modul genius loci
DESCRIPTION
genius lociTRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Genius Loci
Modul Standar Mata Kuliah Perancangan Arsitektur 4
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Fakultas Teknik, Perencanaan dan Desain
Arsitektur
03 Primi Artiningrum, Ir. M.Arch
Abstract Kompetensi
Genius Loci membahas tentang ‘Jiwa Tempat’ atau Spirit of Place. Arsitektur tidak terlepas dari tempat yang bermula dari ruang. Manusia menempati ‘ruang’ (Space), ruang-ruang dimana terjadi kehidupan akan berubah menjadi ‘tempat’ (Place).
Setelah mempelajari Materi ini, mahasiswa mampu: •Menjelaskan Pengertian Genius Loci •Membedakan Pengertian Space dan Place •Mengidentifikasi Karakter Tempat
2012 2 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini mengaburkan batas ruang dan
waktu. Infromasi dari berbagai penjuru bumi tersebar dengan cepat dan mudah. Dunia
menjadi sangat global. Dampak dari kondisi ini berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan, termasuk cara manusia berkehidupan, cara manusia beraktifitas, dan pada
akhirnya bermuara pada pembentukan wadah-wadah aktifitas dan kehidupan manusia,
ruang-ruang tempat manusia berkegiatan (Spaces) dan berpengaruh pula pada wajah
tempat (Palces).
Rumput di halaman tetangga lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri. Peribahasa
tua itu merupakan metafora dari sifat manusia yang sering memandang milik orang lain lebih
indah dari milik kita sendiri, sehingga kita menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain.
Gejala ini juga melanda kegiatan manusia dalam berarsitektur, terutama mereka yang
tinggal di kota-kota besar, sangat cepat dalam mengadopsi hal-hal yang berasal dari luar
negeri, yang sering kali kurang sesuai atau bahkan bertentangan dengan kondisi lingkungan
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang juga menjadi pusat
segala kegiatan perekonomian sangat cepat berubah wajah, dan pada akhirnya terseok-
seok menanggung konsekuensinya. Bencana banjir yang merendam hampir separuh kota
Jakarta adalah salah satu beban yang harus ditanggung kota Jakarta. Namun demikian, hal
tersebut tidak juga menghentikan arus pembangunan yang semakin memadatkan kapasitas
kota dan juga meluas ke kota-kota di tepian Jakarta. Sayangnya pembangunan tersebut
tidak mengindahkan nilai-nilai local dan daya dukung lahan setempat. Berapa banyak
pengembang yang menawarkan hunian bergaya Eropa, Amerika, bahkan memberikan
nama-nama yang berbau Barat, dan sangat laku keras. Eropa dan Amerika adalah benua
yang letaknya di belahan bumi yang berbeda dengan Indonesia, tentunya juga beriklim
berbeda dengan Indonesia. Akibatnya hunian-hunian Eropa tersebut menjadi mahal karena
harus melawan iklim Indonesia dan dampak jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan
lingkungan.
2012 3 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Foto di download dari: seadanya-semaugue.blogspot.com
Pada foto di atas terlihat perubahan wajah kota Jakarta dalam 40 tahun terakhir.
2012 4 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Lalu bagaimana seharusnya kita berarsitektur?
Bab ini akan membahas tentang Genius Loci atau Jiwa Tempat atau Spirit of the Place.
Arsitektur tidak terlepas dari tempat yang bermula dari ruang. Manusia menempati ‘ruang’
(Space), ruang-ruang dimana terjadi kehidupan akan berubah menjadi ‘tempat’ (Place).
Setiap tempat berbeda dengan tempat lainnya. Kegiatan manusia dalam berkehidupan
dalam sebuah tempat membentuk karakter, identitas, sehingga dapat dikatakan setiap
tempat memiliki keunikan, memiliki jiwa. Interaksi antara manusia dengan tempat hidupnya
memberikan pengaruh timbal balik terhadap karakter tempat tersebut, sehingga tempat itu
menjadi bermakna (meaningful Place). Pembahasan tentang Jiwa Tempat atau Spirit of
Place mencakup pembahasan tentang Pengertian Jiwa Tempat, Perbedaan Ruang (Space)
dan Tempat (Place), Tempat yang bermakna (Meaningful Place), dan Kearifan Lokal.
