modul.mercubuana.ac.id · web viewmeskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHANKewarganegaraan
Pokok BahasanTujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas Program Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
1 Kode MK Caturida MD
--------------------------------------------------
PEMBAHASAN
Definisi Kewarganegaraan
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan pengaruh pendidikan kewarganegaraan
sebagai pengembangan kepribadian, sebaiknya kita mengetahui apa itu pengertian dari
pendidikan kewarganegaraan. Pendefinisian mengenai pendidikan kewarganegaraan terdiri
atas beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
a) John Mahoney, 1976
Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan meliputi seluruh kegiatan sekolah,
termasuk kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan di dalam dan di luar kelas,
diskusi, dan organisasi kegiatan siswa. Pendidikan kewarganegaraan diupayakan
memuat nilai-nilai moral yang berguna bagi pembentukan kepribadian peserta didik
sebagai bekal hidup bermasyarakat masa kini dan masa datang.
b) Soedijarto
Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis
c) Merphin Panjaitan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif
melalui suatu pendidikan yang diagonal.
Dari pengertian-pengertian diatas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, bisa kita
simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang memuat
nilai-nilai moral untuk membentuk kepribadian mahasiswa agar menjadi warga negara yang
baik sekaligus akan paham hak dan kewajiban dalam konteks kehidupan yang demokratis,
dan kelak dapat membangun sistem politik yang demokratis.
Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
2017 2 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia menjadi nilai-nilai penting sebagai
orientasi pembelajaran Keawaranegaraan di Universitas maupun di Perguruan, seperti nilai
ketuhanan, kemanusiAan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Kelima nilai dasar tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam penyusunan dan
pengembangan substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Pancasila sangat berhubungan erat dengan Pendidikan Keawrganegaran karena
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya persolaan tentang memaknai dan
mengamalkan nilai nilai Pancasila namun jugaa mencakup Filsafat Pencasila, Identitas
Nasional, Negara dan Konstitusi, Demokrasi Indonesia, HAM dan Rule of Law, Hak dan
Kewajiban Warga Negara, Geopolitik Indonesia, dan Geostrategi Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945,
tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi Negara atau (Staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan Negara atau dengan kata lain perkataan.
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia merupakan ideologi yang terbuka. Artinya pancasila
memiliki nila-nilai yang bersifat tetap dan tidak dapat berubah, namun dalam praktek
2017 3 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
sehari-hari pancasila dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah
kandungannya.
Matakuliah pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam membentuk
kepribadian seorang mahasiswa untuk menjadi lebih baik karena dengan mempelajari
matakuliah ini, seorang mahasiswa akan lebih mengembangkan sifat positif dalam perilaku
untuk mendukung bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu setiap mahasiswa harus lebih menyadari bahwa mahasiswa harus
menyadari pentingnya mata kuliah Keawrganegaraan di Perguruan Tinggi, sehingga setiap
mahasiswa memiliki kepribadian yang baik, rasa demokrasi, cinta tanah air dan rasa
nasionalisme terhadap bangsa sendiri.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan yang cukup kuat, hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat tentang Pendidikan
Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan telah dituangkannya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional, ini berarti bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki
kedudukan yang sangat strategis dalam pembentukan nation and karakter building.
Secara historis, awal mulai dilaksanakannya Pendidikan Kewarganegaraan pada
perguruan tinggi di Indonesia bertujuan untuk dapat melaksanakan UU No. 29 Tahun 1954
tentang Sistem Pertahanan Negara.
