modul sabun dan lilin 1. modul pembuatan sabun … · dan alkali yang biasa digunakan pada sabun...

14
MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN MODUL SABUN DAN LILIN 1. MODUL PEMBUATAN SABUN 1.1 Sejarah sabun Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah. 2.1 Pengenalan sabun Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya. Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 C18 Jika : < C 12 : Iritasi pada kulit > C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran) Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat

Upload: others

Post on 17-May-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

MODUL SABUN DAN LILIN

1. MODUL PEMBUATAN SABUN

1.1 Sejarah sabun

Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah.

2.1 Pengenalan sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.

Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.

Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 – C18

Jika : < C 12 : Iritasi pada kulit

> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran)

Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 2 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Bahan baku, seperti : minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa)).

b. Bahan pendukung, yang bertujuan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik, seperti : natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

2.2 Macam - Macam Sabun

a. Shaving Cream Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.

c. Sabun kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.

d. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mencuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :

a. Cationic Sabun

Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.

b. Anionic Sabun

Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion yang

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

2.3 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara.

Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

2.3.1 Jenis-jenis Minyak atau Lemak

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.

Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

a. Tallow

Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.

b. Lard

Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

c. Palm Oil (minyak kelapa sawit)

Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu,

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 4 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.

d. Coconut Oil (minyak kelapa)

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat

e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)

Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah, daripada minyak kelapa.

f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)

Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

g. Marine Oil

Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

h. Castor Oil (minyak jarak)

Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.

i. Olive oil (minyak zaitun) Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

j. Campuran minyak dan lemak Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

2.3.2 Bahan Baku Utama : Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.4 Bahan Pendukung Pembuatan Sabun

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. a. NaCl.

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

b. Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum. 1.) Builders (Bahan Penguat)

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

2.) Fillers Inert (Bahan Pengisi) Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

3.) Pewarna Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

4.) Parfum Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 6 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

2.5 Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun

Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun antara lain: a. Warna

Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

b. Angka Saponifikasi

Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.

c. Bilangan Iod

Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak jenuhan minyak atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

2.6 Sifat Sifat Sabun

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan

terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

2CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun

(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa

+ sebagai kepala yang

bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar) Polar : COONa + (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 7 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

2.6.1 Proses penghilangan kotoran 1.) Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan

sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat kepermukaan kain. 2.) Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran.

Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.

3.) Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.

2.7 Metode - Metode Pembuatan Sabun

Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode - metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing - masing.

a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

b. Metode Kontinu

Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

2.8 Reaksi Saponifikasi

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Secara latin sapon = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.

2.8.1 Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut :

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 8 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

2.9 Pembuatan Sabun dalam Industri

1. Saponifikasi Lemak Netral Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Trigliserida + 3NaOH → 3RCOONa + Gliserin

NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/ MV(KOH) Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa-sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

2. Pengeringan Sabun Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis-jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripadadryer sistem tunggal.

3. Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH → RCOONa + H2O

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 9 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan : MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.

4. Penyempurnaan Sabun Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer(analgamator). Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 10 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

*Membuat Sabun Padat Herbal Pembuatan sabun dengan menggunakan proses dingin. Berikut ini bahan-bahan yang digunakan : #50 gram Minyak Goreng #24 gram Minyak Kelapa #20 gram Minyak Jagung #42 ml NaOH 30 % #Pewangi dan Pewarna

Pada pembuatan sabun sederhana ini dikerjakan pada suhu ruang dan menghasilkan sabun sebanyak 100 gram, jika akan menginginkan hasil yang lebih banyak dapat menggandakan komposisi di atas sesuai dengan keinginan.

1. Pertama Semua Bahan-bahan disiapkan

2. NaOH atau Soda api ditimbang dan

dibuat larutan 30 % NaOH sebanyak 42 ml

3. Setelah itu minyak dan larutan NaOH dicampurkan dan diaduk dengan menggunakan Stirrer sampai pada kondisi trace dimana sabun mengental setelah kondisi trace maka pengadukan akan dihentikan

4. Setelah itu sabun dicetak sesuai dengan

keinginan

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 11 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

*Membuat Sabun Transparan Untuk membuat sabun transparan bahan-bahannya adalah sebagai berikut :

Komponen % W/W Fungsi

Asam Stearat 7 Pengeras sabun

VCO ( Virgin Coconut Oil) 20 Pembuatan stok sabun

Larutan NaOH 30% 20,3 Menyabunkan lemak

Gliserin 7 Pelarut, Transparent agent, humektan

Ethanol 15 Pelarut, Transparent agent

Sukrosa 11 Transparent agent, humektan

Cocoamide DEA 1 Surfaktan

NaCl 0,2 Elektrolit

No. Bahan Sintesis Jumlah (gram)

1. Asam Stearat 7,3

2. VCO 20,9

3. Larutan NaOH 30% 21,2

4. Gliserin 9,4

5. Ethanol 15,7

6. Sukrosa 11,5

7. TEA 1,0

8. NaCl 0,21

9. Gel Lidah Buaya 5

10. Minyak Lemon 7,7

Jumlah 100

A. METODE SINTESIS

I. Pengambilan Gel Lidah Buaya 1. Sebanyak 500 gram daun lidah buaya di cuci dengan air. 2. Dikupas dan diambil gel lidah buaya hinga didapatkan gel dan seratnya. 3. Gel dan dan serat tadi dihancurkan hingga halus. 4. Selama proses penghancuran ditambahkan 0,4 gram Asam sitrat 0,1% dan 0,4 gram Natrium benzoate 0,1%.

5. Disaring hingga didapatkan gel lidah buaya murni. 6. Gel murni dipanaskan pada suhu 70-80

0C selama 3-5 menit.

II. Proses Pembuatan Sabun Trasparan

1. Sebanyak 7,3 gram Asam stearat dicampurkan ke dalam 20,9 gram VCO. 2. Dipanaskan pada suhu 70

0C kemudian diaduk hingga homogen.

3. Ditambahkan 21,2 gram larutan NaOH 30% kemudian diaduk hingga penyabunan sempurna. 4. Ditambahkan 9,4 gram gliserin, 15,7 gram etanol, 11,5 gram sukrosa, 1 gram TEA, 0,21 gram

NaCl diaduk hingga terbentuk sabun transparan. 5. Suhu larutan diturunkan hingga 55

0C kemudian ditambahkan 5 gram gel lidah buaya dan 7 gram

minyak lemon. 6. Diaduk hingga homogen dan dicetak.

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 12 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

2. MODUL PEMBUATAN LILIN A. Sejarah Lilin

Lilin termasuk temuan paling awal dari dunia primitif. Sejarah mencatat bahwa orang Mesir sudah menggunakan lilin sejak tahun 3000 SM. Catatan lainnya memperlihatkan bahwa pada abad I, orang-orang Romawi menggunakan lilin yang sumbunya berupa alang - alang.

Di abad berikutnya, orang-orang Mesir Kuno mengganti batang alang-alang dengan sumbu serat yang dicelupkan ke dalam lemak cair, didinginkan, dan kembali dicelupkan ke dalam lemak cair, didinginkan, dan kembali dicelup sampai ketebalan tertentu. Diduga, lilin langsing itulah nenek moyang lilin batangan modern seperti yang ada sekarang ini.

Namun, lilin di zaman itu belum sesempurna sekarang. Sering, ketika dinyalakan lilin mengeluarkan asap kehitaman. Atau, kerap juga mengeluarkan semacam gas dan aroma tak sedap yang membuat mata jadi pedih.

Biasanya, lilin terbuat dari malam, lemak padat, atau materi lain yang terbakar secara lambat. Saat terbakar, panas api akan mencairkan lilin dekat pangkal sumbu. Di abad pertengahan, lilin lemak banyak digunakan masyarakat Eropa. Namun harganya yang lebih mahal dibandingkan lampu lemak, menjadikan lilin sebagai benda mewah. Tak heran, saat itu pengguna lilin hanyalah kaum bangsawan.

Penelitian tentang lilin terus berlanjut, hingga lemak bersumbu digantikan lilin dari malam lebah yang beraroma wangi tanpa disertai bau lemak. Puncaknya, pada abad XIX, ahli kimia Prancis, Michel Eygene Chevreul, berhasil memisahkan asam lemak dari gliserin lemak sehingga menghasilkan asam stearat, bahan penting untuk menghasilkan lilin bermutu baik. Stearat bersama dua bahan yang ditemukan selanjutnya, yaitu spermaceti dan malam parafin, menjadi bahan baku utama lilin. Spermaceti terbuat dari lemak ikan paus. Kelebihan spermaceti adalah tidak menimbulkan bau pedas dan rasa pedih di mata saat lilin menyala selain itu, batang lilinya tidak mudah lembek dan bengkok.

Selama perkembangannya, ada beberapa cara pembuatan lilin. Mulai dari yang hanya mencelupkan sumbu ke dalam lilin, hingga menggunakan mesin pencetak lilin, yang mulai dikembangkan pada abad XIX. Mesin itu terdiri atas tangki logam yang dipanaskan, kemudian didinginkan bergantian.

Cara kerjanya, mula-mula sumbu disusupkan dari dasar cetakan, menembus lilin cair dalam cetakan. Setelah cetakannya dingin dan lilin mengeras, sumbunya dipotong.

B. Manfaat Lilin

1. Waxing adalah cara untuk menghilangkan bulu (tangan, kaki, dsb) yang tidak diinginkan di area tubuh tertentu dengan menggunakan bahan tertentu. Pada umumnya waxing dilakukan dengan menggunakan lilin. Tetapi ini berbeda dari lilin yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Lilin yang digunakan untuk waxing termasuk jenis lilin khusus. Lilin tersebut dibuat dari ekstrak tanaman dari berbagai jenis, ekstrak hewan, dan bahkan dari ekstrak minyak yang masih mentah. Mengapa lilin tersebut dibuat dari ekstrak tanaman, hewan, atau pun minyak mentah? Ini dikarenakan hasil ekstraksi dari bahan-bahan tersebut memiliki kualitas yang dibutuhkan waxing. Mereka memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing lilin dengan varietas yang berbeda tersebut juga memiliki titik untuk meleleh yang berbeda-beda. Adapun jenis lilin yang digunakan untuk waxing adalah lilin tallow, bayberry, beeswax, kedelai, palm dan lain sebagainya. a.) Lilin Tallow

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 13 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lilin tallow merupakan lilin yang masih alami dan usinya terbilang tua. Lilin ini dibuat dari ekstrak babi, domba, dan juga sapi. Lilin ini memiliki titik untuk meleleh yang berada dalam kategori rendah. Baunya kurang enak dan asap yang dihasilkan juga cukup banyak.

b.) Lilin Bayberry Lilin ini memiliki aroma yang harum dan terasa manis. Lilin ini diperoleh dari ekstrak berry yang sudah direbus. Harganya cukup mahal dan mengandung warna zaitun yang segar.

c.) Lilin Beeswax Lilin ini memiliki aroma madu dan bisa membakar secara perlahan-lahan. Baunya manis dan banyak disukai orang.

d.) Lilin Kedelai

Lilin selanjutnya adalah lilin kedelai. Lilin ini memiliki struktur yang terbilang unik. Lilin ini sangat digemari orang, sehingga menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat. Lilin ini harganya cukup murah. Lilin jenis ini biasanya digunakan untuk aromaterapi. Untuk warna, ada berbagai warna menarik yang digunakan. Lilin ini juga tersedia di berbagai tempat sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya.

e.) Lilin Palm Lilin ini merupakan lilin yang terbuat dari ekstrak kelapa sawit. Lilin ini bisa diubah-ubah bentuk dan juga warnanya. Lilin dari minyak kelapa sawit ini sangat bagus digunakan untuk waxing karena bahannya yang sangat alami. Banyak orang menggunakan lilin ini untuk waxing. Hasilnya pun terbilang bagus.

Jenis – jenis lilin dekoratif yang tersedia dipasaran : 1. Lilin Makan malam

lilin ini adalah lilin yang paling sering ditemukan di meja makan malam. Ini biasanya tetap dalam tempat lilin dan bentuk mereka adalah silinder dan meruncing ke arah atas. Biasanya, seperti namanya, lilin ini digunakan pada meja makan untuk menciptakan efek ambien (kondisi kamar/ruang dengan cahaya yang cukup).

2. Lilin Pilar Seperti namanya, ini adalah tebal dan berbentuk silinder lilin yang tampak seperti pilar tebal. Mereka digunakan untuk cahaya ambien dan dapat ditempatkan di manapun di sekitar rumah. Ini adalah lilin terbaik yang dapat di simpan dengan cahaya yang terang, piring bisa untuk penahan lilin agar dipegang tidak panas.

3. Lilin beraroma Dengan popularitas aromaterapi, lilin beraroma wangi ini menjadi cukup populer. Dengan lilin ini, Anda mendapatkan keuntungan tambahan karena lilin ini bisa memberikan untuk menenangkan pikiran atau aroma romantis bersama dengan ambien, cahaya lembut. Ini biasanya disimpan di pemegang lilin dan dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran.

4. Lilin Mengambang Lilin ini dibuat dalam bentuk tertentu yang memungkinkan mereka untuk mengapung dengan mudah di atas air. Ini dapat membuat efek yang besar. Mereka juga bisa beraroma.

5. Lilin gel Ini adalah terbuat dari minyak mineral atau gel. Dengan demikian, lilin dibuat transparan dan kenyal dan biasanya dituangkan ke dalam wadah berbagai bentuk yang berbeda. Gel ini dapat dibuat untuk mempertahankan bentuk mereka juga.

6. Flameless Lilin Berbagai lilin berbeda – yang satu ini terbuat dari lilin, tetapi tidak harus menyala dengan pertandingan dll. Hal ini biasanya bekerja pada baterai dan memancarkan cahaya yang meniru efek dari lilin menyala. Hal ini dapat sangat berguna dan efektif jika Anda memiliki hewan peliharaan atau anak-anak kecil di sekitar rumah, di mana bahaya kebakaran adalah sesuatu yang harus diperhatikan.

MODUL 1. PEMBUATAN SABUN DAN LILIN KELAS XII IPA/IPS 14 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

MEMBUAT LILIN HIAS A. ALAT 1. Panci besar 2. Panci kecil 3. Gelas kecil / Cetakan agar-

agar/ roti 4. Lidi /Tusuk gigi

B. BAHAN 1. Parafin, 2. Pewarna, 3. Stearic acid 4. parfum, 5. Benang kasur

parafin

Stearic acid

Benang kasur

CARA MEMBUAT LILIN a. Persiapan Awal 1. Ikat benang kasur di tengah lidi/tusuk gigi 2. Simpan lidi/tusuk gigi diatas gelas Atur agar benang jatuh ke dasar dan tetap berada ditengah gelas b. Proses Pembuatan Lilin 1. Masukan potongan parafin ke dalam panci kecil 2. Isi panci besar dengan air 1/3 tinggi panci dan letakan panci kecil berisi parafin di dalamnya 3. Lalu panaskan dengan api kecil 4. Aduk perlahan hingga mencair dan tambahkan stearic acid

(perbandingan parafin : sterin = 10 : 1) 5. Tambahkan warna, sedikit demi sedikit hingga mendapatkan warna yang dikehendaki 6. Angkat panci dari api, lalu tambahkan parfum/aroma ke dalam parafin 7. Tuang parafin cair ke dalam gelas cetakan

PENTING ! 1. Agar sumbu lebih tegak, bisa dicelupkan terlebih dahulu

ke parafin cair 2. Gunakan sendok makan saat menuangkan paraffin cair

jika mulut gelas kecil 3. Jangan keluarkan wadah dari panci berisi air agar

paraffin tetap cair 4. jika ingin membuat warna berlapis:

Tuangkan 1-2 sendok makan warna A, dinginkan hingga keras Lalu tambah 1-2 sendok warna B, dinginkan kembali hingga keras Ulang ke warna A atau ke warna C, dst

5. Jika warna lilin ingin lebih bergradasi (bercampur): Sama dengan proses lilin lapis, hanya saat menuangkan lilin berwarna B tidak usah menunggu lilin berwarna A mengeras.

........sELamAT BERkarYA.....