naskah publikasi efektifitas fungsi bimbingan konseling...

25
NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING DAN PERILAKU DELINKUEN PADA SISWA YANG PERNAH DAN BELUM PERNAH IKUT KONSELING DI BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH Oleh : DEWI RINAWATI 01 320 170 FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

Upload: hoanghanh

Post on 05-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING DAN PERILAKU DELINKUEN PADA SISWA YANG PERNAH DAN

BELUM PERNAH IKUT KONSELING DI BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH

Oleh :

DEWI RINAWATI

01 320 170

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

Page 2: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING DAN PERILAKU

DELINKUEN PADA SISWA YANG PERNAH DAN BELUM PERNAH IKUT

KONSELING DI BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH

Telah disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

Rina Mulyati, S.Psi,.M.si.

Page 3: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi yang dapat menimbulkan krisis

yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang yang

dalam kondisi tertentu akan menjadi perilaku yang menggangu (Ekowarni, 1993).

Kondisi tersebut, bila disertai oleh lingkungan yang kurang kondusif dan

kepribadian yang negatif dapat menjadi pemicu timbulnya perbuatan-perbuatan

negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat bahkan

melanggar hukum. Oleh karena itu pada masa pencarian nilai-nilai hidup inilah

sanggat dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari para pendidik secara

bersungguh-sungguh.

Indonesia sekarang ini, bentuk perilaku delinkuen banyak dilakukan oleh

remaja dengan rentang usia 13 sampai 18 tahun, dan pada umumnya remaja

pada usia ini sedang berada di lembaga pendidikan (sekolah). Dan salah satu

faktor penyebab munculnya perilaku delinkuen adalah sekolah, yang seharusnya

fungsi sekolah adalah membimbing dan mengarahkan siswanya baik itu secara

kognitif maupun moral. Hal ini sangat bertentangan dengan fungsi pendidikan

yang tertuang dalam Undang-Undang No. 2/1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pasal 1 ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi

perannya dimasa yang akan datang.

Beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya

disorganisasi familial, struktur keluarga yang berantakan, lingkungan keluarga

yang buruk, tradisi delinkuen di daerah-daerah yang rawan, kondisi sekolah yang

Page 4: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

kurang menguntungkan sehingga banyak terdapat kasus cepat putus sekolah,

konstitusi jasmaniah dan rohaniah yang lemah, defek mental dan beberapa jenis

gangguan kejiwaan yang merangsang para remaja menjadi delinkuen (Kartono,

2005).

Kasus perkelahian, atau yang sering disebut tawuran sering terjadi

diantara pelajar, bahkan bukan hanya antara pelajar SMU tapi juga sudah

melanda kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal

yang wajar pada remaja (Kedaulatan Rakyat, 2005).

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini

sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992

tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183

kasus dengan menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota polri, dan tahun

berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Dari data tersebut terlihat

peningkatan perkelahian pelajar. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat

sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, 2001).

Berdasarkan asumsi di atas, bimbingan konseling yang merupakan salah

satu lembaga yang berperan dalam membantu menyelesaikan dan menangani

masalah siswa memiliki tangung jawab yang cukup berat. Peran bimbingan

konseling dalam dunia pendidikan memiliki arti penting dalam meningkatkan

kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa, hal ini sesuai dengan beberapa

hasil penelitian yang pernah dilakukan di sekolah-sekolah baik itu SLTP maupun

SMA menunjukan adanya pengaruh positif antara bimbingan konseling dengan

kesejahteraan serta prestasi belajar pada siswa (Walgito, 1980).

Page 5: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Damon (Santrock, 2003) percaya bahwa agar guru dan orang tua dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan moral remaja,

mereka perlu mempraktekkan hubungan yang saling menghargai dengan para

remaja. Remaja membutuhkan bimbingan, namun supaya bimbingan tersebut

dapat diberikan, remaja harus memiliki hubungan yang produktif dan inisiatif

serta reaksi mereka harus dihargai.

