muwattha' qw

18
AL-MUWATTHA’ IMAM MALIK MK HADITS II Oleh : Khomsidah NIM : 2012.01.01.072

Upload: sida-el-nurya

Post on 30-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muwattha' qw

AL-MUWATTHA’ IMAM MALIK

MK HADITS II

Oleh : KhomsidahNIM : 2012.01.01.072

Page 2: Muwattha' qw

Judul Kitab

Kitab al-Muwattha’ Imam Malik adalah kitab yang di dalamnya terdapat kumpulan hadits-hadits yang di susun oleh seorang tokoh muslim berdarah Madinah selama 40 tahun lamanya yang mendapat perhatian ulama di antara kitab-kitab pada masa abad ke dua. Dan penyusunan kitab al-Muwattha’ di susun bab demi bab dengan tema fiqih. Terjadi perbedaan pendapat mengenai penamaan kitab al-Muwattha’ diantaranya :

• Imam Malik berprinsip pada jalan tengah antara dua hal, yaitu menjauhkan diri dari kekerasan Umar, kemurahan Ibnu Abbas yang membuat orang cenderung melakukan amalan-amalan yang mudah, melainkan kembali kepada hal-hal yang secara manusiawi dapat dilakukan oleh kebanyakna orang. Demikian ini yang diriwatkan oleh al-Mansur maka disebut al-Muwattha’.

• Menurut Imam as-Suyuti, bahwa sebab penamaan kitab al-Muwattha’ adalah karena kitab al-Muwattha’ disetujui oleh ulama-ulama besar ahli fiqih. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Malik, dia berkata, “ saya memperlihatkan kitabku ini pada 70 orang faqih dan para ahli fiqih Madinah, dan mereka semua menyetujui kitabku itu, setiap fuqoha itu mempermudahkanku atas kitab tersebut maka disebut al-Muwattha’.

Page 3: Muwattha' qw

Nasab Imam Malik R.A

Nasab Imam Malik yaitu Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Ghiman bin Khatsil bin Amr bin Kharis dan nisbat beliau yaitu al Ashbahi di karenakan ada ucapan dari paman beliau yang bernama Abu Suhail berkata “ kami adalah kaum Asbah dahulukala kakek kami berasal dari Madinah kemudian menikah di Taimiyin, dari itu nasab kita juga dinisbatkan pada daerah Taimiyin”. Malik meriwatkan hadits dari ayahnya, Anas. Ayahnya bekerja sebagai tukang pembuat panah. Ibu beliau bernama Ghaliyah binti Syarik bin Abdurrahman al Azdiyati. Ia termasuk dari salah satu utama-utamanya dari beberapa wanita yang shalihah, ia juga mengedepankan mencari ilmu dan mengarahkan Imam Malik menuntut ilmu. Ketika memasuki usia belajar, Malik disuruh ibunya pergi menuntut ilmu dan berkata : “ pergilah kemudian tulisah hadits Nabi SAW. Adapun kakek Imam Malik adalah pembesar-pembesarnya tabi’in diriwayatkan hadits dari Umar, Thalhah, Aisyah, Abi Hurairah dan Abu Hasan Ibnu Tsabit . Datuk Imam Malik adalah salah satu dari empat orang yang memandikan, mengantarkan mengubur khalifah Utsman di malam hari. Adapun Abu Amir adalah kakek ke dua Imam Malik, Riwayat hidup Abu Amir bahwa beliau termasuk pembesar-pembesarnya sahabat yang pernah mengikuti semua peperanagan yang di ikuti Rasulullah SAW kecuali perang badar.

Page 4: Muwattha' qw

Kelahiran Imam Malik R.A

Didalam sejarah Imam Malik pada ulama berbeda pendapat adapun pendapat yang mashur bahwa Imam Malik lahir tahun 90 H. Dan pendapat yang lain mengatakan bahwa Imam Malik dilahirkan pada pada tahun 93 H ada yang mengatakan 94 H ada pula 95 H ada pula 96 H atau 97 H. Dimasa ibu mengandung Imam Malik juga terjadi perbedaan pendapat pendapat yang pertama Imam Malik berada didalam kandungan sang ibu selama tiga tahun, pendapat Ibnu Mundzir berkata “ bahwa pendapat inilah yang paling diketahui”. Pendapat yang lain mengatakan bahwasanya ibu Imam Malik mengandung Imam Malik selama dua tahun lamanya. Dan beliau dilahirkan di kota Madinah Munawarah. Sedikit menambahi mengenai pendapat tentang kelahiran Imam Malik bahwasanya Imam Yahya bin Abi Bakir meriwayatkan bahwa pernah mendengar Malik berkata “ Aku dilahirkan pada tahun 93 H ” dan inilah riwayat yang paling benar menurut al Sam’ani dan Ibnu Farhun.

Page 5: Muwattha' qw

Krakteristik Imam Malik R.A

Imam Malik seorang yang berpostur tubuh tinggi, besar, energik, gagah, semangatnya besar, botak dibagian depan kepala, lebar matanya dan tajam pandanganya, kulitnya sangat putih kemerah-merahan, bewajah tampan, hidung mancung, simpatik, berjenggot lebat dan panjang dan sisi sampai dada. Singkatnya, dia bertampilan rapi dengan pakaian yang serba bagus dan modern, ubanya dibiarkan putih tanpa disemir, kumisnya selalu dipotong rapi tanpa di cukur habis dan tidak pula dibiarkan panjang. Totalitasnaya, dia adalah seorang pria ideal.

• Mush’id al-Zubairi bekata : “Imam Malik seorang yang paling tampan wajahnya, paling manis dan menarik kedua matanya, kulitnya paling bersih, dan paling ideal tinggi badanya.”

• Isa bin Umar al-Madani berkata : “ aku tidak pernah melihat putih atau kemerah-merahan yang lebih bagus dari pada wajahnya Imam Malik, dan tidak pula aku pernah melihat pakaian yang lebih putih dari pada Imam Malik.”

• Abdurrahman bin Mahdi, ia mengatakan : “ aku tidak pernah melihat orang yang lebih wibawa, lebih sempurna akalnya dan lebih kokoh ketakwaanya dari pada Imam Malik.”

Page 6: Muwattha' qw

Masa-Masa Mencari Ilmu Imam Malik R.A

• Imam Malik sejak kecil sudah terlihat kegemaranya dalam menuntut ilmu, aktifitas sehari-harinya selalu mengarah pada kepentingan mengumpulkan ilmu yang diguletinya. Dia datang kepada gurunya, Abu Bakar bin Abdullah bin Yazid, yang populer dengan sebutan Ibnu Hurmuz, pada pagi hari dan baru kembali pulang kerumahnya pada malam hari. Setiap hari dia menghabiskan waktu selama tujuh atau delapan jam untuk belajar kepada gurunya itu.

• Imam Malik adalah seorang yang kuat hafalanya, sebagaimana yang diucapkanya “ aku datang kepada Sa’id bin Muayyib, Urwah, Qasim, Abu Salamah, Hamid, Salim ( dan masih banyak lagi guru-guru lainya yang disebutkanya), dan aku mendengarkan hadits-hadits dari mereka satu persatu, yang masing-masing mencapai 50-100 hadits, setelah itu aku keluar, dan Alhamdulillah aku telah hafal semuanya, tanpa terjadi adanya kekeliruan antara satu hadits dengan hadits yang lain dari semua guru-guru itu.”

• Imam Malik, di samping orang yang memiliki daya hafalan yang sangat kuat, juga memiliki kecakapan akademik, cerdas daya pikirnya, tepat pandanganya, analis, dan teliti dalam menggali hukum dari al-Qur’an dan hadits, interpretasi fiqihnya indah, relefantif dalam mengkorelasikan dalil-dalil nash terhadap tujuan-tujuan syara’ dengan tetap menjaga kemaslahatan umum dan menghindari timbulnya fitnah dan kerusakan.

Page 7: Muwattha' qw

Imam Malik belajar ilmu hadits dari ayah dan paman-pamanya. Imam Malik mempunyai dua sifat yaitu pertama ahli hadits kedua fatwa dan menggali ilmu. Bukti bahwa Imam Malik ahli hadits karena ada ulama’ besar dari gurunya yang meriwatkan hadits darinya seperti:

• Robi’ah • Yahya bin Sa’id• Musa bin Uqbah

Guru-guru Imam Malik :

• Abu Muhammad Abdullah bin Wahab bin Muslim al-Quraisyi• Abu Abdullah Abdurrahman bin al-Qasim al-‘Atqa• Asyhab bin Abdul Aziz al-Qaisi• Abu Muhammad Abdullah bin Abdul Hakim bin A’yan bin Laits• Ashbag bin al-Firaj al-Amawi• Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakim • Muhammad bin Ibrahim bin Ziyad al-Iskandari

Page 8: Muwattha' qw

Murid-murid besar Imam Malik :

• Muhammad Idris as-Syafi’i• Abdullah Ibnu Mubarok • Muhammad bin Hasan as-Syaibani

Murid-murid Imam Malik:

• Abu Abdullah Ziyad bin Abdurrahman al-Qurthubi• Isa bin Dinar al-Andalusi• Yahya bin Yahya bin Katsir al-Laitsi• Abdul Malik bin Habib bin Sulaiman as-Salami• Abu Hasan Ali bin Ziyad at-Tunisi• Asad bin al-Furat• Abdu as-Salam bin Sa’id

Page 9: Muwattha' qw

Kehati-hatian Imam Malik Dalam Berfatwa

• Dari Malik mengatakan, “ Perisai seorang yang berilmu adalah ‘aku tidak tahu’ dan jika seseorang melalaikanya maka dia binasa.”

• Dari al-Haitsam bin Jamil, dia mengatakan : “ aku mendengar Malik ditanya tentang 48 persoalan, dan dia menjawab 32 di antaranya dengan kata-kata ‘aku tidak tahu’.

• Dari Malik bahwa dia mendengar Abdullah bin Yazid bin Hurmuz mengatakan : “ semestinya orang yang berilmu itu mewariskan kepada anggota majelisnya kata-kata ‘ aku tidak tahu’ hingga itu menjadi pokok rujukan mereka.

• Dari Abdurrahman bin Mahdi, dia mengatakan : “ seorang laki-laki bertanya kepada Malik tentang suatu persoalan, maka dia menjawab, “ aku tidak bisa menjawabnya dengan baik.” Orang itu mengatakan, aku pergi kepadamu dari negeri demikian dan demikian untuk bertanya kepadamu tentang masalah tersebut.” Malik mengatakan kepadanya, “ jika engkau kembali ke tempatmu, maka sampaikan kepada mereka bahwa aku telah mengatakan kepadamu, ‘aku tidak bisa menjawabnya dengan baik.”

Page 10: Muwattha' qw

Kemulian Jiwa Imam Malik dan Penghormatanya Terhadap Hadits

• Dari Ibnu Abi Uwais, dia mengatakan, apabila Malik hendak menceritakan hadits, dia berwudhu, duduk didepan permadaninya, menyisir jenggotnya, dan duduk dengan tenang dan penuh wibawa, kemudian dia menceritakan hadits. Ketika dia ditanya mengenai hal itu, dia menjawab: “ aku ingin menggunakan hadits Nabi SAW dan aku tidak akan menceritakannya kecuali dalam keadaan suci lagi duduk dengan mantap.” Dia tidak suka menceritakan hadits dijalan dalam keadaan berdiri atau tergesa-gesa, seraya mengatakan, “Aku ingin agar hadits yang aku ceritakan dari Rasulullah bisa dipahami.

• Dari Ma’n bin Isa, dia menyatakan, “ Malik bin Anas apabila hendak duduk untuk menceritakan hadits, maka dia mandi, membakar gaharu dan memakai wewangian. Apabila ada seseorang mengeraskan suaranya dimajlisnya, maka dia membentaknya seraya mengatakan,

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi ( al-Hujurat :2)Barang siapa mengeraskan suara saat hadits Rasulullah dibacakan, maka seakan-akan dia mengeraskan suaranya melebihi suara Rasulullah.

Page 11: Muwattha' qw

Karya-Karya Imam Malik R.A

• Al- Muwattha’ merupakan hasil karya Imam Malik yang paling monumental, dan disana masih ada beberapa karya beliau yang tersebar, diantaranya :

• Risalah fi al-Qadar• Risalah fi an-Nujum wa manazili al qamar• Risalah fi al-Aqdliyyah• Risalah Ila Abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif• Risalah Ila al-Laits bin Sa’d fi ijma’i ahli al-Madinah• Juz’un fi at-Tafsir• Kitabu as-Sir

Page 12: Muwattha' qw

System kitab al-Muwattha’Imam Malik dalam karyanya al-Muwattha’ menjelaskan sistem dalam semua

hadits dan mengarangnya, melalaui karangan inilah penggalian sistem penulisan hadits mengalami kemajuan yang gemilang, sistem tersebut berpengaruh pada adanya karangan-karangan hadits, pembukuan yang ada sebelum Imam Malik tidak berdasarkan bab-bab terhadap beberapa bab ilmu secara keseluruhan, sebagaimana yang dilakukan Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri 125 H dalam permulaan tadwin (pembukuan) tulisan atas perintah Umar bin Abdul Aziz, dan beliau mengumpulkan hadits tidak berdasarkan bab-bab ilmu, kemudian bangkitlah karya-karya pada masa kepimpinan az-Zuhri maka Maliklah orang yang pertama kali mengarang hadits dan mengurutkanya berdasarkan bab-bab.

Imam Malik dalam mengklasifiksi hadist-hadits yang terdapat dalam al-Muwatha’ berdasarkan pada sistematika yang dipakai dalam kitab Fiqih, yaitu dengan klasifikasi hadits sesuai dengan hukum Fiqih. Kitab yang di tahqiq oleh Muhammad Fuad Abd

Metode Penulisan al-Muwattha’Imam malik membukukan hadits dengan tidak menyaringnya dan tidak hanya

membukukan hadits saja, melainkan fatwa-fatwa sahabat, bahkan fatwa-fatwa tabi’in, semua itu dibukukan. Maka dalam kitabnya terdapat hadits-hadits marfu’, mauquf dan hadits maqthu’.

Page 13: Muwattha' qw

Isi Kitab al-Muwattha’

Persesihan pendapat dari kalangan para ulama tentang jumlah hadits yang terdapat dalam kitab al-Muwattha’, antara lain :

• Ibnu Habbab yang dikutip oleh Abu Bakar al-A’rabi dalam syarah al-Tirmidzi menyatakan ada 500 hadits yang disaring dari 100.000 hadits.

• Abu Bakar al-Abhari berpendapat ada 1726 hadits dengan perincian 600 musnad, 222

mursal, 613 mauquf dan 285 qaul tabi’in.

• Al-Harasi dalam “a’liqah fi al-Usul” mengatakan kitab Imam Malik memuat 700 hadits dari 9000 hadits yang telah disaring

• Abu al-Hasan bin Fahr dalam “Fada’il” mengatakan ada 10.000 hadits dalam kitab al-Muwattha’.

