myalgia edit
DESCRIPTION
laporan kasus myalgiaTRANSCRIPT
MAKALAH DIAGNOSA KOMUNITAS
SATE LANSIA: SAPU JAGAD SEHAT LANSIA, PROGRAM PEDULI KESEHATAN LANSIA DI DESA DUWET KRAJAN KECAMATAN TUMPANG KABUPATEN MALANG 2012
Oleh : Fendy dwija P
Vilda Prasasti Yuwono
Rahita Putri NastitiEfriko Septananda Saifillah
Ienag Yudhistrie
Pembimbing : dr. Chusnul Chuluq, MPH
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG, 2012
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59 tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90 tahun.
b. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut:
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun 2009. Meningkatnya UHH menyebabkan peningkatan jumlah lanjut usia, dimana pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. (Depkes RI, 2008). Sedangkan usia harapan hidup Kabupaten Malang tahun 2010 adalah 72,70 tahun (RKPD, 2012).
Penuaan di negara sedang berkembang berjalan dengan cepat dan diikuti dengan perubahan dinamis dalam struktur dan peran keluarga, di samping pola perburuhan dan migrasi. Urbanisasi, migrasi orang muda ke perkotaan mencari pekerjaan, banyaknya perempuan masuk angkatan kerja dan perubahan keluarga besar ke arah keluarga inti, mengakibatkan lebih sedikit 4 orang yang bersedia merawat lanjut usia yang membutuhkan bantuan.Puskesmas Tumpang merupakan satu dari 38 puskesmas yang terdapat di Kabupaten Malang, yang juga mempunyai kewajiban mendukung terwujudnya visi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, yaitu terwujudnya lingkungan, perilaku, dan mengaktifkan peran serta masyarakat untuk hidup sehat dan produktif. Ada 15 desa yang menjadi cakupan kerja Puskesmas Tumpang. Salah satunya adalah desa duwet krajan, desa yang akan menjadi sasaran diagnosis komunitas kami.
Jumlah lansia di desa duwet krajan adalah sejumlah sekitar 600 lansia. Penyedia layanan kesehatan untuk lansia adalah oleh seorang perawat desa. Dari data sekunder berdasar kunjungan ke klinik, terdapat beberapa penyakit terbanyak yang terdiagnosis. Namun, data primer dimana dilakukan survey langsung terhadap para lansia belum dilakukan. Sehingga permasalahan kesehatan utama belum dapat disimpulkan. Sehingga tugas kami adalah untuk mencari permasalahan kesehatan utama di desa duwet krajan, yang nantinya akan dilakukan diagnosis komunitas hingga melakukan intervensi komunitas di desa tersebut. 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah diagnosis komunitas ini adalah apakah permasalahan kesehatan utama yang dirasakan lansia dan faktor resiko yang terdapat di desa duwet krajan?1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dalam makalah diagnosis komunitas ini untuk mengetahui permasalahan kesehatan utama lansia di desa duwet krajan faktor resiko, hingga merumuskan diagnosis komunitas dan melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan tersebut.
1.4 Manfaat KegiatanBagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan skill dalam melakukan diagnosis komunitas.
Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.
Bagi masyarakat
Memberi bantuan dalam menambahkan data-data tentang permasalahan lansia di desa duwet krajan. Meningkatkan kesadaran masyarakat desa duwet krajan tentang pentingnya menjaga kesehatan.BAB II
DATA WILAYAH SETEMPAT
I. Keadaan umum wilayah desa / kelurahan
1. Batas wilayah desa / kelurahan
NoLetakDesa / kelurahanKecamatan
1UtaraNgadirejoJabung
2SelatanDuwet DampulTumpang
3BaratHutan
4TimurTumpangTumpang
2. Luas wilayah desa / kelurahan menurut penggunaan
NoPenggunaanLuas ( ha )
1Permukiman
A. Permukiman pejabat pemerintah -
B. Permukiman abri -
C. Permukiman real estate -
D. Permukiman kpr- btn -
E. Permukiman umum76.,830
Total luas permukiman : 76.,830
2Ladang / tegalan417.428
Total luas ladang417.428
3Hutan
A. Hutan lindung -
B. Hutan rakyat186.196
C. Hutan produksi -
D. Hutan suaka margasatwa -
E. Hutan cagar alam -
F. Hutan mangrove -
G. Hutan konversi -
Total luas hutan : 186.196
4Untuk bangunan
A. Perkantoran -
B. Sekolah0.296
C. Pertokoan -
D. Pasar -
E. Terminal -
F. Jalan2.6
Total luas untuk bangunan :
5Lain-lain -
A.makam1.5
Total luas lain - lain : 1.796
Total luas wilayah desa 682.243
3. Kesuburan tanah
NoTingkat kesuburan Luas ( ha )
1Sangat subur305.420
2Subur100.254
3Sedang54.238
4Tidak subur145.508
Total luas605.420
4. Curah hujan dan tinggi tempat
NoUraianKeterangan
1Curah hujan2500 mm/th
2Tinggi tempat dari permukaan laut700 -1050
5. Topografi atau bentang lahan
NoUraian Luas ( ha )
1Dataran204.675
2Perbukitan/pegunungan477.575
Total luas682.250
6. Orbitasi
NoUraianKeterangan
1Jarak ke ibu kota kabupaten/kota terdekat23 km
2Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat7 km
3Lama tempuh ke ibu kota kabupaten/kota terdekat40 menit
4Lama tempuh ke ibu kota kec. Terdekat15 menit
II. SUMBER DAYA ALAM
A. Pertanian
1. Potensi Irigasi yang dimiliki
NoUraianKeterangan
1Danau_
2Lain_
3Mata air13
4Sumur_
5Sungai3
2. Hasil Tanaman Palawija
NoJenis PalawijaLuas (Ha) Ton/Th
1Kubis16240
2Cabe rawit512
3Koro bengok
4Kacang panjang5
5Sorgum
6Kacang hijau
7Jagung45225
8Ubi jalar
9Talas1075
10Ubi kayu11110
11Tebu382850
12Jamur Tiram2000 (LOG)1.5
3. Hasil Tanaman Buah-buahan
NoJenis Buah - buahan Luas (Ha) Ton/Th
1Durian 2 -
2Pisang25 -
3Alpokat10 -
4. Status Kepemilikan Pertanian Tanaman Pangan
NoStatusJumlah
1Penyewa/Penggarap69
2Penyakap-
3Pemilik Tanah Tegalan/Ladang712
4Pemilik Tanah Sawah-
5Buruh Tani753
6Anggota TNI1
7Buruh Bangunan/Industri/Lain-lain8
Jumlah1543
5. Kelompok Tani
NoKegiatan yang dilakukan Keterangan
1Simpan PinjamAda
2Pertemuan RutinAda
3Penyusun Pola TanamAda
4Pengaturan air Irigasi_
5Pengadaan Semprotan Bebas Hama_
6Gropyokan Tikus_
7Arisan_
Jumlah
C. Perkebunan
Hasil Tanaman Perkebunan Rakyat
NoJenis Tanaman Luas (Ha) Ton/Th
1Vanili00
2Tembakau00
3Tebu382850
4Pisang25_
5Pala00
6Mete00
7Lada00
8Kopi1230
9Kelapa Sawit00
10Kelapa00
11 Apel130425
12Coklat00
13Cengkeh1823
14 Ketela Pohon11110
15 Lain-lain00
Total Hasil Perkebunan 00
D. Peternakan
1. Potensi Peternakan
NoKeteranganAda / Tidak Jumlah (ekor)
1Sapi PotongAda723
2KambingAda482
3Ayam RasAda1235
4ItikAda250
5EntokAda243
6AngsaTidak3
Jumlah2936
2. Status Kepemilikan Usaha Peternakan
NoStatusJumlah
1Pemilik Usaha Ternak sapi Potong581
2Pemilik Usaha Ternak sapi Perah_
3Pemilik Usaha Ternak Kuda_
4Pemilik Usaha Ternak Kerbau_
5Pemilik Usaha Ternak Kambing96
6Pemilik Usaha Ternak Itik32
7Pemilik Usaha Ternak Domba_
8Pemilik Usaha Ternak Babi_
9Pemilik Usaha Ternak Ayam Ras72
10Pemilik Usaha Ternak Ayam Buras_
11Buruh Peternakan13
Jumlah794
E. Pertambangan dan Bahan Galian
1. Jenis Kekayaan Pertambangan dan Bahan Galian