Adanya dasar pemikiran diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara efektifitas fungsi bimbingan konseling

dengan perilaku delinkuen pada siswa yang pernah dan belum pernah ikut

konseling di bimbingan konseling sekolah. Mencermati ketertarikan antara

efektifitas fungsi bimbingan konseling dengan perilaku delinkuen pada siswa

yang pernah dan belum pernah ikut konseling di bimbingan konseling sekolah,

maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut hubungan antara efektifitas

fungsi bimbingan konseling dengan perilaku delinkuen pada siswa yang pernah

dan belum pernah ikut konseling di bimbingan konseling sekolah.

Tujuan dari penelitian ini ada dua yaitu : yang pertama tujuan primer

untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuen dengan fungsi bimbingan

konseling, yang kedua tujuan sekunder untuk mengetahui sejauh mana fungsi

bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya pada siswa yang pernah dan

belum pernah mengikuti bimbingan konseling sekolah.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif

bagi peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam bidang bimbingan konseling

agar mampu meningkatkan peran, fungsi dan kualitasnya dalam membimbing

siswanya menuju arah yang lebih baik.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk lebih meningkatkan fungsi

dan peranan bimbingan konseling agar lebih efektif sehingga mampu mencegah

dan mengurangi tingkat kenakalan siswa.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku Delinkuen.

Gunarsa (1986), mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah kenakalan

yang dilakukan oleh mereka yang berumur 13-17 tahun dan belum menikah.

Kenakalan anak-anak dibawah 13 tahun merupakan kenakalan yang wajar

sedangkan kenakalan yang dilakukan diatas usia 18 tahun adalah kejahatan.

Sehingga remaja delinkuen adalah mereka yang melanggar pidana pada usia 13

sampai 18 tahun (Soekamto, 1982).

Sementara itu Kartono (2005), menyatakan bahwa perilaku delinkuen

adalah perilaku jahat atau dursila. Kejahatan atau kenakalan anak-anak muda

merupakan gejolak sakit atau patologis secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial sehingga

mengembangkan perilaku menyimpang. Secara singkat Koeswara (1988), juga

mengungkapkan delinkuensi sebagai penyimpangan tingkah laku dari norma-

norma yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk tingkah laku dari norma-

norma yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk tingkah laku agresif.

Thorn Burg (1982), menyatakan bahwa delinkuen merupakan konflik

normatif antara remaja dan masyarakatnya. Menurutnya perilaku delinkuen

adalah perilaku yang melanggar norma masyarakat yang mungkin didorong oleh

norma dari peer group. Seiring dengan meluasnya lingkungan sosialisasi remaja

dari lingkungan keluarga masuk kekelompok sebaya atau lingkungan masyarakat

Page 7: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

secara umum akan berdampak pada meningkatnya variasi perilaku yang

ditanamkan. Nilai-nilai yang diperoleh remaja dalam keluarga diharapkan mampu

membentengi keputusan-keputusan yang diambil oleh remaja. Dengan demikian

remaja akan terhindar dari perilaku-perilaku nakal yang akan dijumpai diluar

lingkungan keluarganya.

Tim proyek juvenile delinquency fakultas hukum Universitas Padjajaran

(Elvida, 1995) merumuskan delinkuensi sebagai suatu perbuatan atau tindakan

yang dilakukan seorang anak dan dianggap bertentangan dengan ketentuan

hukum yang berlaku disuatu Negara oleh masyarakat dirasakan dan ditafsirkan

sebagai perbuatan tercela. Perbedaan kognitif anak dan remaja berbeda dengan

orang dewasa. Hal ini akan berpengaruh pada sanksi yang akan diterima jika

perilaku yang melanggar hukum ini dilakukan oleh remaja. Kenakalan yang

dilakukan oleh remaja masih dianggap sebagai perbuatan yang dilakukan oleh

orang yang belum stabil sehingga hanya memerlukan pembinaan secara

berkelanjutan tanpa sanksi hukum.

Mengacu pada beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

delinkuen adalah bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh remaja usia

13-18 tahun sebagai suatu perbuatan/tindakan yang dianggap bertentangan

dengan ketentuan hukum dan norma yang berlaku di masyarakat.

