mutu sirup glukosa (bpom)
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pisang
Kata pisang berasal dari bahasa Arab. Menurut Linneus pisang dimasukkan ke
dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, yaitu
seorang dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang menganjurkan untuk
memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang disebut sebagai Musa
paradisiacal .
Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar
agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis.
Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya adalah: Brasilia, Filipina,
Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela,
dan Hawai. Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia. Di
Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50 persen produksi
pisang Asia berasal dari Indonesia. Sentra produksi pisang di Indonesia adalah: Jawa
Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati,
Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur
(Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung),
Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI,
OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali
dan Nusa Tenggara Barat (wikipedia, 2010).
Tanaman Serbaguna Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia,
terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai
upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu
melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi
tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di
Indonesia. Pisang tidak mengenal musim panen, dapat berbuah setiap saat. Hasilnya
dapat mencapai 1 - 17 sisir setiap tandan atau 4 - 40 Kg per tandan, tergantung jenisnya.
Dalam satu tandan pisang tanduk terdapat 1 - 7 sisir, sedangkan pada pisang
ambon 7 - 17 sisir. Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah terlebih dahulu. Pasar
pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat kita mengkonsumsi
pisang.
Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis
sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan
mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.
Pisang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu dan sakit pada
persendian, mengurangi gejala radang sendi. Pisang merupakan makanan kaya kalium,
penurun tekanan darah, mengurangi resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan
stroke.
2.2 Jenis-jenis pisang
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas
tiga macam, yaitu :
1. Pisang serat (noe. Musa texstiles)
Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak diambil buahnya tetapi diambil
seratnya. Pada awal abad 16, pigatotta menerangkan bahwa penduduk asli daerah cebu,
Filipina, memanfaatkan serat pisang manila ini untuk bahan pakaian. Karenanya pisang
ini dinamakan musa tekstilis.
2. Pisang hias (heliconia indica lamek)
Pisang hias juga tidak diambil buahnya. Tumbuhan ini memang bagus sekali ditanam
dimuka rumah sebagai hiasan. Pisang ini diperbanyak dengan mengggunakan anaknya.
Pisang hias dibagi 2 yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut pisang kipas karena
bentuknya seperti kipas. Nama lain pisang kipas adalah pisang madagaskar (diduga
berasal dari daerah madagaskar). Sedang pisang-pisangan berbatang semu yang kecil-
kecil dan tumbuh berumpun indah ditanam dimuka rumah karena bentuknya kecil
3. Pisang buah (musa paradisiacal L.)
Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi bagi kita karena banyak ditemui. Pisang
buah dapat dibedakan menjadi 4 golongan. Golongan pertama adalah yang dapat dimakan
langsung setelah masak, misalnya pisang kepok, pisang jus susu, pisang hijau, pisang
emas, pisang raja, dan sebagainya. Golongan kedua dapat dimakan setelah diolah terlebih
dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang oli, pisang kapas, pisang bangkahulu, dan
sebagainya. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak
maupun diolah dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja. Sedangkan golongan
keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah. Pisang ini adalah
pisang kelutuk (pisang batu) biasanya pisang ini dibuat rujak sewaktu masih muda.
2.3 Karakteristik pisang Raja
Pisang jenis ini tangkai buahnya terdiri atas 6 sisir yang masing-masing terdiri 15
buah. Berat 1 buah pisang sekitar 92 g dengan panjang 12-18 cm dan diameter 3,2 cm.
bentuk buahnya melengkung dengan bagian pangkal bulat. Warna daging buahnya
kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya nyata dengan tekstul kasar. Rasanya
manis. Lama tanaman berbunga sejak anakan adalah 14 bulan.
