modul bah indo untuk perguruan tinggi
TRANSCRIPT
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
1/38
BAB I
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN GAMBARAN UMUM
MATERI BAHASA INDONESIA
1.1 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Seminar politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan pada Februari 1975,
memutuskan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai berikut:
a) Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional.
b) Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional.
c) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa.
d) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan antar
budaya.
1.2 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sedangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara memiliki fungsi sebagai
berikut:
a) Bahasa resmi kenegaraan.
b) Bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan.
c) Alat penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
d) Alat pengembangan kebudayaan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
2/38
1.3 Ragam Bahasa Indonesia
a) Ragam Daerah atau Ragam Dialek
Ragam patokan daerah, lazim dikenal dengan dialek/logat. Ragam ini digunakan
sekelompak masyarakat dari suatu wilayah atau daerah tertentu. Misalnya dialek
Medan, Jawa, Sunda, dan Aceh.
b) Ragam Sosiolek
Ragam sosiolek adalah ragam bahasa yang mencerminkan pribadi sosial pengguna
bahasa. Seorang yang berpendidikan tinggi tentu berbeda ragam dalam
pemakaian bahasa dengan orang yang berpendidikan rendah. Begitu juga jika kita
membandingkan bahasa yang digunakan oleh para pekerja pelabuhan dan calo di
terminal. Bahasa yang digunakan oleh cerdik pandai umumnya lebih bagus dan
piawai. Mereka yang pernah mengecap pendidikan dapat membedakan
pengucapan kata-kata seperti: folio, film, apotek, dan fitnah. Mereka dapat
menganalisis kebenaran sesuai dengan konteks kalimat atau kebakuan kata. Folio
sebagai jenis kertas atau polio yang merupakan jenis penyakit sesuai dengankonteks kalimat yang diinginkan. Demikian juga kata film adalah jenis kata yang
baku bukan filem. Begitu juga kata apotek, termasuk kata baku, karena toko obat
disebut sebagai apoteker bukan apotiker. Sedangkan mereka yang tidak pernah
belajar bahasa akan semena-mena mengucapkan kata-kata seperti: pilem/pilm,
pitnah dan lain-lain (Yamilah dan Samsoerizal, 1994:10).
c) Ragam Fungsiolek
Ragam berdasarkan sikap penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini
digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik,
lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri
dalam pengungkapannya.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
3/38
d) Ragam Lisan dan Tulis
Ragam lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memanfaatkan alat ucap dengan bantuan intonasi, mimik, dan gerak-gerik
anggota tubuh.
2. Komunikasi berlangsung secara tatap muka.
Ragam bahasa tulis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menggunakan ejaan dalam penyampaian informasi.
2. Komunikasi berlangsung secara non tatap muka.
Ragam bahasa lisan, dalam kegiatan sehari-hari terwujud melalui:
1) Ragam percakapan.
2) Ragam pidato.
3) Ragam kuliah.
Sedangkan ragam bahasa tulis dapat dilihat pada penggunaan:
1) Ragam teknis.
2) Ragam undang-undang.
3) Ragam catatan.
4) Ragam surat-menyurat.
e) Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam bahasa baku (standar) memiliki sifat; kemantapan, dinamis, kecendikiaan,
dan keseragaman. Ragam baku adalah ragam (konfensional) yang telah disepakati
bersama dan terkumpul dalam Tata Bahasa Baku.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
4/38
1.4 Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan dalam bahasa tulis. Di dalamnya berisi kaidah yang mengatur; a) bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran, dan b) bagaimana hubungan
antar lambang-lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu
bahasa. Secara teknis ejaan dimaksud sebagai cara penulisan huruf, penulisan
kata, penulisan kalimat, dan penulisan tanda-tanda baca atau pungtuasi.
Ejaan yang pernah dirumuskan untuk kepentingan tulis menulis di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Ejaan Van Ophuysen (1901).
2. Ejaan Soewandi (1947).
3. Ejaan Pembaharuan (1957).
4. Ejaan Melayu-Indonesia/Melindo (1959).
5. Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan/LBK (1966).
6. Ejaan Yang Disempurnakan (17 Agustus 1972).
1.5 Jenis-Jenis Karya Tulis (Wacana)
Berdasarkan wacana karangan dapat dikelompokkan sesuai dengan jenis isi dan
tujuannya, dikenal beberapa jenis wacana yaitu:
1. Deskripsi
Deskripsi atau pelukisan adalah jenis karya tulis yang berupaya melukiskan
sesuatu dengan keadaan sebenarnya, sehingga dapat mencitrai (melihat,
mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dicitrakan penulis kepada
pembaca.
2. Eksposisi
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
5/38
Eksposisi atau paparan adalah jenis karya tulis yang berusaha menjelaskan pokok
pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca.
3. Persuasi
Persuasi atau bujukan merupakan jenis karya tulis bertujuan membujuk,
mempengaruhi pembaca dengan cara mengemukakan argumentasi disertai data
atau fakta. Itulah sebabnya persuasi ditulis dalam bentuk artikel, makalah, hingga
ke orasi ilmiah.
4. Argumentasi
Argumentasi adalah sebuah karya tulis yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Data atau
fakta dalam argumentasi digunakan sebagai penguat alasan.
5. Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis karya tulis yang berkenaan dengan rangkaian
peristiwa. Rangkaian itu dapat disusun menurut urutan waktu (kronologis).
1.6 Keterampilan Berbahasa Indonesia
A. Pendahuluan
Keterampilan berbahasa Indonesia merupakan keahlian (skils) yang harus dikuasai
dan diberikan kepada guru, calon guru (mahasiswa keguruan), penceramah, kaum
intelektual, maupun masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa sehingga akan lebih mantap dan handal
dalam pemakaian segala aspek kebahasaan. Keterampilan berbahasa Indonesia
mencakup: Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
menulis, dan keterampilan membaca. Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh
suatu kenyataan bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
6/38
Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling
berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi
satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang
mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi
isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.
Komunikasi dua arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling
menanggapi isi pesan. Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesan dan
penerima pesan yang jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan
(Ghofur, 2009:1).
Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang
diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini
disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkanlambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat
diterima secara utuh. Proses ini disebut dengan decoding.
B. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
berbahasa yaitu; menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempatketerampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
B.1. Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif.
Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli dan penjual atau
dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan.
Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalamsuatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu
pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya Khotbah
di masjid, dimana pemceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang
lainnya hanya mendengarkan.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
7/38
Terkait dengan kegiatan pembelajaran, maka mahasiswa keguruan atau calon
guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran agar siswa
mampu untuk melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah,
maupun multi arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan metode diskusi
kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya.
B.2. Hubungan Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan,
sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Penyimak
maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur
bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang
selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa
konsep, ide, atau informasi.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh
manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut
pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan
mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk
memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan,
mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan
yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki
tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta,
mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan
kemampuan berbicara.
Menyimak memiliki jenis-jenis sebagai berikut:
1. Menyimak kreatif: menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas pembelajar.
2. Menyimak kritis: menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
8/38
3. Menyimak ekstrinsik: menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak
umum dan lebih bebas.
4. Menyimak selektif: menyimak yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dan
memilih untuk mencari yang terbaik.
5. Menyimak sosial: menyimak yang dilakukan dalam situasi-situasi sosial.
6. Menyimak estetik: menyimak yang apresiatif, menikmati keindahan cerita,
puisi, dll.
7. Menyimak konsentratif: menyimak yang merupakan sejenis telaah atau
menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.
B.3. Hubungan Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis
adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah
kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan,
perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca
mencoba memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam
bentuk tulisan tersebut.
Burns, Anderson, dan Ulit dalam Ghofur (2009:2) memaparkan bahwa Membaca
adalah suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada
tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Proses tersebut berupa penyandian kembali
dan penafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan,
frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan
maknanya. Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan
maksud penulis berdasarkan pengalamannya. Sejalan dengan hal tersebut,
Kridalaksana dalam Ghofur (2009:2) menyatakan bahwa membaca adalah
keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-
lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk
pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat
bersuara nyaring dan dapat pula tidak bersuara (dalam hati).
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
9/38
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne dalam Ghofur, 2009:3).
Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekadar
menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun
menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah
menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang
dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat
dikomunikasikan kepada pembaca.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang,
pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah
pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh karena itu, di samping harusmenguasai topik dan permasalahannya yang akan ditulis, penulis dituntut
menguasai komponen (1) grafologi, (2) struktur, (3) kosakata, dan (4) kelancaran.
Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. Mckey
dalam Ghofur (2009:3) mengemukakan tujuh tahap yaitu (1) pemilihan dan
pembatasan masalah, (2) pengumpulan bahan, (3) penyusunan bahan, (4)
pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi, dan (7)
penulisan naskah akhir.
Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2)
menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan (Ghofur, 2009:3).
1. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis
melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan
judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat
kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan.
Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan
imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk
merangsang munculnya respon yang berupa ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
10/38
dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar,
majalah, dan lain-lain.
Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan.
Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentukkarangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan
membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang
bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di
samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk
mengkomunikasikan gagasannya.
2. Menulis
Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide
dituangkan dalam bentuk satu karangan yang utuh. Pada tahap ini diperlukan
berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan
kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, dan
pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan
paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
3. Merevisi
Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam
tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur
karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan
ide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan
meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca.
4. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap
pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi
acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses
pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan gambar atau
ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
11/38
5. Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti
menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan
pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaiannoncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan
sebagainya.
B.4. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan
kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan
berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa
yang bersifat langsung.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam
proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain
(komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu
diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak (Ghofur,
2009:5).
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan
dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan
kata, nada dan irama, persandian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat
atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan
materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap.
Langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik adalah:
1. Memilih topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar,
kemampuan mendengar, dan waktu yang disediakan.
2. Memahami dan menguji topik, memahami pendengar, situasi, latar belakang
pendengar, tingkat kemampuan, serta sarana.
3. Menyusun kerangka pembicaraan, pendahuluan, isi dan penutup.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
12/38
Latihan dan Soal
1. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negera !
2. Sebutkan ejaan-ejaan yang pernah digunakan (diberlakukan) di Indonesia untuk
kepentingan tulis menulis !
3. Sebutkan jenis-jenis wacana beserta contohnya masing-masing dalam bentuk
paragraf !
4. Apakah tujuan dan maksud dari keterampilan berbahasa ?
5. Langkah apa saja yang harus ditempuh oleh seorang pembicara yang baik
(orator) ?
BAB II
TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
2.1 Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti.Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para
pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu
hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam
objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat
tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jika
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
13/38
pun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya
adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan
penelitian lanjutan.
Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadipenerima ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu.
Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat
membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi
bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata cara
menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik
penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara dan menyanyi saja,
tetapi juga harus gemar dan pintar menulis.
Istilah karya ilmiah di sini adalah mengacu kepada karya tulis yang penyusunan
dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari
panjang pendeknya atau kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas
makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun
laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah.
Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan
studi lapangan (Azwardi, 2008:111).
Finoza dalam Alamsyah (2008:98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot
isinya atas 3 jenis, yaitu: (1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah
populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah
antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan
semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang
tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat,
cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karanganilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut
metode dan penggunaan bahasa. Sedangkan karangan non ilmiah adalah
karangan yang tidak terikat pada karangan baku; sedangkan karangan semi ilmiah
berada diantara keduanya.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
14/38
Sementara itu, Yamilah dan Samsoerizal (1994:90) memaparkan bahwa ragam
karya ilmiah terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut
pengelompokan itu, dikenal ragam karya ilmiah seperti; makalah, skripsi, tesis,
dan disertasi.
2.2 Sikap Ilmiah
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti
berdasarkan pendapat Istarani (2009:4) yaitu: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap
terbuka, sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani
mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.