B. Faktor – faktor Penyebab Kecenderungan Perilaku Delinkuen.

Faktor-faktor penyebab kecenderungan perilaku delinkuen :

1. Faktor Individu.

Conger (1973), menyatakan bahwa kepribadian seseorang memegang

peranan penting sebagai penyebab timbulnya kenakalan remaja. Sementara

itu Ia dalam penelitiannya membandingkan remaja menjadi dua yakni remaja

Page 8: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

yang nakal dan tidak nakal. Elfida & Trinovita (1995), menemukan bahwa

para remaja non delinkuen memiliki kontrol diri yang lebih tinggi dibandingkan

remaja delinkuen, lebih mampu mengarahkan energi emosi pada hal hal

yang bermanfaat dan secara sosial dapat diterima. Lebih mampu

mengendalikan diri dan menyesuaikan diri dengan aturan sosial, cenderung

memiliki kontrol yang kuat terhadap emosi dan perilakunya. Sementara itu

Fifts & Hammer (Dusek, 1977), menyatakan bahwa umumnya kenakalan

merupakan sebab dari konsep diri yang miskin, mereka memandang dirinya

negatif dan merasa mereka tidak dapat menyenangkan orang lain.

2. Faktor Keluarga.

Simanjuntak (1984), menyatakan bahwa timbulnya kenakalan karena

hilangnya atau berkurangnya fungsi keluarga sebagai pendidik / pembentuk

keperibadian anak dan tempat berlindung serta fungsi pengawasan. Selain

itu ada juga faktor lain seperti disharmonisasi keluarga (Quasi broken home),

pendidikan yang salah dari orang tua, dan anak yang ditolak (Rejected child).

3. Faktor Sekolah.

Dusek (1977), menyatakan bahwa sekolah mempunyai dua peran antara

lain sebagai mekanisme fomal yaitu mentransmisikan ilmu pengetahuan dan

keterampilan sebagai bekal bagi anak untuk hidup bermasyarakat dan

sebagai mekanisme informal yaitu lebih banyak berhubungan dengan

kehidupan psikis disekolah seperti rasa persaudaraan, hubungan dengan

teman sekelas, hubungan dengan teman sekolah dan teman sebaya.

Lebih lanjut dalam UU pokok pendidikan No2/1989 dijelaskan bahwa

tanggung jawab pendidikan ada dipundak orang tua, sekolah, dan

masyarakat. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi

Page 9: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

perkembangan anak kerap kali memberikan pengaruh langsung maupun

tidak langsung terhadap timbulnya kenakalan remaja Sudarsono

(Paratidarmanastiti, 1991). Untuk hal ini guru memegang peranan penting

dalam tugas mengajar, kondisi sekolah yang tidak baik, sarana dan

prasarana sekolah yang tidak memadai, serta kuantitas dan kualitas tenaga

guru dan non guru yang kurang. Lokasi sekolah di daerah rawan dapat

mengganggu proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat memberi

peluang pada anak didik untuk berperilaku menyimpang (Hawari 1997).

Untuk lingkungan teman sebaya (khususnya saat berada di sekolah) para

remaja cenderung mengikuti perbuatan kelompok seperti mencontek,

membolos, melawan guru, tawuran dll tanpa memperdulikan perasaan

mereka sendiri akan akibatnya. Hal ini dodorong oleh keingginan kuat untuk

diterima di kelompoknya.

4. Faktor Masyarakat.

Kurniawan (Akhmad, 1999), menyatakan bahwa mobilisasi sosial yang

tinggi dan informasi yang diterima dari media masa menyebabkan masuknya

norma dan nilai baru pada remaja dan biasanya remaja selalu menjadi pihak

pertama dari adanya mobilisasi sosial tersebut.

