muhamad alhadi haq 04071001015

Upload: oeoe26

Post on 05-Oct-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Teori dasar halusinasi :

Topological theories

Menjelaskan bahwa halusinasi timbul akibat ketidak-normalan aktivitas otak. Sebagai contoh, pada halusinasi auditori terjadi aktivasi abnormal pada regio visual dan auditori otak. Stimulasi elektrik juga dapat menimbulkan keabnormalan aktivotas otak seperti yang terjadi pada evaluasi presurgical pada pasien epilepsy.

Hodological theories

Teori ini menekankan bahwa halusinasi dapat timbul akibat perubahan/ gangguan pada jalur koneksi antar region otak. Sebagai contoh, pada pasien schizophrenia studi brain imaging menemukan perubahan dan gangguan pada aktivitas di jalur koneksi pada lobus frontalis dan temporalis.

Ffytche hypothesis

Ffytche menyimpulkan bahwa halusinasi tidak dapat timbul melalui mekanisme hodological atau topological yang berdiri sendiri, halusinasi dapat timbul bila terdapat kombinasi antara kedua teori itu.

Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan mental pasien. Sebagai contoh, command hallucination merupakan bentuk perwujudan isi hati dan ketakutan pasien ketika bersosialisasi, sifat over-sensitive terhadap tanggapan orang lain yang belum tentu negative dan kecendrungan untuk menyalahkan diri sendiri akan kegagalannya dalam bergaul.

Suara serta jenis kata-kata yang muncul pada saat halusinasi diduga ditentukan oleh memory pasien, segala macam memori kejadian, memori suara yang pernah didengar pasien ter-recall kembali pada saat serangan.

Namun jenis command yang muncul dapat juga diciptakan oleh pasien sendiri tanpa adanya suatu memori command tersebut.

I. Faktor predisposisi (Stuart)

Biologis:

a) Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).

Psikologis :Keluarga, pengasuh dan lingkungan. Sosial Budaya :kemiskinan, konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

2.Faktor Presipitasi BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

Stress lingkungan Sumber kopingJenis halusinasi

Halusinasi pendengaran Halusinasi penglihatan Halusinasi penghidu Halusinasi pengecapan Halusinasi haptik Halusinasi nyeri KinistetikContoh gejala-gejala khas halusinasi

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

Gerakan mata abnormal. Respon verbal yang lambat. Diam. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

dll

tahap halusinasi

Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Fase II : Klien mulai lepas kendali. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Kondisi klien sangat membahayakan.