nabia abbott

Upload: muhammad-adib

Post on 09-Mar-2016

28 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 11. Pengertian Teori Explosive Isnad dan Isnad Family danNon FamilyDiakui adanya, para orientalis memang cukup kreatif dalam

    memberikan istilah-istilah khusus yang berhubungan dengan fokusmateri yang mereka kaji. Beberapa istilah asing akan bermunculanketika kita mengkaji pemikiran orientalis terhadap hadis. Sebut sajaJoseph Schacht yang terkenal dengan Teori Projecting Back danArgumenta e Silentio nya, G.H.A. Juynboll yang dikenal publik denganTeori Common Link nya, Haralzd Motzki yang juga berhasilmemperkenalkan Teori Dating dan Isnad Cum Analysis sehingga namanya cukupdiperhitungkan dalam dunia orientalis, begitu juga Nabia Abbott yang memiliki beragamistilah dalam kajiannya seputar hadis, salah satunya adalah Teori Explosive Isnad,Isnad Family dan Non Family.

    Maka yang dimaksud dengan teori Explosive Isnad yangterdapat dalam salah satu penelitian Nabia Abbott yang berjudulStudies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary AndTradition yang diterbitkan oleh The University of Chicago Press, Nabiamenyatakan bahwa dalam satu sampai dua ribu nama sahabat dantabiin telah terlibat periwayatan hadis, dimana masing-masing darimereka meriwayatkan rata-rata dua sampai lima hadis, dan haltersebut menunjukkan kepada kita perkiraan jumlah hadis yangdibukukan pada abad ketiga hijriyah. Nabia menyadari bahwakeberadaan jalur isnad telah melibatkan sekian banyak orang dalammeriwayatkan hadis sehingga menghasilkan suatu Explosive Isnad(meledaknya isnad) karena banyaknya orang yang terlibat dalamperiwayatan hadis dan jumlahnya akan selalu bertambah banyak disetiap masing-masing t}abaqa>t (generasi).1

    Untuk lebih memahamkan para pembaca mengenai teoriExplosive Isnad nya, Nabia berasumsi bahwa rata-rata para sahabatmeriwayatkan satu hadisnya kepada dua tabiin, dan kemudianmasing-masing tabiin tersebut meriwayatkan kepada dua generasiberikutnya (tabiin tabiin), dan rangkaian periwayatan tersebut akanterus berlanjut sampai empat atau bahkan delapan generasidibawahnya. Dalam hal ini digambarkan seperti periwayatan hadispada masa Zuhri>, yang mana periwayatan tersebut akan terusberjalan dan berkesinambungan sampai pada masa Ibn H{ambal.

    1 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, (Chicago: The University of Chicago Press, 1967), hal: 72.

  • 2Perhitungannya menggunakan deret geometri, dimana antara masaZuhri dan Ibn H{ambal akan melibatkan 16 sampai 256 jalurperiwayatan (t}uru>q). Bisa dikatakan bahwa hadis yang disampaikanoleh para sahabat -berdasarkan pada perhitungan deret geometri-maka diperkirakan akan melewati 16 jalur perawi hadis pada masanyaZuhri dan melewati 256 jalur perawi hadis di masa Ibn H{anbal. Jikakita memperluas hipotesa ini sampai pada masa generasi kesepuluh,kemungkinan jumlah jalur perawi pada masa Ibn Hambal dan duagenerasi setelahnya akan mencapai 10% dari 256, 512, dan 1024,yaitu kira-kira melibatkan 26, 51, dan 102 jalur perawi secaraberturut-turut. Jumlah ini merupakan hal yang sangat luar biasakarena melibatkan banyak orang dalam periwayatannya.2

    Selain teori Explosive Isnad , dikenal juga teori Isnad Family danNon Family. Term family dalam pembahasan ini adalah hubungan yangmencakup antara anggota keluarga dan teman karib (mawali>), yangbiasanya disusun dengan formula so-and-so (periwayatan hadis yangbersumber dari ayahnya dan dari kakeknya). Formula so-and-so iniyang biasanya sering terjadi dalam periwayatan Isnad Family. Hal inibisa diartikan bahwa ahli hadis menyampaikan hadisnya kepada orangtertentu yang memiliki hubungan darah dengannya, atau kepadakerabat dekatnya, seperti Na>fi yang merupakan teman karib(mawa>li>) dari Ibn Umar dan Muh{ammad Ibn Sirri>n yangmerupakan teman karib (mawa>li>) dari Anas bin Ma>lik.periwayatan Isnad Family dimulai dari masa para sahabat yangkemudian dilanjutkan sampai tiga generasi setelahnya secaraberturut-turut, seperti seorang ayah yang melanjutkan periwayatanhadisnya kepada anaknya dan begitu seterusnya sampai kepadagenerasi dibawahnya lagi, atau terkadang jalur Isnad Familymelompati satu generasi dibawahnya, seperti seorang kakekmenemukan cucunya sangat antusias mengikuti jejak langkahnyadalam meriwayatkan hadis, atau terkadang jalur tersebutbersebarangan dalam mata rantai keluarga ketika keponakan laki-lakiberkeinginan untuk ikut andil dalam meriwayatkan hadis.3

    Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud Isnad Family oleh NabiaAbbott adalah ketika periwayatan hadis tersebut hanya diriwayatkankepada orang-orang tertentu yaitu: pertama, diriwayatkan dari jalur

    2 Ibid, hal: 72.3 Ibid, hal: 36.

  • 3atas ke bawah dalam hubungan nasab, seperti seorang ayah yangmeriwayatkan hadisnya kepada anaknya, atau melompati satugenerasi dibawahnya, seperti seorang kakek yang langsungmeriwayatkan hadis kepada cucunya tanpa melalui ayah cucutersebut. Kedua, ketika periwayatan tersebut tidak diriwayatkan darijalur atas ke bawah sebagaimana jalur nasab ayah dan anak-,melainkan melalui jalur menyamping, seperti hadis yang diriwayatkankepada keponakan laki-laki. Ketiga, ketika periwayatan hadis tersebutdiriwayatkan kepada seseorang yang tidak memiliki hubungan darahdengan ahli hadis, namun memiliki kedekatan khusus diantarakeduanya (mawa>li>).

    Setelah memahami teori Isnad Family di atas, denganmenggunakan pendekatan al mafhu>m al mukha>lafah, maka yangdimaksud dengan teori Isnad Non-Family adalah ketika jalurperiwayatan tersebut tidak diriwayatkan kepada pihak yang memilikihubungan darah dengan ahli hadis atau kepada seseorang yang tidakmemilki kedekatan khusus dengan ahli hadis (mawa>li>). MeskipunNabia Abbott tidak mendefinisikan teori Isnad Non-Family secaraeksplisit layaknya ketika mendefinisikan teori Isnad Family, namunsepertinya yang dimaksud oleh Nabia dengan teori Isnad Non-Familynya adalah sebagaimana tersebut di atas. 2. Sketsa Biografis Penggagas Teori Explosive Isnad dan Isnad Family dan Non

    Family 4

    Nabia Abbott, seorang wanita professional pada erakemerdekaan yang dilahirkan di Mardin sebelah barat daya Turki-pada bulan Januari 1987. Nabia bersama keluarganya sudah terbiasahidup nomaden dengan berpindah-pindah tempat dari satu negara kenegara yang lain. Ketika masih kecil, Nabia dan keluarganyamenempuh perjalanan jauh sampai ke daerah Mosul, berlayar dariTigris ke Baghdad, kemudian melewati teluk Persia dan Laut Arab dansampai di Bombay pada tahun 1907. Di Bombay, dia mengenyampendidikan di sekolah Inggris yang berada di sana, dan setelah luluskemudian Nabia melanjutkan pendidikannya di luar negeri di

    4 Informasi seputar biografi Nabia Abbott didapatkan dari Muhsin Mahdi, seorang professor Arab dan rektor Department of Near Eastern Languages and Civilizations di University of Chicago, Nabia Abbott (Chicago: The University of Chicago Press, ttp), hal: 4-6

  • 4Universitas Cambridge pada tahun 1915. Namun selama perang duniapertama berlangsung, Nabia kemudian kembali lagi ke India,kemudian melanjutkan perjalanannya ke arah selatan di perguruantinggi Isabella Thorbom, Lucknow yang kemudian menggabungkandiri dengan Universitas Allahabad-, dan lulus dengan mendapatkangelar A.B. nya dengan predikat kehormatan pada tahun 1919.

