naskah publikasi hubungan kepercayaan...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KEPERCAYAAN PADA PASANGAN DENGAN KEPUASAN
PERNIKAHAN
Oleh
MUTIA DANI FAUZIA
THOBAGUS MOH NU’MAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH KEPERCAYAAN PADA PASANGAN TERHADAP KEPUASAN
PERNIKAHAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
(Thobagus Moh Nu’man, S.Psi, Psi)
PENGARUH KEPERCAYAAN PADA PASANGAN TERHADAP KEPUASAN
PERNIKAHAN
Mutia Dani Fauzia
Thobagus Moh Nu’man, Spsi. Psi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara kepercayaan pada pasangan terhadap kepuasan pernikahan. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif antara kepercayaan pada pasangan terhadap kepuasan pernikahan. Semakin tinggi kepercayaan pada pasangan maka semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahan. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan pada pasangan maka semakin rendah pula tingkat kepuasan pernikahan.
Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus sudah menikah, berusia 24 – 55 tahun, mempunyai minimal 1 orang anak, dan tinggal terpisah dari orang tua/mertua. yang bertempat tinggal di Gemblakan Bawah Jalan Mataram Kelurahan Suryatmajan Kecamatan Danurejan., Yogyakarta. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan metode angket. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan pada pasangan yang mengacu pada teori Rempel, dkk (1985) dan skala kepuasan pernikahan yang mengacu pada teori Olson, Fournier, & Druckman (Olson & Fower, 1989).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah ada pengaruh positif antara kepercayaan pada pasangan dengan kepuasan pernikahan. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar r= 0,773 dengan p = 0,000 atau (p < 0,01) yang artinya ada pengaruh yang sangat signifikan antara kepercayaan pada pasangan dengan kepuasan pernikahan. Jadi hipotesis diterima. Kata kunci: Kepercayaan, kepuasan pernikahan
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Masa dewasa muda adalah masa-masa tersulit sepanjang kehidupan. Masa
dewasa muda merupakan tahap dimana seseorang membuat banyak keputusan dalam
kehidupan mereka. Tugas perkembangan dewasa muda lebih khusus berkaitan
dengan keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Pada masa dewasa muda individu
akan menemukan pasangannya, menikah, belajar hidup dengan pasangannya,
memiliki dan mengasuh anak serta membangun kehidupan berkeluarga (Wrosch
dalam Fathiana & Baktir, 2006).
Duvall & Miller (Fathiana & Baktir, 2006) menjelaskan Pernikahan sebagai
hubungan yang secara sosial diakui antara seorang lelaki dan seorang perempuan
yang mana melegalkan hubungan seksual, pengasuhan anak, dan membagi peran di
antara pasangan. Kesuksesan dalam pernikahan ditandai oleh sejauh mana pasangan
suami istri dapat merasakan kepuasan pernikahan dengan saling memenuhi kebutuhan
fisik, emosional, dan psikologis (www.unitedfool.com/cms/arsip/kliping).
Kepuasan pernikahan adalah sesuatu yang dicari dan diharapkan oleh setiap
pasangan yang menikah. Kepuasan pernikahan sendiri dapat diartikan sebagai
evaluasi subyektif dari pengalaman masing-masing pasangan dalam pernikahannya
(www.charismatest.com/research/4/what-is-marital-satisfaction?). Bahr dkk (1983)
mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai terpenuhinya kebutuhan dan keinginan
suami istri dalam perkawinan. Kepuasan pernikahan berisi evaluasi subyektif tentang
kualitas pernikahan secara keseluruhan.
Idealnya, pernikahan membuat individu merasa bahagia karena tujuan
pernikahan dalam UU Perkawinan pasal 1 tahun 1974 adalah membentuk keluarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Walgito, 2000).
Berbagai macam studi juga menyebutkan bahwa orang secara umum lebih bahagia
dan lebih sehat ketika mereka menikah (Gottman dkk dalam Rosen-Grandon dkk,
2004). Namun pada kenyataannya, membina suatu pernikahan bukanlah hal yang
mudah. Pengalaman dalam hidup menunjukkan bahwa perkawinan itu mudah, tetapi
memelihara dan membina perkawinan hingga mencapai taraf kebahagiaan dan
kesejahteraan yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suami istri tidaklah
mudah (www.unitedfool.com/cms/arsip/kliping).
