naskah publikasi new - psikologi...

25
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DAN INTENSI MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH PADA SISWA SMA CITRA KHARISMA PERMANASARI RATNA SYIFA’A R PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Upload: vuhanh

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DAN

INTENSI MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH PADA SISWA SMA

CITRA KHARISMA PERMANASARI

RATNA SYIFA’A R

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DAN

INTENSI MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH PADA SISWA SMA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(Ratna Syifa’a R, S.Psi.,Msi.)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DAN

INTENSI MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH PADA SISWA SMA

Citra Kharisma Permanasari Ratna Syifa’a R

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar perauran sekolah pada siswa SMA. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar peraturan sekolah pada siswa SMA. Semakin tinggi persepsi terhadap kedisiplinan guru maka semakin rendah intensi melanggar peraturan sekolah, sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap kedisiplinan guru maka semakin tinggi itensi melanggar peraturan sekolah.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA negeri 3 di kota Magelang yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dengan metode skala yang terdiri dari dua skala yaitu (1) persepsi terhadap kedisiplinan guru yang disusun berdasarkan teori Hurlock (2003), terdiri dari 16 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,316-0,597 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,829 dan (2) skala intensi melanggar peraturan sekolah yang disusun berdasar teori Fishben&Ajzen (Noviani, 2001), terdiri dari 16 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,313- 0,743 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,898. Metode analisi data yang digunakan adalah uji korelasi product moment. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15.00 for windows. Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar peraturan sekolah (r = -0,480 dengan p = 0,001 (p < 0,01)). Tingkat intensi melanggar peraturan yang rendah pada siswa SMA disumbang 23% (r² = 0,23) oleh tingkat persepsi kedisiplinan guru yang tinggi. Kata kunci: persepsi, intensi

Page 4: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Kehidupan dewasa ini semakin maju, sehingga penyesuaian diri terhadap

masyarakat modern menjadi semakin sulit. Hal tetrsebut khususnya dikalangan

remaja menimbulkan suatu perilaku yang dapat melanggar aturan-aturan yang

berlaku dalam lingkungannya. Kesulitan dalam beradaptasi dapat menimbulkan

kebingungan, kecemasan dan konflik, baik yang terbuka (eksternal) maupun

sifatnya yang tersembunyi (internal), sehingga banyak orang mengembangkan

pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum atau berbuat

semaunya sendiri dari kepentingan pribadi yang dapat mengganggu atau

merugikan orang lain. Misalnya saja, yang sering terjadi dikalangan remaja

sekarang ini adalah seringnya mereka mengebut di jalan raya, membolos disaat

jam pelajaran sekolah, merokok di ligkungan sekolah sehingga dapat

menimbulkan masalah-masalah sosial (Puspitasari, 2001).

Akhir-akhir ini banyak pelanggaran norma yang dilakukan oleh remaja, baik

norma hukum maupun norma agama. Hal tersebut disebabkan karena masa remaja

merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan. Informasi

global yang diterima oleh remaja sangat cepat dan tanpa ada penyaring pada

dirinya, mengakibatkan remaja berperilaku tanpa kontrol yang sering akan

menjurus pada tindak kriminal. Pada usia remaja sebaiknya penanaman nilai-nilai

moral harus dipertahankan.

Masa remaja masih merupakan masa belajar disekolah. Pelanggaran peraturan

di sekolah oleh remaja merupakan salah satu problem yang tengah dihadapi oleh

Page 5: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran peraturan di sekolah ini dipengaruhi oleh

keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar remaja. Pelanggaran

ini pun menunjukkan peningkatan dan semakin menjurus pada tingkat

kriminallitas. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sedikit

sekali atau tanpa mendapatkan supervisi atau pengawasan latihan yang disiplin

dan teratur, tidak akan sanggup menginternalisasikan dalam dirinya sendiri

norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya mereka menjadi lebih peka terhadap

pengaruh-pengaruh luar.yang negatif dari luar.

