model pendidikan kecakapan hidup (life skills bagi...

95
MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) BAGI REMAJA PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : ARIS WANTO NIM. 053111268 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: lamkhue

Post on 02-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)

BAGI REMAJA PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI

NGALIYAN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan SyaratGuna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

ARIS WANTO

NIM. 053111268

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

ii

NYATAAN KEASLIAN

Page 3: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

iii

Page 4: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

iv

Lamp. : 4 (Empat) eksemplar

Page 5: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

v

udul : Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi

Page 6: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

vi

ABSTRAK

Aris Wanto (Nim : 3 1 0 5 2 6 8) Model Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills) bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari NgaliyanSemarang. Skripsi, Semarang: Program Strata 1, Jurusan PendidikanAgama Islam, IAIN Walisongo, 2011.

Dari judul di atas diambil permasalahan adalah: (1) Bagaimanaimplementasi model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja pantiasuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang?, (2) Faktor penghambatpelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari NgaliyanSemarang, (3) Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills dipanti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Penelitian ini bertujuan:(1) Ingin mengetahui implementasi model pendidikan life skills bagi remaja pantiasuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, (2) Ingin mengetahui faktorpenghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al HikmahWonosari Ngaliyan Semarang, dan (3) untuk mengetahui solusi dalammenanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al HikmahWonosari Ngaliyan Semarang.

Metode penelitian yang digunakan adalah: metode penelitian kualitatifdengan menggunakan analisis deskriptif. yaitu prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan perilaku yang dapat diamati. Kemudian teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitianmenunjukan bahwa model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan AlHikmah adalah (1) pada aspek personal skill meliputi berbagai macam kegiatankeagamaan; (2) pada aspek thinking skill melalui problem solving sederhana; (3)pada aspek sosial skill melalui sistem kekeluargaan dan bimbingan belajar; dan(4) pada aspek vokasional skill melalui bimbingan ketrampilan baik diluar pantiasuhan maupun melalui Usaha Ekonomi Produktif. Faktor penghambatnya adalahfaktor finansial yang kurang memadai, sarana dan prasarana, anak asuh, danalokasi waktu. Sedangkan solusi untuk menanggulangi masalah tersebut adalahdengan menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembagaterkait, sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh, dan memaksimalkankegiatan yang ada dipanti asuhan.

Kata kunci : pendidikan life skills, remaja.

Page 7: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

vii

Motto

اهللاإناهللاواتقوالغدقدمتمانفسولتنـظراهللاتقواآمنواالذينأيـهايا

برياخلونبممعت.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);

dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hasyr: 18)1

1 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005, hlm. 437.

Page 8: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran

mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada:

1. Ayahanda Suwarnan dan Ibunda Murkini yang tidak pernah menyerah

memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan mencurahkan kasih

sayang serta do’anya kepada penulis.

2. Bapak dan Ibu guru/dosen yang telah membina dan membimbing dengan

ilmunya.

3. Adik-adikku (Uswatun Hasanah, Amaliyatul Hidayah, dan si Bungsu yang

paling ganteng Muhammad Alim) yang tercinta dan tersayang yang selalu

mendukung dan membantu terselesaikannya proses kuliah sampai skripsi ini.

4. Untuk semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberi

semangat dan doa’anya.

5. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang

telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.

Page 9: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

ix

KATA PENGANTAR

الرحمن الرحیمبسم هللاPuji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

judul “Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang” dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam

rangka penyusunan skripsi ini.

2. Nasiruddin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah

memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

3. H. Mursid, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang

telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

4. H. Abdul Kholiq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu

dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

5. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M. Ag, selaku Pembimbing II, yang telah

memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai

penulisan skripsi ini.

6. Fina Sa’adah, S. Pd, selaku dosen wali yang membina dan memberi arahan

selama kuliah.

Page 10: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

x

Page 11: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ...... ii

HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi

HALAMAN MOTO ........................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii

HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... ix

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah........................................................... 1

B. Penegasan istilah ................................................................... 4

C. Rumusan masalah .................................................................. 5

D. Tujuan penelitian ................................................................... 6

E. Manfaat penelitian ................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori ...................................................................... 7

1. Pendidikan life skills .......................................................... 7

1.1. Pengertian pendidikan life skills..................................... 7

1.2. Jenis-jenis pendidikan life skills..................................... 10

1.3. Konsep pendidikan life skills ........................................ 17

1.4. Tujuan dan manfaat pendidikan life skills ...................... 19

1.5. Ciri-ciri pendidikan life skills ........................................ 21

1.6. Indikator-indikator pendidikan life skills ........................ 21

2. Remaja .............................................................................. 24

1.7. Pengertian remaja ........................................................ 24

1.8. Ciri-ciri masa remaja..................................................... 24

1.9. Tugas perkembangan pada masa remaja ......................... 28

Page 12: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

xii

3. Pendidikan life skills remaja ................................................ 29

B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian ..................................................................... 33

B. Lokasi Penelitian ................................................................... 33

C. Fokus Penelitian ..................................................................... 33

D. Sumber Data Penelitian .......................................................... 34

E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 35

F. Validitas data ........................................................................ 37

G. Metode Analisis Data ............................................................. 38

H. Prosedur penelitian ................................................................ 39

I. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum panti asuhan Al Hikmah ................................ 42

1. Sejarah berdirinya Panti Asuhan ......................................... 42

2. Maksud dan Tujuan ........................................................... 43

3. Jenis Kegiatan ................................................................... 44

4. Struktur Organisasi ............................................................ 44

5. Keadaan pengasuh dan anak asuh ....................................... 45

6. Sarana dan prasarana ........................................................ 46

B. Implementasi pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al

Himah .................................................................................. 46

1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill

di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................ 47

2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek thinking skill

di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................ 49

3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek sosial skill di

Panti Asuhan Al Hikmah ................................................... 52

4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vokasional skill

di Panti Asuhan Al Hikmah ............................................... 53

Page 13: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

xiii

C. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di Panti

Asuhan Al Hikmah ................................................................ 56

D. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di

Panti Asuhan Al Hikmah ........................................................ 59

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 61

B. Saran .................................................................................... 61

C. Penutup ................................................................................. 62

Daftar pustaka

Lampiran-lampiran

Page 14: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan

negara. Salah satu faktor yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan

kualitas kehidupan bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan

merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik

sebagai pribadi–pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

melakukan berbagai inovasi program pendidikan antara lain; a)

penyempurnaan kurikulum, b) pengadaan buku/bahan ajar, c) peningkatan

mutu gur, dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan, d)

peningkatan manajemen pendidikan, e) peningkatan sarana dan prasarana

pendidikan.

Agar pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik

perlu diupayakan langkah-langkah penyempurnaan mendasar konsisten dan

sistematis paradigma pendidikan yang kita bangun adalah pendidikan yang

dapat mengembangkan potensi anak didik agar berani menghadapi tantangan

hidup sekaligus tantangan global, tanpa rasa tertekan, pendidikan kita harus

mampu mendorong anak didik memiliki pengetahuan, ketrampilan, memiliki

percaya diri yang tinggi dan mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan.

Untuk itu diperlukan pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang

untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yang secara

integratif memadukan keckapan generik dan spesifik guna mamacahkan dan

mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas

manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan

penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan

Page 15: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

2

untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi

pembelajaran.1

Oleh karena itu pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup

(life skills) menjadi sebuah alternatif pembaharuan pendidikan yang

prospektif untuk mengantisipasi tuntutan masa depan. Dengan titik berat

pendidikan pada kecakapan untuk hidup, diharapkan pendidikan benar-benar

dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat.

Seperti halnya yang terdapat dalam panti asuhan Al Hikmah Wonosari

Ngaliyan Semarang, yang merupakan salah satu Lembaga Penyelenggara

Usaha Kesejahteraan Sosial (LPUKS), dikota Semarang selain menjalankan

fungsi sosial dalam membina anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) juga melaksanakan kegiatan usaha sebagai bentuk kreatifitas

pemanfaatan sumber daya lingkungan yang potensial dan terpadu. Kaitannya

dalam hal pendidikan, panti asuhan ini menerapkan pendidikan life skills

sebagai salah satu program untuk membekali para anak asuhnya khususnya

pada remaja panti dalam hal kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan

keterampilan yang dibutuhkan setiap anak/Remaja untuk survive dalam

pergaulan dan hidupnya. Keterampilan ini dapat membantu mereka untuk

dapat memilih hal yang tepat dan menghindar dari situasi yang mungkin

dapat menjatuhkan mereka; termasuk memperkuat pertahanan dan ketahanan

mental anak/Remaja yang membuat mereka resistan (terhadap tawaran

narkoba) dan resilient (berkemampuan untuk bertahan) dalam menghadapi

masalah hidup.

Pendidikan life skills merupakan kecakapan-kecakapan yang secara

praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai macam

persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek

pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta

kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta

1 Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: DirjendKelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 1-3.

Page 16: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

3

didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam

kehidupan.2

Pendidikan life skills yang berada di panti asuhan Al Hikmah berbeda

dengan yang berada di panti asuhan yang lainnya. Hal ini didasari oleh

program yang diselenggarakan oleh panti asuhan dan faktor usia dari panti

asuhan itu sendiri. Pendidikan life skills disana menekankan pada beberapa

aspek dari pendidikan life skills itu sendiri yakni meliputi aspek personal skill,

thinking skill, sosial skill, dan vokasional skill.

Dengan diterapkannya pendidikan kecakapan hidup (life skills) di Panti

Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu memberikan

bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik

tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu,

sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya.3 Selain itu anak asuh khususnya

remaja di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu

belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya,

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan

kualitas hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya. Dan

juga dapat meningkatkan keterampilannya agar kemudian setelah ia dewasa ia

dapat memiliki suatu keterampilan untuk dapat bertahan hidup. Hal inilah

yang kemudian menjadi latar belakang peneliti untuk melihat bagaimana

Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Bagi Remaja Di Panti

Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang.

2 Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan PenguatanRemaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses padatanggal 14 November 2010.

3 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikandan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 547.

Page 17: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

4

B. Penegasan Istilah

Adapun istilah-istilah yang harus ditegaskan adalah sebagai berikut:

1. Model

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang

akan dibuat atau dihasilkan.4

2. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan.5 Sedangkan Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan

yang diperlukan untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain,

dan masyarakat atau lingkungan dimana ia berada antara lain

keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis,

berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar

pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi

stress.6

Jadi Pendidikan Kecakapan hidup (life skill education) adalah

usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan

serta potensi-potensi pembawaan sehingga dapat beradaptasi dan

berinteraksi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan dimana ia

berada sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan.

3. Remaja

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak

berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat.7 Secara biologis remaja

4 Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 2008), Ed. IV, hlm. 923.

5 Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), Cet. V, hlm. 1.

6 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills Education), (Bandung:Alfabeta, 2004), hlm. 54.

7 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, (Jakarta: Ruhama, 1995),hal. 8.

Page 18: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

5

adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun.8 Jadi pada penelitian ini

dikhususkan pada anak asuh yang sudah remaja, yakni berusia diantara 12

sampai 21 tahun.

4. Panti Asuhan

Panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak

yatim atau yatim piatu dan sebagainya.9 Yang dimaksudkan adalah tempat

di mana sebagai penampungan dalam jangka waktu tertentu untuk

memberikan pelayanan sosial atau santunan kepada anak-anak yang

mengalami hambatan sosial ekonomi atau anak yang terlantar dan

diterlantarkan.

5. Al Hikmah

Al Hikmah adalah nama sebuah lembaga kesejahteraan sosial

(panti asuhan) yang menjadi tempat penelitian.

6. Wonosari Ngaliyan Semarang

Wonosari adalah salah satu nama kelurahan yang berada di daerah

ngaliyan bagian barat kota Semarang.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara

lain;

1. Bagaimana model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al

Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang?

2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al

Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

8 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 63.9 Depdiknas., Op. Cit., hlm. 1017.

Page 19: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

6

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain;

1. Untuk mengetahui model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan

Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al

Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain:

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu

pengetahuan yang ada kaitannya dengan pendidikan life skill.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan kepada pimpinan/pengasuh panti asuhan al

Hikmah atau kepada lembaga-lembaga sosial terkait sebagai upaya

pengembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada

kehidupan anak asuh kelak. Yakni memberikan pengertian dan

penjelasan tentang pelaksanaan pendidikan life skill di Panti Asuhan

Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

b. Sebagai bahan masukan kepada anak asuh dengan pendidikan life

skills, dapat memberikan bekal hidup nantinya setelah terjun ke dalam

masyarakat.

Page 20: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

1) Pendidikan

Pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan merupakan

sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Usaha-usaha yang dilakukan yakni untuk menanamkan nilai-nilai

dan norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya

untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam

suatu proses pendidikan.1

Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta

bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak

didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya

kepada pembinaan dan pembentukan sikap dan kepribadian manusia

yang ruang lingkupnya meliputi pada proses mempengaruhi dan

membentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri

manusia. Berbeda dengan pengajaran yang lebih menitikberatkan

usahanya kearah terbentuknya kemampuan maksimal intelektual

dalam menerima, mamahami, menghayati dan menguasai serta

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan.2

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan: Pendidikan

sebagai usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar

1 Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), Cet. V, hlm. 1-2.

