motivasi belajar siswa pada pelajaran pendidikan...
TRANSCRIPT
MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus Siswa/siswi SMP Negeri 181 Jakarta Pusat)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)
Oleh:
Muhammad Nur Ihsan
109011000246
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
ii
ABSTRAK
Muhammad Nur Ihsan
109011000246
(Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam)
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi
belajar pendidikan agama Islam di kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan sebuah fenomena di
lapangan dengan pendekatan analisis data.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner (angket) dan wawancara
sebagai sumber datanya. Dan sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan sistematic
random sampling, yang mana pengambilan sampelnya diambil secara acak dan sesuai urutan, bisa
dengan urutan ganjil atau genap. Kemudian setelah mendapatkan jawaban dari data sampel, maka
dilakukanlah analisa data yang merupakan bagian penting dalam mengkonversi jawaban dari
penelitian.
Dalam hasil analisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar yang dimiliki
oleh siswa sangat positif, atau cenderung tinggi pada pelajaran pendidikan agama Islam. Selain itu,
guru juga sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam menggambarkan gejala-
gejala yang timbul dari motivasi siswa, dan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dalam
kelas dengan sangat baik pada pelajaran pendidikan agama Islam.
iii
ABSTRACT
Muhammad Nur Ihsan
109011000246
(Student Motivation in Islamic Religious Education Lessons)
The aim of this study was to determine how to learning motivation of Islamic religious
education in class VII SMP Negeri 181 Jakarta. The method used is descriptive method namely the
method of describing a phenomenon in the field of data analysis approach.
Instruments in this research is by using a questionnaire (questionnaire) and interview as data
sources. And samples used in the study using systematic random sampling, in which the sample
collection is taken at random and the order, the order can be odd or even. Then after getting an answer
from the sample data, we perform the analysis is an important part in converting answer from
research.
In the data analysis, it can be concluded that the motivation to learn owned by students is very
positive. Or likely to be high on Islamic religious education lessons. In addition, teachers also have
the knowledge and experience sufficient in the describing the symptoms that arise from the
motivation of students, and students can follow the process of teaching and learning in the classroom
with an excellent on Islamic religious education lessons.
KATA PENGANTAR
Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt berkat rahmat dan
hidayah—Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan dalam menempuh
ujian Sarjana Pendidikan Agama Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
pimpinan umat, Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan
dan sumbangan pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Thib Raya, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Ibu Hj. Marhamah Saleh. Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Masan. A.F, Selaku Penasihat Akademik yang telah membantu penulis baik
berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.
4. Ibu Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi terselesaikannya
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Bambang Tajudin selaku Kepala Sekolah, Ibu Muzaiyamah Nurdin selaku
Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), staff Tata Usaha, Dewan Guru
dan siswa kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta Pusat yang telah banyak membantu
memberikan informasi berguna kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
7. Ayah dan Ibu Tercinta (Suyanto dan Sumarni) yang dengan tulus ikhlas mengajarkan,
mendidik, merawat penulis haturkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya, karena
jasa mereka tidak akan dapat penulis balas sampai kapanpun.
iv
8. Kakak dan Adik-adik penulis, Mas Ahmad Fauzi, Arief Musthofa, Muhammad Irfan
Maksum, Muhammad Kafa Bihi, Atina Rahma, Muhammad Kaffin Rabbani, dan
Muhammad Nabiel yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa.
9. Sahabat penulis Itang Irman Darmawan, Budi dan Dwi Puspita Wati terima kasih atas
semua bantuan, kritik, saran, dan segala yang telah diberikan kepada penulis. Semoga
persahabatan kita akan terjalin sampai akhir hayat. Amin.
10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas F,
Ahmad Hulaifi, Adnan Firdaus, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Arya, Muhammad,
Mohammed, Ali Sahin, Abdul Ajiz, Malih, Suci Nurpratiwi, Miftahul Huda, Ulva. R,
Ulfa Iwanda, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya yang telah
banyak membatu penulis selama belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Canda tawa kita akan menjadi kenangan yang abadi untuk selamanya. Dan
rekan-rekan seperjuangan sidang Munaqosah, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Sandi, dan
Shihab, akhirnya kita merasakan sidang munaqasah yang penuh dengan rasa haru dan
penuh perjuangan.
11. Semua rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang
belum dapat disebutkan diatas.
Semoga segala usaha, bantuan dan amal bakti yang tulus ikhlas dari semua pihak
menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah swt. Amin
Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan dapat memberikan perbaikan pada dunia Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 26 Juli 2016
Muhammad Nur Ihsan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................i
ABSTRACT .......................................................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 5
C. Batasan Masalah...................................................................... 5
D. Rumusan Masalah................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar............................................. 7
2. Strategi Membangun Motivasi......................................... 10
3. Teori Motivasi................................................................... 16
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar...... 17
B. Belajar
1. Makna Belajar................................................................... 18
2. Tujuan Belajar.................................................................. 22
3. Teori Tentang Belajar....................................................... 24
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................... 27
2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.................. 29
v
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................... 32
D. Motivasi Belajar PAI.............................................................. 33
E. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 35
B. Metode Penelitian................................................................. 36
C. Teknik Pengumpulan Data................................................... 36
D. Teknik Pengolahan Data...................................................... 39
E. Teknik Analisis Data........................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah....................... 41
B. Analisa Data......................................................................... 46
C. Interpretasi Data................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 60
B. Saran..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap motivasi belajar pada pelajaran
PAI..................................................................................................................40
Tabel 2 Luas Tanah sekolah .........................................................................................41
Tabel 3 Kondisi bangunan serta ruangan ......................................................................41
Tabel 4 Nama guru SMP Negeri 181 ............................................................................44
Tabel 5 Keadaan siswa SMP Negeri 181 ......................................................................45
Tabel 6 Pakaian Seragam ..............................................................................................45
Tabel 7 Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................................46
Tabel 8 Saya bersemangat mempelajari pendidikan agama Islam ................................46
Tabel 9 Saya tertarik untuk mendalami lebih lanjut pelajaran pendidikan agama Islam
dengan banyak membaca buku yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama
Islam.................................................................................................................47
Tabel 10 Saya merasa bosan mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran
pendidikan agama Islam...................................................................................47
Tabel 11 Saya merasa sulit untuk mempelajari pelajaran pendidikan agama Islam.......47
Tabel 12 Saya bertanya kepada guru tentang materi pelajaran penidikan agama Islam
yang sulit dimengerti .......................................................................................48
Tabel 13 Guru memuji saya ketika saya mendapatkan nilai yang tinggi .......................48
Tabel 14 Saya kurang memahami beberapa materi yang ada di mata pelajaran pendidikan
agama Islam .....................................................................................................48
Tabel 15 Saya sangat senang menulis huruf-huruf Al-Qur’an yang ada di buku pelajaran
pendidikan agama Islam ..................................................................................49
Tabel 16 Saya kurang bersemangat untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di
buku pelajaran pendidikan agama Islam ..........................................................49
Tabel 17 Saya mempelajari kembali pelajaran pendidikan agama Islam di rumah .......50
Tabel 18 Saya bertanya kepada orang tua tentang pelajaran pendidikan agama Islam yang
Belum saya mengerti di rumah ........................................................................50
Tabel 19 Saya bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang pelajaran pendidikan
agama Islam yang belum saya pahami .............................................................50
Tabel 20 Saya banyak mendapatkan ilmu tentang pendidikan agama Islam di luar
sekolah ..............................................................................................................51
Tabel 21 Saya mendapat nilai ujian di atas KKM ...........................................................51
Tabel 22 Saya merasa belum siap untuk mengikuti ujian mata pelajaran pendidikan
agama Islam ......................................................................................................51
Tabel 23 Saya dapat mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan tepat
waktu ................................................................................................................52
Tabel 24 Saya mencontek tugas materi pendidikan agama Islam dari teman ................52
Tabel 25 Saya Mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan baik...........52
Tabel 26 Saya berusaha belajar sungguh-sungguh untuk memperbaiki hasil ujian ....... 53
Tabel 27 Saya malas membaca buku pelajaran pendidikan agama Islam .......................53
Tabel 28 Teman memuji saya ketika mendapat nilai yang baik ......................................54
Tabel 29 Orang tua saya menasihati saya ketika mendapat nilai yang rendah ................54
Tabel 30 Orang tua memuji saya ketika mendapatkan nilai ujian yang baik....................54
Tabel 31 Guru membantu membimbing saya ketika mendapatkan nilai rendah .............55
Tabel 32 Teman-teman mengajak saya untuk belajar bersama ketika usai sekolah ........55
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian
2. Surat bimbingan skripsi
3. Angket motivasi belajar
4. Pedoman wawancara
5. Surat pernyataan penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tampaknya sulit dibantah bahwa pada zaman seperti sekarang ini
kemampuan manusia belajar telah berkembang dengan cepat. Melalui dukungan
teknologi, mekanisme pembelajaran di sekolah telah membantu dalam
mempercepat daya nalar peserta didik. Karena itu, menurut James Mangan sangat
tidak realistis untuk mengharapkan bahwa manusia dalam waktu puluhan tahun
mendatang akan mempertahankan diri dalam tradisi pengajaran yang
konvensional. Model pengajaran konvensional meski berguna, namun sangat
lamban dalam mengantisipasi dampak perubahan sosial.1 Hal ini menuntut
partisipasi agama dalam menemukan corak kehidupan dan lingkungan yang
menjamin terwujudnya ketertiban sosial.
Oleh karena itu, pendidikan Islam tak bisa dipandang sebelah mata dan
dianggap peranannya tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap pola
kehidupan masyarakat saat ini. Dimulai dari generasi terpelajar, harus ditanamkan
pentingnya pendidikan dan agama yang selama ini dipegang seutuhnya oleh
peserta didik.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa
depan.2
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting dipelajari oleh
semua orang Islam tanpa terkecuali, karena di dalam pelajaran ini semua
diterangkan batasan-batasan seorang manusia dalam melaksanakan kehidupannya.
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet. 5,
h. 112-113 2 Trianto, Mendesain Model, Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: kencana Prenada
Group, 2009), h. 1.
2
Sebagaimana negara mengatur kehidupan masyarakatnya. Di negara terdapat
undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat begitupun dengan agama
Islam yang mengatur semua kehidupan manusia. Karena berdirinya negara yang
kokoh dikarenakan aturannya ditaati oleh setiap masyarakatnya kemudian
kaitannya negara dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah etika dan
moral yang ada di dalam negara itu semua dipelajari di pendidikan agama Islam.
Nabi Muhammad Saw yang pertama kali mengajarkan kepada umat manusia
tentang etika dan moral baik, atau disebut juga akhlakul karimah. Karena itu
adalah salah satu misi beliau di turunkan ke muka bumi ini untuk membenarkan
akhlak manusia.
Pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam di setiap sekolah
menuntut seorang guru harus bisa membuat siswa merasa nyaman dan tidak jenuh
dengan pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan, salah satu cara
untuk membuat siswa merasa nyaman adalah penyampaian seorang guru atau
metode yang diberikan kepada siswa bervariasi. Kurikulum Pendidikan Agama
harus menjadi prioritas dalam meningkatkan mutu peserta didik. Guru sebagai
bagian dari sistem sekolah, dituntut memberikan pengajaran yang kreatif pada
proses pembelajaran dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tidak hanya
terpaku pada metode ceramah saja, banyak metode yang dapat dipraktikkan,
sehingga peserta didik mendapatkan ilmu pengetahuan yang mudah dimengerti
sekaligus suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sangat penting diperhatikan
bagi semua guru pendidikan agama Islam di sekolah, karena pendidikan agama
Islam menjadi pondasi utama seluruh aspek bidang ilmu pengetahuan yang
dimiliki peserta didik.
Untuk dapat memahami semua pelajaran yang ada, terutama pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam, tentu ada proses yang dialami. Proses tersebut dapat
berlangsung cepat atau lambat bergantung pada pola pikir peserta didik yang
timbul melalui belajar. Jadi, proses belajar mutlak sepenuhnya ada dalam diri
manusia.
Jika melihat pada contoh diatas, peserta didik yang tidak dalam proses
belajar yang sempurna, perlu adanya perubahan suasana yang timbul dalam proses
3
tersebut. Salah satunya dengan membangun motivasi dalam belajar kepada
peserta didik yang kurang ditumbuhkan. Pengaruh motivasi sangatlah kuat untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan pada proses belajar. Dengan memiliki
motivasi, semua aktivitas belajar menjadi terarah, sehingga tidak mengalami
kekacauan pada saat menerima pengajaran dari guru.
Dalam membangun motivasi ini tentu tidaklah mudah. Penyebabnya ada
beberapa faktor yang menjadikan timbulnya motivasi pada peserta didik. Ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal, merupakan motivasi yang dibangun atas dorongan dari peserta
didik itu sendiri. Misalnya ketika bel berbunyi untuk kembali masuk ke dalam
kelas setelah keluar istirahat, siswa yang berlari menuju ruang kelas berarti siswa
tersebut mempunyai semangat untuk memulai belajar. Faktor eksternal yang
utama adalah keluarga dan lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun
di sekolah. Keluarga yaitu khususnya orang tua yang mempunyai hak penuh
sebagai pendidik di rumah. Untuk menciptakan motivasi, orang tua perlu
mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang serta memberi perhatian
yang lebih terhadap pendidikannya. Kondisi ekonomi rumah tangga yang stabil
juga sangat diperlukan, yang harus menjadi pegangan bagi para orang tua. Agar
anak-anak tidak memiliki hambatan dalam aktivitas belajarnya di sekolah. Faktor-
faktor motivasi yang telah disebutkan di atas, yakni faktor internal dan eksternal
adalah sebagai dasar untuk mengidentifikasi adanya gejala psikologis yang
dialami oleh peserta didik dalam proses belajarnya.
Oleh karena itu, orang tua dan guru juga menjadi komponen penting dalam
membentuk peserta didik memiliki motivasi ekstrinsiknya dalam belajar. Orang
tua juga bisa bekerja sama dengan guru untuk memberikan arahan yang tepat pada
perkembangan dan potensi yang dimiliki peserta didik. Mengenali serta menggali
kemampuan anak dengan menggunakan pendekatan persuasif, memahami
karakter anak yang dinamis, dan menjaga anak dari pergaulan bebas adalah tugas
bersama dalam membina peserta didik mendapatkan keutuhan motivasinya yang
kemudian berujung pada hasil positif yang diraih.
4
Dalam memotivasi siswa, memang terlihat sulit untuk dilakukan secara
instant. Siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih baik, karena adanya pengaruh
yang sangat kuat di dalam dirinya maupun pengaruh yang diciptakan di
sekitarnya. Jika ditelaah lebih lanjut, motivasi sebagai corong utama yang mampu
mengubah peserta didik secara psikologis dan juga dapat merubah pola pikir yang
ada pada diri peserta didik, tentu harus dapat diidentifikasi penyebab timbulnya
motivasi tersebut tidak muncul.
Menurut penuturan yang diungkapkan oleh guru yang mengajar pendidikan
agama Islam di sekolah SMP Negeri 181, yakni Ibu Hj. Muzaiyamah Nurdin,
M.Pd dikatakan bahwa saat ini siswa mengalami kemunduran yang sangat
signifikan dalam belajar agama Islam, kemunduran tersebut dikarenakan
pendidikan yang diterapkan orang tuanya ketika di rumah yang kurang
mengenalkan nilai-nilai atau ajaran Islam yang terabaikan. Padahal sejak dini,
orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan tentang agama dalam
mendidik mereka.3
Pernyataan tersebut telah terbukti ketika penulis diminta oleh beliau untuk
mengisi jam pelajaran yang kosong, untuk membimbing sebagian siswa salah satu
kelas VII dengan membaca Al-Qur’an secara perorangan. Setelah mendengarkan
satu per satu dari sebagian siswa tersebut untuk mengaji, penulis mendapatkan
siswa yang masih banyak belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-
kaidahnya, bahkan masih ada siswa yang menggunakan Iqra’. Tentu ini menjadi
salah satu indikasi kemunduran yang kini ada pada peserta didik. Mengaji tidak
lagi menjadi yang utama bagi para orang tua mereka, sedangkan kebutuhan dalam
menanamkan dasar-dasar agama pada anak sangatlah penting untuk segera
dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka penulis mencoba untuk
mendalami permasalahan tersebut pada skripsi ini dengan judul “Motivasi Belajar
Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 181 Jakarta”.
3 Hasil Wawancara dengan Hj. Muzaiyamah Nurdin pada tanggal 28 April 2016
5
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya jam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah.
2. Proses belajar yang menyenangkan belum tercipta pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
3. Guru belum dapat memunculkan motivasi siswa pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penulis membatasi
permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah SMP Negeri 181 Jakarta
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
3. Motivasi yang diteliti adalah motivasi belajar siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di kelas pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimana Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 181 Jakarta?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah ” Untuk Mengetahui Bagaimana Motivasi Belajar Pendidikan Agama
Islam di Kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta”.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis berguna sebagai wacana untuk menambah khazanah
keilmuan khususnya tentang motivasi belajar.
2. Bagi siswa diharapkan untuk mencapai prestasi belajar yang optimal
khususnya dalam mengeembangkan potensi setiap peserta didik terutama
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
6
3. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam dunia pendidikan dan menjadi bahan pertimbangan serta sumber
data bagi guru PAI guna memperbaiki dan meningkatkan mutu
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
a. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan daya
penggerak dari dalam untuk mencapai tujuan.1
Definisi motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.2
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.3
Menurut Mulyasa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik
akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa
akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.4
Siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa
keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seseorang terkadang
adanya keinginan yang mengaktifkan, dan menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
1 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.73 2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 173 3 Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.
73 4 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 112 5 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud, 2005), h. 80
8
dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar doronggan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan
dorongan. Dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
b. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa. Menurut Djamarah ada tiga fungsi motivasi:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan
sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
c. Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi sebagai kekuatan mental individu
memiliki dua jenis tingkat kekuatan:
1) Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan. Contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
2) Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen
9
penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder
dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian
prestai belajar.
d. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa
tetapi juga berasal dari luar siswa. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa
adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari buku
pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahui isi atau bahan berpa
pengetahuan yang ia dapatkan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: seorang
siswa belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapat hukuman
dari guru.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam
proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat
belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik
tanpa pengaruh orang lain. Ia termotivasi belajar dan sungguh-sungguh dengan
sendirinya.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran yang terpenting, motivasi juga
merupakan salah satu yang paling sulit untuk diukur. Apa yang membuat siswa
ingin belajar, kesediaan mengarahkan upaya untuk belajar adalah produk dari
banyak faktor, yang berkisar dari kepribadian dan kemampuan guru hingga
karakteristik tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk belajar, suasana dan
perilaku guru.
10
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu
(Murphy dan Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk, 2000; Stipek, 2002).
Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan kita
berjalan, membuat kita tetap berjalan, dan menentukan ke mana kita berusaha
berjalan.6 Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan prilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian satu tujuan tertentu.7
Motivasi berasal dari bahasa latin, movere yang berarti bergerak atau dalam
bahasa Inggris to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organism yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal maupun
faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.8
2. Strategi Membangun Motivasi.
Dalam membangun motivasi, guru dapat menggunakan beberapa strategi,
yakni adalah sebagai berikut:
a. Dukung Keberagaman Gaya Pembelajaran
Pola belajar anak sering merupakan hasil dari cara mereka diajar dan
lingkungan pembelajaran beserta etos sekolah. Bagi beberapa anak, pola ini
sangat memuaskan karena karena gaya dan preferensi mereka sesuai dengan
6 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan:Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Indeks, 2008),
cet. 2, h. 105-106 7 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008),
cet. I, h. 228 8 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 75
11
yang ada di sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan gaya
pembelajaran adalah budaya, iklim sekolah, penghargaan guru dan orang
tua, gaya mengajar dan norma serta praktik di ruang kelas..9
b. Dorong Beraktifitas
Menarik untuk bercermin pada kenyataan bahwa banyak orang kreatif
hanya dapat mengendalikan pembelajaran meraka sendiri setelah
meninggalkan bangku pendidikan. Banyak orang gagal di sekolah, atau
sama sekali tidak bersinar. Keadaan ini terjadi karena sistem ujian sering
tidak mendukung kreatifitas.
c. Pastikan Kesuksesan Dengan Langkah-Langkah Kecil Prestasi
Kesuksesan merupakan faktor sangat penting untuk motivasi dan
untuk pembelajaran yang sukses tugas guru ialah meyakinkan bahwa
pembelajaran meraih kesuksesan. Jika kesuksesan tidak terbukti maka tugas
harus dibeda-bedakan.10
d. Beri Umpan Balik kepada Kemajuan Pribadi Mereka Sendiri
Kemajuan (progress) merupakan hal yang sangat pribadi. Penting
untuk diketahui bahwa kritertia kemajuan tidak dapat di generalisir, namun
harus bersifat individu. Setelah diputuskan mengenai apa unsur yang
membentuk kemajuan individu, unsur ini harus didiskusikan dan
dinegosiasikan dengan mereka. Kemudian, sasaran pribadi dapat dibuat dan
kemajuan dengan mudah dapat di identifikasi.11
e. Pelajar Harus Percaya Pada Kepada Kemampuan Diri Mereka
Percaya diri menjadi penentu kesuksesan seseorang yang ingin meraih
tingkat kesuksesan dan mitivasi sebesar apapun, namun sering sistem
9 Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan Dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 24. 10
Hartati, Widiastuti, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 25. 11
Ibid...h. 26
12
pendidikan dirancang untuk sekedar mampu memilih dan menilai. Faktor
sistem ini benar-benar dapat menghapuskan unsur percaya diri yang
manapun, sehingga penting untuk mengenali dan mengakui pencapaian
prestasi apapun, tidak masalah meskipun hanya kecil prestasi tersebut
dimata orang lain.12
f. Akui Gaya Individual Anak-Anak
Pengakuan ini sangat penting meskioun banyak kesulitan di ruang
kelas yang inklusif saat ini. Jika pembelajar dibuat sadar akan gaya
belajarnya, maka gaya belajar ini membantunya belajar secara mandiri di
rumah dan di luar sekolah.
g. Pastikan Bahwa Tugas Berkaitan Dengan Usia Dan Minat
Terlalu mudah terutama bagi pelajar yang mengalami kesulitan
membaca, untuk menyediakan buku pelajan yang sesuai dengan level
pembaca meraka, namun tidak sesuai dengan level ketertarikan mereka.13
h. Gunakan Pengamatan Untuk Memulai Mengetahui Preferensi
Anak Di Kelas Terhadap Pembelajaran Dan Lingkungan
Sebelum menyusun materi untuk kelas, penting kita mendapatkan
pengetahuan mengenai tiap-tiap individu di kelas. Salah satu cara paling
efektif untuk melakukannya adalah melalui pengamatan informal.
i. Berfokuslah Pada Tugas Dan Kurikulum
Penting kita jangan terlalu terfokus pada pelajaran, sifat tugas dan
sasaran kurikulum harus direvisi dan revisi ini dapat perbedaan jelas antara
kesuksesan dan kegagalan.14
12
Ibid... 13
Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 1, h. 27 14
Ibid....h. 28.
13
j. Gunakan Beragam Gaya Belajar Untuk Pelajaran Di Kelas
Salah satu tanda pelajaran yang telah dipersiapkan dengan baik adalah
seberapa baik pelajaran ini memanfaatkan beragam gaya pembelajaranya.
Masing-masing pelajaran secara keseluruhan harus memiliki unsur
pendengaran, penglihatan, sentuhan dan gerakan.15
k. Pastikan Pelajarannya Bermakna
Pernyataan ini tampak jelas, tetapi merupakan kesalahan umum untuk
berasumsi bahwa anak memiliki level dasar pemahan untuk mendapatkan
manfaat maksimal dari pelajaran. Penting untuk mengecek level
pemahaman dan oengetahuan konsep kunci yang termasuk kedalam
pembelajaran. Hanya jika anak memiliki level konsep demimikian pelajaran
akan bermakna.
l. Minimalkan Tekanan
Beberapa anak membutuhkan tekanan agar termotivasi. Misalnya,
tenggat waktu dan persaingan. Akan tetapi, tekanan ini harus digunakan
dengan hati-hati, terlalu banyak tekanan akan berakibat pada sangat
berkurangnya motivasi karena siswa tidak melihat sasaran itu dapat diraih.
m. Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat menjadi motivator hebat, tetapi pada saat yang
sama penting pula untuk memastikan bahwa dinamika kelompok
memberikan pengalaman positif bagi semuanya. Sangat mudah bagi satu
atau kebih anak menjadi penumpang dan merasa tertinggal.16
15
Ibid... 16
Ibid, h. 29.