    Setelah lulus, Nabia kemudian memulai program womenseducation nya di kerajaan Irak. Dari situ kemudian Nabia mengikutikeluarganya pindah ke Boston, dan di Universitas Boston, Nabiamendapatkan gelar A.M nya pada tahun 1925. Setelah lulus, Nabiakemudian bergabung menjadi staff pengajar di Department ofEducation di Asbury College, Wilmore, dan menjadi kepalaDepartment of History pada tahun 1925-1933.

    Ketika keluarganya pindah ke Chicago, di sana Nabia menjadiprofessor Arab di Oriental Institute, Chicago pada tahun 1933. NabiaAbbott menjadi wanita pertama yang mengajar di Oriental Institute.Nabia menjadi pioneer wanita yang banyak menghabiskan waktunyauntuk mengkaji dengan sungguh-sungguh naskah-naskah kuno Arabdan kebudayaan awal Islam. Sebelum perang dunia kedua, OrientalInstitute sudah menaruh minat yang sangat besar untuk mengkajilebih dalam dokumen kuno Arab dan teks-teks keislaman. Dalammelakukan penelitiannya tersebut, Nabia mengkaji teks-teks sejarahIslam dengan Martin Sprengling, dan kemudian menulis disertasinyadengan judul The Kurrah Papyri of the Oriental Institute pada tahun1936.

    Beberapa karya Nabia, diantaranya adalah The Rise of TheNorth Arabic Script and its Quranic Development with a FullDescription of The Quran Manuscripts in The Oriental Institute,Aishah: The Beloved Muhammad, Studies in Arabic Literary Papyrivolume I: Historical and Texts, Studies in Arabic Literary Papyri volumeII: Quranic Commentray and Tradition, Studies in Arabic LiteraryPapyri volume III: Language and Literature, dsb.

  • 5Dilihat dari sepak terjangnya di dunia intelektual, nama Nabiapatut diperhitungkan. Melalui keseriusannya dalam mempelajari teks-teks kuno manuskrip Arab, yang dibuktikan dengan beberapakaryanya, mampu menjadikan Nabia sebagai seorang professor yangsangat menaruh antusias besar dalam mengkaji kebudayaan Islam,temasuk Quran dan hadis. Ambisi dan keseriusan Nabiamenjadikannya menjadi wanita penting dalam dunia orientalissehingga berhasil mencantumkan beberapa prestasi kebanggaannyasebagai upaya mempelopori banyak wanita di wilayah Islam TimurTengah.

    3. Asumsi Dasar Teori Explosive Isnad dan Isnad Family dan Non FamilyKegelisahan Nabia Abbott terhadap perkembangan hadis di

    dunia keislaman dimulai pertama kali ketika dalam benaknya munculbeberapa pertanyaan yang kemudian mendasari kajian penelitiannyadi bidang hadis. Beberapa pertanyaan yang sering bermunculandalam benaknya, seperti kapan, kenapa, dan bagaimana metodeperiwayatan serta penulisan hadis bermula dalam Islam, yangkemudian berkembang begitu cepat seiring dengan berkembanganyakebudayaan Islam yang semakin meluas, terutama pada abadpertama hijriyah dan bahkan menyebar sampai ke seantero benuaEropa dan Afrika. Perkembangan tersebut disebut oleh Nabia bermulasemenjak kehidupan Muhammad.5

    Segala hal yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaanbangsa Arab, menjadi sangat menarik untuk dikaji, terutama olehkalangan cendekiawan dari Barat. Tidak bisa terelakkan, Muhammadmenjadi sentral dan memainkan peranan yang begitu penting,memberikan cerita sejarah yang hebat pada dunia. Muhammad dankomunitasnya berhasil memerankan sejarah dunia dengan sangatapik. Diakui oleh Nabia sendiri bahwa Muhammad berhasil menjaditeladan, membangun komunitas masyarakat yang heterogen menjadisatu kesatuan masyarakat yang utuh, tunduk pada satu aturan yangsama, menjelaskan kepada komunitasnya akan perjalanan kehidupanyang bermula dari proses penciptaan dan berakhir ketika ajalmenjemput dan sampai pada kehidupan sesudahnya. Al Quran,

    5 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text, (Chicago: The University of Chicago Press, 1967), hal: 5.

  • 6dengan banyak penjelasan seputar proses penciptaan, kehadiranutusan (rasu>l), adanya hari kebangkitan, surga, neraka, sedikitbanyak memberikan dorongan kepada komunitasnya untuk terusmengkaji dan memperluas pemahaman. Segala titah Tuhan yangberisi tentang peringatan, petunjuk, dan pedoman hidup yangmembimbing manusia ke dalam konsep yang benar. Ditambah lagidengan kehadiran hadis dan sunnah, Muhammad menjadi teladanidaman tersendiri dalam memberikan motivasi kepada parapengikutnya untuk selalu memperhatikan larangan dan mengikutipetunjuknya, baik dalam urusan kemasyarakatan maupun dalamlingkup pribadi.6 Dalam waktu yang cukup singkat, Muhammadberhasil mambangun kebudayaan bangsa Arab dengan komunitasnyayang masiv dan mampu menyaingi kebudayaan Romawi dan Persiayang telah lama ada. Tak heran jika kemudian Michael H. Hartmencatatkan nama Muhammad sebagai tokoh pertama dari seratustokoh yang paling berpengaruh di dunia.

    Tidak seperti orientalis yang lain, apa yang dicantumkan Nabiadalam hasil penelitiannya berbeda dengan para pendahulunya. Nabiamengakui keberadaan hadis, bahkan ketika Muhammad masih hidup.Nabia menuturkan bahwa sebenarnya keberadaan hadis sudah ditulisketika Muhammad masih hidup, meskipun diakui oleh Nabia bahwagerakan penulisan tersebut masih bersifat non masiv. Kala itu hadislebih cepat berkembang melalui sistem oral (penyampaian hadis darilisan ke lisan), meskipun hal demikian tidak menafikan bahwa adabeberapa sahabat yang sudah mendokumentasikannya melaluitulisan. Kegiatan periwayatan ini terus berlanjut bahkan sampaiMuhammad wafat.7

    Kala itu hadis tumbuh dan menyebar di berbagai kalangan,sehingga alur perkembangan Islam beserta kebudayaannya dapatdilacak melalui jalur hadis, karena keberadaan hadis berperan untukmerekam segala aktifitas Nabi. Antusiasme para sahabat dalammenulis dan meriwayatkan hadis sangatlah tinggi. Sikap antusiasmetersebut terus berlangsung di kalangan sahabat meskipun Muhammadsudah wafat, sampai kemudian Umar I (Umar bin al Khat}t}a>b)memberikan ultimatum dengan memberikan sangsi dan hukumanyang berat pada siapa saja yang berusaha menulis atau

    6 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text, hal: 6-7.7 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 7.