2 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 99.

Page 21: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

8

dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.3

Dari definis-definisi tersebut dapat ditekankan bahwa

pendidikan tidak hanya sekedar menjadikan peserta didik menjadi

sopan, taat, jujur, hormat. Ataupun hanya bermaksud agar peserta

didik memiliki ilmu pengetahuan, seni dan tehnologi. Pendidikan

juga tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan

pembentukan keterampilan saja. Namun diperluas sehingga

mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan

kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial

yang memuaskan.

2) Kecakapan Hidup (Life Skills)

Meskipun kecakapan hidup telah didefinisikan berbeda-beda,

namun essensi pengertiannya sama. Brolin (1989) menjelaskan

bahwa life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude

that are necessary for a person to function effectively and to avoid

interruptions of employment exxperience.4 Sedangkan WHO (1997)

memberikan pengertian bahwa life skills adalah berbagai

keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan

berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu

menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-

hari secara efektif.5 Sementara itu Tim Broad-Based Education

(2002) menafsirkan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki

3 Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),hlm. 3.

4 Artinya kecakapan hidup merupakan kontinum pengetahuan dan kemampuan yangdiperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara efektif dan untuk menghindari gangguan daripada pengalaman pekerjaan. Baca dalam buku karangannya Anwar hlm. 20.

5 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills)Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004), hlm. 6.

Page 22: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

9

seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan

kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara

proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga

akhirnya mampu mengatasinya.6

Sejalan dengan hal itu Anwar memberikan penjelasan bahwa

Kecakapan hidup adalah kemampuan yang diperlukan untuk

berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, dan masyarakat atau

lingkungan dimana ia berada antara lain keterampilan mengambil

keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif,

berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi,

kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stress.7

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat diambil

hal-hal yang essensial berkaitan dengan kecakapan hidup, bahwa

kecakapan hidup adalah sebagai petunjuk praktis yang membantu

peserta didik untuk belajar bagaimana merawat tubuh, tumbuh untuk

menjadi seorang individu, bekerja sama dengan orang lain, membuat

keputusan-keputusan yang logis, melindungi diri sendiri untuk

mencapai tujuan hidupnya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi

tolok ukur life skills pada diri seseorang adalah terletak pada

kemampuannya untuk meraih tujuan hidupnya. Life skills

memotivasi peserta didik dengan cara membantunya untuk

memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupan, sehingga

mereka mampu menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan

proses problem solving apabila dihadapkan pada persoalan-persoalan

hidup.

3) Pendidikan kecakapan hidup (life skills)

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan kecakapan

hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang

6 Depdiknas, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui PendekatanBroad-Based Education, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 8.

7 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung:Alfabeta, 2004), hlm. 54.

Page 23: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

10

dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai

kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan

terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan cara ini,

pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan

mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih

bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang

dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan

mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupan

dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi

kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga,

kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa,

dan kehidupan-kehidupan yang lainnya. Ciri kehidupan adalah

perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan

untuk menghadapinya.8

UUSPN telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup,

sebagai bagian yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang

berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”. 9

b. Jenis-jenis Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu :

kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS) yang

terbagi atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial

8 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikandan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545.

9 Ibid., hlm. 545.

Page 24: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

11

(social skill) sedangkan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific

life skill/SLS) mencakup kecakapan akademik (academic skill) dan

kecakapan vokasional (vocational skill).

Jenis kecakapan hidup di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar skema kecakapan hidup berikut;

Gambar 1. Skema terinci kecakapan hidup (life skills).

1) Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS), yang

mencakup;

a) Kecakapan personal (personal skill), adalah kecakapan yang

diperlukan bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh.

Kecakapan ini mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau

memahami diri (self awareness) dan kecakapan berfikir (thinking

skill).

Menurut depdiknas bahwa kecakapan kesadaran diri itu

pada dasarnya merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan

Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta

menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang

kecakapanhidup/life

skills

kecakapanhidup generik

kecakapanpersonal

kesadaran diri

kecakapanberfikir

kecakapansosial

kecakapanhidup spesifik

kecakapanakademik

kecakapanvokasional

Page 25: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

12

diimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam

meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri

sendiri dan lingkungan.10 Kecakapan kesaadaran diri tersebut

dapat dijabarkan menjadi: kesadaran diri sebagai hamba Tuhan,

makhluk sosial, serta makhluk lingkungan, dan kesadaran akan

potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik fisik maupun

psikologik.

Kemudian kecakapan berfikir rasional (thingking skill)

adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan potensi

berfikir.11 Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan

menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah

informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan

memecahkan masalah secara kreatif.12

b) Kecakapan sosial (social skill), mencakup kecakapan

berkomunikasi dengan empati (communication skill) dan

kecakapan bekerja sama (collaboration skill).

Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua

arah perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi

disini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi pesannya

sampai dan disertai dengan kesan baik yang dapat menumbuhkan

hubungan harmonis.13 Komunikasi dapat melalui lisan atau

tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan

menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan.

Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang

mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan

bicara merasa diperhatikan dan dihargai. Kecakapan

10 Depdiknas., Op. Cit., hlm. 10.11 Joko Sutrisno, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia

Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, (Bogor: Institut Pertanian Bogor,2003), hlm. 8.

12 Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam JurnalPendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 562-574.

13 Anwar, OP. Cit., hlm. 30.

Page 26: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

13

menyampaikan gagasan dengan empati, akan membuat orang

dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dan dengan kata-kata

santun, sehingga pesannya sampai dan lawan bicara merasa

dihargai. Dalam tahapan lebih tinggi, kecakapan menyampaikan

gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain.

Menyampaikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis,

juga memerlukan keberanian. Keberanian seperti itu banyak

dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam aspek kesadaran diri. Oleh

karena itu, perpaduan antara keyakinan diri dan kemampuan

berkomunikasi akan menjadi modal berharga bagi seseorang

untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Di dalam al Qur’an pun ternyata Allah SWT telah memuat

ayat-ayat tentang komunikasi. Beberapa ayat dalam al Qur’an

yang mengatur tentang komunikasi adalah:

.يخشىأويتذكرعلهلليناقواللهفقوالArtinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengankata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atautakut”. (Q.S. At Thoha: 44)14

Kecakapan kerjasama tidak hanya antar teman kerja yang

“setingkat” tetapi juga dengan atasan dan bawahan. Dengan rekan

kerja yang setingkat, kecakapan kerjasama akan menjadikan

seseorang sebagai teman kerja yang terpercaya dan

menyenangkan. Dengan atasan, kecakapan kerjasama akan

menjadikan seseorang sebagai staf yang terpercaya, sedangkan

dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan

tim kerja yang berempati kepada bawahan.

Kemampuan kerjasama perlu dikembangkan agar peserta

didik terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya agak komplek.

Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling

14 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005, hlm. 251.

Page 27: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

14

pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan

yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat

membangun semangat komunitas yang harmonis.

Sebagai mahluk sosial, manusia merupakan bagian dari

masyarakat yang selalu membutuhkan keterlibatan menjalin

hubungan dengan sesamanya, hal ini disebut dengan silaturrahmi.

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها به الذي تساءلونا ونساء واتقوا اهللاكثريزوجها وبث منهما رجاال

.اكان عليكم رقيبواألرحام إن اهللاArtinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-muyang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanyaAllah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yangbanyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu samalain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. SesungguhnyaAllah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An Nisa’: 1)15

2) Kecakapan Hidup Spesifik (specifik life skill), yaitu kecakapan untuk

menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup;

a) Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual

Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut

kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah pada

dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir pada

General Life Skills (GLS). Jika kecakapan berpikir pada GLS

masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah

kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal itu

didasarkan pada pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang

ditangani memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah.

Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melalui

identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu

fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu

15 Ibid., hlm. 61.

Page 28: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

15

rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian

untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan.16

Sebagai kecakapan hidup yang spesifik, kecakapan

akademik penting bagi orang-orang yang akan menekuni

pekerjaan yang menekankan pada kecakapan berpikir. Oleh

karena itu kecakapan akademik lebih cocok untuk jenjang SMA

dan program akademik di universitas. Namun perlu diingat, para

ahli meramalkan di masa depan akan semakin banyak orang yang

bekerja dengan profesi yang terkait dengan mind worker dan bagi

mereka itu belajar melalui penelitian menjadi kebutuhan sehari-

hari. Tentu riset dalam arti luas, sesuai dengan bidangnya.

Pengembangan kecakapan akademik yang disebutkan di atas,

tentu disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa dan jenjang

pendidikan.

b) Kecakapan Vokasional (Vocational skill).

Kecakapan Vokasional adalah keterampilan yang dikaitkan

dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di

masyarakat. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan

vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan

vokasional khusus (occupational skill).17

Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu:

kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional khusus

yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan

dasar vokasional mencakup antara melakukan gerak dasar,

menggunakan alat sederhana diperlukan bagi semua orang yang

menekuni pekerjaan manual (misalnya palu, obeng dan tang), dan

kecakapan membaca gambar sederhana. Disamping itu,

kecakapan vokasional dasar mencakup aspek sikap taat asas,

16 Anwar, Ibid., hlm. 30.17 Joko Sutrisno, Op.cit., hlm. 9.

Page 29: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

16

presisi, akurasi dan tepat waktu yang mengarah pada perilaku

produktif.

Kecakapan vokasional khusus, hanya diperlukan bagi

mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai. Misalnya

menservis mobil bagi yang menekuni, pekerjaan di bidang tata

boga, dan sebagainya. Namun demikian, sebenarnya terdapat satu

prinsip dasar dalam kecakapan vokasional, yaitu menghasilkan

barang atau menghasilkan jasa.18 Kecakapan akademik dan

kecakapan vokasional sebenarnya hanyalah penekanan. Bidang

pekerjaan yang menekankan ketrampilan manual, dalam batas

tertentu juga memerlukan kecakapan akademik. Demikian

sebaliknya, bidang pekerjaan yang menekankan kecakapan

akademik, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan

vokasional. Jadi diantara jenis kecakapan hidup adalah saling

berhubungan diantara kecakapan yang satu dengan kecakapan

yang lainnya.

Slamet membagi life skills menjadi dua bagian yaitu:

kecakapan dasar dan kecakapan instrumentasi. Slamet selanjutnya

membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu: (a)

kecakapan belajar terus menerus; (b) kecakapan membaca, menulis,

dan menghitung; (c) kecakapan berkomunikasi: lisan, tergambar, dan

mendengar; (d) kecakapan berfikir; (e) kecakapan qolbu: iman

(spiritual), rasa dan emosi; (f) kecakapan mengelola kesehatan; (g)

kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya mencapainya;

(h) kecakapan berkeluarga dan sosial.

Sedangkan untuk kecakapan instrumental selanjutnya Slamet

membagi menjadi sepuluh kecakapan sebagai berikut: (a) kecakapan

memanfaatkan teknologi dalam kehidupan; (b) kecakapan mengelola

sumber daya; (c) kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (d)

18 Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: DirjendKelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 10.

Page 30: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

17

kecakapan memanfaatkan informasi; (e) kecakapan menggunakan

sistem kehidupan; (f) kecakapan berwirausaha; (g) (h) kecakapan

kejuruan, termasuk olah raga dan seni; (i) kecakapan memilih,

menyiapkan dan mengembangkan karir; (j) kecakapan menjaga

harmoni dengan lingkungan; (k) kecakapan menyatukan bangsa

berdasarkan nilai-nilai pancasila.19

Sedangkan Anwar mengelompokkan kecakapan hidup

mencakup: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berfikir

kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina

hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi,

dan mengatasi stress.20

Berdasarkan jenis-jenis kecakapan hidup di atas, pada dasarnya

diantara penjelasan para ahli yang satu dengan yang lainnya pada

hakikatnya mempunyai kesamaan, sehingga beberapa jenis

kecakapan hidup sudah termasuk dalam satu kecakapan. Pembagian

kecakapan hidup oleh depdiknas dianggap sudah mewakili dari

beberapa pembagian para ahli, yang menyatakan bahwa kecakapan

hidup (life skills) ada empat aspek yakni kecakapan personal,

kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.

c. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Konsep dasar dari pendidikan life skills tidak terlepas dari tujuan

pendidikan nasional dan bagaimana upaya untuk mencapai tujuan

tersebut yang secara normatif tercantum dalam Undang-Undang

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi bahwa berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,

19 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 552-559.20 Anwar, Op. Cit., hlm. 54.

Page 31: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

18

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.21

Berdasarkan tujuan tersebut, maka pendidikan sekolah dan

pendidikan luar sekolah bertugas dan berfungsi mempersiapkan peserta

didik agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2)

mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan

kehidupan untuk berbangsa, dan (4) mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.22

Konsep life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam

pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada

kecakapan atau keterampilan hidup untuk bekerja atau dalam kajian

pengembangan kurikulum isu tersebut dibahas dalam pendekataan

studies of contemporary life outside the school atau curriculum design

focused on social functions activities. Dalam pendekatan kurikulum

tersebut, pengembangan life skills harus dipahami dalam konteks

pertanyaan berikut:

1) Kemampuan (life skills) apa yang relevan dipelajari anak di sekolah,

atau dengan kata lain kemampuan apa yang mereka harus kuasai

setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu.