14
n. Penilaian Diri
Penilaian ini penting karena membantu anak mengendalikan
pembelajaran mereka sendiri. Mereka harus didorong untuk menilai
kemajuan mereka sendiri dan dorongan ini dapat menjadi motivator.
o. Tunjukan Kemajuan
Penting agar siswa dapat mengenali kemajuan. Beberapa pelajar sulit
mengenalinya dan kemajuan harus diperlihatkan kepada pelajar.
p. Hindari Potensi Stigma
Sangat penting bahwa jika pelajar mengalami kesulitan apapun, ia
jangan ditunjuk untuk menjawab, bahkan dalam cara yang positif, sama
sekali jangan dilakukan. Beberapa kesulitan mengharuskan siswa menerima
waktu tambahan atau perlengkapan khusus dan penting bahwa semua itu
dipersiapkan tanpa membuat mereka malu.17
q. Kembangkan Tanggung Jawab Siswa
Kunci pembelajaran yang sukses adalah otonomi siswa. Otonomi ini
penting karena memberi pelajar pengendalian terhadap pembelajaran
meraka sendiri. Pengendalian inilah yang memupuk tanggung jawab dan
memungkinkan siswa berpindah dari motivasi ekstrinsik ke motivasi
intrinsik.
r. Dukunglah Pilihan Siswa
Dukungan terhadap pilihan siswa merupakan bagian dari perencanaan
untuk memberi pelajar pengendalian dan kemandirian pelajar pilihan itu
sendiri dapat memupuk kemandirian dan tanggung jawab.18
17
Ibid., h. 29. 18
Ibid.,h. 30
15
s. Beri Siswa Tanggung Jawab atas Pembelajaran Meraka Sendiri
Inilah apa yang menjadi sasaran untuk mengembangkan pembelajaran
yang efektif. Gagasan pentingnya adalah pembelajaran efektif merupakan
proses bertahap dan membutuhkan waktu untuk meraihnya.
t. Berfokuslah Pada Pembelajaran dan Sekaligus Pelajaran
Guru menghabiskan banyak waktu merencanakan pembelajaran dan
memastikan bahwa program mengajar telah disusun dengan baik. Namun,
penting untuk tetap berfokus pada pembelajaran anak dan sekaligus pada
pengajaran.
u. Libatkan Kelas Dalam Pengambilan Keputusan
Motivasi anak secara siknifikan akan meningkat jika meraka memiliki
kesempatan dilibatkan ke dalam pengambilan keputusan.19
v. Rayakan Kesuksesan
Anak suka merayakan kesuksesan dan sering mengembangkan ritual
serta gaya mereka sendiri, yang dapat mengembangkan spirit tim dan
meningkatkan motivasi kelompok.
w. Gunakan Umpan Balik Positif
Umpan balik dapat menjadi umpan balik yang secara murni bersifat
informasi tentang kinerja seseorang. Tetapi jika informasi
mengkomunikasikan ujian karena kualitas kerja. Maka umpan balik verbal
dapat meningkatkan motivasi intriksik
19
Ibid., h. 31.
16
x. Doronglah Evaluasi Diri
Idealnya evaluasi diri harus dilakukan sebanyak mungkin. Evaluasi ini
dapat meminimalkan kebutuhan akan persetujuan guru. Sering siswa
bergantung pada persetujuan guru dan evaluasi diri ini pada hakikatnya
merupakan bentuk pengahargaan ekstrinsik.20
3. Teori Motivasi
Motivasi dalam perspektif psikologi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Dalam tulisan ini akan dibahas motivasi menurut
perspektif behavioral, kognitif maupun humanis:
a. Motivasi dalam Perspektif Behavioral
Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
b. Motivasi dalam Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi
mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penetapan
tujuan, tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu tujuan (Schunk
dan Zimmerman, 2001).21
c. Motivasi dalam Perspektif Humanis
Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa
untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah satu
tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori kebutuhan
dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow, kebutuhan dasar harus
dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau memenuhi kebutuhan yang lebih
20
Ibid...h. 32 21
Fadhilah Suralaga, Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1, h. 102
17
tinggi. Misalnya: siswa harus memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum
mereka dapat berprestasi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Max Darsono, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
a. Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi, yaitu suatu target yang ingin dicapai.
Penantuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang (Winkel, 1989).22
b. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini
meliputi bebrapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya
pengamatan, ingatan, daya pikir dan fantasi.23
c. Kondisi Siswa
Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik.
Jadi, kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan
dengan kondisi fisik dan psikologis.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri
siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada
umumnya ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang
22
Ibid,. h. 104 23
Ibid., h. 105
18
menyenangkan, dan menampilkan diri secara menarik dalam rangka
membantu siswa termotivasi dalam belajar.
e. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, lemah
dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar dan situasi
dalam keluarga.
f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud adalah disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan diri
dalam membelajarkan.24
B. Belajar
1. Makna Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang
belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience”.
b. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
c. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of
practice”.
24
Fadhilah Suralaga, Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. I, h. 106
19
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi bersifat verbalistik.25
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan
cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun makro, dilihat dalam arti luas
maupun terbatas atau khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usahapenguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar
adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktek
banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau
menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai
“pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, maka
kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu
menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa atau subjek belajar itu akan
ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian
seperti ini, secara esensial belum memadai.
Selanjutnya ada yang mendefinisikan “belajar adalah berubah”. Dalam hal
ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.jadi belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi
seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar belajar itu sebagai
25
Sardiman , Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada
2006), h. 20
20
rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada
prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta
prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi
subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan bahwa
dari struktur kognitif itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun
penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut akan
melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego,
yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi antara pribadi
seseorang dengan pihak lain. Misalnya seorang tokoh (super ego, menyangkut
dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapapun yang yang menjadi figur
untuk ditiru, bagi si peniru akan mendapatkan pengalaman yang berguna bagi
dirinya. Menurut konsep super ego, bagaimana seseorang belajar itu dapat
membina moralitas dirinya, yang mungkin melalui berinteraksi dengan pribadi-
pribadi manusia yang lain.
Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi
antara diri manusia dengan lingkungannya, yang berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu
adalah:
a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.
Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera
perlu ada follow upnya yakni proses “sosialisasi”. Proses “sosialisasi” dalam hal
ini dimaksudkan mensosialisasikan atau menginteraksikan atau menularkan
kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi, karena berinteraksi dengan pihak lain
sudah barang tentu melahirkan suatu pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke
pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang.
21
Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang
yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Jelasnya, proses belajar
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil
pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan, terjadi proses belajar, apabila
seseorang menunjukkan “tingkah-laku yang berbeda”. Sebagai contoh, misalnya
orang yang belajar iru dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru
atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi
belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas
yang lain.
Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah
atau matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra
atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of
competence). Rincian ini dapat disbutkan sebagai berikut:
a. Kognitif Domain
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan)
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas)
3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan
baru)
5) Evaluation (menilai)
6) Application (menerapkan)
b. Afektif Domain
1) Recieving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respon)
3) Valuing (nilai)
4) Organization (organisasi)
5) Characterization (karakterisasi)
c. Psychomotor Domain
1) Initiatory level
2) Pre-routine level
22
3) Routinized level
Target jangkauan mengenai pencapaian level sebgaimana dijajarkan di tiap-
tiap domain atau matra sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya, tidak
mesti harus mencapai yang tertinggi.26
2. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan
belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-
masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa
yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan
yang dilakukan serta sarana prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara
bervariasi sehingga setiap peristiwa memiliki profil yang unik dan kompleks.
Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan
belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu
harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar
untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang
berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan
gerak dan begitu seterusnya.
Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.
Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakam
instruksional, lazim dinamakan dengan nama instructinal effects, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang lebih
merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to live in)
26
Ibid, h.24
23
suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir
kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
Semua itu lazim dengan istilah nurturant effects. Jadi guru dalam mengajar, guru
harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk
mencapai instructional effects, maupun kedua-duanya. Dari uraian diatas, jika
dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:
a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilihan pengetahuan
dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata
lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya
pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih pesat
perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru
sebagai pengajar lebih menonjol.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Baik soal keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan
jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dilihat, diamati, sehingga
akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari
anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini
masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampilan
rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, penghayatan dan
keterampilan berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal
“pengulangan”, tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat.
Keterampilan itu memang dapat didik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis
atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak
24
latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan
menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal
atau meniru. Cara berinteraksi, misalnya dengan metode role playing.
c. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik,
guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini
dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak
lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi,
dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses
observasi mungkin juga menirukan itu diharapkan terjadi proses
penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari
persoalan penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru
tidak sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-
nilai itu, anak didik atau siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya,
untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara
berinteraksi atau metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan
diskusi, demonstrasi, sosiodrama, role playing. Jadi pada intinya tujuan
belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti
akan menghasilkan, hasil belajar.
3. Teori Tentang Belajar
Pada awalnya teori-teori belajar itu dikembangkan oleh para ahli
psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia di sekolah, melainkan
menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil
percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar untuk
manusia.
25
Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan
perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk manusia di sekolah.
Penelitian-penelitiannya yang tertuang dalam berbagai teori yang berjenis-
jenis, ada yang mereka sebut dengan: Programmed Text, Teaching Machiness,
Association Theory dan lain-lain. Teori ini berkembang pada suatu stadium
yang berdasar atas prinsip Conditioning, yakni pembentukan hubungan antara
stimulus dan respon.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka kegiatan belajar itu cenderung
diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang. Oleh
karena itu sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya
begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini
secara global ada tiga teori, teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt dan ilmu
jiwa asosiasi.
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacam-macam
daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi
fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara
atau bahan. Sebagai contok untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya
dengan menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula
untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaaan
bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya-daya itu.
Kalau sudah demikian maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.
b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-
bagian atau unsur. Sebab keberadaaannya keseluruhan itu juga lebih dahulu.
Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.
Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Tokoh penting yang
merumuskan penerapan dari kegiatan pengamatan ke kegiatan belajar itu
adalah Koffka. Dalam mempersoalkan belajar, Koffka berpendapat bahwa
26
hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku atau bisa
diterapkan dalam kegiatan belajar.27
Dari aliran ilmu jiwa Gestalt atau
keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting antara
lain:
1) Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak
hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial
dan sebagainya.
2) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3) Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai
dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4) Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
5) Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk
memperoleh insight.
6) Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar,
motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh
organisme.
7) Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8) Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan
ibarat suatu bejana yang diisi.
c. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri
dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada
dua teori yang sangat terkenal yakni: teori konektionisme dari Thorndike
dan teori conditioning dari Pavlov.
1) Teori Konektionisme
Menurut Thorndike dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara
kesan panca indra (sense impresson) dengan impuls untuk bertindak.
Asosiasi yang demikian dinamakan “connecting” dengan kata lain
27
Ibid., h. 30
27
belajar adalah pembentukkan antara stimulus dan respon, antara aksi
dan reaksi.
2) Teori Conditioning
Kalau seseorang mencium bau sate, air liurpun mulai keluar.
Demikian juga kalau seseorang naik kendaraan dijalan raya, bagitu
lampu merah, berhenti. Bentuk kelakuan itu pernah dipelajari berkat
conditioning. Bentuk kelakukan semacam ini pernah dipelajari oleh
Pavlov dengan mengadakan percobaan dengan anjing. Setiap kali
anjing itu diberi makan, lampu dinyalakan. Karena melihat makanan
maka air liurnya keluar. Begutu seterusnya hal itu dilakukan berkali-
kali dan sering diulangi, sehingga menjadi kebiasaan. Karena sudah
menjadi kebiasaan maka pada suatu ketika lampu dinyalakan tetapi
tidak diberi makanan, air liur anjing itu pun keluar. Dalam praktek
kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang itu
akan melakukan seseuatu kebiasaan karena ada suatu tanda. Misalnya
anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul, tentara akan
mengerjakan atau melakukan sesuatu gerakan karena aba-aba dari
komandannya.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, terlebih
dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan. “Kata pendidikan secara
etimologi berasal dari kata didik yang berarti proses perubahan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pendidikan dan pelatihan”.28
Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata
28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 204
28
tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurabbi-tarbiyatan yang berarti mengasuh,
mendidik, dan memelihara.29
Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.30
Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, bahwa
pendidikan adalah “menurut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.31
Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
secara sadar yang dilakukan orang dewasa untuk menyiapkan seseorang menuju
kedewasaan, bercakapan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan kecerdasan
berpikir melalui bimbingan pengajaran dan latihan. Melalui pendidikan
diharapkan anak dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
sehingga dapat menghantarkannya pada cita-cita yang diharapkan.
Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan
Dian Andayani adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujan yang telah ditetapkan.32
29
A. Warson Munir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku
Ilmiah Keagamaan, 1984), cet-1, h.505 30
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h.2 31
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),
h.4 32
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.3, h. 132
29
Menurut Alisuf Sabri pengertian pendidikan agama Islam (PAI) yaitu:
“Sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.33
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah:
“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan
ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak”.34
Pendidkan agama Islam menurut Ahmad Tafsir dalam buku Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam menyatakan bahwa “pendidikan agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.35
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan agama islam adalah pendidikan yang didasarkan
pada ajaran agama Islam agar siswa dapat memahami, menghayati, mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
pengalaman dan menjadikan jaaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu
sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahgiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan penddikan agama Islam merupakan bagian dari pelaksanaan
pendidikan secara umum, untuk itu yang menjadi dasar dari pelakasnaan
pendidikan agama adalah:
33
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.111 34
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet.3, h.86 35
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rosdakarya,
2005), h.32
30
a. Dasar yuridis/hukum
Dasar dari segi yuridis atau hukum yaitu dasar-dasar pelaksanaan
pendidikan agama yang berasal dari peraturan-peraturan yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan
agama di sekolah-sekolah ataupun lembaga formal lainnya. Ataupun dasar dari
segi yuridis ada 3 macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu Pancasila/Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu undang-undang dasar 1945
dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2.
3) Dasar operasional, yaitu Tap MPR No. IV/MPR/1078, Tap No.
II/MPR/1993 tentang GBHN. Yang pada pokoknya dinyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan secara langsung dimasukkan ke dalam
kurikulum.36
Terdapat pula pada UUD Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, Bab V pasal 12 yaitu:
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :
1) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
2) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
3) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya.
4) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya.
5) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
yang setara.
6) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu
yang ditetapkan.37
36
Abdul Majid, Dian Andayani, pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), cet.1, h.133 37
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rosdakarya,
2005), h.32
31
b. Dasar religious
Dasar religious adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut
ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan yang merupakan
perwujudan ibadah kepadaNya. Dalam Alqur’an banyak ayat yang menunjukkan
perintah tersebut, antara lain:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.(Q.S At-Tahrim: 6)
ه عمرو ان النبً صلى الله علٍو وسلم : بلغوا عنً ولو اٌة )رواه عه عبدالله ب
البخاري(
Artinya: sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit(al-
Hadits).
c. Dasar Psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-
hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan
adanya pegangan hidup.
Menurut Zuhairini dkk, “semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan
adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat yang Maha Kuasa, tempat
32
mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya”.38
Hal
semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat
yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka
dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara.39
Terkait dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam rangka
pembentukan manusia beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, maka dapat
dipahami bahwa sekolah menjadi tujuan utama bagi pendidikan rohani,
pendidikan jasmani, pendidikan agama, dan pendidikan moral.
Pendidikan Islam di sekolah bertujuan untuk:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah swt.
b. Mewujudkan manusia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga
harmoni secara personal dan social.
c. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam yang berorientasi bukan sekedar pintar, tapi
berjiwa beragama (menjadi orang yang beragama).
38
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h.133 39
Alisuf Sabri, h. 111-112
33
d. Terbentuknya pribadi muslim yang mengamalkan nilai-nilai agama
dalam menjalankan etika profesi yang berlandaskan integritas (tidak
munafik), amanah dan disiplin.40
D. Motivasi Belajar PAI
Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian-pengertian yang telah
diuraikan menyangkut motivasi, belajar dan pendidikan agama Islam dapat
disimpulkan motivasi belajar pendidikan agama islam dari berbagai definisi
berikut:
1 motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
2 belajar itu senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
3 pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
jadi, motivasi belajar pendidikan agama adalah perubahan seseorang
dengan tingkah laku atau penampilan dalam mengamalkan ajaran islam
melalui kegiatan bimbingan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan.
40
Syafiudin Dkk, Pedoman Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI,
2010), h.14-15
34
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa penelitian
yang relevan yaitu dari hasil penulis sebelumnya. Kajian yang relevan
tersebut antara lain adalah:
1 Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Luthfiati yang berjudul “Peran
Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa
Di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh Cipondoh Tangerang”. Penelitian
tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan metode
yang digunakannya adalah metode analisis deskriptif. Dan hasil dari
penelitian tersebut adalah bahwa peran guru dalam pendidikan agama
Islam secara keseluruhan dari tiga dimensi yaitu mendidik, mengajar
dan mengevaluasi masuk dalam kategori sangat baik karena mencapai
rata-rata 91,57%. Dan rinciannya yaitu peran guru mencapai rata-rata
93,67%, untuk mengajar mencapai rata-rata95,6% serta mengevaluasi
mencapai rata-rata 80,66%.
2 Penelitian yang dilakukan oleh Ida Nurhayati yang berjudul
“Komunikasi Antarpribadi Antara Guru dan Murid Dalam
Memotivasi Belajar Di Sekolah Dasar Annajah Jakarta”. Penelitian
tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dan dari hasil
penelitian tersebut adalah melalui analisa fenomena di lapangan
dengan wawancara yang dilakukan dan pengamatan pada objek
penelitian, ditemukan bahwa upaya guru dalam memotivasi belajar
muridnya dengan beberapa cara, yaitu, bercerita, memutar video,
memberikan hadiah, memberikan games, quiz, memberikan
bimbingan secara pribadi, mengadakan perlombaan. Dan beberapa
pesan komunikasi yang diberikan guru kepada murid dalam upaya
memotivasi belajar adalah dengan beberapa cara yaitu, melalui pesan
komunikasi verbal dan pesan komunikasi non verbal
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah
1. Sejarah dan Perkembangan
SMP N 181 merupakan salah satu lembaga pendidikan di kelurahan
Karet Tengsin kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta,
lembaga tersebut letaknya di Jl. Masjid 1 No. 5 Karet Tengsin RT: 009 RW:
004 Kelurahan Karet Tengsin Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.
2. Tujuan Sekolah
Adapun tujuan Smp N 181 ini cukup jelas, sebagaimana terungkap pada
visi dan misinya, yaitu:
Visi dan Misi
“Berprestasi, Ramah Lingkungan yang Berlandaskan Imtaq”
3. Sarana dan Prasarana
a. Luas Penggunaan Tanah
Tabel 2
Luas Tanah
No Penggunaan Tanah Luas
1 Bangunan
2 Lapangan olahraga
3 Kebun
4 Dipakai lainnya
b. Kondisi Bangunan Serta Ruangan
Tabel 3
Ruangan/ Bangunan
No Ruangan/Bangunan Jumlah
1 Ruang Kelas 27
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Laboratorium Komputer 2
6 Laboratorium Lab IPA 1
42
7 Perpustakaan 2
8 Ruang BP/BK 1
9 Ruang UKS 1
10 Ruang Aula 1
11 Masjid/Mushalla 1
12 Kantin 1
13 Wc Guru 2
14 Wc Siswa 5
4. Struktur Organisasi Sekolah
Berikut adalah skema organisasi di sekolah SMP Negeri 181 jakarta
Dewan guru dalam struktur organisasi di atas adalah guru mata
pelajaran di sekolah SMP Negeri 181 Jakarta, lebih jelasnya seperti dibawah
berikut:
KEPALA SEKOLAH
BAMBANG TAJUDIN,
M.Pd
KOMITE
ANNAS TAHER
WAKIL KEPALA SEKOLAH
Drs. NOVRIZAL MUTU
H. HIKMAT
KURIKULUM
Drs. TARJONO, S.Kom
Drs. SITI ZUHRIYAH
KESISWAAN
H. YUNUS M.
THAYEB, S.Pd
SARANA
PRASARANA
Drs. YETTI
NURYETTI
HUMAS
Hj. KUS DWI
AMINATUN
WALI KELAS VII
1. ENDAH ROSLIMAH, S.Pd
2. MUNTI SIMATUPANG,
S.Pd
3. TIARLY SILABAN. S.Pd
4. MURNIATI, S.Pd
5. SUKRAWARNI
WALI KELAS VIII
1. Drs. SITI
ZUHRIYAH
2. AAM AMELIA,
S.Pd
3. YUSMAENI, S.Pd
4. NGADIRAN,
WALI KELAS IX
1. TATIK SUTIYARSI,
S.Pd
2. TIOMAN IDA
PANJAITAN, S.Pd
3. RUSNANI, S.Pd
4. HASNA LAHAY,
S.Pd
DEWAN GURU
43
No. Nama Guru Bidang Studi
1 Dra. Muzaiyamah Nurdin, M. Pd Pendidikan Agama Islam
2 Tayyibi Hamdullah, S.Pd.I Pendidikan Agama Islam
3 Lusiana B, S. PAK Pendidikan Agama Kristen
4 Ngadiran, S.Pd PKN
5 Sumarno, S.Pd PKN
6 Diana F. Yusdar, S.E PKN
7 Tioman Ida Panjaitan, S.Pd Bahasa Indonesia
8 Dra. Siti Zuhriyah Bahasa Indonesia
9 Sukrawarni Bahasa Indonesia
10 Sumarno. S.Pd Bahasa Indonesia
11 Drs. Darmanto Bahasa Inggris
12 Munti Simatupang, S.Pd Bahasa Inggris
13 Rusmani S.Pd Bahasa Inggris
14 Yosept Sumaryanto, S.Pd Matematika
15 Hikmat Matematika
16 Aam Amelia,S.Pd Matematika
17 Sutrisna, S.Pd Matematika
18 Yusmaeni, S.Pd IPA
19 Drs. Nofrizal IPA
20 Drs. Tarjono, S. Kom, M.Si IPA
21 Tiarly Silaban, S.Pd IPA
22 Jasmani, S.Pd IPA
23 Dra. Yetti Nuryetti IPS
24 Tatik Sutiyarsi, S.Pd IPS
25 Murniati, S.Pd IPS
26 Maria K. Ambar, SE, SH IPS
27 Bahrudin, S.Pd. MM PENJASORKES
28 Yunus M. Thayeb, S,Pd PENJASORKES
29 Hasna Lahay, S.Pd Seni Budaya
30 Endah Roslimah, S.Pd Seni Budaya
31 Nina Marlina, S.Pd TIK
32 Murniati, S.Pd PLKJ
33 Endah Roslimah, S.Pd Tata Boga
34 Nina Marlina, S.Pd Ket. Jasa
35 Diana F. Yusdar, SE Ket. Jasa
36 Hj. Kus Dwi Aminatun, S.Pd BK
37 Dra. Siti Zuhriyah BK
5. Keadaan Guru dan Siswa
Guru-guru yang mengajar di Smp Negeri 181 Jakarta ini berjumlah 36
orang guru, sesuai dengan wawancara peneliti dengan kepala sekolah SMP
44
Negeri 181 Jakarta, Drs. Bambang Tajudin, M.Pd. Disebutkan bahwa guru-
guru yang mengajar di Smp Negeri 181 berjumlah 36 orang dengan latar
belakang pendidikan Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini:
Tabel 4
Nama Guru Smp Negeri 181
No Nama Jabatan Keterangan
1 Bambang Tajudin Kepala Sekolah PNS
2 Muzaiyamah Nurdin Guru PNS
3 Hitmat Guru PNS
4 Kus Dwi Aminatun Guru PNS
5 Ngadiran Guru PNS
6 Rusnani Guru PNS
7 Hasna Lahai Guru PNS
8 Murniati Guru PNS
9 Yeti Nur Yeti Guru PNS
10 Nofrizal Wakil Kepala PNS
11 Tarjono Guru PNS
12 Tiarli Silaban Guru PNS
13 Yunus Guru PNS
14 Aam Amelia Guru PNS
15 Sutrisna Guru PNS
16 Siti Zuhriah Guru PNS
17 Maria Kustina Guru PNS
18 Amar Guru PNS
19 Jasmani Guru PNS
20 Endang Yuli Hartanti Pegawai PNS
21 Sri Maryati Pegawai PNS
22 Maksudi Pegawai PNS
23 Tayyibi Hamidullah Pegawai PNS
24 Sadam Pegawai Honorer
25 Joko Trisno Pegawai Honorer
26 Paino Pegawai Honorer
27 Sumarno Guru Honorer
28 Reza Aschar Pegawai Honorer
29 Diana Fitria Yosda Pegawai Honorer
30 Nini Marlina Pegawai Honorer
31 Kustiana Guru PNS
32 Harlina Guru PNS
45
33 Erniza Guru PNS
34 Lisa Nustafa Guru PNS
35 Dedeh Kurniasi Guru PNS
36 Dwi Yani Guru PNS
Sedangkan keadaan siswa Smp Negeri 181 Jakarta pada tahun pelajaran
2015/2016 seluruhnya berjumlah 619 siswa.
Tabel 5
Keadaan siswa Smp Negeri 181 Jakarta
No Kelas Putra Putri Jumlah
1 VII 114 102 216
2 VII 107 99 206
3 IX 105 92 197
Jumlah 619
Sedangkan pakaian seragam yang dikenakan siswa/siswi sebagaimana
yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu:
Tabel 6
Pakaian Seragam
No Hari Pakaian
1 Senin Putih-putih
2 Selasa Putih biru
3 Rabu Pramuka
4 Kamis Batik
5 Jum’at Muslim/muslimah
Sedangkan kegiatan diluar jam sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler
itu ada beberapa kegiatan, diantaranya adalah:
46
Tabel 7
Kegiatan Extrakurikuler
No Kegiatan Ekstrakurikuler
1 Pramuka
2 Paskibra
3 Taekwondo/silat
4 PMR
5 Basket Ball
6 Volley Ball
B Analisa Data
Analisa data yang diperoleh dari motivasi belajar siswa pada pelajaran
pendidikan agama Islam adalah:
1. Saya Bersemangat Mempelajari Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 8
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase %
1 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
53
20
7
1
-
65%
25%
9%
1%
-
Jumlah 81 100%
Berdasaekan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (65%) menyatakan menyukai mempelajari pendidikan agama Islam,
dan hanya sebagian kecil yang menyatakan kurang menyukai/sesuai (1%).
2. Saya Tertarik Untuk Mendalami Lebih Lanjut Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Dengan Banyak Membaca Buku Yang Berkaitan Dengan
Ajaran-Ajaran Agama Islam.
Tabel 9
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
2 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
36
34
10
40%
38%
12%
47
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
8
2
8%
2%
Jumlah 90 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (40%) menyatakan tertarik untuk mendalami pelajaran pendidikan
agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak tertarik
mendalaminya (2%).
3. Saya Merasa Bosan Mendengarkan Penjelasan Guru Tentang
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 10
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
3 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
2
3
9
20
50
2%
3%
11%
24%
60%
Jumlah 84 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (60%) menyatakan tidak merasa bosan mendengarkan penjelasan guru
tenteng pelajaran pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan merasa bosan mendengarkan penjelasan guru (2%).
4. Saya Merasa Sulit Untuk Mempelajari Pejaran Pendidikan Agama
Islam
Tabel 11
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
4 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
3
15
22
18
31
3%
17%
25%
20%
35%
Jumlah 89 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (35%) menyatakan tidak merasa sulit mempelejari pelajaran
pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan
merasa sulit mempelejarinya (3%).
5. Saya Bertanya Kepada Guru Tentang Materi Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Yang Sulit Dimengerti
Tabel 12
48
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
5 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
36 29 9 5 -
46%
37%
11%
6%
-
Jumlah 79 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (46%) menyatakan bertanya kepada guru ketika pelajaran pendidikan
agama Islam sulit dimengerti, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan
tidak bertanya kepada guru (6%).
6. Guru Memuji Saya Ketika Saya Mendapatkan Nilai Yang Tinggi
Tabel 13
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
6 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
16
28
25
7
5
20%
35%
31%
9%
5%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (35%) menyatakan mendapat pujian dari guru ketika memperoleh
nilai yang tinggi dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak mendapat
pujian dari guru (5%).
7. Saya Kurang Memahami Beberapa Materi Yang Ada Di Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 14
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
7 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
15
17
26
23
9
17%
19%
29%
25%
10%
Jumlah 90 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (29%) menyatakan cukup memahami materi pelajaran pendidikan
agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan kurang
memahaminya (10%).
8. Saya Sangat Senang Menulis Huruf-Huruf Al-Qur’an Yang Ada Di
Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam
49
Tabel 15
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
8 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
43
26
14
4
2
48%
29%
16%
5%
2%
Jumlah 89 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (48%) menyatakan sangat senang menulis huruf-huruf Al-Qur’an
yang ada di pelajaran pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian kecil
yang menyatakan tidak merasa senang menulis huruf-huruf Al-Qur’an (2%).
9. Saya Kurang Bersemangat Untuk Membaca Ayat-Ayat Al-Qur’an
Yang Ada Di Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 16
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
9 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
2
7
6
21
54
2%
8%
7%
23%
60%
Jumlah 90 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (60%) menyatakan semangat untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an
yang ada di buku pelajaran pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian
kecil yang menyatakan tidak semangat membaca ayat-ayat Al-Qur’an (2%).
10. Saya Mempelajari Kembali Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Rumah
Tabel 17
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
10 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
22
31
16
27%
38%
20%
50
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
9
3
11%
4%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (38%) menyatakan mempelajari kembali pelajaran pendidikan agama
Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak mempelajari
kembali (4%).
11. Saya Bertanya Kepada Orang Tua Tentang Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Yang Belum Saya Mengerti Di Rumah
Tabel 18
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
11 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
31
28
12
7
3
38%
35%
15%
9%
3%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (38%) menyatakan bertanya kepada orang tua tentang pelajaran
pendidikan agama Islam yang belum dimengerti, dan hanya sebagian kecil
yang menyatakan tidak bertanya kepada orang tua (3%).
12. Saya Bertanya Kepada Teman Yang Lebih Mengerti Tentang
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Yang Belum Saya Pahami
Tabel 19
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
12 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
26
21
17
11
3
33%
27%
22%
14%
4%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (33%) menyatakan bertanya kepada teman yang lebih mengerti
tentang pelajaran pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak tertarik mendalaminya (4%).
13. Saya Banyak Mendapatkan Ilmu Tentang Pendidikan Islam Di Luar
Sekolah
Tabel 20
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
51
13 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
28
27
13
10
9
32%
31%
16%
11%
10%
Jumlah 87 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (33%) menyatakan banyak mendapatkan ilmu tentang pelajaran
pendidikan agama Islam dari luar sekolah, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak mendapatkannnya di luar sekolah (10%).
14. Saya Mendapatkan Nilai Ujian di Atas KKM
Tabel 21
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
14 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
40
15
20
7
-
49%
18%
24%
9%
-
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (49%) menyatakan mendapat nilai ujian pelajaran pendidikan agama
Islam di atas KKM, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak
mendapatkan nilai ujian di atas KKM (9%).
15. Saya Merasa Belum Siap Untuk Mengikuti Ujian Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam
Tabel 22
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
15 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
5
9
8
26
30
6%
12%
11%
33%
38%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (38%) menyatakan siap untuk mengikuti ujian mata pelajaran
pendidikan agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan belum
siap untuk menghadapi ujian (6%).
16. Saya Dapat Mengerjakan Tugas Materi Pendidikan Agama Islam
Dengan Tepat Waktu
52
Tabel 23
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
16 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
13
32
20
10
3
17%
41%
26%
13%
3%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (41%) menyatakan dapat mengerjakan tugas materi pelajaran
pendidikan agama Islam dengan tepat waktu, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu (3%).
17. Saya Mencontek Tugas Materi Pendidikan Agama Islam dari Teman
Tabel 24
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
17 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
3
6
17
22
42
3%
7%
19%
24%
47%
Jumlah 90 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (47%) menyatakan tidak mencontek tugas materi pelajaran
pendidikan agama Islam dari teman, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan mencontek tugas materi dari teman (3%).
18. Saya Dapat Mengerjakan Tugas Materi Pendidikan Agama Islam
Dengan Baik
Tabel 25
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
18 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
21
38
18
2
1
26%
47%
23%
3%
1%
Jumlah 80 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (47%) menyatakan dapat mengerjakan tugas materi pelajaran
pendidikan agama Islam dengan baik, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik (2%).
53
19. Saya Berusaha Belajar Sungguh-Sungguh Untuk Memperbaiki Hasil
Ujian
Tabel 26
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
19 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
45
24
9
1
1
56%
30%
12%
1%
1%
Jumlah 80 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (56%) menyatakan berusaha belajar sungguh-sungguh untuk
memperbaiki hasil ujian pelajaran pendidikan agama Islam, dan hanya
sebagian kecil yang menyatakan tidak berusaha belajar sungguh-sungguh
untuk memperbaiki hasil ujian (1%).
20. Saya Malas Membaca Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 27
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
20 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
3
6
17
16
48
3%
7%
19%
18%
53%
Jumlah 90 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (53%) menyatakan tidak malas membaca buku pelajaran pendidikan
agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak tertarik
mendalaminya (3%).
21. Teman Memuji Saya Ketika Mendapat Nilai yang Baik
Tabel 28
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
54
21 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
15
25
18
8
15
18%
31%
23%
10%
18%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (31%) menyatakan mendapat pujian teman ketika mendapat nilai yang
baik, dan hanya sebagian kecil yang kurang mendapat pujian dari teman
ketika mendapat nilai yang baik (10%).
22. Orang Tua Saya Menasihati Saya Katika Mendapat Nilai yang
Rendah
Tabel 29
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
22 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
55
22
7
3
1
63%
25%
8%
3%
1%
Jumlah 88 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (63%) menyatakan mendapat nasihat dari orang tua ketika nilai
pelajaran pendidikan agama Islam rendah, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak mendapat nasihat orang tuanya (1%).
23. Orang Tua Memuji Saya Ketika Mendapatkan Nilai Ujian yang Baik
Tabel 30
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
23 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
42
22
9
4
2
53%
28%
11%
5%
3%
Jumlah 79 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (53%) menyatakan mendapat pujian dari orang tua ketika nilai
pelajaran baik, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak mendapat
pujian dari orang tuanya (3%).
55
24. Guru Membantu Membimbing Saya Ketika Mendapatkan Nilai
Rendah
Tabel 31
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
24 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
33
25
15
2
3
42%
32%
19%
3%
4%
Jumlah 78 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (42%) menyatakan guru membantu membimbing ketika nilai
pelajaran pendidikan agama Islam rendah, dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan tidak mendapat bimbingan guru (3%).
25. Teman-Teman Mengajak Saya Untuk Belajar Bersama Ketika Usai
Sekolah
Tabel 32
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi %
25 Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
21
15
15
9
15
28%
20%
20%
12%
20%
Jumlah 76 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (28%) menyatakan teman-teman mengajak untuk belajar bersama
ketika usai sekolah, dan hanya sebagian kecil yang menyatakan teman-
teman tidak mengajak belajar bersama (12%).
C. Interpretasi Data
Data yang diperoleh dari siswa dalam bentuk angket dan diolah alam bentuk
tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan prosentase dengan
menggunakan rumus:
× 100 %
Keterangan:
P = Prosentase Tiap Jawaban
56
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
Kemudian diinterpretasikan dengan mencari jumlah rata-rata prosentase yang
terdapat dalam tabel. Langkah ini digunakan untuk mengetahui motivasi siswa
pada pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 181 Jakarta Pusat.
Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar Siswa
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS TS
1 Saya bersemangat
mempelajari pelajaran PAI
53
(65%)
20
(25%)
7
(9%)
1
(1%)
2 Saya tertarik untuk
mendalami lebih lanjut
pelajaran pendidikan agama
Islam dengan banyak
membaca buku yang
berkaitan dengan ajaran
agma Islam
36
(40%)
34
(38%)
10
(12%)
8
(8%)
2
(2%)
3 Saya merasa bosan
mendengarkan penjelasan
guru tentang pelajaran PAI
2
(2%)
3
(3%)
9
(11%)
20
(24%)
50
(60%)
4 Saya merasa sulit untuk
mempelajari pelajaran PAI
3
(3%)
15
(17%)
22
(25%)
18
(20%)
31
(35%)
5 Saya bertanya kepada guru
tentang materi pelajaran
PAI yang sulit dimengerti
36
(46%)
29
(37%)
9
(11%)
5
(6%)
6 Guru memuji saya ketika
saya mendapat nilai yang
16 28 25 7 5
57
tinggi (20%) (35%) (31%) (9%) (5%)
7 Saya kurang memahami
beberapa materi yang ada
di mata pelajaran PAI
15
(17%)
17
(19%)
26
(29%)
23
(25%)
9
(!0%)
8 Saya sangat senang menulis
huruf-huruf Al-Qur’an
yang ada di buku PAI
43
(48%)
26
(29%)
14
(16%)
4
(5%)
2
(2%)
9 Saya kurang bersemangat
untuk membaca ayat-ayat
Al-Qur’an yang ada di
buku PAI
2
(2%)
7
(8%)
6
(7%)
21
(23%)
54
(60%)
10 Saya mengulas kembali
pelajaran PAI di rumah
22
(27%)
31
(38%)
16
(20%)
9
(11%)
3
(4%)
11 Saya bertanya kepada orang
tua tentang pelajaran PAI
yang belum saya mengerti
di rumah
31
(38%)
28
(35%0
12
(15%)
7
(9%)
3
(3%)
12 Saya bertanya kepada
teman yang lebih mengerti
tentang pelajaran PAI yang
belum saya pahami
26
(33%)
21
(27%)
17
(22%)
11
(14%)
3
(4%)
13 saya banyak mendapatkan
ilmu tentang PAI di luar
sekolah
28
(31%)
27
(32%)
13
(16%)
10
(11%)
9
(10%)
14 Saya mendapat nilai ujian
di atas KKM
40
(49%)
15
(18%)
20
(24%)
7
(9%)
15 Saya merasa belum siap
untuk mengikuti ujian mata
pelajaran PAI
5
(6%)
9
(12%)
8
(11%)
26
(33%)
20
(38%)
16 Saya dapat mengerjakan
tugas materi PAI dengan
tepat waktu
13
(17%)
32
(41%)
20
(26%)
10
(13%)
3
(3%)
17 Saya mencontek tugas
materi PAI dari teman
3
(3%)
6
(7%)
17
(19%)
22
(24%)
42
(47%)
58
18 Saya dapat mengerjakan
tugas materi PAI dengan
baik
21
(26%)
38
(47%)
18
(23%)
2
(3%)
1
(1%)
19
Saya berusaha belajar
sungguh-sungguh untuk
memperbaiki hasil ujian
45
(56%)
24
(30%)
9
(12%)
1
(1%)
1
(1%)
20
Saya malas membaca buku
pelajaran PAI
3
(3%)
6
(7%)
17
(19%)
16
(18%)
48
(53%)
21
Teman memuji saya ketika
mendapat nilai yang baik
15
(18%)
25
(31%)
18
(23%)
8
(10%
15
(18%)
22
Orang tua saya menasihati
saya ketika mendapat nilai
yang rendah
55
(63%)
22
(25%)
7
(8%)
3
(3%)
1
(1%)
23
Orang tua saya memuji
saya ketika mendapat nilai
yang bail
42
(53%)
22
(28%)
9
(11%)
4
(5%)
2
(3%)
24
Guru membantu
membimbing saya ketika
mendapat nilai rendah
33
(42%)
25
(32%)
15
(19%)
2
(3%)
1
(4%)
25
Teman-teman mengajak
saya untuk belajar bersama
ketika usai sekolah
21
(28%)
15
(20%)
15
(20%)
9
(12%)
15
(20%)
Total Prosentase
Rata-rata Prosentase
736%
29,4%
641%
25,6%
439%
17,5%
200%
8%
384%
15,3%
59
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa motivasi belajar siswa pada
pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhan jika dilihat dari jumlah total
prosentase yang dihasilkan yaitu 736% dan memiliki rata-rata 29,4% pada
pernyataan positif (sangat sesuai) terbilang cukup tinggi motivasi yang dimiliki
siswa. Dan jumlah prosentase terkecil dapat terlihat di sekitar pernyataan negatif
(kurang sesuai) yaitu berjumlah 200%, yang memiliki rata-rata prosentase 8%
artinya siswa yang kurang termotivasi sangat kecil dalam bidang atau mata
pelajaran ini.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat
mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam cukup
tinggi, hal ini mengacu pada hasil penelitian yang telah diakumulasikan
berdasarkan data atau jawaban responden, yakni mencapai rata-rata 29,4% pada
pernyataan positif.
2. Siswa yang kurang termotivasi dalam pelajaran pendidikan agama Islam
berdasarkan data atau jawaban responden, yakni mencapai rata-rata 8% pada
pernyataan negatif.
3. Sedangkan sisanya adalah siswa yang terbilang memiliki rata-rata motivasi
sedang, yakni sebesar 63%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, pemeliti memberikan saran kepada semua pihak
yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya di lingkungan SMP
Negeri 181 Jakarta Pusat.
1. Bagi guru Pendidikan Agama Islam, diharapkan lebih intensif dalam membimbing
siswa, khususnya pada siswa yang kurang termotivasi, tentu hal ini adalah
bertujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang sempurna.
2. Bagi siswa diharapkan agar selalu senang dalam belajar, cinta terhadap ilmu
pengetahuan di berbagai bidang, terutama bidang studi pendidikan agama Islam.
Dan memiliki sifat taat terhadap guru, disiplin serta dapat mengamalkan nilai-nilai
islam di masyarakat untuk mencapai keutamaan hidup di dunia dan di akhirat.
61
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 2006
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1998
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud, 2005
E. Slavin, Robert, Psikologi Pendidikan; Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Indeks, 2008
Fatihah, Ipah,. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009
Hendriansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi, Jakarta: Salemba
Humanika, 2015
Majid, Abdul: Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan
Implmentasi Kurikulum 2004), Bandung: Remaja Rodakarya, 2006
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Munir, A. Warson, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah
Keagamaan, 1984
Nazir, Moh. Metode Penelitian (Darussalam: Ghalia Indonesia, 1983
Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
S. Sabarguna, Boy. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI Press, 2005
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006
Solicha, Fadhillah Suralaga, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2010
Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
62
Suyanto, Bagong dkk, Metode Penelitian Sosial: Berbaagi Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008
Syaifudin Dkk, Pedoman Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, 2010
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Rosdakarya, 2005
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Widiastuti, Hartati, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, Jakarta: PT. Indeks, 2009
Wirartha, I Made, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Andi Offset, 2006