modul perdarahan
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIALSISTEM HEMATOLOGI
PERDARAHAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
TUTOR : dr. Asmayanti Asrun
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
ANGGOTA KELOMPOK 4 :
Ayamin Musri Suryamin Wa Ode risky Ekawati
Yogi Andrew T.P Rusmiani
Rio Kristian Nur Safaatul laila
Milawati Yusuf Cici Hudzaifah
Fifit Ervita Wa Ode Siti Damayanti
Rita Aslita Elfrida riani risky
Ayu Dahniar Muh. Ajie Pratama
Jeanet Pricillia
MODUL 2
PERDARAHAN
SKENARIO
INFORMASI PENTING
1. Perempuan
2. 5 tahun
3. Petechiae lebih dari satu tempat
4. Riwayat Batuk pilek
5. Keluar darah dari anus
6. tidak demam
PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme Hemostasis?
2. Bagaimana proses pembekuan darah normal?
3. Jelaskan tentang gangguan vaskuler
4. Jelaskan gangguan trombosit?
5. Apa saja diagnosa banding?
6. Sebutkan langkah-langkah diagnostik?
7. Bagaimana mekanisme terjadinya bintik merah dan keluarnya darah dari anus kaitannya
dengan keluhan yang dialami?
8. Mengapa tidak terjadi demam dan apa kaitannya dengan keluhan pasien?
9. Apa hubungan riwayat batuk pilek dan kaitannya dengan keluhan pasien?
10. Jelaskan tentang penyakit yang disimpulkan berdasarkan diagnose sementara pasien dan
juga penyakit yang berkaitan dengan perdarahan lainnya?
Seorang anak, wanita, umur 5 tahun, dibawa ke rumah sakit karena ada bintik-
bintik merah di lengan, tungkai, dan badan, dan keluar darah dari anusnya, serta tidak
disertai demam. 6 hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek.
JAWABAN
1. Mekanisme Hemostasis
. skema pembekuan darah
XIID
Ca ++ Ca ++
X Xa
XII
XI
IX
XIa
IXa
HMWK
Kalikrein Prekalikrein
AKTIVASI INTRINSIK AKTIVASI ENTRINSIK
Faktor
jaringan
VIIaVII
PF3
VIII
ProthrombinVCa ++
Thrombin
FibrinogenCa ++
Monomer + Fibrinopeptidafibrin A+B
Polimer fibrin
XIII XIIIaFibril stabil
JALAN BERSAMA
= Kofaktor
Hemostasis merupakan salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan viskositas
darah, mengatasi kerusakan terhadap pembuluh darah dan mencegah terjadinya kehilangan
darah. Ada empat proses dalam hemostasis. Tiga proses yang pertama adalah (1)
vasokontriksi lokal, (2) adhesi dan agregasi trombosit, dan (3) aktivasi kaskade pembekuan
untuk membentuk bekuan fibrin. Inhibitor koagulasi kemudian teraktivasi untuk membatasi
koagulasi pada daerah itu saja dan setelah itu terjadi fibrinolisis untuk mengembalikan
pembuluh darah. Fibrinolisis diperlukan agar koagulasi tidak terjadi secara berlebihan dan
berpotensi menimbulkan thrombus. Plasmin merupakan salah satu agen fibrinolisis yang
berasar dari plasminogen. Proses adhesi dan agregasi trombosit membutuhkan adhesi
trombosit pada kolagen yang terbuka pada pembuluh darah yang rusak dengan bantuan faktor
von Willebrand (vWF), sebuah molekul polimer besar, sub unit yang memiliki lokasi untuk
berikatan dengan kolagen dan trombosit (GpIb). Trombosit saling beragregasi dengan cara
berikatan silang dengan fibrinogen, yang berikatan dengan lokasi ikatan fibrinogen spesifik
pada permukaan trombosit (GpIIb/IIIa). Setelah teraktivasi, trombosit melepaskan zat-zat
termasuk ADP dari granula padatnya untuk merekrut trombosit lainnya ke daerah kerusakan
dan juga menghasilkan tromboksan, sebuah agonist trombosit yang poten yang dapat
memberikan feed back positif.
Mekanisme hemostasis dan pembekuan normal.
Hemostatis (= proses penghentian perdarahan) adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan
darah terlalu banyak bila terjadi luka pada pembuluh darah dan darah tetap cair dan mengalir
secara lancar. Proses hemostatis dimulai bila bila trauma, pembedahan atau penyakit yang
merusak lapisan endotel pembuluh darah dan darah terpajan pada jaringan ikat subendotel.
Kelangsungan hemostatis dipertahankan melalui proses keseimbangan antara perdarahan dan
trombosis, bergantung pada beberapa komponen :
a. Sistem vaskuler
b. Trombosit
c. Faktor koagulasi darah
d. Fibrinolisis, dan akhirnya perbaikan jaringan
VIII:C
VIII:VWF
VIIIR:AG
KolagenSubendotelial
Gangguan sistem ini dapat menimbulkan masalah mulai dari bermacam-macam perdarahan
yang sulit diatasi setelah terjadinya luka sampai pembekuan darah yang tidak pada tempatnya
dalam pembuluh darah.
Mekanisme hemostatis normal terdiri atas 3 fase, yaitu :
a. Interaksi sel endotel dengan trombosit = primary hemostatic plug. Proses vasokonstriksi
lokal dan pembentukan platelet plug dinamakan hemostatis primer. Ini terjadi dalam beberapa
detik selama terjadinya luka dan amat penting untuk menghentikan kehilangan darah melalui
kapiler, arteriol kecil, dan venula.
b. Fase koagulasi, disini trombin dihasilkan dan fibrin terbentuk pada platelet scaffold.
Proses koagulasi darah sekitar luka sampai terbentuknya fibrin stabil dinamakan hemostatis
sekunder. Proses ini berlangsung beberap menit. Untaian fibrin yang terbentuk memperkuat
primary hemostatic plug.
c. Terbentuknya ikatan peptida antara molekul fibrin sehingga menghasilkan jaringan fibrin
yang stabil.
Fibrinolisis adalah proses degradasi enzimatik pada bekuan fibrin untuk membatasi
aktivasi koagulasi sampai daerah sekitar luka dinding pembuluh darah dan menjaga keutuhan
pembuluh darah.
a. Hemostasis Primer
Gangguan terhadap endotel secara langsung mengaktifkan keempat komponen hemostatis.
Setelah kejadian ini, akan berlangsung kejadian-kejadian berikut :
1) Pertama, vasokontriksi yang cepat mengurangi aliran darah dan mendorong aktivasi
kontak trombosit dan faktor-faktor koagulasi. Vasokontriksi merupakan reaksi refleks otot polos
dalam pembuluh darah yang berlangsung singkat yang dihasilkan oleh cabang simpatik sistem
saraf otonom akibat luka pada pembuluh darah kecil untuk menghentikan perdarahan.
Vasokontriksi ini ditunjang dan dipertahankan dengan dikeluarkannya serotonin dari trombosit
dan terbentuknya tromboksan A2. Vasokontriksi juga mengakibatkan perluasan kontak antara
dinding pembuluh darah yang terobek, trombosit, dan protein koagulasi. Endotel mengandung
jenis jaringan seperti kolagen dan elastin. Matriks jaringan ikat ini mengendalikan permeabilitas
bagian dalam dinding pembuluh darah dan merupakan stimulus utama terhadap trombosis
setelah terjadi kerusakan pembuluh darah.
2) Pada fase berikutnya, trombosit segera beradhesi pada jaringan subendotel yang terpajan,
terutama serabut kolagen dengan bantuan faktor von Willebrand, mengeluarkan pseudopod
sepanjang permukaan. Adhesi ini berlangsung selama 1-2 menit setelah robekan endotel.
Adenosindifosfat (ADP), yang dikeluarkan dari granula padat trombosit memulai agregasi
trombosit, membentuk primary hemostatic plug yang longgar dan tidak stabil. Fosfolipid
membran trombosit membentuk asam arakhidonat, untuk menghasilkan tromboksan A2.
Tromboksan A2 mempunyai efek vasokonstriktor, kemudian menyebabkan agregasi trombosit.
Trombin yang semula terbentuk akibat dorongan luka merangsang perubahan bentuk trombosit,
disertai perubahan plug primer dari tidak stabil menjadi plug yang stabil, tempat fibrin kemudian
diletakkan. Selain pembentukan plug hemostatik, trombosit mempunyai peran penting yang lain,
yaitu menyediakan aktivitas prokoagulan esensial disebut platelet fctor 3 (PF-3) yang jadi
tersedia selama agregasi trombosit. Plug pada tempat luka juga mendorong terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah lokal dengan mengeluarkan tromboksan A2 dan amin vasoaktif,
termasuk serotonin dan epinefrin.
Agregasi trombosit dapat ditimbulkan oleh beberapa bahan seperti kolagen, enzim
proteolitik (misalnya trombin), dan amin biologik (misalnya epinefrin dan serotonin). Agregasi
trombosit yang disebabkan oleh ADP, disertai oleh reaksi platelet-release (degranulasi) yang
mengelurkan isi granula sitoplasmik tombosit pada permukaan trombosit.
Trombosit berbentuk cakram diameternya 1-2 μm, volumenya rata-rata 5-8 fl, berasal dari
fragmentasi sitoplasma megakariosit di sumsum tulang; tiap sitoplasma megakariosit
menghasilkan kurang lebih 1.000 – 4.000 trombosit. Jumlah trombosit di dalam darah tepi rata-
rata 250.000/mm3 (antara 150.000 – 400.000/mm3) dan selalu kurang lebih konstan, karena
mekanisme kontrol dari bahan humoral yang disebut trombopoietin. Pertukaran trombosit atau
trombopoiesis efektif yang dirangsang oleh trombopoietin, rata-rata 350.000/mm3 ±
4.300/mm3/hari. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin lebih
banyak yang merangsang trombopoiesis. Tempat pembuatan trombopietin ini masih belum
diketahui dengan jelas.
Marrow Transit Time, periode maturasi megakariosit, lebih kurang 5 hari. Diyakini bahwa
trombosit semula masuk limpa dan tinggal disana selama 2 hari, kemudian berada baik dalam
sirkulasi darah atau dalam cadangan limpa yang aktif. Selama itu, rata-rata dua pertiga jumlah
seluruh trombosit berada dalam sirkulasi sistemik, sedang sepertiga lainnya tetap berada sebagai
cadangan trombosit dalam limpa dan bebas bertukar dengan trombosit sirkulsi umum. Umur
trombosit di dalam darah tepi berkisar antara 7 sampai 10 hari. Pada akhir hidupnya, trombosit
difagositosis oleh hati dan limpa dan jaringan sistem retikuloendotelial lain.
Dengan pemeriksaan mikroskop elektron, ultrastruktur trombosit diketahui terdiri atas
beberapa bagian :
1) Glikokaliks, selaput berbulu halus, mengelilingi membran trombosit. Reseptor glikoprotein
pada glikokaliks ini menjadi media reaksi kontak membran pada adhesi trombosit, perubahan
bentuk sel, kontraksi internal dan agregasi.
2) Membran sitoplasma, di sini dan ke bagian dalam trombosit terdapat open ended
canalicular system = surface connecting system, yang berfungsi sebagai tempat absorbsi selektif
faktor-faktor koagulasi plasma; menghasilkan aktivitas prokoagulan (PF-3) dan asam
arakhidonat untuk proses koagulasi fagositosis tempat pengeluaran ADP, serotonin, PF-3, dan
lain-lain.
3) Mikrofilamen dan mikrotubula, terdapat langsung dibawah membran sel; menghasilkan
sitoskeleton untuk mempertahankan bentuk diskoid sel dalam sirkulasi dan mempertahankan
posisi organel; mengatur orgnisasi internal sekresi bahan koagulasi darah, misalnya fibrinogen;
bekerjasama dengan dense tubular system mengatur pengeluaran ion Ca; mengandung
trombostenin yang dapat menyebabkan trombosit berkonstriksi.
4) Granula dalam trombosit yan matang: granula alfa yang terbanyak, electrondense granules,
lisozom, dan granula glikogen. Granula-alfa yang spesifik mengadung antagonis heparin PF-4,
tromboglobulin-beta, retraktozim, platelet-derived growth factor (PDGF), beberapa protein yang
terdapat dlam plasma termsuk fibrinogen dan faktor V dan VII dan faktor-faktor koagulasi lain
yang diserap dari plasma. Electrondense granules mengandung serotonin, cadangn ADP, ion Ca+
+, fosfat, katekolamin, prostaglandin, dan PF-4. Granula lisozom mengandung enzim hidrolitik.
Sekresi dikeluarkan melalui kontraksi seluler, disalurkan kedalam open ended canalicular
system. Granula glikogen adalah sumber glikogen untuk glikolisis anaerobik.
5) Mitokondria, berperan pada proses fosforilasi oksodatif; merupakan sumber energi
metabolisme aerob.
6) Kandungan lain sitoplasma: protein kontraktil, termasuk aktomiosin (trombostenin), miosin
dan filamin; glikogen, dan enzim jalur glikolitik dan heksosa.
Faal trombosit bermacam-macam, yaitu:
1) Reaksi adhesi. Segera setelah terjadi luka pada pembuluh darah, sel-sel trombosit beradhesi
pada jaringan kolagen sobendotelial pada tempat luka tersebut. Agar faal adhesi dapat
berlangsung baik diperlukan 2 hal, yaitu: adanya faktor von Willebrand yang cukup dan adany
fosfolipid yang adekuat pada lapisan permukaan trombosit.
2) Reaksi release: Kontak antara sel trombosit dengan jaringan kolagen subendotelial atau
trombin dapat merangsang terjadinya reaksi release ini. Pada reaksi ini ADP, serotonin, faktor-4
trombosit dan tromboksan-A2 dikeluarkan melalui open ended canalicular system. Tromboksan
dan serotonin menyebabkan vasokontriksi lokal sedang ADP menyebabkan reksi agregasi.
3) Reaksi agregasi: Zat ADP dan juga tromboksan-A2 meyebakan trombosit beragregasi pada
tempat luka. Dengan demikian terbentuklah platelet pulg dan perdarahan dapat berhenti.
4) Aktivitas prokoagulan: Salah satu aktivitas prokoagulan yang penting adalah produksi
faktor-3 trombosit (PF-3), yang suatu fosfolipid yang dihasilkan oleh lapisan permukaan
trombosit. PF-3 ini berperan penting dalam proses hemostatis sekunder (koagulasi)
5) Reaksi fusi: ADP kadar tinggi, beberapa enzim dan trombostenin menyebabkan trombosit
yang telah beragregasi mengadakan fusi secara ireversibel.
Trombosit bertanggung jawab terhadap berbagai aktivitas akibat kerusakan vaskuler,
termasuk :
1) Terus menerus mempertahankan integritas vaskuler dengan menutup defisiensi minor pada
endotel
2) Menstabilkan platelet plug melalui efek prokoagulan fosfolipid, PF-3
3) Pada mekanisme koagulasi darah untuk membentuk fibrin
4) Mendorong penyembuhan vaskuler dengan menstimulasi migrasi dan proliferasi sel
endotel dan sel otot polos media melalui penglepasan mitogen platelet-derived growth factor
(PDGF)
Kelainan hemostatis primer, pada dasarnya berupa:
1) Vaskulopati, misalnya Sindrom Schönlein-Henoch
2) Trombopati kuantitatif :
i) Trombositopenia
(1) Gangguan produksi:
(a) Hipoproliferasi: anemia aplastik
(b) Trombopoiesis tidak efektif:
Anemia Megaloblastik
ANLL M7
(2) Gangguan distribusi:
(a) Splenomegali: “pooling” trombosit
(b) Limfoma
(3) Pengenceran/pencairan : Transfusi darah masif
(4) Pengrusakan abnormal
(a) Non-imun : DIC
(b) Infeksi: DHF, sepsis
(c) Imun:
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Obat: Kina, kinidin, sulfa, dilantin dll.
Trombositopeni neonatal
Purpura post-transfusi
(5) Konsumsi abnormal : DIC, DHF
ii) Trombositosis
3) Trombopati Kualitatif (fungsional) = Trombastenia atau prombopati
i) Gangguan adhesi
ii) Gangguan agregasi
Diphenydramin : mencegah agregasi trombosit
iii) Gangguan platelet release reaction
as. Asetil salisilik : mengganggu pelepasan ADP
asetilasi membran trombosit
b. Hemostatis Sekunder (=koagulasi)
Proses koagulasi terjadi segera setelah reaksi adhesi dan agregasi trombosit. Pada luka
pembuluh darah yang sangat kecil tidak diperlukan hemostatis sekunder. Sasaran fase koagulasi
adalah konversi fibrinogen yang larut menjadi fibrin yang tidak larut. Dalam keadaan normal
trombin tidak terdapat dalam sirkulasi dan harus diaktifkan dari zimogennya, protrombin, oleh
protrombinase, sebuah aktivitas yang dihasilkan dari kompleks yang terdiri dari serine protease
(enzim), kofaktor, dan setengah lemak.
Proses koagulasi ini terdiri dari :
1) Koagulasi invitro
2) Koagulasi invivo
3) Regulasi Koagulasi
4) Pembentukan Fibrin
5) Stabilisasi Fibrin
c. Proses Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah pelarutan fibrin secara enzimatik oleh suatu zat yang dinamakan
plasmin. Fibrinolisis terjadi mengikuti pengeluaran aktivator plasminogen jaringan dari dinding
pembuluh darah. Pembersihan dengan cara fibrinolisis terhadap bahan hemostatis yang berlebih
diperlukan untuk mengembalikan integritas pembuluh darah.
Sumber utama komponen fibrinolitik dan penghambat fibrinolisis dlam darah adalah hati
(misalnya plasminogen dan inhibitor utama plasmin : alfa – 2 – antiplasmin) dan dinding
pembuluh darah (misalnya aktivator plasminogen tipe-jaringan = tissue-type plasminogen
activator = t-PA). Inhibitor utama aktivator plasminogen, PAI-1, dihasilkan dalam jumlah besar
oleh endotel pembuluh darah, juga terdapat dalam trombosit dalam peredaran darah.
Deposit fibrin disertai oleh aktivaasi fibrinolisis. Fibrinogen dan fibrin merupakan substrat
untuk aksi proteolitik plasmin. Plasmin normal terdapat dalam bentuk zimogennya yang inaktif,
plasminogen dan cairan tubuh. Aktivator plasminogen yang dibuat dalam endotel dan sel-sel lain
terdapat dalam 2 bentuk utama : aktivator plasminogen jaringan (t-PA) dan urokinase. Aktivator
ini, pada gilirannya, diinaktivasi oleh inhibitor aktivator plasminogen (PAIs), diantaranya adalah
PAI-1. Fibrin yang dihasilkan, plasminogen dan t-PA membentuk suatu kompleks.
Plasmin yang ditimbulkan melalui aktivasi plasminogen oleh t-PA, akan menghidrolisis
fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Dengan demikian
fibrinolisis lokal berlangsung, fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga hambatan aliran
darah dapat dicegah. FDP sendiri mempunyai sifat antikoagulan dan dengan demikian juga dapat
menghambat proses koagulasi yang berlebihan.
Plasmin yang masuk sirkulasi segera dinetralkan oleh inhibitor netral, terutama alfa-2-
antiplasmin. Aktivitas proteolitik plasmin dengan demikian dibatasi pada tempat deposit fibrin.
Pada beberapa keaadaan inhibitor dapat terkekang, hingga terjadi hiperplasminemia dengan
akibat terjadi fibrinogenolisis.
2. Jelaskan mekanisme pembekuan darah
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan
pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera.
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat
kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta
menghentikan pendarahan akibat kerusakan sistem pembuluh darah. Proses ini mencakup
pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit (platelet)
serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Vasokonstriksi merupakan respon
segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding
pembuluh yang terpajan dengan cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang
teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan
terjadi agregasi trombosit dan membentuk plak trombosit yang menutup luka/truma . Proses ini
kemudian diikuti proses hemostasis sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui
jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia :
2007)
Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan
berat molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada permukaan pengaktif yang
bermuatan negatif. Kalau komponen dalam fase kontak terkait pada permukaan pengaktif, faktor
XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu faktor XIIa
mengaktifkan faktor XI menjadi XIa dan juga melepaskan bradikinin dari kininogen dengan
berat molekul tinggi. Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengakitfkan faktor IX menjadi enzim
serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor
X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi belakangan ini memerlukan perakitan komponen,
yang dinamakan komplek tenase, pada permukaan trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa
disamping faktor IXa dan faktor X. Faktor VIII diaktifkan oleh trombin dengan jumlah yang
sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh trombin dalam
proses pemecahan selanjutnya.
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+ dan meghasilkan
faktor Xa. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya. Faktor jaringan
bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa untuk mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir
yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan
protombin menjadi trombin yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan
protombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks
proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan
protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII
menjadi faktor XIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan
membentuk ikatan silang secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida
antara gugus amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga menghasilkan
bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis. (Murray:
2003)
3. Gangguan Pembekuan
Komponen :
1. Sistem Pembekuan Darah
® mekanisme pembekuan darah
2. Sistem Pencegah Pembekuan
® mencegah pembekuan intravaskuler ®
darah tetap cair
3. Sitem Fibrinolitik
® melisiskan fibrin ® lumen pembuluh darah
tetap terbuka
1. Pembentukan berkurang:
- Genetik/kongenital : Hemophilia
- Defisiensi Vit. K ® II, VII, IX & X, Protein C
- Penyakit hati berat
2. Pemakaian bertambah :
- Consumption coagulopathy
Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)
Sifat gangguan pembekuan :
1. Perdarahan ® trauma ringan, jarang spontan
2. Jarang petekie
3. Perdarahan ® sendi & jaringan dalam hematoma besar, ekimosis besar
4. Perdarahan dari luka:
- tidak segera timbul
- sering berulang
- berlangsung lama (> 48 jam)
- merembes (oozing)
Laboratorium:
- PT & PTT: salah satu atau keduanya
- Waktu perdarahan normal
- Observasi bekuan: rapuh
4. Gangguan Trombosit dan Gangguan Vaskuler
a. Gangguan Trombosit
A. GANGGUAN KUANTITATIF
1. Trombositopeni ® perdarahan
2. Trombositosis ® pembentukan trombus
Normal:
jumlah trombosit 150.000 - 400.000/mm3
® < 50.000/mm3 ® perdarahan spontan
Trombositopenia :
a. Gangguan produksi:
- Hipoproliferasi: anemia aplastik, ATP
- Trombopoiesis tidak efektif:
- an. Megaloblastik
- ANLL M7
b. Gangguan distribusi:
- Splenomegali: “pooling” trombosit
- Limfoma
c. Pengenceran/pencairan:
- Transfusi darah masif
d. Pengrusakan abnormal
- Non-imun: - DIC
- Infeksi: DHF, sepsis
- Imun:
- Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
- Obat: Kina, kinidin, sulfa, dilantin dll.
- Trombositopeni neonatal
- Purpura post-transfusi
e. Konsumsi abnormal:
- DIC, DHF
B. GANGGUAN KUALITATIF
= Trombastenia atau trombopati
1. Gangguan adhesi
2. Gangguan agregasi
® Diphenydramin: - mencegah agregasi trombosit
3. Gangguan platelet release reaction ® as. Asetil salisilik:
- mengganggu pelepasan ADP
- asetilasi ® membran trombosit
b. Gangguan Vaskuler
Kebanyakan: purpura vaskuler sekunder:
- Imunologis: Sindroma Schöenlein-Henoch
- Infeksi: Virus, Rickettsia, Bakteri
- Obat-obatan
- Defisiensi Vit. C
- Uremia
Kongenital:
- Telangiektasia hemoragika herediter
(Osler-Weber-Rendu)
- Hiperelastika kutis (Ehler-danlos)
Klinis:
- biasanya peteki ® kulit & selaput lendir
® spontan
- uji Turniket (tourniquet) ® positif
- gejala penyakit primer
Laboratorium:
- jumlah trombosit ® normal
- wkt perdarahan ® normal
- PT & APTT® normal
5. Apa saja diagnosa banding?
Pada kasus, Seorang anak wanita, umur 5 tahun, dibawa ke rumah sakit karena ada
bintik-bintik merah di lengan, tungkai dan badan, dan keluar darah dari anusnya, serta tidak
disertai demam. Enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek.
Informasi yang tertera pada modul merupakan informasi yang sangat umum, gejala-
gejala yang muncul merupakan gejala umum pada penyakit hematologi sehingga
pengambilan diagnosis yang pasti merupakan hal yang kurang bijak dan tidak tepat. Oleh
karena itu dengan berdasarkan gejala-gejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis
banding yang masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya
yang memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat.
Diagnosa bandingnya adalah : Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), Dissemenated
Intravascular Coagulation (DIC), Purpura Henoch-Schonlein (PHS).
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita dalam pasien, maka dapat dianalisis
sebagai berikut:
DD
Kata KunciITP DIC PHS
Anak wanita 5 tahun + + +
Bintik-bintik merah di
lengan, tungkai, badan+ + +
Keluar darah dari anus + + +
Tidak disertai demam + - -
Sembuh dari batuk pilek
enam hari sebelumnya+ - -
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat ditetapkan bahwa Differensial
Diagnosis utama adalah Idiopatic Trombositopenia Purpura (ITP). Namun, dalam penetapan
diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang karena manifestasi klinis yang
diberikan skenario sangatlah umum.
6. Sebutkan langkah-langkah diagnostik?
1) Anamnesa
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama orang tua
Alamat
Umur, Pendidikan, dan pekerjaan orang tua
Agama dan suku bangsa
2) Pemeriksaan Fisik
Petechie
Perdarahan mukosa dan gusi
Purpura
Perdarahanretina
Pada ½ kasus ada splenomegali ringan
K e m u n g k i n a n d e m a m r i n g a n
7. Bagaimana mekanisme terjadinya bintik merah dan keluarnya darah dari anus kaitannya
dengan keluhan yang dialami?
Trombositopenia dapat disebabkan oleh gangguan fungsi trombosit, gangguan produksi
trombosit, gangguan penghancuran trombosit dan gangguan distribusi trombosit, serta
kebutuhan trombosit yang meningkat. Trombositopenia dapat memudahkan terjadinya
perdarahan dan darah sulit membeku terutama pada kulit dan membran mukosa. Manifestasi
perdarahan pada kulit dapat berupa bintik-bintik merah yang disebut peteki. Manifestasi
perdarahan juga dapat terlihat pada mukosa, misalnya pada mukosa saluran cerna sehingga
akan muncul gejala berupa keluar darah dari anus yang disebut hematochezia.
8. Mengapa tidak terjadi demam dan apa kaitannya dengan keluhan pasien?
Tidak terjadinya demam saat ini terjadi karena autoimunitas humoral Immunoglobulin
diproduksi secara berlebihan pada saat infeksi. Ketika Fase immunitas sel termediasi telah
terlewati maka immunoglobulin yang tersisa akan bersifat autoimunitas dan menyerang
beberapa substansi tubuh yang cukup mirip dengan antigen asing misalnya menyerang
trombosit. Proses autoImmunitas humoral yang terjadi tidak menimbulkan demam karena
immunoglobulin tidak merangsang sitokin dari sel-sel yang dapat menyebabkan
perangsangan pusat demam seperti yang dilakukan oleh proses immunitas termediasi.
9. Apa hubungan riwayat batuk pilek dan kaitannya dengan keluhan pasien?
Infeksi bakteri/virus pada saluran napas atas menyebabkan batuk pilek. Bakteri/virus
tersebut tidak dapat dihancurkan oleh imunitas seluler sehingga imunitas humoral diaktifkan.
Akhirnya, dibentuk IgG. IgG tersebut memiliki reseptor pada membran trombosit. Trombosit
yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh autoantibodi (antibodi
yang bekerja pada jaringannya sendiri). Antibodi IgG yang ditemukan pada membran
trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan
dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag yang membawa reseptor membran untuk
IgG dalam limpa dan hati. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah trombosit
sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia tersebut menimbulkan gejala-gejala
perdarahan seperti gejala pada kasus.
10. Jelaskan tentang penyakit-penyakit yang menimbulkan perdarahan?
a. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
1) Defenisi
Purpura trombositopenia idiopatik dapat diartikan sebagai suatu keadaan perdarahan
berupa petekie atau ekimosis di kulit ataupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui.
2) Epidemiologi
Purpura trombositopenia idiopatik akut paling sering terjadi pada anak antara umur 2 – 8
tahun, dan lebih sering pada anak wanita.
3) Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Adapun berbagai kemungkinan penyebab yang dapat
dikemukakan adalah:
a) Akibat hiperspenisme
b) Intoksikasi makanan atau obat [asetosal, para amino salisilat (PAS), fenilbutazon,
diamoks, kina, sedormid]
c) Bahan kimia
d) Pengaruh fisis (radiasi, panas)
e) Kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi)
f) Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
g) Autoimun, perlekatan kompleks imun non spesifik
h) Pada lebih dari 50 % kasus, 1 – 6 minggu sebelumnya terkena infeksi virus (ISPA,
hepatitis, mumps, mononudeosus infectisa, sitomegalovirus, dll) seperti cacar air atau
mononukleosis infeksiosa.
4) Patogenesis
Sebagaimana telah diketahui bahwa penyebab pasti Purpura Trombositopenia Idiopatik
akut belum diketahui. Dan setiap kemungkinan penyebab akan memberikan patogenesis gejala
yang berbeda-beda. Trombosit yang melekat pada kolagen yang terbuka dari pembuluh yang
cedera, mengkerut dan melepaskan ADP serta faktor 3 trombosit, yang semuanya sangat penting
untuk mengawali sistem pembekuan. Kelainan jumlah dan/atau fungsi trombosit dapat
mengganggu pembekuan darah. Trombositopenia merupakan keadaan dimana jumlah trombosit
sangat menurun.
Jumlah trombosit yang sangat menurun hingga dibawah 50.000 permikroliter
(trombositopenia) dapat menyebabkan seseorang cenderung mengalami perdarahan yang berasal
dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil dimana diketahui bahwa trombosit terutama
diperlukan untuk menutup kebocoran-kebocoran kecil di kapiler dan pembuluh kecil lainnya
tersebut. Sebagai akibatnya, timbul bintik-bintik perdarahan yang dapat berwarna merah atau
ungu diseluruh jaringan tubuh. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang lama akibat
trauma ringan ditemukan pada jumlah kurang dari 50.000/mm3. Adapun petekie merupakan
manifestasi utama yang ditemukan bila jumlah kurang dari 30.000/mm3. Perdarahan mukosa,
jaringan dalam dan intrakranial ditemukan bila jumlah kurang dar 20.000/mm3, dan keadaan ini
memerlukan tindakan segera untuk mencegah perdarahan dan kematian.
Pada penderita Purpura Trombositopenia Idiopatik dapat ditemukan trombosit yang
dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh otoantibodi (antibodi yang
bekerja pada jaringannya sendiri). Umur eritrosit menjadi lebih pendek akibat destruksi yang
menigkat tersebut.
Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan
agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem
makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati.
5) Gejala Klinis
Gejala klinis pada penderita ITP akut dapat berupa :
a) Perdarahan → kulit dan selaput lendir
b) Petekie dan ekimosis
c) Melena, hematuri
d) Perdarahan alat dalam → jarang
e) Trombositopeni berat → perdarahan otak
6) Prognosis
Sebagian besar ( 85 – 90 % ) dapat sembuh. Sedangkan 10 – 15 % lainnya dapat berubah
menjadi ITP kronis.
b. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)
1) Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan
darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.
DIC merupakan suatu gangguan hemostatis, khususnya dalam mekanisme pembekuan yang
didapat. Biasanya terjadi selama perjalanan atau merupakan akhir suatu penyakit. Kelainan ini
bukan merupakan penyakit primer tetapi sebagai akibat rangsangan dari penyakit primernya. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya pembekuan yang luas di dalam pembuluh darah dengan
memakai semua factor pembekuan dan trombosit sehingga kemudian terbentuk trombin di dalam
pembuluh darah
Bila proses tersebut berjalan cepat dan luas denngan akibat berkurangnya secara nyata factor
pembekuan dan trombosit. Akibat hal ini fungsi hemostatis terganggu sehingga mudah terjadi
perdarahan spontan. Oleh karena itu kelainan ini kadang-kadang disebut pula consumption
coagulopathy atau sindrom defibrinasi.
Di dalam pembuluh darah secara normal pembekuan tidak terjadi, karena mekanisme
pembekuan tidak diaktifkan, tetapi pada penderita DIC, mekanisme pembekuan oleh suatu sebab
diaktifkan walaupun si dalam pembuluh darah yang masih utuh.
Pada sebagian besar kasus DIC dapat ditemukan trombosis dan perdarahan pada saat yang
sama. Tetapi gambaran yang seperti itu tidak dijumpai pada semua kasus. Seringkali tidak dapat
dibuktikan trombosis, hal ini diduga disebabkan terjadi penghancuran kembali fibrin yang telah
terbentuk oleh system enzim fibrinolitik
2) Patogenesis
DIC dapat dicetuskan oleh masuknya materi prokoagulan ke dalam darah pada keadaan-
keadaan berikut ini: eembolo cairan amnion, solusio plasenta, adenokarsinoma yang menyereksi
musin secara luas, leukemia promielositik akut (LMA tipa M3), penyakit hati, malaria falsiparum
berat, reaksi tranfusi hemolitik, dan beberapa gigitan ular.
DIC dapat juga dicetuskan oleh beberapa kerusakan endotel luas dan pemajanan kolagen
(missal: endotoksemia, septicemia Gram negative, dan meningokokus, aborsi septic), infeksi
virus tertentu dan luka bakar berat atau hipotermia.
Selain peranannya dalam deposisi fibrin di dalam mikrosirkulasi, pembentukan trombin
intravascular menghasilkan sejumlah besar fibrin monomer bersirkulasi yang membentuk
kompleks dengan fibrinogen. Fibrinolisis yang intens dirangsang oleh trombus pada dinding
pembuluh darah,dan pelepasan produk-produk pemecahan fibrin mengganggu polimerasi fibrin
sehingga menyebabkan defek koagulasi. Gabungan kerja trombin dan plasmin pada keadaan
normal menyebabkan berkurangnya fibrinogen, protrombin, serta factor V dan VIII. Trombin
intravascular juga menyebabkan agregasi trombosit yang tersebar luas serta deposisinya dalam
pembuluh darah. Masalah perdarahan yang mungkin merupakan gambaran DIC dipersulit oleh
trombositopenia yang disebabkan oleh konsumsi trombosit.
3) Etiologi
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya dirangsang
oleh suatu zat racun di dalam darah. Karena jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi
perdarahan yang berlebihan.
Perdarahan terjadi karena :
a) hipofibrinogenemia
b) trombositopenia
c) beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
d) fibrinolisis berlebihan
DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
a) infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika,
infeksi oleh beberapa jenis riketsia)
b) komplikasi kehamilan (solusio plasentae, kematian janin intrauterin, emboli cairan
amnion)
c) setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,
splenektomi)
d) keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
a) Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
b) Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
c) Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
a) Penderita cedera kepala yang hebat
b) Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
c) Terkena gigitan ular berbisa.
4) Gejala Klinis
Gambaran klinis di dominasi oleh pendarahan, khususnya dari tempat pungsi vena atau
luka baru. Mungkin terdapat perdarahan generalisata pada saluran cerna, orofaring, paru, saluran
urogenital, dan pada kasus kasus obsetri, perdarahan vagina mungkin sangat berat.
Mikrotrombus dapat menyebabkan lesi kulit, gagal ginjal, gangrene jari-jari tangan atau kaki,
atau iskemia serebral (lebih jarang terjadi) DIC biasanya muncul tiba-tiba dan bisa bersifat
sangat berat.
Jika keadaan ini terjadi setelah pembedahan atau persalinan, maka permukaan sayatan atau
jaringan yang robek bisa mengalami perdarahan hebat dan tidak terkendali. Perdarahan bisa
menetap di daerah tempat penyuntikan atau tusukan; perdarahan masif bisa terjadi di dalam otak,
saluran pencernaan, kulit. Otot dan rongga tubuh. Bekuan darah di dalam pembuluh darah yang
kecil bisa merusak ginjal (kadang sifatnya menetap) sehingga tidak terbentuk air kemih.
5) Diagnosis
Umumnya ditegakkan berdasarkan gambaran klinik. Umumnya mudak ditegakkan bila
terdapat penyakit akut dan berat, berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium,
sedangkan yang ringak biasanya memerlukan pemeriksaan yang lebih terperinci.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit terutama bila disertai atau pernah
menderita salah satu keadaan yang dapat menimbulkan DIC.
6) Prognosis. Tergantung dari : hebatnya reaksi koagulasi, jumlah perdarahan , dan etiologi.
c. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
1) Definisi
Henoch-Schonlein purpura (HSP atau anaphylactoid purpura) adalah suatu bentuk
peradang (inflamasi) atau vasculitis pada pembuluh darah. Ada banyak kondisi-kondisi berbeda
yang dapat menimbulkan vasculitis. Setiap bentuk vasculitis melibatkan pembuluh darah dengan
karakteristik tertentu. HSP mempengaruhi pembuluh darah arteri kecil yang disebut kapiler pada
kulit dan sering pada ginjal. HSP mengakibatkan ruam kulit (kebanyakan terlihat pada pantat dan
di bagian belakang ekstremitas bawah yang dihubungkan dengan radang/inflamasi sendi
(arthritis) dan menambah gambaran nyeri pada abdomen.
2) Penyebab
HSP terjadi paling sering dalam musim semi dan sering mengikuti suatu
infeksi/peradangan kerongkongan atau jalan lintasan bernafas. HSP nampak untuk menimbulkan
suatu reaksi tidak biasa sistem imun yang adalah sebagai jawaban atas infeksi/peradangan ini
(salah satu virus atau bakteri). HSP terjadi paling umum pada anak-anak, tetapi orang dari semua
kelompok umur dapat terpengaruh.
3) Gejala
Secara Sederhana HSP menyebabkan ruam kulit, nyeri abdomen, dan radang sendi
(arthritis). Tulang sendi paling sering bengkak dan nyeri pada mata kaki dan lutut. Pasien dengan
HSP dapat juga mengalami demam. Radang pada pembuluh darah ginjal dapat menyebabkan
protein dan/atau darah dalam air seni. Komplikasi ginjal serius jarang, tetapi dapat terjadi. Gejala
pada umumnya bertahan kira-kira suatu bulan. Kambuh jarang, tetapi dapat terjadi.
4) Prognosis
Ramalan untuk pasien dengan HSP biasanya sempurna. Hampir semua pasien tidak punya
permasalahan jangka panjang. Ginjal adalah organ yang paling serius yang dilibatkan manakala
dipengaruhi. Jarang, pasien mempunyai kerusakan ginjal jangka panjang yang serius atau suatu
bowel abnormal yang disebut intussusception. Beberapa pasien mempunyai gejala kambuh untuk
sepasang tahun setelah serangan penyakit.
Data terbaru menunjukkan HSP pada orang dewasa biasanya lebih berat dibandingkan
pada anak-anak. Orang dewasa mempunyai keterlibatan ginjal yang lebih berat dan dapat
memerlukan perawatan yang lebih agresif. Hasil terakhir, bagaimanapun, sangat baik untuk
kedua-duanya anak-anak dan orang dewasa.
11. Jelaskan tentang penyakit yang disimpulkan berdasarkan diagnose sementara pasien?
Purpura Trobositopenia Idiopatik
Idiopatik trombositopenik purpura (ITP) ialah suatu penyakit perdarahan yang di dapat
sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan, yang ditandai dengan:
trombositopenia (trombosit <100.000/mm3), purpura, gambaran darah tepi yang umumnya
normal, dan tidak ditemukan penyebab trombositopenia yang lainnya.
Insidens
PTI diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan perdarahan didapat yang
banyak ditemukan oleh dokter anak, dengan insidens penyakit simptomatik berkisar 3 sampai 8
per 100.000 anak pertahun. Delapan puluh hingga 90% anak dengan PTI menderita episode
perdarahan akut, yang akan pulih dalam beberapa hari atau minggu dan sembuh dalam 6 bulan.
Pada PTI akut tidak ada perbedaan insidens laki maupun perempuan dan akan mencapai
puncak pada usia 2–5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri, virus ataupun
imunisasi 1–6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini. Perdarahan sering terjadi saat trombosit
di bawah 20.000/mm3. PTI kronis terjadi pada anak usia > 7 tahun, sering terjadi pada
anak perempuan.
PTI merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan meningkatnya penghancuran
trombosit dalam sistem retikuloendotelial. Kelainan ini biasanya menyertai infeksi virus atau
imunisasi yang disebabkan oleh respon sistem imun yang tidak tepat (inapropriate).
Patofisiologi
Kerusakan trombosit pada PTI melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibodi (antibody-coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa
dan organ retikuloendotelial lainnya.
Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada PTI. Sedangkan
kadar trombopoietin dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari
trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada PTI kronis.
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara PTI akut dan kronis,
menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombositopenia
diantara keduanya. Pada PTI akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat
karena adanya antibodi yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri, virus
atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-mediator lain
meningkat selama terjadinya respon imun terhadap infeksi, dapat berperan dalam terjadinya
penekanan terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada PTI kronis mungkin telah terjadi
gangguan dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya, yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik trombosit.
Diagnosis
Biasanya pasien PTI merupakan anak yang sehat yang tiba-tiba mengalami perdarahan
baik pada kulit, peteki, purpura atau perdarahan pada mukosa hidung (epistaksis).
Lama terjadinya perdarahan pada PTI dapat membantu membedakan antara akut dan
kronis. Tidak terdapatnya gejala sistemik dapat membantu menyingkirkan kemungkinan suatu
bentuk sekunder dan diagnosis lainnya. Perlu juga dicari riwayat penggunaan obat atau bahan
lainnya yang bisa menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan.
Pada pemeriksaan fisik bisanya hanya didapatkan bukti adanya perdarahan tipe trombosit
(platelet-type bleeding), yaitu peteki, purpura, perdarahan konjungtiva, atau perdarahan
mukokutaneus lainnya. Perlu dipikirkan kemungkinan suatu penyakit lain, jika ditemukan
adanya pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung limpa sedikit teraba pada lebih 10%
anak dengan PTI.
Penatalaksanaan
Meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis. Tindakan suportif merupakan hal
yang penting dalam penatalaksanaan PTI pada anak, diantaranya membatasi aktivitas fisik,
mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit
atau merubah fungsinya.
Obat-obat yang menyebabkan trombiositopenia dapat dibagi:
1. Obat yang berhubungan dengan penurunan produksi trombosit:
Kemoterapi
Diuretik thiazide
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
2. Obat-obatan yang berhubungan dengan destruksi trombosit
Sulfonamid
Asam valproat
Heparin
Digoxin
3. Obat-obatan berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipiridamol
Sebagian besar pasien pada anak tidak perlu dirawat di rumah sakit. Sekitar 80% dapat sembuh
secara spontan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, yaitu
pemeriksaan darah tepi. Pada pemeriksaan tersebut dapat ditemukan trombositopenia, retraksi
bekuan berkurang atau abnormal, waktu perdarahan memanjang, waktu protrombin (PT) normal,
Activated partial tromboplastin time (APTT) normal, dan tes Rumple – Leed (Uji Turniket)
positif.