Komposisi pisang raja dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 komposisi pisang raja
Komponen % berat
Karbohidrat
Protein
Kadar air
Lemak
Vitamin
31,8%
1,2%
65,8%
0,2%
1.0 %
Sumber : Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI, 1979
2.4 Gula- gula karbohidrat
Pada umunya gula karbohidrat dibagi 3 kelompok:
1. Monosakarida
2. Disakarida
3. Polisakarida
1. Monosakarida(C6H12O6)
Monosakarida merupakan karbohidrat dalam bentuk gula sederhana. Sebagaimana
disakarida, monosakarida berasa manis, larut air, dan bersifat kristalin. Monosakarida
digolongkan berdasarkan jumlah atom karbon yang dikandungnya (triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa, dan heptosa) dan gugus aktifnya, yang bisa berupa aldehida atau keton.
Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan ketotriosa (wikipedia, 2010).
Selanjutnya, tiap atom karbon yang mengikat gugus hidroksil (kecuali pada kedua
ujungnya) bersifat optik aktif, sehingga menghasilkan beberapa karbohidrat yang
berlainan meskipun struktur dasarnya sama. disusun berlainan. Monosakarida meliputi
glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan lain-lain.
Gambar 2.1 Fruktosa, salah satu jenis monosakarida
2. Disakarida (C12H22O11)
Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang
dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C suatu
monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida
akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak
terdapat di alam. Disakarida meliputi maltosa, laktosa dan sukrosa (wikipedia, 2010).
Gambar 2.2 Struktur maltosa
3. Polisakarida (C12H22O11)
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan
monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari
polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer
glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.
1.Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel
pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan
polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa
merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4%
dalam air menghasilkan D-glukosa.
Gambar 2.3 Struktur selulosa
Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan ikatan
α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida yang
terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam sistem
pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim β-glikosida
sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa.
2.Pati Amilum
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari
glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan.
Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu
amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan
1,4-α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa
membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji
untuk mengidentifikasi adanya pati.
2.4 Struktur amilosa
Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai
utama mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul
glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.
Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim
tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltosa (wikipedia, 2010).
2.5 Struktur amilopektin
2.5 Sirup Glukosa
Sirup glukosa adalah yang paling layak menggantikan gula. Sirup ini adalah
larutan cair sakarida nutritif yang telah dimurnikan dan dipekatkan dan larutan ini terdiri
dari beberapa senyawa: terutama glukosa, dekstrosa dan maltosa. Dalam standart
Indonesia, sirup glukosa didefinisikan sebagai cairan jernih dan kental yang komponen
utamanya glukosa yang diperoleh dari hidrolisa pati.
Spesifikasi utama sirup glukosa yang diberikan oleh WHO, yaitu mempunyai
padatan kering minimal 70 %, dekstosa ekuivalen minimum 20 % dan 40 % sulfur
dioksida. Syarat mutu sirup glukosa dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Syarat mutu sirup glukosa
Komponen Spesifikasi
Air
Abu (dasar kering)
Gula reduksi dihitung sebagai D-glukosa
Pati
Logam berbahaya (Pb,Cn, Zn)
Sulfurdioksida
Pemanis buatan
Maksimal 20 %
Maksimal 1 %
Minimum 30%
Tidak nyata
Negatif
Untuk kembang gula manis 400 ppm,
yang lainnya 40ppm
Negatif
(Sumber : SII 0418-81, BPOM medan)
Sampai saat ini peran gula sebagai pemanis masih didominasi oleh gula pasir
(sukrosa). Berdasarkan kenyataan tersebut, harus diusahakan alternatif bahan pemanis
selain sukrosa. Dewasa ini telah digunakan berbagai macam bahan pemanis alami dan
sintesis baik itu yang berkalori, rendah kalori, dan non kalori yang dijadikan alternatif
pengganti sukrosa seperti siklamat, aspartam, stevia, dan gula hasil hidrolisis pati. Contoh
gula hasil hidrolisis pati adalah sirup glukosa, fruktosa, dan maltosa.
Industri makanan dan minuman saat ini memiliki kecenderungan untuk
menggunakan sirup glukosa. Hal ini didasari oleh beberapa kelebihan sirup glukosa
dibandingkan sukrosa diantaranya sirup glukosa tidak mengkristal seperti halnya sukrosa
jika dilakukan pemasakan pada suhu tinggi, inti kristal tidak terbentuk sampai larutan
sirup glukosa mencapai kejenuhan 75% (Sa’id, 1987).
Sirup glukosa banyak digunakan dalam pembuatan industri makanan dan
minuman terutama dalam industri permen, selai, dan pembuatan buah kaleng.
2.5 Pembuatan sirup glukosa
2.5.1 Deskripsi proses
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sirup glukosa adalah pisang raja.
Dari gudang Bahan Baku (GB) dengan bantuan Belt conveyor (BC) buah pisang
diangkut kedalam Hammer Mill (HM) untuk menghaluskan pisang jadi bubur dengan
suhu 30oC, pada penghalusan ditambahkan air kedalam hammer mill dengan
perbandingan antara air dan bahan baku pisang sebanyak 1:1. Selanjutnya bubur pisang
di masukkan dalam Reaktor Hidrolisa (RH) dengan suhu reaksi 95oC dan tekanan 1 atm.
Dengan penambahan CaCl2 dan enzim Takatherm tujuannya adalah untuk memberi
kesempatan semua molekul pati agar dapat terhidrolisa secara optimal. Pada reaktor
hidrolisa terjadi reaksi dengan konversi 98 %.
Larutan pati dialirkan ke cooler (C-1) dengan suhu 60 oC untuk proses
pendinginan. Kemudian dipompakan ke reaktor kedua dengan suhu tangki 60 oC dengan
penambahan enzim Diazyme dan clarex, setelah itu dialirkan ke Filter Press (FP) dengan
suhu 60oC untuk memisahkan sirup glukosa dengan ampasnya, dan dialirkan ke
Evaporator (EV) untuk proses pemekatan dengan suhu 100oC , kemudian dipompakan
lagi ke Cooler kedua (C-2) untuk proses pendinginan dengan suhu 60 oC Selanjutnya
sirup glukosa pekat di masukkan dalam Tangki Produk (TP )
2.7 Sifat-sifat bahan
1. Pisang Raja
Komposisi :
1. Protein : 1 %
2. Air : 70%
3. Karbohidrat : 27-30 %
4. Lemak : 0.2-0.3 %
5. Warna pisang : kuning
2. Aquadest (H2O)
A.Sifat- sifat Fisika:
1. Berat molekul : 18,016 g/gmol
2. Titik lebur : 0 °C
3. Titik didih : 100 °C
4. Densitas (4°C) : 1 gr/ml
5. Spesifik graviti (4°C) : 1
6. Indeks bias : 1,33320°C
7. Merupakan zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
(Perry, 1999)
B. Sifat-sifat Kimia:
1. Terbentuk dari reaksi H2 dan O2.
2 H2 + O2 → 2 H2O
2. Pada fasa cair, setiap molekul terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen.
3. Merupakan zat cair polar dan pelarut yang baik untuk berbagai senyawa
polar, tetapi partikel-partikelnya dapat berdisosiasi membentuk ion.
4. Merupakan elektrolit lemah, dapat terionisasi membentuk H3O+ dan OH-.
2 H2O → H3O+ + OH-
5. Mampu menguraikan suatu garam menjadi asam dan basa pembentuknya.
NaCl + H2O → NaOH + HCl
6. Bukan merupakan zat pengoksidasi yang kuat, namun dapat mengoksidasi.
3 Fe + 4H2O → Fe3O4 + 4 H2
7. Merupakan zat pereduksi lemah. Zat yang paling cepat direduksi adalah
fluorin, Klorin direduksi dengan sangat lambat dalam keadaan dingin.
2 Cl2 + 2 H2O → O2 + 4H+ + 4Cl-
(Fessenden& Fessenden, 1992 )
3. Sirup glukosa
Komposisi:
1. Berat molekul : 180,16 gr/mol
2. Spesifik grafity : 1,544 gr/mol
3. boiling point : 146 0C
4. Berasa manis
5. Berfungsi sebagai sumber energi
6. Termasuk monosakarida
7. Larut dalam air