NoJenis Pertambangan & Bhn Galian Luas (Ha) Ton/Th
1Pasir0,51,72
2. Status Kepemilikan Usaha Pertambangan / Bahan Galian
NoStatusJumlah
1Pemilik usaha pertambangan (Pasir)3
2Pemilik usaha perdagangan hasil tambang3
F. Pariwiasata
1. Potensi Wisata Alam
NoPotensiKeterangan
1Air Terjun Sumber Pitu1
2Agro WisataApel
2. Prasarana Hiburan & Rekreasi
NoJenis Prasarana Keterangan
Ada / Tidak Baik / Rusak
1Bilyard8Baik
III. SUMBER DAYA MANUSIA
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NoStatusKeterangan
1Perempuan2416
2Laki-laki2309
3Kepala Keluarga1257
Jumlah 4725
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
NoUsiaJumlahNoUsiaJumlah
10 - 12 Bulan543332 tahun74
21 tahun663433 tahun73
32 tahun453534 tahun82
43 tahun423635 tahun75
54 tahun353736 tahun77
65 tahun373837 tahun81
76 tahun573938 tahun72
87 tahun584039 tahun74
98 tahun564140 tahun78
109 tahun604241 tahun72
1110 tahun544342 tahun83
1211 tahun624443 tahun79
1312 tahun524544 tahun76
1413 tahun554645 tahun79
1514 tahun594746 tahun81
1615 tahun544847 tahun75
1716 tahun584948 tahun77
1817 tahun775049 tahun79
1918 tahun745150 tahun83
2019 tahun695251 tahun71
2120 tahun765352 tahun79
2221 tahun755453 tahun72
2322 tahun725554 tahun69
2423 tahun775655 tahun76
2524 tahun825756 tahun77
2625 tahun735857 tahun71
2726 tahun845958 tahun79
2827 tahun8160>59 tahun604
2928 tahun79Jumlah4725
3029 tahun72
3130 tahun77
3231 tahun85
3. Pertumbuhan Penduduk
NoKeteranganJumlah
1Jumlah Penduduk Tahun ini4725
2Jumlah Penduduk Tahun lalu4709
4. Status Mata Pencaharian Penduduk di bidang Jasa/Perdagangan
NoStatusJumlah (Orang)
1Jasa Pemerintahan / Non Pemerintahan
a.Pegawai Desa14
b.Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
1). Pegawai Kelurahan
2). PNS5
3). ABRI2
4). Guru23
5). Dokter -
6). Bidan1
7). Mantri Kesehatan / Perawat1
8). Lain-lain
c.Pensin ABRI / Sipil2
d.Pegawai Swasta63
e.Pegawai BUMN / BUMD -
f.Pensiunan Swasta -
2Jasa Perdagangan
a.Pasar Desa / Kelurahan -
b.Warung
c.Kios53
d.Toko7
3Jasa Angkutan dan Transportasi
a.Angkutan Tidak Bermotor -
b.Angkutan Bermotor -
c.Mobil Kendaraan Umum/ picup7
d.Perahu/Sampan -
e.Angkutan Laut Motor Tempel -
f.Kapal Motor -
4Jasa Hiburan/Tontonan
a.Sandiwara / Kuda Lumping2
b.Pencaksilat & Tari Topeng2
c.Billyard8
5Jasa Pelayanan Hukum dan Nasihat
a.Notaris -
b.Pengacara -
c.Konsultan -
6Jasa Keterampilan
a.Tukang Kayu47
b.Tukang Batu58
c.Tukang Jahit/Bordir16
d.Tukang Cukur -
7Jasa Lainya -
a.Listrik, Gas dan Air -
b.Konstruksi -
c.Persewaan16
Jumlah
5. Tingkat Pendidikan Penduduk
NoTingkat PendidikanJumlah
1Penduduk tdk tamat SD /sederajat370
2Penduduk tamat SD /sederajat1802
6. Prasarana Pendidikan Formal
NoJenis Prasarana Keterangan
Ada / Tidak Baik / Rusak
1Universitas/Sekolah Tinggi_
2Taman Kanak-kanak (TK)2Baik
3SLTP/Sederajat2Baik
4SLTA/Sederajat_
5SD/Sederajat3Baik
7. Kualitas Angkatan Kerja
NoKeteranganJumlah
1Jumlah angkatan kerja tidak tamat SD/Sederajat140
2Jumlah angkatan kerja tamat SLTP/Sederajat98
3Jumlah angkatan kerja tamat SLTA/Sederajat117
4Jumlah angkatan kerja tamat Diploma12
5Angkatan kerja tamat Perguruan Tinggi9
Jumlah376
8. Pengangguran
NoUraianJumlah
1penduduk usia 15 - 55 tahun yang belum bekerja152
2angkatan kerja usia 15 - 55 th354
9. Remaja Putus Sekolah
NoKeteranganJumlah
1SD44
2SLTP79
3SLTA81
4Kuliah
Jumlah204
10. Wajib Belajar 9 Tahun
NoKeteranganJumlah
1Penduduk usia 7-15 tahun589
2Penduduk usia 7-15 tahun yang masih sekolah573
3Penduduk usia 7-15 tahun yang tidak sekolah16
Jumlah1178
11. Akseptor Keluarga Berencana
NoKeteranganJumlah
1Pasangan usia subur605
2Jumlah akseptor KB menurut umur
a. Kurang 20 tahun28
b. 21-30 tahun236
c. 31-40 tahun241
d. Lebih dari 40 tahun52
Jumlah1162
12. Penduduk Cacat mental dan fisik
NoKeteranganJumlah
1Tuna Wicara5
2Tuna Rungu4
3Tuna Netra -
4Sumbing1
5Lumpuh1
6Cacat mental28
Jumlah39
13. Kesejahteraan Penduduk
NoKeteranganJumlah
1Keluarga Pra Sejahtera529
2Keluarga Sejahtera I397
3Keluarga Sejahtera II254
4Keluarga Sejahtera III58
5Keluarga Sejahtera III Plus19
Jumlah1257
IV. KESEHATAN MASYARAKAT
1. Prasarana Air Bersih
No
Jenis Prasarana
Keterangan
Ada / Tidak (buah)
Baik / Rusak
1
Sumur Pompa
-
2
Sumur Gali
-
3
Perpipaan
3
Sedang
4
Penampungan Air Hujan (PAH)
-
5
PAM
1
Sedang
6
Mata Air
18
Baik.
2.Prasarana Pembuangan Limbah
No
Jenis Prasarana
Keterangan
Ada / Tidak (buah)
Baik / Rusak
1
Bak Sampah
Ada
sedang
2
Gerobak Sampah
-
3
Pengolahan Limbah
-
4
SPAL
-
3. Prasarana Kesehatan
NoJenis PrasaranaKeterangan
Ada / Tidak (buah)Baik / Rusak
1Rumah Sakit Umum (RSU) -
2RS Bersalin -
3Puskesmas -
4 Polindes1Rusak
5Poliklinik -
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Penentuan masalah kesehatan wilayah Duwet Krajan dalam makalah ini bersumber pada data sekunder dan data primer. Data sekunder didapatkan dari data rutin triwulan puskesmas tahun 2012, data bidan desa, data perawat desa, data kunjungan posyandu lansia, dan profil Desa Duwet Krajan. Data primer didapatkan dari kuesioner yang disebar secara random di tiga dusun, yaitu Suwaru, duwet krajan, dan tosari.
Kuesioner disebarkan secara random sampling pada masyarakat, dengan penentuan jumlah sample berdasarkan pada rumus Slovin (Setiawan N, 2007):
dengan jumlah KK sebagai acuan. n merupakan ukuran sample, N ukuran populasi, dan d merupakan toleransi kesalahan. Dengan jumlah populasi dalam satu desa adalah 1257 KK, maka jumlah sample yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut:
Maka jumlah sample minimal yang dibutuhkan adalah 93 KK.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat menskrining permasalah kesehatan dari beberapa sumber faktor resiko. Pertanyaan-pertanyaan tersebut secara umum dapat mencerminkan kondisi kesehatan lansia.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Analisis Deskriptif Data Sekunder
4.1.1 Ada lansia atau tidak dari 100 kepala keluarga
Dari 100 quisioner yang dibagi secara acak dalam 3 dusun, didapatkan bahwa 63 rumah penduduk memiliki lansia di dalamnya, dan 37 rumah penduduk tidak terdapat lansia di dalamnya. Akan tetapi dalam hal ini tidak diidentifikasi apakah lansia tersebut laki-laki atau perempuan.
4.1.2 Status pekerjaan lansia
Dari 63 lansia yang ada, 54 diantaranyabekerja, atau sekitar 85% dan 9 diantaranya tidak bekerja atau sekitar 15 % dari total lansia yang ada.
4.1.3 Jenis Pekerjaan Lansia
Dari 54 lansia yang bekerja di desa Duwet Krajan, ditemukan bahwa pekerjaan mayoritas adalah sebagai buruh tani yaitu 44 orang dengan prosentase 84%, 6 orang dengan pekerjaan terbanyak kedua adalah sebagai kuli dengan prosentase 11,5%, dan 5,5% atau sekitar 3 orang menjalani pekerjaan sebagai pedagang.
4.1.4 Penghasilan lansia
Dari 63 lansia yang ada, 54 lansia bekerja dengan berbagai macam tingkat penghasilan mulai kurang dari 300.000 per bulan, diantara 300.000-500.000 per bulan, dan di atas 500.000 perbulan. Dari quisioner didapatkan 43 orang, atau 79,6% mendapatkan gaji dibawah 300.000 sebulan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, 8 orang dengan gaji menengah, atau sekitar 14,8%. Dan hanya 3 orang memiliki penghasilan diatas 500.000 per bulan yaitu 5,5%. Ini tidak dibedakan berdasarkan pekerjaan lansia, data ini secara umum penghasilan lansia tanpa memandang bekerja sebagai apa.
4.1.5 Cara lansia pergi ke tempat bekerja
Dari 54 lansia yang bekerja di desa Duwet Krajan, 49 orang atau 90,7% pergi ke tempat kerja dengan cara berjalan kaki dan 5 orang atau 9,2% dengan menggunaan kendaraan.
4.1.6 Cara lansia membawa barang bawaan pulang bekerja
Dari 54 lansia yang bekerja di desa Duwet Krajan, 33 orang membawa barang bawaan maupun dagangan mereka dengan cara digendong atau sekitar 61%, 9 orang yang lain membawa barang pekerjaannya dengan cara dipikul atau sekitar 16,6%. 9 orang yang lain dengan cara dijinjing atau sekitar 16,6%, dan 3 orang terakhir dengan cara lain-lain yang tidak disebutkan dalam quisioner yaitu dengan prosentase hanya 5,5%.
4.1.7 kesadaran lansia untuk berobat jika sedang sakit
Dari keseluruhan lansia yang ada, yaitu 63 lansia, memiliki opini yang berbeda-beda dalam menjaga kesehatannya dan memilih tempat berobat. 22 orang atau sekitar 34,9%. 18 orang memilih berobat ke puskesmas meskipun tempatnya jauh dari rumah dengan prosentase 28,5%. 11 orang yang lain memilih untuk tidak berobat dan hanya sekedar minbum jamu-jamuan yang ada di desanya atau sekitar 17,4%. 9 orang memilih untuk pijet, yaitu sekitar 14,2%. Dan 3 orang terakhir tidak tahu harus melakukan apa jika sakit atau hanya sekedar berdiam diri di rumah, yaitu sekitar 4,7%.
4.1.8 Penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh lansia
Berikut adalah penyakit terbanyak yang dikeluhkan oleh lansia, 39 orang atau sekitar 57,1% mengeluhkan pegal linu. 12 orang atau sekitar 19% mengeluhkan batuk pilek. 8 orang atau sekitar 12,7% mengeluhkan pusing dan 4 orang atau sekitar 6,3% lain-lain, seperti demam, dan lain-lain.
4.1.9 Jarak tempat bekerja lansia dari rumah
Jarak tempat bekerja lansia dari rumah sampai tempat kerja 38 orang atau sekitar 60,3% adalah sekitar < 1 km, sedangkan 25 orang atau 39,6% berjarak > 1 km.
BAB V
RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS
5.1 Identifikasi Masalah Kesehatan
Menurut hasil survey yang dilakukan pada bulan november-desember 2012 di Desa Duwet Krajan ditemukan beberapa permasalahan mengenai kesehatan pada golongan masyarakat lanjut usia. Survey dilakukan secara primer yaitu dengan datang langsung ke rumah warga dan memberikan kuisioner, dan sekunder yaitu melalui data kunjungan dari perawat desa. Berdasarkan survey yang kami lakukan, didapatkan 3 penyakit lansia yang paling banyak terjadi pada masyarakat lansia Duwet Krajan, yaitu: Hipertensi, Penyakit otot dan jaringan, ISPA. Dengan Scoring menggunakan kriteria M (magnitude), S (seriousness), dan F (feasibility). Nominal scoring mempunyai range 1-10 berdasarkan tingkat besarnya, tingkat keparahan, dan kemungkinan untuk diintervensi. Hasil analisis tertera pada tabel 5.1. Berdasarkan daftar Ranking permasalahan tersebut, maka prioritas masalah kesehatan yang ada di Duwet Krajan saat ini adalah myalgia.Myalgia merupakan penyakit yang terbanyak dirasakan oleh para lansia di desa duwet krajan. Penyakit ini diprediksi merupakan salah satu penyakit akibat kerja, dimana pekerjaan terbanyak di desa ini adalah buruh tani. Karena itu, diharapkan ada diagnosis komunitas tentang penyakit myalgia dan dapat dilakukan intervensi baik dari segi pencegahan awal atau dari segi pengobatan.
Tabel 5.1 Hasil Analisis
Health Problem lansiaFaktor ResikoMSFTotal
HipertensiBehaviour97622
Kebiasaan makan makanan tinggi garam karena penyajian makanan yang berulang Kebiasaan ketika usia lansia tidak bekerja Kurangnya kesadaran untuk berobat dan kontrol rutin ke petugas kesehatan
Environmetal
Rata-rata penghasilan keluarga per hari + Rp. 25.000 sehingga masyarakat lebih memilih uangnya untuk membeli makan daripada untuk berobat dan kontrol rutin ke petugas kesehatan.
Intrinsic
Usia di atas 50 tahun ( faktor resiko terjadinya hipertensi
Genetik
Health Service
Kurangnya edukasi di kalangan komunitas tentang hipertensi Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Tidak adanya posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari di desa Duwet Krajan sehingga tidak ada monitoring rutin pada lansia.
Sistem otot dan jaringanBehaviour9
9
8
26
Lansia mengangkat barang-barang dari rumah ke tempat kerja dengan posisi barang yang kurang ergonomis
Enviromental
Kondisi geografis desa yang berada di dataran tinggi dan lahan yang menanjak
Intrinsic
Asupan Nutrisi yang Kurang Terpenuhi pada individu. Rendahnya status pendidikan warga dan kesadaran akan pentingnya kesehatan masa tua.
Health Service
Kurangnya edukasi dan advokasi di kalangan lansia oleh penyedia layanan kesehatan (posyandu)
Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan yang Kurang Memadai
ISPABehaviour
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan diri Anggapan masyarakat bahwa merupakan penyakit yang biasa, sehingga tidak membutuhkan pengobatan.
Enviromental
Rumah sehat hanya 42,86% (539 KK) dari 1257 kepala keluarga
Intrinsic78924
Usia di atas 45 tahun ( meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi
Health Service
Kurangnya edukasi di kalangan komunitas oleh penyedia layanan kesehatan
Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Tidak adanya posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari desa Duwet Krajan sehingga tidak ada monitoring pada lansia.
5.2 Daftar Ranking Permasalahan
NoPermasalahanIndex Prioritas
1. Myalgia26
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut24
3. Hipertensi22
BAB VI
PLAN OF ACTION
A. Health Problem
Tingginya prevalensi penyakit myalgia pada masyarakat lansia di desa Duwet Krajan. Berikut analisis faktor resiko terjadinya myalgia di desa Duwet Krajan berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan kepada 30 lansia yang mengalami myalgia.Risk Factor
No.Behaviour
1.Lansia mengangkat barang-barang dari rumah ke tempat kerja dengan posisi mengangkat dan membawa barang yang kurang ergonomis
2.Kebiasaan mengangkat barang dengan beban yang melebihi batas
No.Environmental
1.Kondisi geografis desa yang berada di dataran tinggi dan lahan yang menanjak.
No.Health Service
1.Kurangnya edukasi dan advokasi di kalangan lansia oleh penyedia layanan kesehatan (posyandu)
2.Kurangnya pemanfaatan posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari desa Duwet Krajan sehingga tidak ada monitoring rutin pada lansia.
No.Intrinsic
1.Asupan nutrisi yang kurang terpenuhi pada individu
2.Rendahnya status pendidikan warga
B. Risk Factors & Contributing Risk Factors
No.Risk FactorContributing Risk Factor
Behaviour
1.Lansia mengangkat barang-barang dari rumah ke tempat kerja dengan posisi mengangkat dan membawa barang yang kurang ergonomisPredisposing: Kurangnya Pengetahuan Individu Terhadap pentingnya ergonomitas kerja serta manfaatnya terhadap lansia itu sendiri
Enabling: Tidak tersedianya alat bantu yang digunakan lansia untuk membawa barang-barang dengan lebih mudahReinforcing: Anggapan bahwa posisi dan cara mengangkat barang tidak berhubungan dengan myalgia.
2.Kebiasaan mengangkat barang dengan beban yang melebihi batasPredisposing: Penduduk kurang mengetahui tentang batas maksimal beban yang diperbolehkanEnabling: Kebiasaan tidak melakukan pengukuran berat beban yang dibawaReinforcing: Tidak adanya keharusan menerapkan peraturan Kemenakertrans tentang tentang beban maksimum yang diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja .
Environmental
1.Kondisi geografis desa yang berada di dataran tinggi dan lahan yang menanjak.Faktor resiko tidak dapat diubah
Health Service
1.Kurangnya edukasi dan advokasi di kalangan lansia oleh penyedia layanan kesehatan (posyandu)Predisposing: Kurangnya akses lansia terhadap Media Informasi Terkait Kesehatan kelompok usia lanjut.Enabling: Kurangnya Sumberdaya manusia serta referensi pengetahuan untuk melakukan KIE melalui Penyuluhan.Reinforcing: Tidak tersedianya biaya dari pemerintah.
2.Kurangnya pemanfaatan Posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari di desa Duwet Krajan sehingga monitoring rutin kurang dapat mencakup lansia di Dusun Krajan-Tosari.Predisposing: Kurangnya dana untuk biaya operasional Posyandu baik dari pihak desa maupun warga.Enabling: Kader yang direkrut kurang mengerti dan sulit memahami ilmu medis dasar sehingga penambahan sarana prasarana seperti posyandu lansia akan sulit berjalan.Reinforcing: Kurangnya komunikasi antara tenaga kesehatan setempat-puskesmas-pamong desa, sehingga sarana prasana dan kebutuhan yang masih terjangkau tidak dapat dipenuhi.
Intrinsic
1.Asupan nutrisi yang kurang terpenuhi pada individuPredisposing: Kurangnya Pengetahuan Terkait Nutrisi yang baik dan dibutuhkan oleh lansiaEnabling: Kurangnya resources dari desa, serta tidak tersedianya makanan untuk mencukupi Nutrisi masyarakatReinforcing: Kebiasaan dan kesukaan terhadap makanan tertentu, pekerjaan warga yang kurang mencukupi untuk biaya kebutuhan nutrisi keluarganya
2.Rendahnya status pendidikan wargaPredisposing: kurangnya pengetahuan warga tentang manfaat pendidikan
Enabling: kurangnya sarana pendidikan untuk warga
Reinforcing: kurangnya peran pemerintah setempat dalam penggalakan wajib belajar.
C. Objective, Sub-ObjectiveNo.ObjectiveSub-Objective
Behaviour
1.Lansia mengangkat barang-barang dari rumah ke tempat kerja dengan posisi mengangkat dan membawa barang yang kurang ergonomisObj: >50% lansia dapat melakukan cara mengangkat barang dengan benar dan membawa beban menggunakan tas anti pegalPredisposing: meningkatkan pengetahuan kelompok usia lanjut tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar untuk mencegah myalgia sebesar 10 %.
Enabling: menurunkan kebiasaan membawa beban dengan menggunakan selendang yang dililitkan ke pingang sebesar 10 %
Reinforcing: menurunkan anggapan bahwa posisi kerja tidak mengakibatkan myalgia sebesar 10 %
2.Kebiasaan mengangkat barang dengan beban yang melebihi batas Obj : >50% lansia mengetahui beban maksimal yang diperbolehkan.
Predisposing: meningkatkan pengetahuan kelompok lanjut usia tentang batasan beban yang dapat dibawa untuk agar tidak cedera sebesar 10 %.Enabling: meningkatkan kebiasaan membawa barang tidak melebihi berat yang dianjurkan yang dapat dilakukakan lansia sebesar 10 %.Reinforcing: menurunkan kepercayaan bahwa makin berat beban yang mampu dibawa orang tua makin mencerminkan keperkasaannya sebesar 10 %.
Environment
1.Kondisi geografis desa yang berada di dataran tinggi dan lahan yang menanjak.Faktor yang tidak dapat diubah
Health Service
1.Kurangnya edukasi dan advokasi di kalangan lansia oleh penyedia layanan kesehatan (posyandu)
Obj: >10% lansia memahami permasalahan kesehatan yang sedang dialami. Predisposing: Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap masalah kesehatan yang mayoritas dialami masyarakat sebesar 10%, dengan metode permainan / hal lain yang menyenangkan agar lebih mudah diserap.Enabling: Advokasi tenaga kesehatan setempat untuk melakukan aktivitas penyuluhan masyarakat diwaktu masyarakat Desa Duwet Krajan tengah mengadakan perkumpulan rutin. Reinforcing: Meningkatkan cakupan wilayah posyandu lansia dalam memonitoring lansia, sebesar 50% dalam tiap Dusun.
2.Kurangnya pemanfaatan Posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari desa Duwet Krajan sehingga monitoring rutin kurang dapat mencakup lansia di Dusun Krajan-Tosari.Obj : enam posyandu lansia aktif dilakukan setiap bulan, yang dicapai dalam 1 tahun.Predisposing: menyediakan peralatan tambahan untuk pemeriksaan kesehatan dasar pada posyandu lansia yang terdiri dari tensi meter dan stetoskop, serta memberikan contoh kebutuhan pelaksanaan teknis posyandu seperti buku registrasi, dan KMS.
Enabling: Meningkatkan kehadiran 20% kader Posyandu, untuk membantu melakukan pelayanan kesehatan dasar lansia di posyandu.Reinforcing: Advokasi ketua kader lansia untuk mengkomunikasikan mengembangkan posyandu lansia kepada tenaga kesehatan.
Intrinsic
1.Asupan nutrisi yang kurang terpenuhi pada individuObj: meningkatkan asupan nutrisi yang cukup pada kelompok usia lanjut sebesar > 10 % dalam kurun waktu 3 bulanPredisposing: Meningkatkan pengetahuan kelompok usia lanjut sebesar 30% tentang makanan sedarhana yang mudah didapat untuk meredakan myalgia.
Enabling: Meningkatkan kesadaran memilih makanan yang bernutrisi tinggi dibandingkan makanan yang lezat sebesar 10%.Reinforcing: Advokasi ketua kader lansia untuk mengkomunikasikan mengembangkan resep-resep sederhana berbahan dasar makanan pokok pereda myalgia.
2.Rendahnya status pendidikan wargaFaktor yang tidak dapat diubah.
D. Pemecahan Masalah Terpilih
NO.RISK FACTORS & CONTRIBUTING RISK FACTORSPROBLEM SOLUTIONSPEARL SCORE
PEARL
1Lansia mengangkat barang-barang dari rumah ke tempat kerja dengan posisi mengangkat dan membawa barang yang kurang ergonomis ( Kurangnya Pengetahuan Individu Terhadap pentingnya ergonomitas kerja serta manfaatnya terhadap lansia itu sendiriPenyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kelompok lansia55555
Penyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kelompok pra-lansia45555
Penyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kader setempat35555
2Kebiasaan mengangkat barang dengan beban yang melebihi batas ( Penduduk kurang mengetahui tentang batas maksimal beban yang diperbolehkan untuk menghindari myalgia dan gerakan sederhana untuk meredakan myalgiaPenyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kelompok lansia55555
Penyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kelompok pra-lansia45555
Penyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kader setempat35555
Senam yoga lansia55545
3Kondisi geografis desa yang berada di dataran tinggi dan lahan yang menanjak.------
4Kurangnya edukasi dan advokasi di kalangan lansia oleh penyedia layanan kesehatan (posyandu) ( Kurangnya akses lansia terhadap Media Informasi Terkait Kesehatan kelompok usia lanjutRole play tentang masalah kesehatan yang sering dijumpai masyarakat lansia55545
Pembukaan Posyandu Lansia54545
5Kurangnya pemanfaatan Posyandu lansia di Dusun Krajan-Tosari di desa Duwet Krajan sehingga monitoring rutin kurang dapat mencakup lansia di Dusun Krajan-Tosari ( Kader yang direkrut kurang mengerti dan sulit memahami ilmu medis dasar sehingga penambahan sarana prasarana seperti posyandu lansia akan sulit berjalanSistem pembiayaan mandiri: asuransi masuk desa (ASMADES)55445
Penyuluhan kader mengenai kesehatan lansia54544
Menyediakan Posyandu Lansia tambahan di Dusun Duwet Krajan dan di Dusun Tosari sebagai sarana dan fasilatas dalam mendukung program edukasi dan promosi mengenai kesehatan lansia54545
Mengadakan pemeriksaan dan pengobatan gratis sebagai upaya skrining dan tatalaksana penyakit sederhana.54545
6Asupan nutrisi yang kurang terpenuhi pada individu ( Kurangnya Pengetahuan Terkait Nutrisi yang baik dan dibutuhkan oleh lansiaPenyuluhan kepada kelompok usia lanjut tentang makanan sedarhana yang mudah didapat untuk meredakan myalgia55545
Penyuluhan kepada kader dan ketua kader tentang alternatif pengembangan resep-resep sederhana berbahan dasar makanan pokok yang dapat meredakan myalgia45445
7Rendahnya status pendidikan warga ( kurangnya sarana pendidikan untuk warga------
Dari analisis dengan metode PEARL FACTOR, maka yang mendapatkan nilai tertinggi adalah meningkatkan peran kader kesehatan melalui program penyuluhan dan pelatihan serta pembukaan posyandu lansia dalam meningkatkan kepedulian masyarakat lansia terhadap penyakit myalgia sehingga angka lansia yang memeriksakan kesehatannya juga meningkat.
