modul ajar etika profesi akuntansi universitas...
TRANSCRIPT
0 | P a g e
MODUL AJAR ETIKA PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DOSEN : RATIH JUWITA, SE., MM
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya modul ini
tersusun dengan baik. modul ini disusun menggunakan berbagai referensi
dari buku atau dari internet dan disertai dengan implikasi di lapangan.
Sehingga Diharapkan bisa menambah pemahaman bagi pembacanya.
Jakarta, 2005
Penulis
2 | P a g e
DAFTAR ISI
PENGERTIAN 3
PRINSIP 3
ETIKA PROFESI AKUNTAN 5
KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK 11
STANDAR TEKNIK AKUNTAN PUBLIK 16
KASUS PELANGGARAN ETIKA 19
DAFTAR PUSTAKA 30
3 | P a g e
Pengertian dan Beberapa Etika Profesi Akuntansi yang Perlu Anda Ketahui
Sebagai salah satu profesi penting dalam ranah ekonomi, tentu terdapat kode etik
yang harus dipenuhi demi menjaga mutu dan kepercayaan para pengguna jasa.
Berdasar pada keputusan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI))etika profesi akuntansi ini meliputi semua kaidah dan norma yang mengatur
hubungan antara akuntan dengan sejawat, dengan auditor atau klien, ataupun
dengan masyarakat.
Prinsip etika ini pun bertujuan untuk memandu para akuntan agar bisa menjalankan
tanggung jawab profesionalnya.
Berikut beberapa prinsip etika profesi akuntansi tersebut;
Tanggung Jawab Profesi
Dalam menjalankan tanggung jawabnya, seorang akuntan harus senantiasa berpijak
pada pertimbangan moral di setiap kegiatan/aktivitas yang dilakukan.
Bagaimanapun, mereka memiliki tanggung jawab tidak hanya pada pengguna jasa
atau klien, tetapi juga pada rekan sejawat dan masyarakat secara umum.
Karenanya, pertimbangan moral menjadi salah satu cara untuk menjaga
kepercayaan dan mutu dari kinerja.
Kepentingan Publik
Sama halnya seperti profesi lain, akuntan juga memiliki tanggung jawab pelayanan
kepada publik. Publik di sini dapat diartikan sebagai pihak-pihak yang terlibat
secara langsung dan bergantung pada integritas seorang akuntan. Tak lain, demi
terciptanya stabilitas ekonomi bisnis yang sehat dan efisien. Sebut saja seperti;
4 | P a g e
pemerintah, klien, investor, pemberi kredit, atau bahkan masyarakat secara
langsung.
Karenanya, seorang akuntan harus selalu bertindak dalam koridor pelayanan publik
serta menjaga kepercayaan mereka.
Integritas
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, demi menjaga kepercayaan publik
seorang akuntan haruslah dibekali dengan integritas yang tinggi. Dengan integritas
ini, seseorang akan senantiasa memberikan pelayanan dengan jujur tanpa ada unsur
keuntungan pribadi. Karena bagi mereka yang memiliki integritas tinggi,
perbedaan dan kesalahan secara tidak sengaja masih bisa ditoleransi, namun tidak
dengan kecurangan.
Objektivitas
Selain harus mengedepankan kejujuran, seorang akuntan juga dituntut untuk
objektif. Dalam artian, mereka harus bebas dari berbagai benturan kepentingan
yang berhubungan dengan kewajiban profesionalnya.
Etika profesi akuntansi dengan prinsip objektivitas ini mengharuskan para akuntan
untuk bersikap adil, tidak berprasangka, tidak memihak, tidak di bawah pengaruh
salah satu pihak, serta jujur secara intelektual.
Kerahasiaan
Mengingat akuntan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan data
keuangan, mereka juga harus mampu memegang prinsip kerahasiaan. Dalam
artian, tidak boleh mengungkapkan informasi pada pihak mana pun, terlebih jika
tanpa persetujuan atau tanpa wewenang secara spesifik. Kecuali, jika memang
5 | P a g e
harus mengungkapkannya karena kewajiban hukum atau tanggung jawab
profesional.
Selain itu, juga tidak dibenarkan untuk menggunakan informasi rahasia tersebut
sebagai sarana mendapatkan keuntungan bagi pribadi maupun pihak ketiga.
Kompetensi dan Kehati-hatian
Sebagai akuntan profesional, tentu kompetensi menjadi salah satu penjamin mutu
dan kualitas pelayanan. Mereka harus membekali diri dengan etika profesi
akuntansi yang satu ini, agar bisa memberi pelayanan terbaik untuk para pengguna
jasa. Karenanya, seorang akuntan harus selalu bersedia mengasah pengetahuan dan
keahlian, serta bertindak cermat dalam menjalankan jasa profesionalnya
Standar Teknis
Etika profesi akuntansi yang juga tak kalah penting adalah menjalankan tugas
profesional sesuai dengan standar teknis. Seorang akuntan memiliki kewajiban
untuk mematuhi standar teknis dan standar profesional yang telah ditetapkan oleh
perundangan-undangan yang relevan, ataupun yang telah dirumuskan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan Internasional Federation of Accountants.
ETIKA PROFESI AKUNTAN
Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
6 | P a g e
1. Pra Revolusi Industri
2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang
biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi
setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang
biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap
profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa etika profesional juga
berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang
diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki
kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika
professional (Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi
adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi
(Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan
etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang
menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini
yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan
dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum
profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut
dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional
(Keraf, 1998).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi
7 | P a g e
dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di
lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI,
berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.
Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,
anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab
profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu
profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
8 | P a g e
memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab
akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan
sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk
membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan
yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
9 | P a g e
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya
adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota
bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga
mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
10 | P a g e
tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan
dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung
jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban
untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja
yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau
pemberi jasa berakhir.
11 | P a g e
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan yang relevan.
RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan
(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas
dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik.
SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar
Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada International
Auditing Standart.
Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan
12 | P a g e
dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun
rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan.
RUU tentang Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan
integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60
Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan
akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan
merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi
dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP
dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia
untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti
yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global
profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan
kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang
tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus
memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali
dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.
APLIKASI KODE ETIK
Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa
pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode
etik dan standar profesi akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja
sekehendaknya. Setiap orang yang memegang gelar akuntan, wajib menaati
kode etik dan standar akuntan, utamanya para akuntan publik yang sering
13 | P a g e
bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Etika yang
dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan
jauh dari skandal.
Menurut Kataka Puradireja (2008), kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak
pada para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika para akuntan itu
mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode
etik dan standar akuntan. Dalam kode etik dan standar akuntan dalam memenuhi
standar profesionalnya yang meliputi prinsip profesi akuntan, aturan profesi
akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik dirumuskan oleh
badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus Nasional
(DPN).
Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab
dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan
profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi
kerja, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan
menerapkan aturan etika dari kode etik.
Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan
Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang
dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan atau
jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi
keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu
menimbulkan benturan kepentingan.
Etika Profesi Akuntansi terdiri dari 8 Prinsip yaitu :
1. Tanggung Jawab Profesi
14 | P a g e
Akuntan harus memiliki tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaannya dan
menggunakan pertimbangan moral untuk kegiatan yang dilakukannya. Tanggung
jawab bukan hanya kepada kliennya saja tetapi juga kepada rekan seprofesinya
serta kepada masyarakat. Para akuntan secara kolektif harus menjaga nama baik
profesinya agar selalu bisa menjadi kepercayaan masyarakat dalam bidang
akuntansi karena hal ini juga merupakan tradisi dari profesi akuntan.
2. Kepentingan Publik
Arti publik disini meliputi klien, pemerintah, investor, pemberi kredit, pegawai,
dunia bisnis dan pihak-pihak yang bergantung kepada integritas dan objektivitas
akuntan tersebut dalam kinerjanya sebagai seorang professional. Akuntan wajib
menempatkan kepentingan publik sebagai yang utama dalam menjalankan
tanggung jawab mereka dan menjaga kepercayaan publik tersebut.
3. Integritas
Integritas yang tinggi dalam menjalankan profesinya harus dipegang tinggi oleh
seorang akuntan agar bisa menjaga kepercayaan publik. Integritas itu mencakup
bersikap jujur, berterus terang, tidak curang serta dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi.
4. Objektivitas Etika Profesi Akuntansi
Selain integritas, seorang akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam
kapasitasnya sebagai auditor, konsultan, pegawai swasta maupun pegawai
pemerintah maka seorang akuntan wajib menunjukan objektifitas mereka dalam
15 | P a g e
berbagai situasi. Prinsip objektifitas seorang akuntan meliputi hal-hal seperti
bersikap adil, jujur secara intelektual, tidak memihak, tidak berprasangka serta
bebas dari pengaruh pihak lain.
5. Kerahasiaan Etika Profesi Akuntansi
Karena pekerjaan akuntan berhubungan dengan bidang keuangan yang merupakan
suatu informasi sensitif maka tentu saja seorang akuntan harus memegang prinsip
kerahasiaan kliennya ataupun yang berhubungan dengan pekerjaannya dengan
pihak lain. Dia tidak boleh memberikan informasi kepada pihak manapun jika
tanpa persetujuan atau wewenang yang memadai secara spesifik terkecuali jika
mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau profesional yang harus
megungkapkan kerahasiaan itu. Seorang akuntan juga dilarang keras menggunakan
data rahasia tersebut sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
keuntungan pihak ketiga.
6. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian pasti dimiliki oleh seorang akuntan
professional, kompentensi menjadi salah satu penjamin mutu dan kualitas
pelayanan sedangkan kehati-hatian berarti sikap teliti dan cermat dalam
pekerjaannya. Klien akan merasa aman dan meningkatkan kepercayaan kepada
akuntan jika ia memiliki kompetensi yang dijelaskan sebelum menggunakan jasa
dan salah satu kompetensi yang paling mendasar yang harus dimiliki semua
akuntan tentu saja tahu tahap-tahap dari siklus akuntansi itu sendiri.
7. Perilaku Profesional
16 | P a g e
Seorang akuntan harus berperilaku baik dan menjauhkan tindakan yang bisa
mendeskreditkan profesinya dan hal ini harus dilakukan secara konsisten agar
kepercayaan klien selalu ada kepada akuntan tersebut. Akuntan yang tidak bersikap
profesional seperti selalu tidak tepat waktu, ingkar janji atau perilaku negatif
lainnya akan membuat klien merasa tidak nyaman dan kecewa yang bisa membuat
profesi akuntan menjadi kurang baik secara kolektif.
8. Standar Teknis Etika Profesi Akuntansi
Setiap akuntan harus melaksanakan pekerjaannya dengan standar teknis dan
standar professional yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan yang relevan
yaitu yang telah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Mereka tidak
boleh menyimpang sama sekali dari apa yang telah dirumuskan tersebut karena
profesi akuntan merupakan profesi yang sangat vital dalam dunia usaha.
Demikianlah penjelasan tentang etika profesi akuntansi yang harus diterapkan
akuntan agar bisa menjadi akuntan yang profesional dan berdedikasi terhadap
profesinya. Seorang akuntan juga sebaiknya menggunakan software akuntansi
dalam membantu pekerjaannya agar lebih mudah dan cepat dalam memberikan
data, laporan keuangan atau laporan lain yang berhubungan dengan pembukuan
kliennya.
Harmony merupakan pilihan terbaik untuk akuntan yang mau memiliki software
akuntansi berbasis cloud karena mudah digunakan, harga terjangkau, bisa
dikerjakan kapanpun dan dimanapun serta telah dipakai oleh ribuan pemilik
bisnis di Indonesia. Coba GRATIS selama 30 hari Software Harmony disini.
Poin-Poin Kode Etik Akuntan
17 | P a g e
Kalau tujuan kode etik seperti itu, lantas apa saja etika profesi akuntansi yang
harusnya dimiliki setiap akuntan? Dilansir dari IAI, ada beberapa prinsip dasar
akuntan dalam bekerja, yakni:
1. Integritas
Integritas seorang akuntan terlihat dari caranya memenuhi tanggung jawab
terhadap klien. Kualitas akuntan dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap
dirinya. Elemen terpenting dari integritas adalah kejujuran tanpa membuka rahasia
penerima jasa. Akuntan mesti berterus terang tentang kondisi sebenarnya. Di atas
semua itu, kepercayaan dan pelayanan tetap nomor satu untuk klien.
2. Mandiri
Sikap mandiri bukan berarti bekerja sendiri, namun akuntan bisa berdiri sendiri.
Artinya, akuntan bisa membuat laporan keuangan tanpa pengaruh pihak luar. Jika
bekerja dalam tim, akuntan tetap mampu menyajikan laporan dengan baik.
Kemandirian sangat dibutuhkan oleh akuntan, agar kelak dapat menunjang
karirnya sebagai auditor.
3. Rahasia
Etika profesi akuntansi paling dasar adalah kerahasiaan. Akuntan tidak boleh
menyebarluaskan informasi dan laporan yang mereka kerjakan. Laporan keuangan
hanya dibuat untuk kalangan internal dan rahasia. Hal ini untuk menghindari
penyalahgunaan laporan di kemudian hari. Misalnya saja, laporan keuangan
perusahaan A yang dibuat untuk dewan komisaris atau direksi.
4. Standar Teknis
IAI telah mengatur standar teknis dalam menyajikan laporan keuangan. Para
akuntan mesti bekerja sesuai standar yang ada. Ini bukan hanya memenuhi
18 | P a g e
kebutuhan klien, tetapi meningkatkan kepercayaan publik terhadap dirinya. Bukan
tidak mungkin, akuntan lebih dipercaya oleh klien besar.
5. Objektivitas
Seluruh akuntan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Untuk mencegah
hal-hal yang tak diinginkan, akuntan harus bersikap objektif. Mereka tidak boleh
memihak salah satu pihak, agar data yang disajikan benar-benar aktual. Bila
akuntan berat sebelah, laporan yang disajikan terkesan subjektif.
6. Tanggung Jawab
Untuk meningkatkan kepercayaan publik, akuntan harus mampu bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaannya. Moral dan profesionalitas menjadi bagian dari
etika profesi akuntansi. Seorang akuntan sekurang-kurangnya harus peka terhadap
klien. Dengan tanggung jawab penuh, semua laporan tersaji sesuai kebutuhan.
7. Kompetensi
Apapun profesinya, seseorang tentu dituntut untuk kompeten atau ahli. Begitu pula
dengan akuntan yang harus berkompetensi mengolah transaksi keuangan. Dalam
bekerja, akuntan harus hati-hati dalam menghitung dan menyajikan data. Ini untuk
mencegah mereka terjebak pada fraud atau penipuan. Bukan cuma itu, mereka bisa
mempertanggungjawabkan laporan yang diberikan.
Jika Anda tertarik menjadi akuntan, menyajikan laporan dari data transaksi
keuangan bukanlah hal mudah. Kepekaan dan kehati-hatian akuntan sangat
dibutuhkan, agar tidak merusak hasil pekerjaan. Sedikit saja kesalahan yang terjadi
dapat berujung fatal bagi seorang akuntan. Tak hanya terancam kehilangan
kepercayaan publik, karir akuntan pun bisa tamat seketika. Itulah mengapa IAI
menetapkan etika profesi akuntansi untuk ditaati.
19 | P a g e
10 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Dalam dan Luar Negeri
Di dalam dunia akuntansi. akuntan mempunyai suatu etika yang harusnya
dipatuhi dan dijalankan oleh setiap anggota. Kode Etik IkatanAkuntan Indonesia
ditujukan untuk digunakan sebagai panduan serta aturan bagi selmua anggota, ntah
itu anggota yang berpraktek menjadi akuntan publik, terjun ddidalam lingkungan
dunia bisnis/usaha, instansi pemerintahan, ataupun berada di lingkup pendidikan
dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya. baca: Etika Profesi Akuntansi
Namun, pada dunia nyata, pelanggaran atas etika etika yang sudah
ditetapkan keraplah terjadi, berikut beberapa contoh kasus etika profesi akuntansi
yang pernah terjadi yang saya kutip dari beberapa media, terutama media online.
1. Kasus PT Muzatek Jaya 2004
Menkeu Sri Mulyani telah membekukan ijin AP (Akuntan Publik) Drs Petrus M.
Winata dari KAP Drs. Mitra Winata dan Rekan selama 2 tahun yang terhitung
sejak 15 Marit 2007, Kepala Biro Hubungan Masyaraket Dep. Keuangan, Samsuar
Said saat siaran pers pada Selasa (27/3), menerangkan sanksi pembekuan
dilakukan karena AP tersebut melakukan suatu pelanggaran atas SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik).
Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap
Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya pada tahun buku 31 December 2004 yang
dijalankan oleh Petrus. Dan selain itu Petrus juga melakukan pelanggaran terhadap
pembatasan dalam penugasan audit yaitu Petrus malaksanakan audit umum
terhadap Lap. keuangan PT. Muzatek Jaya dan PT. Luhur Arta Kencana serta
kepada Apartement Nuansa Hijau mulai tahun buku 2001. hingga tahun 2004.
2. Kasus PT KAI 2006
20 | P a g e
Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada manipulasi
laporan keuangan dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami kerugian
tetapi dilaporkan mendapatkan keuntungan.
“Saya mengetahui ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai
beban bagi perusahaan tapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, Jadi disini
ada trik-trik akuntansi,” kata Hekinus Manao, salah satu Komisaris PT. KAI di
Jakarta, Rabu.
Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau untuk menandatangani laporan
keuangan tersebut karena adanya ketidak-benaran dalam laporan keuangan itu
“Saya tahu bahwa laporan yang sudah diperiksa akuntan publik, tidak wajar karena
sedikit banyak saya mengerti ilmu akuntansi yang semestinya rugi tapi dibuat
laba,” lanjutnya.
Karena tidak ada tanda-tangan dari satu komisaris PT KAI, maka RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) PT Kereta Api harus dipending yang seharusnya
dilakukan pada awal Juli 2006.
3. Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010
Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.
Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang
bertujuan mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat
dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi
21 | P a g e
Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan untuk
pengembangan bisnis dibidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, yang merupakan
kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi yang terlibat
kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya diperiksa dan
dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap adaa dugaan
keterlibatan dari Biasa Sitepu yang adalah sebagai akuntan publik pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para
saksi Biasa Sitepu, terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan
perusahaan Raden Motor dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi.
Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan dalam
laporan oleh akuntan publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses kreditnya dan
ditemukan dugaan korupsi-nya
“Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam
laporan keuangan yang diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan
serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk mengungkap kasus kredit macet ini.”
tegas Fitr. Keterangan serta fakta tsb. terungkap setelah tersangka Effendi Syam,
diperiksa dan dibandingkan keterangannya dengan keterangan saksi Biasa Sitepu
yang berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di Kejati Jambi. Seharusmya
data-data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan harus lengkap, tetapi
didalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan
seharusnya dan tidak lengkap oleh akuntn publik.
Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan
pemeriksaan dan mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak yang
22 | P a g e
juga terlibat dalam kasus tersebut, sehingga semuanya terungkap. Sementara itu,
penyidik Kejaksaan masih belum mau berkomentar lebih banyak atas temuan
tersebut.
Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan
tentang adanya penyalah-gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein
Muhamad sebagai pemilik Raden Motor. Sementara ini pihak Kejati Jambi masih
menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein Muhamad sebagai pemilik Raden Motor yang
mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak BRI cabang jambi sebagai pejabat
yang menilai pengajuan sebuah kredit.
4. Mulyana W Kusuma – Anggota KPU 2004
Kasus anggota KPU ini terjadi pada tahun 2004, Mulyana W Kusuma yan menjadi
seorang anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum) diduga telah menyuap anggota
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang ketika itu melaksanakan audit keuangan
terhadap pengadaan logistik pemilu. Logistik pemili tersebut berupa kotak suara,
amplop suara, surat suara, tinta, serta tekhnologi informasi. Setelah pemeriksaan
dilaksanakan, BPK meminta untuk dilakukan suatu penyempurnaan laporan.
Setelah penyempurnaan laporan dilakukan, BPK menyatakan bahwa laporan yang
dihasilkan lebih baik dari laporan sebelumnya, kecuali mengenai laporan teknologi
informasi. Maka disepakati laporan akan dilakukan periksaan kembali satu bulan
setelahnya.
Setelah satu bulan terlewati ternyata laporannya tak kunjung selesai dan akhirnya
diberikan tambahan waktu. Di saat penambahan waktu ini terdengar kabar
mengenai penangkapan Mulyana W Kusuma. Dia ditangkap karena tuduhan akan
melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu anggota tim auditor dari BPK,
23 | P a g e
yaitu Salman Khairiansyah. Tim KPK bekerja sama dengan pihak auditor BPK
dalam penangkapan tersebut. Menurut Khoiriansyah, dia bersama Komisi
Pemberantas Korupsi mencoba merangkap usaha penyuapan yang dilakukan oleh
Mulyana menggunakan perekam gambar pada 2 kali pertemuan.
Penangkapan Mulyana ini akhirnya menimbulkan pro-kontra. Ada pihak yang
memberikan pendapat Salman turut berjasa dalam mengungkap kasus ini, tetapi
lain pihak memberikan pendapat Salman tak sewajarnya melakukan tindakan
tersebut karena hal yang dilakukan itu melanggar kode etik
5. Kasus Malinda Dee – Citibank
Malinda Memalsukan Tandatangan Nasabah
Malinda Dee, 47 tahun, Terdakwa atas kasus pembobolan dana Citybank, terbukti
diketahui memindahkan beberapa dana nasabah dengan memalsukan tandatangan
nasabah didalam formulir transfer. Kejadian ini terungkap didalam dakwaan oleh
Jaksa Penuntut Umum dalam sidang perdana di PN Jakarta Selatan, Selasa
[8/11/2011]. “Sebagian tandatangan yang tertera pada blangko formulir transfer
adalah tanda-tangan nasabah.” ujar Tatang Sutarma, Jaksa Penuntut Umum.
Malinda berhasil memalsukan tandatangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan dilakukan
hingga 6 kali pada formulir transfer Citibank nomor AM 93712 yang bernilai
150.000 dollar AS pada tanggal 31 Agustus 2010. Pemalsuan tanda tangan
dilakukan juga di formulir nomor AN 106244 yang dikirim ke PT. Eksklusif Jaya
Perkasa sebesar Rp. 99 juta. Dalam transaksi transfer ini, Malinda dee menulis
“Pembayaran Bapak Rohli untuk pembayaran interior”, pada kolom pesan.
24 | P a g e
Pemalsuan tanda tangan yang lain pada formulir nomor AN 86515 tanggal 23
Desember 2010 dengan penerima PT. Abadi Agung Utama. “Penerima Bank Artha
Graha senilai Rp. 50 juta dan pada kolom pesan tertulis DP pembelian unit 3 lantei
33 combin unit.” baca jaksa penuntut umum. Juga dengan menggunakan nama
serta tanda-tangan palsu Rohli, Malinda Dee mengirim uang sebesar Rp. 250 juta
pada formulir AN 86514 kepada PT. Samudera Asia Nasional tanggal 27
December 2010 dan AN 61489 sebesar nilai yang sama pada tanggal 26 January
2011. Pun pemalsuan dalam formulir AN 134280 pengiriman kepada Rocky Deany
C. Umbas senilai Rp. 50 juta tanggal 28 January 2011 pembayaran pemasangan
CCTV, milik Rohli.
Adapun tanda-tangan palsu beratas nama korban N. Susetyo Sutadji dilakukan
sebanyak 5 kali, yaitu dalam formulir Citibank No AJ 79026, AM 122339, AM
122330, AM 122340, dan juga AN 110601. Malinda mengirim uang senilai Rp. 2
miliar kepada PT. Sarwahita Global Management, Rp. 361 juta kepada PT. Yafriro
International, Rp. 700 juta kepada Leonard Tambunan. Dan 2 transaksi yang lain
sebesar Rp. 500 juta dan Rp 150 juta dikirimkan kepada Vigor AW. Yoshuara
secara berurutan.
“Hal ini telah sesuai dengan keterangan saksi Rohli dan N. Susetyo Sutadji dan
saksi Surjati T. Budiman serta telah sesuai BAP (Berita Acara Pemeriksaan)
Labaratoris Kriminalistis Bareskrim Polri.” jelasnya. Pengiriman uang serta
pemalsuan tanda-tangan ini tidak di sadari oleh ke-2 nasabah tersebut.
6. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap
pajak.
25 | P a g e
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di
Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya
jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker
rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang
menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission,
menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi
buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG
terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus
ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan.
7. Kasus KAP (Kantor Akuntan Publik) Andersen dan Enron
Kasus KAP (Kantor Akuntan Publik) Andersen dan Enron terungkap saat Enron
mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat
itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang
menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang
sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen mempertahankan
Enron sebagai klien perusahaan, dengan memanipulasi laporan keuangan dan
penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron
menyatakan bahwa pada periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut,
26 | P a g e
perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut
perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
8. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak
kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan
kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang
melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang
dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan
KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD
& R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika
profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas
suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan
laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada
27 | P a g e
berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan
rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak
melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan
laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos
laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami
mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi
laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan
masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen
Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut
Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta
supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik
profesi akuntan.
9. Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo Tahun 2002
Kasus ini merupakan kasus dimana Bank Lippo melakukan pelaporan laporan
keuangan ganda pada tahun 2002. Kasus Lippo bermula dari adanya tiga versi
laporan keuangan yang ditemukan oleh Bapepam untuk periode 30 September
2002, yang masing-masing berbeda. Berikut laporan keuangan tersebut :
Laporan pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media
massa pada 28 November 2002.
Laporan kedua, yang diberikan kepada BEJ pada 27 Desember 2002.
Laporan ketiga, yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan
publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan
disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003.
28 | P a g e
Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan
mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan
pada 6 Januari 2003. Dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan
AYDA (agunan yang diambil alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8
triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23 %. Untuk
laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat
kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut
belum diaudit, dimana angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah AYDA
sebesar Rp 2,933 triliun, aktiva sebesar Rp 24,185 triliun, laba bersih tercatat Rp
98,77 miliar, dan CAR 24,77 %.
10. Kasus WorldCom.
WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak
jauh. Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap
perusahaan telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari
$152 juta pada tahun 1990 menjadi $392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya
menempatkan WorldCom pada posisi ke 42 dari 500 perusahaan lainnya menurut
versi majalah fortune.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu
terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun
1998 Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap
infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan
WorldCom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh dari yang
diharapkan.
29 | P a g e
Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar
(januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan
pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk
menghindari berita buruk tersebut.
Cara Manajemen WorldCom menggelembungkan angka:
Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang
seharusnya dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke
rekening modal.
Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan.
Dengan praktik ini, WorldCom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $
2 M.
Lalu Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa ada sesuatu
yang tidak beres dengan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan. Pada
masa-masa itu WorldCom menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai
auditor eksternal independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri terlilit skandal
Enron tidak lama yang lalu. Jadi bisa dibilang kredibilitas perusahaan Arthur
Andersen sendiri mulai dipertanyakan. Dan pada bulan Mei 2002 Cynthia Cooper
berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan keuangan perusahaan mereka.
30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam
Pendidikan dan Riset Akuntansi . Kompak, STIE YO.
Sukrisno Agoes. 1996. Penegakkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Makalah dalam
Konvensi Nasional Akuntansi III. IAI.