modul git-ftiii-2011
TRANSCRIPT
MODUL
FARMAKOTERAPI III
FARMAKOTERAPI PENYAKIT ATAU GANGGUANSISTEM GASTROINTESTINAL, NYERI, INFLAMASI,
SISTEM SYARAF DAN PSIKIATRI
DISUSUN OLEH:
dr. Akrom, M.Kes.
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji untuk Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNYA
kepada kita semua sehingga penyusunan buku “modul kuliah FT III problem based learningsi Farmasi”.
Yogyakarta, awal Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman muka 1
Kata pengantar 2
Halaman daftar Isi 4
Sinopsis 5
Tujuan instruksional 7
Bagian I: farmakoterapi gangguan-penyakit system GIT 8
Bagian II : Farmakoterapi penyakit muskuloskeletal 26
Bagian III: Farmakoterapi penyakit sistem syaraf dan psikiatri 32
SINOPSIS
Ketakrasionalan terapi obat merupakan wabah baru dalam dunia kesehatan. Angka kematian dan pasien dirawat akibat kesalahan atau ketakrasionalan dalam terapi obat mencapai 30%. Ketakrasionalan terapi obat tidak saja berdampak secara ekonomis tetapi juga secara fisik, psikis, jiwa dan hukum. Seorang farmasis sebagai professional dalam terapi obat dituntut perilaku keprofesiannya didasari atas keakuratan informasi dan sesuai dengan standar profesi yang ada agar terhindar dari jeratan hukum dan dapat meningkatkan Derajat kesehatan masyarakat .
Derajat kesehatan masyarakat yang unggul adalah merupakan cita-cita semua anggota bangsa dan elemen masyarakat. etapi dalam kenyataannya derajat kesehatan masyarakat Indonesia sampai hari ini masih jauh dari harapan. Tingginya angka kematian masyarakat, kurangnya pola hidup sehat di masyarakat, merebaknya mal praktek dan ketakrasionalan dalam pengobatan, pemborosan pembiayaan pelayanan yankes, termasuk pemborosan penggunaan obat dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan merupakan lingkaran setan yang sulit diputus saling keterkaitan rantainya. Medication error dengan segala dampaknya di masyarakat merupakan masalah besar bersama antar komponen penyelenggara jasa pelayanan kesehatan baik dokter, farmasis, perawat, bidan maupun paramedic yang lain. Farmasis sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan merupakan salah satu kmponen yang memiliki tanggung jawab besar untuk mewujudkan system pelayanan kesehatan yang efektif, efisien rasional dan bermutu sehigga derajat kesehatan masyarakat segera mengalami penigkatan dan cita-cita luhur “health for all” segera terwujud di Indonesia. Mengawal pelaksanaan terapi obat yang rasional merupakan salah satu core competency farmasis. Penguasaan farmakoterapi dan farmakoterapi berbasis evidence menjadi kompetensi yang harus dicapai oleh seorang sarjana farmasi
TUJUAN INSTRUKSIONAL
FARMAKOTERAPI III
Kompetensi yang akan dicapai dengan kegiatan bagian Ini adalah:
Dapat menjelaskan patofisiologi atau mekanisme penyakit atau gangguan system gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatri Dapat menjelaskan standar terapi untuk gangguan dan penyakit system gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat mengaplikasikan pengetahuan patofisiologi dan standar farmakoterapi penyakit atau gangguan gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat menentukan pilihan obat yang manjur, aman dan terjangkau untuk gangguan atau penyakit gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
Kompetensi yang akan dicapai dengan kegiatan bagian Ini adalah:
Dapat menjelaskan patofisiologi atau mekanisme penyakit atau gangguan system gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatri Dapat menjelaskan standar terapi untuk gangguan dan penyakit system gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat mengaplikasikan pengetahuan patofisiologi dan standar farmakoterapi penyakit atau gangguan gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat menentukan pilihan obat yang manjur, aman dan terjangkau untuk gangguan atau penyakit gastrointestinal, musculoskeletal, nyeri, inflamasi dan system syaraf-psikiatriDapat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
Kegiatan pada perkuliahan farmakoterapi III ini meliputi:
1. Kuliah pengantar 2. Mengerjakan Pre test dan diskusi kasus dalam kelompok, presentasi kasus hasil diskusi dan post test3. Melaksanakan presentasi kasus dalam kelas
Kegiatan pada perkuliahan farmakoterapi III ini meliputi:
1. Kuliah pengantar 2. Mengerjakan Pre test dan diskusi kasus dalam kelompok, presentasi kasus hasil diskusi dan post test3. Melaksanakan presentasi kasus dalam kelas
JADWAL KEGIATAN
NO ACARA KEGIATAN1 KULIAH PENGANTAR FT GIT 1. PRE TEST
2. KULIAH UMUM DAN GAMBARAN KASUS
3. PEMBAGIAN KASUS GIT2 DISKUSI KELOMPOK I DISKUSI KELOMPOK LANGKAH 1-53 DISKUSI KELOMPOK II LANGKAH 6-7 DAN PERSIAPAN
PRESENTASI4 PRESENTASI KELAS SESI I: KASUS 1-6
SESI II: KASUS 7-125 KULIAH PENGANTAR FT NYERI &
INFLAMASI-AUTOIMUN1. PRE TEST2. KULIAH UMUM DAN
GAMBARAN KASUS3. PMBAGIAN KASUS NYERI,
INFLAMASI DAN AUTOIMUN6 DISKUSI KELOMPOK I LANGKAH 1-5 SEVEN JUMP7 DISKUSI KELOMPOK II LANGKAH 6-78 PRESENTASI KASUS SESI I: KASUS 1-6
SESI II: KASUS 7-129 KULIAH PENGANTAR FT SYARAF 1. PRE TEST
2. KULIAH UMUM DAN GAMBARAN KASUS
3. PMBAGIAN KASUS PENYAKIT/GANGGUAN SYARAF
10 LANGKAH 1-5 SEVEN JUMP11 LANGKAH 6-712 SESI I: KASUS 1-6
SESI II: KASUS 7-12
FARMAKOTERAPI
GANGGUAN ATAU PENYAKIT SISTEM GIT
Tujuan instruksional
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan penatalaksanaan terapi, standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan penatalaksanaan terapi, standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
DAFTAR PENYAKIT KASUS
Dyspepsia 2. diare-mual-muntah tak spesifik
App 4. hepatitis
diare spesifik amubiasis 6. sirosis hepatis-leptospirosis
ulkus peptikus 8. ibd
hemorrhoid 10. batu empedu
pancreatitis 12. ca colon
DAFTAR PENYAKIT KASUS
Dyspepsia 2. diare-mual-muntah tak spesifik
App 4. hepatitis
diare spesifik amubiasis 6. sirosis hepatis-leptospirosis
ulkus peptikus 8. ibd
hemorrhoid 10. batu empedu
pancreatitis 12. ca colonPENILAIAN:Nilai akhir didapatkan dari:
Aktivitas harian: Pre test, kuliah pengantar, diskusi kelompok dan post test, laporan hasil diskusi dan presentasi kelas (30 %)Mid term (30%)Ujian akhir (40%)
Cat: Soal ujian mid term dan ujian akhir dalam bentuk MCQ berbasis kasus
PENILAIAN:Nilai akhir didapatkan dari:
Aktivitas harian: Pre test, kuliah pengantar, diskusi kelompok dan post test, laporan hasil diskusi dan presentasi kelas (30 %)Mid term (30%)Ujian akhir (40%)
Cat: Soal ujian mid term dan ujian akhir dalam bentuk MCQ berbasis kasus
Pre test :
Daftar kasus – skenario Kasus
No kasus1 Bayi, 8 bulan, mengalami diarea setelah diberi susu instan. Sebelumnya bayi hanya mendapatkan ASI,
karena produksi ASI menurun ditambah dengan susu instan. Diare dengan BAB cair, berlemak, tanpa lendir dan darah, kadang disertai muntah. Bayi agak demam, tanpa ada batuk ataupun pilek. Kulit bayi agak keriput, dengan mata cowong dan merengek bila menangis. Bagaimana farmakoterapi terbaik pada bayi tersebut?
2 Bp. M. 32 th, mengalami mual dan muntah 1 jam setelah mengkonsumsi minuman dalam kardus (kotak). Bermula dari rasa sakit pada perut bagian atas dan kemudian diakhiri dengan muntah. Tidak ada riwayat gangguan lambung. Penderita tidak mengalami diare. Kepala pusing dan badan terasa lemah
3 Ny A., 45 th, mengalami diare dengan mual muntah, tinja berlendir dan darah, pemeriksaan tinja didapatkan lekosit tanpa amuba. BAB>15/hari. Penderita merasa haus, kulit kering, lemah dan Tekanan darah 85/45 mmHg, nadi=110x/menit.
4 Nn Cs, 16 th, sudah 3 bulan merasakan Nyeri perut bagian atas dan sering sebah atau perut terasa penuh. Bangun tidur sering bab cair. Karena harus mengikuti les tambahan persiapan UANS sejak naik kelas 3 SMU maka penderita sejak saat itu pola makannya tidak teratur. Disamping itu sebelumnya Bapak penderita pernah menyampaikan bahwa “Bapak akan bangga kalau kamu bisa diterima Fakultas Farmasi UAD”, pernyataan Bapaknya menjadi beban pikiran Nn Cs..
5 Tn. D, 67 th sudah 1 minggu tidak bisa BAB (buang air besar), sejak ditinggal mati istrinya penderita mengalami penurunan nafsu makan, jumlah dan frekuensi makan dan minum berkurang. Keinginan ke belakang berkurang dan sering menunda keinginan ke belakang. Setelah diperiksa perawat dikatakan bahwa terdapat skibala. Gerakan usus juga dikatakan normal. Tidak ada demam, batuk, atau pilek. TD=90/50 mmHg, nadi cepat (>110x/menit).
6 Tn Ac, 45 th, petani. Tiba-tiba mengalami demam tinggi dan nyeri kepala. Hari kedua demam , demam masih tinggi, mata tampak kuning, nyeri ulu hati dan rmuncul asa mual. Dibawa ke RS dengan hasil pemeriksaan fisik hepatomegali. Hasil pemeriksaan lab. GST= 150; GOT= 200; dan tidak ditemukan adanya tanda infeksi virus. Oleh dokter dikatakan pasien kemungkinan mengalami infeksi karena leptospirosis.
7 Tn. J., 45 tahun, perokok berat. Pada usia muda sering meminum alkohol dan minuman terlarang lainnya. Sejak 2 tahun terakhir sering merasakan Nyeri ulu hati, terutama saat perut kosong dan rasa mual. Sering terbangun pada pagi hari saat tertidur oleh karena nyeri perut. Sering memuntahkan isi perut pada saat pagi hari. Hasil endokoskopi didapatkan gambaran ulkus pada pilorus.
8 Tn. B, 35 th, sepulang dari kerja di Kota mengalami demam dan nyeri perut disertai dengan warna kuning pata mata. Sebelumnya pada saat di kota penderita mengalami demam dengan batuk dan pilek, periksa ke Klinik 24 jam diterapi dengan obat lewat suntik intra muskular. Ketika demamnya batuk pile sembuh, kemudian muncul demam disertai nyeri perut bagian atas kadang disertai mual dan nyeri kepala. BAK kuning kental seperti teh. Badan lemah.
9 Tn. X, 26 th, sudah hampir 2 minggu mengalami demam. Semula demam tidak terlalu tinggi tanpa batuk dan pilek. Lama kelamaan demam semakin tinggi terutama malam hari disertai dengan kelemahan badan dan
mual serta nyeri perut. Pemeriksaan widal positif. Pendrita alergi penisilin dan kloramfenikol. 10 Tn Mn, 16 th, tiba-tiba mengalami nyeri perut kanan bawah. Perut semakin terasa nyeri bila dipakai untuk
berjalan. Kencing lancar, pemeriksaan kencing tidak ada tanda infeksi. Pemeriksaan darah didapatkan lekosit meningkat (12.000 sel/ml) dan pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada mc burny. Penderita menolak operasi.
11 Tn MM, 45 th, mengalami diare pagi hari setelah sarapan. BAB encer berwarna kehitaman dan berlendir. Penderita sering merasakan tidak tuntas saat BAB. Sudah hampir 5 tahun penderita mengalami gangguan pencernaan, dimana perut sering terasa mual, sakit ulu hati dan terasa penuh. Pada saat itu ketika periksa ke dokter umum dikatakan mengalami magh. Pada saat pemeriksaan terakhir di dokter ahli penyakit dalam dikatakan bahwa penderita mengalami inflammatory bowel disease.
12 Ny W, 65 tahun, sudah sejak setahun sering mengalami diare dengan warna tinja hitam sering diertai dengan darah. Sudah satu minggu penderita sering merasakan nyeri perut yang hebat kadang sampai pingsan. Penderita tidak memiliki nafsu makan, tampak kurus dan lemah. Terdapat benjolan di perut bagian kiri bawah yang semakin membesar. Waktu dibawa kedokter dikatakan bahwa penderita sudah mengalami keganasan perut besar (Dx : ca colon stadium IV).
13 Tn Y, 45 th, mengalami muntah darah sudah dua hari. Sudah satu bulan penderita dirawat dirumah oleh karena mengalami penyakit kuning. Tidak dibawa ke RS oleh karena keluarga tidak mampu dan tidak memiliki kartu jamkesmas. Mata penderita tampak kekuningan, perut membesar dan saat ini kondisi pasien sangat lemah. Saat di bawa ke RS oleh dokter UGD penderita mengalami sirhosis hepatis.
14 Ny WW, 40 th, dibawa ke RS oleh karena mengalami nyeri perut yang hebat. Sudah setengah tahun penderita sering mengalami serangan nyeri perut tiba-tiba. Sebelumnya penderita sering mengalami nyeri perut ulu hati, yang diduga sebagai penyakit lambung. Sejak seminggu terakhir mata penderita kelihatan kuning dan semakin hari semakin meningkat warna kuning di bagian wajah. Hasil pemeriksaan di RS didapatkan bilirubin direct dan indirect pasien meningkat. Dari hasil pemeriksaan USG didapatkan keterangan adanya batu pada saluran empedu
.
Gambaran kasus
1. Identifikasi istilah/konsep baru atau asing
2. Identifikasi permasalahan dan rumusan masalah klinis dalam kasus
Tn. X, 26 th, sudah hampir 2 minggu mengalami demam. Semula demam tidak terlalu tinggi tanpa batuk dan pilek. Lama kelamaan demam semakin tinggi terutama malam hari disertai dengan kelemahan badan dan mual serta nyeri perut. Pemeriksaan widal positif. Pendrita alergi penisilin dan kloramfenikol.
Tn. X, 26 th, sudah hampir 2 minggu mengalami demam. Semula demam tidak terlalu tinggi tanpa batuk dan pilek. Lama kelamaan demam semakin tinggi terutama malam hari disertai dengan kelemahan badan dan mual serta nyeri perut. Pemeriksaan widal positif. Pendrita alergi penisilin dan kloramfenikol.
Daftar istilah/konsep baru, kata kunci dan definisinya:
Widal
Daftar istilah/konsep baru, kata kunci dan definisinya:
Widal
3. Definisi, Patofisiologi, faktor risiko dan manifestasi klinik & Standar terapi secara umum dan standar terapi farmakoterapi
a. Definisi, fr dan manifestasi klinik
b. Patofisiologi
Daftar Permasalahan dan rumusan permasalahan kasus sementara :
Demam perlahan2 menjadi
Nyeri perut
Kelemahan
Widal
Alergi penisilin-chloramfenikol
Daftar Permasalahan dan rumusan permasalahan kasus sementara :
Demam perlahan2 menjadi
Nyeri perut
Kelemahan
Widal
Alergi penisilin-chloramfenikol
Definisi, FR penyakit dan manfisklin penyakitDefinisi, FR penyakit dan manfisklin penyakit
c. Penatalaksanaan kasus dan Standar terapinya
Patofisiologi penyakit: Patofisiologi penyakit:
4. Analisis masalahPenetapan masalah klinik dan kemungkinan farmakoterapi
5. Penetapan terapi definitif dan kemungkinan obat untuk mencapai target terapi
Penatalaksanaan dan Standar terapi dan farmakoterapi kasus: Tujuan:Penatalaksanaan dan Standar terapi dan farmakoterapi kasus: Tujuan:
Daftar Permasalahan dan rumusan permasalahan kasus definitif: Daftar Permasalahan dan rumusan permasalahan kasus definitif:
6. Analisis kemanjuran, keamanan dan biaya obat (EBM) dan Penetapan DOC
7. Kesimpulan dan Persiapan presentasi
Tujuan terapi :
Tx:
Tujuan terapi :
Tx:
Jurnal dasar TxJurnal dasar Tx
FARMAKOTERAPI
GANGGUAN ATAU PENYAKIT NYERI MUSKULOSKELETAL
INFLAMASI DAN AUTOIMUN
Tujuan instruksional
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
DAFTAR KASUS
Nyeri kepala migraine
Nyeri kepala tension headache spasmodic
Nyeri kepala tension headache kronik
Nyeri kolik renal
Nyeri sendi RA
Nyeri sendi OA
Nyeri sendi OP
LBP
Nyeri kanker
Neuropati perifer DM
Neuralgia post herpetika
Trauma muskuloskeletal
DAFTAR KASUS
Nyeri kepala migraine
Nyeri kepala tension headache spasmodic
Nyeri kepala tension headache kronik
Nyeri kolik renal
Nyeri sendi RA
Nyeri sendi OA
Nyeri sendi OP
LBP
Nyeri kanker
Neuropati perifer DM
Neuralgia post herpetika
Trauma muskuloskeletal
Pre test :
Daftar kasus – skenario Kasus
Gambaran kasus
1. Daftar istilah dan Definisi istilah baru atau asing
2. Identifikasi permasalahan dan rumusan masalah klinis dalam kasus
3. Patofisiologi, faktor risiko dan manifestasi klinik & Standar terapi secara umum dan standar terapi farmakoterapi
4. Analisis masalah
5. Penetapan target terapi dan kemungkinan obat untuk mencapai target terapi
6. Analisis kemanjuran, keamanan dan biaya obat dan Penetapan DOC
7. Kesimpulan dan Persiapan presentasi
FARMAKOTERAPI
GANGGUAN ATAU PENYAKIT SYARAF DAN PSIKIATRI
Tujuan instruksional
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
Kompetensi yang akan dicapai dengan acara paktikum ini adalah:
1. dapat menjelaskan patofisiologi-mekanisme penyakit GIT (daftar di bawah)3. Dapat menjelaskan standar terapi dan terapi obat kasus GIT4. dapat menerapkan pengetahuan 1 dan 2 dalam kasus5. dapat menentukan DOC sesuai kasus6. Dapat mempresentasikan dalam kelas
DAFTAR KASUS
Epilepsy
Encephalitis - meningitis
Dimensia dan sulit tidur
Vertigo dan gangguan keseimbangan sentral
Strok perdarahan
TIA
Stroke iskemia
Bell palsy
Polio
Bulimia nerfosa
GAD
Psikosis
DAFTAR KASUS
Epilepsy
Encephalitis - meningitis
Dimensia dan sulit tidur
Vertigo dan gangguan keseimbangan sentral
Strok perdarahan
TIA
Stroke iskemia
Bell palsy
Polio
Bulimia nerfosa
GAD
Psikosis
Pre test :
Daftar kasus – skenario Kasus
Gambaran kasus
1. Daftar istilah dan Definisi istilah baru atau asing
2. Identifikasi permasalahan dan rumusan masalah klinis dalam kasus
3. Patofisiologi, faktor risiko dan manifestasi klinik & Standar terapi secara umum dan standar terapi farmakoterapi
4. Analisis masalah
5. Penetapan target terapi dan kemungkinan obat untuk mencapai target terapi
6. Analisis kemanjuran, keamanan dan biaya obat dan Penetapan DOC
7. Kesimpulan dan Persiapan presentasi