Sejarah Lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan
2017 4 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Pendidikan Keawarganegaraan tidak begitu saja lahir sebagai sebagai mata kuliah wajib
pengembangan kepridian di Universitas ataupun Perguruan Tinggi, sebelum ada Pendidikan
Kewarganegaraan seluruh sivitas akademi mempunyai program wajib yaitu LKM (Latihan
Kemiliteran Mahasiswa),
Dari LKM ini lahirlah Pendidikan Kewiraan sebagai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN) bagi mahasiswa, sedangkan bagi siswa pada pendidikan dasar dan menengah
mereka tergabung dalam gerakan Pramuka. Karena berbagai alasan dan persoalan akhirnya
Pendidikan Kewiraan digantikan dengan Pendidikan Kearganegaraan yang pembelajarannya
lebih efektif dan demokrasi sertau sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
UU No. 29 Tahun 1954 tentang Sistem Pertahanan Negara disusun berdasarkan
pengalaman masa perang kemerdekaan, pemberontakan dalam negeri serta persiapan
merebut Irian Barat.
Oleh karena itu dibuat program wajib latih bagi sivitas akademika di perguruan tinggi,
yaitu Latihan Kemiliteran Dosen dan Latihan Kemiliteran Mahasiswa (LKM), dan Pendidikan
Pendahuluan Pertahanan Rakyat yang dikenal sebagai P3R bagi SD, SLP dan SLA.
Dalam perkembangannya, peminat LKM makin besar apalagi setelah diperkenalkan
program Wajib Latih Mahasiswa (Walawa) yang menitikberatkan pada pendidikan fisik
untuk bela negara dalam rangka ketahanan nasional.
Selanjutnya dibentuk Resimen Mahasiswa (Menwa) yang keanggotaanya bersifat
individu dan tidak terkait dengan organisasi perguruan tinggi. Karena Menwa merupakan
bagian dari pertahanan sipil, pembinaannya dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri
(Depdagri) dan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam).
Dalam perjalanan selanjutnya, Menwa diputuskan ada pada setiap perguruan tinggi
(sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat sukarela), sehingga Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (Depdikbud) turut ikut membina.
Dalam pada itu, bagi mahasiswa yang tidak tergabung dalam Menwa diberikan
matakuliah Pendidikan Kewiraan yang bersifat wajib berdasarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menhankam dan Mendikbud dan berlaku efektif sejak tahun 1974.
2017 5 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 18 dan Pasal 19 ayat (2) UU No. 20 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia
dinyatakan sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional (Pasal 18).
2. Pendidikan pendahuluan bela negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan
dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a) Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.
b) Tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi.
(Pasal 19 ayat 2)
Dengan demikian, berdasarkan UU No. 20 Tahun 1982 tersebut, Pendidikan Kewiraan
didudukkan sebagai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) bagi mahasiswa,
sedangkan bagi siswa pada pendidikan dasar dan menengah mereka tergabung dalam
gerakan Pramuka.
Pada tanggal 1 Februari 1985, dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan
Menhankam yang menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan dimaksudkan ke dalam
kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) pada semua perguruan tinggi.
Dan sejak diundangkannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatatakan bahwa Pendidikan Bela Negara dan Pendidikan Kewiraan termasuk dalam
Pendidikan Kewarganegaraan (Penjelasan Pasal 39 ayat 2). Kurikulum mata kuliah ini
meliputi:
1) Pengetahuan dan hubungan antara warganegara dan hubungan warganegara
dengan negara, serta
2) Pendidikan Kewiraan/PPBN tahap lanjut, agar peserta didik menjadi warga negara
yang handal.
2017 6 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Apa sebenarnya Pendidikan Kewiraan itu?
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) merumuskan pengertian Pendidikan
Kewiraan sebagai sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan
tanah air Indonesia (Lemhannas, 1999:4).
Pendidikan Kewiraan dimaksudkan untuk memperluas cakrawala berfikir mahasiswa
sebagai warga negara Indonesia sekaligus sebagai pejuang bangsa dalam usaha
menciptakan serta meningkatkan kesejahteraan dan keamanan nasional untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara demi terwujudnya aspirasi perjuangan nasional
dengan tujuan untuk memupuk kesadaran bela negara dan berfikir komprehensif integral
(terpadu) di kalangan mahasiswa dalam rangka ketahanan nasional.
Pada tahun 2000-an, substansi mata kuliah Pendidikan Kewiraan sebagai pendidikan
pendahuluan bela negara direvisi dan selanjutnya namanya diganti menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No.267/Dikti/2000 tentang
Penyempurnaan Kurikulum Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Perubahan ini dilakukan karena mata
kuliah Pendidikan Kewiraan terlalu condong atau lebih berorientasi pada aspek bela negara
dalam konteks memenuhi kebutuhan pertahanan.
Sebagaimana penjelasan S. Soemiarno bahwa muatan tentang pengetahuan dan
kemampuan hubungan warga negara dengan negara agak sulit diformulasikan sehingga
meskipun dengan nomenklatur baru, muatannya masih lebih menitikberatkan pada
Pendidikan Kewiraan.
Dalam analisis Cipto, et all (2002:ix) metode pengajaran yang diterapkan dalam
Pendidikan Kewiraan lebih bersifat indoktrinatif yang hanya menyentuh aspek kognitif,
sedangkan aspek sikap dan perilaku berlum tersentuh. Memperjelas kedua pandangan
tersebut, Tukiran, dkk (2009:12) memerinci kekurang berhasilan Pendidikan Kewiraan yang
disebabkan oleh beberapa hal :
2017 7 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Pertama, secara substantif, Pendidikan Kewiraan tidak secara terencana dan terarah
mencakup materi dan pembahasan yang lebih terfokus pada pendidikan demokrasi dan
kewarganegaraan. Materi-materi yang ada umumnya terpusat pada pembahasan yang
idealistik, legalistik, dan normatif.
Kedua, kalaupun materi-materi yang ada pada dasarnya potensial bagi pendidikan
demokrasi dan Pendidikan Kewarganegaraan, potensi itu tidak berkembang karena
pendekatan dan pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif, monologis dan tidak
partisipatif.
Ketiga, ketiga subjek itu lebih bersifat teoretis daripada praktis. Substansi mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan makin disempurnakan dengan keluarnya Surat Keputusan
Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 dan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
di perguruan tinggi merupakan Mata Kuliah Kelompok Pengembangan Kepribadian (MPK)
yang memiliki visi, misi, dan standar kompetensi sebagai berikut:
1. Visi kelompok MPK: sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan
penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
2. Misi kelompok MPK: membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar
secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan,
rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dimilikinya dengan
rasa tanggung jawab.
3. Standar Kompetensi kelompok MPK yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi
pengetahuan tentang nilai-nilai agama, budaya, dan kewarganegaraan dan mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian
yang mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis;
berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
2017 8 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan kompetensi dasar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis
yang berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai
Pancasila.
Menurut Pasal 3 Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pendidikan
Kewarganegaraan dirancang untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.
Pentingnya bela negara oleh warga negara melalui penyelenggaraan Pendidikan
Kewarganegaraan semakin ditegaskan dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara. Dalam rumusan Pasal 9 ayat (1) dan (2) dapat ditemui bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara (ayat 1), sedangkan dalam ayat (2) dijelaskan bahwa
keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara tersebut diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan kewarganegaraan;
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib
d. pengabdian sesuai dengan profesi.
Substansi kajian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan adalah: Filsafat Pencasila,
Identitas Nasional, Negara dan Konstitusi, Demokrasi Indonesia, HAM dan Rule of Law, Hak
dan Kewajiban Warga Negara, Geopolitik Indonesia, dan Geostrategi Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK)
Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) ditetapkan melalui: Kepmendiknas No. 232/U/2000, tentang Pedoman
2017 9 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
menetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang
wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
Kepmendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi menetapkan
bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan kelompok Mata Kuliah Pegembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam
kurikulum setiap program studi/kelmpok program studi.
Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-rambu
pelaksanaan pembelajaran kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan
tinggi, menetapkan status dan beban studi kelompok mata kuliah Pengembangan
Kepribadian. Bahwasannya beban studi untuk Mata Kuliah Pendidikan Agama,
Kewarganegaraan dan Bahasa masing-masing sebanyak 3 sks.
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai MPK karena Pendidikan Keawarganegaraan merupakan bagian
kelompok MPK. Pertanyaan yang muncul di sini yaitu mengapa Pendidikan
Kewarganegaraan diposisikan sebagai MPK? Apa urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
sebagi MPK?
MPK adalah suatu program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses
pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi sebagai model pengembangan jati diri dan
kepribadian para mahasiswa, bertujuan membangun manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri,
serta mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Iriyanto Ws,
2005:2 )
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian termasuk Pendidikan
Kewarganegaraan yang termuat dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi tahun akademik 2002-
2003 dirancang berbasis kompetensi. Secara umum Kurikulum Berbasis Kompetensi selalu
menekankan kejelasan hasil didik sebagai seorang yang memiliki kemampuan dalam hal;
Menguasai ilmu dan ketrampilan tertentu;
2017 10 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Menguasai penerapan ilmu dan ketrampilan dalam bentuk kekaryaan;
Menguasai sikap berkarya secara profesional;
Menguasai hakikat dan kemampuan dalam berkehidupan bermasyarakat
Keempat kompetensi program pembelajaran KBK tersebut di atas dikembangkan
dengan menempatkan MPK sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, yaitu sebagai pedoman
dan dasar kekaryaan. Seorang lulusan pendidikan tinggi diharapkan mampu menerapkan
bekal pendidikannya sebagai cara-cara penemuan, pisau analisis (a method of inquiry)
dalam memerankan dirinya sebagai pencerah masyarakat, kehidupan berbangsa dan
bernegara (Hamdan Mansoer, 2004: 5).
Latar Belakang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
a. Perubahan Pendidikan ke Masa Depan
Dalam Konferensi Menteri Pendidikan Negara-negar berpenduduk besar di New Delhi
tahun 1996, menyepakati bahwa pendidikan Abad XXI harus berperan aktif dalam hal;
1. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang
bertanggung jawab;
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi
kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup;
3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan,
dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni demi kepentingan
kemanusiaan.
Kemudian dalam konferensi internasioanl tentang pendidikan tinggi yang
diselenggarakan UNESCO di Paris tahun 1998 menyepakati bahwa perubahan pendidikan
tinggi masa depan bertolak dari pandangan bahwa tanggungjawab pendidikan adalah;
1. Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, tetapi juga melahirkan warganegara yang berkesadaran tinggi tentang bangsa
dan kemanusiaan
2017 11 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang
dinamis
3. Mengubah cara berfikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu maupun
kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan sosial yang diperlukan
serta mendorong perubahan ke arah kemajuan yang adil dan bebas.
Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan
nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan ke masa
depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis yaitu
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”
Tujuan Pendidikan nasional
“berkembangnya potensi peserta anak didik agar menjadi manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education) di perguruan tinggi sebagai
kelompok MPK diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tersebut. Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang
substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang dan relevan dengan pembangunan
masyarakat demokratik berkeadaban, diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi
ilmuwan atau profesional, berdaya saing secara internasionasional, warganegara Indonesia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dinamika Internal Bangsa Indonesia
Dalam kurun dasawarsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang
luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada
lagi batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan.
Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, melahirkan sistem multi
partai yang cenderung tidak efektif, pemilihan presiden wakil presiden secara langsung yang
2017 12 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
belum diimbangi kesiapan infrastruktur sosial berupa kesiapan mental elit politik dan
masyarakat yang kondusif bagi terciptanya demokrasi yang bermartabat.
Kekuasaan DPR-DPRD yang sangat kuat seringkali disalahgunakan sebagai ajang
manuver kekuatan politik yang berdampak timbulnya ketegangan-ketegangan suasana
politik nasional, dan hubungan eksekutif dan legeslatif. Pengembangan otonomi daerah
berekses pada semakin bermunculan daerah otonomi khusus, pemekaran wilayah yang
kadang tidak dilandasi asas-asas kepentingan nasional sehingga sistem ketatanegaraan dan
sistem pemerintahan terkesan menjadi ”chaos” (Siswono Yudohusodo, 2004:5).
Situasi lain yang saat ini muncul yaitu melemahnya komitmen masyarakat terhadap
nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi prinsip dan bahkan sebagai pandangan hidup,
mengakibatkan sistem filosofi angsa Indonesia menjadi rapuh. Ada dua faktor penyebabnya,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, berupa pengaruh globalisasi
yang di semangati liberalisme mendorong lahirnya sistemkapitalisme di bidang ekonomi dan
demokrasi liberal di bidang politik.
Dalam praktiknya sistem kapitalisme dan demokrasi liberal yang disponsori oleh negara-
negara maju seperti Amerika, mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal regional
menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global mondial. Bahkan mampu menyusup dan
mempengaruhi tatanan nilai kehidupan internal setiap bangsa di dunia. Tarik ulur yang
memicu ketegangan saat ini sedang terjadi dalam internal setiap bangsa, antara keinginan
untuk mempertahankan sistem nilai sendiri yang menjadi identitas bangsa, dengan adanya
kekuatan nilai-nilai asing yang telah dikemas melalui teknologinya (Iriyanto Widisuseno,
2004: 4).
Sejauh mana kekuatan setiap bangsa termasuk bangsa Indonesia untuk mengadaptasi
nilai-nilai asing tersebut. Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
sangat rentan terkooptasi nilai-nilai asing yang cenderung berorientasi praktis dan
pragmatis dapat menggeser nilai-nilai dasar kehidupan.
Kecenderungan munculnya situasi semacam ini sudah mulai menggejala di kalangan
masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini. Seperti nampak pada sebagian masyarakat dan
2017 13 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
bahkan para elit yang sudah semakin melupakan peran nilai-nilai dasar yang wujud
kristalisasinya berupa Pancasila dalam perbincangan lingkup ketatanegaraan atau bahkan
kehidupan sehari-hari.
Pancasila sudah semakin tergeser dari perannya dalam praktik ketatanegaraan dan
produk kebijakan-kebijakan pembangunan. Praktik penyelenggaraan ketatanegaraan dan
pembangunan sudah menjauh dan terlepas dari konsep filosofis yang seutuhnya. Eksistensi
Pancasila nampak hanya dalam status formalnya yaitu sebagai dasar negara, tetapi sebagai
sistem filosofi bangsa sudah tidak memiliki daya spirit bagi kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sistem filosofi Pancasila sudah rapuh. Masyarakat
dan bangsa Indonesia kehilangan dasar, pegangan dan arah pembangunan.
Faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesia sendiri. Kenyataan
seperti ini muncul dari kesalahan sebagian masyarakat dalam memahami Pancasila. Banyak
kalangan masyarakat memandang Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis. Bahkan
sebagian lagi masyarakat menganggap bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi
kekuasaan Orde Baru.
Segala titik kelemahan pada Orde Baru linier dengan Pancasila. Akibat yang timbul dari
kesalahan pemahaman tentang Pancasila ini sebagian masyarakat menyalahkan Pancasila,
bahkan anti Pancasila. Kenyataan semacam ini sekarang sedang menggejala pada sebagian
masyarakat Indonesia. Kesalahan pemahaman (epistemologis) ini menjadikan masyarakat
telah kehilangan sumber dan sarana orientasi nilai.
Disorientasi nilai dan distorsi nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia dewasa
ini. Disorientasi nilai terjadi saat masyarakat menghadapi masa transisi dan transformasi.