2.3 Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan
yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-
methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya
ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1)
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya,
faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya,
dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah
yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan
laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras
ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
2.4 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Ada beberapa manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) penulis
akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena
sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
15/38
terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan
ke tingkat pemikiran yang lebih matang, (3) penulis akan terasa akrab dengan
kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau
katalog judul buku, (4) penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) penulis
akan memperoleh kepuasan intelektual, dan (5) penulis turut memperluas
cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat (Istarani, 2009:5).
Selain itu, dengan karya ilmiah penulis juga telah ikut serta dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) melalui karya tulis yang
dihasilkannya. Dengan demikian para penulis dan peneliti telah memberikan
royalti (masukan) yang berguna bagi pengembangan iptek itu sendiri. Sehingga
karya ilmiah tersebut dapat dibaca dan bermanfaat bagi para mahasiswa,intelektual, pendidik (guru dan dosen), dan bagi masyarakat umum.
2.5 Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah
Prinsip-prinsip umum yang mendasari penulisan sebuah karya ilmiah adalah:
1. Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan
kepada data dan fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris. Objektif dan empiris
merupakan dua hal yang bertautan.
2. Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan
deduktif.
3. Rasio dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam
menganalisis data harus menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.
2.6 Tema Karya Ilmiah
Dalam menulis karya ilmiah, penulis hendaklah mengangkat tema-tema yang
aktual dan bukan suatu tema yang sudah basi dan kusam. Sehingga karya tulis
yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat sambutan yang baik dari pembaca.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
16/38
Sebagian penulis kadang kala mengangkat tema yang kurang penting yang hanya
menjadi sebuah tulisan yang mubazir. Selain itu, ada sebagian penulis ilmiah
hanya bertindak sebagai seorang penulis plagiator atau diistilahkan dengan
penulis ceplakan atau sarjana foto kopi, julukan bagi mahasiswa yang skripsinya
diupahkan pada tukang buat skripsi.
Mengenai tema Walija (1996:19-20) memaparkan bahwa kata tema diserap dari
bahasa Inggris theme yang berarti pokok pikiran. Kata theme itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti; meletakkan atau menempatkan. Tema
sebuah karangan merupakan ide dasar atau ide pokok sebuah tulisan. Biasanya
tema tidak dapat dilihat dengan kasat mata dalam sebuah karangan, karena
bukan terdapat dalam sebuah kalimat yang utuh, tetapi tema merupakan
cerminan dari keseluruhan isi karangan dari awal sampai akhir. Tema merupakanamanat atau pesan-pesan yang dapat dipetik dari karangan. Rumusan dari
simpulan yang berupa pesan-pesan pengarang itulah yang disebut tema.
Sebuah tema yang baik adalah harus menarik perhatian penulis sendiri. Apabila
penulis senang dengan pokok pembicaraan yang ingin dikarang tentu seorang
pengarang dalam keadaan senang atau tidak dalam keadaan terpaksa. Selain
menarik perhatian, tema yang hendak ditulis terpahami dengan baik oleh penulis.
Selain tema dalam setiap tulisan ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian
orang menyamakan antara topik dengan tema. Ternyata pendapat itu keliru.
Topik adalah pokok pembicaraan yang ingin disampaikan dalam karangan.
Rambu-rambu yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang penulis untuk
menentukan dan memilih topik yang baik adalah sebagai berikut:
(1) Topik sebaiknya aktual.
(2) Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan yang akrab denganpenulis.
(3) Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti yang penting, baik
bagi penulis sendiri atau bagi orang lain.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
17/38
(4) Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan selaras dengan calon
pembaca.
(5) Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang sama yang pernah
disajikan oleh orang lain.
(6) Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan, dan informasi lain
yang diperlukan.
2.7 Tahapan Umum Penulisan Karya Ilmiah
Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan masalah atau mengajukan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Masalah yang ditemukan itu
didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan
masalah. Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa
kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan
sementara atas penelitian yang akan dilakukan. Metodelogi dalam tahap
persiapan penulisan karya ilmiah juga diperlukan . Metodelogi mencakup
berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, danteknik analisis data. Kemudian tahap penulisan merupakan perwujudan tahap
persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah
penulisan selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah proses
penulisan dianggap selesai.
2.8 Bahasa Karya Ilmiah
Bahasa memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu
pemahaman tentang diksi (pilihan kata atau seleksi kata, bahasa Inggris; diction),
istilah, kalimat, penyusunan paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus
dikuasai peneliti. Selain itu, penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman
Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
18/38
bahasa Indonesia yang baku. Dengan demikian, gaya penulisan karya ilmiah
hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal.
Disisi lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah.
Langkah pertama dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah menggunakan tatabahasa yang benar (Suriasumantri, 1986:58). Apabila bahasa kurang cermat
dipakai, karangan bukan saja sukar di pahami, melainkan juga mudah
menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan
kekacauan pikiran penulis (Surakhmat dalam Finoza, 2006:215).
Dalam menulis karya ilmiah penulis juga diharapkan mampu menggunakan
bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara urut sehingga pokok-pokok pikiran
dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan ungkapan yang ekonomis sehingga
tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Selain
itu, gunakan ungkapan halus (smooth), agar pembaca dapat mengikuti alur
pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan seperti puitis dan perhatikan
penulisan secara benar dan baku.
2.9 Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah
Dalam penggunaan bahasa terdapat beberapa ragam bahasa. Sugono (1999:10)
berpendapat bahwa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam
bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
seperti ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa sastra, dan
ragam bahasa jurnalistik.
Yamilah dan Samsoerizal (1994:10) mengklasifikasikan ragam bahasa dengan
nama istilah ragam fungsioleg. Ragam fungsioleg adalah ragam berdasarkan sikap
penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini digunakan antara lain dalamkegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah.
Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya.
Hadi dalam Alamsyah (2008:102) mengatakan bahwa bahasa ragam karya ilmiah
memiliki karakteristik tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar,
dan menarik.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
19/38
Selain itu, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif,
dan impersonal. Kejelasan dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu
menyampaikan informasi kepada pembaca tentang objek penelitiannya secara
gamblang. Kegamblangan ini dibicarakan sebagai foto kopi dari aslinya. Inilah
yang dimaksud dengan reproduktif. Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata
ganti perorangan seperti: saya atau peneliti. Misalnya: Adapun masalah yang akan
diteliti mencakup, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan penelitian. Pada
posisi kata impersonal diteliti tidak boleh menggunakan kata saya atau peneliti.
