model pendidikan kecakapan hidup (life skills bagi...
TRANSCRIPT
MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)
BAGI REMAJA PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI
NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan SyaratGuna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
ARIS WANTO
NIM. 053111268
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
NYATAAN KEASLIAN
iii
iv
Lamp. : 4 (Empat) eksemplar
v
udul : Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi
vi
ABSTRAK
Aris Wanto (Nim : 3 1 0 5 2 6 8) Model Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills) bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari NgaliyanSemarang. Skripsi, Semarang: Program Strata 1, Jurusan PendidikanAgama Islam, IAIN Walisongo, 2011.
Dari judul di atas diambil permasalahan adalah: (1) Bagaimanaimplementasi model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja pantiasuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang?, (2) Faktor penghambatpelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari NgaliyanSemarang, (3) Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills dipanti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Penelitian ini bertujuan:(1) Ingin mengetahui implementasi model pendidikan life skills bagi remaja pantiasuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, (2) Ingin mengetahui faktorpenghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al HikmahWonosari Ngaliyan Semarang, dan (3) untuk mengetahui solusi dalammenanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al HikmahWonosari Ngaliyan Semarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah: metode penelitian kualitatifdengan menggunakan analisis deskriptif. yaitu prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan perilaku yang dapat diamati. Kemudian teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitianmenunjukan bahwa model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan AlHikmah adalah (1) pada aspek personal skill meliputi berbagai macam kegiatankeagamaan; (2) pada aspek thinking skill melalui problem solving sederhana; (3)pada aspek sosial skill melalui sistem kekeluargaan dan bimbingan belajar; dan(4) pada aspek vokasional skill melalui bimbingan ketrampilan baik diluar pantiasuhan maupun melalui Usaha Ekonomi Produktif. Faktor penghambatnya adalahfaktor finansial yang kurang memadai, sarana dan prasarana, anak asuh, danalokasi waktu. Sedangkan solusi untuk menanggulangi masalah tersebut adalahdengan menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembagaterkait, sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh, dan memaksimalkankegiatan yang ada dipanti asuhan.
Kata kunci : pendidikan life skills, remaja.
vii
Motto
اهللاإناهللاواتقوالغدقدمتمانفسولتنـظراهللاتقواآمنواالذينأيـهايا
برياخلونبممعت.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hasyr: 18)1
1 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005, hlm. 437.
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran
mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada:
1. Ayahanda Suwarnan dan Ibunda Murkini yang tidak pernah menyerah
memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan mencurahkan kasih
sayang serta do’anya kepada penulis.
2. Bapak dan Ibu guru/dosen yang telah membina dan membimbing dengan
ilmunya.
3. Adik-adikku (Uswatun Hasanah, Amaliyatul Hidayah, dan si Bungsu yang
paling ganteng Muhammad Alim) yang tercinta dan tersayang yang selalu
mendukung dan membantu terselesaikannya proses kuliah sampai skripsi ini.
4. Untuk semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberi
semangat dan doa’anya.
5. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang
telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.
ix
KATA PENGANTAR
الرحمن الرحیمبسم هللاPuji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan
judul “Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang” dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Nasiruddin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah
memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.
3. H. Mursid, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang
telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.
4. H. Abdul Kholiq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu
dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.
5. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M. Ag, selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai
penulisan skripsi ini.
6. Fina Sa’adah, S. Pd, selaku dosen wali yang membina dan memberi arahan
selama kuliah.
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ...... ii
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi
HALAMAN MOTO ........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah........................................................... 1
B. Penegasan istilah ................................................................... 4
C. Rumusan masalah .................................................................. 5
D. Tujuan penelitian ................................................................... 6
E. Manfaat penelitian ................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori ...................................................................... 7
1. Pendidikan life skills .......................................................... 7
1.1. Pengertian pendidikan life skills..................................... 7
1.2. Jenis-jenis pendidikan life skills..................................... 10
1.3. Konsep pendidikan life skills ........................................ 17
1.4. Tujuan dan manfaat pendidikan life skills ...................... 19
1.5. Ciri-ciri pendidikan life skills ........................................ 21
1.6. Indikator-indikator pendidikan life skills ........................ 21
2. Remaja .............................................................................. 24
1.7. Pengertian remaja ........................................................ 24
1.8. Ciri-ciri masa remaja..................................................... 24
1.9. Tugas perkembangan pada masa remaja ......................... 28
xii
3. Pendidikan life skills remaja ................................................ 29
B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian ..................................................................... 33
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 33
C. Fokus Penelitian ..................................................................... 33
D. Sumber Data Penelitian .......................................................... 34
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 35
F. Validitas data ........................................................................ 37
G. Metode Analisis Data ............................................................. 38
H. Prosedur penelitian ................................................................ 39
I. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum panti asuhan Al Hikmah ................................ 42
1. Sejarah berdirinya Panti Asuhan ......................................... 42
2. Maksud dan Tujuan ........................................................... 43
3. Jenis Kegiatan ................................................................... 44
4. Struktur Organisasi ............................................................ 44
5. Keadaan pengasuh dan anak asuh ....................................... 45
6. Sarana dan prasarana ........................................................ 46
B. Implementasi pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al
Himah .................................................................................. 46
1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill
di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................ 47
2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek thinking skill
di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................ 49
3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek sosial skill di
Panti Asuhan Al Hikmah ................................................... 52
4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vokasional skill
di Panti Asuhan Al Hikmah ............................................... 53
xiii
C. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di Panti
Asuhan Al Hikmah ................................................................ 56
D. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di
Panti Asuhan Al Hikmah ........................................................ 59
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 61
B. Saran .................................................................................... 61
C. Penutup ................................................................................. 62
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan
negara. Salah satu faktor yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan
kualitas kehidupan bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan
merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik
sebagai pribadi–pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
melakukan berbagai inovasi program pendidikan antara lain; a)
penyempurnaan kurikulum, b) pengadaan buku/bahan ajar, c) peningkatan
mutu gur, dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan, d)
peningkatan manajemen pendidikan, e) peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan.
Agar pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik
perlu diupayakan langkah-langkah penyempurnaan mendasar konsisten dan
sistematis paradigma pendidikan yang kita bangun adalah pendidikan yang
dapat mengembangkan potensi anak didik agar berani menghadapi tantangan
hidup sekaligus tantangan global, tanpa rasa tertekan, pendidikan kita harus
mampu mendorong anak didik memiliki pengetahuan, ketrampilan, memiliki
percaya diri yang tinggi dan mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan.
Untuk itu diperlukan pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang
untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yang secara
integratif memadukan keckapan generik dan spesifik guna mamacahkan dan
mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas
manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan
penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan
2
untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi
pembelajaran.1
Oleh karena itu pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup
(life skills) menjadi sebuah alternatif pembaharuan pendidikan yang
prospektif untuk mengantisipasi tuntutan masa depan. Dengan titik berat
pendidikan pada kecakapan untuk hidup, diharapkan pendidikan benar-benar
dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat.
Seperti halnya yang terdapat dalam panti asuhan Al Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang, yang merupakan salah satu Lembaga Penyelenggara
Usaha Kesejahteraan Sosial (LPUKS), dikota Semarang selain menjalankan
fungsi sosial dalam membina anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) juga melaksanakan kegiatan usaha sebagai bentuk kreatifitas
pemanfaatan sumber daya lingkungan yang potensial dan terpadu. Kaitannya
dalam hal pendidikan, panti asuhan ini menerapkan pendidikan life skills
sebagai salah satu program untuk membekali para anak asuhnya khususnya
pada remaja panti dalam hal kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan
keterampilan yang dibutuhkan setiap anak/Remaja untuk survive dalam
pergaulan dan hidupnya. Keterampilan ini dapat membantu mereka untuk
dapat memilih hal yang tepat dan menghindar dari situasi yang mungkin
dapat menjatuhkan mereka; termasuk memperkuat pertahanan dan ketahanan
mental anak/Remaja yang membuat mereka resistan (terhadap tawaran
narkoba) dan resilient (berkemampuan untuk bertahan) dalam menghadapi
masalah hidup.
Pendidikan life skills merupakan kecakapan-kecakapan yang secara
praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai macam
persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek
pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta
kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta
1 Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: DirjendKelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 1-3.
3
didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam
kehidupan.2
Pendidikan life skills yang berada di panti asuhan Al Hikmah berbeda
dengan yang berada di panti asuhan yang lainnya. Hal ini didasari oleh
program yang diselenggarakan oleh panti asuhan dan faktor usia dari panti
asuhan itu sendiri. Pendidikan life skills disana menekankan pada beberapa
aspek dari pendidikan life skills itu sendiri yakni meliputi aspek personal skill,
thinking skill, sosial skill, dan vokasional skill.
Dengan diterapkannya pendidikan kecakapan hidup (life skills) di Panti
Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu memberikan
bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik
tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu,
sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya.3 Selain itu anak asuh khususnya
remaja di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu
belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya,
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan
kualitas hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya. Dan
juga dapat meningkatkan keterampilannya agar kemudian setelah ia dewasa ia
dapat memiliki suatu keterampilan untuk dapat bertahan hidup. Hal inilah
yang kemudian menjadi latar belakang peneliti untuk melihat bagaimana
Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Bagi Remaja Di Panti
Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang.
2 Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan PenguatanRemaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses padatanggal 14 November 2010.
3 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikandan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 547.
4
B. Penegasan Istilah
Adapun istilah-istilah yang harus ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Model
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan.4
2. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan.5 Sedangkan Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan
yang diperlukan untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain,
dan masyarakat atau lingkungan dimana ia berada antara lain
keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis,
berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar
pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi
stress.6
Jadi Pendidikan Kecakapan hidup (life skill education) adalah
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
serta potensi-potensi pembawaan sehingga dapat beradaptasi dan
berinteraksi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan dimana ia
berada sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
3. Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat.7 Secara biologis remaja
4 Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 2008), Ed. IV, hlm. 923.
5 Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), Cet. V, hlm. 1.
6 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills Education), (Bandung:Alfabeta, 2004), hlm. 54.
7 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, (Jakarta: Ruhama, 1995),hal. 8.
5
adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun.8 Jadi pada penelitian ini
dikhususkan pada anak asuh yang sudah remaja, yakni berusia diantara 12
sampai 21 tahun.
4. Panti Asuhan
Panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak
yatim atau yatim piatu dan sebagainya.9 Yang dimaksudkan adalah tempat
di mana sebagai penampungan dalam jangka waktu tertentu untuk
memberikan pelayanan sosial atau santunan kepada anak-anak yang
mengalami hambatan sosial ekonomi atau anak yang terlantar dan
diterlantarkan.
5. Al Hikmah
Al Hikmah adalah nama sebuah lembaga kesejahteraan sosial
(panti asuhan) yang menjadi tempat penelitian.
6. Wonosari Ngaliyan Semarang
Wonosari adalah salah satu nama kelurahan yang berada di daerah
ngaliyan bagian barat kota Semarang.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara
lain;
1. Bagaimana model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al
Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang?
2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al
Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
8 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 63.9 Depdiknas., Op. Cit., hlm. 1017.
6
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain;
1. Untuk mengetahui model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan
Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al
Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu
pengetahuan yang ada kaitannya dengan pendidikan life skill.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada pimpinan/pengasuh panti asuhan al
Hikmah atau kepada lembaga-lembaga sosial terkait sebagai upaya
pengembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada
kehidupan anak asuh kelak. Yakni memberikan pengertian dan
penjelasan tentang pelaksanaan pendidikan life skill di Panti Asuhan
Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
b. Sebagai bahan masukan kepada anak asuh dengan pendidikan life
skills, dapat memberikan bekal hidup nantinya setelah terjun ke dalam
masyarakat.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
1) Pendidikan
Pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan merupakan
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Usaha-usaha yang dilakukan yakni untuk menanamkan nilai-nilai
dan norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya
untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam
suatu proses pendidikan.1
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak
didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya
kepada pembinaan dan pembentukan sikap dan kepribadian manusia
yang ruang lingkupnya meliputi pada proses mempengaruhi dan
membentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri
manusia. Berbeda dengan pengajaran yang lebih menitikberatkan
usahanya kearah terbentuknya kemampuan maksimal intelektual
dalam menerima, mamahami, menghayati dan menguasai serta
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan.2
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan: Pendidikan
sebagai usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar
1 Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), Cet. V, hlm. 1-2.
2 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 99.
8
dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.3
Dari definis-definisi tersebut dapat ditekankan bahwa
pendidikan tidak hanya sekedar menjadikan peserta didik menjadi
sopan, taat, jujur, hormat. Ataupun hanya bermaksud agar peserta
didik memiliki ilmu pengetahuan, seni dan tehnologi. Pendidikan
juga tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan
pembentukan keterampilan saja. Namun diperluas sehingga
mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan
kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial
yang memuaskan.
