modul.mercubuana.ac.id · web viewsebelum kita membahas konsep etika dalam bisnis, terlebih dahulu...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Business Ethic & GCG
Ethics and Business : Concept and Theory
Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas Program Studi
Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Pasca Sarjana Magister Manajemen 01 35040 Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali,
Pre-MSc, MM, CMA
Abstract Kompetensi
Ethics and Business : Concept and Theory
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisi teori-teori, Etika Bisnis & GCG.
Dafar Isi
Ethics and Business : Concept and Theory
a. The Meaning of Ethics.
b. Code of Ethics.
c. Introduction : Making the case for Business Ethics.
d. Business Ethics as Ethical Decision Making.
e. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility.
f. Ethics and the Law.
g. Ethics as Practical Reason
h. Ethics as measurement of Behavior
‘15 2 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
A. The Meaning of Ethics .
Tiga aspek pokok dari bisnisSebelum kita membahas konsep etika dalam bisnis, terlebih dahulu kita perlu memahami
tiga aspek pokok dalam bisnis diantaranya:
Sudut Pandang EkonomisDalam sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis, dimana terjadi
proses tukar menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan dan
interaksi manusia lainnya, dengan tujuannya memperoleh keuntungan. Dalam pandangan
ini, bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak keuntungan. Hal ini bisa
terjemahkan ke dalam beberapa fungsi manajemen. Dalam fungsi manajemen produksi,
bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat mempertahankan produktivitas perusahaan.
Dimana jika produktivitas menurun, biaya produksi akan bertambah, sehingga harga produk
perlu dinaikkan, dan hal ini berdampak pada harga produk bisa menjadi terlalu tinggi
dibandingkan dengan harga yang ditetapkan pesaing. Pada fungsi pemasaran, diartikan
sebagai menjual sebanyak mungkin produk, dimana hal ini akan membawa keuntungan
maksimal bagi perusahaan
Sudut Pandang MoralDalam sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral.
Perilaku yang baik dalam konteks moral adalah perilaku yang sesuai dengan norma norma
moral, sedangkan perilaku yang buruk adalah perilaku yang bertentangan dengan atau
menyimpang dari norma moral. Perilaku dalam konteksi ini adalah tindakan dan kegiatan
yang dilakukan dalam bisnis, baik itu keputusan bisnis, kebijakan yang diambil dan interaksi
bisnis dengan lingkungannya. Dalam kasus di atas, bisnis boleh saja memiiliki tujuan
mencapai keuntungan, asalkan pencapainya tidak merugikan pihak yang lain serta
dilakukan dengan menghormati kepentingan dan hak orang lain yang terlibat baik langsung
dan tidak langsung dalam aktivitas bisnis itu sendiri.
Sudut Pandang HukumBisnis tidak terlepas dari hukum “ hukum dagang” atau “ hukum bisnis”. Dalam sudut
pandang normative, hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan pada aktivitas bisnis. Disini, hukum lebih jelas dan pasti, karena tertulis dan ada
‘15 3 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
sangsi tertentu bila terjadi pelanggaran. Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah
bisnis yang patuh pada hukum.
Untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang moral, perlu adanya tolak ukur
dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan dan tingkah laku di setiap aktivitas
bisnis, diantaranya: hati nurani, kaidah emas dan penilaian masyarakat umum.
Penjelasannya sebagai berikut:
1) Hati nurani
Suatu perbuatan dan tingkah laku yang baik, jika dilakukan sesuai dengan hati
nurani, begitu juga sebaliknya. Hati nurani memiliki arti, kita harus melakukan apa
yang diperintahkan hati nurani dan tidak boleh melakukan apa yang berlawanan
dengan suara hati nurani. Setiap manusia memiliki hati nurani dimana bagi yang
memiliki agama suara hati nurani adalah bisikan tuhan. Hati nurani sifatnya subyektif,
karena hanya bisa dijawab oleh orang yang bersangkutan, dan hati nurani bisa
dipakai sebagai pegangan kalau terbentuk dengan baik.
2) Kaidah Emas
Menurut kaidah emas, perilaku yang baik adalah memperlakukan orang lain
sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan. Maksudnya, jika kita ingin diperlakukan
baik oleh orang lain, maka terlebih dahulu perlakukanlah orang tersebut dengan baik
( konsep take and give). Kaidah emas bersifat objektif
3) Penilaian Umum
Untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku, cara ketiga adalah
dengan menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilainya. Disebut dengan “
audit social”. Namun, penilaian ini harus bersifat objektif ( tidak ada kepentingan di
dalamnya) dan terbuka bagi khalayak ramai dengan menerapkan penilaian moral di
dalamnya.
Dari hasil catatan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis dikatakan baik (good business)
jika tidak bertentangan dengan sudut pandang etika dan hukum.
Etika bisnisArti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu
sejauhmana nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan dilaksanakan dalam berbagai
aktivitas dan kegiatan sehari hari. Atau dapat juga di artikan sebagai apa yang dilakukan
sesuai dengan nilai dan moral. Etika sebagai praktis berarti moral atau moralitas: apa yang
harus dilakukan, tidak boleh dilakukan , pantas dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai
refleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berfikir tentang apa yang dilakukan lebih
‘15 4 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
spesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti
dan menilai baik buruknya perilaku orang.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalah cabang ilmu falsafat
yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia ( selaku orang yang menjalankan
aktivitas bisnis di perusahaan).etika bisnis dapat dijalankan pada tiga tingkat yaitu makro,
meso dan mikro. Pada tingkat makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari
system ekonomi sebagai keseluruhan. Disini masalah etika disorot pada skala besar.
Misalnya: masalah keadilan social masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh;
masalah utang Negara, kekayaan Negara dan sebagainya. Pada tingkat madya (meso),
etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang organisasi dalam hal ini perusahaan, dan
stakeholder yang berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis di perusahaan seperti lembaga
konsumen, pemasok (supplier), investor, pemerintah, lembaga sosial seperti sarikat pekerja,
dan sebagainya. Sedangkakan pada tingkat mikro, etika bisnis difokuskan pada individu
dalam hubungannya dengan ekonomi dan bisnis. Dalam hal ini dipelajari tentang tanggung
jawab etis dari karyawan dan atasan, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Peranan Etika dalam BisnisEtika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara
baik dan etis didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi
menjaga nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis menjadi acuan bagi
pebisnis untuk berbisnis tanpa merugikan konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat
luas. Hak dan kepentingan mereka tidak boleh diabaikan oleh praktek bisnis. Praktek
praktek monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada kerugian konsumen,
masyarakat serta Negara menjadi obyek bagi etika bisnis untuk dilakukan perbaikan
semestinya.
Alasan bisnis berlaku etis ada tiga dasar yang mendasarinya yaitu ajaran agama (tuhan
yang maha kuasa), kepentingan sosial dan perilaku pebisnis yang bernilai utama.
1) Ajaran Agama (tuhan yang maha kuasa)
Agama mengatakan bahwa sesudah kehidupan jasmani ini manusia akan hidup
terus dalam dunia baka, di mana Tuhan sebagai Hakim Maha Agung akan
menghukum kejahatan yang pernah dilakukan dan mengganjar kebaikannya.
Pandangan ini didasarkan pada imam kepercayaan, yang tentunya diharapkan
setiap pebisnis akan dibimbing oleh iman kepercayaannya yang menjadi tugas
agama mengajak pemeluknya untuk tetap berpegang pada motivasi moral.
2) Kontrak Sosial
Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang pebisnis akan selalu berhubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pebisnis dalam interaksi bisnisnya
‘15 5 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
memiliki kontrak sosial dengan masyarakat tempat dimana ia berbisnis untuk selalu
menciptakan kesejahteraan dalam kegiatan bisnisnya. Pandangan ini melihat
perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap kegiatan dilakukan bersama-sama
dalam masyarakat, menuntut adanya norma-norma dan nilai-nilai moral. Dengan
demikian kehidupan kemasyarakatan senantiasa menjadi lebih sejahtera.
3) Keutamaan
Pebisnis sebagai manusia memiliki nilai mulia dan utama bila melaksanakan
bisnisnya secara bermoral. Keutamaan sebagai ukuran untuk melakukan bisnis
terbaik, merupakan penyempurnaan tertinggi kodrat manusia. Manusia yang berlaku
etis adalah baik, baik secara menyeluruh materil dan spirituil.
Pebisnis harus melakukan sesuatu kebaikan, karena hal itu baik. Pebisnis harus
berintegritas. Dalam bekerja, pebisnis boleh mencari keuntungan. Perusahaan
merupakan organisasi sebagai alat untuk memperoleh keuntungan. Namun pebisnis
atau perusahaan dikatakan tidak berintegritas, jika kegiatan mereka mengumpulkan
kekayaan tanpa pertimbangan moral.
a. Code of Ethics .
Kode etik perusahaanSebelum kita mengupas dan membahas mengenai kode etik perusahaan, terlebih
dahulu kita memahami istilah umum yaitu ethics statements diantaranya:
1) Pertama, value statements atau pernyataan nilai.
Banyak pernyataan nilai menegaskan bahwa perusahaan ingin beroperasi secara
etis serta fair dan menggaris bawwahi pentingnya integritas, teamwork, kredibilitas,
dan keterbukaan dalam komunikasi. Jadi nilai yang dikemukakan ini sering lebih luas
daripada nilai-nilai etis.
2) Kedua, Corporate Credo atau kredo perusahaan
Biasanya merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder,
khususnya konsumen, karyawan, pemilik saham, masyarakat umum dan lingkungan
hidup
3) Kode etik
Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitas
yang bisa timbul (dan mungkin dimasa lampau pernah timbul), seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,
sumbangan kepada partai politik dan sebagainya.
‘15 6 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
Manfaat kode etik perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Dengan adanya kode etik, secara intern semua karyawan
terikat dalam standar etis yang sama, sehingga akan mengambil keputusan yang
sama pula untuk kasus-kasus yang sejenis. Sedangkan secara eksternal, para
stakeholder lainnya seperti pemasok dan konsumen memaklumi apa yang bisa
diharapkan dari perusahaan. Reputasi yang baik di bidang etika merupakan asset
yang amat penting bagi suatu perusahaan.
2. Dapat membantu dalam menghilangkan grey area. Beberapa ambiguitas moral yang
sering merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat dihindarkan.
Contohnya menerima hadiah atau komisi, kesungguhan perusahaan dalam
memberantas memakai tenaga kerja anak di bawah umur, dan keterlibatan
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Kode etik menyediakan bagi perusahaan dalam dunia bisnis untuk mengatur dirinya
sendiri, dengan demikian Negara tidak perlu ikut campur tangan.
Prinsip-prinsip Etika BisnisMenurut Sonny Keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Otonomi Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai
sesuatu kebaikan untuk diberian kepada orang lain.
2) Prinsip Kejujuran Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan keutamaan.
Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam
perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama
lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak,
serius, tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya
bagi kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan keberlanjutan
relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
3) Prinsip KeadilanTindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis
merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang
dalam kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan
sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing.
‘15 7 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
4) Prinsip Saling Menguntungkan Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada
keterlibatan setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip
keutamaan. Saling menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal
pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan
untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
d. Business Ethics as Ethical Decision Making .
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan1. Jelaskan apa yang kalian ketahui mengenai pengambilan keputusan ?
• Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa
perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif
yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
• Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah :
• 1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah
sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin.
• 2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara
sejumlah alternatif.
• 3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika
tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.
• 4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang
matang atas alternatif dan tindakan.
‘15 8 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ?• Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual
dengan hasil yang diharapkan, definisikan apa masalahnya
• Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung
jawab ? Secara personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia
sumber daya atau tidak ? Masalahnya urgen / tidak ?
• Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif
pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien
• Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap
alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan
efisiensi setiap alternatif
• Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif,
dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di
luar kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif
daripada tidak bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal
daripada murah tak bermutu
• Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
3. Sebutkan dan jelaskan pendekatan-pendekatan etika bisnis dalam pengambilan keputusan ?
• Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari
seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam
pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah[1][6]:
• 1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
• 2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan
terbaik jangka panjang seorang indivudu.
• 3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga
hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
‘15 9 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu
tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
• hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia
inginkan di luar pekerjaanya.
• hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan
perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.
• hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika
atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
• hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan
berhak atas perlakuan yang adil.
• hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
4. Apa yang kalian ketahui mengenai penggunaan pohon keputusan sebagaj pendukung dalam proses pengambil keputusan. (gambarkan) sertakan contohnya.
• Proses pada pohon keputusan .
• Manfaat utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya
untuk membreak down proses pengambilan keputusan yang kompleks
menjadi lebih simpel sehingga pengambil keputusan akan lebih
menginterpretasikan solusi dari permasalahan.
‘15 10 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
GOOD ETHICS GOOD BUSINESS Kebanyakan perusahaan pencapai sukses merupakan perusahaan yang memiliki
nilai etika pelaksanaan pekerjaan tinggi. Hal tersebut bisa terjadi karena disaat diterapkan
nilai etika bisnis tinggi, maka konsumen atau masyarakat lainnya merasa puas sehingga
dilain kesempatan mereka bersedia mengikat perikatan bisnis dengan perusahaan tersebut,
dengan demikian bisnis perusahaan beretika tinggi tersebut terus berkembang. Yang baik
harus dilakukan karena hal itu baik, bukan hanya karena membuka jalan menuju sukses.
Peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip keutamaan di zaman Aristoteles. Namun mungkin
etika bisnis hanya bisa berlaku intensif dalam suatu komunitas masyarakat moral. Moralitas
bukan merupakan komitmen individual, namun berlaku dalam suatu jangkauan kerangka
sistim sosial.
E. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility .• Aspek lain dari perilaku etis yang layak disebutkan adalah fakta bahwa
keadaan sosial juga memiliki pengaruhi atas perilaku.
• Seorang individu mungkin telah hati-hati berpikir situasi dan memutuskan apa
yang benar dan dapat termotivasi untuk bertindak sesuai norma, tapi konteks
sosial perusahaan atau sekitar individu dapat menciptakan hambatan serius
untuk melakukannya.
‘15 11 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• Sebagai individu, kita perlu justru menemukan perubahan bahwa lingkungan
sosial kita akan sangat memengaruhi berbagai pilihan yang terbuka untuk kita
dan dapat secara signifikan memengaruhi perilaku kita. Jika tidak orang baik
bisa, dalam keadaan yang salah, melakukan hal-hal buruk dan kurang
termotivasi etis,dalam situasi yang tepat, melakukan hal yang benar.
• Para pemimpin bisnis kedepan memiliki tanggung jawab untuk lingkungan
bisnis, apa yang akan kita kemudian sebut sebagai budaya perusahaan,
untuk mendorong atau mencegah perilaku etis.
• Kepemimpinan bisnis yang etis adalah keterampilan untuk membuat keadaan
di mana orang-orang baik mampu berbuat baik, dan orang jahat yang
dicegah dari melakukan perbuatan buruk.
• Kasus Enron memberikan contoh. Sherron Watkins, seorang wakil presiden
Enron, tampaknya mengerti sepenuhnya korupsi dan penipuan dalam
perusahaan, dan dia mengambil beberapa langkah-langkah kecil untuk
mengatasi masalah.
• Tetapi ketika menjadi jelas bahwa bosnya mungkin melawan, dia mundur.
• Arthur Andersen auditor terlibat. Ketika beberapa orang menyuarakan
keprihatinan tentang praktik akuntansi Enron, supervisor mereka
menunjukkan bahwa $ 100.000.000 pendapatan tahunan yang dihasilkan
oleh akun Enron disediakan alasan untuk mundur. Keputusan Titik yang
mengikuti meneladankan PLI fi es budaya hadir di Enron selama panas dari
kejatuhannya.
• Pada tingkat yang paling dasar, etika berkaitan dengan bagaimana kita bertindak dan bagaimana kita hidup
• Etika melibatkan apa yang paling monumental setiap manusia dapat
bertanya: Bagaimana seharusnya kita hidup?
• Etika dalam pengertian ini, praktis, yang berkaitan dengan bagaimana kita
bertindak, memilih, berperilaku, melakukan hal-hal lainnya.
• Filsuf sering menekankan bahwa etika adalah normatif, dalam hal ini
berkaitan dengan penalaran kita tentang bagaimana kita harus bertindak.
• Ilmu-ilmu sosial seperti psikologi dan sosiologi juga memeriksa pengambilan
keputusan manusia dan tindakan, tetapi ilmu ini deskriptif daripada normatif.
‘15 12 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• Mereka memberikan penjelasan tentang bagaimana dan mengapa orang
bertindak seperti yang mereka lakukan; sebagai disiplin normatif, etika
berusaha bagaimana dan mengapa orang harus bertindak, bukan bagaimana
mereka bertindak.
F. Ethics and the Law .Kaedah-kaedah pokok dari etika profesi dibidang Hukum (Kieser:1986):
• Profesi di bidang hukum harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa
pamrih (dis intrestedness) yaitu pertimbangan yang diambil adalah
kepentingan klien dan kepentingan umum.
• Bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi, jika hal ini diabaikan
maka pelaksanaan profesi akan mengarah kepada kemanfaatan yang
menjurus kepada penyalahgunaan profesi sehingga akhirnya merugikan
kliennya.
• Pelayanan profesi dengan mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu
pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai manusia yang membatasi
sikap dan tindakan.
• pengemban profesi harus berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
• pengemban profesi harus mengembangkan semangat solidaritas sesama
rekan seprofesi.
Peraturan Etika Lainnya :• Tindakan yang Bisa Didiskreditkan
– Retensi dari catatan klien
– Diskriminasi dan gangguan dalam praktek karyawan
– Standar atas audit pemerintah dan persyaratan badan dan agensi
pemerintah
– Kelalaian dalam persiapan laporan atau catatan keuangan
– Kegagalan mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi atau
agen regulasi lainnya
– Permohonan atau pengungkapan dan jawaban ujian akuntan publik
– Kegagalan memasukkan pajak penghasilan atau pembayaran
kewajiban pajak
• Periklanan dan Permohonan
‘15 13 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• Komisi dan Fee Penyerahan
• Bentuk dan Nama Organisasi
– Integritas dan Obyektivitas
– Standar Teknis
– Kerahasiaan
• Kebutuhan atas Kerahasiaan
• Pengecualian atas Kerahasiaan
– Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
– Panggilan Pengadilan
– Peer Review
– Respon kepada Divisi Etika
– Fee Kontinjen
G. Ethics as Practical Reason .• Dalam bagian sebelumnya, etika digambarkan sebagai praktis dan normatif,
yang berkaitan dengan tindakan kita, pilihan, keputusan dan penalaran
tentang bagaimana kita harus bertindak.
• Dalam hal ini, menjelaskan etika sebagai bagian dari alasan praktis,
penalaran tentang apa yang harus kita lakukan, dan membedakannya dari
alasan teoritis, yaitu penalaran tentang apa yang harus kita percaya.
• Perspektif buku ini pada keputusan etis adalah pemahaman etika sebagai
bagian dari alasan praktis.
• Alasan teoritis adalah mengejar kebenaran, yang merupakan standar tertinggi
untuk apa yang harus kita percaya.
• Menurut tradisi ini, ilmu pengetahuan adalah wasit besar kebenaran.
• Ilmu memberikan metode dan prosedur untuk menentukan apa yang benar.
• Dengan demikian, metode ilmiah dapat dianggap sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan fundamental alasan teoritis: Apa yang harus kita
percaya? Jadi timbul pertanyaan, apakah ada metodologi yang sebanding
atau prosedur untuk memutuskan apa yang harus kita lakukan dan
bagaimana kita harus bertindak?
• Jawaban yang sederhana adalah bahwa tidak ada metodologi tunggal yang
dapat di setiap situasi memberikan satu jawaban jelas dan tegas untuk
pertanyaan itu.
‘15 14 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• Tetapi ada pedoman yang dapat memberikan arah dan kriteria untuk
keputusan-keputusan yang lebih atau kurang wajar dan bertanggung jawab.
• Tradisi dan teori-teori etika filosofis dapat dianggap hanya dengan cara ini.
Selama ribuan tahun berpikir tentang pertanyaan mendasar tentang
bagaimana manusia harus hidup, filsuf telah dikembangkan dan kembali
didefinisikan berbagai pendekatan untuk pertanyaan-pertanyaan ini.
• Tradisi ini, atau apa yang sering disebut sebagai teori etika, menjelaskan dan
mempertahankan berbagai norma, standar, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang
kontribusinya untuk pengambilan keputusan etis bertanggung jawab.
• Teori etika yang menggunakan metodologi, untuk membantu memutuskan
apa yang harus dilakukan.
H. Ethics as measurement of Behavior .
• Etika berfungsi mengatur tingkah laku individu dan kelompok untuk memberikan
panduan bagi manusia agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan
sebagai refleksi pemikiran moral tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan yang dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
• Bisnis merupakan aktifitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan keuntungan
melalui kegiatan produktif yang dijalankan melalui organisasi formal atau informal,
yang termasuk kegiatan sosial dengan berbagai aspek yang melingkupinya seperti
aspek ekonomi, hukum dan moral.
• Etika bisnis merupakan suatu standar moral yang diimplementasikan pada institusi,
teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang ada pada organisasi bisnis.
Perilaku etis merupakan pedoman dari kebijakan-kebijakan tertulis, standar-standar
tidak tertulis, dan teladan dari pemimpin yang didasarkan pada domain hukum,
domain etika dan domain pilihan bebas.
KESIMPULAN
• Etika bisnis perlu dimiliki setiap individu dan perusahaan
• Etika bisnis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah2 bisnis
• Etika bisnis memiliki sangsi moral
• Tanpa etika bisnis ekonomi akan kacau
‘15 15 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id
• Etika bisnis akan berpengaruh pada perusahaan bisnis melalui proses dimana, proses
disini berarti ada awal dan ada akhir dari suatu upaya (effort) untuk mencapai tujuan
tertentu dan bisnis disini dikonotasikan dengan upaya untuk memperoleh nilai tambah
tertentu atas serangkaian input yang digunakan atau dirancang.
• Manajemen Proses Bisnis atau lebih dikenal dengan Strategi yang hanya mempunyai
peran dua puluh persen dan selebihnya ditentukan oleh memanajemeni sumber daya
manusia (80%) ini akan mampu menggerakkan perusahaan kearah yang benar,
olehnya pemimpin yang baik harus menguasai atau menerapkan strategi usahanya
secara benar,untuk bisa mencapai sasaran perusahaan dengan efisien dan efektif.
• Memang selalu ada unsur ketidak pastian, itulah seninya memimpin justeru terletak
pada ketidakpastian, unsur kejutan serta resiko. Ketiganya membangkitkan harapan
yang menjadi sumber energi, sekaligus menjadi pembatas yang inspiratif (Gede
Prama). Untuk itu pernyataan ini lebih memperkuat lagi bahwa hanya dengan strategi
kita bisa menggapai sasaran usaha.
Dafar Pustaka
1) Huse, M. (2007). Boards, Governance and Value Creation: The Human Side of
Corporate Governance. Cambridge:
2) Laura P.Hartman – Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for
Personal Integrity & Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition,
Second Edition.
3) Cherrington, Moral Leadership and ethical Decision Making, 1st edition, CHC
Forecast, Inc., 2000
4) Robert.A.G. Monks and N. Minow., 2011, Corporate Governance, John Wiley &
Sons, Ltd. Fifth Edition
‘15 16 Business Ethics & GCG
Pusat Bahan Ajar dan eLearningProf. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA http://www.mercubuana.ac.id