2.10 Tertib Mengutip
Dalam tradisi mengarang ilmiah berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya
ilmiah pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian yang
merupakan lanjutan dari penelitian yang terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil
penelitian orang lain, pendapat ahli, baik yang dilisankan maupun yang dituliskan
dapat digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat uraian atau untuk
membuktikan apa yang dibentangkan (Walija, 1996:125). Dalam dunia tulis
menulis ilmiah ada dua macam jenis kutipan, yaitu: kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung. Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip
( ). Sedangkan kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun,
kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung dalam tertib mengutip harus
diberikan tanda dengan catatan kaki (foot notes).
Catatan kaki adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan uraian (teks) yang
ditulis di bagian bawah halaman yang sama. Apabila keterangan semacam ini
disusun dibagian akhir karangan biasanya disebut keterangan saja. Catatan kaki
bukan hanya untuk menunjukkan sumber kutipan, melainkan juga dipergunakan
untuk memberikan keterangan tambahan terhadap uraian atau teks.
Ada beberapa prinsip mengutip, yaitu: (1) tidak mengadakan perubahan, (2)
memberitahu bila sumber kutipan mengandung kesalahan, (3) memberitahu bila
melakukan perbaikan, dan (4) memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian
tertentu yang ada didalam kutipan.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
20/38
2.11 Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang
menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat
kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai
referensi dalam menulis. Walija (1996:149) mengatakan bahwa daftar pustaka
atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau
menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada
daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada
daftar pustaka tiada nomor halaman.
Unsur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:
A. Buku sebagai Bahan Referensi
1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama
pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh
penulis yang sama.
3) Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.
4) Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.
5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi
paling atas pada halaman yang terpisah.
Contoh penulisan daftar pustaka buku sebagai referensi:
Ismail, Taufiq. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda.
Mulya, Hamdani. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Lhokseumawe:
STAIN Malikussaleh.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
21/38
Namun, jika bahan rujukan atau acuan dalam daftar pustaka yang bersumber dari
internet ditulis sesuai dengan aturannya tersendiri berdasarkan pendapat
Alamsyah (2008:119) sebagai berikut:
B. Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul
karya (dicetak miring) dengan diberikan keterangan dalam kurung (Online),
volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai
dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20
Januari 2000).
C. Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada) disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mailpengirim), diikuti oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring),
nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang
dikirim).
Contoh: 1
Davis, A. (a.davis @uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring
Tolls. Email kepada Alison Hunter (huntera @usq.edu.au).
Contoh: 2
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
22/38
Mulya, Hamdani. (mulyahamdani @yahoo.com). 15 Oktober 2009. Teknik Menulis
Karya Ilmiah. Email kepada Redaktur Majalah Santunan Jadid (redaksisantunan
@gmail.com).
2.12 Contoh Format Umum Karya Ilmiah
Dalam tulisan ini disajikan contoh format umum skripsi mahasiswa Bahasa dan
Sastra Indonesia. Format karya ilmiah lazim juga disebut sebagai kerangka karya
ilmiah.
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Sumber Data
1.5 Hipotesis
1.6 Manfaat Penelitian
1.7 Pentingnya Penelitian
1.8 Metode Penelitian
1.9 Teknik Penelitian
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
23/38
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Cerpen
2.2 Pengertian Metafora Menurut Para Ahli
2.3 Metafora dalam Cerpen
2.4 Tipe Pelimpahan Metafora dalam Cerpen
2.5 Metafora sebagai Simbolis dalam Cerpen
2.6 Metafora sebagai Sarana Penceritaan dalam cerpen
2.7 Metafora sebagai Gaya dan Nada
2.8 Metafora sebagai Penggambaran Watak Tokoh
BAB III ANALISIS METAFORA DALAM CERPEN KARYA TAUFIQ ISMAIL
3.1 Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
TABEL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
24/38
Latihan dan Tugas
1. Sebutkanlah ciri-ciri karya ilmiah yang anda ketahui !
2. Sebutkan prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah yang baik !
3. Bahasa Indonesia yang bagaimakah digunakan dalam penulisan karya ilmiah !
4. Apa syarat-syarat tema karya ilmiah yang baik ?
5. Sebutkan aturan-aturan penulisan daftar pustaka dalam karya ilmiah beserta
contohnya !
BAB III
BUNGA RAMPAI BAHASA INDONESIA
AMBIGUITAS, KALIMAT EFEKTIF
DAN PESONA KEBAHASAAN
Oleh Hamdani, S.Pd.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
25/38
Preman Bahasa /telah menghilangkan pesona/ citra kebahasaan/ bahasa
Indonesia yang selama ini kita banggakan/ telah luntur terkoyak/ Mereka adalah
preman bahasa; gaul, prokem, elite/ Pudarlah nasionalis bahasa bangsa. Puisi :
Hamdani Mulya, 1 Januari 2009. (Puisi ini dipublikasikan di web :
http://gemasastrin.wordpres.com ).
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan. Demikian
antara lain fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Namun, dalam realitas
keseharian dalam berbudaya berbahasa, pengguna bahasa sering kali
mengabaikan aturan-aturan kebahasaan seperti ejaan. Bahkan problema seperti
itu dilakukan oleh kaum intelektual. Dalam pemakaian ejaan sering kita
menemukan pemakaian huruf kapital yang kurang tepat. Misalnya penulisan
nama dosen dan gelar pada absensi, dalam makalah atau lembaran pengesahan
skripsi yang disusun oleh mahasiswa sering ditulis dengan huruf kapital semua.
Contoh: DRS. MUKHLIS A. HAMID, M.S. Padahal penggunaan huruf kapital
semacam itu suatu yang bertentangan dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD), pada tahun 1972.