Faktor utama yang melatar belakangi dari timbulnya perbedaan tersebut, terjadi karena perbedaan sumber periwayatan di satu sisi dan perbedaan cara penghitungan, karena ulama menghitung hadits –hadits tersebut hanya berdasarkan pada hadits-hadits yang disandarkan kepada Nabi saja, bahkan ada pula yang menghitung dengan menggabungkan fatwa sahabat, fatwa tabi’in yang termaktub dalam kitab al-Muwattha’ tersebut.

Page 14: Muwattha' qw

Kitab ini mendapat perhatian dari para ahli. Karena itu banyak yang membuat syarah (penjelas)nya dan mukhtashar (ringkasan)nya.

Di antara syarahnya adalah:• At-Tahmid karya al-Imam Ibnu Abdi al-Barr.• Al-Qabas susunan Ibnu Araby al-Maliky.• Tanwir al-Hawalik karya as-Sayuthy.• Syarh az-Zarqany dan al-Musawwa karya ad-

Dahlawy. Di antara mukhtasharnya adalah:• Mukhtashar al-Khaththaby.• Mukhtashar al-Baji.

Page 15: Muwattha' qw

Ujian Yang Dihadapi Imam Malik

Muhammad bin Jarir mengatakan, “ Malik di cambuk dengan cemiti. Mengenai sebab hal itu diperselisihkan. Al-Abbas bin Walid menceritakan kepadaku, Ibnu Dzakwan menceritakan kepada kami, dari Marwan at-Thabari bahwa Abu Ja’far melarang Malik menuturkan Hadits,

طالق مستكره على ليسArtinya : Tidak ada talak atas orang yang dipaksa .Kemudian menyelinapkan kepadanya orang yang

bertanya kepadanya (lalu dai menceritakan hadits tersebut) dihadapan manusia, lalu dia (Abu Ja’far) mencambukanya dengan cemeti.

Page 16: Muwattha' qw

Berbagai Pujian Terhadap Imam Malik

• Ibnu Hurmuz berkata kepada budaknya : “ siapa yang berada dipintu? “ budak tersebut pergi untuk melihatnya dan ia tidak melihat seorangpun dipintu tersebut kecuali Malik, kemudian budak tersebut melapor kepada Ibnu Hurmuz dan berkata : “ panggilah Malik maka sesungguhnya dia alim-alimnya manusia.

• Ibnu Mahdi berkata : “ tidak ada seorang dibumi yang dapat dipercaya dalam keshahihan hadits Rasulullah SAW kecuali dari Imam Malik.

• Abu Dawud berkata : “ shahih- shahihnya hadits Rasulullah SAW itu dari Imam Malik dari Imam Nafi’ dan Imam Nafi’ dari Ibnu Umar. Kemudian riwayat dari Imam Malik, Imam Malik dari Imam Zuhri dari Imam Salim dari ayah Imam Salim. Kemudian riwayat dari Imam Malik, Imam Malik dari Abi Zinad dari Imam A’roj dari Abu Hurairah. Riwayat Imam Malik tidak luput dari ucapan dari Abu Dawud. Abu Dawud juga menambahi akan pujian kepada Imam Malik ucapan beliau: “ lautan ini tidak bertepi dan keilmuan atau kealiman Imam Malik bak lautan ini yang tak bertepi”.

Page 17: Muwattha' qw

Akhir Hayat Imam Malik

• Al-qa’nabi berkata, aku mendengar mereka mengatakan “ Malik diberi usia 89 tahun, dan dia meninggal pada tahun 179 H”

• Ismail bin Abu Uwais mengatakan, “ Malik sakit, lalu aku bertanya kepada salah seorang keluarga kami tentang apa yang dikatakanya saat akan meninggal. Mereka menjawab, “ dia bertasyahud, kemudian membaca

بعد ومن قبل من األمر لله

“Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)” (Ar-Rum:4)

• Ia meninggal pada pagi hari, 14 Rabi’ul awwal 179 H, dan dia dishalatkan oleh gubernur Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim.

Page 18: Muwattha' qw