model pengembangan klaster industri bandeng …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model...
TRANSCRIPT
MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
BANDENG PRESTO DI KELURAHAN KROBOKAN
KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Bagus Perdana Mulya
NIM 7111411049
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
PERSETUJ UAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah d isetujui oleh pernbimbing untuk diajukan ke sidang panit ia uj ian
skripsi pada:
Hari
Tanggal
Mengetahui ,·
Ketua Jurusan Ekonon "J-?embangunan Pembimbin g
Lesta Karolina Br. Sebq.yang, S.E., M .Si
N IP 19800717 200801 2 016
Prof Dr. Etty Soesi lowati M.Si
NIP 196304181 9890 1 2 00 1
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al Insyirah : 6-8)
“Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang
harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukainya atau tidak” (Aldus Huxley)
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan
kepada :
1. Ibu, Bapak serta adik atas
do’a dan motivasinya
2. Guru dan Dosenku
3. Almamaterku
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model
Pengembangan Klaster Industri Bandeng Prestodi Kelurahan Krobokan
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang”
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) untuk meraih
gelar Sarjana Ekonomi. Saya menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan
dan dukungan yang telah diberikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
dengan segala kebijakannya.
2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang dengan segala kebijakannya memberikan kesempatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan
baik.
3. Lesta Karolina Br Sebayang, S.E, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan arahan kepada penulis.
4. Prof. Dr. Etty Soesilowati M.Si Selaku Penguji dan juga Dosen
Pembimbing yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun
skripsi, memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
5. Dr. Amin Pujiati, M.Si Selaku Penguji 1 dan Dyah Maya Nihayah, S.E.,
M.Si Selaku Penguji 2 yang telah mengoreksi skripsi ini hingga mendekati
kebenaran.
6. Bapak Ibu Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang,
atas semua bekal ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2011, terima
kasih atas kebersamaan, masukan dan motivasinya selama ini.
vi
8. Seluruh responden dalam penelitian ini, penduduk Kelurahan kerobokan
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang yang rela meluangkan waktu
dalam pengumpulan data penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
yang telah membantu. Masukan yang diberikan berupa kritikmaupun saranyang
membangun sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan tulisan ini.
Semarang, Maret 2017
Penulis
vii
SARI Mulya, Bagus Perdana. 2016. “Model Pengembangan Industri Bandeng Presto Di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang”. Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si.
Kata Kunci: Biaya Produksi, Bahan Baku, Efisiensi Usaha, Keuntungan
Industri pengolahan ikan bandeng (Bandeng presto) di Kelurahan
Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang mempunyai peran besar
bagi peningkatan perekonomian masyakarat Kota Semarang khususnya dan
Provinsi Jawa Tengah umumnya. Dengan tingkat produksi yang terus meningkat
setiap tahunnya dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dan dalam
rangka menghadapi berlakunya perekonomian bebas di ASEAN, industri
pengolahan ikan bandeng presto Kelurahan Krobokan perlu mendapatkan model
pengembangan industri yang lebih kompetitif dan berdaya saing yang tinggi.
Dalam penelitian ini menggunakan data primer melalui instrumen
kuesioner terhadap sampel yaitu sebanyak 15 responden pengusaha bandeng
presto, dan menggunakan data sekunder yaitu data dari instansi-instansi terkait
serta literatur buku. Lokasi penelitian ditentukan di Kelurahan Krobokan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016. Data dianalisis secara
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan model klaster industri bandeng presto di
Kelurahan Krobokan dan mekanisme bekerjanya menemui kendala. Profil sumber
daya manusia pada industri kecil bandeng presto di Kelurahan Krobokan dalam
kondisi kurang baik. Kondisi teknologi dalam kondisi kurang baik. Kondisi
permodalan dalam kondisi kurang baik. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang
baik. Rata-rata besarnya biaya produksi industri bandeng presto sebesar Rp
89.071.640, Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh pengusaha bandeng
presto adalah sebesar Rp 46.595.027. Tingkat efisiensi usaha industri bandeng
presto di Kelurahan Krobokan adalah sebesar 1,52. Nilai R/C rasionya lebih besar
dari satu, yang memiliki arti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh
industri bandeng presto dalam proses produksi memberikan penerimaan sebesar
1,52 kali dari biaya yang telah dikeluarkan oleh industri bandeng presto.
Dari hasil penelitian dapat diberi saran yaitu (1) peningkatkan kualitas
sumber daya manusia, teknologi tanpa mengesampikan permodalan dan
pemasaran (2) Perlu adanya inovasi dalam segi desain kemasan produk dan kios
kelompok (3) Perlu adanya kerjasama lebih dengan berbagai instansi pemerintah
yang terkait.
viii
ABSTRACT
Mulya, Bagus Perdana. 2016. "Development Model Milkfish Presto Industries In
Sub Krobokan District of West Semarang Semarang". Major Economic of
Development,. Universitas Negeri Semarang. Adviser: Prof. Dr. Etty Soesilowati,
M.Sc.
Keywords: Cost of Production, Raw Materials, Business Efficiency, Gain
Industrial processing of milkfish (milkfish presto) in Sub Krobokan
District of West Semarang Semarang has a big role for improving the economy in
particular and society Semarang Central Java province in general. With
production levels continue to increase every year and the employment rate are
quite large and in order to deal with the enactment of a free economy in ASEAN,
the fish processing industry milkfish Presto Village Krobokan need to get the
model of industrial development is more competitive and high competitiveness.
In this study using primary data through a questionnaire to a sample as
many as 15 respondents businessman milkfish presto, and using secondary data is
data from the agencies concerned, and literature books. The research location
specified in Sub Krobokan. The study was conducted in March-April 2016. Data
were analyzed descriptively.
The results showed the model of industrial clusters milkfish Presto in Sub
Krobokan and the working mechanism of obstacles. Profile of human resources in
small industry in Sub Krobokan milkfish Presto in poor condition. Technological
conditions in poor condition. Capital condition in poor condition. Marketing
conditions in poor condition. The average size of the production cost of milkfish
presto Rp 89.071.640, while the average gains entrepreneurs milkfish Presto is Rp
46,595,027. The level of efficiency of industrial enterprises in Sub Krobokan
milkfish Presto is 1.52. Rated R / C ratio is greater than one, which means that
every Rp 1.00 expenses incurred by presto milkfish industry in the production
process gives the reception of 1.52 times the costs incurred by presto milkfish
industry.