Kepuasan pernikahan untuk beberapa pasangan turun dan naik mengikuti
kurva U (Feldman, 1997). Kepuasan pernikahan mulai menurun setelah pernikahan
dan terus menurun sampai anak pertama lahir. Kepuasan tidak akan meningkat
hingga anak paling muda meninggalkan rumah (Figley dalam Feldman, 1997). Hal
tersebut diperkuat oleh studi yang menyatakan bahwa kepuasan dalam suatu
hubungan menurun dalam 2-3 tahun pertama dalam pernikahan ( Billideau, 2007).
Menurut Nazaruddin Umar Dirjen Bimas Islam Departemen Agama dalam
acara Pembukaan Pemilihan Keluarga Sakinah dan Pemilihan Ketua KUA teladan
tingkat Nasional di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, angka perceraian di Indonesia
adalah angka yang tertinggi daripada negara islam lainnya. Dari seratus orang yang
menikah, sepuluh diantaranya bercerai
(http://www.eramuslim.com/berita/nas/7815120624-angka-perceraian-indonesia-
tertinggi-dibanding-negara-islam-lain.htm?prev). Dari tahun ke tahun angka
perceraian di Indonesia terus naik. Data perceraian di Indonesia dari Ditjen PPA (
Republika, 7 Januari 2007) yaitu tahun 2000 angka cerai gugat mencapai 81.864
(56.2%), tahun 2001 mencapai 83.319 (57.4%), tahun 2002 mencapai 85.737(59.5%),
tahun 2003 mencapai 80.946 (60.7%), tahun 2004 mencapai 87.731 (62.1%), dan
tahun 2005 mencapai 94.859 (63%)
(http://www.kisahislam.com/i/content/view/144/17/). Berdasarkan uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan bukanlah sesuatu hal yang mudah
untuk diraih mengingat banyaknya perceraian yang terjadi.
Permasalahan dalam rumah tangga yaitu yang dialami oleh Farida (40)
misalnya. Keretakan yang dialami rumah tangganya karena keadaan ekonomi yang
morat-marit dan sering menyebabkan pertengkaran sehingga membuat Farida berpikir
untuk pergi dari rumah dan meninggalkan anak-anaknya (www. pikiran-
rakyat.com/cetak/2007/052007/20/geulis/kesehatanjiwa.htm). Kasus lainnya lagi
yaitu Maria yang merasakan hidupnya sangat tertekan karena perselingkuhan yang
pernah dilakukan oleh suaminya 10 tahun yang lalu yang menyebabkan Maria sulit
untuk mempercayai dan memaafkan suaminya
(http:/C31.sabda.org/kategori/pranikah-pernikahan/isi).
Kasus lainnya yang dialami oleh Rini dan suaminya, dimana adanya perasaan
bosan pada pasangan dan aktivitas rutin sehari-hari , sehingga sering menyebabkan
timbulnya pertengkaran di antara keduanya (http:/C31.sabda.org/kategori/pranikah-
pernikahan/isi). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fincham & Bradbury (Baron
& Byrne, 1994) yang menyatakan bahwa perasaan bosan pada kegiatan sehari-hari
yang tidak berubah dapat menyebabkan perasaan tidak menyenangkan dan
menimbulkan masalah yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pernikahan.
Perasaan bosan merupakan masalah utama (Skinner, dalam Baron & Byrne, 1994))
dan merupakan sumber disstres dalam suatu hubungan jangka panjang (Hill dkk,
dalam Baron & Byrne, 1994). Beberapa contoh kasus tersebut menyebutkan bahwa
rasa tidak percaya, masalah ekonomi, dan perasaan bosan merupakan masalah-
masalah yang bisa terjadi dalam pernikahan dan hal-hal tersebut dapat menyebabkan
ketidakpuasan dalam pernikahan.
Dobos dkk (Astuti, 2003) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat
menimbulkan masalah dalam perkawinan, yaitu konflik pasangan suami istri,
masalah keuangan, mengurus anak, adanya perbedaan gaya hidup, hubungan dengan
teman, perbedaan kepribadian, masalah dengan mertua, masalah keagamaan, dan
perbedaan politik serta masalah seks. Astuti (2003), menjelaskan bahwa masalah
dapat memburuk jika penyelesaiannya tidak memuaskan, dan hal tersebut kadang-
kadang menimbulkan rasa marah, kesal, frustasi dan merasa tak puas. Akibatnya
terjadi pertengkaran-pertengkaran yang sering muncul diwarnai kekerasan dalam
rumah tangga hingga berakhir dengan perceraian.
Walgito (2000) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan adalah sikap saling percaya. Kepercayaan merupakan sebuah
harapan positif sehubungan dengan tingkah laku orang lain (Lewicki, dkk, 2006).