2) Bahan belajar apa yang harus dipelajari sehingga ada jaminan bagi

anak bahwa dengan mempelajarinya mereka akan menguasai

kemampuan tersebut.

3) Kegiatan dan pengalaman belajar yang seperti apa yang harus

dilakukan dan kemampuan-kemampuan apa yang perlu dikuasainya.

4) Fasilitas, alat, dan sumber belajar yang bagaimana yang perlu

disediakan untuk mendukung kepemilikan kemampuan-kemampuan

yang diinginkan tersebut.

5) Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa anak didik benar-benar

telah menguasai kemampuan-kemampuan tersebut. Bentuk jaminan

21 Undang-Undang Sisdiknas. Op.cit., hlm. 8.22 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.

Page 32: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

19

apa yang dapat diberikan sehingga anak-anak mampu menunjukkan

kemampuan itu dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Konsep life skills menjadi landasan pokok kurikulum,

pembelajaran, dan pengelolaan semua jalur, jenis, dan jenjang

pendidikan yang berbasis masyarakat. Dan dalam penyelenggaraan

pendidikan kecakapan hidup seharusnya didasarkan atas prinsip empat

pilar pendidikan, yaitu: learning to know or learning to learn (belajar

untuk memperoleh pengetahuan), learning to do (belajar untuk dapat

berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat

menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi

diri), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama

dengan orang lain).23

d. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Meskipun bervariasi dalam menyatakan tujuan pendidikan

kecakapan hidup, namun konvergensinya cukup jelas yaitu bahwa

tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta

didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Esensi dari

pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi

pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun

progresif.

Lebih spesifiknya, tujuan pendidikan kecakapan hidup dapat

dikemukakan sebagai berikut.

1) memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan

lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan

(etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari

sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan

perkembangannya.

23 Anwar, Op. Cit., hlm. 5.

Page 33: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

20

2) memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang

dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan

penyiapan karir.

3) memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara

benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat

memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan

masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus.

4) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui

pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong

peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders, dan

fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.

5) memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan

kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental,

dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, lingkungan sosial

dan pisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.24

Pendidikan kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta

didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik,

pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berfikir,

kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada

gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan

individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan

jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan

kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Sedangkan bagi masyarakat,

pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju

dan madani dengan indikator-indikator adanya: peningkatan

kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat

mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat

yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori,

solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).25

24 Ibid., hlm. 43.25 Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.

Page 34: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

21

e. Ciri-ciri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Ada beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup

menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai

berikut:

1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar.

2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama.

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,

belajar usaha mandiri dan usaha bersama.

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional,

akademik, manajerial serta kewirausahaan.

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan

dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu.

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli.

7) Terjadi proses penilaian kompetensi.

8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha

bersama.

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam

lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional

skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus

(spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa

life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus

sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program

life skill dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan

dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah

dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.26

f. Indikator-indikator pendidikan kecakapan hidup (life skills)

Orientasi dari life skills adalah menghindari sistem pendidikan

yang hanya sebatas formalitas, pembakuan, dan kaku. Gambaran

ketidakformalan itu tampaknya bisa dilihat dari model targeting life

26 Anwar, Op. Cit., hlm. 21.

Page 35: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

22

skills yang dibuat Pat Hendricks, dari Iowa State University. Model

Hendricks ini dibuat dari konsep pendidikan yang dikembangkan

familiy living and 4-H youth development ketika melaksanakan program

pendidikan anak kapabel, kompeten, dan menghargai masyarakat.

Model targeting life skills ini terdiri dari 35 faktor kemampuan life

skills. Semua faktornya saling terhubung dan terintegrasi. Masing-

masing faktor merujuk pada kompetendi individual yang dibutuhkan

lingkungan sosialnya.

Pihak Washington State University kemudian mengeleminirnya

menjadi delapan indikator life skills. Kedelapan indikator yang menjadi

acuan program pendidikan life skills tersebut terdiri dari:

1) Decision making (kemampuan membuat keputusan) – membuat

pilihan diantara berbagai alternatif, kemampuan membuat daftar

pilihan sebelum membuat keputusan, mampu memikirkan akibat dari

putusan yang akan diambil, dan mampu mengevaluasi pilihan yang

telah dibuat.

2) Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan sumber daya) –

menggunakan referensi, bermanfaat, punya nilai responsibilitas,

berdasarkan prioritas.

a) Mendayagunakan sumber daya yang ada disekitar dirinya.

b) Memanfaatkan sumber daya finansial sendiri secara terencana

c) Memanfaatkan pengaturan waktu yang baik

d) Berhati-hati dengan personalitas diri.

3) Communication (komunikasi) – kemampuan menyampaikan

pendapat, informasi, atau pesan dengan berbagai orang melalui

pembicaraan, penulisan, gerak tubuh, dan ekspresi yang efektif.

a) Membuat presentasi

b) Mendengarkandengan sekasama apa yang dikatan orang

c) Jelas dalam menyampaikan pendapat, perasaan, atau ide kepada

orang lain

d) Tidak emosional dalam menjelaskan ketidak sepakatan.

Page 36: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

23

4) Accepting differences (menerima perbedaan) – kemampuan

mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan

pelbagai pihak

a) Menghargai orang yang berbeda

b) Bekerja sama dengan orang yang berbeda

c) Menjalin hubungan dengan orang yang berbeda.

5) Leadership (kepemimpinan) – mampu mempengaruhi dan

menjelaskan sesuatu kepada pelbagai pihak di dalam kelompok.

a) Mengatur kelompok pada tujuan yang telah ditetapkan

b) Menggunkan gaya kepemimpinan yang variatif

c) Saling berbagi dengan yang lain dalam kepemimpinan

6) Useful/marketable skills (kemampuan yang marketabel) –

kemampuan menjadi pekerja dan dibutuhkan oleh lapangan kerja.

a) Memahami permasalahan

b) Mengikuti instruksi

c) Memberi kontribusi pada kerja tim

d) Siap bertanggung jawab pada tiap tugas yang diberikan

e) Menghindari kesalahan dan mencatat prestasi

f) Siap melamar pekerjaan

7) Healthy lifestyle choices (kemampuan memilih gaya hidup sehat) –

kemampuan memilih gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran,

menghindari penyakit dan luka-luka.

a) Memilihmakanan sehat

b) Memilih aktifitas yang sehat bagi tubuh danmental

c) Mengatur stress secara positif di dalam kehidupan pribadi

d) Menghindari perilaku beresiko.

8) Self-responsibility (bertanggung jawab pada diri sendiri) – mampu

menjaga diri; menghargai perilaku diri dan dampaknya; mampu

memilih posisi dintara salah dan benar.

a) Mengerjakan sesuatu yang benar bagi diri ketika di dalam

kelompok

Page 37: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

24

b) Selalu mengingatkan diri akan kesalahan yang bisa dibuat

c) Mencoba memahami betul sebelum membuat komitmen

d) Mengontrol tindakan diri berdasarkan tujuan/masa depan.27

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah adolescence

ini memiliki arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik.28 Masa remaja itu merupakan masa transisi,

baik biologis, psikologis, sosial mupun ekonomis. Masa remaja

merupakan masa yang penuh dengan gejolak dan kegoncangan.

Perkembangan selama masa remaja menyangkut serangakaian proses,

ada yang panjang ada yang pendek, ada yang lancar dan ada pula yang

tersendat-sendat. Ada sementara remaja yang lebih awal matang, ada

pula yang lebih lambat.

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja adalah

mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan

awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami mimpi yang

pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma.29

Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang

ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan

perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang

berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.

27 Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (StudiPembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal Pendidikan danKebudayaan, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 103.

28 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Ed. V, hlm. 206.

29 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Rosda Karya, Bandung, 2005, hal. 63.

Page 38: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

25

b. Ciri-ciri Masa Remaja

1) Periode Yang Penting

Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting dari pada

periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan

perilaku, dan ada yang diaggap penting karena berakibat jangka

panjang.

2) Periode Peralihan

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

Sehingga pada remaja sering terlihat adanya kegelisahan,

pertentangan, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang

belum diketahunya, keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih

luas, menghayal dan berfantasi, serta aktivitas kelompok.30

3) Periode Perubahan

Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik.

Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat, dan sebaliknya. Ada lima perubahan

yang sama yang hampir bersifat universal yang terjadi pada masa

remaja, yakni:

a) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Granville Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang

peka; remaja mengalami badai dan topan (storm & stress) dalam

kehidupan perasaan dan emosinya.31 Mengapa? Karena pada

masa ini sering terjadi frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis

penyesuaisan, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan

teralienasi/terasing dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.

30 H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), hlm. 47-48.

31 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 32.

Page 39: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

26

b) Perubahan-perubahan yang menyertai kematangan seksual

membuat remaja tidak yakin akan dirinya, kemampuan-

kemampuannya serta minatnya.

c) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh

lingkungan menimbulkan masalah baru bagi remaja.

d) Perubahan dalam minat dan perilaku disertai pula perubahan

dalam nilai-nilai.

e) Sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Mereka ingin dan menuntut kebebasan tetapi sering takut

bertanggung jawab akan akibatnya dan tidak yakin dengan

kemampuannya untuk memikul tanggung jawab tersebut.32

4) Usia Bermasalah

Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh anak laki-laki

maupun perempuan. Hal itu disebabkan oleh:

a) Selama masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar

diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah.

b) Remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya

sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru.

Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya

menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan

harapan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Anna Freud, mereka

telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang

disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang

normal.33

5) Mencari Identitas

Seperti yang dijelaskan oleh Erikson bahwa: “Identitas diri

yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,

32 Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2007),Cet. V, hlm. 62.

33 Elizabeth B. Hurlock, OP. Cit., hlm. 208.

Page 40: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

27

apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau

seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami

atau ayah?...... apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar

belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang

merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau

akan gagal?”34

6) Usia Yang Menimbulkan Ketakutan

Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak

membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja menjadi takut bertanggung jawab dan bersikap

tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Anggapan

tersebut juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap

dirinya sendiri. Ini menyebabkan peralihan ke masa dewasa menjadi

sulit.

7) Masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dengan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini,

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal dari

masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi

marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang

ditetapkan sendiri.

8) Ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun

dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah

34 Ibid, hlm. 208.

Page 41: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

28

cukup. Oleh karena tu, remaja mulai bertindak dan berperilaku yang

dihubungkan dengan orang dewasa, yaitu merokok, minum-

minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam

perubahan seks.35 Karena mereka menganggap bahwa perilaku ini

akan memberikan citra yang mereka inginkan.

c. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah

sebagai berikut, diantaranya:

1) Mencapai hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih

dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2) Mencapai peranan sosial, baik pria maupun wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya dengan

efektif.

4) Mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

6) Memilih dan mempersiapkan karier ekonomi seperti lapangan

pekerjaan.

7) Mempersiapkan diri dalam perkawinan dan pembentukan keluarga,

dan;

8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.36

Jika tugas perkembangan itu berjalan dengan baik, maka dapat

diharapkan anak remaja akan menjadi orang dewasa yang sanggup

berdiri sendiri dan bertanggung jawab untuk memperkembangkan

masyarakat.

Jika terjadi kelainan tingkah laku pada remaja dan orang dewasa

pada umumnya, tentu ada kaitannya dengan tugas-tugas perkembangan

yang tidak terselesaikan. Maka anggota masyarakat yang bijaksana

35 Soeparwoto, dkk., Op. Cit., hlm. 62-63.36 Elizabeth B. Hurlock, Op. Cit., hlm. 10.

Page 42: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

29

hendaklah memahami kelainan tingkah laku itu secara objektif dengan

jalan menganalisa jenis kelainan tingkah laku itu. Kemudian

memberikan bimbingan kearah pengembangan anak secara maksimal

agar tercapai kebahagiaan pribadinya serta kemanfaatan social.37

3. Pendidikan Life Skills Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan,

sehingga pada masa ini sering disebut dengan masa storm and stress

(badai dan tekanan). Keadaan remaja yang sedang berproses kearah

pencarian dan pembentukan jati diri ini kerap menimbulkan konflik, hal

itu akan terus terjadi karena adanya unsur ketidaksiapan seorang remaja

dalam menghadapi permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun

eksternal remaja tersebut. Ketidaksiapan remaja dalam mengatasi

persoalan hidup tentu saja akan berpengaruh negatif bagi perkembangan

diri maupun lingkungan sekitarnya, misalnya; kehilangan orientasi tentang

membangun masa depan, terjerumus ke dunia narkoba, minuman alkohol,

pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya.

Melihat kondisi remaja yang sangat rentan dengan konflik ini maka

perlu adanya perhatian khusus bagi semua kalangan untuk lebih serius

dalam melakukan pendekatan melalui program-program pendampingan

dan pengembangan diri pada usia remaja.