Kenakalan remaja yang kini banyak terjadi pada awalnya diawali dengan

pelanggaran-pelanggaran ringan di lingkungan sekolah dalam kehidupan remaja

sehari-hari, misalnya saja disekolah sering sekali remaja usia sekolah yang

terlambat datang ke sekolah, membolos, merokok, mengebut dijalan raya dan

bahkan terjadi perkelahian antar pelajar yang kini kian sering terjadi. Hal inilah

yang akhir-akhir ini banyak terjadi dikalangan remaja, dimana mereka sering

melakukan pelanggaran-pelanggaran peraturan disekolah.

Permasalahan utama bangsa Indonesia sesungguhnya terletak pada

kebiasaan remaja yang sulit untuk diatur atau sulit untuk mengikuti aturan. Bukan

karena mereka tidak tahu (tidak berpendidikan),akan tetapi lebih karena mereka

tidak mau tahu dan menutup mata. Cerita berbeda yang dialami di Indonesia.

Kepala Sekolah SMK Nasional di Berbah Sleman Yogyakarta didemo para

siswanya karena menerapkan disiplin yang ketat. Kepala sekolah menganggap

selama ini para siswa tidak disiplin dalam masuk sekolah, sehingga ia menerapkan

Page 6: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

aturan bahwa mereka harus datang sebelum jam tujuh pagi. Jam istirahat pasca

pelajaran olah raga pun ditiadakan karena siswa banyak yang masuk kelas molor.

Bukannya disambut dengan baik demi kepentingan bersama, akan tetapi kepala

sekolah ternyata didemo oleh siswa yang merasa bahwa aturan itu memberatkan

bagi mereka. Inilah contoh bahwa bangsa ini sudah tidak ingin diatur untuk

menuju kehidupan yang lebih baik. Masyarakat kita tampaknya ingin selalu

dimanja dengan longgarnya aturan dan kedisiplinan(Radar Jogja, 5 Februari

2008) .

Kedisiplinan guru sebagai seorang pendidik sangat diperlukan untuk mendidik

para siswa didiknya. Akan tetapi masih banyak para pendidik yang belum bisa

menerapkan kedisiplinan untuk dirinya sendiri. Masih banyak perilaku yang tidak

disiplin yang dijumpai dalam kontek pendidikan antara lain, yang pertama yaitu

kuranganya kesadaran untuk menghargai waktu dengan baik, misalnya guru

terlambat mengajar di kelas sehingga terlambat merupakan hal yang biasa, kedua

adanya kecenderungan untuk berperilaku tidak konsisten dan tidak tertib,

misalnya seorang guru semestinya mengajar dikelas akan tetapi justru asik

bgobrol diruang guru dan yang ketiga yaitu adanya kecenderungan untuk sulit

diatur, misalnya seorang guru yang diperintahkan untuk menggunakan seragam

sesuai aturan, akan tetapi tidak mematuhi peraturan yang ada dan semaunya

sendiri. Dari kejadian-kejadian diatas wajar saja jika ada kecenderungan siswa

untuk sulit diatur dan diperintah para guru untuk belajar.

Berdasarkan keterangan yang didapat oleh peneliti dapat diketahui rumusan

masalahnya yaitu, masih banyaknya perilaku melanngar norma kedisiplinan

Page 7: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

sekolah yang dilakukan oleh para pelajar khususnya remaja. Sehingga peraturan-

peraturan sekolah tidak dapat berfungsi secara baik. Adanya perilaku untuk

melanggar peraturan sekolah diebabkan oleh beberapa faktor antara lain keadaan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkkungan sekitar remaja atau teman sebaya.

Peran orang tua, guru dan teman sebaya sangat berpengaruh dalam pembentukan

disiplin oleh remaja. Pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan yaitu apakah ada

hubungan antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar

peraturan sekolah pada remaja terutama siswa SMA.

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Intensi Melanggar Peraturan Sekolah

Kenakalan remaja sering terjadi pada masa pencarian masa identitas diri. Masa

identitas diri terjadi masa awal dimana seorang remaja masuk sekolah lanjutan

pertama (SMP) dan akan berkembang pesat pada saat memasuki lanjutan atas

(SMA). Pada saat ini remaja dihadapkan pada pilihan yang sulit. Di satu sisi ada

keinginan remaja untuk berprestasi akan tetapi disisi lain ada keinginan untuk

bergabung dengan teman sebayanya dalam suatu kelompok tertentu. Ketika

remaja memilih bergabung dengan kelompoknya, maka remaja tersebut akan

berusaha menyesuaikan segala tindakannya dengan tindakan teman-temannya

yang lain.remaja tersebut selalu berusaha agar teman-temannya bisa menerimanya

dalam kelompok tersebut, tidak jarang tekanan-tekanan dari teman-temannya

membuat remaja tersebut bisa melakukan segala tindakan apapun bentuknya,

Page 8: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

walaupun tindakannya itu terkadang bersifat negatif dan sering melanggar aturan-

aturan sekolah, disiplin sekolah ataupun tata tertib sekolah (Sudarsono, 1990).