  • 7mengumpulkan hadis.8 Dasar Umar I memberikan ultimatum tersebutkarena adanya kekhawatiran yang timbul ketika semangat gerakanpenulisan hadis dikalangan para sahabat disejajarkan dengan gerakanpenulisan al Quran. Sebabnya agar perhatian para sahabat terhadapal Quran tidak terganggu, apalagi keberadaan al Quran kala itumasih belum familiar khususnya bagi daerah-daerah yang baruditaklukan oleh pasukan Islam. Dan lagi, belum distandarakannyapenulisan dan penyusunan al-Quran menjadi mus}h}af yang utuhmenjadi polemik Umar dan mendasari keputusannya melarangpenulisan hadis.9

    Apa yang dikhawatirkan oleh Umar I dinilai oleh Nabia bukanlahtanpa alasan yang mendasar, karena alasan tersebut berpotensimemunculkan bahaya dikemudian hari. Semangat para sahabatdalam meneladani Nabi dan sikap antusiasme mereka dalammenuliskan hadis harus segera dihentikan agar tidak mengabaikanpenulisan al Quran. Kekhawatiran ini lantas kemudian memunculkansebuah instruksi dan ultimatum dari Umar I sendiri untuk kemudianmengirimkan utusan ke Kuffah guna memperingatkan penduduk danpara sahabat untuk lebih mengutamakan penulisan dan pembukuan alQuran. Zuhri> misalnya, meriwayatkan hadis dari Abu> Hurairahbahwa selama Umar I hidup, orang-orang tidak berani meriwayatkanhadis karena Umar I akan mencambuk, mempenjarakan, danmemberikan hukuman yang lainnya. Hal yang demikian dimaksudkanUmar I agar perhatian dan konsentrasi para sahabat kepada al Qurantidak berkurang.10

    Nabia mengakui bahwa tindakan dan keputusan Umar tersebuttidak lantas kemudian membatasi dan mencegah para sahabat dalammerekam hadis. Meskipun Umar I memutuskan akan memberikanhukuman kepada siapapun yang melakukan penulisan danperiwayatan hadis, namun keputusan tersebut hanya didukung olehsebagian kecil para sahabat di masanya. Diantara beberapa sahabatyang berpendirian kuat menentang gerakan penulisan hadis adalahAbdulla>h ibn Masu>d, Zaid bin Tha>bit, dan Abu> Sai>d alKhud}ri>. Namun ironisnya, anak Umar I sendiri Abdulla>h ibnUmar secara diam-diam menginstruksikan kepada murid-muridnya

    8 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text, hal: 7.9 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 7.10 Ibid.

  • 8untuk menuliskan hadis. Di sisi lain juga terdapat beberapa sahabatyang pada awalnya menolak keputusan Umar I, namun ketikamendekati kewafatannya mereka justru menghancurkan manuskrip-manuskrip yang telah mereka tulis karena takut disalahgunakansepeninggal mereka, diantaranya adalah Abu> al Darda> di Syiriadan Abi>dah ibn Qais di Kufah.11

    Selain itu juga terdapat beberapa sahabat yang menyalahikeputusan Umar I dengan mengemukakan beberapa alasan berbedayang bersifat personal, seperti Ibn Abba>s yang memilki kitab tafsirdan meriwayatkan banyak hadis kepada muridnya, dan Abu>Hurairah. Selain itu juga tidak sedikit para sahabat yangmenyelesaikan polemik kontroversi di atas dengan menghafalkan danmengingat catatan hadis mereka, setelah itu catatan hadis tersebutmereka bakar untuk menghindari jeratan hukuman Umar I. Sahabatyang lainnya sangat berambisi untuk mengkoleksi hadis sehinggamereka menuliskan hadis tersebut dengan tujuan disimpan untuk dirimereka sendiri. Disamping itu, meskipun tulisan yang asli sudahdihancurkan dan dibakar, namun duplikatnya dibiarkan tetap utuh.Terdapat juga beberapa murid yang dengan sengaja berencanamenyimpan manuskrip hadis gurunya, sebagaimana yang dilakukanoleh Sai>d ibn Jubair kapada Ibn Umar, atau hubungan orang tuadan anak, sebagaimana yang dilakukan oleh anak Abdulla>h binMasu>d.12

    Dukungan dan sikap kooperatif para sahabat dan selalu merasahaus akan ilmu, apalagi yang berkaitan dengan pondasi agama yangberasal dari Muhammad juga memiliki porsi penting dalam menjagakeberadaan hadis agar tidak lenyap, terutama bagi beberapa sahabatyang dekat dengan Nabi, seperti Anas bin Ma>lik, Abdulla>h bin Amrbin As}, Ibn Abba>s, Abu> Hurairah, dan Amr ibn Hazm alAns}a>ri> yang memulai koleksi hadis dengan menuliskan beberapahadis tentang sedekah, warisan dan beberapa topik lainnya yang diaterima secara langsung dari Muhammad pada tahun 631 H ketikapenunjukannya ke Najran guna menginstruksikan kepada masyarakatNajran untuk mengumpulkan pajak dan zakat. Terdapat juga Abu> alYasr Kaab ibn Umar yang menjadi pelayan Muhammad danmenemaninya sehingga dia memiliki beberapa manuskrip hadis.

    11 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 10-11.12 Ibid, hal: 11.

  • 9Adapula Masru>q ibn al Ajda>, disebutkan bahwa Masru>q pernahdiadopsi oleh A>ishah sehingga dia memilki beberapa koleksi hadisdari A>ishah dan melakukan perjalanan yang jauh juga untukmencari ilmu ke berbagai negara. Yemenite Amr ibn Maimu>n alAwdi>, yang menjadi muallaf ketika Muhammad masih hidup.Meskipun dia sendiri mengakui bahwa dia tidak pernah bertemusecara langsung dari Muhammad, tapi dia memilki beberapa koleksihadis seputar ibadah haji yang dia dapatkan dari periwayatan Umar,Ali>, Abdulla>h bin Masu>d dan sebagainya.13

    Beberapa fakta tersebut dikemukakan oleh Nabia Abbott untukmemperkuat teorinya bahwa gerakan penulisan hadis sudah terjadibahkan ketika Muhammad masih hidup. Kala itu para sahabat sudahmemiliki semangat yang sangat tinggi untuk menuliskan segala halyang berkaitan dengan kehidupan Muhammad, baik dalam hal ibadah,muamalah, akhlak, dsb. Muhammad menempati posisi penting di hatipara sahabat sebagai figure yang selalu ingin diteladani setiaptingkah lakunya. Keberadaan Muhammad seakan menjadi magnetsahabat untuk tidak kenal lelah dalam mendokumentasikan hadis.Nabia sudah memberikan contoh beberapa sahabat yang memilikisemangat tinggi dalam menuliskan hadis, dan mungkin masih banyaklagi para sahabat -diluar yang sudah disebutkan di atas- yang jugamemiliki beberapa koleksi hadis. Ultimatum yang disampaikan olehUmar I untuk tidak menuliskan hadis dan mencegah periwayatanhadis ternyata tidak bisa menghentikan semangat para sahabat untukmencari ilmu dan menuliskan hadis. Faktanya, tidak ada bukti yangmenunjukkan kepada hal yang demikian. Bukti yang ada dan yangsudah ditemukan malah terdapatnya banyak manuskrip hadis yangberasal dari kalangan para sahabat, baik untuk disimpan secarapribadi atau memang sengaja untuk diriwayatkan kepada generasisetelahnya.