Pembatasan tentang usia remaja dari semua ahli kebanyakan hampir

sama, yakni dari usia 12-23 tahun. Mesipun mulainya masa remaja relatif

sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat variatif hal ini sangat

berkaitan dengan kecakapan/kemampuan remaja dalam pemenuhan

kapasitas diri sebagai sosok orang dewasa.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang

secara praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai

macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek

37 Sofyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981),hlm. 16.

Page 43: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

30

pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta

kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta

didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam

kehidupan.

Dikaitkan dengan pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada

remaja, jika diartikan secara luas Pendidikan kecakapan hidup ini dapat

menyentuh aspek-aspek kehidupan remaja seperti :

a. Aspek personal skill

Aspek ini menjangkau ruang pemahaman untuk mengenali diri

(self awareness skill) sehingga diharapkan remaja mampu berpikir

rasional dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

(thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan

penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai

anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri

kelebihan juga kekurangan yang dimiliki. Dengan demikian maka

kecakapan ini dapat menjadi modal dalam meningkatkan dirinya

sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan

menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan (making

decision), serta memecahkan masalah (problem solving) secara kreatif.

b. Aspek Sosial Skill

Merupakan aspek yang diperkuat untuk menjangkau sisi

kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, teman sebaya,

juga lingkungan masyarakat sekitar. Penguatan pada aspek ini

dilakukan agar remaja dapat mengembangkan kemampuan berdialog

dalam dunia pergaulan, sehingga memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan baik (communication skill) dan kemampuan bekerjasama

dengan orang lain (collaboration skill).

c. Aspek Akademik Skill dan Aspek Vokasional Skill

Page 44: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

31

Secara konsep kedua aspek ini disebut sebagai Kecakapan

spesipik (Specific Life Skill). Kedua aspek ini berkaitan langsung

dengan penguasaan kemampuan keterampilan secara khusus bagi

remaja dalam mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan

untuk menguasai serta menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis

pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang

akan ditekuni sebagai mata pencaharian, melainkan secara menyeluruh

guna menjadi bekal untuk bersaing dalam kehidupan dunia kerja

kedepan.

Selain beberapa aspek di atas, terdapat program-program

pengembangan lainnya dapat berupa peningkatan kualitas mental

seperti pendidikan kepemimpinan (leadership), komunikasi (public

speaking), juga pelatihan-pelatihan kejuruan seperti komputer,

kerajinan pertukangan, seni pahat/ukir, lukis, daur ulang bahan bekas

(recycle) serta kreatifitas lain yang menunjang kehidupan remaja secara

vokasinal.

Jika empat aspek pengembangan kecakapan hidup diatas dapat

dimiliki oleh seorang remaja maka dipastikan mereka dapat tumbuh dan

berkembang secara layak serta memiliki kemampuan dan keberanian

untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan

kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya.38

B. Kajian penelitian yang relevan

Berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema

penelitian, diantaranya seperti dibawah ini yaitu:

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyatun Hasanah (3103120) Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul “Upaya pesantren berbasis

agribisnis dalam meningkatkan life skills santri pondok pesantren (studi

38 Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan PenguatanRemaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses padatanggal 14 November 2010.

Page 45: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

32

kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Serangsari Kecamatan Kejajar

Kabupaten Wonosobo)” yang didalamnya membahas tentang proses

peningkatan life skill degan menerapkan konsep BBE-LS yaitu pendidikan

berbasis luas dengan melakukan pendidikan life skill melalui orientasi

pembelajaran, budaya pesantren, manajemen pesantren, penciptaan hubungan

dengan masyarakat dan pengisian muatan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan mayarakat.39

Siti Aliyah (3102171) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dalam

skripsinya yang berjudul “Implementasi pendidikan vocational skills di

Pondok Pesantren Az Zuhri Ketileng Semarang” menjelaskan bahwa

3implementasi pendidikan vocational life skills di Pondok Pesantren az Zuhri

menggunakan materi yang bersifat keterampilan seperti pelajaran komputer,

menjahit, otomotif, qira’ (seni baca al Qur’an), rebana, dan lain-lain

sebagainya yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat

yang dimiliki para santri sehingga dapat digunakan untuk bekal keterampilan

ketika terjun kemasyarakat.40

Sedangkan penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya karena penulis hanya memfokuskan pada pelaksanaan model

pendidikan life skills yang ada di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar

Ngaliyan Semarang.

39Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis DalamMeningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al IshlahDesa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), (Semarang: IAIN Walisongo,2008).

40 Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di PondokPesantren az Zuhri Ketileng Semarang, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008).

Page 46: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Penelitian yang berjudul Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja

Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, merupakan

penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor

mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka

tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup catatan

laporan dan foto-foto.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan

Semarang, dengan pertimbangan: Panti Asuhan Al Hikmah merupakan salah

satu dari panti asuhan yang berada di semarang yang memiliki berbagai

macam wirausaha dan berbagai usaha-usaha ekonomi produktif yang maju.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat

perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus penelitian merupakan tahap yang

sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena suatu penelitian

kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah,

baik masalah-masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui

keputusan ilmiah.2 Jadi fokus dari penelitian kualitatif sebenarnya masalah itu

sendiri.

1 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, (Bandung: PT. RosdaKarya, 2009), hlm. 4.

2 Ibid., hlm. 92.

Page 47: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

34

Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: Model

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang.

D. Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dari:

1. Data Primer

Ada dua data primer yang digunakan:

a. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi guna dapat

memecahkan masalah yang diajukan. informan dalam penelitian ini

adalah:

1) Pimpinan panti asuhan.

2) Para pengasuh dan pengurus panti asuhan.

b. Responden

Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan

tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat

disampaikan dalam bentuk tulisan yaitu ketika mengisi angket, atau

lisan ketika menjawab pertanyaan.3

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah anak asuh

yang ada di panti asuhan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang didapat atau diperoleh dengan

cara tidak langsung. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari:

a. Sumber Tertulis

Sumber tertulis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi arsip,

dokumen-dokumen, catatan dan laporan rutin panti asuhan.

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hlm. 145.

Page 48: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

35

b. Foto

Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian

kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan

oleh peneliti sendiri.4

Dalam penelitian ini menggunakan dua kategori foto yaitu foto

yang dihasilkan orang dan yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode wawancara, observasi, dokumentasi.

1. Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara secara langsung, berupa interview secara mendalam terhadap

informan. Wawancara adalah pengamatan informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula. Ciri utama dari wawancara atau interview adalah kontak langsung

dengan tatap muka antara interview dan sumber informasi (interviewer).5

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.6 Dalam wawancara diharapkan terjadi hubungan

yang baik antara pewawancara dengan responden sehingga tidak timbul

kecurigaan dan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa

pedomam wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang

diajukan secara langsung kepada informan dan responden di tempat

penelitian. Dalam hal ini yang di wawancarai adalah :

a. Pimpinan Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

4 Lexy J. Moleong, Op Cit., hlm. 160.5 Ibid., hlm. 83.6 Ibid., hlm. 186.

Page 49: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

36

b. Pengurus dan pengasuh Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari

Ngaliyan Semarang.

c. Anak asuh khususnya remaja Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari

Ngaliyan Semarang.

2. Metode Observasi/Pengamatan Langsung

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang

diteliti.7 Pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap obyek di

tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada

bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung.8

Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan dari

Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, khususnya

mengenai pelaksanaan model pendidikan kecakapan hidup (life skills)

kepada anak asuhnya khususnya para remaja panti asuhan disana.

Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan melalui

pencatatan yang dilakukan berurutan menurut waktu munculnya

peristiwa untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi, sarana dan

prasarana, waktu dan masa pembinaan, program atau kegiatan pembinaan

yang dilakukan oleh pengasuh Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari

Ngaliyan Semarang.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.9 Metode dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-

data dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari dan

mengumpulkan data dan informasi tertulis dari informan yang

7 S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hlm.56.

8 Maman Rachman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, (Semarang: IKIPSemarang Press, 1999), hlm. 77.

9 Suharsimi Arikunto, Op.cit., hlm. 231.

Page 50: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

37

berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang didapatkan tersebut

dapat pula untuk memperkuat apa yang terdapat dalam lapangan saat

wawancara dan observasi.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian

karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan.

Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan

dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya.10 Apabila

peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat

dengan teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.

Teknik pengujian yang dipergunakan dalam penentuan validitas data

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan sesuatu yang

lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data

itu sendiri.11

Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan

hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu triangulasi

dengan memanfaatkan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda yaitu dengan cara:

1. Membandingkan data hasil penggambaran dengan hasil wawancara.

Sumber data yang di peroleh dari pimpinan, pengurus, pengasuh panti

asuhan dan anak-anak asuh panti asuhan dibandingkan dengan data hasil

10 S Nasution, Op.cit., hlm. 105.11 Lexy J. Moleong, Op.cit., hlm. 330.

Page 51: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

38

pengamatan yang diperoleh dari pengamatan terhadap aktifitas sehari-hari

dan semua kegiatan yang diikuti dan dilakukan oleh anak-anak asuh.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang

berkaitan. Hasil wawancara yang diperoleh dari pimpinan, pengurus,

pengasuh panti asuhan dan anak-anak asuh dibandingkan dengan isi

dokumen terkait yang berkaitan dengan panti asuhan.

G. Analisis Data

Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting jika dilihat dari

tujuan penelitian. Analisis data kulitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.12 Penelitian ini bersifat

deskriptif analisis yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian

sehingga dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang model

pendidikan kecakapan hidup (life skill) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang.

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang

harus dilakukan adalah tahap analisis data, yaitu tahap pemanfaatan data

sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpulkan kebenaran yang dapat

digunakan dalam menjawab pokok permasalahan. Dalam penelitian ini

analisis yang digunakan bersifat deskriptif analisis yang dilakukan dengan 4

tahap, antara lain :

1. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang

diperlukan dan penelitian mencatat semua data secara objektif dan apa

adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

2. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “ kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini akan dilakukan

12 Ibid., hlm. 248.

Page 52: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

39

secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini

data yang direduksi adalah pada temuan di lapangan yaitu yang berasal

dari hasil wawancara, hasil observasi langsung, dan hasil dokumentasi.

3. Sajian data yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan

tindakan.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data yaitu langkah terakhir dari

analisis data. Dalam penarikan kesimpulan ini harus didasarkan pada

reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang

diangkat dalam penelitian.13

Dengan demikian keempat komponen tersebut saling mempengaruhi

dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan

menggunakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan

data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data,

setelah direduksi kemudian diadakan sajian data. Pengumpulan data juga di

gunakan untuk penyajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan

untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan,

maka diambil keputusan atau verifikasi.

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap

sebelum kelapangan, pekerjaan lapangan atau penelitian, analisis dan

penulisan laporan.

Pada tahap pertama atau pra lapangan peneliti mempersiapkan segala

macam yang di butuhkan sebelum terjun dalam kegiatan penelitian, yaitu :

1. Menyusun rencana penelitian.

2. Mempertimbangkan secara konseptual teknik serta logistik (catatan, daftar

ceklist, pedoman wawancara dan lainnya) terhadap tempat yang akan

digunakan dalam penelitian.

13 Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh TjetjepRohandi Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, hlm. 16-17.

Page 53: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

40

3. Membuat surat penelitian.

4. Melakukan koordinasi dengan pihak Panti untuk melakukan penelitian.

5. Menentukan informan yang akan membantu penelitian.

6. Peneliti mempersiapkan diri untuk bisa beradaptasi dengan tempat

penelitian.

Pada tahap kedua pekerjaan lapangan. Peneliti bersungguh-sungguh

dengan kemampuan yang dimiliki berusaha untuk melakukan penelitian

dengan segala daya serta tenaga yang dimiliki.

Pada tahap ketiga yaitu verifikasi data. Semua data yang diperoleh di

lapangan, dianalisis dan di cek atau diperiksa kebenarannya melalui

triangulasi. Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan secara komprehensif

tentang Model Pendidikan life skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah.

Tahap keempat yaitu tahap penulisan laporan. Dalam tahap ini peneliti

akan melaporkan seluruh kegiatan penelitian dan hasil yang telah ditemukan.

I. Sistematika Skripsi

Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan dapat dimengerti dengan

mudah, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi

dalam lima bab, yaitu Bab I tentang pendahuluan, Bab II tentang landasan

teori, Bab III tentang metode penelitian, Bab IV tentang hasil penelitian dan

pembahasan dan Bab V tentang penutup.

Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, penegasan istilah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan kajian pustaka yang

relevan.

Bab II : Landasan teori dan kerangka berfikir.

Bab III : Metode penelitian, berisi dasar peneliltian, lokasi penilitian, fokus

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, validitas/keabsahan data,

metode analisis data, prosedur penelitian dan sistematika penelitian skripsi.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hasil penelitian dan

pembahasan tentang model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi

remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

Page 54: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

41

Bab V : Penutup, berisi simpulan dan saran.

Bagian akhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 55: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan

Semarang

1. Sejarah Berdirinya

Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung

jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik,

mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang

luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan

ketentuan ajaran Islam. Panti asuhan Al Hikmah berdiri dilatar belakangi

oleh pemikiran bahwa pentingnya penyelamatan serta perlindungan

terhadap sebuah generasi dan pemenuhan kebutuhan (konsumsi,

pendidikan formal dan bimbingan moral atau keagamaan) khususnya bagi

anak-anak penyandang masalah sosial tentu dibutuhkan sebuah lembaga

(wadah) yang profesional, kreatif dan bertanggung jawab (amanah).

