narcissistic

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kisah sang penakluk wilayah Thespiae di Boetia yang dianugerahi ketampanan, Narcissus, Narkissos atau Sang Pemuja Diri Sendiri. Beberapa versi kisah Narcissus salah satunya oleh Ovid dalam 'Echo'. Narcissus yang sedang berburu kijang di hutan merasa haus dan mengambil air di sebuah sungai, namun ia tak bisa menyentuh air itu karena takut merusak bayangan yang ada pada permukaan air. Narcissus meninggal dengan memandangi bayangannya sendiri dan tumbuhlah bunga Narcissus di tempat ia meninggal. Namun Pausanias (seorang ahli geografi dan traveller dari Mesir, hidup pada abad kedua Masehi) menolak kisah seseorang yang tidak mampu membedakan manusia nyata dan bayangan, menurutnya Narcissus jatuh cinta pada saudara kembar perempuannya, yang mengenakan pakaian sama dengan Narcissus ketika berburu di hutan. Ketika saudara kembarnya meninggal, Narcissus sangat terpukul dan menganggap bayangan yang ia lihat di permukaan air itu adalah saudara kembarnya. Terkadang kita memandang narsisme merupakan hal yang biasa dan tidak perlu mendapatkan penanganan. Hal 1

Upload: dhian-cattleya

Post on 31-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Narcissistic

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kisah sang penakluk wilayah Thespiae di Boetia yang dianugerahi

ketampanan, Narcissus, Narkissos atau Sang Pemuja Diri Sendiri. Beberapa versi

kisah Narcissus salah satunya oleh Ovid dalam 'Echo'. Narcissus yang sedang

berburu kijang di hutan merasa haus dan mengambil air di sebuah sungai, namun

ia tak bisa menyentuh air itu karena takut merusak bayangan yang ada pada

permukaan air. Narcissus meninggal dengan memandangi bayangannya sendiri

dan tumbuhlah bunga Narcissus di tempat ia meninggal.  

Namun Pausanias (seorang ahli geografi dan traveller dari Mesir, hidup

pada abad kedua Masehi) menolak kisah seseorang yang tidak mampu

membedakan manusia nyata dan bayangan, menurutnya Narcissus jatuh cinta

pada saudara kembar perempuannya, yang mengenakan pakaian sama dengan

Narcissus ketika berburu di hutan. Ketika saudara kembarnya meninggal,

Narcissus sangat terpukul dan menganggap bayangan yang ia lihat di permukaan

air itu adalah saudara kembarnya.

Terkadang kita memandang narsisme merupakan hal yang biasa dan tidak

perlu mendapatkan penanganan. Hal ini mungkin ada benarnya bila penderita

narsis tersebut belum tergolong ke dalam tingkat yang parah atau belum

mengganggu kenyamanan orang lain. Namun, ada kalanya tanpa disadari

penyimpangan seperti narsis tersebut mengalami perkembangan ke arah yang

lebih buruk, dan dianggap sudah mengganggu baik bagi orang lain maupun bagi si

penderita itu sendiri. Pada saat seperti itulah penderita narsis perlu segera

ditangani dan diatasi.

Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat

emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari

dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.

1

Page 2: Narcissistic

Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut

yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat

kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan

fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai

kelas gangguan kepribadian (1997 : 242).

Ketika seorang penderita narsis sudah terjebak dalam pemikiran bahwa

segalanya harus sempurna (perfect) dan semuanya tidak boleh ada yang salah,

maka hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi kehidupan dan lingkungan

sekitarnya. Dampaknya hubungan di sekolah, tempat kerja, atau hubungan-

hubungan interaksi yang lain menjadi sangat terganggu.

Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini tentu akan membuat si penderita

menjadi tidak bahagia dan semakin bingung dengan segala bentuk emosi yang

berkecamuk dalam dirinya. Orang-orang di sekitar nya pun pastinya tidak akan

merasa bahagia dan nyaman.

Akibat terburuknya bila si penderita dijauhi, maka si penderita akan

merasa kebutuhan interaksinya dengan manusia lain tidak terpenuhi. Pada saat

seperti inilah si penderita narsis perlu mendapatkan pengobatan melalui

penanganan secara psikologis.

Remaja yang masih mencari jati diri biasanya memang mengalami gejal-

gejala seperti narsisme. Yang menjadi tidak wajar adalah apabila gejala-gejala

narsisme tersebut terus melekat dalam diri sampai dewasa. Hal ini lah yang

nantinya akan berkembang menjadi suatu kelainan kepribadian.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum: Mengidentifikasi Perilaku narsistik

Tujuan khusus:

1. Menjelaskan definisi narsistik

2. Menjelaskan penyebab gangguan kepribadian narsistik

2

Page 3: Narcissistic

3. Menjelaskan pendekatan teori yang berhubungan dengan kasus

narsistik

4. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan kepribadian narsistik

5. Menjelaskan onset terjadinya perilaku narsistik

6. Menjelaskan prevalensi terjadinya perilaku narsistik

7. Menjelaskan terapi terhadap perilaku narsistik

8. Menjelaskan prevensi terhadap perilaku narsistik

9. Menganalisa kasus yang berkaitan dengan perilaku narsistik

C. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi narsistik?

2. Apakah penyebab gangguan kepribadian narsistik?

3. Bagaimankah pendekatan teori yang berhubungan dengan kasus

narsistik?

4. Apasajakah tanda dan gejala gangguan kepribadian narsistik?

5. Bagaimanakah onset terjadinya perilaku narsistik?

6. Bagaimanakah prevalensi terjadinya perilaku narsistik?

7. Bagaimanakah terapi terhadap perilaku narsistik?

8. Bagaimanakah prevensi terhadap perilaku narsistik?

9. Bagaimanakh contoh analisa kasus yang berkaitan dengan perilaku

narsistik?