Pengertian-pengertian
Pengertian Genius Loci
Pengertian Space (Ruang) dan Place (Tempat)
Sejak bertahun-tahun yang lalu, konsep tentang ‘Ruang’ (=Space) sudah merupakan issue
dalam diskusi-diskusi filosofis dan ilmu alam. Dalam bukunya yang berjudul Space in
Architecture, Van de Ven, mengajak kita untuk mengkaji ulang konsep tradisional tentang
ruang dalam arsitektur yang merupakan komposisi dari dinding, lantai, jendela dan langit-
langit. Secara umum Pengertian tentang Ruang dapat dilihat melalui pandangan Timur
yang antara lain dikemukakan oleh ahli Filsafat Cina Lao Tzu dan melalui pandangan Barat
yang dikemukakan oleh beberapa ahli Filsafat Barat seperti Plato dan Aristoteles, sebagai
berikut:
Menurut Lao Tzu.
Ruang adalah “kekosongan” yang ada di sekitar kita maupun di sekitar obyek atau benda.
Ruang yang terkandung di dalam adalah lebih hakiki ketimbang materialnya, yakni massa.
Ada tiga tahapan hirarki ruang :
1. pertama, ruang sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik;
2. kedua, ruang yang dilingkup bentuk stereotomik dan;
2012 5 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
3. ketiga, ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara di dalam dan di
luar.
Menurut Plato
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki
karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato mengatakan : kini, segala
sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba; namun tak ada sesuatupun yang
dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatupun yang dapat teraba bila tak
bermassa, dan tak ada sesuatupun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Maka
Tuhanpun menciptakan dunia dari api dan tanah …. Meletakan air dan udara diantara api
dan tanah dan membuatnya sebanding antara yang satu dengan lainnya, sehingga udara
terhadap air sebanding dengan air terhadap tanah; demikian ia membuat dunia ini sebagai
kesatuan yang kasat mata dan teraba. (Cornelis van d Ven, 1995).
Menurut Aristoteles
Ruang adalah sebagai tempat (topos), tempat (topos) sebagai suatu dimana, atau sesuatu
place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat dimana setiap elemen fisik cenderung
berada. Aristoteles mengatakan : “wadaq-wadaq semata bergerak ke atas dan kebawah
menuju tempatnya yang tetap” dan ‟setiap hal berada di suatu tempat yakni dalam sebuah
tempat‟. „Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki suatu wadaq”. (Cornelis van d Ven,
1995).
Dari pengertian-pengertian filosofis tersebut dapat disimpulkan bahwa Konsep Ruang
mencakup elemen-elemen ‘nyata/tangible’ dan ‘tidak nyata’. Menurut Lao Tzu, ruang tidak
memerlukan pembatas yang jelas/tegas, tetapi lebih mengandalkan ‘rasa’ atau ‘perasaan’.
Kekosongan adalah sesuatu yang intangible (tidak dapat dilihat ataupun diraba, namun
dapat dirasakan) tetapi Kekosongan dapat menjadi sesuatu yang tangible (nyata) melalui
bantuan ‘materi/massa’ atau pembatas. Ruang dapat terbentuk melalui banyak cara, seperti
perbedaan ketinggian lantai, perbedaan warna dan bahan, dll. Sedangkan Plato memahami
ruang sebagai salah satu dari 4 konstituen pembentuk ‘dunia’ yaitu: tanah (earth), udara
(air), api (fire) dan air (water). Dengan demikian Ruang dipandang sebagai udara, karena
objek yang nyata berbeda dalam karakter dari semua benda lain di dunia. Sementara
Aristoteles memperkenalkan Konsep Ruang sebagai ‘tempat’ mengacu kepada satu bagian
kecil permukaan bumi yang dapat diidentifikasi dengan sebuah nama atau sebagai sebuah
urutan benda materi secara umum.
