mukokel dari kavitas rongga mulut
TRANSCRIPT
Mukokel pada kavitas rongga mulut: Sebuah serial kasus yang luas (1994-2008) dan
tinjauan literatur
Asbtrak
Tujuan: Mengevaluasi data pasien yang terkena mukokel rongga mulut, yang
diperiksa di bagian Oral Medicine dan Patologi, Universitas Milan, antara Januari
1994 hingga Desember 2008.
Disain penelitian: Merangkum tinjauan mengenai mukokel rongga mulut dan analisis
data-data klinis pasien yang menjalani biopsi eksisional (usia pasien, riwayat medis,
diagnosis, tanggal dan daerah biopsi, diagnosis histopatologis, dan rekurensi jika
terjadi).
Hasil: Selama periode Juni 1994-Desember 2008, ditemukan 158 mukokel (93 laki-
laki dan 65 perempuan), dengan daerah yang paling sering terkena adalah bibir bawah
(53%) (p=0.001 dengan uji Fisher). Rerata usia pasien adalah 31.9 tahun, dengan
puncak terjadinya pada empat dekade pertama kehidupan (75%).
Kesimpulan: Mukokel merupakan lesi yang umum ditemukan dalam layanan ilmu
penyakit mulut, terutama melibatkan individu muda dan pada bibir bawah.
Kata kunci: mukokel, ranula, perawatan.
Pendahuluan
Mukokel, salah satu dari massa non ganas yang paling umum dari kavitas
rongga mulut, mungkin merupakan penyakit paling umum dari glandula salivarius
asesoris (minor). Mukokel mengenai baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
kelompok usia, dengan puncak usia insidensi antara 10 hingga 29 tahun. Namun, hal
tersebut mungkin tidak akurat karena sifat asimptomatik dari mukokel tidak selalu
mendorong pasien untuk mencari perawatan medis.
Penelitian ini menampilkan tinjauan singkat mengenai mukokel rongga mulut
dan melaporkan pengalaman klinis dari bagian Oral Medicine and Pathology,
Universitas Milan dalam merawat kasus mukokel dari 1994 hingga 2008.
Bahan dan metode
Untuk penelitian ini, kami mempertimbangkan rekam klinis dari 3.427 orang
pasien yang menjalani biopsi rongga mulut untuk tujuan diagnostik di bagian Oral
Medicine and Pathology pada Universitas Milan antara Januari 1994 hingga
Desember 2008. Dalam rekam klinis, berikut data yang dipertimbangkan:
- Diagnosis klinis
- Riwayat medis
- Waktu biopsi
- Usia pasien
- Daerah biopsi
- Diagnosis histopatologis
- Rekurensi (jika terjadi)
Untuk beberapa pasien, kami tidak mampu untuk menemukan informasi yang
dibutuhkan. Dalam kasus rekurensi, rekam klinis dianalisa untuk menentukan jika lesi
terjadi pada daerah yang sama dan untuk mempertimbangkan apakah lesi tersebut
merupakan rekurensi atau mukokel lain yang mengenai pasien yang sama.
Data mengenai usia dan daerah onset pasien dengan mukokel dibandingkan
dengan jumlah total biopsi yang dilakukan pada bagian yang sama selama periode
penelitian. Selain itu, hasil kami dibandingkan dengan data yang dilaporkan dalam
literatur internasional.
Hasil
Dari 3.427 biopsi, 158 adalah mukokel: 93 adalah pada laki-laki (59%) dan 65
perempuan (41%). Untuk lokasi mukokel, 84 (53%) melibatkan bibir bawah, 8 (5%)
pada dasar mulut, 6 (4%) pipi, 3 (2%) bibir atas, 1 (1%) palatum, dan 1 (1%)
permukaan ventral dari lidah. Dari biopsi, 155 adalah dari bibir bawah, 22 bibir atas,
49 permukaan ventral lidah, 631 pipi, 148 palatum, dan 71 dasar mulut. Mukokel
secara signifikan terlihat berkembang lebih sering pada bibir bawah (p=0.0001
melalui uji Fisher) dibandingkan dengan lokasi lain (Gbr 1).
Pasien dengan mukokel adalah antara 6 hingga 85 tahun, dengan rerata 31.9
tahun. Pemeriksaan distribusi lesi berdasarkan usia, mukokel paling umum terjadi
pada pasien pada empat dekade pertama kehidupan (75%).
Pada pemeriksaan distribusi lesi setiap bulan dalam setahun, tidak ada
perbedaan yang ditemukan.
Enam rekurensi dilaporkan pada enam pasien. Waktu antara dua eksisi bedah
berkisar dari 20 hari hingga 6 tahun. Pada satu kasus, lesi melibatkan dasar rongga
mulut dan dipertimbangkan merupakan ranula.
Pasien yang menjalani biopsi selama periode penelitian adalah berusia antara
3 dan 100 tahun, dengan rerata usia 54.7 tahun. Membandingkan rerata usia dari
pasien dengan mukokel (31.9 tahun), perbedaannya adalah signifikan (p=0.0001
dengan uji t). Mempertimbangkan biopsi dan usia (Gbr. 2), pasien yang menjalani
biopsi pada bagian Oral Medicine and Pathology ini adalah antara 41 hingga 70
tahun.
Definisi dan etiopatogenesis
Mukokel merupakan kavitas yang diisi oleh mucus dan dibatasi oleh epitel
atau ditutupi oleh jaringan granulasi.
Ranula dianggap sebagai varian dari mukokel yang muncul pada dasar rongga
mulut. Nama tersebut berasal dari pembengkakan khas yang mirip dengan kantong
udara katak.
Kista ekstravasasi
Mukokel dapat diklasifikasikan menjadi kistra ekstravasasi atau retensi.
Mukokel sebagian besar disebabkan oleh ekstravasasi dari mucus yang diikuti dengan
trauma dari duktus glandula salivarius. Trauma pada duktus ekskretori dari glandula
salivarius minor dapat menyebabkan pecahnya duktus, menimbulkan ekstravasasi dan
akumulasi saliva pada jaringan konektif di sekelilingnya dan reaksi inflamasi. Kista
ekstravasasi merupakan daerah tidak terbatas yang dikelilingi oleh jaringan granulasi
yang mengandung kumpulan dari mucus ekstravasasi (yaitu pseudocyst). Beberapa
penelitian pada hewan menunjukkan hubungan antara trauma dan pembentukan
mukokel salivarius. Hubungan ini juga terlihat pada manusia.
Anak-anak dan remaja adalah yang paling sering terkena mukokel.
Bibir bawah merupakan daerah yang paling sering terkena mukokel, dimana
terjadi 60-80%. Daerah khas lainnya adalah: pipi, permukaan ventral lidah, dasar
rongga mulut, dan daerah retromolar pad.
Kista retensi
Kista retensi disebabkan oleh obstruski ductal yang disebabkan oleh
sialolithiasis, bekas luka periductal atau tumor invasif. Penyempitan pembukaan
ductal tidak memungkinkan aliran saliva yang adekuat, yang kemudian berlanjut
menjadi pembesaran ductal yang tampak sebagai pembengkakan mukosa. Obstruksi
ductal juga dapat menyebabkan pembesaran glandula salivarius.
Kista retensi, lebih jarang terjadi dibandingkan kista ekstravasasi, biasanya
mengenai pasien yang berusia lebih tua dan jarang ditemukan pada bibir bawah.
Daerah yang paling sering adalah: bibir atas, palatum, pipi, dasar rongga mulut, dan
sinus maksilaris.
Penyempitan ductal dapat terjadi pada pasien yang sering berkumur dengan
hidrogen peroksida, obat kumur penghilang bau mulut, atau cairan anti plak, yang
dapat sangat mengiritasi. Pasta gigi pengontrol tartar juga dapat menjadi penyebab
iritasi.
Kista retensi tampak serupa dengan kista ekstravasasi. Kista ini dibatasi oleh
epitel duktus, dimana dapat berupa lapisan pseudo dengan sel-sel kolumnar atau
cuboidal. Kavitas kista mengandung sel-sel mucus atau fragmen sialolithiasis, dan
jaringan konektif kista mengalami inflamasi ringan.
Aspek klinis
Mukokel terlihat lunak, lembut, pembengkakan tanpa rasa nyeri, dengan
warna mulai dari biru gelap hingga warna normal dari mukosa rongga mulut (pink)
(Gambar 3). Warna biru gelap disebabkan dari sianosis jaringan dan penyumbatan
vaskular yang berhubungan dengan meregangnya jaringan dan sifat translusen dari
akumulasi cairan di bawahnya. Penurunan dalam ukuran dapat diikuti dengan
pecahnya lesi dan kemudian akumulasi mucin atau reabsorpsi deposit saliva.