Berdasarkan pemikiran di atas maka panti asuhan Al Hikmah

bermaksud dan berkeinginan untuk menjalankan fungsi organisasi sosial

yang sudah terbentuk dengan tujuan membantu program pemerintah dalam

menanggulangi dan menangani masalah-masalah sosial di tengah

masyarakat seperti anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir miskin, anak-anak

korban kekerasan rumah tangga, anak-anak kurang mampu dan lain-

lainnya sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila khususnya keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai landasan idiil dan UUD Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional.

Panti asuhan Al Hikmah berdiri dan berawal dari sebuah kegiatan

penyantunan serta pendampingan terhadap anak-anak yatim piatu, fakir

miskin dan anak tidak mampu dilingkungan pengajian al Qur’an untuk

anak-anak di Kel. Ngaliyan Kec. Tugu.

Page 56: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

43

Selanjutnya kami bersama tokoh-tokoh masyarakat setempat

mendirikan yayasan untuk menggalang kepedulian masyarakat untuk

meningkatkan mutu pelayanan terhadap anak-anak penyandang masalah

sosial tersebut di atas.

Adapun yayasan ini didirikan oleh: Dwi Sutarno, Muhammad

Muzamil, Jayadi dan Ir. Ahmadun tepatnya pada tanggal 30 April 1992

dengan nama Yayasan Fastabiqul Khoirot yang bergerak di bidang usaha

kesejahteraan sosial (menyantuni anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir

miskin, anak-anak terlantar, gepeng/gelandangan dan pengemis jalanan,

anak-anak Korban Kekerasan Rumah Tangga/KKRT, anak-anak kurang

mampu dan lain-lainnya) dengan akte notaris: Salekoen Hadi, SH No. 120

Tanggal 30 April 1992 dan saat ini kantor/sekretariat yayasan/panti asuhan

berada di Jl. Beringin Raya No. 4 RT. 02 RW. X Kel. Wonosari Kec.

Ngaliyan Semarang.

2. Maksud dan Tujuan

a. Memberikan pelayanan serta perlindungan sekaligus bimbingan

kepada anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial agar

memperoleh kehidupan yang layak antara lain makanan yang bergizi

(4 sehat 5 sempurna), tempat tinggal (asrama) yang layak huni,

pendidikan formal, pelayanan kesehatan, pendidikan keagamaan

(spitritual) serta bimbingan ketrampilan sesuai bakat dan kemampuan

masing-masing.

b. Membentuk generasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

menjadi generasi yang beriman, berilmu, berakhlaq mulia, terampil,

mandiri, jujur dan bertanggungjawab.

c. Menciptakan Sumber Daya Manusia yang kuat (sehat jasmani dan

rohani) dan siap menerima tantangan zaman, mengemban amanah

luhur cita-cita Bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Page 57: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

44

3. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang adalah:

a. Penyantunan dan pengelolaan anak-anak penyandang masalah sosial di

dalam asrama (panti) sekaligus pemenuhan segala kebutuhan.

b. Memberikan pemahaman keagamaan dan praktek ibadah serta

pembinaan tentang etika dan moral (akhlaqul karimah).

c. Mengikut sertakan seluruh anak-anak dalam panti pada lembaga

pendidikan formal di luar panti sesuai dengan tingkat pendidikannya.

d. Penelusuran niat, bakat dan kemampuan anak untuk selayaknya

dikembangkan melalui kegiatan kursus dan ketrampilan sesuai dengan

keahlian masing-masing.

e. Pendampingan oleh para pengurus dengan metode perwalian agar

mereka lebih mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta

pemenuhan segala kebutuhannya.1

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yayasan ini terdiri dari :

Pembina : Bagian Sosial Pemerintah Kota Semarang

: Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah

Penasehat : 1. Drs. H. Wulyadi, MM

2. H. Dudy Syamsudin

3. H. Purwanto

Ketua : Drs. Muhammad Muzamil

Wakil ketua : Mujiono NR., SHI

Sekretaris : Ahmad Syukron, SHI

Bendahara : Nur Asiyah, SE

Anggota : 1. Siti Khoiriyah

2. Megawati

1 Dokumen panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

Page 58: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

45

3. Ahmad Rudi

4. Budi Cahyono

5. Keadaan pengasuh dan anak asuh

Pengasuh mempunyai perananan dan pengaruh yang sangat penting

dalam panti asuhan. Beliau menjadi pengganti sebagai orang tua dalam

memberikan kasih sayang, pendidikan serta memberikan kebutuhan atau

kehidupan yang layak terhadap anak. Selain itu juga terdapat tanggung

jawab yang amat mulia karena dengan rasa ketulusan dan keikhlasan

beliau menjalaninya.

Adapun jumlah pengasuh di panti asuhan Al Hikmah adalah 8 orang

yang termasuk di dalamnya adalah pengurus dari panti asuhan sendiri.

Untuk setiap kegiatan ada pengasuh yang bertanggung jawab secara

tersendiri, misalnya untuk kegiatan pendidikan, keagamaan, ataupun

keterampilan dan lain sebagainya. Para pengasuh atau pengurus

kebanyakan dari kalangan panti asuhan sendiri. Mereka merupakan orang-

orang yang memiliki kepedulian sosial terhadap nasib anak yatim piatu

atau dengan kata lain anak yang belum terpenuhi akan hak-haknya (anak

terlantar).

Kemudian jumlah anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah

untuk sekarang ini ada 65 anak. yakni terbagi atas 38 laki-laki dan 27

perempuan. Sampai saat ini banyak diantara alumni dari panti asuhan Al

Hikmah yang sudah hidup mandiri dan mendapatkan tempat tinggal serta

pekerjaan yang layak.

Para anak asuh selain mendapatkan biaya pendidikan formal

(sekolah) maupun non formal (kursus), dibekali dengan nilai-nilai

keagamaan juga diberikan keterampilan dengan harapan natinya setelah

anak asuh meninggalkan panti mereka akan dapat diterima dalam

kehidupan bermasyarakat dan sedapat mungkin menjadi tauladan

sesamanya. Adapun tingkat pendidikan yang sedang mereka tempuh

adalah perguruan tinggi (3 anak), SMA/SMK (27 anak), SLTP (18 anak),

SD (13 anak).

Page 59: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

46

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting guna menunjang

terpenuhinya kebutuhan anak-anak asuh dalam panti asuhan. Diantara

sarana dan prasarana tersebut adalah 1 buah ruang kantor; 1 buah ruang

keterampilan; 1 buah ruang makan dan hiburan; 1 buah ruang dapur; 1

buah gedung asrama putra; 1 buah gedung asrama putri; 1 buah gedung

lokal untuk wartel; 1 buah buah sumur artetis; 4 buah unit rumah

pengurus; 2 buah unit mobil antar jemput anak-anak sekolah; 1 buah buah

Masjid Al Hikmah; 12 buah kamar mandi, 9 WC, sarana tempat wudlu dan

tempat cuci pakaian; 4 buah kandang kambing dan 1 buah kandang sapi;

serta 1 buah bangunan untuk toko material dan alat-alat listrik.

Adapun keseluruhan bangunan tersebut menempati areal tanah yang

dimiliki Panti Asuhan Al Hikmah kurang lebih 2.800 M .2

B. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi Remaja

Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Salah satu upaya yang dilakukan oleh panti asuhan dalam hal

membekali para anak asuhnya khususnya bagi remaja adalah dengan

memberikan pendidikan yang berorientasi pada kacakapan hidup (life skills).

Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skills) adalah

pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara

benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang

bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan

kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan

perkembangannya.3

Pendidikan life skills yang diberikan kepada anak asuh khususnya

remaja panti asuhan Al Hikmah adalah sebagai usaha untuk menciptakan

pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) sesuai

2 Dokumentasi panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.3 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan

dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545.

Page 60: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

47

dengan maksud dan tujuan panti asuhan. Sehingga nantinya diharapkan anak

asuh khususnya remaja dan yang sudah purna asuh setelah keluar dari panti

asuhan sudah memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan guna untuk dapat

menjalani kehidupan yang lebih baik dan mampu melanjutkan hidup tanpa

bergantung dengan orang lain (hidup mandiri).

Bila mengacu pada arti life skills itu sendiri adalah sebuah pengalaman

belajar yang diberikan kepada peserta didik atau dalam hal ini adalah anak

asuh yang meliputi; aspek personal skill atau self awareness, aspek tinking

skill, aspek social skill, aspek academic skill, dan aspek vocasional skill.

Namun jenis pendidikan life skills yang dilaksanakan di dalam panti asuhan

Al Hikmah adalah pada aspek personal skills, aspek tinking skills, aspek

social skills dan aspek vocasional skill.

1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Salah satu upaya panti asuhan Al Hikmah dalam membekali anak

asuhnya pada aspek personal skills adalah melalui pendidikan keagamaan

yang dilaksanakan setiap hari di panti asuhan. Pendidikan keagamaan

disini bertujuan untuk membentuk karakter pribadi seorang anak asuh

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berilmu,

berakhlaqul karimah, disiplin, dan percaya diri.

Pendidikan keagamaan ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan-

kegiatan yang bersifat keagamaan yang sudah terjadwal setiap harinya.

Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut adalah;

a. Pengajian

Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap hari sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan oleh pengasuh yang ditunjuk oleh panti

asuhan. Adapun pelaksanaannya adalah setelah shalat maghrib dan

shalat isya’ di masjid panti asuhan. Pengajian ini didiikuti oleh seluruh

anak asuh baik yang remaja maupun anak-anak. Untuk yang anak-anak

dilaksanakan setelah shalat maghrib yakni belajar membaca al Qur’an.

Page 61: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

48

Sedangkan untuk yang remaja dilaksanakan setelah shalat isya’ yakni

pada pengkajian kitab-kitab, al Qur’an dan Al Hadits.

Untuk pengkajian kitab-kitab, ini disampaikan langsung oleh

pimpinan panti asuhan yakni Bapak Muzamil. Pada saat menyampaikan

materi yang dipaparkan anak asuh mendengarkan dengan seksama

seperti halnya di pondok pesantren. Kemudian untuk pengkajian pada al

Qur’an dan al Hadits, pengasuh lebih menekankan pada penguasaan

dalil-dalil al Qur’an dan al Hadits.

b. Latihan khitobah (pidato)

Latihan khitobah ini dilaksanakan selama 1 minggu sekali dan

bergantian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk anak

yang mendapat tugas tampil diberikan materi oleh pengasuh 1 minggu

sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat berlatih

dan mempersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan ini hanya diperuntukkan

pada remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data dan

diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masing-

masing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk

mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh.

Pada saat pelatihan pidato ini, pembimbing dan seluruh anak asuh

lainnya menyaksikan teman-temannya memaparkan apa yang mereka

tampilkan. Setelah latihan ini selesai pembimbing mengevaluasi dan

memberi arahan kepada semua anak asuh baik yang tampil maupun

yang menyaksikan. Sehingga anak secara tidak langsung mendapat ilmu

dalam hal kaitannya dengan pelatihan ini.

Selain itu tujuan diselenggarakannya latihan pidato ini adalah

untuk melatih keberanian, mental, dan kepercayaan diri anak asuh

khususnya yang remaja untuk nantinya ketika terjun kedalam

masyarakat.

c. Kegiatan keagamaan yang lainnya adalah dalam bentuk pelaksanaan

ibadah sehari-hari yakni menjalankan sholat lima waktu berjama’ah dan

Page 62: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

49

membaca al Qur’an, al Berjanji, mujahadahan dan lain-lain. Selain itu,

anak asuh juga diajak untuk latihan puasa sunnah dan sholat malam.

Kegiatan membaca al Qur’an ini dilaksanakan setiap hari setelah

shalat maghrib, tapi terkadang setelah shalat isya’. Sedangkan al

Berjanji sehabis shalat isya’ yang dilaksanakan 1 minggu sekali yakni

pada hari ahad. Kemudian mujahadahan dilaksanakan 1 minggu sekali

pada hari jum’at.

Dari berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di panti

asuhan Al Hikmah, terdapat secercah harapan yang sangat besar, semoga

kelak anak asuh dapat mengambil hikmah serta manfaat dari kegiatan

keagamaan tersebut sehingga mereka dapat mengamalkan apa yang telah

mereka dapatkan ke dalam kehidupan sehari-hari.4

Seperti yang diungkapkan oleh Lilik Muzdalifah (salah satu anak

asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai sebagai berikut:

“setelah mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan keagamaan dipanti asuhan, saya menjadi lebih memahami dan termotivasi untuk selalumenjalankan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin sesuai dengansyari’at Islam”.

2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek berpikir rasional

(thinking skill) di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan

Semarang

Misalnya yang dilakukan oleh panti asuhan pada aspek thiking skill

ini adalah melalui problem solving sederhana, artinya pemberian contoh

tentang bagaimana cara mengatasi dan memecahkan masalah dengan

sederhana. Dengan maksud untuk melatih anak asuh yang remaja tentang

bagaimana caranya dalam memecahkan dan mengatasi masalah dengan

berfikir rasional, dewasa, kekeluargaan, dan musyawarah.