From the research results can be given suggestions: (1) enhancing the
quality of human resources, capital and technology without mengesampikan
marketing (2) Need for innovation in terms of packaging design and kiosk product
group (3) There should be more cooperation with relevant government agencies
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN. ......................................................................... iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
SARI .................................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9
2.1 Industri .............................................................................................. 9
2.1.1 Industri Kecil ................................................................................ 10
2.2 Teori Fungsi Produksi ............................................................................. 14
2.3 Analisis Keuntungan Usaha .................................................................... 18
2.3.1 Biaya Produksi (Cost) ................................................................... 18
2.3.2 Penerimaan (Revenue) .................................................................. 19
2.3.3 Keuntungan (Profit) ...................................................................... 20
2.4 Efisiensi Usaha ....................................................................................... 20
2.5 Klaster Industri ....................................................................................... 22
2.6 Mekanisme Industri Bandeng. ................................................................ 25
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 26
x
2.8 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
3.2 Populasi Penelitian ................................................................................. 30
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 31
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 35
3.5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 35
3.5.2 Analisis Keuntungan Usaha ........................................................ 36
3.5.2.1 Biaya Produksi………………………………………... 36
3.5.2.2 Penerimaan atas hasil penjualan………………………. 36
3.5.2.3 Keuntungan (profit) ...........................................................36
3.5.3 Analisis Efisiensi Usaha .............................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 38
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 38
4.1.1 Pola Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan
Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang ................................................................... 38
4.1.2 Profil Sumber Daya Manusia, Teknologi, Permodalan dan
Pemasaran pada Industri Pengolahan Bandeng Presto di
Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang ...................................................................................... 39
4.1.2.1 Sumber Daya Manusia ........................................................ 41
4.1.2.2 Teknologi…………………………………………… .. 44
4.1.2.3 Permodalan ......................................................................... 46
4.1.2.4 Pemasaran…………………………………………, .......... 47
4.1.3 Biaya Produksi, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Industri
Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang ................................................................... 48
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 52
xi
4.2.1 Model Pengembangan Kluster Bandeng. .................................... 52
4.2.2 Pola Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Bandeng
Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang ................................................................... 54
4.2.3 Biaya Produksi, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Industri
Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang ................................................................... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 63
5.1 Simpulan ..................................................................................... 63
5.2 Saran ........................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66
LAMPIRAN............................................................................................... 70
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Jumlah Outlet Produksi Industri Bandeng Duri Lunak Kota
Semarang ................................................................................. 3
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Bandeng Presto pada UKM Kelurahan
Krobokan Tahun 2012-2014 ................................................... 4
Tabel 4.1 Sumber Bahan Baku Industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan .................................................................................. 39
Tabel 4.2 Jumlah Bahan Baku Industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan .................................................................................. 40
Tabel 4.3 Penggunaan dan Pendidikan Tenaga Kerja Industri Bandeng
Presto di Kelurahan Krobokan ................................................. 42
Tabel 4.4 Hari Kerja dan Jam Kerja Industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan .................................................................................. 43
Tabel 4.5 Lama Produksi, Teknologi dan Jumlah Mesin Industri Bandeng
Presto di Kelurahan Krobokan ................................................. 44
Tabel 4.6 Sumber Modal dan Modal Awal Industri Bandeng Presto di
Kelurahan Krobokan ................................................................ 46
Tabel 4.7 Omset Industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan .................................................................................. 47
Tabel 4.8 Daerah Pemasaran Industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan .................................................................................. 48
Tabel 4.9 Rata-rata Biaya Total Industri Bandeng Presto di
Kelurahan Krobokan ................................................................ 50
Tabel 4.10 Rata-rata Keuntungan Kerja Industri Bandeng Presto di
Kelurahan Krobokan ................................................................ 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Klaster Industri Bandeng Presto ..................... 26
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran ...........................................................
29
Gambar 4.1
Mekanisme Bekerja klaster Industri Bandeng Presto di
Kelurahan Kerobokan Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang………………………………………………… .
38
Gambar 4.2
Cara Pembelian Bahan Baku Industri Bandeng resto di
Kelurahan Kerobokan……………………………………..
41
Gambar 4.3
Model Pengembangan Klaster Industri Bandeng.………….
52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lamp 1
Instrumen Penelitian.................................................................
72
Lamp 2 Tabulasi Data ........................................................................... 75
Lamp 3 Hasil Pembahasan .................................................................... 85
Lamp 4 Dokumentasi............................................................................. 88
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan Bangsa Indonesia dalam alinea ke 4 Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum.
Pembangunan bidang ekonomi yang telah dan tengah dilakukan oleh bangsa
Indonesia adalah salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas.
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi Indonesia adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk
memenuhi kebutuhannya dengan bantuan peran serta pemerintah baik
tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Salah satu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
dalam bidang ekonomi adalah indutri kecil dan menengah (IKM)
sebagaimana telah ada sejak negara Republik Indonesia ini merdeka.
Industri kecil dan menengah dengan bantuan pemerintah sampai saat ini
tetap mampu bersaing dengan indutri besar, baik investasi lokal maupun
investasi internasional.Industri kecil di Indonesia mempunyai peluang yang
sangat besar untuk berkembang, perkembangan ini sangat dihargai apabila
dapat berlangsung atas prakarsa dan dengan kekuatan masyarakat sendiri
sehingga pemerintah tinggal membantu dengan fasilitas-fasilitas dan
kemudahan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan (Dumairy,
1997).
1
2
Menghadapi era pemberlakuan ekonomi bebas di lingkungan MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) tentu industri kecil dan menengah semakin
dituntut untuk meningkatkan kinerja dan hasil produksi sehingga dengan
bantuan pemerintah dapat bersaing dengan industri dari luar negeri. Industri
kecil dan menengah pengolahan ikan bandeng (Bandeng Presto) adalah
salah satu bidang usaha yang memiliki kontribusi besar bagi perkembangan
perekonomian indonesia khususnya dalam penyerapan tenaga kerja (sumber
daya manusia) dan pemanfataan sumber daya ikan bandeng yang masih
melimpah.