Gunarsa (1982), kondisi sekolah yang tidak baik juga akan mempengaruhi

tindakan remaja, misalnya saja kondisi dimana sarana sekolah yang kurang,

kuantitas dan kualitas guru yang tidak baik, juga dapat mengganggu proses belajar

mengajar. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi remaja tersebut

akan memberikan pengaruh terhadap kenakalan remaja sehingga suatu sekolah

seharunya tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja tetapi juga mengajarkan

akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga remaja dapat mengetahui tindakan

yang baik dan tindakan yang buruk yang nantinya akan mengurangi kenakalan

remaja.

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa intensi melanggar

norma kedisiplinan sekolah yaitu suatu niat, kemungkinan atau keinginan remaja

untuk melakukan pelanggaran peraturan di sekolah. Karena remaja sangat rentan

untuk melakukan pelanngaran norma-norma yang telah ditetapkan khususnya

norma yang ada disekolah.

2 Pengertian Persepsi Terhadap Kedisiplinan Guru

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat penerimanya yaitu alat indera. Akan tetapi proses tersebut akan berhenti

begitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak

sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Page 9: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses

penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses

penginderaan trejadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus

yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung

individu dengan dengan dunia luarnya (Branca dalam Walgito, 2003)

Persepsi terhadap kedisiplinan guru yaitu bagimana remaja dapat mengerti dan

dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya (sekolah) dan

perilaku disiplin para guru yang ada disekolah sebagai contoh peilaku yang baik

kepada siswa didiknya agar menjadikan siswa didiknya mematuhi hukum dan

peraturan yang telah ditetapkan sebagai peraturan sekolah. Mempersepsi

seseorang, individu yang dipersepsi itu mempunyai kemampuan, perasaan,

harapan walaupun kadarnya berbeda seperti halnya individu yang mempersepsi.

Orang yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi,

sehingga kadang-kadang atau justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan yang

sebenarnya.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa sekolah manengah atas (SMA), yang

berada di Magelang yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam

bentuk angket (kuisioner) dengan menggunakan metode skala, yaitu

Page 10: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

menggunakan skala-skala psikologis untuk mengungkap atribut psikologis yang

dijadikan variabel dalam penelitian ini. Skala ini terdiri dari dua skala, yakni skala

intensi melanggar peraturan sekolah dan skala persepsi terhadap kedisiplinan guru

1. Skala Intensi Melanggar Perturan Sekolah

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besar intensi siswa

untuk melanggar peraturan sekolah . Skala ini disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan aspek-aspek: (1) perilaku, (2) tujuan, (3) situasi dan (4) Waktu,

Noviani (dalam Fishben dan Ajzen, 1975). Skala ini terdiri dari 32 aitem yang

terdiri dari 16 aitem favourable dan 16 aitem unfavourable. Tanggapan subjek

terhadap aitem-aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi empat, yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Nilai

bergerak antara 1-4, untuk aitem-aitem favourable penilaiannya adalah nilai 4

untuk sangat setuju (SS), 3 untuk setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk

sangat tidak setuju (STS). Sementara untuk aitem-aitem unfavourable,

penilaiannya adalah nilai 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk

tidak sesuai (TS), dan 4 untuk sangat tidak sesuai (STS).