Robinson (Lewicki dkk, 2006) mendefinisikan kepercayaan sebagai sebuah harapan,
asumsi atau keyakinan seseorang tentang kemungkinan bahwa tindak an seseorang /
pasangan dimasa mendatang akan bermanfaat, baik, atau tidak merusak. Kepercayaan
yang akan diperoleh dari pihak lain tergantung beberapa hal antara lain umur, otoritas
atau keahlian dan juga pengalaman (Walgito, 2000).
Genova & Rice (2005) menjelaskan bahwa jika salah seorang pasangan
merasa ragu dengan pasangannya, maka akan muncul rasa tidak aman dan mudah
terluka. Hal tersebut menyebabkan pernikahan yang telah dibangun bisa terancam.
Hal tersebut sejalan dengan Jerry (2004) yang menyataka n bahwa kepercayaan yang
hilang dapat menyebabkan pasangan merasa tidak aman dan akan berpikiran untuk
berpisah atau bercerai (http://www.chatolic.com.trust in marriage-retouville-chatolic
online
Kehidupan pernikahan yang bahagia diasosiasikan dengan kepuasan yang
diperoleh dari kehidupan pernikahan tersebut. Tingkat kepuasan yang dimiliki
pasangan-pasangan dalam suatu pernikahan berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Kepuasan pernikahan ter gantung pada kebutuhan, harapan, dan keinginan
seseorang dalam hubungan pernikahan tersebut. Seseorang merasa puas jika
kebutuhan mereka terpenuhi dan ketika harapan dan keinginan seseorang terpuaskan
(www.charismatest.com/research/17/research-on-marital-satisfaction). Konsep dasar
suatu hubungan menurut Lewis (1998) diantaranya adalah attachment atau kelekatan
pada pasangan. Tipe attachment yang dimiliki oleh seseoran g mempengaruhi tingkat
kepuasan pernikahan. Karakteristik individual dengan secure romantic attachment
menggambarkan rasa percaya, kedekatan, keadaan saling bergantung, komitmen
dalam hubungan, dan relatif tidak merasa cemburu atau takut akan intimacy
(Furman & Smalley, 1995). Rasa aman dan nyaman dengan kedekatan cenderung
diasosiasikan dengan kepuasan pernikahan yang tinggi (Feeney, 1994; Feeney,
Noller, & Callan, 1994; Fuller & Fincham, 1995 dalam Furman & Flanagan, 1995).
Hal tersebut dapat menunj ang terwujudnya kepuasan pernikahan dan
memaksimalkan fungsi hubungan yang dijalin.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
kepercayaan pada pasangan dengan kepuasan pernikahan. Oleh karena itu,
pertanyaan dari penelit ian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kepercayaan pada
pasangan dengan kepuasan pernikahan?”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan
pada pasangandengan kepuasan pernikahan.
C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana, bahan
pertimbangan, atau bahan masukan dalam penelitian psikologi, khususnya
psikologi sosial.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, jika kemudian ditemukan adanya hubungan kepercayaan
pada pasangan dan kepuasan pernikahan, maka hal ini akan menambah
pengetahuan pada pasanagn suami istri atau masyarakat tentang bagaimana cara
memperoleh kepuasan dalam pernikahan, yakni dengan menumbuhkan
kepercayaan kepada pasangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
Kepuasan menurut Rusbult (Taylor S, dkk, 2000) adalah evaluasi subyektif
seseorang terhadap kualitas dari suatu hubungan. Berdasarkan teori
interdependent, kepuasan suatu hubungan dipengaruhi tingkat General
Comparison (Rusbult dalam Taylor dkk, 1994), seseorang merasa puas jika
hubungan yang dimilikinya sebanding dengan harapan dan keinginannya.
Pernikahan dalam pengertian ilmu sosial adalah ikatan antara laki-laki dan
perempuan dengan perjanjian yang bersifat syar’i yang membolehkan keduanya
hidup bersama di bawah satu atap (Kamal, 2005).
Roach dkk (1981) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai persepsi
terhadap kehidupan pernikahan indiv idu yang di ukur dari besar kecilnya
kesenangan yang dirasakan pada jangka waktu tertentu. Bahr dkk (1983)
mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai terpenuhinya kebutuhan dan
keinginan suami istri dalam perkawinan. Kepuasan pernikahan berisi evaluasi
subyektif tentang kualitas pernikahan secara keseluruhan. Kepuasan pernikahan
menurut Spanier & Lewis (Callan & Noller, 1987) adalah evaluasi subyektif pada
kualitas pernikahan yang dilakukan oleh pasangan .