    Adanya manuskrip-manuskrip hadis tersebut sebagai wujudnyata dari usaha para sahabat dalam menuliskan hadis yang nantinyaakan menjadi sumber keilmuan bagi generasi setelahnya. Periwayatanhadis pun lantas tidak terhenti antara Muhammad dengan parasahabat saja, melainkan terus berlanjut sampai pada generasiberikutnya. Hal ini bisa dilihat bahwa beberapa ahli hadis pada masasahabat telah memiliki murid yang berasal dari kalangan tabiin,

    13 Ibid, hal: 11.

  • 10

    seperti Ibn Abba>s, Abu> Hurairah, dan Abdulla>h bin Umar.Mereka pun tentunya tidak hanya memiliki satu murid saja, melainkanbanyak murid yang juga bertekad tinggi untuk mengkaji danmeneladani sikap hidup Muhammad. Sehingga bisa dikatakan bahwamasing-masing sahabat yang memiliki hadis, baik yang berada dalamcatatan-catatan kecil atau yang berada dalam memori otaknya,meriwayatkan hadisnya tidak hanya kepada satu murid saja,melainkan kepada banyak murid. Kita bisa bayangkan betapabanyaknya hadis yang tersebar kala itu, dan betapa banyak orangyang terlibat dalam periwayatan hadis. Jika kita berandai bahwamasing-masing sahabat meriwayatkan kepada dua tabiin, maka tentuakan ada banyak orang yang terlibat jika masing-masing tabiintersebut juga meriwayatkan kepada dua orang generasi dibawahnya.Namun bagaimana jika masing-masing ahli hadis tidak hanya terbatasmeriwayatkan kepada dua orang saja, melainkan lebih dari itu. Makaakan bertambah banyak lagi orang yang terlibat dalam periwayatanhadis, dan akan terus bertambah di setiap generasi berikutnya. Inilahyang kemudian menjadi asumsi dasar teori Explosive Isnad NabiaAbbott.

    Selanjutnya, keberadaan Isnad Family diakui oleh Nabia biasanyadimulai dari generasi para sahabat yang terkenal kemudiandilanjutkan oleh tiga generasi setelahnya, bahkan terkadangperiwayatan Isnad Family melompati satu generasi dibawahnya,seperti ketika seorang kakek menemukan cucunya sangatberkeinginan mengikuti jejak langkah sang kakek untuk menjadi ahlihadis dan meriwayatkan hadis. Atau masih tetap dikatakan IsnadFamily ketika jalur periwayatan tersebut menyebrang secaramenyamping melalui keponakan laki-laki dan atau melalui seseorangyang memiliki kedekatan khusus dengan ahli hadis (mawa>li>).Mereka, dan beberapa sahabat lainnya seperti Ikrimah yangmerupakan mawa>li> dari Ibn Abba>s, ikut andil dalammeriwayatkan hadis untuk menaikkan status sosial dalam masyarakatArab kala itu, sehingga mendapatkan kedudukan central dimasyarakat Arab, karena kala itu disiplin ilmu agama seakan menjadikebutuhan primer dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para sahabat

  • 11

    untuk mendapatkannya. Bahkan para sahabat rela meninggalkanharta, keluarga dan sanak family hanya untuk mencari hadis danmenimba ilmu secara langsung dari ahli hadis. Tidak sedikit ceritapara sahabat yang menunjukkan perjuangan mereka dalam mencariilmu. Beberapa contoh dari Isnad Family yang berhasil ditemukan olehNabia diantaranya bisa dilacak dari para sahabat terkemuka, sepertiAnas bin Ma>lik, Zaid bin Tha>bit, Ibn Umar, Abdulla>h bin Amr binAs}, Ibn Abba>s, dan Urwah ibn al Zubair.

    Bagaimanapun juga, Nabia berpendapat bahwa keberadaanIsnad Family memunculkan kecurigaan di kalangan para orientalis.Namun untuk mengatakan bahwa semua jalur isnad patut untukdicurigai dan diragukan keotentikannya, hal tersebut tidak mendasardan tidak dapat dibenarkan. Karena keberadaan para ahli hadis yangmeriwayatkan hadisnya melalui Isnad Family tidak bisa dipisahkandari kenyataan bahwa mereka pun juga menuliskan dan membukukanhadis hingga berbentuk manuskrip hadis, dan hal ini menjadipenyokong dan bukti kuat bahwa kegiatan penulisan hadis sudahdimulai semenjak awal perkembangan Islam, bahkan selamaMuhammad masih hidup. Beberapa sahabat tercatat dalam sejarahsebagai orang-orang hebat yang mendokumentasikan hadis, sepertiZaid ibn Tha>bit dan Ibn Umar. Sehingga tidak mengherankan jikakemudian anak keturunan Ibn Umar begitu sangat menghormati ahlihadis, seperti Na>fi, dan Sa>lim.14

    Schacht meragukan keberadaan Isnad Family dan dinilai sebagai halyang tidak dapat dibenarkan. Kenyataannya memang Isnad Familydiriwayatkan oleh banyak sahabat yang kemudian namanya seringkali tertera di dokumen-dokumen kitab hadis, seperti Na>fi danSa>lim. Nama mereka seringkali ditemukan dalam banyak karya,seperti karya Ibn Saad, Bukha>ri>, kitab yang memuat biografiulama hadis, dan selalu muncul lagi dan lagi di kitab standar koleksihadis.15 Bagi Schacht, kemunculan nama yang berulang kali dalam

    14 Ibid, hal: 36.15 Ibid.

  • 12

    kitab kanonik dinilai sebagai sesuatu hal yang tidak bisa dibenarkandan menimbulkan kecurigaan. Kamunculan nama yang berulang kalimembuat Schacht berfikir bahwa periwayatan hadis hanya didominasioleh pihak tertentu saja, sehingga rentan akan pemalsuanperiwayatan hadis.

    Bagi Nabia, tidak dapat dielakkan lagi bahwa ada hubungan khususantara Isnad Family dengan keberlangsungan penulisan periwayatanhadis yang melibatkan banyak generasi. Berdasarkan penelitiannya,bahwa kesuksesan keluarga kala itu diukur dari banyaknya generasiyang meriwayatkan hadis dan seberapa banyak materi periwayatanhadis yang diriwayatkan, sehingga keluarga yang melakukanperiwayatan secara Isnad Family memilki banyak koleksi catatanhadis dan kemudian mewariskannya kepada generasi berikutnya. Olehkarena itu, tidak mengherankan jika keluarga Anas bin Ma>lik danAbdulla>h bin Amr bin As} memiliki beberapa generasi yangmenuliskan hadis dan menjaga dokumen hadis yang diterimanyalangsung dari Anas bin Ma>lik dan Abdulla>h bin Amr bin As. Salahsatu cucu Anas, Thumamah, menyerahkan catatan hadis yangditinggalkan oleh Anas ketika Umar bin Abdul Azi>z memerintahkanZuhri> untuk mengumpulkan dan mengkodifikasikan hadis.