E. Klasifikasi Solusi Masalah Berdasarkan Tingkat Prevensi
No.PREVENTION LEVELLIST OF ACTION/SOLUTIONTOTAL PEARL SCORE
1Primary Prevention
-Health PromotionPenyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kelompok lansia25
Penyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kelompok pra-lansia24
Penyuluhan tentang cara mengangkat dan membawa barang dengan benar pada kader setempat23
Penyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kelompok lansia25
Penyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kelompok pra-lansia24
Penyuluhan tentang batas maksimal beban angkut yang mampu dibawa pada kader setempat23
Penyuluhan kader mengenai kesehatan lansia22
Role play tentang masalah kesehatan yang sering dijumpai masyarakat lansia24
-Specific ProtectionSenam yoga lansia24
2
-Early Case DetectionMenyediakan Posyandu Lansia tambahan di Dusun Duwet Krajan dan di Dusun Tosari sebagai sarana dan fasilatas dalam mendukung program edukasi dan promosi mengenai kesehatan lansia23
-Prompt TreatmentMengadakan pemeriksaan dan pengobatan gratis sebagai upaya skrining dan tatalaksana penyakit sederhana.23
3
-Physical RehabilitationPenyuluhan kepada kelompok usia lanjut tentang makanan sedarhana yang mudah didapat untuk meredakan myalgia24
Penyuluhan kepada kader dan ketua kader tentang alternatif pengembangan resep-resep sederhana berbahan dasar makanan pokok yang dapat meredakan myalgia22
-Mental Rehabilitation--
-Social RehabilitationSistem pembiayaan mandiri: asuransi sederhana masuk desa (ASMADES)23
F. Target Group
1. Primer
: Penduduk Usia Lansia (> 45 tahun) di Desa Duwet Krajan 2. Sekunder : Kelompok pra-lansia dan kader posyandu di Desa Duwet Krajan 3. Tersier : Perangkat Desa Duwet Krajan G. Goal
Menurunkan angka kejadian myalgia sebesar 30% pada kelompok usia lanjut di Desa Duwet Krajan selama 3 bulan.H. STRATEGI
NoStrategi intervensiSetting & metodeTarget populasiPeran & tanggung jawabSumber dayaEvaluasiTujuan
1Penyuluhan kesehatan,
tentang myalgia, ergonomisitas kerja, simulasi tas anti pegal, dan makanan yang mudah didapat untuk mengatasi myalgiaSetting : Rumah Bu LurahMetode :
Penyuluhan oleh tenaga kesehatan kepada kader dan lansia menggunakan metode group discussion dan dengan alat bantu tas anti pegal. Kader Lansia di kawasan desa Duwet KrajanTenaga kesehatan (Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai batasan myalgia, cara mengangkat barang yang baik, contoh tas anti pegal, dan makanan sederhana yang dapat meredakan myalgia. tenaga kesehatan,
Input:
Kehadiran para kader dan lansia sebagai peserta penyuluhan.
Kehadiran tenaga kesehatan sebagai penyuluh.
Ketersediaan media penyuluhan.Proses: Antusiasme dan keaktifan peserta dalam proses diskusi.
Kemampuan peserta menjawab pertanyaan tentang materi yang diajukan penyuluh.Outcome
Peningkatan wawasan lansia maupun kader tentang pegal linu, dan bagaimana mencegahnya
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang ergonomisitas kerja yang baik
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang cara mengatasi pegal linu dengan makanan sederhana yang mudah dibuatUmum :
Menurunkan prevalensi dan insidensi lansia dengan myalgia di kawasan desa Duwet KrajanKhusus : Meningkatkan pengetahuan lansia tentang segala hal yang berhubungan dengan myalgia dan ergonomisitas kerja sehingga para lansia dapat mencegah dan mengurangi kesakitan myalgia.
2Pemeriksaan dan Pengobatan Gratis lansiaSetting : Rumah ibu Lurah
Metode :
Pengobatan gratis, dengan metode UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) konvensional, yang melibatkan kader dan tenaga kesehatan desa Duwet Malang.Lansia di kawasan Desa Duwet Krajan Tenaga kesehatan: pemeriksaan dan pengobatan lansia
Kader: pendaftaran dan pendataan penyakit lansiaTenaga kesehatan, kader PosyanduInput:
Kehadiran para kader Posyandu Lansia desa Duwet Malang.
Kehadiran tenaga kesehatan Posyandu Lansia desa Duwet Malang.
Kehadiran lansia desa Duwet Malang sebagai peserta pengobatan gratis.
Ketersediaan materi Pengobatan Grais.
Ketersediaan media Pengobatan GratisProses:
Kehadiran dan antusiasme lansia sebagai peserta pengobatan.
Kesesuaian alur pengobatan gratis.
Kerjasama antar panitia pengobatan gratis.Outcome:
Peningkatan wawasan lansia desa Duwet Malang tentang penyakit yang diderita dan cara pencegahan serta cara mencegah keparahan.
Peningkatan kesadaran lansia desa Duwet Malang tentang pentingnya kesehatan dan hubungannya dengan produktivitas kerja.
Peningkatan kesadaran lansia desa Duwet Malang tentang manfaat Posyandu Lansia serta layanan kesehatan desa lainnya..Umum :
Pendataan penyakit dasar lansia dan sosialisasi layanan posyandu lansiaKhusus : Pengobatan penyakit dasar.
3Pembukaan Posyandu lansia Desa Duwet KrajanSetting : rumah ibu lurahMetode :
Penyuluhan oleh tenaga kesehatan kepada kader dan lansia menggunakan metode group discussion, serta peresmian posyandu lansia secara simbolis dengan pemotongan pita.Kader posyandu, warga lansia, pak lurah dan perangkat desa.Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang posyandu kepada kader dan lansia, sedangkan pak lurah dan perangkat desa meresmikan pembukaan posyanduTenaga kesehatan, pak lurahInput:
Kehadiran para kader dan lansia sebagai peserta penyuluhan dan pembukaan posyandu lansia
Kehadiran tenaga kesehatan sebagai pemateri.
Ketersediaan media penyuluhan.Proses:
Antusiasme dan keaktifan peserta dalam proses diskusi.Outcome:
Peningkatan wawasan lansia maupun kader tentang posyandu lansia
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang manfaat yang didapatkan oleh lansia dengan adanya posyandu lansia
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang penggunaan KMS dan manfaatnya
Peningkatan pengetahuan lansia tentang jadwal diadakannya posyandu lansia dan pelayanan apa saja yang bisa didapat dari posyandu lansia.
Lansia menjadi kenal dengan perangkat posyandu lansia.Umum :
Memudahkan akses kelompok usia lanjut desa Duwet Krajan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Menurunkan angka kesakitan kelompok usia lanjut di Desa Duwet Krajan.Khusus :
Memberikan layanan kesehatan dasar terhadap kelompok usia lanjut di desa Duwet Krajan.
4Role playSetting: Rumah Bu LurahMetode :
Permainan berupa papan dengan kotak ular tangga sebanyak 18 kotak
Lansia dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 5 orang lansia.
Terdapat dadu untuk mengetahui harus maju berapa langkah.
Terdapat beberapa papan yang ada kartu merahnya denga maksud mundur 2 langkah, kartu kuning mundur 1 langkah, kartu hijau ada hukuman, dan kotak kosong dengan menjawab pertanyaan.Lansia desa Duwet KrajanTenaga kesehatan memandu permainan dan memberikan pertanyaan kepada peserta.Tenaga kesehatan Input:
Kehadiran para kader dan lansia sebagai peserta roleplay
Kehadiran tenaga kesehatan sebagai pengarah permainan.
Ketersediaan media permainanProses:
Antusiasme dan keaktifan peserta dalam proses permainan.
Outcome:
Meningkatnya kesadaran lansia dalam pentingnya bekerja secara kelompok
Meningkatnya kesadaran lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia sebagai media dalam mengontrol kesehatan lansia.
Lansia memahami beberapa hal tentang penyakit yang biasa ada di desa mereka.Umum:
Meningkatkan wawasan kelompok usia lanjut tentang kesehatan lansia secara umum Meningkatkan keterampilan kelompok usia lanjut dalam menerapkan konsep ergonomisitas kerja.Khusus:
Mengisi waktu tunggu antrian pengobatan gratis dengan materi khusus kelompok usia lanjut yang dikemas dalam bentuk acara yang menyenangkan.