3

Page 4: Narcissistic

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Asal Narcissistic Personality Disorder (NPD) sebagai kategori diagnostik

lebih sulit untuk membangun. Ketentuan seperti neurosis narsis, schizophrenia

dan psikosis sering telah digunakan secara bergantian, mencerminkan awal

keterkaitan erat antara narsisme dan penyakit ini. Dalam teorinya tentang narsistik

dan autoerotic regresi. Freud menjelaskan gejala skizofrenia sebagai libidinal

penarikan dari objek dunia dan regresi ke tahap narsistik. Selain itu, pengamatan

bahwa kemampuan untuk mengembangkan transferensi klasik

selama psikoanalisis tidak hadir pada pasien didiagnosis dengan narsisistik

neurosis lebih lanjut narsisisme terhubung ke psikosis dan skizofrenia.

Selain itu, narsisisme dikaitkan dengan paranoia dan bunuh diri. Baru

akhir 1960-an adalah istilah struktur kepribadian narsistik, memperkenalkan

oleh Kernberg, dan gangguan kepribadian narsistik, diusulkan oleh Kohut, yang

digunakan untuk menggambarkan fungsi jangka panjang characterological

terorganisir didefinisikan sebagai gangguan kepribadian. Berdasarkan formulasi

ulang radikal teori psikoanalitik dan teknik, baik Kohut dan Kernberg

didefinisikan NPD dari segi struktur patologis-diri, pengembangan transferensi

atipikal dan strategi untuk perawatan psikoanalitik.

Gangguan kepribadian narsissistik (narcissistic personality disorder) atau

cinta pada diri sendiri digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa kepentingan

diri yang melambung (gradiositas) dan dipenuhi khayalan-khayalan sukses

bahkan saat prestasi mereka biasa saja, jatuh cinta pada dirinya sendiri karena

merasa mempunyai diri yang unik, selalu mencari pujian dan perhatian, serta tidak

peka terhadap kebutuhan orang lain, malahan justru seringkali

mengeksplorasinya. (Atkinson dkk., 1992). Dan mereka juga beranggapan bahwa

dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh

karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain.

4

Page 5: Narcissistic

Mereka selalu ingin mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara yang sudah

mereka tentukan dan seringkali ambisius serta mencari ketenaran. Sikap mereka

ini mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah)

dan mereka dapat membuat orang lain sangat marah karena penolakan mereka

untuk mengikuti aturan yang telah ada. Mereka juga tidak mampu untuk

menampilkan empati, kalaupun mereka memberikan empati atau simpati,

biasanya mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri,

atau dengan kata lain mereka bersifat self-absorbed.

Kaplan dan Saddock (1997) menyebutkan, bahwa orang dengan gangguan

kepribadian narsistik mungkin memiliki perasaan kebesaran akan pentingnya

dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang khusus dan

mengharapkan terapi yang khusus. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan

mungkin menjadi marah sekali jika ada orang yang berani mengkritik mereka,

atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Perasaan

kebesaran nama mereka adalah mencolok. Persahabatan mereka adalah rapuh, dan

mereka dapat menyebabkan orang lain geram karena mereka menolak untuk

mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukan

empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan

mereka sendiri. Memanfaatkan orang lain adalah sering ditemukan. Pasien

memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan

interpersonal, penolakan, kehilangan, dan masalah pekerjaan adalah stres-stres

yang sering dihasilkan oleh orang Narsistik karena perilakunya (stres-stres yang

tidak mampu dihadapi oleh mereka).

Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan

kebanggaan, dan tidak ada empati, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak

dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukan dibawah ini :

a. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya, pencapaian dan

bakat yang berlebihan, berharap terkenal sebagai superior tanpa usaha

yang sepadan).

b. Preokupasi dengan khayalan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan,

kecantikan, atau cinta ideal yang tidak terbatas.

5

Page 6: Narcissistic

c. Yakin bahwa ia adalah “khusus” dan unik serta dapat dimengerti hanya

oleh, atau harus berhubungan dengan, orang lain (atau institusi) yang

khusus atau memiliki status tinggi.

d. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan.

e. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu mengambil keuntungan dari orang

lain untuk mencapai tujuannya sendiri.

f. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu mengenali atau mengetahui

perasaan dan kebutuhan orang lain.

g. Tidak memiliki empati; tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan

dan kebutuhan orang lain.

h. Sering merasa iri kepada orang lain atau yakin bahwa orang lain iri kepada

dirinya.

i. Menunjukan perilaku atau sikap yang congkak dan sombong.

Narcissistic Personality Disoder (NPD) adalah suatu situasi  seseorang

yang ia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata adalah tubuhnya sendiri,

kebutuhan, perasaan, pikirannya, benda, dan orang-orang yang masih memiliki

hubungan. Disertai dengan obsesi dan hasrat  yang kuat dalam mempertahankan

miliknya tersebut. Narsis menurut ilmu psikologi adalah suatu gangguan

psikologis. Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya,

Abnormal Psychology (2000), mengatakan bahwa seseorang yang narcissistic

adalah orang yang memandang dirinya secara berlebihan. Senang

menyombongkan diri dan menerima pujian. Dunianya cenderung individual dan

kurang berempati terhadapap orang lain. Seorang narsisme akan memperhatikan

orang itu jika memberikan manfaat yang berarti bagi narsisme.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM/Buku

petunjuk Statistik dan Diagnosa dari Penyakit Jiwa) memberi definisi dari

narcissistic personality disorder (NPD/Penyakit kepribadian Narsisistik) sebagai

“sebuah pola penyebaran perasaan hebat (dalam khayalan atau tingkah laku),

kebutuhan untuk dikagumi atau dipuja-puja dan kurangnya empati, biasanya

dimulai dari awal masa dewasa dan ada dalam konteks bermacam-macam.”

6

Page 7: Narcissistic

Gangguan kepribadian borderline, histrionik, dan antisosial seringkali

muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian narsistik. Hal ini mempersulit

terapis untuk membedakan keempat gangguan tersebut. Individu dengan

kepribadian narsisitik biasanya lebih rendah tingkat kecemasannya bila

dibandingkan dengan individu borderline. Selain itu, kecenderungan untuk bunuh

diri pun prevalensinya lebih besar pada individu borderline ketimbang narsisitik.