Dalam masa transisi terdapat peralihan dari masyarakat pedesaan menjadi masyarakat
perkotaan, masyarakat agraris ke masyarakat industri dan jasa, dari tipologi masyarakat
tradisional ke masyarakat modern, dari mayarakat paternalistik ke arah masyarakat
demokratis, dari masyarakat feodal ke masyarakat egaliter, dari makhluk sosial ke makhluk
ekonomi.
2017 14 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Dalam proses transisi ini menyebabkan sebagian masyarakat Indonesia mengalami
kegoyahan konseptual tentang prinsip-prinsip kehidupan yang telah lama menjadi pegangan
hidup, sehingga timbul kekaburan dan ketidakpastian landasan pijak untuk mengenali dan
menyikapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi.
Dalam masa transformasi, terjadi pergeseran tata nilai kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia sebagai dampak dari proses transisi, misal beralihnya dari kebiasaan cara pandang
masyarakat yang mengapresiasi nilai-nilai tradisional ke arah nilai-nilai modern yang
cenderung rasional dan pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat
yang konformistik bergeser ke arah tata pergaulanmasyarakat yang dilandasi cara pandang
individualistik.
Distorsi nasionalisme, suatu fenomena sosial pada sebagianmasyarakat Indeonesia yang
menggambarkan semakin pudar rasa kesediaan mereka untuk hidup eksis bersama,
menipisnya rasa dan kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual yang berakar pada
kepahlawanan masa silam yang tumbuh karena kesamaan penderitaan dan kemuliaan di
masa lalu. Hilangnya rasa saling percaya (trust) antar sesama baik horizontal maupun
vertikal. Fenomena yang kini berkembang adalah rasa saling curiga, dan menjatuhkan
sesama. Inilah tanda-tanda melemahnya kohesivitas sosial kemasyarakatan di antara kita
sekarang ini.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, dengan
menggunakan nama seperti: civic education, citizenship education, democracy education.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam mempersiapkan warganegara
yang cerdas, bertanggungjawab jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic
International (1995) bahwa “pendidikan demokrasi penting bagi pertumbuhan “civic
culture” untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan, inilah satu
tujuan penting pendidikan “civic” maupun citizenship” untuk mengatasi political apatism
demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12 ).
Semua negara yang formal menganut demokrasi menerapkan Pendidikan
Kewarganegaraan dengan muatan, demokrasi, rule of law, HAM, dan perdamaian, dan
2017 15 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
selalu mengaitkan dengan kondisi situasional negara dan bangsa masing-masing Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia semestinya menjadi tanggungjawab semua pihak atau
komponen bangsa, pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga keagamaan dan msyarakat
industri (Hamdan Mansoer, 2003: 4)
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa
Indonesia, program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus
mampu mencapai tujuan:
Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai
moral-etika dan religius.
Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
Pancasila sebagai Nilai Dasar PKn untuk Berkarya Bagi Lulusan PT
Program pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian sebagai pendidikan
nilai di Perguruan Tinggi memiliki fungsi meletakkan dasar nilai sebagai pedoman berkarya
bagi lulusan perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK diarahkan mampu
mengemban misi tersebut. Konsekuensi PKn sebagai MPK, keseluruhan materi program
pembelajaran PKn disirati nilai-nilai Pancasila.
Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijadikan sebagai
pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan setiap lulusan PT. Peran nilai-nilai
dalam setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut.
1. Nilai Ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME : melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal.
Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2017 16 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Faham nilai ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME, tidak memberikan ruang bagi
faham ateisme, fundamentalisme dan ekstrimisme keagamaan, sekularisme
keilmuan, antroposentrisme dan kosmosentrisme.
2. NIlai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah
dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu harus didasarkan pada
tujuan awal ditemukan ilmu atau fungsinya semula, yaitu untuk mencerdaskan,
mensejahterakan, dan memartabatkan manusia, ilmu tidak hanya untuk kelompok,
lapisan tertentu.
3. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan
universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan
sistem dan sub sistem. Solidaritas dalam subsistem sangat penting untuk
kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi. Nilai
Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia sesnsinya adalah pengakuan
kebhinnekaan dalam kesatuan: koeksistensi, kohesivitas, kesetaraan, kekeluargaan,
dan supremasi hukum.
4. Nilai Kerakyatan dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan
dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara
perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan masal. Nilai
Kerakyatan dalam Sila 4 ini esensinya adalah menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi
yang berkeadaban. Tidak memberi ruang bagi faham egoisme keilmuan
( puritanisme, otonomi keilmuan), liberalisme dan individualsime dalam kontek
kehidupan.
5. Nilai Keadilan dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan
ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan
komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu
dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan
semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas
dan inovasi.
2017 17 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Kelima dasar nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam penyusunan
dan pengembangan substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengemban Kepribadian mencerminkan
pendidikan demokrasi, HAM dan persoalan kewarganegaraan lainnya berperspektif
Pancasila.
Jadi, meskipun setiap bangsa sama-sama menyebut Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai “civic education, democracy education, civil education” dsb, tetapi arah
pengembangan kompetensi keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
Indonesia memiliki karakter sendiri.
Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MPK) sebagai
pengembangan kepribadian karena pendidikan kewarganegaraan dapat membantu
mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang baik sekaligus paham antara hak dan
kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-
norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pelajaran yang
menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, multikultural, dan
kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara yang sadar
akan hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan
untuk membangun bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai bidang
keilmuan dan profesinya.
Menurut Iriyanto, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MPK) adalah suatu
program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran di Perguruan
Tinggi dan berfungsi sebagai model pengembangan jati diri dan kepribadian para
mahasiswa, bertujuan untuk membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan
mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan
Nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan ke masa
depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis yaitu “mengembangkan
2017 18 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan bernegara masyarakat
Indonesia, pergeseran nilai terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal adalah pengaruh dari adanya globalisasi yang masuk kedalam
bangsa kita. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang bersumber dari bangsa Indonesia
sendiri.
Seperti dibahas sebelumnya eksternal adalah globalisasi yang di semangati liberalisme
mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang
politik. Munculnya sistem baru seperti ini mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal
regional menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global.
Masuknya nilai dan sistem – sistem baru dari luar seperti ini menyebabkan terjadinya
loncatan atau pergeseran dalam sistem tata nilai kita. Muncul suatu keraguan untuk
menerima nilai – nilai baru tersebut atau mempertahankan nilai – nilai dasar yang dipegang
oleh negara kita.
Sedangkan contoh dari faktor internal adalah faktor yang bersumber dari bangsa
Indonesia sendiri. Hal seperti ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman seorang warga
negara dalam memahami Pancasila. Pancasila dianggap sebagai sebuah alat legitimasi
kekuasaan Orde Baru yang tidak dapat menyelesaikan krisis yang sedang dihadapi oleh
negara.
Pemikiran seperti ini membuat semakin banyak orang yang menganggap remeh
Pancasila, bahkan menjadi anti Pancasila. Kesalahpahaman seperti ini menjadikan
masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi terhadap nilai sikap anti Pancasila
seperti ini dapat menimbulkan masalah baru dalam masyarakat, yaitu berkurangnya sikap
nasionalisme.
KESIMPULAN
2017 19 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id
Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya
tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya
warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru
memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter
publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam
Pendidikan Kewarganegaraan.
Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan
Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk
pengembangan diri seluas-luasnya. Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita
tidak akan mudah goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara.
Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal
dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara
kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di
masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi,
metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para
pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-
baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi sebagai kelompok MPK diharapkan dapat
mengemban misi fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut. Melalui pengasuhan
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang substansi kajian dan materi
instruksionalnya menunjang dan relevan dengan pembangunan.
2017 20 Pancasila
Pusat Bahan Ajar dan eLearningCaturida MD http://www.mercubuana.ac.id