modul praktikum

Upload: nurdeny-hidayanto-pribadi

Post on 18-Jul-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Teknik Fisika- FTI- Institut Teknologi Sepuluh Nopember MODUL PRAKTIKUM JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 TEKNIK OPTIK SEMESTER GASAL 2011/2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah,pujisyukurkehadiratTuhanYangMahaEsa,atas petunjuk-NyakamidapatmenyelesaikanModulPraktikumTeknikOptik semestergasal2011/2012.Beberapapembaharuandanperbaikankami lakukandarimodulpraktikumsebelumnyasepertipenggabungandua praktikummenjadisatudanadanyapraktikumlainsepertipenggunaan softwareOSLOdanlainsebagainya.Diharapkandenganadanyamodul praktikumini,mahasiswamendapatkanpanduandalammenjalankan praktikumTeknikOptikyangjumlahnyaada4praktikumyaitu KarakterisasiSpektrumSumberCahaya(P1),Interferensidan interferometri(P2),FotografidanPengolahanCitraDigital(P3)dan Desain Divais Optik Geometri (P4) Ucapanterimakasihtaklupakamisampaikankepadabeberapa pihakyangtelahmemberikankontribusidalampenyelesaianmodulini, yaitu : Dr.Ir.TotokSoehartantoDEAselakuKetuaJurusanTeknik Fisika FTI ITS Ir.HeruSetijonoM.ScselakuKepalaLaboratoriumRekayasa Fotonika dan Dosen Mata Kuliah Teknik Optik Agus M. Hatta ST, M.Si, Ph.D, Dr. Ir. Sekartedjo M.Sc dan Detak Yan Pratama ST, M.Sc selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Optik Semua Dosen dan Karyawan Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini Ilmuakan menjadi jalan bagi seseorang untuk menuju pada segala kemuliaan. Akan tetapi satu hal yang tidak kalah penting adalah menjaga agar ilmu tetap ada padadiri kita. Apa yang kamilakukan disini adalah membantumahasiswauntukmendapatkanilmuyangbermanfaatbuat mereka.Satupekerjaanbesaryangharusmerekalakukanadalah bagaimana agar ilmu tersebut tetap ada pada diri mereka, yang itu tidak lain adalah dengan mengaplikasikan dan mengembangkannya. Sekalipunmodulinitelahselesaidenganprosesyangcukup panjang,akantetapimasihtidakmenutupadanyakekuranganpadanya. Segala masukan, kritik dan review sangat kami harapkan untuk semakin menyempurnakannya pada kesempatan mendatang. Surabaya, 2011

PENYUSUN MODUL 1 KARAKTERISASI SPEKTRUM SUMBER CAHAYA 1.1Pokok Bahasan 1.Karakterisasi spektrum sumber cahaya 2.Lebar spektrum sumber cahaya 1.2Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu : 1.Memahami dan menganalisa karakteristik spektrum sumber cahaya 2.Menentukan lebar spektrum sumber cahaya 1.3Dasar Teori 1.Sumber Cahaya Cahayateremisidarisebuahsistematomyangtereksitasikelevel energi tinggi kemudian jatuh ke level energi rendah dengan memancarkan radiasi.Proseseksitasiinidapatdiperolehdenganberbagaicaraseperti efek termal, absorbsi foton. Tumbukan dengan partikel-partikel subatomik maupunrekasikimia.Beberapabentukmekanismekesitasiyanglain sepertiradioaktifdapatmenghasilkanemisidengantingkatenergifoton sangat tinggi[1]. Gambar 1.1 Spektrum Gelombang Elektromagnetik[2] Gambar1.1menunjukkanspektrumgelombangelektromagnetik (EM).GelombangEMmemilikispesifikasidanmekanismeeksitasiyang spesifikuntuktiap-tiaprentangpanjanggelombang.Secaraumumkata cahaya (light) merujuk radiasi EM pada rentang UV hingga infrared[3]. 