan

pene-rapan hasil pembelajaran. Pada setiap tahapnya harus dilakukan secara

partisipatif dan menghindari suasana pengujian atau test terhadap warga

belajar yang menge-sankan suasana formalistik dan situasi yang

menegangkan. Teknisnya dapat dapat dilakukan dengan cara tes (tulis dan

nontulis) serta non-tes (penilaian portofolio).

1. Tahapan Evaluasi

a. Evaluasi pra-pembelajaran

Evaluasi pra-pembelajaran dilaksanakan pada waktu proses

rekrut-men calon warga belajar. Teknis yang digunakan adalah tes

tulis dan wawancara.

Instrumen dibuat oleh petugas rekrutmen sekaligus evaluator,

yaitu pengelola dan tutor yang ditunjuk oleh penyelenggara.

b. Evaluasi kemajuan belajar

Evaluasi kemajuan belajar dilakukan pada saat proses

penyeleng-garaan pembelajaran sedang berlangsung.

Teknis pelaksanaan evaluasi kemajuan belajar adalah tes tulis

dan tes non-tulis serta penilaian portofolio.

c. Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar dilakukan pada akhir proses

penyelenggaraan pembelajaran.

Teknis pelaksanaan evaluasi kemajuan belajar adalah tes tulis

dan tes non-tulis serta penilaian portofolio.

Page 42: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

42

2. Teknik Evaluasi

a. Tes

1) Tes tulis

2) Tes non-tulis

b. Portofolio

3. Strategi Pelaksanaan Evaluasi

a. Tutor dan pengelola menyiapkan instrumen evaluasi

b. Tutor dan pengelola menentukan warga belajar yang berhak untuk

mengikuti evaluasi

c. Warga belajar berhak menentukan waktu dan tempat pelaksanaan

evaluasi

d. Evaluasi dilaksanakan secara individual. Setiap warga belajar diberi

kesempatan untuk mengikuti evaluasi secara tersendiri, ditunggui oleh

seorang tutor atau pengelola.

(lihat panduan evaluasi)

H. Tindak Lanjut

1. Pembelajaran keaksaraan lanjutan

Pembelajaran keaksaraan lanjutan adalah layanan pendidikan bagi

warga belajar yang telah selesai mengikuti program pendidikan keaksaraan

dasar.

Warga belajar yang telah menguasai kompetensi keaksaraan dasar

selain mendapatkan surat keterangan melek aksara (SUKMA) selanjutnya

mereka berhak untuk mengikuti pembelajaran keaksaraan lanjutan.

Materi pembelajaran keaksaraan lanjutan meliputi materi keaksaraan

yang terkait langsung dengan materi pembelajaran keterampilan yang dapat

dimanfaat-kan untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga belajar.

Tujuan dari pembelajaran keaksaraan lanjutan adalah untuk menjaga

ke-beraksaraan warga belajar sehingga tidak kembali menjadi buta aksara.

Page 43: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

43

Pembe-lajaran keterampilan digunakan sebagai penunjang pembelajaran

keaksaraan, dan sebaliknya pembelajaran keaksaraan memercepat

penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Sebagaimana ditulis pada bagian sebelumnya, keberaksaraan

hanyalah tujuan antara. Artinya, tujuan akhir dari program ini adalah

keberdayaan masya-rakat, baik secara individu maupun secara komunal.

Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut maka warga belajar yang telah

menyelesaikan program belajarnya dapat mengajukan permohonan bantuan

dana stimulan kepada penyelenggara program pendidikan keaksaraan.

Bantuan untuk kemandirian pasca pembelajaran dapat diberikan

kepada warga belajar secara individual, dapat pula diberikan kepada

sejumlah warga be-lajar yang menghendaki kegiatan usaha secara bersama-

sama.

2. Pembentukan kelompok belajar usaha dan pra-koperasi

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga keberaksaraan

warga belajar agar tidak kembali niraksara. Salah satunya adalah

pengelompokan sejumlah warga belajar dalam beberapa kegiatan yang

bersifat komunal. Contoh kegiatan tersebut adalah kelompok belajar usaha

dan lembaga pra-koperasi.

Kelompok belajar usaha dimaksudkan untuk mengelompokkan

sejumlah warga belajar yang memiliki kesamaan dalam hal usaha yang

bersifat ekonomis ke dalam suatu jenis kegiatan yang sama. Contohnya

usaha ternak unggas, budidaya ikan, penggemukan kambing dan sapi,

kerajinan meja-kursi bambu, dan lain-lain.

