modul distribusi
TRANSCRIPT
JARINGAN DISTRIBUSI
Tujuan Instruksional :
Setelah mempelajari bab ini,mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan bagian-bagian dari system distribusi tenaga listrik.
Mengidentifikasi system distribusi tiga fasa dan satu fasa pada saluran udara tegangan
menengah dan tegangan rendah,saluran kabel tanah tegangan menengah dan tegangan
rendah, jaringan tegangan menengah dan tegangan rendah.
Menjelaskan konfigurasi sistem jaringan distribusi pada jaringan distribusi primer dan
jaringan distribusi sekunder.
Menyebutkan bagian-bagian dari sistem cubicle pada jaringan distribusi tegangan
menengah.
I.I Pendahuluan
Sistem distribusi tenaga listrik adalah bagian dari suatu proses sistem tenaga listrik yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap,yaitu :
1. Proses produksi di pusat pembangkit tenaga listrik.
2. Proses penyaluran daya dengan tegangan tinggi yang disalurkan dari pusat pembangkit ke
gardu listrik.
3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan tegangan menengah dan tegangan rendah gardu
induk ke pemakai atau konsumen.
Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat Listrik seperti PLTA,PLTU,PLTG.PLTP,PLTD
dan PLTN, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan ( Step Up Transformer ) yanga ada di Pusat
Listrik. Saluran transmisi tegangan tegangan tinggi kebanyakan mempunyai tegangan 6 kV, 150
kV dan 500 kV. Khusus untuk tegangan 500 kV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan
ekstra tinggi.
Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah.
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan kabel tanah, maka saluran
transmisi kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran udara adalah mudah
terganggu, misalnya karena tersambar petir, kejatuhan pohon dan lain-lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik
di gardu listrik ( GI ) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan
( Step Down Transformer ) menjadi tegangan distribusi primeratau yang juga disebut sebagai
jaringan Tegangan Menengah ( JTM ). Jaringan tegangan menengah yang digunakan adalah 20
kV,12 kV, dan 6 kV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa jaringan tegangan menengah
yang berkembang adalah 20 kV.
Jaringan Setelah keluar dari GI pada umumnya disebut jaringan distribusi, sedangkan
jaringan antara Pusat Listrik dengan GI pada umumnya disebut jaringan transmisi. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan tegangan menengah, maka kemudian tenaga listrik
diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan
380/220 V atau 220/127 V, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah ( JTR )
untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan ( konsumen ) melalui sambungan
rumah. Proses penyampaian tenaga listrik secara keseluruhan ditunjukkan dalam gambar 1.1
Gambar 1.1 Bagan Proses Penyampaian Tenaga Listrik Kepada Pelanggan
Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa untuk beban industri dicatu langsung dari
Gardu Induk dengan menggunakan kabel tanah. Walaupun saluran tenaga listrik dengan
menggunakan saluran udara lebih murah dibandingkan dengan saluran kabel tanah, namun
kegiatan industri pada umumnya menggunakan peralatan yang besar misalnya crane sehingga
saluran udara menjadi tidak efektif. Pelanggan-pelanggan yang mempunyai daya tersambung
besar tidak dapat disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambung langsung
pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada jaringan transmisi
tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.
1.2 Sistem Jaringan Distribusi
Pengertian dari system jaringan distribusi adalah bagian dari suatu system tenaga listrik
antara gardu induk,jaringan distribusi primer, gardu distribusi, jaringan distribusi sekunder, dan
sampai dengan pelayanan kepada konsumen. Berikut adalah diagram satu garis suatu sistem
jaringan distribusi, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.2.
Gambar 1.2 Diagram satu Garis Sistem Jaringan Distribusi
1.2.1. Gardu Induk
Gardu Induk ( GI ) pada prinsipnya adalah suatu instalasi yang merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik yang terdiri dari susunan sejumlah peralatan listrik yang menempati daerah
tertentu dan berfungsi menerima dan menyalurkan daya dalam berbagai saluran serta menjamin
keandalan sistem tenaga listrik. Gardu Induk juga berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan . Gardu Induk ( GI ) berfungsi sebagai tempat untuk merubah tegangan transmisi
(tegangan tinggi termasuk tegangan ekstra tinggi) menjadi tegangan distribusi primer (tegangan
menengah).
Pada suatu gardu induk distribusi biasanya berisi beberapa peralatan seperti transformator
daya, transformator arus, transformator tegangan, transformator kapasitor tegangan (Capacitor
voltage transformator), pemutus tenaga ( PMT ) atau circuit breaker, saklar pemisah
( disconnecting switch, DS ), penangkap petir ( Lightning arsters ), dan peralatan lainnya.
Berikut menunjukkan suatu bentuk gardu induk ( GI ) seperti yang diperlihatkan pada gambar
1.3.
Gambar 1.3 Bentuk Gardu Induk
1.2.2 Jaringan Distribusi Primer
Bagian dari sistem tenaga listrik yang terletak antara Gardu Induk Distribusi (distribution
substation) dan Gardu Distribusi (distribution transformers) disebut sistem distribusi primer atau
jaringan distribusi primer.
Sistem jaringan distribusi primer (primary distribution feeders) berisi beberapa feeder,
yaitu feeder utama yang biasanya adalah saluran tiga fasa empat kawat, dan feeder lateral yang
biasanya saluran satu fasa atau saluran tiga fasa yang di-tap dari feeder utama, dan sublateral
yang di-tap dari lateral.. Pada umumnya feeder lateral dan sublateral dilokasikan untuk daerah
tempat tinggal dan pedesaan yang menggunakan saluran satu fasa yang terdiri dari satu hantaran
fasa dan satu hantaran netral, serta menggunakan trafo distribusi satu fasayang dihubungkan
antara hantaran fasa dan netral. Pada jaringan diberi peralatan proteksi jaringan seperti fuse cut
out, sectionalizer dan recloser yang berfungsi untuk mengamankan jaringan distribusi jika terjadi
gangguan.
Untuk beban besar dan padat di daerah perkotaan biasanya menggunakan saluran kabel
tanah (Underground) dengan tiga fasa kabel penghantar susunan radial. Saluran kabel tanah
tidak terpengaruh oleh cuaca buruk , seperti taufan,hujan angin, dan bahaya petir. Selain itu pula
saluran kabel tanah estetis, karena tidak mengganggu pandangan, sehingga untuk daerah
perkotaan sistem ini lebih disukai. Namun saluran kabel tanah memerlukan biaya yang lebih
mahal dibandingkan dengan saluran udara, dan bila terjadi gangguan pada sistem, maka akan
lebih sulit secara operasional dalam pendeteksiannya. Berikut adalah diagram satu garis jaringan
distribusi primer seperti diperlihatkan pada gambar 1.4.
Gambar 1.4 Diagram Satu Garis Sistem Jaringan Distribusi Primer
Ada beberapa macam konfigurasi sistem jaringan distribusi primer, yaitu :
1. Sistem radial
Sistem radial adalah suatu sistem jaringan di mana pada feeder utama dibuat
beberapa buah lateral dan sublateral yang masing-masing melayani transformator
distribusi.
Gambar 1.5 Konfigurasi Sistem Radial
Pada gambar 1.5 tersebut menunjukkan konfigurasi sistem radial yang paling
sederhana Feeder utama adalah saluran tiga fasa dengan tiga atau empat kawat,
sedangkan feeder lateral dan sublateral saluran tiga fasa atau satu fasa.
Sedangkan pada gambar 1.6 menunjukkan suatua modifikasi dari konfigurasi radial
dengan tie dan sechtionalizing switch. Sistem ini untuk meningkatkan pelayanan ke
konsumen. Apabila terjadi ganguan pada salah satu seksi, maka akan dapat
dipisahkanoleh pembukaan switch.
Gambar 1.6 Konfigurasi sistem Radial dengan Tie dan Sechtionalizing Switch
Pada gambar 1.7 menunjukkan bentuk lain dari konfigurasi sistem radial yang
dilenkapi dengan express feeder dan backfeed. Bagian dari feeder antara gardu induk
dan pusat beban disebut sebagai express feeder atau feeder cadangan, dan tanpa
menggunakan lateral, tetapi antara pusat beban kea rah gardu induk dilengkapi
dengan backfeed.
Gambar 1.7 Konfigurasi Sistem Radial dengan express feeder dan backfeed
Gambar 1.8 berikut menunjukkan konfigurasi sistem feeder fasa, masing-masing fasa dari
ketiga feeder fasa tersebut melayani daerah tertentu.
Gambar 1.8 Konfigurasi Sistem Radial Fasa
2. Sistem loop
Sistem loop adalah suatu sistem jaringan bentuk tertutup antara feeder beban dan
feeder bus. Sistem tersebut dapat difungsikan dengan menggunakan loop tei
disconnect switch atau dengan breaker normally open atau breaker normally closed.
Pada gambar 1.9 berikut menunjukkan konfigurasi sistem tersebut.
Gambar 1.9 Konfigurasi Sistem Loop
3. Sistem network
Sistem network adalah suatu sistem jaringan interkoneksi di mana feeder disuplai
oleh sejumlah gardu induk. Suatu feeder konfigurasi radial dapat di-tap dari feeder
interkoneksi, dan juga diambil secara langsung dari gardu induk. Masing-masing tie
feeder mempunyai circuit breaker untuk mengatasi gangguan. Sistem network dapat
mensuplai beban dari beberapa arah. Keandalan pengaturan pelayanan dari sistem
network jauh lebih tinggi daripada sistem radial dan loop. Tetapi dalam hal desain
dan operasi lebih sulit. Pada gambar 1.10 menunjukkan suatu konfigurasi sistem
network.
Gambar 1.10 Konfigurasi Sistem Network
4. Sistem tie lines
Sistem tie lines adalah suatu sistem jaringan yang disuplai dengan dua gardu induk,
dan berfungsi dapat meningkatkan pelayanan darurat saat penggantian dari satu
Sistem ke sistem lainnya. Gambar 1.11 menunjukkan suatu konfigurasi sistem tie
lines.
Gambar 1.11 konfigurasi Sistem Tie Lines
Sistem tie lines dalam hal pelayanan mengatasi gangguan mempunyai dua fungsi,yaitu :
a. Meningkatkan pelayanan darurat untuk feeder. Jika terjadi gangguan pada salah satu
feeder, maka dapat digantikan oleh feeder yang lain dengan waktu singkat, sehingga
waktu lamanya gangguan ke konsumen dapat dikurangi
b. Meningkatkan pelayanan darurat untuk gardu induk, sehingga jika terjadi gangguan pada
salah satu gardu induk dapat di suplai oleh gardu induk yang lain.
1.2.3 Gardu Distribusi
Gardu distribusi adalah suatu kelompok peralatan listrik yang terdiri dari satu atau lebih
trafo distribusi lain dan dilengkapi perlatan penunjang, antara lain sebagai berikut :
Pengaman sisi tegangan menengah
Pengaman sisi tegangan rendah
Peralatan switching
Trafo Pengukuran
Grounding
Papan bagi tegangan rendah.
Gardu distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen dengan cara
menurunkan tegangan menengah ke tegangan rendah melalui trafo distribusi, dan tegangan ini
yang selanjutnya dimanfaatkan oleh pelanggan untuk penerangan, industri dan lain-lain. Ada
empat macam gardu distribusi yang umum dipakai, yaitu sebagai berikut :
1. Gardu Beton
Yaitu gardu distribusi yang bangunannya secara keseluruhan terbuat dari beton.
2. Gardu Kios
Yaitu gardu distribusi yang bangunannya terbuat dari metal dan instalasinya termasuk
klas pasangan dalam
3. Gardu Tiang
Yaitu gardu distribusi di mana trafo distribusi serta instalasinya dipasang di atas tiang
4. Gardu Portal
Yaitu gardu distribusi yang seluruh instalasinya dipasang di atas tiang termasuk papan
bagi sisi tegangan rendah.
Gardu konsumen besar di atas 1 MVA dilengkapi dengan komponen peralatan
pemisah,pemutus tenaga,trafo arus,trafo tegangan yang ditampilkan dalam ruangan tertutup dari
metal yang disebut sebagai cubicle atau gardu distribusi yang dilengkapi dengan panel listrik
Penggunaan cubicle akan diperoleh manfaat keamanan dan kemudahan operasional serta
mengurangi kebutuhan ruangan .Selain itu juga bersih dan terjaga dari gangguan
binatang.Cubicle umumnya tipe pasangan dalam dan disebut menurut peralatan yang ada
didalamnya:
1. Cubicle untuk saluran masuk(incoming cubicle) berisi pemisah atau Disconneting switch
2. Cubicle untuk saluran keluar(outgoing cubicle) berisi Load break switch atau air break
switch
3. Cubicle pemutus tenaga beri si pemutus tenaga(PMT) dengan relay proteksinya.
Gambar 1.12 Bentuk Visual Cubicle 20 kV
1.2.4 Jaringan Distribusi Sekunder
Bagian dari sistem tenaga listrik yang terletak antara sistem distribusi primer dan
pelayanan kepada konsumen disebut sistem distribusi sekunder atau jaringan distribusi
sekunder.
System tersebut berisi transformator step down,feeder utama sekunder,feeder
lateral,dan pelayanan kepada konsumen.pada umumnya jaringan distribusi sekunder
didesain dalam satu fasa untuk daerah tempat tingga, dan tiga fasa untuk daerah industry
atau komersial dengan kepadatan beban tinggi. Ada beberapa macam konfigurasi system
distribusi sekunder,yaitu sebgai berkut:
1 Sistem Radial
Sistem radial adalah suatu system dengan feeder utama sekunder yang disuplai oleh
sebuah trannsformator distribusi untuk melayani suatu grup konsumen.
Gambar 1.13 Konfigurasi system Radial
Pada gambar 1.13 tersebut menunjukkan diagram satu garis konfigurasi sistem radial.
Biasanya sistem radial melayani daerah tempat tinggal, pedesaan, dan penerangan komersial.
2. sistem bank
Sistem sekunder bank atau banking of distribution transformers adalah suatu sistem
jaringan dengan feeder utama sekunder yang disuplai oleh dua atau lebih transformator
distribusi secara parallel dan diambil dari feeder primer yang sama. Sistem tersebut biasanya
untuk melayani daerah tampat tinggal dan penerangan komersial. Adapun keuntungan dari
banking transformator distribusi adalah:
Memperbaiki pengaturan tegangan
Mengurangi kedip tegangan
Memperbaiki kontinuitas pelayanan
Memperbaiki fleksbilitas dalam menyesuaikan pertumbuhan beban
Pada gambar 1.14 dan 1.15 berikut menunjukkan dua macam metode dari sistem sekunder
bank yang dibedakan oleh pemakaian peralatan fuse dan breaker.
Gambar 1.14 konfigurasi sistem sekunder bank dan fuse
Gambar 1.15 konfigurasi sistem sekunder bank dengan fuse dan breaker
3. sistem network
Sistem network adalah suatu system jaringan dengan feeder utama sekunder yang disuplai
oleh transformator distribusi secara network dari dua atau lebih feeder primer.
System tersebut diperlukan untuk beberapa pelayanan khusus seperti daerah bisnis, instalasi
militer, rumah sakit, dimana tingkat keandalan dan kontinuitas pelayanan jauh lebih penting
daripada pertimbangan biaya dan ekonomi .
Sistem network bisanya untuk melayani daerah beban yang dibangun dengan sistem kabel
tanah. Walapun sistem saluran udara secara ekonomis lebih baik daripada sistem saluran
kabel tanah untuk kepadatan beban sedang, namun saluran kabel tanah mempunyai tingkat
keandalan yang lebih tinggi.
Pada gambar 1.16 menunjukan diagram satu gais konfigurasi sistem network yang disuplai dari
tiga buah feeder Primer.
Gambar 1.16 Konfigurasi sistem Network
4. Sistem spot network
Sistem spot network adalah sutu sistem bentuk khusus dari sistem network dimana
mempunyai dua atau lebih unit network yang dikumpul pada beberapa bus, sedangkan
penyambungnya dengan cara di-tap.
Penggunaan kapasitas transformer pada sistem spot network lebih baik darii pada sistem
network untuk pembagian beban yang sama, karena pada sistem spot network jumlah
transformer dapat diatur sesuai kebutuhan. Berikut adalah konfigurasi sistem spot network
seperti yang ditunjukan pada gambar 1.17 .
Gambar 1.17 Konfigurasi Sistem Spot Network
Soal –soal :
1. Jelaskan pengertian dari distribusi tenaga listrik !
2. Jelaskan pengertian dari sistem distribusi tenaga listrik !
3. Sebutkan bagian –bagian dari sistem jaringan distribusi tenaga listrik !
4. Identifikasikan istilah-istilah berikut :
a) Sistem distribusi 3ɸ, 20 kV,4 kawat
b) SUTM 20 kV,SKTM 20 Kv
c) SUTR 380/220 V
d) JTM 3ɸ,20 kV,3 kawat
e) JTR 3 ɸ,380/220 V
5. Sebutkan dan jelaskan konfigurasi jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi
sekunder !
6. Sebutkan bagian-bagian dari sistem cubicle 20 kV !
GANGGUAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI
Tujuan instruksional:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa di harapkan dapat :
Menjelaskan sifat gangguan temporer dan gangguan permanen
Menjelaskan komponen-komponen pemadaman listrik
Menjelaskan variabel-variabel untuk menentukan ukuran dari pemadaman listrik
2.1 Tinjauan Umum
Pada system jaringan yang menggunakan saluran udara terbuka dengan penghantar
telanjang, maka gangguan dari system jaringan tersebut sulit dihindari. Penyebab gangguan
jaringan tersebut lebih banyak dari luar, seperti pohon, binatang, petir dan juga akibat dari
kegagalan peralatan sistemnya.
2.2 Sifat Gangguan
Sifat gangguan yang terjadi pada suatu system jaringan distribusi pada umumnya dapat di
klasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Gangguan Temporer
Gangguan temorer dapat di katakana sebagai gangguan yang dapat teratasi atau
terbebaskan dengan pemutusan saluran sesaat. Contoh dari gangguan temporer adalah yang di
sebabkan oleh petir, ayunan penghantar dan kontak sesaat penghantar dan benda asing, misalnya
dahan pohon, burung dan lain-lain. Apabila gangguan temporer ini tidak terbebaskan dengan
segera, baik dengan sendirinya maupun dengan kerja peralatan proteksi, maka sifat gangguan
dapat menjadi gangguan permanen.
2. Gangguan Permanen
Gangguan permanen dapat di katakana sebagai gangguan yang tetap, tak tergantung
kecepatan operasi peralatan pelindung atau jumlah waktu membuka atau menutupnya peralatan
tersebut. Contoh sifat gangguan permanen adalah putusnya penghantar karena tertimpa pohon
atau terbakarnya penghantar karena busur api.
Pada operasionalnya pada system distribusi saluran udara, maka sifat gangguan permanen
lebih kecil di banding dengan sifat gangguan temporer, oleh sebab itu efisiensi penyaluran tenaga
listrik dapat di capai dengan pemilihan dan penggunaan system proteksi yang tepat dan sesuai.
2.3 Pemadaman Listrik
Pemadaman listrik adalah terhentinya pelayanan tenaga listrik kepada beberapa konsumen
sebagai akibat dari terganggunya satu atau beberapa komponen system jaringan distribusi.
Pemadaman listrik meliputi tiga komponen pemadaman, yaitu sebagai berikut:
1. Luas Area Pemadaman
Luas area pemadaman adalah cakupan luas area yang mungkin mengalami pemadaman listrik
pada setiap kejadian gangguan listrik di system jaringan yang mengakibatkan terputusnya
penyaluran tenaga listrik ke beban.
2. Besar Daya Pemadaman
Besar daya pemadaman adalah besarnya beban yang mengalami pemadaman listrik pada setiap
kejadian gangguan listrik di jaringan yang mengakibatkan putusnya penyaluran tenaga listrik ke
beban.
3. Lama Pemadaman
Lama pemadaman adalah waktu yang di perlukan system operasi jaringan distribusi untuk
menghidupkan kembali bagian jaringan distribusi yang mengalami pemadaman listrik, dari saat
mulai terjadi pemadaman sampai normal seperti sebelum terjadi pemadaman.
Lama pemadaman di tentukan oleh beberapa variable, yaitu sebagai berikut:
1. Waktu Indikasi (WI)
Waktu indikasi adalah waktu antara saat informasi terjadinya pemadaman sampai saat dapat di
rasakan dan di ketahui operator jaringan distribusi.
Waktu indikasi ini sangat di pengaruhi oleh:
Teknologi komunikasi yang di gunakan
Teknologi transformasi data dan informasi
Kecepatan data dan informasi
Validitas data dan informasi
Jumlah data dan informasi
Organisasi data dan informasi
Bentuk serta sifat data dan informasi
Definisi data dan informasi
2. Waktu Penyajian Data (WPD)
Waktu penyajian data adalah waktu antara saat datangnya informasi pemadaman sampai saat
oprator menerima informasi pemadaman tersebut.
Waktu penyajian data tersebut ditentukan oleh:
Alat penyajian data yang di perlukan
Sistem penyajian data
Sistem organisasi dan manajemen operasi
Sistem dan prosedur operasi
3. Waktu Analisa Data (WAD)
Waktu Analisa Data adalah waktu yang di perlukan untuk mengolah data yang ada sampai di
peroleh hasil analisa yang di kehendaki, sebagai solusi untuk mengatasi system jaringan
distribusi pada saat keadaan pemadaman tersebut. Solusi tersebut berupa manipulasi jaringan
distribusi yang di perlukan dalam rangka memanimalisasi pemadaman akibat gangguan.
Waktu analisa data di tentukan oleh:
Kecepatan alat yang di gunakan untuk menganalisa data
Kecanggihan system yang di gunakan
4. Waktu Manipulasi Gangguan (WMG)
Waktu manipulasi ganggun adalah waktu yang di perlukan untuk memanipulasi sistem
jaringan distribusi dari saat di peroleh hasil analisa data sampai dengan selesainya
manipulasi sistem jaringan distribusi yang di butuhkan, memanimalisasi pemadaman akibat
gangguan.
Waktu manipulasi gangguan di tentukan oleh:
Akat yang di gunakan untuk memanipulasi jaringan
Sistem dan prosedur manipulasi gangguan
Sistem komunikasi yang digunakan
Alat komunikasi yang di gunakan
5. Waktu Perbaikan Jaringan (WPJ)
Waktu perbaikan jaringan adalah waktu yang di perlukan untuk memperbaiki bagian jaringan
yang rusak akibat gangguan. Perbaikan jaringan yang rusak akibat gangguan ini sangat di
perlukan untuk mengembalikan sisem jaringan ke keadaan semula.
Manipulasi jaringan adalah merupakan upaya sementara yang diperlukan untuk mengatasi
pemadaman, oleh karena itu jaringan dalam keadaan tersebut merupakan konfigurasi jaringan
keadaan darurat.
Waktu perbaikan jaringan akibat gangguan di tentukan oleh:
Sistem dan prosedur perbaikan jaringan
Peralata yang di gunakan
Sistem komunikasi yang di gunakan
Kombinasi kehilangan daya penyaluran dan lamanya kehilangan daya tersebut , merupakan
kerugian yang harus di tekan, seperti yang di perlihatkan pada persamaan berikut:
Kp = Dp x Lp …………………………………………………………………………….(2-1)
Di mana:
Kp = Kerugian karena pemadaman (KWH)
Dp = Besar daya pemadaman (KW)
Lp = Lama pemadaman (H)
Soal-soal:
1. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat gangguan pada sistem distribusi saluran udara !
2. Sebutkan dua macam factor yang dapat mempengaruhi kontinyuitas pelayanan tenaga
listrik!
3. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen pemadaman listrik !
4. sebutkan dan jelaskan variable-variabel yang dapat menentukan ukuran dari lama
pemadaman !
3. SISTEM DAN PERALATAN PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI
Tujuan Instruksional :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan :
Manjelaskan sistem dan pelatan proteksi pada jaringan distribusi tenaga kerja.
Manjelaskan fungsi dan kegunaan dari pengaman pada sistem jaringan distribusi.
3.1 Tinjauan Umum
Tujuan proteksi pada sistem jaringan distrbusi terutama adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang terjadi, serta melokalisirnya dan
membatasi pengaruh-pengaruhnya, dengan cara mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa
mempengaruhi bagian lain yang tidak mengalami gangguan. Selain itu tujuan proteksi adalah
untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya, guna
meningkatkan pelayanan kepada konsumen, serta menciptakan semaksimal mungkin faktor
perlindungan bagi keselamatan umum bila terjadi gangguan maupun dalam keadaan tidak terjadi
gangguan.
Adapun fungsi dari system proteksi jaringan distribusi tersebut adalah :
Melakukan koordinasi dengan gardu induk
Mengamankan peralatan dari kerusakan
Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan
Membatasi daerah yang mengalami pemadaman
Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
Mengurangi frekuensi pemutusan tetap akibat gangguan
Penerapan system proteksi tegantung pada system jaringan, system pentanahan, system
peralatan dan karakteristik beban. Untuk daerah beban yang padat, seperti perkotaan, seharusnya
membutuhkan jaringan disteribusidengan kabel tanah dengan sistem tertutup. Dengan demikian
membutuhkan peralatan proteksi yang lebih andal tingkatnya, sehingga tentunya memerlukan
biaya yang mahal sedangkan pada daerah yang mempunyai kepadatan beban rendah seperti
pedesaan, jaringan yang di perlukan cukup dengan saluran udara dengan peralatan proteksi yang
lebih sederhana dan biaya yang murah serta tingkat keandalannya masih bisa diterima
pemakainya.
Pada sistem jaringan distribusi saluran udara dan beberapa peralatan proteksi yang
biasanya digunakan, yaitu ntara lain seperti pemutus tenaga (PMT), pemutus beban (air break
switch), saklar pemisah (disconnecting switch), penutup balik otomatis (recloser), pemutus seksi
otomatis (sectionalizer), sekering pemutus ( fuse cut out) dan penangkap petir (arester).
3.2 Pemutus Tenaga
Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) merupakan saklar utama dalam sistem penyaluran daya
digunakan untuk menghubungkan atau memutuskn daya listrik sesuai rating-nya.
Pada sistem jaringan distribusi PMT dipasang pada awal feeder. Pemutus tenaga funsinya
seperti Circuit Breaker (CB), hanyan saja dalam pengoperasiannya di lengkapi dengan rele
pengaman. PMT berfungsi sebagai pengaman arus lebih dan pengaman arus hubung singkat.
Untuk dapat menjalnkan fungsinya, pemutus tenaga harus mampu menutup dan
mengalirkan arus beban penuh dalam waktu yang lama, serta harus mempunyai kemampuan
menginterupsi gangguan secara cepat yang berkoordiansi dengan rele pengaman. Pemutus tenaga
juga harus mampu menahan gangguan dan menahan panas yang timbul dari bunga api pada saat
pemutusan. Ada beberapa jenis dari pemutus tenaga yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
a. Pemutus Tenaga Minyak Volume Besar
b. Pemutus Tenaga Minyak Volume Sedikit
c. Pemutus Tenaga Semburan Udara
d. Pemutus Tenaga SF6 (sulfur hexafluoride)
e. Pemutus Tenaga Hampa Udara
f. Pemutus Tenaga Semburan Magneti
Gambar 3.1 berikut memperlihatkan suatu bentuk Pemutus Tenaga (PMT) dari jenis
minyak.
Gambar 3.1 Pemutus Tenaga Jenis Minyak
3.3 Air Break Switch
Air Break Switch (ABSW) merupakan peralatan untuk membuka dan menutup rangkaian
dalam keadaan berbeban maupun tak berbeban.Adapun Konstruksi dari ABSW berbentuk seperti
pisau – pisau yang terbuat dari metal.
Pada jaringan distribusi, ABSW ditempatkan diatas tiang , alat ini doperasikan untuk joint
feeder , untuk memisahkan rangkaian jaringan distribusi bila ada perbiakan jaringan .
Gambar 3.2 Sistem pemasangan ABSW
3.4 Disconnecting Switch
Disconnecting Switch (DS) merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan atau
menghubungkan rangkaian tanpa beban dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan .
peralatan pengaman ini dibedakan menjadi dua macam , yaitu sebagai berikut :
Pemisah peralatan
Berfungsi untuk mengisolasi peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi yang
bertegangan . pemasukan atau pelepasan disconnecting switch ini harus dalam keadaan tanpa
beban
Pemisah tanah
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul , setelah jaringan
dibebaskan , atau induksi tegangan penghantar atau kabel lain . hal demikian perlu bagi
keamanan pekerja yang bekerja pada peralatan instalasi .
Pada sistem distribusi , disconnecting switch dipasang pada tiang dan pada cubicle in
coming dan out going.
3.5 Recloser
Recloser (R) adalah suatu peralatan listrik yang fungsinya terhadap gangguan permanen
adalah memisahakan jaringan yang terganggu dari system secara cepat serta mengatasi daerah
pemadaman kecil mungkin . sedangkan fungsinya terhadap gangguan temporer adalah
memisahkan daerah terganggu secara sesaat, serta apabila masuk kembali (reclose),dengan
interval waktu reclose tergantung dari setting-nya. Sehingga jaringan akan menyala / aktif
kembali secara otomatis .
Peralatan ini terditi dari PMT recloser dan electronic control box recloser, PMT recloser
adalah peralatan recloser yang berhubungan langsung dengan tegangan menengah , dimana
peralatan inilah yang mengadakan interrupter ,yaitu pemasukan / pelepasan beban sebagaimana
PMT pada umumnya. Sedangkan electronic control box recloser daalah suatu peralatan
elektronik sebagai kelengkapan recloser, dimna peralatan ini berhubungan secara langsung
dengan tegangan menengah,dan dari peralatan inilah PMT dikendalikan , baik cara pemasukan
maupun cara pelepasannya , dari dalam peralatan ini pula setting recloser ditentukan , misalnya
pada saat arus berapa ampere, recloser harus membuka / lepas , dan berapa detik kemudian
recloser harus masuk kembali (reclose), serta berapa kali reclose yang dikehendaki .
Kerja sebuah recloser terhadap gangguan permanen dan gangguan temporer
diperlihatkan pada gambar 3.3 dan gambar 3.4, dengan setting recloser adalah sebagai berikut:
Interval : ke 1, 5 detik
Ke 2, 10 detik
Lock out : ke 3, (reclose 2 x)
Reset Delay : 60 detik
Reset delay 60 detik
Gambar 3.3 kerja sebuah Recloser Terhadap gangguan permanen
Reset delay 60 detik
Gambar 3.4 kerja sebuah Recloser terhadap Gangguan temporer
Counter recloser akan bertambah satu angka setiap kali PMT recloser membuka, baik di
lepas karena pengoprasian ataupun karena gangguan.
a. Automatic circuit recloser terkontrol secara elektronik.
b. Diagram rangkaina proteksi yang di lengkapi dengan Proteksi Surja
Gambar 3.5 Recloser
3.6. Sectionalizer
Sectionalizer (s) adalah peralatan pemisah saluran yang secara otomatis akan bekerja
sendiri untuk membuka jaringan setelah melakukan deteksi arus dan melakukan perhitungan
oprasi pemutusan dari peralatan pengaman di sisi sumbernya. Pembukaan sumbernya di lakukan
pada saat peralatan pada sisi sumber sedaang dalam posisi terbuka.
Sectionalizer pada perinsipnya hanya akan dapat berfungsi sebagai pengaman apabila di
pasang pada Jaringan Tegangan Menengah setelah recloser, seperti di lihatkan pada gambar
berikut:
Gambar 3.6 sistem Pemasangan Sectionalizer
Ada dua hal yang sangat penting dalam penentuan setting sectionalizer, yaitu :
1. Count to open
Count to open adalah cara kerja secara elektronis yang mencatat jumlah padamnya
tegangan menengah,yang terjadi akibat kerjanya recloser yang terpasang sebelum
sectionalizer. Satu keharusan jumlah count to open setting sectionalizer selalu n-1, dimana
“n” adalah jumlah log out dari roecloser sebelum sectionalizer.
2. Actuating current
Actuating current adalah besarnya setting arus primer yang melalui sectionalizer, artinya
apabila sectionalizer di lalui arus sebesar setting actuating current-nya,maka secara elektronis
sectionalizer akan mencatat dan bekerja sebagaimana mestinya.
Apabila count to open dan Actuating current sudah terpenuhi sesuai setting yang di terapkan
, maka sectionalizer akan membuka pada saat peralatan pengaman di sisi sumber sudah
membuka.
a. Sectionalizer terkontrol secara elektronik
b. Diagaram Rangkaian Proteksi yang Dilengkapi dengan Proteksi Surya
Gambar 3.6 Sectionalizer
3.7 Fuse Cut Out
Fuse Cut Out (FCO) atau sekering pemutus adalah peralatan proteksi terhadap arus lebih.
Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain, apabila dilalui arus yang
melebihi kapasitas kerjanya.
Fungsi peralatan pelindung arus lebih pada suatu sistem jaringan adalah mendeteksi
ganguan dalam rangkaian dan memutus arus lebih pada harga rating pemutusnya, serta dapat
membantu bilamana peralatan pelindung yang lain yang berdekatan tidak bekerja dengan baik.
Peralatan Fuse Cut Out digunakan sebagai pengaman dan sebagai pemisah daerah yang
terkena gangguan, agar daerah pemadaman tidak terlalu luas. Pada sistem jaringan distribusi fuse
cut out dipasang sebagai pengaman pada peralatan transformator, kapasitor, pengatur tegangan
(voltage regulator) dan jaringan pencabangan 1 fasa
Pengaman tersebut digunakan karena murah harganya dan mudah pemasangan maupun
pengoperasiannya. Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu penggunaanya terbatas
pada penyaluran daya yang kecil, serta fuse cut out tidak dilengkapi dengan alat peredam busur
api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
Fuse Cut Out dalam sistem jaringan distribusi yang dioperasikan untuk tegangan di atas
600 volt, digolongkan sebagai disrtibutioan cut out atau power fuse, seperti diperlihatkan pada
Gambar 3.7 Penggunaan Fuse Cut Out pada jaringan distribusi.
3.8 Arester
Arester (A) atau sering juga disebut penangkap petir adalah alat pelindung bagi peralatan sistem
tenaga listrik terhadap surja petir.
Peratalatan arester berfungsi sebagai jalan pintas (by pass) sekitar islolasi. Arester
membentuk jalan yang mudah dilalaui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan
lebih yang tinggi pada peralatan, dan jalan pintas ini tidak boleh mengganggu sistem aliran daya
50 Hz.
Pada kerja normal, arester berlaku sebagai isolator, sedang bila timbul tegangan surja,
Arester berlaku sebagai konduktor untuk menyalurkan arus yang lebih tinggi. Setelah surja
hilang, arester harus dengan cepat kembali sebagai isolator, sehingga pemutus tenaga tidak
sempat membuka. fungsi lain dari arester adalah dapat memutuskan arus susulan tanpa
menimbulkan gangguan. pada sistem jaringan distribusi, arrester digunakan untuk melindungi
alat-alat listrik, seperti transformator ditribusi, recloser, dan kapasitor. Pada gambar 3.8 berikut
memperlihatkan penggunaan arester untuk melindungi peralatan recloser.
Gambar 3.8 Penggunaan arester pada peralatan Recloser
Soal-soal :
1. Jelaskan pengertian dari sistem proteksi !
2. Jelaskan sistem dan peralatan proteksi pada jaringan distribusi !
3. Sebutkan nama-nama peralatan pengaman yang digunakan pada sistem jaringan distribusi
!
4. Jelaskan fungsi dan kegunaan peralatan pengaman pada jaringan distribusi !
5. Jelaskan maksud dan penerapaan koordinasi proteksi pada sistem distribusi !
4 SALURAN UDARA DAN SALURAN BAWAH TANAH
Tujuan :
setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan perbedaan antara saluran udara dan saluran bawah tanah
Menyebutkan komponen-komponen saluran udara dan saluran bawah tanah
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan akibatnya terhadap salurun udara dan
saluran bawah tanah
Menjelaskan faktor-faktor desain dan konstruksi dari sluran udara
Menjelaskan karakteristik listrik kabel pada sluran bawah tanah
Menjelaskan penentuan pemakaian kabel pada saluran bawah tanah
4.1 Tinjauan Umum
Sistem distribusi dapat dilakukan baik dengan saluran udara maupun dengan saluran
bawah tanah,tetapi biasanya dilakukan dengan saluran udara, walaupun untuk kepadatan yg
lebih besar di kota-kota atau daerah-daerah metropolitan digunakan saluran bawah tanah. Pilihan
antara saluran udaradan bawah tanah tergantung pada sejumlah faktor yang sangat berlainan,
antara lain pentingnyakontinyuitas pelayanan, arah perkembangan daerah, biaya pemeliharaan
tahunan yang sama, biaya modal dan umur manfaat system tersebut.
Sistem slauran bawah tanah menjadi lebih ekonomis dalam keadaan khusus, seringkali
gabungan dari system udara dan sistem bawah tanah juga diperlukan. Pada sistem gabungan,
distribusi primer dengan sluran bawah tanah sedang transformator dan distribusi skunder dengan
saluran udara atau sebaliknya. Ada manfaat dan kerugian dari setiap sistem tersebut. Pengaturan
tegangan dengan sistem kabel bawah tanah lebih efisien dibandinhkan dengan saluran udara,
oleh sebab itu di wilayah kota makin meningkat penggunaan kabel tegangan tinggi, bahkan
sampai 132 kV. Sistem tegangan kabel dipilih pada umumnya sangat mendekati optimal secara
ekonomis dengan mempertimbangkan pemindahan tenaga. Tenggang pemindahan tenaga secara
umum yang ekonomis dapat diterima, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Kapasitas Pemindahan Ekonomis
Sistem tegangan kabel
(kV)
Tenggang perkiraan pemindahan ekonomi
(MVA setiap sirkuit)
11
22
33
66
132
3-10
7-12
12-30
30-80
80-300
4.2 Saluran Udara
Pertimbangan termal dari saluran udara harus diberikan terhadap batas rugi
tegangan dan pemenuhan ketentuan tentang kelonggaran, tekanan-tekanan dan
sebagianya. Saluran udara dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain :
Suhu kerja yang diizinkan
Suhu kerja yang diizinkan dari saluran udara tergantung pada perawatan dari kelonggaran
yang memadai dan batas kerugian kekuatan akibat pelembekan, Umumnya arus
maksimum yang direncanakan untuk suatu beban bagi setiap saluran udara harus tidak
menimbulkan pemanasan sehinggga mengakibatkan pelembekan logam dari penghantar
atau mengurangi dari toleransi yang ditetapkan. Biasanya untuk pembebanan harian
dipekenankan adanya suhu kerja maksimum 75° C, dalam keadaan beban darurat boleh
meningkat samapai 100° C.
Kerugian kekuaatan karena pelembekan
Pelembekan logam penghantar berpengaruh sedikit pada semua suhu dan merupakan
fungsi suhu dan waktu. Bersamaan dengan penurunan batas tegangan tarik pada keadaan
komulatif. Pelembekan yang terlihat dan kerugian tegangan tarik tidak berpengaruh jika
penghantar bekerja dalam batas suhu yang dianjurkan. Pada keadaan tertentu harga-harga
pada suatu tingkat umur yang ditaksir dapat ditentukan.
Dasar penetapan pemakaian
Pemakaian suatu saluran udara dihitung dari kondisi neraca panas yang mengaitkan
hubungan antar panas yang diterima dari berbagai sumber panas yang dipancarkan oleh
penghantar tersebut.
Sumber – sumber panas
Rugi listrik :
Masukan panas akibat rugi listrik hcond diperoleh dari persamaan :
Hcond = I2R (watt/cm)…………………………………..4.1
Dimana :
I = arus penghantar (ampere)
R = tahanan rus bolak-balik (Ω/cm)
Panas yang di serap oleh matahari :
Panas yang di serap dari matahari Hsun di berikan dari persamaan :
Hsun = α E dc watt/cm…………………………………….4.2
Dimana :
α= koefesien serap matahari
E= intensitas radiasi matahari (watt/cm2)
dc= diameter pengantar (cm)
4.3 Desain Saluran Udara Untuk Daya
Saluran udara untuk daya biasanya dirancang memperlihatkan keperluan listrik dan
mekanis. Rancangan listrik melibatkan pemilih tegangan, pemilih saluran,pengaturan egangan
dan pemilih alat-alat pengaman. Rancangan mekanis melibatkan tekanan dan perhitungn
lentur,rancangan penopang, dan lengan-lengan pemegang. Penopangnya harus cukup kokoh
untuk menahan beban angin yang bekerja pada penopang,penghantar,isolator,lengan pemegang
dan lain-lain.
4.3.1 Pemilihan Tegangan
Tegangan saluran udara ditentukan oleh beban dan jarak penyaluran. Tegangan
yang paling ekonomis diperoleh dari rumus empiris untuk system tiga fasa berikut ini :
V = 5,5 x √ L1,6
+ P100
……………………… ……………….4.3
dimana :
V = tegangan saluran (kV)
L = jarak (kW)
P = beban (kW)
Tegangan standar yang terdekat dengan nilai V dapat digunakan.
4.3.2 Pemilihan Ukuran Penghantar
Untuk distribusi digunakan baik penghantar aluminium maupun ACSR (Alluminium
Conductor Stranded Reinforced). Ukuran penghantar dipilih dengan memperhatikan
faktor-faktor berikut ini :
a. Kapasitas penyaluran arus
b. Jatuh tegangan yang di izinkan atau peraturan saluran
c. Tegangan putus penghantar
4.3.3 Perhitungan Kekuatan Tiang
Dalam menentukan kekuatan tiang, tiang itu dianggap sebagai batang pengungkit
yang ditanam pada salah satu ujungnya, tiang itu dirancang untuk menahan beban lentur.
Jika W beban yang dipikul dalam kg, 0,30 m dari puncak tiang maka :
M = f Z………………………………………………………………………..4.4
Dimana :
M = jumlah momen lentur dari semu beban tiang pada permukaan tanah
F = tegangan serat
Z = modulus potong tiang
Tegangan serat maksimum telah diketahui , beban kerja dapat diperoleh dengan
memperkirakan faktor keamanan yang sesuai sebagai tertera dalam table 4.2
Tabel 4.2
Faktor Keamanan sesuai Peraturan IE Nomor 76
Struktur tiang Faktor keamanan
Panjang Baja gilingan dan tiang rel 2,0 pada batas elastic
Tiang baja bulat 2,0 pada beban tak seimbang
Tiang Kayu 3,5 pada kuat batas
Tiang beton tulang, tiang bentukan dan –
tiang beton pratekan 2,5 pada beban tak seimbang
Tiang beton bertulang dicetak tangan 3,0 pada bebn tak seimbang
Penopang dan lengan baja X 2,5 pada kuat batas
Untuk penghantar 2,0 pada kuat batas
Untuk dudukan, kawat pengaman dan –
pendukung, baut tarik dan tekan 2,5 pada kuat batas
4.3.4 Pemilihan Penopang Saluran
Jenis utama penopang saluran adalah tiang kayu, tiang beton bertulang, tiang beton
pratekan, tiang baja bulat, rel, palang baja giling dan tiang jenis kisi – kisi.
Tiang kayu
Tiang kayu yang dirawat secara kimia digunakan untuk saluran-saluran distribusi.
Keuntungan penggunaan dari tiang kayu adalah karena murah harganya, tetapi mudah
terpengaruh oleh pembusukan. Tiang kayu ini dibagi menjadi 3 gol,ongan yaitu:
Golongan A : Kayu yang sangat kuat dengan modulus lentur putus lebih dari 850 kg / cm²
misalnya sal.
Golongan B : Kayu kuat dengan Modulus putus 630-850 kg/ cm² seperti jati, sisso, dan
sebagainya.
Golongan C : Kayu agak kuat dengan modulus putus 450-630 kg/ cm² seperti chir,
deodar,dan sebagainya.
Beban tersebut diatas dianggap bekerja 60 cm dari puncak tiang. Biasanya dilengkapi
dengan tutup alumiminium dipuncak tiang,gunanya untuk melindungi dari akhir potongan
kayu.
Tiang beton bertulang dan beton pratekan
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari pada tiang baja bulat.
Tiang kebanyakan digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik di daerah pedesaan dan
daerah terpencil atau ditempat-tempat yang sulit dicapai, karena beton bertulang dapat dibuat
di tempat itu sendiri. Tiang beton bertulang digunakan campuran 1:1 ½:3 dengan kerikil yang
seragam bentuknya berukuran 15 mm.
Tiang baja bulat
Ada dua jenis tiang baja bulat ini, yaitu bertingkat dan melengkung. Tiang bertingkat dibuat
dari satu pipa, garis tengahnya diperkecil dengan tingkat-tingkat yang sejajar dengan cara
melewatkannya melalui beberapa cetakan.
Rel
Rel tuan dan rel bekas serta palang baja giling sering kali digunakan untuk penopang saluran
udara. Beban kerja dan data teknik untuk bebrapa ukuran yang biasanya dipakai dapat dilihat
pada table 4.3.
Tabel 4.3
Beban kerja rel dan panjang baja giling
Panjang Dalam Jarak beban Beban kerja
Jenis (cm) tanam (m) dari puncak (m) (kg)
Rel 24.78 kg/m 9 1,5 0,30 175
Rel 29,74 kg/m 9 1,5 0,30 261
Rel 37,17 kg/m 9 1,5 0,30 345
Rel 44,61 kg/m 11 1,5 0,30 377
ISMB 125 mm x 75 mm 9 1,5 0,30 164
ISMB 150 mm x 80 mm 9 1,5 0,30 222
Beban tersebut diatas dianggap bekerja 60 cm dari puncak tiang. Biasanya dilengkapi dengan
tutup aluminium dipuncak tiang, gunanya untuk melindung dari akhir potongan kayu.
Tiang beton dan bertulang dan beton pratekan
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada dengan tiang kayu tetapi lebih murah dari pada tiang baja
bulat. Tiang ini kebanyakan digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik di daerah pedesaan
dan daerah terpencil dan ditempat-tempat yang sulit dicapai, karena beton bertulang dapat dibuat
di tempat itu sendiri. Tiang beton bertulang digunakan campuran 1: 1 ⅟2 : 3 dengan kerikil yang
seragam bentuknya berukuran 15 mm.
Tiang baja bulat
Ada dua jenis dari tiang baja bulat ini, yaitu bertingkat dan melengkung. Tiang bertingkat dibuat
dari satu pipa, garis tengahnya diperkecil dengan tingkat-tingkat yang sejajar dengan cara
melewatkannya melalui beberapa catakan (dies).
Rel
Rel tua dan rel bekas serta palang baja giling seringkali digunakan untuk penopang saluran
udara. Beban kerja dan data teknik untuk beberapa ukuran yang biasanya dipakai dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Beban kerja rel dan palang baja giling
Jenis Panjang
(m)
Dalam
tanam (m)
Jarak beban
dari puncak
(m)
Beban kerja
(kg)
Rel 24,78 kg/m 9 1,5 0,30 175
Rel 29,74 kg/m 9 1,5 0,30 261
Rel 37,71 kg/m 9 1,5 0,30 345
Rel 44,61 kg/m 11 1,5 0,30 377
ISMB 125 mm x 75 mm 9 1,5 0,30 164
ISMB 150 mm x 80 mm 9 1,5 0,30 222
Lengan silang
Lengan silang dari kayu keras (shisam, sal) yang diicat atau kayu lunak (chir) yang dilumasi
kresot digunakan pada tiang kayu. Lengan silang baja lebih kuat dan lebih awet. Biasanya
digunakan besi siku atau besi kanal (U). Profil yang lebih kecildigunakan untuk tiang pemancar
telekomunikasi. Bentuk dan panjang lengan silang tergantung pada bentuk penghantar yang
diingini.
Isolator
Isolator yang dibuat dari porselin yang diglasir, gelas keras, epokasi yang dibungkus gelas fiber,
digunakan untuk menyangga penghantar. Jenis–jenis utama isolator tersebut diterangkan sebagai
berikut :
Isolator Pasak, dibuat untuk tegangan sampai 33 kV dan lebih murahdari pada jenis lain.
Ukuran-ukuran sesuai spesifikasi dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Ukuran khas isolator pasak
Tegangan
(kV)
Garis tengah maksimum
(mm)
Tinggi
(mm)
11 152 137
22 210 195
33 278 242
Isolator Jepit, dibuat untuk tegangan di bawah 1000 volt. Ukuran standar yang diterakan
dalam spesifikasi ini adalah : garis tenag 90 mm x tinggi 75 mm dan garis tengah 115
mm x tinggi 100 mm.
Isolator jepit dipegang oleh dua plat penjepit dan dua buah baut baja atau sebuah klem U
atu dua pelat D dan dua batang baut baja.
Isolator jepit digunakan untuk saluran distribusi ujung dan menyangga penghantaryang
diletakkan dalam kedudukan tegak.
Isolator Piringan, dibuat dari porselin yang diglasir atau gelas keras. Digunakan sebagai
isolator pada saluran tegangan tinggi untuk penggantung dan penarik ujung. Isolator ini
dapt disusun untuk membentuk karangan disesuaikan tegnangannya.
Spesifikasi isolator piringan ukurannay telah distandarisasikan seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Ukuran Isolator Piringan
Isolator Garis tengah luar
(mm)
Tinggi
(mm)
Jenis 1 255 145
Jenis 2 280 170
Isolator piringan yang lebih kecil digunakan untuk tegangan sampai 11 kV. Isolator piringan
adlah jenis “bola” dan “sendi” atau “ lidah” dan “bibir” (tongue and clevis).
Klem gantung digunakan untuk memegang penghantar, jika bentuk gantungan untuk penghantar
yang dipilih. Pada jenis isolator lidah dan bibir, satu pasak bulat dengan pasak belah digunakan
untuk memegang lidah dari satu unit bibir dan dari unit yang lain. Daya dukung mekanik isolator
ini 4500 dan 7000 kg.
Isolator Penahan (Gyustrain Insulator), disebut juga isolator jenis telur dari porselin
digunakan untuk mengisolasi kawat penahan, kawat penguat dan lain-lainsehingga tidak
dibutuhkan pentanahan di manapun.
Epoksilator, sekarng isolator epoksi resin yang tahan gores terbungkus oleh gelas fiber
mulai digunakan di Negara –negara berkembang untuk saluran-saluran distribusi. Isolator
jenis ini memiliki keuntungan spesifikasiterhadap isolator porselin atau gelas keras,
misalnya karakteristik isolasi yang bagus sekali, ringan, mudah dipasang, ketahanan
rusak yang lebih tinggi dan penampilan yang lebih baik. Lebih jauh jenis isolator ini
praktis tidak membutuhkan perawatan.
Isolator Pos, isolator ini digunakan unutuk menopang batang pengumpul (busbar) di
dalam pemutus arus ( switchgear), pasangan hubung dan pemutus udara tegangan tinggi
dan penopang pada gardu hubung. IS : 5350 mencakup tiga jenis isolator pos,
yaitu untuk di dalam ruangan, untuk di luar ruangan berbentuk silinder dan juga
berbentuk kaki.
4.3.5 Jarak Penghantar
Jarak penghantar di tentukan oleh tegangan dan rentangan. Sebagai aturan ibu jari jarak
antara penghatar harus 1 % dari rentangan maksimum dari sluran tegangan tinggi. Jarak 20-30
cmcukup untuk saluran tegangan rendah. Penghantar yang lebih ringan harus berjarak lebih
jauhdari pada yang lebih berat. Jarak dari penghantar alumunium di berikan rumus :
S = √d+ V150
....................................................................... 4.5
Di mana:
S = jarak penghantar (m)
V= tegangan saluran (KV)
D= lendutan (m)
Jarak yang dianjurkan untuk penghantar-penghantar umumnya diberikan dalam table 4.6
Tabel 4.6
Jarak Penghantar yang Dianjurkan
Tegangan
(KV)
Ukuran
Penghantar
(mm)
A
(cm)
Rentangan
60m 90m
B
(cm)
Rentangan
60m 90m
C
(cm)
Rentangan
60m 90m
D
(cm)
Rentangan
60m 90m
11
33
6/1/2.59
6/1/3.55
6/1/4.50
30/7/2.79
6/1/2.59
6/1/3.35
6/1/4.50
30/7/2.79
75
75
60
60
135
120
105
105
-
105
90
75
-
150
135
120
75
75
60
60
135
120
105
105
-
105
90
90
-
150
135
135
105
90
75
75
-
120
105
105
45
45
45
-
45
45
45
Saluran yang terpasang pada isolator gantung dianggap menggelantung menjauhi garis tegak
jika menerima tiupan angin. Sudut simpangan dianggap 60ᵒ terhadap garis tegak di bawah
kondisi beban angin maksimum seperti tertera pada Tabel 4.2 . Pada umumnya jarak minimum
ditetapkan 30cm untuk tegangan sampai 22 kV ditambah 0,8 cm untuk setiap tambahan tegangan
dalam kV.
Selanjutnya untuk mengetahui jarak minimum dari tanah sesuai dengan peraturan IE no 17 dapat
dilihat pada table 4.7.
Tabel 4.7
Jarak Minimum dari Tanah Sepanjang dan Melintang Jalan
Kelas Tegangan Melintang Jalan
(ft) (m)
Sepanjang Jalan
(ft) (m)
Tegangan Rendah dan
Menengah
Tegangan Tinggi
Tegangan Sangat tinggi
19
20
20
5.791
6.095
6.095
18
19
20
5.496
5.791
6.095
Jarak minimum dari tanah untuk saluran udara termasuk saluran saluran pelayanan di bangun
dimana saja diatas lokasi pemukiman harus sebagai berikut :
a). Saluran tegangan rendah,menengah dan tinggi : 4.572 (15ft) sampai 11 kV jika tanpa isolasi.
b). Saluran tegangan rendah,menengah dan tinggi : 3.963 (13ft) sampai 11 kV jika diisolasi.
c). Saluran tegangan tinggi diatas 11.000 Volt : 5.182 (17ft)
Untuk tegangan sangat tinggi,jarak dari tanah harus 5.182 (17ft) ditambah 0,305 m (1ft) untuk
setiap 33.000 atau bagian darinya,pada tegangan yg lebih tinggi dari 33.000 volt.
Jarak Minimum dari bangunan :
a). Sesuai peraturan IE nomor 79 dan 80, untuk tegangan rendah dan menengah,jarak tegak
harus
2.439 m (8 ft) dan jarak mendatar 1.128 m (4 ft) dari titik terdekat.
b). Jarak tegak untuk saluran tegangan tinggi sampai 33 kV minimum 3.568 m, untuk saluran
tegangan sangat tinggi jarak tegak harus ditambah 0.305 m setiap tambahan 33 kV dan
sebagainya.
c). Jarak mendatar minimum :
Untuk saluran sampai 11 kV
Untuk saluran tegangan tinggi di atas 11 kV
sampai 33 kV
Untuk salurn tegangan sangat tinggi
1.219 m
1.829 m
1,829 ditambah 0.305 m setiap 33 kV
atau bagiannya
Jarak minimum antara saluran daya dan saluran komunikasi :
Saluran tegangan rendah dan menengah
Saluran 11 kV
1.38 m
2.13 m
Jarak minimum dari saluran lain :
Saluran tegangan rendah dan menengah
Saluran tegangan tinggi
Salurn tegangan sangat tinggi
1.30 m
1,80 m
2.70 m
4.4 Kontruksi Saluran Udara
Penopang
Penopang – penopang yang berbeda untuk saluran udara sepert yang pernah diterangkan
yaitu :beton pra tekan,beton bertulang,baja bulat atau rangka kanal dan berkayu. Ukuran dan
tingginya tergantung pada panjang bentangan, ukuran penghantar,dan tegangan,fasa dan jarak
tanah. Tiang tunggal biasanya digunakan, walapun kekuatan melintangnya dapat ditingkatkan 3-
4 kali dengan dengan menggunakan tiang yang disusun berbentuk H.
Pada saat ini untuk saluran 66 KV dan 132 KV , menara berbentuk H digunakan , tetapi
untuk lebih berhati-hati bila terjadi tegangan lebih dan untuk alat-alat pengaman.
Penghantar
Penghantar aluminium penuh ( All Alumunium Conductor ) dan penghantar yang
diperkuat dengan baja ( Aluminium Conductor Stranded Reinforced ) biasanya digunakan .
Penghantar-penghantar ini adalah konstruksi standard an batas tegangan tarik dari semua
penghantar didasarkan pada tegangan putus total. Untuk semua penghantar Alumunium , jumlah
tegangan tarik rata-rata minimum untuk setiap kawat sebelum tegangan putus dikalikan dengan
faktor putus yang ditunjukkan dibawah ini :
Penghantar 3 untai 97%
Penghantar 7 untai 96%
Penghantar 19 untai 94%
Penghantar 37 untai 90%
Untuk ACSR , batas tegangan tarik adalah 98% dari jumlah tegangan tarik minimum dari
setiap kawat aluminium ditambah 85% dari jumlah tegangan tarik minimum dari setiap kawat
baja sebelum putus.
Pemasangan saluran
Ketika menangani penggulungan kabel di lapangan penting sekali menyakinkan agar arah
gulungan sesuai dengan arah anak panah yang tertera padanya. Jika digulungkan berlawanan
dengan arah anak panah , ada kemungkinan kabel akan rusak. Paling baik penggulung diletakkan
diatas dudukan penggulung atau dongkrak pada waktu menarik penghantar , dudukan
penggulung lebih baik karena lebih kokoh . Harus diingat bahwa penggulung untuk penghantar
aluminium lebih ringan dari pada penggulung yang sama untuk penghantar tembaga . Penghantar
AAC dan ACSR lebih mudah ditarik dengan tangan atau mesin pengangkat . Aluminium tidak
sekeras tembaga . Oleh sebab itu , pada penghantar aluminium harus hati-hati untuk menghindari
lecet pada kawat luar oleh penarikan di atas karang atau sejenisnya.
Pemberian tegangan awal
Pada metode ini penghantar ditarik sampai suatu tegangan tarik diatas tegangan yang
diingini tetapi tidak lebih dari 50% dari beban putus , untuk suatu jangka waktu yang singkat ,
misalnya 20 menit. Ini dinamai tegangan mematikan . Pada akhir dari saat ini , penghantar
dikendurkan sehingga mencapai lendutan yang benar atau tegangan tarik untuk peningkatan suhu
, penghantar kemudian dapat dipindahkan dari klem jangkar ke isolator atau klem penggantung
dengan cara yang biasa.
Pemberian tegangan tarik lebih
Berupa penarikan penghantar sampai tegangan tarik yang sedikit lebih tinggi dari nilai
teoritis pada peningkatan suhu dan memasangnya pada tegangan tarik tersebut dengan
pengurangan lendutan yang bersangkutan . Sesudah beberapa saat ia akan memperoleh lendutan
yang tepat pada tegangan rambatnya.
4.5 Saluran bawah tanah
Bentuk jaringan bawah tanah berpengaruh besar terhadap keterandalan . Bentuk jaringan
menyatakan bagaimana unsur-unsur rangkaian dihubungkan khususnya mengenai letak dan jenis
alat-alat penghubungnya . Titik berat rancangan system bawah tanah menekankan pada
kemudahan penghubung untuk bagian sistem yang terganggu dan tetap meberi pelayanan.
Pada saluran bawah tanah penghantar yang digunakan sangat berbeda dengan saluran
udara , dimana pada sistem bawah tanah saluran yang dipakai adalah berupa kabel yang juga
dipengaruhi oleh pemanasan yang dapat menimbulkan tekanan pada kabel.
4.5.1 Kabel berisolasi
Kabel-kabel dapat diklasifikasikan sesuai dengan konsep-konsep berikut ini :
a) Teras , teras tunggal , teras rangkap , teras tiga , dan teras tiga setengah
b) Bentuk , jenis bulat dan sektor
c) Susunan , jenis sabuk , bertabir , diisi minyak , diisi gas , diperkuat dan tidak diperkuat
d) Dielektris , berisolasi kertas ( PILCSTA ) , polyvinyl chloride ( PVC ) , rantai silang
polyethylene (XPLE) dan berisi gas ( Nitrogen atau SF6 ).
Karakteristik listrik kabel
Resistansi
Rac = Rdc ( 1 + Y s + Y p )
………………………………………………………………………………….4.6
Dimana :
Rac : resistansi arus bolak-balik (Ω)
Rdc : resistansi arus searah
Y s : hubungan untuk efek kulit
Y p : hubungan untuk efek dekat ( proximity ).
Kapasitansi
(a) Untuk teras tunggal , kabel bertabir dengan tiga teras dengan penghantar bulat ,
kapasitansi C dirumuskan dengan :
C = 0,024 є / ( log d¿ / dc )
……………………………………………………………………………4.7
Dimana :
C = kapasitansi (µF/fasa/km)
d¿ = garis tengah isolasi di atas (overhead)
dc = garis tengah penghantar
Є = koefisien bahan dielektris ( rata-rata 3,6 )
(b) Untuk kabel sabuk , kapasitansinya paling baik dapat diperoleh dengan pengukuran
langsung.
Induktansi
Untuk kabel teras tiga, kabel penghantar bulat induktansinya L diberikan dengan rumus empiris :
L= 0,460 log (GMD/GMR)…………………….………………………..4.8
Dimana :
L = induktansi ( mH/fasa/km )
GMD = jarak geometris rata-rata (geometric mean distance)
GMR = jari-jari geometris rata-rata (geometric mean radius)
4.5.2 Penentuan Pemakain Kabel (Cable Rating)
Perhitungan didasarkan pada hokum Ohm dalam panas sebagai pengganti satuan listrik.
Rumus ini menyatakan pemindahan panas yang menembus suatu lapisan diantara dua permukaan
yang berhadapan, timbul perbedaan suhu yang dirumuskan :
Aliran panas dalam watt termal = perbedaan suhu
Resistansi termal Ωthermal …………………..4.9
Suatu ohm termal adalah perbedaan suhu dalam di antara permukaan yang
berhadapan dari 1 watt/cm2 yang dihasilkan oleh aliran 1 watt panas. Dinyatakan dalam satuan
/watt/cm. Sesungguhnya ketahanan termal tergantung pada bahan penghantar, isolasi, tutup
pelindung dan tanah. Bila semua factor diperhitungkan, pemakaian ditentukan dengan rumus
empiris yang baku dan ditetapkan oleh pabrik kabel bersama dengan factor koreksi untuk
penggunaan dalam daftar kelompok yang berbeda.
Pada kabel ada tiga sumber panas, yaitu I2R dalam penghantar, rugi dalam sarung dan
rugi dalam penguat. Dalam menghitung rugi I2R biasanya dimulai dengan resistansi yang
tersusun dalam daftar resistansi baku. Rugi elektris hanya penting dalam kabel tegangan sangat
tinggi, ialah 132 kV atau lebih. Rugi sarung dan penguat walaupun ada dalam kabel berteras tiga,
merupakan factor utama bagi kabel berteras tunggal dengan arus bolak-balik.
Bila kabel A yang ditanam memikul beban I, maka akan memanasi tanah sekelilingnya
kenaikan suhu di atas permukaan umum. Jika sekarang kabel B diletakkan didalam tanah
berdekatan dengan kabel A maka kabel B akan menerima suhu tanah yang ditempatinya.
Kenaikan suhu B di atas permukaan bersama dinyatakan sebagai pemanasan bersama. Bila suatu
kabel dipanasi oleh lebih dari satu kabel berdekatan, prinsip penjumlahan (superposisi) dapat
digunakan.
Tingkat Tekanan (Stress Grading)
Tekana listrik paling besar terjadi di dekat pusat penghantar dan berkurang secara logaritma
semakin keluar. Tekanan di dekat penghantar dapat dikurangi ileh derajat isolasi, karena tekanan
berbanding terbalik terhadap dieletrika yang diijinkan. Jika penghantar diuntai tetapi tidak
dipadatkan, garis gayanya tidak berbentuk radial yang tepat, terutama di dekat penghantar.