    Berbagai sumber juga menyatakan bahwa Abdulla>h bin Amrbin al As} semenjak awal telah merekam dan manuliskan hadis. IsnadFamily nya mencakup empat generasi setelahnya. Selain itu jugaditemukan bukti manuskrip hadis milik Abdulla>h bin Amr bin al As,yang kemudian duplikatnya dikirimkan kepada khalifah Umar bin Abdal Azi>z untuk digunakan mengkodifikasi hadis oleh Zuhri>. Selain itujuga terdapat Abu> Hurairah, yang beberapa muridnya banyak yangmenuliskan hadis darinya. Diantaranya juga terdapat Marwa>n ibn alH{akam, yang menyampaikan hadisnya kepada anaknya, Abd alAzi>z yang kemudian tulisannya sampai kepada khalifah Umar bin

  • 13

    Abd al Azi>z. Ubadah ibn al Sha>mit al Ans}ari>, yang isnad familynya dilanjutkan sampai kepada tiga generasi dibawahnya.16

    Secara tidak langsung, Isnad Family yang melibatkan beberapagenerasi dibawahnya merupakan estafet kelanjutan penulisanperiwayatan hadis dari seorang ahli hadis. Implikasinya, Isnad Familytersebut memunculkan banyak ahli hadis yang diakui keahliannyabanyak yang bermunculan dari anggota keluarga ahli hadis,sebagaimana bisa dilacak dalam kitab-kitab kanonik. Disadari atautidak, secara tidak langsung keberadaan Isnad Family menunjukkanpada fakta bahwa periwayatan hadis yang dilakukan oleh parasahabat dan generasi setelahnya adalah periwayatan yang terustersambung dan tidak terputus. Hal ini lebih meyakinkan bagigenerasi selanjutnya bahwa apa yang diriwayatkan dari merekaadalah bersambung langsung kepada Muhammad, sehinggameminimalisir pemalsuan hadis. Keberadaan Isnad Family yang selalumelibatkan gerakan penulisan hadis, menghasilkan wujud nyatamanuskrip hadis dan menjadi warisan khazanah keilmuan bagi paragenerasi selanjutnya. Sekali lagi, melalui Isnad Family ini, Nabiamenunjukkan keotentikan hadis dan menjadi jaminankeberlangsungan dokumentasi hadis.

    4. Formulasi dan Cara Kerja Teori Explosive Isnad dan Isnad Family dan NonFamily

    Sebagaimana dijelaskan di muka, bahwa teori Explosive Isnad yangdigagas oleh Nabia melibatkan banyak perawi hadis, dan jumlah paraperawi tersebut akan terus bertambah dalam setiap pergantiangenerasi. Perhitungan teori Explosive Isnad dijelaskan oleh Nabia denganmenggunakan deret geometri. Dengan menggunakan perhitunganderet geometri tersebut, gambaran dari apa yang dimaksud olehNabia lebih mudah untuk ditangkap oleh para pembaca. Perludiketahui bahwa rumus pokok dari perhitungan deret geometri adalahdengan mengkalikan dua bilangan sebelumnya. Maka jika

    16 Ibid, hal: 37.

  • 14

    dicontohkan, akan terbentuk formulasi 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256,512, 1024, dst. Dan tentunya semakin bertambah belakangperhitungannya, maka akan semakin banyak angka yang didapatkan.

    Untuk lebih memahamkan pembaca, mari kita berasumsidengan perhitungan deret geometri jika diterapkan langsung padaproses periwayatan hadis. Ketika Muhammad menyampaikanhadisnya, maka tentu para sahabatlah yang menerima hadis secaralangsung dari Muhammad. Karena sebagaimana yang disampaikanoleh al-Bukha>ri> dalam kitab al Ja>mi al S}ahi>h nya, bahwasahabat adalah orang yang memeluk agama Islam, hidup bersamadengan Rasulullah dan bertemu dengan Rasulullah.17 Hal demikianjuga diperkuat oleh Mah{mu>d al T{ah{h{a>n, bahwa sahabatadalah orang yang memeluk agama Islam, bertemu denganRasulullah, dan mati dalam keadaan Islam.18 Oleh karena itu, orangpertama yang menerima hadis dan mengetahui secara langsungsegala hal yang dilakukan oleh Muhammad adalah para sahabat.Kemudian, kita anggap saja masing-masing sahabat tersebutmeriwayatkan hadis kepada dua orang generasi dibawahnya, yaitukepada tabiin. Maka akan diperoleh 2 jalur isnad (t}uru>q) padagenerasi kedua. Tidak menutup kemungkinan bahwa para sahabatmeriwayatkan hadisnya kepada lebih dari dua orang, sebagaimanaAbu> Hurairah dan Ibn Abba>s yang memiliki banyak murid, tentupenyebaran hadis akan bertambah luas.

    Selanjutnya masing-masing tabiin tersebut meriwayatkankepada dua generasi berikutnya, maka akan diperoleh 4 jalur isnadpada generasi ketiga. Masing-masing perawi di generasi ketigaselanjutnya meriwayatkan hadisnya kepada dua orang dibawahnya,sehingga diperoleh 8 jalur isnad pada generasi keempat, dan begituseterusnya hingga kalau kita teruskan pada generasi kesepuluh, akandiperoleh 1024 jalur isnad.17 Abu> Amr Uthma>n bin Abd ar Rah{man ash Shahrazwari>, Uluth li Ibni S}ala>h, pentahqiq, Nu>r al Di>n al Itr, (ttp: tp, tt), hal: 293.18 Mah{mu>d al T{ah{h{a>n, Taisi>r Mus{t}alah{ al H{adi>th, (Iskandariyah: Marka>z al H{ikmah al Dira>sa>t, 1415), hal: 152.

  • 15

    Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Nabia Abbottsendiri:

    Let us return to the Companions for a starting point.Assuming that the average Companion transmitted one traditionto two transmitters of the next generation and assuming thatthis series was continued to the fourth and eighth tems-whichwould correspond to the fourth and eight tabaq>at oftransmitters representing the generations of Zuhri and IbnHanbal respectively -we would have a geometric progressionwhose fourth and eight terms are 16 and 256 respectively. Inother words, the average Companions original tradition couldhave been transmitted either literally or according to sensethrough 16 different isnads or t}uruq in Zuhris time andthrough 256 in Ibn Hanbals time. If we extend our hypoticalseries to the tenth term, or the tenth tabaqah, the probablenumber of isnads in the time of Ibn Hanbal and the next twogeneration of transmitters would be ten per cent of 256, 512,and 1024, that is 26, 51, and 102 turq respectively.19

    Mari kita kembali pada masa sahabat untuk memulaimaksud bahasan kali ini. Berasumsi bahwa para sahabatmeriwayatkan satu hadisnya pada dua orang perawi padagenerasi berikutnya dan selanjutnya periwayatan tersebutkemudian dilanjutkan pada empat dan delapan masa berikutnyayang bisa diwakilkan pada generasi Zuhri> dan Ibn Hambal.Pada pembahasan ini, kita menggunakan perhitungan deretgeometri dimana pada generasi keempat dan kedelapan akanmenghasilkan angka 16 dan 256. Dalam artian, rata-rata hadisyang diriwayatkan oleh para sahabat setidaknya jika menurutperhitungan tersebut akan melalui 16 jalur isnad yang berbedapada msa Zuhri> dan melalui 256 jalur isnad pada masa IbnHambal. Jika kita memperluas hipotesa ini sampai pada masagenerasi kesepuluh, kemungkinan jumlah jalur perawi padamasa Ibn Hanbal dan dua generasi setelahnya akan mencapai10% dari 256, 512, dan 1024, yaitu kira-kira melibatkan 26, 51,dan 102 jalur perawi secara berturut-turut.

    Apa yang disampaikan oleh Nabia Abbott diatas sebenarnyatidak jauh beda dengan apa yang pernah dilakukan oleh Muh{ammadMust{afa> Azami> ketika melakukan penelitian khusus tentanghadis-hadis yang terdapat dalam naskah-naskah klasik. Di antaranyaadalah naskah karya Suhail ibn Abi> S}a>lih} (w. 138 H). Suhail ibnAbi> S{a>lih} adalah murid Abu> Hurairah, sahabat Nabi. Disebutkan

    19 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 72.