Pemilihan jenis usaha tergantung kondisi daerah, potensi, dan peluang

yang dimiliki oleh masing-masing warga belajar. Prosedurnya, warga belajar

yang berniat mengembangkan usaha yang sejenis diminta membuat proposal

bantuan pinjaman dana kepada penyelenggara. Penyelenggara kemudian

Page 44: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

44

melakukan kajian proposal dan jenis usaha yang diajukan. Bila dinilai layak

untuk dilaksanakan maka penye-lenggara membantu warga belajar

mendapatkan pinjaman dana usaha dari lembaga “pra-koperasi” warga

belajar, yaitu lembaga keuangan pendukung program keber-aksaraan dan

keberdayaan masyarakat yang pembentukannya diprakarsai oleh tim

pengembang dan penyelenggara yang bertindak untuk dan atas nama

pemerintah dan masyarakat desa.

Pra-koperasi berperan sebagai penyedia dan penyalur pinjaman dana,

menyalurkan hasil usaha setiap kelompok belajar usaha kepada users atau

pasar, dan mengembangkan dana usaha lembaga pra-koperasi itu sendiri.

3. Pemberdayaan jaringan kerja dan pendampingan

Sebenarnya, pembelajaran pendidikan keaksaraan hanya merupakan

entry point bagi program pemberdayaan masyarakat sebagaimana prinsip

pembelajaran berbasis masyarakat. Pada gilirannya, penyelenggara dan

masyarakat harus berupaya memberdayakan diri dan berbagai institusi yang

ada di dalam entitas mereka untuk meningkatkan keberdayaan mereka

sendiri. Oleh karena itu di dalam proses pembelajaran keaksaraan dan

aktivitas pemberdayaan masyarakat diperlukan jaringan kerja dan kerja sama

antar berbagai pihak.

Berikut ini adalah contoh lembaga mitra dalam jaringan kerja dan

bentuk kerja samanya dengan penyelenggara.

Pendampingan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak lain di

luar penyelenggara yang bermaksud membantu tercapainya tujuan

penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan sebagai entry point

program pemberdayaan masyarakat.

Pendamping dan pihak penyelenggara secara bersama-sama

melakukan berbagai kegiatan yang telah disepakati untuk mendapatkan

pendampingan. Aspek-aspek pendampingan ditentukan bersama antara

Page 45: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

45

penyelenggara dengan lembaga pendamping sebagaimana tercantum di

bawah ini.

a. Pendanaan

b. Manajemen penyelenggaraan

c. Manajemen Pembelajaran

d. Pembentukan dan penguatan kelembagaan

e. Membangun jaringan kerja dan kemitraan

Pendampingan merupakan proses transformasi pengetahuan dan

keterampilan dari pihak pendamping kepada penyelenggara. Sifat dan prinsip

pendampingan hanya sementara. Artinya, kegiatan pendampingan pada tiap

tahapan penyelenggaraan program akan berkurang dan berhenti sama sekali

manakala keberdayaan penyelenggara dan masyarakat selaku stake holder

program yang sebenar-benarnya sudah pada tataran mandiri.

(lihat panduan pendampingan)

4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

a. Monitoring penyelenggaraan

1) Tim pengembang

a) Penyelenggaraan

b) Pembelajaran keaksaraan

c) Pembelajaran keterampilan usaha

2) Lembaga mitra

a) Praktik keterampilan usaha

b) Produksi dan pemasaran

b. Evaluasi penyelenggaraan

1) Tim pengembang

a) Penyelenggaraan

b) Pembelajaran keaksaraan

c) Pembelajaran keterampilan usaha

Page 46: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

46

2) Lembaga mitra

a) Praktik keterampilan usaha

b) Produksi dan pemasaran

(lihat panduan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan)

I. Siklus Tahun Pertama Penyelenggaraan Ujicoba Pengembangan Model

Siklus Kegiatan Pertama Koordinasi Sosialisasi dan need assessment Pembentukan organisasi penyelenggara Orientasi teknis penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan tutor Pembentukan kelompok dan rencana

pembelajaran Kedua Penyelenggaraan kelompok belajar Proses pembelajaran keaksaraan dasar Evaluasi pembelajaran keaksaraan dasar Evaluasi penyelenggaraan Monitoring dan evaluasi Rencana tindak lanjut Ketiga Penyelenggaraan kelompok belajar Proses pembelajaran keaksaraan dasar Evaluasi pembelajaran keaksaraan dasar Proses pembelajaran keaksaraan lanjutan Evaluasi pembelajaran keaksaraan lanjutan Pembentukan TBM Pembentukan kelompok belajar usaha Pembentukan lembaga pra-koperasi Rencana tindak lanjut Keempat Penyelenggaraan kelompok belajar Proses pembelajaran keaksaraan dasar Evaluasi pembelajaran keaksaraan dasar Proses pembelajaran keaksaraan lanjutan Evaluasi pembelajaran keaksaraan lanjutan Pembentukan TBM Pembentukan kelompok belajar usaha Rencana tindak lanjut: a. Pembentukan lembaga pra-koperasi

b. Rencana Pembentukan PKBM

Page 47: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

47

BAB IV PENUTUP

A. Prasyarat Model

Ujicoba pengembangan model pendidikan keaksaraan pembelajaran

individual berbasis rekrutmen sekuensial ini dimaksudkan sebagai salah satu

alternatif penye-lenggaraan dan pembelajaran pada program pendidikan

keaksaraan yang mengako-modasi keunikan masing-masing warga belajar yang

individualistik, yaitu: 1) motivasi belajar; 2) kebutuhan belajar; 3) bakat yang

dapat dikembangkan; 4) potensi yang dapat diberdayakan; 5) peluang yang

dapat dimanfaatkan; 6) tingkat ekonomi pen-dapatan; dan 7) usia warga belajar.

Di dalam model ini digambarkan berbagai komponen lain yang secara

otomatis mengalami pengembangan baik di dalam pengertiannya maupun di

dalam pelak-sanaannya.

Sesuai dengan tujuan pengembangan yang sudah disebutkan sebelumnya

maka model rekrutmen sekuensial ini tepat untuk dilaksanakan pada masyarakat

dan daerah dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Aparat/ pemerintah desa bersedia menjadi penyelenggara sekaligus sebagai

motivator terutama bagi warga belajar

2. Aparat/ pemerintah desa bersedia membentuk lembaga penyelenggara

program pendidikan nonformal pasca ujicoba

3. Terdapat banyak warga masyarakat yang memenuhi kriteria sebagai warga

belajar tetapi rumah tinggalnya berjauhan

4. Kompetensi keaksaraan awal warga belajar tidak sama/ heterogen karena

perbedaan latar belakang pendidikan

5. Perbedaan latar belakang pekerjaan yang menyebabkan perbedaan waktu

luang yang dapat digunakan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

6. Perbedaan kebutuhan, tujuan belajar, potensi, dan peluang usaha yang dapat

dikembangkan pasca-pembelajaran keaksaraan

Page 48: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

48

7. Tersedia sumber daya lokal yang dapat diberdayakan sebagai pendidik,

penye-lenggara dan pengelola program serta sumber dukungan lainnya

8. Memiliki berbagai potensi yang dapat diolah dan dikembangkan untuk

mendukung keseluruhan kegiatan penyelenggaraan dan pembelajaran

pendidikan keaksaraan sebagai entry point pemberdayaan masyarakat yang

dikemas di dalam program pendidikan keaksaraan lanjutan.

B. Efektivitas Model

1. Dari segi kuantitas jumlah warga belajar yang dapat dilayani lebih banyak

karena kesertaan mereka tidak dibatasi oleh ketentuan administrasi berupa

batasan waktu belajar sebagaimana program pendidikan keaksaraan yang

diselenggarakan secara reguler. Artinya, penyelenggara dapat menampung

berapapun jumlah warga belajar sesuai dengan jumlah tenaga pendidik yang

tersedia. Warga masyarakat yang memenuhi kriteria dapat mendaftar menjadi

warga belajar kapan saja manakala yang bersangkutan menghendaki

sebagaimana prinsip multy entry kesertaan warga belajar pada program

pendidikan nonformal.

2. Dari segi kualitas, hasil belajar seharusnya lebih baik karena pembelajaran

dilakukan dengan pendekatan individual (each one teach one) sesuai dengan

perbedaan-perbedaan individualistik yang melekat pada masing-masing

warga belajar. Pembelajaran individual tersebut memungkinkan proses yang

lebih intensif. Seorang warga belajar diampu oleh seorang tutor, materi dan

cakupan kedalaman materi sesuai sesuai tingkat keberaksaraan warga

belajar. Pemanfaatan waktu oleh warga belajar dan tutor pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

3. Proses rekrutmen, perlakuan pembelajaran, dan evaluasi secara individual

memungkinkan proses kontrol yang lebih objektif. Hasilnya dapat digunakan

untuk menentukan kebijakan dan pemberian program lanjutan yang tepat

yang mengakomodasi perbedaan individu setiap warga belajar. Warga belajar

Page 49: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

49

dengan kompetensi keaksaraan dan kecepatan belajar yang lebih tinggi

memungkinkan untuk mendapatkan hak pembelajaran lanjutan lebih awal

dibanding warga belajar lainnya.

4. Pola pembelajaran dengan mengakomodasi perbedaan individual ini dapat

diapli-kasikan di berbagai daerah dengan karakteristik lingkungan dan sosial

budaya yang berbeda. Pilihan komponen program yang hendak digunakan di

dalam penyeleng-garaannya juga disesuikan dengan kebutuhan masing-

masing daerah dan penye-lenggara.

C. Prediksi hambatan/ kesulitan

1. Sosialisasi harus dilakukan secara lebih intensif kepada warga masyarakat

dalam satu komunitas untuk menjelaskan program pembelajaran pendidikan

keaksaraan dengan pola rekrutmen yang sekuensial, berkelanjutan sepanjang

waktu. Akan tetapi hal itu sulit dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Perlu

banyak tenaga dan biaya

2. Program akan lebih berhasil bila menggunakan pendekatan struktural.

Artinya, pemerintah desa harus mengerahkan semua sumber daya yang ada

di dalam pemerintahannya untuk menggerakkan semua aparat yang ada di

dalamnya agar terlibat ---minimal--- di dalam sosialisasi program. Dengan

begitu, masyarakat menjadi tahu keberadaan program dan peluang

pembelajaran yang dapat diman-faatkan oleh masyarakat, baik peluang

pembelajaran keaksaraan dasar maupun peluang pembelajaran keaksaraan

lanjutan

3. Tidak mungkin menyeragamkan materi keterampilan untuk ditransformasikan

kepada semua warga belajar. Pada sisi lain, belum tentu ada nara sumber

teknis keterampilan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar

4. Waktu dan tempat pertemuan pembelajaran yang berbeda antar warga belajar

menuntut kesanggupan tutor secara fisik di samping memerlukan lebih

Page 50: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

50

banyak tenaga untuk kegiatan lainnya, misalnya pendampingan dan

pemantauan

5. Kegiatan pendampingan belum tentu dapat dilakukan oleh sumber daya lokal

ka-rena beberapa alasan. Misalnya keterbatasan dana untuk operasional dan

tidak adanya sumber daya lokal yang mampu berperan sebagai pendamping

6. Sekuensi proses yang berulang dan saling terkait antara satu kegiatan

dengan kegiatan lainnya membutuhkan lebih banyak orang dengan kapasitas

yang ber-beda, baik yang berperan sebagai tenaga pendidik dan

kependidikan, maupun yang berperan sebagai sumber dukungan.

Konsekuensinya, perlu lebih banyak dana untuk operasional termasuk

kompensasi kepada semua pihak yang berkontribusi

7. Dibutuhkan lebih banyak sarana pembelajaran yang variatif sesuai kebutuhan

belajar setiap warga belajar terutama sarana pembelajaran keaksaraan

lanjutan berupa tempat, bahan, alat, dan modal untuk kegiatan dan usaha

keterampilan tertentu.

8. Perlu lebih banyak nara sumber teknis untuk pembelajaran keaksaraan

lanjutan terutama pembelajaran keterampilan yang dapat digunakan sebagai

mata pencaharian sesuai kebutuhan masing-masing warga belajar.

Konsekuensinya, perlu dana untuk kompensasi yang lebih besar pula.

Page 51: Model Pendidikan Keaksaraan 2009

51

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Panduan Penyelenggaraan

2. Panduan rekrutmen calon warga belajar

3. Panduan pembelajaran keaksaraan dasar

4. Panduan penyusunan bahan ajar

5. Panduan evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan dasar

6. Panduan pembelajaran keaksaraan lanjutan

7. Panduan evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan lanjutan

8. Panduan pembentukan kelompok usaha dan pra-koperasi

9. Panduan pembentukan jaringan kerja dan pendampingan

10. Panduan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan