modul elkom 2016

Upload: anonymous-hr8ey7

Post on 06-Jul-2018

296 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    1/60

     

    MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

    UNIVERSITAS TELKOM

    BANDUNG

    2016

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    2/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20161

    STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM ELEKTRONIKA

    KOMUNIKASI

    2015-2016

    Pembina laboratorium : Mochamad Yana Hardiman,S.T,M.T.

    Koordinator Asisten : Primadie Anandhias Putra 1101120108

    Divisi Praktikum : Melina 1101120214

    Desi Dwi Prihatin 6305130079

    Intan Sulviyani 6305130037

    Divisi Alat : Octavian Putera Kesuma Sugeng 1101120136

    Achmad Caesar Triaputra 1101120265

    Fadila Rahmadany 6305130047

    Divisi Administrasi : Ratnawati Bernita 6305134124

    Divisi HRD : Falih Adan 1101124311

    Mutia Henarta 1101120104

    Divisi Riset : Rheza Egha Dwi Rendra Graha 1101120239

     Nanda Aldira Fakhri 1101120097

    Devi Ayu Nurmalinda 1101134481

    Dimas Setriyo Wahyudi 1101134478

    Riza Yusron 1101130193

     Niken Salma Nabila 1101140211

    Mengetahui,

    Pembina Laboratorium Elektronika Komunikasi

    Mochamad Yana Hardiman,S.T,M.T.

    10840740-3

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    3/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20162

    TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    1. 

    Semua praktikan WAJIB menggunakan seragam Telkom University2. Kelengkapan praktikum meliputi kartu praktikum, modul praktikum, dan jurnal praktikum.

    3. 

    Praktikum dilaksanakan selama 2,5 jam sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

    4. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum pelaksanaan praktikum dimulai.

    5. Keterlambatan praktikan di atas 20 menit, akan menyebabkan praktikan tidak diperbolehkan

    mengikuti kegiatan praktikum pada modul berjalan.

    6. Praktikan dapat melaksanakan praktikum setelah mendapatkan instruksi dari Asisten

    Praktikum.

    7. 

    Di dalam Ruangan Laboratorium. Praktikum dilarang :

    -  Makan, minum, dan merokok

    -  Membuat kegaduhan didalam ruangan

    Mengubah konfigurasi Software/Hardware

    -  Meninggalkan ruangan tanpa seijin Asisten Praktikum

    -  Telepon/SMS tanpa seijin Asisten Praktikum

    -  Segala tindakan yang tidak pantas dilakukan selama praktikum berlangsung

    8. Apabila Praktikan melanggar aturan 1 sampai dengan 7 diatas, maka Praktikan akan

    dikenakan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    9. Pelaksanaan Praktikum dibagi menjadi 4 shift/hari :

    -  SHIFT 1 : 06.30 –  09.00

    -  SHIFT 2 : 09.30 –  12.00

    -  SHIFT 3 : 12.30 –  15.00

    -  SHIFT 4 : 15.30 –  18.00

    Untuk hari jumat shift 2 dimulai pukul 09.00 dan shift 3 dimulai pukul 13.00 serta shift 4

    dimulai pukul 16.00.

    10.  Tidak ada Praktikum Susulan, kecuali :

    Kegiatan Kemahasiswaan Surat dari BK atau Wadek I

    -  Sakit SURAT KETERANGAN DIRAWAT 

    -  Pengajuan praktikum susulan ditujukan ke LABORAN bukan ke Laboratorium

    ataupun PRODI.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    4/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20163

    MODUL I PRAKTIKUM ELKOM

    RESONATOR DAN FILTER

    A.  Tujuan :

    1.  Praktikan dapat mengidentifikasi jenis filter dari gambar respon frekuensi yang tergambar

     pada osiloskop dan spectrum analyzer.

    2.  Praktikan dapat membedakan respon frekuensi yang dihasilkan oleh filter Butterworth

    dan Chebychev, dan dapat menganalisis karakteristik masing masing filter tersebut.

    3. 

    Praktikan dapat memahami konsep perancangan dan transformasi filter.

    4. 

    Praktikan mampu membedakan karakteristik yang dimiliki filter aktif maupun pasifsehingga mengerti kapan harus memakai masing masing filter.

    B.  Peralatan yang digunakan :

    1.  1 Kit praktikum Filter  

    2.  1 Function Generator

    3.  1 Osiloskop

    4.  1 Spectrum Analyzer

    5.  2 Probe

    6.  Jumper

    C.  Dasar teori :

    - Resonator

    Resonansi adalah suatu kondisi dimana rangkaian dieksitasi dengan frekuensi

    naturalnya, ini menyebabkan nilai |H(jω)| mencapai  nilai minimum dan maksimum. Nilai

    |H(jω)| merupakan  respon frekuensi yang direpresentasikan sebagai perbandingan output

    respon Y(jω) terhadap input sinusoidal X(jω) atau yang lebih dikenal dengan fungsi transfer

    dan domain jω: 

    Frekuensi yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi disebut dengan frekuensi resonansi

    (ω0), atau sering digunakan juga, f 0 , f r  , f c 

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    5/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20164

    Fungsi rangkaian Resonator yaitu untuk memilih / meloloskan sinyal pada frekuensi

    tertentu, meredam secara significant diluar frekuensi yang diinginkan.

    Suatu rangkaian dikatakan beresonansi ketika tegangan terpasang V dan arus yang

    dihasilkan I berada dalam kondisi satu fasa.

    Kita telah mempelajari bahwa XL  dan XC  bergantung pada frekuensi f dari arus bolak-

     balik (AC). Jika XL=XC, impedansi rangkaian Z menjadi sama dengan hambatan R karena R

    tidak bergantung pada f. Rangkaian yang memiliki nilai seperti itu disebut dengan rangkaian

    resonansi.

    Rangkaian LC parallel dapat dimodelkan sebagai ideal band pass filter :

    -  Induktor ideal

    -  Kapasitor ideal

    Bebandibuka / ‘open’ 

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    6/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20165

    -  Filter

    Filter merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk menyaring daerah frekuensi

    kerja tertentu dimana hanya frekuensi yang diinginkan yang dapat diteruskan, sedangkan

    diluar frekuensi tersebut akan diredam. Frekuensi pemisah antara frekuensi yang diinginkan

    dan yang tidak diinginkan disebut frekuensi cut-off . Dimana besarnya frekuensi cut-off

    adalah 0,707 volt dari tegangan maximum yang diinginkan atau nilainya sama saat redaman

    mencapai nilai -3dB.

    Filter analog banyak digunakan dalam sistem komunikasi, misalnya pada up-down

    converter , untuk merancang duplekser, filter sinyal audio, filter RF, filter SSB, dsb. Contoh 

    filter yang paling sederhana adalah pada rangkaian penyearah, dimana semua komponen

    sinusoidalnya dihilangkan, sehingga hanya komponen C saja yang tertinggal.

    PENGGOLONGAN FILTER

    Filter digolongkan dalam dua bagian, yaitu:

    1.  Filter menurut komponen penyusun rangkaiannya :

    a.  Filter pasif merupakan filter yang komponennya terdiri dari resistor, kapasitor dan

    induktor.

     b.  Filter aktif merupakan filter yang komponennya terdiri dari penguat operasional,

    resistor dan kapasitor.

    c.  Selain itu masih ada lagi seperti filter Surface Acaustic Wave(SAW), filter-filter

    elektromagnetik dan filter kristal piezoelektrik.

    2.  Filter berdasarkan batas frekuensi yang ingin dilewatkannya :

    a. 

    LPF (Low Pass Filter)

    Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi dibawah frekuensi cut-off dan meredam

    semua frekuensi di atasnya.Dengan kata lain LPF memperlemah tegangan keluaran

    untuk semua frekuensi diatas frekuensi cut-off dan tetap untuk tegangan dibawah

    frekuensi cut-off.

     b.  HPF (High Pass Filter)

    Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diatas frekuensi cut-off dan meredam semua

    frekuensi di dibawahnya.Dan HPF akan memperlemah tegangan keluaran untuk

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    7/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20166

    semua frekuensi dibawah frekuensi cut-off dan tetap untuk tegangan diatas frekuensi

    cut-off. Sehingga HPF berlawanan dengan LPF.

    c.  BPF (Band Pass Filter)

    Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah dan

    frekuensi cut-off atas dan meredam semua frekuensi diluarnya. Selisih antara

    frekuensi cut-off atas dan frekuensi cut-off bawah disebut dengan  Bandwidth  (BW).

    Dari selisih ini band pass filter dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Wideband dan

     Narrowband. Penjelasan selengkapnya baca buku referensi lainnya.

    d.  BSF (Band Stop Filter)

    Filter ini berfungsi meredam frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah dan

    frekuensi cut-off atas dan meloloskan semua frekuensi lainnya. Oleh karena itu BSF

    merupakan kebalikan dari BPF. Dari selisih ini band pass filter dapat dikelompokkan

    menjadi 2 yaitu Wideband dan Narrowband. Penjelasan selengkapnya baca buku

    referensi lainnya.