Sebenarnya cara penulisan ejaan yang benar nama dan gelar pada contoh di atas
adalah Drs. Mukhlis A. Hamid, M.S. Untuk lebih jelas silahkan anda baca lagi EYD
terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai tugas
pribadi anda. Menarik bukan ? Bukankah anda seorang penulis buku, peneliti,
dosen, guru, insan pers, mahasiswa, atau minimal anda masyarakat pemakai
bahasa Indonesia. Karena santunnya suatu bahasa mencerminkan luhurnya budi
pengguna bahasa suatu bangsa. Indah sekali bukan?
EYD didalamnya mengulas bagaimana penggunaan aturan kebahasan secara
cermat dan rapi mengenai: huruf kapital, huruf miring, tanda baca, dan
peristilahan. Masih banyak kesalahan lain yang sering kita temukan dalam
penulisan huruf kapital seperti pada penulisan nama jenis makanan, misalnya
pada penulisan kata pisang ambon dan asam jawa. Pemakai bahasa sering
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
26/38
terkecoh dengan aturan penulisan huruf kapital pada nama suku dan bangsa.
Sering menyamakan dengan penulisan suku Ambon dan suku Jawa.
Hal itu mengingatkan kita bahwa pada penulisan kata pisang ambon dan asam
jawa tidak menggunakan huruf kapital, karena bukan nama suku dan bangsa.Melainkan nama jenis makanan atau buah-buahan. Demikian juga jika kita hendak
menulis nama geografis seperti dalam kalimat berikut:
Kapal besar itu akan berlayar ke samudera luas.
Samudera luas ditulis dengan huruf kecil, karena samudera luas bukan nama
geografis. Namun, jika kalimat tersebut diubah menjadi:
Kapal besar itu akan berlayar ke Samudera Hindia.
Maka Samudera Hindia pada setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, karena
merupakan nama geografis.
Dari segi lain kesalahan berbahasa Indonesia juga kita dapatkan dalam pemakaian
bahasa yang ambiguitas. Artinya bahasa yang bermakna ganda sehingga
membingungkan pembaca karena multi tafsir. Ambigu tidak sama dengan
konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut dengan makna kias, karena makna
kias lebih menyarankan pada pengertian bahasa figuratif atau gaya bahasa.
Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi keduanya dilarang keras
pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Ambiguitas dan konotasi hanya
dibolehkan pemakaiannya dalam karya sastra seperti novel, cerpen, dan puisi.
Kadang-kadang juga digunakan dalam bahasa jurnalis dan feature untuk menarik
perhatian dan membuat pembaca penasaran.
Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati.
Dalam kalimat tersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing?
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
27/38
Kita dapat memperbaiki kalimat tersebut dengan memberikan tanda koma (,)
pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati. Kalimat tersebut berarti seekor
kucing yang makan tikus sudah mati, b) Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing
dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi bersifat individualistis, c) Kucing makan
tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan
oleh asumsi bahwa tikus mati, yang dimakan oleh kucing sebelum mati kucing,
telah memakan racun berbahaya.
Masih banyak contoh lain kalimat ambigu yang menjadi tugas pribadi anda di
rumah untuk memperbaikinya. Sebagai Pekerjaan Rumah (PR) silahkan anda baca
buku Komposisi: Mengolah Gagasan Menjadi Karangan karya Walija (1996) atau
baca Menulis Ilmiah karya Azwardi, S.Pd., M.Hum (2008).
Ambigu adalah salah satu ciri dari kalimat yang tidak efektif. Kalimat efektif
merupakan suatu kalimat yang mampu menyampaikan pesan secara akurat dan
mampu juga diterima dengan akurat oleh pembaca atau pendengar. Apabila yang
di sampaikan X oleh pembicara dan penulis maka yang diterima juga X oleh
pendengar dan pembaca. Tidak kurang dan tidak lebih (Walija, 1996:33). Sebagai
seorang orator ulung dan penulis handal kita harus mampu memahi dan
menggunakan kalimat efektif secara cermat. Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya
adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi, bahasa Inggris: diction) dan istilah
yang tepat, b) menggunakan ejaan secara cermat, c) penghematan kata dan tidak
menggunakan kata secara mubazir.
Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi.
Kalimat tersebut lebih efektif jika ditulis Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d)
menggunakan kata yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata
yang kusam dan bertele-tele serta membosankan, e) menyelaraskan dengankalimat-kalimat lain atau disebut juga dengan dinamis dan koheren.
Dalam bahasa keseharian kita juga mendengar pemakaian bahasa yang tidak
efektif pada acara seminar, orasi ilmiah, dan ceramah. Misalnya: (1) Kepada Bapak
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
28/38
tempat dan waktu kami persilahkan dengan segala hormat. Dalam kalimat ini
yang dipersilahkan untuk berceramah adalah tempat seperti meja dan kursi, (2)
Untuk mempersingkat waktu acara kami lanjutkan. Yang seharusnya, Untuk
menghemat waktu acara kami lanjutkan, dan (3) Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia ke-63 . Penulisan yang benar adalah Hari Ulang Tahun ke-63 Republik
Indonesia. Karena ke-63 dalam kalimat tersebut menunjukan jumlah tahun atau
hari, bukan jumlah negara atau seri. Boleh kita menggunakan jumlah di akhir, jika
kalimat itu menunjukkan seri. Contoh: Pesawat Seulawah Agam RI-01 dan
Pesawat Seulawah Dara RI-02. Kemudian dilanjutkan dengan Pesawat Garuda RI-
03.
Demikian banyak problema kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Ketika penulis
megasuh mata kuliah Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe, Politeknik Negeri Lhokseumawe, dan
Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, beberapa mahasiswa bertanya.
Kenapa kesalahan-kesalahan berbahasa seperti di atas sering terjadi berulang-
ulang. Telah menjadi budayakah kesalahan seperti itu di negeri ini? Penulis hanya
bisa menjawab karena tidak ada sangsi hukum bagi pelanggar aturan kebahasaan.
Kita istilahkan saja tidak ada undang-undang dan sangsi hukum bagi premanbahasa. Bahasa Indonesia juga memiliki corak dan ragam yaitu: daerah
(logat/dialeg), sosioleg, fungsioleg, ragam lisan dan tulis, ragam baku dan tidak
baku (Yamilah dan Samsoerizal, 1994:10). Kemudian juga dibenarkan oleh
mahasiswa tentang membudidayakan kesalahan lama. Dengan jawaban sejak
dulu para dosen juga menulis begitu, bernuansa keliru dan salah. Mahasiswa juga
ikut dosen, misalnya pada kasus penulisan nama dan gelar di absensi, pada
lembaran pengesahan, dan pada surat-surat resmi.
Kesalahan bahasa ditambah lagi oleh Preman Bahasa dengan menerbitkan
kamus bahasa prokem alias bahasa gaul. Agar lebih kronis bahasa terus dirusak
oleh pengguna Hand Phone (HP) dengan bahasa layanan SMS yang multi tafsir.
Untuk selanjutnya kalangan artis menganggap bahasa Indonesia yang baik dan
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
29/38
benar terlalu kaku digunakan saat berbicara di depan publik. Lahirlah bahasa
Indonesia bernuansa ala artis. Memperbaiki bahasa Indonesia bukan hanya tugas
ahli bahasa, tetapi tugas kita semua pengguna bahasa Indonesia. Pesona bahasa
kali ini membuat pandangan kita kabur dan merasa prihatin, karena banyak
bahasa yang telah di rusak oleh kaum kita sendiri. Begitu juga dengan
penggunaan bahasa gado-gado campur bahasa. Seperti RCTI Okey: Indonesia-
Inggris dan SCTV Ngetop: Indonesia-Jawa-Inggris. Selamat berkarya semoga
harapan berubah menjadi kenyataan.
(Hamdani, S.Pd. adalah Guru MAN Lhokseumawe dan Jurnalis di Beberapa Surat
Kabar).
SENI BERBICARA
DENGAN BAHASA YANG SANTUN
Oleh Hamdani, S.Pd.
(Majalah Fakta, Februari 2009)
Dalam hidup bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas
dari berbagai problema. Telah menjadi kodrat manusia yang selalu dihinggapi
oleh masalah. Namun, manusia sebagai hayawan natiq (bahasa Arab): hewan
yang memiliki daya pikir. Tentu ingin bebas dari bermacam persoalan. Seperti
persoalan karir yang gagal, keharmonisan dalam lingkungan kerja, maupun
masalah yang kita hadapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Masalah
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
30/38
yang menggerogoti kita sering membuat kita jenuh dan berputus asa.
Kekecewaan membuat manusia stres karena frustasi. Sebagian orang kadang kala
mengungkapkannya dengan kata-kata yang tidak santun. Bahasa dijadikan
sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya.
Sebagai contoh Pak Hananan (bukan nama sebenarnya) setelah di Putuskan
Hubungan Kerja (PHK) 2 tahun yang lalu, karena ada pengurangan karyawan di
sebuah perusahaan. Lalu mendirikan usaha perdagangan tekstil, tetapi mengalami
kebangkrutan dan terpaksa gulung tikar. Kemudian dengan tidak putus asa Pak
Hananan membuka usaha warung nasi, namun tidak laris juga. Hanya mencukupi
kebutuhan hidup keluarga secara pas-pasan. Pak Hananan semakin frustasi, di
tambah dengan permintaan isteri yang sering ikut trend model tidak dapat
dikabulkannya. Bahkan istrinya sering membandingkan penghasilannya dengan
penghasilan suami tetangganya yang legeslatif, tentu memiliki gaji puluhan juta.
Lama kelamaan Pak Hananan semakin frustasi. Akhirnya Pak Hananan menjadi
seorang laki-laki yang beringas, seram, dan suka memaki dengan kata-kata kotor
dan sering berantam dengan isterinya.
Dari ilustrasi cerita di atas mengingatkan kita bahwa banyak persoalan yang di
hadapi oleh seseorang yang akhirnya bahasa dijadikan pelampiasan. Tidak
demikian bagi kita manusia yang sabar, berakhlak, dan santun berbahasa.
Berikut ini ada beberapa kiat seni bertengkar. Jika anda ingin bertengkar dengan
istri atau suami, dengan atasan, dengan kawan sejawat, atau dengan siapapun.
Maka yang pertama anda sepakati adalah ajaklah lawan bertengkar anda dengan
bahasa yang santun. Seperti debat ilmiah, orasi mahasiswa dengan tidak
menghujat oknum tertentu, debat kandidat partai politik, dll. Semua itu pastikan
anda lakukan dengan bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan orang lain.
Buat suatu kejutan agar lawan bertengkar anda tertawa. Dengan gaya kocak.
Pertengkaranpun akan berhenti dengan sendirinya.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
31/38
Jika dalam sebuah bus yang berdesak-desakan seseorang menginjak kaki anda.
Lalu anda boleh menegurnya dengan bahasa yang santun. Maaf mas kaki saya
terinjak. Insya Allah pertengkaran tidak akan terjadi. Tetapi jika anda memaki
dengan kalimat: Dasar keparat kakiku kau injak!, kita khawatir jika beberapa
detik lagi akan terjadi adu tinju ala ring bus antara pemaki dengan penginjak
kaki. Biarkan anda menjadi manusia yang toleransi. Selain mendapat pahala kita
juga akan menjadi manusia bijak dan luhur.
Demikian juga jika kita mengalami masalah dengan istri jangan pernah memarahi
istri anda. Berilah siraman rohani yang menyentuh perasaan. Bila sebagai atasan
janganlah meremehkan bawahan. Berikan dukungan demi kemajuan karir
bawahan. Kalau ada masalah nasihati dengan kalimat yang luhur. Berikan senyum
dan pujian atau gunakan bahasa kias (majas ironi).
Ironi adalah bahasa kias yang menyatakan sesuatu secara kebalikan atau disebut
juga dengan sindiran halus. Sehingga membuat seseorang memutar haluan.
Misalnya: bagus sekali baju anda seperti baju artis. Padahal kita tidak menyenangi
pakaian seperti artis yang mengumbar aurat, karena bertentangan dengan ajaranagama Islam.
Contoh lain: cepat sekali anda datang ke kantor hari ini sudah jam 10 WIB. Kalimat
itu digunakan untuk menegur karyawan atau PNS yang terlambat masuk kantor.
Ironis bukan?
(Hamdani, S.Pd. adalah Dosen STAIN Malikussaleh dan Guru MAN Lhokseumawe,
Peneliti bahasa dan Sastra).
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
32/38
SMS RUSAK CITRA
BAHASA INDONESIA
Oleh Hamdani, S.Pd.
( http://forumpenulisaceh.blogspot.com, September 2009 )
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan. Demikian
antara lain fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Namun, dalam realitas
keseharian dalam berbudaya berbahasa. Pengguna bahasa sering kali
mengabaikan aturan-aturan kebahasaan seperti ejaan. Bahkan problema seperti
itu dilakukan oleh kaum intelektual. Dalam pemakaian ejaan sering kita
menemukan pemakaian huruf kapital yang kurang tepat.
Misalnya penulisan nama dosen dan gelar pada absensi, dalam makalah atau
lembaran pengesahan skripsi yang disusun oleh mahasiswa sering ditulis dengan
huruf kapital semua. Contoh: DRS. MUKHLIS A. HAMID, M.S. Padahal penggunaanhuruf kapital semacam itu suatu yang bertentangan dengan Pedoman Umum
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), pada tahun 1972. Maka cara
penulisan yang benar nama dan gelar pada contoh di atas adalah Drs. Mukhlis A.
Hamid, M.S. Untuk lebih jelas silahkan anda baca lagi EYD terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai tugas pribadi anda.
Bukankah anda seorang penulis buku, peneliti, dosen, guru, insan pers,
mahasiswa, atau minimal anda masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Karena
santunnya suatu bahasa mencerminkan luhurnya budi pengguna bahasa suatu
bangsa. Indah sekali bukan? Selain itu kesalahan fatal yang dapat merusak citra
bahasa Indonesia adalah pada penulisan bahasa layanan SMS via HP.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
33/38
Kesalahan berbahasa Indonesia kita dapatkan dalam pemakaian bahasa yang
ambiguitas, sering kita temukan pada penggunaan bahasa layanan SMS.
Ambiguitas artinya bahasa yang bermakna ganda, yang dapat membingungkanpembaca karena multi tafsir. Seperti bahasa yang sering digunakan oleh pengguna
Hand Phone (HP) ketika menulis SMS.
Ambigu tidak sama dengan konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut
dengan makna kias, karena makna kias lebih menyarankan pada pengertian
bahasa figuratif atau gaya bahasa. Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi
keduanya dilarang keras pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Sedangkan
bahasa yang bermakna konotasi hanya dibolehkan pemakaiannya dalam karya
sastra seperti novel, cerpen, dan puisi. Kadang-kadang juga digunakan dalam
bahasa jurnalis dan feature untuk menarik perhatian dan membuat pembaca
penasaran.
Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati. Dalam kalimat
itersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing? Kita dapat memperbaikinya dengan
memberikan tanda koma (,) pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati.Kalimat tersebut berarti ada seekor kucing yang makan tikus sudah mati, b)
Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi
bersifat individualistis, c) Kucing makan tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah
makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan oleh asumsi bahwa tikus mati yang
dimakan oleh kucing, sebelum mati kucing telah memakan racun berbahaya.
SMS adalah singkatan dari bahasa Inggris: Short Message Service. Dalam bahasaIndonesia disebut Layanan Pesan Singkat, dan sebagian orang menafsirkan
sebagai Surat Menyurat Singkat (SMS) melalui HP. Memang demikianlah awal
kemunculannya SMS hanya ada diprogram HP. Sekarang SMS juga dapat diakses
melalui internet pada program email. Banyak memang keuntungan dari SMS ini,
antara lain menghemat pulsa, dan pesan lewat SMS dapat diterima dan dikirim di
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
34/38
manapun dan kapan saja, karena HP dapat dibawa kemana saja dan dapat
dimasukkan ke kantung atau saku pakaian. Jadi pemakaian HP lebih efisien dan
praktis. Selain itu SMS juga lebih menjaga rahasia percakapan di depan umum,
karena tidak bersuara seperti bicara langsung. Dalam konteks wacana teknologi
seluler dan ekonomi, SMS via HP sangat menguntungkan.
Namun, jika SMS dikaitkan dengan wacana kebahasaan ternyata bahasa SMS
telah merusak citra bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa SMS telah
melanggar kaidah penulisan yang tercantum dalam Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dan Tata Bahasa Baku. Bahkan bahasa SMS sangat banyak
ragamnya sehingga semakin memperparah kerusakan bahasa Indonesia. Padahal
bangsa Indonesia sedang menggalakkan pemberantasan tuna aksara (buta huruf).
Atas keprihatinan penulis terhadap problema bahasa di atas, maka penulis
melakukan penelitian terhadap beberapa SMS yang terdapat dalam HP beberapa
orang kawan yang terlebih dulu penulis minta izin. Selain itu penulis juga meneliti
bahasa SMS di beberapa surat kabar lokal terbitan Aceh di rubrik Suara
Masyarakat Susah (Pro Haba, 2009) dan di rubrik Aspirasi (Metro Aceh/Rakyat
Aceh, 2009-2010).
Dari hasil survei yang penulis lakukan tersebut membuktikan bahwa sangat
banyak pengguna bahasa SMS yang dapat dikatagorikan buta huruf. Walaupun
penggunaan bahasa semacam itu disengaja oleh orang yang tidak buta huruf.
Kenapa disebut buta huruf, karena dalam penulisan bahasa SMS banyak huruf
yang tinggal, kalimat tidak efektif, dan sebagian pengguna HP memang benar-
benar buta huruf. Namun, karena telah memakai HP sedikitnya telah berusaha
untuk belajar menulis. Sebaiknya bagi orang yang mahir menulis gunakanlahbahasa Indonesia yang baik dan benar. Demi pengembangan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara yang kita banggakan.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
35/38
Berikut beberapa contoh bahasa SMS yang dikutip seperlunya di rubrik Aspirasi
Metro Aceh (10 Desember 2010).
SMS 1.
Hai metro nm aq Dewi, aq 9e cri kwn ne. kriteria@, tinggi, maniez, baek,
pn9rtian, n uda kerja, kuliah uga bleh. Oy umr dwi 21, n mci kuliah
Pengirim : 085365XXXXXX
SMS 2.
Ass. Metro o ya perknlkan nm aq Nabila umrku 18 thn ? Aq krng pingn cri kwn
? Aq orng@ manis ? Tinggi ? Aq tinggl di daerah X
Pengirim : 085260XXXXX
SMS 3.
Ass metrO,,, nma sya Rida sya t9l d kota X, umur sya 17 thun. sya mw cri tmen
y6 bsa prhtian n y6 bsa mn9hbvr sya d saat sya sdih mwpun senang
Pengirim : 085260XXXXXX
SMS 4.
Assalamualaikum. Kepada Dirut PT PLN Cabang X, jangan tarif saja yangdisesuaikan dan denda yang ditepat waktukan. Tapi pelayanan belum juga ada
perbaikn sampai sekarang. Masih juga sering terjadi mati lampu berjam-jam.
Pengirim : 081990XXXXX
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
36/38
Dari ke-4 contoh SMS di atas membuktikan bahwa bahasa SMS itu banyak
ragamnya dan merupakan corak yang sangat tidak baku. Pada bahasa SMS contoh
no. 1, 2, dan 3 di atas merupakan bahasa yang sangat di bawah standar bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Jika diberi bobot nilai hanya mendapat nilai 3.
Bahasa semacam itu biasanya merupakan bahasa tingkat anak SD kelas 2. Dalam
penulisan bahasa tersebut banyak huruf yang tinggal dan sangat jauh dari syarat
sebuah kalimat efektif yang mungkin juga membuat sebuah kalimat jadi ambigu.
Ambigu adalah salah satu ciri dari kalimat yang tidak efektif.
Kalimat efektif merupakan suatu kalimat yang mampu menyampaikan pesan
secara akurat dan mampu juga diterima dengan akurat oleh pendengar dan
pembaca. Apabila yang di sampaikan X oleh pembicara dan penulis maka yang
diterima juga X oleh pendengar dan pembaca. Tidak kurang dan tidak lebih
(Walija, 1996:33). Sebagai seorang orator ulung dan penulis handal kita harus
mampu memahi dan menggunakan kalimat efektif secara cermat.
Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi
bahasa Inggris: diction) dan istilah yang tepat, b) menggunakan ejaan secaracermat, c) penghematan kata dan tidak menggunakan kata secara mubazir.
Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi. Lebih
efektif jika ditulis: Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d) menggunakan kata
yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata yang kusam dan
bertele-tele dan membosankan, e) menyelaraskan dengan kalimat-kalimat lain
atau disebut juga dengan dinamis dan koheren.
Sedangkan SMS no. 4 sudah termasuk dalam kalimat yang lumayan standar,
tetapi pengirim SMS tidak peduli terhadap aturan penggunaan tanda baca yang
benar. Seperti tanda titik, koma, dan huruf kapital yang terkumpul dalam Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Aturan kebahasaan telah diabaikan dan di luar
kepedulian pengguna SMS tersebut.
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
37/38
Memang semua orang faham termasuk penulis dan pembaca bahwa layar
monitor HP itu sempit dan kecil. Jika pengguna HP mengetik SMS sesuai kaidah
Tata Bahasa Indonesia Baku pasti kalimatnya tidak muat semua. Namun, jika andamenulis SMS gunakanlah kalimat yang lengkap dan standar. Jangan terlalu
menyingkat sehingga membingungkan pembaca. Betapa banyak orang kehilangan
pekerjaan, karena dipecat oleh kepala kantor yang disebabkan oleh SMS yang
bermakna ganda dan dianggap melecehkan atasan. Beberapa orang juga putus
cinta dan bertengkar dengan isterinya, karena salah menulis SMS sehingga
bermakna ganda. Selain itu, ada juga pengirim SMS yang dipengadilankan, karena
dianggap SMS yang bermakna ambigu merupakan pencemaran nama baik
seseorang.
Di akhir tulisan ini penulis mengajak semua pengguna bahasa Indonesia untuk
menulis SMS yang standar. Walaupun tidak terlalu baku, minimal tulislah dengan
kalimat yang lengkap dan tidak terlalu menyingkat. Demi pengembangan dan
pemeliharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
LATIHAN DAN TUGAS
Soal-soal
Tugas Pribadi
1. Analisislah penggunaan tanda baca dan huruf kapital dalam wacana yang
berjudul Seni Berbicara dengan Bahasa yang Santun!
2. Seni Berbicara dengan Bahasa yang Santun termasuk jenis wacana apa ?
deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, atau eksposisi ?, berikan tanggapan anda
!
-
8/4/2019 Modul Bah Indo Untuk Perguruan Tinggi
38/38
3. Carilah ide pokok setiap paragraf dalam wacana yang berjudul Ambiguitas,
Kalimat Efektif, dan Pesona Kebahasaan !
4. Setujukah anda dengan opini-opini yang dituangkan oleh penulis dalam
karangan SMS Rusak Citra Bahasa Indonesia ?. Apa tanggapan anda ?
5. Carilah kalimat fakta dan opini yang terdapat dalam wacana SMS Rusak Citra
Bahasa Indonesia !
6. Bagaimanakah yang dimaksud dengan kalimat efektif ?, dan sebutkan ciri-ciri
kalimat efektif tersebut !
7. Apakah yang dimaksud dengan karya ilmiah ?, berikan ulasan anda mengenai
pokok-pokok penulisan karya ilmiah yang baik !
8. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Bahasa Indonesia sebagai salah satu
pelajaran di sekolah ?
9. Tulislah 5 contoh kata baku dan kata tidak baku !
10. Bacalah sebanyak-banyaknya buku tentang Bahasa Indonesia dan bacalah
buku-buku yang tercantum dalam daftar pustaka atau referensi !