5Sarasehan Kader dan Perangkat DesaSetting:
Balai Desa Duwet Krajan
Rumah Kepala Desa
Metode:
Open group discussion
Perangkat Desa
Kader
Lansia
di kawasan desa Duwet KrajanTenaga kesehatan( memberikan presentasi mengenai sistem pembiayaan mandiri ASMADES, beserta simulasi dana kepada perangkat desa dan kader
Perangkat desa dan kader ( membentuk tim pengelola keuangan ASMADES dan menyepakati luas cakupan peserta ASMADES dan besaran premiTenaga kesehatan, perangkat desa, kaderJangka Pendek:
Para kader dan perangkat desa hadir minimal 80%
Semua kader dan perangkat desa memiliki salinan rencana penanganan kendala
Ketersediaan media penyuluhanJangka Menengah: Rencana ASMADES bisa disosialisasikan secara langsung kepada para lansia desa Duwet KrajanJangka Panjang: Pendirian Posyandu lansia mandiri di Desa Duwet Krajan
Meningkatnya kunjungan lansia ke Posyandu lansia mandiri
Umum:
Branstorming kendala dan alternatif solusi permasalahan pendirian Posyandu Lansia baru.
Khusus:
Meningkatkan wawasan perangkat desa dan kader tentang alternatif sistem pembiayaan mandiri dari oleh dan untuk warga Desa Duwet Krajan
Meningkatkan wawasan perangkat desa dan kader tentang solnnnnnnnnnnnnnnnnnnnusi pendanaan untuk biaya operasional Posyandu Meningkatkan rasa memiliki Posyandu yang telah ada kepada warga Desa Duwet Krajan
6Senam yoga lansiaSetting:
Rumah Bu LurahMetode:
Memberikan pelatihan senam yoga kepada lansia
Memberikan advis kepada kader posyandu untuk rutin melaksanakan senam yoga lansia Kader
Lansia
di kawasan desa Duwet KrajanTenaga kesehatan ( Memandu peserta melakukan gerakan-gerakan senam yoga lansiaTenaga kesehatanJangka Pendek:
Jumlah partisipasi dan antusiasme peserta senam yoga lansia
Jumlah terlaksananya senam yoga lansia (disesuaikan dengan program yang disepakati)
Peningkatan pengetahuan tentang senam yoga ringan sehingga bisa mengurangi ketegangan ototJangka Panjang:
Menurunnya angka kejadian myalgia pada lansia di kawasan desa Duwet KrajanUmum:
Meningkatkan pengetahuan lansia tentang gerakan-gerakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi myalgia
Meningkatkan pengetahuan kepada kader Posyandu mengenai contoh materi penyuluhan yang atraktif
Kusus:
Memperagakan gerakan-gerakan pada kelompok lansia dan kader Posyandu untuk mencegah dan mengurangi myalgia
BAB VII
HEALTH PROMOTION ACTION
7.1 Penyuluhan dan Pelatihan menjaga kesehatan pribadiTema
: Waktu Kegiatan
Hari
: JumatTanggal
: 22 Februari 2013Waktu
: 08.00 10.30Tempat
: SDN 1 dan SDN 2 BenjorSasaran
Sasaran Primer: Siswa siswi SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 Sasaran Sekunder: Guru SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 serta Kader di
Desa BenjorIdentifikasi Masalah Kesehatan
Tujuan Kegiatan
Memberikan pengetahuan mengenai bagaimana menjaga kesehatan pribadi meliputi mencuci tangan dan menggosok gigi Memberikan pengetahuan tentang makanan sehat
Memberikan contoh cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar. Menjaring calon Kader tiwisada diantara siswa SD di BenjorMateri
1. Penyuluhan menjaga kesehatan pribadi meliputi:a. Tujuan dan fungsi mencuci tanganb. Tujuan dan fungsi menggosok gigic. Makanan sehat2. Simulasi cara menjaga kesehatan pribadi meliputi a. Cara mencuci tangan yang benarb. Cara menggosok gigi yang benarMetode
Penyuluhan oleh tenaga kesehatan diberikan kepada siswa, guru dan kader desa Benjor menggunakan metode diskusi dan simulasi dengan menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Media
Media penyampaian:
Loud speaker
Buku Saku
PosterAlat & Bahan:
Air bersih mengalir
Sabun
Sikat gigi
Pasta gigi
Gelas
Kain lap
EmberProses
Peserta dikumpulkan di tempat yang telah disediakan
Penyuluh menyampaikan materi cara mencuci tangan, menggosok gigi, serta makanan sehat menggunakan buku saku dan poster Peserta dibawa keluar ke tempat simulasi yang telah disediakan
Penyuluh menunjuk beberapa orang untuk mempraktekkan cara mencuci tangan dan menggosok gigi
Penyuluh mengajak sasaran untuk mencuci tangan dan menggosok gigi bersama Acara selesai
Indikator KeberhasilanInput:
Kehadiran siswa siswi SD sebagai peserta penyuluhan.
Kehadiran tenaga kesehatan sebagai penyuluh.
Ketersediaan media penyuluhan.
Proses:
Antusiasme dan keaktifan sasaran dalam proses diskusi.
Kemampuan peserta menjawab pertanyaan tentang materi yang diajukan penyuluh. Kemampuan peserta dalam mempraktekkan materi yang diajukan penyuluh ketika simulasi. Kemampuan calon kader tiwisada sebagai contoh dan pembimbing teman-temannyaOutcome
Peningkatan wawasan siswa siswi, guru maupun kader tentang kesehatan pribadi Peningkatan pengetahuan siswa siswi, guru maupun kader tentang cara mencuci tangan dan menggosok gigi Perubahan perilaku siswa siswi dalam mencuci tangan dan menggosok gigi7.2 Pembinaan Kader TiwisadaTema
: Waktu Kegiatan
Hari
: SabtuTanggal
: 23 Februari 2013Waktu
: 08.00 10.30Tempat
: SDN 1 dan SDN 2 BenjorSasaran
Sasaran Primer: Siswa siswi SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 yang
ditunjuk sebagai kader tiwisada Sasaran Sekunder: Siswa siswi SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2, Guru SDN
Benjor 1 dan SDN Benjor 2 serta Kader di Desa BenjorIdentifikasi Masalah Kesehatan
Tujuan Kegiatan Memberikan pengetahuan tentang pemeriksaan tajam penglihatan Memberikan pengetahuan cara perawatan luka yang baik dan benar Memberikan contoh cara memeriksan tajam penglihatan danmerawat luka yang baik dan benar. Membina Kader tiwisada di desa BenjorMateri
1. Penyuluhan dan simulasi cara memeriksa tajam penglihatan2. Penyuluhan dan simulasi cara merawat luka yang benarMetode
Penyuluhan oleh tenaga kesehatan diberikan kepada calon kader tiwisada, siswa, guru dan kader desa Benjor menggunakan metode diskusi dan simulasi dengan menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Media
Media penyampaian:
Loud speaker
Buku Saku
Alat & Bahan:
Air bersih mengalir Snellen chart Perban Plester
BetadinProses
Peserta dikumpulkan di tempat yang telah disediakan
Penyuluh menyampaikan materi cara merawat luka yang benar Peserta di bagi berpasang-pasangan dan diminta mempraktekkan cara merawat luka yang benar
Penyuluh menyampaikan materi cara memeriksa tajam penglihatan kepada calon kader tiwisada
Calon kader tiwisada mencari pasangan sebagai dokter dan pasien
Calon kader berperan sebagai dokter dan memeriksa tajam penglihatan peserta yang lain yang berperan sebagai pasien secara berpasang-pasangan Acara selesai
Indikator KeberhasilanInput:
Kehadiran siswa siswi SD serta calon kader tiwisada sebagai peserta penyuluhan.
Kehadiran tenaga kesehatan sebagai penyuluh.
Ketersediaan media penyuluhan.
Proses:
Antusiasme dan keaktifan sasaran dalam proses diskusi.
Kemampuan peserta menjawab pertanyaan tentang materi yang diajukan penyuluh. Kemampuan peserta dalam mempraktekkan materi yang diajukan penyuluh ketika simulasi. Kemampuan kader tiwisada dalam berperan sebagai dokterOutcome
Peningkatan wawasan siswa siswi, guru maupun kader tentang kesehatan pribadi Peningkatan pengetahuan siswa siswi, guru maupun kader tentang cara memeriksa tajam penglihatan dan merawat luka Terbinanya kader tiwisada yang dapat meneruskan pengetahuan kepada siswa siswi yang lain 7.3 Pembentukan UKS SDN 1 dan SDN 2 BenjorTema
: Waktu Kegiatan
Hari
: SabtuTanggal
: 23 Februari 2013Waktu
: 10.30 - selesaiTempat
: SDN 1 dan SDN 2 BenjorSasaran
Sasaran Primer: Siswa siswi SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 Sasaran Sekunder: Guru SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 serta Kader di
Desa BenjorIdentifikasi Masalah Kesehatan
Tujuan Kegiatan
Memberikan pengetahuan mengenai pengertian UKS.