    3.  Filter menurut bentuk frekuensi terhadap gain :

    a.  Filter Butterworth

    Pendekatan Butterworth didasari pada asumsi bahwa keperluan untuk mendapatkan

    respon rata pada daerah frekuensi sekitar nol dipandang lebih penting daripada daerah

    lainnya.

    Gambar 1.1 Respon Filter Butterworth Gambar 1.2 Respon Filter Chebyshev

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    8/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20167

    - R

    0

    - 3

    01

    A [dB]

    Butterworth

     

    Chebyshev

    1/cosh B

     b.  Filter Chebyshev

    Jika pole-pole Butterwoth (ternormalisasi) digeser kearah kanan dengan cara

    mengalikan bagian real (-α) dengan suatu konstanta kc

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    9/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20168

    - nilai ripple yang diinginkan (r), khusus untuk filter chebyshev.

    Oleh karena itu, bagan di bawah ini adalah langkah umum merancang sebuah filter, yaitu :

    Merujuk pada buku, bagan perancangan filter pasif di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a.  Menentukan spesifikasi  filter yang diinginkan, dapat berupa besarnya penguatan,

    frekuensi cut-off , frekuensi stop band yang digunakan dan besarnya nilai ripple yang

    diizinkan.

     b. 

    Normalisasi frekuensi  untuk mempermudah perancangan, analisis dan perhitungan

    karena frekuensi yang digunakan biasanya sangat tinggi. Adapun cara untuk

    normalisasi frekuensibeberapa filter, terdapat dalam tabel dibawah ini:

     Note:

    ω’C = frekuensi cut-off ternormalisasi ωSA = frekuensi stop-band atas

    ω’S = frekuensi stop-band ternormalisasi ωSB = frekuensi stop-band bawah

    ωCA = frekuensi cut-off atas

    ωCB = frekuensi cut-off bawah

    Spesifikasi,Nomalisasi

    Orde Filter --> Harga

    Komponen

    TransformasiLPF

    Denormalisasi

    Gambar

    rangkaian

    sebenarnya

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    10/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/20169

    Tabel1.1TabelNormalisasi Filter Pasif

    Filter Spesifikasi Awal LPF Ternormalisasi C '    S '   

    1 rad/s

     

      

     

      

    CBCA

    SBSA

     BW 

     BW 

      

      

     

    SBSA

    CBCA

     BW 

     BW 

      

      

     

    c.  Menentukan orde filter.

    Dari hasil normalisasi maka akan didapat nilai frekuensi stop band ternormalisasi.

    Orde filter akan didapat dengan cara melihat kurva redaman vs kurva frekuensi

    ternormalisasi.

    d.  Menentukan harga komponen induktor dan kapasitor.

    Setelah mendapatkan orde filter , tahap selanjutnya menentukan komponen L dan C.

    Dari orde filter dan perbandingan Rs dan Rl dengan melihat tabel  Prototype Element

    Value  ,didapatkan nilai komponen-komponen C dan L. Kemudian kita dapat

    merangkai komponen yang telah kita dapatkan dari tabel tersebut.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    11/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201610

    e.  Proses transformasi.

     Nilai-nilai yang telah didapatkan merupakan nilai komponen untuk filter LPF saja .

    Jika diinginkan filter yang lain perlu dilakukan transformasi ke filter yang diinginkan

    (HPF,BPF,BSF).

    Tabel1.2 TabelTransformasiFilter Pasif

     Note: Untuk filter LPF tidak mengalami proses transformasi, khusus untuk LPF bisa

    langsung ke tahap berikutnya (denormalisasi).

    Filter Transformasi LPF Ternormalisasi Keterangan

    HPF

    denormalisa

    si

     LPF  HPF  C 

     L   1  

     LPF  HPF   LC 

      1

     

    BPF

    denormalisa

    si

     

     Komponen seri pada LPF

    diubah menjadi

    LBPF(=LLPF) diseri dengan

    CBPF(=LLPF)

     

    Komponen paralel pada

    LPF diubah menjadi

    LBPF(=CLPF) diparalel

    dengan CBPF(=CLPF)

    BSF

    denormalisa

    si

     

      Komponen seri pada LPF

    diubah menjadi

    LBSF(=LLPF)

    diparaleldengan

    CBSF(=LLPF)

     

    Komponen paralel pada

    LPF diubah menjadi

    LBSF(=CLPF) diseri dengan

    CBSF(=CLPF) 

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    12/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201611

    f.  Denormalisasi.Untuk mendapatkan nilai komponen yang sebenarnya perlu dilakukan

    denormalisasi. Adapun cara denormalisasi dapat dilakukan seperti tabel dibawah ini :

    Tabel 1.3 Tabel Denormalisasi Filter Pasif

    Filter Rangkaian filter Nilai Komponen Keterangan

    LPF LC 

    n Nn

     R f  

    C C 

     2

    '  

    n L Nn

     f  

     L R L

     2

    '  

    C Nn = nilai

    Denormalisasi C ke-n

    C’n = nilai C

    ternormalisasi ke-n

    R L = nilai resistansi

    normalisasi

    C  f    = frekuensi cut-off

    O f    = frekuensi tengah

    CACB   f   f    .  

    B = bandwidth 3-dB

    HPF C 

    n L Nn

     f  

     L R L

     2

    '  

     LC 

    n Nn

     R f  

    C C 

     2

    '  

    BPF

    Parallel

     B

     L R L   n L Nn

     2

    '  

     LnO

     Nn RC  f  

     BC 

    '2  2

       

    Seri

    nO

     L Nn

     L f  

     B R L'2

      2 

     

     B R

    C C 

     L

    n Nn

     2

    '  

    BSF

    Paralel

    nO

     L Nn

     L f  

     B R L

    '2  2

       

     B R

    C C 

     L

    n Nn

     2

    '  

    Seri

     B

     L R L   n L Nn

     2

    '  

     LnO

     Nn RC  f  

     BC 

    '2  2

       

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    13/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201612

    CONTOH SOAL 

    1.  Rancang Filter LPF BT dengan frekuensi cut off 100MHz, pada frekuensi 400MHz

    mengalami redaman sebesar 60dB, dimana (Rl =30 KΩ dan Rs= 15KΩ ) ! 

    Solusi :

      Maka dapat dilihat harga komponen prototype filter :

     

    Prototype LPF :

      Denormalisasi :

    C1 =0.686

    2.10.30.10= 0.03639 pF

    L2 =0.496.3.10

    2.10 = 23.68 F

    Komponen yang lain dapat dicari seperti langkah di atas.

      Gambar rangkaian sebenarnya (note : setiap komponennya menggunakan harga

    setelah didenormalisasi).

      Normalisasi :

    fs

    fc =

    4

    1 = 4 ;

    RS

    RL

    = 0.5

      Orde Filter :

    Lihattable orde ,diperoleh n=5

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    14/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201613

    PROSEDUR  PRAKTIKUM FILTER

    1.  Hidupkan Function Generator dan Osiloskop, pasangkan probenya. Kemudian kalibrasi. 

    2. 

    Atur keluaran generator sinyal sehingga pada osiloskop terlihat (Vp-p)nya ± 10 volt.

    Pasangkan probe positif Function Generator dengan probe positif Osiloskop dan probe

    negative Function dengan probe Negatif Osiloskop. Catat kondisi ini! 

    Kondisi awal : Tegangan Vp-p = ± 10  saat

    Frekuensi = 10 kHz

    3.  Kemudian pasang probe positif Function Generator pada input filter dan probe positif

    Osiloskop pada output filter. Kedua probe negative dihubungkan ke Ground.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    15/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201614

    4. 

    Lakukan percobaan dengan mengambil ± 7 sampel nilai frekuensi (antara 200kHz-2MHz)

    untuk semua filter (filter 1,2,3,4 dan 5). Catat data-data yang diperlukan pada tabel filter

    1.

    Ikuti intruksi asisten untuk dapat mengisi tabel dengan tepat dan cepat.

    5.  Setelah semua data pada tabel filter 1 terisi, kemudian carilah frekuensi cutoff   filter 1

    dengan cara : cari Vp-p paling besar yang terdapat pada filter 1 (caranya tanya asisten),

    lalu kalikan Vp-p tersebut dengan 0,707  (catat hasil perkalian ini), lalu cari nilai

    frekuensi yang memiliki besar Vp-pnya hasil perkalian tadi. Inilah nilai frekuensi cut-

    off nya.

    (Vco) = ........ X 0,707 = ........    f cut-off   = ........ kHz

    6. 

    Lakukan langkah 2 sampai 4 untuk filter 2,3,4 dan 5.

    7.  Untuk mengisi kolom beda phasa ΔΦ dapat dilakukan dengan menggunakan cara sebagai

     berikut :

    Beda Fasa dihitung dengan rumus : ΔΦ = ( T.F) x 360o dimana : ΔT = Selisih perioda sinyal keluaran terhadap sinyal

    masukan

    F = Frekuensi sinyal masukan

    8. 

    Gambar grafik respon amplitude masing-masing filter pada tempat yang

    telahdisediakanyang telahditampilkanpada Spectrum Analyzer.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    16/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201615

    MODUL II PRAKTIKUM ELKOM 

    PENGUAT DAYA DAN OSILATOR  

    A. Tujuan 

    1.  Memahami konsep penguatan secara umum.

    2.  Menganalisa linearitas penguatan transistor kelas A, dan AB.

    3.  Mengamati pengaruh matching impedansi terhadap transfer daya.

    4.  Mengamati dan menganalisa bentuk sinyal penguat kelas A dan AB.

    5. 

    Mengetahui dan memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan penguat, meliputi:linearitas, fidelity, efisiensi, distorsi, dan crossover.

    B. Peralatan yang digunakan 

    1.  Kit praktikum Penguat Daya

    2.  DC Power Supply

    3. 

    Osiloscope

    4. 

    Function Generator

    5.  Multimeter

    6.  Probe

    C. Dasar teori 

    1. Penguat secara umum 

    Penguat secara harfiah diartikan dengan sistem yang membuat jadi kuat. Dalam

     bidang elektronika, penguat adalah sistem yang memperbesar dan menguatkan amplitudo

    sinyal input. Penguat daya yaitu penguat yang menguatkan daya dari sinyal masukan. Pada

    kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa

    adanya daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    17/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201616

    Gambar 2.1 arus colector : (a) Penguat A (b) Penguat B (c) Penguat

    Ada kalanya sinyal input yang dikuatkankemudian terdistorsi karena berbagai sebab,

    sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Dari sinilah muncul istilah fidelity yangmenunjukkan seberapa mirip sinyal input yang dikuatkan dengan sinyal keluarannya

    Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (highfidelity), jika sistem tersebut

    mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Di

    sisi lain, efisiensi juga harus diperhatikan. Efisiensi dinyatakan dengan besaran persentase

    dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan memiliki

    tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi pada proses penguatannya yang

    terbuang menjadi panas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat praktikum nanti adalah

    kita bermain pada frekuensi tinggi yaitu frekuensi FM, sehingga untuk mendapatkan sinyal

    yang cukup bagus harus disesuaikan dengan impedansi matchingnya.

    2. Garis beban 

    Setiap penguat mempunyai ekivalensi rangkaian DC dan ekivalansi rangkaian AC.

    Oleh karena itu, penguat mempunyai dua garis beban yaitu beban AC dan beban DC. Untuk

    operasi sinyal kecil, lokasi titik Q tidak begitu diperhitungkan.Namun untuk penguat sinyal

     besar, lokasi titk Q harus berada di tengah - tengah garis beban AC untuk mendapatkan

    maksimum sinyal keluaran. Terdapat dua garis beban yaitu :

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    18/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201617

    2.1  Garis beban DC

    Gambar (a) Voltage Divider Based (VDB) amplifier. Titik Q dapat digeser posisinya

    dengan cara mengganti nilai R2. Jika nilai R2 sangat besar atau R2>>, transistor akan berad

     pada kondisi saturasi sehingga :

    (2.1)

    Apabila nilai R2 sangat kecil R2

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    19/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201618

    Gambar (d) menunjukan titk operasi saturasi dan cutoff garis beban AC berbeda

    dengan garis beban DC. Karena nilai beban collector dan emitter AC lebih kecil

    dibandingkan beban DC maka garis beban AC lebih rendah dari garis beban DC. Titik

     perpotongan garis beban AC dan DC terletak pada titik Q.

    3. Pemotongan (clipping) sinyal besar 

    Ketika titik berada di tengah garis beban, sinyal AC yang besar akan mengalami

     perpotongan akibat garis beban AC. Pada gambar (a) Ketika sinyal AC meningkat maka

    terjadi perpotongan pada daerah cutoff. Jika titik Q naik seperti gambar (b), sinyal besar akan

    mendrive transistor ke daerah saturasi. Hal ini menyebabkan perpotongan pada daerah

    saturasi. Perpotongan sinyal pada daerah cutoff dan saturasi haruslah dihindari dikarenakan

    dapat merusak sinyal keluaran. Desain yang paling ideal untuk penguat adalah ketika titik Q

     berada di tengah  –   tengah garis beban sehingga didapatkan nilai maksimum peak-to-peak

    tanpa terjadi pemotongan.

    Gambar 2.3 (a) cutoff clipping (b) saturasi clipping (c) optimum Q point

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    20/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201619

    4. Macam-macam penguat daya 

    Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik

     pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada sinyal masukan.

    Gambar 2.4 titik Q penguat A, AB dan B

    Menurut titik kerjanya penguat diklasifikasikan menjadi penguat klas A, B, AB, C ,D dan

    masih banyak lagi. Akan tetapi yang akan di bahas dalam praktikum modul ini, meliputi

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    21/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201620

    Penguat Kelas A 

      Penguat dengan letak titik Q ditengah - tengah garis beban

      Linieritasnya paling bagus

     

    Efisiensi 25% karena banyaknya daya terbuang di transistor

      Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Disipasi daya merupakan

     besarnya daya yang hilang dan berubah menjadi panas.

      Arus bias lebih besar dari magnitude sinyal arus

      Konduksi sebesar 360o 

    Gambar 2.5 (a) rangkaian kelas A (b) Karakteristik sinyal keluaran 

    Power gain didapatkan berdasarkan rumus :

    (2.3)

    Efisiensi :

    (2.4)

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    22/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201621

    Penguat Kelas B

      Letak titik Q berada didaerah cut-off garis beban

      Lineritas kurang baik

      Efisiensi 50%

     

    Terdapat crossover (cacat penyebrangan) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada

    transistor basis emitor. Sehingga saa sinyal masuka belum sebesar tegangan on maka

    transistor basis emitor tidak akan menghasilkan sinyal keluaran. Karena letak titik Q

     penguat kelas B di titik cut-off maka untu satu transistor hanya bisa menguatkan

    setengah siklus dari sinyal masukan.

      Untuk mencegah terjadinya pemotongan sinyal maka dilakukan konfigurasi push pull.

      Konduksi sebesar 180o 

    Gambar 2.6 (a) Rangkaian AC ekivalen (b) Distorsi crossover

    (c) kurva transfer karakteristik penguat B

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    23/60

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 

    UNIVERSITAS TELKOM 

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201622

    Penguat Kelas AB

    Gabungan penguatan A dan B

      Konduksi lebih besar dari 180o tetapi lebih kecil dari 360o 

     

    Menggunakan dua transistor  Letak titik Q berada diantara penguat kelas A dan B

      Linieritas paling jelek

      Efisiensi sekitar 75%

      Terdapat pemotongan sinyal

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    24/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201623

    PROSEDUR PRAKTIKUM PENGUAT DAYA 

    1.  Persiapan dan Pengujian

    a. 

    Siapkan kit penguat daya,  power supply, function generator,  Multimeter, dan 2

     probe untuk osilator dan function generator .

     b.  Hubungkan probe pertama ke osiloskop untuk kalibrasi. Dan hubungkan probe

    kedua ke osiloskop untuk kalibrasi juga.

    c.  Hubungkan probe pada osiloskop dengan probe pada function generator  

    d.  Atur VPP IN = 5 volt pada function generator dengan nilai keluaran vpp di osiloskop.

    e.  Atur Frekuensi = 1000 kHz pada function generator. 

    f.  Sambungkan VCC ke Power Supply +9 Volt

     Impedance matching outputdan Pengamatan Daya maksimum 

    Penguat daya Kelas A 

    1.  Sambungkan P4 dengan RS In, RP in dengan RS Out, Out ke Probe Osiloskop, P1

    ke Probe Function Generator.

    2.  Ukur RS dan RP pada kit dengan cara :

    -  Untuk Rp : (+) Multimeter ke Rp In, (-) Multimeter ke Ground  

    -  Untuk Rs : (+) Multimeter ke Rs In, (-) Multimeter ke Rs Out dan sesuai RS dan RP

    yang diinginkan.

    Catatan : Rs = 0 (Potensiometer di putar ke kanan) 

    Rp = ∞ (Potensiometer diputar ke kiri) 

    3. 

    Setelah mengukur RP dan RS, Hidupkan Power Supply dan lihat pada Osiloskop. 

    4. Catat hasil Vpp dari penguat daya A.

    Penguat daya kelas AB 

    1. 

    Sambungkan P3 dengan RS In, RP in dengan RS Out, Out ke Probe

    Osiloskop, P2 ke Probe Function Generator.

    2.  Ukur RS dan RP pada kit dengan cara :

    - Untuk Rp : (+) Multimeter ke Rp In, (-) Multimeter ke Ground  

    - Untuk Rs : (+) Multimeter ke Rs In, (-) Multimeter ke Rs Out Pengukuran

    Dilakukan sesuai Rp dan Rs yang diminta.

    3.  Setelah mengukur RP dan RS, Hidupkan Power Supply dan lihat

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    25/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201624

     pada Osiloskop.

    4.  Catat hasil Vpp dari penguat daya AB.

     

    Transfer Daya MaksimumPenguat Daya A dan Penguat daya AB 

    1.  Langkah-langkah untuk mencari Transfer daya maksimum adalah seperti

    mencari pengamatan daya maksimum. Tapi banyak menggunakan frekuensi.

    2.  Atur frekuensi menggunakan  function generator   sesuai tabel yang diminta.

    Tekan tombol auto pada osiloskop.

    3.  Catat hasil Vpp penguat daya A maupun penguat daya AB.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    26/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201625

    OSILATOR

    A.  Tujuan

    a. 

    Praktikan dapat memahami prinsip kerja Osilator.

     b. Praktikan dapat mengetahui karakteristik dari berbagai jenis Osilator.

    c.  Praktikan dapat merancang Osilator.

    B.  Peralatan yang digunakan

    1.  Osiloskop

    2.  Power Supply/ Catu daya

    3.  Multimeter

    4.  Kit praktikum osilator

    5.  Kabel penghubung (jumper)

    6. 

    Probe

    C.  DasarTeori

    Osilator merupakan suatu rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal keluaran secara

     periodik setiap waktu. Dengan kata lain rangkaian ini mampu membangkitkan sinyal

    keluaran AC dengan sinyal masukan DC. Sinyal periodik yaitu sinyal yang terus berulang

    setiap waktu tertentu.Hubungan antara osilator dengan penguat daya yaitu: osilator adalah

    rangkaian penguat daya yang memiliki output yang tidak stabil. 

    Ada 2 metode pembangkitan pada osilator, yaitu:

    a.  Menggunakan  feedback , osilator menggunakan komponen  feedback   (L-C, R-C)

    sebagai resonator penghasil gelombang sinusoidal.

     b.  Menggunakan rangkaian resistansi negatif

    Secara umum rangkaian osilator L-C (Induktor-Kapasitor) adalah sebagai berikut:

     AC

    Z3

    Z Z

    -

    +Vi

    Vo

     

    Gambar 4.1 Rangkaian generik osilator L-C

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    27/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201626

    Gambar 4.2 Rangkaian prinsip osilator

    Prinsip osilator dengan menggunakan metode  feedback   negatif.Rangkaian mempunyai

     penguatan negatif dengan feedback    .

     

    Tegangan feedback   : o f     V V         (4-1) 

     

    Tegangan output : V  AV o     (4-2)

    Dari gambar 4.2. didapat : f  i   V V V      (4-3)

    Kemudian substitusikan pers. (4-1) dan (4-2) ke (4-3), sehingga:

      oio V V 

     A

    V  →    ...   AV  AV V  oio   →   V  AV  AV  io     .).1(     , maka diperoleh

     pers.: ).1(     A

     A

    i

    o

      (4-4)

      Supayastabil :   0.1       A   → 1   A ,hal ini menunjukan bahwa magnitudenya

    adalah 1, fasanya )(1800   dan kelipatannya.

      Jika oV   merupakan tegangan tertentu (tidak = 0) maka   101           A A  

      Sehingga syarat osilasi (kriteria Barkhausen):

    1.  Magnitude :    A = 1

    2. 

    Fasanya : 1800 (dan kelipatannya)

      Jika     A >1 : Berosilasi tapi tidak linier (sinyal akan mengalami cacat) dan

     berprinsip menguatkan

     

    Jika     A

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    28/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201627

      Kondisi yang dipilih : mula-mula     A > 1 untukmemicu osilasi kemudian pilih

       A = 1 supaya keluarannya linier

    Z3

    Z1

    Z2

    Vo

     AC

    Z2Z1

    Z3

    Vo

    Vi   -

    +

    Ro

     

    Gambar 4.3. rangkaian osilator dengan komponen feedback  

      v A : penguatan op amp; o R : hambatan dalam op amp

      Beban mempunyai impedansi   312 //   Z  Z  Z  Z  p     (4-5)

      Penguatan tegangan:i

    o

    V  A    (4-6)

    vi

    o p

     p

    o   AV  R Z 

     Z V   

    , dengan v A merupakan penguatan inverting (4-7)

     

    Dari pers. (4-6) dan (4-7) didapat hubungan:o p

     pv

     R Z  Z  A A

      (4-8)

      Substitusikan pers. (4-5) ke pers. (4-8), maka didapat:

    312312312   )(

     Z  Z  Z  R Z  Z  Z 

     Z  Z  Z  A

     R Z 

     Z  A A

    o

    v

    o p

     pv

      (4-9)

     

    Penguatan umpan balik ( feedback ):o

    i

    V      (4-10)

    Z3

    Z1Z2

    Vo

    -

    +

    Vi

      311

    31

    1

     Z  Z 

     Z V 

     Z  Z 

     Z V  oi

          (4-11)

     

    Dari pers. (4-9) dan (4-11) didapat nilai hubungan A dan β: 

      1

    312321

    21

     Z  Z  Z  R Z  Z  Z 

     Z  Z  A A

    o

    v  

     

    (4-12)

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    29/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201628

      Jika Impedansi yang digunakan adalah reaktansi murni (kapasitif/induktif), yaitu:

    1;;;   2332211     j jX  Z  jX  Z  jX  Z    (4-13)

     

    Substitusikan pers. (4-13) ke pers. (4-12), maka didapat:

      0,1

    312321

    21

      imajiner real 

     X  X  X  X  X  X  jR

     X  X  A A

    o

    v     (4-14)

      

    Dari pers (4-14), nilai imajiner = 0, maka:

    312321   0   X  X  X  X  X  X      (4-15)

      Jika 3 X  induktif:2 komponenlainnya kapasitif  21, X  X   

     

    Jika 3 X  kapasitif:2 komponenlainnya induktif  21, X  X  

      1

    31

    1

     X  X 

     X  A A   v  

     

    (4-16)

     

     

      

     

    1

    2

    2

    1

    1

    2

    1

    31

     L

     Latau

     X 

     X 

     X 

     X  X  Av

     

    (4-17)

     

    Gambar 4.4. Bentuk umum osilator L-C

     

    Untuk komponen-komponen Z1, Z2, dan Z3dapat dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel4.1.Komponen-komponen Z1, Z2, dan Z3 

    Osilator Z1  Z2  Z3 

    Colpitts C1 C2 L

    Hartley L1 L2 C

    Clapp C1 C2 seri LC3

    Kristal C1 C2 Kristal

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    30/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201629

    Ada beberapa jenis osilator yaitu:

    1.  Osilator Colpitts

    f =

     

      

     

    21

    21.

    2

    1

    C C 

    C C  L

      (4-18)

    2.  Osilator Hartley

    f =)(2

    1

    21   L LC      (4-19)

    3.  Osilator Clapp

    f =

     

      

     

    21

    213

    .2

    1

    C C 

    C C  LC 

      (4-20)

    4.  Osilator Kristal

    f = LCs21

     = f s (4-21)

    Selain menggunakan komponen L-C, osilator dengan metode  feedback   dapat juga

    menggunakan komponen R-C, salah satunya yaitu osilator Wien-Bridge.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    31/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201630

    Gambar 4.5. Osilator Wien-Bridge

    Osilator Wien Bridge mengunakan 2 jaringan R-C pada terminal positif op amp untuk

    membentuk sinyal keluaran yang berosilasi.

    Gambar 4.6. Osilator Wien-Bridge dengan 2 jaringan R-C

    Penguatan sinyal dilakukan oleh 2 resistor pada terminal negatif op-amp (inverting

    input ).

    Gambar 4.7. Osilator Wien-Bridge dengan 2 resistor penguatan

    Untuk mencari frekuensi osilasinya, maka dapat dicari dengan memodifikasi rangkaian

    seperti gambar 4.8. di bawah ini:

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    32/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201631

    Gambar 4.8. Modifikasi osilator Wien-Bridge

    Pada rangkaian modifikasi ini, penguatan loop-nya dapat dicari dengan melakukan

     pembagian tegangan, sehingga didapat pers (4-22):

    )()()(

    )()(21

    2

    10 s Z  s Z 

     s Z  sV  sV 

      (4-22)

    Sedangkan nilai )(1   s Z  dan )(2   s Z  harus didapat dari nilai R dan C yang sama besar:

    C  s R s Z 

      1

    )(1 

    (4-23)

     

    C  s R

    C  s R

     s Z 

    1

    1.

    )(2 

    (4-24)

    Penguatan pada rangkaian osilator ini adalah penguatan inverting , sehingga dengan

    memakain rumus penguatan inverting  op amp didapat nilai penguatan (G), yaitu:

    Gambar 4.9. Non-inverting  op amp

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    33/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201632

    1

    21 1)(

    )(

     R

     R

     sV 

     sV G

     

    (4-25)

    Dengan mensubstitusikan pers (4-23), (4-24), dan (4-25) ke pers (4-22), maka didapat:

    13)()(

    2220

    C  R sC  R s

    C  R s sV G sV  S   

    (4-25)

    Sekarang kita dapat pers. secara keseluruhan, yaitu:

    13)(

    )()(

    222

    0

    C  R sC  R s

    GC  R s

     sV 

     sV  sT 

    S  

    (4-26)

    Substitusikan nilai s dengan jω, maka pers (4-26) akan menjadi:

    C  R jC  R

    GC  R j

     sT 

      

     

    3)1()( 222   (4-27)

    Jika kita menginginkan pergeseran fasanya nol, maka bagian real -nya sama dengan nol:

    01  222   C  R    (4-28)

    Sehingga frekuensi osilasinya adalah:

     

    f = RC 2

    1

     (4-29)

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    34/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201633

    PROSEDUR PRAKTIKUM OSILATOR

    1.  Kalibrasi Alat Ukur

    2. 

    Pengujian Modul Osilator Colpitts

    a.  Siapkan modul osilator, power supply, dan kabel jumper.

     b. Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +9 Volt ke port VCC+ pada

    modul, dan ground power supply ke port GND pada modul.

    c.  Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Colpitts dan ujung probe hitam ke

     port GND.

    d.  Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto pada osiloskop.

    e.  Gunakan Cap. Select untuk memilih kapasitor mana yang akan digunakan dalam

    rangkaian.

    f. 

    Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian lakukan

     pengambilan data.

    g. Matikan power supply.

    3. Pengujian Modul Osilator Wien Bridge

    a.  Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +5 dan  – 5 Volt ke port VCC+

    dan VCC - pada modul.

     b. Hubungkan kabel jumper power supply pada posisi ground ke port GND pada modul.

    c.  Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Wien Bride dan ujung probe hitam ke

     port GND.

    d.  Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto pada osiloskop.

    e.  Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian lakukan

     pengambilan data.

    f. 

    Matikan power supply.

    4. Pengujian Modul Osilator Digital

    a. 

    Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +5 Volt ke port VCC+ pada

    modul, dan ground power supply ke port GND pada modul.

     b.  Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Digital dan ujung probe hitam ke

     port GND.

    c.   Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto pada osiloskop.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    35/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201634

    d. 

    Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian lakukan

     pengambilan data.

    e.  Matikan power supply.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    36/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201635

    MODUL III PRAKTIKUM ELKOM

    MIXER DAN PLL

    A.  Tujuan

    1.  Mengamati dan memahami cara kerja mixer dioda berimbang, pencampur BJT, dan

     pencampur dengan IC 1496.

    2.  Mengamati dan mengukur bentuk-bentuk sinyal pada port-port mixer dengan menggunakan

    Osiloskop.

    3. 

    Mengamati dan mengukur sinyal pada port-port mixer dengan menggunakan Spektrum

    Analyzer.

    B. Peralatan Yang Digunakan

    1. Function Generator

    2.Osiloskop

    3.Power Supply/ Catu Daya

    4.Kit praktikum mixer

    5.Kabel penghubung (jumper)6. Probe

    C.  DasarTeori 

    Mixer adalah rangkaian atau sub sistem yang memiliki dua input   dengan frekuensi

    1 2dan f f   dan 1 output   dengan frekuensi 1 2 1 2 f f f f     atau dengan kata lain mixer

     berfungsi untuk mengalikan sinyal.

    Prinsip dasarnya adalah dua buah sinyal masuk ke suatu rangkaian non linier yang

    menghasilkan frekuensi-frekuensi lain (terjadi pergeseran frekuensi) selain frekuensi dua buah

    sinyal masukan tersebut dengan amplituda tertentu.

    Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan penampilan mixer :

    1. 

     Perolehan (Kehilangan) Konversi adalah perbandingan antara daya sinyal keluaran (IF)

    dengan daya sinyal masukan (RF).

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    37/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201636

    2.  Gambaran Derau (Noise Figure)  adalah besarnya rapat spektral daya noise relatif yang

    dibangkitkan oleh perangkat mixer.

    3. 

     Isolasi  adalah besarnya redaman dalam dB sinyal masukan mixer pada sinyal keluaran

    mixer

    4. 

     Daerah Dinamis adalah daerah amplitudo dimana mixer dapat bekerja tanpa berkurangnya

     penampilan

    5. 

     Harmonic intermodulation Distortion adalah Distorsi yang disebabkan oleh karena

    frekuensi harmonik yang dikeluarkan oleh mixer akibat sinyal masukan tertentu

    Ada beberapa jenis mixer yaitu :

    1. 

    Mixer dioda berimbang Tunggal

    Gambar3.1 Mixer Diode Berimbang Tunggal

    Cara Kerja Rangkaian : 

    Frekuensi-frekuensi masukannya adalah f RF dan f LO dan frekuensi keluarannya adalah f IF,

    tegangan osilator local berada dititik a dan b. Tegangan V LO  dimisalkan cukup besar untuk

    menghidupkan dioda-dioda selama ½ siklus, kalau a lebih positif dari b dan sama sekali mati

    selama ½ siklus yang lain VRF  berada antara titik c dan d. Dimisalkan juga bahwa VLO  jauh

    lebih besar dari VRF

    sehingga VLO

      dapat mengendalikan keadaan dioda setiap saat. Dengan

     begitu dioda bekerja sebagai penyambung (switch) yang akan menghubungkan dan

    memutuskan c dan d secarabergantian dan periodik. Sehingga kalau Vab positif dan lebih besar

    dari tegangan antara kedua kutub dioda pada saat dioda ON, maka titik c dan d akan terhubung,

    sehingga Vo akan sama dengan nol. Sedangkan kalau Vab negatif maka keempat dioda akan

    OFF sehingga titik c dan d akan terpisah sehingga Vo akan sama dengan VRF  jika Rs pada

    sumber VRF diabaikan. Untuk pencampur pada penerima maka beban akan ditala pada frekuensi

    f IF , sehingga akan menapis komponen frekuensi yang tidak diinginkan . Dioda berimbang

    R

    D1

    D4D2

    D3

    c

    d

    a   b

    VLO(t)

    VRF(t)   VO(t)

    +

    -

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    38/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201637

    tunggal menghasilkan keluaran berupa Supres Carrier, karena dalam dioda berimabng tunggal

     jika dioda ON maka ON semua, dan jika dioda OFF maka semuanya OFF, sehingga bentuk

    sinyalnya akan menyerupai sinyal info.

    Berikut merupakan gambar sistem kerja pada sinyal input output pada Mixer Dioda

    Berimbang Tunggal.

    Gambar3.2 Output Mixer DiodaBerimbang Tunggal

    2.  Mixer dengan IC MC1496

    Mixer dengan IC MC1496 ini, menghasilkan sinyal keluaran sinyal suppressed carrier dan

    meminimalkan sideband palsu dari sinyal suppressed carrier. Rangkaian ini dirancang untuk

    menekan sinyal carrier seminimal mungkin sehingga yang dimunculkan di keluaran adalah

    sinyal info . Penekanan carrier sangat bergantung pada level input carrier, dan untuk

    mendapatkan sinyal suppressed carrier yang optimum, pada datasheet IC MC 1496 ini telah

    dirancangkan spesifikasi sebagai berikut :

    Vc : 60 mVrms = 0,04 Volt fc : 500 KHz

    Vs : 300 Vrms = 0,21 Volt fs : 1 KHz

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    39/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201638

    Gambar3.3konfigurasi pin IC MC 1496

    Gambar3.4 Mixer dengan IC MC1496

    Output dari rangkaian ini dapat diambil dari pin 6 dan 12 baik gain sinyal ataupun balanced.

    Berikut merupakan bentuk keluaran dari rangkaian ini.

    Gambar3.5 Bentuk keluaran mixer

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    40/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201639

    PROSEDUR PRAKTIKUM MIXER  

    1.  Mixer Dioda Berimbang Tunggal

    Kalibrasi frekuensi dan amplitude sinyal info, spesifikasinya adalah :

    Frekuensi : 64,9 Hz

    Amplitudo : 6,48 Volt

    Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 1 dengan probe positif

    osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negatif osiloskop, atur frekuensi

    dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop, sesuaikan

    dengan spesifikasi diatas.Gambar 3.6 merupakan tampilan sinyal info saat dikalibrasi. Setelah

    frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif function generator pada port Info

    Signal In  pada kit mixer diode berimbang tunggal dan probe negatif function generator

    kebagian port Ground (GND) pada kit.

    2.  Kalibrasi frekuensi dan amplitude sinyal carrier, spesifikasinya adalah :

    Frekuensi` : 1,02KHz

    Vpp : 3,58 Volt

    Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 2 dengan probe positif

    osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negative osiloskop, atur frekuensidan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop, sesuaikan

    dengan spesifikasi diatas.Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif

    function generator pada port Carrier Signal +  pada kit mixer dioda berimbang tunggal dan

     probe negative function generator kebagian portCarrier Signal -  pada kit mixer dioda

     berimbang tunggal.

    3.  Melihat hasil keluaran mixer diode berimbang tunggal.

    Setelah sinyal info dan carrier diinputkan, lalu hubungkan probe positif osiloskop pada bagian

    Modulated Signal Out  pada kit dan probe negatif osiloskop kebagian port Ground (GND)

     pada kit. Amati hasil keluaran dari mixer dioda berimbang tunggal tersebut.

    Note untuk mixer dioda berimbang tunggal :

    Pergunakan dua buah terminal untuk mencolok alat ukur, & pastikan terminal untuk

    mencolokkan function generator (sebagai sinyal carrier) terpisah dengan alat ukur lainnya,

    karena akan membuat ground menjadi tidak stabil

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    41/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201640

    2.  Mixer dengan IC 1496

    a. 

    Memberikan catuan pada kit.

    Untuk mixer dengan IC MC 1946, diperlukancatuan -9 Volt dan 12 Volt.Untuk itu, hubungkan

    catuan -9 volt dari power supply dengan menggunakan jumper ke port -9V  pada kit

    danhubungkancatuan 12 volt dari power supply dengan menggunakan jumper ke port +12V

     pada kit. Hubungkan pula ground dari power supply ke port GND pada kit.

     b.  Kalibrasi frekuensi dan dan amplitude sinyal info, spesifikasinya adalah :

    Frekuensi : 1,32 KHz

    Vpp : 2,68 Volt

    Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 1 dengan probe positif

    osiloskopdan probe negatif function generator dengan probe negative osiloskop, atur frekuensi

    dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop, sesuaikan

    dengan spesifikasi diatas.Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif

    function generator pada port Info Signal In  pada kit mixer IC MC1496 dan probe negatif

    function generator kebagian port Ground (GND) pada kit.

    d. 

    Kalibrasi frekuensi dan dan amplitude sinyal carrier, spesifikasinya adalah :Frekuensi : 57,1 KHz

    Vpp : 17,2 Volt

    Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 2 dengan probe

     positifosiloskopdan probe negatif function generator dengan probe negative osiloskop, atur

    frekuensi dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop,

    sesuaikan dengan spesifikasi diatas.Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan

     probe positif function generator pada port Carrier Signal In  pada kit mixer IC MC1496 dan

     probe negatif function generator kebagian port Ground (GND) pada kit.

    e. Melihat hasil keluaran mixer IC MC1496.

    Setelah sinyal info dan carrier diinputkan, lalu hubungkan probe positif osiloskop pada bagian

     port + Signal Out  pada kit dan probe negative osiloskop kebagian port - Signal Out. Amati

    hasil keluaran dari mixer IC MC1496 tersebut.Gambar 3.12 merupakan tampilan sinyal

    keluaran mixer

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    42/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201641

    Note untuk mixer IC MC1496:

    Pergunakan dua buah terminal untuk mencolok alat ukur, & pastikan terminal untuk

    mencolokkan osiloskop terpisah dengan alat ukur lainnya, karena akan membuat ground

    menjadi tidak stabil.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    43/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201642

    PHASE LOCK LOOP

    A.  Tujuan

    1. 

    Praktikan dapat melakukan pengukuran dan pengaturan free-running frequency pada PLL.

    2.  Praktikan dapat mengamati dan memahami lock-range pada PLL.

    3.  Praktikan dapat mengukur frekuensi capture maksimum dan minimum.

    4.  Praktikan dapat mengamati cara kerja PLL sebagai pensintesis frekuensi.

    B.  Peralatan yang digunakan

    1.  Kit praktikum elektronika Komunikasi PLL.

    2.  Catu daya DC

    3.  Multimeter digital.

    4.  Osiloskop.

    5.  Kabel penghubung (jumper).

    C.  Dasar teori

    Phase Lock Loop (PLL) merupakan sistem tertutup membentuk feedback negatif dengan sinyal

    feedback digunakan untuk mengunci (lock) frekuensi dan phasa keluaran terhadap frekuensi dan phasa

    sinyal input. Hubungan antara PLL dengan mixer adalah di dalam PLL terdapat rangkaian phase detector

    , dan mixer merupakan salah satu penyusun phase detector sehingga dengan kata lain mixer adalah

     bagian dari PLL 

    PLL digunakan untuk filtering, penggeser frekuensi (frequency synthesis), kontrol kecepatan

    motor, frequency modulation, demodulation, signal detection, dan aplikasi lainnya.

    PLL dapat berupa analog atau digital, tetapi banyak tersusun dari komponen analog dan digital.

    Beberapa parameter dalam PLL antara lain :

    1.  Free-running f requency . Adalah frekuensi keluaran VCO pada kondisi tidak ada sinyal

    masukan. Biasanya nilainya pada frekuensi tengah.

    2. 

    Locked-range . Adalah kawasan atau daerah frekuensi dimana lingkar dapat bertahanterkunci. Daerah ini dibatasi oleh frekuensi operasi minimum dan maksimum. Frekuensi

    operasi maksimum adalah frekuensi tertinggi sinyal masukan dimana lingkar(lup) masih

    dapat terkunci. Cara mencarinya dengan mengubah frekuensi sinyal masukan dari kondisi

    PLL tidak terkunci (dari frekuensi tinggi sehingga PLL tidak terkunci), perlahan-lahan

    frekuensi diturunkan sehingga pada harga frekuensi tertentu PLL akan terkunci pada

    frekuensi tersebut. Frekuensi operasi minimum adalah frekuensi terendah sinyal masukan

    dimana lingkar-lup masih dapat menguncinya. Cara mencarinya yaitu dalam keadaan PLL

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    44/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201643

    tidak terkunci sinyal masukan dinaikan dari frekuensi paling rendah (sehingga PLL tidak

    terkunci) dinaikan perlahan-lahan sehingga PLL mulai terkunci. Pertengahannya pada

     free-running frequency 

    3.  Tracking range . Adalah simpangan maksimum yang diijinkan dari jaraknya ke  free

    running frequency, biasanya sejauh setengah lock-range.

    4.  Capture range . Simpangan frekuensi disekitar  free-running frequency dimana lingkaran

    masih mampu mengunci sejak memulai. Capture-range < Lock-range 

    5.  Lock-up time . Adalah selang waktu transient dari PLL sampai mencapai kondisi terkunci.

    Untuk lebih jelasnya maka dapat digambarkan sebagai berikut :

    Cara kerja PLL :

    1.  Detektor Fasa

    Andaikan kita memiliki mixer dengan masukan yang frekuensinya sama (misal 50 KHz dan 50

    KHz). Karena selisih frekuensinya nol, maka keluaran pencampur merupakan tegangan dc, karena

    frekuensinya nol. Dengan kata lain, tegangan dc akan keluar dari pencampur ketika frekuensi sinyal-

    sinyal masukannya sama.

    Pada dasarnya sebuah detector fase adalah merupakan mixer yang dioptimasi untuk digunakan pada

    frekuensi sinyal masukan yang sama. Itu dikenal sebagai phase detector atau phase comparator,

    karena besarnya tegangan dc yang dihasilkan tergantung dari beda sudut fase antara kedua sinyal

    masukan. Jadi jika sudut fasenya berubah maka tegangan dc-nya juga berubah.

    Gambar 1.a mengilustrasikan beda sudut fase antara dua sinyal sinusoidal. Ketika sinyal  –  sinyal ini

    memasuki detector fase pada gambar 1.b, maka akan dihasilkan tegangan dc. Salah satu contoh tipe

    kurva karakteristik detector fase digambarkan pada gambar 1.c, dimana ketika beda sudut fasenya

    nol, maka tegangan dc yang dihasilkan akan maksimum. Dan jika sudut fase meningkat dari nol ke

    180 maka tegangan dc akan menurun menuju harga minimum. Ketika susut fase 90 derajat, keluaran

    tegangan dc adalah harga rata- rata dari maksimum dan minimum.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    45/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201644

     

    Gambar 1.a

    Sin (t+) VDC 

    Sin (t)

    Gambar 1.b

    Vdc

    0 90 180 fase

    Gambar 1.c 

    2.  VCO [Voltage Controlled Oscillator]

    Sesuatu yang penting diingat tetntang VCO adalah sebagai berikut :

    Sebuah masukan tegangan dc akan mengendalikan frekuensi keluaran. Dalam percobaan ini,

    kenaikan tegangan kendali dc akan menyebabakan penurunan frekuensi keluaran VCO.

    PHASE

    DETECTOR

    Vmin

    Vmak

    2

    Vmak + Vmin

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    46/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201645

    f VCO

    Vdc

    Gambar 2

    Ketika tegangan dc pada gambar 2 meningkat, maka frekuensi pada sinyal keluaran akan meningkat.

    Dengan kata lain, tegangan dc akan mangendalikan frekuensi osilator. Secara tipikal, penaikkan

    frekuensi akan berbanding lurus dengan kenaikan level tegangan dc (gambar 2).

    3.  PLL [Phase Locked Loop]

    Gambar 3.a adakah merupakan blok diagram dari sebuah PLL. Sebuah sinyal masukan dengan

    frekuensi fx adalah salah satu masukan ke detector fase. Masukan yang lain datang dari keluaran

    VCO. Keluaran detector fase ditapis dengan LPF. Ini akan menghilangkan frekuensi  –   frekuensi

    dasar dari masukan, frekuensi  –  frekuensi harmonik (kelipatan dari frekuensi dasar), dan frekuensi

     jumlahnya. Hanya frekuensi selisih saja yang dilewatkan oleh LPF Tegangan dc ini kemudian akan

    mengendalikan frekuensi keluaran dari VCO.

    Sistem umpan balik akan mengunci frekuensi VCO pada frekuensi masukannya. Ketika system

     bekerja secara benar, frekuensi keluaran VCO akan sama dengan fx, sama dengan frekuensi

    masukan. Oleh karena detector fase memilki dua sinyal masukan dengan frekuensi yang sama, maka

    sudut fase antara kedua sinyal masukan ini akan menentukan besarnya tegangan keluaran dc.

    (a)

    PHASE

    DETECTOR

    LOW PASS

    FILTERVCO

    Keluaran

    Terkunci fx

    Sinyal

    Masukan fx

    Keluaran dc

    ff

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    47/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201646

    INPUT INPUT INPUT

         

    vco vco vco

    (b) (c) (d)

    Jika frekuensi masukan berubah, maka frekuensi keluaran VCO akan mengikutinya. Sebagai contoh,

     jika frekuensi masukan fx meningkat sedikit, fasornya akan berputar cepat dan sudut fase bertambah.

    Ini berarti tegangan dc keluar dari detector fase akan menurun. Tegangan dc yang lebih rendah akanmemaksa frekuensi keluaran VCO untuk meningkat sampai dengan fx.

    Di pihak lain, jika frekuensi masukan menurun, fasornya secara lambat akan menurun dan sudut

    fasanya akan bertambah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.d. Sekarang tegangan dc yang

    keluar dari detektor fase akan bertambah, dan ini menyebabkan frekuensi keluaran VCO akan

    menurun sampai sama dengan frekuensi masukannya. Dengan kata lain, PLL secara otomatis

    mengoreksi/mengontrol frekuensi keluaran VCO dan sudut fasenya.

    Lock range (daerah penguncian) BL adalah daerah frekuensi VCO yang dihasilkan, diberikan

    dengan persamaan :

    BL = fmax - fmin

    Di mana fmax dan fmin adalah frekuensi keluaran VCO maksimum dan minimum. Sebagai contoh,

     jika frekuensi VCO dapat membawa dari 40 KHz sampai 60 KHz, maka daerah pengunciannya

    (lock-range) adalah sama dengan :

     KHz  KHz  KHz  BL   204060    

    Sekali PLL terkunci, maka frekuensi masukan fx dapat membawa frekuensi dari 40 KHz sampai 60

    KHz; VCO akan mengikuti frekuensi masukan ini dan keluaran akan terkunci akan sama dengan fx.

    a.  Mode Free Running

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    48/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201647

    Jika masukan detector fase tidak ada, maka PLL akan bekerja dalam mode free running.

    Frekuensi keluaran VCO hanya akan ditentukan oleh komponen penyusun osilatornya saja yaitu

    R1 dan C1, jadi tidak dipengaruhi oleh tegangan pengendali dc. Dalam bentuk ini maka keluaran

    dari VCO disebut free-running frequency.

     b.  Capture dan Lock Range

    Asumsikan PLL bekerja dalam mode free-running atau tidak terkunci. PLL akan terkunci pada

    frekuesni masukannya jika frekuensi masukannya itu berada pada daerah capture- range, yaitu

     band frekuensi yang berpusat pada free-running frequency. Rumus untuk capture range adalah :

    12   f   f   BC     

    dimana 12 f   dan 1 f  adalah frekuensi tertinggi dan terendah agar PLL dapat mengunci sinyal

    masukan.

    Capture-range adalah selalu lebih sempit dibanding lock-range dan ini berhubungan dengan

    frekuensi cutt-off dari LPF. Frekuensi cut-off yang lebih rendah akan mengakibatkan capture-

    range yang lebih sempit. Hal ini dapat diketahui dari karakteristik VCO, dimana jika tegangan

    masukan dc-nya semakin besar, maka frekuensi keluaran VCO akan menurun, dan jika tegangan

    dc masukannya diperkecil, maka frekuensi keluaran VCO akan semakin meningkat. Di lain

     pihak, sinyal masukan dc VCO berasal dari keluaaran detector fasa. Detektor fasa sifatnya

    seperti mixer, di mana keluaran detector fasa ini terdiri dari komponen- komponen frekuensi

    asli, jumlah dan selisih dari sinyal-sinyal masukannya.

    Keluaran detector fasa ini kemudian dilewatkan filter. Sehinggga kalau frekuensi cut-off filter

    semakin tinggi maka tegangan keluaran dc filter akan semakin rendah, dan kalau frekuensi cut-

    off semakin rendah maka teganagn dc keluaran akan semakin tinggi. Dan hasil pemfilteran ini

    diumpankan ke VCO sebagai masukan. Jadi secara tidak langsung frekuensi cut-off filter akan

    mempengaruhi capture-range.

    c.  IC PLL MC 4046

    IC PLL MC 74HC4046A dari Motorola adalah sebuah IC dengan 16 pin yang dapat

    dihubungkan dengan komponen ekstrenal untuk membentuk PLL.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    49/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201648

    Gambar 4 memperlihatkan diagram blok sederhana.

    Resistor pewaktu eksternal R 1,2  dihubungkan dengan pin 11 dan 12 terhadap ground, dan

    kapasitor pewaktu eksternal C1A  dan C1B  dihubungkan dengan pin 6 dan 7. Ini adalah dua

    komponen yang menentukan free-running frequency dari VCO dan range frekuensi VCO dan

    diberikan dengan persamaan sebagai berikut (diambil dari data library PLL MC74HC4046A) :

    d.  PLL Sebagai Modulator FM dan AFC [Automatic Frequency Control]

    PHASE

    DETECTOR

    LOW PASS

    FILTERVCO

    Sfm(t)

    fv

    Sinyal

    Masukan fx

    S(t)

    info

    S

    )*3(2

    232

    2

    1

    1

    undershoot Vdd C 

     I  R

    Vdd  I 

     R

    VCO

     f   EXT 

     RCONST  RCONST  IN 

    o

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    50/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201649

    Jika Switch S-OFF . Sinyal FM, sfm(t), dengan frekuensi fv yang hanya dipengaruhi oleh sinyal

    informasi s(t) saja, dengan menganggap komponen VCO stabil tidak dipengaruhi oleh

    lingkungan. Tapi jika tak stabil, berarti fv dipengaruhi s(t) dan lingkungannya.

    Jika Switch S –  ON . Keluaran LPF akan memuat sinyal perubahan fv oleh lingkungan sebagai

    sinyal koreksi, sebagai masukan VCO yang berupa sinyal informasi s(t) ditambah sinyal koreksi

    dari keluaran LPF yang menyebabkan seolah-olah harga fv dipengaruhi oleh s(t) saja.

    e.  PLL Sebagai Demodulator FM / Diskriminator

    Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah osilator LC dengan sebuah kapasitor variable

    sebagai penala. Jika kapasitansi berubah, maka frekuensi osilasi akan berubah. Jika kapasitansi

     berubah secara sinusoidal pada frekuensi 1 KHz, maka frekuensi pemodulasinya adalah 1 KHz.

    OSILATOR LC

     

    Ketika sinyal FM dimasukkan sebagai masukan pada PLL, VCO akan mengikuti perubahan

    frekuensi masukannya. Sebagai hasilnya, tegangan yang berfluktuasi atau berubah-ubah akan

    keluar melalui LPF. Tegangan ini memilki frekuensi yang sama dengan frekuensi sinyal

     pemodulasi. Dengan kata lain, keluaran DC sekarang menyatakan keluaran demodulasi FM. Ini

     banyak digunakan dalam penerima FM. Jika sinyal pemodulasi adalah musik, maka sinyal

    keluaran dari keluaran FM adalah akan sama dengan musik juga.

    Demodulasi atau deteksi FM dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan rangkaian

    PLL. Jika frekuensi tengah PLL dirancang pada frekuensi sinyal FM, maka hasil penyaringan

    atau tegangan keluaran LPF-nya adalah tegangan keluaran demodulasi yang diinginkan.

    Perubahan nilainya sebanding dengan perubahan frekuensi sinyal masukannya. Rangkaian PLL

    kemudian dioperasikan sebagai strip IF lengkap, pembatas, dan demodulator sebagaimana

    dipakai dalam penerima FM.

    f.  PLL Sebagai Pensintesis Frekuensi

    Pensintesis frekuensi dapat dibangun dengan menggunakan PLL seperti pada gambar berikut ini

    PHASE

    DETECTOR

    LOW PASS

    FILTER

    VCO

    Vo(t)Sinyal FM

    Sfm(t), fv

    fi

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    51/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201650

    :

    Sebuah pembagi frekuensi disisipkan antara keluaran VCO dengan masukan detector fasa

    sehingga sinyal lingkar menuju detector fasa pada frekuensi fo ketika output VCO adalah Nfo.

    Keluaran ini adalah kelipatan dari frekuensi sinyal masukan(referensi) selama lingkar dalam

    keadaan terkunci.