Industri pengolahan ikan bandeng (Bandeng presto) di Kelurahan
Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang mempunyai peran
besar bagi peningkatan perekonomian masyakarat Kota Semarang
khususnya dan Provinsi Jawa Tengah umumnya. Dengan tingkat produksi
yang terus meningkat setiap tahunnya dan tingkat penyerapan tenaga kerja
yang cukup besar dan dalam rangka menghadapi berlakunya perekonomian
bebas di ASEAN, industri pengolahan ikan bandeng presto Kelurahan
Krobokan perlu mendapatkan model pengembangan industri yang lebih
kompetitif dan berdaya saing yang tinggi.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 11
sampai dengan 14 Februari 2016 didapat data – data sebagai berikut:
3
Tabel 1.1
Jumlah Outlet Produksi Industri Bandeng Duri Lunak Kota
Semarang (Unit)
NO PESAING 2012 2013 2014
1 Sentra industri kecil bandeng presto kel. Kaligawe
70 70 71
2 Sentra industri kecil bandeng presto kel. Krobokan
15 15 15
3 Bandeng juwana erlina 2 2 3
4 Bandeng cabut duri dinasty 1 1 1
5 Bandeng presto 2 2 2
6 Bandeng bonafide 3 3 3
7 Bandeng djoe 1 1 1
8 Bandeng lumba-lumba 1 1 1
9 Bandeng supra 1 1 1
10 Bandeng arwana 1 1 1
11 Bandeng exotic 1 1 1
12 Bandeng 33 1 1 1
13 Bandeng gurih 1 1 1
14 Bandeng prima 1 1 1
15 Bandeng superior 1 1 1
16 Bandeng o’mas cabut duri 1 1 1
Jumlah 103 103 105
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, 2015
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha industri
bandeng duri lunak di Kota Semarang sebanyak 103 unit usaha pada tahun
2012 dan 2013, sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 105 unit
usaha. Sentra industri kecil bandeng presto Kelurahan Kaligawe
mempunyai jumlah unit usaha industri bandeng presto yang paling banyak
yaitu 71 unit usaha pada tahun 2014, Sentra industri kecil bandeng presto
Kelurahan Krobokan diurutan kedua dengan jumlah unit usaha sebanyak 15
unit usaha. Sedangkan untuk unit usaha di daerah yang lain hampir sama
yaitu berkisar antara 1-3 unit usaha.
4
Tabel 1.2
Jumlah Produksi Bandeng Presto pada UKM Kelurahan Krobokan
Tahun 2012-2014 (kg)
NO Pemilik 2012 2013 2014
1 Bapak Petrus 50.040 49.500 50.400
2 Bapak Andreas 43.200 43.200 43.200
3 Bapak Daniel 41.400 43.200 43.200
4 Bapak Amin 25.200 28.800 27.200
5 Bapak Agus 28.800 30.600 31.320
6 Ibu Suci 23.400 24.120 24.480
7 Ibu Yayuk 24.840 25.200 25.200
8 Ibu Anik 22.680 23.400 23.400
9 Ibu Sri 48.600 49.680 50.040
10 Ibu Anita 18.000 19.800 20.160
11 Ibu Endang 16.200 15.480 16.200
12 Bapak Seno 17.280 18.000 19.800
13 Bapak Hamzah 24.840 23.400 25.200
14 Bapak Naufal 23.400 23.400 23.400
15 Ibu Dewi 15.480 17.280 18.000
Total 423.360 435.060 441.200
Sumber : Data Produksi Bandeng Presto UKM di Kelurahan Krobokan
Dari data Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 tersebut penulis mendapatkan
informasi bahwa tingkat perkembangan industri kecil ikan bandeng presto di
Kota Semarang hanya sebesar 14,6 % pada tahun 2012, 14,6 % dan pada
tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebesar 14,3 %. Tingkat produksi total
bandeng presto IKM Krobokan tahun 2014 sebesar 13,9 % dari total
produksi ikan bandeng petani tambak Kota Semarang. Rata – rata setiap
pengolah ikan bandeng presto di Kelurahan Krobokan hanya memiliki satu
outlet. Tingkat peningkatan produk tahun 2013 sebesar 2,7 % dan pada
tahun 2014 sebesar 1,4%. Meskipun Kota Semarang sudah terkenal sebagai
kota oleh oleh bandeng presto ternyata produksi tambak bandengnya hanya
5
sebesar 0,6 % pada tahun 2014 sebandingkan dengan total produk se Jawa
Tengah atau urutan ke 10 besar kota penghasil bandeng di Jawa Tengah.
Para produsen bandeng di Kelurahan Kerobokan Kecamatan
Semarang Barat Kota Semarang saat ini tergabung dalam Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) “Bandeng Presto”. Walaupun keberadaan
sudah ada sejak tahun 1990, namun pembentukan kelompok usaha dalam
wadah KSM “bandeng duri lunak” baru tahun 2004 dengan ketua Bapak
Petrus Sugiyanto.
Menurut Bapak Petrus anggota KSM bandeng duri lunak di
Kelurahan Krobokan saat ini sebanyak 15 pengusaha kecil atau unit usaha,
tiap unit usaha mengolah bandeng mentah antara 600 kg hingga 5.100 kg
bandeng mentah per bulan.
Keberadaan dan kondisi KSM bandeng duri lunak di Kelurahan
Krobokan merupakan repesentasi dari pengusaha kecil bandeng duri lunak
yang terbesar di kelurahan lain di Semarang yang jumlahnya puluhan unit
usaha. Jumlah pekerja yang terlibat dalam usaha pembuatan bandeng presto
ini antara 2-4 orang. Berdasarkan skalanya, usaha ini termasuk industri
rumah tangga (pekerja dibawah 4 orang). Namun demikian melihat omzet
usaha dan peluang pasarnya, usaha pengolahan ikan bandeng ini mempunyai
rantai panjang dan melibatkan banyak tenaga kerja mulai dari petani tambak
hingga tenaga pemasaran, sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas
perekonomian masyarakat.
6
Mengingat salah satu ikon Kota Semarang adalah kota oleh-oleh
Bandeng Presto secara nasional dan melihat data-data hasil observasi
penulis berkeyakinan bahwa produk olahan industri Bandeng Presto masih
dapat ditingkatkan, peningkatan industri Bandeng Presto di Kelurahan
Krobokan dapat di tingkatkan dengan strategi yang melibatkan sumber daya
organisasi, permodalan, dan hubungan dengan petani tambak, di samping
dukungan Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing
dengan produsen bandeng presto.
Ada dua jenis tindakan bersaing yaitu strategis dan taktis. Suatu
tindakan strategis (strategic action) diambil untuk menempatkan suatu
strategi, tindakan ini melibatkan sumber daya organisai yang lebih sedikit
dan lebih umum serta relatif mudah untuk diterapkan dan dibatalkan bila
perlu. Kecendrunngan adanya tanggapan oleh persaing terhadap suatu
tindakan tergantung pada jenis tindakan yang di ambil (strategi atau taktis),
kemungkinan keberhasilan, dan dampak potensialnya kepada pessaing.