Pada kepribadian antisosial, mereka biasanya memiliki sejarah tingkah

laku yang impulsif berkaitan dengan penggunaan alkohol dan zat-zat terlarang,

serta seringkali mereka memiliki masalah dengan hukum. Sedangkan pada

individu histrionik, mereka memiliki kecenderungan yang sama dengan individu

narsisistik, terutama dalam hal hubungan interpersonal yang manipulatif dan

tingkah laku memamerkan dan menunjukkan kelebihan yang mereka miliki.

Histrionic adalah istilah yang digunakan DSM-III dan IV kepribadian

histeris (HyP) atau (seperti kondisi ini disebut dalam literatur psikoanalitik)

karakter histeris. Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut

kepribadian histerikal, ditegakkan bagi orang-orang yang selalu dramatis dan

mencari perhatian. Mereka sering kali menggunakan ciri-ciri penampilan fisik

yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya, misalnya pakaian yang

mencolok, tata rias, atau warna rambut. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu

mempedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak

menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara

seksual tanpa mempedulikan kepantasan serta mudah dipengaruhi orang lain.

Gangguan ini dijelaskan berdasarkan pendekatan psikoanalisa. Perilaku emosional

dan ketidaksenonohan secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan orang tua,

terutama ayah terhadap anak perempuannya. Kebutuhan untuk menjadi pusat

perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang

sebenarnya yaitu self-esteem yang rendah. Ciri khas HyP itu (pada wanita) sifat

genit dalam kiprah, pandangannya dan pidato, dipasangkan dengan

apprehensiveness. Bersama dengan sugesti dan cepat perubahan suasana hati dan

perilaku.

7

Page 8: Narcissistic

Disebut dengan kepribadian ambang (borderline) karena berada di

perbatasan antara gangguan neurotik dan skizofrenia. Ciri-ciri utama gangguan ini

adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang lain dan

memiliki mood yang selalu berubah-ubah. Contohnya, sikap dan perasaan

terhadap orang lain dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh dalam kurun

waktu yang singkat. Individu yang mengalami gangguan borderline memiliki

karakter argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, cepat menyerang, dan secara

keseluruhan sangat sulit untuk hidup bersama mereka. Perilaku mereka yang tidak

dapat diprediksi dan impulsif, boros, aktivitas seksual yang tidak pandang bulu,

penyalahgunaan zat, dan makan berlebihan, berpotensi merusak diri sendiri.

Mereka tidak tahan berada dalam kesendirian, memiliki rasa takut diabaikan, dan

menuntut perhatian. Mudah mengalami perasaan depresi dan perasaan hampa

yang kronis, mereka sering kali mencoba bunuh diri. Gangguan kepribadian

borderline bermula pada masa remaja atau dewasa awal, dengan prevelensi sekitar

1 persen, dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Kesamaan antara NPD dan BPD termasuk kepekaan terhadap

kritik, ragefulness. Holdwick et al. menemukan bahwa NPD saham dengan BPD

mempengaruhi dysregulation, impulsivitas dan hubungan tidak stabil. Namun,

upaya menemukan relativeness konseptual antara NPD dan BPD sebenarnya

menghasilkan baik empiris dan klinis keterpisahan mereka bukti yang

mendukung. Diskriminator yang paling penting adalah diri meningkat-konsep

NPD serta berbagai manifestasi kebesaran, termasuk dilebih-lebihkan

bakat, fantasi megah, rasa keunikan. Akhtar mengidentifikasi perbedaan struktural

dan fungsional berikut. Sementara NPD memiliki lebih kohesif diri, dengan

kecenderungan lebih sedikit fragmentasi regresif, BPD memiliki lebih kurang

terintegrasi diri, dengan risiko untuk kejadian-negara seperti psikotik. difusi

identitas adalah terwujud dalam BPD, tapi bertopeng di NPD. Karena semakin

tinggi tingkat self-kohesif, NPD dikaitkan dengan toleransi yang lebih besar untuk

kesendirian, dan merekam bekerja lebih baik, impuls kontrol dan toleransi

kecemasan, sementara BPD pasien, karena mereka tingkat yang lebih rendah dari

8

Page 9: Narcissistic

kekompakan, lebih menunjukkan diri-mutilasi dan gigih marah. Orang dengan

NPD yang diam-diam rasa malu-dikuasai dan tidak aman, dan BPD pasien telah

mengalami difusi identitas dan perasaan rendah diri. Sementara pasien narsisistik

kurang terang-terangan merusak diri sendiri dan kurang sibuk dengan

ketergantungan dan kekhawatiran ditinggalkan, mereka menunjukkan lebih

banyak fitur pasif-agresif, dan kesombongan yang lebih besar dan keangkuhan.

Lalu apakah narsis sama dengan “percaya diri. Seseorang yang narsis

memposisikan dirinya sebagai objek, sementara seseorang yang percaya diri

memposisikan dirinya sebagai subjek. Seorang yang percaya diri tidak terlalu

risau dengan ataupun tanpa pujian orang lain karena kelebihan fisik yang dimiliki,

dirasakan sebagai anugerah Tuhan yang selalu disyukuri. Seseorang yang percaya

diri lebih fokus kepada “kompetensi diri” ketimbang penampilan fisik.

Goleman dalam Abnormal Psychology (Rathus dan Nevid-2000)

menjelaskan perbedaan percaya diri yang normal dan narsisme yang

membahayakan. Kita yang percaya diri menghargai pujian, tetapi tidak

menganggap itu sebagai keharusan demi menjaga self esteem. Percaya diri sehat

juga tercermin dari keterbukaan terhadap kritik dan hanya mengalami kekecewaan

yang sebentar kalau dikritik. Meskipun tidak dapat perlakuan istimewa, orang

yang percaya diri tetap fine dan tidak kecewa seperti orang narsis. Kadar percaya

diri kita juga sehat ketika kita masih bisa mengerti dan sensitif pada perasaan

orang lain.

Setidaknya ada dua subkategori utama narsisisme, overt dan covert

narsisisme adalah istilah umum historis. Achievment (overt) dan Attention (covert)

narsisisme mungkin lebih tepat meskipun deskriptor. Achievment (overt) seperti

yang diharapkan lebih fokus pada manfaat eksternal prestasi (banyak uang, pujian

publik, monumen untuk menghormati mereka). Mereka cenderung menjadi

emosional yang stabil sehingga membuat mereka lebih mampu berhasil dalam

suasana profesional. Mereka juga lebih terbuka tentang superioritas mereka.

Dengan mencapai 'hal-hal besar ", mereka akan mendapatkan umpan balik

mengisi kekosongan eksternal yang mereka butuhkan.

9

Page 10: Narcissistic

Attention (covert) cenderung kurang emosional stabil, membuat mereka

kurang mampu berkembang secara profesional. Mereka langsung fokus pada

perhatian sebagai cara untuk mengisi kekosongan mereka. Hubungan dan teman-

teman dan apa saja yang akan memperkuat kemampuan mereka untuk memiliki

hubungan dan teman-teman adalah tujuan mereka. Sama seperti narsisisme Self-

Actualism spektrum ada, ada narsisme Achievment / Attention spektrum

narsisisme. Seorang narsisis tidak harus hanya satu atau yang lain, meskipun

mereka cenderung mempertahankan preferensi yang membuat mereka lebih pada

satu sisi atau yang lain. Mungkin ada pergeseran preferensi dalam berbagai tahap

kehidupan mereka. Dalam kasus apapun, Pria lebih cenderung Achievment (overt)

dan Wanita lebih cenderung Attention Narcissism.

Dalam kajian Alexader Lowen, seperti ditulisnya dalam Narcissism,

Denial of The True Self (1997), ada lima tipe narsisme itu, yaitu:

1. Phallic Narcissistic character: Orang dengan karakter Phallic Narcissitic

menginvestasikan energinya untuk merayu dan menarik perhatian. Cirinya

antara lain: arogan, elastik, menunjukkan kehebatan, dan seringkali sangat

memukau.

2. Narcissistic character. Orang dengan karakter narsis, dikatakan punya image

hebat dan dasyat tentang dirinya. Meminjam istilah Lowen, they are not just

better, they are the best; they are not just attractive, they are the most

attractive. Dalam kenyataannya, ada kasus-kasus di mana orang berkarakter

narsis ini memang sukses, top, popular dan berprestasi karena dia mampu

"bermain dengan baik" di panggung kehidupan. Tapi biar bagaimana pun

juga, tetap saja image -nya lebih besar dari orang-nya.

3. Borderline personality. Orang ini tidak nyata-nyata mendemonstrasikan

kesuksesan, kehebatan, yang bisa saja didukung oleh prestasi riil; karena

kekuatan ego nya lebih lemah, malah kerapkali di dominasi rasa minder,

merasa rapuh, tidak mampu, di liputi keraguan yang besar. Perasaan hebat

dan spesial nya di simpan di dalam diri, jadi seperti memutar dan menonton

film sendiri.

10

Page 11: Narcissistic

4. Psychopathic personality: Orang dengan tipe ini dikatakan extreme lack of

human fellow feeling - atau bahasa gaulnya no heart feeling, karena bisa

mencuri, berbohong, menipu, merusak, bahkan membunuh dengan santai,

tanpa dibebani rasa bersalah, atau takut jika ketahuan.

5. Paranoid personality. Orang dengan tipe ini merasa dirinya begitu istimewa

sampai-sampai tidak hanya menjadi pusat perhatian, plus jadi sasaran

konspirasi orang-orang yang tidak suka padanya.

B. Penyebab Gangguan Kepribadian Narsistik

Penyebab gangguan kepribadian narsistik dapat dipandang dari segi

psikoanalisa. Orang yang mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki

perasaan yang luar biasa akan pentingnya dirinya. Namun dipandang dari

psikoanalisa, karakteristik tersbut merupakan topeng bagi self-esteem yang rapuh.

Menurut Heinz Kohut, self muncul pada awal kehidupan sebagai struktur

bipolar dengan immature grandiosity pada satu sisi dan overidealisasi yang

bersifat dependen di sisi lain. Kegagalan mengembangkan self-esteem yang sehat

terjadi bila orang tua tidak merespons dengan baik kompetensi yang ditunjukkan

oleh anak-anaknya. Dengan demikian, anak tidak bernilai bagi harga diri mereka

sendiri, tetapi bernilai sebagai alat untuk meningkatkan self-esteem orang tua.

Dalam Hunningstam (2005) menunjukkan bahwa patologi narsisme

disebabkan oleh faktor genetik dan asal-usul di awal perkembangan. Walaupun

masih belum jelas penyebab pada masa kanak-kanak dan menjadi lebih terang-

terangan terlihat pada individu dewasa ketika menghadap orang lain dan

mengerjakan tugas dengan cara yang lebih narsistik. Hal ini sejalan dengan dua

penelitian yang menunjukkan tentang pengaruh genetik pada perkembangan

gangguan kepribadian, termasuk gangguan kepribadian narsisitik. Jang, Livesley,

Vernon, dan Jackson (1996) dalam penelitiannya terhadap 483 pasangan kembar

menggunakan skala dimensi pengukuran masalah kepribadian (DAPP-DQ),

menemukan rata-rata 45% kelahiran yang menangkap dimensi dasar narsisme.

11

Page 12: Narcissistic

Sebuah studi lebih baru terhadap lebih dari 200 anak kembar (Torgersen dkk.,

2000) menunjukkan bahwa gen dapat menjelaskan hampir 80% dari variasi dalam

ciri gangguan kepribadian narsistik. Sementara arti dan konsekuensi dari temuan

ini masih menunggu penelitian lebih lanjut. Kita semua mengetahui bahwa

kekhususan penting untuk perkembangan dari gangguan kepribadian narsistik

diwariskan berbagai macam variasi dalam hal hipersensitivitas, dorongan kuat

agresif, toleransi yang rendah terhadap kecemasan atau frustasi, dan kelemahan

dalam mempengaruhi regulasi diri (Schore, 1994 ). Berkowitz, Shapiro, Zinner,

dan Shapiro (1974b) mencatat bahwa sistem keluarga remaja narsisistik

menunjukkan dinamika tertentu di sekitar harapan orang tua dan peran atribusi.

Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima

penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu mengharapkan perlakuan khusus,

kurang rasa empati terhadap orang lain, sulit memberikan, mengekspresikan kasih

sayang terhadap orang lain, kurang memberikan kontrol moral yang kuat, kurang

bisa berpikir rasional. Kedua aspek inilah yang paling gawat memberikan efek

narsisme.

Namun, kesalahan asuh orang tua juga menjadi penyebab terbesar adanya

penyakit narsisistik ini dalam seorang anak. Contohnya, orang tua yang serba

membolehkan yang memberi pujian berlebih-lebihan pada sang anak, terlalu

menurutkan dan memanjakan sang anak, gagal menerapkan disiplin, dan

mengidealisasi si anak menjadi faktor-faktornya. Hasilnya, orang yang narsis

secara umum merasa tidak siap untuk masa dewasa, setelah dibesarkan dalam

pandangan hidup yang tidak realistik. Sebaliknya, seorang anak yang tidak

menerima dukungan dan dorongan yang cukup bisa juga mengidap penyakit

narsisistik. Hal itu dipercaya disebabkan oleh kegagalan yang berulang-ulang dan

serius pada pihak Objek Primer sang anak (orang tua atau pengasuh).

Jon Mardi Horowitz, penulis dari Stress Response Syndromes,

menjelaskan: “Ketika kepuasan narsisistik yang jadi kebiasaan karena seringnya

dipuji, diberikan perlakuan khusus dan mengagumi diri sendiri terancam, hasilnya

mungkin adalah depresi, sedih tanpa alasan, gelisah, malu, merusak diri sendiri

atau kemarahan yang diarahkan pada orang yang bisa jadi sasaran kesalahan atas

12

Page 13: Narcissistic

situasi tersebut. Anak-anak bisa belajar untuk menghindari kondisi emosi

menyakitkan ini dengan belajar memproses informasi narsisistik ini.”

C. Pendekatan Teori

1. Pendekatan psikoanalisis

Sigmund Freud dalam salah satu naskah publikasinya tahub 1914

secara khusus menyebutkan narsisme yang diberi judul, narsime: sebuah

pengantar.

a. Narsisme primer.

Freud menyebutkan bahwa cinta-diri eksklusif mungkin abnormal,

tidak sama seperti cara berpikir sebelumnya, dan bahkan mungkin

menjadi komponen umum dalam jiwa manusia. Dia berargumen

bahwa narsisme "adalah melengkapi libido ke egoisme dari naluri

mempertahankan diri," atau lebih sederhananya, merupakan keinginan

dan energi yang mendorong naluri seseorang untuk bertahan hidup. Ia

menyebut ini sebagai narsisisme primer.

b. Narsisme sekunder.

Menurut Freud, narsisisme sekunder adalah kondisi patologis yang

terjadi ketika libido menarik diri dari objek di luar diri. Freud lebih

lanjut menyatakan bahwa ini adalah bentuk ekstrim narsisme yang

merupakan bagian dari semua orang.

2. Pendekatan interpersonal

Menurut interpersonalists, narsisisme adalah suatu cara untuk

melindungi diri secara narsis dari sebuah kerapuhan dan luka antarpribadi.

3. Sudut pandang biosocial learning

Sebagai bagian dari pendekatan menyeluruh dan sistematis teori

kepribadian dan psikopatologi didasarkan pada perspektif pembelajaran

biosocial, Millon (1981, 1996, 1998) menguraikan karakteristik matriks

kepribadian narsisistik klinis yang ditangkap dalam fungsi beberapa

13

Page 14: Narcissistic

domain, baik secara jelas (ekspresif, kognitif, dan interpersonal), atau pun

tersembunyi (citra diri dan fungsi defensif). Dipengaruhi oleh deskripsi

Freud dari jenis dan libidinal narsisistik, kemudian konseptualisasi W.

Reich dari tahap gangguan phalik-narsisistik, Millon secara khusus

menyoroti peningkatan harga diri dan kekaguman dalam diri individu-

individu narsisistik; mereka percaya diri, angkuh, dan gaya interpersonal

yang eksploitatif; ekspansif fungsi kognitif mereka dan kecenderungan

mereka untuk merasionalisasi dan kembali ke kompensasi dan

kenyamanan dunia fantasi, di saat berhadapan dengan kegagalan atau

hambatan.

4. Sudut pandang kognitif

Dari perspektif kognitif, Beck, Freeman, dan rekan (1990)

mengusulkan bahwa gangguan kepribadian narsistik harus dipahami dalam

pengertian disfungsional skema tentang diri, dunia, dan masa depan.

Skema semacam itu mencerminkan keyakinan yang berkembang selama

masa kanak-kanak dan bertahan sepanjang hidup, mempengaruhi

pandangan, reaksi, dan perilaku dalam hubungan, baik kepada orang lain

dan diri sendiri.

D. Tanda dan Gejala Gangguan Kepribadian Narsistik

Tanda-tanda narsis dari Diagnostics and Statistics Manual, Fourth Edition-

Text Revision (2000) , orang narsis merasa dirinya sangat penting dan ingin sekali

dikenal oleh orang lain karena kelebihannya. Pengidap narsis juga yakin kalau

dirinya unik dan istimewa.

Gejala lain, mereka selalu ingin dipuji dan diperhatikan. Mereka kurang

sensitif terhadap kebutuhan orang lain karena yang ada dalam pikirannya cuma

diri sendiri. Ditambah lagi, adanya rasa percaya orang lain itu berpikiran sama

dengan dirinya. Orang narsis juga sensitif sekali kalau dikritik. Kritikan kecil bisa

berarti sangat besar buat mereka.

14

Page 15: Narcissistic

Edisi ketiga dan keempat dari Diagnostic and Statistic Manual (DSM)

tahun 1980 dan 1994 dan European ICD-10 menjelaskan NPD dalam bahasa yang

identik:

'Sebuah pola penyebaran perasaan hebat (dalam khayalan atau tingkah laku),

kebutuhan utk dikagumi atau dipuja-puja dan kurangnya empati, biasanya dimulai

dari awal masa dewasa dan ada dalam konteks bermacam-macam. Lima (atau

lebih) dari sembilan kriteria berikut harus ada bagi penderita narcissitic:

1. Merasa hebat dan penting (misal, membesar-besarkan prestasi dan bakat

hingga terdengar mustahil/bohong, menuntut dikenali sebagai seorang yang

superior/lebih tinggi meski tanpa prestasi yang pantas).

2. Terobsesi oleh fantasi-fantasi sukses yang tidak ada batasnya, ketenaran,

kekuatan menakutkan atau maha, kepintaran yang tak ada tandingannya

(narsisis cerebral), keindahan tubuh atau kemampuan seks (narsisis

somatic) atau cinta/birahi yang menuntuk taklukan, kekal dan ideal.

3. Benar-benar merasa yakin bahwa dia itu unik dan spesial, hanya dapat

dimengerti oleh, hanya mesti diperlakukan dengan, atau dihubung-

hubungkan dengan, orang (atau institusi) lain yang juga special, unik atau

punya status tinggi.

4. Membutuhkan untuk dikagumi dengan berlebihan, dipuja-puja,

diperhatikan dan diiyakan, jika tidak, ia berharap utk ditakuti dan dikenal

karena kejahatannya (narsisis supply).

5. Merasa berhak. Mengharap utk diprioritaskan dalam hal perlakuan baik

dan spesial atau tidak masuk akal. Menuntut dipenuhi secara otomatis dan

benar-benar sesuai dengan harapannya.

6. Sangat memanfaatkan hubungan antar manusia, yakni, memperalat orang

lain untuk mencapai tujuan-tujuannya.

7. Tidak punya empati. Tak mampu atau tidak rela untuk mengenali atau

mengakui perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan orang lain.

15

Page 16: Narcissistic

8. Terus menerus cemburu terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain

mempunyai perasaan cemburu yang sama terhadapnya.

9. Sangat arogan, kelakuan atau sikap sombongnya digabung dengan

kemurkaan jika merasa frustasi, ditentang atau dilawan.

Bahasa dalam kriteria diatas didasarkan atau dirangkum dari: American

Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental

disorders, fourth edition (DSM IV). Washington, DC: American Psychiatric

Association.

E. Onset

Dalam "Malignant Self Love", Dr Vaknin sebagai pakar nomor satu

tentang narsisisme narsisisme jelas dimulai dari awal masa kecil (sebelum umur 5

tahun). Penderita gangguan kepribadian narsisitik berawal sejak usia dewasa awal

dan nyata dalam pelbagai konteks dengan ciri; kebesaran diri, kebutuhan untuk

dikagumi, fantasi tinggi, kurang mampu dalam berempati yang bersifat pervasif.

F. Prevalensi

Menurut DSM-IV, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik

terentang antara 2 sampai 16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1

persen dalam populasi umum. Mungakin terdapat resiko yang lebih tinggi dari

biasanya pada keturunan orang tua dengan gangguan ini yang menanamkan pada

anak-anaknya rasa kemahakuasaan yang tidak relative, kebesaran, kecantikan, dan

bakat. Jumlah kasus yang dilaporkan terus meningkat secara manetap.

Gangguan kepribadian narsistik ditemukan kurang dari  1% dalam

populasi umum (APA, 2000). Walaupun lebih dari setengah orang yang

didiagnosis dengan gangguan ini adalah laki-laki, kita tidak dapat mengatakan

bahwa ada perbedaan gender yang mendasar pada tingkat prevalensi dalam

populasi umum. Derajat tertentu dari narsisme dapat mencerminkan penyesuaian

16

Page 17: Narcissistic

diri yang sehat akan rasa tidak aman, sebuah tameng akan kritik dan kegagalan,

atau motif untuk berprestasi (Goleman, 1988).

G. Terapi

Tritment yang dapat diberikan adalah (Kaplan & Saddock, 1997 : 261):

1. Psikoterapi.

Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus

meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter

psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heiz Kohut menganjurkan pemakaian

pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan.

2. Farmakoterapi.

Lithium (Eskalith) digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood

sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi,

maka antidepresan juga dapat digunakan.

Treatment utama untuk penyembuhan gangguan kepribadian narsisistik

berfokus pada psikoterapi, secara medis tidak ada jenis obat sepesifik untuk

pengobatan gangguan ini. Dokter akan menangani gangguan-gangguan lain bila

muncul pada individu secara terpisah dengan disertai simtom-simtom yang ada

seperti kecemasan atau depresi.

Pengobatan penderita gangguan keperibadian narsisistik membutuhkan

waktu yang sangat lama, penyembuhan cepat hanya difokuskan pada

penyembuhan gangguan mood, pelatihan dan peningkatan harga diri. Dalam

psikoterapi diharapkan individu dapat menerima dirinya sendiri dan cara pandang

terhadap dirinya sesuai dengan realitas (a realistic self-image), disamping itu juga

diharapkan individu dapat menyesuaikan diri dan menjalin hubungan dan

menghargai orang lain (intimacy), mengerti perasaan diri dan orang.

Beberapa terapi lain yang bisa digunakan untuk gangguan ini antara lain:

17

Page 18: Narcissistic

1. Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu

individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan

pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.

2. Family therapy, dalam terapi ini anggota keluarga dilibatkan secara

keseluruhan dalam setiap sessi terapi. Setiap anggota keluarga dilatih

untuk mengungkapkan masalah, komunikasi dan pemecahan masalah

untuk membantu individu dalam menjalin hubungan intra dan

interpersonal.