Peningkatan dalam produksi saliva dapat menyebabkan lesi terbentuk kembali.
Mukokel jarang menyebabkan masalah yang signifikan. Rasa tidak nyaman,
gangguan berbicara, mengunyah, menelan, dan pembengkakan eksternal dapat terjadi
bergantung pada ukuran dan lokasi mukokel.
Diagnosis
Riwayat kasus dan pemeriksaan objektif dari lesi penting dalam mendiagnosa
mukokel dengan tepat.
Pada kasus tertentu, diagnosis mungkin membutuhkan radiografi biasa,
ultrasonografi, ataupun metode diagnosis yang maju [computed tomography (CT) dan
magnetic resonance imaging (MRI)] untuk visualisasi yang lebih baik dari bentuk,
diameter, posisi lesi sehubungan dengan organ yang berdekatan.
Ultrasonografi menunjukkan mukokel sebagai massa cystic yang kadang-
kadang mengandung proses fibrillar yang dihasilkan oleh fibroblast yang terlihat
dalam jumlah minimal dalam area mucinous (septa).
Aspirasi dengan jarum yang kecil merupakan teknik diagnostik yang berguna
untuk mengevaluasi pasien dengan nodul dan pembesaran glandula salivarius.
Membedakan antara mukokel dengan lesi vaskular pre-operatif sangatlah penting
karena angioma yang luas yang disalahartikan sebagai mukokel dapat menyebabkan
perdarahan hebat jika diangkat.
Perawatan
Pendekatan bedah untuk mukokel dan ranula merupakan perawatan paling
umum dan bergantung pada berbagai faktor: ukuran lesi adalah yang terpenting.
Terdapat tiga pendekatan bedah yang memungkinkan dalam penanganan mukokel
bibir, pipi, dan palatum:
1) Eksisi secara keseluruhan
2) Marsupialisasi
3) Diseksi
Lesi dapat dieksisi secara penuh atau dirawat dengan prosedur unroofing
(marsupialisasi) karena eksisi atau diseksi dapat berisiko terhadap struktur vital
seperti cabang labial dari nervus mentale. Teknik ini juga dapat digunakan ketika
merawat mukokel yang mengenai palatum, karena akses bedah dapat menimbulkan
masalah. Diseksi mukokel bersama dengan glandula mucus. Literatur memiliki
banyak artikel yang membandingkan teknik-teknik yang berbeda, tetapi tidak ada
perawatan spesifik atau ideal yang direkomendasikan untuk ranula sublingual.
Metode yang paling dapat diprediksi dari penanganan ranula adalah mengangkat
glandula sublingual yang berhubungan karena hal ini jarang menyebabkan rekurensi
(sekitar 1%), bahkan jikakalau bersifat sangat invasif.
Karena ranula dapat sembuh secara spontan, terutama pada pasien pediatrik,
Pandit dan Park menganjurkan observasi lesi selama 5 bulan sebelum ditangani
dengan perawatan bedah karena ini merupakan waktu yang adekuat untuk
penyembuhan lesi secara spontan. Insisi sederhana dengan drainase lanjutan dari
kavitas tidak berhasil pada 100% kasus. Takimoto dkk mengemukakan injeksi fibrin
glue ke dalam ruang kista dari ranula setelah dikeluarkan dengan aspirasi; karena hal
ini mencegah rusaknya dinding kista selama bedah dan menyederhanakan prosedur
bedah dengan garis besar area yang jelas dan menggambarkan secara tajam dinding
yang tipis. Untuk mengurangi risiko rekurensi dengan marsupialisasi, teknik ini
sering digunakan. Labih lanjut, saat ini proses dengan marsupialisasi yang
dihubungkan dengan penggunaan iodoform gauze packing lebih dipilih, sebuah
metode yang mencegah penutupan dini dari kavitas; jika dibiarkan selama 7 hingga
10 hari, gauze memungkinkan kista untuk bereksfoliasi secara alami. Penelitian
retrospektif melaporkan masalah dan rekurensi pada pasien dengan ranula. Hasilnya
ditampilkan pada Tabel 1.
Cryosurgery merupakan metode efektif lainnya. Prosedur menggunakan gas
cryoprobe dengan round tip diameter 10 mm. Bonder dan Tal (1991) melakukan tiga
aplikasi pada daerah yang sama dalam satu waktu tanpa membutuhkan anastesi lokal.