Suatu tanggapan bersaing adalah gerak yang dilakukan untuk menghadapi
dampak suatu tindakan oleh pesaing (Michael A.Hitt:1997).
Daya saing industri Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan dengan
produsen besar yang ada di Kota Semarang hal tersebut di atas yang
membuat penulis terinspirasi menganalisa Model Pengembangan Industri
Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang guna meningkatkan daya saing yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan para pengolah Bandeng Presto tersebut.
7
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana model kluster industri bandeng dan mekanisme
bekerjanya?
2. Bagaimana profil sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan
pemasaran pada industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan?
3. Berapa besar biaya produksi, keuntungan dan efisiensi usaha industri
bandeng presto di kelurahan Krobokan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui model kluster industri bandeng dan mekanisme
bekerjanya.
2. Untuk mengetahui profil sumber daya manusia, teknologi, permodalan
dan pemasaran industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan.
3. Untuk mengetahui besaran biaya produksi, keuntungan dan efisiensi
usaha industri bandeng presto di kelurahan Krobokan.
1.4 Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca mengenai model pengembangan industri
bandeng presto di Kelurahan Krobokan
b. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang akan
meneliti permasalahan yang sejenis dengan penelitian ini.
8
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
evaluasi kepada pemerintah daerah terkait dengan pengembangan
industri
b. Penelitian ini di harapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait dengan industri bandeng presto dalam perkembangan
usahanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak
hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Menurut Dumairy (1998:148) industri sebagai suatu sistem terdiri
dari unsur fisik dan dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang
mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi pula
kondisinya, peralatan, bahan baku / bahan mentah dan beberapa hal yang
memerlukan sumber energi, sedangkan unsur perilaku manusia meliputi
komponen tenaga kerja, ketrampilan tradisi, transportasi dan komunikasi
serta keadaan politik dan pasar.
Menurut Sandi (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi
barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui penggarapan dalam
jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan
yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.
Menurut Wibowo (1988:5) industri adalah jenis usaha yang terutama
bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi
9
10
bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai
tambah.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjelaskan bahwa
industri dapat dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu:
1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari 1 milyar
2. Industri sedang dengan tingkat investasi 200 juta-1 milyar
3. Industri kecil dengan tingkat investasi 5 juta-200 juta
4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari 5
juta.
Industri kecil adalah sebuah peruahaan dengan jumlah tenaga
kerja kurang dari 20 oran, termasuk yang dibayar, pekerja pemilik dan
pekerja keluarga yan tidak dibayar. Selanjutnya BPS memberikan
kriteria yang sederhan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau unit usaha
seperti berikut (Badan Pusa Statistik)
1. Industri Rumah Tangga tenaga kerja 1-4 orang.
2. Industri Kecil tenaga kerja 5-19 orang.
3. Industri Sedang tenaga kerja 20-99 orang.
4. Industri Besar tenaga kerja 100 orang/lebih.
2.1.1 Industri Kecil
Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga
kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi
jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. Pada umumnya industri
kecil didirikan tanpa melalui atau mengenal ijin usaha, tanpa mengenal
11
prosedur resmi dan lain-lain sehingga perusahaan kecil tersebut
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sering menghadapi kesulitan modal karena bentuknya yang informal
sehingga sulit dipercaya oleh lembaga perbankan untuk menerima
pinjaman modal.
b. Perputaran keuangannya lambat.
c. Kegiatan pribadi pengusaha sangat besar.
d. Keuntungan bersih dari pengusaha biasanya sulit dibesarkan jika
dibandingkan dengan gaji/upah yang diterima pengusaha bila bekerja
pada perusahaan lain.
e. Secara yuridis pengusaha mempunyai tanggung jawab yang tidak
terbatas dan hasrat pribadi terlibat untuk melunasi hutang perusahaan
jika mengalami kerugian (Subroto,1979).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, secara umum terdapat
kesamaan sifat dan karakter tentang industri kecil antara lain: memiliki
modal kecil, usaha dimiliki secara pribadi, menggunakan teknologi dan
peralatan sederhana, serta jumlah tenaga kerja relatif sedikit.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
30/4/Kep/Dir tanggal 4 April 1997, usaha kecil didefinisikan sebagai
usaha yang memiliki kriteria yaitu mempunyai kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), milik warga negara
12
Indonesia, serta berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan
hukum atau berbadan hukum, termasuk koperasi (dalam Triyaningsih
2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil
dalam upaya meningkatkan keuntungan menurut tim dosen STIE YKPN
(2001: 39-40) yaitu: (1) Pengalaman; (2) Modal; (3) Lokasi;(4) Lembaga
demografis konsumen; (5) Strategi manajemen persediaan; (6) Pesaing; (7)
Administrasi keuangan.
Sedangkan menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
ciri-ciri dari usaha yang berkembang adalah:
1) Adanya peningkatan setelah diberi kredit
2) Peningkatan atas produktifitas, seperti pertumbuhan tenaga
kerja
3) Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi pada usaha
jangka pendek yaitu mendapatkan keuntungan dalam jangka
singkat
4) Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelum
memperoleh kredit
Upaya-upaya pengembangan usaha kecil berdasarkan pasal 14 UU
No. 9/1995 (dalam Anoraga, 2002: 229) tentang usaha kecil, dirumuskan
bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan
dan pengembangan usaha kecil dalam bidang:
1) Produksi dan pengolahan
13
2) Pemasaran
3) Sumber Daya Manusia
4) Teknologi
Industri kecil di Indonesia memiliki berbagai jenis usaha.
Keberadaan industri kecil di Indonesia telah memiliki peran yang penting
di dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek peningkatan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi
pedesaan dan peningkatan ekspor non migas (Anoraga, 2002: 249). Selain
itu industri kecil telah terbukti tahan terhadap gejolak pasang surut
perekonomian global. Namun demikian, dalam proses usahanya industri
kecil di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam
proses produksi dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti
SDA, SDM, modal, teknologi dan masalah pemasaran. Pembinaan usaha
kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha
kecil sebagai pengusaha menengah. Disadari pula bahwa, pengembangan
usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan,
ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,
pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber
daya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan
usahanya dengan baik, seperti kelemahan dalam memperoleh peluang
pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur
permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap
sumbersumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan
14
manajemen sumber daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha
kecil, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling
mematikan, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan
kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil
(Kuncoro, 2007: 368).