Memberikan pengetahuan mengenai manfaat UKS bagi siswa siswi sebagai sarana dalam pendidikan, pelayanan, dan pembinaan kesehatan Mensosialisasikan UKS kepada siswa siswi SDN 1 dan SDN 2 Benjor. Advokasi kepada perangkat sekolah agar mendukung kegiatan UKSMateri Apa manfaat dari UKS bagi siswa siswi terkait dengan kesehatan?
Apa saja yang dilakukan oleh UKSMetode
Penyuluhan oleh tenaga kesehatan diberikan kepada calon kader tiwisada, siswa, guru dan kader desa Benjor menggunakan metode diskusi.Media
Media penyampaian:
Loud speaker
Buku SakuProses
Peserta dikumpulkan di tempat yang telah disediakan
Penyuluh menyampaikan materi UKS Perkenalan kader tiwisada kepada sasaran
Penyerahan buku pedoman perawatan kesehatan pribadi dan alat pemeriksaan tajam penglihatan Acara selesai
Indikator KeberhasilanInput:
Kehadiran siswa siswi SD serta kader tiwisada Kehadiran tenaga kesehatan sebagai penyuluh.
Ketersediaan media penyuluhan.
Proses:
Antusiasme dan keaktifan sasaran.Outcome
Peningkatan wawasan siswa siswi, guru maupun kader tentang UKS Terbinanya kader tiwisada yang dapat meneruskan kegiatan UKS Terbentuknya UKS dan berjalannya kegiatan yang dilakukan oleh UKS7.4 Sarasehan Kader dan Perangkat Desa
Tema : mensana in corpore sano
Waktu Kegiatan I:
Hari
:
Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:Sasaran : Kader dan perangkat desa Benjor, Malang
Waktu Kegiatan II:
Hari
: SelasaTanggal
: 26 Februari 2013Waktu
:
Tempat
: Balai Desa Benjor
Sasaran : Kader dan perangkat desa Benjor, Malang
Identifikasi Masalah Kesehatan
Tujuan Kegiatan
Membahas permasalahan kesehatan di desa Benjor Penyampaian materi penyakit yang mudah menular
Diskusi terbuka bagaimana cara pencegahan dan menyelesaikan penyakit tersebut
Diskusi terbuka tentang pentingnya pembinaan kader tiwisada dan keberadaan UKS di SDN yang berada di desa Benjor Menjalin keakraban antara dokter muda dengan kader dan perangkat desa.
Materi
Materi tentang penyakit yang mudah menular (influenza, scabies, varicella) Tentang UKS
Manfaat dan pentingnya UKS
Perlunya pembinaan Kader tiwisada di Desa BenjorMetode
Open group discussion
Media
mikrofon, catatan kecil
Indikator Keberhasilan
Jangka Pendek:
Para kader dan perangkat desa hadir minimal 80%
Semua kader dan perangkat desa memiliki salinan penyakit mudah menular yang disampaikan.
Ketersediaan media penyuluhan.
Jangka menengah:
Rencana pengadaan UKS di SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2 didukung oleh kader dan perangkat desa.
Jangka panjang
Pendirian UKS di desa Benjor Menurunnya rataan absensi di SDN Benjor 1 dan SDN Benjor 2.
BAB VIII
EVALUASI KEGIATAN8.1 Penyuluhan dan Pelatihan menjaga kesehatan pribadiEvaluasi Proses: K ehadiran seluruh peserta atau siswa kelas 3 & 4 di SDN 1 serta SDN 2 Benjor
Ketersediaan alat dan bahan dalam simulasi
Siswa siswi tampak antusias mengikuti penyampaian materi dan simulasiEvaluasi Impact: Kepahaman siswa siswi terhadap materi yang diberikan Kemampuan kader tiwisada dalam membimbing peserta lain dalam simulasiEvaluasi outcome :
Diadakannya acara cuci tangan dan sikat gigi bersama secara rutin setiap minggu Daya ingat siswa siswi dengan cara cuci tangan dan sikat gigi (dievaluasi 3 bulan kemudian)8.2 Pembinaan Kader TiwisadaEvaluasi Proses: K ehadiran seluruh peserta atau siswa kelas 3 & 4 di SDN 1 serta SDN 2 Benjor
Ketersediaan alat dan bahan dalam simulasi
Siswa siswi tampak antusias mengikuti penyampaian materi dan simulasiEvaluasi Impact: Kepahaman siswa siswi terhadap materi yang diberikan Kemampuan kader tiwisada dalam mengulang cara rawat luka
Kemampuan kader tiwisada dalam mengulang dan memeriksa sebagai dokterEvaluasi outcome :
Adanya screening dari pihak sekolah terhadap tajam penglihatan siswa siswi Daya ingat siswa siswi dengan cara memeriksa tajam penglihatan dan merawat luka (dievaluasi 3 bulan kemudian)8.3 Pembentukan UKS SDN 1 dan SDN 2 BenjorImpact:
Kehadiran para kader dan lansia sebagai peserta penyuluhan sejumlah 170 orang. Peningkatan wawasan lansia maupun kader tentang posyandu lansia
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang manfaat yang didapatkan oleh lansia dengan adanya posyandu lansia
Peningkatan pengetahuan lansia maupun kader tentang penggunaan KMS dan manfaatnya
Peningkatan pengetahuan lansia tentang jadwal diadakannya posyandu lansia dan pelayanan apa saja yang bisa didapat dari posyandu lansia.
Proses: Antusiasme dan keaktifan peserta dalam penyuluhan. Materi yang disampaikan berjalan lancar Kerjasama dari para kader untuk mengkondisikan para lansiaOutcome Peningkatan kunjungan posyandu lansia.(dievaluasi tiap bulan)
Peningkatan screening terhadap penyakit-penyakit pada lansia.
8.4 Sarasehan Kader dan Perangkat Desa
Impact: Kehadiran 90% kader dan perangkat desa Pemahaman para kader dan perangkat desa mengenai kendala dan cara mengatasi pada posyandu lansia.Proses: Para kader dan perangkat desa tampak antusias mengikuti penjelasan dari dokter muda
Para kader dan perangkat desa aktif bertanya dan memberikan tanggapan pada sesi diskusi, dan berjanji segera mensosialisasikan ke para warga
OutcomePerwujudan pendirian posyandu lansia mandiri
BAB IX
PEMBAHASAN
9.1 Intervensi LansiaData primer permasalahan kesehatan di desa duwet krajan kami dapatkan melalui data primer dan data sekunder. Data primer kami dapatkan dari kuisioner yang langsung dibagikan kepada para lansia yang dibagi secara random. Data sekunder kami dapatkan dari data kunjungan lansia ke pusat kesehatan lansia setempat, yaitu di perawat desa. Berdasarkan hasil survey kami, melalui data primer dan sekunder terdapat tiga penyakit terbanyak yang dialami para lansia desa duwet krajan. Selanjutnya, melalui teknik MSF (magnitude Feasibility ) kami dapatkan bahwa myalgia merupakan prioritas kesehatan utama pada para lansia. Karena itu diagnosa komunitas kami mengarah ke penyakit tersebut, beserta strategi intervensinya.
Intervensi besar kami dirangkai dalam satu tema besar yaitu SATE LANSIA, merupakan singkatan dari Sapu Jagad Sehat Lansia. Di dalam acara ini, terdapat 5 acara inti, yaitu senam lansia, pembukaan posyandu lansia mandiri, penyuluhan kesehatan seputar myalgia, sosialisasi tas anti pegal, roleplay myalgia, dan pemeriksaan dan pengobatan gratis lansia. Total undangan yang kami sebarkan adalah sejumlah 200 lembar. Undangan tersebar ke semua dusun. Acara dimulai dari jam 07.00 dan beakhir jam 13.00, bertempat di rumah pak kepala desa. Dalam pengadaannya, acara ini juga dibantu oleh kader-kader desa duwet krajan.
Rangkaian promosi kesehatan ini diawali dengan senam lansia. Prosesnya adalah para lansia berkumpul di halaman rumah pak kepala desa melakukan senam dengan instruktur dari para dokter muda. Senam ini bertujuan untuk mengajarkan kepada para lansia bagaimana cara menghilangkan ketegangan dan kekakuan otot, sehingga otot tidak terasa pegal dan kaku. Para lansia tampak aktif mengikuti gerakan dari para dokter muda, meskipun sesekali mereka istirahat karena merasa lelah.
Promosi kesehatan dilanjutkan dengan penyuluhan tentang posyandu lansia. Berdasar survey yang kami lakukan sebelumnya, posyandu lansia telah berdiri di ketiga dusun, namun yang berdiri secara mandiri hanya di dusun swaru. Sedangkan di dusun duwet krajan dan dusun tosari, posyandu lansia bergabung pengadaannya dengan posyandu balita. Survey kami menunjukkan, data kunjungan posyandu lansia hanya sedikit, kurang dari 10% jumlah total lansia tiap dusun. Setelah kami analisis, sebagian besar lansia tidak hadir karena tidak tahu ada posyandu lansia. Karena itu, promosi kesehatan kami juga bertujuan untuk memisahkan antara posyandu lansia dengan posyandu balita. Prosesi pemisahan dilambangkan dengan pemotongan pita, yang dilanjutkan dengan penyerahan seperangkat alat kesehatan untuk eksekusi posyandu lansia pada nantinya. Kegiatan posyandu ini juga kami sosialisasikan kepada para lansia yang hadir.