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi subyektif
tentang kualitas pernikahan secara keseluruhan dan hal tersebut tergantung
persepsi suami atau istri yang dilihat dari sikap positif atau negatif terhadap
kehidupan pernikahannya.
Menurut Olson, Fournier, & Druckman (Olson & Fower, 1989) , yang
mengacu pada ENRICH Marital Satisfaction Scale mengemukakan beberapa
aspek untuk mencapai kepuasan pernikahan yaitu:
1. Isu-isu Kepribadian, yaitu persepsi seseorang tentang perilaku pasangannya,
kebiasaan dan tingkat kepuasan yang dirasakan seseora ng akan kepribadian
yang dimiliki pasangan.
2. Komunikasi, yaitu perasaan dan perilaku seseorang ketika sedang
berkomunikasi dengan pasangannya. Hal tersebut mencakup tingkat
kenyamanan yang dirasakan oleh pasangan ketika bertukar pikiran dan
menerima informasi emosional dan informasi kognitif.
3. Pemecahan masalah, yaitu persepsi pasangan akan keberadaan dan pemecahan
konflik dalam suatu hubungan. Hal ini mencakup keterbukaan pasangan untuk
mengetahui dan menangani masalah -masalah dan strategi-strategi yang
digunakan untuk mengakhiri perdebatan.
4. Manajemen Finansial, yaitu perilaku dan perhatian tentang bagaimana
memanajemen keuangan., mencakup bagaimana cara menghabiskan uang
dengan ketentuan yang dibuat.
5. Kegiatan di waktu luang, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menghabiskan
waktu luang. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan untuk kegiatan sosial,
sendiri, dan harapan untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya.
6. Hubungan Seksual, yaitu perasaan pasangan tentang kasih sayang dan
hubungan seksual. Dalam hal ini mencakup masalah -masalah seksual,
perilaku seksual, kesetian secara seksual kepada pasangan, dan mengontrol
kelahiran.
7. Anak-anak dan pengasuhan, yaitu perasaan suami istri ketika mempunyai
anak dan membesarkan anak, yang me ncakup masalah disiplin, tujuan yang
ditentukan untuk anak dan dampak yang disebabkan oleh keberadaan anak
dalam hubungan pernikahan.
8. Keluarga dan Teman -teman, yaitu perasaan, sikap dan harapan untuk
menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan teman -teman.
9. Kesamaan Peran, yaitu perasaan dan perilaku individu tentang berbagai
macam peran dalam pernikahan, mencakup peran dalam pekerjaan, rumah
tangga, peran sex, dan peran sebagai orang tua.
10. Orientasi Agama, yaitu peran agama dalam pernikahan dan perbuatan yang
dilakukan dalam pernikahan.
B. Kepercayaan
1. Pengertian kepercayaan.
Scanzoni (Rempel, dkk, 1985) menjelaskan bahwa kepercayaan adalah
kesediaan seseorang untuk menetapkan dan menyerahkan segala aktivitasnya
kepada orang lain karena yakin bahwa orang tersebut seperti apa yang
diharapkan. Henrich dan Henrich (Rempel, dkk, 1985) juga mengemukakan
bahwa kepercayaan merupakan salah satu kualitas dalam hubungan intim yang
seringkali dikaitkan dengan cinta dan janji yang merupakan dasar hubunga n ideal.
Rotter (Feng, J., dkk, 2004) mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah harapan
yang dipegang oleh seseorang atau kelompok bahwa kata -kata, janji, pernyataan
lisan dan tertulis yang dilakukan oleh orang lain bisa dipercaya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adalah suatu harapan positif,
asumsi, atau keyakinan yang dipegang seseorang yang ditujukan pada orang lain
atau pasangannya bahwa pasangan akan berperilaku seperti yang diharapkan,
dibutuhkan serta dapat dipercaya dan diandalkan.
Menurut Rempel dkk (1985) 3 komponen kepercayaan. Ketiga komponen
itu adalah Predictability, Dependability, dan Faith.
1. Keadaan dapat diramalkan (Predictability)
Seseorang yang dapat diramalkan adalah seseorang yang memp unyai
perilaku yang konsisten walaupun perilaku tersebut terus menerus buruk
(Robinson dkk, 1990).
2. Keadaan dapat diandalkan (Dependability )
Keadaan dapat diandalkan (Dependability) berhubungan dengan
perasaan yang timbul bahwa pasangannya adalah seseo rang seorang yang bisa
diandalkan (Robinson dkk, 1990).
3. Keyakinan (Faith)
Keyakinan berupa kemampuan seseorang dalam pengambilan risk taking, in
depth relationship, percaya pada janji yang diberikan dengan mengorbankan
penghargaan seseorang untuk sebu ah keuntungan yang akan datang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan
yang sudah menikah dan masih mempunyai pasangan dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Usia subyek berkisar antara 24-55 tahun.
2. Usia pernikahan minimal tiga tahun.
3. Mempunyai anak minimal 1 orang .
4. Tinggal sendiri ( tidak dengan orangtua) .
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria khusus yang telah ditentukan untuk
sampel (Prasetyo & Jannah, 2005).
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam bentuk
angket (kuisioner) dengan menggunakan metode skala, yaitu menggunakan skala -
skala psikologis untuk mengungkap atribut psikologis yang dijadikan variabel dalam
penelitian ini. Skala ini terdiri dari dua skala, yakni skala kepuasan pernikahan dan
skala kepercayaan.
C. Metode Analisis Data
Untuk melihat peng aruh kepercayaan dengan kepuasan pernikahan, dilihat dengan
menggunakan uji korelasi product moment dari Spearman dengan bantuan SPSS for
windows versi 12.00.
HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas
merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One- Sample
Kolmogorov- Smirnov Test . Sebaran skor suatu variabel penelitian dikatakan
mengikuti distribusi kurva normal jika harga p dari nilai K -S-Z lebih besar
dari 0,05 (p>0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan dapat
diketahui bahwa sebaran skor pada variabel Kepuasan Pernikahan memiliki
sebaran normal dengan K -S-Z= 0,785 dengan p= 0,569 (p>0,05), dan skor
variabel kepercayaan memiliki sebaran tidak normal dengan menunjukkan
K-S-Z = 1,607 dengan p= 0,011 (p<0,05).
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic
Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare
Means. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas antara vari abel
kepuasan pernikahan dan variabel kepercayaan. Hasil uji linearitas
menunjukkan F = 151,668 dengan p = 0.000. Berdasarkan hasil uji linieritas
yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada hubungan yang linier antara
variabel kepuasan pernikahan dan variabe l kepercayaan (p<0,05).
2. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel Kepuasan pernikahan
dan variabel Kepercayaan maka dilakukan uji korelasi. Uji korelasi dengan teknik
analisis korelasi product moment dari Spearman, dengan menggunakan program
komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows.
Hasil analisis product moment dari Spearman menunjukkan koefisien
korelasi antara variabel kepuasan pernikahan dan variabel kepercayaan ada lah
0,773 (r= 0,773) dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan dengan kepuasan
pernikahan, dimana semakin tinggi kepercayaan maka tingkat kepuasan
pernikahan semakin tinggi , dan semakin rendah kepercayaan maka tingkat
kepuasan pernikahan akan semakin rendah, sehingga hipotesis yang diajukan
dapat diterima.
3. Analisis Tambahan
a. Hasil analisis data dengan menggunakan teknik two way anova menunjukkan
bahwa :
1. Nilai F pada faktor usia sebesar 2.098 dengan nilai signifikasi 0,066 (p >
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
kepuasan pernikahan ditinjau dari segi usia, dan hipotesa tidak diterima.
2. Nilai F pada faktor usia pernikahan sebesar 1,327 dengan nilai signifikasi
0,264 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat kepuasan pernikahan ditinjau dari usia pernikahan, dan hipotesa
tidak diterima.
3. Nilai F sebesar 0,941 dengan nilai signifikansi 0,513 (p > 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan
pernikahan ditinjau dari usia dan usia pernikahan pada subjek penelitian,
dan hipotesa tidak diterima.
b. Analisis tambahan kedua menggunakan multiple regression. Dengan
menggunakan analisis stepwise maka didapatkan komponen keyakinan
dengan nilai R = 0,757 dan R 2 = 0,573. Kemudian diikuti komponen keadaan
dapat diandalkan dengan nilai R= 0,746 dan R2= 0, 556, dan komponen
keadaan dapat diramalkan dengan nilai R = 0,666 dan R 2 = 0,443. Dengan
melihat data tersebut, diperoleh komponen sebagai predictor yang signifikan
mampu mempengaruh kepuasan pernikahan, yaitu komponen keyakinan,
keadaan dapat diandalkan, dan keadaan dapat diramalkan.
Besarnya pengaruh masing -masing komponen keper cayaan pada pasangan
terhadap kepuasan pernikahan dapat dilihat bahwa komponen keyakinan
memiliki pengaruh terbesar terhadap kepuasan pernikahan yaitu sebesar
57,3%. Komponen kedua yang mempengarui kepuasan pernikahan yaitu
komponen keadaan dapat diandalka n sebesar 55,6%. Kemudian diikuti
komponen keadaan dapat diramalkan dengan sumbangan sebesar 44,3%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah di ajukan
yaitu ada pengaruh yang positif antara kepercayaan pada pasangan terhadap kepuasan
pernikahan. Hal ini dapat dilihat dari uji korelasi product moment dari Spearman
dengan menggunakan SPSS 12.00 for windows, yang menunjukan koefisien korelasi
( r ) sebesar 0,773 dengan p = 0,000 atau ( p < 0,01 ). Dengan demikian, hipo tesis
yang diajukan bahwa ada pengaruh kepercayaan pada pasangan terhadap kepuasan
pernikahan diterima. Semakin tinggi kepercayaan maka tingkat kepuasan pernikahan
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan maka semakin rendah
tingkat kepuasan pernikahannya.
Sementara itu, hasil analisa tambahan menunjukkan tidak ada perbedaan
tingkat kepuasan pernikahan subyek ditinjau dari usia, usia pernikahan maupun usia
dan usia pernikahan. Hasil analisa tambahan juga menunjukkan bahwa komponen
keyakinan dalam variabel kepercayaan mempunyai sumbangan yang paling besar
dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu sebesar 57,3%. Komponen kedua
adalah keadaan dapat diandalkan dengan sumbangan sebesar 55,6%. Komponen
ketiga yaitu keadaan dapat diramalkan dengan sumbangan sebesar 44,3%.
Masing-masing komponen dari variabel kepercayaan mempunyai tingkat dan
abstraksi emosional yang berbeda. Menurut Rempel, dkk (1985), komponen
kepercayaan secara bertahap meningkat yait u mulai dari keadaan dapat diramalkan,
keadaan dapat diandalkan, dan keyakinan sebagai tingkat atas dari kepercayaan.
Rempel, dkk (1985) menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara kematangan cinta
dan keyakinan yang merefleksikan pengalaman emosional dala m suatu hubungan
jangka panjang. Keyakinan mempunyai hubungan dengan rasa aman secara
emosional. Komponen keadaan dapat diandalkan juga merupakan komponen yang
penting dalam kepuasan pernikahan walaupun hasil analisis yang didapat lebih
rendah dari aspek keyakinan. Dalam close relationship, seseorang menginginkan
pasangannya tersebut adalah seseorang yang dapat diandalkan dan dapat dijadikan
sandaran. Komponen keadaan dapat diramalkan merupakan unsur dasar dari
kepercayaan seperti konsistensi dari perilaku yang berulang dan kestabilan
lingkungan sosial (Rempel, dkk, 1985). Keadaan dapat diramalkan (Predictability)
adalah kemampuan seseorang untuk meramalkan perilaku spesifik pasangan
mencakup segala sesuatu hal yang disukai atau tidak disukai.
Tingkat kepercayaan pada pasangan digolongkan dalam kategori sedang. Hal
ini dilihat dari prosentasi norma kategori yang mencapai 53,41 %. Adanya
kepercayaan pada subyek penelitian yang sedang dan adanya kepercayaan yang tidak
cenderung ke arah positif dan negatif ak an mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
kepuasan pernikahan subyek.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rempel
dkk ( 1985 ) yang menyatakan bahwa kepercayaan mempunyai hubungan dengan
cara yang digunakan untuk mencapai kesu ksesan dalam suatu hubungan dekat.
Pernikahan yang sukses mencerminkan bahwa kedua pasangan dalam hubungan
tersebut merasa puas dan kebutuhan bersama terpenuhi ( Genova & Rice, 2005
).Kepercayaan mempunyai hubungan kuat dengan cinta dan kebahagiaan, dan se cara
unik mengikat pada persepsi pasangan. Kepercayaan sendiri merupakan suatu
harapan positif, asumsi atau keyakinan yang dipegang seseorang yang ditujukan pada
pasangannya. Seseorang yang memiliki keyakinan pada pasangannya akan
memperoleh keamanan secar a emosional, dan hal tersebut mampu mewujudkan
kepuasan pernikahan.
Tingkat kepuasan pernikahan subyek penelitian ini digolongkan dalam
kategori sedang. Tingkat kepuasan pernikahan subyek penelitian dapat dilihat dari
prosentase norma kategori yang mencap ai 48,86 %. Nilai R Square antara
kepercayaan dan kepuasan pernikahan sebesar 0,633, hal ini menunjuk kan bahwa
sumbangan efektif kepercayaan terhadap kepuasan pernikahan adalah 63,3 %. Dari
hasil tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa ada faktor lain baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi kepuasan pernikahan pada individu adalah 36,7 %
(100% - 63,3 % =36,7 %). Seperti misalnya faktor premarital yang diantaranya
adalah adanya kesamaan latar belakang suku, status sosio -ekonomi, ag ama,
pendidikan serta adanya dukungan dari orang tua dan teman -teman. Faktor hubungan
interpersonal seperti adanya perasaan positif pada pasangan, adanya cinta dan kasih
sayang, kepuasan seksual, komunikasi dan peran dalam rumah tangga. Faktor lainnya
menurut Kurdek (Obradovic & Obradovic, 1999) yang mempengaruhi kepuasan
pernikahan yaitu kehadiran anak.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka variabel
kepercayaan (pada pasangan) dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Adanya
rasa percaya yang tinggi pada pasangan menjadikan kepuasan dalam pernikahan yang
dirasakan seseorang juga tinggi. Rasa percaya yang tinggi dapat menumbuhkan rasa
aman secara emosional sehingga kepuasan pernikahan yang dirasakan juga tinggi.
Akhirnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Penelitian ini tentu banyak kekurangan dalam berbagai hal, untuk itu diharapkan
menjadi bahan evaluasi untuk ke depannya. Peneliti mengakui dalam penelitian ini
masih terdapat beberapa kelemahan, antara lain aitem-aitem yang menurut subyek
terlalu panjang, sehingga membuat suby ek mengalami kesulitan d alam menentukan
pilihan jawaban. Disamping itu, adanya subyek yang tidak mau mengisi angket
terutama laki-laki karena tidak ingin oran g lain tahu kondisi rumah tangganya.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif yang sangat signifikan
antara kepercayaan pada pasangan terhadap kepuasan pernikahan. Hal ini berarti
semakin tinggi kepercayaaan pada pasangan maka se makin tinggi tingkat kepuasan
pernikahannya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kepercayaan pada pasangan
maka semakin rendah tingkat kepuasan pernikahannya.
B. Saran-Saran
1. Bagi Subyek Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan para suami m aupun istri dapat
menyikapi dengan baik tentang pentingnya kepercayaan yang diberikan maupun
yang diterima masing -masing pasangan sehingga tumbuh keharmonisan dalam
rumah tangga yang dapat menciptakan kepuasan pernikahan.
2. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini juga dapat membantu masyarakat luas, khususnya
bagi laki-laki dan perempuan yang akan menikah untuk memupuk rasa percaya
pada pasangan dengan saling terbuka dalam komunikasi sehingga pada saat
mengarungi bahtera rumah tangga masing -masing pasangan mampu memberi dan
menerima kepercayaan sehingga tercapai kepuasan dalam pernikahannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan tema yang sama,
disarankan untuk meminimalkan kelemahan -kelemahan penelitian ini. Peneli ti
sebaiknya lebih cermat dalam memilih waktu pengambilan data, agar para subyek
berada dalam kondisi yang siap untuk mengisi atau menjawab angket penelitian.
Disarankan juga untuk melakukan rapport sehingga tidak mengalami kesulitan
ketika meminta subyek mengisi angket karena sudah saling mengenal.
.Menggunakan kalimat -kalimat yang lebih singkat dan jelas sehingga para subyek
lebih mudah memahami pernyataan dalam angket.
Apabila peneliti selanjutnya yang akan menggunakan tema yang sama
dan menggunakan metode penelitian kuantitatif, disarankan untuk menggunakan
pernyataan yang tidak terlalu panjang dalam penyusunan aitem dan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, diharapkan dapat melakukan penelitian
yang lebih lanjut tentang faktor -faktor lain yang dapat mempengaruhi terciptanya
kepuasan pernikahan, misalnya : tingkat pendidikan, usia, sosio -ekonomi, peran
dalam rumah tangga, dan agama.
Daftar pustaka
Astuti, C. D.P. 2003. Hubungan Kualitas Komunikasi dan Toleransi Stres dalam Perkawinan. Sukma Vol. 2. no. 1, Nov 2003, hal 52 -60.
Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahr, S. J, Chappell, C. B, Leigh, G.K.1983. Age At Marriage, Role Enactment, Role Consensus and Marital Satisfaction. Journal of Marriage and The Family; 45, P. 795-803.
Baron, R. A & Byrne, D. 1994. Social Psychology : Understanding Human Interaction. 7th Edition. Needham Height, Massacusetts, USA
Billideu, Molly. 2007. Marital Satisfaction : Recent Research (www.hope.edu/academic/psychology/335/webrep/index.html)
Callan, V & Noller, P. 1987. Marriage and The Family. Methuen Australia Pty.
Etty, Maria. 2003. Merajut Perkawinan yang Bahagia : Kiat Membangun Rumah
Tangga Sukses. Jakarta : Mediator.
Fathiana, Indra & Baktir, Yumna. 2006. pacaran versus Ta,aruf dalam Perspektif Psikologi dan Islam. Jurnal Psikologi Islami Vol. 2, No. 4.
Feldman, R. S. 1997. Social Psychology.2nd Edition. Prentice Hall International.
Feng, J., Lazar, J., Preece, J. (2004) Empathic Empathy and online interpersonal trust: A fragile relationship. Behavior and Information Technology.
Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief , Attitude and Behavior : An Introduction to Theory and Research. California : Addison Weeley Publishing, co, Inc.
Foley, Jerry . 2004. Trust in Marriage. (http://wwwchatolic.com.trust in marriage-retouville-chatolic online)
Fower, B. J & Olson, D. H. 1989. ENRICH Marital Inventory : A Discriminant Validity and Cross -Validity Assessment . Journal of Marital and Family Therapy, Vol. 15, No. 1, 65-79
Furia, G. L.. 2007. Interpersona-trust. (www.interpersonaltrust.com)
Furman, W. & Flanagan. S, A. 1995. The Influence of Earlier Relationships on Marriage: An Attachment Perspective. Flanagan University
Genova, M & Rice, F. 2005. Intimate Relationship, Marriage, and Families. Sixth
Edition. Mc Graw -Hill. Heller, Rabbi. 2007. How to Built Trust in Marriag e.
(www.aish.com/family/marriage) Kamal, T. 2005. Psikologi Suami Istri. Yogyakarta : Mitra Pustaka.
Kartono, K. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Lewicki, R. J.; Tomlinson, E. C.; Gillespie, N. 2006. Model of Interpersonal Development : Thoretical Approach, Empirical Evidence, and Future Direction. Journal of Management.
Myers, David. 2005. Social Psychology. 8th Edition. Mc.Graw hill International
Edition.
Obradovic, J & Obradovid, M. C. 1999. Correlates of Subjective Global Marital Satisfaction in Women. Zagreb : Faculty of Philosophy
Pikiran Rakyat. 2006. Konsultasi Kesehatan Jiwa asuhan dr. Teddy Hidayat, Sp. K. J (Psikiater).(www. pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/17/geulis/kesehatan jiwa.htm)
Pikiran Rakyat. 2007. Masa-Masa Rawan Dalam Perkawinan. (www. pikiran-
rakyat.com/cetak/2007/052007/20/geulis/kesehatanjiwa.htm)
Porter, E. J. 1995. Building Good Family. Melbourne university press : Australia
Prasetyo, B & Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Rempel, J. K., Holmes, J. G., and Zanna, M. P . 1985. Trust in Close Relationship. Journal of Personality and Social Psychology, 49, 95-112
Robinson, J; Shaver, P; & Wrightsman, L. 1990. Measure of Personality and Social Psychological Attitudes. AcademicPress :NewYork.
Roach, A.J & Framzier, L.P.1981 . The Marital Satisfaction Scale : Development of a Measure for Intervention Research . Journal or Marriage and The Family. Vol. 43, 537-545.
Rosen-Grandon, Jane R.; Myers, Jane E.; Hattie, John A. 2004. Journal of Counseling and Development. Immediate Online Access.
Taylor, S. E, Peplau, L. A, & Osears, D. 2000. Social Psychology. 10th Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey : Upper Saddle Riven.
Walgito, B. 2000. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Wienir, P & Walizer,M. 1991. Metode dan Analisis Penelitian: Mencari Hubungan. Jakarta: Erlangga
--------------. 2006. Faktor Praperkawinan yang Berpengaruh pada Sukses
Perkawinan. Arsip Artikel Kliping.
(www.unitedfool.com/cms/arsip/kliping/index.php?page=all)