2.2 Teori Fungsi Produksi
Banyak hal yang menentukan berhasilnya perkembangan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor ekonomi
dan non ekonomi. Kapasitas produksi suatu perekonomian dapat dilihat dari
fungsi produksi. Fungsi produksi yaitu suatu hubungan antara input dan
output. Input adalah barang-barang yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang-barang lain. Output adalah barang-barang yang dihasilkan dari
kombinasi-kombinasi input tersebut. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai
berikut: Q = f (K,L,R,T) Dimana : K stok modal, L adalah jumlah tenaga
kerja, dan ini meliputi berbagai jenis kerja dan keahlian keusahawanan, R
adalah kekayaan alam, dan T adalah teknologi yang digunakan. (Sukirno
2005)
Sukirno mengatakan bahwa faktor produksi dapat dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu modal, faktor produksi ini merupakan benda yang
diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa
yang dibutuhkan. Tenaga kerja, faktor produksi ini meliputi keahlian dan
ketrampilan yang dimiliki, yang dibedakan menjadi tenaga kerja kasar, tenaga
kerja terampil, dan tenaga kerja terdidik. Tanah dan sumber alam, faktor
15
tersebut disediakan oleh alam meliputi tanah, beberapa jenis tambang, hasil
hutan dan sumber alam yang dijadikan modal, seperti air yang dibendung
untuk irigasi dan pembangkit listrik. Keahlian keusahawanan, faktor produksi
ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan
mengembangkan berbagai kegiatan usaha (Sukirno, 2005:6).
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya
mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebut Suryono dalam
Adhe Anggreini Saragi (2016). Menurut UU No. 13, tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.
2. Permodalan
Dalam menjalankan suatu usaha modal merupakan salah satu faktor yang
penting dalam suatu ekonomi. Modal menurut Polak (dalam Bambang
Riyanto, 1999:13) adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang
modal. Modal dalam pengertian ekonomi umumnya mencakup benda-
benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin dan alat-alat perkakas dan
barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha.
3. Pemasaran
16
Menurut Ferno (1992: 11) pemasaran merupakan pandangan bisnis secara
keseluruhan, sebagai usaha-usaha integrasi untuk menyamakan pembeli
dan kebutuhannya serta untuk promosi, menyalurkan produk atau servis
untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tujuan fundamental dari pemasaran
cukup sederhana yaitu menambah peluang bisnis. Pemasaran adalah suatu
proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya,
politik, ekonomi dan manajerial. Dari pengaruh berbagai faktor tersebut,
masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk
yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2009: 48).
Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai
satu sama lain (Kotler, 2000:19). Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa pemasaran merupakan proses kegiatan yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai.
Unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur
utama yaitu (Rangkuti, 2009: 49):
a. Unsur strategi persaingan
Unsur strategi persaingan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1) Segmentasi pasar, adalah tindakan mengidentifikasi dan
membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah
17
2) Targeting, adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen
pasar yang akan dimasuki
3) Positioning, adalah penetapan posisi pasar
b. Unsur taktik pasar
Terdapat dua unsur taktik pemasaran:
1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi
pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan
membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan
diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan
lain
2) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
mengenai produk, harga, promosi dan tempat
c. Unsur nilai pemasaran
Nilai pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai
yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan
2) Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan
pemberian jasa pelayanan kepada konsumen
3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan
untuk membuat setiap perusahaan terlibat dan memiliki rasa
tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Teknologi
18
Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti
dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada
(Irawan dan M. Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud
dengan perubahan teknologi adalah (technological change) adalah
termasuk perubahan dalam fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu
yang dapat menambah hasil dengan input tertentu. Perubahan teknologi ini
menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama
ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input yang lebih sedikit,
atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang punya kegunaan
yang lebih banyak. Teknologi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya
antara lain: teknologi modern atau teknologi maju, teknologi madya atau
teknologi tepat, dan teknologi tradisional atau rendah.
2.3 Analisis Keuntungan Usaha
2.3.1 Biaya Produksi (Cost)
Menurut Soekartawi (2001), biaya produksi adalah nilai dari semua
faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa
selama proses produksi berlangsung. Adalnya unsur-unsur produksi yang
bersifat tetap dan tidak tetap dalam jangka pendek mengakibatkan
munculnya dua kategori biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Menurut Suharti dan Fathorrozi (2003), biaya dapat dibagi
berdasarkan sifatnya, artinya mengkaitkan anatara pengeluaran yang harus
di bayar dengan produk atau output yang dihasilkan yaitu:
19
1. Biaya tetap (fixed cost) merupakan kewajiban yang harus dibayarkan
oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu untuk keperluan
pembayaran semua input tetep dan besarannya tidak bergantung dari
jumlah produk yang dihasilkan.
2. Biaya variabel (variabel cost) adalah kewajiban yang harus dibayar
oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu untuk pembayaran semua
input variabel yang digunakan dalam proses produksi.
3. Biaya total (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan
biaya variabel dalam proses produksi.
𝑇� = 𝑇𝐹𝐶+ 𝑇𝑉� Keterangan:
TC : Total Cost
TVC : Total Variabel Cost
TFC : Total Fixed Cost
C : Cost
P : Price
2.3.2 Penerimaan (Revenue)
Menurut soekartawi (2006), penerimaan merupakan perkalian
anatara jumlah produksi yang di hasilkan dengan harga jual dari produk
tersebut dan biasyanya produk berhubungan negatif dengan harga, artinya
harga akan mengalami penurunan ketika produksi berlebihan.
𝑇� = � � � Keterangan:
TR : penerimaan total
Q : jumlah produk yang di hasilkan
P : harga
20
2.3.3 Keuntungan (Profit)
Menurut ibrahim (2003), keuntungan (profit) adalah tujuan utama
dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan
yang diterima maka semakin layak juga usaha yang sedang di jalankan.
Menurut Sunaryo sebagaimana dikutip dalam Devi Permatasari
(2014). Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya
yang dikeluarkan untuk proses produksi.