Factor yang tepat perlu digunakan jika harus dibuat perbandingan antara tekanan-tekanan dalam
sebuah kabel dengan penghantar yang diunai dan tekanan dalam kabel dengan penghantar yang
padat, halus atrau bertabir.
Efek Termo-Mekanis dalam Sistem Kabel
Jika suatu penghantar kabel tidak bebas memuai dan gerakan memanjang kabel dicegah okeh
tanah, pada penghantar akan timbul gaya bila suhunya naik. Pada kenaikan suhu yang lebih besar
terjadi perubahan yang tidak lentur pada penghantar yang nilainya tergantung pada bahan dan
suhu. Sebuah sambungan kaku pada suhu yang tinggi juga menimbulkan gaya tekan yang sama
seperti pada penghantar. Lebih umum, penghantar bergerak ke arah sambungan dan melepaskan
gaya yang besarnya tergantung pada hambatan antara teras-teras kabel dan sarungnya.
Gerakan berulang yang bersamaan dengan pembebanan dapat merusak isolasi sambungan atau
tabir dari setiap teras. Gesekan dari teras-teras dalam sambungan merupakan efek khas dari
pemuaian penghantar dan menyebabkan memburuknya sambungan. Desakan tanah dan
pemendekan penghantar menimbulkan tegangan dan dapat dilakukan penarikan lingkar, hal itu
disebabkan oleh kedua keadaan tersebut tergantung pada bahan dan suhu. Sebuah sambungan
kaku pada suhu yang tinggi juga menimbulkan gaya tekan yang sama seperti pada penghantar.
Lebih umum, penghantar bergerak ke arah sambungan dan melepaskan gaya yang besarnya
tergantung pada hambatan antara teras-teras kabel dan sarungnya.
Gerakan berulang yang bersamaan dengan pembebanan dapat merusak isolasi sambungan atau
tabir dari setiap teras. Gesekan dari teras-teras dalam sambungan merupakan efek khas dari
pemuaian penghantar dan menyebabkan memburuknya sambungan. Desakan tanah dan
pemendekan penghantar menimbulkan tegangan dan dapat dilakukan penarikan lingkar, hal itu
disebabkan oleh kedua keadaan tersebut.
4.6 Bahan-Bahan Kabel
4.6.1 Bahan Isolasi
Sifat-sifat yang penting untuk isolasi kabel adalah :
a) Tahanan isolasi yang tinggi
b) Kekuatan dielektris yang tinggi
c) Sifat mekanis yang baik, misalnya liat dan elastic
d) Tidak bereaksi terhadap asam dan alkali pada suhu kerja
e) Tidak mengisap lembab atau digunakan penutup kedap air
f) Tidak terlalu mahal dan mudah dikerjakan dipabrik dan lapangan
4.6.2 Minyak Kabel dan Kompon
Mutu yang diingin :
a) Koefisien muai yang rendah
b) Kekentalan yang rendah pada suhu pencelupan (impregnasi)
c) Kekentalan yang tinggi pada suhu kerja (hanya kabel padat)
d) Titik beku di bawah suhu pelayanan
e) Agak bersifat melumasi
f) Koefisien suhu rendah dan ketahanan tinggi
g) Kekuatan dielektris tinggi
h) Mantap secara kimia dan bebas dari kandungan gas
Tergantung pada bahan dan suhu. Sebuah sambungan kaku pada yang tinggi juga menimbulkan
gaya tekan yang sama seperti pada penghantar . lebih umum, penghantar bergerak ke arah
sambungan dan melepaskan gaya yang besarnya tergantung pada hambatan antara teras-teras
kabel dan sarungnya.
Gerakan berulang yang bersamaan dapat merusak isolasi sambungan atau tabir setip teras.
Gesekan dari teras-teras dalam sambungan merupakan efek khas dari pemuain pengahantar dan
menyebabkan memburuknya sambungan. Desakan tanah dan pemendekan penghantar
menimbulkan tegangan dan dapat dilakukan penarikan lingkar hal ini disebabkan oleh kedua
keadaan tersebut.
4.6 BAHAN –BAHAN KABEL
4.6.1 Bahan Isolasi
Sifat-sifat yang penting untuk isolasi kabel adalah:
a) Tahanan isolasi yang tinggi
b) Kekuatan dielektris yang tinggi
c) Sifat mekanis yang baik, misalnya liat dan elastic
d) Tidak dapat bereaksi terhadap asam alcohol pada suhu kerja
e) Tidak mengisap lembabatau digunakan penutup kedap air
f) Tidak terlalu mahaldan mudah dikerjakan di pabrik dan di lapangan
4.6.2 Minyak kabel dua Kompon
Mutu yang diingini:
a) Koefisien mui yang rendah
b) Kekentalan yang rendah pada suhun pencelupan atau impregnasi
c) Kekentalan yang tinggi pada suhu kerja atau hanya kabel padat
d) Titik beku dibawa suhu pelayanan
e) Agak bersifat melumasi
f) Koefisien suhu renda dan ketahanan tinggi
g) Kekuatan dielektris tinggi
h) Mantap secara kimia dan bebas dari kandungan gas
4.6.3 isolasi Sintesis
Sampai saat ini kertas yang di celup minyak merupakan jenis isolasi yang terbanyak
dipakai pada kabel-kabel tegangan tinggi. Pada umumnya isolasi kertas yang dicelup minyak
dapat mencapai umur sampai 30 tahun tanpa perawatan, murah biayanya dan murah
memasangnya.
Isolasi sintesis telah dicoba (misalnya PVC polyethylene) tetapi umumnya gagal karena
hal –hal berikut:
a) Karakteristik termal rendah, akibatnya daya dalur lebih rendah dan adanya kondisi
hubung singkat
b) Sifat listrik kurang, tidak tahan tegangan tinggi yang memadai.
Penemuan polyethelene rantai silang (XLPE) rupanya dapat memecahkansebagian
masalah di atas. (XLPE) diperoleh dengan menghubungkan secara bersilang molekul-
molekul polyethelene dalam sejenis proses yang mempengaruhi vulkanisasi karet.
Polyethelene di-ekstruksi-kan kedalam penghantar di bawah kondisi yang diatur ketat
dan kemudian diuapkan dibawah suhu dan tekanan tingggi. Pemeran penyambungan
silang (biasanya di-cymiperoxida) ditambahkan pada ekstrak polyethelene hydrogen dari
polyethelene yang terbentuk oleh formasi ikatan karbon-karbon diantara rantai molokul
yang panjang dan mengubah polimer menjadi jenis termoset. Persilangan menghasilkan
bahan yang bersifat termo-meknis sempurna sambil maningkatkan sifat listrikyang baik
dari polyethelene.
4.6.4 Isolasi Dan Sarung Kabel
Bahan-bahan isolasi untuk berbagai jenis kabel diberikan dalam table 4.8. juga bahan
srung kabel memiliki andil yang besar guna menetapkan kapasitas kabel seperti induktifitas
termal, ketahanan lengkung, ketahanan cuaca dan sebagainya. Sifat-sifat bahan sarung kabel
terdapat pada table 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Perbandingan Berbagai Bahan Sarung Kabel
Bahan Timba
l
Aluminium Vinil Khloroprene Polyethelene
Tahanan Jenis (Ω
cm)
- - 1012-15 107-12 1015
TEgangan Tarik
(kg/mm2)
1,5 8 ‒ 18 1,0 ‒ 2,5 ‒ 2,0 ‒ 1,0
Muai Panjang (%) 5,5 2,0 ‒ 3,0 100 ‒ 300 300 ‒ 1000 ‒ 1,0
Ketahanan Lengkung ∆ ∆
Ketahanan Panas ∆ ∆
Ketahanan Dingin ∆
Ketahanan Cuaca
Ketahanan Ozon - -
Ketahanan Api ∆
Ketahanan Minyak ∆
Ketahanan Asam X X ∆
Ketahanan Alkali X X
Ketahanan Air
Berat Jenis 11,34 2,7 1,4 1,5 0,92
Catatan
Faling baik
Ada kerusakan tetapi tidak berarti dalam kenyataan
∆ Kerusakan lebih besar tetapi dapat dipakai
X Tidak layak digunakan
Soal-soal :
1. Jelaskan perbedaan antara saluran udara dan saluran bawah tanah !
2. Sebutkan kompenen-kompenen saluran udara dan saluran bawah tanah !
3. Sebutkan akibat dari pengaruh panas terhadap saluran udara dan saluran bawah tanah !
4. Sebutkan faktor-faktor desain pada saluran udara !
5. Sebutkan peralatan yang dipakai pada konstruksi saluran udara !
6. Jelaskan karakteristik kabel pada saluran bawah tanah !
7. Jelaskan penentuan pemakaian kabel pada saluran bawah tanah !
8. Jelaskan perbandingan ketahanan dari berbagai jenis bahan kabel !
DAFTAR PUSTAKA
1. AS Pabla., terjemahan : Ir. Abdul Hadi, Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga,
Jakarta, 1991
2. Perusahaan Umum Listrik Negara, Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 KV, SPLN
59, Jakarta, 1985
3. Turan Gonen., Electrik Power Distributon System Engineering, McGraw-Hill Book
Company, New York, St. Louis, San Francisco, Auckland, Bogota, Hamburg,
Johannesburg, London, Madrid, Mexico, Motreal New Delhi, Panama, Paris, Sau
Paulo, Singapore, Sydney, Tokyo, Toronto, 1986