Cryodose yang dipilih untuk setiap aplikasi adalah 30 detik pada -81°C diikuti
dengan sekitar 1 menit pencairan. Masalah yang dapat timbul meliputi potensi
kerusakan terhadap nervus lingual dan duktus submandibula.
Laser karbondioksida (CO2) telah berhasil digunakan dalam merawat
berbagai patologi jaringan lunak dalam rongga mulut dan bedah maksilofasial.
Kelebihan yang dilaporkan meliputi daerah operasi tanpa darah, insisi yang akurat,
pembedahan yang mudah. Pembengkakan post-operative berkurang, dan bekas luka
yang minimal pada jaringan. Tidak ada komplikasi khusus pada periode post-
operative dan tidak terlihat adanya episode perdarahan. Kelebihan lain adalah
berkurangnya edema dan nyeri post-operative. Dari perspektif estetik dan fungsional,
hasil dari laser CO2 adalah memuaskan.
Sclerosing agent OK-432 (Picibanil: Chugai Pharmaceutical, Tokyo< jepang)
adalah campuran lyophilized dari strain virulensi rendah Streptococcus pyogenes
yang diinkubasi dengan benzylpenicillin. Injeksi intra lesi tunggal, didahului dengan
aspirasi cairan kista, menyebabkan rusaknya pseudocyst atau dinding kista dan
memicu reaksi inflamasi parah dari dinding yang mengakibatkan fibrosis, dimana
menutup kebocoran pada glandula yang perforasi dan mencegah ekstravasasi mucus
lebih lanjut. Hasilnya adalah atrofi acinar dan penyembuhan. Hanya sedikit artikel
dalam literatur ilmiah internasional yang menggambarkan metode ini (Tabel 2). Efek
samping dari OK-432 melipti shock (0.05%), demam persisten (21.9%), dan gejala
inflamasi lokal.
Kesimpulan
Dalam serial kasus ini, tidak ada perbedaan jenis kelamin yang ditemukan
dalam insidensi mukokel, seperti yang dilaporkan pula oleh Baurmash dan lainnya.
Menurut usia onset, pasien yang berusia di bawah 40 tahun adalah yang paling sering
terkena, dimana sejalan dengan laporan insidensi puncak antara 10 hingga 39 tahun.
Tidak ada penelitian sebelumnya yang melaporkan insidensi musiman, demikian pula
dengan hasil penelitian kami.
Namun, penelitian kami memiliki keterbatasan, sebagaimana halnya semua
penelitian retrospektif. Sebagai contoh, menentukan lokasi mukokel pada 55 pasien
terbukti tidak mungkin karena data klinis adalah missing atau lokasi tidak diberikan
dalam laporan histopatologi. Pada pasien yang berusia lebih muda, menghubungkan
trauma yang mungkin terjadi dengan perawatan ortodontik tidak memungkinkan
karena data yang missing. Selain itu, dimensi mukokel juga sering tidak dilaporkan.
Pada rekam yang dianalisa, perbedaan antara kista retensi dan ekstravasasi
adalah tidak spesifik. Oleh karena itu, estimasi insidensi kista retensi dan ekstravasasi
pada pasien kami, tidak dapat dicapai.
Dalam literatur, perawatan yang berbeda dilaporkan berdasarkan ukuran lesi.
Dalam serial kami, kami hanya menggunakan eksisi bedah karena kami merawat
terutama lesi berukuran kecil hingga sedang. Lebih lanjut, kami menemukan tidak
ada data yang dilaporkan mengenai frekuensi rekurensi dari mukokel. Oleh karena
itu, kami tidak dapat membandingkan tingkat rekurensi yang kami peroleh (3.95%
pada 152 pasien antara 1994 hingga 2008) dengan penelitian lainnya yang telah
dipublikasi.
Keterangan gambar:
Gambar1. Grafik mengenai distribusi biopsi mukokel dan biopsi lainnya berdasarkan
lokasi eksisi bedah
Gambar 2. Grafik mengenai distribusi mukokel dan biosi lainnya berdasarkan usia
Gambar 3. Mukokel translusen yang khas pada mukosa bibir bwah.
Mukokel pada pasien pediatrik: Analisis pada 36 orang anak
Abstrak
Mukokel merupakan lesi jinak yang umum ditemukan pada kavitas rongga mulut
yang berkembang setelah ekstravasasi atau retensi dari bahan mucus dari glandula
salivarius mayor dan minor. Sebagian besar serial kasus melaporkan insidensi yang
lebih tinggi dari mukokel pada pasien muda tetapi belum ada penelitian untuk
kelompok usia ini. Dilakukan peninjauan terhadap catatan dari 104 pasien yang
menderita mukokel yang menjalani pembedahan di Oral Diseases Clinic pada
Department of Dermatology, University of Sao Paulo, Brazil, antara 1991 hingga
2006. Dari jumlah tersebut, 36 orang (34.6%) adalah berusia 15 tahun atau lebih
muda, dan yang termuda berusia 2 tahun. Sebanyak 26 pasien adalah perempuan, 10
orang adalah laki-laki. Lokasi lesi adalah pada mukosa labial bawah (30 pasien),
lidah (3), dasar mulut (1), mukosa bukal (1) dan satu pasien dengan lokasi yang tidak
diketahui. Histopatologi menunjukkan pola ekstravasasi pada 35 pasien dan pola
retensi pada 1 pasien. Dari subjenis mukokel yang berbeda, lesi lidah (mukokel dari
glandula Blandin-Nuhn) tampak lebih sering dan mukokel retensi terlihat sangat
jarang pada anak-anak.
Glandula salivarius minor ditemukan pada sebagian besar bagian dari kavitas
rongga mulut, kecuali gingiva. Mukokel merupakan massa jaringan lunak yang
disebabkan dari retensi atau ekstravasasi dari mucus pada jaringan di sekeliling
lamina propria. Pertumbuhan jinak ini dipercaya berasal dari traumatik. Mucus
merupakan produk dari sekresi glandula salivarius minor dan glandula sublingual.
Mukokel lebih umum tampak sebagai nodul kebiruan translusen yang muncul pada
mukosa labial bawah (Gambar 1), Tetapi regio lainnya dapat jarang terinfeksi. Istilah
“ranula” diberikan untuk mukokel yang terletak pada dasar rongga mulut. Lesi
tersebut hampir selalu berasal pada badan glandula sublingual dan tidak sering pada
duktus Rivini (glandula sublingual) atau duktus Warthon (glandula submandibula).
Jenis histopatologi dari mukokel umumnya meliputi ekstravasasi dan lebih jarang
merupakan jenis retensi. Mukokel ekstravasasi terdiri atas jaringan granulasi yang
dikelilingi oleh jaringan konektif dengan beragam inflamasi. Jaringan glandula
salivarius sering ditemukan dalam daerah sekitarnya. Adanya sialomucin merupakan
diagnostik. Pada jenis retensi (juga disebut kista duktus saliva) mengandung mukcus
yang dibatasi oleh columnar atau cuboidal ductal epithelium. Di luar fibroma iritasi,
mukokel merupakan lesi jaringan lunak yang paling umum dari kavitas rongga mulut.
Mukokel dipercaya muncul pada kedua jenis kelamin dan mengenai pasien
dari semua usia, dengan insidensi tertinggi pada dekade kedua kehidupan. Meskipun
sering pada anak-anak dan remaja, belum ada penelitian yang dilakukan mengenai
mukokel pada populasi spesifik ini. Penelitian kami menunjukan hasil penelitian
klinis dan histopatologis dari mukokel pada pasien pediatrik yang disobservasi
selama periode 16 tahun pada Oral Diseases Clinic dari Department of Dermatology,
University of Sao Paulo Brazil.
Metode
Data klinis dan histopatologis diperoleh dari rekam pasien yang menunjukkan
mukokel yang diperiksa dan dirawat secara bedah di Oral Diseases Clinic pada
Department of Dermatology, University of Sao Paulo, antara 1991 hingga 2006.
Pasien dengan usia hingga 15 tahun pada saat melakukan bedah mukokel, dilibatkan.
Gambaran klinis dianalisa meliputi jenis kelamin, usia, dan lokasi lesi. Slide
histopatologi dari lesi yang dieksisi diberi pewarnaan dengan hematoxylin dan eosin,
dan stain histokimia dari acid-Schiff periodic dan alcian blue, yang ditinjau oleh dua
orang peneliti. Analisis histopatologi berfokus pada klasifikasi lesi ke dalam mukokel
“ekstravasasi” dan “retensi”.
Hasil
Selama periode antara 1991 hingga 2006, 104 orang pasien dengan mukokel,
dirawat dalam layanan kami. Usia bervariasi dari 2 hingga 70 tahun. Data pasien di
bawah 15 tahun diilustrasikan pada Tabel 1. Sebanyak 36 pasien berusia 15 tahun
atau lebih muda (34.6%), 68 pasien (65.4%) berusia lebih tua. Dari 36 orang pasien
pediatrik, 26 adalah perempuan (72.2%) dan 10 orang adalah laki-laki (27.8%).
Mukokel tampak pada mukosa labial bawah (30 pasien, 83.3%), aspek ventral dari
ujung lidah (3, 8.3%), dasar mulut (1, 2.7%), mukosa bukal (1, 8.3%), dan lokasi lesi
pada satu orang pasien tidak dicatat (3.7%). Gambar 1A dan 1 B mengilustrasikan
lokasi mukokel pada mukosa labial bawah dan pada permukaan ventral lidah.
Histopatologi dari lesi yang dieksisi menunjukkan pola mukokel ekstravasasi
pada 35 orang pasien. Aspek histopatologi dari lesi tersebut berkisar dari inflamasi
akut disertai dengan kumpulan mucus, hingga pola lesi mature dengan sedikit mucus
dan fibrosis jaringan konektif. Dalam kebanyakan kasus, ditemukan infiltrasi
inflamatori campuran yang kaya akan makrofag foamy dan kapsul fibrous tebal yang
mengelilingi kumpulan mucus. Mukokel retensi (kista duktus salivarius) didiagnosa
pada satu orang pasien. Lesi ini terletak pada mukosa labial bawah.
Diskusi
Mukokel merupakan lesi rongga mulut jinak yang umum terjadi dan beberapa
serial kasus telah mendiskusikan subjek. Pasien muda terlihat memiliki mukokel lebih
umum dibandingkan pasien yang lebih tua, tetapi tidak ada serial yang dipublikasikan
mengenai populasi pediatrik secara spesifik. Yamasoba dkk melaporkan 70 orang
pasien dengan mukokel mukosa labial bawah yang berusia antara 2 hingga 63 tahun,
dimana 70% dari pasien berusia di bawah 20 tahun. Oliveira dkk melaporkan 112
orang pasien, 62% berusia di bawah 20 tahun. Dalam serial kasus kami pada 104
orang pasien, 52 berusia di bawah 20 tahun (50%) dan 36 pasien (34.6%) berusia di
bawah 15 tahun. Dari jumlah tersebut, 22 orang berusia di bawah 10 tahun. Hasil
penelitian ini dapat memiliki beberapa arti penting dalam menyiapkan pasien tersebut
untuk pembedahan: pasien yang berusia lebih mudah mungkin membutuhkan
tindakan tambahan seperti anastesi dan sedasi.
Sebagian besar serial kasus dari pasien memiliki distribusi antara jenis
kelamin. Kami mencatat insidensi mukokel yang lebih tinggi pada anak perempuan,
yaitu 26 perempuan (72.2%) dan 10 orang laki-laki-laki.
Mukokel diketahui lebih umum timbul pada mukosa labial bawah. Harrison
meneliti 400 pasien dengan mukokel, dan lesi tersebut berlokasi sebagian besar pada
daerah tersebut. Yamasoba dkk meneliti 70 mukokel mukosa labial bawah, hal
tersebut mewakili 75% dari total lesi. Jimbu dkk melaporkan 263 kasus, dimana 205
(77.9%) pada mukosa labial bawah. Pada pasien pediatrik, proporsi tersebut tampak
diulang, dimana kami menemukan 30 lesi (83.3%) pada mukosa labial bawah.
Mukokel yang muncul pada permukaan ventral lidah disebut sebagai mukokel
dari glandula Blandin-Nuhn. Glandula tersebut terletak dekat dengan ujung ventral
lidah dan tersusun dalam massa dengan bentuk tapal kuda., yang melekat pada otot-
otot dari aspek ventral dekat dengan garis tengah. Mukokel dari glandula Blandin-
Nuhn jarang terjadi. Jinbu dkk melaporkan 26 kasus (9.9%) pada 263 orang pasien
dari segala usia. Dari 26 orang pasien tersebut, 13 orang berusia 15 tahun atau lebih
muda dan tidak ada yang berusia lebih dari 36 tahun. Harrison mengemukakan dari
400 mukokel, hanya 9 yang timbul dari glandula salivarius lidah. Kami menemukan
tiga pasien dengan mukokel dari glandula Blandin-Nuhn pada 36 orang pasien
pediatrik kami, yaitu berusia 9, 12, dan 14 tahun. Hanya dua mukokel lidah lainnya
yang ditemukan pada 68 pasien non pediatrik kami, dimana keduanya berusia 19
tahun. Mukokel dari glandula Blandin-Nuhn lebih sering terjadi pada individu muda.
Satu mukokel (2.7%) terletak pada dasar mulut dan didiagnosa sebagai ranula.
Lesi tersebut penting pada populasi pediatrik karena harus dibedakan dengan kondisi
yang lebih dalam dan serius, misalnya kista dermoid, hemangioma, dan cystic
higroma dari dasar mulut.
Histopatologi menunjukkan mukokel ekstravasasi pada 35 dari 36 orang
pasien kami. Harrisson melaporkan bahwa pada pasien yang lebih muda, mukokel
yang paling umum adalah mukokel ekstravasasi. Jimbu dkk menghipotesiskan bahwa
trauma mekanis dapat menjadi lebih jelas pada pasien muda, mendukung terjadinya
mukokel ekstravasasi (yang dianggap sebagai akibat dari traumatik), sedangkan
mukokel retensi (kista duktus saliva) adalah lebih sering ditemukan pada pasien yang
lebih tua dan jarang pada bibir bawah. Yamasoba dkk meneliti 70 mukokel mukosa
labial bawah, dan hanya dua yang merupakan tipe retensi. Pasien dalam penelitian
kami yang menunjukkan aspek histopatologi mukokel retensi adalah pada satu orang
anak perempuan berusia 2 tahun. Hal ini dapat menunjukkan malformasi kista
dibandingkan kista retensi yang disebabkan oleh obstruksi.
Mukokel paling baik dirawat dengan eksisi, diikuti dengan diseksi yang
seksama dari glandula saliva minor yang terlibat. Berbagai teknik telah tersedia dan
sebagian besar bergantung pada ukuran dan lokasi lesi dalam kavitas rongga mulut.
Variasi tesebut didiskusikan secara menyeluruh di artikel lainnya.
Mukokel pada anak-anak tidak jarang terjadi. Lesi tersebut mungkin diinduksi
oleh trauma lokal, meskipun sebagian besar dari pasien kami atau relatif dari mereka
tidak dapat mengingat kembali mengenai episode trauma ketika ditanyai. Laporan ini
mengemukakan gambaran klinis dan histopatologis dari mukokel pada populasi
pasien pada bagian dermatologi Universitas Sao Paulo. Serial yang dilaporkan dalam
layanan dental atau oral medicine dapat menekankan gambaran yang berbeda dan
hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian lain sebelumnya yang telah
dipublikasikan.
Keterangan gambar dan tabel:
Gambar 1. Contoh klinis dan histopatologis dari mukokel yang diperiksa. (A)
Mukohel translusen yang khas pada mukosa bibir bawah (pasien 4). (B) Mukokel dari
glandula Blandin-Nuhn (pasien 29). (C) mukokel ekstravasasi: bahan mucus
dikelilingi oleh psedo-capsule. Perhatikan ductus saliva di sekelilingnya (pasien 4)
(hematoxylin dan eosin, pembesaran asli x150). (D) mukokel ekstravasasi, detail –
pseudo-capsule fibrous sebagian besar dikelilingi oleh berbagai histiocytes dan
makrofag foamy (pasien 4) (hematocxylin dan eosin, pembesaran asli x250). (E)
Mukokel retensi – mucus dibatasi oleh sebuah kapsul epitel (pasien 1) (hematoxylin
dan eosin, pembesaran asli x150). (F) Mukokel retensi, detail. Kapsul tersusun dari
sel-sel cuboidal eosinofilil (pasien 1) (hematoxylin dan eosin, pembesaran x 400).
Tabel 1. Pasien pediatrik dengan mukokel
Lokasi Usia (tahun) dan jenis kelamin pasien
Bibir bawah
Lidah
Mukosa bukal
Dasar mulut
Tidak diketahui
f, perempuan; m, laki-laki
*Mukokel retensi pada histopatologi