2) Kecakapan Hidup (Life Skills)
Meskipun kecakapan hidup telah didefinisikan berbeda-beda,
namun essensi pengertiannya sama. Brolin (1989) menjelaskan
bahwa life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude
that are necessary for a person to function effectively and to avoid
interruptions of employment exxperience.4 Sedangkan WHO (1997)
memberikan pengertian bahwa life skills adalah berbagai
keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan
berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-
hari secara efektif.5 Sementara itu Tim Broad-Based Education
(2002) menafsirkan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki
3 Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),hlm. 3.
4 Artinya kecakapan hidup merupakan kontinum pengetahuan dan kemampuan yangdiperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara efektif dan untuk menghindari gangguan daripada pengalaman pekerjaan. Baca dalam buku karangannya Anwar hlm. 20.
5 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills)Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004), hlm. 6.
9
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya.6
Sejalan dengan hal itu Anwar memberikan penjelasan bahwa
Kecakapan hidup adalah kemampuan yang diperlukan untuk
berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, dan masyarakat atau
lingkungan dimana ia berada antara lain keterampilan mengambil
keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif,
berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi,
kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stress.7
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat diambil
hal-hal yang essensial berkaitan dengan kecakapan hidup, bahwa
kecakapan hidup adalah sebagai petunjuk praktis yang membantu
peserta didik untuk belajar bagaimana merawat tubuh, tumbuh untuk
menjadi seorang individu, bekerja sama dengan orang lain, membuat
keputusan-keputusan yang logis, melindungi diri sendiri untuk
mencapai tujuan hidupnya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi
tolok ukur life skills pada diri seseorang adalah terletak pada
kemampuannya untuk meraih tujuan hidupnya. Life skills
memotivasi peserta didik dengan cara membantunya untuk
memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupan, sehingga
mereka mampu menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan
proses problem solving apabila dihadapkan pada persoalan-persoalan
hidup.
3) Pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan kecakapan
hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang
6 Depdiknas, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui PendekatanBroad-Based Education, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 8.
7 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung:Alfabeta, 2004), hlm. 54.
10
dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai
kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan
terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan cara ini,
pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan
mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih
bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang
dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan
mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupan
dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga,
kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa,
dan kehidupan-kehidupan yang lainnya. Ciri kehidupan adalah
perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan
untuk menghadapinya.8
UUSPN telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup,
sebagai bagian yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang
berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. 9
b. Jenis-jenis Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu :
kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS) yang
terbagi atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial
8 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikandan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545.
9 Ibid., hlm. 545.
11
(social skill) sedangkan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific
life skill/SLS) mencakup kecakapan akademik (academic skill) dan
kecakapan vokasional (vocational skill).
Jenis kecakapan hidup di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar skema kecakapan hidup berikut;
Gambar 1. Skema terinci kecakapan hidup (life skills).
1) Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS), yang
mencakup;
a) Kecakapan personal (personal skill), adalah kecakapan yang
diperlukan bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh.
Kecakapan ini mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau
memahami diri (self awareness) dan kecakapan berfikir (thinking
skill).
Menurut depdiknas bahwa kecakapan kesadaran diri itu
pada dasarnya merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
kecakapanhidup/life
skills
kecakapanhidup generik
kecakapanpersonal
kesadaran diri
kecakapanberfikir
kecakapansosial
kecakapanhidup spesifik
kecakapanakademik
kecakapanvokasional
12
diimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungan.10 Kecakapan kesaadaran diri tersebut
dapat dijabarkan menjadi: kesadaran diri sebagai hamba Tuhan,
makhluk sosial, serta makhluk lingkungan, dan kesadaran akan
potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik fisik maupun
psikologik.
Kemudian kecakapan berfikir rasional (thingking skill)
adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan potensi
berfikir.11 Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan
menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah
informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan
memecahkan masalah secara kreatif.12
b) Kecakapan sosial (social skill), mencakup kecakapan
berkomunikasi dengan empati (communication skill) dan
kecakapan bekerja sama (collaboration skill).
Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua
arah perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi
disini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi pesannya
sampai dan disertai dengan kesan baik yang dapat menumbuhkan
hubungan harmonis.13 Komunikasi dapat melalui lisan atau
tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan
menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan.
Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang
mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan
bicara merasa diperhatikan dan dihargai. Kecakapan
10 Depdiknas., Op. Cit., hlm. 10.11 Joko Sutrisno, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia
Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, (Bogor: Institut Pertanian Bogor,2003), hlm. 8.
12 Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam JurnalPendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 562-574.
13 Anwar, OP. Cit., hlm. 30.
13
menyampaikan gagasan dengan empati, akan membuat orang
dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dan dengan kata-kata
santun, sehingga pesannya sampai dan lawan bicara merasa
dihargai. Dalam tahapan lebih tinggi, kecakapan menyampaikan
gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain.
Menyampaikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis,
juga memerlukan keberanian. Keberanian seperti itu banyak
dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam aspek kesadaran diri. Oleh
karena itu, perpaduan antara keyakinan diri dan kemampuan
berkomunikasi akan menjadi modal berharga bagi seseorang
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Di dalam al Qur’an pun ternyata Allah SWT telah memuat
ayat-ayat tentang komunikasi. Beberapa ayat dalam al Qur’an
yang mengatur tentang komunikasi adalah:
.يخشىأويتذكرعلهلليناقواللهفقوالArtinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengankata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atautakut”. (Q.S. At Thoha: 44)14
Kecakapan kerjasama tidak hanya antar teman kerja yang
“setingkat” tetapi juga dengan atasan dan bawahan. Dengan rekan
kerja yang setingkat, kecakapan kerjasama akan menjadikan
seseorang sebagai teman kerja yang terpercaya dan
menyenangkan. Dengan atasan, kecakapan kerjasama akan
menjadikan seseorang sebagai staf yang terpercaya, sedangkan
dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan
tim kerja yang berempati kepada bawahan.
Kemampuan kerjasama perlu dikembangkan agar peserta
didik terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya agak komplek.
Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling
14 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005, hlm. 251.
14
pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan
yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat
membangun semangat komunitas yang harmonis.
Sebagai mahluk sosial, manusia merupakan bagian dari
masyarakat yang selalu membutuhkan keterlibatan menjalin
hubungan dengan sesamanya, hal ini disebut dengan silaturrahmi.
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها به الذي تساءلونا ونساء واتقوا اهللاكثريزوجها وبث منهما رجاال
.اكان عليكم رقيبواألرحام إن اهللاArtinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-muyang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanyaAllah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yangbanyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu samalain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. SesungguhnyaAllah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An Nisa’: 1)15
2) Kecakapan Hidup Spesifik (specifik life skill), yaitu kecakapan untuk
menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup;
a) Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual
Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut
kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah pada
dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir pada
General Life Skills (GLS). Jika kecakapan berpikir pada GLS
masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah
kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal itu
didasarkan pada pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang
ditangani memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah.
Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melalui
identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu
fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu
15 Ibid., hlm. 61.
15
rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian
untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan.16
Sebagai kecakapan hidup yang spesifik, kecakapan
akademik penting bagi orang-orang yang akan menekuni
pekerjaan yang menekankan pada kecakapan berpikir. Oleh
karena itu kecakapan akademik lebih cocok untuk jenjang SMA
dan program akademik di universitas. Namun perlu diingat, para
ahli meramalkan di masa depan akan semakin banyak orang yang
bekerja dengan profesi yang terkait dengan mind worker dan bagi
mereka itu belajar melalui penelitian menjadi kebutuhan sehari-
hari. Tentu riset dalam arti luas, sesuai dengan bidangnya.
Pengembangan kecakapan akademik yang disebutkan di atas,
tentu disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa dan jenjang
pendidikan.
b) Kecakapan Vokasional (Vocational skill).
Kecakapan Vokasional adalah keterampilan yang dikaitkan
dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan
vokasional khusus (occupational skill).17
Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu:
kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional khusus
yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan
dasar vokasional mencakup antara melakukan gerak dasar,
menggunakan alat sederhana diperlukan bagi semua orang yang
menekuni pekerjaan manual (misalnya palu, obeng dan tang), dan
kecakapan membaca gambar sederhana. Disamping itu,
kecakapan vokasional dasar mencakup aspek sikap taat asas,
16 Anwar, Ibid., hlm. 30.17 Joko Sutrisno, Op.cit., hlm. 9.
16
presisi, akurasi dan tepat waktu yang mengarah pada perilaku
produktif.
Kecakapan vokasional khusus, hanya diperlukan bagi
mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai. Misalnya
menservis mobil bagi yang menekuni, pekerjaan di bidang tata
boga, dan sebagainya. Namun demikian, sebenarnya terdapat satu
prinsip dasar dalam kecakapan vokasional, yaitu menghasilkan
barang atau menghasilkan jasa.18 Kecakapan akademik dan
kecakapan vokasional sebenarnya hanyalah penekanan. Bidang
pekerjaan yang menekankan ketrampilan manual, dalam batas
tertentu juga memerlukan kecakapan akademik. Demikian
sebaliknya, bidang pekerjaan yang menekankan kecakapan
akademik, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan
vokasional. Jadi diantara jenis kecakapan hidup adalah saling
berhubungan diantara kecakapan yang satu dengan kecakapan
yang lainnya.
Slamet membagi life skills menjadi dua bagian yaitu:
kecakapan dasar dan kecakapan instrumentasi. Slamet selanjutnya
membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu: (a)
kecakapan belajar terus menerus; (b) kecakapan membaca, menulis,
dan menghitung; (c) kecakapan berkomunikasi: lisan, tergambar, dan
mendengar; (d) kecakapan berfikir; (e) kecakapan qolbu: iman
(spiritual), rasa dan emosi; (f) kecakapan mengelola kesehatan; (g)
kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya mencapainya;
(h) kecakapan berkeluarga dan sosial.
Sedangkan untuk kecakapan instrumental selanjutnya Slamet
membagi menjadi sepuluh kecakapan sebagai berikut: (a) kecakapan
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan; (b) kecakapan mengelola
sumber daya; (c) kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (d)
18 Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: DirjendKelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 10.
17
kecakapan memanfaatkan informasi; (e) kecakapan menggunakan
sistem kehidupan; (f) kecakapan berwirausaha; (g) (h) kecakapan
kejuruan, termasuk olah raga dan seni; (i) kecakapan memilih,
menyiapkan dan mengembangkan karir; (j) kecakapan menjaga
harmoni dengan lingkungan; (k) kecakapan menyatukan bangsa
berdasarkan nilai-nilai pancasila.19
Sedangkan Anwar mengelompokkan kecakapan hidup
mencakup: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berfikir
kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina
hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi,
dan mengatasi stress.20
Berdasarkan jenis-jenis kecakapan hidup di atas, pada dasarnya
diantara penjelasan para ahli yang satu dengan yang lainnya pada
hakikatnya mempunyai kesamaan, sehingga beberapa jenis
kecakapan hidup sudah termasuk dalam satu kecakapan. Pembagian
kecakapan hidup oleh depdiknas dianggap sudah mewakili dari
beberapa pembagian para ahli, yang menyatakan bahwa kecakapan
hidup (life skills) ada empat aspek yakni kecakapan personal,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
c. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Konsep dasar dari pendidikan life skills tidak terlepas dari tujuan
pendidikan nasional dan bagaimana upaya untuk mencapai tujuan
tersebut yang secara normatif tercantum dalam Undang-Undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi bahwa berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,
19 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 552-559.20 Anwar, Op. Cit., hlm. 54.
18
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.21
Berdasarkan tujuan tersebut, maka pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah bertugas dan berfungsi mempersiapkan peserta
didik agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2)
mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan
kehidupan untuk berbangsa, dan (4) mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.22
Konsep life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam
pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada
kecakapan atau keterampilan hidup untuk bekerja atau dalam kajian
pengembangan kurikulum isu tersebut dibahas dalam pendekataan
studies of contemporary life outside the school atau curriculum design
focused on social functions activities. Dalam pendekatan kurikulum
tersebut, pengembangan life skills harus dipahami dalam konteks
pertanyaan berikut:
1) Kemampuan (life skills) apa yang relevan dipelajari anak di sekolah,
atau dengan kata lain kemampuan apa yang mereka harus kuasai
setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu.
2) Bahan belajar apa yang harus dipelajari sehingga ada jaminan bagi
anak bahwa dengan mempelajarinya mereka akan menguasai
kemampuan tersebut.
3) Kegiatan dan pengalaman belajar yang seperti apa yang harus
dilakukan dan kemampuan-kemampuan apa yang perlu dikuasainya.
4) Fasilitas, alat, dan sumber belajar yang bagaimana yang perlu
disediakan untuk mendukung kepemilikan kemampuan-kemampuan
yang diinginkan tersebut.
5) Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa anak didik benar-benar
telah menguasai kemampuan-kemampuan tersebut. Bentuk jaminan
21 Undang-Undang Sisdiknas. Op.cit., hlm. 8.22 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.
19
apa yang dapat diberikan sehingga anak-anak mampu menunjukkan
kemampuan itu dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Konsep life skills menjadi landasan pokok kurikulum,
pembelajaran, dan pengelolaan semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan yang berbasis masyarakat. Dan dalam penyelenggaraan
pendidikan kecakapan hidup seharusnya didasarkan atas prinsip empat
pilar pendidikan, yaitu: learning to know or learning to learn (belajar
untuk memperoleh pengetahuan), learning to do (belajar untuk dapat
berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat
menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi
diri), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama
dengan orang lain).23
d. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Meskipun bervariasi dalam menyatakan tujuan pendidikan
kecakapan hidup, namun konvergensinya cukup jelas yaitu bahwa
tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta
didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Esensi dari
pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi
pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun
progresif.
Lebih spesifiknya, tujuan pendidikan kecakapan hidup dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1) memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan
lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan
(etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari
sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
23 Anwar, Op. Cit., hlm. 5.
20
2) memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang
dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan
penyiapan karir.
3) memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara
benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat
memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan
masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus.
4) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong
peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders, dan
fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.
5) memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan
kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental,
dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, lingkungan sosial
dan pisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.24
Pendidikan kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta
didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik,
pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berfikir,
kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada
gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan
individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan
jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan
kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Sedangkan bagi masyarakat,
pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju
dan madani dengan indikator-indikator adanya: peningkatan
kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat
mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat
yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori,
solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).25
24 Ibid., hlm. 43.25 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.
21
e. Ciri-ciri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Ada beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup
menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai
berikut:
1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar.
2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama.
3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar usaha mandiri dan usaha bersama.
4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional,
akademik, manajerial serta kewirausahaan.
5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan
dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu.
6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli.
7) Terjadi proses penilaian kompetensi.
8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
bersama.
Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam
lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional
skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus
(spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa
life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus
sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program
life skill dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan
dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah
dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.26
f. Indikator-indikator pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Orientasi dari life skills adalah menghindari sistem pendidikan
yang hanya sebatas formalitas, pembakuan, dan kaku. Gambaran
ketidakformalan itu tampaknya bisa dilihat dari model targeting life
26 Anwar, Op. Cit., hlm. 21.
22
skills yang dibuat Pat Hendricks, dari Iowa State University. Model
Hendricks ini dibuat dari konsep pendidikan yang dikembangkan
familiy living and 4-H youth development ketika melaksanakan program
pendidikan anak kapabel, kompeten, dan menghargai masyarakat.
Model targeting life skills ini terdiri dari 35 faktor kemampuan life
skills. Semua faktornya saling terhubung dan terintegrasi. Masing-
masing faktor merujuk pada kompetendi individual yang dibutuhkan
lingkungan sosialnya.
Pihak Washington State University kemudian mengeleminirnya
menjadi delapan indikator life skills. Kedelapan indikator yang menjadi
acuan program pendidikan life skills tersebut terdiri dari:
1) Decision making (kemampuan membuat keputusan) – membuat
pilihan diantara berbagai alternatif, kemampuan membuat daftar
pilihan sebelum membuat keputusan, mampu memikirkan akibat dari
putusan yang akan diambil, dan mampu mengevaluasi pilihan yang
telah dibuat.
2) Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan sumber daya) –
menggunakan referensi, bermanfaat, punya nilai responsibilitas,
berdasarkan prioritas.
a) Mendayagunakan sumber daya yang ada disekitar dirinya.
b) Memanfaatkan sumber daya finansial sendiri secara terencana
c) Memanfaatkan pengaturan waktu yang baik
d) Berhati-hati dengan personalitas diri.
3) Communication (komunikasi) – kemampuan menyampaikan
pendapat, informasi, atau pesan dengan berbagai orang melalui
pembicaraan, penulisan, gerak tubuh, dan ekspresi yang efektif.
a) Membuat presentasi
b) Mendengarkandengan sekasama apa yang dikatan orang
c) Jelas dalam menyampaikan pendapat, perasaan, atau ide kepada
orang lain
d) Tidak emosional dalam menjelaskan ketidak sepakatan.
23
4) Accepting differences (menerima perbedaan) – kemampuan
mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan
pelbagai pihak
a) Menghargai orang yang berbeda
b) Bekerja sama dengan orang yang berbeda
c) Menjalin hubungan dengan orang yang berbeda.
5) Leadership (kepemimpinan) – mampu mempengaruhi dan
menjelaskan sesuatu kepada pelbagai pihak di dalam kelompok.
a) Mengatur kelompok pada tujuan yang telah ditetapkan
b) Menggunkan gaya kepemimpinan yang variatif
c) Saling berbagi dengan yang lain dalam kepemimpinan
6) Useful/marketable skills (kemampuan yang marketabel) –
kemampuan menjadi pekerja dan dibutuhkan oleh lapangan kerja.
a) Memahami permasalahan
b) Mengikuti instruksi
c) Memberi kontribusi pada kerja tim
d) Siap bertanggung jawab pada tiap tugas yang diberikan
e) Menghindari kesalahan dan mencatat prestasi
f) Siap melamar pekerjaan
7) Healthy lifestyle choices (kemampuan memilih gaya hidup sehat) –
kemampuan memilih gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran,
menghindari penyakit dan luka-luka.
a) Memilihmakanan sehat
b) Memilih aktifitas yang sehat bagi tubuh danmental
c) Mengatur stress secara positif di dalam kehidupan pribadi
d) Menghindari perilaku beresiko.
8) Self-responsibility (bertanggung jawab pada diri sendiri) – mampu
menjaga diri; menghargai perilaku diri dan dampaknya; mampu
memilih posisi dintara salah dan benar.
a) Mengerjakan sesuatu yang benar bagi diri ketika di dalam
kelompok
24
b) Selalu mengingatkan diri akan kesalahan yang bisa dibuat
c) Mencoba memahami betul sebelum membuat komitmen
d) Mengontrol tindakan diri berdasarkan tujuan/masa depan.27
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah adolescence
ini memiliki arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.28 Masa remaja itu merupakan masa transisi,
baik biologis, psikologis, sosial mupun ekonomis. Masa remaja
merupakan masa yang penuh dengan gejolak dan kegoncangan.
Perkembangan selama masa remaja menyangkut serangakaian proses,
ada yang panjang ada yang pendek, ada yang lancar dan ada pula yang
tersendat-sendat. Ada sementara remaja yang lebih awal matang, ada
pula yang lebih lambat.
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja adalah
mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan
awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami mimpi yang
pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma.29
Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang
ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan
perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang
berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.
27 Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (StudiPembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal Pendidikan danKebudayaan, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 103.
28 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Ed. V, hlm. 206.
29 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Rosda Karya, Bandung, 2005, hal. 63.
25
b. Ciri-ciri Masa Remaja
1) Periode Yang Penting
Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting dari pada
periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan
perilaku, dan ada yang diaggap penting karena berakibat jangka
panjang.
2) Periode Peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
Sehingga pada remaja sering terlihat adanya kegelisahan,
pertentangan, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang
belum diketahunya, keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih
luas, menghayal dan berfantasi, serta aktivitas kelompok.30
3) Periode Perubahan
Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik.
Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung pesat, dan sebaliknya. Ada lima perubahan
yang sama yang hampir bersifat universal yang terjadi pada masa
remaja, yakni:
a) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
Granville Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang
peka; remaja mengalami badai dan topan (storm & stress) dalam
kehidupan perasaan dan emosinya.31 Mengapa? Karena pada
masa ini sering terjadi frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaisan, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan
teralienasi/terasing dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.
30 H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), hlm. 47-48.
31 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 32.
26
b) Perubahan-perubahan yang menyertai kematangan seksual
membuat remaja tidak yakin akan dirinya, kemampuan-
kemampuannya serta minatnya.
c) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh
lingkungan menimbulkan masalah baru bagi remaja.
d) Perubahan dalam minat dan perilaku disertai pula perubahan
dalam nilai-nilai.
e) Sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka ingin dan menuntut kebebasan tetapi sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya dan tidak yakin dengan
kemampuannya untuk memikul tanggung jawab tersebut.32
4) Usia Bermasalah
Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun perempuan. Hal itu disebabkan oleh:
a) Selama masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar
diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b) Remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru.
Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Anna Freud, mereka
telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang
disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang
normal.33
5) Mencari Identitas
Seperti yang dijelaskan oleh Erikson bahwa: “Identitas diri
yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
32 Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2007),Cet. V, hlm. 62.
33 Elizabeth B. Hurlock, OP. Cit., hlm. 208.
27
apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau
seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami
atau ayah?...... apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar
belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang
merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau
akan gagal?”34
6) Usia Yang Menimbulkan Ketakutan
Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja menjadi takut bertanggung jawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Anggapan
tersebut juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap
dirinya sendiri. Ini menyebabkan peralihan ke masa dewasa menjadi
sulit.
7) Masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dengan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini,
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal dari
masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi
marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkan sendiri.
8) Ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun
dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah
34 Ibid, hlm. 208.
28
cukup. Oleh karena tu, remaja mulai bertindak dan berperilaku yang
dihubungkan dengan orang dewasa, yaitu merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perubahan seks.35 Karena mereka menganggap bahwa perilaku ini
akan memberikan citra yang mereka inginkan.
c. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah
sebagai berikut, diantaranya:
1) Mencapai hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
2) Mencapai peranan sosial, baik pria maupun wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya dengan
efektif.
4) Mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
6) Memilih dan mempersiapkan karier ekonomi seperti lapangan
pekerjaan.
7) Mempersiapkan diri dalam perkawinan dan pembentukan keluarga,
dan;
8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.36
Jika tugas perkembangan itu berjalan dengan baik, maka dapat
diharapkan anak remaja akan menjadi orang dewasa yang sanggup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab untuk memperkembangkan
masyarakat.
Jika terjadi kelainan tingkah laku pada remaja dan orang dewasa
pada umumnya, tentu ada kaitannya dengan tugas-tugas perkembangan
yang tidak terselesaikan. Maka anggota masyarakat yang bijaksana
35 Soeparwoto, dkk., Op. Cit., hlm. 62-63.36 Elizabeth B. Hurlock, Op. Cit., hlm. 10.
29
hendaklah memahami kelainan tingkah laku itu secara objektif dengan
jalan menganalisa jenis kelainan tingkah laku itu. Kemudian
memberikan bimbingan kearah pengembangan anak secara maksimal
agar tercapai kebahagiaan pribadinya serta kemanfaatan social.37
3. Pendidikan Life Skills Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan,
sehingga pada masa ini sering disebut dengan masa storm and stress
(badai dan tekanan). Keadaan remaja yang sedang berproses kearah
pencarian dan pembentukan jati diri ini kerap menimbulkan konflik, hal
itu akan terus terjadi karena adanya unsur ketidaksiapan seorang remaja
dalam menghadapi permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun
eksternal remaja tersebut. Ketidaksiapan remaja dalam mengatasi
persoalan hidup tentu saja akan berpengaruh negatif bagi perkembangan
diri maupun lingkungan sekitarnya, misalnya; kehilangan orientasi tentang
membangun masa depan, terjerumus ke dunia narkoba, minuman alkohol,
pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya.
Melihat kondisi remaja yang sangat rentan dengan konflik ini maka
perlu adanya perhatian khusus bagi semua kalangan untuk lebih serius
dalam melakukan pendekatan melalui program-program pendampingan
dan pengembangan diri pada usia remaja.
Pembatasan tentang usia remaja dari semua ahli kebanyakan hampir
sama, yakni dari usia 12-23 tahun. Mesipun mulainya masa remaja relatif
sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat variatif hal ini sangat
berkaitan dengan kecakapan/kemampuan remaja dalam pemenuhan
kapasitas diri sebagai sosok orang dewasa.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang
secara praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai
macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek
37 Sofyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981),hlm. 16.
30
pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta
kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta
didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam
kehidupan.
Dikaitkan dengan pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada
remaja, jika diartikan secara luas Pendidikan kecakapan hidup ini dapat
menyentuh aspek-aspek kehidupan remaja seperti :
a. Aspek personal skill
Aspek ini menjangkau ruang pemahaman untuk mengenali diri
(self awareness skill) sehingga diharapkan remaja mampu berpikir
rasional dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
(thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan
penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri
kelebihan juga kekurangan yang dimiliki. Dengan demikian maka
kecakapan ini dapat menjadi modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan
menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan (making
decision), serta memecahkan masalah (problem solving) secara kreatif.
b. Aspek Sosial Skill
Merupakan aspek yang diperkuat untuk menjangkau sisi
kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, teman sebaya,
juga lingkungan masyarakat sekitar. Penguatan pada aspek ini
dilakukan agar remaja dapat mengembangkan kemampuan berdialog
dalam dunia pergaulan, sehingga memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan baik (communication skill) dan kemampuan bekerjasama
dengan orang lain (collaboration skill).
c. Aspek Akademik Skill dan Aspek Vokasional Skill
31
Secara konsep kedua aspek ini disebut sebagai Kecakapan
spesipik (Specific Life Skill). Kedua aspek ini berkaitan langsung
dengan penguasaan kemampuan keterampilan secara khusus bagi
remaja dalam mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan
untuk menguasai serta menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis
pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang
akan ditekuni sebagai mata pencaharian, melainkan secara menyeluruh
guna menjadi bekal untuk bersaing dalam kehidupan dunia kerja
kedepan.
Selain beberapa aspek di atas, terdapat program-program
pengembangan lainnya dapat berupa peningkatan kualitas mental
seperti pendidikan kepemimpinan (leadership), komunikasi (public
speaking), juga pelatihan-pelatihan kejuruan seperti komputer,
kerajinan pertukangan, seni pahat/ukir, lukis, daur ulang bahan bekas
(recycle) serta kreatifitas lain yang menunjang kehidupan remaja secara
vokasinal.
Jika empat aspek pengembangan kecakapan hidup diatas dapat
dimiliki oleh seorang remaja maka dipastikan mereka dapat tumbuh dan
berkembang secara layak serta memiliki kemampuan dan keberanian
untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya.38
B. Kajian penelitian yang relevan
Berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema
penelitian, diantaranya seperti dibawah ini yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyatun Hasanah (3103120) Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul “Upaya pesantren berbasis
agribisnis dalam meningkatkan life skills santri pondok pesantren (studi
38 Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan PenguatanRemaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses padatanggal 14 November 2010.
32
kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Serangsari Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo)” yang didalamnya membahas tentang proses
peningkatan life skill degan menerapkan konsep BBE-LS yaitu pendidikan
berbasis luas dengan melakukan pendidikan life skill melalui orientasi
pembelajaran, budaya pesantren, manajemen pesantren, penciptaan hubungan
dengan masyarakat dan pengisian muatan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan mayarakat.39
Siti Aliyah (3102171) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dalam
skripsinya yang berjudul “Implementasi pendidikan vocational skills di
Pondok Pesantren Az Zuhri Ketileng Semarang” menjelaskan bahwa
3implementasi pendidikan vocational life skills di Pondok Pesantren az Zuhri
menggunakan materi yang bersifat keterampilan seperti pelajaran komputer,
menjahit, otomotif, qira’ (seni baca al Qur’an), rebana, dan lain-lain
sebagainya yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat
yang dimiliki para santri sehingga dapat digunakan untuk bekal keterampilan
ketika terjun kemasyarakat.40
Sedangkan penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya karena penulis hanya memfokuskan pada pelaksanaan model
pendidikan life skills yang ada di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar
Ngaliyan Semarang.
39Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis DalamMeningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al IshlahDesa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), (Semarang: IAIN Walisongo,2008).
40 Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di PondokPesantren az Zuhri Ketileng Semarang, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008).
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Penelitian yang berjudul Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja
Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, merupakan
penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.1
Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka
tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup catatan
laporan dan foto-foto.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan
Semarang, dengan pertimbangan: Panti Asuhan Al Hikmah merupakan salah
satu dari panti asuhan yang berada di semarang yang memiliki berbagai
macam wirausaha dan berbagai usaha-usaha ekonomi produktif yang maju.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus penelitian merupakan tahap yang
sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena suatu penelitian
kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah,
baik masalah-masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui
keputusan ilmiah.2 Jadi fokus dari penelitian kualitatif sebenarnya masalah itu
sendiri.
1 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, (Bandung: PT. RosdaKarya, 2009), hlm. 4.
2 Ibid., hlm. 92.
34
Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: Model
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang.
D. Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dari:
1. Data Primer
Ada dua data primer yang digunakan:
a. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi guna dapat
memecahkan masalah yang diajukan. informan dalam penelitian ini
adalah:
1) Pimpinan panti asuhan.
2) Para pengasuh dan pengurus panti asuhan.
b. Responden
Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan
tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat
disampaikan dalam bentuk tulisan yaitu ketika mengisi angket, atau
lisan ketika menjawab pertanyaan.3
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah anak asuh
yang ada di panti asuhan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang didapat atau diperoleh dengan
cara tidak langsung. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari:
a. Sumber Tertulis
Sumber tertulis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi arsip,
dokumen-dokumen, catatan dan laporan rutin panti asuhan.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hlm. 145.
35
b. Foto
Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan
oleh peneliti sendiri.4
Dalam penelitian ini menggunakan dua kategori foto yaitu foto
yang dihasilkan orang dan yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode wawancara, observasi, dokumentasi.
1. Metode Wawancara (interview)
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara secara langsung, berupa interview secara mendalam terhadap
informan. Wawancara adalah pengamatan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
pula. Ciri utama dari wawancara atau interview adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara interview dan sumber informasi (interviewer).5
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.6 Dalam wawancara diharapkan terjadi hubungan
yang baik antara pewawancara dengan responden sehingga tidak timbul
kecurigaan dan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa
pedomam wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang
diajukan secara langsung kepada informan dan responden di tempat
penelitian. Dalam hal ini yang di wawancarai adalah :
a. Pimpinan Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
4 Lexy J. Moleong, Op Cit., hlm. 160.5 Ibid., hlm. 83.6 Ibid., hlm. 186.
36
b. Pengurus dan pengasuh Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang.
c. Anak asuh khususnya remaja Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang.
2. Metode Observasi/Pengamatan Langsung
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang
diteliti.7 Pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap obyek di
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada
bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung.8
Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan dari
Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, khususnya
mengenai pelaksanaan model pendidikan kecakapan hidup (life skills)
kepada anak asuhnya khususnya para remaja panti asuhan disana.
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan melalui
pencatatan yang dilakukan berurutan menurut waktu munculnya
peristiwa untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi, sarana dan
prasarana, waktu dan masa pembinaan, program atau kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh pengasuh Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang.
3. Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.9 Metode dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-
data dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data dan informasi tertulis dari informan yang
7 S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hlm.56.
8 Maman Rachman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, (Semarang: IKIPSemarang Press, 1999), hlm. 77.
9 Suharsimi Arikunto, Op.cit., hlm. 231.
37
berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang didapatkan tersebut
dapat pula untuk memperkuat apa yang terdapat dalam lapangan saat
wawancara dan observasi.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian
karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan.
Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan
dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya.10 Apabila
peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat
dengan teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Teknik pengujian yang dipergunakan dalam penentuan validitas data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data
itu sendiri.11
Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan
hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu triangulasi
dengan memanfaatkan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda yaitu dengan cara:
1. Membandingkan data hasil penggambaran dengan hasil wawancara.
Sumber data yang di peroleh dari pimpinan, pengurus, pengasuh panti
asuhan dan anak-anak asuh panti asuhan dibandingkan dengan data hasil
10 S Nasution, Op.cit., hlm. 105.11 Lexy J. Moleong, Op.cit., hlm. 330.
38
pengamatan yang diperoleh dari pengamatan terhadap aktifitas sehari-hari
dan semua kegiatan yang diikuti dan dilakukan oleh anak-anak asuh.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang
berkaitan. Hasil wawancara yang diperoleh dari pimpinan, pengurus,
pengasuh panti asuhan dan anak-anak asuh dibandingkan dengan isi
dokumen terkait yang berkaitan dengan panti asuhan.
G. Analisis Data
Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting jika dilihat dari
tujuan penelitian. Analisis data kulitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.12 Penelitian ini bersifat
deskriptif analisis yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian
sehingga dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang model
pendidikan kecakapan hidup (life skill) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang
harus dilakukan adalah tahap analisis data, yaitu tahap pemanfaatan data
sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpulkan kebenaran yang dapat
digunakan dalam menjawab pokok permasalahan. Dalam penelitian ini
analisis yang digunakan bersifat deskriptif analisis yang dilakukan dengan 4
tahap, antara lain :
1. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan dan penelitian mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.
2. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “ kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini akan dilakukan
12 Ibid., hlm. 248.
39
secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini
data yang direduksi adalah pada temuan di lapangan yaitu yang berasal
dari hasil wawancara, hasil observasi langsung, dan hasil dokumentasi.
3. Sajian data yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan
tindakan.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data yaitu langkah terakhir dari
analisis data. Dalam penarikan kesimpulan ini harus didasarkan pada
reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang
diangkat dalam penelitian.13
Dengan demikian keempat komponen tersebut saling mempengaruhi
dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan
menggunakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan
data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data,
setelah direduksi kemudian diadakan sajian data. Pengumpulan data juga di
gunakan untuk penyajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan
untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan,
maka diambil keputusan atau verifikasi.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap
sebelum kelapangan, pekerjaan lapangan atau penelitian, analisis dan
penulisan laporan.
Pada tahap pertama atau pra lapangan peneliti mempersiapkan segala
macam yang di butuhkan sebelum terjun dalam kegiatan penelitian, yaitu :
1. Menyusun rencana penelitian.
2. Mempertimbangkan secara konseptual teknik serta logistik (catatan, daftar
ceklist, pedoman wawancara dan lainnya) terhadap tempat yang akan
digunakan dalam penelitian.
13 Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh TjetjepRohandi Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, hlm. 16-17.
40
3. Membuat surat penelitian.
4. Melakukan koordinasi dengan pihak Panti untuk melakukan penelitian.
5. Menentukan informan yang akan membantu penelitian.
6. Peneliti mempersiapkan diri untuk bisa beradaptasi dengan tempat
penelitian.
Pada tahap kedua pekerjaan lapangan. Peneliti bersungguh-sungguh
dengan kemampuan yang dimiliki berusaha untuk melakukan penelitian
dengan segala daya serta tenaga yang dimiliki.
Pada tahap ketiga yaitu verifikasi data. Semua data yang diperoleh di
lapangan, dianalisis dan di cek atau diperiksa kebenarannya melalui
triangulasi. Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan secara komprehensif
tentang Model Pendidikan life skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah.
Tahap keempat yaitu tahap penulisan laporan. Dalam tahap ini peneliti
akan melaporkan seluruh kegiatan penelitian dan hasil yang telah ditemukan.
I. Sistematika Skripsi
Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan dapat dimengerti dengan
mudah, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi
dalam lima bab, yaitu Bab I tentang pendahuluan, Bab II tentang landasan
teori, Bab III tentang metode penelitian, Bab IV tentang hasil penelitian dan
pembahasan dan Bab V tentang penutup.
Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, penegasan istilah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan kajian pustaka yang
relevan.
Bab II : Landasan teori dan kerangka berfikir.
Bab III : Metode penelitian, berisi dasar peneliltian, lokasi penilitian, fokus
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, validitas/keabsahan data,
metode analisis data, prosedur penelitian dan sistematika penelitian skripsi.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hasil penelitian dan
pembahasan tentang model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi
remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
41
Bab V : Penutup, berisi simpulan dan saran.
Bagian akhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan
Semarang
1. Sejarah Berdirinya
Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung
jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik,
mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang
luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan
ketentuan ajaran Islam. Panti asuhan Al Hikmah berdiri dilatar belakangi
oleh pemikiran bahwa pentingnya penyelamatan serta perlindungan
terhadap sebuah generasi dan pemenuhan kebutuhan (konsumsi,
pendidikan formal dan bimbingan moral atau keagamaan) khususnya bagi
anak-anak penyandang masalah sosial tentu dibutuhkan sebuah lembaga
(wadah) yang profesional, kreatif dan bertanggung jawab (amanah).
Berdasarkan pemikiran di atas maka panti asuhan Al Hikmah
bermaksud dan berkeinginan untuk menjalankan fungsi organisasi sosial
yang sudah terbentuk dengan tujuan membantu program pemerintah dalam
menanggulangi dan menangani masalah-masalah sosial di tengah
masyarakat seperti anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir miskin, anak-anak
korban kekerasan rumah tangga, anak-anak kurang mampu dan lain-
lainnya sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila khususnya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai landasan idiil dan UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional.
Panti asuhan Al Hikmah berdiri dan berawal dari sebuah kegiatan
penyantunan serta pendampingan terhadap anak-anak yatim piatu, fakir
miskin dan anak tidak mampu dilingkungan pengajian al Qur’an untuk
anak-anak di Kel. Ngaliyan Kec. Tugu.
43
Selanjutnya kami bersama tokoh-tokoh masyarakat setempat
mendirikan yayasan untuk menggalang kepedulian masyarakat untuk
meningkatkan mutu pelayanan terhadap anak-anak penyandang masalah
sosial tersebut di atas.
Adapun yayasan ini didirikan oleh: Dwi Sutarno, Muhammad
Muzamil, Jayadi dan Ir. Ahmadun tepatnya pada tanggal 30 April 1992
dengan nama Yayasan Fastabiqul Khoirot yang bergerak di bidang usaha
kesejahteraan sosial (menyantuni anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir
miskin, anak-anak terlantar, gepeng/gelandangan dan pengemis jalanan,
anak-anak Korban Kekerasan Rumah Tangga/KKRT, anak-anak kurang
mampu dan lain-lainnya) dengan akte notaris: Salekoen Hadi, SH No. 120
Tanggal 30 April 1992 dan saat ini kantor/sekretariat yayasan/panti asuhan
berada di Jl. Beringin Raya No. 4 RT. 02 RW. X Kel. Wonosari Kec.
Ngaliyan Semarang.
2. Maksud dan Tujuan
a. Memberikan pelayanan serta perlindungan sekaligus bimbingan
kepada anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial agar
memperoleh kehidupan yang layak antara lain makanan yang bergizi
(4 sehat 5 sempurna), tempat tinggal (asrama) yang layak huni,
pendidikan formal, pelayanan kesehatan, pendidikan keagamaan
(spitritual) serta bimbingan ketrampilan sesuai bakat dan kemampuan
masing-masing.
b. Membentuk generasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
menjadi generasi yang beriman, berilmu, berakhlaq mulia, terampil,
mandiri, jujur dan bertanggungjawab.
c. Menciptakan Sumber Daya Manusia yang kuat (sehat jasmani dan
rohani) dan siap menerima tantangan zaman, mengemban amanah
luhur cita-cita Bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
44
3. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang adalah:
a. Penyantunan dan pengelolaan anak-anak penyandang masalah sosial di
dalam asrama (panti) sekaligus pemenuhan segala kebutuhan.
b. Memberikan pemahaman keagamaan dan praktek ibadah serta
pembinaan tentang etika dan moral (akhlaqul karimah).
c. Mengikut sertakan seluruh anak-anak dalam panti pada lembaga
pendidikan formal di luar panti sesuai dengan tingkat pendidikannya.
d. Penelusuran niat, bakat dan kemampuan anak untuk selayaknya
dikembangkan melalui kegiatan kursus dan ketrampilan sesuai dengan
keahlian masing-masing.
e. Pendampingan oleh para pengurus dengan metode perwalian agar
mereka lebih mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta
pemenuhan segala kebutuhannya.1
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yayasan ini terdiri dari :
Pembina : Bagian Sosial Pemerintah Kota Semarang
: Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah
Penasehat : 1. Drs. H. Wulyadi, MM
2. H. Dudy Syamsudin
3. H. Purwanto
Ketua : Drs. Muhammad Muzamil
Wakil ketua : Mujiono NR., SHI
Sekretaris : Ahmad Syukron, SHI
Bendahara : Nur Asiyah, SE
Anggota : 1. Siti Khoiriyah
2. Megawati
1 Dokumen panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
45
3. Ahmad Rudi
4. Budi Cahyono
5. Keadaan pengasuh dan anak asuh
Pengasuh mempunyai perananan dan pengaruh yang sangat penting
dalam panti asuhan. Beliau menjadi pengganti sebagai orang tua dalam
memberikan kasih sayang, pendidikan serta memberikan kebutuhan atau
kehidupan yang layak terhadap anak. Selain itu juga terdapat tanggung
jawab yang amat mulia karena dengan rasa ketulusan dan keikhlasan
beliau menjalaninya.
Adapun jumlah pengasuh di panti asuhan Al Hikmah adalah 8 orang
yang termasuk di dalamnya adalah pengurus dari panti asuhan sendiri.
Untuk setiap kegiatan ada pengasuh yang bertanggung jawab secara
tersendiri, misalnya untuk kegiatan pendidikan, keagamaan, ataupun
keterampilan dan lain sebagainya. Para pengasuh atau pengurus
kebanyakan dari kalangan panti asuhan sendiri. Mereka merupakan orang-
orang yang memiliki kepedulian sosial terhadap nasib anak yatim piatu
atau dengan kata lain anak yang belum terpenuhi akan hak-haknya (anak
terlantar).
Kemudian jumlah anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah
untuk sekarang ini ada 65 anak. yakni terbagi atas 38 laki-laki dan 27
perempuan. Sampai saat ini banyak diantara alumni dari panti asuhan Al
Hikmah yang sudah hidup mandiri dan mendapatkan tempat tinggal serta
pekerjaan yang layak.
Para anak asuh selain mendapatkan biaya pendidikan formal
(sekolah) maupun non formal (kursus), dibekali dengan nilai-nilai
keagamaan juga diberikan keterampilan dengan harapan natinya setelah
anak asuh meninggalkan panti mereka akan dapat diterima dalam
kehidupan bermasyarakat dan sedapat mungkin menjadi tauladan
sesamanya. Adapun tingkat pendidikan yang sedang mereka tempuh
adalah perguruan tinggi (3 anak), SMA/SMK (27 anak), SLTP (18 anak),
SD (13 anak).
46
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting guna menunjang
terpenuhinya kebutuhan anak-anak asuh dalam panti asuhan. Diantara
sarana dan prasarana tersebut adalah 1 buah ruang kantor; 1 buah ruang
keterampilan; 1 buah ruang makan dan hiburan; 1 buah ruang dapur; 1
buah gedung asrama putra; 1 buah gedung asrama putri; 1 buah gedung
lokal untuk wartel; 1 buah buah sumur artetis; 4 buah unit rumah
pengurus; 2 buah unit mobil antar jemput anak-anak sekolah; 1 buah buah
Masjid Al Hikmah; 12 buah kamar mandi, 9 WC, sarana tempat wudlu dan
tempat cuci pakaian; 4 buah kandang kambing dan 1 buah kandang sapi;
serta 1 buah bangunan untuk toko material dan alat-alat listrik.
Adapun keseluruhan bangunan tersebut menempati areal tanah yang
dimiliki Panti Asuhan Al Hikmah kurang lebih 2.800 M .2
B. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi Remaja
Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Salah satu upaya yang dilakukan oleh panti asuhan dalam hal
membekali para anak asuhnya khususnya bagi remaja adalah dengan
memberikan pendidikan yang berorientasi pada kacakapan hidup (life skills).
Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skills) adalah
pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara
benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang
bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan
kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya.3
Pendidikan life skills yang diberikan kepada anak asuh khususnya
remaja panti asuhan Al Hikmah adalah sebagai usaha untuk menciptakan
pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) sesuai
2 Dokumentasi panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.3 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545.
47
dengan maksud dan tujuan panti asuhan. Sehingga nantinya diharapkan anak
asuh khususnya remaja dan yang sudah purna asuh setelah keluar dari panti
asuhan sudah memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan guna untuk dapat
menjalani kehidupan yang lebih baik dan mampu melanjutkan hidup tanpa
bergantung dengan orang lain (hidup mandiri).
Bila mengacu pada arti life skills itu sendiri adalah sebuah pengalaman
belajar yang diberikan kepada peserta didik atau dalam hal ini adalah anak
asuh yang meliputi; aspek personal skill atau self awareness, aspek tinking
skill, aspek social skill, aspek academic skill, dan aspek vocasional skill.
Namun jenis pendidikan life skills yang dilaksanakan di dalam panti asuhan
Al Hikmah adalah pada aspek personal skills, aspek tinking skills, aspek
social skills dan aspek vocasional skill.
1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Salah satu upaya panti asuhan Al Hikmah dalam membekali anak
asuhnya pada aspek personal skills adalah melalui pendidikan keagamaan
yang dilaksanakan setiap hari di panti asuhan. Pendidikan keagamaan
disini bertujuan untuk membentuk karakter pribadi seorang anak asuh
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berilmu,
berakhlaqul karimah, disiplin, dan percaya diri.
Pendidikan keagamaan ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan-
kegiatan yang bersifat keagamaan yang sudah terjadwal setiap harinya.
Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut adalah;
a. Pengajian
Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap hari sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan oleh pengasuh yang ditunjuk oleh panti
asuhan. Adapun pelaksanaannya adalah setelah shalat maghrib dan
shalat isya’ di masjid panti asuhan. Pengajian ini didiikuti oleh seluruh
anak asuh baik yang remaja maupun anak-anak. Untuk yang anak-anak
dilaksanakan setelah shalat maghrib yakni belajar membaca al Qur’an.
48
Sedangkan untuk yang remaja dilaksanakan setelah shalat isya’ yakni
pada pengkajian kitab-kitab, al Qur’an dan Al Hadits.
Untuk pengkajian kitab-kitab, ini disampaikan langsung oleh
pimpinan panti asuhan yakni Bapak Muzamil. Pada saat menyampaikan
materi yang dipaparkan anak asuh mendengarkan dengan seksama
seperti halnya di pondok pesantren. Kemudian untuk pengkajian pada al
Qur’an dan al Hadits, pengasuh lebih menekankan pada penguasaan
dalil-dalil al Qur’an dan al Hadits.
b. Latihan khitobah (pidato)
Latihan khitobah ini dilaksanakan selama 1 minggu sekali dan
bergantian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk anak
yang mendapat tugas tampil diberikan materi oleh pengasuh 1 minggu
sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat berlatih
dan mempersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan ini hanya diperuntukkan
pada remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data dan
diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masing-
masing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk
mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh.
Pada saat pelatihan pidato ini, pembimbing dan seluruh anak asuh
lainnya menyaksikan teman-temannya memaparkan apa yang mereka
tampilkan. Setelah latihan ini selesai pembimbing mengevaluasi dan
memberi arahan kepada semua anak asuh baik yang tampil maupun
yang menyaksikan. Sehingga anak secara tidak langsung mendapat ilmu
dalam hal kaitannya dengan pelatihan ini.
Selain itu tujuan diselenggarakannya latihan pidato ini adalah
untuk melatih keberanian, mental, dan kepercayaan diri anak asuh
khususnya yang remaja untuk nantinya ketika terjun kedalam
masyarakat.
c. Kegiatan keagamaan yang lainnya adalah dalam bentuk pelaksanaan
ibadah sehari-hari yakni menjalankan sholat lima waktu berjama’ah dan
49
membaca al Qur’an, al Berjanji, mujahadahan dan lain-lain. Selain itu,
anak asuh juga diajak untuk latihan puasa sunnah dan sholat malam.
Kegiatan membaca al Qur’an ini dilaksanakan setiap hari setelah
shalat maghrib, tapi terkadang setelah shalat isya’. Sedangkan al
Berjanji sehabis shalat isya’ yang dilaksanakan 1 minggu sekali yakni
pada hari ahad. Kemudian mujahadahan dilaksanakan 1 minggu sekali
pada hari jum’at.
Dari berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di panti
asuhan Al Hikmah, terdapat secercah harapan yang sangat besar, semoga
kelak anak asuh dapat mengambil hikmah serta manfaat dari kegiatan
keagamaan tersebut sehingga mereka dapat mengamalkan apa yang telah
mereka dapatkan ke dalam kehidupan sehari-hari.4
Seperti yang diungkapkan oleh Lilik Muzdalifah (salah satu anak
asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai sebagai berikut:
“setelah mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan keagamaan dipanti asuhan, saya menjadi lebih memahami dan termotivasi untuk selalumenjalankan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin sesuai dengansyari’at Islam”.
2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek berpikir rasional
(thinking skill) di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan
Semarang
Misalnya yang dilakukan oleh panti asuhan pada aspek thiking skill
ini adalah melalui problem solving sederhana, artinya pemberian contoh
tentang bagaimana cara mengatasi dan memecahkan masalah dengan
sederhana. Dengan maksud untuk melatih anak asuh yang remaja tentang
bagaimana caranya dalam memecahkan dan mengatasi masalah dengan
berfikir rasional, dewasa, kekeluargaan, dan musyawarah.
Di dalam panti asuhan terdapat kebijakan yang sifatnya untuk
melatih kedewasaan anak asuh khususnya yang remaja, baik kedewasaan
4 Wawancara dengan Bapak Mujiono NR, pengurus dan pengasuh panti asuhan AlHikmah, pada tanggal 10 Mei 2011.
50
dalam berfikir maupun menyikapi segala suatu hal. Sebagai contoh,
misalnya diantara sesama anak asuh sedang ada masalah, maka mereka
dilatih kedewasaannya untuk memecahkan masalah mereka sendiri.
Namun jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, mereka
diundang oleh pengasuh atau pembimbing kemudian ditanya titik
permasalahannya seperti apa, kemudian mereka dibantu untuk
menyelesaikannya.
Selain itu jika terdapat masalah yang berhubungan dengan anak asuh
yang ada kaitannya dengan melanggar tata tertib panti asuhan, misalnya
bolos sekolah. Cara mengatasi masalah tersebut, seluruh anak
dikumpulkan di aula termasuk anak asuh yang bolos sekolah tadi.
Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak
asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di
depan teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah itu mereka
tidak mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan
dan juga bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah
yang berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut.
Aturan dan tata tertib panti asuhan menerapkan konsep adanya
imbalan dari setiap perbuatan yang dilakukan anak asuh, imbalan berupa
sanksi hukuman dan ganjaran. Aturan sanksi hukuman yang diberikan
pengasuh kepada anak asuh ada tiga macam yaitu: sanksi ringan berupa
teguran, sanksi sedang berupa pemberian santunan yang ditangguhkan, dan
sanksi berat yaitu dikeluarkan dari panti asuhan. Sanksi teguran diberikan
kepada anak asuh yang melakukan pelanggaran ringan misalnya: anak
asuh lupa mengerjakan tugas piket harian, pulang ke panti asuhan melebihi
jam yang sudah ditentukan, tidak mengikuti kegiatan, tidak mengikuti
kegiatan panti asuhan dan lain-lain. Sanksi sedang diberikan apabila anak
asuh melakukan pelanggaran misalnya: membolos sekolah, pulang ke
rumah tanpa ijin, tidak pulang ke panti tanpa alasan yang jelas dan lain-
lain. Sanksi yang diberikan biasanya berupa uang saku anak asuh tidak
diberikan. Biasanya anak asuh yang melakukan pelanggaran tersebut tidak
51
hanya mendapat sanksi uang sakunya tidak diberikan tetapi anak asuh
biasanya dipanggil untuk menghadap pengasuh untuk ditegur, dinasehati
dan diberi pengarahan. Jika anak asuh sudah tidak melanggar peraturan
maka uang saku diberikan kepada anak asuh seperti biasanya.
Setiap masalah cara mengatasinya berbeda-beda, misalnya anak asuh
pacaran yang sudah kelewatan dalam artian tidak sewajarnya, cara
penyelesaiannya adalah hampir sama dengan yang bolos sekolah tadi,
yakni dikumpulkan di aula kemudian masalah tersebut dibahas dan
diselesaikan bersama dengan mencari solusi-solusi yang paling baik,
menggunakan kepala dingin, tanpa emosi, dipandang dari berbagai aspek
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan lain sebagainya. Dalam
mencari solusi tersebut, anak asuh juga diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya, dengan tujuan agar anak asuh terbiasa dalam
menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan pribadi maupun
orang lain.
Ada juga ketika anak asuk sedang lagi ada masalah, mereka
langsung datang menemui pengasuh atau pembimbing untuk menceritakan
semua masalah yang dihadapinya, dan pengasuh disini memberikan solusi
serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kembali
berkaitan dengan masalah yang dibicarakan tadi. Sehingga anak asuh
terbiasa menyelesaikan permasalahannya sendiri setelah diberi arahan oleh
pengasuh. Dan tidak semua masalah yang berkaitan dengan anak asuh
dikemukakan didepan umum.
Melalui problem solving sederhana ini, secara tidak langsung anak
mendapat pengalaman dan ilmu tentang bagaimana caranya mengatasi
masalah dengan baik dan dapat berfikir dewasa dalam menyikapi segala
sesuatu. Semoga ini menjadi bekal yang sangat berharga untuk anak asuh
setelah mereka keluar dari panti asuhan.5
5 Wawancara dengan bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10Mei 2011.
52
Hal ini seperti yang dituturkan oleh Fitri Wijayanti (salah satu anak
asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:
“melalui problem solving sederhana ini, saya dilatih kedewasaankak baik dalam berfikir dan bertindak. Dan saya berterima kasih banyakkepada bapak dan ibu pengasuh yang selalu senantiasa membimbing danmengarahkan saya untuk menjadi orang yang lebih dewasa dalammenyikapi suatu masalah, saya akan ingat semua yang bapak dan ibukajarkan kepada saya.”
3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek social skill di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Pada aspek sosial skill, panti asuhan mengedepankan kekeluargaan
sebagai faktor dalam menjalin suatu berhubungan, baik antara sesama
anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan
masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar
terjalin suasana keluarga di dalam panti asuhan sehingga tercipta
hubungan yang harmonis, akrab dan tidak sungkan dan lain sebagainya. Di
dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan keluarga
bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen sosialisasi
yang paling utama dalam panti asuhan.
Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti
asuhan terjalin hubungan yang baik, akrab dan harmonis adalah dengan
memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana
untuk mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa
memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih
muda. Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama
anak dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami
kesulitan belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing.
Sehingga terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan
pengasuh yang tinggal dipanti asuhan.
Contoh yang lainnya adalah kerja bakti yang dilakukan oleh panti
asuhan sebulan sekali. Melalui kerja bakti anak asuh secara tidak langsung
saling bergotong royong, bantu membantu dan bekerjasama. Kerja bakti
53
ini tidak hanya dilakukan di dalam panti saja tapi juga kerja bakti yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Dengan maksud untuk mempererat
hubungan agar terjalin silaturrahmi dengan lingkungan sekitar panti
asuhan.
Yang diajarkan pada sistem kekeluargaan ini adalah sikap unggah-
ungguh dan rasa hormat terhadap orang tua misalnya kepada pengasuh dan
pengurus dan lain sebagainya, saling menyayangi sesama anak asuh
karena mereka sudah seperti halnya kakak dan adiknya sendiri, bertutur
kata yang sopan dan santun, dan lain-lain.
Keakraban dan keharmonisan tersebut tampak ketika mereka saling
bertemu setiap hari berkumpul bersama, canda tawa dan tutur kata yang
lembut dan sopan. Misalnya anak asuh yang lebih kecil atau muda
memiliki rasa hormat kepada yang lebih dewasa dan tua, dan begitupun
sebaliknya.6
Hal ini seperti yang dituturkan oleh Ria Wijayanti (salah satu anak
asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:
“Saya senang berada di panti asuhan karena seperti dalam keluargasendiri, akrab sesama temen, dan juga akrab dengan pengasuh pantiasuhan. Apalagi kalau sedang ngumpul-ngumpul atau nonton tv kamisering bercanda kak....”
4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vocational skill di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Diantara upaya dan usaha yang dilakukan panti asuhan dalam
memberikan bekal pada aspek vokasional skill adalah melalui bimbingan
ketrampilan. Bimbingan ketrampilan ini bertujuan untuk mengembangkan
bakat dan kemampuan yang dimiliki anak asuh khususnya para remaja
panti asuhan sehingga nantinya mereka dapat hidup mandiri dan trampil.
Bimbingan ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai
pelatihan-pelatihan baik pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan.
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan diluar panti asuhan meliputi pelatihan
6 Wawancara dengan Ibu Nur Asiyah, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah,pada tanggal 25 Mei 2011.
54
menjahit, sablon dan otomotif, sedangkan pelatihan-pelatihan yang
dilakukan di dalam panti asuhan adalah meliputi pelatihan berwira usaha
yakni melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Pelatihan menjahit dilaksanakan di Mangkang selama 3 bulan lebih
oleh dinas kesejahteraan sosial, dalam pelatihan menjahit ini peserta (anak
asuh) diberikan ilmu teori dan praktik langsung dari tutor atau pembimbig
yang profesional. Pada pelaksanaan pelatihan menjahit ini, setelah anak
asuh mendapatkan teori, mereka diarahkan langsung pada praktik
kemudian pembimbing atau tutor menilai dan memberikan saran tentang
cara menjahit yang baik. Anak asuh sangat antusias dengan kegiatan ini,
terutama untuk anak perempuan, jumlah anak asuh yang mengikuti
pelatihan tersebut adalah 16 anak. Pada kegiatan tersebut anak asuh
langsung mendapatkan piagam penghargaan (sertifikat) yang resmi dari
dinas kesejahteraan sosial.
Pelatihan sablon dilaksanakan oleh Pemerintah Kota selama 6 hari di
mangkang, kegiatan ini sama seperti pelatihan menjahit, mereka di berikan
teori dan arahan tentang cara menyablon yang baik. Begitupun pada saat
praktik. Anak asuh yang mengikuti pelatihan ini hanya 11 anak, yang lebih
didominasi oleh para remaja putra panti asuhan.
Pelatihan otomotif dilakukan di tempat perbengkelan depan panti
asuhan, dilaksanakan setiap hari atau kadang 4 hari dalam seminggu.
Pelatihan ini memberikan anak asuh pengetahuan dan pengalaman dalam
hal perbengkelan khususnya pada kendaraan motor roda dua, mereka
diajarai bagaiamana cara menyervis yang baik kemudian cara
memperbaiki jika ada kerusakan dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan ketrampilan yang berada di
dalam panti asuhan adalah melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan merupakan sarana yang digunakan
untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada anak asuh dalam
bidang wirausaha. Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan meliputi:
55
peternakan, jasa pemotongan kambing dan katering, mengelola limbah dan
semua barang bekas (rongsok), produksi air mineral dan lain-lain.
Usaha Ekonomi Produktif dalam bidang peternakan dikelola oleh
orang-orang yang ahli dan profesional dalam bidangnya dengan dibantu
oleh anak-anak asuh secara bergantian sesuai dengan jadwal. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap hari. Pada kegiatan ini anak mendapat banyak ilmu
dan juga ketrampilan sekaligus pengalaman dalam hal merawat hewan
ternak secara profesional.
Mereka diajari bagaimana cara yang paling baik dan unggul dalam
merawat hewan ternak. Misalnya cara supaya hewan ternak cepat gemuk,
cara memberikan vitamin pada hewan ternak, cara merawat hewan saat
sakit, dan diajari bagaimana cara mencari rumput yang baik dan lain
sebagainya. Diantara hewan yang diternak meliputi: sapi dan kambing.
Kemudian lahan yang digunakan untuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
peternakan merupakan lahan khusus yang disediakan oleh panti asuhan.
Dalam bidang jasa pemotongan hewan, anak asuh diberikan
ketrampilan serta pengalaman dalam memotong hewan dengan baik sesuai
dengan ajaran Islam, selain itu anak juga diajarkan bagaimana cara
menguliti hewan yang dipotong dan lain sebagainya. Dalam menguliti
hewan diperlukan keahlian khusus sehingga dengan begitu hasilnya akan
baik. Untuk jasa pemotongan hewan ini dilaksanakan setiap hari, dalam
seminggu bisa mencapai 10 lebih hewan di potong.
Dalam bidang catering, usaha ini dikelola oleh anak-anak asuh
terutama untuk para remaja perempuan panti asuhan. Usaha catering ini
berjalan dengan lancar, karena sudah banyak pelanggan yang pesan pada
panti asuhan tiap harinya. Kegiatan catering ini melayani berbagai aneka
masakan dan makanan yang terbuat dari daging kambing dan lainnya.
Pelaksanaan usaha ini tidak tertentu waktunya, bisa pagi, siang dan malam
sesuai dengan pesanan. Anak asuh khususnya remaja perempuan diberikan
dan diajarkan tentang ketrampilan yang berhubungan dengan bagaimana
56
cara memasak, memilih jenis bumbu yang tepat, cara menyajikannya dan
lain sebagainya.
Dalam bidang mengelola limbah dan semua barang bekas (rongsok),
anak asuh juga diterjunkan secara langsung. Mereka ada yang mengambil
langsung ketempat warga dan menjualnya kepada pemasok barang
rongsok (pengepul). Anak asuh diberi arahan bagaimana memilah barang-
barang yang nantinya akan dijual kemudian bagaimana cara bernego harga
dengan penjual atau pemasok. Dana hasil penjualan barang bekas
(rongsokan) di kumpulin dan nantinya akan digunakan untuk rekreasi
bersama atau dapat digunakan untuk tambah uang saku anak asuh.
Melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan yang diberikan kepada anak
asuh khususnya bagi remaja baik yang melalui pelatihan di luar maupun
melalui Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan, diharapkan anak asuh
dapat belajar melalui pengalaman dan ilmu yang telah didapatkan serta
dapat memanfaatkannya untuk bekal nantinya setelah anak asuh keluar
dari panti asuhan.7
Hal ini seperti yang dituturkan oleh Baidhowi (salah satu anak asuh,
wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:
“dengan bimbingan ketrampilan yang diberikan dan diajarkan olehpanti asuhan, membuat yang tadinya saya tidak tahu dan tidak bisa, sayajadi tahu dan bisa. Misalnya saya kan dulu kan ga’ bisa, sekarang ya sudahlumayan bisa. Insya allah nanti bisa buat bekal usaha kalau saya sudah ga’di panti asuhan”.
C. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Panti Asuhan
Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Panti asuhan Al Hikmah berdiri kurang lebih hampir 20 tahun, yang
dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan dan hambatan dalam
perjalanannya. Lika-liku perjalanan yang sering dihadapi membuat para
pengurus semakin yakin dan semangat serta terus berusaha untuk dapat
mewujudkan sebuah panti asuhan yang kreatif, mandiri dan kreatif. Dan
7 Wawancara dengan Bapak Muzamil, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah,pada tanggal 10 Mei 2011.
57
alhamdulillah berkat semangat yang tinggi dan juga tekat yang besar disertai
dengan do’a, perlahan-lahan panti asuhan Al Hikmah berkembang dan
berkembang menjadi lebih baik hingga sampai saat ini.
Meskipun begitu masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan
maksimal yakni berkaitan dengan penerapan pendidikan life skills di panti
asuhan. Adapun faktor-faktor penghambat dalam penerapan pendidikan life
skills di Panti Asuhan Al Hikmah adalah sebagai berikut;
1. Faktor finansial atau pendanaan
Finansial atau pendanaan merupakan faktor utama dalam menunjang
efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan penyelenggaraan
pendidikan, pendanaan merupakan faktor yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan,
sehingga dalam penyelenggaraan pendidikan dana merupakan salah satu
masalah yang sangat penting.
Salah satu penyebab belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan
life skills di panti asuhan adalah masalah pendanaan. Dana yang pasa-
pasan dan kadang kurang membuat belum optimalnya pelaksanaan
pendidikan life skills disana. Karena dalam penyelenggaraan pendidikan
life skills dibutuhkan seperangkat peralatan alat praktik, ruang yang cukup
untuk melatih dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengembangan
akan bakat yang dimiliki anak asuh. Sehingga dengan dana yang
sedemikian tersebut panti asuhan hanya memberikan ketrampilan yang
seadanya yang sudah ada di dalam panti asuhan. Selain itu, pendanaan
yang belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak asuh
sangat berpengaruh terhadap optimalnya penyelenggaraan pendidikan life
skills.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan sebagai penunjang kelangsungan proses
pendidikan maupun pembelajaran seperti gedung, ruangan belajar, meja
58
dan kursi, serta alat-alat dan media pengajaran yang berhubungan dengan
pelaksanaan pendidikan life skills.
Dalam pengadaan sarana dan prasarana di panti asuhan Al Hikmah
masih dalam tahapan penyediaan pemenuhan keinginan dan kebutuhan
anak asuh. Dikarenakan masih minimnya sarana dan prasaran yang
dimiliki oleh panti asuhan. sehingga kurang terpenuhinya keinginan dan
kebutuhan anak asuh. Secara umum berbagai sarana (tempat/ruangan)
yang berada di panti asuhan berpotensi untuk dilaksanakan pendidikan life
skills, namun dalam pengadaan alat operasionalnya masih belum cukup
dengan banyaknya anak asuh dan sumber dana yang pas-pasan.
Pada dasarnya sarana prasarana yang dimiliki panti asuhan sudah
ada, karena dalam pemanfaatannya yang kurang maksimal, sehingga
prasarana yang sudah ada tersebut rusak dan terabaikan. Karena tidak ada
perbaikan dan kebijakan dari panti asuhan.
3. Anak Asuh
Anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah berasal dari latar
belakang lingkungan yang berbeda-beda, ada yang dari jalanan, anak
orang miskin, anak terlantar dan lain sebagainya. Oleh karena itu sikap
dan psikologisnya berbeda-beda. Ada yang baik dan penurut, sesuka
hatinya sendiri, malas, dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering terjadi
pada anak asuh meskipun mereka dibekali dengan berbagai macam ilmu
dan pengalaman serta pendidikan yang nantinya demi kebaikan mereka
sendiri mereka masih saja ada yang malas dan enggan.
4. Alokasi Waktu
Waktu yang minim dan terbatas dikarenakan begitu banyaknya
kegiatan yang dilakukan oleh anak asuh khususnya yang remaja panti
asuhan. Yakni mulai dari pagi mereka menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal, kemudian mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra di
sekolahan mereka masing-masing, faktor lelah dikarena terlalu banyaknya
aktifitas dan lain sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilaksanakan di
59
panti asuhan berjalan kurang maksimal. Dan hal ini menjadi salah satu
menghambat dari pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al
Hikmah.8
D. Solusi dalam Menanggulangi Pelaksanaan Pendidikan life skills di Panti
Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Solusi yang diambil oleh pihak panti asuhan Al Hikmah dalam
menanggulangi belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan life skill, yang
disebabkan adanya hambatan masalah finansial, sarana dan prasarana, anak
asuh dan alokasi waktu, adalah sebagai berikut;
1. Menjalin hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan
lembaga-lembaga terkait.
Salah satu usaha yang dilakukan panti asuhan adalah menjalin
hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan, dengan maksud
untuk dapat membantu faktor keuangan panti asuhan, kemudian dengan
lembaga-lembaga pelatihan guna untuk membantu mengembangkan bakat
dan kemampuan yang dimiliki oleh anak asuh khususnya remaja panti
asuhan. Hal ini disebabkannya oleh keterbatasan akan sarana dan
prasarana dan faktor finansial yang menjadi kendala utama. Untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut pihak panti asuhan menjalin
hubungan dengan berbagai lembaga yang sudah senantiasa membantu
pihak panti. Melalui upaya yang dilakukan oleh panti asuhan ini,
diharapkan nantinya anak asuh khususnya remaja dapat mengembangkan
bakat serta kemampuannya untuk menjadi bekal nantinya setelah keluar
dari panti asuhan.
2. Memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan
Upaya panti asuhan dalam hal membekali anak asuh melalui
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sudah berjalan dengan semestinya,
karena kegiatan tersebut sudah tercover melalui jadwal yang telah
8 Wawancara dengan bapak Mujib selaku pengurus serta pengasuh panti asuhan AlHikmah, pada tanggal 10 mei 2011.
60
dilaksanakan oleh panti asuhan. Namun ketika pada saat melakukan
kegiatan tersebut masih terlihat belum maksimal dikarenakan waktu
pelaksanaan kegiatan tersebut kadang berbarengan dengan begitu padatnya
aktifitas yang dilakukan oleh anak asuh di luar panti asuhan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut kegiatan yang sudah terjadwal tetap berjalan
dengan semestinya dengan tujuan untuk melatih kedisiplinan daripada para
anak asuh khusunya remaja panti asuhan. Pengasuh disini perperan sangat
penting dalam mengarahkan berbagai hal yang berhubungan dengan
kurang maksimalnya kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan.
Dengan arahan tersebut diharapkan anak asuh nantinya sadar akan tugas
yang telah menjadi tanggung jawabnya. Sehingga kegiatan yang sekarang
ini sudah berjalan dan terlaksana menjadi maksimal dan jauh lebih baik.
3. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh
Sudah hal yang wajar ketika terdapat anak asuh yang malas, tidak
mau diatur, bandel dan lain sebagainya. Karena mereka berasal dari latar
belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dan sebagai pengasuh atau
pembimbing harusnya sudah memahami akan hal itu. Jadi sikap toleran
yang dibarengi dengan bimbingan adalah salah satu upaya yang dilakukan
oleh panti asuhan guna untuk mengatasi terkait masalah anak tersebut.9
9 Wawancara dengan Bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah WonosariNgaliyan Semarang, pada tanggal 12 Mei 2011.
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di
panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, maka dapat ditarik
disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang adalah melalui aspek personal skill, thinking
skill, social skill dan vocasional skill. Pada aspek personal skill yakni
melalui pendidikan keagamaan; aspek thinking skill melalui problem
solving sederhana; aspek sosial skill melalui sosialisasi atau sistem
kekeluargaan; dan aspek vokasional skill meliputi bimbingan ketrampilan
baik melalui pelatihan di luar maupun di dalam panti asuhan.
2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah faktor finansial
atau pendanaan yang merupakan faktor yang paling utama, sarana dan
prasarana belum maksimal, anak asuh, dan alokasi waktu.
3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah menjalin
hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga-
lembaga yang terkait. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh,
dan memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a. Perlu penambahan dana untuk perbaikan dan perawatan sarana dan
prasaranan yang ada di panti asuhan.
b. Memberikan modal kepada anak asuh panti atau alumni panti asuhan
agar mereka dapat mandiri untuk mendirikan usaha sendiri atau
berwirausaha.
2. Bagi Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
a. Perlu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia bagi tenaga
instruktur dan pembimbing agar dalam memberikan ilmu pengatahuan
secara profesional.
b. Untuk menambah dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang
dimiliki panti asuhan.
c. Ketrampilan-ketrampilan di panti asuhan yang diberikan kepada anak
asuh perlu ditambah dan ditingkatkan lagi, agar anak-anak asuh lebih
banyak memiliki ketrampilan untuk bekal hidup dan agar mampu
hidup mandiri.
3. Bagi Anak Asuh
a. Anak-anak asuh diharapkan untuk lebih belajar dengan giat dan tekun,
mengikuti pendidikan formal dan berbagai pelatihan yang diberikan,
serta berlatih untuk hidup mandiri untuk bekal masa depan.
b. Ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan serta pengalaman dalam
pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang didapatkan anak-
anak asuh di panti asuhan diharapkan dapat dimanfaatkan setelah
keluar dari panti asuhan agar dapat hidup mandiri.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan
pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga
penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Alfadilludin Bakri, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan
Penguatan Remaja,
http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/.
Diakses pada tanggal 14 November 2010.
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung:
Alfabeta, 2004.
Arifin, H. M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Daradjat, Zakiyah, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, Jakarta: Ruhama,
1995.
Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: Dirjend
Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung:
Diponegoro, 2005.
Depdiknas, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui
Pendekatan Broad-Based Education, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2002.
Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills)
Pendidikan Nonformal, Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004.
Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ed. IV, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Ed. V, Jakarta: Erlangga, 1980.
Ihsan, Fuad, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, Cet. V, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Kurnia, Septiawan Santana, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi
Pembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.
Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis Dalam
Meningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok
Pesantren Al Ishlah Desa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten
Wonosobo), Semarang: IAIN Walisongo, 2008.
Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di Pondok
Pesantren az Zuhri Ketileng Semarang, Semarang: IAIN Walisongo,
2008.
Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh
Tjetjep Rohandi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992.
Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, Bandung: PT.
Rosda Karya, 2009.
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988.
Rachman, Maman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, Semarang: IKIP
Semarang Press, 1999.
Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.
Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, Cet. V, Semarang: UPT MKK
UNNES, 2007.
Sutrisno, Joko, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak
Usia Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, Bogor:
Institut Pertanian Bogor, 2003.
Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Willis, Sofyan S., Problema Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Angkasa,
1981.
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2005.
Nomor : In.06.3 / D1 / TL.00. / 1984 / 2011 Semarang, 07 April 2011
PEDOMAN WAWANCARA
A. Ketua Yayasan
1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan
life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh
nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat?
2. Tujuan diterapkannya pendidikan life skills buat anak asuh khususnya bagi
remajanya itu apa?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan al hikmah?
4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?
5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah
tersebut gimana?
6. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life
skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa?
B. Pengasuh
1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan
life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh
nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah?
3. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan?
4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?
5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah
tersebut gimana?
6. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau
tidak lagi tinggal di panti asuhan?
C. Anak asuh
1. Apa tanggapan adik tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dipanti
asuhan?
2. Bagaimana sikap adik menApakah adik suka dengan kegiatan tersebut?
3. Keterampilan apa saja yang sudah anda dapatkan dari kegiatan tersebut?
4. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan tersebut?
5. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari
kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa?
HASIL WAWANCARA
1. Hasil wawancara dengan pimpinan panti asuhan Al Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang
A: Menurut bapak, pendidikan life skills itu apa?
B: Menurut saya pendidikan life skills itu pendidikan yang memberikan bekal
berupa ketrampilan-ketrampilan ataupun pelatihan-pelatihan.
A. Tujuan diberikannya pendidikan life skills untuk anak asuh khususnya
yang remaja itu apa?
B. Tujuannya adalah dengan anak-anak diberikan berbagai ketrampilan dan
juga pelatihan-pelatihan, anak-anak asuh dapat mandiri dan memiliki
kecakapan hidup sehingga anak-anak ketika nanti sudah tidak tinggal lagi
disini mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan guna
untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan?
B. Pelaksanaannya bermacam-macam yakni melalui berbagai kegiatan-
kegiatan yang berada di panti.
A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?
B. kendalanya yang pasti faktor finansial ya mas karena itu merupakan faktor
yang utama dalam penyelenggaraan suatu kegiatan yang berada di panti.
A. Cara bapak mengatasi atau menanggulangi masalah tersebut gimana?
B. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga atau perusahaan-
perusahaan yang nantinya dapat mengurangi beban dalam hal keuangan.
A. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life
skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa?
B. Harapan saya selaku orang tua adalah semoga anak-anak nantinya menjadi
orang yang sukses dan menjadi orang yang lebih baik dan berguna di
masyarakat.
2. Hasil wawancara dengan pengasuh atau pengurus panti asuhan Al
Hikmah Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
A. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa?
B. Menurut saya pendidikan life skills merupakan pendidikan yang
menekankan pada ketrampilan yang dimiliki seorang anak.
A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah?
B. Untuk pelaksanaannya itu bisa melalui kegiatan keagamaan, problem
solving sederhana, melalui UEP, dan cara berhubungan dan bekerjasama
yang baik dengan lingkungan panti dan masyarakat setempat.
A. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan?
B. Untuk hal ini, ada yang sudah terjadwal dan ada yang kondisional. Yang
terjadwal adalah kegiatan keagamaan. Sedangkan yang lainnya tidak.
A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?
B. Banyak mas, terutama yang paling penting adalah keuangan.
A. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah-
masalah pelaksanaan tersebut gimana?
B. Meminimalisir kegiatan yang ada dan melaui UEP panti asuhan sendiri.
A. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau
tidak lagi tinggal di panti asuhan?
B. Yang namanya anak, pasti saya mengharapkan yang paling terbaik buat
mereka. Semoga mereka nantinya menjadi orang yang berguna dan
mandiri serta menjadi orang yang sukses. Amin.
3. Hasil wawancara dengan anak asuh panti asuhan Al Hikmah Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang
A. Menurut adik bagaimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan di panti asuhan Al
Hikmah?
B. Alhamdulillah sudah berjalan dengan semestinya dan baik kak, tapi kalau
menurut saya masih ada kegiatan yang juga belum maksimal.
A. Bagaimana sikap adik menanggapi hal itu? Apakah adik suka dengan
kegiatan tersebut ataukah sebaliknya?
B. Karena yang diajarkan dan yang diberikan adalah hal yang baik-baik ya
saya senang-senang aja kak, kan itu juga demi kita semua.
A. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan-kegiatan tersebut?
B. Manfaatnya sangat banyak kak, karena yang tadinya saya tidak tahu
menjadi tahu, yang tadinya tidak berani mencoba sekarang sudah berani,
kemudian yang tadinya saya tidak bisa alhamdulillah sekarang sudah bisa
dan lain sebagainya.
A. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari
kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa?
B. Saya akan memanfaatkan dan mengamalkannya dengan baik dan semoga
bermanfaat buat kita semua. Amin.
Nb.
A = Orang yang mewancarai (Peneliti)
B = Orang yang diwawancarai
HASIL OBSERVASI DI PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI
NGALIYAN SEMARANG
Observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan
pendidikan life skills bagi remaja di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan
Semarang pada aspek personal skill, thinking skill, sosial skill, dan vokasional
skill.
1. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti asuhan Al
Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
Contoh pendidikan keagamaan yang terlaksana dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan di panti asuhan, misalnya; latihan pidato (khitobah),
dilaksanakan setiap 1 minggu sekali sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Untuk anak yang mau tampil diberikan materi oleh pengasuh 1
minggu sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat
berlatih dan mempersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan ini hanya
diperuntukkan oleh remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data
dan diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masing-
masing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk
mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh.
Berdasarkan pengamatan, pada saat pelaksanaan latihan khitobah
masih saja ada anak yang masih minder dan belum berani untuk menunaikan
tugas yang diberikan kepadanya. Pada saat mendapat giliran untuk tampil,
terdapat banyak alasan untuk tidak mau ikut latihan tersebut.
2. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek thinking skill di panti asuhan Al
Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
Contohnya adalah problem solving sederhana. Setiap masalah berbeda
cara mengatasinya, jika ada anak asuh yang melanggar salah satu tata tertib
dari panti asuhan, diantaranya bolos sekolah. Cara mengatasi masalah
tersebut, seluruh anak dikumpulkan di masjid termasuk yang bolos sekolah
tadi. Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak
asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di depan
teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah malu mereka tidak
mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan dan juga
bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti memang seperti itu adanya, jadi anak
asuh yang melanggar tata tertib panti asuhan, mereka dikumpulkan di aula
kemudian masalah tersebut dibahas sedemikian rupa dan setelah itu dicari cara
penyelesaiannya.
3. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek sosial skill bagi remaja panti
asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang
Contohnya adalah Panti asuhan Al Hikmah mengedepankan faktor
kekeluargaan sebagai faktor dalam menjalin suatu hubungan, baik sesama
anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan
masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar terjalin
suasana keluarga sehingga tercipta hubungan yang harmonis, akrab dan tidak
sungkan. Dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan
keluarga bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen
sosialisasi yang paling utama dalam panti asuhan.
Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti asuhan
terjalin hubungan yang baik, akrab dan harmonis adalah dengan
memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana untuk
mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa
memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih muda.
Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama anak
dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami kesulitan
belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing. Sehingga
terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan pengasuh yang
tinggal dipanti asuhan.
Dengan pengamatan yang peneliti lakukan, hubungan kekeluargaan itu
terlihat melalui unggah ungguh ketika anak asuh bertemu dengan pengasuh
atau pengurus dan saling sapa diantara sesama anak asuh. Meskipun begitu
masih ada diantara anak asuh yang kurang akrab dengan pengasuh maupun
sesama anak asuh lainnya.
4. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek vokasional skill bagi remaja
panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
Contonhnya adalah dengan bimbingan ketrampilan. Bimbingan
ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan-pelatihan baik
pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan. Pelatihan-pelatihan yang
dilaksanakan diluar panti asuhan meliputi pelatihan menjahit, sablon dan
otomotif. Sedangkan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di dalam panti
asuhan adalah meliputi pelatihan berwirausaha melalui Usaha Ekonomi
Produktif (UEP).
Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk pelatihan yang berada diluar
panti sudah fakum, kecuali menjahit. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan
yang dilaksanakan di dalam panti asuhan masih berjalan hingga sekarang.
Namun masih banyak juga anak asuh yang malas untuk membantu usaha dari
panti asuhan itu sendiri. Misalnya pada usaha peternakan, masih banyak anak
asuh yang enggan untuk menunaikan tugas yang sudah dijadwalkan
kepadanya dalam membantu perkembangan usaha peternakan tersebut.
DATA ANAK PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN
SEMARANG
No. Nama L/P Alamat asal Pendidikan Keterangan
1 Ahmad Nurrozi L Semarang - Yatim piatu
2 Vanesa Saila S P Tegal - Yatim
3 Abdul Khotib L Semarang - Yatim
4 Kabullah Syukur L Semarang - Dhuafa’
5 M. Zaenal Arifin L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
6 M. Syahrin L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
7 Halim Heri S L Tegal MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin
8 waluyo S L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin
9 Mugi Lestari P Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin
10 Nur Rosyid BH L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim piatu
11 M. Fakih N L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
12 Faisal M. Arif L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
13 M Wisnu K L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
14 Dewi Martia A P Ntb MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim
15 Misbakhul Munir L Demak MI Miftahul Ahlaqiyah Dhuafa’
16 Apriliya W P Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin
17 Istiqomah P Demak MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin
18 A. Syaefuddin L Semarang MTs Uswatun Hasanah Kurang
mampu
19 Lilik muzdalifah L Demak MTs Uswatun Hasanah Yatim
20 M. Shobirin L Boyolali MTs Uswatun Hasanah Yatim
21 A Bisri Mustofa L Sragen MTs Uswatun Hasanah Piatu
22 Suriyanto L Semarang MTs Uswatun Hasanah Yatim
23 Supriyadi L Salatiga MTs Uswatun Hasanah Dhuafa’
24 Nur Hamidah P Brebes MTs Uswatun Hasanah Yatim
25 Siti Nur Qoriyah P Jakarta MTs Fatahillah Dhuafa’
26 Supiyati AN P Semarang MTs Fatahillah Yatim piatu
27 M. Arifin L Lampung MTs Uswatun Hasanah Yatim
28 Khoirul Huda L Salatiga MTs Uswatun Hasanah Yatim
29 Indah Lestari P Semarang MTs Uswatun Hasanah Miskin
30 Nisa Aulya Y P Banjar negara MTs Fatahillah Kurang
mampu
31 Eka Yuli IP P Ntb MTs Fatahillah Yatim
32 M. Syaefuddin L Sragen MTs Fatahillah Piatu
33 Sulistyo M L Yogyakarta MTs Uswatun Hasanah Yatim
34 Siti Sarmi P Semarang MTs Uswatun Hasanah Miskin
35 F. Robiah P Kendal MTs Uswatun Hasanah Yatim
36 Laelatul F P Batang MA Nurussalam Miskin
37 Mar’atus Sholihah P Purwokerto MA Nurussalam Yatim
38 Seli Pratiwi P Salatiga MA Nurussalam Miskin
39 AS Apriyatni P Purwokerto MA Nurussalam Yatim
40 Ita Irmawati P Boyolali MA Nurussalam Yatim
41 Eka Widya A P Semarang MA Nurussalam Miskin
42 Ria Wijayanti P Magelang MA Nurussalam Yatim
43 Fitri Wijayanti P Magelang MA Nurussalam Yatim
44 Rini Utami P Semarang MA Nurussalam Miskin
45 Nurrahmawati P Wonosobo MA Nurussalam Yatim
46 Septiana Hidayati P Purbalingga MA Nurussalam Yatim
47 Nurrokhim L Grobogan MA Nurussalam Miskin
48 Nur Ahmad L Grobogan MA Nurussalam Yatim
49 Muhsin Baidhowi L Jakarta MA Nurussalam Miskin
50 Yuda Irwani L Jakarta MA Nurussalam Yatim
51 Iwan Setiawan L Kab.
Semarang
SMK NU SK Yatim
52 Baidhowi L Boyolali SMK NU SK Piatu
53 Ihsanudin L Kab.
Semarang
MA Nurussalam Kurang
mampu
54 Sodirin L Kab.
Semarang
MA Nurussalam Yatim
55 Muhlis SP L Jakarta MA Nurussalam Miskin
56 N Nafis Bahtiar L Grobogan MA Nurussalam Miskin
57 Suyanto L Kab.
Semarang
MA Nurussalam Dhuafa’
58 Eko Puji R L Wonosobo MA Nurussalam Yatim
59 Ella Tri F P Semarang MA Nurussalam Miskin
60 Nurul Handayani P Solo MA Nurussalam Dhuafa’
61 Fathul Ma’arif L Grobogan MA Nurussalam Miskin
62 Ahmad Kholik L Grobogan MA Nurussalam Miskin
63 A Fitriyanto L Grobogan IAIN Walisongo Yatim
64 Ahmad Taufiq L Semarang STIE PENA Yatim
65 Siti Aliyanah P Riau STIE PENA Miskin
KEGIATAN KEAGAMAAN PANTI ASUHAN AL HIKMAH
Hari Pukul Pelajaran
Senin 19.15-20.00
20.00-20.30
Al Qur’an
Hafalan Juz Amma
Selasa 19.15-20.00
20.00-20.30
Al Qur’an
Hafalan Do’a
Rabu 19.15-20.00
20.00-20.30
Al Qur’an
Hafalan Dalil Dan Hadist
Kamis 19.15-20.00
20.00-20.30
Yasin Dan Tahlil
Hafalan Yasin Dan Tahlil
Jum’at 19.15-20.00
20.00-20.30
Al Qur’an
Mujahadahan
Sabtu 19.15-20.00
20.00-20.30
Tajwid
Latihan Pidato
Ahad 19.15-20.00
20.00-20.30
Berjanjen
Sholawatan
Foto-Foto Kegiatan Anak Asuh di Panti Asuhan Al Hikmah
Kegiatan belajar di panti asuhan
Usaha ekonomi produktif peternakan dan jasa pemotongan hewan
Acara ceramah keagamaan