Mengacu pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

kecenderungan perilaku delinkuen dapat digolongkan menjadi dua kelompok

yaitu faktor internal yang meliputi kepribadian individu, fisik/cacat yang dibawa

sejak lahir, genetika. Faktor eksternal yang meliputi keluarga, lingkungan tempat

tinggal, dan teman bergaul.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

C. Aspek – aspek Perilaku Delinkuen.

Aspek-aspek kecenderungan delinkuen.

Jensen (Sarwono, 2000) dalam penelitiannya mengungkapkan aspek-

aspek delinkuen remaja atau perilaku delinkuen sebagai berikut :

a. Perilaku delinkuen remaja yang menimbulkan korban materi

seperti, pengerusakan, pencurian, pemerasan, perampasan,

pencopetan.

b. Perilaku delinkuen remaja yang menimbulkan korban fisik seperti

pemerkosaan, perkelahian, perampokan, pembunuhan.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak lain

seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, sex bebas.

d. Perilaku delinkuen remaja yang melawan status misalnya

mengingkari status sebagai anak, minggat, membantah orang tua,

membolos, mengingkari status sebagai pelajar.

D. Ciri – ciri Anak Delinkuen.

Menurut para ahli anak-anak delinkuen memiliki karakteristik yang sangat

berbeda dengan anak-anak non delinkuen, yaitu berbeda dalam:

a. Perbedaan struktur intelektual.

Pada umumnya intelligensi mereka tidak berbeda dari rata-rata.

Penelitian yang dilakukan di Indoneaia menunjukan bahwa kebanyakan

dari jumlah anak-anak delinkuen yang diteliti mempunyai skor inteligensi

dibawah normal (69,59 %) dan sebagian kecil mempunyai skor yang

tinggi (6,9 %) (Haditono, 2001).

Page 11: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

b. Perbedaan fisik dan psikis.

Anak-anak delinkuen memiliki kepekaan moral yang rendah serta

memiliki perbedaan ciri karakteristik jasmaniah sejak lahir jika dibanding

dengan anak-anak normal Lombroso (Kartono, 2005). Bentuk tubuh

mereka lebih mesomorphs yaitu relatif berotot, kekar, dan pada umumnya

bersifat lebih agresif.

Sarjana lain menemukan fungsi fisiologis dan neurologist yang

khas pada anak-anak delikuen antara lain : yang pertama, mereka kurang

merespon pada stimulus-stimulus yang menimbulkan rasa sakit. Yang

kedua, menunjukan ketidakmatangan jasmaniah tertentu Stafford Clarck

(Kartono, 2005)

Ostrow (Kartono, 2005), melaporkan adanya indikasi gangguan

neurologis. Gangguan berupa kerusakan jasmaniah yang merupakan

akibat dari buruknya faktor lingkungan anak-anak.

c. Perbedaan karakteristik individual.

Anak-anak delinkuen mempunyai kepribadian khusus yang

menyimpang seperti yang diungkapkan oleh Siegman (Kartono, 2005),

yaitu :

1. Hampir semua remaja pada tipe ini hanya berorientasi pada masa

sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini. Mereka tidak

mampu mempersiapkan bekal hidup, dan membuat rencana bagi

masa depannya.

2. Kebanyakan dari mereka memiliki ganguan secara emosional.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

3. Mereka kurang tersosialisasi dalam masyarakat normal, sehingga

tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan dan kurang

bertanggung jawab.

4. Pada umumnya mereka menyukai tantangan.

5. Mereka kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri, hal ini

disebabkan mereka memang tidak pernah dituntut untuk

melakukan itu.

6. Mereka senang melakukan kegiatan tanpa pikir yang merangsang

kejantanan, walaupun mereka menyadari bahaya yang ada

didalamnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa anak

delinkuen memiliki ciri-ciri seperti struktur intelektual, fisik dan psikis yang

cenderung agresif, serta karakteristik individual yang cepat puas dengan

keadaan dan kurang mampu untuk merencanakan masa depannya.

E. Pengertian Bimbingan Konseling.

Bimbingan sendiri merupakan proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self

understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance),

kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk

merealisasikan dirinya (self relatization) sesuai dengan potensi dan

kemampuannya (Djumhur & Surya, 1980).