  • 16

    bahwa naskah ini berisi 49 hadis yang para periwayatnya diteliti olehMuh{ammad Must{afa> Azami> sampai kepada generasi Suhail(generasi ketiga), termasuk tentang jumlah dan generasi mereka. Daripenelitian itu, Muh{ammad Must{afa> Azami> menemukan bahwapada generasi ketiga, periwayat hadis tersebut berjumlah sekitar 20-30 orang yang berdomisili secara terpencar, seperti di India, Turki,Maroko, dan Yaman. Sementara teks hadis yang mereka riwayatkanredaksinya sama. Degan demikian, menurutnya sangat mustahilmenurut ukuran situasi dan kondisi saat itu, para perawi yang banyaktersebut pernah berkumpul untuk membuat hadis sehinggamenghasilkan redaksi yang sama. Sangat mustahil pula bila masing-masing mereka membuat hadis kemudian oleh generasi berikutnyadiketahui bahwa redaksi hadis yang mereka buat sama.20

    Secara gamblangnya, Muh{ammad Must{afa> Azami>memberikan contoh melalui hadis Nabi yang berbunyi: apabila salahseorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka hendaknya iamencuci tangannya, karena ia tidak tahu semalam tangannya beradadimana. Dalam naskah Suhail bin Abi> S{a>lih}, hadis inidiriwayatkan oleh lima orang sahabat, yakni Abu> Hurairah, IbnuUmar, Ja>bir, A T{a>lib. Abu> Hurairahsendiri kemudian meriwayatkan hadis di atas kepada 13 orang tabiin.Ketiga belas tabiin ini kemudian menyebar di berbagai daerah, 8orang tinggal di Madinah, seorang tinggal di Kufah, 2 orang tinggal diBashrah, dan seorang tinggal di Yaman, kemudian seorang lagi tinggaldi Syam. Kemudian ketiga belas tabiin ini meriwayatkan lagi kepadagenerasi selanjutnya, dan jumlah mereka menjadi tidak kurang dari 16orang. 6 orang tinggal di Madinah, 4 orang tinggal di Bashrah, 2 orangTinggal di Kufah, dan 1 orang tinggal di Makkah, juga 1 orang tinggaldi Yaman, 1 orang pula di Khurasan, dan yang terakhir 1 orang tinggalSyam. Rasionalisasinya, mustahil dari 15 orang yang domisilinyaberpencar-pencar di tujuh kota yang berjauhan itu pernah berkumpulpada suatu saat untuk bersama-sama membuat hadis palsu yang

    20 Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010),hal: 315.

  • 17

    redaksinya sama. Dan mustahil pula apabila mereka secara sendiri-sendiri di kediamannya masing-masing membuat hadis, dan kemudiandiketahui bahwa redaksi hadis tersebut secara kebetulan sama.Kemudian keenam belas orang rawi di atas adalah hanya rawi-rawidari jalur sanad Abu> Hurairah. Apabila jumlah rawi itu ditambahdengan rawi-rawi yang berada di empat jalur yang lainnya, yaitu IbnuUmar, Ja>bir, A, maka jumlah rawi itu akan menjadilebih banyak.21

    Selain teori Explosive Isnad, dikenal juga teori Isnad Family danNon Family. Keberadaan Isnad Family diakui oleh Nabia sering kaliterjadi dalam periwayatan hadis, meskipun tidak berarti bahwa IsnadFamily kemudian menjadi periwayatan hadis yang dominan. KataFamily dalam istilah yang diungkapkan oleh Nabia tentu melibatkananggota keluarga dan orang-orang terdekat saja. Maka secara garisbesar, yang dimaksud dengan Isnad Family adalah periwayatan yanghanya melibatkan anggota keluarga dan orang-orang terdekat saja(mawali>). Jika kemudian periwayatan tersebut tidak melibatkananggota keluarga dan orang-orang terdekat (mawa

  • 18

    diriwayatkan kepada generasi selanjutnya, seakan kegiatanperiwayatan tersebut sudah menjadi tradisi dalam keluarga.Keberadaan Isnad Family ini dimulai dari masa para sahabat yangkemudian melanjutkan periwayatan hadisnya kepada tiga generasisetelahnya secara berturut-turut. Mari kita simak apa yangdisampaikan oleh Nabia dalam penelitiannya berikut:22

    The family in this connection includes both bloodmembers and intimate mawa>li> such as Na>fi the client ofIbn Umar and Muhammad ibn Siri>n the client of Anas binMa>lik. Family isnads that start with famous Companions andcontinue for three generations, usually with with the formulaso-and-so on the authority of his father on the authority of hisgrandfather, are most frequent. Sometimes a family isnadskipped a generation, when on older tradisionist found agrandson eager to follow on his footsteps or crossed over to acollateral branch when a nephew proved to be an apt pupil.

    Kata family yang dimaksud kali ini meliputi anggotayang memilki hubungan darah dan orang-orang yang memilkikedekatan khusus (teman karib) mawa>li> seperti Na>fi yangmenjadi teman dekat (mawa>li>) dari Ibn Umar danMuhammad Ibn Siri>n sebagai mawa>li> Anas bin Ma>lik.Family isnad yang dimulai dari para sahabat yang terkenalkemudian dilanjutkan pada tiga generasi setelahnya, biasanyadengan formula so-and-so yang melalui periwayatan ayahnyayang diperoleh dari periwayatan kakeknya yang paling sering.Kadang-kadang family isnad melompati satu generasi, ketikaahli hadis yang tertua menemukan cucunya ingin sekalimengikuti langkah atau jejak kakeknya atau menyebrang keturunan yang sejajar ketika keponakan laki-laki mnejadi seorangmurid yang cerdas.

    5. Kritik terhadap Teori Explosive Isnad dan Isnad Family dan Non Family

    Apa yang dipersepsikan oleh Nabia mengenai hadis danperkembangannya cenderung lebih banyak mengikuti pola pikirulama hadis pada umumnya. Pemikiran Nabia banyak berbedadengan para orientalis lainnya, sebut saja Ignaz Goldziher, JosephSchacht, G.H.A. Juynboll, yang lebih mencondongkan pahamskeptisme dalam memahami hadis. Sedangkan Nabia tidak demikian.Setidaknya dia mempercayai bahwa keberadaan hadis itu merupakansumber yang reliable berasal dari Muhammad. Pun dalam22 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 36.

  • 19

    mendefinisikan term antara hadis dan khabar, persepsi Nabia jugatidak jauh beda dengan ulama hadis.

    Secara umum, antara hadis dan khabar sama-sama bermaknalaporan atau informasi. Namun di masa perkembangan Islam, hadismemperoleh makna yang lebih spesifik. Hadis menjadi singkatan atauperpendekan kata untuk penyebutan segala yang berasal dariMuhammad, yang berupa perkataan. Pada saat yang hampirbersamaan juga terdapat istilah hadis sahabat atau atsar sahabat,yang mengindikasikan untuk segala apa yang dikatakan oleh parasahabat. Khabar, secara teknik berbeda dengan hadis, yang bermaknacerita pendek yang berisi tentang informasi dari sumber-sumber yangterpercaya. Secara umum, bahwa setiap hadis adalah khabar tetapitidak setiap khabar adalah hadis. Dua term tersebut tidak bisa dibalikyakni dengan memberikan pernyataan bahwa setiap hadis adalahkhabar.23 Selain itu, dalam penjelasan yang lain disebutkan bahwakhabar, juga berisi tentang sejarah para tokoh-tokoh terkenal danbiografi yang berisi tentang informasi-informasi yang ada kaitannyatentang disiplin intelektual kala itu.24

    Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan khabarmemilki sifat global jika dibandingkan dengan hadis. Jika term hadisbisa disandingkan dengan segala yang dikatakan oleh Muhammadberikut pula para sahabat sebagaimana di atas, maka untuk termkhabar tidak hanya terbatas pada Muhammad dan para sahabat saja.Apapun yang dikatakan oleh khalayak umum yang berisi tentangsegala informasi dari sumber-sumber yang terpercaya, baik olehMuhammad, para sahabat, tabiin, dan generasi berikutnya bisadisebut khabar. Oleh karena itu Nabia kemudian mengerucutkanpembahasan dengan mengatakan bahwa secara umum hadis adalah

    23 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text, hal: 7.24 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text, hal:

    4.