    Sinyal masukan dapat berupa kristal terbilan pada frekuensi f1 dengan menghasilkan keluaran

    VCO pada Nf1 jika lingkar dalam mkondisi mulai terkuknci pada frekuensi dasar (ketika fo =

    f1). Karena VCO hanya bisa berubah – ubah pada daerah yang terbatas dari frekuensi tengahnya,

    maka diperlukan untuk mengubah frekuensi VCO ketika harga pembagi diubah. Selama

    rangkaian PLL pada kondisi terkunci, frekuensi keluaran VCO akan secara pasti N kali frekusnsi

    masukannya. Ini hanya diperlukan untuk mengatur kembali fo menuju daerah capture-range dan

    lock-range, lingkar tertutup kemudian menghasikan sinyal Nf1 pada keluaran VCO pada

    keadaan terkunci.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    52/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201651

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    53/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201652

    P R O S E D U R P R A K T I K U M P H A S E L O C K L O O P

    1. 

    VCO

    Pengukuran kestabilan VCO dilakukan untuk menentukan daerah tegangan kontrol untuk

    menentukan frekuensi yang diinginkan dan menentukan besarnya faktor penguatan VCO atausensitifitas modulasi. Pengukuran ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan masukan VCO

    dengan jarak 0,1 Volt dan mencatat frekuensi keluaran VCO. Diagran blok pengukuran seperti pada gambar dibawah ini :

    Data Pengukuran VCO

    (pin a dan pin b di hubung singkat) No. Tegangan Input (V) Frekuensi (KHz)

    1. 1,2

    2. 1,4

    3. 1,6

    4. 1,8

    5. 2,0

    6. 2,2

    7. 2,4

    8. 2,6

    9. 2,8

    10. 3,0

    11. 3,2

    12. 3,4

    13. 3,6

    Tegangan

    Searah

    VCO Osiloskop

    Frequency

    Counter

    Voltmeter

    Diagram Blok Pengukuran VCO

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    54/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201653

    14. 3,8

    15. 4,0

    Tabel 1. Kelinieran VCO

    a.  Gambarkan kurva kelinieran VCO

     b.  Hitung faktor penguatan VCO

    2.  Keluaran Filter LPF

    a.  Ukurlah tegangan DC (dengan voltmeter digital) pada keluaran Filter LPF (pin 3) untuk

    frekuensi referensi (osilator lokal) masukan 400 Hz. Catat tegangan dc pada table 3.

     b. 

    Ulangi langkah a untuk frekuensi yang lain pada table 4

    Frekuensi (Hz) Vdc

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    1800

    2000

    Tabel 2. Keluaran Filter LPF

    3.  Free Running Frequency

    a.  Beri tegangan DC pada masukan VCO sebesar 3 volt, dengan cara :

      Hubung singkat pin a dan pin b

     

    Putar variable resistor dengan trimmer

      Ukur keluaran Tegangan DC dengan multimeter (pin a)

     b.  Atur variable resistor pada pin 8 sehingga diperoleh free running frequency sebesar 250 KHz

    4.  Proses PLL

    Prosedur :

    a.  Hubungkan pin b dan pin c, sehingga masukan DC pada VCO berasal dari keluaran detector

     phasa.

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    55/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201654

     b.  Atur variable resistor pada pin 7 sehingga diperoleh frekuensi referensi sebesar 400 Hz. (pin

    1)

    c. 

    Hitung berapa pembagi yang diperlukan agar keluaran VCO 250 KHz dengan referensi 400

    Hz

    d.  Buatlah programable divider sesuai dengan pembagi yang diinginkan

    e.  Amati keluaran VCO

      Frekuensi : ......

      Duty Cycle : ......

      Gambar:

    f.  Amati keluaran Phase Detector

      Gambar :

    g.  Amati keluaran Loop Filter

      Gambar :

    +V

    -V

    t

    +V

    -V

    t

    +V

    -V

    t

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    56/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201655

    h.  Amati keluaran Programable Divider

      Frekuensi : .......

      Duty Cycle : ........

      Gambar :

    i.  Amati keluaran Pembagi 2

      Frekuensi : .......

      Duty Cycle : ........

      Gambar :

     j.  Ulangi untuk nilai Frekuensi Referensi dan Free Running Frekuensi yang lain !

    k.  Analisa data yang diperoleh !

    5. 

    PLL Sebagai Modulator FMa.  Aturlah Keluaran VCO dengan frekuensi referensi 400 Hz sehingga keluarannya mempunyai

    frekuensi 250 KHz KHz (sebagai frekuensi pembawa)

     b.  Hubungkan Generator Sinyal dengan sinyal ‘kotak’ (sebagai sinyal informasi) dengan

    frekuensi 20 KHz dan amplitudo ……… pada masukan modulator FM (pada pin 3 VCO).

    c.  Amati sinyal keluaran modulator FM yang berupa gelombang FM pada pin 4 VCO,

     bandingkan dengan sinyal masukan pemodulasinya.

    d.  Amati untuk nilai frekuensi informasi yang berbeda-beda :

    +V

    -V

    t

    +V

    -V

    t

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    57/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201656

     No. Frekuensi Informasi (KHz) Gambar keluaran modulator FM

    1. 20

    2. 40

    3. 60

    4. 80

    5. 100

    6. 120

    7. 140

    8. 160

    9. 180

    10. 200

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    58/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201657

    Tabel 3

    6. 

    PLL sebagai pensintesis frekuensi

    a.  Set Frekuensi referensi pada 400 Hz.

     b.  Ukurlah Frekuensi Output VCO pada posisi divider 00 0000 0000 0000

    No PEMBAGI FREKUENSI (VCO)

    1 10

    2 100

    3 200

    4 300

    5 400

    6 500

    7 600

    8 700

    9 800

    10 900

    11 1000

    Tabel Pesintesa Frekuensi

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    59/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    Laboratorium Elektronika Komunikasi 2015/201658

    PROSEDUR PRAKTIKUM PLL 

    1.  Oscillator Lokal

     

    Hubungkan kit PLL dengan power supply sebesar 5 volt

      Hubungkan Out X’tal dengan osiloskop 

      Atur variabel resistor dengan trimmer 1 hingga mendapatkan frekuensi referensi

    sebesar 400 Hz

     

    Gambarkan sinyal keluaran

    2. Free Running

      Hubungkan pin A dengan pin B

     

    Hubungkan Out VCO dengan osiloskop

      Ukur besar tegangan DC menggunakan multimeter (positif ke pin A, negatif ke

    GND) menjadi sebesar 3 volt dengan memutar variabel resistor dengan trimmer 2

      Atur besar frekuensi free running menjadi 250 KHz dengan memutar variabel

    resistor dengan trimmer 3

    3. Voltage Control Osilator (VCO)

      Atur besar tegangan input VCO sesuai tabel pada jurnal

     

    Gunakan multimeter (positif ke pin A, negatif ke GND)

      Putar variabel resistor pada trimmer 2 untuk mendapatkan besar tegangan yang

    diinginkan

    4. Looping PLL

     

    Atur input tegangan VCO sebesar 3 volt dan frekuensi 250 KHz

      Hubungkan pin B dengan pin C sehingga inputan VCO berasal dari keluaran

    detector phasa

      Ubah besar pembagi sesuai tabel pada jurnal

    5. Programmable Divider

      Hubungkan Out programmable divider dengan osiloskop

      Ubah besar pembagi sesuai tabel pada jurnal

    6. Keluaran Pembagi Dua

      Hubungkan Out Pembagi dua dengan osiloskop

     

    Ubah besar pembagi sesuai tabel pada jurnal

    7. Detektor Phasa

    Hubungkan Out detektor phasa dengan osiloskop 

  • 8/17/2019 Modul Elkom 2016

    60/60

     

    LABORATORIUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI

    FAKULTAS TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS TELKOM

    A N A L I S A 

    1.  Analisa kurva kelinieran VCO dan hitung faktor penguatan ?

    2.  Analisa hasil keluaran LPF untuk setiap perbedaan frekuensi !

    3.  Bandingkan antara free running frekuensi yang diperoleh dari hasil percobaan dengan hasil

     perhitungan (gunakan rumus di modul praktikum !) !

    4.  Analisa setiap keluaran blok pada PLL dalam proses PLL ! Mengapa bisa terjadi demikian ?

    Jelaskan!

    5.  Analisa PLL sebagai modulator FM untuk setiap frekuensi informasi yang berbeda ! Bagaimana

    caranya PLL yang merupakan sebuah osilator bisa menjadi modulator FM ? Jelaskan jawaban

    anda !

    6. 

    Analisa PLL sebagai pesintesa frekuensi !7.  Rancanglah sebuah PLL sebagai pensintesa frekuensi beserta spesifikasinya untuk

    membangkitkan sinyal sinus dengan frekuensi terendah 88 MHz dan frekuensi tertinggi 108 MHz

    (kenaikan frekuensi setiap 200 KHz / sweep generator). Jika osilator kristal yang tersedia adalah

    osilator kristal 25 KHz. Jika perlu gunakan programmable counter sebagai frequency divider.

    8.  Sebutkan komponen apa saja yang anda gunakan dalam setiap blok rancangan anda ? Jelaskan

    mengapa anda menggunakan komponen tersebut!