Bimbingan konseling adalah bantuan yang diberikan pada siswa dalam

rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan (Prayitno, 1997).

Page 13: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Menurut SK Mendikbud No. 025/O/1995 bimbingan dan konseling

merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan

maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam

bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan

karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Peraturan Pemerintah No 29/1990 Tentang bimbingan di tingkat sekolah

menengah umum. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada siswa

dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan

merencanakan masa depan yang dilakukan oleh guru pembimbing.

Mengacu pada definisi-definisi diatas, yang disebut dengan bimbingan

konseling adalah usaha memberikan bantuan secara terus menerus dan

sistematis pada peserta didik, yang dapat dilakukan baik secara perorangan

maupun kelompok dengan tujuan mengarahkan siswa atau peserta didik agar

mampu merencanakan, mempertimbangkan, dan mengambil keputusan untuk

masa depan dirinya. Bimbingan dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan

kemampuan khusus dalam bidangnya dan dilakukan sesuai dengan norma-

norma yang berlaku.

F. Fungsi Bimbingan Konseling.

Menurut Juantika, 2005 kurikulum bimbingan konseling yang berkembang

saat ini adalah bimbingan konseling perkembangan, yang memiliki beberapa

fungsi diantaranya :

Page 14: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

a. Edukatif.

Titik berat kepedulian bimbingan konseling terletak pada pencegahan dan

pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik, walaupun hal itu tetap

ada dalam kepedulian bimbingan konseling perkembangan.

b. Development.

Titik sentral tujuan bimbingan konseling terletak pada perkembangan

optimal dan strategi, dengan upaya pokok memberikan kemudahan

perkembangan bagi individu melalui perekayasaan lingkungan

perkembangan.

c. Outreach.

Target populasi layanan bimbingan konseling tidak terbatas kepada

individu bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputi ragam

dimensi (masalah, target intervensi, setting, metode, lama waktu layanan)

dalam rentang yang cukup lebar. Tehnik yang digunakan dalam bimbingan

konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi,

bermain peran, tutorial, dan konseling.

Carlon (Santrock, 2003) menyatakan, dilihat dari fungsi bimbingan

konseling di mana masa remaja menunjukan dengan jelas sifat-sifat masa

transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa

tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Hal ini sesuai dengan fungsi

bimbingan konseling yang lebih menitikberatkan pada perkembangan moral

remaja.

Sementara itu berkaitan dengan moral remaja terdapat beberapa

pendekatan yang dapat digolongkan menjadi dua. Seperti diungkapkan oleh

Benninga (Santrock, 2003), yaitu :

Page 15: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

1. Pendidikan moral secara langsung (Direct Moral Education).

Memberikan penekanan pada nilai dan juga sifat karakter selama

jangka waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan sifat tersebut

kedalam kurikulum. Sebagai contoh, diskusi kelas, bermain peran, dan

lain-lain.

2. Pendidikan moral secara tidak langsung (Indirect Moral Education).

Mendorong remaja untuk menentukan nilai mereka sendiri dan

nilai orang lain serta membantu mereka menentukan perspektif moral

yang akan mendukung nilai-nilai tersebut yang mencakup :

a. Klarifikasi nilai. (Values Clarification).

adalah pendekatan pendidikan moral tidak langsung yang

fokusnya adalah membantu siswa untuk memperoleh kejelasan

mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari.

Pemberian klarifikasi nilai, kepada para siswa diwujudkan dalam bentuk

pertanyaan atau masalah dan diharapakan untuk memberi solusi, baik

secara individual maupun kelompok. Diskusi ini bertujuan untuk

menolong siswa menemukan nilai mereka sendiri dan menjadi peka

terhadap nilai yang dianut orang lain.

b. Pendidikan moral kognitif (Cognitive Moral Education).

adalah pendekatan moral secara tidak langsung yang

menekankan agar remaja mengambil nilai-nilai seperti demokrasi dan

keadilan selama penalaran moral mereka terbentuk. Sebagai contoh,

siswa diberi kesempatan untuk dibentuk melalui perhatian mereka

terhadap lingkungan sekitar sehingga mereka mampu belajar

menerapkan prinsip mengenai kerja sama, rasa percaya, dan mandiri.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Mengacu pada definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi

bimbingan konseling meliputi : edukatif , development, dan outreach yang lebih

menekankan pada perkembangan moral remaja baik itu secara kognitif maupun

secara moral.

G. Tujuan Bimbingan Konseling.

Tujuan bimbingan konseling menurut Ahmadi (1977), diantaranya adalah :

- Membantu para siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri

sesuai dengan kecakapan minat pribadi, hasil belajar serta kesempatan

yang ada.

- Membantu siswa untuk mengembangkan motif dalam belajar sehingga

tercapai kemampuan belajar yang berarti.

- Memberi dorongan didalam pengarahan diri, pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, keterlibatan dalam proses pendidikan.

- Membantu siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam

penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.

- Membantu para siswa untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang

dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan

konseling adalah, membantu siswa mengembangkan pemahaman diri baik itu

secara fisik, mental, dan sosial sehingga nantinya mampu menempatkan dan

mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.

H. Efektifitas Fungsi Bimbingan Konseling.

Efektifitas dapat diartikan sebagai sejauh mana sebuah bimbingan

mampu dilaksanakan dan dapat dilihat hasilnya secara positif. Efektifitas itu

sendiri dapat dilihat dari penilaian program bimbingan yang merupakan usaha

Page 17: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan konseling penilaian

diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan

bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui derajat

keberhasilan kegiatan layanan bimbingan (Juantika,2005).

I. Hipotesis Penelitian.

Berdasarkan kesimpulan tinjauan pustaka diatas,hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini adalah (1) Ada hubungan negatif antara efektifitas fungsi

bimbingan konseling dengan perilaku delinkuen pada siswa di mana semakin

tinggi efektifitas fungsi bimbingan konseling maka akan semakin rendah perilaku

delinkuen siswa (2) Ada perbedaan efektivitas fungsi bimbingan konseling pada

siswa yang pernah berkonsultasi dan belum pernah berkonsultasi dengan

bimbingan konseling sekolah.

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian.

a. Variabel Bebas : Fungsi Bimbingan Konseling.

b. Variabel Bebas : Keikutsertaan Siswa dalam Konsultasi.

c. Variabel Tergantung : Perilaku Delinkuen.

B. Subjek Penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan

dengan rentang usia 16 – 18 tahun aktif sebagai siswa sekolah menengah umum

baik itu yang pernah dan belum pernah mengikuti bimbingan konseling, di mana

secara formal sekolah tersebut memiliki lembaga bimbingan konseling.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

C. Alat Pengumpulan Data.

a. Skala Fungsi Bimbingan Konseling.

Fungsi Bimbingan konseling adalah seberapa efektif bantuan yang

diberikan kepada peserta didik oleh lembaga bimbingan konseling dalam

mengarahkan siswa atau peserta didik agar mampu merencanakan,

mempertimbangkan, dan mengambil keputusan untuk masa depan mereka.

Efektif tidaknya fungsi bimbingan konseling akan diungkap dengan

menggunakan Skala efektifitas fungsi bimbingan konseling yang dibuat sendiri

oleh peneliti dengan mengacu pada 3 fungsi bimbingan konseling yang

dikemukakan oleh Juantika (2005), yaitu fungsi edukatif, development, dan

outreach. Validitas dan reliabilitas skala akan dihitung dengan menggunakan

program komputer SPSS 12,00 (Santoso, 2003). Uji validitas aitem menunjukan

dari 37 aitem yang diujicobakan terdapat 30 aitem yang valid dan 7 aitem yang

dinyatakan gugur dengan koefisien validitas bergerak dari 0,333 sampai 0,712

dan koefisien reliabilitas sebesar 0,938.

b. Skala Perilaku Delinkuen.

Perilaku delinkuen adalah tinggi rendahnya penyimpangan perilaku

remaja yang menimbulkan korban materi, korban fisik, kenakalan sosial yang

tidak menimbulkan korban dipihak lain serta pengingkaran status. Tinggi

rendahnya perilaku delinkuen akan diungkap dengan menggunakan skala

perilaku delikuen yang mengacu pada teori Jensen (Sarwono, 2000). Uji validitas

menunjukan dari 100 aitem yang diuji cobakan terdapat 55 aitem yang valid dan

45 aitem yang gugur. Koefisien validitas bergerak antara 0,307 hingga 0,828

dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,958.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

D. Hasil Penelitian.

Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu dilaksanakan uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linearitas yang dilakukan dengan bantuan program

komputer SPSS 12,00.

Uji Hipotesis.

Untuk uji hipotesis digunakan teknik analisa produck moment dari

pearson dan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi

(r) sebesar 0,470 dengan p = 0,000, hal ini menunjukan ada hubungan yang

sangat signifikan antara efektifitas fungsi bimbingan konseling dengan perilaku

delinkuen pada siswa yang pernah dan belum pernah ikut di bimbingan konseling

sekolah. Artinya semakin efektif fungsi bimbingan konseling maka akan semakin

rendah tingkat perilaku delinkuen pada siswa yang pernah berkonsultasi dengan

bimbingan konseling dan akan mencegah siswa yang belum pernah

berkonsultasi dengan bimbingan konseling untuk berperilaku delinkuen.

Berdasarkan uji-t terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang

pernah konseling dan belum pernah konseling, dimana siswa yang belum pernah

konseling lebih tinggi daripada yang sudah pernah konseling. Hal ini terlihat

dengan hasil mean sebesar 135,58.

Peran atau sumbangan efektif fungsi bimbingan konseling terhadap

perilaku delinkuen pada siswa yang pernah dan belum pernah mengikuti

bimbingan konseling sebesar 22,1 % yang ditujukan oleh nilai koefisien

determinan sebesar 0,221.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

E. Analisis Tambahan.

Analisis data tambahan didapatkan hasil sebagai berikut:

(1) Ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menilai

efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek edukasi dengan skor laki-laki

lebih lebih tinggi dengan mean 40,40.

(2) Ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menilai

efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek development dimana laki-laki

memperoleh hasil lebih tinggi pada mean 49,54.

(3) Ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menilai

efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek outreach dimana laki-laki

lebih tinggi dengan mean 46,78.

(4) Ada perbedaan antara siswa yang pernah konsultasi dengan yang

belum pernah dalam menilai efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek

edukasi, dimana siswa yang pernah konseling lebih tinggi dengan mean 34,15.

(5) Ada perbedaan antara siswa yang pernah konsultasi dengan yang

belum pernah dalam menilai efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek

development, dimana siswa yang pernah konsultasi lebih tinggi dengan mean

44,18.

(6) Ada perbedaan antara siswa yang pernah konsultasi dengan yang

belum pernah dalam menilai efektivitas fungsi bimbingan konseling untuk aspek

outreach, dimana siswa yang pernah konsultasi lebih tinggi dengan mean 42,36.

(7) Ada perbedaan yang sangat signifikan tingkat delinkuen antara

subyek laki-laki dan perempuan (t = 18,709; p = 0,000), dimana tingkat delikuensi

laki-laki lebih tinggi dengan mean 241,99.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

(8) Ada perbedaan tingkat delinkuen yang sangat signifikan pada siswa

yang pernah dan belum pernah konseling (t = 3, 487; p = 0,001), di mana siswa

yang belum pernah konsultasi lebih tinggi dengan mean 247,39.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini bisa disimpulkan dalam beberapa poin, yaitu:

- Tingkat efektivitas fungsi bimbingan konseling di sekolah terkait

erat dengan tingkat perilaku delinkuen di mana semakin tingi

efektifitas fungsi bimbingan konseling maka semakin rendah

kecenderungan responden penelitian untuk memunculkan perilaku

delinkuen.

- Efektifitas fungsi Bimbingan Konseling berperan sebesar 22,1%

untuk menurunkan munculnya perilaku delinkuen pada siswa

- Siswa yang pernah ikut konsultasi menilai positif dengan adanya

bimbingan konseling, sedangkan siswa yang belum pernah

konseling menilai negative dengan adanya bimbingan konseling.

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling pada aspek edukasi di

tinjau dari jenis kelamin dimana skor laki-laki lebih tinggi.

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling pada aspek

development ditinjau dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih

tinggi

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling pada aspek outreach

ditinjau dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih tinggi.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling edukasi berdasarkan

pernah dan belum pernah konseling, dimana siswa yang pernah

konseling lebih tinggi dengan mean 34,15.

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling development

berdasarkan pernah dan tidak pernah dimana siswa yang pernah

konsultasi lebih tinggi dengan mean 44,18.

- Ada perbedaan fungsi bimbingan konseling outreach dimana

siswa yang pernah bimbingan lebih tinggi dengan mean 43,36.

B. Saran

1. Bagi subjek penelitian.

Bagi para siswa-siswi SMU PIRI I dapat memanfaatkan fungsi layanan

bimbingan konseling untuk membantu memecahkan masalah yang terjadi dalam

kehidupan sehari maupun dalam masalah belajar.

2. Bagi lembaga bimbingan konseling.

Lembaga bimbingan konseling lebih memahami tugasnya sebagai

konselor siswa dan memperbanyak pengetahuan mengenai bimbingan konseling

serta permasalahan yang sering dihadapi remaja terutama pada fungsi edukatif

dan development. Hal ini dikarenakan reputasi serta kredibilitas bimbingan

konseling mempengaruhi keefektifan fungsi layanan bimbingan konseling.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengangkat tema yang

sama diharapkan mempertimbangkan variabel lain yang dapat mencegah dan

menguranggi perilaku delinkuen pada remaja.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 1999. Hubungan Antara Persepsi Peran Ibu Dalam Keluarga Dengan Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja di SMU N 7 Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bimo, W. 1980. Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Conger, J. J. 1977. Adolesence & Youth : Psychological Development in a Changing World. New York : Harper & Row.

Dusek, J. B. 1977. Adolesencent Development & Behavior. Chicago : Science Research Associate, Inc.

Djumhur, I. & Surya. 1980. Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah. Bandung : C.V Ilmu.

Departermen Pendidikan & Kebudayaan. 1989. UU No.2/1989. Sistem Pendidikan Nasional.

Ekowarni, E. 1993. Kenakalan Remaja : Suatu Tinjauan Psikologi. Buletin Psikologi. 2, 24-27.

Elfida, D. 1995. Hubungan Antara Kemampuan Mengontrol Diri dan Kemampuan Berperilaku Delinkuen Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Gunarsa & Gunarsa. 1986. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, & Keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Haditono, R.S. 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Hawari, D. 1997. Al Quran. Ilmu Kesehatan & Kedokteran Jiwa. Yogyakarta. Dhana Bhakti Wakaf.

Juantika & Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan Konseling di SMA. Kurikulum 2004. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Kartono. K. 2005. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kedaulatan Rakyat. Minggu 24 April 2005. Remaja, Masa – masa Penuh Krisis.

Koeswara. 1988. Agresi Manusia. Bandung : PT Eresco.

Mudjiran. 1999. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling dan Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas 2 SMUN Kediri. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Paratidarmanistiti, L. 1991. Perkembanagn Moral Remaja Delinkuen & Non Delinkuen. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelayanan Bimbingan & Konseling. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santoso, S. 2003. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Sarwono, S. W, 2000. Psikologi Remaja. Jakarta. Grafindo Persada.

Simandjuntak, B. 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja. Bandung: Percetakan Offset Aumni.

Tambunan, R. http:/www. E-psikologi.com/remaja. 09/06/2005.

Page 25: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · bimbingan konseling dalam menjalankan fungsinya

Thornburg, H.D. 1982. Development in Adolescence. California : Brook/Cole Publishing Company.