Di dalam panti asuhan terdapat kebijakan yang sifatnya untuk

melatih kedewasaan anak asuh khususnya yang remaja, baik kedewasaan

4 Wawancara dengan Bapak Mujiono NR, pengurus dan pengasuh panti asuhan AlHikmah, pada tanggal 10 Mei 2011.

Page 63: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

50

dalam berfikir maupun menyikapi segala suatu hal. Sebagai contoh,

misalnya diantara sesama anak asuh sedang ada masalah, maka mereka

dilatih kedewasaannya untuk memecahkan masalah mereka sendiri.

Namun jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, mereka

diundang oleh pengasuh atau pembimbing kemudian ditanya titik

permasalahannya seperti apa, kemudian mereka dibantu untuk

menyelesaikannya.

Selain itu jika terdapat masalah yang berhubungan dengan anak asuh

yang ada kaitannya dengan melanggar tata tertib panti asuhan, misalnya

bolos sekolah. Cara mengatasi masalah tersebut, seluruh anak

dikumpulkan di aula termasuk anak asuh yang bolos sekolah tadi.

Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak

asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di

depan teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah itu mereka

tidak mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan

dan juga bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah

yang berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut.

Aturan dan tata tertib panti asuhan menerapkan konsep adanya

imbalan dari setiap perbuatan yang dilakukan anak asuh, imbalan berupa

sanksi hukuman dan ganjaran. Aturan sanksi hukuman yang diberikan

pengasuh kepada anak asuh ada tiga macam yaitu: sanksi ringan berupa

teguran, sanksi sedang berupa pemberian santunan yang ditangguhkan, dan

sanksi berat yaitu dikeluarkan dari panti asuhan. Sanksi teguran diberikan

kepada anak asuh yang melakukan pelanggaran ringan misalnya: anak

asuh lupa mengerjakan tugas piket harian, pulang ke panti asuhan melebihi

jam yang sudah ditentukan, tidak mengikuti kegiatan, tidak mengikuti

kegiatan panti asuhan dan lain-lain. Sanksi sedang diberikan apabila anak

asuh melakukan pelanggaran misalnya: membolos sekolah, pulang ke

rumah tanpa ijin, tidak pulang ke panti tanpa alasan yang jelas dan lain-

lain. Sanksi yang diberikan biasanya berupa uang saku anak asuh tidak

diberikan. Biasanya anak asuh yang melakukan pelanggaran tersebut tidak

Page 64: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

51

hanya mendapat sanksi uang sakunya tidak diberikan tetapi anak asuh

biasanya dipanggil untuk menghadap pengasuh untuk ditegur, dinasehati

dan diberi pengarahan. Jika anak asuh sudah tidak melanggar peraturan

maka uang saku diberikan kepada anak asuh seperti biasanya.

Setiap masalah cara mengatasinya berbeda-beda, misalnya anak asuh

pacaran yang sudah kelewatan dalam artian tidak sewajarnya, cara

penyelesaiannya adalah hampir sama dengan yang bolos sekolah tadi,

yakni dikumpulkan di aula kemudian masalah tersebut dibahas dan

diselesaikan bersama dengan mencari solusi-solusi yang paling baik,

menggunakan kepala dingin, tanpa emosi, dipandang dari berbagai aspek

yang berhubungan dengan masalah tersebut dan lain sebagainya. Dalam

mencari solusi tersebut, anak asuh juga diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya, dengan tujuan agar anak asuh terbiasa dalam

menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan pribadi maupun

orang lain.

Ada juga ketika anak asuk sedang lagi ada masalah, mereka

langsung datang menemui pengasuh atau pembimbing untuk menceritakan

semua masalah yang dihadapinya, dan pengasuh disini memberikan solusi

serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kembali

berkaitan dengan masalah yang dibicarakan tadi. Sehingga anak asuh

terbiasa menyelesaikan permasalahannya sendiri setelah diberi arahan oleh

pengasuh. Dan tidak semua masalah yang berkaitan dengan anak asuh

dikemukakan didepan umum.

Melalui problem solving sederhana ini, secara tidak langsung anak

mendapat pengalaman dan ilmu tentang bagaimana caranya mengatasi

masalah dengan baik dan dapat berfikir dewasa dalam menyikapi segala

sesuatu. Semoga ini menjadi bekal yang sangat berharga untuk anak asuh

setelah mereka keluar dari panti asuhan.5

5 Wawancara dengan bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10Mei 2011.

Page 65: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

52

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Fitri Wijayanti (salah satu anak

asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:

“melalui problem solving sederhana ini, saya dilatih kedewasaankak baik dalam berfikir dan bertindak. Dan saya berterima kasih banyakkepada bapak dan ibu pengasuh yang selalu senantiasa membimbing danmengarahkan saya untuk menjadi orang yang lebih dewasa dalammenyikapi suatu masalah, saya akan ingat semua yang bapak dan ibukajarkan kepada saya.”

3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek social skill di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Pada aspek sosial skill, panti asuhan mengedepankan kekeluargaan

sebagai faktor dalam menjalin suatu berhubungan, baik antara sesama

anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan

masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar

terjalin suasana keluarga di dalam panti asuhan sehingga tercipta

hubungan yang harmonis, akrab dan tidak sungkan dan lain sebagainya. Di

dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan keluarga

bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen sosialisasi

yang paling utama dalam panti asuhan.

Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti

asuhan terjalin hubungan yang baik, akrab dan harmonis adalah dengan

memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana

untuk mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa

memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih

muda. Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama

anak dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami

kesulitan belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing.

Sehingga terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan

pengasuh yang tinggal dipanti asuhan.

Contoh yang lainnya adalah kerja bakti yang dilakukan oleh panti

asuhan sebulan sekali. Melalui kerja bakti anak asuh secara tidak langsung

saling bergotong royong, bantu membantu dan bekerjasama. Kerja bakti

Page 66: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

53

ini tidak hanya dilakukan di dalam panti saja tapi juga kerja bakti yang

diselenggarakan oleh masyarakat. Dengan maksud untuk mempererat

hubungan agar terjalin silaturrahmi dengan lingkungan sekitar panti

asuhan.

Yang diajarkan pada sistem kekeluargaan ini adalah sikap unggah-

ungguh dan rasa hormat terhadap orang tua misalnya kepada pengasuh dan

pengurus dan lain sebagainya, saling menyayangi sesama anak asuh

karena mereka sudah seperti halnya kakak dan adiknya sendiri, bertutur

kata yang sopan dan santun, dan lain-lain.

Keakraban dan keharmonisan tersebut tampak ketika mereka saling

bertemu setiap hari berkumpul bersama, canda tawa dan tutur kata yang

lembut dan sopan. Misalnya anak asuh yang lebih kecil atau muda

memiliki rasa hormat kepada yang lebih dewasa dan tua, dan begitupun

sebaliknya.6

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Ria Wijayanti (salah satu anak

asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:

“Saya senang berada di panti asuhan karena seperti dalam keluargasendiri, akrab sesama temen, dan juga akrab dengan pengasuh pantiasuhan. Apalagi kalau sedang ngumpul-ngumpul atau nonton tv kamisering bercanda kak....”

4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vocational skill di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Diantara upaya dan usaha yang dilakukan panti asuhan dalam

memberikan bekal pada aspek vokasional skill adalah melalui bimbingan

ketrampilan. Bimbingan ketrampilan ini bertujuan untuk mengembangkan

bakat dan kemampuan yang dimiliki anak asuh khususnya para remaja

panti asuhan sehingga nantinya mereka dapat hidup mandiri dan trampil.

Bimbingan ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai

pelatihan-pelatihan baik pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan.

Pelatihan-pelatihan yang dilakukan diluar panti asuhan meliputi pelatihan

6 Wawancara dengan Ibu Nur Asiyah, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah,pada tanggal 25 Mei 2011.

Page 67: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

54

menjahit, sablon dan otomotif, sedangkan pelatihan-pelatihan yang

dilakukan di dalam panti asuhan adalah meliputi pelatihan berwira usaha

yakni melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Pelatihan menjahit dilaksanakan di Mangkang selama 3 bulan lebih

oleh dinas kesejahteraan sosial, dalam pelatihan menjahit ini peserta (anak

asuh) diberikan ilmu teori dan praktik langsung dari tutor atau pembimbig

yang profesional. Pada pelaksanaan pelatihan menjahit ini, setelah anak

asuh mendapatkan teori, mereka diarahkan langsung pada praktik

kemudian pembimbing atau tutor menilai dan memberikan saran tentang

cara menjahit yang baik. Anak asuh sangat antusias dengan kegiatan ini,

terutama untuk anak perempuan, jumlah anak asuh yang mengikuti

pelatihan tersebut adalah 16 anak. Pada kegiatan tersebut anak asuh

langsung mendapatkan piagam penghargaan (sertifikat) yang resmi dari

dinas kesejahteraan sosial.

Pelatihan sablon dilaksanakan oleh Pemerintah Kota selama 6 hari di

mangkang, kegiatan ini sama seperti pelatihan menjahit, mereka di berikan

teori dan arahan tentang cara menyablon yang baik. Begitupun pada saat

praktik. Anak asuh yang mengikuti pelatihan ini hanya 11 anak, yang lebih

didominasi oleh para remaja putra panti asuhan.

Pelatihan otomotif dilakukan di tempat perbengkelan depan panti

asuhan, dilaksanakan setiap hari atau kadang 4 hari dalam seminggu.

Pelatihan ini memberikan anak asuh pengetahuan dan pengalaman dalam

hal perbengkelan khususnya pada kendaraan motor roda dua, mereka

diajarai bagaiamana cara menyervis yang baik kemudian cara

memperbaiki jika ada kerusakan dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan ketrampilan yang berada di

dalam panti asuhan adalah melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan merupakan sarana yang digunakan

untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada anak asuh dalam

bidang wirausaha. Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan meliputi:

Page 68: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

55

peternakan, jasa pemotongan kambing dan katering, mengelola limbah dan

semua barang bekas (rongsok), produksi air mineral dan lain-lain.

Usaha Ekonomi Produktif dalam bidang peternakan dikelola oleh

orang-orang yang ahli dan profesional dalam bidangnya dengan dibantu

oleh anak-anak asuh secara bergantian sesuai dengan jadwal. Kegiatan ini

dilaksanakan setiap hari. Pada kegiatan ini anak mendapat banyak ilmu

dan juga ketrampilan sekaligus pengalaman dalam hal merawat hewan

ternak secara profesional.

Mereka diajari bagaimana cara yang paling baik dan unggul dalam

merawat hewan ternak. Misalnya cara supaya hewan ternak cepat gemuk,

cara memberikan vitamin pada hewan ternak, cara merawat hewan saat

sakit, dan diajari bagaimana cara mencari rumput yang baik dan lain

sebagainya. Diantara hewan yang diternak meliputi: sapi dan kambing.

Kemudian lahan yang digunakan untuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

peternakan merupakan lahan khusus yang disediakan oleh panti asuhan.

Dalam bidang jasa pemotongan hewan, anak asuh diberikan

ketrampilan serta pengalaman dalam memotong hewan dengan baik sesuai

dengan ajaran Islam, selain itu anak juga diajarkan bagaimana cara

menguliti hewan yang dipotong dan lain sebagainya. Dalam menguliti

hewan diperlukan keahlian khusus sehingga dengan begitu hasilnya akan

baik. Untuk jasa pemotongan hewan ini dilaksanakan setiap hari, dalam

seminggu bisa mencapai 10 lebih hewan di potong.

Dalam bidang catering, usaha ini dikelola oleh anak-anak asuh

terutama untuk para remaja perempuan panti asuhan. Usaha catering ini

berjalan dengan lancar, karena sudah banyak pelanggan yang pesan pada

panti asuhan tiap harinya. Kegiatan catering ini melayani berbagai aneka

masakan dan makanan yang terbuat dari daging kambing dan lainnya.

Pelaksanaan usaha ini tidak tertentu waktunya, bisa pagi, siang dan malam

sesuai dengan pesanan. Anak asuh khususnya remaja perempuan diberikan

dan diajarkan tentang ketrampilan yang berhubungan dengan bagaimana

Page 69: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

56

cara memasak, memilih jenis bumbu yang tepat, cara menyajikannya dan

lain sebagainya.

Dalam bidang mengelola limbah dan semua barang bekas (rongsok),

anak asuh juga diterjunkan secara langsung. Mereka ada yang mengambil

langsung ketempat warga dan menjualnya kepada pemasok barang

rongsok (pengepul). Anak asuh diberi arahan bagaimana memilah barang-

barang yang nantinya akan dijual kemudian bagaimana cara bernego harga

dengan penjual atau pemasok. Dana hasil penjualan barang bekas

(rongsokan) di kumpulin dan nantinya akan digunakan untuk rekreasi

bersama atau dapat digunakan untuk tambah uang saku anak asuh.

Melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan yang diberikan kepada anak

asuh khususnya bagi remaja baik yang melalui pelatihan di luar maupun

melalui Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan, diharapkan anak asuh

dapat belajar melalui pengalaman dan ilmu yang telah didapatkan serta

dapat memanfaatkannya untuk bekal nantinya setelah anak asuh keluar

dari panti asuhan.7

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Baidhowi (salah satu anak asuh,

wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut:

“dengan bimbingan ketrampilan yang diberikan dan diajarkan olehpanti asuhan, membuat yang tadinya saya tidak tahu dan tidak bisa, sayajadi tahu dan bisa. Misalnya saya kan dulu kan ga’ bisa, sekarang ya sudahlumayan bisa. Insya allah nanti bisa buat bekal usaha kalau saya sudah ga’di panti asuhan”.

C. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Panti Asuhan

Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Panti asuhan Al Hikmah berdiri kurang lebih hampir 20 tahun, yang

dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan dan hambatan dalam

perjalanannya. Lika-liku perjalanan yang sering dihadapi membuat para

pengurus semakin yakin dan semangat serta terus berusaha untuk dapat

mewujudkan sebuah panti asuhan yang kreatif, mandiri dan kreatif. Dan

7 Wawancara dengan Bapak Muzamil, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah,pada tanggal 10 Mei 2011.

Page 70: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

57

alhamdulillah berkat semangat yang tinggi dan juga tekat yang besar disertai

dengan do’a, perlahan-lahan panti asuhan Al Hikmah berkembang dan

berkembang menjadi lebih baik hingga sampai saat ini.

Meskipun begitu masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan

maksimal yakni berkaitan dengan penerapan pendidikan life skills di panti

asuhan. Adapun faktor-faktor penghambat dalam penerapan pendidikan life

skills di Panti Asuhan Al Hikmah adalah sebagai berikut;

1. Faktor finansial atau pendanaan

Finansial atau pendanaan merupakan faktor utama dalam menunjang

efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan penyelenggaraan

pendidikan, pendanaan merupakan faktor yang sangat menentukan dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan,

sehingga dalam penyelenggaraan pendidikan dana merupakan salah satu

masalah yang sangat penting.

Salah satu penyebab belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan

life skills di panti asuhan adalah masalah pendanaan. Dana yang pasa-

pasan dan kadang kurang membuat belum optimalnya pelaksanaan

pendidikan life skills disana. Karena dalam penyelenggaraan pendidikan

life skills dibutuhkan seperangkat peralatan alat praktik, ruang yang cukup

untuk melatih dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengembangan

akan bakat yang dimiliki anak asuh. Sehingga dengan dana yang

sedemikian tersebut panti asuhan hanya memberikan ketrampilan yang

seadanya yang sudah ada di dalam panti asuhan. Selain itu, pendanaan

yang belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak asuh

sangat berpengaruh terhadap optimalnya penyelenggaraan pendidikan life

skills.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan sebagai penunjang kelangsungan proses

pendidikan maupun pembelajaran seperti gedung, ruangan belajar, meja

Page 71: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

58

dan kursi, serta alat-alat dan media pengajaran yang berhubungan dengan

pelaksanaan pendidikan life skills.

Dalam pengadaan sarana dan prasarana di panti asuhan Al Hikmah

masih dalam tahapan penyediaan pemenuhan keinginan dan kebutuhan

anak asuh. Dikarenakan masih minimnya sarana dan prasaran yang

dimiliki oleh panti asuhan. sehingga kurang terpenuhinya keinginan dan

kebutuhan anak asuh. Secara umum berbagai sarana (tempat/ruangan)

yang berada di panti asuhan berpotensi untuk dilaksanakan pendidikan life

skills, namun dalam pengadaan alat operasionalnya masih belum cukup

dengan banyaknya anak asuh dan sumber dana yang pas-pasan.

Pada dasarnya sarana prasarana yang dimiliki panti asuhan sudah

ada, karena dalam pemanfaatannya yang kurang maksimal, sehingga

prasarana yang sudah ada tersebut rusak dan terabaikan. Karena tidak ada

perbaikan dan kebijakan dari panti asuhan.

3. Anak Asuh

Anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah berasal dari latar

belakang lingkungan yang berbeda-beda, ada yang dari jalanan, anak

orang miskin, anak terlantar dan lain sebagainya. Oleh karena itu sikap

dan psikologisnya berbeda-beda. Ada yang baik dan penurut, sesuka

hatinya sendiri, malas, dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering terjadi

pada anak asuh meskipun mereka dibekali dengan berbagai macam ilmu

dan pengalaman serta pendidikan yang nantinya demi kebaikan mereka

sendiri mereka masih saja ada yang malas dan enggan.

4. Alokasi Waktu

Waktu yang minim dan terbatas dikarenakan begitu banyaknya

kegiatan yang dilakukan oleh anak asuh khususnya yang remaja panti

asuhan. Yakni mulai dari pagi mereka menuntut ilmu di lembaga

pendidikan formal, kemudian mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra di

sekolahan mereka masing-masing, faktor lelah dikarena terlalu banyaknya

aktifitas dan lain sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilaksanakan di

Page 72: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

59

panti asuhan berjalan kurang maksimal. Dan hal ini menjadi salah satu

menghambat dari pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al

Hikmah.8

D. Solusi dalam Menanggulangi Pelaksanaan Pendidikan life skills di Panti

Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Solusi yang diambil oleh pihak panti asuhan Al Hikmah dalam

menanggulangi belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan life skill, yang

disebabkan adanya hambatan masalah finansial, sarana dan prasarana, anak

asuh dan alokasi waktu, adalah sebagai berikut;

1. Menjalin hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan

lembaga-lembaga terkait.

Salah satu usaha yang dilakukan panti asuhan adalah menjalin

hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan, dengan maksud

untuk dapat membantu faktor keuangan panti asuhan, kemudian dengan

lembaga-lembaga pelatihan guna untuk membantu mengembangkan bakat

dan kemampuan yang dimiliki oleh anak asuh khususnya remaja panti

asuhan. Hal ini disebabkannya oleh keterbatasan akan sarana dan

prasarana dan faktor finansial yang menjadi kendala utama. Untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut pihak panti asuhan menjalin

hubungan dengan berbagai lembaga yang sudah senantiasa membantu

pihak panti. Melalui upaya yang dilakukan oleh panti asuhan ini,

diharapkan nantinya anak asuh khususnya remaja dapat mengembangkan

bakat serta kemampuannya untuk menjadi bekal nantinya setelah keluar

dari panti asuhan.

2. Memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan

Upaya panti asuhan dalam hal membekali anak asuh melalui

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sudah berjalan dengan semestinya,

karena kegiatan tersebut sudah tercover melalui jadwal yang telah

8 Wawancara dengan bapak Mujib selaku pengurus serta pengasuh panti asuhan AlHikmah, pada tanggal 10 mei 2011.

Page 73: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

60

dilaksanakan oleh panti asuhan. Namun ketika pada saat melakukan

kegiatan tersebut masih terlihat belum maksimal dikarenakan waktu

pelaksanaan kegiatan tersebut kadang berbarengan dengan begitu padatnya

aktifitas yang dilakukan oleh anak asuh di luar panti asuhan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut kegiatan yang sudah terjadwal tetap berjalan

dengan semestinya dengan tujuan untuk melatih kedisiplinan daripada para

anak asuh khusunya remaja panti asuhan. Pengasuh disini perperan sangat

penting dalam mengarahkan berbagai hal yang berhubungan dengan

kurang maksimalnya kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan.

Dengan arahan tersebut diharapkan anak asuh nantinya sadar akan tugas

yang telah menjadi tanggung jawabnya. Sehingga kegiatan yang sekarang

ini sudah berjalan dan terlaksana menjadi maksimal dan jauh lebih baik.

3. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh

Sudah hal yang wajar ketika terdapat anak asuh yang malas, tidak

mau diatur, bandel dan lain sebagainya. Karena mereka berasal dari latar

belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dan sebagai pengasuh atau

pembimbing harusnya sudah memahami akan hal itu. Jadi sikap toleran

yang dibarengi dengan bimbingan adalah salah satu upaya yang dilakukan

oleh panti asuhan guna untuk mengatasi terkait masalah anak tersebut.9

9 Wawancara dengan Bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah WonosariNgaliyan Semarang, pada tanggal 12 Mei 2011.

Page 74: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

61

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di

panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, maka dapat ditarik

disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang adalah melalui aspek personal skill, thinking

skill, social skill dan vocasional skill. Pada aspek personal skill yakni

melalui pendidikan keagamaan; aspek thinking skill melalui problem

solving sederhana; aspek sosial skill melalui sosialisasi atau sistem

kekeluargaan; dan aspek vokasional skill meliputi bimbingan ketrampilan

baik melalui pelatihan di luar maupun di dalam panti asuhan.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah faktor finansial

atau pendanaan yang merupakan faktor yang paling utama, sarana dan

prasarana belum maksimal, anak asuh, dan alokasi waktu.

3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah menjalin

hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga-

lembaga yang terkait. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh,

dan memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

a. Perlu penambahan dana untuk perbaikan dan perawatan sarana dan

prasaranan yang ada di panti asuhan.

b. Memberikan modal kepada anak asuh panti atau alumni panti asuhan

agar mereka dapat mandiri untuk mendirikan usaha sendiri atau

berwirausaha.

Page 75: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

2. Bagi Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

a. Perlu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia bagi tenaga

instruktur dan pembimbing agar dalam memberikan ilmu pengatahuan

secara profesional.

b. Untuk menambah dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang

dimiliki panti asuhan.

c. Ketrampilan-ketrampilan di panti asuhan yang diberikan kepada anak

asuh perlu ditambah dan ditingkatkan lagi, agar anak-anak asuh lebih

banyak memiliki ketrampilan untuk bekal hidup dan agar mampu

hidup mandiri.

3. Bagi Anak Asuh

a. Anak-anak asuh diharapkan untuk lebih belajar dengan giat dan tekun,

mengikuti pendidikan formal dan berbagai pelatihan yang diberikan,

serta berlatih untuk hidup mandiri untuk bekal masa depan.

b. Ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan serta pengalaman dalam

pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang didapatkan anak-

anak asuh di panti asuhan diharapkan dapat dimanfaatkan setelah

keluar dari panti asuhan agar dapat hidup mandiri.

C. Penutup

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan

pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga

penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya.

Amin.

Page 76: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Alfadilludin Bakri, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan

Penguatan Remaja,

http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/.

Diakses pada tanggal 14 November 2010.

Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung:

Alfabeta, 2004.

Arifin, H. M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII,

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Daradjat, Zakiyah, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, Jakarta: Ruhama,

1995.

Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: Dirjend

Kelembagaan Agama Islam, 2005.

Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung:

Diponegoro, 2005.

Depdiknas, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui

Pendekatan Broad-Based Education, Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2002.

Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills)

Pendidikan Nonformal, Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004.

Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ed. IV, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.

Page 77: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, Ed. V, Jakarta: Erlangga, 1980.

Ihsan, Fuad, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, Cet. V, Jakarta:

Rineka Cipta, 2008.

Kurnia, Septiawan Santana, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi

Pembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.

Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis Dalam

Meningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok

Pesantren Al Ishlah Desa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten

Wonosobo), Semarang: IAIN Walisongo, 2008.

Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di Pondok

Pesantren az Zuhri Ketileng Semarang, Semarang: IAIN Walisongo,

2008.

Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh

Tjetjep Rohandi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992.

Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, Bandung: PT.

Rosda Karya, 2009.

Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988.

Rachman, Maman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, Semarang: IKIP

Semarang Press, 1999.

Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.

Page 78: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, Cet. V, Semarang: UPT MKK

UNNES, 2007.

Sutrisno, Joko, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak

Usia Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, Bogor:

Institut Pertanian Bogor, 2003.

Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009.

Willis, Sofyan S., Problema Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Angkasa,

1981.

Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2005.

Page 79: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

Nomor : In.06.3 / D1 / TL.00. / 1984 / 2011 Semarang, 07 April 2011

Page 80: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN
Page 81: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN
Page 82: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN WAWANCARA

A. Ketua Yayasan

1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan

life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh

nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat?

2. Tujuan diterapkannya pendidikan life skills buat anak asuh khususnya bagi

remajanya itu apa?

3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan al hikmah?

4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?

5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah

tersebut gimana?

6. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life

skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa?

B. Pengasuh

1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan

life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh

nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat?

2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah?

3. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan?

4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?

5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah

tersebut gimana?

6. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau

tidak lagi tinggal di panti asuhan?

Page 83: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

C. Anak asuh

1. Apa tanggapan adik tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dipanti

asuhan?

2. Bagaimana sikap adik menApakah adik suka dengan kegiatan tersebut?

3. Keterampilan apa saja yang sudah anda dapatkan dari kegiatan tersebut?

4. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan tersebut?

5. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari

kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa?

Page 84: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

HASIL WAWANCARA

1. Hasil wawancara dengan pimpinan panti asuhan Al Hikmah Wonosari

Ngaliyan Semarang

A: Menurut bapak, pendidikan life skills itu apa?

B: Menurut saya pendidikan life skills itu pendidikan yang memberikan bekal

berupa ketrampilan-ketrampilan ataupun pelatihan-pelatihan.

A. Tujuan diberikannya pendidikan life skills untuk anak asuh khususnya

yang remaja itu apa?