� = 𝑇� − 𝑇� Atau
� = (� 𝑥𝑝) − (𝑇𝐹𝐶+ 𝑇𝑉� ) Keterangan:
Y : keuntungan
TR : penerimaan total
TC : jumlah produksi
P : harga
TFC : total biaya tetap
TVC : total biaya variabel
2.4 Efisiensi Usaha
Efisiensi merupakan rasio antara output dan input, dan perbandingan
antara masukan dan keluaran. Apa saja yang dimaksudkan dengan masukan
dan keluaran serta bagaimana angka perbandingan tersebut, akan tergantung
dari tujuan penggunaan tolak ukur tersebut. Secara sederhana efisiensi dapat
berarti tidak adanya pemborosan (Nopirin, 1997).
Menurut Soekartawi (1995), efisiensi usaha mempunyai pengertian
yang relatif. Suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari
21
tingkat pemakaian yang lain apabila ia memberikan output yang lebih besar.
Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan
maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output
karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan
tentu saja laba yang besar.
Menurut Soekartawi (1995), efisiensi usaha dapat dihitung dari
perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk berproduksi, yaitu dengan menggunakan R/C rasio atau Return Cost
Ratio. Dalam perhitungan analisis sebaiknya R/C rasio dibagi dua, yaitu R/C
yang menggunakan biaya yang secara riil dikeluarkan pengusaha dan R/C
yang menghitung semua biaya, baik biaya yang riil dikeluarkan maupun biaya
yang tidak riil dikeluarkan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
� � 𝑇�
⁄𝐶= 𝐶
= 𝑇�
Keterangan:
R (Revenue) = penerimaan (Rupiah)
C (Cost) = biaya (Rupiah)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, ketika
R/C > 1 mempunyai arti bahwa usaha tersebut menguntungkan sehingga layak
untuk diteruskan, sedangkan nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak
menguntungkan sehingga tidak layak untuk diteruskan dan apabila nilai R/C =
1 maka usaha tesebut berada pada titik impas.
22
2.5 Klaster Industri
Porter (1990) mendefinisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan
dan lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara
geografis dan saling terkait karena kebersamaan. Sedangkan menurut Tatang
dalam Fitriah (2014), secara harfiah klaster sebagai kumpulan, kelompok,
himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas
dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster industri
(industrial cluster) merupakan terminologi yang mempunyai pengertian
khusus tertentu. Kemudian. Diperkuat oleh Deperindag, bahwa klaster sebagai
Kelompok industri dengan core industry yang saling berhubungan secara
intensif dan membentuk partnership, atau dapt di gambarkan sebagi berikut:
Institusi pendukung
Pemasok
bahan baku
Klaster
Industri Bandeng
Krobokan
Industri
Pendukung
Industri Pengguna
23
Ciri-Ciri Klaster Industri menurut Lyon dan Atherton (2000), bahwa
terdapat tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari
perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu:
1. Kebersamaan/Kesatuan (Commonality) : yaitu bahwa bisnis-bisnis
beroperasi dalam bidang-bidang “serupa” atau terkait satu dengan lainnya
dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama.
2. Konsentrasi (Concentration) : yaitu bahwa terdapat pengelompokan
bisnis-bisnis yang dapat dan benar-benar melakukan interaksi.
3. Konektivitas (Connectivity) : yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling
terkait/bergantung (interconnected/linked) dengan beragam jenis hubungan
yang berbeda.
Sedangkan menurut Humprey dan Schimitz (1995), bahwa klaster
industri dicirikan dengan 3 ciri yaitu:
1. Orientasi Konsumen
Dalam melakukan proses produksi, klaster perlu berorientasi pada
konsumen. Dengan mempelajari karakteristik permintaan konsumen,
pelaku dalam klaster akan melakukan produksi sesuai kualitas dan jumlah
yang diminati.
2. Efek Kumulatif
Pembentukan klaster diutamakan pada solidnya aktivitas maupun spasial
dengan usaha pencarian dan pencapaian biaya produksi rendah. Dengan
kerjasama dalam satu kelompok, industri yang sebagian besar mengalami
masalah financial akan dapat menekan biaya produksi. Dalam proses
24
produksi dan pemasaran diantara pelaku klaster saling berbagi dalam hal
penggunaan peralatan, tenaga kerja, informasi dan bahan baku.
3. Efek Kolektif
Efisiensi kolektif dipahami sebagai penghematan biaya eksternal yang
timbul dalam suatu aktivitas industri yang dirasakan oleh seluruh pelaku
industri. Hal tersebut dapat dipahami melalui penjelasan berikut :
a. Eksternalitas Ekonomi
Hal ini akan muncul bila keuntungan sosial lebih tinggi daripada
keuntungan pribadi. Eksternal ekonomi dalam klaster yang perlu
dikembangakan adalah terbentuknya pasar buruh/tenaga kerja, efek
peningkatan kegiatan pelayanan dalam klaster, dan pentingnya
penggunaan teknologi secara kolektif.
b. Aksi Bersama
Aksi bersama dapat mendorong perkembangan klaster industri
secara signifikan. Hal ini terkait dengan efek efisiensi kolektif yang
menekankan pada pentingnya keterkaitan dan jaringan usaha yang
terbentuk. Aksi bersama dapat bersifat bilateral yaitu dua perusahaan
bekerja sama seperti kegiatan yang saling berbagi dalam pembelian
alat produksi yang mahal maupun multilateral yaitu kelompok
perusahaan yang bergabung dalam sebuah asosiasi atau organisasi.
Aksi bersama juga terbentuk dengan sifat horizontal yang terjadi
antar pesaing dan vertikal yang membentuk keterkaitan antar pelaku
usaha.
25
c. Kondisi Kelembagaan
Terbentuknya klaster industri perlu didukung dengan tindak lanjut
institusi atau kelembagaan yang menunjang kegiatan tersebut. Hal
ini diharapkan untuk membentuk pola yang progresif dalam kegiatan
bisnis atau organisasi.
Klaster Industri awal dikenalkan dengan Marshallian Industrial
District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra industri merupakan
klaster produksi tertentu yang berdekatan. Marshall Kuncoro 2002,
menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang
memunculkan sentra industri :
1. Konsentrasi pekerja trampil dan peluan penyerapan tenaga kerja
lokal yang lebih besar
2. Berdekatannya para pemasok dan pelayanan khusus, dan
3. Tersedianya fasilitas/transfer pengetahuan.
Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar
memudahkan terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para
pemasok yang berdekatan menghasilkan penghematan akibat
spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja yang meluas
antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling melengkapi.
Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti
meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui
proses bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan
organisasi secara umum
26
Industri
Pen
dukung P
emas
ok
bah
an b
aku
2.6 Mekanisme Industri Bandeng
Pohon industri menurut Dinas Perindustrin dan Perdagangan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Mekanisme klaster Industri Bandeng Presto
Dinas Pariwisata
Institusi pendukung
Dinas Perikanan Dinas Perdagangan
Pengepul besar
Pengepul kecil
Pasar ikan
Klaster
Industri Bandeng
Krobokan
Pemasaran
Teknologi
Modal
Distributor Pengecer Kios Pribadi Pemakai
Industri pengguna
27
2.7 Penelitian Terdahulu
1. Mengutip penelitian dari Dasy Dameria H (2009), yang berjudul Strategi
Pengembangan Usaha Daging Rajungan CV. Mutiara Laut Kabupaten
Serang Propinsi Banten, menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan yang
dapat digunakan untuk melihat peluang, ancaman, kekuatan dan
kelemahan perusahaan. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah hasil analisis SWOTE (Strenght Weaknesses Opportunities
Threats and Environment ) dan hasil regresi sistem simultan yang di
perkuat oleh path analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa
berdasarkan analisis SWOTE, nilai sub faktor sisi kekuatan internal yang
perlu meningkatkan produk dan pelayanan, mempertahan dan
meningkatkan kerja sama dengan pemasok untuk mendapakan jaminan
bahan baku yang berkualitas, mengembangkan produk baru pada pasar
yang sudah ada.
2. Mengutip penelitian dari Pingkan Octavia N (2012), yang berjudul
Strategi Pengembangan Usaha Sate Bandeng UKM Awal Putra Mandiri
Di Kota Serang Banten, menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan
eksternal yang di hadapi oleh usaha sate bandeng pada UKM Awal Putra
Mandiri. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah hasil
analisis matrik IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (External Faktor
28
Evaluation) dan SWOT (Strength Weaknesses Opportunities Threats).
Hasil dari penelitian matriks IE menunjukan posisi UKM Awal Putra
Mandiri berada pada posisi tumbuh dan membangun (kuandran II).
Strategi yang paling sesuai dengan kondisi ini adalah strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan
itegratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan dan integrasi
horizontal). Matriks SWOT mengahsilkan delapan alternatif strategi yaitu
: meningkatkan kualitas dan inovasi produk agar dapat bersaing di pasar,
meningkakan diversifikasi produk olahan bandeng, menjalin kerjasama
yang kontinu dengan pemasok bahan baku dan dinas terkait guna
memperoleh bahan baku berkualitas dan pemasaran produk,
meningkatkan pelayanan konsumen, membangun jarigan distribusi
produk untuk menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas,
memanfaatkan kredit yang di tawarkan pemerintah, melakukan perbaikan
dalam pengolahan, retrukturisasi organisai perusahaan.
3. Mengutip penelitian Kevin Senjaya dan Ronny H (2013), yang berjudul
Pengelolaan Dan Pengembangan Usaha Pada Perusahaan Pengolahan
Ikan Bandeng Di Sidoarjo. Dalam jurnal ini membahas mengenai
keterlibatan penentuan tujuan usaha bisnis dan mengidentifikasi faktor
internal dan faktor eksternal.hasil penelitian ini menyatakan bahawa
fungsi managemennya masih belum berjalan secara profesional dan
terdapat ancaman dari lingkungan eksternal yang sangat tinggi. Untuk
memperbaiki pengelolaan dan membantu upaya pengembangan
29
perusahaan, maka perusahaan dapat menerapkan strategi diferensiasi
seperti meciptakan varian rasa yang baru, melakukan upaya pemasaran
produk baru tersebut.
2.8 Kerangka Berpikir
Industri di Kota Semarang merupakan salah satu sektor yang potensial
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Kota Semarang. Untuk dapat
menentukan strategi pemberdayaan industri kecil dan menengah bandeng
presto, perlu diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal indutri kecil dan
menengah serta mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah tersebut. Sehingga dapat di
peroleh beberapa alternatif strategi yang berpengaruh untuk mengembangkan
industri kecil dan menengah. Kerangka berfikir dapat di gambarkan seperti di
bawah ini
30
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Industri UKM Bandeng Presto di Kelurahaan Krobokan
Tujuan : 1. Bagaimana Model dan
Mekanisme Kerjanya? 2. Bagaimana kondisi sumber
daya manusia, teknologi,
permodalan dan pemasaran
pada industri bandeng presto
di Kelurahan Krobokan?
3. Seberapa besar biaya produksi
dan keuntungan yang di dapat
industri bandeng presto di
kelurahan Krobokan?
Produksi:
Bahan baku
Modal
SDM
Teknologi
Pemasaran
Biaya Produksi Penerimaan
Hasil Penjualan
Analisis
Keuntungan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Model klaster industri kecil bandeng presto dan mekanisme kerja di
Kelurahan Krobokan menemui kendala seperti dalam pemenuhan
bahan baku, tidak memilki tambak sendiri, dan tidak adanya kios
kelompok yang khusus menampung seluruh hasil produksi para
anggota kelompok. Dalam industri kecil bandeng presto Kelurahan
Krobokan hanya mengandalkan hasil olahan dari bandeng dan tidak
membudidayakan bandeng itu sendiri.
2. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dan analisis, dapat
diterangkan bahwa profil sumber daya manusia pada industri kecil
bandeng presto di Kelurahan Krobokan dalam kondisi kurang baik.
Kondisi teknologi dalam kondisi kurang baik. Karena masih ada
anggota yang menggunakan teknologi yang tidak tepat guna Kondisi
permodalan dalam kondisi kurang baik karena masih minimnya
informasi yang didapat dari kelompok klaster. Kondisi pemasaran
dalam kondisi kurang baik karena tidak adanya kios kelompok yang
menampung semua produk semua anggota
64
65
3. Rata-rata besarnya biaya produksi industri bandeng presto sebesar Rp
135.666.667, Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh
pengusaha bandeng presto adalah sebesar Rp 46.595.027. Tingkat
efisiensi usaha industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan adalah
sebesar 1,52. Nilai R/C rasionya lebih besar dari satu, yang memiliki
arti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh industri
bandeng presto dalam proses produksi memberikan penerimaan
sebesar 1,52 kali dari biaya yang telah dikeluarkan oleh industri
bandeng presto.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut:
1. Perlu adanya persediaan bahan baku produksi untuk mengantisipasi
apabila terjadi kelangkaan. Selain itu alangkah lebih baik apabila
didalam klaster industri tersebut mempunyai tambak bandeng sendiri.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kemudian teknologi
tanpa mengesampikan permodalan dan pemasaran pada industri kecil
bandeng presto di Kelurahan Krobokan. Karena pada dasarnya antara
sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran
merupakan faktor-faktor yang penting dalam keberlangsungan suatu
usaha.