2012 6 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Dalam papernya yang berjudul ‘Kita Memproduksi Ruang’, Kemas Ridwan, menguraikan
pemikiran yang radikal dari Henri Levebfre, seorang pemikir Perancis yang berhaluan
Hegelian-Marxist.1 Dalam bukunya yang berjudul ‘La Production de l’espace’ (1974), yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Donald Nicholson-Smith dengan
judul The Production of Space (1991),2 Henri Lefebvre mengungkapkan bahwa ‘space is
socially produced’ sementara itu ‘we are spatially produced’. Menurut Beliau, kita
menciptakan ruang menurut cara kita bertinggal dalam kehidupan sosial kita (lived space),
yang mana dalam realitas kehidupan tersebut kita bersinggungan dengan aspek material
fisik dari ruang yang tercerap oleh indera kita (perceived space) dan aspek-aspek non-
material (mental) dari ruang yang terkonsepsi dalam benak kita (conceived space).
Kalau sebelumnya Arsitektur lebih banyak berbicara tentang bagaimana kita mengkonstruksi
ruang (construction of space) yang berhubungan dengan aspek fisik dan juga konsepsi
filosofis dari ruang, maka Levebfre mengambil pendekatan yang lain yang sangat esensial
yaitu dengan mempertanyakan bagaimana aspek fisik dan filosofis dari ruang yang
dikonstruksikan tersebut dapat bermakna bila tidak ada makhluk sosial di dalamnya.
Dari berbagai pengertian dan definisi tentang ruang dan tempat di atas dapat disimpulkan
bahwa ruang-ruang yang awalnya merupakan elemen abstrak akan menjadi tempat (place)
setelah di dalamnya muncul elemen-elemen nyata/fisik (pembatas spt dinding, lantai/tanah,
mungkin juga langit-langit) dan kemudian menjadi bermakna apabila terjadi kehidupan yang
mencakup segala aspeknya, yaitu aspek social.
Meaningful Place (Keunikan Tempat)
Dalam blognya, Ilya Fadjar Maharika, seorang dosen Arsitektur di Universitas Islam
Indonesia, 2009, mengupas pemaknaan ‘Genius Loci’ sebagai berikut:
Padanan kata Genius Loci dalam bahasa Indonesia adalah Kearifan Lokal. Makna kata
Genius berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Ketika manusia
masih hidup dalam pemahaman mitologis, dipercayai bahwa setiap tempat memiliki jin
1 Lefebvre lahir tahun 1901 dan meninggal tahun 1991. Dia merupakan sosok pemikir berhaluan kiri yang anti-Stalin. 2 Kerumitan teori Lefebvre juga bukan hanya dari isinya saja, tapi dari kesulitan bahasanya yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Perancis.
2012 7 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
penunggu yaitu : Genius. Seiring dengan perkembangan pemahaman manusia dalam
melihat relasi atau hubungan antara alam dan manusia secara lebih seimbang, makna
genius berkembang menjadi lebih kepada karakter penandaan elemen alam tertentu.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih ‘universal’ kata ‘genius’ mengingatkan kita kepada
pemaknaan tentang kepintaran dan kemampuan. Genius sering diberikan sebagai julukan
bagi seseorang yang sangat pintar.
Sedangkan kata ‘Loci’ berarti tempat atau lokal. Kata Genius yang disandingkan dengan
kata Loci, menjadi bermakna lebih sempit = local bukan universal, menjadi sesuatu yang
khas pada suatu tempat tertentu. Local Genuine berarti keunikan local, keotentikan suatu
lokalitas tertentu. (perhatikan kata genius – genuine yang mirip dalam tulisan dan
pengucapan tetapi mempunyai makna yang berbeda meskipun mungkin berasal dari akar
kata yang sama : gen – genus). Unik adalah kondisi ketiadaan entitas yang sama atau
hampir sama. Dalam konteks keunikan ini maka kita dapat mengenali identitas suatu
tempat, membedakannya dengan tempat yang lain.
(disarikan dari: http://maharika.staff.uii.ac.id/2009/02/local-genius-genius-loci-local-genuine/)
Foto: mrwallpaper.com
2012 8 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Foto : sole-jole.org
Kedua gambar di atas adalah foto wajah kota dari Negara yang berbeda, namun keduanya
memiliki wajah yang serupa. Sulit mengenali secara visual nama kedua tempat dalam
gambar di atas. Gambar atas adalah Singapore sedangkan gambar bawah adalah Chicago.
Kemiripan keduanya merupakan karakter/ciri kota-kota metropolitan, yang juga menjadi
wajah kota Jakarta. Namun demikian tetap dibutuhkan hal-hal khusus yang berbeda antara
satu kota dengan kota yang lain, yang memberikan karakter khusus bagi setiap kota/tempat,
yang tidak ada di tempat yang lain.
Seperti telah dipaparkan di atas bahwa terbentuknya sebuah tempat merupakan kombinasi
menyeluruh antara elemen-elemen fisik pembentuk ruang dan elemen-elemen non fisik
yang merupakan aktivitas manusia dan interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Elemen-
elemen non fisik tersebut yang kemudian membentuk ‘ruh’ atau ‘jiwa’ pada sebuah tempat.
Namun justru elemen non fisik inilah yang sering dilupakan ketika sebuah tempat tidak lagi
dapat menahan arus perubahan, yang biasanya lebih difokuskan kepada perubahan fisik.
Contoh Kasus
2012 9 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Segitiga Senen, Jakarta Pusat
Kedua gambar di atas adalah gambar/foto daerah Segitiga Senen di Jakarta Pusat yang
sudah ada sejak zaman Belanda. Melihat dari gaya bangunannya, wilayah ini merupakan
wilayah pecinan, atau perkampungan Cina. Sampai dengan awal tahun 1980an,
perkampungan Cina di sini masih dihuni oleh orang-orang Cina beserta keluarganya,
dengan membawa adat-istiadat Cina. Pada tahun 1970an, masih banyak penduduk bertenis
Cina yang duduk-duduk di depan rumahnya sambil menjaga took yang kebanyakan adalah
toko-toko obat tradisional Cina. Namun semakin lama kondisi perkampungan menjadi
semakin kumuh, dan memperburuk wajah kota. Pada tahun 1980an pemerintah
meremajakan wilayah tersebut dengan membangun kawasan mixed use yang terdiri dari
Mall, Hotel dan Ruko.
2012 10 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar berikutnya adalah foto setelah peremajaan. Satu-satunya bangunan lama yang
dipertahankan adalah bangunan yang dalam foto berfungsi sebagai restoran Pizza Hut, dan
pada foto sebelumnya terlihat memiliki atap kerucut pada ke dua menaranya.
Mungkin untuk mengingat kembali sejarah kampong pecinan di daerah tersebut, bentuk ruko
yang dirancang di kawasan tersebut merupakan versi modern rumah-rumah Cina seperti
terlihat pada Foto hitam-putih di atas. Namun karena peremajaan lebih focus kepada
peremajaan fisik, perubahan yang terjadi tidak hanya berpengaruh pada fisik bangunan
tetapi juga terhadap jiwa kawasan. Kawasan tersebut seperti kehilangan ruh/nyawanya.
Ruko yang pada awalnya benar-benar merupakan tempat tinggal pemiliknya (lantai atas
tempat tinggal dan lantai bawah tempat usaha), Ruko setelah peremajaan sepenuhnya
berfungsi sebagai toko atau kantor. Akibatnya kehidupan di kawasan tersebut yang pada
awalnya berlangsung 24 jam, saat ini hanya berlangsung pada siang hari saja. Interaksi
sosial penghuni yang memberi nyawa pada kawasan tidak lagi terjadi. Pada akhirnya
kawasan ini menjadi kawasan yang kurang hidup bila tidak ingin dikatakan mati.
Pulau Bali
2012 11 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
Foto: dok. Pribadi
Melihat Foto tersebut di atas, pasti semua orang langsung dapat mengenali di mana lokasi
tempat dalam foto tersebut. Foto tersebut berada di Bali di desa Panglipuran yang
merupakan salah satu desa yang dipreservasi oleh pemerintah. Meskipun beberapa pihak
mengkritik pemasangan paving block (elemen modern) pada desa tersebut, namun
‘karakter’ Bali masih sangat terasa. Selain bentuk bangunan yang masih dipertahankan
mengikuti kaidah-kaidah arsitektur tradisional Bali, desa tersebut juga masih dihuni oleh
masyarakat setempat. Upaya pemerintah untuk tetap mempertahankan tradisi, dan masih
banyaknya masyarakat Bali yang menjalani kehidupan mengikuti adat dan kepercayaan
leluhur, cukup kuat menahan arus modernisasi yang cenderung menghilangkan Genius Loci
suatu tempat.
Filosofi hidup masyarakat Bali yang masih memandang keselarasan dengan alam akan
memberikan keselamatan dalam kehidupannya merupakan cara pembentukan karakter
tempat yang sangat kuat. Dari mulai mengenali lahan dan kondisi alam sekitarnya, hingga
aturan detail yang semuanya tercantum dalam asta kosala kosali, membantu manusia untuk
hidup dengan menghargai alam, dan pada akhirnya justru menjaga keseimbangan hidup
2012 12 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
manusia dengan alam, menjaga alam dari kerusakan tangan-tangan manusia, dan
mencapai kehidupan yang berkelanjutan. Inilah yang dimaksud dengan kearifan local.
Kesimpulan
Tempat atau tapak adalah factor paling utama yang harus dikenali secara mendalam oleh
para arsitek sebagai perancang ruang sebagai wadah kegiatan berkehidupan manusia.
Pengenalan/identifikasi karakter suatu tempat bukan hanya mencakup elemen-elemen fisik,
tetapi juga elemen-elemen non fisik yang menyangkut factor sosial dan budaya masyarakat
di lingkungan sekitar tapak. Kedua hal tersebut yang akan membantu arsitek dalam
penciptaan dan pembentukan suatu tempat agar selalu terjaga keberlanjutannya. Bangunan
baru yang dirancang harus dapat menjadi bagian yang menyatu dengan tapak dan
lingkungan, agar jiwa tempat tetap terpelihara, dan keunikannya tetap terjaga.
Daftar Pustaka
Cornelis van de Ven, 1995., Space in Architecture. The evolution of a new idea in the theory
and history of the modern movements, Van Gorcum Assen, the Netherlands
Kurniawan, Kemas Ridwan., 2009, Kita Memproduksi Ruang, Makalah dalam buku LILIN
LESTARI 72 Tahun Ir. Siti Utamini Departemen Arsitektur FTUI
Lefebvre, Henri, The Production of Space –translated by Donald Nicholson-Smith (Oxford
UK: Blackwell, 1991).
Nes, Akkelies., 2012, Between Heaven & Earth Christian Norberg-Schulz's Contribution to
the Phenomenology of Place & Architecture, Environmental Architectural Phenomenology
Newsletter.
Norberg-Schulz, Christian., 1980, Genius Loci: Towards a Phenomenology of Architecture,
New York, Rizzoli International Publications Inc.
Weinheimer III, John F., 1997, A Place of Our Own, Thesis for Master of Architecture,
Virginia Polytechnic Institute & State University, Virginia
2012 13 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id
http://www.biblioteca.dpa.polimi.it/interni/lectures/03-van%20de%20ven.htm
http://maharika.staff.uii.ac.id/2009/02/local-genius-genius-loci-local-genuine/