  • 20

    khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadis, dan dua term tersebuttidak bisa dibalik.

    Ada beberapa hal yang membuat peneliti tidak mengaminidefinisi sunah versi Nabia Abbott. Pertama, definisi yang diungkapkandi atas terkesan bahwa ruang lingkup sunah itu sangatlah sempit,hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat administratif. Padahal jikakita melihat definisi sunah versi ulama hadis, terlihat bahwa sunah itutidak hanya yang ada kaitannya dengan administrasi, bahkan lebihdari itu. Sebagaimana yang dimaksudkan oleh Ajja>j al Kha>t}i>b,bahwa makna sunah menurut ulama hadis sangat luas mencakupsegala aspek yang berasal dari Nabi berupa perkataan, perbuatan,persetujuan, sifat fisik dan budi pekerti, jalan hidup yang baik, baikyang terjadi sebelum diutus menjadi rasul seperti ketika bertahannusdi gua Hira ataupun sesudahnya.25 Kedua, jika Nabia mengatakanbahwa cakupan term sunah tidak hanya sebatas pada teladanMuhammad semata, melainkan juga dapat digunakan bagi parakhalifah seperti Abu> Bakar, Umar bin Khatta>b dan beberapa pihakyang terlibat dalam bidang pemerintahan. Agaknya pendapat initerlalu berlebihan, karena peneliti sendiri memandang bahwa cakupansunnah dikhususkan untuk segala yang berasal dari Muhammadsebagai seorang nabi dan rasul. Baik ulama hadis, ulama ushul danulama fiqih, semuanya sepakat bahwa definisi dari sunnah adalahsegala hal yang berasal dari Muhammad. Untuk penyebutan segalahal yang berasal dari para sahabat, seperti Abu> Bakar, Umar binKhatta>b dan beberapa sahabat lainnya, lebih pas nya disebutdengan hadis. Oleh karena itu kemudian muncullah istilah hadismarfu> (hadis yang bersambung kepada Nabi), hadis mauqu>f (hadisyang hanya bersambung sampai pada sahabat), dan hadis maqt}u>(hadis yang hanya bersambung sampai tabiin). Ketiga, Nabiamenyebutkan bahwa yang disebut sunnah adalah tidak lantaskemudian diperuntukkan untuk segala aktifitas yang terjadi,

    25 Muhammad Ajjaj al Khat{i>b, tt, Ushu>l al-Hadi>th, (Kairo: Maktabah as-Sunnah), hal: 19.

  • 21

    melainkan hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan bidangadministratif dan praktek-praktek yang legal (sah). Ini bukanlahdefinisi yang dimaksudkan oleh para ulama hadis. Karena yangdimaksud dengan sunnah versi ulama hadis cakupannya sangat luas,mencakup segala aspek kehidupan Nabi semenjak lahir hingga wafat,setelah diangkat menjadi Nabi ataupun sebelumnya, danmenunjukkan hukum syari atau tidak.26 Ditambah lagi dengan definisiyang disampaikan oleh ulama ushul fiqh yang memandang sunnahsebagai hal yang berkaitan dengan hukum syara dan perbuatanmukallaf. Hal-hal yang berkaitan dengan hukum syara tidak hanyaterbatas pada shadaqah, zakat, diyat, dan fara>id, tetapi juga tentangshalat, puasa, haji, dsb. Oleh karena itu sangat tidak pas jikakemudian dikatakan bahwa keberadaan sunah hanya berperansebagai pedoman bagi hal-hal yang berhubungan dengan bidangadministrasi negara.

    Selanjutnya, Nabia menganggap bahwa Muhammad adalahseorang yang bisa membaca dan menulis. Dia menunjukkan faktabahwa Muhammad pernah mempelajari isi dari kitab Injil dari Waraqahbin Naufal, salah seorang pendeta kitab Injil. Nabia menyematkangelar S{a>bi dan mengatakan bahwa Muhammad adalah orangpertama yang disebut S{a>bi, sedangkan definisi dari Sa>bi sendiriadalah seseorang yang dapat membaca ataupun menulis. Nabiamenganggap bahwa Muhammad seperti halnya Abi (plural: S{a>biu>n) terdapat dalam al Quran suratal Baqarah ayat 62, dimana kata tersebut memilki pengertian sebagaikaum yang keluar dan selalu condong dari satu agama ke agama yanglain, artinya mereka tetap mengakui akan satu agama. Terdapatperbedaan pendapat mengenai asal ususl kata dan pengertian

    26 Idri, Studi Hadis, hal: 3.27Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 6.

  • 22

    etimologinya. Pertama, kata S{a>biu>n terambil dari kata at T{uluwa al Zuhu>r yang berarti terbit/lahir atau tampak. Kedua,S{a>biu>n memiliki makna keluar dari sesuatu menuju suatu yanglain. Orang-orang S{a>biu>n disebut demikian karena mereka keluardari agama Yahudi atau Nashrani untuk kemudian membentuk agamasendiri. Ketiga, kata S{a>biu>n diambil dari kata S{aba-Yas{bu yangberarti condong kepada sesuatu dan untuk kemudian mencintainya.dalam hal ini Sayyid Qut{b memberikan pandangannya tentangbatasan orang-orang S{a>biu>n yaitu sekelompk orang-orangmusyrik sebelum bitsah kenabian Muhammad, dimana merekadihantui dengan keragu-raguan tentang kepercayaan yang dianutmereka dengan menyembah berhala. Lalu mereka mencobamelakukan pengkajian akidah yang mereka suka untuk dijadikanpedoman atau pegangan, kemudian mereka pun menuju kearahakidah tauhid seraya mereka berujar bahwa mereka beribadahmenurut millah Ibrahim yang terdahulu. Mereka pun lantasmeninggalkan praktik ibadah yang dilakukan kaumnya selama ini.Kelompok inilah yang oleh orang-orang musyrik dikatakan sebagaiS{a>biu>n yakni mereka berpaling dari ajaran agama nenek moyangmereka. Bahkan orang-orang muslim pun oleh kaum musyrikin Arabdijuluki pula sebagai as S{a>biah karena tidak mau mengikuti ajaranagama nenek moyang mereka.28

    Setelah melihat penjelasan kata S{a>biu>n di atas, terlaluberlebihan jika Nabia menyebut Muhammad sebagai orang pertamayang mendapatkan gelar S{a>bi. Kata S{a>bi versi Nabia adalahseseorang yang dapat membaca ataupun menulis. Pengertian ini jauhberbeda dengan penjelasan di atas yang tidak ada hubungannyasama sekali dengan membaca atau menulis. Pun, jika kemudianmenggunakan definisi di atas, gelar S{a>bi juga masih terlaluberlebihan jika disematkan pada Muhammad. Muhammad terjaga dariperbuatan syirik dan kafir. Muhammad terjaga dari sifat-sifat ahli

    28 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Quran dan Hadis, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), hal: 190-191.