66
3. Perlu adanya inovasi dalam segi desain kemasan yang lebih modern
serta meningkatkan kegiatan promosi-promosi yang lebih banyak.
Dengan cara promosi melalu media cetak maupun media elektronik.
4. Perlu adanya inovasi dari segi produk agar produk yang di tawarkan
kepada konsumen lebih beragam sehingga dapat meningkatkan daya
saing di pasar.
5. Perlu adanya kerjasama antar pengusaha industri kecil bandeng di
Kelurahan Krobokan dalam memasarkan produknya dengan mencari
tempat yang lebih strategis sehingga produknya dapat lebih di kenal
oleh masyarakat luas.
6. Di perlukan adanya manajemen keuangan usaha yang baik agar dapat
memisahkan antara keuangan pribadi pengusaha dan keuangan
usahanya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adhe Anggreini Saragi. 2016. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah
Sektor Industri Kerajinan Batu Bata Berdasarkan Analisis SWOT (Kasus
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta).
Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi. Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Ekonomi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Agadhita Nila Candra, Achma Hendra Setiawan. 2013. Analisis Prospek Dan
perkembangan Usaha Industri Bandeng Presto Di Kota Semarang. Jurnal,
Semarang UNDIP
Anjang Bangun Prasetyo, Hatim Albasri, dan Rasidi. 2010. Perkebangan
Budidaya Bandeng Di Pantai Utara Jawa Tengah. Jakarta: Pusat Riset
Perikanan Budidaya
Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan Dan
Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta. RinekaCipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, S 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Augusty Tae Ferdinand. 2000. Management pemasaran: Sebuah Pendekatan
Stratejik. Research Paper. Program Studi Magister manajemen Universitas
Diponegoro. Semarang
Bambang Riyanto. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Badan Pusat Statistik
Brooks, Freno. 1992. Strategi Bisnis. Semarang : Dahara Prize
Departemen Perindusria dan Perdagangan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2007. Masalah
dan Kebijakan Peningkatan Produk Perikanan Untuk Pemenuhan Gizi
Masyarakat. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia 21 November 2007.
68
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fitrah Sari Islami. 2014. Analisis Pola Klaster, Formasi Keterkaitan dan Orientasi
Pasar (Sentra Industri Krupuk Mie Desa Hajosari Lor Kecamatan Adiwerna
Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas
Diponegoro. Semarang
Freddi Rangkuti. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
H. Dasy Dameria. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Daging Rajungan CV.
Mutiara Laut Kabupaten Serang Provinsi Banten. Skripsi. Fakultas
Ekonomi kodan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hitt, A. Michael.1997. Manajemen Strategis Menyongsong Era Persaingan &
Globalisasi. Jakarta:Erlangga.
Humphrey, J. and H. Schmitz. 1995. Principles for promoting clusters & networks
of SMEs. Discussion Paper Number 1. Small medium enterprises
programme. United Nations Industrial Development Organization.
Ibrahim Yacob, H. M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT.
Rineka Cipata, Jakarta.
Irawan dan Suparmoko, M. 2002. Ekonomika Pembangunan. Ed 6. Jakarta:
BPFE UGM
Joesron Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro : Salemba Empat,
Jakarta.
Jusni. 2011. Implementasi Strategi Pemasaran pada UMKM. Pokok-pokok
materi pada Seminar Nasional UKM di Makasar 19 Februari 2011.
http://www.makassarpreneur.com. Akses Januari 2016
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. PT. Prenhallindo. Jakarta.
Kuncoro Mudrajad. 2002. Analisis Spesial dan Regional, Studi Aglomerasi dan
Kluster Industri Indonesia, Yogyakarta : AMP YKPN
Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta : CV. Andi
Offset.
Lyon, F., & Atherton, A. 2000. A Business View of Clustering: Lessons for
Cluster Development Policies. Fondation for SME Development, 2-13.
69
Mike Nurwidyanti, Kasijadi, dan Zaenal Fanani. 2009. Analisis Penampilan Pasar
pada Pemasaran Ikan Bandeng. Jurnal Agritek Universitas Brawijaya.
Malang.
Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi III. LP3ES. Jakarta
N. Pingkan Octavia. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Sate Bandeng UKM
Awal Putra Mandiri di Kota Serabng Banten. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nana Karida TM, Sunyoto, Widya Aryadi, Jurnal, Uji Kualitas Bandeng Presto
Dengan Alat Low Temperatur High Pressure Cooker (LTHPC). Semarang
UNNES
Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter I. Universitas Terbuka : Jakarta.
Permatasari D. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Tani Gula Tumbu (Kasus
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Phillip Kotler dan Gary Armstrong. 2008. Analisis Peta Distribusi dan Jalur
Pemasaran Ikan Bandeng, 2010, Satker Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jawa Tengah (06), Semarang.
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. London: The
Macmillan Press Ltd.
Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah 2015, Dinas Kelautan dan
Perikanan Jawa Tengah
R Nyoman, Erlania, dan H. Joni. 2015. Analisis Pengembangan Perikanan
Budidaya Berbasis Ekonomi Biru Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy
Process (AHP). Jurnal J. Sosek KP Vol. 10 No. 1
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sandi, I Made. 1985. Rebuplik Indonesia Geografi Regional. Jakarta : Puri
Margasari.
Sanjaya K dan H. Roony. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Pada
Perusahaan Pengelolaan Ikan Bandeng di Sidoarjo. Jurnal AGORA Vol. I,
No. 1. Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas
Kristen Petra.
70
Soebroto, Thomas. 1979. Pengantar Teknik Berusaha. Yayasan Purba Dhanarta :
Semarang.
Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan Proyek, Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.
Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :
Alfabeta
Sukidjo. Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
Sukirno, Sadono, 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, 2006. Makroekonomi: Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tambunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta
: Salemba Empat.
Tim Dosen YKPN. 2001. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: STIE YKPN.
Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah
Daerah. Jakarta
Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan. Jakarta
Todaro, Michael. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Triyaningsih, Sri Lestari. 2012. Strategi Pemasaran Usaha Kecil dan Menengah.
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 12, No. 1. Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Pengembangan Usaha Kecil
Wibowo, Singgih. 1988. Petunjuk Mendirikan Industri Kecil. Jakarta : Swadaya.
Wirartha I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi