modul 3 konsepsi kebijakan embung · modul 3 konsepsi kebijakan embung pusat pendidikan dan...

58
Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II- MODUL KONSEPSI KEBIJAKAN EMBUNG PELATIHAN PERENCANAAN EMBUNG 2017 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI MODUL 03

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

60 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-

MODUL KONSEPSI KEBIJAKAN EMBUNG

PELATIHAN PERENCANAAN EMBUNG

2017

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

MODUL 03

Page 2: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

pengembangan Modul Konsepsi Kebijakan Embung sebagai materi inti/substansi

dalam Pelatihan Perencanaan Embung. Modul ini disusun untuk memenuhi

kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang sumber daya

air.

Modul konsepsi kebijakan embung ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi

atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang sistematis

diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami dan

menerapkan Konsepsi Kebijakan Embung. Penekanan orientasi pembelajaran

pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim

Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka

dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan

yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi

peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.

Bandung, November 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.

NIP. 19670908 199103 1 006

Page 3: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................................................. vi

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Deskripsi Singkat.......................................................................................... 2

C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 2

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................................. 2

E. Estimasi Waktu............................................................................................. 3

MATERI POKOK 1 GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN4

1.1 Pertimbangan perlunya pengaturan .......................................................... 4

1.2 Peraturan Perundang-undangan Lain yang Terkait ................................... 5

1.3 Maksud Tujuan Pengaturan Keamanan Bendungan ................................. 7

1.4 Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan ............................................. 7

1.5 Instansi Teknis Keamanan Bendungan ..................................................... 8

1.6 Izin dan Persetujuan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 9

1.6.1 Izin dan Persetujuan Pada Tahap Persiapan Pembangunan .............. 9

1.6.2 Izin dan Persetujuan Dalam Rangka Keamanan Bendungan............ 11

1.7 Kewajiban Pemilik Bendungan Terkait dengan Keamanan Bendungan .. 13

1.8 Latihan .................................................................................................... 15

1.9 Rangkuman............................................................................................. 15

MATERI POKOK 2 KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN ............................. 16

2.1 Umum ..................................................................................................... 16

2.2 Keamanan Strukur .................................................................................. 17

2.2.1 Umum ............................................................................................... 17

2.2.2 Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional ...................... 19

2.2.3 Aman Terhadap Kegagalan Hidrolik ................................................. 21

2.2.4 Aman terhadap Kegagalan Rembesan ............................................. 23

2.3 Pemantauan dan Pemeliharaan .............................................................. 26

Page 4: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii

2.3.1 Umum ............................................................................................... 26

2.3.2 Pengukuran dan Pembacaan instrument .......................................... 27

2.3.3 Pemeriksaan dan Inspeksi ................................................................ 29

2.3.4 Uji Operasi ........................................................................................ 30

2.4 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat ............................................................. 32

2.4.1 Pertimbangan umum ........................................................................ 32

2.4.2 Strategi ............................................................................................. 33

2.4.3 Persiapan ......................................................................................... 37

2.5 Latihan .................................................................................................... 38

2.6 Rangkuman............................................................................................. 39

PENUTUP ............................................................................................................ 40

A. Simpulan .................................................................................................... 40

B. Tindak Lanjut .............................................................................................. 41

EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 42

A. Soal ............................................................................................................ 42

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

KUNCI JAWABAN

Page 5: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1- Jenis kajian dan persetujuan serta izin keamanan bendungan ............ 11

Tabel 2.1- Persyaratan angka keamanan minimal untuk stabilitas lereng bendungan

urugan ........................................................................................ 21

Tabel 2.2- Frekuensi pemeriksaan rutin oleh petugas pengelola bendungan ....... 30

Tabel 2.3- Besaran dan jarak gempa untuk pemeriksaan luar biasa .................... 31

Page 6: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 - Bagan konsepsi keamanan bendungan ........................................ 17

Gambar II.2 - Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada bendungan ..... 20

Gambar II.3 - A: Bendungan Nipah, Nampak bangunan pelimpah dan lereng hilirnya

yang dilindungi dengan lapis lindung urugan batu. B:Contoh erosi

permukaan pada lereng hilir tubuh bendungan ........................... 23

Gambar II.4 - Contoh longsoran lereng hilir bendungan yang diawali dengan aliran

buluh disepanjang dinding beton, selain itu lereng bendungan juga

terlalu curam ............................................................................... 24

Gambar II.5 - Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan terlalu

tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi erosi buluh ...... 25

Gambar II.6 - Contoh berbagai metode pengendalian rembesan pada bendungan

urugan......................................................................................... 25

Gambar II.7 - Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku

bendungan .................................................................................. 28

Gambar II.8 - Ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu dilakukan

dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan ....................... 28

Gambar II.9 - Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran instrumentasi

bendungan .................................................................................. 29

Gambar II.10 - Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran bawah

.................................................................................................... 31

Gambar II.11 - Bagan tanggung jawab masing-masing petugas lapangan dalam

kegiatan pemantauan/pengamatan ............................................. 32

Gambar II.12 - Konsepsi penanganan kondisi darurat.......................................... 33

Gambar II.13 - Strategi dalam penanganan kondisi darurat ................................. 35

Gambar II.14 - Konsep pemantauan; Kiri: pemantauan regular; Kanan: pemantauan

intensif ........................................................................................ 36

Gambar II.15 - Contoh matriks ancaman dan upaya perlindungan pada kondisi

darurat (Konsepsi Keamanan Bendungan Swiss) ....................... 36

Gambar II.16 - Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat ... 38

Page 7: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi

Modul konsepsi kebijakan embung ini terdiri dari 2 (dua) materi pokok. Materi pokok

pertama membahas pengaturan keamanan bendungan. Materi pokok kedua

membahas konsepsi keamanan bendungan.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.

Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami dan

menerapkan konsepsi kebijakan embung. Setiap materi pokok dilengkapi dengan

latihan yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah

mempelajari materi pada materi pokok.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak

dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dan

menerapkan dengan baik materi yang merupakan materi inti/substansi dari

Pelatihan Perencanaan Embung. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan

dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber

daya air terpadu dari sumber lainnya.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan

kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya

kesempatan diskusi, tanya jawab dan peragaan.

Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media

pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan

penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

Page 8: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu

memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung.

Page 9: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air yang

perlu penanganan dengan tepat. Salah satu upaya penanganan yang telah terbukti

berhasil baik, adalah dengan cara membangun bendungan guna menampung air

disaat berlebih dan menggunakannya saat kekurangan.

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga

menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping

akan memperoleh manfaat juga berarti dengan sengaja akan mengundang

datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas.

Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan

bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.

Pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus agar

pembangunan dan pengelolaan bendungan dilaksanakan dengan tertib dan aman

sesuai dengan konsep dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, hingga risiko

kegagalan bendungan dapat dicegah atau dikurangi dan pada akhirnya masyarakat

terlindungi dari ancaman keruntuhan bendungan.

Bahan ajar ini terdiri dari dua topik bahasan yaitu:

1. garis besar pengaturan keamanan bendungan dan

2. konsepsi keamanan bendungan.

Topik bahasan garis besar pengaturan keamanan bendungan mencakup:

pertimbangan perlunya pengaturan, peraturan perundang-undangan yang terkait,

maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan, lingkup pengaturan, instansi

teknik keamanan bendungan, persetujuan dan izin dalam rangka keamanan

bendungan dan kewajiban pemilik bendungan.

Page 10: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2

Topik bahasan konsepsi keamanan bendungan mencakup: konsepsi keamanan

bendungan seacara umum, keamanan struktur, pemantauan dan pemeliharaan,

serta kesiapan tanggap darurat.

Mata diklat ini, perlu diberikan kepada peserta diklat sebagai bekal untuk

mempelajari mata diklat lain yang terkait dengan keamanan bendungan, seperti

perencanaan bendungan, pelaksanaan konstruksi bendungan serta operasi dan

pemeliharaan bendungan.

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan mengenai

konsepsi kebijakan embung, yang disajikan dengan menggunakan metode

ceramah, diskusi, tanya jawab dan peragaan.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan

mampu memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:

a. Menjelaskan dan menerapkan garis besar pengaturan keamanan

bendungan,

b. Menjelaskan dan menerapkan konsepsi keamanan bendungan.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Dalam modul pengelolaan sumber daya air terpadu ini akan membahas materi:

1. Garis besar pengaturan keamanan bendungan

a. Pertimbangan perlunya pengaturan,

b. Peraturan peruandang-undangan lain yang terkait,

c. Maksud tujuan pengaturan keamanan bendungan,

d. Instansi Teknis Keamanan Bendungan,

e. Izin dan Persetujuan dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan,

Page 11: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3

f. Kewajiban pemilik bendungan terkait dengan keamanan bendungan.

2. Konsepsi keamanan bendungan

a. Umum,

b. Keamanan strukur,

c. Pemantauan dan pemeliharaan,

d. Kesiapsiagaan tanggap darurat.

E. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

mata pelatihan “Konsepsi Kebijakan Embung” ini adalah 2 (dua) jam pelajaran (JP)

atau sekitar 90 menit.

Page 12: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4

MATERI POKOK 1

GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN

1.1 Pertimbangan perlunya pengaturan

Saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar dan kecil.

Sebagian besar bendungan tersebut dibangun untuk menampung air guna

memenuhi kebutuhan air irigasi, air rumah tangga, air industri, pembangkit listrik

tenaga air, dan lain-lain. Disamping itu bendungan juga dibangun untuk

menampung sedimen dan limbah tambang dan lain sebagainya. Pembangunan

bendungan dilakukan oleh : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha

Milik Negara dan Badan Usaha Swasta.

Seperti yang dijelaskan di bab I, bendungan disamping memiliki manfaat yang besar,

juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula yang dapat mengancam

kehidupan masyarakat luas dihilir bendungan. Membangun bendungan disamping

akan memperoleh manfaat, juga berarti dengan sengaja mengundang datangnya

potensi bahaya. Keruntuhan bendungan akan menimbulkan banjir besar yang akan

mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan. Bencana yang

ditimbulkan oleh keruntuhan bendungan tidak hanya terjadi di lokasi bangunan/

bendungan seperti pada bangunan gedunga atau jembatan, tetapi akan menyebar

sampai jauh ke hilir mencakup areal yang luas. Sebagai contoh runtuhnya

bendungan Situ Gintung dengan tampungan air kurang dari 1 juta m3, telah

mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak hampir 100 orang berikut harta

benda, fasilitas sosial dan kerusakan lingkungan yang parah.

Walaupun bendungan menyimpan potensi bahaya yang besar, karena tuntutan

kebutuhan, pembangunan bendungan-bendungan baru terus berjalan. Dari sisi lain

pembangunan bendungan juga sering diikuti dengan perkembangan dan

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan

mampu menjelaskan dan menerapkan garis besar pengaturan keamanan

bendungan.

Page 13: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5

pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah hilirnya karena harapan memperoleh

manfaat dari bendungan. Seperti halnya bendungan Juanda Jatiluhur yang semula

daerah hilirnya sebagian besar berupa daerah pertanian, saat ini telah berkembang

pesat menjadi daerah industri dan pusat-pusat permukiman (menurut survai

2001/2002 penduduk yang berada didaerah potensi genangan banjir hampir

mencapai 4 juta jiwa), hingga bila terjadi keruntuhan bendungan akibat yang

ditimbulkannya sulit dibayangkan.

Sejalan dengan kemajuan pendidikan, masyarakat semakin peka terhadap

ancaman bahaya bendungan dan semakin sadar terhadap hak-haknya. Masyarakat

berhak mendapatkan perlindungan terhadap ancaman keruntuhan bendungan,

yang sebelum bendungan dibangun ancaman tersebut tidak ada.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan,

pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Untuk itu

Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah mengeluarkan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan, kemudian

pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan PP no. 37 tahun 2010 tentang

Bendungan yang mengatur mengenai : pembangunan bendungan, pengelolaan

bendungan, keamanan bendungan, dokumentasi dan informasi, dll.

1.2 Peraturan Perundang-undangan Lain yang Terkait

Landasan hukum yang mendasari pengaturan bendungan di Indonesia antara lain:

1. Undang-undang RI nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup, antara lain mengatur bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

2. Undang-undang RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, antara lain

mengatur mengenai : kegagalan konstruksi, kegagalan bangunan, sanksi bagi

pihak yang bertanggung jawab, dll.

Page 14: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6

3. Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, mengatur

antara lain: mengenai pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk

dan/atau bendungan (ps 58); keharusan setiap pelaksanaan konstruksi SDA

didasarkan pada NSPM/norma, standar, pedoman, manual (ps 63); keharusan

setiap konstruksi pada sumber air memperoleh izin dari pemerintah

pusat/daerah (ps 63); Sanksi pidana bagi: yang melakukan kegiatan berakibat

rusaknya prasarana SDA, melakukan pengusahaan SDA tanpa izin,

melaksanakan kegiatan SDA tanpa didasarkan pada NSPM, melaksankan

konstruksi SDA tanpa izin, dll (ps 94).

4. Undang-undang no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

mengatur antara lain: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat

mewajibkan pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan

perencanaan penanggulangan bencana (ps 37). Setiap kegiatan pembangunan

yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan

analisis risiko bencana (ps 40), Penyelenggaraan penanggulangan bencana

dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana adalah meliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

5. Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000, tentang Peran Masyarakayat

Jasa Konstruksi, antara lain mengatur: tenaga kerja konstruksi harus mengikuti

sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja (ps 15) dan wajib

mengikuti registrasi yang dilakukan oleh Lembaga (ps 17)

6. Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyeleng-garan Jasa

Konstruksi, antara lain mengatur: Kontrak kerja konstruksi harus tunduk pada

hukum yang berlaku di Indonesia (ps 23); Perencanaan pekerjaan konstruksi

dengan risiko tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan,

perencanaan umum dan perencanaan teknik (ps 26); pekerjaan tertentu

(bendungan, listrik, nuklir) wajib dilakukan uji coba atau disyahkan oleh instansi

yang berwenang yaitu instansi yang membidangi: pengairan, pembangkit listrik,

kenukliran (ps 29); Kegagalan pekerjaan konstruksi, kegagalan bangunan dan

sanksinya (ps 31 s/d 48); dll.

Page 15: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7

1.3 Maksud Tujuan Pengaturan Keamanan Bendungan

Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak teknis

desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga dapat mencegah

atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan bendungan.

Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan dari

kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan prasarana

umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan

bendungan.

1.4 Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan

Lingkup pengaturan keamanan bendungan mencakup pengaturan terhadap

kegiatan:

1. Pembangunan (desain dan pelaksanaan konstruksi)

2. Pengelolaan bendungan beserta waduknya.

Pengaturan berlaku bagi bendungan yang memenuhi kreteria sebagai berikut

1. Bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar

fondasi terdalam;

2. Bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima belas)

meter diukur dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan:

a. Panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter;

b. Daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter kubik;

atau

c. Debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu) meter

kubik per detik; atau

3. Bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau bendungan

yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang

mempunyai kelas bahaya tinggi.

Page 16: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8

1.5 Instansi Teknis Keamanan Bendungan

Dalam melaksanakan pengaturan keamanan bendungan Menteri PU (selanjutnya

akan disebut: Menteri) dibantu oleh : Instansi teknis keamanan bendungan, yang

kemudian dinamakan Komisi Keamanan Bendungan (KKB). Dalam melaksanakan

tugasnya, KKB didukung oleh Unit Pelaksana Teknis Bidang Keamanan

Bendungan atau Balai Bendungan.

1. Komisi Keamanan Bendungan

a. Tugas Komisi Keamanan Bendungan:

1) Kajian terhadap hasil evaluasi keamananan bendungan yang disiapkan

oleh Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan

2) Memberi rekomendasi mengenai pengaturan keamanan bendungan

3) Melakukan Menyelenggarakan inspeksi keamanan bendungan

b. Fungsi Komisi Keamanan Bendungan:

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut diatas, KKB

1) Pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian

persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan

desain perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin

penghapusan fungsi bendungan;

2) Pemberian rekomendasi kepada Menteri PU dalam penyiapan

rekomendasi teknis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang lingkungan hidup dalam rangka pemberian izin

penempatan awal limbah tambang;

3) Pengkajian terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh Balai

Bendungan dan

4) Penyelenggaraan inspeksi bendungan bersama Balai Bendungan.

c. Keanggotaan Anggota KKB terdiri dari:

1) Ketua merangkap anggota, adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air

2) Anggota, ditunjuk dari instansi pemerintah, BUMN berstatus sebagai

pemilik bendungan, wakil asosiasi profesi di bidang bendungan

3) Sekretaris bukan anggota, secar fungsional dijabat Kepala Balai

Bendungan.

Page 17: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9

Ketua Komisi Keamanan Bendungan adalah Direktur Jenderal Sumber

daya Air Kementerian Pekerjaan Umum; dan anggota ditunjuk dari instansi

pemerintah, asosiasi profesi terkait bidang bendungan dan BUMN yang

berstatus sebagai pemilik bendungan. Sekretaris Komisi Keamanan

Bendungan adalah Kepala Balai Bendungan.

2. Balai Bendungan

Balai Keamanan Bendungan adalah organisasi struktural di lingkungan

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum,

berkedudukan di Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur

Jenderal Sumber Daya Air. Balai Bendungan, bertugas memberi dukungan

teknis kepada Komisi Keamanan Bendungan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Balai Bendungan memiliki fungsi :

a. pengumpulan dan pengolahan data;

b. pengkajian bendungan dan analisis perilaku bendungan;

c. penyiapan saran teknis bendungan;

d. penyelenggaraan inspeksi keamanan bendungan;

e. inventarisasi dan registrasi bendungan dan klasifikasi bahaya bendungan;

f. penyiapan peraturan, pedoman dan petunjuk teknis keamanan bendungan;

g. penyebarluasan dan pemberian bimbingan keamanan bendungan; dan

h. pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak pemilik

bendungan.

i. Dokumentasi dan pusat informasi bendungan

1.6 Izin dan Persetujuan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan

1.6.1 Izin dan Persetujuan Pada Tahap Persiapan Pembangunan

Pada tahap persiapan pembangunan, ada izin dan persetujuan yang wajib dimiliki

oleh pembangun bendungan, yaitu:

1. Izin penggunaan sumber daya air, dan

2. Persetujuan prinsip pembangunan (PP 42/2008 ttg Pengel SDA, ada lagi izin

konstruksi yang dikeluarkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota)

Page 18: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10

1. Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Izin penggunaan sumber daya daya air diberikan oleh:

a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

b. Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota; dan

c. Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

dalam satu kabupaten/kota.

Untuk memperoleh izin ini, pembangun bendungan lebih dulu harus

mendapatkan rekomendasi teknik dari unit pelaksana teknis yang membidangi

sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan (BWS atau BBWS

untuk permohonan izin penggunaan sumber daya air kepada Menteri).

2. Persetujuan Prinsip Pembangunan

Permohonan Persetujuan prinsip pembangunan bendungan, diajukan oleh

pembangun bendungan kepada :

a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

b. Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota; dan

c. Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

dalam satu kabupaten/kota.

Permohonan persetujuan prinsip harus memenuhi persyaratan admisitrasi dan

persyaratan teknik yang antara lain:

a. rekomendasi teknis dari unit pelaksana teknis yang membidangi sumber

daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan;

b. dokumen studi kelayakan; dan

c. dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

Page 19: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11

1.6.2 Izin dan Persetujuan Dalam Rangka Keamanan Bendungan

Izin dan persetujuan dalam rangka keamanan bendungan, dikeluarkan oleh Menteri

Pekerjaan Umum. Menteri mengeluarkan izin dan persetujuan setelah mendapat

rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan. Komisi Keamanan Bendungan

akan mengeluarkan rekomendasi, setelah proses pembangunan atau pengelolaan

bendungan dikaji dan dinilai telah memenuhi konsepsi keamanan bendungan dan

kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang di dalam NSPM

(norma/peraturan, standar/SNI, dan pedoman dan manual) yang terkait dengan

keamanan bendungan.

Untuk memastikan bahwa konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan telah

dipenuhi dalam setiap kegiatan tahapan pembangunan dan pengelolaan

bendungan, setiap kegiatan tahapan tersebut perlu diperiksa/dikaji keamanan

bendungan-nya lebih dulu.

Kajian keamanan bendungan dilakukan oleh Balai Bendungan yang kemudian

hasilnya (laporan kajian) dikaji lebih lanjut oleh Komisi Keamanan Bendungan

dalam sidang Komisi. Komisi Keamanan Bendunganakan akan mengeluarkan

rekomendasi kepada Menteri untuk memberikan persetujuan dan atau izin, apabila

konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan telah terpenuhi.

Jenis kajian, persetujuan serta izin yang dikeluarkan dalam rangka keamanan

bendungan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1-Jenis kajian dan persetujuan serta izin keamanan bendungan

No. Jenis kajian Jenis persetujuan dan izin keamanan

bendungan

1. Kajian desain Persetujuan desain dan izin pelaks

konstruksi

2.

Kajian pelaksanaan konstruksi

(laporan evaluasi dan persiapan

pengelolaan bendungan)

Izin pengisian awal waduk (untuk bendungan

limbah tambang izin ini dikeluarkan oleh KLH)

Page 20: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12

3.

Kajian pelaksanaan pengisian awal

waduk (+laporan evaluasi, kesiapan

pengelolaan bendungan)

Izin pengoperasian bendungan, (untuk

bendungan limbah tambang izin inidikeluarkan

oleh KLH)

4.

Kajian penghapusan fungsi

bendungan

Izin penghapusan fungsi bendungan

Setiap pembangunan bendungan baru, harus melalui tiga tahapan kajian dan

mendapat 3 macam persetujuan dan izin seperti pada angka 1, 2 dan 3 tabel

tersebut diatas; demikian pula untuk kegiatan perubahan dan rehabilitasi

bendungan.

Pelaksanaan konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah dokumen

desain (kreteria, nota desain, gambar desain, spesifikasi teknis, metode

pelaksanaan, dll) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB, kemudian mendapat

persetujuan desain serta izin pelaksanaan konstruksi dari Menteri.

Izin pelaksanaan akan dikeluarkan apabila:

a. Desain telah mematuhi NSPM yang berlaku

b. Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Pengisian awal waduk baru dapat dilaksanakan setelah: laporan akhir pelaksanaan

konstruksi beserta evaluasi pelaksanaan konstruksi dan persiapan pengelolaan

bendungan (rencana pembentukan unit pengelola bendungan, rencana pengisian

awal waduk, rencana pengelolaan bendungan dan rencana tindak darurat) dikaji

oleh Balai Bendungan dan KKB serta mendapat izin pengisian dari Menteri. Izin

pengisian awal akan dikeluarkan, apabila:

a. Bendungan telah siap dan aman untuk diisi (ditinjau terhdap daerah hulu, hilir

dan bendungannya sendiri)

b. Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Terakhir bendungan baru boleh dioperasikan setelah: laporan pelaksanaan

pengisian awal beserta laporan evaluasi pelaksanaan pengisian awal dan laporan

kejadian khusus selama pengisian serta kesiapan pengelolaan bendungan

Page 21: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13

(kesiapan organisasi unit pengelola dan keputusan pembentukannya, pedoman

OP) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB serta mendapat izin operasi dari Menteri.

Izin operasi akan dikeluarkan apabila:

a. Operasi bendungan tidak akan membahayakan keselamatan umum (public

safety).

b. Bangunan pelimpah mampu beroperasi dengan baik (bila ada termasuk

bangunan pengeluaran darurat/emergency rilis facility)

c. Hasil evaluasi pelaksanaan pengisian awal menunjukkan bahwa bendungan

aman dioperasikan tanpa adanya pembatasan operasi (unrestricted operation)

d. Unit pengelola siap melaksanakan pengelolaan bendungan

e. Serta persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi

1.7 Kewajiban Pemilik Bendungan Terkait dengan Keamanan Bendungan

Keamanan suatu bendungan, menjadi tanggung jawab pemilik bendungan. Setelah

bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap operasi, pemilik/pengelola

bendungan berkewajiban antara lain:

a. Mengumpulkan serta mengarsipkan data sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Melakukan pemantauan kondisi bendungan, yang kegiatannya meliputi:

1. Mengadakan, memasang dan memelihara instrumen yang berkaitan

dengan keamanan bendungan ( alat pantau tekanan pori, tekanan angkat,

deformasi, rembesan),

2. Melakukan pengukuran/pembacaan instrumen, mencatat, menyimpan dan

mengevaluasi datanya secara berkala.

3. Mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan

satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan.

4. Melakukan:

a) pemeriksaan rutin (harian, mingguan, bulanan)

b) pemeriksaan berkala biasa (tengah tahunan, tahunan)

c) pemeriksaan besar dan evaluasi keamanan bendungan sekurang-

kurangnya satu kali dalam 5 tahun

Page 22: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14

d) pemeriksaan luar biasa (setelah dan sebelum hujan badai, setelah

gempa) dan pemeriksaan khusus (setelah terjadinya kondisi khusus

seperti: longsoran besar, retakan besar, dll)

5. Melakukan uji operasi secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali per

tahun terhadap peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan.

6. Melaporkan hasil pemantauan tengah tahunan dan tahunan, serta hasil

pemeriksaan luar biasa, pemeriksaan khusus, pemeriksaan besar beserta

evaluasi keamanan bendungan ke Balai Bendungan.

c. Melakukan pemeliharaan bendungan, yang mencakup pemeliharaan rutin dan

berkala; dan pada kondisi bendungan mengalami kerusakan wajib melakukan

perbaikan atau rehabilitasi sehingga bendungan selalu dalam kondisi aman

untuk dioperasikan.

d. Memiliki kesiagaan menghadapi kondisi darurat. Untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kondisi darurat, pemilik bendungan harus menyiapkan

system penanganan kondisi darurat, yang “selalu siap menangani kondisi

terburuk”. System dimaksud mencakup antara lain: system gawar darurat,

organisasi dan staf yang terlatih, peralatan dan bahan untuk penanganan pada

kondisi darurat serta panduan Rencana Tindak Darurat (RTD).

e. Dalam melakukan operasi bendungan, harus mempertimbangkan keamanan

bendungan serta keamanan daerah hulu dan daerah hilir bendungan.

f. Dalam kondisi bendungan sudah tidak digunakan lagi atau tidak dapat berfungsi

lagi dan pemilik bendungan bermaksud melepas kewajiban pengelolaan

bendungan, atau apabila bendungan dianggap tidak memenuhi syarat

keamanan dalam pengelolaannya, maka pemilik bendungan harus

melaksanakan penghapusan fungsi bendungan. Sebelum pengahapusan

dilaksanakan, pemilik harus menyiapkan desain penghapusan lebih dulu dan

mendapat izin dari Menteri.

Page 23: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15

1.8 Latihan

1. Jelaskan kenapa diperlukan adanya pengaturan keamanan bendungan?

2. Apakah maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan?

3. Sebutkan macam-macam kajian serta persetujuan dan izin dalam rangka

keamanan bendungan!

1.9 Rangkuman

Bendungan di samping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi

bahya yang besar pula. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk

mewujudkan tertib penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan

agar layak teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga

dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan

bendungan. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi

bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta

dan prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat

kegagalan bendungan.

Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan mendapat

tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk persetujuan

desain dan izin pelaksanaan konstruksi, kajian pelaksanaan konstruksi untuk izin

pengisian awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk izin

pengoperasian bendungan. Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung

jawab pemilik bendungan.

Page 24: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16

MATERI POKOK 2

KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

2.1 Umum

Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan bendungan

telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang

didalam peraturan, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang berlaku. Pada

gambar II.1 disajikan bagan Konsepsi Keamanan Bendungan yang memiliki 3 pilar

sebagai berikut:

1. Pilar I : Keamanan struktur

Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan

kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.

2. Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan

Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin

setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata

dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada

segala kondisi operasi.

3. Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi

darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.

Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara

”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK

DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Upaya-upaya yang dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk

mengurangi risiko kegagalan bendungan, sedang upaya-upaya pada Pilar II dan

Indikator keberhasilan: setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan

mampu menjelaskan dan menerapkan konsepsi keamanan bendungan.

Page 25: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17

Pilar III adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada/yang tersisa

tidak berkembang menjadi lebih buruk.

Gambar II.1-Bagan konsepsi keamanan bendungan

2.2 Keamanan Strukur

2.2.1 Umum

Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi, abutmen

(bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus kokoh dan aman pada semua

kondisi dan kombinasi beban yang bekerja serta aman dioperasikan pada segala

kondisi operasi, yaitu operasi normal, operasi luar biasa, operasi darurat maupun

operasi banjir bagi bendungan pengendali banjir.

Keamanan Struktur (Pilar I) akan dapat dicapai apabila desain dan konstruksi

bendungan dilaksanakan dengan benar sesuai Norma, Standar, Pedoman, dan

Manual, dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga desain dan konstruksi layak teknis. Upaya-upaya yang dilakukan pada

Pilar I, adalah merupakan upaya untuk mengurangi risiko kegagalan bendungan,

sehingga risiko kegagalan dapat ditekan sampai dengan tingkat yang wajar sesuai

kreteria yang berlaku.

Page 26: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18

Agar desain suatu bendungan layak teknis, kegiatan survai dan investigasi sejak

tahap pemilihan lokasi bendungan, harus dilakukan dengan cermat dengan

mematuhi standard NSPM yang berlaku. Demikian pula dalam pembuatan kreteria

desain untuk penyiapan desain pendahuluan (basic design) maupun untuk desain

rinci (detil design) serta penyiapan desainnya harus mematuhi NSPM . Untuk

memastikan bahwa penyiapan desain telah dilaksanakan sesuai NSPM, desain

bendungan harus dikaji oleh Balai Bendungan dan Komisi Keamanan Bendungan

serta mendapat persetujuan desain dari Menteri PU.

Konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah desain bendungan

mendapat persetujuan dan dikeluarkan izin pelaksanaan konstruksi dari Menteri

PU. Konstruksi bendungan, harus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah

mendapat persetujuan dari Menteri PU.

Selama tahap operasi, keamanan struktur harus tetap dipertahankan melalui

kegiatan pemantauan dan pemeliharaan. Keamanan struktur suatu bendungan

(yang telah terbangun) harus dievaluasi ulang sekurang-kurangnya sekali dalam

kurun waktu 5 tahun bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan besar.

Ilmu mengenai bendungan adalah merupakan kombinasi antara ilmu (scient) dan

seni (art) yang berkembang terus. Meningkatnya risiko keruntuhan bendungan telah

mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan bendungan. Hal-hal yang kemarin biasa

dijalankan, untuk esok hari mungkin sudah tidak sesuai lagi (out of date). Suatu

teknologi yang dulu dianggap baik, kadang-kadang setelah diterapkan dan

dipelajari oleh para pakar, ternyata memiliki kelemahan-kelemahan sehingga perlu

penyempurnaan dengan teknologi baru. Desain bendungan dituntut untuk

mengikuti perekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru tersebut.

Sebagai contoh pemakaian “colar” pada “conduit” semula dianggap sebagai metode

yang tepat untuk mencegah terjadinya konsentrasi aliran rembesan pada

permukaan luar pipa conduit. Saat ini, hal tersebut tidak dianjurkan lagi karena dari

berbagai pengalaman pemakaian colar justeru akan mengganggu proses

pemadatan timbunan. Akibatnya hasil pemadatan timbunan disekitar conduit

Page 27: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19

kurang baik, sehingga justeru terjadi kebocoran. Hal demikian harus diketahui oleh

perencana dan diterapkan dalam penyiapan desain

Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus memenuhi

3 kriteria pokok, sebagai berikut:

1. Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.

2. Aman terhadap kegagalan hidrolik

3. Aman terhadap kegagalan akibat rembesan

2.2.2 Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional

Desain bendungan harus memperhitungkan semua kondisi dan kombinasi beban

yang bekerja yang terdiri dari beban normal maupun beban luar biasa dan beban

ekstrim. dengan faktor keamanan yang cukup sesuai standar yang berlaku.

Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi, abutmen

(bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus selalu stabil dalam kondisi

apapun termasuk kondisi gempa bumi dan semua kondisi operasi. Faktor

keamanan minimal, memenuhi persyaratan SNI.

Untuk bendungan urugan, angka/faktor keamanan minimal yang dipersyaratkan

disajikan dalam tabel di bawah. Analisis stabilitas paling tidak harus dilakukan pada

kondisi:

1. Selesainya pembangunan,

2. Rembesan tetap,

3. Pengoperasian waduk: surut cepat dari elevasi muka air normal ke minimum;

dari elevasi muka air maksimum ke minimum,

4. Luar biasa: adanya kebuntuan pada system drainasi; surut cepat karena

penggunaan air melebihi kebutuhan; surut cepat karena gawat darurat.

Page 28: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20

Gambar II.2-Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada bendungan

Macam-macam beban normal yang harus diperhitungkan minimal adalah beban

sendiri, tekanan air waduk, tekanan angkat dan atau tekanan pori, rembesan dan

suhu (bagi bendungan beton), sedang untuk beban luar biasa dan beban ekstrim

berupa banjir dan beban gempa.

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan bendungan karena

kegagalan operasi, antara lain:

1. desain pilar, pintu dan mungkin dinding pelimpah perlu memperhitungkan

vibrasi yang mungkin terjadi akibat aliran air.

2. harus tersedia sarana: jalan, jembatan atau tangga menuju lokasi

pengoperasian, yang dapat digunakan dengan aman pada kondisi normal

maupun kondisi luar biasa/darurat.

3. pada tempat-tempat pengoperasian yang tertutup, harus dilengkapi dengan

ventilasi atau pengaturan udara dan penerangan yang memadai.

Beban luar biasa

dan beban ekstrim

Page 29: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21

Tabel 2.1-Persyaratan angka keamanan minimal untuk stabilitas lereng bendungan urugan

2.2.3 Aman Terhadap Kegagalan Hidrolik

Sebagian besar bendungan yang runtuh, disebabkan oleh peluapan air lewat

puncak tubuh bendungan (overtopping). Kejadian ini biasanya terjadi karena:

1. Kapasitas pelimpah yang tidak mencukupi.

2. Pintu pelimpah gagal dioperasikan karena faktor manusia atau faktor teknis;

3. Longsoran besar yang tiba-tiba masuk ke waduk yang menimbulkan gelombang

besar, dan

4. karena tinggi jagaan (freeboard) yang tidak cukup.

Oleh karena itu bendungan harus didesain dengan mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

Page 30: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22

1. Setiap bendungan urugan harus dilengkapi dengan pelimpah yang mampu

mengalirkan banjir desain dengan aman, yaitu: kapasitasnya cukup, dan aliran

yang keluar lewat pelimpah tidak boleh menimbulkan gerusan yang dapat

mengancam kesetabilan bendungan dan pelimpah sendiri. Penetapan banjir

desain dan kapasitas`pelimpah harus mengacu pada SNI 03-3432-1994

mengenai Patokan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah untuk Bendungan.

2. Tinggi jagaan harus cukup untuk mencegah terjadinya luapan air waduk diatas

puncak bendungan (pada kondisi banjir desain). Penetapan besar tinggi jagaan

mengacu pada standar/pedoman yang berlaku.

3. Tidak boleh terjadi erosi permukaan yang membahayakan keamanan

bendungan, untuk itu puncak dan lereng tubuh bendungan serta lereng disekitar

tumpuan perlu dilindungi/proteksi terhadap erosi dan longsoran sehingga aman

terhadap erosi permukaan.

4. Desain pilar, pintu dan dinding pelimpah harus memperhitungkan gaya dinamis

(vibrasi, pulsating force dan gempa)

5. Untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat sangat disarankan bendungan

dilengkapi dengan sarana pengeluaran air pada kondisi darurat (emergency

rilis) seperti pengeluaran bawah (bottom outlet) yang mampu menurunkan air

waduk dengan cepat disaat kondisi darurat.

6. Dinding tebing disekeliling waduk khususnya didekat bendungan harus aman

terhadap longsoran.

A B

Page 31: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23

Gambar II.3-A: Bendungan Nipah, Nampak bangunan pelimpah dan lereng

hilirnya yang dilindungi dengan lapis lindung urugan batu.

B:Contoh erosi permukaan pada lereng hilir tubuh bendungan.

2.2.4 Aman terhadap Kegagalan Rembesan

Pada bendungan urugan, timbulnya rembesan merupakan kondisi yang tidak dapat

dihindari, akan tetapi rembesan yang berlebihan dapat berpotensi membahayakan

bendungan. Rembesan dapat terjadi pada tubuh bendungan, fondasi, tumpuan

bendungan maupun bukit-bukit tipis disekeliling waduk. Rembesan yang berlebihan

dapat memicu terjadinya erosi buluh yang semakin lama semakin berkembang dan

semakin luas, yang kemudian disusul dengan terjadinya longsoran dan keruntuhan

bendungan. Secara alami rembesan juga cenderung membawa unsur-unsur yang

penting bagi keutuhan bendungan.

Secara garis besar kegagalan bendungan akibat rembesan dapat terjadi karena:

1. Gradien keluaran (exit gradient) yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan didih

pasir/sandboil, likuifaksi statis, erosi buluh),

2. Tekanan air pori yang terlalu inggi (dapat mengakibatkan ketidakstabilan,

deformasi, dan tekanan angkat yang berlebihan),

3. Gradien internal pada zona inti yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan

perpindahan butiran halus dari zona inti ke zona dihilirnya, atau dari zona

inti/urugan tanah ke fondasi pasir kerikil,

4. Debit rembesan berlebihan yang terjadi yang disertai dengan membawa

material dapat menimbulkan aliran buluh yang berbahya bagi stabilitas

bendungan.

5. Tekanan angkat (uplift) yang terlalu tinggi (dapat mengganggu stabilitas

bangunan dan lapisan tanah fondasi kedap air yang berada di atasnya).

6. Lereng yang terlalu curam sehingga permukaan aliran rembesan muncul pada

permukaan lereng, menimbulkan daerah basah pada lereng, meningkatkan

berat jenis material lereng, menurunkan kuat gesernya dan pada akhirnya

lereng akan mudah longsor

7. Retak desikasi, terjadi akibat berkurangnya kadar air di dalam zona inti jauh di

bawah kadar air pelaksanaan, atau jika kadar air turun di bawah batas plastis.

Page 32: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24

Akibatnya saat waduk diisi dapat terjadi bocoran yang serius lewat retakan dan

terjadinya erosi, yang akhirnya mengakibatkan keruntuhan bendungan,

terutama pada bendungan yang tinggi.

Untuk menghindari terjadinya kegagalan rembesan, bendungan harus didesain

aman terhadap kondisi diatas dengan faktor keamanan yang cukup sesuai

pedoman yang berlaku. Material inti dipilih yang yang tidak bersifat erosif, zona inti

harus memiliki ketebalan yang cukup dengan pelaksanaan pemadatan yang baik,

inti dilindungi dengan filter dan drainasi yang memadai, hindari lereng hilir

bendungan yang terlalu curam, dll. Walaupun dari hasil perhitungan desain tidak

diperlukan adanya filter namun karena didalam pelaksanaan akan sangat sulit

menghasilkan uruga yang betul-betul homogeen, hendaknya pada bendungan

urugan selalu dilengkapi filter dan drainasi dengan kapasitas yang cukup.

Gambar II.4-Contoh longsoran lereng hilir bendungan yang diawali

dengan aliran buluh disepanjang dinding beton, selain itu lereng

bendungan juga terlalu curam

Page 33: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25

Gambar II.5-Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan

terlalu tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi erosi buluh.

Gambar II-6-Contoh berbagai metode pengendalian rembesan pada bendungan urugan

Page 34: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26

2.3 Pemantauan dan Pemeliharaan

2.3.1 Umum

Bendungan yang didesain dan dikonstruksi dengan baik (proper), akan

menghasilkan bangunan bendungan yang layak teknis, aman dengan tingkat risiko

kegagalan yang sangat kecil. Namun bendungan akan selalu mendapat ancaman

dari fenomena alam berupa banjir, gempa, tanah longsor dan menurunnya kualitas

pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan perjalanan waktu, secara alami akan

terjadi perubahan pada karakteristik struktur karena proses kemerosotan mutu

(deterioration). Kemerosotan mutu dapat terjadi karena bendungan dan bangunan

penunjangnya akan selalu diterpa dengan perubahan cuaca panas, dingin, hujan

yang silih berganti ataupun karena kondisi internal bendungan.

Biasanya perubahan berjalan dengan lambat dan tidak langsung dapat diamati

secara visual. Dengan pemantauan atau monitoring perilaku bendungan secara

menerus, biasanya gejala perubahan yang merugikan dapat segera diketahui.

Disamping itu bendungan juga sering mendapat ancaman gangguan dari aktifitas

makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhan) yang cenderung akan memperlemah

konstruksi bendungan. Oleh karenanya bendungan harus selalu dipantau, untuk

mengetahui sedini mungkin setiap problem yang berkembang sebelum menjadi

ancaman yang nyata bagi keamanan bendungan.

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan atau

problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan

bendungan, hingga dapat diambil langkah perbaikan secara cepat dan tepat.

Untuk mencegah terjadinya penurunan mutu secara cepat, bendungan harus

dipelihara dengan baik, dengan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan

perbaikan. Dan pada kondisi bendungan yang telah sangat menurun, perlu

dilakukan rehabilitasi, agar kondisi bendungan kembali seperti sediakala, selalu

siap dan aman untuk dioperasikan pada semua kondisi operasi.

Page 35: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27

Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pemantauan, disajikan pada gambar II.7,

yang dikelompokkan menjadi tiga macam kegiatan, sebagai berikut:

1. Pengukuran dan pembacaan instrumen

2. Pemeriksaan/inspeksi

3. Uji operasi

2.3.2 Pengukuran dan Pembacaan instrument

Pengukuran dan pembacaan instrumen, terutama ditujukan untuk mengetahui

kondisi didalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran dan pembacaan

dilakukan terhadap aspek perilaku /kreteria keamanan bendungan dan terhadap

beban luar, seperti pada gambar II.8 dan II.9, yang terdiri dari: Aspek perilaku

bendungan, minimal:

1. Deformasi

2. Rembesan

3. Tekanan Pori dan Gaya angkat (up lift)

Beban luar:

1. Elevasi muka air waduk,

2. Elevasi sedimen,

3. Data meteorology (hujan, suhu udara).

Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan, kemudian secara berkala dikirim

kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalam-an dan setiap

tahun sekali dibuat laporan perilaku bendungan tahunan, alur analisis data disajikan

dalam ilustrasi gambar II.9.

Page 36: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 28

Gambar II.7-Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku

bendungan

Gambar II.8-Ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu

dilakukan dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan

Page 37: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 29

Gambar II.9-Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran

instrumentasi bendungan mulai dari pembacaan di lapangan, pencatatan

dan perhitungan yang dilakukan oleh petugas lapangan dan ploting data,

pengiriman data dari lapangan ke kantor induk, sampai evaluasi data oleh

Pemeriksa/Supervisor atau engineer yang berpengalaman

2.3.3 Pemeriksaan dan Inspeksi

Dalam PP 37 tentang Bendungan, dibedakan penggunaan istilah pemeriksaan dan

inspeksi. Istilah pemeriksaan, digunakan untuk petugas dari pemilik bendungan,

sedang istilah inspeksi digunakan untuk petugas dari Komisi Keamanan Bendungan

dan Balai Bendungan.

a. Pemeriksaan:

Kegiatan pemeriksaan yang harus dilakukan oleh petugas dari pemilik

bendungan, atau petugas OP adalah :

1. Pemeriksaan Rutin, dilakukan dalam interval waktu pendek, yaitu :

Harian, Mingguan, Bulanan

2. Pemeriksaan Berkala : Setengah Tahunan, Pemeriksaan besar minimal 1x

/5 tahun

3. Pemeriksaan luar biasa, dilakukan sebelum dan sesudah hujan badai dan

setelah gempa bumi

Page 38: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 30

Pemeriksaan khusus: dilakukan setelah terjadinya kondisi khusus yang

dapat mengancam keamanan bendungan, seperti : longsoran besar,

retakan besar, amblesan pada puncak bendungan, dll.

b. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh petugas dari Komisi Keamanan Bendungan dan Balai

Keamanan Bendungan dengan tujuan untuk mengumpulkan data lapangan dan

verifikasi atas laporan kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan. Inspeksi

dilakukan pada tahap penyiapan desain, pelaksanaan konstruksi dan tahap

pengelolaan bendungan.

2.3.4 Uji Operasi

Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu siap

untuk dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan alat, minimal

satu tahun sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi hendaknya dilakukan

bersamaan dengan jadwal pemeliharaan dan disinkronkan dengan pola operasi

waduk. Uji dilakukan terhadap pintu pengeluaran bawah (contoh Gambar II.10),

pintu pelimpah, system gawar darurat (flood warning system,) dan lain-lain.

Tabel 2.2-Frekuensi pemeriksaan rutin oleh petugas pengelola bendungan

Page 39: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 31

Tabel 2.3-Besaran dan jarak gempa untuk pemeriksaan luar biasa

Gambar II.10-Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran

bawah

Keterangan:

1 = uji kering pintu pengaman (dry test of guard gate)

2 = uji basah pintu pengatur (wet test of regulating gate)

3~4 = uji kering pintu pengatur (dry test of regulating gate)

Kembali ke posisi awal

Page 40: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 32

Gambar II.11-Bagan tanggung jawab masing-masing petugas lapangan

dalam kegiatan pemantauan/pengamatan

2.4 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

2.4.1 Pertimbangan umum

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi darurat,

Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi

kondisi darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang

dimilikinya/dikelolanya. Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan

dilakukan dengan cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan

RENCANA TINDAK DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Kesiapsiagaan darurat dilakukan dengan serangkaian kegiatan melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Rencana tindak darurat disiapkan melalui langkah penetapan strategi penanganan

keadaan darurat dan kegiatan persiapan penanganan keadaan darurat.

Strategi penanganan keadaan darurat, meliputi tiga macam kegiatan:

1. identifikasi terhadap ancaman keamanan bendungan;

2. penetapan siaga bendungan; dan

3. tindak penanganan/perlindungan.

Page 41: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 33

Persiapan penanganan keadaan darurat, meliputi kegiatan sbb:

1. perencanaan untuk menetapkan daerah potensi genangan banjir; dan

pembuatan peta evakuasi;

2. penyiapan peralatan sistem gawar banjir dan penyiapan bahan yang

diperlukan saat terjadi kondisi darurat;

3. pembentukan organisasi penanggulangan bencana; dan

4. pelatihan dan sosialisasi.

Gambar II.12-Konsepsi penanganan kondisi darurat

2.4.2 Strategi

Strategi daIam penanganan kondisi darurat meliputi tiga macam kegiatan, yaitu:

identifikasi ancaman keamanan bendungan, penetapan siaga bendungan dan

tindak penanganan atau perlindungan. Secara garis besar, bendungan akan selalu

mengalami ancaman dari fenomena alam dan manusia, berupa:

1. Perilaku bendungan yang abnormal

2. Longsoran

3. Banjir

4. Gempa

5. Sabotase, kerusuhan social (social riot)

6. Serangan disaat perang.

Page 42: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 34

Upaya penanganan, perlindungan atau pencegahan yang dilakukan tergantung

pada jenis ancaman tingkat bahaya ancaman. Sesuai dengan tingkat bahaya

ancaman, ditetapkan tiga tingkat SIAGA BENDUNGAN, yaitu: siaga III

(awal/rendah), siaga II (menengah), siaga I ( tinggi).

Pada prinsipnya: setiap ditemukan adanya suatu ancaman terhadap

keamanan bendungan, tindakan yang perlu segera dilakukan adalah:

observasi terus menerus terhadap perkembangan situasi dan peningkatan

pelaksanaan pemantauan dari pemantauan regular menjadi pemantauan yang

lebih intensif.

1. Tingkat siaga III (awal)

Diberlakukan bila ancaman yang terjadi diyakini dapat ditangani oleh para ahli.

Tindakan yang dilakukan:

a. berupa tindakan teknis dan atau operasional mulai dari peningkatan

pemantauan, observasi terhadap perkembangan situasi, perbaikan secara

tepat atau bila perlu penurunan muka air waduk.

b. meningkatan kesiapan system peringatan banjir.

Tujuan dari tindakan ini adalah: untuk menghilangkan ancaman atau untuk

menjaga agar ancaman tidak semakin parah.

2. Tingkat siaga II (menengah)

Diberlakukan bila ancaman semakin parah dan ancaman tidak pasti/tidak yakin

dapat ditangani oleh para ahli.

Tindakan yang dilakukan adalah:

a. tindakan teknis dan atau operasional, umumnya perlu segera penurunan

muka air waduk, lanjutkan observasi terhadap perkembangan situasi,

b. permintaan/perintah kesiapan penuh system peringatan banjir.

c. kesiapan penuh system gawar banjir,

d. siap evakuasi seluruh penduduk di daerah genangan banjir, (penduduk

terkena risiko/penris)

e. bila perlu lakukan evakuasi sebagian penduduk terkena risiko terbesar.

Page 43: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 35

Tujuan dari tindakan ini: pada tahap awal adalah mengurangi risiko, kemudian

memastikan bahwa penduduk dapat dievakuasi dalam waktu yang singkat

khususnya bila penurunan muka air waduk tidak dapat berjalan dengan cepat.

3. Tingkat siaga I (tinggi)

Diberlakukan bila berdasar penilaian ahli bendungan, kemungkinan tidak dapat

dihindari terjadinya keruntuhan bendungan.

Tindakan yang dilakukan pada situasi ekstrim ini adalah: permintaan

pengumuman akan terjadinya bahaya banjir bendungan dan pelaksanaan

evakuasi seluruh penduduk terkena risiko. Tujuan dari tindakan ini adalah

mengevakuasi seluruh penduduk sebelum terjadinya bencana dahsyat.

Gambar II.13-Strategi dalam penanganan kondisi darurat

Agar strategi penganan kondisi darurat ini dapat dijalankan dengan tepat, dam

specialist dari pengelola bendungan harus tahu apa penyebab terjadinya

ancaman dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu. Untuk itu

diperlukan: data perilaku bendungan yang lebih banyak, demikian pula

Page 44: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 36

pembacaan instrument yang lebih rapat melalui peningkatan pemantauan atau

pemantauan intensif seperti gambar berikut:

Gambar II.14-Konsep pemantauan; Kiri: pemantauan regular; Kanan:

pemantauan intensif

Gambar II.15-Contoh matriks ancaman dan upaya perlindungan pada kondisi darurat

(Konsepsi Keamanan Bendungan Swiss)

Page 45: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 37

2.4.3 Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada persiapan, yaitu:

a. Planning

Kegiatan yang dilakukan:

1. Penetapan daerah potensi genangan banjir berdasar analisis keruntuhan

bendungan (dam break analysis)

2. Pembuatan peta evakuasi, termasuk arti tanda bunyi sirine dan

bagaimana/apa yang harus dilakukan penduduk, arah dan jalan

pengungsian, titik pertemuan pengungsi.

b. Penyiapan peralatan

Peralatan yang harus disiapkan adalah peralatan system gawar darurat atau

system peringatan dini, berupa sirine di bendungan dan di daerah potensi

genangan banjir di hilir. Disamping itu juga penyiapan bahan yang diperlukan

pada saat terjadi kondisi darurat, yang dapat berupa bahan banjiran yang

diperlukan untuk perbaikan sementara dan bahan yang diperlukan di tempat

pengungsian.

c. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana

Organisasi penanggulangan bencana keruntuhan bendungan tidak dibentuk

secara khusus, tapi menggunakan organisasi Satuan Pelaksana

Penanggulangan Bencana (Satlak PB/Satkorlak PB) yang telah ada di daerah

yang sekarang berada dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) untuk tingkat pusat, atau Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD). Yang diperlukan adalah menguraikan secara jelas tugas setiap

instansi yang terlibat dalam penanggulangan bencana; demikian pula system

komunikasinya.

d. Pelatihan dan sosialisasi

Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan bagi petugas O&P bendungan dan

pelatihan/simulasi bagi anggota Satlak/Satkorlak PB atau instansi yang terkait

dalam penanggulangan bencana yang dikoordinasikan dengan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk tingkat pusat, atau Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Page 46: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 38

Sosialisasi dilakukan terhadap penduduk terkena risiko di daerah potensi

genangan banjir. Sosialisasi hendaknya dilakukan secara hati-hati agar tidak

menimbulkan keresahan masyarakat. Sosialisasi diawali dengan penjelasan

ringkas mengenai konsepsi keamanan bendungan, kemudian baru dijelaskan

rencana tindak darurat.

Gambar II.16-Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat

2.5 Latihan

1. Agar keamanan bendungan terwujud, pilar-pilar apa saja yang harus dimiliki

suatu bendungan? Jelaskan!

2. Jelaskan tiga kreteria pokok yang harus dipenuhi agar bendungan aman

ditinjau dari aspek strukturnya!

3. Jelaskan tujuan pemantauan perilaku bendungan!

Page 47: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 39

2.6 Rangkuman

Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan bendungan

telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang

didalam peraturan, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang berlaku. Konsepsi

Keamanan Bendungan yang memiliki 3 pilar sebagai berikut:

1. Pilar I : Keamanan struktur

Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan

kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.

2. Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan

Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin

setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata

dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada

segala kondisi operasi.

3. Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi

darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.

Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara

”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK

DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Upaya-upaya yang dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk

mengurangi risiko kegagalan bendungan, sedang upaya-upaya pada Pilar II dan

Pilar III adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada/yang tersisa

tidak berkembang menjadi lebih buruk.

Page 48: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 40

PENUTUP

A. Simpulan

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi

bahya yang besar pula. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk

mewujudkan tertib penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan

agar layak teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga

dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan

bendungan. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi

bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta

dan prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat

kegagalan bendungan.

Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan mendapat

tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk persetujuan

desain dan izin pelaksanaan konstruksi, kajian pelaksanaan konstruksi untuk izin

pengisian awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk izin

pengoperasian bendungan. Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung

jawab pemilik bendungan. Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan

pengelolaannya telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan

bendungan yang tertuang dalam berbagai NSPM terkait. Agar keamanan suatu

bendungan terwujud, harus didukung dengan tiga pilar, yaitu:

a. Pilar 1 : Keamanan Struktur

b. Pilar 2 : Pemantauan dan Pemeliharaan

c. Pilar 3 : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Bendungan dianggap aman ditinjau dari aspek keamanan struktur, apabila

memenuhi tiga kriteria pokok sebagai berikut:

1. Bendungan harus aman terhadap semua beban yang bekerja pada segala

kondisi operasi.

2. Bendungan harus aman terhadap kegagalan hidrolik

3. Bendungan harus aman terhadap kegagalan akibat rembesan

Page 49: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 41

Bendungan perlu dipantau perilakunya, karena bendungan akan selalu mendapat

ancaman dari fenomena alam berupa banjir dan gempa yang dapat mengancam

keamananan bendungan, dan sejalan dengan perjalanan waktu secara alami

karakteristuk struktur akan berubah yang mengarah pada penurunan mutu.

Pemantauan bendungan bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin problem yang

sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata, hingga dapat diambil

tindakan secepatnya sebelum problem berkembang lebih buruk. Rencana Tanggap

Darurat, disusun dengan prinsip: Pengelola bendungan dan Organisasi

Penanggulangan selalu siap menghadapi segala kondisi darurat (sampai kondisi

terburuk), sehingga risiko kegagalan bendungan dapat ditekan sekecil mungkin.

B. Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan

untuk dapat memahami dan menerapkan detail Perencanaan Embung dan

ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang

komprehensif mengenai Perencanaan Embung.

Page 50: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 42

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pembahasan modul

konsepsi kebijakan embung pada Pelatihan Perencanaan Embung. Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan

terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal

Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-

pertanyaan di bawah ini!

1. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan

dari…..

a. memperlambat aliran air permukaan

b. kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan

prasarana

c. kemungkinan terjadinya kondisi darurat

d. meningkatkan produktifitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang

optimal

e. benar semua

2. Berikut ini merupakan fungsi komisi keamanan bendungan, kecuali …..

a. mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan

satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan

b. pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian

persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan desain

perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin penghapusan

fungsi bendungan

c. pemberian rekomendasi kepada Menteri PU dalam penyiapan rekomendasi

teknis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang lingkungan hidup dalam rangka pemberian izin penempatan awal

limbah tambang

d. pengkajian terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh Balai Bendungan

e. penyelenggaraan inspeksi bendungan bersama Balai Bendungan

Page 51: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 43

3. Berikut ini merupakan kewajiban pemilik/pengelola bendungan setelah

bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap operasi, kecuali....

a. mengumpulkan serta mengarsipkan data sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. melakukan pemantauan kondisi bendungan

c. melakukan pemeliharaan bendungan

d. melakukan kegiatan operasional

e. memiliki kesiagaan menghadapi kondisi darurat

4. Berikut ini merupakan salah satu kriteria pokok dalam desain bendungan agar

keamanan struktur bendungan tercapai, yaitu.....

a. aman terhadap kegagalan bendungan

b. aman terhadap kegagalan hidrologi

c. aman terhadap kegagalan banjir

d. aman terhadap kegagalan akibat rembesan

e. aman terhadap kegagalan operasional

5. Berikut ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam tingkat kesiagaan III

(awal), adalah…..

a. tindakan teknis dan atau operasional, umumnya perlu segera penurunan

muka air waduk, lanjutkan observasi terhadap perkembangan situasi

b. pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan

kualitas air

c. siap evakuasi seluruh penduduk di daerah genangan banjir, (penduduk

terkena risiko/penris)

d. permintaan pengumuman akan terjadinya bahaya banjir bendungan dan

pelaksanaan evakuasi seluruh penduduk terkena risiko

e. meningkatan kesiapan system peringatan banjir

Page 52: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 44

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di

paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =Jumlah Jawaban Yang Benar

Jumlah Soal × 100 %

Arti tingkat penguasaan :

90 - 100 % : baik sekali

80 - 89 % : baik

70 - 79 % : cukup

< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat

memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung. Proses berbagi dan

diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi konsepsi kebijakan

embung. Untuk memperdalam pemahaman terkait materi konsepsi kebijakan

embung, diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan

terkait atau pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-

variasi modul-modul yang ada pada media internet, sehingga terbentuklah

pemahaman yang utuh akan Perencanaan Embung.

Page 53: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

Undang-undang RI no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Peraturan Pemerintah Indonesia no. 37 tahun 2010 tentang bendungan.

Tatacara Keamanan Bendungan, SNI 1731-1989-F, Oktober 1987.

Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat, Kep Dirjen Pengairan

no.94/KPTS/1998, Juli 1998.

H.Pougatsch, R.W. Muller & A.Kobelt, Water Alarm Concept in Swistzerland,

Federal Office for Water and Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003

L.Mouver, R.W.Muller & H.Pougatsch, Structural safety of dams, according to the

new Swiss legislation, Federal Office for Water and Geology FOWG, Baden

Swistzerland, Feb 2003.

Rudolf Biederman Dr, Safety concept for dams development for dams development

of the Swiss concept since 1980, Federal Office for Water and Geology

FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003.

Page 54: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

GLOSARIUM

Air : Semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di

bawah permukaan tanah, seperti air permukaan,

air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di

darat.

Aliran Sungai : Daerah sekitar sungai, yang melebar sampai ke

punggung bukit (gunung) yang merupakan daerah

sumber air, tempat semua curahan air hujan yang

jatuh di atasnya mengalir ke dalam sungai.

DAS : Daerah Aliran Sungai.

Daerah Aliran Sungai : Suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari

curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,

yang batas di darat merupakan pemisah topografis

dan batas di laut sampai dengan daerah perairan

yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Daya air : Potensi yang terkandung dalam air dan atau

sumber daya air yang dapat member manfaat

ataupun kerugian bagi kehidupan manusia dan

lingkungannya.

Erosi : Hal menjadi aus (berlubang) karena geseran air

(tentang batu).

Hidrologi : Ilmu tentang air di bawah tanah, keterdapatannya,

peredaran dan sebarannya, persifatan kimia dan

fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk

hubungannya dengan makhluk hidup.

Page 55: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Operasional : Secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan

operasi.

Sumber Air : Tempat atau wadah air alami dan atau buatan

yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah

permukaan tanah.

Sumber Daya Air Air, sumber air, dan daya air yang dikandung di

dalamnya.

Page 56: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir

pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan

maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:

Latihan Materi Pokok 1

1. Pengaturan keamanan bendungan diperlukan untuk melindungi

masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan, pembangunan dan

pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Sehingga Menteri

Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah mengeluarkan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan,

kemudian pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan PP no. 37 tahun 2010

tentang Bendungan yang mengatur mengenai : pembangunan bendungan,

pengelolaan bendungan, keamanan bendungan, dokumentasi dan informasi,

dll.

2. Adapun maksud dan tujuan dari pengaturan keamanan bendungan

adalah:

a. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak

teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga dapat

mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan

bendungan.

b. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan

dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan

prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat

kegagalan bendungan.

3. Berikut ini macam-macam kajian serta persetujuan dan izin dalam rangka

keamanan bendungan:

Page 57: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

No. Jenis kajian Jenis persetujuan dan izin keamanan

bendungan

1. Kajian desain Persetujuan desain dan izin pelaks

konstruksi

2.

Kajian pelaksanaan konstruksi

(laporan evaluasi dan persiapan

pengelolaan bendungan)

Izin pengisian awal waduk (untuk

bendungan limbah tambang izin ini

dikeluarkan oleh KLH)

3.

Kajian pelaksanaan pengisian awal

waduk (+laporan evaluasi, kesiapan

pengelolaan bendungan)

Izin pengoperasian bendungan, (untuk

bendungan limbah tambang izin

inidikeluarkan oleh KLH)

4.

Kajian penghapusan fungsi

bendungan

Izin penghapusan fungsi bendungan

Latihan Materi Pokok 2

1. Pilar-pilar yang harus dimiliki suatu bendungan:

Pilar I : Keamanan struktur

Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan

kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.

Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan

Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin

setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata

dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada

segala kondisi operasi.

Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi

darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.

Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara

”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK

DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

2. Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus

memenuhi 3 kriteria pokok, sebagai berikut:

a. Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.

b. Aman terhadap kegagalan hidrolik

Page 58: Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung · Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

c. Aman terhadap kegagalan akibat rembesanAspek Teknis Sumber Daya Air

3. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan

atau problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi

keamanan bendungan, hingga dapat diambil langkah perbaikan secara cepat

dan tepat.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :

1. b (kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan

prasarana)

2. a (mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan

satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan)

3. d (melakukan kegiatan operasional)

4. d (aman terhadap kegagalan akibat rembesan)

5. e (meningkatan kesiapan system peringatan banjir)