3. Group therapy, individu berkumpul dengan sekelompok orang yang

mempunyai permasalahan yang sama, dalam terapi ini dilatih untuk saling

mendengarkan orang lain, belajar mengenal perasaan sendiri dan saling

memberi dukung terhadap anggota yang lain

H. Prevensi

Ganggaun kepribadian Narsistik adalah kronis dan sukar untuk diobati.

Pasien dengan gangguan harus secara terus menerus berhadapan dengan aliran

Narsisisme mereka yang diakibatkan oleh perilaku mereka sendiri atau dari

pengalaman hidup. Gangguan kepribadian narsistik muncul dari kegagalan meniru

empati dari orang tua pada masa perkembangan awal anak. Akibatnya, anak tetap

terfiksasi di tahap perkembangan grandiose. Selain itu, anak (dan kelak setelah

dewasa) menjadi terlibat dalam pencarian, yang tak berkunjung dan tanpa hasil,

figure ideal yang dianggapnya dapat memenuhi kebutuhan empatiknya, yang tak

pernah terpenuhi. Oleh karena itu untuk mencegah harus dimulai dari pola suh

orang tua terhadap anaknya. Orang tua harus mampu memberikan contoh yang

baik bagi anaknya dan mengajarkan bagaimana kebebasan yang bertanggung

jawab agar anak tidak terbuai dalam pujian-pujian yang membuatnya berbangga

hati.

Berbagai tindakan bisa dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya bunuh

diri, minimal untuk mengurangi kemungkinannya. Tindakan pencegahan itu bisa

dilakukan baik oleh pihak keluarga, dan lingkungan social.

Pihak Keluarga

18

Page 19: Narcissistic

Berbagai upaya pencegahan narsis bisa dilakukan oleh pihak keluarga.

Upaya pencegahan itu dimaksudkan untuk meningkatkan faktor proteksi.

Beberapa tindakan itu di antaranya:

Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak,

Membangun hubungan yang positif di dalam rumah dimana rumah

diciptakan sebagai tempat untuk saling berbagi di antara anggota keluarga,

membangun kecerdasan emosional anak,

Menanamkan pendidikan moral dan agama yang sebaik-baiknya.

meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual harus

diperkuat

Lingkungan

Lingkungan jelas merupakan determinan penting dalam upaya prevensi.

Beberapa hal yang semestinya disediakan lingkungan untuk mencegah narsis :

Tidak memberikan secara berlebihan tentang puji-pujian atau sanjungan

agar tidak menjadi candu bagi seseorang.

Menciptakan kegiatan yang positif di dalam lingkungan untuk para remaja.

Kalau melihat clue-nya, narsisme (unhealty narcissism) itu terkait dengan

sedikitnya tiga isu kejiwaan yang sangat mendasar. Pertama, terkait dengan

bagaimana kita meresponi suara penolakan diri atau denial of the self karena tidak

puas terhadap diri sendiri (dissatisfaction).

Sebenarnya, rasa tidak puas terhadap diri sendiri akan positif kalau kita

gunakan untuk memperbaiki diri atau memunculkan dorongan untuk berubah ke

arah yang lebih baik. Inilah yang disebut "learning, growing, improving". Jika kita

sudah kehilangan dorongan untuk berubah, berarti proses learning-nya sudah

berhenti dan ini sangat membahayakan.

19

Page 20: Narcissistic

Tapi akan negatif kalau itu kita gunakan untuk melakukan pertengkaran

dengan diri sendiri (konflik diri) sampai membuat jiwa kita kosong (feeling of

empty), kurang (feeling of lack), dan takut (feeling of fear). Ini semua akan

mendorong kita menempuh modus untuk mengelabuhi diri sendiri supaya bisa

mengelabuhi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan

penghormatan dari fantasi yang kita ciptakan.

Kedua, terkait dengan bagaimana kita menutupi kekurangan, entah kurang

kaya, kurang kompeten, kurang keren, kurang mewah, dan seterusnya. Adanya

rasa kurang pun ciptaaan Tuhan. Rasa kurang ini bisa kita gunakan untuk menjadi

orang yang tawadlu (rendah hati), dekat sama Tuhan atau juga bisa kita gunakan

sebaliknya. 

Jika rasa kurang itu mendapatkan respon positif, pasti yang akan muncul

adalah motivasi plus, misalnya dorongan untuk penyempurnaan, dorongan untuk

mengakui kehebatan orang lain, dorongan untuk berubah, dan seterusnya. Tapi

bila responnya negatif, akan sangat mungkin memunculkan motivasi minus,

misalnya arogan tanpa alasan, membohongi orang lain untuk menutupi

kekurangan, dan seterusnya. 

Ketiga, terkait dengan sejauhmana kita melatih diri dalam mendengarkan

suara naluri universal. Meski teorinya agak sulit membedakan prilaku yang narsis

dan yang bukan, tetapi semua manusia punya naluri universal yang bertugas

menerima kebaikan dan menolak kejelekan, entah dari perbuatan kita sendiri atau

dari perbuatan orang lain. Kesombongan, penjolan diri berlebihan, atau penipuan

diri itu pasti ditolak oleh naluri universal manusia.  

Artinya, sejauh kita melatih diri untuk mendengarkan naluri universal kita,

pasti kita akan lebih mudah "mengobati" benih-benih penyakit narsisme di dalam

diri kita. Untuk bisa mendengarkan, syaratnya adalah jangan terlalu lama atau

selalu mendengarkan suara dari luar. Idealnya, kita seimbang dalam

mendengarkan suara dari dalam dan suara dari luar.

20

Page 21: Narcissistic

BAB III

FENOMENA

Kekerasan demi kekerasan terus menerus melanda Bali.

Beragam persoalan menjadi pemicu. Dari yang remeh temeh gara-gara saling

pandang antar pemuda sampai perebutan tanah kuburan. Namun kekerasan tesebut

selalu saja melibatkan kelompok baik antar banjar maupun antar desa adat.

Memang manusia Bali dalam rentang sejarahnya sangat mudah terpancing

melakukan tindakan kekerasan. Korbannya tidak saja harta benda melainkan juga

jiwa manusia. Bahkan manusia Bali menjadi sosok yang bisa sangat kejam

meskipun dengan saudara sekalipun.

Salah satu artikel Buku “The Indonesian Killings, Pembantaian PKI di Jawa dan

Bali 1965-1966” dengan Editor Robert Cribb, menguraikan gambaran betapa

beringasnya manusia Bali dalam melakukan kekerasan. Buku ini memuat

pernyataan Komandan RPKAD Sarwo Edhi, yang pasukannya tiba pada akhir

Desember 1965. “Di Jawa kami harus menghasut penduduk untuk membantai

orang-orang komunis. Di Bali kami harus menahan mereka, untuk memastikan

bahwa mereka tidak bertindak terlalu jauh,” tulis buku itu.

Catatan lain menyebutkan pembantaian manusia komunis di Bali adalah

pembantaian terbesar abad 20. Bahkan tidak ditemukan proporsi lebih tajam dari

pembantaian ini sepanjang sejarah bangsa Indonesia atau bahkan Asia Tenggara.

Proporsi yang meliputi besarnya jumlah korban dalam kecilnya wilayah pulau

Bali dan dalam tempo pembantaian sangat singkat.

Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah korban pembantaian itu, khususnya di

Bali yang memang secara proporsi paling besar. Perkiraan jumlah paling rendah

adalah 40.000 dan tertinggi adalah 100.000. Soe Hok Gie memberikan angka

80.000 sebagai perkiraan paling konservatif. Pembantaian yang begitu besar itu

terjadi hanya dalam kurun waktu minggu saja.

21

Page 22: Narcissistic

Kekerasan yang dilakukan manusia Bali terus berlangsung dan didominasi

konflik-konflik adat. Banyak peneliti mengatakan bahwa sesungguhnya

kekerasan-kekerasan yang berbau politik di Bali juga bersumber dari konflik-

konflik adat. Termasuk kekerasan ketika pembantaian manusia komunis yang

disebutkan berakar pada konflik antar Puri-Puri di Bali.

Hingga kini kekerasan-kekerasan di Bali di dominasi kepentingan kelompok-

kelompok dalam masyarakat adat. Meskipun ada pula yang sebenarnya

merupakan konflik pribadi tetapi tetap menggunakan kendaraan kelompok desa

adat atau banjar adat.

22

Page 23: Narcissistic

BAB IV

PEMBAHASAN

Erich Fromm dalam bukunya “Akar Kekerasan” (2008) menyinggung

adanya agresi dan kaitanya dengan narsisisme. Orang yang mempunyai narsistik

tinggi merasa sangat perlu mempertahankan citra diri. Jika citra diri itu terancam,

mereka akan bereaksi dengan kemarahan amat sangat, dengan atau tanpa

memperlihatkannya atau tanpa menyadarinya.

Adapun pada narsisme kelompok, yang menjadi objek adalah kelompok

tersebut. Dikatakan bahwa narsisme kelompok merupakan salah satu sumber

utama keagresifan manusia. Bila pelecehan simbol narsisme kelompok dilakukan

kelompok lain, maka reaksi kemarahan sedemikian besar akan terjadi bahkan

sangat mendukung kebijakan perang yang dilontarkan pemimpinnya.

Dalam kasus konflik memperebutkan tanah kuburan, narsisme kelompok

sangat kental terlihat. Kuburan merupakan bagian harta milik desa adat tetapi

bukan dalam makna ekonomi. Berbeda halnya dengan tanah milik desa adat

lainnya yang bisa memiliki nilai ekonomi sehingga kepentingan ekonomi menjadi

demikian kuat. Kuburan hanyalah memiliki makna sosial dan religius yang

penggunaannya sebenarnya bisa dilakukan bersama-sama.

Apalagi tradisi memperlakukan jenazah di Bali adalah dengan pengabenan

bukan penguburan yang memerlukan ruang fisik tertentu. Karena itulah semata-

mata narsisme kelompok saja yang memicu konflik dalam kasus perebutan tanah

kuburan. Maka, kunci penyelesaiannya adalah menurunkan kadar narsisme

masing-masing kelompok.

Dengan narsisme kelompok yang besar ditambah tekanan ekonomi yang

cukup kuat, manusia Bali menjadi sangat agresif. Persoalan-persoalan sekecil

apapun bisa menjadi pemicu yang menjelma menjadi tindakan kekerasan.

23

Page 24: Narcissistic

Seseorang yang memiliki kepribadian narsisitik mempunyai persahabatan

yang rapuh, hal ini juga dapat menyulut adanya kekerasan dalam bermasyarakat.

Mereka sangat individual, tidak pernah memikirkan kepentingan diri sendiri

bahkan tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Pada akhirnya hubungan

interpersonal menjadi memburuk dan perselihan tidak terelakkan lagi ketika

kritikan menghujani orang-orang dengan kepribadian narsistik ini, karena pada

dasarnya orang-orang dengan kepribadian narsistik menanggapi kritikan secara

buruk, kurang bisa berpikir rasional, serta kurangnya kontrol moral yang kuat.

24

Page 25: Narcissistic

REFERENSI

Awlia, Nur. 2009. Gangguan Kepribadian Narsistik. Dalam

http://nurawlia.wordpress.com/. Tanggal akses: 09 Maret 2013.

Horowitz, Jon Mardi – “Stress Response Syndromes: PTSD, Grief, and

Adjustment Disorders”, Third Edition.

Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.

Martaniah, Sri Mulyani. 1999. Handout Psikologi Abnormal:

Yogyakarta.

Pitaloka, RR. Ardiningtyas. 2008. Narsis, Percaya Diri atau Sombong?.

Dalam http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=497. Tanggal

akses: 09 Maret 2013.

Ronningstam, Elsa. 2005. Identifying and Understanding the Narcissistic

Personality, 1st Edition. Oxford University Press.

Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:

Kanisius

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal jilid 1.

Jakarta : Erlangga.

Mario Maj, Hagop S. Akiskal, Juan E. Mezzich and Ahmed Okasha.

2005. Personality Disorders Vol.8. e-book.

25