2.Cahaya Tampak Cahayatampak(visiblelihgt)adalahrentangdaricahaya elektromagnetikyangdapatdideteksiolehmatamanusia.Komisi Internasionalmenspesifikasikanfrekuensidaricahayatampakadalah antara3.16x1014hingga8.33x1014hz(rentangpanjanggelombang sekitar830hingga360nm).Banyakbukuyangmenyatakanrentang cahayatampakantaran400nm(violet)hingga750nm(merah),halini didasarkanpadaresponvisualdarimatamanusia.emisicahaya dihasilkan dari elektron terluar atom dan molekul. Energi foton sekitar 1-3eV, energi ini cukup besar untuk deteksi foton tunggal[4]. Cahayatampakbaikmonokromatikmaupunpolikromatikmemiliki spektrayangberbedabeda.Berikutinicontohspektrumemisidari lampu tungsten. Gambar 1.2 (a) Lampu Tungsten (b) Spektrum emisi keluaran[5] 1.4 Eksperimen 1 : Karakterisasi Spektrum LED 1.Peralatan Eksperimen a.LED biru dan putih @ 1 buah b.Adaptor DC 1 buah c.Optical power meter Thorlabs PM100D 1 buah d.Personal Computer/Notebook yang sudah terinstall program PMD100D Utility Gambar 1.3 Set up Eksperimen 1 2.Prosedur Eksperimen a.Susun peralatan seperti gambar 1.3 b.Hubungkan optical power meter dengan laptop melalui kabel USB c.Nyalakan optical power meter dan jalankan program PMD100D Utility. Tunggu hingga optical power meter terhubung dengan laptop. d.Nyalakan LED putih dengan jarak 3 cm dari detektore.Atur setting wavelength optical power meter pada = 400 nm. f.Amati dan catat nilai daya optik yang terbaca di display optical power meter. Pengambilan data sebanyak5 kali berdasarkan samplingyang dilakukanPMD100DUtility.Hasildirata-ratauntukmendapatkan nilai daya optik terukur. g.Lakukanlagilangkahfuntukrange=400-700nmdengan increment 25 nm h.Ulangi langkah d hingga langkah g untuk LED biru i.GeserposisiLEDbirumenjadiberjarak6cmdaridetektor. Selanjutnya ulangi langkah e hingga langkah g j.Buatgrafikdayaoptiksebagaifungsipanjanggelombanguntuk semua sumber cahaya k.Tentukan lebar spektral tiap sumber cahaya 1.5 Eksperimen 2 : Karakterisasi Spektrum Lampu Halogendan TL 1.Peralatan Eksperimen a.Lampu halogen 1 buah b.Lampu TL 1 buah c.Monokromator1 buah d.Digital lux meter Lutron LX-101A 1 buah e.Optical power meter Thorlabs PM100D 1 buah f.Laptop yang sudah terinstall program PMD100D Utility Gambar 1.4 Set up Eksperimen 2 3.Prosedur Eksperimen a.Susun peralatan seperti gambar 1.4 b.Hubungkan optical power meter dengan laptop melalui kabel USB c.Nyalakan optical power meter dan jalankan program PMD100D Utility. Tunggu hingga optical power meter terhubung dengan laptop. d.Nyalakanlampuhalogen.Jagaagarlamputidakberpindahposisi selama eksperimen e.Atur setting wavelength optical power meter dan monokromator pada = 400 nm. f.Amati dan catat nilai daya optik yang terbaca didisplay optical power meter. Pengambilan data sebanyak 5 kali berdasarkan samplingyang dilakukanPMD100DUtility.Hasilnyadirata-ratauntukmendapatkan nilai daya optik terukur. g.Lakukanlagilangkahfuntukrange=400-700nmdengan increment 25 nm h.Ulangi langkah d hingga g untuk lampu TL i.Buat grafik daya optik sebagai fungsi panjang gelombang untuk semua sumber cahaya j.Tentukan lebar spektral tiap sumber cahaya Referensi [1]Yoshizawa, Toru. Handbook of Optical Metrology Chapter 1. USA : CRC Press. 2009 [2] Luxon, James & Parker, David. Industrial Lasers and Their Application. - Chapter 1. USA : Prentice Hall. 1985.[3]Warren, Smith. Modern Optical Engineering - Chapter 1. USA : SPIE Press. 2008 [4]Yoshizawa, Toru. Handbook of Optical Metrology Chapter 5. USA : CRC Press. 2009 [5] Anonim. An Introduction to the Use of Visible and Ultraviolet Light for Analytical Measurements. Oxford University Press. 2005 MODUL 2 INTERFERENSI DAN INTERFEROMETRI 2.1Pokok Bahasan 1.Prinsip-prinsip interferensi cahaya 2.Interferometri untuk mengukur konsentrasi larutan 2.2Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan untuk : 1.Memahami prinsip-prinsip interferensi cahaya 2.Memahamikomponen-komponenyangdiperlukanuntukmerancang sebuah interferometer Michelson 3.Memahamibagaimanacaramerancangsebuahinterferometer Michelson 4.Memahami prinsip kerja interferometer Michelson dan aplikasinya 2.3Dasar Teori 1.Interferensi Interferensimerujukpadasuatukeadaandimanaduagelombang ataulebihsalingtumpangtindihpadawaktudanruangyangsama. Jumlahtotalfungsigelombangnyamerupakanpenjumlahandarifungsi gelombangmasing-masinggelombangyangsalingoverlap.Halini merupakanprinsipdasarsuperposisi.Namundemikianintensitasoptik totalnyabukanmerupakanpenjumlahanintensitastiap-tiapgelombang. Sebabsuperposisiintensitasnyabergantungpadabedafasaantar gelombang[1]. Gambar 2.1 Interferensi Celah Ganda[2] Interferensipadasumbercahayayangmemilikinilaipanjang gelombangyangsama(monokromatis)akanmenghasilkanpola interferensiyangstabil.Bilagelombangyangberinterferensimerupakan cahayapolikromatis,makainterferensiakanterjadipadatiap-tiap panjang gelombang yang sama. Gambar2.1merupakaninterferensiyangterjadipadacelahganda. S1danS2adalahcelahsempityangdilaluicahayadengannilaipanjang gelombang.S1danS2berasaldariS0danmemilikifasayangsama karena jaraknya dengan S0 pun sama. Maka S1 dan S2 merupakan sumber cahayyangkoheren.KarenanilaiR>>d(Rdalamordemeter, sedangkanddalamordemilimeter),makagambar2.1(b)dapat dianggap seperti gambar 2.1 (c). Beda lintasan antara S1 dan S2 : ???2???

???1???

= ??? sin??? (2.1) ?????????????????? ??? ?????????????????? ??????????????? sin??? =tan ??? ???2???

???1???

= ?????????(2.2) Interferensi konstruktif membentuk pola terang terjadi saat beda lintasan m sedangkan interferensi destruktif yang membentuk pola gelap terjadi saat beda lintasan (m + )[2]. dengan ??? = 0, 1, 2, 3 Interferensi konstruktif m = ?????????(2.3) Interferensi destruktif m +12 = ?????????(2.4) 2.Interferometri Interferometrimemanfaatkanprinsipinterferensisehingga menghasilkansuatupolayangdapatdianalisis.Teknikinidapat digunakanuntukmelakukanpengukuransecaraakurat.Interferometri dapatmelakukanpengukuranpergeseranmaupungeometrihinggaorde nanometer. Hal ini dipengaruhi cahaya sebagai tools dalam interferometri beradapadaordetersebut.Selaincahayavisibel,sinarIRdanUV merupakansumbercahayayangumumdigunakandalamberbagai aplikasi interferometri[3]. 3.Interferometer Michelson Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensitersebutadalahinterferometer.Alatinidapatdipegunakan untuk mengukur panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang denganketelitiansangattinggiberdasarkanpenentuangaris-garis interferensi.Walaupunpadaawalmuladibuatnyaalatinidipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter[4].InterferometerMichelsonmerupakanseperangkatperalatanyang memanfaatkangejalainterferensi.Prinsipinterferensiadalahkenyataan bahwabedalintasanoptik(d)akanmembentuksuatufrinji.Gambar dibawahmerupakandiagramskematikinterferometerMichelson.Oleh permukaanbeamsplitter(pembagiberkas)cahayalaser,sebagian dipantulkankekanandansisanyaditransmisikankeatas.Bagianyang dipantulkankekananolehsuatucermin.Adapunbagianyang ditransmisikankeatasolehcermindatar(cermin2)jugaakan dipantulkankembalikebeamsplitter,kemudianbersatudengancahaya daricermin1menujulayar,sehinggakeduasinarakanberinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang (frinji)[5]. Gambar 2.2 Interferometer Michelson[1] Denganmenggunakanpersamaanhubunganantaraperubahan lintasan optik, frinji yang terbentuk dan panjang gelombang yaitu 2 NdA= A Gambar 2.3 Hubungan Antara Intensitas Dengan Perubahan Lintasan Optik Pada Fenomena Interferensi Interferometerjuga dapat digunakan untuk menentukan nilaiindeks biassuatumediumtertentu.Nilaiindeksbiaspadasuatubendadapat dihubungkandengansifat-sifatpadapolainterferensigelombangcahaya monokromatikyangterbentuk.Polainterferensitersebutterakumulatif dalampolafrinjiyangterbentukdenganmenggunakanbantuan interferometer.Sehingganilaiindeksbiasdapatdiketahuidengan menghubungkanantaranilaipanjanggelombangmonokromatikyang masuk,ketebalanmediumkedua,danperubahansudutyangterjadi denganpola-polafrinjiyangterbentukyangsecaramudahdapat diketahui dari kuantitas frinji yang bersangkutan[6]. DalampersamaanyangditurunkanolehProf.ErnestHenningerdari DePauwUniversityyangdiambildaribukuLight:Principlesand Measurements,olehMonk,McGraw-Hill,1937dijelaskandimanaN merupakanjumlahfrinjiyangterbentuk,ialahpanjanggelombang sumber cahaya, t merupakan ketebalan bahan gelas, u ialah sudut rotasi bahan. Selanjutnya,denganmemanfaatkanperubahanindeksbiasyang terjadiketikamediumgelasdibiarkankosongdibandingkandenganpola interferensiyangterbentukketikamediumdiisidenganlarutansampel makaselanjutnyaakandapatdiketahuikonsentrasidarilarutantersebut dengan membuat grafik perbandingan antara indeks bias dan konsentrasi larutan dengan rumus berikut: N i ti N tn =) cos 1 ( 2) cos 1 )( 2 (..............(2.5) 2.4Eksperimen 1 Interferometer Young 1.Peralatan Eksperimen a.Laser He-Ne b.Slit tunggal dengan lebar slit 0,3 mm c.Slit Ganda dengan lebar slit 0,4 mm d.Mistar e.Layar sebagai penangkap sinar 2.Prosedur Eksperimen a.Siapkan semua peralatan b.Pasang slit tunggal di depan laser He-Ne dengan jarak 5 cm c.Pasang layar pada jarak 50 cm di belakang slit tunggal d.Nyalakan laser He-Ne e.Amati pola interferensi yang terjadi f.Tentukan nilai y1, y2 dan y3 (titik terang pertama, kedua dan ketiga) pada pola interferensi yang terjadi g.Ulangi langkah d hingga langkah f dengan variasi jarak layar 100 cm, 150 cm, 200 cm dan 250 cm 2.5Eksperimen 2 Interferometer Michelson 1.Peralatan Eksperimen a.Meja Optik b.Sumber cahaya (Laser He-Ne) c.Detektor cahaya (Thorlabs Optical Power Meter PM100D dan S100C) d.Beam Splitter 50:50 e.Movable mirror (M2) f.Fixed mirror (M1) g.Kaca preparat berbagai variasi h.Layar pengamatan i.Convex lens j.Microdisplacement 2.Prosedur Eksperimen a.Susun peralatan seperti gambar 2.2 b.Nyalakan laser He-Nec.Amati frinji yang terbentuk pada layar pengamatan. Gunakan convex lens untuk mengamati frinji lebih jelas. d.Jikafrinjiyangterbentuktidakbergerakmakasistemtelahstabil. Amati nilai intensitas yang nampak pada detektor e.Geser movable mirror dan amati perubahan bentuk frinji

Referensi [1]Saleh, Bahaa E.A. & Teich, Malvin Carl.Fundamentals of Photonics -Chapter 2. USA : John & Wiley Sons, Inc. 1991. [2]Young,HughDandFreedman,RogerA.UniversityPhysics12th edition - Chapter 35. USA : Pearson Education Inc. 2008 [3]Yoshizawa, Toru.Handbookof Optical Metrology Chapter 6. USA : CRC Press. 2009 [4] Halliday, Resnick.1986. Fisika jilid 2 edisi ketiga. Jakarta: Erlangga [5]Soedojo,P.1992.Azas-azasIlmuFisikaJilid3Optika.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. [6] Hariharan, P. 2007. Basic Of Interferometry. Sydney: Academic Press

MODUL 3 FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 3.1 Pokok Bahasan 1.Dasar-dasar teknik fotografi digital 2.Aplikasi digital image processing 3.2 Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan : 1.Memahamicarakerjadanprinsipdasardariparameter-parameter kameradigital(imageresolution,ISO,aperture,shutterspeed,focal length). 2.Melakukandanmenjelaskandasar-dasarpengolahancitradigital seperticropping,konversicitraRGBkecitragrayscaleserta menampilkan histogram citra grayscale. 3.3 Dasar Teori 1.Fotografi Digital Fotografi digital adalah salah satu cabang fotografi yang menggunakan sensorcahayauntukmenangkapcitrayangdifokuskanolehlensa.Citra yangditangkapkemudiandisimpandalambentukfiledigitalkemudian diprosesmelaluipengolahancitra(colorcorrection,sizing,cropping,dan lain-lain),preview,ataudicetak.Sebelumditemukannyateknologicitra digital, citra fotografi ditangkap menggunakan film fotografi dandiproses secarakimia.Denganfotografidigital,citradapatditampilkan,dicetak, disimpan,dandimanipulasimenggunakankomputertanpaproseskimia. Salahsatuinstrumenyangpalingbanyakdipakaiuntukmerekamcitra digital adalah kamera digital. Pada dasarnya, kamera digital adalah divais fotografiyangterdiridarilightproofboxdenganlensadiujungnya,dan sensorcitradigital.Terdapatduatipedasarkameradigital:(1)digital single-lens reflex (DSLR) dan (2) digital rangefinder[1]. Gambar 3.1 Proses Pengambilan citra pada kamera DSLR 2.Focal length Parameterpentingdarisebuahlensa,disampingkualitasnyaadalah focallength.Secarateknisfocallengthdidefinisikansebagaijarakdari bagian jalur optik dimana cahaya merambat menuju lensa dan difokuskan kesensor.Jarakfocallenghtdinyatakandalamsatuanmilimeter.Dari sudutpandangpraktis,focallengthmerupakannilaidariperbesaran lensa.Semakinpanjangfocallenght,makasemakinbesarperbesaran objeknya.Selainperbesaran,focallengthmenentukanperspektifdari objek[2]. Gambar 3.2 Prinsip kerja focal length 3.Shutter speed Shutterspeedmerupakanwaktuyangdibutuhkanolehshutter kamera untuk membuka dan menutup kembali dalam mengambil gambar objek.Expossurecitraditentukandarikombinasishutterspeeddan bukaan apperture. Pada user interface kamera, shutter speed ditampilkan dalam fraksi satu detik. yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500;1000;2000;danB..Angka1berartishuttermembukadengan kecepatan1/1detik.Angka2000berartishuttermembukadengan kecepatan 1/2000 detik, dan seterusnya. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa bataswaktu(shuttermembukaselamashutterreleaseditekan). Fotografermenggunakanshutterspeeduntukmenangkapobjek bergerak.Misalnyaobjekmobilyangdifotoakanmenghasilkancitrablur ketikamenggunakanshutterspeedrendahmisalnya1/8.Disisilain, shutterspeedyangbesar(misalnya1/1000)mampumenangkapcitra baling-baling helikopter yang berputar dengan jelas[3]. 4.Apperture Appertureadalahbukaanlensayangdiaturdenganmelakukan setinganirisataudiafragmayangmemungkinkanpengaturanjumlah cahaya masuk ke dalam sensor. Semakin besar apperture, maka semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam lensa. Ukuran apperture dinyatakan dalam satuan f-stops. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4;5,6;8;11;16;22;danseterusnya.Angka-angkatersebut menunjukkanbesarkecilnyabukaandiafragmapadalensa.Aperture digunakanuntukmenentukanintensitascahayayangmasuk.Semakin besarf-stops,semakinkecilbukaanaperture,sehinggacahayayang masuksemakinsedikit.Sebaliknya,semakinkecilf/angkasemakinlebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak[4]. 5.ISO ISO(InternationalStandartsOrganization)padakameramerupakan benchmark rating yang menunjukkan nilai kuantitatif sensitivitas dari film kamera.SemakintinggiratingISO,semakinsensitiffilmterhadap cahaya,sehinggasemakinsedikitcahayayangdiperlukanuntuk mengambilobjek.Hampir semua kamera DSLR memiliki setting ISO dari 100sampai3200.PadasettingISO400keatas,beberapakamera mengalamikesulitanuntukmempertahankankonsistensiexpossuretiap satuanpikselpadacitra.Untukmeningkatkansensitivitassensorpada kondisitersebut,kamerameningkatkanteganganinputdaritiapelemen sensor sebelum dikonversi menjadi sinyal digital. Pada saat sinyal elektrik daritiapelemendiamplifikasi,terjadianomalipadapikseldenganwarna gelap. Hasil dari piksel sporadis dengan nilai kecerahan yang tidak sesuai disebut sebagai digital noise[5]. 6.Representasi Citra Warna Citra warna tersusun dari kombinasi 256 intensitas warna dasar (red, green,blue).Setiappikseladalahgabunganketigawarnatersebut, sehingga masing-masing piksel memiliki tiga komposisi warna dasar, dan diperlukan memori penyimpanan tiga kali lipat[6]. Untuk representasi citra warna, dapat dinyatakan dalam persamaan dibawah ini: (3.1) (3.2) f x y ,1 ,( )f 1 1 ,( )f 2 1 ,( )f 3 1 ,( )......f m1 ,( )f 1 2 ,( )f 2 2 ,( )f 3 2 ,( ).......f m2 ,( )f 1 3 ,( )f 2 3 ,( )f 3 3 ,( ).......f m3 ,( ).................................f 1 n ,( )f 2 n ,( )f 3 n ,( ).......f mn ,( )|

\|||||||||.f x y ,2 ,( )f 1 1 ,( )f 2 1 ,( )f 3 1 ,( )......f m1 ,( )f 1 2 ,( )f 2 2 ,( )f 3 2 ,( ).......f m2 ,( )f 1 3 ,( )f 2 3 ,( )f 3 3 ,( ).......f m3 ,( ).................................f 1 n ,( )f 2 n ,( )f 3 n ,( ).......f mn ,( )|

\|||||||||.RGB 1 Pixel 256256256 Tingkat Kombinasi Warna (3.3) Masing-masingf(x,y,1),f(x,y,2)danf(x,y,3)mewakiliR,GdanB. Dari persamaan (3.1), (3.2) dan (3.3) menunjukkan bahwa penyimpanan citrawarnadiperlukanspace3kalicitragrayscale,representasidapat dilihat pada gambar 3.3 Gambar 3.3 Komposisi kombinasi warna tiap pixel[6] 7.Thresholding Citra Thresholding(pengambangan)artinyaadalahnilaipikselpadacitra yangmemenuhisyaratnilaiambangyangkitatentukandirubahkenilai tertentu yang dikehendaki. Secara matematis ditulis pada persamaan 3.4 berikut ini: (3.4) Dengan fi(x,y) adalah citra asli (input), fo(x,y) adalah piksel citra baru (hasil/output),Inadalahnilaiambangyangditentukan.Nilaipikselpada (x,y)citraoutputakansamadenganI1jikanilaipiksel(x,y)citrainput tersebut ifSR G + B +3 Gambar 3.5 Distribusi Tingkat Keabuan 10.Listing Program a.Program 1 : Cropping function cropping(CitraInput,I1) In = (I1*2); In(In>Open Lens dari menu OSLO. Pilih Private dan Open Lens File Dialog. Klik OK. b.Menggambar Lensa Bagianiniakanmenjelaskanbagaimanamenggambarlensadan detail bagian dari sketsa lensa dalam OSLO. 1)KlikDrawOffpadalembarSurfaceData.Jendelabaruberlabel Autodraw akan muncul secara otomatis setelah mengkliknya. 2)PadamenutoolbarpilihLensGenerateError Function>>AberrationOperands.Fungsierorbarusajaterbentuk dan OSLO mngoptimasinya. 2) Drag dan klik baris 11-20 dan tekan tombol delete 3) Lalu klik baris 1-9 dan tekan delete 4)CMA3merupakanbilanganpangkattigadariaberasikoma.EFL merupakanEffectiveFocalLength.SemuaoperanddalamOSLO diisikandengannol,namuntujuandarioptimasiinitidak menginginkan EFL nol tetapi 100 5)MemodifikasioperandkeduamenjadiOCM21-100.0sekaligus mengganti namanya menjadi EFL_ERR 6)Kliktandacentanghijau.LaluklikOPENpadatextwindow.Maka akan muncul jendela operand beserta fungsi eror 7)PadaLensspreadsheet,klikkanankolomRADIUSpadabaris permukaan pertama. Pilih Variable(V) 8)Ulangi langkah 21 untuk THICKNESS pada permukaan kedua 9)Cek symbol V yang berarti Variable pada Radius permukaan pertama dan Thickness permukaan kedua. 10)Kliktandacentanghijaudanbukakembaliuntukmempercepat buffer dan menyimpan sementara. 11)Untukmengoptimasi,klikIteditextwindow.Disiniakanterlihat fungsidiiterasikansampaihasilerornyamencapai0pabilaterdapat kesalahan,tandasilangmerahdapatdigunakanataumembuka kembali file yang telah disimpan. 12) Cek lens spreadsheet dan terlihat Efl tepat 100. Hal ini menunjukkan operand telah dikoreksi. 13)KlikAbrditextwindowuntukmelihatsemuaaberasipadalensa. Aberasi Koma Seidel CMA3 akan mendekati nol 14) Klik centang hijau untuk menyimpan hasil pekerjaan. d.Slider-Wheel Design Bagianiniakanmenjelaskanbagaimanamenganalisalensa menggunakanSliderWheeluntukmenemukanbentukoptimal.Efekdari permukaaan melengkung lensa juga akan terlihat disini. 1)Tetapdenganpekerjaansebelumnyayaitulensalandscape,buka Optimize>>Slider Wheel Design dari menu OSLO. 2)Mengatur Slider Wheel Setup seperti dibawah ini: a. Klik Spot diagram b. Set Graphic scale menjadi 1.0 c. Pilih All points d.Klik2dan4dikolomSurf.PilihmodeCurvature(CV)pada kedua baris. 3) Tutup spreadsheet dengan mengklik tanda centang hijau 4)SelanjutnyaakanmunculsheetbaruyaituGW31danGW32berupa grafis 5)Modifikasigambargrafisdengancaramemperbesaratau mengecilkannya. Referensi [1]Fischer, Robert & Tadic, Bijana.Optical System Design Chapter 1. USA : Mc-Graw Hill. 2004 [2]Fischer, Robert & Tadic, Bijana.Optical System Design Chapter 5. USA : Mc-Graw Hill. 2004 [3]Rutten & van Venrooij. Telescope Optics : A Comphrehensive Manual forAmateurAstronomersChapter4.USA:Wilmann-Bell. 1999 [4] Warren, Smith.Modern Optical Engineering - Chapter 1. USA : SPIE Press. 2008