modul pkn
TRANSCRIPT
i
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
OLEH : RAHMATULLAH, S.Ip, M.Si
Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Sesuai SK Rektor Unhas Nomor : …../H4.2/KU.10/2011 Tanggal……………..…..2011
dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor : 70/H4.21.2.4/UM.16/2011 Tanggal 14 November 2011
BIDANG MPK, MBB UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
(UPT MKU) UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOVEMBER 2011
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL.Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245
(Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar) Telp. (0411) 586200, Extr. 1064 Fax. (0411) 585188 e-mail : [email protected]
=================================================================== HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011 Judul Buku Ajar : Pendidikan Kewarganegaraan Nama Lengkap : Rahmatullah, S.Ip,M.Si N I P : 19770513 200312 1 002 Pangkat/Golongan : Penata / IIIc Jurusan/Program Studi : Ilmu Politik Pemerintahan/ Ilmu Pemerintahan Fakultas/Universitas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (SOSPOL) / Universitas Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)
Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2011 sesuai SK Rektor Unhas Nomor : …./H4.2/KU.10/2011 Tanggal……………………..2011
Makassar , November 2011
UPT MKU Penulis Universitas Hasanuddin Kepala, Prof.Dr.H.Hanapi Usman, M.S Rahmatullah,S.Ip,M.Si NIP.19570228 198703 1 001 NIP. 19770513 200312 1 002
Mengetahui :
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin,
Prof.Dr.Ir.Lellah Rahim,M.Sc NIP.19630501 198803 1 004
iii
KATA PENGANTAR Perubahan yang terjadi dewasa ini terasa begitu cepat sehingga menyebabkan seluruh
tatanan yang ada didunia ini ikut berubah, sementara itu tatanan yang baru belum terbentuk.
Hal ini disebabkan sendi-sendi kehidupan yang selama ini diyakini kebenarannya menjadi
usang. Nilai-nilai yang menjadi anutan hidup kehilangan otoritasnya sehingga manusia
menjadi bingung. Kebingungan ini menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika terjadi krisis
moneter yang dampaknya terasa sekali di bidang politik; sekaligus berpengaruh dibidang
moral; serta sikap perilaku manusia diberbagai belahan dunia, khususnya Negara berkembang,
termasuk Indonesia. Untuk merespon kondisi ini pemerintah perlu mengantisipasinya agar
tidak menuju pada keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan
pemerintah dalam menjaga nilai-nilai anutan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara
lebih efektif adalah melalui bidang pendidikan. Upaya dibidang pendidikan, khususnya
pendidikan tinggi, berupa perubahan-perubahan dibidang kurikulum. Kurikulum pengajaran
diperguruan tinggi harus mampu menjawab problem transformasi nilai-nilai tersebut. Sesuai
dengan acuan strategi pembangunan pendidikan nasional (UU NO.20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas), telah ditetapkan sebagai berikut :
1. Kurikulum perguruan tinggi, termasuk kurikulum inti mata kuliah pengembangan kepribadian perlu dirancang berbasis kompetensi yang sejalan dan searah dengan desain kurikulum bidang studi di perguruan tinggi.
2. Proses pembelajaran berpendekatan kepentingan mahasiswa yang bersifat mendidik dan dialogis
3. Profesionalisme dosen selaku pendidik perlu terus menerus ditingkatkan
Pasal 37 ayat 2 UU NO. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan
bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat :
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila
3. Bahasa
Ketentuan tersebut akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan pemerintah, tetapi sampai
sekarang Peraturan Pemerintah yang dimaksud tidak kunjung tiba. Secara khusus Universitas
Hasanuddin pada semester awal 2008-2009 telah menindak lanjuti penggabungan mata kuliah
iv
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menjadi mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
dengan kode mata kuliah 082U003.
Secara ideal pendidikan pancasila dan kewarganegaraan memegang peranan untuk
mengembangkan potensi mahasiswa sebagai warga Negara indonesia yang berkepribadian
mantap, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Aktualisasi
dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tersebut adalah melahirkan mahasiswa
sebagai ilmuan profesional, sekaligus warga Negara Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air (nasionalisme) yang tinggi.
Sesuai dengan keputusan DIRJEN DIKTI RI tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok
mata kuliah pengembangan kepribadian diperguruan tinggi :
• VISI KELOMPOK MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN :
“Merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan program studi guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiaannya sebagai manusia indonesia
seutuhnya”.
• MISI KELOMPOK MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN :
“Membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab”.
• ORGANISASI PENYELENGGARAAN :
“Penyelenggaraan pembelajaran MPK dan MBB dikelola oleh universitas dalam satu unit.
Di universitas hasanuddin disebut UPT MKU”.
Untuk mewujudkan peningkatan efektifitas proses pembelajaran mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan, disamping strategi pembelajaran, bahan ajar juga memegang
peranan penting. Itulah sehingga bahan ajar pendidikan kewarganegaraan ini disusun untuk
memudahkan mahasiswa mengikuti proses pembelajaran. Penyusun menyadari bahwa bahan
ajar ini masih perlu disempurnakan sehingga masukan dari pembaca khususnya tim pengajar
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan sangat diperlukan. Akhir kata penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan bahan ajar
ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.
v
DAFTAR ISI
Halaman sampul i
Lembar Pengesahan ii
Kata pengantar iii
Daftar isi v
Senarai Kata Penting (Glosarium) vi
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Pancasila Sebagai Sistem Filsafat 15
BAB III Pancasila Sebagai Ideologi Nasional 33
BAB IV Identitas Nasional 45
BAB V Konstitusi Negara RI Sebagai Landasan Politik Dan Strategi Nasional 66 BAB VI Politik dan Strategi Nasional 96
BAB VII Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi 127
BAB VIII Hak Azasi Manusia 147
BAB IX Rule Of Law 173
BAB X Hak Dan Kewajiban Warga Negara 180
BAB XI Geopolitik Indonesia 192
BAB XII Geostrategi Indonesia 227
Evaluasi 238
vi
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)
Adapun istilah kunci :
1. Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan, tapi dapat pula diartikan sebagai
keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.
2. Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila sebagai dasar negara atau
dapat pula diartikan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh dan
logis.
3. Kewarganegaraan: pengetahuan mengenai warga negara di suatu negara tertentu.
4. Ontologi: Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu dan
mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada.
5. Epistemologi: Bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu
tentang ilmu.
6. Aksiologi : Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat nilai atau
filsafat yang membahas nilai praksis dari sesuatu.
7. Nilai : Segala sesuatu yang berguna atau berharga bagi manusia.
8. Jati diri bangsa : Kepribadian bangsa yang menjadi identitas nasional.
9. Globalisasi : Proses mendunia menjadi keadaan tanpa batas
antarnegara akibat kemajuan teknologi informasi
10. Internasionalisasi : Upaya hegemoni negara maju melalui isu dan
permasalahan internasional.
11. Nasionalisme : Paham kebangsaan yang dianut oleh suatu negara.
12. Sistem : Suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisah-
pisahkan di antara sub-sub sistem
13. Kausa materialis : Suatu kajian filsafat Aristotelcs yang membahas tentang
sebab material dari sesuatu.
14. Kausa- finalis : Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang
sebab final dari sesuatu. Kausa efisiensi: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang
membahas tentang pelaku dari adanya sesuatu
vii
15. Kausa forma : Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang bentuk
dari adanya sesuatu.
16. Founding Fathers : Para pendiri negara yang merumuskan Pancasila dan UUD
1945 dalam mempersiapkan Indonesia merdeka.
17. Local Genius : Kreatifitas lokal yang keunggulan kompetitif.
18. Local Wisdom : Kearifan lokal yang hidup dan membentuk sikap bijak dalam
suatu masyarakat. Counstitusional Government = limited government = redtrained
goverenment → pemerintah berdasarkan konstitusi
19. Demokrasi: arti kata demos = rakyat, cratos = berkuasa → rakyat berkuasa
20. Definisi: Government of rule by the people.
21. Demokrasi konstitusional → demokrasi yang dibatasi oleh konstitusi
22. (hukum dasar)
23. Demokrasi konstitusional (Indonesia II) → demokrasi yang menonjolkan peranan
perlement serta partai, disebut juga demokrasi parlementer
24. Demokrasi Tepimpin (indonesia II) → demokrasi yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional, kekuasaan ada pada presiden.
25. Demokrasi Pancasila (Indonesia III) demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensial
26. Demokrasi pancasila Reformasi ( Indonesia IV ) Demokrasi menonjolkan peranan
parlemen serta partai-partai, tetapi melibatkan langsung rakyat dalam pemilunya
27. Direct Democracy = Demokrasi langsung
28. Indirect Democracy = Demokrasi tidak langsung
29. Welfare state = negara kesejahteraan = sosial sevice state
30. Rechstaat = negara hukum
31. Rule of Law = pemerintah berdasarkan hukum
32. Representative Democracy = demokrasi berdasarkan perwakilan
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN MASYARAKAT DEMOKRASI BERKEADABAN
Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenal sekarang telah mengalami
perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang dikenal dengan
Mata Pelajaran “Civic” di Sekolah Dasar dan merupakan embrio dari “Civic Education”
sebagai “The Body of Knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai instrument
pengetahuan (The Body of Knowledge) diarahkan untuk membangun masyarakat
demokrasi berkeadaban. Secara normative, Pendidikan Kewarganegaraan memperoleh
dasar legalitasnya dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Ketentuan di atas harus dipahami sebagai pendidikan yang akan
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang didasarkan pada nilai-
nilai yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal
ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional menurut Pasal 3 Undang-Undang tentang
Sisdiknas yang berbunyi:
“…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Dalam ketentuan tersebut di atas dapat dilihat bahwa pendidikan demokrasi
merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Secara kontekstual dewasa ini
pendidikan demokrasi sangat memerlukan adanya pemahaman bersama tentang perlunya
perubahan dan penegasan kembali mengenai visi, misi, serta strategi psiko-pedagosis dan
ix
sosio-andragogis pendidikan kewarganegaraan, ketika pendidikan demokrasi menjadi
bagian substansinya.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai
objek telaah kebijakan dan budaya kewarganegaraan, yang menggunakan disiplin ilmu
pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain
yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler
kewarganegaraan, aktivitas sosial kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan. Demikian
pula, pendidikan demokrasi merupakan suatu konsep pendidikan yang sistematik dan
koheren yang mencakup pemahaman tentang cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip demokrasi
melalui interaksi sosial kultural dan psiko-pedagosis yang demokratis, serta diorientasikan
pada upaya sistematis dan sistemik untuk membangun kehidupan demokrasi yang lebih
baik. Oleh karena itu, rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks
pendidikan demokrasi Indonesia sangatlah diperlukan karena ternyata proses pendidikan
politik, demokrasi, dan HAM selama ini belum memberikan hasil yang mengembirakan
dan prospek yang menjanjikan. Indikator yang kasat mata dapat dilihat pada kebebasan
untuk mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis, pelanggaran HAM di mana-mana,
komunikasi sosial-politik yang cenderung mau menang sendiri, hukum yang terkalahkan,
serta kontrol sosial yang sering lepas dari tata karma, juga terdegradasinya kewibawaan
para pejabat negara. Hasil “National Survey of Voter Education” (Asia Foundation: 1998)
menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari sample nasional mengindikasikan belum
mengerti tentang apa, mengapa, dan bagaimana demokrasi.
Proses rekonseptualisasi pendidikan demokrasi dapat didasarkan pada asumsi-
asumsi dasar sebagai berikut:
1. Komitmen Nasional untuk memfungsikan pendidikan sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa memerlukan wahana psiko-
pedagosis (pengembangan potensi didik di sekolah) dan sosio-andragogis (fasilitasi
pemberdayaan pemuda dan orang dewasa dalam masyarakat) yang memungkinkan
x
terjadinya proses belajar berdemokrasi sepanjang hayat melalui pendidikan
demokrasi.
2. Transformasi demokrasi dalam masyarakat Indonesia memerlukan konsepsi yang
diyakini benar dan bermakna yang didukung dengan sarana pendidikan yang tepat
sasaran, strategis, dan kontekstual agar setiap individu warga negara mampu
memerankan dirinya sebagai warga negara yang cerdas, demokratis, berwatak, dan
berkeadaban.
3. Pendidikan demokrasi yang dilakukan dalam konteks pendidikan formal, nonformal,
dan informal selama ini belum mencapai sasaran optimal dalam mengembangkan
masyarakat yang cerdas, baik, berwatak, dan berkeadaban. Untuk itu, diperlukan
upaya sistematis dan sistemik untuk mengembangkan model pendidikan demokrasi
yang secara teoretis dan empiris valid, kontekstual, andal, dan akseptabel.
4. Secara psiko-pedagosis dan sosio-andragogis, pendidikan demokrasi yang dianggap
paling tepat adalah pendidikan untuk mengembangkan kewarganegaraan yang
demokratis (education for democratic citizenship), yang di dalamnya mewadahi
pendidikan tentang, melalui, dan untuk demokrasi (education about, through, and
for democracy) yang dilakukan secara sistemik dalam sistem pendidikan formal
termasuk pendidikan tinggi.
5. Untuk mendapatkan model pendidikan kewarganegaraan yang secara psiko-pedagogis
dan secara sosio-andragogis akseptabel dan andal, diperlukan upaya untuk mengkaji
kekuatan konteks, keandalan input, dan proses, dalam rangka menghasilkan produk
pendidikan yang memadai sesuai dengan visi dan misi pendidikan kewarganegaraan
untuk masyarakat warga Indonesia (civil society/madani/masyarakat Pancasila).
Pendidikan demokrasi dapat dilihat dalam 2 (dua) setting besar, yaitu: “school-
based democracy education” dan “society-based democracy education”. School-based
democracy merupakan pendidikan demokrasi dalam konteks atau berbasis pendidikan
formal, sedangkan society-based democracy education merupakan pendidikan demokrasi
dalam konteks atau yang berbasis kehidupan masyarakat.
xi
Secara instrumental, pendidikan demokrasi di Indonesia telah
digariskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan sejak dari usulan BP KNIP
tanggal 1945 sampai munculnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU tentang Sisdiknas). Menurut Pasal 3 Undang-Undang tentang
Sisdiknas, tujuan pendidikan nasional dinyatakan sebagai:
“…berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Dengan demikian, sejak tahun 1945 sampai sekarang ini, instrumen peraturan
perundang-undangan telah menempatkan pendidikan demokrasi sebagai bagian integral
dari pendidikan.
Dalam tatanan instrument kurikuler, pendidikan demokrasi telah
disajikan dalam berbagai mata pelajaran dan mata kuliah. Namun, pendidikan demokrasi
di Indonesia belum berhasil secara mendasar karena belum dikembangkan paradigma
pendidikan demokrasi yang sistemik sehingga upaya pengembangan “ civic intelligence,
civic participation, and responsibility” melalui berbagai dimensi “civic education” sebagai
wahana utama pendidikan demokrasi tidak dapat diwujudkan secara maksimal.
Secara paradigmatis sistem pendidikan kewarganegaraan yang di dalamnya
juga menyangkut sistem demokrasi memiliki tiga komponen, yaitu kajian ilmiah
pendidikan ilmu kewarganegaraan, program kurikuler pendidikan kewarganegaraan, serta
gerakan social-kultural kewarganegaraan. Secara koheren bertolak dari esensi dan
bermuara pada upaya pengembangan pengetahuan kewarganegaraan, serta berdasarkan
nilai dan sikap kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan harus dioptimalkan.
B. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI UMUM SEBAGAI DASAR NILAI DAN PEDOMAN BERKARYA BAGI LULUSAN
Pendidikan abad 21 yang disepakati oleh 9 menteri pendidikan dari negara-
negara berpenduduk terbesar di dunia, termasuk Indonesia, di New Delhi 1996, antara lain
menyatakan pendidikan harus berperan efektif dalam hal:
1. Mempersiapkan pribadi, sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang
bertanggung jawab;
xii
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi
kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup; serta
3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan,
serta penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni demi kepentingan
kemanusiaan.
Senada dengan hal di atas, konfrensi dunia tentang pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh UNESCO di Paris pada tahun 1998 yang dihadiri oleh wakil-wakil
dari 140 negara, termasuk Indonesia, menyepakati perubahan pendidikan tinggi ke masa
depan yang bertumpu pada pandangan bahwa tanggungjawab pendidikan tinggi adalah:
1. Selain meneruskan nilai-nilai, transfer ilmu pengetahuan teknologi dan seni, juga
melahirkan warga negara yang berkesadaran tinggi tentang bangsa dan kemanusiaan;
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang
dinamis; serta
3. Mengubah cara berpikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu atau pun
kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan social yang berkaitan
perubahan kearah kemajuan, adil dan bebas.
Senyampang dengan kesepakatan dunia yang telah disebutkan di atas,
pendidikan nasional Indonesia melakukan penyesuaian yang ditungkan dalam Tap MPR
No. VII Tahun 2001 yang menyatakan bahwa visi Indonesia 2020 bertujuan mewujudkan
masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju,
mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
Menurut Malik Fajar (1999), masyarakat Indonesia, seperti wujud visi
Indonesia 2020 tersebut, disebut pula sebagai “masyarakat madani”, yaitu suatu
masyarakat yang memiliki “keadaban demokratis” atau masyarakat yang berkarakter
sebagai berikut:
1. Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan pancasilais;
2. Demokratis, berkeadaban, menghargai perbedaan, serta keragaman pendapat dan
pandangan;
3. Mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, kesetaraan, dan tidak
deskriminatif;
xiii
4. Sadar serta tunduk pada hukum dan ketertiban;
5. Mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan public, serta memiliki keahlian
dan keterampilan kompetitif dengan solidaritas universal;
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang mengakar pada masyarakat beradab dan
demokratis; serta
7. Belajar dan berlangsung sepanjang hayat, serta membangun warga negara
berkeadaban.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 memberikan rumusan tentang Visi
Indonesia 2020 berupa masyarakat warga yang berkeadaban (civil society, masyarakat
madani) yang hendak diwujudkan melalui pendidikan nasional, yaitu sebagai berikut:
“…berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Untuk mencapai Visi Indonesia 2020 Pendidikan Tinggi Nasional Indonesia
memiliki program jangka menengah yang disebut Visi Pendidikan Tinggi Nasional 2010,
yaitu:
1. Mengembangkan kemampuan intelektual mahasiswa untuk menjadi warga negara
yang baik dan bertanggung jawab bagi kemampuan bersaing bangsa dalam mencapai
kehidupan yang bermakna; serta
2. Membangun suatu sistem pendidikan tinggi yang berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat yang demokratis, berkeadaban dan inklusif, serta menjaga kesatuan dan
persatuan nasional.
Dengan dasar semua itu, perguruan tinggi harus mampu menghasilkan:
“manusia yang unggul secara intelektual, anggun secara moral, kompeten dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta memiliki komitment tinggi untuk
berbagai kegiatan pemenuhan amanat sosial”.
xiv
I.Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi
Pasal 37 Ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat:
1. Pendidikan Agama,
2. Pendidikan Kewarganegaraan, dan
3. Bahasa
Ketentuan tersebut akan diatur lebih lanjuta oleh Peraturan Pemerintah, tetapi
sampai sekarang yang dimaksud tidak kunjung tiba. Sebelum Peraturan Pemerintah keluar,
maka Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tenteng Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan
No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi dinyatakan masih tetap berlaku.
Menurut ketentuan ini, pendidikan kewarganegaraan termasuk dalam kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian (MPK).
Secara ideal pendidika kewarganegaraan memegang peran untuk mengembangkan
potensi mahasiswa sebagai Warga negara Indonesia yang berkepribadian mantap, serta
mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Aktualisai dari
pendidikan kewarganegaraa tersebut adalah melahirkan mahasiswa sebagai ilmuan
professional, sekaligus warga negara Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tana air (nasionalisme) yang tinggi. Hal ini sesuai dengan paradigma pendidikan tinggi
nasional yang telah dicanangkan untuk 2003-2010.
Proses pembelajaran sebagai pemupukan nasionalisme, serta kesadaran berbangsa
dan bernegara bagi mahasiswa sebagai calon cendikiawan, ilmuwan, ataupun tenaga
professional yang berkemampuan kompetitif secara internasional berdasarkan pada
prinsip-prinsip dan pola Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
II.Materi Kajian Pendidikan Kewarganegaraaan
Berdasarkan paradigma pendidikan tinggi 2003-2010, kompetensi pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi dapat dirumuskan sebagai berikut:
xv
1. Melahirkan warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara, serta nasionalisme yang tinggi;
2. Melahirkan warga negara yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai ham dan demokrasi, serta berpikir kritis terhadap permasalahannya;
3. Melahirkan warga negara yang mampu berpartisipasi dalam upaya menghentikan budaya kekerasan, menyelesaikan konflik dalam masyarakat secara damai berdasar nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai universal, serta menghormati supremasi hukum (rule of law/rechtstaat);
4. Melahirkan warga negara yang mampu memberikan kontribusi terhadap persoalan bangsa dan kebijakan publik, serta
5. Melahirkan warga negara yang memiliki pemahaman internasional mengenai “civil society”.
Untuk mencapai kompetensi tersebut materi kajian kewarganegaraan di perguruan
tinggi sesuai Keputusan Dirjen Dikti Nomor : 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, pasal
4 ayat 2, yaitu:
1. Filsafat pancasila 2. Identitas nasional 3. Politik dan strategi 4. Demokrasi indonesia 5. Ham dan rule of law 6. Hak dan kewajiban warga negara 7. Geopolitik indonesia 8. Geostrategi indonesia
Dengan memahami latar belakang filosofis Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi Umum, maka diharapkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, paradigma pendidikan demokrasi secara sistematis dengan
pengembangan civic intelligence, civic participation, and civic responsibility dari “civic
education” merupakan wahana pendidikan demokrasi yang diharapkan dapat
menghasilkan manusia berkualitas dengan keahlian profesional serta berkeadaban khas
Pancasila.
Pancasila harus menjadi core philoshopy bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara secara demokratis dalam rangka mewujudkan masyarakat bangsa
yang berkeadaban. Berdasarkan itu semua, Perguruan Tinggi Umum harus mampu
menghasilkan manusia yang unggul secara intelektual, anggun secara moral, berkompoten
xvi
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, serta memiliki komitmen tinggi
untuk berbagai kegiatan pemenuhan amanat sosial tersebut.
C. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
KODE/ MATA KULIAH : 082 U003/ PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh :
TIM MATA KULIAH PEND.KEWARGANEGARAAN (Rahmatullah Jafar,S.Ip,M.Si)
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK) UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM (UPT MKU)
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
xvii
1. KOMPETENSI LULUSAN MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK), UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM (UPT MKU),UNIVERSITAS HASANUDDIN
KEPUTUSAN DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS NO : 43/DIKTI/Kep/2006
1. VISI MPK
“Merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiaannya sebagai manusia indonesia seutuhnya”.
2. MISI MPK
“Membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab”.
3. STANDAR KOMPETENSI MPK
1. Memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai Agama, Budaya dan Kewarganegaraan
2. Kemampuan menerapkan nilai- nilai Agama, Sosial Budaya dan Kewarganegaraan dalam kehidupan
3. Memiliki kepribadian yang Mantap 4. Kemampuan berpikir kritis 5. Kemampuan bersikap Rasional, Etis, Estetis dan Dinamis 6. Memiliki pandangan Luas 7. Kemampuan bersikap demokratis yang berkeadaban
2. KOMPETENSI LULUSAN MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAAN
KELOMPOK KOMPETENSI NO RUMUSAN KOMPETENSI LULUSAN
ELEMEN KOMPETENSI
A B C D E
Kompetensi Utama
1 Menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban.
V
2 Menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem pancasila
V
Kompetensi Pendukung
1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pentingnya matakuliah pendidikan kewarganegaraan.
V
2 Mahasiswa dapat memperluas wawasan berpikirnya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila
V
3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami identitas nasional
V
xviii
=
KELOMPOK KOMPETENSI NO RUMUSAN KOMPETENSI LULUSAN
ELEMEN KOMPETENSI
A B C D E
Kompetensi Pendukung
4 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami politik dan strategi nasional
V
5 Mahasiswa dapat menerapkan konsep demokrasi Indonesia
V
6 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hak azasi manusia dan aturan hukum di indonesia
V
7 Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan hak dan kewajiban warga negara
V
8 Mahasiswa dapat memahami geopolitik dan geostrategi Indonesia
V
Kompetensi Lainnya
1 Memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai Agama, Budaya dan Kewarganegaraan
V
2 Kemampuan menerapkan nilai- nilai Agama, Sosial Budaya dan Kewarganegaraan
V
3 Kemampuan berpikir kritis V
4 Kemampuan bersikap Rasional, Etis, Estetis dan Dinamis
V
Elemen Kompetensi :
A. Landasan kepribadian B. Penguasaan ilmu dan keterampilan C. Kemampuan berkarya D. Sikap dan prilaku dalam berkarya E. Pemahaman kaidah berkehidupan bersama sesuai dengan keahliah berkarya
3. FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS SCL MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Kompetensi Utama
Menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban dan menjadi warga negara yang memiliki daya saing;berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem pancasila.
Kompetensi Pendukung
Mampu mengetahui dan memahami pentingnya matakuliah pendidikan kewarganegaraan. Mampu memperluas wawasan berpikirnya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila, sehingga mengetahui dan memahami identitas nasional, mengetahui dan memahami politik dan strategi nasional, menerapkan konsep demokrasi indonesi, mengetahui dan memahami hak azasi manusia dan aturan hukum di Indonesia, memahami dan menerapkan hak dan kewajiban warga Negara dan dapat memahami geopolitik dan geostrategi Indonesia.
xix
Kompetensi Institusional
Memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai Agama, Budaya dan Kewarganegaraan. Mampu menerapkan nilai- nilai Agama, Sosial Budaya dan Kewarganegaraan dalam kehidupan, Memiliki kemampuan berpikir kritis, bersikap Rasional, Etis, Estetis dan Dinamis.
4. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS SCL MATA KULIAH PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (082 U003)
M KE-
SASARAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
INDIKATOR PENILAIAN
BOBOT PENILAIAN
I-III
Mahasiswa dapat memahami latar belakang, tujuan dan kompetensi pendidikan kewarganegaraan
PENDAHULUAN
1. Penjelasan tentang materi dan aturan perkuliahan
2. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
4. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Ceramah Interaktif
Mahasiswa dapat: 1. Memahami aturan perkuliahan; 2. Menjelaskan Latar belakang
Pend.Kewarganegaraan 3. Menjelaskan tujuan dan kompetensi
Pend.Kewarganegaraan
5 %
IV
Mahasiswa dapat memahami nilai-nilai jati diri bangsa melalui pengkajian aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi filsafat Pancasila sehingga dengan pemahaman tersebut dapat tumbuh personal wisdom yang integratif dalam dimensi kompentensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic skills, civic commitment, civic convidence, dan civic competence).
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai jati diri
bangsa; 2. Mengemukakan Pengertian Filsafat Pancasila; 3. Menganalisis sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem Filsafat; 4. Mendeskripsikan aspek ontologi Filsafat
Pancasila; 5. Mendeskripsikan aspek epistemologi Filsafat
Pancasila; 6. Mendeskripsikan aspek aksiologi Filsafat
Pancasila; serta 7. Menganalisis secara komprehensif
Filsafat Pancasila dalam konteks kewarganegaraan.
10 %
V Mahasiswa dapat memahami pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara
Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian idiologi secara umum, 2. Menjelaskan makna idiologi bagi bangsa dan
negara. 3. Menjelaskan idiologi terbuka, ideologi tertutup,
ideologi komprehensif dan ideologi partikular. 4. Memahami peranan idiologi bangsa bagi
bangsa dan negara. 5. Memahami pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara indonesia yang memiliki ciri terbuka, komprehensif, reformatif, dan dinamis.
6. Membandingkan idiologi pancasila dengan idiologi dunia lainnya seperti liberalisme, komunisme, sekularisme, dan idiologi keagamaan.
5 %
VI
Mahasiswa dapat mengenali karakteristik identitas nasional sehingga dapat memiliki daya tangkal terhadap berbagai hal yang akan menghilangkan identitas nasional indonesia
Identitas Nasional Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan Latar Belakang dan Pengertian
Identitas Nasional; 2. Menjelaskan Muatan dan Unsur-Unsur Identitas
Nasional; 3. Menjelaskan keterkaitan Globalisasi dengan
Identitas Nasional; 4. Menjelaskan keterkaitan Integrasi Nasional
dengan Identitas Nasional; 5. Menganalisis tentang Paham Nasionalisme atau
10 %
xx
Paham Kebangsaan sebagai paham yang mengantarkan pada konsep Identitas Nasional; serta
6. Menganalisis tentang Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
=
M KE
SASARAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
INDIKATOR PENILAIAN
BOBOT PENILAIAN
VII
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar ketatanegaraan secara konstitusional, Hasil Amandemen UUD 1945 dan Hubungan Antara Lembaga- Lembaga
Sistem Konstitusi Indonesia
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan kedudukan Pancasila sebagai
sumber hukum dasar negara Indonesia. 2. Menjelaskan makna isi pembukaan UUD 1945,
kedudukan pembukaan UUD 1945. 3. Menjelaskan makna isi pembukaan UUD 1945
sebagai “ staat fundamentalnorm ‘ dan kedudukannya dalam tertib hukum Indonesia.
4. Menjelaskan tentang reformasi hukum tata negara yang melatarbelakangi amandemen serta proses amandemen.
5. Menjelaskan hubungan antara lembaga-lembaga negara
5 %
VIII
Mahasiswa dapat mengenali masalah-masalah strategis dalam politik dan strategi nasional
Politik dan Strategi Nasional
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan latar belakang politik dan strategi
nasional; 2. Memecah permasalahan politik,strategi nasional,
dan, geopolitik; 3. Menganalisis wujud polnas dan stranas di
indonesia. 4. Menganalisis berbagai permasalahan
polsrahanka
5 %
IX
Mahasiswa dapat mengerti, memahami tentang demokrasi dan pendidikan demokrasi, serta dapat mengembangkan sikap demokrasi dalam kehidupannya sehari-hari.
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan makna demokrasi. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk demokrasi. 3. Menjelaskan keunggulan demokrasi. 4. Menjelaskan secara terperinci nilai-nialai
demokrasi. 5. Menjelaskan macam-macam demokrasi yang
pernah berlaku di indonesia. 6. Menjelaskan tentang Pendidikan Demokrasi.
10 %
X
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis HAM.
Hak Asasi Manusia Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian, sejarah dan macam-
macam HAM 2. Menjelaskan HAM dalam Tataran Global 3. Menganalisa HAM di Indonesia dalam konteks
permasalahan dan penegakannya
5 %
XI
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aturan hukum di indonesia serta memiliki kesadaran tentang pentingnya rule of law dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Rule Of Law Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dan Lingkup Rule of
Law 2. Menganalisa Isu-Isu Rule of Law 3. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Rule of Law Secara
Formal di Indonesia 4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Rule of law Secara
Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintahan 5. Menganalisa Strategi Pelaksanaan
(Pengembangan) Rule of Law.
5 %
XII
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis Hak dan Kewajiban warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat menjelaskan: 1. Pengertian bangsa dan Negara; 2. Penduduk dan warga Negara; 3. Asas kewarganegaraan; 4. Problem status kewarganegaraan; 5. Hak Warga Negara 6. Kewajiban Warga Negara; 7. Kewajiban Negara dan Pemerintah;
10 %
=
xxi
M KE
SASARAN PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN
BOBOT PENILAIAN
XIII Mahasiswa dapat memahami Geo Politik Indonesia
Geo Politik Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan landasan histories
perkembangan pengetahuan tentang geopolitik .
2. Menjelaskan konsepsi cara pandang wawasan nasional bangsa Indonesia.
3. Memahami berbagai masalah dasar kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan menerapkan pandangan bangsa Indonesia tentang diri meliputi: sejarah, filsafat, kebhinekaan etnik, budaya, agama dan lingkungan geografi yang berbentuk Negara kepulauan yang berada diposisi silang antara dua benua dan dua lautan.
4. Menjelaskan tentang pelaksanaan otonomi daerah.
15 %
XIV
Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis konsep Geostiategi Indonesia yang berupa konsep Ketahanan Nasional Indonesia
Geo Strategi Colaboratif Learning
Mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian Ketahanan
Nasional; 2. Menggambarkan keterkaitan berbagai
aspek Ketahanan Nasional; 3. Menggunakan konsep Ketahanan
Nasional dalam memecahkan persoalan atau mencari solusi persoalan yang muncul dalam masyarakat;
4.Menganalisis isu-isu aktual berdasarkan perspektif Ketahanan Nasional.
15 %
I-XIV TOTAL PROSES SCL 100 % TOTAL PROSES SCL DIKONVERSI MENJADI 60 TUGAS MANDIRI 15
XV Pemahaman materi Ujian Akhir Sem. Tertulis Kesesuaian Jawaban dengan pertanyaan 25
XVI Pemahaman materi Remedial Unit Tertulis/ Lisan/Tugas
Kesesuaian Jawaban dengan pertanyaan/ Terpenuhinya Unsur-unsur tugas
15
xxii
BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun
tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.
Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah
mengancam, bahkan mengasai eksistensi Negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia.
Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan
kebangsaan karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan
internasionalisme.
Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks
dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal, yaitu maraknya tunttan rakyat, yang secara objektif mengalami
suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social.
Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah komplik
internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang
secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara
sujektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada
akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia.
Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar ( The founding fathers )
Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat
bernegara, itulah pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai
filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai-nilai
baru dari nuar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi.
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa
memeliki suatu pandangan hidup atau filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan
xxiii
bangsa lain didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan / kreatifitas
local) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian,
bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup
dengan bangsa lain.
Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesi
merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “
di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan
mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia.
Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai
filsafat bangsa.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat.
Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology,
epistemology, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.
B. Ruang Lingkup
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat.
Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology,
epistemology dan aksiologi dari kelima sila pancasila.
C. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami nilai-nilai jati diri bangsa melalui pengkajian
aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi filsafat Pancasila sehingga dengan pemahaman
tersebut diharapkan dapat tumbuh personal wisdom yang integratif dalam dimensi
kompentensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic skills, civic commitment, civic
convidence, dan civic competence).
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai jati diri bangsa;
xxiv
2. Mengemukakan Pengertian Filsafat Pancasila;
3. Menganalisis sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem Filsafat;
4. Mendeskripsikan aspek ontologi Filsafat Pancasila;
5. Mendeskripsikan aspek epistemologi Filsafat Pancasila;
6. Mendeskripsikan aspek aksiologi Filsafat Pancasila; serta
7. Menganalisis secara komprehensif Filsafat Pancasila dalam konteks
kewarganegaraan.
xxv
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang
berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan,
atau mencintai kebenaran / pengatahuan. Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-
luasnya, yang dapat dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-
sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai kebenaran
yang sejati. Dengan demikian, filsafat secara sederhana dapat diartikan sebagai keinginan
yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk
dari ilmu pengetahuan menurut J. Gredt dalam bukunya “elementa philosophiae”, filsafat
sebagai “ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip mencari sebab musababnya
yang terdalam”.
a. Filsafat Pancasila
menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan filsafat Negara yang
lahir collective ideologie (cita-cita bersama). Dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan
sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu
“system” yang tepat. Adapun menurut Notonagoro, filsafat pancasila memberi
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat pancasila.
b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, pancasila memiliki karasteristik system filsafat tersendiri yang
berbeda dengan filsafat lainnya, di antaranya:
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistim yang bulat dan utuh (sebagai suatu
totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan
sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
xxvi
2. Susunan pancasila dengan suatu sistim yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut :
xxvii
Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa:
• Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwa: sila 2, 3, 4, dan 5.
• Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan mcnjiwai sila 3,4, dan 5.
• Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan menjiwa; sila 4 dan 5.
• Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, & 3, serta mendasari dan menjiwai sila 5.
• Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
• Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila sebagai
suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
• Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam
bangsa Indonesia sendiri; .
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila
yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka; serta
4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
1) Tuhan, yaitu sebagai kausa prima;
2) Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
3) Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
4) Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan hergotong royong; serta
xxviii
5) Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
d. Hakikat Nilai-Nilai Pancasila
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan yang
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan : kognitif
dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi (Sidney
Simon: 1986). Nilai merupakan ha! yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih
memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi
atau keutuhan kata hati (potensi). Langkah-langkah awal dari "nilai" adalah seperti halnya
ide manusia yang merupakan potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam
dunia pengalaman. Dia nyata dalam jiwa manusia. Dalam ungkapan lain, ditegaskan oleh
Sidney B. Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban
yang jujur tapi benar dari pertanyaan "what you are really, really, really, want. "
Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika
cenderung pada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan
keindahan, atau apa yang mereka senangi. Misalnya, mempersoalkan atau menceritakan si
rambut panjang, pria pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian bising, dan bentuk-bentuk
scni lain. Adapun etika cenderung pada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana
manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang
mempertentangkan antara benar dan salah, baik dan buruk. Pada dasarnya studi tentang
etika merupakan pelajaran tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman
tentang apa itu benar dan salah.
Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus untuk memegang
dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi. nilai, dan moral bangsa. Konsensus
bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan -moral bangsa ini secara
ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normatif. Secara epistemologis bangsa
Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini
sebagai suatu hasil sublimasi, serta kristalisasi dari sistem nilai budaya bangsa dan agama
yang seluruhnya bergerak vertikal, juga horizontal serta dinamis dalam kehidupan
masyarakat. Selanjutnya, untuk menyinkronkan dasar filosofis-ideologis menjadi wujud jati
xxix
diri bangsa yang nyata dan konsekuen secara aksiologis, bangsa dan negara Indonesia
berkehendak untuk mengerti, menghayati, membudayakan, dan melaksanakan Pancasila.
Upaya ini dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nilai-nilai
abstrak. hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak
pelaksanaannya yang berwujud konsep pengamalan yang bersifat subjektif dan objektif.
Pengamalan secara cbjektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau
kemasyarakatan, yang penjelasannya berupa suatu pcrangkat ketentuan hukum yang secara
hierarkis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang Organik, dan
peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan
yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah
laku dan sikap dalam hidup sehari-hari.
Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat, dan adil
dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah untuk
memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan,
berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan, dan berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat
Pancasila dijabarkan menjadi sistem Etika Pancasila yang bercorak normatif.
Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah:
1) Sistematis, 2) Mendalam, 3) Mendasar, 4) Analitis, 5) Komprehensif, 6) Spekulatif. 7) Representatif, dan 8) Evaluatif.
Cabang-cabang filsafat meliputi:
1) Epistemologi (Filsafat Pengetahuan), 2) Etika (Filsafat Moral), 3) Estetikaf Filsafat Seni), 4) Metafisika (membicarakan tentang segala sesuatu di balik yang ada), 5) Politik (Filsafat Pemerintahan), 6) Filsafat Agama, 7) Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan,
xxx
8) Filsafat hukum, 9) Filsafat Sejarah, 10) Filsafat Matematika, dan Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada
yang teratur). Aliran Filsafat meliputi:
1) Rasionalism 2) Marxisme 3) Idealisme 4) Realisme 5) Positivisme 6) Materialisme 7) Eksistensialisme 8) Utilitarianisme 9) Hedonisme 10) Spiritualisme 11) Stoisme 12) Liberalisme
e. Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia
Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek
material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai
system filsafat, maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila
tersebut, jika syarat-syarat system filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan
system filsafat, tetapi jika tidak maka bukan system filsafat. Sebaimana suatu logam
dikatakan emas bila syarat-syarat emas terdapat pada logam tersebut.
Penjabaran filsafat terhadap Pamcasila :
1) Objek filsafat : yang pertama objek material adalah segala yang ada dan mungkin
ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu ada Tuhan, ada
manusia, dan ada alam semesta.
Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusannya jelas yaitu :
1. Ke-Tuhanan Y.M.E. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
xxxi
Dari rumusan ini maka objek yang didapat adalah : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja, yaitu
Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil, sebab
hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam semesta itu sendiri.
Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat diterima.
Kedua, objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Apakah Pancasila juga kajian hakikat? Kalau menilik dari kelima objek kelima sila
Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar dengan tambahan awalan ke/per dan
akhiran an. Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata dasar diberi awalan ke atau per dan
akhiran an, maka akan menjadi abstrak (bersifat abstrak) benda kata dasar tersebut,
lebih dari itu menunjukkan sifat hakikat dari bendanya. Misalnya kemanusiaan,
maknanya adalah hakikat abstrak dari manusia itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak
berubah. Demikian juga dalam sila-sila Pancasila yang lainnya, yaitu Ke-Tuhanan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Khusus untuk persatuan, awalan per menunjukkan
suatu proses menuju ke awalan ke yang nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga.
Dengan analisis penjabaran ini, maka Pancasila memenuhi syarat juga dalam hal objek
formalnya.
2) Metode filsafat :
Metode filsafat adalah kontemplasi atau perenungan atau berfikir untuk menemukan
hakikat. Jadi di sini bukan berfikirnya, tetapi cara menemukan hakikat, atau metode
menemukan hakikat. Secara umum ada dua dan tiga dengan metode campuran, yaitu
metode analisa, metode sintesa serta metode analisa dan sintesa (analitico-syntetik).
Demikian juga Pancasila, ia temuikan dengan cara-cara tertentu dengan metode analisa
dan sintesa, nilai-nilainya digali dari buminya Indonesia.
3) Sistem filsafat : setiap ilmu maupun filsafat dalam dirinya merupakan suatu system,
artinya merupakan suatu kebulatan dan keutuhan tersendiri, terpisah dengan system
lainnya. Misalnya psykhologi merupakan kebulatan tersendiri terpisah dan berbeda
dengan anthropologi, demikian seterusnya ilmu-ilmu dan filsafat yang lain.
xxxii
Pancasila sebagai suatu Dasar Negara adalah merupakan suatu kebulatan.
Memang terdiri dari lima, tetapi sila-sila tersebut saling ada hubungannya satu dengan
lainnya secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang terpisah dengan yang lainnya.
Oleh karena itu dapat diistilahkan “Eka Pancasila”, lima sila dalam satu kesatuan yang
utuh.
Setiap sila mengandung, dibatasi dan disifati oleh keempat sila lainnya. Sila-
sila yang di depan mendasari dan menjiwai sila-sila yang di belakang, sedang sila-sila
yang di belakang merupakan pengkhususan atau bentuk realisasi dari sila-sila yang di
depan, dan dari segi keluasannya sila-sila yang di belakang lebih sempit dari sila-sila
yang di muka. Dilihat dari pemahaman ini, maka sila pertama ke-Tuhanan Y.M.E.,
adalah dasar yang paling umum bagi semua sila yang di belakang, mendasari, dan
menjiwai semua sila, sedang semua sila yang kelima merupakan sila yang terkhusus dan
merupakan tujuan dari semua sila yang di depan, oleh karena itu rumusannya
(redaksinya) berbunyi “… untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
4) Sifat universal filsafat :
Berlaku umum adalah sifat dari pengetahuan ilmiah, dan universal adalah sifat
dari kajian filsafat. Pengertian umum itu bertingkat, dari umum penjumlah yang kecil
(kolektif) dari sekumpulan jumlah tertentu sampai jumlah yang lebih besar dan luas
lagi hingga kepada umum seumum-umumnya (universal).
Bagaimana jika diterapkan pada Pancasila?
Misalnya kajian tentang hakikat manusia, sebagaimana terdapat dalam sila ke
dua Pancasila. Hakikat manusia adlah unsur-unsur dasar yang mutlak pada manusia
adalah sama bagi seluruh jenis makhluk yang namanya manusia, yang berada di
manapun dan waktu kapanpun, jadi pengertian ini (universal) tidak terbatas pada ruang
dan waktu, di mana dan kapanpun manusia itu berada. Sila keadilan demikian juga,
bahwa yang namanya “adil” itu sama hakikatnya maknanya di manapun dan kapanpun,
demikian juga berlaku pada sila-sila yang lainnya.
Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang
ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa
xxxiii
Pancasila benar-benar suatu system filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia,
nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah diutarakan di
muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari
nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adapt-
istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.
B. Kajian Ontologis
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa?, karena manusia merupakan subjek hukum
pokok dari sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan,
2005).
Dengan demikian. secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila
Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini. Notonagoro lebih lanjut mcngemukakan bahwa
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal
yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan rohani.
Selain itu, sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara
hierarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-
sila Pancasila (Kaelan, 2005).
Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta
mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis,
sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Di samping itu,
kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk
Tuhan. Konsekuensmya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-
xxxiv
nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang
mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut.
Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa
bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara
harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila. seperti bentuk negara, sifat
negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara,
moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
C. Kajian Epistemologi
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu
tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
a. tentang sumber pengetahuan manusia;
b. tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; serta
c. tentang watak pengetahuan manusia.
Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.
Adapun tentang sumber pengetahuan Pancasila. sebagaimana telah dipahami bersama,
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri. Merujuk pada pemikiran
filsafat Aristoteles, bahwa nilai-nilai tersebut sebagai kausa material is Pancasila.
Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila ifu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, yaitu:
a. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya;
xxxv
b. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat.
dan kelima;
c. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai
sila keempat dan kelima;
d. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga, serta mendasari
dan menjiwai sila kelima; serta
e. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Demikianlah. susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut
kualitas ataupun kuantitasnya. Selain itu, dasar-dasar rasional logis Pancasila juga
menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa member!
landasan kebcnaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Kedudukan dan
kodrat manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena
itu, sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui
kcbenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebcnaran yang tertinggi:
Selanjutnya, kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis
yang harmonis di antara potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa, dan kehendak
manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu, dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, epistemologi Pancasila
mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Sebagai suatu paham epistemologi,
Pancasila memandang bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam
upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah
sebabnya Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam
membangun perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.
D. Kajian Aksiologi
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada ivakikatnya membahas tentang nilai
praksis atau manfaat suatu pengeiahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang
xxxvi
terkandung dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya,
aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat
juga diartikan sebagai "keberhargaan " (worth) atau "kebaikan " (goodnes), dan kata kerja
yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian
(Frankena: 229).
Di dalam Dictionary of Sociology' an Related Sciences dikemukakan bahwa
nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Dengan demikian, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu objek. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas
yang melekat padanya, misalnya bunga itu indah, pcrbuatan itu baik. Indah dan baik
adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Jadi, nilai itu
sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan
lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat bcrgantung pada
titik tolak dan sudut pandang setiap teori dalam menentukan pengertian nilai. Kalangan
materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sedangkan
kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan.
Namun, dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat dikelompokkan pada dua
macam sudut pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan sabjek
pemberi nilai, yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektit. tetapi juga terdapat pandangan
bahwa pada hakikatnya nilai sesuatu itu melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan
pandangan dari paham objektivisme.
Notonagoro memerinci tentang nilai, ada yang bersifat material dan
nonmaterial. Dalam hubungan ini, manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda
bergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing. Ada yang
mendasarkan pada orientasi nilai material, tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu
berorientasi pada nilai yang nonmaterial. Nilai material relatif lebih mudah diukur
menggunakan pancaindra ataupun alat pengukur. Akan tetapi, nilai yang bersifat rohaniah
xxxvii
sulit diukur, tetapi dapat juga dilakukan dengan hati nurani manusia sebagai alat ukur yang
dibantu oleh cipta, rasa, serta karsa dan keyakinan manusia (Kaelan, 2005).
Menurut Notonagoro, nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian, nilai-
nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, seperti nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan
atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, ataupun nilai kesucian yang secara
keseluruhan bersifat sistemik-hierarkis. Sehubungan dengan ini, sila pertama, yaitu
ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila (Darmodihardjo:
1978).
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan sosial.
Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesialah yang menghargai, mengakui, serta
menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan
penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan, atau
penghargaan itu telah menggejala dalam sikap, tingkah laku, serta perbuatan manusia dan
bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah pengembannya
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia Indonesia.
xxxviii
PENUTUP
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. fundamental, dan
menyeluruh. Untuk itu, sila-sila Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat bulat dan
utuh, hierarkis, dan sistematis. Dalam pengertian inilah, sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila tidak terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-
sendiri, tetapi memiliki esensi serta makna yang utuh.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan harus
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, . kerakyatan, dan keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang merupakan masyarakat
hukum (legal society).
Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa
manusia sebagai warga negara, yaitu sebagai bagian persekutuan hidup yang mendudukkan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara yang
merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, pada
hakikatnya bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk mewujudkan suatu negara
sebagai suatu organisasi hidup, manusia harus membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa
(hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dan kesatuan akan melahirkan rakyat sebagai
suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara tertentu. Konsekuensinya, hidup
kenegaraan itu haruslah didasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan
negara. Maka itu, negara harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin,
xxxix
baik sebagai individu maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan
tujuan negara sebagai tujuan bersama, dalam hidup kenegaraan harus diwujudkan jaminan
perlindungan bagi seluruh warga. Dengan demikian, untuk mewujudkan tujuan, seluruh warga
negara harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan
bersama (hakikat sila kelima).
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan Pengertian Filsafat Pancasila!
2. Jelaskan Prinsip-prinsip filsafat pancasila!
3. Jelaskas kajian ontologis, efistimologis dan aksiologis dari pancasila!
4. Jelaskan pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia!
DAFTAR BACAAN
Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Fukuyama, F. 1989. The End of History, dalam National Interest. No. 16 (1989). Dikutip dari Modernity and Its Future. Polity Press: Cambridge.
Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila sebagai Filasfat Bangsa Negara Indonesia. Makalah pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan: Jakarta.
Notonagoro. 1971. Pengertian Dasar bagi Implementasi Pancasila untuk ABR1. Departemen Pertahanan dan Keamanan: Jakarta.
Poespowardoyo, Soeryanto. 1989. Filsafat Pancasila. Gramedia: Jakarta. Pranarka, A.W.M. 1985. Sejarah Pemikiran tantang Pancasila. CSIS: Jakarta.
Suseno, Franz, Magnis. 1987. Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Modern. PT Gramedia: Jakarta.
Titus Harold, Marilyn S., Smith, and Richard T. Nolan. 1984. Living Issues Philosophy, diterjemahkan oleh Rasyidi. Penerbit bulan Bintang: Jakarta.
Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Universitas Hasanuddin,Makassar,2003
xl
Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Bunga Rampai .STIMIK DIPANEGARA ,Makassar,2004 Tim Dosen Kewarganegaraan Unhas. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Hasanuddin,Makassar,2008
BAB III PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan hasil perenenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang, yang juga diangkat dari nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, nilai tradisi, nilai
kepustakaan, nilai religius yang terdapat pada pandangan hidup bangsa indonesia sendiri
sebelum membentuk negara. Pancasila bukan berasal dari dari ide – ide bangsa lain,
melainkan berasal dari nilai – nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri. Kumpulan nilai
– nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini kebenarannya kemudian
digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang dinamakan ideologi.
Pengejawantahannya tercermin dalam kehidupan praksis, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, maupun religi. Menurut Noor MS. Bakry [1994],
Pancasila sebagai ideologi bersifat dinamik. Dalam arti, ia menjadi kesatuan prinsip
pengarahan yang berkembang dialektik serta terbuka penafsiran baru untuk melihat
perspektif masa depan dan aktual antisipatif dalam menghadapi perkembangan dengan
memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan hidup dan
kehidupan nasional.
Apa yang dipaparkan Noor MS Bakry mengindikasikan, Pancasila akan selalu
mempunyai hal baru yang progresif dalam menghadapi tantangan kehidupan yang makin
maju dan kompleks. Dalam beberapa pasal, khususnya menyangkut nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan, Pancasila telah tampil di garda depan. Tantangan sekarang ini,
pancasila dihadapkan pada kekuatan kapitalisme global yang telah dijadikan "ideologi"
xli
masyarakat dunia. Masyarakat Indonesia sedikit banyak terpengaruh dengan kaum
kapitalisme global ini.
Menghadapi konsepsi tatanan pemikiran yang berkembang, sekarang saatnya kita
menghidupkan dan memperlihatkan Pancasila sebagai sosok yang sakti. Saatnya kita
menggali nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang terkandung didalamnya.
Dalam Pancasila ada kepribadian kemanusiaan yang sangat penting. Kepribadian
kemanusiaan merupakan sifat-sifat hakikat kemanusiaan abstrak umum universal yang
dapat membedakan manusia dengan makhluk lain, yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, keadilan, yang merupakan sifat hakikat manusia.
Jika tidak demikian bukanlah manusia, jika tidak berkemanusiaan juga bukan
manusia, jika tidak berpersatuan juga tidak manusia, dan jika tidak berkerakyatan dan
berkeluargaan juga bukan ma-nusia, serta jika tidak berkeadilan juga bukan manusia.
Dengan demikian, lima unsur tersebut mutlak ada dalam diri manusia, sehingga disebut
kepribadian kemanusiaan.
Sebuah negara bangsa membutuhkan Weltanschauung atau landasan filosofis. Atas
dasar Weltanschauung itu, disusunlah visi, misi, dan tujuan negara. Tanpa itu, negara
bergerak seperti layangan putus, tanpa pedoman.
Akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat
dipandang sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku
Political Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah
emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies
(kebangkitan kembali suatu ideologi). Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat ini
sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya
liberalisasi dan demokratisasi dunia.
Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai semangat untuk
diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh semua
pihak. Dunia juga tampak belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan sebuah negara
bangsa bernama Indonesia.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
xlii
a. Pengertian Ideologi dan Dimensi-dimensinya
b. Peranan Ideologi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
c. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
d. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya
e. Reformasi Socio-Moral
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti, memahami, dan menghayati Pancasila sebagai
Idiologi bangsa dan negara.
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian idiologi secara umum,
2. Menjelaskan makna idiologi bagi bangsa dan negara.
3. Menjelaskan pengertian macam – macam idiologi yang meliputi idiologi terbuka,
ideologi tertutup, ideologi komprehensif dan ideologi partikular.
4. Memahami peranan idiologi bangsa bagi bangsa dan negara serta
5. Memahami pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia yang memiliki
ciri terbuka, komprehensif, reformatif, dan dinamis kemudian
6. Membandikan idiologi pancasila dengan idiologi dunia lainnya seperti liberalisme,
komunisme, sekulerrisme, dan idiologi keagamaan.
xliii
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Ideologi dan Dimensi-Dimensinya
A.1 Pengertian Ideologi
Secara etimologi, istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata “eidos” dan “logos”. Eidos berarti idea, gagasan, cita-cita ataupun konsep.
Sedangkan logos berarti ilmu, ajaran, atau paham. Jadi, ideologi adalah ilmu atau
ajaran tentang idea-idea, gagasan-gagasan, atau cita-cita tertentu. Selanjutnya
ideologi menurut makna yang dikandungnya berarti suatu ilmu atau ajaran yang
mengandung ide atau cita-cita yang bersifat tetap dan sekaligus merupakan dasar,
pandangan ataupun paham.
Jorge Larrain, dalam tulisannya tentang The Consept of Ideology (2002)
menjelaskan bahwa “ideology as a set of beliefs” yaitu setiap individu atau kelompok
masyarakat memiliki suatu sistem kepercayaan mengenal sesuatu yang dipandang
bernilai dan menjadi kekuatan motivasi bagi perilaku individu atau kelompok
masyarakat. Nilai-nilai yang dipandang itu sebagai cita-cita yang menjadi landasan
bagi cara pandang, cara fikir, dan cara tindak seseorang atau bangsa dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa ideologi adalah seperangkat sistem nilai yang diyakini
kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan sebagai dasar untuk menata
masyarakat dalam negara. Ideologi mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam
masyarakatnya dan terkristalisasi dalam falsafah negara.
A.2 Dimensi-Dimensi Ideologi
Dimensi Realitas
xliv
Pada dimensi ini, ideologi merupakan pencerminan realitas yang hidup
dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, sehingga mereka tidak
asing dan merasa dipaksakan untuk melaksanakannya, karena nila-nilai dasar itu
telah menjadi milik bersama.
Dimensi Idealitas
Disini ideologi mengandung cita-cita dalam berbagai bidang kehidupan
yang ingin dicapai oleh masyarakat penganutnya. Cita-cita yang dimaksud
hendaknya berisi harapan-harapan yang mungkin direalisasikan.
Dimensi Normalitas
Artinya ideologi mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya, berupa norma-norma atau aturan-aturasn yang harus dipatuhi
yang sifatnya positif.
Dimensi Fleksibilitas
Disini ideologi seyogyanya dapat mengikuti spirit perkembangan zaman,
sesuai tuntunan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dimensi ini
terutama terdapat pada ideologi yang bersifat terbuka dan demokratis.
B. Peranan Ideologi Dalam Kejhidupan Bermasyarakat , Berbangsa, dan Bernegara
Sebagaimana diuraikan di muka, ideologi mengandung nilai-nilai dasar, norma-
norma dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Karena itu,
ideologi memiliki peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
a. Sebagai Dasar
Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fundasi di atas mana semua kegiatan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun. dan dasar tersebut umumnya
berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu sendiri
xlv
(dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya (sidang BPUPKI tanggal 29
Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang gabungan tanggal 22 Juni 1945) memang
direncanakan untuk dijadikan Dasar Negara. Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI
menetapkan secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Sebagai Pengarah
Artinya sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah untuk
mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang (dimensi normalitas). Disini
Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah, pengendali di dalam setiap gerak tata
kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah ditunjukkannya pada
kedudukan Pancasila sebagai “sumber dari segala sumber hukum” segala peraturan
hukum dan perundang-undangan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Sebagai Tujuan
Artinya semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang terkandung
dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional akan memberikan
motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan bangsa secara adil dan
seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
(dimensi idealitas).
C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Suatu ideologi disebut terbuka bila ideologi tersebut dapat menerima dan bahkan
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru sejauh tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dasarnya. Ideologi yang dapat menerima pemikiran-pemikiran baru tentang nilai dasar
yang terkandung pada dirinya, tanpa harus khawatir kehilangan jati dirinya. Ideologi
seperti ini disebut ideologi yang demokratis, yang berlawanan dengan ideologi tertutup
atau tidak demokratis (otoriter/totaliter).
xlvi
Pancasila sebagai ideologi jelas mempunyai nilai demokratis. Hal ini telah
ditunjukkan oleh asas sila keempat yaitu : “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”. Suatu ideologi yang demokratis
adalah ideologi terbuka, yaitu mampu menerima pemikiran-pemikiran baru dalam rangka
pengembangan atau penyempurnaan perwujudan nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya. Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak sekedar dapat menerima, bahkan
mendorong untuk dapat menciptakan pemikiran-pemikiran baru tersebut dalam rangka
lebih menyegarkan dan memperkuat relevansinya dengan perkembangan spirit zaman.
Suaitu ideologi yang dalam kenyataannya tidak mampu lagi menerima pemikiran-
pemikiran baru atau metode baru yang berbeda, yang demikian disebut ideologi tertutup
atau ideologi otoriter/totaliter, walaupun dapat saja penganutnya menyatakan ideologinya
demokratis.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, mengandung arti bahwa nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersifat tetap atau abadi, namun dalam penjabarannya dapat
dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan kebutuhan dinamika
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan nilai
instrumental yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan spirit zaman.
Sebagai ideologi terbuka, dalam batas-batas tertentu Pancasila dapat menerima
dan menampung pengaruh-pengaruh dari nilai-nilai yang berasal dari luar sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang ada. Lebih dari itu justru memperkaya bentuk
perwujudan yang beraneka ragam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dengan tidak harus mengorbankan nilai-nilai dasarnya yang bersifat tetap.
Dengan demikian, perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah dalam tata
kehidupan Negara kita yang dinyatakan, bahwa Negara kita berdasar atas hukum, bukan
atas kekuasaan belaka.
D. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lainnya
a.Ideologi Pancasila :
Ideologi Pancasila : memandang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Monodualisme ini adalah kodrati, maka manusia tidak dapat hidup sendirian, ia
selalu membutuhkan yang lain.
xlvii
Menurut konsep Pancasila, yakni manusia dalam hidup saling tergantung antar
manusia, saling menerina dan memberi antar manusia dalam memasyarakat dan
menegara. Saling tergantung dan saling memberi merupakan pasangan pokok dan ciri
khas persatuan serta menjadi inti isi dari nilai kekeluargaan. Ideologi Pancasila, baik
setiap silanya maupun paduan dari kelima sila-silanya, mengajarkan dan menerapkan
sekaligus mengehendaki persatuan. Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali atau
dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan
tahun lalu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bung
Karno, 1 Juni 1945).
Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di
dalamnya.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai spiritual, memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia. Nilai ini
berfungsi sebagai kekuatan mental, spiritual, dan landasan etik dalam Ketahanan
Nasional, maka atheisme tidak berhak hidup di bumi Indonesia dalam kerukunan dan
kedamaian hidup beragama.
Sila Kemanusioann Yang Adil dan Beradab, tersimpul nilai satu derajat, sama
kewajiban dan hak, saling mencintai, hormat menghormati, keberanian membela
kebenaran dan keadilan, toleransi dan nilai gotong royong.
Sila Persatuan Indonesia. mengandung nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air dan
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara.
Sila kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat
(demokrasi) yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar. Nilai ini
mengutamakan kepentingan Negara / bangsa dengan tetap menghargai kepentingan
pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat serta nilai kebenaran dan keadilan.
xlviii
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai sikap adil,
menghormati hak orang dan sikap gotong royong, yang menjamin kemakmnuran
masyarakat secara menyeluruh dan adil.
b. Ideologi Liberal :
Ideologi liberal memandang bahwa sejak manusia dilahirkan bebas dan dibekali
penciptanya sejumlah hak azasi, yaitu hak hidup, hak kebebasan, hak kesamaan, hak
kebahagiaan, maka nilai kebebasan itulah yang utama. Metode berfikir ideologi ini ialah
liberalistik yang berwatak individualistik.
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik diajarkan oleh Thomas Hoobbes,
John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J. Laski. Aliran pikiran
ini mengajarkan bahwa Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun
atas kontrak semua orang (individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurutnya
kepentingan harkat dan martabat manusia (individu) dijunjung tinggi, sehingga
masyarakat merupakan jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak
dan kebebasan orang seorang hanya dibatasi oleh hak yang sama dimiliki orang lain
bukan oleh kepentingan masyarakat seluruhnya. Liberalisme bertitik tolak dari hak azasi
yang melekat pada manusi sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun
termasuk penguasa, terkecuali atas pesetujuan yang bersangkutan. Faham liberalisme
mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang
menuntut kebebasan individual secara mutlak yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan
hidup di tengah-tengah kekayaan material yang melimpah dan dicapai dengan bebas.
Faham liberalisme selalu mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak azasi manusia
menyebabkan paham tersebut meiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat
tertentu.
c. Ideologi Komunis :
Ideologi Komunistik mendasarkan diri pada premise bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses dialetik. Ciri
konsep dialetik tentang manusia, yaitu bahwa tidak terdapat sifat permanen pada diri
manusia, namun ada keteraturan, ialah kontradiksi terhadap lingkungan selalu
xlix
menghasilkan perkembangan dialetik dari manusia, maka sejarahpun berkembang secara
dialetik pula. Sehubungan dengan itu, metoda befikirnya materialisme dialetik dan jika
diterapkan pada sejarah dan kehidupan sosial disebut materialisme-historik.
Aliran pikiran golongan (dass theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels, dan
Lenin bermula merupakan kritik Karl Marx atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pada awal revolusi industri.
Aliran pikiran golongan (dass theory) beranggapan bahwa Negara ialah susunan
golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) lain. Kelas ekonomi kuat menindas
ekonomi lemah, golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh
karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk
merebut kekuasaan Negara dari kaum golongan karya kapitalis dan borjuis agar kaum
buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur Negara. Aliran pikiran ini erat hubungannya
dengan aliran material-dialektis atau materialistik. Aliran pikiran ini sangat menonjolkan
adanya kelas/revolusi dan perebutan kekuasaan Negara.
Pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, dengan pikiran Leni terutama dalam
pengorganisasian dan operasionalisasinya menjadi landasaan paham komunis. (Lihat
buku Pendidikan Pancasila oleh Tim Dosen Pancasila Unhas).
E. Reformasi Socio-Moral
Ideologi yang bersumber pada filsafat pancasila maka reformasi kita bersifat socio-
moral. Sebagai suatu ideologi maka terkandung suatu kehendak untuk berbuat sesuatu.
Bagi ideologi pancasila diperlukan adanya sadar kehendak (dalam arti tidak akan
terombang-ambing). Agar tidak terombang-ambing maka sadar kehendak ini perlu
sadar tujuan, sadar laku (usaha) dan sadar landasan.
Secara operasional sadar berarti :
a. dikaitkan dengan tujuan merupakan suatu keinginan untuk melaksanakan citra
menjadi kenyataan (konkritisasi)
b. dikaitkan dengan laku/prilaku maka usaha untuk mencapai tujuan tersebut harus
melalui tanggap nilai
c. dikaitkan dengan landasan, konsisten terhadap esprit dan ethos yang dijabarkan
dalam filsafat pancasila
l
Reformasi socio-moral yg berdasarkan ideologi pancasila berarti akan menciptakan :
a. sistem kelembagaan
b. sistem tanggap nilai
c. sistem norma yang ideal (esprit dan ethos)
Ini berarti suatu ideologi apapun namanya termasuk ideologi pancasila, “terbuka”
terhadap suatu perubahan yang datangnya dari luar, walaupun nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya tidak berubah. Sebagai hasil dari reformasi socio moral
tercipta suatu peradabandalam masyarakat berdasarkan pancasila.
PENUTUP
Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan filosofis
bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan dirinya menjadi
bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk
diterima kebenarannya melewati batas-batas negara bangsa kita sendiri. Tentu bentuk
perjuangan ideologi pada waktu ini berbeda dengan zaman berbenturannya nasionalisme
dengan imperialisme, sosialisme dengan kapitalisme, dan antara demokrasi dengan
totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya
kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh
rakyat Indonesia.
Hanya dengan mencapai kondisi bangsa yang maju, sejahtera, dan bersatu sajalah
Indonesia dapat menjadi salah satu rujukan dunia. Saat itulah Pancasila berpotensi untuk
diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Saya berpendapat, kondisi itu adalah hal yang
mungkin terjadi yang perlu diwujudkan; menjadi mission sacre kita sebagai suatu bangsa.
Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju
dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk menjawab
tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik kehidupan yang
Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para pemimpin, para
li
penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran masyarakat
luas.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian ideology dan dimensi-dimensinya!
2. Jelaskan peranan Ideologi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara!
3. Jelaskan perbandingan pancasila dengan ideology lainnya didunia!
4. Jelaskan pengertian reformasi sosio-moral!
DAFTAR BACAAN
Alfian, 1978, Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta.
E.William- E. Fogel,man, 1978, Isme-isme Dewasa ini, Penerbit Erlangga,Jakarta
BP-7 Pusat Jakarta, 1991, Pancasila sebagai ideology dalam berbagai bidang Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Universitas Hasanuddin,Makassar,2003 Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Bunga Rampai .STIMIK DIPANEGARA ,Makassar,2004 Tim Dosen Kewarganegaraan Unhas. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Hasanuddin,Makassar,2008
lii
BAB IV IDENTITAS NASIONAL
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Situasi dan kondisi masyarakat dewasa ini menjadikan kita prihatin dan merasa ikut
bertanggung jawab atas tercabik-cabiknya Indonesia serta kerusakan social yang
menimpah masyarakatnya.Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai “het zachste volk
ter aarde” dalam pergaulan antarbangsa, kini sedang mengalami bukan saja krisis
identitas, melainkan juga krisis dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan
instabilitas yang berkepanjangan semenjak reformasi digulirkan tahun 1998 (Koento
W:2005)
Identitas Nasional saat ini bukan lagi menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa
Indonesia. Saat ini Indonesia tidak hanya mengalami krisis multidimensi, namun juga
mengalami krisis dalam berbagai aspek kehidupan yang melahirkan suatu instabilitas yang
berkepanjangan semenjak reformasi digulirkan. Akibat dari semakin biasnya nilai-nilai
yang terkandung dalam Identitas Nasional yang tertanam pada diri setiap warga negara
Indonesia telah menjadikan situasi dan kondisi masyarakat semakin memprihatinkan
dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, politik, budaya, social dan sebagainya.
liii
Masyarakat Indonesia yang dahulu dikenal sebagai suatu bangsa yang memiliki budi
yang luhur, sopan santun yang tinggi, kerukunan, idealisme, toleransi, solidaritas social
dan gotong royong, telah hilang akibat semakin derasnya arus modernisasi dan globalisasi
yang menerjang bangsa Indonesia. Hal ini mengakibatkan bangsa Indonsia semakin berada
dalam keterpurukan.
Krisis moneter disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-akarnya tertanam pada
krisis moral dan menjalar pada krisis budaya, menjadikan masyarakat kita kehilangan
orientasi nilai. Masyarakat Indonesia yang dikenal ramah, hancur porak-poranda
,kemudian menjadi kasar, serta gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan
spiritual. “social terrorism” muncul dan berkembang di sana-sini dalam fenomena
pergolakan fisik, pembakaran, dan penjarahan yang disertai pembunuhan sebagaimana
terjadi di Poso, Ambon, dan bom bunuh diri di berbagai tempat yang disiarkan secara
luas, baik oleh media massa di dalam maupun di luar negeri. Semenjak pergolakan
antaretnis di Kalimantan Barat, bangsa Indonesia di forum internasional dilecehkan
sebagai bangsa yang telah kehilangan peradabannya.
Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi, serta
solidaritas social, idealisme,dan sebagainya telah hilang hanyut karena derasnya arus
modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai lembaga kocar-kacir
semuanya dalam malfungsi dan disfungsi. Trust atau kepercayaan terhadap sesama, baik
vertical maupun horizontal telah lenyap dalam kehidupan bermasyarakat. Identitas
nasiional kita dilecehkan dan dipertanyakan ekistensinya.
Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat menyadarkan kita semua
bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas nasional telah
ditegaskan sebagai komitmen konstitusional, sebagaimana telah dirumuskan oleh para
pendiri Negara dalam pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah memajuan kebudayaan
Indonesia. Dengan demikian, secara konstitusional pengembangan kebudayaan untuk
membina dan mengembangkan Identitas Nasional telah diberi dasar dan arahnya.
B. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup yang akan dijelaskan dari Identitas Nasional meliputi : Latar
Belakang dan Pengertian Identitas Nasional, Muatan dan Unsur-unsur Identitas
liv
Nasional, Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional, Keterkaitan Integrasi
Nasional dan Identitas Nasional, Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan,
Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasionalisme
B. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu mengenali karasteristik identitas nasional sehingga dapat
memiliki daya tangkal terhadap berbagai hal yang akan menghilangkan identitas nasional
Indonesia.
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengerti tentang Latar Belakang dan Pengertian Identitas Nasional;
2. Menjelaskan Muatan dan Unsur-Unsur Identitas Nasional;
3. Menjelaskan keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional;
4. Menjelaskan keterkaitan Integrasi Nasional dengan Identitas Nasional;
5. Menganalisis tentang Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan sebagai paham
yang mengantarkan pada konsep Identitas Nasional; serta
6. Menganalisis tentang Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas
Nasional
lv
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Identitas Nasional
Kata Identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang memiliki pengertian
harafiah ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain. Dalam terminology antropologi ,Identitas adalah sifat
khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri ,golongan
sendiri,kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian
ini identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku pula pada suatu kelompok.
Adapun kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang
lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti budaya, agama dan
bahasa maupun nonfisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-
kelompok inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang
akhirnya melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diwujudkan dalam bentuk
organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional
sendiri tidak bias dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme.
Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas nasional merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek
lvi
kehidupan dari ratusan suku yang “dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh “Bhineka Tunggal Ika” sebagai dasar
dan arah pengembangannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas
Nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti
yang luas. Misalnya, dalam aturan perundang-undangan atau hukum, system pemerintahan
yang diharapkan, serta dalam niai-nilai etik dan moral yang secara normative diterapkan di
dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional, dan sebagainya. Nilai-
nilai budaya yang tercermin di dalam Identitas Nasional tesebut bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dalam kebekuan normative dan dogmatis, melainkan sesuatu yang “terbuka”
yang cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh
masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa identitas
nasional adalah sesuatu yang terbuka untuk ditafsirkan dengan diberi makna baru agar
tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
B. Muatan dan Unsur-Unsur Identitas Nasional
a. Muatan Unsur-Unsur Identitas Nasional
Muatan Identitas Nasional dapat digambarkan sebagai berikut:
Pandangan Hidup Bangsa
Kepribadian bangsa Filsafat Pancasila
Dasar Negara
Norma Peraturan
Rule of Law
Hak dan Kewajiban WN Demokrasi dan HAM
lvii
Dari gambaran tersebut, bisa dikatakan bahwa Identitas Nasional adalah
merupakan Pandangan Hidup Bangsa, Kepribadian Bangsa, Filsafat Pancasila dan juga
sebagai ideologi Negara. Dengan demikian Identitas Nasional mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,termasuk disini adalah
tatanan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain juga merupakan dasar
Negara yang merupakan norma peraturan (Rule of Law) yang harus dijunjung tinggi oleh
semua warga Negara tanpa terkecuali. Norma peraturan ini mengatur mengenai hak dan
kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin
dinamis di Indonesia. Hal ini akhirnya menjadi etika Politik yang kemudian
dikembangkan menjadi konsep geopolitik dan geostrategi Ketahanan Nasional di
Indonesia.
b. Unsur-unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku
bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
1) Suku bangsa adalah golongan social yang khusus bersifat askriptif (ada sejak lahir)
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek
bahasa.
2) Agama bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.Agama-agama
yang tumbuh berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Geopolitik Indonesia Deostrategi Ketahanan
Etika Politik
lviii
Buddha,dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi dihapuskan.
3) Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.
4) Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari Unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi tiga bagian yaitu :
1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara.
2) Identitas Instrumental, yang bersisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
3) Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (archipelago) dan pluralisme
dalam suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan
Identitas Nasional Indonesia yang bersifat pluralistic (ada keanekaragaman) baik
menyangkut sosio-kultural maupun religiositas terbagi atas :
• Identitas fundamental/ideal, dalam hal ini adalah pancasila yang merupakan Falsafat
Bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara.
• Identitas Instrumental, yaitu identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang
dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambing negara, bahasa Indonesia, dan
lagu kebangsaan.
- Bendera Kebangsaan Indonesia Merah Putih
lix
Bendera Merah Putih bukanlah semata-mata sebagai benda untuk keindahan
belaka, tetapi merupakan penjelman dari cita-cita tinggi yang terkandung dalam
jiwa bangsa Indonesia.
- Lambang Negara Republik Indonesia
Lambang negara Garuda Pancasila menggambarkan kedaulatan, kepribadian, dan
kemegahan negara Indonesia. Wujud lambing negara Indonesia adalah sebagai
nerikut :
1. seekor burung garuda yang berdiri tegak dengan mengembangkan sayapnya
ke kanan dan ke kiri, sedangkan kepalanya menghadap kanan.
2. Pada dadanya digantungsebuah perisai yang dibagi menjadi lima ruang, satu
di tengah dan empat di tepi.
3. Kaki burung mencengkeram sebuah pita yang sedikit melengkung ke atas.
Pada pita itu tertulis “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-
beda tetap satu jua.
- Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu kebangsaan Indonesia Raya menggambarkan semangat cinta tnah air dan
kegagahan serta kebenaran.
• Identitas alamiah, Indonesia merupakan negara kepulauan. Identitas alamiah, juga
mencakup di dalamnya identitas religiulitas dan sosio-kultural yang meliputi
pluralistic dalam suku, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan.
C. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional
a. Globalisasi
Adanya Era globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan
menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-ninlai tersebut, ada yang bersifat positif dan ada
pula yang bersifat negative. Semua ini merupakan ancaman,tantangan,dan sekaligus
sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi disegala aspek
kehidupan.
lx
Di era globalisasi, pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antarnegara hampir
tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan
antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru dan
saling mempengaruhi diantara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dalam
proses akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri
bangsa Indonesia?
Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor yaitu :
1) semakin menonjolnya sikap individualistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi
di atas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan asas gotong royong; serta
2) semakin menonjolnya sikap materialistis, yang berarti harkat dan martabat manusia
hanya diukur dari hasil atau keberhasilan sesorang dalam memperoleh kekayaan. Hal
ini bisa berakibat bagaiman cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi.
Apabila ini terjadi, berarti etika dan moral telah dikesampingkan.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat tehadap nilai-
nilai asing yang negative semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan
berakibat lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa
dan negaranya.
Pengaruh negative akibat proses akulturasi dapat merongrong nilai-nilai yang telah
ada di dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung, akan menggagu ketahanan
disegala aspek kehidupan, bahkan akan berpengaruh pada kredibilitas sebuah ideologi.
Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras tersebut maka harus diupayakan
suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat terjaga, yaitu dengan cara
membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada konsep
Identitas Nasional.
b. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara
dengan Negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan
lxi
munculnya kejahatan yang bersifat transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-
kejahatan tersebut, antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money
laundering), peredaran dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme. Masalah-masalah
tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika
sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus
bangsa. Jika hal tersebut tidak dibendung akan menggagu terhadap ketahanan nasional di
segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai Identitas
Nasional.
D. Keterkaitan Intergrasi Nasional Dan Identitas Nasional
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional.
Untuk mewujukan, diperlukan keadilan dan kebajikan yang diterapkan oleh pemerintah
dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarrnya, upaya
membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lain yang dilakukan,
seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme
parleman.
Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus
dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan
dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya integrasi nasional
menunjukkan kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya,
persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang
makmur, aman, dan tentram. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan
Papua merupakan cermin belum terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Adapun
keterkaitan integrasi nasional dengan Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi
nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yan sedang dibangun.
lxii
Maka, integrasi nasional harus mendapatkan perhatian seriusdan upaya perwujudan
yang strategis, mantap, dan actual.
Upaya-upaya perwujudan integrasi nasional, yaitu :
Persamaan Persepsi
Dalam integrasi nasional diperlukan persamaan persepsi di antara segenap masyarakat
mengenai adanya keragaman dan memunculkan semangat untuk membina kehidupan
bersama secara harmonis dengan prinsip mementingkan kepentingan bersama daripada
individu.
Kesamaan persepsi merupakan solusi yang tepat, walaupun hal ini sangat sulit untuk
dicapai, karena melibatkan pertarungan ego yang sungguh rumit. Namun, ketika kita
telah berhasil dan mengatakan “kesamaan persepsi”, maka sebenarnya kita telah
melakukan proses yang begitu “hebat”. Karena kita telah berhasil meruntuhkan
bangunan ego yang telah mengakar.
Pembenahan Hukum Nasional
Pembenahan hokum nasional merupakan langkah nyata penghapusan diskriminasi di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di RI. Berbagai bentuk diskriminasi ini
dapat dilihat dalam wujud diskriminasi agama, social-ekonomi, dan adanya
diskriminasi terhadap perempuan. Penghapusan segala bentuk diskriminasi ini
merupakan langkah konkret penegakan supremasi hokum. Dengan terhapusnya
diskriminasi tersebut, akan berdampak bagi proses mempertahankan integrasi nasional.
Karena salah satu faktor perekat bagi integrasi nasional adalah kesetaraan antara warga
negara di mata hokum dan pemerintahan. Untuk itu, diskriminasi merupakan musuh
bersama bagi warga negara bangsa Indonesia.
Asimilasi
Upaya ini bertujuan untuk meminilisasi sifat-sifat kedaerahan sukuisme yang dianut
sebagian besar masyarakat Indonesia. sifat kedaerahan yang cenderung separatis ini
menjadi penyebab dari tak terwujudnya integrasi nasional di dalam diri masyarakat
Indonesia.
Dalam hal ini, masyarakat selalu membanggakan daerahnya masing-masing, mereka
hanya bisa mengatakan bahwa hal tersebut adalah urusan pemerintah. Asimilasi
lxiii
memperbaiki anggapan masyarakat dan menciptakan kebersamaan sebagai suatu jalan
untuk mewujudkan integrasi nasional dan mewujudkan Indonesia itu sendiri.
Penataan Birokrasi
Birokrasi sebagai komponen yang menentukan dalam integrasi nasional harus kembali
pada fungsi awalnya, yakni sebagai alat untuk memutuskan/mempermudah jalannya
penerapan kebijakan pemerintah. Dalam upaya melayani masyarakat, bukan malah
menjadi tangan panjang dari pejabat pemerintah untuk dilayani oleh masyarakat.
Ada 3 tuntutan terhadap birokrasi berkaitan dengan integrasi nasional, yaitu :
Harus peka terhadap tuntutan, kebutuhan, prestasi, dan kepuasan kualitatif rakyat
dan pola pelayanannya.
Harus berani terbuka dan mengakui unsure modernisasi dari proses social politik.
Meningkatkan kualitas pengabdian birokrasi
Birokrasi seharusnya tetap solid tetapi dinmis dalam merespon perubahan. Jika
integrasi nasional terwujud dengan upaya-upaya di atas, maka Identitas Nasional
sebagai manifestasi nilai-nilai budaya yang dihimpun dalam satu kesatuan tentu akan
semakin kukuh dan relevan. Karena pada dasarnya, integrasi nasional menguatkan akar
dari Identitas Nasional yang sedang dibangun, yakni persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara.
E. Paham Nasionalisme Atau Paham Kebangsaan
a. Paham Nasionalisme Kebangsaan
Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesame manusia berubah
menjadi bentuk yang lebih kompleks dan rumit. Hal ini dimulai dari tumbuhnya kesadaran
untuk menentukan nasib sendiri. Di kalangan bangsa-bangsa yang tertindas kolonialisme,
seperti Indonesia salah satunya, lahir semangat untuk mandiri dan bebas untuk
menentukan masa depannya sendiri. Dalam situasi perjuangan kamerdekaan dari
kolonialisme itu, dibutuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan
terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas
lxiv
nama sebuah bangsa. Dasar pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep
paham ideology kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sinilah, lahir
konsep-konsep lain seperti bangsa (nation), Negara (state), dan gabungan keduanya yang
menjadi konsep negara bangsa (nation state) sebagai komponen-komponen yang
membentuk Identitas Nasional atau Kebangsaan. Dalam konteks ini, dapat dikatakan
bahwa Paham Naasional atau Kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan ketika
kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung pada negara bangsa atas nama sebuah
bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama
merebut kemerdekaan dari cengkeraman colonial. Semangat nasionalisme diharapkan
secara efektif dapat dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi oleh para
penganutnya untuk mengetahui siapa lawan dan kawan.
Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang nasionalisme di Indonesia
yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan, yaitu paham keislaman, Marxisme dan
Nasionalisme Indonesia. Seiring dengan naiknya pamor Soekarno ketika menjadi Presiden
pertama RI, kecurigaan di antara para tokoh pergerakan yang telah tumbuh disaat-saat
menjelang kemerdekaan berkembang menjadi pola ketegangan politik yang lebih
permanen antara Negara melalui figur nasionalis Soekarno disatu sisi, dengan para tokoh
yang mewakili pemikiran Islam (sebagai agama terbesar pemeluknya di Indonesia) dan
Marxisme di sisi yang lain.
b. Paham Nasionalisme Kebangsaan Sebagai Paham Yang Mengantarkan Pada
Konsep Identitas Nasional
Paham Nasionalisme atau paham Kebangsaan terbukti sangat efektif sebagai alat
perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat
nasionalisme dipakai sebagai metode perlawanan secara efektif oleh para penganutnya,
sebagaimana yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F.Plattner bahwa para
penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retronika antikolonialisme
dan antiimperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut berkeyakinan bahwa persamaan
cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik atau
lxv
kepentingan bersama dalam bentuk sebuah wadah yang disebut bangsa (nation). Dengan
demikian, bangsa atau nation merupakan suatu wadah yang didalamnya terhimpun orang-
orang yang mempunyai persamaan keyakinan dan persamaan lainnya yang mereka miliki,
seperti ras, etnis, agama, bahasa, dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan
sebagai identitas politik bersama atau untuk menentukan tujuan organisasi politik yang
dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis, dan pemerintahan
yang permanen yang disebut negara atau state.
Nation state atau negara bangsa merupakan sebuah bangsa yang memiliki bagunan
yang memiliki bangunan politik (political building), seperti ketentuan-ketentuan
perbatasan territorial, pemerintah yang sah, pengakuan luar negeri, dan sebagainya.
Munculnya paham atau paham kebangsaan indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi
sosial politik dekade pertama abad ke-20. Pada waktu itu semangat menentang
kolonialisme Belanda mulai bermuculan di kalangan pribumi. Cit-cita bersama untuk
merebut kemerdekaan menjadi semangat umum di kalangan tokoh-tokoh pegeakan
nasional. Kemudian, semangat tersebut diformulasikan dalam bentuk nasionalisme yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Menurut penganutnya, paham Nasionalisme di Indonesia yang disampaikan oleh
Soekarno bukaknlah nasionalisme yang bewatak sempit, sekedar meniru dari Barat, atau
berwatak chauvinism. Nasiaonalisme yang dikembangkan Soekarno bersifat toleran,
bercorak ketimuran, dan tidak agresif sebagaimana nasionalisme yang dikembangkan di
Eropa. Selain itu, Soekarno menggungkapkan keyakinan watak nasionalisme yang penuh
nilai-nilai kemanusiaan, juga meyakinkan pihak-pihak yang bersebrangan pandangan
bahwa kelompok nasional dapat bekerja sama dengan kelompok mana pun, baik golongan
Islam maupun Marxis. Sekalipun Soekarno seorang Muslim, tidak sekadar mendasarkan
pada perjuangan Islam, menurutnya kebijakan ini merupakan pihak terbaik bagi
kemerdekaan ataupun bagi masa depan seluruh bangsa Indonesia.Semangat nasionalisme
Soekarno tersebut mendapat respon dan dukungan luas dari kalangan intelektual muda
didikan Barat,semisal Syahrir dan Mohammad Hatta. Kemudian faham ini semakin
berkembang paradikmanya hingga sekarang dengan munculnya konsep Identitas
lxvi
Nasional.Sehubungan dengan ini, bisa dikatakan bahwa paham Nasionalisme atau
Kebangsaan disini adalah merupakan refleksi dari Identitas Nasional.
Walaupun demikian, ada yang perlu diperhatikan di sini, yakni adanya
perdebatan panjang tentang paham nasionalisme keangsaan ketika para founding father
bangsa ini mempunyai kesepakatan perlunya paham nasionalisme kebangsaan, tetapi
mereka berbeda pendapat mengenai masalah nilai atau watak nasionalisme Indonesia.
F. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
a. Revitalisasi Pancasila
Revitalisasi Pancasila sebagaimana manifestasi Identitas Nasional pada
giliranyaharus diarahkan pula pada pembinaan dan pengembangan moral. Dengan
demikian, moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah dalam upaya untuk
mengatasi krisis dan disintegrasi yang cenderung sudah menyentuh kesemua segi dan
sendi kehidupan, perlu disadari bahwa moralitas Pancasila akan menjadi tanpa makna dan
hanya menjadi “karikatur” apabila tidak disertai dukungan suasana dibidang hukum secara
kondusif. Antara moralitas dan hukum memang terdapat korelasi yang sangat erat. Artinya
moralitas yang tidak didukung oleh kehidupan hukum yang kondusif akan menjadi
subjektivitas dengan satu sama lain akan saling berbenturan.Sebaliknya, ketentuan hukum
yang dibuat tanpa disertai dasar dan alasan moral,akan melahirkan suatu legalisme yang
represif, kontra produktif, dan bertentangan dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional,
penyelenggaraan MPK maka harus dikaitkan dengan wawasan:
1) Spiritual, untuk meletakkan landasan etika,moral,religiusitas,sebagai dasar dan arah
pengembangan suatu profesi;
2) Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak
kalah pentingnya,bahkan lebih penting daripada aspek having dalam kerangka
lxvii
persiapan SDM yang bukan sekedar instrument,melainkan sebagai subjek
pembaharuan dan pencerahan;
3) Kebangsaan,untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan
antar bangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, serta bangga dan respek pada
jati diri bangsanya yang memiliki ideology tersendiri; serta
4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap
menghadapi dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”.Selain
itu, diharapkan mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang terus
menerus terjadi dalam masyrakat moderen.Disamping itu,juga mampumenjari jalan
keluar sendiri dalam mengatasi setiap tantangan yang dihadapi.
b. Pemberdayaan Identitas Nasional
Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional,perlu ditempuh melalui revitalisasi
pancasila.Revitalisasi sebagai manifestasi Identitas Nasional mengandung makna bahwa
pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan pembukaan,serta dieksplorasikan
dimensi-dimensiyang melekat padanya uyang meliputi:
1. Realitas : bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonsentrasikan sebagai
cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kampus
utamanya ; suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan das sollen im
sein;
2. Idealitas : bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah bsekedar utopis
tanpa makna,melainkan diobjektivasikan sebagai kata kerja untuk membangkitkan
gairah dan optimisme warga masyarakat agar melihat masa depan secara
prospektif,serta menuju hariesok yang lebih baik.Hal ini dapat dilakukan melalui
seminaratau gerakan dengan tema revitalisasi pancasila;
3. Fleksibilitas : bahwa pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan tertutup
atau menjadi sesuatu yang sacral,melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang.Dengan demikian
tanpa kehilangan nilai hakikinya pancasila menjadi tetap actual,relevan,serta
lxviii
fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan Negara dengan
jiwa dan semangat”Bhinneka Tunggal Ika”.
Dengan demikian, agar identitas Nasional dapat dipahami oleh masyrakat
sebagaipenerus tradisi nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang maka pemberdayaan
nilai ajarannya harus bermakna,dalam arti relevan dan fungsional bagi kondisi actual yang
sedang berkembang dalam masyarakat. Perlu disadari bahwa umat manusia masa kini
hidup di abad XXI, yaitu zaman baru yang sarat dengan nilai-nilai baru yang tidak saja
berbeda, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai lama sebagaimana diwariskan oleh
nenek moyang dan dikembangkan para pendiri Negara ini. Abad XXI sebagai zaman baru
mengandung arti sebagai zaman ketika umat manusia semakin sadar untuk berfikir dan
bertindak secara baru.
Dengan kemampuan refleksinya, manusia menjadikan rasio sebagai mitos, atau
sebagai sarana yang andal dalam bersikap dan bertindak dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Kesasihan tradisi, juga nilai-nilai spiritual yang
dianggap sacral, kini dikritisi dan dipertanyakan berdasarkan visi dan harapan tentang
masa depan yang lebih baik. Nilai-nilai budaya yang diajarkan oleh nenek moyang tidak
hanya diwarisi dengan barang sudah “jadi” yang berhenti dalam kebekuan normative,
tetapi harus diperjuangkan serta terus-menerus ditumbuhkan dalam dimensi ruang dan
waktu yang terus berkembang dan berubah.
Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan b erbangsa yang sedang dilanda krisis
dan disintegrasi, Pancasila pun tidak terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme,
serta pelecehan terhadap kedibilitas dirinya sebagai dasar Negara ataupun sebagai
manisfestasi Identitas Nasional. Namun, perlu segera disadari bahwa tanpa suatu
“platform” dalam format dasar Negara atau idiologi, mustahil suatu bangsa akan dapat
survive menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang menyertai derasnya arus
globalisasinya yang melanda seluruh dunia yang otonom.
lxix
Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas Nasional
inilah, Identitas Nasional dalam alur rasional-akademik tidak saja diartikan secara tekstual,
tetapi juga segi konstekstualnya dieksplorasikan sebagai referensi kritik sosial terhadap
berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat dewasa ini. Untuk membentuk jati diri,
nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu, misalnya nilai-nilai lainnya, seperti gotong
royong, persatuan dan kesatuan, juga saling menghargai dan menghormati. Semua nilai-
nilai ini sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan adanya saling
pengertian di antara satu dengan yang lain, secara lngsung akan memperlihatkan jati diri
bangsa yang pada akhirnya mewujudkan Identitas Nasional.
Sementara itu, untuk mengembangkan jati diri bangsa, harus dimulai dari
pengembangan nilai-nilai, yaitu nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil
resiko, betanggunug jawab, serta adanya kesepakatan di antara sersama. Untuk itu, perlu
perjuangan dan ketekunan untuk menentukan nilai, cipta, rasa, dan karsa. (Soemaro,
Soedarsono).
Di sinilah, letak arti pentingnya pelaksanaan MPK dalam kerangka pendidikan
tinggi untuk menembangkan dialog budaya dan budaya dialog untuk mengantarkan
lahirnya generasi penerus yang sadar dan tedidikn dengan wawasan nasional yang
menjangkau jauh ke masa depan. MPK harus dimanfaatkan ntuk mengembalikan Identitas
Nasional bangsa, yang di dalam pergaulan antarbangsa dahulu dikenal ebagai bangsa yang
paling “halus” atau sopan di bumi “het zashte volk ter aarde”. (Wibisono Koento: 2005)
Dari nilai-nilai budaya tersebut, lahir asumsi dasar bahwa menjadi bangsa Indonesia tidak
sekedar masalah kelahiran saja, tetapi juga sebuah pilihan yang rasional dan emosional
lxx
PENUTUP
Cara untuk mempertahankan Identitas Nasional, yaitu setiap warga negara seharusnya
menanamkan kesadaran dalam diri mereka untuk bisa memfilter informasi, budaya, dan
paham-paham luar yang dapat mengancam Identitas Nasional bangsa Indonesia. Selain itu
yang perlu kita sadari bahwa pengaruh globalisasi tidak hanya mendatangkan dampak
negative, namun juga dapat menimbulkan dampak positif bagi bangsa Indonesia dengan
adanya kemajuan teknologi yang sedang meningkat dengan pesat. Oleh karena itu, kita harus
memanfaatkan dampak positif dari era globalisasi dan menolak hal-hal akibat adanya era
globalisasi yang dapat mengancam Identitas Nasional bangsa Indonesia. Selain itu, kita juga
harus menaati aturan dan norma yang telah ditetapkan oleh pemerintah menyangkut budaya
asing yang dapat mengancam Identitas Nasional, dan harus berpatokan pada nilai-nilai agama
atau spiritual yang merupakan salah satu cara untuk membentengi diri dari pengaruh negative
pada era globalisasi.
Upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk dapat menciptakan integrasi nasional, yaitu :
Mengusahakan persamaan persepsi dalam hal memunculkan semangat untuk membina
kehidupan bersama yang harmonis, aman, dan tenteram. Walaupun hal ini sangat sulit
karena setiap orang mempertahankan egonya masing-masing, namun sebagai masyarakat
lxxi
Indonesia kita harus dapat mengalahkan ego yang ada pada diri kita demi kepentingan
bersama.
Melakukan pembinaan hokum bersama
Mewujudkan asimilasi untuk menghindari munculnya sikap etnosentris yang dapat
memunculkan suatu perselisihan dengan suku atau budaya lain.
Penataan birokrasi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk dapat
memberdayakan Identitas Nasional bangsa Indonesia yaitu dengan cara menggali kembali
nilai-nilai dasar atau muatan-muatan yang terkandung dalam Identitas Nasional, kita sebagai
bangsa Indonesia harus mengembangkan dan mencari kembali nilai-nilai luhur yang pernah
ada yang menggambarkan identitas atau jati diri sebagai bangsa Indonesia, seperti gotong
royong, solidaritas social, sopan santun, dan sebagainya. Selain itu, upaya lain yang dapat
dilakukan adalah dengan mewujudkan integrasi nasional bangsa Indonesia, karena dengan
adanya integrasi nasional, maka bangsa Indonesia tidak akan terpecah-pecah pada kelompok-
kelompok yang saling berbeda atau bertentangan, yang akan mewujudkan suatu persatuan di
antara perbedaan-perbedaan yang ada.
Revitalisasi pancasila harus dilakukan dalam dua tingkatan, yaitu pada tataran ide dan praksis.
Dalam tataran ide, hal yang paling penting dilakukan adalah menjawab sikap alergi
masyarakat terhadap pancasila. Karena itu, gotong royong bisa menjadi “nafas” bagi
representasi pancasila. Gotong royong bisa dijadikan “mascot” dalam rangka revitalisasi
pancasila. Sedangkan dalam tatanan praksis, utamanya menyangkut relasi penyelenggaraan
negara dan masyarakat, revitalisasi pancasila harus dimulai dengan membangkitkan
kegairahan dan optimisme public. Dengan demikian, Identitas Nasional dapat terus
dipertahankan dan dilestarikan sebagai suatu kebangganan bangsa Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia kita harus dapat mempertahankan dan melestarikan Identitas
Nasional bangsa Indonesia. Kita harus menyadari bahwa kemerdekaan yang telah kita raih saat
ini adalah melalui perjuangan keras pahlawan bangsa yang bertujuan untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik dari masa penjajahan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu,
sebagai wujud penghargaan kita pada pahlawan bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan
raga mereka, maka kita harus merasa bangga pada apa yang telah ditinggalkan oleh mereka,
yaitu Identitas Nasional. dengan adanya rasa cinta tanah air dan bangga akan Identitas
lxxii
Nasional, maka kita akan dapat melakukan suatu perubahan dn pembangunan di segala aspek
kehidupan dengan tujuan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh warga negara. Maka,
tingkatkanlah rasa cinta tanah air dan bangga akan Identitas Nasional bangsa Indonesia.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian identitas nasional!
2. Jelaskan unsur-unsur pembentukan identitas nasional!
3. Jelaskan pengertian globalisasi dan hubungannya dengan identitas nasional!
4. Jelaskan pengertian nasionalisme dan hubungannya dengan identitas nasional!
DAFTAR BACAAN
Armawi, armaidy.2005. Geostrategic Indonesia. Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Keewarganegaraan yang diselenggarakan oeh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005. Basri, Chaidir. 2005. Pengetahuan Politik dan Strategi. Makalah disapaikan pada kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-13 Desember 2005. Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara Indonesia. Makalah disampaikan pada Kusus Calon dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-13 Desember 2005. Mansoer, Hamdan. Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Implementasi KBK). Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Dirjen Desember Soegito, AT. 2005. hak dan kewajiban warga Negara. Makalah disampaikan pada kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005 Sastrapratedja, M, 2001. Pancasila sebagai visi dan referensi kritik social. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
lxxiii
Siswomiharjo, koento wibisono. 2005. Pancasila sebagai dasar etika kehidupan bermasyarakat, berbangas dan bernegara. Makalah disampaikan pada kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005 Tim sosialisasi Penyemaian jati diri bangsa. 2003. membangun kembali karakter bangsa, PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia: Jakarta. Winaputra Udin S. 2005. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi. Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005. Tim Dosen Kewarganegaraan Unhas. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Hasanuddin,Makassar,2008
BAB V KONSTITUSI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI
LANDASAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat
UUD 1945 atau UUD '45, adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini.UUD 1945
disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sejak tanggal 27 Desember 1945, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal
17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Pada kurun waktu tahun 1999-2002,
UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang merubah susunan lembaga-
lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Dalam pembahasan, akan dibahas lebih lanjut mengenai Undang-Undang Dasar
1945, lembaga-lembaga Negara dan hubungannya. Dengan mempelajari proses di atas
maka kita sebagai mahasiswa akan lebih memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar
lxxiv
negara yang realisasinya sebagai sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia.
Mahasiswa juga diharapkan untuk memiliki kemampuan untuk memahami isi pembukaan
UUD 1945, pembukaan sebagai “ staasfundamentalnorm “ , memahami hubungan UUD
1945 dengan Pancasila dan pasal – pasal UUD 1945 serta mahasiswa memiliki
pengetahuan tentang reformasi hukum tata negara maka mahasiswa diharapkan
mempelajari latar belakang amandemen serta proses amandemen.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
a. Pengertian Konstitusi b. Undang-Undang Dasar 1945 c. Amandemen/perubahan UUD 1945 dan Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 d. Sistem Ketatanegaraan Negara RI e. Sistem Kelembagaan Negara Kesatuan RI
C. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan mengerti pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Indonesia.
Melalui Pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menjelaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia.
b. Menjelaskan makna isi pembukaan UUD 1945, kedudukan pembukaan UUD 1945.
c. Menjelaskan makna isi pembukaan UUD 1945 sebagai “ staat fundamentalnorm ‘
dan kedudukannya dalam tertib hukum Indonesia.
d. Menjelaskan tentang reformasi hukum tata negara yang melatarbelakangi
amandemen serta proses amandemen.
lxxv
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Konstitusionalisme Dan Konstitusi
Konstitutionalisme, adalah sebuah paham mengenai pembatasan kekuasaan dan
jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. Dalam pengertian yang jauh lebih luas
jangkauannya, menurut Soetandyo, ide konstitusi disebutnya sebagai konstitutionalisme,
dan digambarkan bahwa paradigma hukum perundang-undangan sebagai penjamin
kebebasan dan hak – yaitu dengan cara membatasi secara tegas dan jelas mana kekuasaan
yang terbilang kewenangan (dan mana pula yang apabila tidak demikian harus dibilang
sebagai kesewenang-wenangan) – inilah yang di dalam konsep moral dan metayuridisnya
disebut “konstitutionalisme”.
Paham ini mengantarkan perdebatan awal dalam sistem ketatanegaraan yang diatur
dalam teks hukum dasar sebuah negara, atau disebut kontitusi. Konstitusi sebagai
pengertian sosial politik. political decision. Bangunan-bangunan yang ada dalam
masyarakat tersebut sebagai hasil keputusan masyarakat itu sendiri.
lxxvi
Konstitusi sebagai pengertian hukum, dalam pengertian ini keputusan-keputusan
masyarakat dijadikan perumusan yang normative, yang kemudian harus berlaku. Contoh:
aliran kodifikasi, yaitu yang menghendaki sebagaian hukum ditulis dengan maksud untuk
mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum. Konstitusi
sebagai suatu peraturan hukum.
Pengertian ini adalah suatu peraturan hukum yang tertulis. Dengan demikian
Undang-undang dasar adalah salah satu bagian dari konstitusi. Kutipan pikiran Rousseau
di atas, telah mengilhami lahirnya De Declaration des Droit de l’Homme et du Citoyen,
dan pembentukan Konstitusi Perancis (1791), serta cikal bakal lahirnya berbagai konstitusi
modern di dunia
B. Pengertian Hukum Dasar Negara
Setiap negara berdaulat memiliki instrument menjelaskan eksistensi sebuah negara.
Salah satunya adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi negara. Ada dua macam
hukum dasar, yaitu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum dasar tidak
tertulis (Konvensi).
1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)
E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law mengatakan bahwa secara umum
undang-undang dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara kerja badan-
badan tersebut. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar setiap sistem pemerintahan
diatur dalam undang-undang dasar. Bagi mereka yang menganggap negara sebagai satu
organisasi kekuasaan, maka mereka dapat memandang undang-undang dasar sebagai
sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif (Indonesia tidak menganut sistem Trias Politika tersebut,
tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan dengan lima lembaga negara).
lxxvii
Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-undang dasar juga merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara (Budiarjo, 1981: 95-96 ).
2. Hukum Dasar Tak Tertulis (Konvensi)
Konvensi adalah hukum yang yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggara negara secara tidak tertulis. Sifat-sifat konvensi adalah sebagai berikut:
a. Merupakan kekuasaan yang muncul berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
b. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.
c. Dapat diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifat sebagai pelengkap yang tidak terdapat di dalam undang-undang dasar.
Konvensi misalnya terdapat pada praktek penyelenggara negara yang sudah
menjadi hukum dasar yang tidak tertulis, seperti:
a. Pidato kenegaraan Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam sidang
Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang RAPBN
pada minggu pertama Januari setiap tahunnya.
c. Pidato pertanggungjawaban Presiden dan Ketua Lembaga Negara lainnya dalam
sidang Tahunan MPR.(yang dimulai sejak tahun 2000).
d. Mekanisme pembuatan GBHN.
Keempat hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi UUD 1945
(merupakan pelengkap). Yang berwenang mengubah konvensi menjadi rumusan yang
bersifat tertulis adalah MPR, dan rumusannya bukan berupa hukum dasar melainkan
tertuang dalam ketetapan MPR.
3. Pengertian, Kedudukan, Sifat Dan Isi Undang-Undang Dasar 1945
lxxviii
a. Pengertian UUD 1945
Sebelum amandemen, yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
keseluruhan naskah yang terdiri dari: (1) Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinesa; (2)
Batang Tubuh UUD 1945, yang berisi Pasal 1 s/d 37 yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4
pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan; serta (3) Penjelasan UUD 1945 yang
terbagi atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Pembukaan, Batang Tubuh
yang memuat pasal-pasal, dan Penjelasan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh
dan tidak, dapat dipisah-pisahkan. Naskah yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 yang terbit pada tanggal 15 Februari 1946 sebuah
penerbitan resmi pemerintah Republik Indonesia. UUD 1945 telah ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.
Namun berdasarkan hasil Sidang Tahunan MPR 2002, sistematika UUD 1945
adalah Pembukaan dan pasal-pasal yang terdiri dari 37 pasal, ditambah 3 pasal aturan:
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan (Lihat Pasal 2 Aturan Tambahan UUD 1945 hasil
amandemen keempat).
Yang dimaksud dengan undang-undang dasar dalam UUD 1945 adalah hukum
dasar tertulis yang bersifat mengikat bagi pemerintah, lembaga negara, lembaga
masyarakat, dan warga negara Indonesia di mana pun mereka berada, serta setiap
penduduk yang ada di wilayah Republik Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi
norma, aturan, atau ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
b. Kedudukan UUD 1945
Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang menjadi sumber hukum.
Setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan, atau keputusan pemerintah.
bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumber pada peraturan
yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UUD 1945.
Dalam kerangka tata susunan norma hukum yang berlaku, UUD 1945 merupakan
hukum yang menempati kedudukan tertinggi. seperti telah dijelaskan, UUD 1945
ditetapkan dan dijelaskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dalam ayat (2) aturan tambahan UUD 1945 disebutkan bahwa
lxxix
dalam 6 bulan sesudah MPR dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan, UUD.
Aturan tambahan ini menunjukkan bahwa status UUD 1945 adalah sementara.
Sesungguhnya rencana pembuat UUD 1945 adalah bahwa sebelum tanggal 17 Agustus
1946 undang-undang dasar tetap diharapkan dapat disusun oleh badan yang berwenang,
yaitu MPR hasil Pemilu sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 itu sendiri, tetapi
suasana politik waktu itu tidak memungkinkan realisasi rencana tersebut. Kini UUD 45
tidak bersifat sementara lagi, karena telah ditetapkan oleh MPR menjadi konstitusi tertulis.
Namun UUD 45 tetap bersifat fleksibel.
c. Sifat UUD 1945
Dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel, yakni hanya memuat 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan
peralihan dan 2 ayat aturan tambahan. Setelah amandemen keempat (ST MPR 2002), sifat
singkat dan supel masih mewarnai UUD 1945 karena ia masih berisi hal-hal pokok dan
masih dimungkinkan untuk terus disesuaikan dengan perkembangan bangsa dan negara
Indonesia. UUD 1945 hasil amandemen terdiri atas 37 pasal ditambah 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Sifat undang-undang yang singkat dan supel itu juga dikemukakan dalam
Penjelasan:
1. Undang-Undang Dasar itu sudah cukup apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja,
hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-
lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kesejahteraan sosial.
2. UUD 1945 yang singkat dan supel itu lebih baik bagi negara seperti Indonesia ini, yang
masih harus berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih terus akan
mengalami perubahan-perubahan.
Dengan aturan-aturan yang tertulis, yang hanya memuat aturan pokok, Undang-
Undang Dasar menjadi aturan yang luwes, supel, dan tidak ketinggalan zaman. Ini tidak
lxxx
berarti bahwa UUD 1945 tidak lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan kepastian.
Keluasan atau fleksibilitas ini tetap menjamin kejelasan dan kepastian hukum apabila
aturan-aturan pokok itu menyerahkan pengaturan lebih lanjutnya kepada aturan hukum
dalam tingkat yang lebih rendah, misalnya ketetapan MPR dan undang-undang, yang
pembuatan, pengubahan, dan pencabutannya lebih mudah daripada UUD 1945.
Selain itu, penjelasan UUD 1945 menekankan bahwa semangat penyelenggara
negara, semangat pemimpin pemerintahan sangat penting. Karena itu, setiap
penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan selain harus mengetahui teks UUD
1945 juga harus menghayati semangatnya. Dengan semangat penyelenggara negara dan
pemimpin pemerintahan yang baik, pelaksanaan aturan-aturan pokok yang tertera dalam
UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.
d. Isi Undang Undang Dasar 1945
Setelah UUD 45 diamandemen 2002, maka tetap 16 bab walaupun Bab IV tentang
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus, namun jumlah babnya bertambah sebanyak
22 bab. Demikian pula pasalnya tetap 37 pasal dan 3 pasal Aturan Tambahan serta 2 pasal
Aturan Tambahan, namun dari pasal-pasalnya dikembangkan dan ditambah ayat-ayatnya,
sehingga jumlah pasalnya sebanyak 72 pasal (lihat lampiran).
C. Amandemen/Perubahan UUD’45 Dan Dinamika Pelaksanaan UUD’45 Sejak Awal Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi
a. Proses Perubahan/Amandemen Undang Undang Dasar 1945
Pasal terakhir Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen juga memuat tentang
perubahan Undang-Undang Dasar, terutama mengingat agar Undang-Undang Dasar itu
senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi rakyat. Pasal 37, memuat 5
lxxxi
ayat berkaitan dengan ketentuan tentang perubahan Undang-Undang Dasar, sebagai
berikut:
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dan seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Pasal yang mengatur tentang perubahan Undang-Undang dasar ini ditentukan
berkaitan dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar, jadi bukan terhadap Pembukaan
UUD 1945. Logikanya kalau hak itu menyangkut Perubahan Pembukaan UUD 1945, hak
itu sama halnya mengubah seluruh sistem negara yang meliputi bentuk negara, sifat
negara. Berketuhanan, tujuan negara dan dasar negara Pancasila. mengingat Pembukaan
sebagai deklarasi bangsa Indonesia dan dalam ilmu hukun disebut sebagai ‘Stoatsfun
damentainomy’, yang merupakan sumber norma hukum positif Indonesia.
b. Dinamika pelaksanaan UUD’45 sejak awal kemerdekaan hingga era reformasi.
Sejarah pelaksanaan UUD 1945 terbagi alas dua kurun waktu, yaitu masa
kemerdekaan (tahun 1945 s/d 27 Desember 1949) dan pada tahun 1959 sampai sekarang.
1. Masa Kemerdekaan (1945-1949)
Kurun waktu ini adalah masa revolusi fisik karena bangsa Indonesia harus berjuang
kembali mempertahankan negara dari rongrongan penjajah yang tidak mau mengakui
lxxxii
kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini juga terjadi penyimpangan sistem pemerintahan
dari presidensial menjadi parlementer, karena NKRI berubah menjadi negara RIS sesuai
dengan hasil sidang KMB. Namun keadaan ini tidak bertahan lama, karena pada tanggal
17 Agustus 1950 negara RIS berubah menjadi NKRI dengan UUDS’50.
Tapi ternyata pelaksanaan UUDS’50 itu tidak memuaskan rakyat dan stabilitas
nasional tidak dapat tercapai. Pada masa itu terjadi pergantian kabinet sebanyak, 7 kali
yaitu:
1) Kabinet Natsir (6-9-1950 s/d 27-4-1951)
2) Kabinet Sukirman (27-4-1951 s/d 3-4-1952)
3) Kabinet Wilopo (3-4-1952 s/d 1-8-1953)
4) Kabinet Ali Sastroamijoyo I (1-8-1953 s/d 12-8-1955)
5) Kabinet Burhanudin Harahap, (12-8-1955 s/d 24-3-1956)
6) Kabinet Ali Sastroamijoyo II (24-3-1956 s/d 9-4-1957)
7) Kabinet Juanda (9-4-1957 s/d 10-7-1959)
Karena seringnya pergantian kabinet, konstituante mengadakan sidang namun
selalu gagal, sehingga Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pad tanggal 5 Juli 1959.
2. Masa Orde Lama (1959-1966)
1) Pengertian Orde Lama
Orde lama mulai pada tanggal 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966 saat
diserahkannya Supersemar oleh Presiden kepada Letjen Soeharto. Di masa ini banyak
terjadi penyelewengan terhadap Pancasila, misalnya Nasakom, pengangkatan Presiden
seumur hidup, dan pembubaran DPR oleh Presiden. Ciri-ciri Orde Lama adalah
sebagai berikut:
a) Mempunyai landasan idil Pancasila dan landasan struktural UUD 1945.
b) Mempunyai tujuan:
i. Membentuk NKRI yang berbentuk kesatuan dan kebangsaan yang
demokratis.
lxxxiii
ii. Membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur baik materil maupun
spiritual dalam wadah NKRI.
iii. Membentuk kerja sama yang baik dengan semua negara di dunia, terutama
dengan negara-negara di kawasan Asia-Afrika
iv. Melaksanakannya dengan meluruskan segala cara.
2) Beberapa Penyimpangan Dalam Pelaksanaan Uud 1945
UUD 1945 pada masa ini tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Lembaga negara seperti MPR, DPR, DPA dan BPK belum terbentuk sesuai UUD
1945, jadi hanya bersifat sementara. Penyimpangan yang terjadi antara lain Presiden
membuat UU tanpa persetujuan DPR dan Presiden membubarkan DPR yang tidak
menyetujui APBN yang diajukannya. Presiden memegang kekuasaan sepenuhnya dan
kemudian MPR mengangkatnya sebagai Presiden seumur hidup. Keadaan tersebut
membuat stabilitas nasional makin memburuk. Berbagai ancaman datang silih berganti.
Puncak dari semua itu adalah terjadinya pemberontakan PKI pada tanggal 30
September 1965. Dalam situasi ini Presiden Soekarno memberikan Surat perintah
kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan pemulihan keadaan dan
mengembalikan stabilitas negara.
3. Masa Orde Baru
1) Pengertian Orde Baru
Orde Baru lahir sejak diselenggarakannya seminar TNI/AD yang kedua di
Seskoad Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 1966. Ciri-ciri Orde Baru hampir
sama dengan Orde Lama, kecuali landasannya yang sedikit mengalami perubahan.
Landasan konstitusionalnya tetap UUD 1945, tetapi landasan strukturalnya adalah
kabinet Ampera sedangkan landasan operasionalnya adalah Tap MPR sejak sidang
umum ke IV tahun 1966. Selain itu, tujuannya adalah menegakkan kebenaran dan
keadilan demi Ampera, Tritura, dan Hanura secara konstitusional. Adapun pelaksanaan
Pancasila dilakukan secara murni dan konsekuen. Orde Baru menghendaki
kepentingan nasional tetapi tidak meninggalkan komitmen anti-kolonialisme. Orde
Baru menginginkan suatu tatanan hidup, perekonomian, dan politik yang stabil serta
lxxxiv
melaksanakan cita-cita demokrasi politik. Strategi dan taktik Orde Baru ini tercermin
dalam program kabinet Ampera.
2) Langkah Pengamalan UUD 1945 Oleh Orde Baru
Orde Baru berhasil menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengoreksi kesalahan
yang dilakukan di masa Orde Lama. Produk hukum yang dihasilkan antara lain
pengesahan Supersemar ke dalam Tap. MPR No.IX/MPR/1966, Tap. MPR
No.XXV/MPR/1966 tentang pembubaran PKI dan ormasnya, dan Tap MPR
No.XII/MPR/1966 tentang perubahan landasan di bidang ekonomi dan pembangunan.
Sidang istimewa MPRS tahun 1967 menarik mandat MPRS dari Presiden Soekarno
dan pada sidang istimewa pada tahun 1968 MPRS mengangkat Soeharto menjadi
presiden sampai terselenggaranya Pemilu. Kemudian terbentuklah lembaga negara
seperti MPR, DPR, DPA dan BPK yang sesuai dengan UUD 1945.
Mekanisme kegiatan kenegaraan lima tahunan secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1) MPR mengadakan sidang umum, dan Pemilu
2) Dalam sidang umum MPR bertugas;
a. Menetapkan GBHN.
b. Memilih presiden dan wakilnya untuk melaksanakan GBHN.
3) Presiden, wakilnya, dan para menteri negara menjalankan tugas berdasarkan UUD
1945.
4) Tugas Presiden:
a. Membentuk lembaga tinggi negara, yaitu DPA dan BPK.
b. Melaksanakan Pemilu tepat waktu.
c. Mengajukan APBN setiap tahun tepat waktu dan harus menyusun Repelita.
d. Membuat UU dengan persetujuan DPR dalam rangka pelaksanaan UUD 1945
dan GBHN.
5) DPR bertugas mengawasi pelaksanaan tugas Presiden.
6) Lembaga negara lainnya melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan UUD 1945
dan undang-undang.
4. Masa Reformasi
lxxxv
Dalam proses reformasi dewasa ini, terdapat berbagai pendapat dan kajian
untuk mengamandemen UUD 1945, karena UUD 1945 harus bersifat fleksibel, yaitu
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan bangsa dan negara Indonesia.
Keinginan untuk mengamandemen itu juga muncul karena adanya sifat “muitiinter-
pretable” pada pasal-pasal UUD 1945, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan terutama Presiden di masa Orde Lama maupun Orde Baru.
Melalui Sidang Umum MPR tahun 1999, SidangTahunan MPR tahun 2000,
Sidang Tahunan MPR 2001, dan Sidang Tahunan MPR 2002, UUD 1945 telah
mengalami perubahan (amandemen). Perubahan ini dimaksudkan untuk
menyempurnakan Batang Tubuh UUD 1945 dan tidak mengubah Pembukaan UUD
1945. Karena Pembukaan UUD 1945 merupakan ikrar berdirinya negara Kesatuan
Republik Indonesia dan ia memuat Pancasila sebagai Dasar Negara, MPR berketetapan
hati untuk tidak mengubahnya. Pembukaan UUD 1945 serta amandemen UUD 1945
berdasarkan Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan MPR 2000, Sidang Tahunan
MPR 2001, dan Sidang Tahunan MPR 2002.
a. SISTEM KETATANEGARAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
a. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara R.I.
Sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan di dalam Penjelasan UUD 1945
(sebelum amandemen), yang menyebutkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan
Indonesia. Meskipun UUD 1945 telah diamandemen, ketujuh kunci pokok tersebut
masih relevan dalam sistem pemerintahan Indonesia dewasa ini. Ketujuh kunci pokok
itu adalah:
1) Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan Hukum (Rechtsstsat)
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machts-staat). Artinya, setiap tindakan harus
berlandaskan hukum, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan
lxxxvi
tekanan yang dilakukan terhadap hukum juga berarti terhadap kekuasaan. Hal ini
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan perwujudan cita hukum
yang menjiwai Batang Tubuh UUD 1945 maupun dasar hukum yang tidak tertulis.
Yang dimaksud dengan negara hukum bukan hanya, dalam arti formal saja,
yaitu sebagai penjaga atau alat dalam menindak segala bentuk kejahatan dan
ketidakadilan, tetapi juga dalam arti materiil, yaitu alat dalam menciptakan
kesejahteraan sosial seluruh rakyat Indonesia, yang sesuai dengap alinea dalam
Pembukaan UUD 1945. Ciri-ciri negara berdasarkan hukum dalam arti materiil adalah
sebagai berikut:
a. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara; lihat UUD 1945 Pasal 2 ayat (I), 4 ,
5, 19, 20, 23E dan 24, 24A-C dan pasal-pasal lain sampai amandemen keempat.
2. Diakuinya hak asasi manusia yang tertuang dalam konstitusi dan peraturan
perundang-undangan; lihat UUD 1945 Pasal 27, 28, 28A-28J, 29 ayat (2) dan 31
ayat (1).
3. Adanya dasar hukum bagi kekuasaan pemerintah (asas legalitas); lihat UUD 1945
Pasal 1 ayat (3).
4. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka serta tidak memihak; lihat UUD 1945
Pasal 24.
5. Semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan
pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan pemerintahai tersebut tanpa kecuali,
dan berhak mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan; lihat UUD 1945 Pasal 27 ayat (I)dan(2).
6. Pemerintah berkewajiban memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan
rakyat Indonesia; lihat UUD 1945 Awal tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 31, 33
dan 34.
2) Sistem Konstitusional
Pemerintahan Indonesia bersifat konstitusional, bukan absolut (tidak terbatas).
Pernyattaan itu menunjukkan bahwa pemerintahan dijalankan menurut sistem
lxxxvii
konstitusional. Dalam sistem ini, penggunaan kekuasaan secara sah oleh aparatur
negara dibatasi secara formal berdasarkan UUD 1945. Hal ini menunjukkan bahwa
kekuasaan aparatur negara dan pemerintahan harus bersumber dari UUD 1945 atau
undang-undang yang menyelenggarakan UUD 1945.
3) Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Kedaulatan, berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945
(Pasal 1 ayat 2). Badan yang diberi kewenangan untuk melaksanakan kedaulatan ini
adalah MPR, yang merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. Majelis ini
bertugas rnenetapkan UUD, serta melantik dan memberhentikan Presiden dan Wakil
Presiden. Sedangkan Presiden harus menjalankan haluan negara berdasarkan haluan-
haluan yang telah ditetapkan oleh MPR, serta bertanggung jawab kepada majelis ini.
Karena ia adalah mandataris MPR, maka dia. wajib menjalankan putusan-putusan
majelis. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tugas MPR sangat luas dan
segala keputusannya mencerminkan keinginan dan aspirasi rakyat. Anggota MPR
terdiri dari anggota DPR dan DPD yang dipilih oleh rakyat melalui Pemilu.
4) Presiden adalah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi di bawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Pasal 4 ayat (I) UUD 1945 menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan dan tanggung jawab dalam menjalankan pemerintahan. Dalam
melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh seorang wakil presiden.
Tugas dan kewajiban Presiden serta Wakil Presiden dapat dilihat dalam pasal-
pasal UUD 1945 hasil amandemen keempat.
5) Presiden Tidak Bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
UUD 1945 telah menggariskan kerjasama antara Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat, antera lain dalam membentuk undang-undang dan menetapkan
anggaran serta belanja negara, pengangkatan duta dan konsul, penganugerahan gelar
dan tanda jasa, pemberian amnesti dan abolisi dan lain-lain. Dalam perkara-perkara
tersebut Presiden harus, mendapatkan persetujuan DPR. Karena itu Presiden dan DPR
lxxxviii
harus bekerja sama, tetapi tidak dalam arti Presiden bertanggung jawab kepada DPR
karena kedudukan Presiden tidak tergantung kepada DPR. Presiden tidak dapat
membekukan dan/atau membubarkan DPR (Lihat Pasal 7C) dan DPR pun tidak dapat
menjatuhkan Presiden karena mereka adalah mitra kerja. DPR hanya mengawasi
Presiden dalam menjalankan pemerintahan. Tetapi DPR dapat mengajukan usul
pemberhentian Presiden kepada MPR (Lihat Pasal 7A, 7B).
6) Menteri Negara adalah Pembantu Presiden dan Menteri Negara Tidak
Bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden dibantu oleh. Menteri-menteri negara
dan dapat memberhentikan menteri-menteri negara menurut ketentuan UU (lihat Pasal
17). Menteri-menteri negara itu tidak bertanggung jawab kepada DPR. Kedudukan
mereka tidak tergantung pada DPR tetapi pada Presiden karena mereka adalah
pernbantu Presiden. Presiden berwenang mengangkat dari memberhentikan menteri.
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian diatur oleh undang-undang.
7) Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa “Meskipun Kepala Negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan diktator, artinya kekuasaannya tidak tak
terbatas”. Seperti dijelaskan sebelumnya., sistem pemerintahan konstitusional tidak
bersifat Absolut. Keberadaan DPR dan menteri negara dapat mencegah terjadinya
pemerintahan yang absolut atau kekuasaan mutlak.Dalam hal ini kedudukan dan peran
DPR sangatlah kuat, karena selain tidak dapat dibubarkan oleh Presiden, dia juga
berwenang mengajukan usul dan persetujuan pembentukan undang-undang maupun
penetapan anggaran dan belanja negara. Selain itu, karena semua anggota DPR adalah
anggota MPR maka DPR memiliki wewenang untuk mengadakan sidang istimewa
guna meminta pertanggungjawaban Presiden. Jika Presiden benar-benar melanggar
haluan yang telah ditetapkan oleh MPR. Jadi jelas bahwa hubungan antara MPR, DPR,
dan Presiden sangat erat.
D. Susunan Kekuasaan Negara R.I.
lxxxix
Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945
sebagai berikut:
(1) Kekuasaan di Tangan rakyat
(a) Pembukaan UUD 1945 Alinea IV..”...Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat.......
(b) Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 “Negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan” (pokok Pikiran III).
(2) Pembagian Kekuasaan
Sebagaimana dijelaskan bahwa kekuasaan. tertinggi adalah ditangan rakyat, dan
dilakukan menurut Undang-Undang Dasar oleh karena itu pembagian kekuasaan menurut
demokrasi sebagaimana tercantum di dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut :
(a) Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945).
(b) Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (Pasal 5) ayat
(1), Pasal 19 dan Pasal 22C UUD 1945).
(c) Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada Mahkamah Agung (Pasal 24 ayat (1) UUD
1945).
(d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD
1945 Pasal 20-A ayat (1) “.... DPR juga memiliki fungsi pengawasan”. artinya DPR
melakukan pengawasan terhadap Presiden selaku penguasa eksekutif.
(e) Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada Kekuasaan Konsultatif, yang dalam
UUD lama didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA). (Pasal 16 UUD
1945). Dengan lain perkataan UUD 1945 hasil amandemen telah Menghapuskan
lembaga Dewan Pertimbangan Agung, karena hal ini berdasarkan kenyataan
pelaksanaan kekuasaan negara fungsinya tidak jelas. Mekanisme pendelegasian
kekuasaan yang demikian ini dalam khasanah ilmu hukum tatanegara dan ilmu politik
xc
dikenal dengan istilah ‘distribution of power’ yang merupakan unsur mutlak dari
negara demokrasi.
(3) Pembatasan kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses
atau mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut :
(a) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 ‘kedaulatan di tangan rakyat...”. Kedaulatan politik rakyat
dilaksanakan lewat Pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali.
(b) “Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki Kekuasaan melakukan perubahan
terhadap UUD. Melantik Presiden dan Wakil Presiden. serta melakukan impeachment
terhadap Presiden jikalau melanggar konstitusi.
(c) Pasal 20 ayat (1) memuat “Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi pengawasan
yang berarti melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang dijalankan
oleh Presiden dalam jangka waktu 5 (lima) tahun”.
(d) Rakyat kembali mengadakan Pemiku setelah membentuk MPR dan DPR (rangkaian
kegiatan 5 (lima) tahunan sebagai realisasi periodesasi kekuasaan).
Dalam pembatasan kekuasaan menurut konsep mekanisme 5 tahunan kekuasaan
sebagaimana tersebut di atas, menurut UUD 1945 mencakup antara lain: periode
kekuasaan, pengawasan kekuasaan dan pertanggungjawaban kekuasaan.
(4) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut:
a) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran ke III. yaitu” ... Oleh karena itu sistem
negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia”.
b) Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya
Pasal 7B ayat (7).
xci
Ketentuan-ketentuan tersebut di atas mengandung pokok pikiran bahwa konsep
pengambilan keputusan yang dianut dalam hukum tata negara Indonesia adalah
berdasarkan :
a) Keputusan didasarkan pada suatu musyawarah sebagai asasnya, artinya segala
keputusan yang diambil sejauh mungkin diusahakan, dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
b) Namur demikian jikalau mufakat itu tidak tercapai, maka dimungkinkan pengambilan
keputusan itu melalui suara terbanyak.
(5) Pengawasan
Dalam UUD 1945 termuat konsep pengawasan. Konsep pengawasan tersebut
menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
Pasal I ayat (2). “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-
Undang Dasar”. Dalam penjelasan terhadap pasal I ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa
rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan berdasarkan
UUD.
a) Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen, MPR yang memiliki
kekuasaan tertinggi sebagai penjelmaaan kekuasaan rakyat. Maka menurut UUD hasil
amandemen MPR kekuasaannya menjadi terbatas, yaitu meliputi tiga hal, yaitu
mengubah UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden dan memberhentikan Presiden
dengan masa jabatannya atau jikalau melanggar UUD.
b) Pasal 2 ayat (1), Majelis Permusyawaratan. Rakyat terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah. Berdasarkan ketentuan
tersebut maka menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui
Pemilu.
c) Penjelasan UUD tentang kedudukan DPR, disebut “...kecuali itu anggota-anggota DPR
semuanya merangkap menjadi anggota MPR. Oleh karena itu DPR dapat senantiasa
mengawasi tindakan-tindakan Presiden...”
xcii
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka konsep pengawasan menurut
demokrasi Indonesia sebagai tercantum dalam UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai
berikut :
a) Dilakukan oleh seluruh warga negara, karena kekuasaan di dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia adalah di tangan rakyat, dan
b) Secara formal ketatanegaraan pengawasan berada pada rakyat.
E. Sistem Kelembagaan Negara RI
1. Kelembagaan Negara
UUD 1945 bukan hanya mengandung semangat dan perwujudan pokok pikiran yang
terkandung di dalam Pembukaannya, tetapi juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-
pasalnya. Sebagian dari pasal itu berisi tentang kedudukan, wewenang, tugas dan hubungan
antar lembag,a negara. Dalam Tap. MPR No.VI/MPR/1973 dan Tap. MPR No.III/MPR/1978.
MPR me-netapkan bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara sedangkan lembaga tinggi
negara terdiri Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Pertimbangan Agung, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan Mahkamah Agung.
Berdasarkan hasil Sidang Tahunan MPR 2002, Dewan Pertimbangan Agung
ditiadakan. Sehingga struktur ketatanegaraan Republik Indonesia menjadi:
xciii
Hal-hal mengenai DPR diatur dalam Pasal 19, 20, 20A, 21, 22B, 22C, dan dalam
pasal-pasal yang berkaitan dengan kerja-sama dengan Presiden, sedangkan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) diatur dalam Pasal 22D.
BPK mempunyai tugas khusus untuk memeriksa keuangan negara dan kemudian
hasilnya dilaporkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (Pasal 23 E, Pasal 23F, dan 23G). Badan ini
bersifat bebas dan mandiri, jadi tidak dipengaruhi atau mempengaruhi kekuasaan
pemerintah. Tugas BPK antara lain:
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Merneriksa semua pelaksanaan APBN.
xciv
Sedangkan kekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung (MA) dan badan
peradilan yang berada di bawahnya (Lihat Pasal 24, 24AJ yang terlepas dari pengaruh semua
lembaga negara. Sedangkan kekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung (MA)
dan badan peradilan yang berada di bawahnya (Lihat Pasal 24, 24AJ yang terlepas dari
pengaruh semua lembaga negara.
Komisi Yudisial bersifat mandiri dan mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
martabat serta perilaku hakim. (Lihat Pasal 24B).
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dengan
keputusan yang bersifat final, menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara dan kewenangan yang diberikan oleh UUD,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
(Lihat Pasal 24C)
F. HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA RI
i. Hubungan Antara MPR Dan Presiden
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai
wakil rakyat sesuai dengan UUD 1945 (Pasal I ayat (2) ). di samping DPR dan Presiden.
Hal ini berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa baik Presiden maupun MPR
dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1)). Berbeda dengan
kekuasaan MPR menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen 2002, yang
memiliki kekuasaan tertinggi dan mengangkat serta memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 hasil amandemen 2002, maka Presiden
dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya baik karena permintaan sendiri atau
karena tidak dapat melakukan kewajibannya maupun diberhentikan oleh MPR.
xcv
Pemberhentian Presiden oleh MPR sebelum masa jabatan berakhir, hanya mungkin
dilakukan jikalau Presiden sungguh-sungguh telah melanggar hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penvuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau wakil Presiden (Pasal 7A).
Namun demikian perlu dipahami bahwa oleh karena Presiden tidak diangkat oleh
MPR, maka Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR. melainkan kepada rakyat
Indonesia sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar.
ii. Hubungan Antara MPR Dan DPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota. Dewan Perwakilan
Rakyat, dan anggota-anggota. Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilu.
Dengan demikian maka seluruh anggota. MPR menurut UUD 1945 dipilih melalui
Pemilu.
Mengingat kedudukannya sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang
memegang kedaulatan rakyat tertinggi (Pasal 2 ayat (1)) dan untuk menegakkan martabat
serta kewibawaannya, maka MPR menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat dasar,
yang bersifat struktural dan memiliki kekuasaan untuk mengubah UUD, maka antara DPR
dengan MPR harus melakukan kerjasama yang simultan dalam melakukan
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang dilakukan oleh Presiden.
Oleh karena anggota DPR seluruhnya merangkap angota MPR, maka MPR menggunakan
DPR sebaoai tangan kanannya dalam melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh Presiden sebagaimana ditetapkan oleh MPR.
Dalam hal ini DPR menggunakan hak-hak tertentu. yang dimilikinya seperti hak
angket, hak amandemen, hak interpelasi, hak budget, hak tanya inisiatif (Pasal 20-A).
MPR mempunyai tugas yang sangat luas, melalui wewenang DPR, MPR
mengemudikan pembuatan Undang-Undang serta peraturan-peraturan lainnya agar
xcvi
undang-undang serta peraturan-peraturan itu sesuai dengan UUD 1945. Melalui
wewenang DPR ia juga menilai dan mengawasi wewenang lembaga-lembaga lainnya.
Demikianlah hubungan DPR dan MPR sebagai bagian yang diutamakan Maielis.
terutama pasca amandemen UUD 1945 2002 ini diharapkan dengan adanya reformasi
kelembagaan tinggi negara, benar-benar dapat tercipta iklim pelaksanaan negara yang lebih
demokratis.
iii. Hubungan Antara DPR Dan Presiden
Sebagai sesama lembaga dan sesama anggota badan legislatif maka DPR dan
Presiden bersama-sama mempunyai tugas antara lain:
i. Membuat Undang-Undang (Pasal 5 ayat (1), 20 dan 21). dan Menetapkan
Undang-Undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara (Pasal 23 ayat
(1)).
ii. Membuat undang-undang berarti menentukan kebijakan politik yang
diselenggarakan oleh Presiden (Pemerintah).
iii. Menetapkan budget negara pada hakekatnya berarti menetapkan rencana kerja
tahunan. DPR melalui anggaran belanja yang telah disetujui dan mengawasi
Pemerintah dengan efektif. Di dalam, pekerjaan untuk membuat UU, maka Iembaga-
lembaga negara lainnya dapat diminta pendapatnya.
Sesudah DPR bersama Presiden menetapkan UU dan RAP/RAB negara maka di
dalam pelaksanaannya DPR berfungsi sebagai pengawas terhadap pemerintah.
Pengawasan DPR terhadap Presiden adalah suatu konsekuensi yang wajar (logis),
yang pada hakikatnya mengandung arti bahwa presiden bertanggung jawab kepada DPR
dalam arti partnership.
Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, dan dengan pengawasan tersebut,
maka terdapat kewajiban bagi Pemerintah untuk selalu bermusyawarah dengan DPR tentang
xcvii
masalah-masalah pokok dari negara yang menyangkut kepentingan rakyat dengan UUD
sebagai landasan kerja.
Hal ini tetap sesuai dengan penjelasan resmi UUD 1945 dinyatakan bahwa
Presiden harus tergantung kepada Dewan. Sebaliknya keduduk-an DPR adalah kuat,
Dewan ini tidak dapat dibubarkan oleh Presiden karena anggota-anggota DPR semuanya
merangkap menjadi anggota-anggota MPR, maka DPR dapat senantiasa mengawasi
segala tindakan-tindakan Presiden dan jikalau Dewan menganggap bahwa Presiden
sungguh-sungguh melanggar pidana atau konstitusi yang telah, ma.ka Majelis itu dapat
melakukan sidang istimewa untuk melakukan inpeachment.
Bentuk kerja sama antara DPR dan Presiden tidak boleh mengingkari partner
legislatifnya. Presiden harus memperhatikan, mendengarkan, berkonsultasi dan dalam
banyak hal, memberikan keterangan-keterangan serta laporan-laporan kepada Dewan dan
meminta pendapatnva. Untuk pengawasan tersebut maka DPR mempunyai beberapa
wewenang yaitu
a. Menurut UUD 1945.
1) Hak budget, yaitu hak untuk menyusun rancangan Anggaran Belanja dan
Pendapatan Negara (Pasal 23 ayat (1)).
2) Hak inisiatif vaitu hak untuk mengusulkan rancangan uu (pasal 21 ayat (1))
b. Menurut UUD1945 hasil amandemen 2002 pasal 20-A ayat (2) dan
1) Hak amandemen (mengadakan perubahan)
2) Hak interpelasi (meminta kete-rangan)
3) Hak bertanya
4) Hak angket (hak untuk mengadakan suatu penyelidikan).
Dengan adanya wewenang DPR tersebut, maka sepanjang tahun teriadi
musyawarah yang diatur antara pemerintah dan DPR, dan DPR menpunyai kesempatan
untuk menemukakan pendapat rakvat secara kritis terhadap kebijaksanaan dan politik
pemerintah.
xcviii
Kritik-kritik itu dapat dilanjutkan dan dibahas oleh surat-surat kabar sebagai
pembawa suara masyarakat yang langsung sehingga terjadilah suatu 'Sosial Control` yang
baik terhadap pemerintah khususnya dan terhadap lembaga-lembaga negara lain pada
umumnya.
iv. Hubungan Antara DPR Dengan Menteri-Menteri
Hubungan kerjasama antara Presiden dengan DPR juga harus dilaksanakan dalam hal
DPR menyatakan keberatannya terhadap kebijaksanaan menteri-menteri. Dalam hal ini sudah
sewajarnya Presiden mengganti menteri yang bersangkutan tanpa membubarkan kabinet.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden (Pasal 17 ayat (2)), sedangkan dalam penjelasannya dikemukakan bahwa menteri-
menteri itu tidak bertanggung jawab kepada DPR, artinya kedudukannya tidak tergantung
kepada Dewan, akan tetapi tergantung kepada Presiden.
Penafsiran tentang kedudukannya menteri-menteri itu tidak bisa dilepaskan dari
penafsiran tentang kedudukan Presiden yang juga dalam penjelasan UUD, 1945, dalam pasal
tentang kementerian negara (Pasal 17) diterangkan bahvva Presiden tidak bertanggungjawab
kepada DPR (sistem Kabinet Presidensial)
Seperti juga halnya dengan Presiden, menteri-menteri tidak dapat dijatuhkan
dan/atau diberhentikan oleh DPR, akan tetapi sebagai konsekuensinya yang waiar (logis)
dari tugas clan kedudukannya, ditambah pula ketentuan dalam penjelasan yang mengatakan
bahwa Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Oleh karena itu menteri-
menten pun juga tidak terlepas dari keberatan-keberatan DPR, yang berakibat diberhentikannya
menteri oleh Presiden.
Sudah terang bahwa DPR tidak boleh main mosi tidak percaya, melainkan secara
serius harus memberikan pertimbangan kepada Presiden dan sebaiknva Presiden tidak boleh
xcix
bersitegang tidak mau memperhatikan suara DPR yang telah diberikannya dengan tulus
ikhlas, maka sebagai jalan keluar MPR harus segera memberikan keputusannya,-dan terhadap
MPR itu Presiden secara imperatif harus melaksanakannya, terutama berdasar Pasal 3 ayat
(3).
v. Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-Menteri
Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (Pasal 17
ayat (2)) dan menteri-menteri itu secara formal tidak bertanggung jawab kepada DPR.
akan tetapi tergantung kepada Presiden. Menteri adalah pembantu Presiden (Pasal 17 ayat
(3)). Meskipun kedudukan Para menteri tergantung.kepada Presiden, mereka bukan pegawai
tinggi biasa, oleh karena itu menteri-menterilah yang terutama menjalankan pemerintahan
dalam praktekm a, sebagai pemimpin departemen (Pasal 17 ayat (3)). menteri mengetahui
seluk-beluk mengenai lingkungan pekerjaannya.
Berhubungan dengan itu mcnteri mempunyai pengaruh besar terhadap Presiden dalam
menuntun politik negara yang menyangkut departemennya. Memang yang dimaksudkan adalah
bahwa para menteri itu peminpin-pemimpin negara. Untuk menetapkan politik pemerintah
dan koordinasi dalam pemerintah negara, para menteri bekerjasama satu sama lain secara erat
di bawah pimpinan Presiden
Dalam praktek Pernerintahan, timbul kebiasaan bahwa Presiden melimpahkan sebagi-an
wewenang kepada pembantu pimpinan dari Presiden Konvensi yang demikian ini tidak boleh
mengurangi jiwa dari sistem kabinet Presidensial.
vi. Hubungan Antara Mahkamah Agung Dengan Lembaga Negara Lainnya.
Dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain Badan Kehakiman menurut susunan dan
kekuasaan Badan-Badan Kehakiman tersebut diatur menetapkan hubungan antara
Mahkamah Agung dengan lembaga-lembaga lainnya. Dalam Penjelasan UUD 1945
disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan pemerintah ataupun
kekuasaan serta kekuatan lainnya! Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam
c
bentuk UUD 1945 tentang kedudukan para hakim, sebagai syarat mencapai suatu keputusan
yang seadil-adilnya.
Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum yang
berdasarkan Pancasila. Berhubung dengan itu kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna meneoakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila.
Ketentuan im menunjukkan bahwa di negara Indonesia dijamin perlindungan
hak-hak asasi manusia dan bukan kemauan seseorang yang menjadi dasar tindakan
penguasa (Govemment by law, not by man). Sifat negara hukum ini rnengandung makna
bahwa alat-alat perlengkapannya hanya dapat bertindak menurut dan terikat kepada aturan-
aturan yang telah dibuat oleh badan yang dikuasakan untuk mengadakan peraturan-
peraturan itu, atau singkatnya disebut dengan 'Rule of law' Undang-undang Pokok
Kehakimain (UU No. 14 tahun 1970) dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8
menjamin hak-hak asasi manusia yang mendapatkan perlindungan. berhubungan dengan itu
pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang,tiada seorang
juapun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang ditentukan baginya
oleh undang-undang. Demikian juga tiada scoarano juapun dapat dijatuhi pidana,
kecuali apabila pengadilan, karena alat penbuktian yang sah menurut undang-undang
mendapat keyakinan bahwa seorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah
atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya. Selain itu tidda seorangpun dapat dikenakan
penangkapan, penahanan, penggeledahan dan pesitaan, selain atas printah tertulis oleh
kekuasaan yang sah dalam hal-hal clan menurut cara-cara yang diatur dengan undang-
undang. Setiap orang yang disangkakan, ditangkap. ditahan, dituntut dan atau dihadapkan
di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum kekuatan hukum yang tetap
asas (persumfion innocence).
Semua pengadilan memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat-nasihat
tentang soal-soal hukum kepada lembaga negara lain apabila diminta.
ci
Mahkamah Agung sebagai Lembaga Tinggi Negara dalam bidang kehakiman dari
tingkat yang lebih tinggi, berwenang menyatakan tidak sah peraturan perundangan dari
tinokat .yang .lebih tinggi. Putusan tentang tidak sah peraturan penmdang-undangan tersebut
dapat diambil berhubungan perundangan yang dinyatakan tidak sah tcrsebut, dilakukan oleh
instansi yang bersangkutan. Ketentuan ini mengatur tentang hak menguji dari Mahkamah
Agung, yang mengandung makna,bahwa mahkamah Agung berhak untuk menguji secara
material peraturan yang lebih rcndah tingkatnya dari undang- undang mengenal sah tidaknya
dengan ketentuan perundang-undangam yang lebih tinggi.
Dalam proses reformasi dewasa ini Mahkamah Agung merupakan ujung tombak
terutama mernberantas KKN untuk rnewujudkan pemerintahan yang hersih sebagaimana
diamanatkan oleh Tap No. XI/MPR/1998. Mahkamah Agung harus bebas dari pengaruh
kekuasaan ataupun lainnya.
vii. Hubungan Antara BPK Dengan DPR
Badan Pemcriksa Keuangan (BPK) bertugas memeriksa tentang keuangan negara
dan hasil perneriksaannya itu diberitahukan kepada DPR. Dewan Perwakilan Daerah
daerah DPRD (Pasal 23-E ayat (2)) untuk mengikuti dan menilai kebijakan ekonomis
financial pemerintah yang dijalankan oleh aparatur administrasi negara yang dipimpin oleh
pemerintah.
Undang-Undang No. 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menegaskan,
bahwa BPK adalah lembaga tinggi negara yang dalam pelaksanaan terlepas dari pengaruh
oleh kekuasaan pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di atas pemerintah. BPK bertugas untuk
memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara dan memeriksa semua
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehubungan dengan pcnuaian tugasnya
BPK berwenang meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan/instansi
Pemerintah atau badan swasta, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang.
cii
Pembentukan BPK sesungguhnya memperkuat pelaksanaan demokrasi dalam arti yang
sesungguhnya, oleh karena, pegaturan kebijaksanaan dan arah keuangan negara yang dilakukan
DPR saja belum dapat dikatakan cukup. Tidak kalah pentingnya adalah mengawasi apakah
kebijaksanaan dan arah tersebut dilaksanakan pemerintah dengan sebaik-baiknya menurut
tujuan semula, secara tertib. Jadi BPK bertugas memeriksa pertanggungjawaban pemerintah
tentang keuangan negara dan memeriksa semua pelaksanaan APBN yang hasil
pemeriksanaannya diberitahukan kepada DPR. Dewan Perwakilan Daerah dan DPRD.
Selain pelaksanaan APBN, diperiksa pula Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Anggaran Perusahaan-perusahaan milik negara dan lain-lain. Hasil pemeriksaan BPK inipun
disertai sanksi pidana, apabila hasil pemeriksaan mengungkapkan sangkaan terjadinya
tindakan-tindakan pidana, atau perbuatan yang merugikan negara, maka masalahnya
diberitahukan kepada kepolisian atau kejaksaaan. Ditinjau dari segi ini maka hasil
pemeriksaan BPK merupakan upaya yang menjamin terbinanya aparatur pemerintahan dan
aparatur perekonomian negara yang bersih clan sehat.
' '
Keanggotaan BPK itu tidak mewakili suatu golongan dan manapun juga asal
anggotanya. Kedudukannya bebas dan terlepas dari pengaruh pemerintah. Hal itu diperlukan
untuk menjamin agar BPK dapat bekerja secara objektif. Sudah selayaknya sebagai sesama
Lembaga Negara, antara BPK, DPR dan Pemerintah terjalin kerjasama yang sebaik-baiknya.
Namun kerjasama yang baik itu tidaklah berarti saling melindungi atau saling menutupi
kekurangan masing-masing.
Barang siapa sengaja tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan keterangan yang diminta
BPK dengan jalan menolak atau menghindarkan diri untuk memberikan keterangan, dapat
dikenakan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun enam bulan.
PENUTUP
ciii
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah konstitusi negara
Republik Indonesia yang disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945, yang pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4
kali perubahan (amandemen), yang merubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian konstitusi negara!
2. Jelaskan konstusi sebagai landasan politik dan strategi nasional Indonesia!
3. Jelaskan Amandemen/perubahan UUD 1945 dan Dinamika Pelaksanaan UUD 1945!
4. Jelaskan sistem Kelembagaan dan hubungan antar lembaga Negara Kesatuan RI!
DAFTAR BACAAN
Ismail Sunny, Pembagian Kekuasaan Negara, Pen. Departemen Penerangan R.I., Jakarta, 1962. R.H. Purnomo. Pengimplementasian UUD’45, Pen, Seko ABRI, Bandung. 1982.
CST. Kansil, Pancasila dan UUD'45 (I, II, III) Pen. Paramitha Pradnya. Jakarta, 1973.
-----------------Sistem Pemerintahan Indonesia. Pen. Bursa Buku FH-UI. Jakarta. 1973.
JCT. Simorangkir. Tentang dan Sekitar UUD’45, Pen, Jambatan, Jakarta, 1970.
S. Gunawan. Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Idiologi Pancasila. Pen. Kanisius. Yogyakarta. 1993. M. Hutauruk. Hak-hak dan Kewajiban Warga Negara. Pen. Erlangga. Jakarta. 1968.
Dra. Elly M. Setiadi, M.Si. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Pen. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. 2005. Drs. Kaelan, M.Si. Pendidikan Pancasila. Pen. Pradnya Paramitha. Yogyakarta. 2003.
Drs. Kaelan, M.Si. Kajian tentang UUD’ Negara R.I. (hasil Amandemen disahkan tanggal 16 Agustus 2002) (Anallsis Filosofis & Yuridis). Pen. Pradnya Paramitha. Yogyakarta. 2002. Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Universitas Hasanuddin,Makassar,2003 Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Bunga Rampai .STIMIK DIPANEGARA ,Makassar,2004
BAB VI
civ
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata politik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani poitenia, yang akar
katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang brdiri sendiri, yaitu Negara dan tela
yang berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga Negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas,
prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dikehendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan timbale balik. Politcs
memberi asa, jalan, cara, arah, dan madannya, sedangkan policy memberkan pertimbanagn
cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-baiknya.
Dalam bahasa inggris, politics adalah suatu rangkaian asas, keadaan, cara, dan alat
yang di gunakan untuk mencapai cita-cita dan tujuan tertentu. Sementara itu policy yang
dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai kebjaksanaan, adalah penggunan
pertimbangan pertimbangan yang di anggap dapat lebih menjamin terlaksananya suatu
usaha, cita-cita , dam tujuan yang di kehendaki. Pengambilan kebijaksanaan biasanya
dilakukan oleh seorang pemimpin.
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara dan cara
melaksanakannya . pelaksanaan tjuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum yang
menyangkut pengaturan, pembagian atau alokasi sumber daya yang ada.
Perlu di ingat bahwa penentuan kebijakan umum, pengaturan ,pembagian ataupun
alokasi sumber daya yang ada memerukan kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan dan
wewenang ini memainkan peranan yang sangat penting dalam pembinaan kerja sama dan
penyelesaian konflik yang mungkin muncul dalam proses pencapain tujuan.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan Negara,
kesatuan, pngambilan keputusan, kebijakan, dan distribusa atua alokasi sumber daya.
B. Ruang Lingkup
cv
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
a. PPeennggeerrttiiaann ppoolliittiikk,, ssttrraatteeggii,, ddaann ppoollssttrraannaass
b. SSttrraattiiffiikkaassii ppoolliittiikk nnaassiioonnaall
c. PPoolliittiikk ppeemmbbaanngguunnaann nnaassiioonnaall ddaann mmaannaajjeemmeenn nnaassiioonnaall..
d. PPeerrmmaassaallaahhaann ddaann aaggeennddaa ppeemmbbaanngguunnaann nnaacciioonnaall..
C. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat mengenali masalah-masalah strategi dalam politik, strategi
nasional dan mengambil keputusan mengenai hal-hal yang strategis bagi kepentingan
publik.yang terkait dengan politik, serta strategi nasional secara rasional (proaktif, kreatif,
kritis, dan antisipasi).
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan latar belakang politik dan strategi nasional;
2. Peka terhadap permasalahan politik yang ada di lingkungannya yang terkait dengan
strategi nasional;
3. Tanggap terhadap berbagai akibat dari permasalahan politik yang dapat menggangu
eksistensi negara;
4. Memecah permasalahan politik,strategi nasional, dan, geopolitik;
5. Menghubungkan strategi raya dengan strategi nasional;
6. Menganalisis wujud polnas dan stranas di indonesia.
7. Menganalisis berbagai permasalahan polsrahankam; serta
8. Mengambil keputusan kolektif sebagai rekomendasi terkait dengan polstrahankam
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
cvi
A. Pengertian Politik, Strategi dan Polstranas 1. Pengertian Politik
Secara umum politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan,
cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujun tertentu yang dikehendaki.
Secara etimologi pengertian politik di bagi atas tiga yaitu:
Politik dalam arti Politce mempunyai makna kepentingan umum warga Negara
suatu bangsa yang di rumuskan ialah suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara dan alat yang digunakan oleh individu atau kelompok untuk
mencapa kepentingan tertentu. Contoh partai politik, dalam hal ini tujuan dari
sekelompok orang yang mendirikan suatu organisasi berupa partai politik
adalah unuk mencapai suatu kepentingan berupa keduduakn yang tinggi dalam
suatu pemerinitahan.
Politik dalam arti policy yang d artikan kebijaksanaan yaitu berupa penggunaan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap dapat lebih menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau keinginan atau tujuan yang di
kehendaki. Cintoh politik ekonomi, dalam suatu politik misalkan politik
ekonomi dalam proses pelaksanaan suatu institusi perlu memilki kebijaksanan
dalam menghadapi berbagai masalah yang ada di masyarakat.
Politik dalam arti konvensional adalah alat untuk mencapai kemnangan dalam
perang( pertahanan). Misalnya NATO.
Politik sebagai system dapat meliputi beberapa hal yaitu:
Kultur politik yaitu nilai-nilai rohaniah serta lembaga-lembaga yang menata
kehidupan politik yang berasak dari adapt, agama, filsafat atau sejarah
masyarakat yang bersangkutan.
Struktur plitik yaitu kerangka hubungan formal yang mengatur hubungan
rakyat, pemerintah, wilayah serat kedaulatan Negara yang bersangkuan.
Proses politik yaitu kegiatan politik dalam kenyataannya yang motivasinya
bersumberkan dari kultur politik masyarakat yang bersangkutan dan di laksakan
dalam kerangka struktur politiknya
cvii
Politik selalu membicraka hal-hal yang berkaitan dengan:
Negara, yang merupakan organisasi politik paling utamu dalam suatu wlayah
yang berdaulat.
Kekuasaan, yaitu kemampuan seseorang atau kelompok mempengaruhi tingkah
laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya.
Pengambilan Keputusan, yaitu siapa pengambil keputusan dan untuk siapa
keputusan diambil, dalam politik pengambilan keputusan melalui sarana umum.
Kebijakan, artinya suatu kumpulan keputusan yang diambil seseorang atau
kelompok politik, untuk memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
Distribusi / Alokasi Sumber Daya, yaitu pembagian atau penjatahan nilai-nilai
dalam masyarakat.
2. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang di artikan sebagai “the art
of general” atau seni seorang panglima yang bias any digunakan dalam peperangan.
Karl vont Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah penggunaan
pertempuran untuk memenangkan pperangan, sementara itu perang tu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik.
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenanagan atua pencapaian tujuan. Strategi pada dasarnya merupakn seni dan
ilmu dalam menggunakan serta mengembangkan kekuatan (ideology), politik, social
budaya, dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
3. Politik dan Strategi Nasioanal
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan
untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, defenisi
politik nasional adalah asas, haluan, usaha, kebijaksanaan negara tentang pembinaan
serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Strategi
nasional disusun untuk pelaksanaan politik nasional misalnya stretegi jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang. Jadi, strategi adalah cara melaksanakan
cviii
politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dalam konteks
politik nasional.
4. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional perlu dipahami pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan
ideologi Pancasilan, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
Landasan pemikiran dalam sistem manajemen nasional ini sangat penting
sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik dan strategi nasional karena
didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional, dan konsep strategis bangsa
Indonesia.
5. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Politik dan strategi nasional yang berlangsung selama ini disusun
berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah
berkembang pendapat yang menyatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-
lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”.
Lembaga-lembaga tersebut adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan MA. Sementara
itu badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik”
yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,
organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group),
dan kelompok berpengaruh (pressure group). Suprastruktur dan infrastruktur politik
harus dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.
Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur
politik diatur oleh presiden. Dalam melaksanakan tugas ini, presiden dibantu oleh
berbagai lembaga tinggi negara lainnya serta dewan-dewan yang merupakan badan
koordinasi, seperti Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional, Dewan Penerbangan dan
cix
Antariksan Nasional RI, Dewan Maritim. Dewan Otonomi Daerah dan Dewan
Stabilitas Politik dan Keamanan.
Proses penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur
politik dilakukan setelah presiden menerima GBHN. Selanjutnya, presiden
menyusun program kabinet dan memilih menteri-menteri yang akan melaksanakan
program-program tersebut. Program kabinet dapat dipandang sebagai dokumen
resmi yang memuat politik nasional yang digariskan oleh presiden. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen
berdasarkan petunjuk presiden. Adapun yang dilaksanakan oleh presiden
sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan.
Didalamnya, sudah tercantum program-program yang lebih konkret yang disebut
sasaran nasional.
Proses politik dan strategi nasional pada infrastruktur politik merupakan
sasaran yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik
nasional, penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan
terhadap semua lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran sektoralnya.
Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi dalam
kehidupan politik nasional. Dalam era reformasi saat ini, masyarakat memiliki peran
yang sangat besar dalam mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang
ditetapkan oleh MPR ataupun yang dilaksanakan oleh presiden. Pandangan
masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, ataupun bidang
Hankam akan selalu berkembang karena :
1) Semakin tingginya kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2) Semakin terbuka akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya;
3) Semakin meningkat kemampuan untuk menentukan pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup;
cx
4) Semakin meningkat kemampuan untuk mengatasi persoalan seiring dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditunjang oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi; serta
5) Semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide baru.
B. Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi politik (kebijakan) nasional dalam Negara Republik Indonesia sebagai
berikut :
a. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak
1) Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara
nasional dan mencakup penentuan Undan-Undang Dasar, penggarisan masalah
makropolitik bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional (national goals)
berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Hasil-hasilnya berbentuk
a) Undang-undang yang kekuasaan pembuatnya terletak di tangan presiden dengan
persetujuan DPR (UUD 1945, Pasal 5 ayat (1) atau Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa)
b) Peraturan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan undang-undang yang
wewenang penerbitannya berada di tangan presiden (UUD 1945, pasal 5 ayat (2).
c) Keputusan atau instruksi presiden yang berisi kebijakan-kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan yang wewenang pengeluarannya berada di tangan
presiden dalam rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan perundang-undangan
yang berlaku (UUD 1945, Pasal 4 ayat (1); serta
d) Dalam keadaan tertentu dapat pula dikeluarkan maklumat presiden.
2) Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara, seperti tercantum
pada Pasal 10 sampai dengan Pasal 15 UUD 1945, tingkat penentuan kebijakan puncak
ini juga mencakup kewenangan presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari
kebijakan nasional yang ditentukan oleh kepala negara itu dapat berupa dekrit,
peraturan, atau piagam kepala negara.
cxi
b. Tingkat Kebijakan Umum
Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat kebijakan
puncak yang lingkupnya juga menyeluruh nasional dan berupa penggarisan mengenai
masalah makro-strategis untuk mencapai tujuan nasional dalam situasi dan kondisi
tertentu. Kebijakan ini adalah penjabaran kebijakan puncak dalam rangka merumuskan
strategi administrasi, sistem dan prosedur dalam bidang utama tersebut. Wewenang
kebijakan umum berada di tangan menteri berdasarkan kebijakan pada tingkat diatasnya.
Hasilnya dirumuskan dalam bentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri atau Instruksi
Menteri dalam bidang pemerintahan yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Dalam
keadaan tertentu menteri juga dapat mengenal Surat Edaran Menteri.
c. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama (major
area) pemerintahan. Wewenang pengeluaran kebijakan khusus ini terletak di tangan
pimpinan eselon pertama departemen pemerintahan dan pimpinan lembaga-lembaga
nondepartemen. Hasil penentuan kebijakan dirumuskan dalam bentuk Peraturan,
Keputusan, atau Instruksi Pimpinan Lembaga Nondepartemen/Direktur Jenderal. Hasil
penentuan dari pimpinan lembaga nondepartemen itu lazimnya merupakan pedoman
pelaksanaan. Didalam tata laksana pemerintahan, sekjen sebagai pembantu utama menteri
bertugas mempersiapkan dan merumuskan kebijakan umum menteri dan pimpinan rumah
tangga departemen. Selain itu, ada inspektur jenderal dalam penyelenggaraan
pengendalian departemen. Ia juga mempunyai wewenang untuk membantu
mempersiapkan kebijakan umum menteri.
d. Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis meliputi penggarisan dalam satu sector dari bidang utama diatas
dalam bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program, dan
cxii
kegiatan. Kebijakan teknis ini dilakukan oleh kepala daerah, provinsi, dan
kabupaten/kota. Sementara itu, dibawah ini terdapat dua macam kekuasaan dalam
pembuatan aturan di daerah.
1) Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di daerah terletak di
tangan gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
yuridikasinya masing-masing. Bagi daerah provinsi, wewenang itu berada di tangan
gubernur, sedangkan bagi daerah kota/ kabupaten berada di tangan Bupati atau
Walikota. Perumusan hasil kebijaksanaan tersebut dikeluarkan dalam keputusan dan
instruksi gubernur untuk wilayah provinsi, serta keputusan dan instruksi bupati atau
walikota untuk wilayah bupati atau walikota.
2) Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah dengan
persetujuan DPRD. Perumusan hasil kebijakan tersebut diterbitkan sebagai kebijakan
daerah dalam bentuk peraturan daerah provinsi atau kota/kabupaten, serta keputusan
dan instruksi kepala daerah provinsi atau kota/kabupaten.
Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur, bupati/walikota, dan
kepala daerah tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut
Gubernur/Kepala Daerah, serta Bupati/Kepala Daerah atau Walikota/Kepala Daerah.
C. Politik Pembangunan Nasional Dan Manajemen Nasional
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
melindungi segenap seluruh bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dengan demikian, politik pembangunan
harus berpedoman pada pembukaan UUD 1945.
Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan
kepanduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha
untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan
sumber daya dan dana nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Karena itu
cxiii
diperlukan sistem manajemen nasional yang berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus
kegiatan perumusan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem
manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial yang melibatkan pengambilan
keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
untuk mewujudkan ketertiban nasional sosial, politik, dan administrasi.
a. Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dengan memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya
mengacu pada kepribadian bangsa-bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kukuh kekuatan
moral dan etikanya. Tujuan pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Adapun pelaksanaannya tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh bangsa
Indonesia. Maksudnya, setiap warga negara Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam
melaksanakan pembangunan sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing.
Keikutsertaan setiap warga negara dalam pembangunan nasional dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar, membayar pajak, melestarikan
lingkungan hidup, menaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menjaga
ketertiban dan keamanan, dan lain-lain. Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang
bersifat lahiriah dan batiniah yang selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya,
pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang
seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin.
Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat
hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung, perkantoran,
pengairan, sarana dan prasarana transportasi, olahraga, dan lain-lain. Sementara itu, contoh
pembangunan yang bersifat batiniah adalah pembangunan sarana dan prasarana ibadah,
rekreasi, hiburan, kesehatan dan lain-lain. Untuk mengetahui proses pembangunan nasional itu
berlangsung, harus dipahami manajemen nasional yang terangkai dalam sistem.
cxiv
b. Visi Pembangunan Nasional
1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman bersatu, rukun,
dan damai.
2) Terwujdnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan, dan hak asasi manusia; serta
3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak, serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
c. Misi Pembangunan Nasional
1) Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai;
2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis; serta
3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Didalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan nasional, ditempuh 2 (dua)
strategi pokok pembangunan, yaitu :
1) Strategi penataan kembali Indonesia yang diarahkan pada sistem ketatanegaraan yang
dilandasi dengan berdirinya negara kebangsaan Indonesia, yang meliputi Pancasila,
UUD 1945, tetap tegaknya NKRI, serta tetap berkembangnya pluralisme dan
keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika
2) Strategi pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di
segala bidang merupakan perwujudan dari amant yang tertera jelas dalam pembukaan
UUD 1945.
i. Strategi pembangunan pertama, dimaksudkan untuk mengembangkan sistem sosial
politik yang tangguh sehingga sistem dan kelembagaan ketatanegaraan yang
terbangun tahan menghadapi berbagai goncangan sebagai suatu sistem sosial politik
yang berkelanjutan. Strategi ini bermaksud untuk membangun demokrasi yang
dijiwai oleh Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, yaitu demokrasi yang
mengandung elemen tanggung jawab disamping hak.
cxv
ii. Strategi pembangunan kedua, diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu pemenuhan
hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.
d. Manajemen Nasional
Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem sehingga lebih tepat
jika digunakan istilah “sistem manajemen nasional” layaknya sebuah sistem,
pembahasannya bersifat komprehensif-strategis-integral. Orientasinya adalah pada
penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara menyeluruh dan
terpadu. Dengan demikian, sistem manajemen nasional dapat menjadi kerangka dasar,
landasan, pedoman serta sarana bagi perkembangan proses pembelajaran (learning process)
ataupun penyempurnaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum
ataupun untuk pembangunan.
Sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara nilai, struktur, dan proses
untuk mencapai kehematan, daya guna dan daya nasional demi mencapai tujuan nasional.
Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi siklus kegiatan perumusan
kebijaksanaan (policy formulation) pelaksanaan kebijaksanaan (policy implementation), dan
penilaian hasil kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai kebijaksanaan nasional.
Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem sekurang-kurangnya harus
dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, fungsi serta lingkungan yang mempengaruhi.
1. Unsur, Struktur dan Proses
Secara sederhana unsur-unsur utama sistem manajemen nasional bidang
ketatatnegaraan meliputi hal-hal berikut :
a) Negara sebagai “organisasi kekuasaan” mempunyai hak dan peranan atas pemilikan,
pengaturan dan pelayanan yang diperlukan dalam mewujudkan cita-cita bangsa,
termasuk usaha produksi serta distribusi barang dan jasa bagi kepentingan
masyarakat umum (public goods and services).
cxvi
b) Bangsa Indonesia sebagai unsur “pemilik negara” berperan dalam menentukan
sistem nilai dan arah/haluan/kebijakan negara yang digunakan sebagai landasan dan
pedoman bagi penyelenggaraan fungsi-fungsi negara.
c) Pemerintah sebagai unsur “manajer dan penguasa” berperan dalam penyelenggaraan
fungsi-fungsi pemerintahan umum serta pembanunan kearah cita-cita bangsa dan
kelangsungan pertumbuhan negara.
d) Masyarakat adalah unsur “penunjang dan pemakai” yang berperan sebagai
kontributor, penerima dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan penyelenggaraan
fungsi pemerintahan seperti yang telah disebutkan.
Sejalan dengan pokok pikiran sebelumnya, unsur-unsur utama sistem Manajemen
Nasional (SISMENNAS) tersebut secara structural tersusun atas empat tananan (setting).
Adapun yang dilihat dari dalam ke luar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata
Administrasi Negara (TAN), Tata Politik Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan Masyarakat
(TKM). Tata laksana dan tata administrasi pemerintahan merupakan tatanan dalam (inner
setting) dari SISMENNAS. Dilihat dari sisi prosesnya, SISMENNAS berpusat pada satu
rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan yang terjadi pada tatanan dalam
TAN dan TLP. Kata kewenangan disini mempunyai konotasi bahwa keputusan-keputusan
yang diambil adalah berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh si pemutus kewenangan
berdasarkan hukum. Karena itu, keputusan-keputusan itu bersifat mengikutserta dapat
dipaksakan (compulsory) demham sanksi-sanksi atau dengan insentif dan disinsentif
tertentu yang ditujukan kepada seluruh anggota masyarakat. Sehubungan dengan ini,
tatanan dalam (TAN + TLP) dapat disebut Tatanan Pengembalian Berkewenangan (TPKB).
Sementara itu, penyelenggaraan TPKB memerlukan proses arus masuk yang dimulai dari
TKM melalui TPN. Aspirasi dari TKM dapat berasal dari terselenggaranya kegiatan rakyat,
baik secara individual maupun melalui organisasi kemasyarakatan, partai politik, kelompok
berpengaruh, organisasi kepentingan, dan pers. Masukan ini berintikan kepentingan rakyat.
Rangkaian kegiatan dalam TPKB menghasilkan berbagai keputusan yang terhimpun dalam
proses arus keluar yang selanjutnya disalurkan ke PTN dan TKM. Arus keluar ini pada
dasarnya merupakan tanggapan pemerintah terhadap berbagai tuntutan, tantangan, serta
peluang dari lingkungannya. Keluaran tersebut pada umumnya berupa berbagai
kebijaksanaan yang lazimnya dituangkan ke dalam bentuk-bentuk perundangan/peraturan
cxvii
yang sesuai dengan permasalahan, serta klasifikasi kebijakan dan instansi yang
mengeluarkannya.
Sementara itu, terdapat suatu proses umpan balik sebagai bagian dari siklus kegiatan
fungsional SISMENNAS yang menghubungkan Arus Keluar dan Arus Masuk ataupun
Tatanan Pengambilan Keputusan Kerkewenangan (TPKB). Dengan demikian, secara
procedural, SISMENNAS merupakan satu siklus berkesinambungan.
2. Fungsi Sistem Manajemen Nasional
Fungsi disini dikaitkan dengan pengaruh, efek atau akibat dari terpadunya sebuah
organisasi atau sistem dalam rangka pembenahan (adaptasi) serta penyesuaian
(adjustment) dengan tata lingkungannya untuk memelihara kelangsungan hidup dan
mencapai tujuan-tujuannya. Dalam proses melaraskan diri serta pengaruh mempengaruhi
dengan lingkungan itu, SISMENNAS memiliki fungsi pokok, yaitu “pemasyarakatan
politik”. Hal ini berarti bahwa segenap usaha dan kegiatan SISMENNAS diarahkan pada
penjaminan hak dan penertiban kewajiban rakyat. Hak rakyat pada pokoknya adalah
terpenuhinya berbagai kepentingan rakyat, sedangkan kewajiban rakyat pada pokoknya
adalah keikutsertaan dan tanggungjawab atas terbentuknya situasi dan kondisi
kewarganegaraan yang baik. Sehubungan dengan hal ini, setiap warga negara terdorong
untuk setia pada negara, taat kepada falsafah, serta taat pada peraturan dan perundangan.
Dalam proses arus masuk terdapat dua fungsi, yaitu pengenalan kepentingan dan
pemilihan kepemimpinan. Fungsi pengenalan kepentingan adalah untuk menemukan,
mengenali, serta merumuskan berbagai permasalahan dan kebutuhan rakyat yang terdapat
pada struktur pada Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Di dalam Tata Politik Nasional
(TPN), permasalahan dan kebutuhan tersebut diolah serta dijabarkan sebagai kepentingan
nasional.
Pemilihan kepemimpinan berfungsi memberikan masukan tentang tersedianya
orang-orang yang berkualitas untuk menempati berbagai kedudukan dan jabatan tertentu,
serta menyelenggarakan berbagai tugas dan pekerjaan dalam rangka TPKB.
cxviii
Pada Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) yang merupakan
inti SISMENNAS, fungsi-fungsi yang mentransformasikan kepentingan kemasyarakatan
ataupun kebangsaan yang bersifat politis terselenggara dalam bentuk-bentuk
administrative untuk memudahkan pelaksanannya. Selain itu, untuk meningkatkan daya
guna dan hasil gunanya. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
1) Perencanaan sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan, sesuai dengan
kebijaksanaan yang dirumuskan;
2) Pengendalian sebagai pengarahan, bimbingan dan koordinasi selama
pelaksanaan; serta
3) Penilaian untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan setelah
pelaksanaan selesai.
Ketiga fungsi TPKB tersebut merupakan proses pengelolaan lebih lanjut secara
strategis, manajerial, dan operasional terhadap berbagai keputusan kebijaksanaan.
Keputusan-keputusan tersebut merupakan hasil dari fungsi-fungsi yang dikemukakan
sebelumnya, yaitu fungsi pengenalan kepentingan dan fungsi pemilihan kepemimpinan
yang ditransformasikan dari masukan politik menjadi tindakan administratif.
Pada aspek arus keluar, SISMENNAS diharapkan menghasilkan :
1) Aturan, norma, patokan, pedoman, dan lain-lain, yang secara singkat dapat
disebut kebijaksanaan umum (public policies).
2) Penyelenggaraan, penerapan, penegakan, ataupun pelaksanaan berbagai
kebijaksanaan nasional yang lazimnya dijabarkan dalam sejumlah program dan
kegiatan; serta
3) Penyelesaian segala macam perselisihan, pelanggaran dan penyelewengan yang
timbul sehubungan dengan kebijaksanaan umum serta program tersebut dalam
rangka pemeliharaan tertib hukum.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pada arus keluar SISMENNAS
memiliki tiga fungsi utama berikut, yaitu pembuatan aturan (rule making), penetapan
cxix
aturan (rule application), dan penghakiman aturan (rule adjudication) yang mengandung
arti penyelesaian perselisihan berdasarkan penentuan kebenaran peraturan yang berlaku.
D. Permasalahan Dan Agenda Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional merupakan agenda nasional yang merupakan perwujudan dari
program kerja pemerintah untuk beberapa tahun kedepan. Pada beberapa hal dalam agenda
pembangunan terdapat beberapa masalah yang dihadapi, seperti :
1. Permasalahan Pembangunan Nasional
a) Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan semakin rendah dan
menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, serta munculnya masalah sosial yang
mendasar;
b) Kualitas sumber daya manusia Indonesia semakin rendah;
c) Kualitas manusia dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola sumber daya alam dan
lingkungan hidup;
d) Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar;
e) Perbaikan kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh hubungan infrastruktur dalam
pembangunan;
f) Belum tuntasnya penanganan secara menyeluruh terhadap aksi separatisme di Aceh dan
Papua;
g) Masih tingginya kejahatan nasional dan transnasional;
h) Dengan wilayah yang sangat luas, serta kondisi sosial ekonomi budaya yang beragam
maka potensi ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri tidak bias
diabaikan;
i) Masih banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum mencerminkan keadilan,
kesetaraan, perghormatan dan perlindungan terhadap HAM;
j) Rendahnya kualitas pelayanan umum terhadap masyarakat; serta
k) Belum menguatnya pelembagaan politik, lembaga penyelenggara negara, dan lembaga
kemasyarakatan.
Disamping masalah pokok diatas, masih terdapat permasalahan yang mendasar, antara lain:
1) Masih lambatnya karakter bangsa
cxx
2) Belum terbangunnya sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang
berkelanjutan;
3) Belum berkembangnya nasionalisme, kemanusiaan serta demokrasi politik dan
ekonomi;
4) Belum terjawantahnya nilai-nilai utama kebangsaan, belum berkembangnya sistem
yang memungkinkan masyarakat untuk mengadopsi dan memaknai nilai-nilai
kontemporer secara bijaksana; serta
5) Kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem pembangunan,
pemerintahan, dan kenegaraan dalam menghadapi perubahan.
6) Strategi pembangunan kedua, diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu pemenuhan
hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.
2. Prioritas Pembangunan Nasional Indonesia
Agenda mewujudkan Indonesia yang damai dan aman meliputi :
(1) Peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat;
(2) Mengembangkan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai luhur;
(3) Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas;
(4) Pencegahan dan penanggulangan separatisme;
(5) Pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme;
(6) Peningkatan pengetahuan pertahanan negara; serta
(7) Pemantapan politik luar negeri dan peningkatan kerjasama internasional.
Agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis :
1). pembenahan sistem hukum nasional dan politik hukum;
2). Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk;
3). Penghormatan, pemenuhan serta penegakan hukum dan pengakuan atas hak asasi
manusia;
4). Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta kesejahteraan dan
perlindungan anak.
5). Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah;
6). Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
7). Perwujudan lembaga demokrasi yang makin kokoh.
cxxi
Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat :
1) Penanggulangan kemiskinan
2) Peningkatan investasi dan ekspor nonmigas
3) Peningkatan daya saing industri manufaktur
4) Revitalisasi pertanian
5) Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;
6) Peningkatan pengelolaan BUMN
7) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
8) Perbaikan iklim ketenagakerjaan; serta
9) Pemantapan stabilitas ekonomi makro
Agenda Pemberdayaan masyarakat :
Agenda utama dalam meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat adalah
Pemberdayaan Masyarakat, Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian
community development (Pemberdayaan masyarakat) dan Community-based development
(pembangunan yang bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah
Community driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang
diarahkan masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat.
Proses pemahaman secara mendalam, maka perlu dipahami tentang arti dan makna
keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat
adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang sebagian besar anggotanya
sehat fisik dan mentalk, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan yang
tinggi.
Namun selain nilai fisik tersebut di atas, maka ada pula nilai-nilai intrinsic dalam
masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan,
kegotongroyongan, kejuangan, dan yang khas pada masyarakat Indonesia yaitu
Kebhinekaan.
cxxii
Keberdayaan masyarakat merupakan unsur-unsur yang memungkin masyarakat
untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan
mencapai suatu kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang
dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut Ketahanan Nasional.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkat harkat dan martabat
lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat secara maksimal.
Meskipin pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep ekonomi, dari
sudut pandang yang lain, bahwa pemberdayaan masyarakat secara implisit mengandung
arti menegakkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi secara harfiah berarti
kedaulatan rakyat dibidang ekonomi, dan kegiatan ekonomi yanga berlangsung adalah
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep ini menyangkut penguasaan teknologi,
pemilikan modal, akses ke pasar dan kedalam sumber-sumber informasi serta
keterampilan manajemen. Agar demokrasi ekonomi dapat berjalan, aspirasi masyarakat
yang tertampung harus diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan kegiatan yang nyata.
Untuk menerjemahkan rumusan menjadi suatu kegiatan nyata, Negara mempunyai
birokrasi. Birokrasi tersebut harus dapat berjalan efektif, artinya mampu menjabarkan dan
melaksanakan rumusan-rumusan kebijaksanaan Negara (public policies) dengan baik,
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Dalam paham bangsa Indonesia,
masyarakat adalah pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah (birokrasi)
berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang
menunjang masyarakat untuk berkreasi secara maksimal sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang mereka miliki.
Berkaitan hal tersebut, maka juga perlu dipahami tentang tujuan pembangunan,
konsep pemberdayaan masyarakat dalam konteks perkembangan paradigm pembangunan,
pendekatan, aspek kelembagaan beserta mekanismenya serta strategi dalam
cxxiii
mewujudkannya. (Khusus bahasan ini, akan dikaji melalui proses diskusi kelompok pada
kelas pembelajaran).
Serangkaian dengan hal tersebut di atas, maka permasalah-permasalahn nyata yang
terjadi di Indonesia adalah konsumsi penduduk, kemiskinan yang bersifat multidimensi,
dan kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan empat strategi,
yaitu: (1) strategi pertumbuhan yang berkualitas (quality growth), (2) strategi peningkatan
akses pelayanan dasar bagi keluarga miskin (accessibility to basic public service), dan (3)
strategi perlindungan sosial (social protection), serta (4) strategi pemberdayaan
masyarakat (community development).
E. Draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
Presiden RI telah meluncurkan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) No. 5 Tahun
2010. Turut hadir menyaksikan peluncuran Perpres tersebut adalah para Menteri KIB II dan
Kepala UKP4, Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), para Gubernur seluruh
Indonesia, Staf Khusus Presiden, Kepala LPNK, dan Kepala Bappeda seluruh Indonesia.
Penyusunan RPJMN ini merupakan tugas pemerintah yang diamanatkan kepada
Bappenas dan tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). UU SPPN menyatakan bahwa dokumen perencanaan jangka
menengah (RPJMN) ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat tiga bulan setelah
Presiden dilantik.
Secara umum perencanaan yang disusun di dalam dokumen tersebut merupakan
penerjemahan dari visi dan misi presiden dan wakil presiden terpilih, serta mengakomodasi
arahan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu
memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan
teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. RPJMN 2010-2014 merupakan tahap
cxxiv
kedua dari RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007.
RPJMN 2010-2014 disusun dalam tiga buku yang merupakan satu kesatuan yang utuh:
Buku I memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang
merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, yaitu terwujudnya
Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Untuk mewujudkan visi tersebut telah
disusun 3 (tiga) misi jangka menengah, yaitu pertama, melanjutkan pembangunan menuju
Indonesia yang sejahtera; kedua, memperkuat pilar-pilar demokrasi; dan ketiga,
memperkuat dimensi keadilan di semua bidang.
Buku II memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang-bidang kehidupan
masyarakat sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2005-2025 yang bertema memperkuat sinergi
antarbidang pembangunan dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional yang
tercantum dalam Buku I. Di dalam rencana berbagai bidang tersebut, diletakkan
pengarusutamaan pembangunan yang meliputi pembangunan berkelanjutan, tata kelola
pemerintahan yang baik serta kesetaraan gender. Di samping itu, didalam Buku II ini juga
ditekankan 4 (empat) isu lintas bidang, yaitu penaggulangan kemiskinan, perlindungan
anak, perubahan iklim, serta pembangunan kelautan berdimensi kepulauan.
Buku III menguraikan pembangunan wilayah Indonesia, yang dibagi ke dalam 7
(tujuh) wilayah pembangunan, yaitu wilayah Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, serta Papua. Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah
jangka menengah adalah pertama, mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar
Jawa-Bali dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali; kedua,
meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antar wilayah untuk
mendukung perekonomian ; dan ketiga, meningkatkan daya saing daerah melalui
pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah. Penyusunan ketiga buku tersebut
diarahkan untuk dapat menyinergikan perencanaan pembangunan, baik sektoral maupun
regional untuk mencapai prioritas nasional jangka menengah.
cxxv
Lebih jauh lagi, semua rencana kerja ini disusun lebih realistis dan implementatif.
Rencana kerja yang disusun dilengkapi dengan indikator dan sasaran yang terukur sehingga
memudahkan pemantauan dan evaluasi kinerja, serta meningkatkan akuntabilitas dari
pelaksanaan rencana tersebut. Perkuatan akuntabilitas juga ditekankan melalui kejelasan
institusi penanggung jawab dan pelaksana setiap program dan kegiatan.
Di dalam penyusunannya, dokumen perencanaan ini telah diupayakan semaksimal
mungkin untuk dapat mengakomodasikan dan melibatkan semua pemangku kepentingan.
Dokumen ini menampung tiga hal utama, yakni dengan memperhatikan, pertama, visi dan misi
Presiden dan Wakil Presiden, yaitu terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan
Berkeadilan; kedua, pelaksanaan National Summit yang bertujuan untuk mendapatkan
masukan dari stakeholders, serta ketiga, pelaksanaan Musrenbangnas RPJMN 2010-2014 yang
bertujuan untuk menyosialisasikan 11 Program Prioritas Pembangunan Nasional dan
mendapatkan masukan dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, serta
masyarakat luas.
RPJMN ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan acuan bagi para pemangku
kepentingan dan pelaksana pembangunan, baik pada tingkatan kementerian/lembaga di pusat
dalam menyusun Renstra Kementerian/Lembaga dan menjadi bahan pertimbangan Pemerintah
Daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerahnya masing-masing serta masyarakat
pada umumnya. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan RAPBN 2011 yang
akan kita mulai segera untuk dapat mewujudkan visi pembangunan jangka menengah kita,
yaitu terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.
cxxvi
PENUTUP
Politik merupakan suatu rangkaian asas, keadaan, cara dan alat yang digunakan
untuk mencapai cita-cita dan tujuan tertentu. Didalam politik membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan Negara kesatuan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan distribusi aau
alokasi sumber daya. Dimana Negara kesatuan merupakan suatu organisasi dalam suatu
wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya.
Permasalahan pembangunan nasional masih rendahnya pertumbuhan ekonomi,
kualitas sumber daya manusia semakin rendah, dan rendahnya kualitas pelayanan umum
sekarang ini.
Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia,
bahwa cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara
membangun dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan yang
dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil
demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan
yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat
yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan
kehidupan Orde Baru adalah sebuah "masyarakat multikultural Indonesia" dari puing-
puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak "masyarakat majemuk" (plural
society). Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi
keanekaragaman suku bangsaa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan
yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan
dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary
dan Jary 1991, Watson 2000).
cxxvii
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian politik dan strategi nasional
2. Jelaskan mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional RI!
3. Jelaskan Stratifikasi politik nasional
4. Jelaskan makna pembangunan nasional
BAHAN BACAAN
Abdul Wahab, S. 2000. Desentralisasi dan Pembangunan Untuk Rakyat Miskin. PPS UB : Malang. Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Prenada Media : Jakarta. ----------.2004. Himpunan Perundang-undangan. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Fokusmedia : Jakarta. Basrie, Chaidir. 2005. Politik Nasional dan Strategi Nasional Perwujudannya Dalam Perencanaan Berbangsa dan Bernegara. Dirjendikti, makalah SUSCADOS Angkatan I 2005. Jakarta ----------.2005. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Sinar Grafika : Jakarta. Mansoer, Handan, dkk.2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia : Jakarta. Soeminarno, Slamet. 2005. Geopolitik Indonesia. Dirjendikti, Makalah SUSCADOS Angkatan I 2005. Jakarta. ----------.2005. Beningan Materi Pendidikan Kewarganegaraan. Power Point Suscadoswar 2005. Jakarta. Tim Dosen Kewarganegaraan Unhas. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Hasanuddin,Makassar,2008
cxxviii
BAB VII
DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan demokrasi diIndonesia bertujuan untk kepentingan bangsa dan
negera Indonesia, yaitu mewujudkan tujuan nasional. Pelaksanaan demokrasi juga
diarahkan untuk civil society (masyarakat madani ), di dalamnya peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan negara sangatlah besar. Dalam masyarakat madani partisipasi dan
kemandiriaan masyarakat sangat di perlukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan
nasional khususnya, dan umumnya tujuan Negara.
Menurut pandangan Welzer (1999:1) masalah civil society yang di Indonesia
disebut “masyarakat madani”, yang kini menjadi pusat perhatian dan perdebatan akademis
di berbagai belahan bumi, merupakan pengulangan kembali perdebatan “American
Liberalisme/communitarianism” yang terpusat pada persoalan: the state atau negara di satu
pihak, dan civil society di lain pihak, yang sesungguhnya di antara tersebut satu sama lain
saling berkaitan. Menurut Welzer (1999) seorang civil republikan, Jacobin, yang memihak
pada pandangan pentingnya negara, berpendapat bahwa dalam kehidupan ini hanya ada
satu komunitas yng dianggap penting, yakni “the political community” atau masyarakat
politik yang anggotanya adalah warga negara yang kesemuanya dilihat sebagai active
participant in democratic decision making atau partisipan yang aktif dalam pengambilan
keputusan yang demokratis.
Di Indonesia, sebagaimana telah dibahas terdahulu, konsep masyarakat madani
ini terhitung masih baru dan masih banyak diperdebatkan, baik istilah maupun
karateristiknya. Misalnya, Culla (1999:3; Raharjo:1999) memandang istilah masyarakat
madani hanyalah salah satu dari berbagai istilah sebagai padanan kata civil society. Selain
itu, masih ada beberapa padanan istilah lainnya, seperti masyarakatwarga, masyarakat
kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat beradab, masyarakat berbudaya. Sementara itu,
Tim Nasionol Reformasi Menuju Masyarakat Madani (1999:32) menyarankan untuk
menggunakan istilah masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society.
cxxix
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak
pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil, terutama pelaksanaan demokrasi di bidang
politik. Ada tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
pancasila. Ketiga demokrasi tersebut dalam realisasinya mengalami kegagalan, mengapa
demikian? Juga, bagaimana pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi ini?
Marilah kita simak uraian berikut!
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. Definisi demokrasi;
2. Jenis-jenis demokrasi;
3. Norma dasar dan asas demokrasi;
4. Demokrasi langsung;
5. Demokrasi perwakilan;
6. Perbedaan sistem pemerintah demokrasi dan oteriter;
7. Nilai-nilai demokrasi;
8. Macam-macam demokrasi yang pernah berlaku di indonesia;
9. Pendidikan demokrasi; serta
10. Pemilu indonesia.
C. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat mengerti, memahami tentang demokrasi dan pendidikan
demokrasi, serta dapat mengembangkan sikap demokrasi dalam kehidupannya sehari-hari.
disamping itu, kelak setelah menamatkan pendidikannya dari perguruan tinggi umum
dapat memiliki keterampilan yang dilandasi oleh jiwa sportif dan demokratis.
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan makna demokrasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk demokrasi.
cxxx
3. Mahasiswa mampu menjelaskan keunggulan demokrasi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan secara terperinci nilai-nialai demokrasi.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam demokrasi yang pernah berlaku
diindonesia.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksana demokrasi.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pendidikan Demokrasi.
cxxxi
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Arti dan Makna Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani t artinya rakyat, kratos berarti
pemerintahanm. Demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
Di dalam The Advancced Learner’s Dictionary of Current Enghlish ( Hornby, dkk.:
261) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Demcracy adalah:
“ (1) country with principles of government in which all adult citizens share through their
ellected representatives; (2) country with governmen which encourages and allows rights
of citizenship such as freedom of speeach, religion, opinion, and associayion, the assertion
of rule of law, majority rule, accompanied by respect for the rights of minoritiea; (3)
society in which there is treatment of each other by citizans as equals”.
Dari kutipan pengertian tersebut, tampak bahwa kata demokrasi merujuk pada
konsep kehiduoan negara atau masyarakat tempat warga negara dewasa turut berpartisipasi
dalm pemerintahan melalui wakilnya yang terpilih. Lalu, pemerintahannya mendorong dan
menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan rule of
law. Selain itu, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok
minoritas dan mayarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama.
Istilah Demokrasi pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di kota Athena,
untuk menunjukkan sistem pemerintahan yang berlaku di sana. Kota-kota di daerah
Yunani pada waktu itu kecil-kecil. Penduduknya tidak begitu banyak sehingga mudah
dikumpulkan oleh pemerintah dalam suatu rapat untuk bermusyawarah. Dalam rapat
tersebut, diambil keputusan bersama mengenai garis-garis besar kebijaksaan pemerintah
yang akan dilaksanakan dan segal permasalahan kemayarakatan.
Karena rakyat ikut berpartisipasisecara langsung, pemerintahan itu disebut
pemerintahan demokrasi langsung. Pemerintahan demokrasi langsung di Indonesia dapat
dilihat dalam pemerintahan desa. Kepala desa atau lurah dipilih langsung oleh rakyat desa
itu sendiri. Pemilihan kepala desa itu dilakukan secara sederhana sekali. Para calon
menggunakan tanda gambar hasil pertanian, seperi padi atau pisang. Rakyat memberi suara
pada calon masing-masing yang dipilih dengan memasukkan lidi kedalam tabung bambu
cxxxii
milik caloon yang dipilihnya. Calon yang memiliki lidi terbanyaklah yang terpilih menjadi
kepala desa. Disamping memilih kepala desa, pada hari-hari tertentu warga desa
dikumpulkan oleh kepala desa di balai desa untuk membicarakan masalah yang
menyangkut kepentingan bersama. Peristiwa semacam ini dikenal istilah musyawarah
desa.
Dalam perjalanan sejarah, kota-kota terus berkembang dan penduduknyapun terus
bertambah demokrasi langsung tidak lagi diterapkan karena:
a. Tempat yang dapat menampung seluruh warga kota yang jumlahnya besar tidak
mungkin disediakan.
b. Musyawarah yang baik dengan jumlah peserta yang besar tidak mungkin dilaksanakan.
c. Hasil persetujuan secara bulat atau mufakat tidak mungkin tercapai karena sulitnya
memungut suara dari semua peserta yang hadir
Bagi negara-negagra besar yang penduduknya berjuta-juta, yang tempat
tinggalnya bertebarandi beberapa daerah atau kepulauan, penerapan demokrasi langsung
juga mengalami kesukaran. Untuk memudahkan pelaksanaannya, setiap penduduk dalam
jumlah tertentu memilih wakilnya untuk duduk dalam suatu badan perwakilan. Wakil-
wakil rakyat yang duduk dalam badan perwakilan inilah yang menjalankan demoknrasi.
Rakyat ttetap merupakanpemegang kekuasaan tertinggi. Hal ini disebut demokrasi tidak
langsung atau demokrasi perwakilan.
Bagi negara-negara modern, demokrasi tidak langsung dilaksanakan karena hal-
hal berikut:
a. Penduduk yang selalu bertambah sehingga suatu musyawarah pada suatu tempat tidak
mungkin dilakukan.
b. Masalah yang dihadapi oleh suatu pemerintah makin rumit dan tidak sederhana lagi,
berbeda dengan masalah yang dihadapi desa yang tradisional.
c. Setiap warga negara memiliki kesibukan sendiri-sendiri di dalam aktivitas
kehidupannya sehingga masalah perintahan cukup diserahkan kepada orang yang
berminat dan mempunyai keahlian di bidang pemerintahan negara.
Istilah demokrasi yang berarti pemerintah rakyat itu sesudah zaman Yunani kuno
tidak disebut lagi. Baru setelah meletusnya Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis, istilah
cxxxiii
demokrasi muncul kembali sebagai lawan sistem pemerintahan yang absolut (monarki
mutlak), yang menguasai pemerintahan
Di dalam kenyataannya, demokrasi dalam arti sistem pemerintahan yang baru
ini mempunyai arti yang luas sebagai berikut.
a. Mula-mula demokrasi berarti politk yang mengcakup pengertian tentang pengakuan
hak-hak asasi manusia, seperti hak kemerdekaan pers, hak berapat, serta hak memilih
dan dipilih untuk badan-badan pewakilan.
b. Kemudian, digunakan istilah demokrasi dalam arti luas, selain meliputi sistem politik,
juga mengcakup sistem ekonomidan sistem sosial.
Dengan demikian, demokrasi dalam arti luas, selain mencakup pengertian
demokrasi pemerintahan, juga meliputi demokkrasi ekonomi danpolitik. Namun,
pengertian demokrasi yang paling banyak dibahas dari dahulu sampai sekarang ialah
demokrasi pemerintahan.
Landasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintah demokrasi ialah
pengakuan hakekat manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai
kemanpuan yang sama dalam hubungan yang satu dengan yang lain. Berdasarkan gagasan
dasar itu, dapat ditarik dua buah asas pokok sebagai berikut.
a. Pengakuan partisipasi didalam pemerintahan . misalnya, pemilihan wakil-wakil rakyat
untuk lembaga perwakilan rakyat secara bebas dan rahasia
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia. Misalnya, tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS ( 1995:6 ) mengintisarikan
demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11(sebelas) pilar atau soko guru, yakni “
kedaulatan rakyat, pemerintah berdasarkan pesetujuan dari yang diperintah, kekusaan
mayoritas, hak-hak minoritas, jaminan hak asasi manusia, pemilihan yang bebas dan
jujur,persamaan didepan hukum, proses hukum yang wajar, pembatasan pemerintah secara
kostitusional, pluralisme sosial, ekonomi dan politik, nilai-nilai toleransi, pragmatisme,
serta kerja sama dan mufakat.”
cxxxiv
B. Jenis-Jenis Demokrasi
Pada kegiatan belajar 2, anda akan diperkenalkan lebih jauh tentang jenis-jenis
demokrasi sehingga anda akan lebih jelas dimana kedudukan demokrasi langsung / tidak
langsungm, demokrasi Pancasila, dan seterusnya.
a. Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terbagi ke dalam :
1) Demokrasi langsung, dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi ini,
pengambilan keputusan dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang
dipilihnya melalui Pemilu. Rakyat memilih wakilnya sendiri untuk membuat
keputusan politik. Dengan kata lain, dalam demokrasi tidak langsung, aspirasi
rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat.Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan
demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk didalam lembaga
perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi
rakyat melalui raferendum dan inisiatif rakyat. Demokrasi ini antara lain
dijalankan di Swiss . Tahukah anda apa yang dimaksud dengan referendum? Ya
referendum adalah pemungutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara
langsung.Referendum dibagi menjadi tiga macam”
a. Referendum wajib
Referendum ini dilakukan ketika ada perubahan atau pembentukan norma
penting dan mendasar dalam UUD (konstitusi) atau UU yang sangat politis
UUD atau UU tersebut yang telah dibuat oleh lembaga perwakilan rakyat
dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan rakyat melalui pemungutan
suara terbanyak. Jadi, referendum ini dilaksanakan untuk meminta
persetujuan rakyat terhadap hal yang dianggap sangat penting atau mendasar.
b. Referendum tidak wajib
Referendum ini dilaksanakan jika dalam waktu tertentu setelah rancangan
undang-undang diumumkan, sejumlah rakyat mengsulkan diadakan
cxxxv
referendum. Jika dalam wakyu tertentu tidak ada permintaan dari rakyat,
rancangan undang-undang itu dapat menjadi undang-undanmg yang bersifat
tetap.
c. Referendum konsultatif
Referendum ini hanya sebatas meminta persetujuan saja karena rakyat
dianggap tidak mengerti permasalahannya. Pemerintah meminta
pertimbangangan pada ahli bidang tertentu yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.
b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau perioritasnya terdiri dari :
1) Demokrasi formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam kedudukan yang
sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi. Indifidu diberi
kebebasan yang luas. sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal
2) Demokrasi material
Demokrasi material memandang manusia mempunya kesamaan dalam bidang
sosial-ekonomi sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas.
Demokrasi semacam ini dikembangkan di Negara sosialis komunis.
3) Demokrasi campuran
Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua jenis demokrasi sebelumnya.
Demokrasi ini berupa menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan
menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.
c. Demokrasi dibagi berdasarkan prisip ideologi :
1) Demokrasi liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan
pemeritah diminimalkan, bahkan ditolak. Tindakan sewenang-wenang pemerintah
terhadap warganya dihindari. Pemerintah bertindak atas kostitusi (hukum dasar).
cxxxvi
2) Demokrasi rakyat atau demokrasi Proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak
mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara mempunyai persamaan dalam
hukum dan politik.
d. Bedasarkan wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara, demokrasi
dibagi menjadi :
1) Demokrasi sistem parlementer
Ciri-ciri pemerintahan parlementer antara lain :
a) DPR lebih kuat dari pemerintah ;
b) Menteri bertanggung jawab pada DPR;
c) Program kebijaksanaan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota
parlemen ;serta
d) Kedudukan kepala negara sebagai simbol idak dapat diganggu gugat.
Dapatkah anda memberi contoh, negara manakah yang menganut
demokrasi parlementer?
2) Demokrasi sistem pemisahan/pebagian kekuasaan (Presidensil).
Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah sebagai
berikut :
a) Negara dikepalai presiden ;
b) Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang
dipilih dari dan oleh rakyat melalui badan perwakilan ;
c) Presiden mempunya kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri ;
d) Menteri tidak bertanggung jawabkepada DPR, tetapi kepada presiden;
serata
e) Presiden dan DPR mempunya kedudukan yang sama sebagai lembaga
negara, dan tidak dapat saling membubarkan.
cxxxvii
C. Nilai-Nilai Demokrasi
Sebenarnya pengertian pokok demokrasi ialah adanya jaminan hak-hak asasi
manusia dan partisipasi rakyat. Akan tetapi, dalam pertumbuhanya, pengertian pokok itu
telah mengalami banyak perubahan, terutama karena faktor politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan. Suatu negara dapat memberikan isi dan sifat pada demokrasi yang bebeda
dari isi dan sifat demokrasi di negara lain. Dengan demikian, bentuk demokrasi negara
yang satu akan berbeda dengan bentuk demokrasi dengan negara yang lain. Disamping
itu, bentuk demokrasi itu pada suatu masa akan berbeda dari bentuk demokrasi masa
yang lain. Misalnya, bentuk demokrasi pada masa sekarang berbeda dari bentuk
demokrasi pada masa UUD RIS tahun 1949 dan masa UUD sementara tahun 1950.
Adapun yang paling utama dalam menetukan berlakunya sistem demokrasi disuatu
negara ialah ada atau tidaknya asas demokrasi pada sistem itu, sebagai berikut;
a) pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaanterhadap martabat manusia
dengan tidak melupakan kepentingan umum.
b) Adanya partisipasi dan dukungan rakyat pada pemerintah. Jika dukungan rakyat
tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintah itu adalah suatu pemerintahan
demokrasi.
Di dunia Barat, demokrasi berkembang dalam suatu sistem masyarakat yang liberal
(bebas dan merdeka). Oleh karena itu, lahirlah suatu bentuk demokrasi yang dinamakan
demokrasi liberal, yang menjunjung hak-hak asasi manusia setinggi-tingginya, bahkan
kadang-kadang diatas kepetingan umum. Sebagai akibat demokrasi liberal ini, lahirlah
sistem-sistem pemerintahan yang liberal. Didalam sistem pemerintahan ini, peranan dan
campur tangan pemerintah tidak terlalu banyak didalam kehidupan masyarakat. Karena
sistem ini sesuai dengan aspirasi rakyat didunia Barat, sistem pemerintahan yang liberal
ini mendapat dukungan penuh dari rakyat.
Atas dasar itu, berikut akan dibahas bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai
(value). Henry B.Mayo telah mencoba untuk memerinci nilai-nilai ini, dengan catatan
tentu saja tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis memiliki semua nilai-nilai
ini, tetapi bergantung pada perkembangan sejarah, aspirasi, dan budaya poltik masing-
masing. Berikut adalah nilai-nilai yang diutarakan Henry B.Mayo:
a. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;
cxxxviii
b. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah;
c. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;
d. membatasi pemakaian kekerasan sampai munimum;
e. mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman; serta
f. menjamin tegaknya keadilan.
Dengan demikian, untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu
diselenggarakan beberapa lembaga berikut
a. pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Satu dewan perwakilan rakyat yang mewakil golongan-golongan dan kepentingan-
kepentingan dalam masyarakat yang diplih melalui pemilahan umum secara bebas
dan rahasia. Dewan ini harus mempunyai fungsi pengawasn terhadap penerintah.
Tentu saja pengawasan yang konstruktif (titik membangun) dan sesuai normatif
(akuran yang berlaku).
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Parpol ini
menjaling hubungan yang rutin dan berkesinambungan, juga menghubungkan
antara rakyat dan pemerintah
d. Pers dan media masa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistem peradilan yang bebas untuk mejamin hak-hak dan mempaertahankan
keadilan.
Berdasarkan UUD 1945 nagara Indonesia adalah negara demokrasi. Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan demokrasi itu?. Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat
dimana kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan oleh mereka atau
wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem pemilihan yang bebas. Abraham
Lincoln menyebutkan, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (is a government of the people, by the people, and the people).
Hampir semua negara di dunia sekarah ini mengatakan dirinya negara demokrasi,
walaupun pelaksanaan demokrasi di setiap negara sudah beraneka ragam. Misalnya, ada
demokrasi liberal, seperti di Amerika Serikat dan ada demokrasi Pancasila, seperti di
Indonesia. Dalam demokrasi liberal, pemerintah dipegang oleh partai yang menang
dalam pemilihan umum dan partai yang kalah menjadi pihak oposisi.
cxxxix
Dengan adanya suatu kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan
yang dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban diharapkan akan
lebih mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi pacasila dilandaskan atas
mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan pemerintahan negara Republik
Indonesia berdasarkan konstitusi.
Kegagalan demokrasi Pancasila zaman orde baru, tidak berasal dari konsep dasar
demokrasi Pacasila, tetapi lebih pada praktik atau pelaksanaannya yang mengingkari
keberadaan demokrasi Pancasila itu.
Demokrasi Pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dihayati sependukungnya.
Pelaksanaan demokrasi pancasila harus disertai dengan pembangunan bangsa secara
keseluruhan karena pembangunan adalah proses perubahan ke arah kemajuan dan proses
pendidikan bangsa untuk meningkatkan mutu kehidupan bangsa.
Kegagalan demokrasi pancasila pada zaman orde baru membuat banyak penafsiran
mengenai asas demokrasi. Belajar dari pengalaman tersebut, dalam era reformasi perlu
penataan ulang dan penegasan kembali arah dan tujuan demokrasi pancasila;
menciptakan prasarana dan sarana yang diperlukan bagi pelaksanaan demokrasi
pancasila; membuat dan menata kembali progrm-program pembangunan di tengah-
tengah berbagai persoalan yang dialami masyarakat sekarang ini; serta bagaimana
program-program itu dapat menggerakkan partisipasi seluruh masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sekaligus akan menjadi kontrol bagi
pelaksanaan pembangunan yang lebih efektif, khususnya bagi pemerintah, baik dipusat
maupun daerah. Dengan demikian, dapat dicegah hal-hal yang negatif dalam
pembangunan, seperti korupsi, penyalagunaan wewenang, dan lain-lain.
Dengan telah diletakkannya dasar-dasar pelaksanaan demokrasi pancasila,
persoalan berikutnya adalah bagaimana menggerakkan rakyat untuk berpartisipasi secara
penuh dalam pelaksanaan pembangunan politik. Keberhasilan pelaksanaan suatu sistem
demokrasi dapat ditunjukkan dengan tingkat partisipasi rakyat pendukungnya. Partisipasi
yang dibutuhkan bukan hanya karena adanya hasil pembangunan yang dapat dinikmati,
melainkan karena adanya pertisispasi yang timbul berdasarkan kesadaran dan pengertian
terhadap hak-hak dan kewajiban masyarakat. Kunci semua pelaksanaan demokrasi
cxl
tersebut adalah bagaimana pancasila dan UUD 1945 dapat dilaksanakan secara murni
dan konsekuen. Usaha tersebut telah dilakukan oleh pemerintah orde baru, tetapi dalam
pelaksanaannya banyak yang menginkarinya sehingga menimbulkan KKN (kolusi,
korupsi, dan nepotisme).
Sebagaimana telah dijelaskan, meski orde baru jatuh, demokrasi pancasila tidak
ikut jatuh. Hal ini karena pemerintahan orde reformasi tetap menjalankan
pemerintahannya dengan demokrasi pancasila.
Penegakan kehidupan yang lebih demokratis pada orde reformasi telah banyak
diupayakan, antara lain sebagai berikut.
a. Diselenggarakannya pemilu tahun 1999 dengan berasaskan langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, serta adil dan beradab.
b. Diberikannya kebebasan bagi warga negara untuk mendirikan partai politik pemilu
1999 diikuti oleh 48 partai politik.
c. Pers diberi kebebasan sehingga banyak sekali bermunculan media massa (cetak dan
elektronik) baru.
d. Kedudukan ketua MPR terpisah dari ketuaDPR.
e. Amandemen UUD 1945 yang banyak membatasi kekuatan Presiden.
f. Refungsional lembaga-lembaga tinggi negara.
g. Diselenggarakannya pemilu 2004, dengan pemilihan lagsung anggota DPR, DPRD,
dan Presiden/Wakil Presiden.
Dengan demikian, dalam tahap awal reformasi ini, pemerintah baru menata
bidang politik dan hukum (konstitusi), sedangkan bidang lainnya masih terus dalam
tahap penataan. Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada Orde Reformasi ini tetap harus
bersumberkan pada hukum yang berlaku di Indonesia.
D. Keunggulan Demokrasi
Sebagaimana telah diuraikan, ciri-ciri demokrasi antara lain :
a. keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat
b. kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan bersama lebih
kepentingan daripada kepentingan individu atau golongan;
cxli
c. kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan pemerintah
adalah untuk kepentingan rakyat; serta
d. kedaulatan ada di tangan rakyat, dan lembaga perwakilan rakyat mempunyai
kedudukan penting dalam sistem kekuasaan negara.
Setelah anda munyimak ciri dari demokrasi dan nilai-nilai demokrasi sebagaimana
telah diuraikan, coba bandingkan dengan bentuk pemerintah berikut:
Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang banyak.
Partisipasi rakyat dalam pemerintahan dibatasi atau bahkan ditoadakan dengan dihapusnya
lembaga perwakilan rakyat dan keputusan hukum tertinggi ada pada tangan segelintir orang
tersebut.
Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan yang
benar-benar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas menentukan kehendaknya sendiri-sendiri
tanpa aturan yang jelas.
Moboraksi adalah pemerintahan yang dikuasai olah kelompok orang untuk
kepentingan kelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat. Biasanya
mobokrasi dipimpin oleh sekelompok orang yang mempunyai motivasi yang sama.
Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak
(otoriter).
E. Demokrasi dan Pelaksanaannya di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak
pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil, terutama pelaksanaan demokrasi di bidang
politik. Ada tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan di Indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
Pancasila. Ketiga demokrasi tersebut dalam realisasinya mengalami kegagalan, mengapa
demikian? Juga, bagaimana pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi ini?
Marilah kita simak uraian berikut!
Demokrasi liberal bermuara pada kegagalan konstituante menetakan UUD pengganti
UUDS 1950. Demokrasi terpimpin di bawah pemerintahan Orde Lama dan demokrasi
Pancasila di bawah pemerintahan Orde Baru. Meskipun konsep awal pada periode tersebut
cxlii
dimaksudkan sebagai implementasi dari sila keempat Pancasila, tetapi pada akhirnya
kekuasaan terpusat pada tangan seorang Presiden.
Semua ini diungkapkan dan dibahas sebagai bahan kajian dan pembelajaran. Dengan
belajar dari pengalaman, pelaksanaan demokrasi pada era reformasi sekarang ini
diharapkan tidak salah arah. Jadi, janganlah melupakan masa lalu dan jasa para pemimpin
terdahulu. Bukankah pengalaman itu adalah guru yang terbaik?
Berdasarkan pengalaman yang dijadikan pelajaran, diharapkan tidak terulang lagi
kesalahan yang sama. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan nilai-nilai sikap cerdas, seperti
analisis, kritis, teliti, penuh perhitungan, rasional, antisipatif, serta pengendalian diri.
Kegagalan orde lama dan orde baru untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi
menyebabkan bergulirnya reformasi. Dalam era reformasi ini, diharapkan nilai-nilai
demokrasi dapat ditegakkan. Adapun nama demokrasi itu semuanya harus tetap dalam
kerangka supremasi hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk dapat
mewujudkan keadaan seperti itu, tidak bisa tidak, harus dimiliki nilai dan sikap disisplin
yang tercermin pada sikap taat asas, tegas, lugas, demokratis, terbuka, ikhlas, kooperatif,
terti, serta menjaga keamanan dan kebersamaan. Siapkah kita menyongsong demokrasi
masa depan seandainya sesuai dengan harapan?
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang
dipraktikkan di negara lain. Demokrasi yang berlaku ddii negara ini (misalnya, demokrasi
Pancasila) berlainan prosedur pelaksanaannya dengan demokrasi Barat yang lieral. Hal ini
bukanlah pengingkaran terhadap demokrasi, sepanjang hakikat demokrasi tercermin
dalam konsep dan pelaksanaannya. Dalam perjalanan sejarah politik bangsa, negara
kesatuan RI pernah melaksanakan demokrasi Parlementer, demokrasi Terpimpin, dan
demokrasi Pancasila. Untuk lebih memahami perkembangan pemerintahan demokrasi
yang pernah ada Indonesia, dibawah ini akan diuraikan penjelasannya.
a. Demokrasi Parlementer (Liberal)
Demokrasi Parlementer di negara kita telah dipraktikkan pada masa
berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949), kemudian dilanjutkan pada masa
berlakunya RIS 1949 dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut
cxliii
secara yuridis formal berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan politik
dan pemerintahan tidak stabil sehingga program dari suatu kabinet tidak dapat
dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu faktor penyebab ketidak
stabilan tersebut adalah sering bergantinya kabinet yang bertugas sebagai pelaksana
pemerintahan. Misalnya, selama tahun 1945-1959 dikenal beberapa kabinet, antara lain
Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Amir Syarifuddin. Sementara itu,
1950-1959 umur kabinet kurang lebuh hanya satu tahun dan terjadi tujuh kali pergantian
kabinet, yaitu Kabinet Natsir, Sukimin, Wilopo, Ali Sastro Amidjojo II, dan Kabinet
Juanda.
Mengapa dalam sistem pemerintahan parlementer, kabinet sering diganti? Hal
ini terjadi karena dalam negara demokrasi dengan sistem kabinet parlementer,
kedudukan kabinet berada di bawah DPR (parlemen) dan keberadaannya sangat
bergantung pada dukungan DPR. Apabila kebijakan kabinet tidak sesuai dengan aspirasi
rakyat yag tercermin di DPR (parlemen), maka DPR dapat menjatuhkan kabinet dengan
mosi tidak percaya.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik adalah
perberdaan pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu.
Sebagai contoh dapat dikaji peristiwa kegagalan konstituante memperoleh kesepakatan
tentang dasar negara. Pada saat itu, terdapat dua kubu yang bertentangan, yaitu satu
pihak ingin tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan dipihak lain
menghendaki kembali pada Piagam Jakarta yang berarti menghendaki Islam sebagai
dasar negara. Pertentangan tersebut terus berlanjut dan tidak pernah mencapai
kesepakatan. Merujuk pada kenyataan politik pada masa itu, jelas bahwa keadaan
partai-partai politik pada saat itu lebih menonjolkan perbedaan-perbedaan paham dari
pada mencari persamaan-persamaan yang dapat mempersatukan bangsa.
Beranjak dari berbagai kegagalan dan kelemahan itulah maka demokrasi
parlementer di indonesia ditinggalkan dan diganti dengan demokrasi terpimpin sejak 5
Juli 1959.
cxliv
b. Demokrasi Pancasila Terpimpin
Adanya kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti
suhu politik yang memanas dan membahayakan keselamatan bangsa dan negara, maka
pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan suatu keputusan yang dikenal dengan
Dekrit Presiden.
Dekrit presiden dipandang sebagai usaha untuk mencari jalan dari kemacetan
politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat untuk mencapai hal tersebut, di
Indonesia pada saat itu digunakan demokrasi terpimpin. Istilah Demokrasi terpimpin
untuk pertama kalinya dipakai secara resmi dalam pidato presiden Soekarno pada 10
November 1956 ketika membuka sidang konstituante di Bandung.
Persoalan sekarang, mengapa lahir demokrasi Terpimpin? Demokrasi
terpimpintimbul dari keisyafan, kesadaran,dan keyakinan terhadap keburukan yang
diakibatkan oleh praktik Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan tepecahnya
masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan kehidupan ekonomi.
Secara konsepsional,demokrasi terpimpin berarti pemerintah rakyat yang
dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam konteks
ini, mengandung arti bahwa yang membimbing dan sekaligus landasan kehidupan
demokrasi di Indonesia adalah sila keempat pancasila, dan tidak pada perseorangan atau
pimpinan.
Apabila dikaji dari hakikat dan ciri negara demokrasi, dapat dikatakan
bahwademokrasi terpimpin dalam banyak aspek telah menyimpang dari dari demokrasi
konstitusional. Deemokrasi Terpimpin menonjolkan “kepimimpina” yang jauh lebih
besar daripada demokrasinya sehingga idedasar demokrasi kehilangan artinya. Akibat
dominannya kekuasaan presiden dan kurang berfungsinya lembaga legislatif dalam
mengontrol pemerintahan, maka kebijakan pemerintah sering kali menyipan dari
ketentuan UUD 1945.misalnya, pada 1960 presiden membubarkan DPR hasil pemilihan
umum tahun 1955 dan digantikan oleh DPR Gotong Royong melalui penetapan
Presiden;pimpinan DPR/MPR dijadikan menteri sehingga otomatis menjadi pembantu
Presiden;dan pengankatan Presiden seumur hidup melalui Tap. MPRS No.
III/MPRS/1963.
cxlv
Secara konsepsional pula, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat pada waktu itu. Hal itu dapat dilihat
dari ungkapan Bung Karno ketika memberikan amanat pada konstituante tanggal 22
April 1959 tentang pokok-pokok demokrasi terpimpin antara lain:
1) demokrasi Terpimpin bukanlah diktator, berlainan dengan demokrasi sentralisme,
dan berbeda pula dengan demokrasi liberal yang dipraktikkan selama ini;
2) demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar
hidup bangsa Indonesia;
3) demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan dan
kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi dan sosial;
4) inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan, bukan oleh perdebatan, penyiasatan yang di
akhiri dengan pengaduan kekuatan, serta penghitungan suara pro dan kontra; serta
5) oposisi, dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun, diharuskan
dalam alam demokrasi terpimpin. Adapun yang penting ialah perwakilan yang harus
dipimpin dengan hikmat kebijaksanaan:
a) Tujuan Melaksanakan Demokrasi Terpimpin Ialah Mencapai Suatu
Masyarakat Yang Adil Dan Makmur, Yang Penuh Dengan Kebahagiaan
Material Dan Spiritual;
b) Sebagai Alat, Demokrasi Terpimpin Mengenal Juga Kebebasan Berpikir Dan
Berbicara, Tetapi Dalam Batas-Batas Tertentu, Yakni Batas Keselamatan
Negara, Kepentingan Rakyat Banyak, Kesusilaan, Dan Pertanggung Jawaban
Kepada Tuhan:
c) masyarakat adil makmur tidak lain daripada suatu masyarakat teratur dan
terpimpin.
Berdasarkan pokok pikiran di atas, tampak bahwa demokrasi Terpimpin tidak
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945, serta budaya bangsa Indonesia. Namun
dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya
sehingga seing kali menyimpang dari nilai-nilai pancasila, UUD 1945, dan budaya
bangsa. Penyebab penyelewengan tersebut, selain terletak pada presiden, juga karena
cxlvi
kelemahan Legislatif sebagai partner dan pengontrol eksekutif, serta situasi sosial politik
yang tidak menentu saat itu.
c. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru
1. Latar Belakang dan Makna Demokrasi Pancasila
Banyaknya berbagai penyelewengan dan permasalahan yang dialami bangsa
Indonesia pada masa berlakunya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin,
dianggap karena kedua jenis demokrasi tidak cocok diterapkan di Indonesia yang
bernapaskan kekeluargaan dan gotong- royong. Sejak lahirnya Orde Baru
diberlakukan Demokrasi Pancasila sampai saat ini. Secara konsepsional, demokrasi
pancasila masih dianggap dan dirasakan paling cocok diterapkan di Indonesia.
Demokrasi Pancasila bersumberkan pada pola pikir dan tata nilai sosial budaya
bangsa Indonesia, dan menghargai hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan
sosial. Misalnya, “kebebasan” berpendapat merupakan hak setiap warga negara yang
harus dijunjung tinggi oleh penguasa. Dalam demokrasi Pancasila hak tersebut tetap
dihargai, tetapi harus diimbangi dengan kebebasan yang bertanggung jawab.
Secara lengkap makna demokrasi pancasila adalah: “ Kerakyatam yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; yang
berketuhanan Yang Maha Esa; yang berkemanusiaan yanng adil dan beradab; yang
berpersatuan Indonesia; serta yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan rumusan tersebut terkandung arti bahwa dalam menggunakan
hak-hak demokrasi haruslah disertai tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut keyakinan agama masing-masing; menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia; haruslah menjamin
persatuan dan kesatuan bangsa; serta harus dimanfaatkan untuk mewujutkan keadilan
sosial. Jadi demokrasi pancasila berpangkal tolak dari kekeluargaan dan gotong-
royang. Semangat kekeluargaanitu sendiri sudah lama danut dan berkembang dalam
masyarakat indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. Menurut Soepomo dalam
masyarakat yang dilandasi semangat kekeluargaan, sumber filosofi yang paling tepat
adalah aliran pikiran Integralistik.
cxlvii
Dengan demikian, dalam demokrasi Pancasila nilai-nilai perbedaan tetap
dipelihara sebagai sebuah kekayaan dan anugrah Tuhan YME.
2). Ciri dan Aspek Demokrasi Pancasila
Demokrasi pancasila memiliki ciri khas, antara lain bersifat kekeluargaan
dan kegotongroyongan yang bernafaskan Ketuhanan Yang maha Esa;menghargai
hak-hak asasi manusia dan menjamin adanya hak-hak miniritas; pengambilan
keputusan sedapat mungkin didasarkan atas musyawarah untik mufakat; serta
bersendi atas hukum.
Dalam demokrasi pancasila, kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan
atas kelembagaan hal ini bertujuan untuk menyelesaikan segala sesuatu melalui
saluran-saluran tertentu sesuai dengan UUD 1945. hal ini penting untuk menghindari
adnya kegoncangan politik dalam negara.
Selain mewarnai berbagai bidang kehidupan seperti poltik, ekonomi, sosial, dan
budaya, demokrasi pancasila pun mengandung berbagai aspek. Menurut S.Pamudji
dalam bukunya “Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional”, aspek-aspek yang
terkandung demokrasi pancasila itu adalah:
a. Aspek Formal, yakni aspek yang mempersoalkan proses dan caranya rakyat
menunjuk wakilnya dalam badan perwakilan rakyat dan dalam pemerintahan,
serta bagaimana mengatur permusyawaratan wakil rakyat secara bebas,terbuka,
dan jujur untuk mencapai konsensus bersama;
b. Aspek Materil,yakni aspek yang mengemukakan gambaran manusia, indonesia
sesuai dengan gambaran, harkat, dan martabat tersebut;
c. Aspek Normatif (kaidah), yakni aspek yang mengungkapkan seperangkat norma
atau kaidah yang menjadi pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan
kenegaraan. Norma penting yang harus diperhatikan adalah persatuan dan
soladaritas, keadilan,serta kebenaran;
d. Aspek Optatif, yakni aspek yang mengetengahkan tujuan atau keinginan yang
hendak dicapai. Tujuan ini meliputi tiga hal,yaitu terciptanya negara Hukum,
negara Kesejahteraan,dan negara kebudayaan
cxlviii
e. Aspek Organisasi, yakni aspek yang mempersoalkan organisasi sebagai wadah
pelaksanaan demokrasi pancasila. Wadah tersubut harus cocok dengan tujuan
yang hendak dicapai. Organisasi ini meliputi sistem pemerintahan atau lembaga
negara serta organisasi sosial-politik di masyarakat; serta
f. Aspek Kejiwaan, aspek kejiwaan demokrasi pancasila ialah senangat para
penyelenggara negara dan semangat para pemimpin pemerintahan. dalam jiwa
demokrasi pancasila dikenal;
i. Jiwa demokrasi pancasila pasi, yakni hak untuk mendapat perlakuan secara
demokratis pancasila;
ii. Jiwa demokrasi pancasila aktif, ijwa yang mengandung kesediaan untuk
memperlakukan pihak lain sesuai dengan hak-hak yang diberikan oleh
demokrasi pancasila;
iii. Jiwa Demokrasi Pancasila Rasional, Yakni Jiwa Objektif Dan Masun Akal
Tanpa Meninggalkan Jiwa Kekeluargaan Dalam Pergaulan Masyarakat; Serta
iv. Jiwa Pengabdian, Yakni Kesediaan Berkorban Demi Menunaikan Tugas
Jabatan Yang Dipangkunya, Serta Jiwa Kesediaan Berkorban Untuk Sesama
Manusia Dan Warga Negara.
Apabila kita kaji ciri dan prinsip demokrasi Pancasila, dapat dikatakan
bahwa demokrasi Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi
konsttusional. Namun, praktik demokras yang dijalankan pada masa orde baru masih
terdapat berbagai penyimpangan yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip
demokrasi pancasila. Penyingpangan tersebut secara transparan terungkap setelah
munculnya gerakan “Reformasi” dan jatuhnya kekuasaan Orde Baru.Di antara
penyimpangan yang dilakukan penguasa Orde Baru, khususnya yang berkaitan
dengan demokrasi pancasila, yaitu:
a. penyelenggaraan pemilihan umum yang tidak jujur dan tidak adil:
b. penegakan kebebasan berpolitik bagi pegawai Negeri Sipil (monoloyalitas)
khususnya dalam pemilihan umum. PNS seolah-olah digiring untuk mendukung
OPP tertentu sehingga pemilihan umum tidak kompetitif
c. masih ada intervensi pemerintah terhadap lembaga peradilan;
cxlix
d. kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat sehingga sering terjadi
penculikan terhadap aktivis vokal;
e. sistem kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah, serta format politik yang
tidak demokratis;
f. maraknya pratik kolusi, korupsi, dan nepotisme, baik dalam bidang ekonomi
maupum dalam bidang politik dan hukum;
g. menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR;
h. menciutkan jumlah partai politk dan sekaligus membatasi kesempatan partisipasi
politik rakyat (misalnya, kebijakan floating mass); serta
i. adanya pembatasan kebebasan pers dan media massa melalui
pencabutan/pembatalan SIUP.
F. Pelaksanaan Demokrasi pada Orde Reformasi
Pelaksanaan demokrasi pancasila pada Orde Reformasi tanpak lebih marak
dibandingkan dengan masa Orede Baru. Orde Reformasi ini merupakan konsensus untuk
mengadakan demokratisasi dalam segala bidang kehidupan. Diantara bidang kehidupan
yang menjadi sorotan utama untuk direformasi adlah bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Reformasi ketiga bidang tersebut harus dilakukan sekaligus karena reformasi politik yang
berhasil mewujudkan demokratisasi politik, tidak menjadi demokratisasi kolusi. Demikian
pula, tanpa demokratisasi poltik, prinsip rule of law sulit diwujudkan. Sehubungan dengan
ini, badan peradilan yang otonom, berwibawa, dan yang mampu menerapkan prinsip rule
of law itu hanya dapat terwujud apabila ada demokratisasi poltik.
Perubahan yang terjadi pada Orde reformasi ini dilakukan secara bertahap
karena memang reformasi berbeda dengan revolusi yang bekonotasi perubahan mendasar
pada semua komponen dalam suatu sistem politik yang cendrun menggunakan kekerasan.
Menurut Hutington (Chaedar, 1998), reformasi mengandung arti: “ perubahan yang
mengarah pada persamaan politik, sosial, dan ekonomi yang lebih merata termasuk
perluasan basis partisipasi politik rakyat” pada reformasi di Indonesia sekarang ini,
cl
upaya meningkatkan partisipasi politik rakyat dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,
dan bernegara merupakan salah satu sasaran agenda reformasi
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi
pancasila. Perbedaanya tyerletak pada aturan pelaksanaan dan praktik
penyelenggaraan.untuk mewujudkan praktik demokrasi yang sesuai dengan
tuntunanreformasi,harus dimulai dari pembentukan peraturan yang mendorong terjadinya
demokratisasi dalam bidang kehidupan. Untuk itu, pada 10 s.d . 13 November 1998, MPR
mengadakan Sidang Istimewa dan berhasil mengubah, menambah, serta mencabut
ketetapan MPR sebelumnya yang dianggap tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Selain itu,
ditetapkan pula beberapa ketetapan MPR yang mengtur materi baru.
Lahirnya ketetapan MPR diikuti oleh ditetapkannya undang-undang organik
berkaitan dengan kehidupan demokratis. Misalnya, undang-undang bidang politik, undang-
undang tentang otonomi daerah, dan undang-undang tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum. Oleh karena itu, untuk memahami demokrasi pada Orde
Reformasi ini, pertama harus mengkaji keterangan ketetapan MPR hasil sidang istimewa
MPR 1998 beserta ini, peraturan perundang lainnya; kemudian melihat praktik
pelaksanaan peraturan tersebut.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi tersebut,
terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pada Orde Reformasi sekarang ini
yaitu:
a. Pemilihan umum lebih demokratis;
b. Partai politik lebih mandiri;
c. Pengaturan ham; serta
d. Lembaga demokrasi lebih berfungsi.
Secara khusus, perkembangan demokrasi dalam negara-kebangsaan indonesia
dapat dikembalikan pada dinamika kehidupan bernegara indonesia sejak proklamasi
kemerdekaan sampai saat ini. Hal tersebut daat diketahui dengan mengacu kepada
konstitusi yang pernah dan sedang berlaku, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS
cli
1950, serta praksis kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang menjadi dampak
langsung, dampak pengiring dari berlakunya setiap konstitusi, serta dampak perkembangan
internasional pada setiap zamannya.
G. Pendidikan demokrasi
a. Pendidikan demokrasi:
1). Pedidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati tatap muka,
diskusi timbal balik, perensentasi, serta studi kasus untuk memberikan gambaran
kepada siswa bagaimana agar mencintai negara dan bangsa. Pendidikan formal
biasanya dilakukan di sekolah dan di perguruan tinggi.
2). Pedidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati tahap
pergaulan di rumah ataupun masyarakat sebagai bentuk aplikasi nilai
berdemokrasi. Selain itu, sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya
yang langsung dirasakan hasilnya.
3). Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap diluar lingkungan
masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan di
luar sekolah mempunyai variable ataupun parameter yng signifikan terhadap
pembentukan jiwa seseorang.
b. Visi Pendidikan Demokrasi
sebagai wahana substantif, pedagogis, dan sosial kultural untuk membangun cita-
cita, nilai, konsep, prisip, sikap, serta keterampilan demokrasi dalam diri earga negara
melalui pengalaman hidup dan kehidupan demokrasi dalam berbagai konteks.
c. Misi Pendidikan Demokrasi
Memfasilitasi warga negara untuk mandapatkan ber4bagai akses kepada dan
menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi tentang demokrasi dalam teori
dan praktik untuk berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian, dapat dimiliki
wawasan yang luas dan memadai.
Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap di luar lingkungan
masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan di luar
sekolah mempunyai variable ataupun parameter yng signifikan
clii
PENUTUP
Demokrasi berasal dari kata yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, kratos
berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang
rakyat yang memegang peranan yang sangat menentukan.
Istilah demokrasi pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di kota Athena, untuk
menunjukkan sistem pemerintahan yang berlaku disana. Kota-kota di daerah Yunani pada
waktu itu kecil-kecil. Penduduknya tidak begitu banyak sehingga mudah dikumpulkan oleh
pemerintah dalam suatu rapat untuk bermusyawarah. Dalam rapat tersebut, diambil keputusan
bersama mengenai garis-garis besar kebijakan pemerintah yang akan dilaksanakan dan segala
permasalahan kemasyarakatan.
Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan demokrasi yang
benar. Dengan demikian, sasaran yang akan dicapai adalah mengajak warga Negara, terutama
mahasiswa pada umumnya untuk melaksanakan pendidikan ini secara baik dan benar.
Proses semacam ini mempunyai implikasi yang sangat signifikan terhadap cara-cara
berdemokrasi yang benar dengan memperhatikan kaidah-kaidah ataupun asas dalam
berdemokrasi masyarakat.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian demokrasi
2. Jelaskan demokrasi sebagai system politik, system ketatanegaraan dan sebagai system
budaya
3. Jelaskan jenis-jenis demokrasi
4. Jelaskan pengertian demokrasi pancasila dan bandingkan dengan system demokrasi
lainnya.
cliii
5. Jelaskan, bagaimana pelaksanaan nilai-nilai demokrasi di Indonesia?
6. Simak uraian berikut!
Bergulirnya era reformasi di Indonesi, yang ingin mengubah tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai akibat kegagalan masa-masa sebelumnya, menciptakan
banyak hal yang harus diperbaiki. Namun, dari sekian hal yang harus diubah atau
diperbaiki, wakil-wakil rakyat tidak ada yang mengusulkan perubahan pancasila sebagai
dasar negara, Jelaskan mengapa?
7. Hal-hal apa sajakah yang harus diperbaiki pada masa reformasi sekarang ini ?
NO BIDANG HAL-HAL YANG HARUS DIPERBAIKI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Politik
Ekonomi
Sosial
Budaya
Hankam
Agama
………………………………………………..
…………………………………………………
………………………………………………..
………………………………………………..
………………………………………………..
………………………………………………..
8. Sebutkan keunggulan dan kelemahan demokrasi dibandingkan bentuk pemerintahan
yang lain sesuai dengan persepsi anda! Coba tulislah dalam daftar berikut!
Keunggulan Demokrasi
……………………………….
Kelemahan Demokrasi
…………………………………………………
Keunggulan Sistem lain
……………………………….
Kelemahan Sistem lainnya (sebutkan sistemnya)
…………………………………………………
9. Dapatkah anda membandingkan ketiga demokrasi yang pernah ada di Indonesia?
Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin Demokrasi Pancasila
cliv
DAFTAR BACAAN
Betham, David. 2000., Demokrasi, Kanisius: Yogyakarta. Budiardjo, Miriam. 1986. Dasar-dasar Ilmmu Politik. Jakarta. Burns, James McGregor. 1966. Goverment By the People. University of california: USA. Daji darmodihardjo. 1995. Santiaji Pancasila, Suatu tinjauan Filosofis, Historis, Yudiris konstitusional. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Harris soche. 1985. Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia. PT Hanindita: Yogyakarta. Kanil, CST. 1989. Tata Negara Edisi Kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta. Kelsen, Hans, or. 1949. General Theoryof Law and State. Rahmat A, dkk.2000.Panduan Menguasai Tata negara. Ganesha Exact: Bandung. Setiadi, Elly M. 2003 Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Suny Ismail. 1968. Mekanisme Demokrasi Pancasila. Lembaga Pembinaan Hukum nasional: Jakarta. Winataputra, Udin S. 2005. Demokrasi dan pendidikan Demokrasi, disampaikan Pada Suscadorwas 2005. Dikti: Jakarta. Perundangan: UUD 1945, amandeman terakhir; UU tentang partai politik; UU tentang pemilu DPR, DPRD, DPD; UU tentang susunan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD; serta UU tentang Pemilu presiden.
clv
BAB VIII HAK ASASI MANUSIA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan
kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat (tilaar 2001). HAM
bersifat umum (universal) karena diyakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan
atas bangsa, ras, atau jenis kelamin. HAM juga bersifat supralegal, artinya tidak
bergantung pada adanya suatu negara atau undang-undang dasar, kekuasaan pemerintah,
bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi
(Tuhan). UU No.39 1999 tentang HAM mendefinisikan HAM sebagai seperangkat hak
yang melekat pada hakikat keberadaan manusia dengan makhluk Tuhan YME.
Ruang lingkup HAM meliputi a. hak pribadi : hak-hak persamaan hidup,
kebebasan, keamanan, dan lain-lain: b. hak milik pribadi dalam sekelompok social tempat
seseorang berada: c. kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan; serta d. hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. Pengertian, Sejarah dan Macam-macam HAM
2. HAM dalam tataran Global
3. HAM di indonesia : Permasalahan dan Penegakannya
4. HAM dalam UUD 1945
5. Implementasi hak asasi dan kewajiban asasi dalam sila-sila pancasila
clvi
C. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat menganalisis dan mengidentifikasi Hak Asasi Manusia.
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, sejarah dan macam-macam HAM
2. Mahasiswa mampu menjelaskan HAM dalam Tataran Global
3. Mahasiswa mampu menganalisa HAM di Indonesia dalam konteks permasalahan dan
penegakannya
clvii
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian, Sejarah dan Macam-Macam HAM
1. Pengertian HAM
Hak asasi ialah hak-hak dasar (pokok) yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah dari Tuhan YME. Hak-hak itu antara lain : Hak Hidup, Hak Kebebasan dan Hak
Kesamaan. Namun untuk mencermati apa sesungguhnya hak asasi manusia? Banyak ragam
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, aktivis maupun pengambil kebijakan, yang
memiliki titik kesamaan dalam menjelaskan apa itu hak asasi manusia. Menurut G.J. Wolhoff,
hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam tabiat setiap oknum
pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, yang tak dapat dicabut oleh siapapun juga,
karena bila dicabut hilang juga kemanusiaannya. Mr Soenarko, merumuskan hak-hak dasar
ialah hak-hak manusia yang pokok dan tak dapat dikurangi oleh siapapun juga dalam negara
yang sopan. Dari pendapat ini bisa diambil titik kesamaan bahwa hak asasi manusia itu
merupakan hak yang melekat dalam diri manusia, yang tidak bisa dikurangi atau dicabut hak-
haknya oleh siapapun.
Hak asasi manusia memiliki prinsip-prinsip utama dan menjadikannya sebagai bagian
penting dalam kehidupan umat manusia. Ada delapan prinsip hak asasi manusia, yakni:
Pertama, prinsip universalitas. Prinsip universalitas adalah prinsip yang dimiliki dalam nilai-
nilai etik dan moral yang tersebar di seluruh wilayah di dunia, dan pemerintah termasuk
masyarakatnya harus mengakui dan menyokong hak-hak asasi manusia. Ini menunjukkan
bahwa hak-hak asasi manusia itu ada dan harus dihormati oleh seluruh umat manusia di dunia
manapun, tidak tergantung pada wilayah atau bangsa tertentu. Ia berlaku menyeluruh sebagai
kodrat lahiriah setiap manusia. Universalitas hak-hak asasi manusia, pada kenyataannya,
masih juga tidak sepenuhnya diterima oleh negara-negara tertentu yang menolak kehadiran
prinsip universalitas. Perdebatan ini sesungguhnya muncul di saat memperbincangkan apakah
Universal Declaration of Human Rights 1948 (Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia,
selanjutnya disingkat DUHAM 1948) itu memiliki prinsip universal, ataukah tidak (?).
Sebagaimana mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad yang menyatakan bahwa,
clviii
DUHAM 1948 itu sangat menganut paham kebebasan yang bersala dari konsep barat, dimana
penandatangan deklarasi tersebut hanya seperempat negara-negara yang menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekarang, artinya hanya sekitar 50-an negara yang
kebetulan mayoritas dari negara-negara yang disebut ‘barat’. Ia (Mahathir), mencontohkan
soal betapa hak-hak politik dan kebebasan begitu dominan mewarnai hak-hak asasi manusia,
padahal di negara-negara miskin maupun berkembang (negara dunia ketiga), hak-hak ekonomi
sosial budaya (Hak Ekosob) menjadi hak yang sangat penting. Bagi negara dunia ketiga,
mengisi perut orang yang lapar (hak atas pangan) dan hak pendidikan lebih penting
dibandingkan soal hak pilih dalam pemilu. Begitu juga, Perbincangan ini sebenarnya tidak
perlu terjadi bilamana memahami hak-hak asasi manusia yang universal maupun tidak,
didasarkan pada kontekstualisasi tertentu, yang bisa dipengaruhi oleh kekuasaan politik,
kekuatan ekonomi, maupun realitas sosial budaya yang melahirkan keragaman pendapat soal
tersebut. Artinya, HAM tidak menjadi universal bilamana dilihat dari perspektif tertentu, dari
sudut pandang yang berbeda.
Prinsip yang kedua, pemartabatan terhadap manusia (human dignity). Prinsip ini
menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain, hidup damai dalam
keberagaman yang bisa menghargai satu dengan yang lainnya, serta membangun toleransi
sesama manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pluralisme sosial, termasuk di dalamnya
keragaman budaya dan hukum-hukum lokal, menjadi identitas peradaban tertentu yang sangat
berharga dalam mengemban amanat saling menjaga dan mendorong upaya kebersamaan untuk
hidup berdampingan, khususnya manusia sebagai sesama makhluk ciptaan Allah.
Penghormatan terhadap manusia, bukanlah sekedar pekerjaan individual manusia, tetapi juga
dalam kolektiva-kolektiva lebih luas seperti dalam kehidupan masyarakat maupun bernegara.
Sehingga kewajiban untuk menghormati manusia sebagai manusia tersebut merupakan
tanggungjawab hak-hak asasi manusia. Oleh sebabnya, dengan adanya prinsip ini maka tidak
mungkin praktek yang memperkenankan siapapun untuk melakukan eksploitasi,
memperbudak, menyiksa, ataupun bahkan membunuh hak-hak hidup manusia. Dalam prinsip
ini setiap orang harus menghargai manusia tanpa membeda-bedakan umur, budaya, keyakinan,
etnisitas, ras, gender, orientasi seksual, bahasa, komunitas disable/berbeda kemampuan, atau
kelas sosial, sepatutnya dihormati dan dihargai.
clix
Prinsip yang ketiga, non-diskriminasi. Prinsip non-diskriminasi sebenarnya bagian
integral dengan prinsip persamaan, dimana menjelaskan bahwa tiada perlakuan yang
membedakan dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak seseorang.
Pembedaan, baik berdasarkan kelas/bangsa tertentu, agama, suku, adat, keyakinan, jenis
kelamin, warna kulit dan sebagainya, adalah praktek yang justru menghambat realisasi hak-
hak asasi manusia. Jelas dan tegas, bahwa hak-hak asasi manusia melarang adanya
diskriminasi yang merendahkan martabat atau harga diri komunitas tertentu, dan bila dilanggar
akan melahirkan pertentangan dan ketidakadilan di dalam kehidupan manusia.
Prinsip yang keempat, equality atau persamaan. Prinsip ini bersentuhan atau sangat
dekat dengan prinsip non-diskriminasi. Konsep persamaan menegaskan pemahaman tentang
penghormatan untuk martabat yang melekat pada setiap manusia. Hal ini terjelaskan dalam
pasal 1 DUHAM 1948, sebagai prinsip hak-hak asasi manusia: “Setiap orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama.” Konsekuensi pemenuhan
persamaan hak-hak juga menyangkut kebutuhan dasar seseorang tidak boleh dikecualikan.
Persamaan, merupakan hak yang dimiliki setiap orang dengan kewajiban yang sama pula
antara yang satu dengan yang lain untuk menghormatinya. Salah satu hal penting dalam
negara hukum, adalah persamaan di muka hukum, merupakan hak untuk memperoleh keadilan
dalam bentuk perlakuan dalam proses peradilan. Prinsip yang kelima, indivisibility. Suatu hak
tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terkait dengan
pandangan yang menyesatkan tentang membeda-bedakan atau pengutamaan hak-hak tertentu
dibandingkan hak-hak lain. Hak sipil dan politik, sangat tidak mungkin dipisahkan dengan hak
ekonomi, sosial, dan budaya, karena keduanya satu kesatuan, tidak bisa dilepaskan satu
dengan yang lainnya. Prinsip yang keenam, inalienability. Pemahaman prinsip atas hak yang
tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-
hak tersebut bisa dikecualikan. Misalnya, hak pilih dalam pemilu, tidak bisa dihilangkan hanya
dengan dibeli oleh orang yang mampu dan kemudian menggantikan posisi hak pilih. Atau juga
hak atas kehidupan yang layak, tidak bisa dipertukarkan dengan perbudakan, meskipun
dibayar atau diupahi. Manusia sebagai makhluk yang memiliki hak-hak asasi tidak bisa
dilepaskan dari hak-hak tersebut.
clx
Prinsip yang ketujuh, interdependency (saling ketergantungan). Prinsip ini juga sangat
dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak-hak yang dimiliki setiap orang itu
tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya dalam ruang atau lingkungan manapun, di
sekolah, di pasar, di rumah sakit, di hutan, desa maupun perkotaan. Misalnya, kemiskinan,
dimana dalam situasi tidak terpenuhinya hak atas pendidikan, juga sangat bergantung pada
penyediaan hak-hak atas pangan atau bebas dari rasa kelaparan, atau juga hak atas kesehatan
yang layak, dan hak atas penghidupan dan pekerjaan yang layak. Artinya, hak yang satu
dengan yang lainnya sangat tergantung dengan pemenuhan atau perlindungan hak lainnya.
Prinsip yang kedelapan, responsibilitas atau pertanggungjawaban (responsibility).
Prinsip pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa perlunya
mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk menghormati, melindungi dan memenuhi
hak-hak asasi manusia, serta menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan
memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukannya. Pertanggungjawaban ini
menekankan peran negara, sebagai bagian dari organ politik kekuasaan yang harus
memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Termasuk mempertanggungjawabkan
setiap langkah atau tindakan yang diambil sebagai kebijakan tertentu dan memiliki pengaruh
terhadap kelangsungan hak-hak rakyat. Peran negara menjadi vital, bukan soal mengambil
tindakan tertentu (by commission), tetapi ia juga bisa dimintai pertanggungjawaban ketika
terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia, sementara negara sama sekali tidak mengambil
tindakan apapun (by omission). Unsur pertanggungjawaban (terutama negara), adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari prinsip hak-hak asasi manusia agar bisa terwujudkan. Selain
negara, aktor non-negara juga mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memajukan hak-
hak asasi manusia, baik secara individual maupun kolektiva sosial dalam organisasi
kemasyarakatan. Secara individu, setiap orang dituntut untuk berani melawan ketidakadilan
dan pelanggaran hak-hak asasi manusia di depan matanya, mengajarkan dan mendorong
pemahaman dan penghormatan hak-hak asasi manusia bagi sesama.
Kedelapan prinsip-prinsip tersebut, merupakan hal yang mendasar untuk mengkaji
hak-hak asasi manusia, baik terhadap tekstualitas maupun kontekstualitasnya, dalam
pengertian untuk mempelajari sejarahnya, instrumen hukum, dan praktek implementasinya di
lapangan.
clxi
2. Sejarah Ham
Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran/kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Berawal dari 2
perang besar didunia ( PD I dan PD II) timbul keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi
manusia dalam naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya
Universal Declaration of Human Rights (pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia)
oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.
Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara berangsur-angsur menetapkan
bahwa ada beberapa hak yang mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universal
dan asasi. Naskah tersebut adalah :
a. Magna Charta (piagam Agung, 1215) dokumen yang berisi hak yang diberikan oleh
Raja John dari Inggris kepada para bangsawan bawahannya dan juga membatasi
kekuasaan Raja John
b. Bill of rights (Undang-Undang Hak, 1689)
c. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak manusia dan
warga negara, 1789)
d. Bill of Rights (Undang-Undang Hak) naskah yang disusun oleh rakyat Amerika pada
tahun 1789
Hak-hak yang dirumuskan pada abad ke-17 dan ke-18 ini sangat dipengaruhi oleh
gagasan mengenai Hukum Alam (Natural Law) seperti yang dirumuskan oleh John Locke dan
Jean Jaques Rousseau (1712-1778) dan hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja
seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dsb.
Pada abad ke-20 hak-hak politik ini dianggap kurang sempurna, dan mulailah
dicetuskan beberapa hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal adalah
empat hak yang dirumuskan oelh Presiden Amerika Serikat, Frangklin D Roosevelt yang
dikenal dengan istilah The Four Freedoms (Empat Kebebasan), yaitu :
a. Kebebaan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)
b. Kebebasan beragama (freedom of religion)
clxii
c. Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear)
d. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)
Sejalan dengan pemikiran itu, maka Komisi Hak-Hak Asasi Manusia (Commission on
Human Rights) yang pada tahun 1946 didirikan oleh PBB, menetapkan secara terperinci
beberapa hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politik. Pada tahun 1948 hasil pekerjaan
komisi ini, pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights), diterima secara aklamasi oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.
3..Macam-Macam Ham
Dari ketiga hak dasar diatas berkembang menjadi :
• Hak asasi pribadi (personal right) = yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
memeluk agama, menyatakan pikiran dan kebebasan bergerak
• Hak asasi ekonomi (economical right) = yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli,
mensual, dan memanfaatkannya
• Hak asasi untuk memperoleh pengakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(legal of equality right) yaitu hak yang sama dikenakan sanksi/hukuman dan duduk
dalam pemerintahan negara.
• Hak asasi social dan budaya (social and culture right) yaitu hak untuk memilih
pendidikan, mengembangkan pendidikan dan kebudayaan.
• Hak asasi politik (political right) yaitu hak untuk ikutserta dalam politik, haku untuk
dipilih dan memilih dalam pemilu, hak masuk dan ikut dalam parpol, mendirikan dan
mengembangkan parpol
• Hak asasi untuk memperoleh perlakuan dan tata cara peradilan dan perlindungan
yang adil dan sama, misalnya dalam penangkapan, pemeriksaan, penyidikan,
pembelaan, penggeledahan, dan peradilan
B. Ham pada Tataran Global
Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM,
yaitu:
clxiii
a. HAM menurut konsep Negara-negara Barat:
1) ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak;
2) ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai koordinator dan
pengawas;
3) filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia: serta
4) hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara.
b. HAM menurut konsep Sosialis:
1) hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat;
2) hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada; serta
3) negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1) tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan kodratnya;
2) masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap
kepala keluarga; serta
3) individu tunduk kepada adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat.
d. HAM menurut konsep PBB:
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh
Elenor Roosevelt (10 Desember 1948) dan secara resmi disebut “Universal
Declaration of Human Rights”. Di dalamnya menjelaskan tentang hak-hak
sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia
yang mendorong perhargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Sejak tahun 1957
konsep HAM tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian, yaitu 1) Hak ekonomi
sosial dan budaya; 2) Perjanjian internasional tentang hak sipil dan politik;
serta 3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan politik internasional.
Pada Sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokumen tersebut
diterima dan diratifikasi.
clxiv
Universal Declaration af Human Rights menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai:
1) hak untuk hidup;
2) kemerdekaan dan keamanan badan;
3) hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum;
4) hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum;
5) hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa
di muka umum dan dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah;
6) hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara;
7) hak untuk mendapat hak milik atas benda;
8) hak untuk bebas untuk mengutarakan pikiran dan perasaan;
9) hak untuk bebas memeluk agama, serta mempunyai dan mengeluarkan pendapat;
10) hak untuk berapat dan berkumpul;
11) hak untuk mendapatkan jaminan sosial;
12) hak untuk mendapatkan pekerjaan;
13) hak untuk berdagang;
14) hak untuk mendapatkan pendidikan;
15) hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat; serta
16) hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
C. HAM di Indonesia : Permasalahan dan Penegakannya.
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahma hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
budaya. dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik
dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya (Wirayuda: 2005). Sesuai
dengan Pasal l (3), Pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus
dilakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling
menghormati, kesederajatan, dan hubungan antarnegara serta hukum internasional yang
berlaku.
clxv
HAM di Indonesia di dasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu Pembukaan UUD 1945
(aline I), Pancasila sila ke-4, Batang Tubuh UUD 1945 (Pasal 27, 29, dan 30), UU No. 39/1999
tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM. HAM di Indonesia menjamin
hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak
turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.
Program penegakkan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005) meliputi pemberantasan
korupsi, antiterorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh
sebab itu, penegakkan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, dan
konsisten. Kegiatan-kegiatan pokok penegakkan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut.
a. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009.
b. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional.
c. Peningkatan penegakkan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat berbahaya lainnya.
d. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya mencegah serta memberantas korupsi.
e. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia.
f. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala negara beserta pimpinan lainnya untuk
mematuhi/menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen.
g. Penyelenggaraan audit reguler atas seluruh kekayaan pejabat pemerintah dan pejabat
Negara.
h. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang lebih sederhana, cepat, dan tepat, serta dengan biaya yang terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
i. Peningkatan betbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
clxvi
dalam rangka rnenyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
bcrjalan sewajarnya.
j. Pmbenahan sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin akses publik, serta
pengembangan sistem pengawasan yang transparan dan accountable.
k. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
l. Penyelamatan barang bukit accountability kinerja berupa dokumen/arsip lembaga
Negara serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakkan hukum dan HAM.
m. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektivitas penegakan hukum
dan HAM.
n. Pembaruan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan korupsi.
o. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan perjalanan, baik
ke luar maupun masuk ke wilayah Indonesia.
p. Peningkatan fungsi intelejen agar aktivitas terorisme dapat dicegah pada tahap yang
sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi keamanan dan ketertiban.
q. Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap penyalahgunaan
narkotika/obat berbahaya melalui identifikasi serta memutus jaringan peredarannya.
meningkatkan penyidikan, penyelidikan, penuntutan, dan menghukum para
pengedarnya secara maksimal.
D. Hak Asasi dalam UUD 1945
a. Dalam Pembukaan UUD 1945
1. alinea 1 : Kebebasan untuk merdeka
2. alinea 2 : Negara yang adil
3. alinea 3 : Menyatakan kemerdekaan
4. alinea 4 : Menunjukkan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi (dalam
bidang politik, hukum, sosial budaya dan ekonomi)
b. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan
filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila, hakikat
clxvii
manusia adalah tersusun alas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan
dan Makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan
dengan hakikat kodrat manusia tersebut, Konsekuensinya dalam realisasinya maka hak
asasi manusia memiliki hubungan yang koralatif dengan wajib asasi manusia karena
sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
Dalam rentang berdirinya bangsa dan negara Indonesia dalam kenyataannya
secara resmi deklarasi. Bangsa Indonesia telah lebih dulu dirumuskan dari Deklarasi
Universal Hak-hak, asasi Manusia PBB. karena Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasalnya diundangkan tanggal 18 Agustus 1945, adapun Deklarasi PBB pada tahun
1948. Hal ini merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa bangsa Indonesia sebelum
tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia PBB. Telah mengangkat hak-
hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan negara yang tertuang dalam
UUD 1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para petinggi negara misalnya
pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI sebagai berikut :
“Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan
beberapa hak dari negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan
(Machtsstaal atau negara penindas) (Yamin 1959 : 287-289).
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan
UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber nomiatif bagi
hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam pasal-pasal UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan bahwa : “Kemerdekaan
adalah hak setiap bangsa”. Dalam pernyataan terkandung pengakuan secara yuridis hak
asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam : deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB Pasal. 1. Dasar filosofis hak asasi manusia
tersebut bukanlah kebebasan individualis, melainkan menempatkan manusia dalam
hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial). Sehingga, hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia. Kata-kata berikutnya pada alinea III
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :
clxviii
“Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Pernyataan tentang “atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa..”
mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan
manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “...supaya
berkehidupan yang kebangsaan bebas...”, maka pengertian bangsa, maka negara
Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana
tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB Pasal 18 dan dalam
pasal UUD 1945 dijabarkan dalam Pasal 29 terutama ayat (2).
Melalui pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea IV bahwa negara
Indonesia sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi warganya
terutama dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun tujuan
negara tersebut adalah sebagai berikut :
“... Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa....”
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut
mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh
warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasinya
demi kesejahteraan hidup bersama. Demikian pula negara Indonesia juga memiliki ciri,
tujuan negara, hukum material, dalam rumusan tujuan negara “...Memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan pada tujuan negara sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 tersebut, negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi
manusia para warganya terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik
jasmaniah maupun rokhaniah, antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi bidang
clxix
politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, Pendidikan, dan agama. Rincian hak-hak asasi
manusia dalam pasal-pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut:
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28-A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28-B
(3) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
(4) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28-C
(3) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan dan demi kesejahteraan umat manusia.
(4) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28-D
(5) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum, yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(6) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
(7) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(8) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28-E
(4) Setiap orang bebas memeluk Agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tingal di wilayah negara dan meningalkannya serta berhak kembali.
clxx
(5) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai dengan hati nuraninya.
(6) Setiap orang berhak, atas kebebasan berserikat, Berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28-F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
Pasal 28-G
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan
harta benda yang di bawah kekuasaannva, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak, berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
(4) Setiap orang berhak untuk, bebas dan penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28-H
(5) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dari sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(6) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(7) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(8) Setiap orang berhak mempunyai milik pribadi dan hak milik tersebut tidak diambil alih
secara sewenang-wenang oleh
Pasal 28-I
(6) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran, dan hati nurani, hak
beragama, hak izin untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum,. dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah, hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
clxxi
(7) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindugan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(8) Identitas budaya dan hak masyarakat, tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
(9) Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggungjawab negara, terutama pemerintah.
(10)Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28-J
(3) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(4) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang maksud semata-mata untuk menjamin perlakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia pelaksanaan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan. Antara lain sejak kekuasaan Rezim
Soeharto telah dibentuk KOMNAS HAM, walaupun pelaksanaannya belum optimal.
Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan perlindungan hak-hak asasi manusia
semakin kuat bahkan merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan hak-hak asasi manusia
sebagaimana terkandung dalam UUD 1945, menjadi semakin efektif terutama dengan
diwujudkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999, tentang Hak Asasi
manusia. dalam Konsiderans dan Ketentuan Umum Pasal I dijelaskan, bahwa Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaban manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Selain hak asasi juga dalam LJU
clxxii
No. 39 tahun 1999, terkandung kewajiban dasar manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
UU No. 39 tahun 1999 tersebut terdiri atas 105 pasal yang meliputi macam Hukum asasi,
perlindungan hak asasi, pembatasan terhadap kewenangan pemerintah serta KOMNAS HAM
yang merupakan lembaga pelaksana atas perlindungan hak-hak asasi manusia. Hak-hak asasi
tersebut meliputi, hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa
aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.
Demi tegaknya asasi setiap orang maka diatur pula kewajiban dasar manusia, antara lain
kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain, dan konsekuensinya setiap orang harus
tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu juga diatur kewajiban
dan tanggung jawab pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan serta
memajukan hak-hak asasi manusia tersebut yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
dan hukum internasional yang diterima oleh negara Republik Indonesia.
Dengan diundangkannya UU No. 39 tahun 1999 tentang hak-hak asasi manusia
tersebut bangsa Indonesia telah masuk pada era baru terutama dalam menegakkan masyarakat
yang demokratis yang melindungi hak-hak asasi manusia. Namun demikian sering dalam
pelaksanaannya mengalami kendala yaitu dimana antara penegakkan hukum dengan
kebebasan sehingga kalau tidak konsisten maka akan merugikan bangsa Indonesia sendiri.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan
jaminan secara eksplisit tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam Bab XA, pasal
28A sampai dengan pasal 28J. Jikalau, dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar 1945
sebelum dilakukan amandemen, ketentuan yang mengatur tentang jaminan hak-hak asasi
manusia dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002 dikembangkan dan
ditambah pasalnya dan lebih rinci. Rincian tersebut antara lain misalnya tentang hak-hak sosial
dijamin dalam Pasal 29-B ayat (1), (2), Pasal 28-C ayat (2), Pasal 28-H ayut (3), hak ekonomi
diatur dalam Pasal 28 ayat (2), hak politik diatur dalam Pasal 28-D ayat (3), Pasal 28-E ayat
(3), hak budaya pada Pasal 28-1 ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama pada Pasal 28-G
ayat (1), hak memeluk, meyakini dan beribadah menurut agama yang dianutnya, serta hak
clxxiii
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, menyampaikan informasi dan berkomunikasi
melalui berbagai saluran yang ada.
Konsekuensi pengaturan atas jaminan hak-hak asasi manusia tersebut harus diikuti
dengan pelaksanaan, serta jaminan hukum yang memadai. Untuk ketentuan yang lebih rinci
atas pelaksanaan dan penegakan hak-hak asasi tersebut, diatur dalam Undang-undang No. 9
tahun 1999. Satu kasus yang cukup penting, bagi bangsa Indonesia dalam menegakkan hak-
hak asasi, adalah dengan dilaksanakannya Pengadilan Ad Hocc, atas pelanggar hak-hak asasi
manusia di Jakarta, atas pelanggaran di Timur-Timur. Hal ini menunjukkan kepada
masyarakat Internasional, bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen atas penegakan hak-
hak asasi manusia. Memang pelaksanaan Pengadilan Ad Hoc atas pelanggaran hak-hak asasi
manusia di Timur-Timur tersebut penuh dengan kepentingan-kepentingan politik. Di satu
pihak pelaksanaan pengadilan Ad Hoc tersebut atas desakan PBB, yang taruhannya adalah
nasib dan kredibilitas bangsa Indonesia di mata intemasional, di pihak lain perbenturan
kepentingan antara penegakan hak-hak asasi dengan kepentingan nasional serta rasa
nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya mereka-mereka yang dituduh
melanggar HAM berat di Tiinur-Timur pada hakikatnya berjuang demi kepentingan bangsa
dan negara.
Terlepas dari berbagai macam kelebihan dan kekuranggannya, bagi suatu kemajuan
yang sangat berarti, karena bangsa Indonesia memiliki komitmen yang tinggi atas jaminan
serta penegakan hak-hak asasi manusia.
E. Implementasi Hak Asasi Dan Kewajiban Asasi Dalam Sila-Sila Pancasila
a. Sila Pertama
Hak Asasi Kewajiban Asasi
= Hak memilih dan mengakui agama dan kepercayaan kepada Tuhan YME
= Melaksanakan perintah dan larangan Tuhan YME menurut agama dan kepercayaan masing-masing
clxxiv
b. Sila Kedua
Hak Asasi Kewajiban Asasi
= Manusia sebagai mahluk individu, memiliki hak asasi yang dapat dinikmati dan dipertahankan terhadap godaan dari segala arah
= Saling membantu, saling menolong dan bekerjasama dengan sesama manusia
c. Sila Ketiga
Hak Asasi Kewajiban Asasi
= Persatuan Indonesia, artinya sikap mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan suku, golongan, partai dll. Berarti persatuan antar suku, golongan, partai itu memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama di Indonesia, dalam arti adanya keseimbangan dengan tidak mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lainnya.
= Mengutamakan kepentingan umum atau bersama daripada kepentingan golongan, suku, agama, kelompok atau kepentingan pribadi
d. Sila Keempat
Hak Asasi Kewajiban Asasi
= Negara RI dibentuk dari, oleh, dan untuk rakyat
= Patuh dan taat kepada rambu-rambu hukum dalam kehidupan demokrasi
e. Sila Kelima
Hak Asasi Kewajiban Asasi
= Keadilan Sosial barujud hendak melaksanakan kesejahteraan umum bagi seluruh anggota masyarakat, yaitu keadilan yang memberi perimbangan dimana hak milik berfungsi sosial
= Melakukan kontrol sosial kepada para pembimbing negara baik yang formal maupun non formal demi kepentingan bersama
Kewajiban Asasi Manusia
Kewajiban adalah keharusan moral untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu
pekerjaan. Sedangkan Perbedaan Kewajiban
1. Kewajiban Perintah (Affirmatif) : yaitu menuntut dilaksanakannya suatu perbuatan
clxxv
2. Kewajiban larangan (Negatif) : menuntut ditinggalkannya perbuatan/tindakan.
Kewajiban dalam Pasal-Pasal UUD 1945
• Wajib membayar pajak (23)
• Wajib menghormati orang lain yang berbeda agama, toleransi dan kerukunan beragama
(29)
• Wajib menghormati orang lain
• Wajib bela negara, jika saatnya diperlukan secara fisik dan mental ideologik (30)
F. Sarana Perlindungan Hak Asasi Manusia
Salah satu pemahaman (dari banyak varian konsep) terhadap penyejahteraan warga
negaranya dalam konsep tanggung jawab negara adalah upaya perlindungan hukum bagi
warganya sendiri. Artinya, hukum sebagai sarana dan sistem perlindungan bagi rakyat yang
efektif, terutama dari berbagai upaya pemaksaan kehendak atau bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh organ/struktur yang berkuasa. Pendekatan sistem dalam bidang hukum,
sebagaimana dikatakan oleh Victor M. Tschchikvadse dan Samuel L. Zivs, “It is the system
approach that makes it possible to visualize more clearly the whole of law as a complex series
or relationship between branches of law and legal institutions. The system approach helps to
reveal the special quality of law, considered as a whole in comparison with one of its branches
or with a simple aggregate of branches. The system approach also makes it possible to reveal
more clearly such important features of law as a unity and differentiation, the interaction and
interrelation of the separate parts of elements.”30 Ini berarti, pendekatan sistem dalam bidang
hukum memperhatikan pula bagaimana organ/struktur negara yang memiliki lembaga-
lembaga (pembentuk, penegak) hukum bekerja untuk melindungi dan memenuhi hak-hak
dalam ruang kehidupan warga negaranya.
Penelusuruan terhadap pengakuan hak-hak asasi manusia dalam konstitusi akan
menjadi tema penting dilihat sebagai bagian dari kajian sistem ketatanegaraan yang ada.
Karena pengalaman bangsa Indonesia yang berulang kali mengalami pergantian dan
perubahan UUD, dan pergantian UUD dalam suatu negara, berarti peralihan dari tertib
clxxvi
ketatanegaraan yang lama ke tertib ketatanegaraan yang baru, yang tentunya (atau seharusnya)
menuju ke arah yang lebih sempurna dibandingkan sebelumnya. Dan ini pulalah yang
menjelaskan situasi pendekatan hukumnya pemerintah dalam hak asasi manusia.
Membicarakan pendekatan hukum, sebagai sarana perlindungan hukum bagi rakyat,
adalah pendapat Hadjon, yang menyatakan “tindak pemerintahan” sebagai titik sentral,
dibedakan dua macam perlindungan hukum bagi rakyat: perlindungan hukum yang preventif
dan perlindungan yang represif. Pada perlindungan hukum yang preventif, kepada rakyat
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum
suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif, yang sifatnya mencegah
sengketa. Adanya perlindungan hukum yang preventif tentunya akan mendorong pemerintah
untuk bersikap lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada
diskresi.31 Sedangkan untuk perlindungan hukum yang represif adalah berdasarkan
penyelesaian suatu sengketa, dimana terdapat keragaman dalam berbagai sistem hukum di
dunia ini. Misalnya, negara-negara dengan “civil law system” mengakui adanya dua set
pengadilan, yaitu pengadilan umum (biasa) dan pengadilan administrasi; sedangkan negara-
negara dengan “common law system”, hanya mengenal satu set pengadilan, yaitu “ordinary
court”. Di samping kedua sistem tersebut, negara-negara Skandinavia telah mengembangkan
sendiri suatu lembaga perlindungan hukum bagi rakyat yang dikenal dengan nama
“Ombudsman”.32
Dalam konteks hak-hak asasi manusia, khususnya yang diberlakukan dalam sistem
hukum di Indonesia, kita mengenal adanya lembaga-lembaga yang menjadi sarana
perlindungan hak-hak masyarakat. Lembaga-lembaga yang memiliki kewajiban dalam
memberikan sarana perlindungan hukum bisa dilakukan oleh lembaga peradilan (judicial
system) dan lembaga non-peradilan (non-judicial system).
Lembaga peradilan yang menangani persoalan hak-hak asasi manusia, khususnya
terhadap pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Pengadilan HAM. Pengadilan HAM
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum, dan khusus hanya
menangani persoalan pelanggaran HAM berat (kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
clxxvii
kemanusiaan).33 Sedangkan persoalan hak-hak asasi manusia lainnya, di luar pelanggaran
HAM berat, dikategorikan sebagai tindak kriminal maka akan diselesaikan melalui proses
peradilan umum. Dalam perspektif perlindungan publik atas kebijakan atau keputusan
administratif pemerintah, maka perlindungan hak asasi manusia bisa diselesaikan melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara. Ketiga lembaga peradilan tersebut merupakan sarana
perlindungan hak-hak asasi manusia yang dikenal dalam konteks sistem ketatanegaraan di
Indonesia.
Sedangkan lembaga non-peradilan yang dibentuk pemerintah untuk melakukan upaya
perlindungan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia, antara lain Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan), Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), dan Komisi Ombudsman
Nasional. Kelembagaan non-peradilan yang juga terkait langsung dengan upaya perlindungan
hak asasi manusia secara koordinatif membangun komunikasinya dengan lembaga atau
departemen pemerintah lainnya, termasuk institusi kepolisian dan TNI.
Meskipun demikian, pandangan terhadap sarana-sarana perlindungan hak asasi
manusia tidak bisa dikerdilkan hanya pada lembaga peradilan dan lembaga non-peradilan yang
disebutkan di atas, tetapi haruslah lintas departemen, dan menjadi tanggung jawab seluruh
jajaran pemerintahan mulai dari Presiden hingga unit pemerintahan terkecil di bawah tanpa
terkecuali. Bahkan bilamana diperlukan sarana-sarana tersebut membuka terhadap kerjasama
internasional untuk mendukung upaya perlindungan hak-hak asasi manusia, sehingga
permasalahan pelanggaran HAM akan dapat tercegah dan diselesaikan secara komprehensif,
koordinatif dan strategis. Sehingga tidak dimungkinkan lagi adanya sektoralisme penyelesaian
masalah-masalah penegakan hak asasi manusia.
G. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Setiap permasalahan semestinya harus ada mekanisme penyelesaian yang disiapkan
sebagai satu kebijakan. Demikian pula halnya dengan masalah pelanggaran HAM. Setiap
clxxviii
orang dan atau kelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak azasinya telah dilanggar
dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM.
Pengaduan hanya akan mendapat pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu
yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan. Dalam
hal pengaduan dilakukan oleh pihak lain, maka pengaduan harus disertai dengan persetujuan
dari pihak yang hak asazinyna dilanggar sebagai korban, kecuali untuk pelanggaran HAM
tertetu berdasarkan kepentingan Komnas HAM. Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas
HAM tidak dilakukan atau dihentikan apabila :
1. Tidak memiliki bukti awal yang memadai 2. Materi pengaduan bukan masalah pelanggaran HAM 3. Pengajuan diadukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan dari
pengadu. 4. Terdapat upaya hokum lebih efektif bagi penyelesaian materi pengaduan 5. Sedang berlansung penyelesaian melalui upaya hokum yang tersedia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan pelanggaran HAM dilakukan secara tertutup, kecuali ditentukan lain oleh
Komnas HAM. Pihak pengadu, korban, saksi dan atau pihak lainnya yang terkait wajib
memenuhi permintaan/panggilan Komnas HAM. Apabila seseorang yang dipanggil tidak
datang atau menolak memberikan keterangan, Komnas HAM dapat meminta bantuan Ketua
Pengadilan untuk memenuhi panggilan secara paksa sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Komnas HAM berfungsi mediasi yang bertugas dan berwenang melakukan :
1. Perdamaian kedua belah pihak 2. Penyelesaian melalui cara konsultasi 3. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan 4. Penyampaian rekomendasi pelanggaran HAM kepada Pemerintah atau DPR untuk
ditindaklanjuti. Sedangkan untuk pengadilan pelanggaran HAM yang berat dibentuk pengadilan HAM di
lingkungan peradilan Umum.
clxxix
PENUTUP
Hak asasi adalah hak-hak dasar atau pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insane
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yaitu hak hidup,hak kebebasan dan hak kesamaan. Dalam
UUD 1945 hak-hak asasi manusia terdapat dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea pertama
: kebebasan untuk merdeka, alinia ke 2 : negara yang adil, alinia 3 : menyatakan kemerdekaan,
dan alinia 4 : menunjukkan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi ( dalam bidang
politik, hukum, sosial, budaya dan ekonomi ).
Dalam pasal-pasal batang tubuh undang-undang dasar 1945 :
Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Hak untuk berserikat dan berkumpul
Hak untuk memeluk agama dan beribadah
Hak untuk ikut bela negara.
Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran
Pemerintah mengajukan kebudayaan nasional.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian Hak Asazi Manusia
2. Jelaskan prinsip-prinsip Hak asazi manusia
3. Jelaskan secara singkat sejarah HAM di dunia
4. Jelaskan implementasi HAM di Indonesia dan mekanisme pemecahan masalah
pelanggaran HAM
clxxx
BAHAN BACAAN
Ismail Sunny, Pembagian Kekuasaan Negara, Pen. Departemen Penerangan R.I., Jakarta, 1962. R.H. Purnomo. Pengimplementasian UUD’45, Pen, Seko ABRI, Bandung. 1982. CST. Kansil, Pancasila dan UUD'45 (I, II, III) Pen. Paramitha Pradnya. Jakarta, 1973. -----------------Sistem Pemerintahan Indonesia. Pen. Bursa Buku FH-UI. Jakarta. 1973. JCT. Simorangkir. Tentang dan Sekitar UUD’45, Pen, Jambatan, Jakarta, 1970. S. Gunawan. Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Idiologi Pancasila. Pen. Kanisius. Yogyakarta. 1993. M. Hutauruk. Hak-hak dan Kewajiban Warga Negara. Pen. Erlangga. Jakarta. 1968. Dra. Elly M. Setiadi, M.Si. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Pen. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. 2005. Drs. Kaelan, M.Si. Pendidikan Pancasila. Pen. Pradnya Paramitha. Yogyakarta. 2003. -----------------. Kajian tentang UUD’ Negara R.I. (hasil Amandemen disahkan tanggal 16 Agustus 2002) (Anallsis Filosofis & Yuridis). Pen. Pradnya Paramitha. Yogyakarta. 2002. Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Universitas Hasanuddin,Makassar,2003 Tim Dosen Pancasila Unhas.Pendidikan Pancasila Bunga Rampai .STIMIK DIPANEGARA ,Makassar,2004 Azra, azyumardi. 2003. Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Jakarta : Prenada Media Indonesia. UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media. Soegito, A T. 2005. Hak dan Kewajiban Warga Negara (makalah suscados PKn desember 2005 di Jakarta). Jakarta : Dikti Soemarsono, S. Dan H. Mansyur. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Soemiarno, S. 2005. Hak Asasi Manusia. Makalah yang disampaikan dalam kursus calon dosen Kewarganegaraan angkata I, 12-23 Desember 2005. Dirjen Dikti Depdiknas, Jakarta. Syarbani, Syahrial. 2002. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Edisi Revisi, Jakarta: Ghalia Indonesia.
clxxxi
BAB IX RULE OF LAW
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam
penyelenggaraan negara, serta sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang
sebelumnya. Rule of law merupakan konsep tentang common law tempat segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the
law dan bukan rule by man. Konsep ini lahir untuk mengambil alih dominasi yang dimiliki
kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta menggeser negara kerajaan dan memunculkan
negara konstitusi di mana doktrin rule of law ini lahir. Ada tidaknya rule of law dalam
suatu negara ditentukan oleh ”kenyataan”, apakah rakyatnya benar-benar menikmati
keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama warganegara, maupun dari
pemerintah? Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu
negara merupakan suatu premis bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan
hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi
masyarakat.
Untuk membangun kesadaran di masyarakat tentang pentingnya rule by the law,
not rule by the man, maka dipandang perlu memasukkan materi instruksional rule of law
sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn
sendiri merupakan desain baru kurikulum inti di PTU yang menunjang pencapaian Visi
Indonesia 2020 ( Tap. MPR No. VII/MPR/2001) dan Visi Pendidikan Tinggi 2010 (
HELTS 2003-2010-DGHE ), serta merupakan elemen dalam kelompok Mata-kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK). Materi ini merupakan salah satu bentuk penjabaran
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang tidak lagi menyinggung
clxxxii
masalah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) atau di perguruan Tinggi disebut
Pendidikan Kewiraan, serta ditiadakannya Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah
tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. LLaattaarr BBeellaakkaanngg RRuullee ooff LLaaww
2. PPeennggeerrttiiaann ddaann LLiinnggkkuupp RRuullee ooff llaaww;;
3. IIssuu--IIssuu RRuullee ooff LLaaww,,
4. PPrriinnssiipp--pprriinnssiipp RRuullee ooff LLaaww SSeeccaarraa FFoorrmmaall ddii IInnddoonneessiiaa;;
5. PPrriinnssiipp--PPrriinnssiipp RRuullee ooff LLaaww SSeeccaarraa HHaakkiikkii ddaallaamm PPeennyyeelleennggggaarraaaann PPeemmeerriinnttaahhaann ddii
IInnddoonneessiiaa;; sseerrttaa
6. SSttrraatteeggii PPeellaakkssaannaaaann RRuullee ooff LLaaww..
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Bertujuan mengantarkan peserta didik agar dapat berpikir, bersikap rasional dan
dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual yang memiliki kesadaran
tentang pentingnya rule of law dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Dengan kompetensi tersebut, peserta didik diharapkan : peka terhadap
permasalahan pelaksanaan rule of law yang ada di lingkungannya; mampu menjadi katalis
bagi proses penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif untuk tumbuh-suburnya
kesadaran akan rule of law.
clxxxiii
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian dan Lingkup Rule of Law
Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi 2
(dua), yaitu pengertian secara formal ( in the formal sense) dan pengertian secara
hakiki/materiil (ideological sence). Secara formal, rule of law diartikan sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya negara.
Sementara itu, secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law karena
menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait
erat dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.
Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan
dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat objektif,
tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
B. Isu-Isu Rule of Law
Hal-hal yang sering mengemuka dalam kaitannya dengan rule of law, antara lain
(1) Masih relevankah rule of law di Indonesia ?
(2) Bagaimana seharusnya rule of law itu dilaksanakan?
(3) Sejauh mana komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of law ?
(4) Apa yang harus dilakukan agar rule of law dapat berjalan efektif ?
C. Prinsip-Prinsip Rule of Law Secara Formal di Indonesia
Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan :
a. bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,… karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “peri keadilan”;
b. ,..kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur;
c. ,.untuk memajukam “kesejahteraan umum”,… dan “keadilan sosial”;
clxxxiv
d. ,.disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia”;
e. “… kemanusiaan yang adil dan beradab”; serta
f. … serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
“rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia, juga “keadilan sosial” sehingga Pembukaan UUD 1945
bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti dari rule of
law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip
di atas merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi penyelengaraan
negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan
atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu :
a. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 Ayat [3]);
b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 Ayat [1]);
c. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27
Ayat [1]);
d. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil,
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum ( Pasal 28 D Ayat [1]); serta
e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja ( Pasal 28 D Ayat [2]).
clxxxv
D. Prinsip-Prinsip Rule of law Secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Prinsip-Prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya dengan “the
enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal
penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman
berbagai negara dan hasil kajian, menunjukkan bahwa keberhasilan “ the
enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa
(Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar
budayanya yang khas pula.
Rule of law ini juga merupakan legalisme; suatu aliran pemikiran hukum yang
didalamnya terkandung wawasan sosial. Rule of law juga merupakan gagasan
tentang hubungan antarmanusia, masyarakat, dan negara, yang dengan demikian memuat nilai-
nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung
gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of law telah
banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal
sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat.
E. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law.
Agar pelaksanaan (pengembangan) rule of law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, maka :
1) Keberhasilan “ the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional masing-masing
bangsa;
2) Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa;
clxxxvi
3) Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antarmanusia, masyarakat dan negara, harus dapat ditegakkan secara adil,
juga hanya memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif (Satjipto
Rahadjo : 2004), yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik
yang memihak pada kekuasaan, seperti yang selama ini terjadi. Hukum progresif merupakan
gagasan yang ingin mencari cara untuk mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara
lebih bermakna. Asumsi dasar hukum progresif bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan
sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi yang absolut dan final, hukum selalu berada
dalam proses untuk terus-menerus ‘menjadi’(law as process, law in the making). Hukum
progresif memuat kandungan moral yang sangat kuat. Dalam konteks ini, hukum tidak
dijadikan sebagai teknologi yang tidak bernurani, tetapi sebagai suatu institusi yang bermoral,
yaitu berdimensi kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan
terpanggil untuk tampil melindungi rakyat menuju hokum yang ideal. Hukum progresif
menolak keadaan status quo, ia bebas untuk mencari format, pikiran, asas serta aksi-aksi
karena ”hukum untuk manusia”.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan yang sinergis
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, atau “back to law and order”, kembali pada
orde hukum dan ketaatan dalam konteks Indonesia. Artinya, bangsa Indonesia harus berani
mengangkat “Pancasila” sebagai alternatif dalam membangun “negara berdasarkan hukum”
versi Indonesia sehingga dapat menjadi “rule of moral” atau ‘rule of justice” yang bersifat
“ke-Indonesia-an” yang lebih mengedepankan “olah hati nurani” dari pada ‘olah otak”atau
lebih mengedepankan komitmen moral.
clxxxvii
PENUTUP
Rule Of Law adalah suatu doktrin hokum yang muncul pada abad ke-19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule Of Law merupakan konsep tentang
Common Law. Tempat segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kebanggaannya
menjungjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan dan egalitarian.
Pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku disuatu negara merupakan merupakan hukum
yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan adil bagi masyarakat.
Negara bukanlah institusi kebal hukum. Negara dapat dipersalahkan jika pelaksanaanya
terjadi pelanggaran hukum. Rule Of Law mengandung asas “dignity of man “ yang harus
dilindungi dari tindakan sewenang-wenang Pemerintah / penguasa. “inti dari Rule of Law adalah
terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana rakyat bisa
memperoleh kepastian hukum, rasa keadilan, rasa aman, dan dijamin hak-hak asasinya
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian rule of law dan sejarahnya
2. Jelaskan prinsif rule of law secara formal di Indonesia
3. Jelaskan strategi pelaksanaan rule of law
4. Jelaskan tujuan dari implementasi rule of law
BAHAN BACAAN
Sugito, H.A.T. 2005. Rule of Low. Materi kursus Calon Dosen Kewarganegaraan, 12-23
Desember 2005, Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional: Jakarta.
MPR RI. 2005. Undang-Undang dasar Negara republic Indonesia Tahun 1945. Sekretariat
Jenderal MPR RI: Jakarta.
clxxxviii
BAB X HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, dan sejarah,
serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat
karena satu kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua, Depdikbud, hlm. 89). Dengan demikian, bangsa Inndonesia adalah
sekeompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya
sebagai satu bangsa serta berproses dalam satu wilayah Nusantara/Indonesia.
Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
bakat dan potensinya. Negara dapat memungkinkan rakyatnya maju berkembang serta
mengekspresikan daya cipta atau kreativiatas sebebasnya, bahkan Negara memberikan
pembinaan.
Hak dan kewajiban warga negara merupakan hubungan fungsional antara negara
dengan warga negara.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. PPeennggeerrttiiaann bbaannggssaa ddaann NNeeggaarraa;;
2. PPeenndduudduukk ddaann wwaarrggaa NNeeggaarraa;;
3. KKeewwaajjiibbaann NNeeggaarraa ddaann PPeemmeerriinnttaahh;;
4. HHaakk WWaarrggaa NNeeggaarraa
5. KKeewwaajjiibbaann WWaarrggaa NNeeggaarraa;;
6. AAssaass kkeewwaarrggaanneeggaarraaaann;;
7. PPrroobblleemm ssttaattuuss kkeewwaarrggaanneeggaarraaaann;;
clxxxix
C. Sasaran Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan
mengidentifikasi Hak dan Kewajiban warga Negara
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
8. Pengertian bangsa dan Negara;
9. Pendudud dan warga Negara;
10. Asas kewarganegaraan;
11. Problem status kewarganegaraan;
12. Hak Warga Negara
13. Kewajiban Warga Negara;
14. Kewajiban Negara dan Pemerintah;
cxc
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Bangsa dan Negara
Bangsa adaah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, dan
sejarah, serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya
terikat karena satu kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Depdikbud, hlm. 89). Dengan demikian, bangsa Inndonesia
adalah seeompok manusia yang memepunyai kepentingan yang sama dan menyatakan
dirinya sebagai satu bangsaserta berproses dalam satu wilayah: Nusantara/Indonesia.
Banyak para ahli memberikan defenisi tentang Negara, tetapi syarat dan
pengertiannya mencakup elemen berikut.
a. Penduduk, yaitu semua orang yang berdomisili dan mengatakan dirinya ngin
bersatu.
b. Wilayah, yaitu batas territorial yang jelas atas darat, laut, serta udara di atasnya.
c. Pemerintah, yaitu organisasi uutama yang menyelenggarakan kekuasaan, fungsi-
fungsi, dan kebijakan dalam mencapai tujuan.
d. Kedaulatan, yaitu supremasi wewenang secara merdeka dan bebas dari dominasi
Negara lain, serta Negara memperoleh pengakuan dunia internasioanal.
Negara memiliki sifat yang membedakannya dengan organisasi lain, sifat tersebut adalah:
a. Sifat memaksa
b. Sifat monopoli, dan
c. Sifat totalitas.
Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang
dapatmengembangkan bakat dan potensinya. Negara dapaat memungkinkan rakyatnya
maju berkembang serta mengekspresikan daya cipta atau kreativiatas sebebasnya, bahkan
Negara memberikan pembinan. Secara umum, setiap Negara mempunyai 4 fungsi utama
bagi bangsanya, yaitu:
cxci
a. Fungsi pertahanan dan keamanan;
b. Fungsi pengaturan dan ketertiban;
c. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran; serta
d. Fungsi keadilan menurut hak dan kewajiban.
Bagaimana fungsi-fungsi Negara itu terlaksana, sangat bergantung pada partsipasi
politik semua warga Negara dan mobilisasi sumber daya kekuatan Negara.
Adapun elemen kekuatan Negara tercermin dalam hal-hal berikut.
a. Sumber daya manusia, yaitu jumlah penduduk, tingkat pendidikan warga, nilai
budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.
b. Teritorial negeri, yaitu mencakup luas wilayah Negara (darat dan laut), letak
geografis, dan situasi Negara tetangga.
c. Sumber daya alam, yaitu kondisi alam material buminya, berupa andungan
mineral, kesuburan, serta kekayaan lat dan hutan.
d. Kapasitas pertanian dan industry, yaitu tingkat budaya, usaha warga Negara
dalam bidang pertanian, industry, dan perdagangan.
e. Kekuatan militer dan mobilitasnya, yaitu kapasitas power (kekuatan) yang
dimiliki militer dalam hal mewujudkan kekuasaan dari pemerintah demi
tecapainya tujuan Negara.
f. Elemen kekuatan yang tidak nyata (tidak berwujud), yaitu segala factor yang
mendukung kedaulatan Negara, berupa kepribadian dan kepemimpinan,
efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan intenasional, reputasi bangsa
(nasionalisme) an sebagainya.
1. Penduduk dan warga Negara
Penduduk Indonesia menurut pasal 26 Ayat (2) UUD1945 ialah warga Negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tingal di Indonesia. Adapun warga Negara
menurut Pasal 26 Ayat (1) ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
cxcii
bansa lalin yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga Negara. Sementara
itu, menurut Undang-Undang No. 62/1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia,
dinyatakan bahwa Warga Negara Inonesia adalah orang yang berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga
Negara Republik Inonesia. Warga Negara dari suatu Negara berarti anggota dari
Negara itu yang merupakan pendukung dan penanggung jawab terhadap kemajuan dan
kemunduran suatu Negara. Oleh sebab itu, seorang menjadi anggota atau warga suatu
Negara haruslah ditentukan oleh Undang-Undang yang dibuat oleh Negara tersebut.
Sebelum Negara menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, terlebih dahulu
Negara harus mengakui bahwa setiap orang harus memiliki kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali
sebagaimana dinyatakan oeh Pasal 28 E Ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini
mengandung bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah Negara dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Penduduk, ialah yang memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di wilayah
negara itu, yang dapat dibedakan warga negara dengan warga negara asing
(WNA).
b. Bukan Penduduk, yaitu orang orang asing yang tinggal sementara dalam
suatu negara sesuai dengan visa yang diberikan oleh negara (kantor imigrasi)
yang bersangkutan, misalnya turis.
B. Asas Kewarganegaraan
Setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraan, dalam asas kewarganegaraan dikenal dua pedoman, yaitu :
a. Asas Kelahiran (Ius Soli)
Asas Kelahiran (ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat
atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan hanyalah ius soli
saja, sebagai suatu anggapan bahwa seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka
cxciii
otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Akan tetapi, dengan tingginya
mobilitas mausia akan diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada kelahiran
sebagai realitas. Sebagai contoh, orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda akan menjadi bermasalah jika orang tua tersebut melahirkan ditempat salah satu
orang tuanya (misalnya ditempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan, si
anak tidak berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar
inilah maka muncul asas ius sanguinis.
b. Asas Keturunan (ius sanguinis)
Asas Keturunan (ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, seseorang yang
lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, seperti Indonesia
maka anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga
negara Indonesia.
c. Asas Perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan. Yang memiliki asas kesatuan
hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga merupakan inti masyarakat
yang mendambakan suasana sejahtera, sehat, dan bersatu. Di samping itu, asas
perkawinan mengandung asas persamaan derajat. Hal ini karena suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan setiap pihak. Asas ini menghindari
penyelundupan hukum, misalnya laki laki yang berkewarganegaraan asing ingin
memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara berpura pura melakukan
pernikahan dengan seorang perempuan di negara tersebut, lalu setelah mendapat
kewarganegaraan itu, dia menceraikan isterinya.
d. Unsur Pewarganegaraan (naturalisasi)
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seorang yang dapat menggunakan hak
opsi untuk memilih atau mengajukan kehandak untuk menjadi warga negara dari suatu
negara. Adapun naturalisasi pasif, yaitu seseorang yang tidak mau diwarganegarakan
oleh negara atau tidak mau diberi status warga negara suatu negara. Dengan demikian,
cxciv
yang bersangkutan menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut.
C. Problem Status Kewarganegaraan
Apabila asas kewarganegaraan di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah
negara, akan mengakibatkan status kewarganegaraan seseorang menjadi sebagai
berikut :
a. Apatride, yaitu seseorang tidak mendapatkan kewarganegaraan disebabkan oleh
orang tersebut lahir di sebuah negara yang menganut asas ius sanguinis.
b. Bipatride, yaitu seseorang akan mendapatkan dua kewarganegaraan apabila orang
tersebut berasal dari orang tua yang negara asalnya menganut sanguinis, sedangkan
ia lahir di suatu negara yang menganut ius soli.
c. Multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan antar – dua
negara.
Dalam rangka memecahkan problem kewarganegaraan di atas, setiap negara
memiliki peraturan sendiri sendiri yang prinsip prinsipnya bersifat universal
sebagaimana dalam UUD 1945 Pasal 28 D Ayat (4) bahwa setiap orang berhak atas
status kewarganegaraan. Oleh sebab itu, negara Indonesia melalui UU no. 62 Tahun
1958 tentang kewarganegaraan Indonesia dinyatakan bahwa cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia sebagai berikut:
a. Karena kelahiran ;
b. Karena pengangkatan ;
c. Karena dikabulkan permohonan ;
d. Karena pewarganegaraan ;
e. Karena perkawinan ;
f. Karena turut ayah dan ibu ; serta
g. Karena pernyataan.
cxcv
D. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Serta Tugas Dan Tanggung Jawab Negara
Untuk memahami hak dan kewajban, terlebih dahulu harus dipahami pengertian
hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang
sebagai ciptaan Tuhan agar mampu menjaga harkat, martabat, dan keharmonisan
lingkungan. Hak asasi merupakan hak dasar yang melekat secara kodrati pada diri
manusia dengan sifatnya yang universal dan abadi.
Oleh karean itu, hak asasi harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan. Selain itu, hak
ini tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Hak asasi manusia
perlu mendapat jaminan perlindungan dari negara melalui pernyataan tertulis yang harus
dimuat dalam UUD negara. Peranan negra sesuai dengan pasal 1 Ayat (1) UU No.
39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa negara, hukum dan pemerintah, serta setiap
orang wajib menghormati, menjunjung tinggi, dan melindungi hak asasi manusia.
a. Hak Warga Negara
Dalam UUD 1945, telah dinyatakan bahwa hak warga negara adalah sebagai berikut :
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2) Berhak berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran.
3) Berhak untuk hidup dan mempertahankan keidupan
4) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
5) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
6) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya.
7) Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta seni dan
budaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
8) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
9) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, kepastian hukum yang
adil, serta perlakuan yang sama di depan hukum.
10) Setiap orang berhak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan, serta perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
cxcvi
11) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
12) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
13) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, serta
memilih tempat tinggal di wilayah negara juga meninggalkannya serta berhak kembali.
14) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, serta menyatakan pikiran
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
15) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
16) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Selain itu, setiap orang berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
17) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang berada dibawah kekuasaannya. Di samping itu, setiap orang
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
18) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia, serta berhak memperoleh suaka poitik negara lain.
19) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh layanan kesehatan.
20) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama dalam mencapai persamaan dan keadilan.
21) Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagi manusia yang bermartabat.
22) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi. Hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
23) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati murni,
hak beragama hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, serta hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keaadaan apapun.
cxcvii
24) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun,
serta berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu.
25) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
b. Kewajiban Warga Negara adalah :
1). wajib menjunjung hukum dan pemerintahan;
2). wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara;
3). wajib ikut serta dalam pembelaan negara;
4). wajib menghormati hak asasi manusia orang lain;
5). wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk
menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan kebabasan orang lain;
6). wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara; serta
7). wajib mengikuti pendidikan dasar.
c. Tugas dan tanggung jawab negara
Dalam rangka terpeliharanya hak dan kewajiban warga negara, negara memiliki
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya.
2) Negara atau pemerintah wajib membiayai pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
3) Pemerintah berkewajiban mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional.
4) Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari
anggaran belanja negara dan belanja daerah.
5) Pemeritah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.
6) Negara memajukan kebudayaan manusia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat, dengan memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
cxcviii
7) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan kebudayaan
nasional.
8) Negara menguasai cabang-cabang produksi terpenting bagi negara dan menguasai
hidup orang banyak.
9) Negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat.
10) Negara berkewajiban memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar.
11) Negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat, serta
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
12) Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
cxcix
PENUTUP
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian bangsa, negara, penduduk dan warga negara
2. Jelaskan Hak dan Kewajiban sebagai warga Negara di bidang ekonomi
3. Jelaskan azas kewarganegaraan dan permasalahn kewarganegaraan di Indonesia
4. Jelaskan yang maksud warga negara menurut Undang-Undang No. 12/2006
BAHAN BACAAN
Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media. Marlian, S. Marjuki (editor). 2003. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak AsasiManusia. UII Press:Yogyakarta. Mansoer, Hamdan (Pnyt). 2002 Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan Bagian I. Jakarta: Depdiknas. Pasha, Mustfa Kamal.2002. Pendididkan Kewarganegaraan.Yogykarta: Citra Karsa Mandiri. Soegito, A T. 2005. Hak dan Kewajiban Warga Negara (Makalah Suscados PKn Desember 2005 di Jakarta. Jakarta: Dikti. Soemasono, S. dan H. Mansyur.2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Soemiarno, S. 2005. Hak Asasi Manusia. Makalah yang disampaikan dalam ursus Calon Dosen Kewarganegaraan Angkatan I , 12 – 23 Desember. 2005. Dirjen Dikti Dediknas, Jakarta . Syarbani, Syarial. 2002. Pendididkan Pancasila di Perguruan Tinggi Edisi Revisi,Jakarta: Ghalia Indonesia.
cc
BAB XI GEOPOLITIK INDONESIA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geopolitik dan geostrategi merupakan permasalahan yang sangat penting pada dua
abad terakhir ini. Permasalahan ini menjadi penting karena manusia yang telah berbangsa
membutuhkan wilayah sebagai tempat tinggalnya yang kemudian di kenal dengan Negara.
Dalam perkembangannya pengertian Negara tidak saja di arikan sebagai wilayah, tetapi di
artikan lebih luas, yaitu sebagai intitusi. Prasarat Negara sebagai initusi menurut Prof. DR.
Sri Soemantri (Dikti, 2001 : 36) secara minimal meliputi unsur wilayah, rakyat, dan
pemerintah yang berkuasa. Unsur rakyat suatu Negara di samping warga Negara juga
meliputi bukan warga Negara. Agar Negara mencapai tujuan nasioal aman dan sejahtera
(Pembukaan UUD’45 Alinea IV) perlu pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan yang
dimaksud agar warga Negara Indonesia tahu tentang hak dan kewajiban, serta mampu
berdiri dan tetap menjaga jati dirinya di tengah arus globalisasi.
Bertitik tolak dari amanat UU No. 20/2003 tentang sis diknas,khususnya penjelasan
pasal 37,tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara terperinci visi dan misi
bahan ajar adalah agar peserta didik mampu :
5. Menjelaskan landasan histories perkembangan pengetahuan tentang geopolitik yang
kini menjadi salah satu unsur dalam konsep perencanaan pembangunan bangsa dan
Negara.agar tecapai tujuan banga,
6. Menjelaskan konsepsi cara pandang wawasan nasional bangsa Indonesia yang didasari
filsafat pancasilayang pada hakekatnya merupakan konsepsi geopolitik Indonesia,
7. Menguasai dan memahamiberbagai masalah dasar kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara Indonesia dengan menerapkan pandangan babngsa Indonesia tentang diri
meliputi: sejarah,filsafat,kebhekaan etnik, budaya,agama,dan lingkungan geografiyang
berbentuk Negara kepulauan yang berada diposisi silang antara dua benua dan dua
lautan: serta
cci
8. Mengaplasikan cara pandang bangsa Indonesia dalam pembinaan dan pengendalian
hidup bangsa di NKRI.
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. PPeerrkkeemmbbaannggaann TTeeoorrii GGeeooppoolliittiikk
2. WWaawwaassaann nnaassiioonnaall
3. WWaawwaassaann nnuussaannttaarraa
4. GGeeooppoolliittiikk DDaann HHuukkuumm KKeewwiillaayyaahhaann
5. GGeeooppoolliittiikk DDaann OOttoonnoommii DDaaeerraahh
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah proses pembelajaran, membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjalaskan landasan histories perkembangan pengetahuan tentang geopolitik yang
kini menjadi salah satu unsur dalam konsep perencanaan pembangunan bangsa dan
Negara.agar tecapai tujuan banga,
2. Menjelaskan konsepsi cara pandang wawasan nasional bangsa Indonesia yang
didasari filsafat pancasilayang pada hakekatnya merupakan konsepsi geopolitik
Indonesia,
3. Menguasai dan memahami berbagai masalah dasar kehidupan masyarakat, bangsa,
dan Negara Indonesia dengan menerapkan pandangan babngsa Indonesia tentang diri
meliputi: sejarah, filsafat, kebhinekaan etnik, budaya, agama,dan lingkungan
geografi yang berbentuk Negara kepulauan yang berada diposisi silang antara dua
benua dan dua lautan: serta
4. Mengaplasikan cara pandang bangsa Indonesia dalam pembinaan dan pengendalian
hidup bangsa di NKRI.
ccii
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang Geopolitik
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi
yang ada di bawah kakinya. Demikian, kata Ir. Sukarno pada 1 juni 1945 dihadapan siding
BPUPKI (Setneg RI, tt: 66). Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat
tinggal sebagai Negara. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian Negara tidak hanya
tempat tinggal, tetapi diartikan lebih luas lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat,
kedaulatan, dan lain - lain.
Karena orang dengan tempat tinggalnya dapat di pisahkan,perebutan ruang yang
menjadi hal yang menimbulkan konflik antar manusia _induvidu, keluarga, masyarakat dan
bangsa_ hingga kini, meskipun bentuknya dapat secara fisik ataupn nonfisik. Untuk dapat
mempertahankan ruang hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang
dikenal sebagai wawasan nasional. Para ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai
geopolitik yang merupakan kepanjangan dari geografi politik.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan profil diri
bangsa sejarah, pandangan hidup, ideology, budaya dan sudah barang tentu ruang hidupnya,
yaitu geografi. Kedua unsure pokok profil bangsa dan geografi inilah yang harus diperhatikan
dalam membuat konsep geopolitik bangsa dan Negara. Geopolitik Indonesia dinamakan
wawasan nusantara, dengan alasan sebagai berikut :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara kepulauan (Setneg RI, tt: 66)
2. Indonesia berada di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua lautan (Lautan India
dan Lautan pasifik) sehinnga tepatlah jika di namakan nusa diantara laut/air yang
selanjutnya dinamakan Nusantara.
3. Keunikan lainnya adalah bahwa wilayah Nusantara berada di Garis Khatulistiwa dan
diliwati oleh Geostationery Satellite Orbit ( GSO ).
Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada akhir
abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya membahas
cciii
geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya, berkembang konsep politik _dalam arti
distribusi kuatan_ pada hamparan geografi negara sehingga tidaklah berlebihan bahwa
geopolitik sebagai ilmu “baru” dicuragai sebagai pembenaran pada kosepsi ruang (Sunardi
,2004:157). Oleh karena itu, dalam membahas masalah wawasan nasional bangsa, di samping
membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional, akan dibahas pula teori geopolitik dan
implementasinya pada negara Indonesia.
1. Geomorfologi Negara
Sebelum membahas masalah geopolitik suatu negara, perlu didalami ciri khusus negara
berdasarkan bentuk geomorfologinya (ciri fisik dan nonfisik). Setelah abad XIX,
perkembangan geopolitik dipengaruhi oleh orentasi manusia pada konstelasi wilayah. Pada
masa lalu _sebelum abad XIX, pengertian negara identik dengan tanah sehingga banyak
bangsa menamakan negaranya dengan unsur tanah, misalnya England, Holland, Poland,
Rusland, atau Thailand.
Negara berdasarkan bentuk geografinya dapat dibedakan dalam dua yaitu, pertama
dikelilingi daratan (land lock country); dan yang kedua berbatasan dengan laut, yang
kemudian dapat dibedakan menjadi:
a. negara pulau (oceanic archipelago)
b. negara pantai (coastal archipelago)
c. negara kepulauan (archipelago).
Adapun pengertian Asas Kepulauan berdasarkan UNCLOS 1982 adalah Kepulauan sebagai
suatu kesatuan utuh wilayah yang batas-batasannya ditentukan oleh laut, dalam lingkungan
terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau-pulau. Selain itu, kepulauan dapat diartikan:
gugusan pulau-palau ddengan perairan diantaranya dan angkasa di atasnya sebagai kesatuan
utuh, dengan unsur air senagai penghubung.
cciv
2. Perkembangan Teori Geopolitik
Istilah geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas negara yang
berupa bentuk, Luas, letak, iklim, dan sumber daya alam_ sutau negara untuk membangun dan
membina negara. Para penyelenggara pemerintah nasional hendaknya menyusun pembinaan
politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-
cita bangsa. Adapun geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara
(Poernomo: 1972).
Kemudian, teori geopolitik berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa.
Oleh karena itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada geopolitik. Dengan wawasan
nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah arah perkembangan sautu negara.
3. Beberapa Pandangan para pemikir geopolitik
Sebelum membahas wawasan nasional, terlebih dahulu perlu pembahasan tentang
beberapa pendapat dari para penulis geopolitik. Semula geopolitik adalah ilmu bumi politik
yang membahas masalah politik dalam suatu negara, lalu berkembang menjadi ajaran yang
melegitimasi Hukum Ekspansi suatu negara. Hal ini tidak terlepas sumbangsih pemikiran dari
pada penulis, diantaraya:
a. Teori Geopolitik Kontinental
Friedrich Ratzel (1844-1904).
Teori yang dikemukakannya adalah teori ruang yang dalam konsepsinya dipengaruhi
oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia menyamakan negara sebagai makhluk hidup yang makin
sempurna serta membutuhkan ruang hidup yang makin meluas karena kebutuhan. Dalam
teorinya, bahwa bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi
dan akhirnya mendesak wilayah bangsa yang “primitif”. Pendapat ini dipertegas Rudolf
Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan, yang pada pokoknya menyatakan bahwa negara
adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual.
ccv
Dengan kekuatannya, ia mampu mengeksploitasi negara “primitif” agar negaranya dapat
swasembada. Beberapa pemikir sering menyebutnya sebagai Darwinisme social.
Karl Haushofer (1869-1946).
Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang meramalkan bahwa Jepang akan
menjadi negara yang jaya di dunia. Untuk menjadi jaya, suatu bangsa harus mampu menguasai
benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia dapat dibagi atas empat
kawasan benua (Pan Region) dan dipimpin oleh negara unggul. Teori Ruang dan Kekuatan
merupakan hasil penelitiannya serta dikenal pula sebagai teori Pan Regional, yaitu:
1) Lebensraum (ruang hidup) yang “cukup”;
2) Autarki (swasembada); serta
3) Dunia dibagi empat Pan Region, tiap region dipimpin satu bangsa (nation) yang
unggul, yaitu Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, serta Pan Eropa Afrika.
Dari pembagian daerah inilah, dapat diketahui percaturan politik masalah lalu dan
masa depan.
Pengaruh Haushofer _menjelang Perang Dunia II_ sangat besar di Jerman ataupun di
Jepang. Semboyan Macht und Erde di Jerman serta doktrin Fukoku Kyohei di Jepang
melandasi pembangunan kekuatan angkatan perang kedua negara tersebut menjelang Perang
Dunia II.
b. Wawasan Geopolitik
Selanjutnya masih ada beberapa pandangan geopolitik lain, akan tetapi lebih cenderung
menunjukkan kepada suatu wawasan yaitu
1) Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861-1947)
Teori Daerah Jantung (dikenal pula sebagai wawasan benua). Dalam teori ahli
geografi ini, mungkin terkandung maksud agar negara lain selalu berpaling pada pembentukan
ccvi
kekuatan darat. Dengan demikian, tidak mengganggu pengembangan armada laut Inggris.
Teorinya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dunia terdiri atas 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), serta sisanya 1/12
pulau lainnya.
b. Daerah terdiri atas Daerah Jantung (Heartland), terletak di pulau dunia, yaitu Rusia,
Siberia, sebagian Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi Eropa
Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, serta Bulan Sabit Luar
(outer cresent) meliputi Afrika, Australia, Amerika / Benua Baru.
c. Apabila suatu negara ingin menguasai dunia, harus menguasai Dunia Jantung, untuk itu
diperlukan kekuatan darat yang memadai.
Teori geopolitik Mackinder dapat disimpulkan sebagai berikut (Sunardi,
2004: 166): Who rules East Europe commands the Heartland; who rules the Heartland
commands the world; Island, Who rules the world Island commands the World.
2) Wawasan Bahari
Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914)
Teori Kekuatan Maritim yang direncanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan
kebangkitan armada Inggris dan belanda yang ditandai dengan kemajuan teknologi perkapalan
dan pelabuhan, serta semangat perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan sutra di Timur
(Simbolon,1995 : 425).
Pada masa ini pula, lahir pemikiran hukum laut internasional yang berlaku sampai tahun
1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB).
a. Sir W.Raleigh: Siapa yang kuasai laut akan menguasai perdagangan dunia/kekayaan
dan akhirnya menguasai dunia, karena itu ia harus memiliki armada laut yang kuat.
Sebagai tindak lanjut, maka Inggris berusaha menguasai pantai-pantai benua, paling
tidak menyewanya.
b. Alfred T.Mahan: Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat di laut,
maka harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya. Menurut Mahan, di
samping hal tersebut, juga perlu diperhatikan masalah akses ke laut dan jumlah
penduduk karena faktor ini juga akan memungkinkan kemampuan industri untuk
kemandirian suatu bangsa dan negara.
ccvii
3) Wawasan Dirgantara
Giulio Douhet (1869-1930) William Mitcel (1879-1936).
Awal abad XX merupakan kebangkitan ilm pengetahuan pener_bangan. Kedua orang
ini mencita-citakan berdinya Angkatan Udara. Dalam teorinya, disebutkan bahwa kekuatan
udara mampu beroperasi hingga belakang lawan, serta kemenangan akhir ditentukan oleh
kekuatan udara.
4) Wawasan Kombinasi
Nicholas J. Spijkman (1893-1943).
Teori Daerah Batas (Rimland theory). Teorinya dipengaruhi oleh Mackinder dan
Haushover, terutama dalam membagi daerah. Karena ia adalah bangsa Belanda yang pada
dasarnya bangsa mari_tim, maka menurutnya penguasa daerah jantung harus ada akses ke laut
hendaknya menguasai pantai Eurasia. Dalam teorinya tersirat:
a. Dunia menurunya terbagi empat daerah, yaitu daerah jantung (Hearland), Bulan
Babit Dalam(Rimland), Bulan Sabit Luar, dan Dunia Baru(Benua amerika);
b. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk kuasai dunia;
c. Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar panga_ruhnya dalam
percaturan politik dunia dari pada daerah jantung; serta
d. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.
4. Bangsa Indonesia
Wawasan bangsa Indonesia tersirat melalui UUD 1945 antara lain:
a. Ruang hidup bangsa terbatas diakui internasional;
b. Setiap bangsa sama derajatnya, berkewajiban menjaga per_damaian dunia; serta
c. Kekuatan bangsa untuk mempertahankan eksistensi dan kemakmuran rakyat.
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori geopolitik menjadi doktrin
dasar bagi terbentuknya Negara nasional yang kuat dan tangguh. Sebagai doktrin dasar, ada
empat unsur yang perlu diperhatikan, yaitu (Sunardi, 2004: hlm. 189 s.d. 177):
1. Konsepsi Ruang, yang merupakan aktualisasi dari pemikiran Negara sebagai organisasi
hidup. Ruang yang merupakan inti dari konsepsi geopolitik merupakan wadah dinamika
ccviii
politik dan militer. Hal ini juga dapat dirasakan pada era Perang Dingin antara Blok Barat
dan Blok Timur_ ketika kedua kutub saling mencari pengaruh di dunia ketiga (Negara
Sedang Berkembang).
2. Konsepsi Frontier, yang merupakan konsekuensi dari kebutuhan dan lingkungan. Frontier
merupakan batas imajiner di antara dua Negara yang saling mempengaruhi. Oleh karena
itu, batas resmi (boundary) dapat bergeser karena berbagai pengaruh, terutama masalah
social, budaya, ataupun ekonomi. Pengaruh negara asing/tetangga _yang lebih maju_
apabila tidak ditangani secara serius, akan menimbulkan gejolak politik yang melibatkan
pemerintah.
3. Konsepsi Politik Kekuatan, yang ingin menjelaskan tentang kehi_dupan bernegara. Politik
kekuatan yang merupakan faktor dinamika kehidupan bangsa karena dinamika organisme
bangsa. Dunia yang meyempit dan percepatan jalannya sejarah (Wright, 1941: hlm. 5 s.d.
7) sebagai akibat revolusi teknik. Dengan demikian dunia semakin terbuka dan cita-cita
dunia tanpa batas (Ohmae, 1990: 214) merupakan ciri globalisasi. Fenomena ini harus
dapat ditangkal oleh setiap Negara, lebih-lebih bagi negara sedang berkembang.
4. Konsepsi Keamanan Negara dan Bangsa, yang kemudian melahirkan konsepsi geostrategi.
Geopolitik akhirnya bertujuan untuk pengamanan negara, baik secara fisik maupun social
(ekonomi, budaya, dan kehidupan social lainnya). Untuk itu, perlu dipersiapkan daerah
penyangga yang dikenal sebagai daerah frontier yang berbatasan dengan Negara jira dan
dipersiapkan secara sistematis pembangunannya.
B. GEOPOLITIK INDONESIA
Wawasan Nasional
Wawasan berasal darai kata wawas yang berarti meninjau, memandang, atau
mengamati. Dengan demikian, wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang (KBBI, 2002:
1271). Pada awal era revormasi, istilah ini menjadi kurang popular sehingga para politisi pun
enggan menggunakannya (tidak lagi tersurat dalm GBHN 19999 sebagai wawasan bangsa).
ccix
Wawasan nasional suatu bangsa terbentuk karena bangsa tersebut tinggal dalam suatu
wilayah yang diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu, apabila suatu
bangsa dibahas, akan terkait pula masalah sejarah diri dan budaya, falsafah hidup, serta tempat
tinggal dan lingkungan bangsa tersebut. Dari ketiga aspek itu, tercetus aspirasi bangsa yang
kemudian dituangkan dalam perjanjian tertulis-konstitusi-ataupun tidak tertulis. Perjanjian ini
tetap menjadi catatan hidup-motivasi –yang semuanya dituangkan menjadi ajaran –doktrin -
dasar untuk membanngun negara yang berupa wawasan nasional.
Wawasan nasioal bangsa Indonesia dinamakan wawasan nusantara yang merupakan
implementasi perjuangan pengakuan se-bagai negara kepulauan yang disesuaikan dengan
kemajuan zaman. Pada masa lalu negara kepulauan yang meliputi kumpulan pulau-
pulau_berdasarkan contour yang dipisahkan oleh laut. Paham Nusantara menunjukkan dua
arah pengaruh, yaitu :
1. ke dalam: berlaku asas kepulauan yang menuntut terpenuhnya unsur tanah dan air yang
selaras dan serasi untuk merealisasikan wujud tanah air;serta
2. ke luar: berlakunya asas posisi antara yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia untuk
dapat berdiri tegak dari tarikan segala penjuru.
Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum didefinisikan
sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, serta
lingkungan geografinya yang berwuud negara kepulauan berdasarkan pancasila dan UUD
1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua
itu dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena itu, hakikat tujuan Wawasan
Nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai
berikut :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan potensi
geografi, serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman dan pola tindak serta pola pikir kebiaksanaan nasional.
3. Hakekat Wawasan Nusantara dasar persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
ccx
Kedudukan Wawasan Nusantara
Dalam system kehidupan nasional Indonesia sebagai paradigma kehidupan nasional
Indonesia yang urutannya sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai falsafah, ideology bangsa, dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan Negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam pebangunan
nasional.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan
kehidupan nasional. Sementara itu, politik dan strategi nasional, sebagai kebijaksanaan dasar
nasional dalam bentuk GBHN- masa ORBA- yang dijabarkan lebih lanjut dalam
kebijaksanaan strategi pada strata di bawahnya.
Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjurkan dan
diterima sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, serta
dalam usaha mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari pemikiran yang
bersifat falsafah.
Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan kehidupan nasional,Wawasan Nusantara dijelaskan peranannya untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, yang serasi dan selaras pada
segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pamanfaatan lingkungannya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan antara
bangsa dan ruang hidupnya. Oleh karena itu, pemanfaatan lingkungan harus bertanggung
jawab. Jika tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkugan yang pada akhirnya akan
merugikan bangsa.
ccxi
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila suatu bangsa kepentingan nasionalnya
sejalan atau parallel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu akan
mudah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
Wajah Wawasan Nusantara
Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi wajah
itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan yang lain sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu, dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu, yaitu
Wawasan Nusantara (Wasantara). Namun, wajahnya lebih dari satu, yaitu ada 4 wajah yang
meliputi :
1. Wajah Wasantara sebagai Wawasan Nasional yang melandasi konsepsi Ketahanan
Nasional.
2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.
Wasantara Sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional
Wajah Wasantara dalam pengembangannya dipandang sebagai konspsi politik
ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai suatu konsepsi politik yang
di dasarkan pada pertimbangan konstelasi geografis, wawasan nusantara dapat di katakan
merupakan penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia.
Dengan demikian, wawasan nusantara selanjutnya menjadi landasan penentuan
kebijaksanaan politik Negara. Dalam perjuangan mencapai tujuan nasional, akn banyak
menghadapi tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar negri maupun dari
dalam negri sendiri. Untuk menanggulanginya,dibutuhkan suatu kekuatan baik fisik maupun
ccxii
mental. Semakin tinggi kekuatan itu makin tinggi pula kemampuannya. Kekuatan dan
kemampuan yang diistilahkan ketahanan nasional berdasarkan rangkaian pemikiran tersebut
maka ketahanan nasional diartikan sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan dalam
mencapai persatuan serta kesatuan nasional dalam rangka mencapai kesejahteraan dan
keamanan nasional. Bertolak dari pandangan ini maka ketahanan nasional merupakan
geostrategi nasional untuk mencapai sasaran yang telah ditegaskan dalam wawasan nusantara
dan perlu ditingkatkan dengan berpedoman pada wawasan nusantara.
Wasantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional
Menurut UUD 1945 MPR wajib membuat GBHN. GBHN_masa ORBA_ menegaskan
bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara
yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa. Di samping itu, dengan mengutamakan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini mencakup :
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, yang berarti :
a. bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan
kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa
b. bahwa bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan berbicara dalam berbagai
bahasa daerah, serta memeluk/menyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan suatu kesatuan bangsa yang bulat dalam
artian seluas-luasnya.
c. bahwa secara psikologis bangsa Indonesia harus merata satu, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.
d. bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideology bangsa dan negara yang
melandasi, membimbing dan menyerahkan bangsa menuju tujuannya.
ccxiii
e. bahwa kehidupan politik diseluruh wilayah Nusantara merupakan suatu kesatuan
politik yang diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
f. bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan system hukum dalam
arti bahwa hanya ada satu hukun nasional yang mengabdi kepentingan nasional;serta
g. bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut
menciptakan ketertiban nasional yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial melalui politik luar negri bebas dan aktif serta diabadikan pada
kepen_tingan nasional
2. Pewujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, yang berati:
a. bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah modal dan
milik bersama bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di
seluruh wilayah tanah air;
b. tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa
meninggalkan kehidupan ekonominya; serta
c. kehiduan perekonomian di setiap wilayah Nusantara meru_pakan satu kesatuan
ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama mendasar atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya yang berarti:
a. bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, maka perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapat tingkat kemajuan masyarakat yang
sama merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
tingkat kemajuan bangsa; serta
b. bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam
budaya yang ada menggambarkan kekanyaan budaya bangsa. Kekayaan ini menjadi
modal dan landasan pengembagan budaya bangsa seluruhnya. Tentunya dengan tidak
menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa,
serta hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan pertahanan dan keamanan, yang
berarti:
a. bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan
ancaman terhadap seluruh bangsa dan Negara; serta
ccxiv
b. bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
rangka pembelaan negara dan bangsa.
Dari rangkaian uraian di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut.
1. Wawasan Nusantara merupakan penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan
dengan kondisi, posisi dan potensi geografi, serta kebhinnekaan bangsa dalam rangka
mewujudkan persatuan dan kesatuan.
2. Wawasan Nusantara merupakan pola tindak dan pola pikir dalam melaksanakan
pembangunan nasional.
Wasantara sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Negara.
Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik Indonesia dalam mengartikan tanah
air Indonesia sebagai satu kesatuan yang me-liputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan
negara.
Mengingat bentuk dan letak geografis Indonesia yang merupakan suata wilayah lautan
dengan pulau-pulau di dalamnya dan mempunyai letak ekuator besarta segala sifat dan corak
khasnya,maka implementasi nyata dari Wawasan Nusantara yang menjadi kepentingan-
kepentingan pertahanan keamanan negara harus ditegakkan. Realisasi penghayatan dan
pengisian Wawasan Nusantara di satu pihak menjamin keutuhan wilayah nasional dan
melindungi sumber-sumber kekayaan alam beserta penyelarasannya, sedangkan di lain pihak
dapat menunjukkan kedaulatan negara Republik Indonesia.
Untuk dapat memenuhi tuntutan itu dalam perkembangan dunia, maka seluruh potensi
pertahanan ke amanan Negara haruslah sedini mungkin ditata dan di atur menjadi suatu
kekuatan yang utuh dan menyeluruh. Kesatuan pertahanan dan keamanan negara mengandung
arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah mana pun pada hakikatnya merupakan
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
ccxv
Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan
Sebagai faktor eksistensi suatu Negara, wilayah nasional perlu di tentukan batas-
bataasnya agar tidak terjadi sengketa dengan Negara tetangga. Oleh karena itu, pada umumnya
batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan konstitusi negara (baik tertulis maupun tidak
tertulis). Namun, UUD’45 tidak memuat secara jelas ketentuan wilayah negara Republik
Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasalnya. Adapun pasal-pasal yang
menyebut wilayah/daerah, yaitu:
1. Pada pembukaan UUD’45, alinea IV di sebutkan “…seluruh tumpa darah
Indonesia…”; serta
2. Pasal 18, UUD’45: “Pembagian daerah indnesia atas daerah besar dan kecil…”.
Untuk dapat memahami manakah yang di maksudkan dengan wilayah atau tumpah
darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba_hasan-pembahasan yang terjadi pada siding-
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada Mei s.d.
Juni 1945, yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari
setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Adapun pembahasan-pembahasan
tersebut bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam Jakarta yang dihasilkan oleh
BPUPKI. Dalam rangkaian siding-sidang BPUPKI bulan Mei s.d. Juni 1945, telah dibahas
masalah wilayah Negara Indonesia merdeka yang lebih populer disebut tanah air atau juga
“tumpah darah” Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat Dr. Supomo, S.H. dan
Muh.Yamin, S.H. pada 31 Mei 1945, serta Ir.Sukarno pada 1 Juli 1945.
Supomo menyatakan,antara lain:
“Tentang syarat mutlak lain –lainnya, pertama tentang daerah, saya mufakat dengan
pendapat yang menga-takan: pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi batas Hindia
Belanda…” (Setneg RI, tt : 25).
Muh.Yamin menghendaki, antara lain:
“….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil, Borneo,
Selebes, Maluku-Ambon, dan Semenanjung Malaya, Timor dan Papua…..Daerah
ccxvi
kedaulatan negara Republik Indonesia ialah daerah yang delapan yang menjadi wilayah
pusaka bangsa Indonesia” (Setneg RI, tt : 49).
Sokarno dalam pidaonya, antara lain:
“…Orang dan tempat tidak dapat dipisihkan. Tidak dapat di pisahkan rakyat dari bumi
yang ada di bawah kakinya. … Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah satu
kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia, meyusun peta dunia, kita dapat menunjukkan
di mana “kesatuan-kesatuan” di situ. Seorang anak kecil pun, jikalau ia melihat dunia, ia
dapat menunjukakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan…”(Setneg RI,
tt: 66).
Adapun yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah
Hindia Belanda. Namun, dalam rancangan UUD atau pun dalam keputusan PPKI tentang
UUD 1945 ketentuan tentang wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini di
jelaskan oleh ketua PPKI__Ir. Sukarno__bahwa dalam UUD yang modern, daerah (=Wilayah)
tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt: 347). Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI
tersebut, jelaslah bahwa wilayah, tanah air, atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas
Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional, dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas wilayah
tidak saja untuk mempertahankan wilayah, tetapi juga untuk menegaskan hak bangsa dan
negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi Indonesia berdasarkan
pancasila—dalam arti persatuan dan kesatuan—menuntut suatu konsep kewilayahan yang
memandang daratan/pulau, lautan, serta udara angkasa di atasnya sebagai satu kesatuan
wilayah. Dari dasar inilah, laut bukan lagi sebagai alat pemisah wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada Aturan
Peralihan UUD’45, Pasal II—“Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”—yang
memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan
peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam Ordonantie tahun 1939 yang
ccxvii
diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang dimuat dalam Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang
“Territoriale Zee en Maritiem Kringen Ordonantie”.
Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah sepanjang 3 mil laut
dengan cara penarikan garis pangkal berdasarkan garis pasang surut, yang dikenal pula
mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu mempunyai konsekuensi bahwa secara
hipotetis setiap pulau yang merupakan bagian wilayah negara Republik Indonesia mempunyai
laut territorial sendiri-sendiri.
Sementara itu, di sisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut territorial
dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian wilayah
negara Republik Indonesia “dipisahkan” oleh adanya kantong-kantong laut yang berstatus
sebagai laut bebas yang berada di luar yuridiksi nasional. Dengan demikian, dalam kantong-
kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasarkan hal itulah, pada 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman Pemerintah
Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia yang dikenal sebagai
“Deklarasi Juanda” – Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia
– yang pada hakikatnya melakukan perubahan terhadap ketentuan ordonansi pada lembaran
negara (staatblad) No. 442 tahun 1939. Isi pengumuman tersebut sebagai berikut:
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut (low water
line), tetapi didasarkan pada system penarikan garis lurus (straight base line) yang diukur
dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari pada pulau-pulau atau
bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia (= point to point
theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi Juanda pada
hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau Nusantara. Di dalam deklarasi ini
terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu keutuhan wilayah negara di
lautan.
ccxviii
Selanjutnya, deklarasi ini diakomodasikan dalam rangkaian peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU ini,
diberikan penjelasan dan kejelasan sebagai berikut:
a. Alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang penentuan
batas laut wilayah;
b. Makna dan pengertian perairan Indonesia, laut wilayah Indonesia, serta perairan
pedalaman Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan Indonesia.
Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang lalu lintas laut damai
kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian, dan makna lalu lintas damai
kendaraan asing, serta bentuk dan luas kedaulatan wilayah Nusantara sejak “Deklarasi
Juanda 1957”.
Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda
Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal negara Indonesia menjadi utuh
tidak terpecah lagi. Hal ini menimbulkan reaksi beberapa negara yang beragam dan dapat
dikatagorikan menjadi 4 macam reaksi sebagai berikut (Kusumaatmaja, 2002: 26):
1. Negara-negara ASEAN termasuk Australia dan kini Timor Leste;
2. Negara-negara yang berkepentingan terhadap usaha perikanan laut;
3. Negara-negara maritim yang memiliki armada angkutan niaga besar; serta
4. Negara maritim besar—terutama negara adidaya—dalam rangka mencapai tujuan strategi
global.
Tidak kalah penting adalah tantangan ke dalam, yakni mema-hami makna negara
kepulauan dan makna “benua maritime” (Zen, 2005). Selain itu, menghilangkan paham bahwa
batas wilayah tidak lagi berdasarkan garis pantai atau contour/coastline base, tetapi atas dasar
base line.
ccxix
C. GEOPOLITIK DAN HUKUM KEWILAYAHAN
Hukum Laut dan Perkembangannya
Perkembangan Sejarah hukum laut tidak lepas dari kemajuan teknologi maritime—
perkapalan dan kepelabuhanan – Belanda dan Inggris, serta orientasi komoditi perdagangan
dunia (Simbolon, 1995). Setelah Perang Salib sampai dengan bagian akhir zaman pencerahan
(renaissance), laut praktis hanya menjadi milik Spanyol dan Portugal sehingga ada semacam
pembagian wilayah yuridiksi dari kedua Negara tersebut. Bagian akhir zaman pencerahan
(renaissance), teknologi maritime Belanda dan Inggris melampaui Spanyol dan Portugal. Oleh
Karena itu, hukum laut banyak ditentukan oleh polemik bangsa Belanda dan Inggris.
Namun, sebelum membahas polemik yang menghasilkan rezim hukum laut, ada baiknya
dibahas terlebih dahulu hakikat laut. Hakikat laut adalah:
1. bebas, merdeka dan bergerak, serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak;
2. datar dan tebuka, serta tidak dapat dipakai sembunyi;
3. tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikaveling, sulit diberi tanda); serta
4. media untuk bermacam-macam alat angkut, terutama yang bervolume besar.
Dari hakikat tersebut timbul, falsafah hukum laut yang berbuntut pada perebutan wilayah
laut yakni:
1. Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, karena itu dapat diambil dan dimiliki setiap
negara;
2. Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, karena itu tidak dapat diambil/dimiliki
oleh setiap negara.
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang lebih
“primitif”. Oleh karena itu, para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling berpolemik
mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.
1. Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori “Mare
Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat di kuasai suatu negara dengan jalan “okupasi”
(menduduk), karena itu laut menjadi bebas.
ccxx
2. John Selden, seorang ahli hukum Inggris yang pada tahun 1635 menulis tentang hukum
laut dengan judul, “Mare Clausum” (hak kuasa laut), sebagai jawaban atas teori Grotius.
Menurutnya, setiap negara dapat menguasai laut.
Sebagai koreksi atas tulisan tersebut di atas, Grotius memuat argument bahwa, laut
wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya milik negara
pantai. Selanjutnya , Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi kapal-kapal dengan
alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.
Cornelis Bijenkershoek (seorang Belanda) berpandapat bahwa laut wilayah adalah 3
mil laut dari pantai pada saat pasang surut. Argumentasi ini didasari bahwa jangkauan meriam
kurang lebih 3 mil.Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994, yaitu dengan adanya pengesahan
melalui Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut dari United Nations Convention on
the of the sea—di kenal UNCLOS 1982—berdasarkan persetujuan 118 negara di Montego
Bay, Jamaica, tahun 1982.
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Dekla-rasi tanggal 13
Desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilaya (territory water) selebar 12 mil laut dari
Garis Pangkal/Garis Dasar (base line) atas dasar “point to point theory”. Dengan demikian,
laut antar pulau menjadi Perairan pedalaman (internal water) Selanjutnya, laut wilayah dan
laut pedalaman dikenalkan sebagai laut Nusantara.
Akibat konvensi hukum laut, timbul bermacam tipe perairan, hal ini tidak terlepas karena
perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu, dibahas beberapa masalah yang menyangkut
hukum laut:
1. Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea): wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis yang
menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
2. Perairan Pedalaman (Internal Waters): wilayah laut sebelah dalam dari daratan/sebelah
dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.
ccxxi
3. Zona Tambahan (Contigous Zone): wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh melebihi 12
mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk melakukan
pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, serta sanitasi dalam wilayah laut territorial.
4. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone): wilayah laut yang tidak melebihi
200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk
kepentingan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi, dan pengelolaan sumber kekayaan
hayati perairan.
5. Landas Kontinen (Continental Shelf): wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan
alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100 mil
dari kedalaman 2.500 m.
6. Laut Lepas (High Seas): dikenal pula sebagai laut bebas/laut Inter-nasional : Wilayah
laut > 200 mil dari Garis Pangkal.
Dengan adanya ketentuan di atas, Negara lain menuntut beberapa hak—yang
sebenarnya adalah jaminan—dari Negara ke pulauan,antara lain:
1. Lintas: berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar perairan
pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan;
2. Lintas damai: bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjng tidak merugikan
kedamaian, ketertiban,atau keamanan negara yang bersangkutan; serta
3. Lintas transit: bernavigasi melintasi pada selat ynag di gunakan untuk pelayaran
internasional antara laut lepas/ZEE yang lain.
4. Alur Laut Kepulauan:
a. alur laut ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur penerbangan di
atasnya yang cocok di gunakan untuk lintas kapal dan jalur pesawat terbang asing;
b. alur yang di tentukan dengan merangkai garis sumbuh pada peta,kapal dan pesawat
terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dan garis sumbuh.
5. Laut Lepas:
a. semua bagian laut yang tak termaksud laut territorial baik perairan pedalam maupun
ZEE;
b. laut terbuka untuk semua negara, baik berpantai maupun tidak berpantai; serta
ccxxii
c. untuk laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang riset ilmiah dan menangkap
ikan.
Beberapa Perhatian Manusia Terhadap Laut
1. Perubahan peta bumi terjadi setelah perang dunia ke II karena telah lahir banyak Negara
nasional baru yang memiliki laut. Dengan demikian, perlu di perhatikan:
a. Laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat;
b. Perlu pengaturan bersama pemanfatan laut dan lingkungan untuk bangsa-bangsa.
2. Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia dalam
memanfatakan laut.
3. Bertambahnya jumlah penduduk harus diimbangi dengan kenaikan produksi, khususnya
dari sumber kekayaan laut.
4. Bagi bangsa Indonesia, laut untuk menjamin integrasi, sarana perhu-bungan dan
tersportasi, serta menjadi salah satu penghidupan, selain itu ditinjau dari segi militer
merupakan wahana pertahanan.
Hukum Dirgantara dan Perkembangannya
Ruang digantara dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu Ruang Udara dan Ruang
Antariksa. Ruang Udara berada di atas suatu wilayah negara dan dikategorikan sebagai Ruang
Udara Nasional atau wilayah kedaulatan negara kolong, yang pemanfaatannya dikendalikan
oleh negara tersebut. Adapun Ruang Antariksa, pemanfaatannya diken-dalikan secara
internasional dan tidak boleh di jadikan subjek negara kolong.
Beberapa teori yang menjadi polemic para hukum di antaranya:
1. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory): bahwa Ruang Udara Be-bas dapat digunakan
siapa saja, karena itu timbul perbedaan persepsi, pembebasan udara tanpa batas atau
kebebasan udara terbatas?;
2. Teori Negara berdaulat di Udara (Ari Sovereignty Theory ): behwa Negara kolong
berdaulat penuh tanpa batas ke atas. Hal ini juga menimbulkan perbedaan persepsi:
kedaulatan negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai?;
ccxxiii
3. Masalah Ketinggian. Sampai kini masih belum ada kesepakatan (tahun 1910 pernah di
tentukan batas ketinggian kurang lebih 500 km). Teori penguasaan Cooper menyatakan
bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi setiap Negara. Sementara itu,
menurut Teori Udara Schacter, bahwa batas ketinggian s.d. 30 km atau s.d. balon dan
pesawat terbang dapat mengapung dan diterbangkan;
4. Batas Wilayah Udara. Cara menentukan wilayah udara ada perbedaan, yaitu apabila ditarik
garis tegak lurus dari permukaan bumi ke atas, luas daratan dan lautan = luas udara, tetapi
ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan masalah. Kemudian, disepakati ditarik
garis dari “pusat bumi” sampai batas ruang angkasa/antariksa yang membentuk kerucut
terbalik. Oleh karena itu, luas daerah udara lebih luas dari pada luas daratan dan lautan.
5. Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty):
6. Penggunaan damai bagi antariksa. Antariksa dan badan-badannya dianggap menjadi
wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku pemafaatan ruang
antariksa berdasarkan “first come,first serve” yang merugikan negara sedang berkembang.
Indonesia memiliki ruang digantara yang luas,apalagi di bawah khatulistiwa yang memiliki
jalur GSO. Sementara itu, batas ruang udara dan ruang antariksa di tetapkan 100/110 km.
Seperti halnya dengan hukum laut, Indonesia juga menuntut perlakuan yang sama
terhadap ukum udara. Dalamhal ini, Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan negara kolong
terhadap Ruang Digantara. Paling sedikit tujuan yang ingin di capai Indonesia ialah Ruang
Udara Indonesia sebagai wilayah udarah (air soverignty) nasional dan ruang antariksa
Indonesia sebagai wilayah kepentingan (air juridiction) ZEE atau landas kontinen, yang
meliputi manfaatan wilayah Geostationary Satellite Orbit (GSO), Medium Earth Orbit
(MEO), Low Earth Orbit (LEO).
Geostationery Satellite Orbit (GSO)
Geostationery Satellite Orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cincin terletak pada
enam radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk meletakkan satelit komunikasi agar
satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi. Ketinggian
GSO km di atas permukaan bumi. GSO mempunyai tiga keunikan, antara lain:
ccxxiv
1. GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa;
2. Ukuran terbatas, yaitu tebal 30 km lebar 150 km; serta
3. Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timurdengan masa orbit 24
jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5%
keliling GSO. GSO menjadi sumberdaya alam terbatas.
Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang).
Dasar: Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim No.422/1939 (territoralle Zee
en Maritiem Krigen Ordonantie No.422/1939)
Ukuran: 3 mil dari garis pantai pada saat pasang surut (low water)
Luar Wilayah: 2 juta km2
2. Setelah Proklamasi s.d. 13 Desember 1957.
Dasar: Ketentuan Peralihan UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, tetap berlaku
Ordonansi No. 442?1939.
3. Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 13 Desember 1957 ( Deklarasi Juanda).
Dasar: Pengumuman Pemerintahan RI tanggal 13 Desember 1957
PEPERPU No. 4/1960 tentang Pemerintahan Indonesia.
Ukuran: 12 mil dari garis pangkal (point to point theory)
Luas Wilayah: bertambah 3,9 juta km2.
4. Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 17 Februari 1969 (Landasan Kontinen).
Dasar: Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 17 Februari 1969.
UU No. 1/1973 tentang Landasan Kontinen.
Luas Wilayah: Bertambah 0,8 juta km2, menjadi 6,7 km2
5. Pengumuman Pemerintah tahun 1980 (Zone Ekonomi Eksklusif).
Dasar: Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif
UU No. 5/1983 tentang Zone Ekonomi Eksklusif (Pembenahan Kekayaan Alam dan
Potensi Alam).
Luas Wilayah: Bertambah 2,5 juta km2, menjadi 9,2 juta km2
ccxxv
D. GEOPOLITIK DAN OTONOMI DAERAH
Latar Belakang
Sentralisasi pelayanan dan pembinaan kepada rakyat tidak mungkin dilakukan dari
pusat saja. Oleh karena itu, wilayah negara dibagi atas daerah besar dan daerah kecil. Untuk
keperluan tersebut, diperlukan asa dalam mengelola daerah, yang meliputi:
1. Desentralisasi pelayanan rakyat/public. Adapun filsafat yang dianut adalah: Pemerintah
Daerah ada karena ada rakyat yang harus dilayani. Desentralisasi merupakan
powersharing (otonomi formal dan otonomi material). Otonomi daerah bertujuan
memudahkan pelayanan kepada rakyat/publik. Oleh karena itu, output-nya hendaknya
berupa pemenuhan bahan kebutuhan pokok rakyat—public goods—dan peraturan
daerah public regulation—agar rakyat tertib dan adanya kepastian hukum. Kebijakan
desentralisasi mempunyai tujuan politis dan tujuan administrasi, tetapi tujuan utamanya
adalah pelayanan kepada rakyat/publik.
2. Dekonsentrasi: diselenggarakan karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan kepada
rakyat dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah (kabupaten/kota).
Dekonsentrasi terdiri atas fungsional (kanwil/kandep) dan integrasi (kepala wilayah).
Pada kenyataanya, otonomi daerah di Indonesia secara luas tidak/belum pernah
terlaksana. Sejak masa masa penjajahan Belanda, Jepang, dan setelah kemerdekaan otonomi
masih dalam bentuk dekonsentrasi.
Pembagian Daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi,serta
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintah daerah (pasal 2 UU No. 32/2004). Pemerintah provinsi yang berbatasan dengan
laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kea rah laut lepas
dan ke arah perairan kepulauan (pasal18 ayat [4] UU No. 32/2004). Asas ini bertentangan
dengan Deklarasi Pemerintaan RI yang telah dilakukan melalui UNCLOS, serta telah
diratifikasi dengan UU No. 6/1996 tentang perairan Indonesia.
ccxxvi
Sehubungan dengan ini, ada yang patut diwaspadai bahwa semangat otonomi
seharusnya tidak menjurus pada semangat pembentukan daerah berdasarkan etnik atau
subkultur. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Indonesia terbagi berdasarkan subkultur
dengan dibentuknya daerah keresidenan. Selanjutnya, wilayah-wilayah tersebut terbagi habis
menjadi provinsi, keresidenan, kabupaten/kota, kewedaan, dan kecamatan.
Globalisasi yang menyebabkan adanya Global Parados (Naisbit, 1987: 55) jangan
sampai menyemangati pemekaran wilayah atas dasar pendekatan kebudayaan sehingga
menimbulkan benturan budaya yang berakibat pecahnya negara nasional (Huntington,
1996:100). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada wilayah yang dilalui Alur
Laut Kepulauan Riau, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Bangka-Belitung, Banten,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Pulau Lombok, serta Maluku dan Maluku Utara—yang
bebrapa saat lalu hingga kini tetap bergejolak, baik yang berupa konflik fisik maupun konflik
nonfisik (keinginan memisahkan diri dengan membentuk provinsi baru).
Pembagian Kewenangan (UU No.32/2004 tentang Pemerintaan Daerah)
1. Kewenangan Pemerintah (Pasal 10 Ayat [3]):
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
2. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (Pasal 13)
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial llintas kabupaten/kota
ccxxvii
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah, termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota;
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
3. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pada dasarnya sama, tetapi dalam
skala kabupaten/kota, Pasal 14):
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masayarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
ccxxviii
4. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya
lainnya di wilayah laut (Pasal 18):
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan laut;
b. pengaturan administrasi;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;
e. ikut serta pemeliharaan keamanan; dan
f. ikur serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Adapun batas wilayahnya adalah paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah
laut lepas dan 1/3-nya menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi
U
Membagi adil dan merata hasil potensi masyarakat. Agar adil dan merata, diperlukan aturan
yang baku. Dari ketentuan tersebut, dikeluarkan beberapa istilah tentang dana untuk keperluan
pembinaan wilayah, antara lain:
1. Pendapatan Asli Daerah :
a. pajak daerah;
b.retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah; dan
d.lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
2. Dana Perimbangan Daerah, terdiri atas:
a. dana bagi hasil dari pajak dan sumber daya alam;
b.dana alokasi umum; dan
c. dana alokasi khusus.
3. Pinjaman daerah: daerah dapat meminjam dari dalam negeri dan luar negeri (melalui
Pemerintah Pusat) dengan persetujuan DPR.
4. Lain-lain penerimaan yang sah termasuk Dana Darurat, berasal dari pinjaman APBN.
ccxxix
Daerah Frontier
Banyak pimpinan daerah politisi dan pejabat daerah yang tidak menyadari dan
mendalami makna filosofi otonomi daerah sehingga ada wilayah yang terpencil, bahkan
terisolasi pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah "hinterland' (pedalaman),
tetapi apabila hinterlatid ini berada di tapal batas - batas resmi, yang dikukuhkan melalui
perjanjian internasional dengan negara jiran, daerah ini merupakan daerah "frontier". Daerah
frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling bergantung, baik dengan manusia maupun
dengan alam sehingga terjadi simbiosis. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan masyarakat
negara jiran menjadi saling mempengaruhi. Akibatnya, terjadi pergeseran batas negara secara
imajiner.
Daerah frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi antara lain:
1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup;
2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan mendapatkan
fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social security, dan lain-lain); serta
3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup kemungkinan
adanya tuntutan referendum.
K
Pembinaan wilayah frontier laut hendaknya mendapat prioritas, mengingat banyak pulau-
pulau sepanjang perbatasan yang rawan untuk dikuasai negara tetangga. Dari 91 pulau yang
menjadi titik batas (point) ada 12 pulau yang rawan diserobot oleh negara lain, baik melalui
okupasi diam-diam (silent occupation) maupun melalul penetrasi budaya dan ekonomi. Untuk
itu, perlu berdirinya jawatan pencatatan pulau/pantai yang dikenal sebagal Marine Cadastre.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Berkaitan dengan diundangkannya UU No. 32/2004, perlu ditinjau kembali rencana
tata ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat mengacu
UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai, dan telah
menjadi Perda. Namun, RTRW Kabupaten dan Kota masih di bawah 50% yang telah menjadi
Perda (dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU No. 32/2004, ternyata perlu mengubah
ccxxx
RTRW. Pengubahan RTRW hendaknya mengacu pada kepentingan nasional, tidak hanya
mengacu pada kepentingan daerah semata (UU No. 24/1992). Oleh karena itu, perlu
standardisasi penataan ruang dan sudah barang tentu mengacu pada asas negara kepulauan.
Selama ini sering RTRW lebih berorientasi pada negara kontinen sehingga upaya pembenahan
pantai kurang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Kurangnya pemahaman akan
makna hakikat negara Nusantara, menyebabkan meningkatnya kerusakan lingkungan tidak
saja di darat, tetapi juga di daerah maritim. Sebagai contoh, reklamasi pantai utara DKI Jakarta
dengan menebang hutan bakau menimbulkan banjir yang tidak saja menimpa DKI Jakarta,
tetapi juga provinsi lain.
Kasus yang sekarang masih terkatung-katung hingga kini adalah masih adanya limbah
B-3 dari Singapura yang dionggokkan di pulau-pulau Provinsi Kepulauan Riau. Pulau-pulau
tempat teronggoknya limbah B-3 temyata belum terencana peruntukannya oleh Pemerintah,
baik oleh pusat maupun daerah. Masuknya limbah B-3 sebagai barang impor menandakan
bahwa Indonesia masih belum—mungkin tidak—tahu akan bahaya limbah B-3 yang
dimasukkan sebagai pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada pulau-pulau yang
tidak berpenghuni seperti halnya kasus di atas pada gilirannya akan merugikan masyarakat.
Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa masyarakat dan pemerintah sering
mengabaikan baku mutu lingkungan, yaitu dengan terabaikannya salah satu sektor. Kewajiban
memiliki analisis dampak lingkungan (amdal) sering terabaikan karena kurang disadari oleh
para pejabat di daerah. Padahal, semua komponen masyarakat hendaknya mengacu pada
filsafat yang mendasarinya, yaitu:
1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingm secara terpadu, berdaya guna dan berhasil
guna, serasi, selaras, dan berkelanjutan;
2. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlinclungan hukum.
Dengan menyadari akan filsofi ini, maka akan didapat hal-hal berikut:
1. Tercapainya kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam;
2. terwujudnya manusia indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
untuk melindungi dan membina lingkungan hidup;
3. Terjaminnya generasi masa kini clan generasi masa depan;
4. Tercapainya kelestarian lingkungan hidup;
ccxxxi
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; serta
6. Terlindungnya nkri dari dampak kegiatan di luar wilayah nkri yang menyebabkan
pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, penyusunan rtrw perlu
benar-benar terpadu.
Pendaftaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)
Tanah Air Indonesia memiliki sebanyak 17.504 pulau dan yang bernama hanya 5.703
pulau dan sisanya sebanyak 11.801 belum bernama (Data Mabes TNI, 2005). Akibatnya,
dokumentasi nasional tentang konfigurasi kepulauan Indonesia tidak jelas, bahkan gelap. Ini
juga disebabkan kurangnya perhatian pengambil kebijakan—negarawan, politisi, serta para
pemimpin nonformal—di negeri ini. Walhasil, banyak pulau-pulau yang hilang—dituntut
kepemilikannya oleh negara jiran ataupun menjadi rusak karena alam dan manusia
Indonesia—yang tidak diketahui.
Untuk itu, perlu berdirinya jawatan pencatatan pulau/pantai yang dikenal sebagai
Marine Cadastre. Dengan adanya Marine Cadastre, dengan upaya proaktif, diharapkan
Indonesia mampu menginventarisasi jumlah pulau, lengkap dengan tata letak (koordinat pada
peta taut) dan konfigurasinya—luas, letak, serta ciri flora dan fauna—sehingga akan mudah
bagi Indonesia untuk mendaftarkan diri ke PBB di New York. Adapun keuntungan yang
didapat dari Marine Cadastre, antara lain:
1. Dapat menuntut hak (claim) atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila diduduki
secara diam-diam oleh negara tetangga;
2. Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau, tetapi tidak tabu apa atau pulau mana yang
hilang; serta
3. Memberikan batas wewenang pada daerah otonom tentang batas laut berdasarkan
koordinat tidak berdasarkan perkiraan, seperti sekarang ini yang berakibat pada konflik di
kalangan masyarakat.
ccxxxii
E. Upaya Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran
Dalam menghadapi ASEAN dan Australia, tindakan Indonesia paling tidak :
1. Mewaspadai "silent occupation" dengan pemantapan pembinaan kekuatan maritim;
2. Dalam menghadapi australia dengan proyek australia maritimeidentification zone (amiz),
indonesia harus segera mengidentifikasikan pulau-pulau yang tersebar luas.
3. Dalam menghadapi malaysia dan singapura yang menggunakan kekerasan, perlu
diwaspadai adanya ”five power defence agreement” yang masih berlaku; serta
4. Dengan adanya kunjungan presiden dan wakil presiden ke perbatasan diharapkan akan
meningkatkan rasa nasionalisme rakyat indonesia.
Apabila menghadapi negara yang berkepentingan dengan perikanan:
1. Meningkatkan kemampuan nelayan dari nelayan pantai menjadi nelayan laut, karena itu
nelayan harus belajar membaca peta laut dan menggunakan peralatan navigasi dengan
lebih baik;
2. Pembangunan desa pantai, yang diisi oleh keluarga nelayan/pelaut, tidak seperti sekarang
ini yang masih dibangun oleh petani gunung; serta
3. nelayan ikut memonitor para pengganggu negara yang melakukan pencurian ikan,
pencemaran lingkungan, dan perusakan alat navigasi laut.
Dalam menghadapi negara yang memiliki armada angkutan laut besar yang ingin tetap
berperan dalam era globalisasi:
1. penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime Organization harus
tetap ditolak karena pada hakikatnya akan membuat wilayah Indonesia menjadi terbuka
sehingga kontraproduktif dibandingkan dengan Deklarasi Juanda.
2. ALKI perlu diinformasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim Indonesia, dengan
ditindak lanjuti secara proaktif dalam bentuk pengawasan.
Dalam menghadapi negara adidaya yang sejak semula menentang negara Nusantara,
hendaknya Indonesia tetap menolak penambahan ALKI. Penambahan ALKI dapat
mengakibatkan wilayah Indonesia terbuka kembali. Dengan demikian, laut nusantara menjadi
”high seas”.
ccxxxiii
PENUTUP
Dari pembahasan tentang Geopolitik Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Menurut etimologi geopolitik berasal dari dua kata yaitu “geo” yang berarti bumi dan
“politik” yang berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan, sedangkan menurut
istilah geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan
ilmu social, dengan merujuk kepada percaturan politik internasional.
2) Geopolitik penting untuk dipelajari dan diketahui karena mengkaji makna strategis suatu
wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas, serta sumber daya alam wilayah Negara
tersebut.
3) Geopolitik indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum didefinisikan
sebagai cara pandang dan sikap bangsa indonesia tentang dirinya yang bhinneka, serta
lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
4) Tujuan bangsa indonesia dilihat dari konsep geopolitknya adalah menjunjung tinggi
kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina
kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.
5) Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(Pasal 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah)
6) Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si
pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan
dalam berorganisasi.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan pengertian geopolitik
2. Jelaskan konsepsi-konsepsi geopolitik
ccxxxiv
3. Gambarkan secara singkat kondisi geopolitik Indonesia
4. Jelaskan wawasan nusantara sebagai landasan geopolitik Indonesia
BAHAN BACAAN
Basrie, Chaidir Drs., M.Si. 1995. Wawasan Nusantara, Wawasan Nasional Indonesia. Serpong: Lembaga Ilmu Humaniora ITI.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Ditjen Dikti, 2001. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan (untuk Mahasiswa) bag I & II . Jakarta: Ditjen Dikti Depnas. ---------, 2002. Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Ditjen Dikti.
Collins, John M. 1974. Grand Strategy, Principle and Practices. Anna-polis, Ma : US Naval Institutem
Djalal, Hasyim. 1995. Indonesia and the Law of the Sea. Jakarta: C S I S
Huntington, Samuel P. 1996. The Clash of Civilization and the Remaking of the World Order.London. UK: Touchstone Book Co.
Kusumatmadja, Prof. DR. Mochtar. 2003. Konsep Hukum Negara Nusantara Pada Konvensi Hukum Laut III. Bandung: Alumni.
Naisbitt, John (terjemahan). 1994. Global Paradox, Semakin Besar Ekonomi Dunia Semakin Kuat Perusahaan Kecil. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ohmae, Kenichi. 1991. The Borderless World, Power and Strategy in the Interlined Economy. London: Fontana.
Simbolon, Parakitri T. 1995, Menjadi Indonesia, Buku I, Akar-akar Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Kompas.
Soewarso. 1981. Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional. Hak Cipta.
Sumardi, Juajir. 1996. Hukum Ruang Angkasa (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Sunardi, R. M. 2004. Pembinaan Ketahanan Bangsa, dalam rangka nemperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: PT Kuadernita Adidarma.
Suradinata, Ermaya dan Alex Dinuth (Pnyt). 2001. Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional. Jakarta: Paradigma Cipta Tatrigama
ccxxxv
BAB XII GEOSTRATEGI INDONESIA
A. Latar Belakang
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa lampau,
kini, maupun masa mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang
telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang
hidup nasional. Semua ini dalam rangka menentukan kebijakan, sarana, dan sasaran
perwujudan kepentingan, serta tujuan nasional melalui pembangunan. Dengan demikian, suatu
bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya, dan hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar
dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan
upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selain itu,
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam
memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional untuk
merancang arahan tentang kebijakan, sarana, serta sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud
Konsepsi "Ketahanan Nasional".
B. Ruang Lingkup
Bahan pembelajaran ini akan membahas :
1. Jelaskan Pengertian geostrategi
2. Jelaskan perkembangan geostrategi Indonesia
3. Jelaskan landasan geostrategi Indonesia
4. Jelaskan konsepsi dasar ketahanan nasional
ccxxxvi
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah proses pembelajaran, Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menganalisis
konsep Geostiategi Indonesia yang berupa konsep Ketahanan Nasional Indonesia
Melalui pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian Ketahanan Nasional;
2. Menggambarkan keterkaitan berbagai aspek Ketahanan Nasional;
3. Menggunakan konsep Ketahanan Nasional dalam memecahkan persoalan atau
mencari solusi persoalan yang muncul dalam masyarakat;
4. Menyadari bahwa Ketahanan Nasional sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; serta
5. Menganalisis isu-isu aktual berdasarkan perspektif Ketahanan Nasional.
ccxxxvii
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Geostrategi Dan Geostrategi Indonesia
a. Pengertian Geostrategi
Geostartegi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk
menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional.
Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya
mewujudkan tujuan politik.
b. Pengertian Geostrategi Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk
menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa
Indonesia. Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi
pembangunan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan sejahtera. Oleh
karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk kepentingan
politik dan perang, melainkan untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
B. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep geostrategi
Indonesia yang tenimus adalah pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan
strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan meluasnya pengaruh Komunis.
Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai sebagai strategi untuk mengembangkan
dan membangun kemampuan teritorial dan kemampuan gerilya untuk menghadapi
ancaman komunis di Indocina.
Pada tahun 1965-an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsep
geostrategi Indonesia yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: Bahwa geostrategi
Indonesia harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan keuletan dan
daya tahan, juga untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
ccxxxviii
menangkal ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik bersifat internal maupun
ekstemal. Gagasan ini agak lebih progresif, tapi tetap terlihat konsep geostrategi Indonesia
baru sekadar membangun kemampuan nasional sebagai faktor kekuatan penangkal bahaya.
Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang
geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Pada era itu konsepsi
geostrategi Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi ketahanan
nasional dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan untuk menjaga identitas
kelangsungan serta integritas nasional sehingga tujuan nasional dapat tercapai.
Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan wujudnya dalam
bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi, metode, dan doktrin dalam
pembangunan nasional. Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bahkan juga
dikembangkan oleh negara-negara yang lain dengan bertujuan :
a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional, baik yang berbasis
pada aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan hankam, maupun aspek-aspek
alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa
dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
b. Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:
1 ) menegakkan hukum dan ketertiban (law and order),
2) terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity),
3) terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity),
4) terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and social
justice), serta
5) tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan din (freedom of the
people).
Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki dua sifat
pokok sebagai benkut.
ccxxxix
a. Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan,
geostrategi Indonesia ditujukan menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, serta eksistensi bangsa dan
negara Indonesia.
b. Bersifat developmental/pengembangan, yaitu pengembangan potensi kekuatan
bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankarn sehingga
tercapai kesejahteraan rakyat.
C. Ketahanan Nasional Sebagai Perwujudan Geostrategi Indonesia
a. Perkembangan Konsep Pengertian Tannas
1) Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960-an.Tannas adalah pertahanan wilayah
oleh seluruh rakyat.
2) Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963-an.Tannas adalah keuletan dan daya
tahan nasional dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang dari luar
maupun dan dalam yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
3) Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969-an. Tannas adalah keuletan dan daya
tahan nasional dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
4) Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No.
SKEP/1382/XG/1974.Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi dinamis
suatu bangsa berisi keuletan dan. ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, dan tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar yang langsung ataupun tidak langsung, membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan nasional.
5) Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997.Tannas adalah kondisi dinamis yang
merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
ccxl
b. Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini bergantung pada kemampuan bangsa dan
seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta aspek sosial sebagai
landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan
Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah
nasional, baik fisik maupun sosial, serta memiliki hubungan erat antargatra di
dalamnya secara komprehensif integral. Kelemahan salah satu bidang akan
mengakibatkan kelemahan bidang yang lain, yang dapat memengaruhi kondisi
keseluruhan.
c. Sifat-Sifat Ketahanan Nasional.
Untuk mewujudkan ketahanan nasional, dilaksanakan dengan mengelola dan
menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap sistem kehidupan nasional.
Sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara, metode pendekatan dan pengkajian ketahanan nasional terdiri atas
pendekatan keamanan dan pendekatan kesejahteraaan. Sifat-sifat ketahanan nasional
adalah sebagai benkut :
1) manunggal;
2) mawas ke dalam;
3) kewibawaan;
4) berubah menurut waktu;
5) tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan;
6) percaya pada din sendiri; serta
7) tidak bergantudg pada pihak lain.
ccxli
d. Konsepsi Dasar Ketahanan Nasonal
1) Model Astagatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia
dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala
kekayaan alam yang dapat dicapai dengan menggunakan kemampuannya.
Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini menyiinpulkan adanya 8 unsur
aspek kehidupan nasional yaitu:
a) Aspek Trigatra Kehidupan Alamiah:
(1) Gatra letak dan kedudukan geografi;
(2) Gatra keadaan dan kekayaan alam; serta
(3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
b) Aspek Pancagatra Kehidupan Sosial:
(1) Gatraldeologi,
(2) Gatra Politik,
(3) Gatra-Ekonomi,
(4) Gatra Sosial Budaya, dan
(5) Gatra Pertahanan Keamanan.
2) Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang cukup
banyak. Bila model Lemhanas berevolusi dan observasi empiris perjalanan
perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan secara analitis. Dalam analisisnya,
Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan nasional dibina dalam kaitairnya
dengan negara-negara lain. Artinya, ia menganggap pentingnya perjuangan
untuk mendapatkan power position dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya,
maka terdapat advokasi untuk memperoleh power position sehingga muncul
strategi ke arah balanced power.
ccxlii
3) Model Alfred Thayer Mahan
Mahan dalam bukunya "The Influence Seapower on History" mengatakan
bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a) Letak geografi
b) Bentuk atau wujud bumi
c) Luas wilayah
d) Jumlah penduduk
e) Watak nasional atau bangsa
f) Sifat pemerintahan
4) Model Cline
Cline melihat suatu negara dan luar sebagaimana dipersepsikan oleh negara
lain. Baginya hubungan antemegara pada hakikatnya amat dipengaruhi oleh
persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk di dalamnya persepsi atau
sistem penangkalan dan negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia
memiliki potensi geografi besar atau negara secara fisik yang wilayahnya besar
dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula. Model ini mengatakan bahwa
suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan dapat memproyeksikan
diri sebagai negara besar. Sebaliknya, suatu negara dengan wilayah yang besar,
tetapi jumlah penduduknya kecil juga tidak akan menjadi negara besar walaupun
berteknologi maju.
e. Komponeri Strategi Astagatra
Komponen strategi Astagatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini. Dengan
memanfaatkan dan menggunakan secara memadai segala komponen strategi tersebut,
dapat dicapai peningkatan dan pengembangan kemampuan nasional.
ccxliii
1) Trigatra
Komponen strategi trigatra ialah gatra geografi, sumber kekayaan alam, dan
penduduk. Trigatra merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat
kehidupan alamiah.
2) Pancagatra
Komponen strategi pancagatra adalah gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancagatra merupakan kelompok gatra yang
intangible atau bersifat kehidupan sosial.
f. Hubungan Komponen Strategi Antargatra
Hubungan komponen strategi antargatra dalam trigatra dan pancagatra. serta
antargatra itu sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut
hubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependency). Oleh karena itu,
hubungan komponen strategi dalam trigatra dan pancagatra tersusun secara utuh
menyeluruh (komprehensif integral) di dalam komponen strategi astagatra.
ccxliv
PENUTUP
Dalam negara republik Indonesia yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, prinsip keadilan merupakan hal yang senantiasa
ditegakkan karena keadilan adalah daya hidup manusia. Kondisi rasa keadilan merupakan
tolak ukur yang kongkrit bagi terwujudnya ketahanan nasional dalam pengertian kualitas dan
tujuan ( in terms of quality-in terms of output ).
Lemah dan teguhnya kondisi ketahanan nasional sangat ditentukan oleh terpenuhinya
rasa keadilan sosial, sebab “musuh utama” dari bangsa Indonesia adalah “ketidakadilan
sosial”. Oleh karena itu, kondisi demikian akan membawa implikasi yang sangat luas terhadap
eksistansi bangsa dan negara. Dengan demikian kondisi ketahanan nasional erat kaitannya
dengan kondisi rasa keadilan. Adapun perumusannya, yaitu ketahanan nasional adalah
integrasi kondisi keadilan disegenap aspek sistem kehidupan masyarakat Indonesia.
SOAL LATIHAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan Pengertian geostrategi
2. Jelaskan perkembangan geostrategi Indonesia
3. Jelaskan landasan geostrategi Indonesia
4. Jelaskan konsepsi dasar ketahanan nasional
BAHAN BACAAN
Ichlasul Amal, Armaidy Armawi (ed). 1996. Sumbangan ilmu Sosial Terhadap Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. -----------------, (ed). 1997. Keterbukaan Informasi dan Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. -----------------, (ed). 1998. Regionalisme.Nasionalisme dan Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Lemhanas. 1996. Kewiraan Untuk Mahasiswa. Diterbitkan dengan Kerja Sama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud dan Gramedia: Jakarta.
ccxlv
----------------, 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia: Jakarta.
Sunardi, RM. 2004. Pembinaan Ketahanan Bangsa. PT Kuatemita Adidarma: Jakarta.
Nasution, A H. 1977. Sishankamrata/Ketahanan Nasional. Jakarta, Mimeo: Jakarta.
Santoso, Budi. S.S.2002. Peranan Para Pemimpin dan Patriot Bangsa dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Bangsa dan Negara. Jumal Ketahanan Nasional. Program Studi Ketahanan Nasional S.Ps-UGM: Yogyakarta.
Suniodiningrat, Gunawan. 2001. Pembangunan Ekonomi dan Inlegrasi Bangsa. Jurnal Ketahanan Nasional. Program Studi Ketahanan Nasional S.Ps - UGM: Yogyakarta.
Suryohadiprojo, Sayidiman.2001. Integrasi Bangsa, Jumal Ketahanan Nasional. Program Studi Ketahanan Nasional S.Ps-UGM: Yogyakarta.
ccxlvi
EVALUASI
A. KONTRAK PEMBELAJARAN 1. Manfaat Mata Kuliah
Mata kuliah ini diharapkan dapat memberikan manfaat beruapa menjadikan ilmuan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban.
Serta menjadi warga negara yang memiliki daya saing;berdisiplin; dan berpartisipasi aktif
dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem pancasila.
2. Deskripsi Mata Kuliah
Matakuliah ini merupakan penggabungan dua materi inti kurikulum nasional yaitu
pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan pancasila diarahkan pada
materi pancasila sebagai sistem filsafat, etika, idiologi bangsa dan sistem konstitusi serta
sistem politik dan ketatanegaraan indonesia. Adapun pendidikan kewarganegaraan diarahkan
pada materi civic, democrasi dan citizenship education serta muatan PPBN (pendidikan
pendahuluan bela negara) secara parsial berupa wawasan kebangsaan dan konsep ketahanan
nasional.
3. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mahasiswa dapat memahami latar belakang, tujuan dan kompetensi pendidikan
kewarganegaraan 2. Mahasiswa dapat memahami nilai-nilai jati diri bangsa melalui pengkajian aspek ontologi,
epistemologi, dan aksiologi filsafat Pancasila sehingga dengan pemahaman tersebut dapat tumbuh personal wisdom yang integratif dalam dimensi kompentensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic skills, civic commitment, civic convidence, dan civic competence).
3. Mahasiswa dapat memahami pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara 4. Mahasiswa dapat mengenali karakteristik identitas nasional sehingga dapat memiliki daya
tangkal terhadap berbagai hal yang akan menghilangkan identitas nasional indonesia 5. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar ketatanegaraan secara konstitusional, Hasil
Amandemen UUD 1945 dan Hubungan Antara Lembaga- Lembaga 6. Mahasiswa dapat mengenali masalah-masalah strategis dalam politik dan strategi nasional 7. Mahasiswa dapat mengerti, memahami tentang demokrasi dan pendidikan demokrasi, serta
dapat mengembangkan sikap demokrasi dalam kehidupannya sehari-hari. 8. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis HAM.
ccxlvii
9. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aturan hukum di indonesia serta memiliki kesadaran tentang pentingnya rule of law dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
10. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis Hak dan Kewajiban warga Negara 11. Mahasiswa dapat memahami Geo Politik Indonesia 12. Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis konsep Geostiategi Indonesia yang berupa
konsep Ketahanan Nasional Indonesia
Bagan 1. Skema Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban.
2. Menjadi warga negara yang memiliki daya saing;berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem pancasila
↑ GEOSTRATEGI INDONESIA
↑ GEOPOLITIK INDONESIA
↑ HAK DAN KEWAJIBAN WN
↑ HAM DAN RULE OF LAW
↑ DEMOKRASI INDONESIA
↑ POLITIK DAN STRATEGI
Sistem konstitusi Sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia
↑ IDENTITAS NASIONAL
↑ FILSAFAT PANCASILA
Pancasila sebagai sistem Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
↑ LATAR BELAKANG, TUJUAN DAN KOMPETENSI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
ccxlviii
4. Strategi Pembelajaran
Metode : SCL
Model : Collaboratif Learning
YANG DILAKUKAN
MAHASISWA
YANG DILAKUKAN
DOSEN
KEMAMPUAN YANG
BISA DIPEROLEH
MAHASISWA
Bekerja sama dengan
anggota kelompoknya
dalam mengerjakan tugas
Merancang tugas yang
bersifat open ended. Penghargaan
Membuat rancangan proses
dan bentuk penilaian
berdasarkan konsensus
kelompoknya sendiri.
Sebagai fasilitator dan
motivator
Apresiasi pendapat/toleansi
Networking
Share vision
Group decision making
Time management
Mata kuliah ini menggunakan metode collaboratif learning yang diawali dengan
kuliah/ceramah dengan topik tertentu sesuai dengan pokok pembelajaran. Kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi kelompok untuk mencari kesepahan terhadap
materi yang dipelajari. Selanjutnya diberikan tugas mandiri dan tugas kelompok dengan
maksud labih memahami materi dan memperkaya pengetahuan dengan berbagai referensi yang
didapatkan dari perpustakaan maupun dari sumber lainya, baik dari internet maupun dari
media massa lainnya.
Minggu berikutnya dilanjutkan pada materi selanjutnya dengan kembali memulai
proses sebelumya yaitu kuliah interaktif dan dilanjutkan dengan tugas kelompok dan tugas
individu yang kemudian diskusikan. Diskusi kelompok yang dilakukan dalam bentuk diskusi
panel dikelas yang mana seluruh peserta mata kuliah dapat berkonstrubusi dalam proses
tersebut.
ccxlix
5. Tugas
1. Sesuai dengan strategi pembelajaran (Collaboratif Learning) maka:
a. Setiap kelas dibagi menjadi 11 (sebelas) kelompok diskusi, sesuai dengan jumlah
substansi materi Pend. Kewarganegaraan
b. Setiap kelompok membuat makalah kelompok sesuai dengan subtansi materi yang
ditugaskan.
c. Setiap kelompok diskusi mempresentasikan materi dalam bentuk Microsoft Power
Point (sesuai jadwal pada GBRP)
PEMBAGIAN KELOMPOK DISKUSI
KKEELLOOMMPPOOKK MMAATTEERRII
II PPAANNCCAASSIILLAA SSEEBBAAGGAAII SSIISSTTEEMM FFIILLSSAAFFAATT IIII PPAANNCCAASSIILLAA SSEEBBAAGGAAII IIDDEEOOLLOOGGII NNAASSIIOONNAALL IIIIII IIDDEENNTTIITTAASS NNAASSIIOONNAALL IIVV SSIISSTTEEMM KKOONNSSTTIITTUUSSII VV PPOOLLIITTIIKK DDAANN SSTTRRAATTEEGGII VVII DDEEMMOOKKRRAASSII IINNDDOONNEESSIIAA VVIIII HHAAKK AAZZAASSII MMAANNUUSSIIAA VVIIIIII RRUULLEE OOFF LLAAWW IIXX HHAAKK DDAANN KKEEWWAAJJIIBBAANN WWNN XX GGEEOOPPOOLLIITTIIKK IINNDDOONNEESSIIAA XXII GGEEOOSSTTRRAATTEEGGII IINNDDOONNEESSIIAA
2. Persyaratan tugas kelompok Pemateri :
a. Syarat tugas “makalah kelompok” :
• Struktur Makalah (Sampul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Pendahuluan, Pembahasan,
Penutup, Daftar Pustaka)
• Ruang lingkup Pembahasan sesuai dengan sasaran tugas dan kasus yang
ditetapkan.
• Makalah diketik computer pada kertas ukuran kwarto, huruf times new roman 12,
spasi 1 ½, warna sampul (sesuai kesepakatan kelas)
• Makalah dikumpul dalam bentuk soft copy dan hard copy
– Hard Copy dikumpul pada saat diskusi
– Soft Copy (CD) dikumpul satu minggu setelah diskusi.
ccl
b. Syarat tugas “power point ”
• Microsoft Office Power Point
• Memenuhi kaidah-kaidah power point berisi kalimat kunci/ kata- kata kunci
(Singkat,padat,jelas dan menarik)
• Soft Copy (CD) dikumpul bersama Soft Copy Makalah Kelompok
3. Tugas Kelompok/Mahasiswa peserta :
a. Kelompok Peserta
• Sub-Materi yang didiskusikan pada minggu perkuliahan dibagi pada kelompok
yang tidak mempresentasi.
• Setiap kelompok peserta diwakili salah seorang anggota menjelaskan sub materi
yang ditugaskan (Power Point maks. 2 slide).
• Membuat pertanyaan kelompok maksimal 2 (dua) pertanyaan dan dikumpulkan
diawal perkuliahan.
b. Mahasiswa Peserta
• Setiap peserta mencermati sub-materi yang menjadi tugasnya untuk diumpan balik
• Setiap peserta membuat paper sesuai dengan sub tema yang ditugaskan diketik
komputer pada kertas ukuran kwarto, huruf times new roman 12, spasi 1 ½,
dikumpulkan diakhir sesi perkuliahan.
c. Pembagian Sub materi setiap kelompok peserta :
Kelompok I : Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK HHiieerraarrkkhhii// JJeennjjaanngg PPeennggeettaahhuuaann IIII PPeerrbbaannddiinnggaann ffiillssaaffaatt ddeennggaann iillmmuu ppeennggeettaahhuuaann IIIIII,, IIVV IIllmmuu ffiillssaaffaatt ddaann ccaabbaanngg--ccaabbaannggnnyyaa VV PPaannccaassiillaa SSeebbaaggaaii SSiisstteemm FFiillssaaffaatt VVII PPeennggeerrttiiaann ssiisstteemm VVIIII PPaannccaassiillaa sseebbaaggaaii ssiisstteemm ffiillssaaffaatt ((oonntt,,eeppiiss,,aakkssiioollooggii)) VVIIIIII PPookkookk--ppookkookk ssiillaa ppaannccaassiillaa ((iissii aarrttii ppaannccaassiillaa)) IIXX FFuunnggssii ddaann ttuujjuuaann ffiillssaaffaatt ppaannccaassiillaa XX FFiillssaaffaatt PPaannccaassiillaa DDllmm KKoonntteekkss PPKKNN XXII
ccli
Kelompok II : Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeennggeerrttiiaann iiddeeoollooggii II IIssii iiddeeoollooggii IIIIII PPaannccaassiillaa iiddeeoollooggii nnaassiioonnaall IIVV--VVII DDiimmeennssii--ddiimmeennssii iiddeeoollooggii VVIIII IIddeeoollooggii tteerrbbuukkaa ,, iiddeeoollooggii tteerrttuuttuupp VVIIIIII IIddeeoollooggii bbaannggssaa--bbaannggssaa ddiidduunniiaa IIXX,, XX RReeffoorrmmaassii ssoossiioo mmoorraall XXII
Kelompok III : Identitas Nasional
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK LLaattaarr BBeellaakkaanngg ddaann PPeennggeerrttiiaann II MMuuaattaann ddaann UUnnssuurr--uunnssuurr IIII,,IIVV KKeetteerrkkaaiittaann GGlloobbaalliissaassii ddeennggaann IIddeennttiittaass NNaassiioonnaall VV,,VVII KKeetteerrkkaaiittaann IInntteerrggrraassii NNaassiioonnaall ddaann IIddeennttiittaass NNaassiioonnaall VVIIII,,VVIIIIII PPaahhaamm NNaassiioonnaalliissmmee IIXX RReevviittaalliissaassii PPaannccaassiillaa sseebbaaggaaii PPeemmbbeerrddaayyaaaann IIddeennttiittaass NNaassiioonnaall
XX,,XXII
Kelompok IV : Sistem Konstitusi
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK KKoonnssttiittuussii II--IIIIII DDiinnaammiikkaa ppeellaakkssaannaaaann UUUUDD 11994455 VV--VVIIII LLeemmbbaaggaa NNeeggaarraa VVIIIIII--XXII
Kelompok V : Politik Dan Strategi
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeennggeerrttiiaann ppoolliittiikk,, ssttrraatteeggii,, ddaann ppoollssttrraannaass II--IIII SSttrraattiiffiikkaassii ppoolliittiikk nnaassiioonnaall IIIIII--IIVV PPoolliittiikk ppeemmbbaanngguunnaann nnaassiioonnaall ddaann mmaannaajjeemmeenn nnaassiioonnaall.. VVII--VVIIIIII PPeerrmmaassaallaahhaann ddaann aaggeennddaa ppeemmbbaanngguunnaann nnaassiioonnaall ttaahhuunn 22000044--22000099 IIXX--XXII
Kelompok VI: Demokrasi Indonesia
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK MMaakknnaa ddeemmookkrraassii.. II BBeennttuukk--bbeennttuukk ddeemmookkrraassii.. IIII,,IIIIII KKeeuunngggguullaann ddeemmookkrraassii.. IIVV NNiillaaii--nniillaaii ddeemmookkrraassii.. VV MMaaccaamm--mmaaccaamm ddeemmookkrraassii yyaanngg ppeerrnnaahh bbeerrllaakkuu ddii iinnddoonneessiiaa..
VVIIII,,VVIIIIII
DDeemmookkrraassii ddaann ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa ddii iinnddoonneessiiaa.. IIXX,,XX PPeennddiiddiikkaann ddeemmookkrraassii XXII
cclii
Kelompok VII: Hak Azasi Manusia
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeennggeerrttiiaann ddaann rruuaanngg lliinnggkkuupp HHAAMM II,,IIII SSeejjaarraahh HHAAMM IIIIII HHaakk aassaassii ddaallaamm UUUUDD 11994455 IIVV HHAAMM MMeennuurruutt UUUU NNOO 3399 TTHH11999999 VV,,VVII KKeewwaajjiibbaann AAssaassii MMaannuussiiaa VVIIII HHAAMM ppaaddaa ttaattaannaann gglloobbaall;; sseerrttaa IIXX HHAAMM ddii IInnddoonneessiiaa:: PPeerrmmaassaallaahhaann ddaann ppeenneeggaakkaannnnyyaa XX,,XXII
Kelompok VIII: Rule Of Law
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK LLaattaarr BBeellaakkaanngg RRuullee ooff LLaaww II PPeennggeerrttiiaann ddaann LLiinnggkkuupp RRuullee ooff llaaww;; IIII IIssuu--IIssuu RRuullee ooff LLaaww,, IIIIII,,IIVV PPrriinnssiipp--pprriinnssiipp RRuullee ooff LLaaww SSeeccaarraa FFoorrmmaall ddii IInnddoonneessiiaa;; VV,,VVII PPrriinnssiipp--PPrriinnssiipp RRuullee ooff LLaaww SSeeccaarraa HHaakkiikkii ddaallaamm PPeennyyeelleennggggaarraaaann PPeemmeerriinnttaahhaann ddii IInnddoonneessiiaa;; sseerrttaa
VVIIIIII,,IIXX
SSttrraatteeggii PPeellaakkssaannaaaann RRuullee ooff LLaaww.. XX,,XXII Kelompok IX : Hak Dan Kewajiban Warga Negara
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeennggeerrttiiaann bbaannggssaa ddaann NNeeggaarraa;; II PPeenndduudduukk ddaann wwaarrggaa NNeeggaarraa;; IIII AAssaass kkeewwaarrggaanneeggaarraaaann;; IIIIII,,IIVV PPrroobblleemm ssttaattuuss kkeewwaarrggaanneeggaarraaaann;; VV--VVIIII HHaakk WWaarrggaa NNeeggaarraa VVIIIIII KKeewwaajjiibbaann WWaarrggaa NNeeggaarraa;; XX KKeewwaajjiibbaann NNeeggaarraa ddaann PPeemmeerriinnttaahh;; XXII
Kelompok X : Geopolitik Indonesia
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeerrkkeemmbbaannggaann TTeeoorrii GGeeooppoolliittiikk II WWaawwaassaann nnaassiioonnaall IIII WWaawwaassaann nnuussaannttaarraa IIIIII,,IIVV GGeeooppoolliittiikk DDaann HHuukkuumm KKeewwiillaayyaahhaann VV--VVIIII GGeeooppoolliittiikk DDaann OOttoonnoommii DDaaeerraahh VVIIIIII,,IIXX,,XXII
Kelompok XI : Geostrategi Indonesia
SSUUBB MMAATTEERRII KKEELLOOMMPPOOKK PPeennggeerrttiiaann ggeeoossttrraatteeggii II,,IIII PPeerrkkeemmbbaannggaann kkoonnsseepp ggeeoossttrraatteeggii iinnddoonneessiiaa IIIIII--VVII KKeettaahhaannaann NNaassiioonnaall SSeebbaaggaaii PPeerrwwuujjuuddaann GGeeoossttrraatteeggii IInnddoonneessiiaa
VVIIII--XX
ccliii
4. Tugas akhir mahasiswa :
a. Mahasiswa menjawab pertanyaan yang ada pada buku teks pembelajaran dan dikumpulkan pada MINGGU VIII
b. Mahasiswa menyatukan simpulan setiap materi dan membuatnya dalam bentuk paper dan dikumpulkan pada MINGGU XIV
c. Syarat Tugas Akhir : • Ruang lingkup paper sesuai dengan sub materi yang telah ditetapkan. • Paper diketik komputer pada kertas ukuran kwarto, huruf times new roman 12,
spasi 1 ½, warna sampul (sesuai kesepakatan kelas) • Paper maksimal satu halaman per sub materi • Paper dikumpul dalam bentuk hard copy .
6. Kriteria Penilaian
Penilaian akan dilakukan sesuai dengan bentuk strategi pembelajaran : a. Penilaian substansi kajian :
SSUUBBSSTTAANNSSII KKAAJJIIAANN SKOR (%) Pendahuluan 5 % PPaannccaassiillaa sseebbaaggaaii ssiisstteemm ffiillssaaffaatt 10 % PPaannccaassiillaa sseebbaaggaaii iiddeeoollooggii nnaassiioonnaall 5 % IIddeennttiittaass nnaassiioonnaall 10 % SSiisstteemm kkoonnssttiittuussii 5 % Politik dan strategi nasional 5 % DDeemmookkrraassii IInnddoonneessiiaa 10 % HHaakk aazzaassii mmaannuussiiaa 5 % RRuullee ooff llaaww 5 % HHaakk ddaann kkeewwaajjiibbaann wwaarrggaa nneeggaarraa 10 % GGeeooppoolliittiikk iinndd.. 15 % GGeeoossttrraatteeggii iinnddoonneessiiaa 15 %
b. Rekapitulasi penilaian substansi kajian:
NO SSUUBBSSTTAANNSSII KKAAJJIIAANN SKOR %
KONSTRIBUSI NILAI
II
PPRROOSSEESS SSCCLL 110000%%
6600 PPeennddaahhuulluuaann
PPeennggaannttaarr KKoonnttrraakk ppeerrkkuulliiaahhaann PPeennjjeellaassaann mmaatteerrii--mmaatteerrii ppeerrkkuulliiaahhaann
5 %
PPeennyyaajjiiaann ssuubbssttaannssii 95% IIII TTUUGGAASS MMAANNDDIIRRII 110000%% 1155 III FFIINNAALL TTEESS 110000%% 2255
TOTAL 100 RREEMMEEDDIIAALL 110000%% MMaakkssiimmaall BB--
ccliv
c. Remedial dan Rentang Nilai:
Ketentuan Remedial :
1. Nilai Mahasiswa Maksimal B-
2. MHS DENGAN NILAI < 66
3. MHS DENGAN KEHADIRAN >= 80 %
RENTANG NILAI :
Pasal 33 (Nilai Hasil Belajar) ayat 4 (Kesetaraan nilai angka, nilai mutu, dan
konversi untuk program diploma dan sarjana (S-1) sebagai berikut :
NILAI ANGKA NILAI MUTU NILAI KONVERSI
>85 A 4,00 81-85 A- 3,75
76-<81 B+ 3,50 71-<76 B 3,00 66-<71 B- 2,75 61-<66 C+ 2,50 51-<61 C 2,00 45-<51 D 1,00
<45 E 0,00
d. Kriteria penilaian: • PENDAHULUAN
MINGGU INDIKATOR BOBOT SKOR I Kehadiran 50
5 % II
Kehadiran, Pelaksanaan aturan perkuliahan
25
III Kehadiran, Pelaksanaan aturan perkuliahan
25
cclv
• DISKUSI KELOMPOK “PEMAKALAH” MINGGU INDIKATOR BOBOT KN
IV-XIV
MAKALAH 100
…%
Ketepatan waktu pengumpulan 15 Terpenuhinya bagian makalah 60 Kemutakhiran referensi 25 PRESENTASI 100 Ketepatan ide 20 Kejelasan uraian 20 Kerjasama tim presentasi 20 Kedisiplinan 10 Kreativitas 10 Ketuntasan materi 20
• DISKUSI KELOMPOK “PESERTA”
MINGGU INDIKATOR BOBOT KN
IV-XIV
Pertanyaan kelompok 20
…% Kehadiran dgn aturan perkuliahan 20 Tugas (pr/kuis/modul) 20 Partisipasi/ konstribusi 40 Total 100
7. Aturan Perkuliahan a. Peraturan Akademik Unhas
• Kelompok Mata Kuliah – Pasal 1 ayat 34, 38 – Pasal 11 ayat 1,5,6 & 7
• Persyaratan Ujian – Pasal 29
• Nilai T – Pasal 30 ayat 7 & 8
b. Surat Edaran UPT MKU
Dalam upaya lebih meningkatkan disiplin dan etika mahasiswa dalam mengikuti setiap perkuliahan, maka kepada seluruh mahasiswa peserta mata kuliah Bidang UPT. MKU Universitas Hasanuddin agar dalam mengikuti perkuliahan dan atau praktikum kiranya mengindahkan hal-hal berikut :
cclvi
1. Hadir di ruangan kuliah/praktikum tepat pada waktunya sesuai jadwal yang ada. 2. Kehadiran mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan minimal 80% baru dapat
dievaluasi. (Sesuai dengan aturan akademik) 3. Kegiatan Extra Kurikuler (seperti Bina Akrab, dll) tidak boleh mengganggu jadwal
perkuliahan UPT. MKU. 4. Berpakaian bersih, rapi dan bersepatu. Tidak diperbolehkan memakai sandal, baju kaos
oblong dan celana compang-camping dalam mengikuti perkuliahan dan atau praktikum.
5. Rambut disisir rapi dan tidak acak-acakan. 6. Selama kuliah berlangsung Hand Phone (HP) dimatikan dan tidak diperbolehkan
keluar masuk ruangan dan atau mondar-mandir dalam ruangan yang mengganggu perkuliahan.
7. Menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah dalam ruangan, tidak mencoret-coret dinding kursi atau meja kuliah.
Dosen pengajar dapat mengambil tindakan penertiban apabila mahasiswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya dapat mengganggu jalannya perkuliahan di dalam kelas, termasuk apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak diindahkan oleh mahasiswa
c. Kesepakatan Dalam Kelas Perkuliahan
……………………………
8. Jadwal Perkuliahan
MINGGU
KE- HARI/TGL/WAKTU/RU
ANGAN TOPIK BAHASAN BACAAN/BAB
I-III
PENDAHULUAN
1. Penjelasan tentang materi dan aturan perkuliahan
2. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
4. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Buku Pend. KWN Bab.I &Literatur lain
IV Pancasila sebagai sistem filsafat Buku Pend. KWN Bab.II&Literatur lain
V Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Buku Pend. KWN Bab.III&Literatur lain
VI Identitas nasional Buku Pend. KWN Bab.IV &Literatur lain
VII Sistem Konstitusi Indonesia Buku Pend. KWN Bab.V &Literatur lain
cclvii
VIII Politik dan strategi nasional Buku Pend. KWN Bab.VI&Literatur lain
IX Demokrasi dan pendidikan demokrasi
Buku Pend. KWN Bab.VII &Literatur lain
X Hak asasi manusia,
Buku Pend. KWN Bab.VIII &Literatur lain
XI Rule of law Buku Pend. KWN Bab.IX &Literatur lain
XII Hak dan kewajiban wn Buku Pend. KWN Bab.X &Literatur lain
XIII Geo politik indonesia Buku Pend. KWN Bab.XI &Literatur lain
XIV Geo strategi indonesia Buku Pend. KWN Bab.XII
&Literatur lain Tugas Akhir Buku Pend. KWN &
Literatur lain
XV UJIAN AKHIR SEMESTER Buku Pend. KWN & Literatur lain
XVI REMEDIAL Buku Pend. KWN & Literatur lain
B. KEGIATAN BELAJAR
PROSES PEMBELAJARAN A. Tahap Awal Pembelajaran ( 10 menit ) :
1. Dosen/Fasilitator : a. Menyampaikan pengantar perkuliahan b. Mengingatkan tentang aturan perkuliahan/kontrak belajar terkait dengan materi
danstrategi pembelajaran pada minggu tersebut 2. Mahasiswa (kelompok pemateri) :
a. Mempersiapkan presentasi materi (mengatur media pembelajaran) b. Menyerahkan makalah kelompok kepada dosen/fasilitator.
3. Mahasiswa (kelompok peserta) menyerahkan pertanyaan kelompok kepada dosen/fasilitator.
B. Tahap Presentasi Kelompok Pemateri ( 30 menit ) :
1. Mahasiswa (kelompok pemateri) mempresentasikan materi dengan ruang lingkup sesuai dengan GBRP
2. Mahasiswa (anggota kelompok peserta) mencermati presentasi dengan fokus pada sub materi yang menjadi tugasnya untuk diumpan balik.
3. Dosen/Fasilitator : a. Mencermati presentasi dan mengamati dinamika kelas pembelajaran
cclviii
b. Mengumpan balik secara tertulis tugas makalah kelompok (mengoreksi/menambahkan)
c. Membaca, memilah dan memilih pertanyaan kelompok peserta diskusi d. Mengisi kolom-kolom penilaian
C. Tahap Umpan Balik Kelompok Peserta ( 40 menit ) :
1. Dosen/fasilitator menyerahkan pertanyaan pilihan kepada kelompok pemateri. 2. Mahasiswa (perwakilan kelompok peserta) menjelaskan (umpan balik) pada sub
materi yang menjadi tugasnya masing-masing. 3. Mahasiswa (kelompok pemateri) :
a. Mencermati umpan balik kelompok peserta b. Mempersiapkan jawaban pertanyaan kelompok peserta
4. Dosen/Fasilitator :
a. Mencermati umpan balik kelompok peserta dan mengamati dinamika kelas pembelajaran
b. Mencatat hal-hal yang penting, berbeda dengan penjelasan kelompok pemateri untuk dijelaskan pada akhir perkuliahan.
c. Mengisi kolom-kolom penilaian
D. Tahap Diskusi Kelas ( 50 menit ) :
1. Mahasiswa (kelompok pemateri) menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kelompok peserta.
2. Mahasiswa (anggota kelompok- kelompok peserta) mengumpan balik jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut..
3. Dosen/Fasilitator : a. Mencermati diskusi dan dinamika kelas pembelajaran b. Mengarahkan dan memberi alternatif pada hal-hal yang bermasalah. c. Mengisi kolom-kolom penilaian
E. Tahap Akhir Pembelajaran ( 20 menit ) :
1. Dosen/Fasilitator : a. Menyampaikan simpulan materi pembelajaran b. Bila sasaran pembelajaran dianggap belum tercapai dengan diskusi maka dapat
dimunculkan kasus terkait dengan materi pembelajaran 2. Mahasiswa (kelompok pemateri) menerima makalah yang telah diumpan balik oleh
dosen untuk diperbaiki dan dikumpul minggu berikutnya 3. Mahasiswa (setiap anggota kelompok peserta) mengumpulkan tugas individunya.
cclix
C. RUBRIK PENILAIAN
a. Penilaian kelompok pemateri
INDIKATOR KODE BOBOT KN MAKALAH M 100
…%
Ketepatan waktu pengumpulan M1 15 Terpenuhinya bagian makalah M2 60 Kemutakhiran referensi M3 25 PRESENTASI P 100 Ketepatan ide P1 20 Kejelasan uraian P2 20 Kerjasama tim presentasi P3 20 Kedisiplinan P4 10 Kreativitas P5 10 Ketuntasan materi P6 20
Keterangan :
• M1 = Ketepatan waktu pengumpulan o Tepat waktu ( satu minggu setelah dipresentasikan) = 15 o Tidak tepat waktu = 7,5 o Melewati dua minggu setelah dipresentasikan = 0
• M2= Terpenuhinya bagian makalah o Terpenuhinya bagian makalah yang disyaratkan = 60 o Tidak sesuai dengan syarat tugas = 30
Syarat tugas “makalah kelompok” :
• Struktur Makalah (Sampul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Pendahuluan, Pembahasan, Penutup, Daftar Pustaka)
• Ruang lingkup Pembahasan sesuai dengan sasaran tugas dan kasus yang ditetapkan.
• Makalah diketik computer pada kertas ukuran kwarto, huruf times new roman 12, spasi 1 ½, warna sampul (sesuai kesepakatan kelas)
• M3= Kemutakhiran referensi o Minimal satu jurnal dan empat buku pustaka = 25 o Kurang dari ketentuan = 20 o Tidak memiliki referensi/daftar pustaka = 0
• P1= Ketepatan ide
o Penyampaian argument bedasarkan data dan fakta, dengan rujukan buku dan ahli = 20
o Kurang/tidak tepat = 10 o Tidak menyampaikan pendapat = 0
cclx
• P2= Kejelasan uraian o Mampu mendekripsi, kesesuaian penjelasan dengan
Topik bahasan = 20 o Kurang/tidak tepat = 10 o Tidak menyampaikan pendapat = 0
• P3= Kerjasama tim presentasi
o Setiap anggota kelompok bertugas mempresentasi dan Menguasai penjelasan = 20
o Setiap anggota kelompok bertugas mempresentasi/ Menguasai penjelasan = 10
o Tidak membagi tugas sesame anggota kelompok = 0 • P4= Kedisiplinan
o Ketepatan waktu memulai diskusi, efisiensi penggunaan waktu presentasi = 10
o Ketepatan waktu memulai diskusi/ efisiensi penggunaan waktu presentasi = 5
• P5= Kreativitas
o Presentasi sesuai dengan kaidah-kaidah power point dan Penggunaan contoh kasus dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh peserta. = 10
o Presentasi sesuai dengan kaidah-kaidah power point/ Penggunaan contoh kasus dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh peserta. = 5
• P6= Ketuntasan Materi o Penjelasan materi oleh masing-masing anggota kelompok
selesai sesuai dengan waktu yang disediakan dan terjawabnya semua pertanyaan pada sesi diskusi. = 20
o Penjelasan materi oleh masing-masing anggota kelompok selesai sesuai dengan waktu yang disediakan dan terjawabnya semua pertanyaan pada sesi diskusi. = 10
b. Penilaian kelompok peserta
INDIKATOR KODE BOBOT KN Pertanyaan kelompok K1 20
… % Kehadiran dgn aturan perkuliahan K2 20 Tugas Individu (paper) K3 20 Konstribusi K4 40 Total K 100
cclxi
Keterangan : • K1 = Pertanyaan Kelompok
o Ada pertanyaan klp, pertanyaan sesuai dengan materi dan dikumpul sebelum presentasi = 20
o Ada pertanyaan klp/ pertanyaan sesuai dengan materi / dikumpul sebelum presentasi = 10
o Tidak ada pertanyaan kelompok = 0
• K2 = Kehadiran dengan pelaksanaan aturan kuliah o Mahasiswa hadir dengan mengikuti aturan perkuliahan = 20 o Mahasiswa hadir tapi melanggar aturan perkuliahan = 10 o Tidak hadir = 0
• K3 = Tugas individu
o Mahasiswa mengumpulkan tugas pada waktu pembelajaran = 20 o Mahasiswa mengumpulkan tugas melewati waktu
pembelajaran (dua minggu setelah perkuliahan) = 10 o Tidak mengumpulkan tugas individu = 0
• K4 = Konstribusi
o Mahasiswa yang mewakili kelompoknya mengumpan balik Sub materi yang ditugaskan/ mahasiswa yang berargumen terkait dengan materi yang dibahas = 40
o Mahasiswa yang hanya berpartisipasi (menjaga suasana diskusi yang kondusif) = 20
o Mahasiswa tidak berpartisipasi dan berkonstribusi = 0
D. DAFTAR PENILAIAN
DAFTAR NILAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN HARI/WAKTU :
FAKULTAS : RUANGAN :
JURUSAN : DOSEN : RAHMATULLAH,M.Si
NO N I M NAMA
Keh
adira
n
PROSES PEMBELAJARAN
S C
L
Final
Tes
Tgs.
Akh.
Tota
l Sko
r
N
I L A
I
P I-III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV Jum XV XVI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 lah
5%
10%
5%
10%
5%
5%
10%
5%
5%
10%
15%
15%
100%
60%
25%
15%
100%
1
0 0 0 E
2 0 0 0 E
3 0 0 0 E
cclxii