B. Tujuannya adalah dengan anak-anak diberikan berbagai ketrampilan dan

juga pelatihan-pelatihan, anak-anak asuh dapat mandiri dan memiliki

kecakapan hidup sehingga anak-anak ketika nanti sudah tidak tinggal lagi

disini mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan guna

untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.

A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan?

B. Pelaksanaannya bermacam-macam yakni melalui berbagai kegiatan-

kegiatan yang berada di panti.

A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?

B. kendalanya yang pasti faktor finansial ya mas karena itu merupakan faktor

yang utama dalam penyelenggaraan suatu kegiatan yang berada di panti.

A. Cara bapak mengatasi atau menanggulangi masalah tersebut gimana?

B. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga atau perusahaan-

perusahaan yang nantinya dapat mengurangi beban dalam hal keuangan.

A. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life

skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa?

B. Harapan saya selaku orang tua adalah semoga anak-anak nantinya menjadi

orang yang sukses dan menjadi orang yang lebih baik dan berguna di

masyarakat.

Page 85: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

2. Hasil wawancara dengan pengasuh atau pengurus panti asuhan Al

Hikmah Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

A. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa?

B. Menurut saya pendidikan life skills merupakan pendidikan yang

menekankan pada ketrampilan yang dimiliki seorang anak.

A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah?

B. Untuk pelaksanaannya itu bisa melalui kegiatan keagamaan, problem

solving sederhana, melalui UEP, dan cara berhubungan dan bekerjasama

yang baik dengan lingkungan panti dan masyarakat setempat.

A. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan?

B. Untuk hal ini, ada yang sudah terjadwal dan ada yang kondisional. Yang

terjadwal adalah kegiatan keagamaan. Sedangkan yang lainnya tidak.

A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan

pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja?

B. Banyak mas, terutama yang paling penting adalah keuangan.

A. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah-

masalah pelaksanaan tersebut gimana?

B. Meminimalisir kegiatan yang ada dan melaui UEP panti asuhan sendiri.

A. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau

tidak lagi tinggal di panti asuhan?

B. Yang namanya anak, pasti saya mengharapkan yang paling terbaik buat

mereka. Semoga mereka nantinya menjadi orang yang berguna dan

mandiri serta menjadi orang yang sukses. Amin.

Page 86: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

3. Hasil wawancara dengan anak asuh panti asuhan Al Hikmah Al Hikmah

Wonosari Ngaliyan Semarang

A. Menurut adik bagaimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan di panti asuhan Al

Hikmah?

B. Alhamdulillah sudah berjalan dengan semestinya dan baik kak, tapi kalau

menurut saya masih ada kegiatan yang juga belum maksimal.

A. Bagaimana sikap adik menanggapi hal itu? Apakah adik suka dengan

kegiatan tersebut ataukah sebaliknya?

B. Karena yang diajarkan dan yang diberikan adalah hal yang baik-baik ya

saya senang-senang aja kak, kan itu juga demi kita semua.

A. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan-kegiatan tersebut?

B. Manfaatnya sangat banyak kak, karena yang tadinya saya tidak tahu

menjadi tahu, yang tadinya tidak berani mencoba sekarang sudah berani,

kemudian yang tadinya saya tidak bisa alhamdulillah sekarang sudah bisa

dan lain sebagainya.

A. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari

kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa?

B. Saya akan memanfaatkan dan mengamalkannya dengan baik dan semoga

bermanfaat buat kita semua. Amin.

Nb.

A = Orang yang mewancarai (Peneliti)

B = Orang yang diwawancarai

Page 87: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

HASIL OBSERVASI DI PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI

NGALIYAN SEMARANG

Observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan

pendidikan life skills bagi remaja di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan

Semarang pada aspek personal skill, thinking skill, sosial skill, dan vokasional

skill.

1. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti asuhan Al

Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

Contoh pendidikan keagamaan yang terlaksana dalam kegiatan-

kegiatan keagamaan di panti asuhan, misalnya; latihan pidato (khitobah),

dilaksanakan setiap 1 minggu sekali sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Untuk anak yang mau tampil diberikan materi oleh pengasuh 1

minggu sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat

berlatih dan mempersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan ini hanya

diperuntukkan oleh remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data

dan diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masing-

masing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk

mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh.

Berdasarkan pengamatan, pada saat pelaksanaan latihan khitobah

masih saja ada anak yang masih minder dan belum berani untuk menunaikan

tugas yang diberikan kepadanya. Pada saat mendapat giliran untuk tampil,

terdapat banyak alasan untuk tidak mau ikut latihan tersebut.

Page 88: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

2. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek thinking skill di panti asuhan Al

Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

Contohnya adalah problem solving sederhana. Setiap masalah berbeda

cara mengatasinya, jika ada anak asuh yang melanggar salah satu tata tertib

dari panti asuhan, diantaranya bolos sekolah. Cara mengatasi masalah

tersebut, seluruh anak dikumpulkan di masjid termasuk yang bolos sekolah

tadi. Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak

asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di depan

teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah malu mereka tidak

mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan dan juga

bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah yang

berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut.

Berdasarkan pengamatan peneliti memang seperti itu adanya, jadi anak

asuh yang melanggar tata tertib panti asuhan, mereka dikumpulkan di aula

kemudian masalah tersebut dibahas sedemikian rupa dan setelah itu dicari cara

penyelesaiannya.

Page 89: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

3. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek sosial skill bagi remaja panti

asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang

Contohnya adalah Panti asuhan Al Hikmah mengedepankan faktor

kekeluargaan sebagai faktor dalam menjalin suatu hubungan, baik sesama

anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan

masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar terjalin

suasana keluarga sehingga tercipta hubungan yang harmonis, akrab dan tidak

sungkan. Dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan

keluarga bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen

sosialisasi yang paling utama dalam panti asuhan.

Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti asuhan

terjalin hubungan yang baik, akrab dan harmonis adalah dengan

memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana untuk

mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa

memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih muda.

Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama anak

dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami kesulitan

belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing. Sehingga

terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan pengasuh yang

tinggal dipanti asuhan.

Dengan pengamatan yang peneliti lakukan, hubungan kekeluargaan itu

terlihat melalui unggah ungguh ketika anak asuh bertemu dengan pengasuh

atau pengurus dan saling sapa diantara sesama anak asuh. Meskipun begitu

masih ada diantara anak asuh yang kurang akrab dengan pengasuh maupun

sesama anak asuh lainnya.

Page 90: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

4. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek vokasional skill bagi remaja

panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.

Contonhnya adalah dengan bimbingan ketrampilan. Bimbingan

ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan-pelatihan baik

pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan. Pelatihan-pelatihan yang

dilaksanakan diluar panti asuhan meliputi pelatihan menjahit, sablon dan

otomotif. Sedangkan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di dalam panti

asuhan adalah meliputi pelatihan berwirausaha melalui Usaha Ekonomi

Produktif (UEP).

Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk pelatihan yang berada diluar

panti sudah fakum, kecuali menjahit. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan

yang dilaksanakan di dalam panti asuhan masih berjalan hingga sekarang.

Namun masih banyak juga anak asuh yang malas untuk membantu usaha dari

panti asuhan itu sendiri. Misalnya pada usaha peternakan, masih banyak anak

asuh yang enggan untuk menunaikan tugas yang sudah dijadwalkan

kepadanya dalam membantu perkembangan usaha peternakan tersebut.

Page 91: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

DATA ANAK PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN

SEMARANG

No. Nama L/P Alamat asal Pendidikan Keterangan

1 Ahmad Nurrozi L Semarang - Yatim piatu

2 Vanesa Saila S P Tegal - Yatim

3 Abdul Khotib L Semarang - Yatim

4 Kabullah Syukur L Semarang - Dhuafa’

5 M. Zaenal Arifin L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

6 M. Syahrin L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

7 Halim Heri S L Tegal MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin

8 waluyo S L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin

9 Mugi Lestari P Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin

10 Nur Rosyid BH L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim piatu

11 M. Fakih N L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

12 Faisal M. Arif L Grobogan MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

13 M Wisnu K L Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

14 Dewi Martia A P Ntb MI Miftahul Ahlaqiyah Yatim

15 Misbakhul Munir L Demak MI Miftahul Ahlaqiyah Dhuafa’

16 Apriliya W P Semarang MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin

17 Istiqomah P Demak MI Miftahul Ahlaqiyah Miskin

18 A. Syaefuddin L Semarang MTs Uswatun Hasanah Kurang

mampu

19 Lilik muzdalifah L Demak MTs Uswatun Hasanah Yatim

20 M. Shobirin L Boyolali MTs Uswatun Hasanah Yatim

21 A Bisri Mustofa L Sragen MTs Uswatun Hasanah Piatu

22 Suriyanto L Semarang MTs Uswatun Hasanah Yatim

23 Supriyadi L Salatiga MTs Uswatun Hasanah Dhuafa’

24 Nur Hamidah P Brebes MTs Uswatun Hasanah Yatim

Page 92: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

25 Siti Nur Qoriyah P Jakarta MTs Fatahillah Dhuafa’

26 Supiyati AN P Semarang MTs Fatahillah Yatim piatu

27 M. Arifin L Lampung MTs Uswatun Hasanah Yatim

28 Khoirul Huda L Salatiga MTs Uswatun Hasanah Yatim

29 Indah Lestari P Semarang MTs Uswatun Hasanah Miskin

30 Nisa Aulya Y P Banjar negara MTs Fatahillah Kurang

mampu

31 Eka Yuli IP P Ntb MTs Fatahillah Yatim

32 M. Syaefuddin L Sragen MTs Fatahillah Piatu

33 Sulistyo M L Yogyakarta MTs Uswatun Hasanah Yatim

34 Siti Sarmi P Semarang MTs Uswatun Hasanah Miskin

35 F. Robiah P Kendal MTs Uswatun Hasanah Yatim

36 Laelatul F P Batang MA Nurussalam Miskin

37 Mar’atus Sholihah P Purwokerto MA Nurussalam Yatim

38 Seli Pratiwi P Salatiga MA Nurussalam Miskin

39 AS Apriyatni P Purwokerto MA Nurussalam Yatim

40 Ita Irmawati P Boyolali MA Nurussalam Yatim

41 Eka Widya A P Semarang MA Nurussalam Miskin

42 Ria Wijayanti P Magelang MA Nurussalam Yatim

43 Fitri Wijayanti P Magelang MA Nurussalam Yatim

44 Rini Utami P Semarang MA Nurussalam Miskin

45 Nurrahmawati P Wonosobo MA Nurussalam Yatim

46 Septiana Hidayati P Purbalingga MA Nurussalam Yatim

47 Nurrokhim L Grobogan MA Nurussalam Miskin

48 Nur Ahmad L Grobogan MA Nurussalam Yatim

49 Muhsin Baidhowi L Jakarta MA Nurussalam Miskin

50 Yuda Irwani L Jakarta MA Nurussalam Yatim

51 Iwan Setiawan L Kab.

Semarang

SMK NU SK Yatim

52 Baidhowi L Boyolali SMK NU SK Piatu

Page 93: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

53 Ihsanudin L Kab.

Semarang

MA Nurussalam Kurang

mampu

54 Sodirin L Kab.

Semarang

MA Nurussalam Yatim

55 Muhlis SP L Jakarta MA Nurussalam Miskin

56 N Nafis Bahtiar L Grobogan MA Nurussalam Miskin

57 Suyanto L Kab.

Semarang

MA Nurussalam Dhuafa’

58 Eko Puji R L Wonosobo MA Nurussalam Yatim

59 Ella Tri F P Semarang MA Nurussalam Miskin

60 Nurul Handayani P Solo MA Nurussalam Dhuafa’

61 Fathul Ma’arif L Grobogan MA Nurussalam Miskin

62 Ahmad Kholik L Grobogan MA Nurussalam Miskin

63 A Fitriyanto L Grobogan IAIN Walisongo Yatim

64 Ahmad Taufiq L Semarang STIE PENA Yatim

65 Siti Aliyanah P Riau STIE PENA Miskin

Page 94: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

KEGIATAN KEAGAMAAN PANTI ASUHAN AL HIKMAH

Hari Pukul Pelajaran

Senin 19.15-20.00

20.00-20.30

Al Qur’an

Hafalan Juz Amma

Selasa 19.15-20.00

20.00-20.30

Al Qur’an

Hafalan Do’a

Rabu 19.15-20.00

20.00-20.30

Al Qur’an

Hafalan Dalil Dan Hadist

Kamis 19.15-20.00

20.00-20.30

Yasin Dan Tahlil

Hafalan Yasin Dan Tahlil

Jum’at 19.15-20.00

20.00-20.30

Al Qur’an

Mujahadahan

Sabtu 19.15-20.00

20.00-20.30

Tajwid

Latihan Pidato

Ahad 19.15-20.00

20.00-20.30

Berjanjen

Sholawatan

Page 95: MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Daftar pustaka Lampiran-lampiran. 1 BAB I PENDAHULUAN

Foto-Foto Kegiatan Anak Asuh di Panti Asuhan Al Hikmah

Kegiatan belajar di panti asuhan

Usaha ekonomi produktif peternakan dan jasa pemotongan hewan

Acara ceramah keagamaan