JENISDEWASATENAGA KERJA MUDA
PRIA (KG)WANITA (kg)Pria (kg)Wanita (kg)
Sekali-sekali40151510-12
Terus menerus15-181010-156-9
Promosi kesehatan selanjutnya adalah penyuluhan tentang myalgia. Berdasar survey, salah satu faktor resiko terbesar penyebab tingginya angka myalgia di desa duwet krajan adalah lifestyle cara membawa barang yang salah, serta barang bawaan yang terlalu berat. Kedua hal tersebut berkaitan dengan ergonomitas kerja. Karena itu, materi yang kami bawakan berupa ergonomi dan penerapannya. Berdasar teori ergonomi, beban maksimum yang diperkenankan dibawa sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
Selain beban maksimal yang diperkenankan, cara membawa barang juga menjadi perhatian kami. Ketika salah satu lansia diminta memperagakan cara mengambil barang yang benar, sebagian besar tidak tahu atau salah. Menurut teori ergonomitas, cara mengambil barang yang benar agar tidak menimbulkan resiko nyeri adalah seperti gambar berikut:
Di sesi penyuluhan ini, kami juga mempromosikan sebuah desain tas baru, yang bisa menjadi solusi untuk membawa barang-barang berat. Tas ini kami namakan tas tegal, kepanjangan tas anti pegal. Tas ini didesain dengan ruang yang besar, sehingga bisa untuk membawa barang-barang banyak, serta dengan prinsip-prinsip tas ergonomis. Bahan-bahannya bisa dibeli sendiri dengan harga murah dan bisa dibuat sendiri oleh para lansia. Dengan tas ini, diharapkan para lansia tidak lagi membawa barang dengan cara yang salah sehingga mengurangi angka kejadian myalgia. Selain teori-teori tentang ergonomi dan prakteknya, kami juga memperkenalkan makanan-makanan yang bisa mengurangi myalgia seperti pisang dan lidah buaya. Makanan-makanan ini dikenal tinggi potassium. Setelah penyampaian oleh dokter muda, penyuluhan dilanjutkan oleh penyampaian dari dr chusnul chuluq MPH tentang penyakit-penyakit yang biasa menyerang lansia, faktor-faktor resiko dan cara penanganannya.
Sesi promosi kesehatan selanjutnya adalah roleplay. Permainan nya berupa ular tangga, yang dimainkan oleh 3 tim. Setiap kotak mengandung pertanyaan-pertanyaan seputar kesehatan secara umum, serta materi yang telah disampaikan sebelumnya. Setiap jawaban benar akan diberikan reward berupa melanjutkan permainan, dan bila salah akan diberikan hukuman berupa menyanyikan lagu.
Sesi promosi kesehatan tereakhir adalah pemeriksaan dan pengobatan gratis. Tujuan pengobatan gratis ini adalah untuk skrening masalah kesehatan Lansia desa Duwet Malang, memberikan upaya kesehatan sekunder kepada Lansia desa Duwet Malang, memberikan edukasi singkat mengenai cara pencegahan dan mencegah keparahan penyakit yang diderita Lansia Desa Duwet Malang, serta meningkatkan kesadaran akan penggunaan fasilitas kesehatan desa kepada Lansia Desa Duwet Malang. Dengan menggunakan metode UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) konvensional dengan melibatkan kader, serta tenaga medis desa Duwet Krajan Malang. Dari 300 undangan yang kami sebar hadir 160 lansia, yang kemudian kami periksa, pengobatan dasar penyakit, dan pendataan dari setiap permasalahan kesehatan yang di alami para lansia. Sehingga didapatkan data mengenai permasalahan kesehatan di desa Duwet Krajan Malang.
9.2 Intervensi Kader
Posyandu lansia di desa duwet krajan telah berdiri sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, dalam pelaksanaannya posyandu lansia masih berdampingan dengan posyandu balita. Kegiatan yang dilakukan sebagian besar masih untuk posyandu balita, sedangkan untuk posyandu lansia sendiri para kader masih kabur dalam pelaksanaannya. Dengan pemisahan posyandu lansia dengan balita, atau dengan kata lain posyandu lansia berdiri sendiri, maka dibutuhkan pencerdasan kader dalam kaitannya dengan kesehatan lansia. Sehingga nantinya, peran kader akan sangat penting dalam beberapa tindakan preventif primer terhadap penyakit-penyakit terbanyak pada lansia. Karena itu, salah satu intervensi kami untuk membantu pendirian posyandu lansia adalah dengan memberikan sebuah buku pedoman pelaksanaan posyandu lansia. Buku pedoman ini berisi tentang pelaksanaan posyandu, mulai dari struktur keorganisasian, kegiatan-kegiatan posyandu, materi yang bisa disampaikan dalam penyuluhan, dan lain-lain. Harapan kami dengan adanya buku ini, para kader lansia bisa lebih aktif dalam promosi kesehatan terhadap lansia, dan nantinya akan menurunkan angka kesakitan pada lansia. Pemberian buku ini kami sertakan juga bagan-bagan dan beberapa poster lansia untuk membantu pada penyuluhan.
Selain pada pencerdasan kader, salah satu masalah yang kami coba berikan solusi adalah pada keuangan. Disini, kami menawarkan sebuah sistem asuransi dari warga desa dan untuk warga desa, yang diberi nama ASMADES (Asuransi Masuk Desa). Asuransi ini nantinya akan digunakan untuk pengeluaran kesehatan rutin, dan memberikan biaya untuk lansia yang sakit. Para perangkat desa dan kader tampak sangat antusias dengan sistem ini, dan menjanjikan kami untuk disampaikan ke warga desa dan melihat tanggapan dari para warga. Jika tanggapannya positif, maka sistem ini akan segera diberlakukan.dengan keuangan yang stabil dan mencukupi, ditambah kader yang cerdas dan terlatih, maka posyandu lansia akan siap untuk berdiri sendiri.
BAB X
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
1. Lansia adalah salah satu permasalahan utama di desa duwet krajan.
2. Kendala posyandu lansia pada keuangan, dan kegiatan kader.
3. Myalgia menempati angka tertinggi pada survey data penyakit sebesar 57%.
4. Intervensi dengan bentuk rangkaian acara penyuluhan, simulasi, pengobatan, dan pembukaan posyandu lansia mandiri.10.2 Saran
1. Perangkat dan kader desa melakukan case finding terhadap kasus-kasus yang terjadi pada lansia di desa duwet krajan sehingga data kesehatan lansia bisa lebih disempurnakan.2. Pemberdayaan keluarga lansia terhadap gangguan kesehatan yang dialami lansia, sehingga keluarga ikut berperan aktif dalam membantu meningkatkan taraf kesehatan lansia
3. Mengajak kader-kader desa untuk berperan aktif dalam menghidupkan posyandu lansia dan membantu program-program untuk kesehatan lansia.1257.(0,1)2 + 1
1257
n =
n = 92
n 92 (dibulatkan ke atas)
11
_1422239230.xlsChart1
43
8
3
Sales
Penghasilan Lansia
Sheet1
Sales
< 300rb43
> 300rb8
> 500rb3
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239234.xlsChart1
54
9
Sales
Status Pekerjaan
Sheet1
Sales
ya54
tidak9
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239237.xlsChart1
0.63
0.37
Sales
Jumlah Lansia dalam 100 KK
Sheet1
Sales
lansia63%
tidak ada lansia37%
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239232.xlsChart1
44
4
6
Sales
Jenis Pekerjaan Lansia
Sheet1
Sales
buruh tani44
kuli bangunan4
berdagang6
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239225.xlsChart1
33
9
9
3
Sales
Cara membawa barang bawaan
Sheet1
Sales
digendong33
dipikul9
dijinjing9
lain-lain3
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239227.xlsChart1
49
5
Sales
Bagaimana Lansia pergi bekerja
Sheet1
Sales
jalan kaki49
kendaraan5
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239221.xlsChart1
39
12
8
4
Sales
Penyakit terbanyak lansia
Sheet1
Sales
pegal linu39
batuk pilek12
pusing8
lain-lain4
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239223.xlsChart1
18
22
11
9
3
Sales
Tempat lansia berobat
Sheet1
Sales
puskesmas18
bidan22
jamu-jamuan11
pijet9
tidak tahu3
To resize chart data range, drag lower right corner of range.
_1422239218.xlsChart1
38
25
Sales
Jarak tempat kerja
Sheet1
Sales
1 km25
To resize chart data range, drag lower right corner of range.