  • 23

    kitab. Muhammad bukanlah penganut agama Yahudi atau Nasrani(ahli kitab) yang kemudian keluar dan mendirikan agama yang baru.Al Quran dan hadis sendiri memberikan penjelasan mengenaikarakter dan sifat-sifat yang kurang terpuji yang dimilki ahli kitab,diantaranya adalah sikap permusuhan dan kebencian merekaterhadap Islam, mereka selalu menampakkan sikap permusuhankepada orang-orang beriman. Sikap lain yang ditunjukkan oleh paraahli kitab sebagaimana yang terdapat dalam al Quran adalah sikapekstrem (melampaui batas) dalam beragama dan mendustakanagama. Orang-orang ahli kitab disebutkan dalam al Quran sebagaikelompok yang suka mencampuradukkan antara al h{aq dan albat}i>l. sehingga jika sebelumnya disebutkan bahwa pengertian dariS{abiun adalah karena mereka keluar dari agama Yahudi atauNasrani untuk kemudian membentuk agama sendiri, maka pengertianini sungguh tidak layak jika disematkan pada Muhammad, karenaMuhammad tersucikan dari sifat-sifat ahli kitab yang batil.

    Peneliti mengakui kesungguhan Nabia dalam upayamembuktikan otentisitas hadis dengan melakukan teknik analisissejarah yang cukup detail. Sebagai contoh adalah ketika Nabiamenjelaskan apa yang dimaksud dengan teori Isnad Family. Banyakcontoh yang dikemukakan oleh Nabia untuk menjelaskan kepadapembaca maksud dari Isnad Family. Namun hal yang janggaldirasakan oleh peneliti manakala terdapat beberapa contoh dari IsnadFamily yang tidak sesuai dengan definisi yang disampaikan olehNabia. Dalam definisinya, Nabia menyebutkan bahwa keberadaanIsnad Family dimulai dari periwayatan hadis yang dilakukan oleh parasahabat yang terkenal dan kemudian dilanjutkan pada tiga generasisetelahnya secara berturut-turut, sebagaimana ungkapannya: Familyisnads start with famous Companions and continue for threegenerations, usually with formula so-and-so.. 29 salah satu contohyang disebutkan oleh Nabia adalah periwayatan yang dilakukan oleh

    29 Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri II: Quranic Commentary and Tradition, hal: 36.

  • 24

    Ah{mad bin H{ambal kepada anaknya. Nabia menyebutkan bahwaperiwayatan yang dilakukan oleh Ah{mad bin H{ambal kepadaanaknya adalah periwayatan Isnad Family. Padahal jika melihat padadefinisi yang disampaikan oleh Nabia, dimana periwayatan IsnadFamily dimulai dari sahabat yang terkenal, maka harusnya contohperiwayatan yang dilakukan oleh Ah{mad bin H}ambal tidak bisa lagidisebut sebgai Isnad Family karena Nabia tidak menyebutkan namasahabat yang meriwayatkannya dan perawi-perawi sebelumnya. Adakemungkinan perawi sebelum Ah{mad bin Ha{mbal adalah perawiyang tidak meriwayatkan hadisnya secara Isnad Family.

    Masih berhubungan dengan contoh dari Isnad Family, Nabiamencontohkan periwayatan Abu> Hurairah yang bukan termasukIsnad Family karena Abu> Hurairah meriwayatakan hadisnya kepadamurid-muridnya, salah satunya adalah kepada Marwa>n bin alH{akam. Dalam periwayatan Marwa>n bin al H{akam ini, Nabiamenyebutnya sebagai periwayatan Isnad Family karena Marwanmeriwayatkan hadisnya kepada anaknya, Abd al Azi>z danselanjutnya diteruskan kepada anaknya Umar II.

    Jika melihat pada dua contoh yang diutarakan oleh Nabia diatas,bisa disimpulkan bahwa periwayatan Isnad Family itu tidak harusselalu dimulai dari para sahabat yang terkenal. Toh kenyataannya,Nabia tetap menyebutkan periwayatan Ah{mad bin Hambal danMarwan bin al H{akam sebagai periwayatan Isnad Family meskipuntidak dimulai dan tidak menyebutkan sahabat yang terkenal. Entah,apakah memang yang dimaksudkan oleh Nabia dengan Isnad Familyitu harus dimulai dari para sahabat yang terkenal, atau tetap disebutsebagai Isnad Family meskipun tidak dimulai dari para sahabat yangterkenal asalkan perawi dibawahnya meriwayatkannnya secara IsnadFamily. Dan kesimpulan yang kedua ini sepertinya lebih mencocokiterhadap contoh-contoh yang terdapat dalam penelitian Nabia.

    Kemudian, bahasan Isnad Non Family kurang begitu tersentuholeh Nabia. Dalam karyanya yang berjudul Studies in Arabic Literary

  • 25

    Papyri II: Quranic Commentary And Tradition yang diterbitkan olehThe University of Chicago Press, Nabia cenderung memfokuskanarahan pembahasan kepada Isnad Family. Bahkan ketika penelitimengemukakan definisi dari Isnad Non Family, peneliti cukupkesulitan, akhirnya peneliti menggunakan teori al mafhu>m almukha>lafah untuk mendapatkan definisi dari Isnad Non Family.Diakui memang Nabia cukup apik dan detail dalam melakukan analisissejarah, namun terkadang pembahasan Nabia terlihat melebarsehingga menyebabkan inti pembahasan yang beliau kemukakantidak maksimal. Ini terlihat jelas ketika Nabia tidak memberikanbatasan-batasan yang jelas antara teori Isnad Family dan Isnad Non-Family. Bahkan dalam mendefinisikan teori Isnad Family Nabia masihbelum memberikan batasan-batasan yang jelas sehinggamenimbulkan kerancuan sebagaimana yang sudah peneliti jelaskan diatas. Pun dalam membahas Isnad Non Family, Nabia juga kurangbegitu menyentuh contoh-contoh periwayatan Isnad Non Family.

    Mengesampingkan kekurangan yang ada pada sistematikapenelitian Nabia, peneliti sangat apreciate sekali atas karya NabiaAbbott. Bagaimana tidak, Nabia Abbott melakukan analisis sejarahyang cukup mengagumkan dan terperinci guna membuktikanotentisitas hadis. Di samping itu, belum terdapat tokoh orientaliswanita yang sangat concern dalam melakukan kajian terhadap hadis.Hasil penelitian Nabia ini merupakan hal yang sangat luar biasa. Padaumunya, mayoritas orientalis berangkat dari paham skeptisme dalammengkaji hadis, bahkan mengabaikan fakta-fakta sejarah yangberhasil terekam. Mereka cenderung menolak dan meragukanotentisitas hadis dan tidak meneliti terlebih dahulu data-data sejarahyang ada, sehingga kesimpulan yang dihasilkan sarat akan distorsidan pendangkalan fakta. Hal ini berbeda dengan Nabia Abbott, diadengan serius mengkaji dan meneliti manuskrip-manuskrip hadis yangada sebagai bukti adanya gerakan penulisan hadis pada masasahabat. Dia meneliti dengan seksama dan detail untuk membuktikankeberadaan fakta histori yang pernah ada.

  • 26

    Sebagai seorang orientalis, dia cenderung memiliki sikapobyektif dan jujur dalam melakukan penelitiannya. Melalui karyanya,Nabia sekaligus membuktikan bahwa tidak semua orientalismeragukan keberadaan hadis sebagai sumber yang otentik. Apalagiteori-teori yang disampaikan oleh Nabia, seperti teori Isnad Family,Isnad Non Family dan Explosive Isnad semakin memperkuatkeberadaan bahwa periwayatan hadis dilakukan secara bersambungdan tidak terputus. Selain itu, teori Explosive Isnad yang dibuktikanoleh Nabia Abbott menunjukkan bahwa periwayatan hadis itumelibatkan banyak orang yang tersebar di berbagai daerah danwilayah. Jumlah yang semakin besar di setiap generasi inimenunjukkan bahwa mustahil mereka melakukan pembohonganmassal untuk memalsukan hadis.