2. Skala Persepsi Terhadap Kedisiplinan Guru

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besar persepsi siswa

terhadap kedisiplinan guru. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

aspek-aspek: (1) peraturan, (2) hukuman, (3) penghargaan dan (4) konsistensi,

(Hurlock 1978). Skala ini terdiri dari 24 aitem yang terdiri dari 12 aitem

favourable dan 12 aitem unfavourable. Tanggapan subjek terhadap aitem-aitem

dalam skala ini dikelompokkan menjadi empat, yaitu sangat setuju (SS), setuju

Page 11: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

(S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Nilai bergerak antara 1-4,

untuk aitem-aitem favourable penilaiannya adalah nilai 4 untuk sangat setuju

(SS), 3 untuk setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk sangat tidak setuju

(STS). Sementara untuk aitem-aitem unfavourable, penilaiannya adalah nilai 1

untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk tidak sesuai (TS), dan 4

untuk sangat tidak sesuai (STS).

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik

karena analisa ini dapat mewujudkan kesimpulan penelitian dalam

memperhitungkan faktor kesalahan. (Hadi dalam Abdurrahman, 2005). Untuk

melihat hubungan persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar

peraturan sekolah digunankan uji korelasi product moment dengan SPSS versi

15 for windows.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Berdasarkan data-data yang didapat dari alat pengumpul data (angket), maka

diperoleh gambaran umum mengenai subjek seperti yang diperlihatkan pada tabel

5 berikut ini :

Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelitian No. Deskripsi Jumlah 1. Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

15 25

Jumlah Subjek 40 2. Umur:

15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun

3 34 2 1

Jumlah Subjek 40

2. Deskripsi Data Penelitian

Hasil yang diperoleh dari pengumpulan data adalah tingkat intensi melanggar

peraturan sekolah dan tingkat persepsi terhadap kedisiplinan guru pada siswa

SMA.

Untuk mendeskripsikan hasil penelitian agar lebih bermanfaat dan

memberikan gambaran mengenai subjek penelitian, peneliti menetapkan kriteria

kategorisasi skala intensi melanggar peraturan sekolah dan skala persepsi terhadap

kedisiplinan guru.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Subjek penelitian digolongkan ke dalam lima kategori diagnosis yaitu sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategorisasi subjek penelitian itu

adalah sebagai berikut:

a) Sangat Tinggi ( X > m + 1,8 SD )

b) Tinggi ( m + 0,6 SD < X ≤ m + 1,8 SD )

c) Sedang ( m – 0,6 SD < X ≤ m + 0,6 SD )

d) Rendah ( m – 1,8 SD < X ≤ m – 0,6 SD )

e) Sangat Rendah ( X ≤ m – 1,8 SD )

Keterangan:

X = Skor Total

M = Mean Empirik

SD = Standar Deviasi

Kriteria kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek dalam

kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa

skor subjek terdistribusi secara normal (Azwar, 2007). Lebih lanjut deskripsi data

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Deskripsi Data Penelitian Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik

Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD Intensi Persepsi

16 16

64 64

40 40

24 24

19 35

37 62

26,30 47,92

4,426 5,245

Page 14: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

a. Skala Intensi Melanggar Peraturan Sekolah

Skala intensi melanggar peraturan sekolah memiliki skor minimum 1 dan skor

maksimum 4, sehingga secara teoritis rentangan skor minimum-maksimumnya

adalah 64. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa setiap satuan deviasi

standarnya adalah 24 dan mean hipotetiknya adalah 40.

Data intensi melanggar peraturan sekolah dari 40 subjek diperoleh nilai

maksimum 37 dan nilai minimum 19 dengan mean empirik 26,30 dan standar

deviasi 4,426. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek termasuk dalam kategori

sedang. Untuk lebih jelasnya dalam melihat kategorisasi pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Kategori Skor Variabel Intensi Melanggar Peraturan Sekolah

Skor Kategori Frekuensi Jumlah X ≤ 18,2684

18,2684 < X ≤ 23,6228

23,6228 < X ≤ 28,9772

28,9772< X ≤ 34,3316

X > 34,3316

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

0

11

14

11

2

0%

27,5%

40%

27,5%

5%

Jumlah 40 100%

Dari data di atas terlihat bahwa mayoritas subjek (40%) berada pada kategori

sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat intensi melanggar peraturan

sekolah subjek tidak bertendesi ke arah tinggi maupun rendah.

b. Skala Persepsi Terhadap Kedisiplinan Guru

Skala persepsi terhadap kedisiplinan guru memiliki skor minimum 1 dan skor

maksimum 4, shingga secara teoritis rentangan skor minimum-maksimumnya

Page 15: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

adalah 64. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa setiap satuan deviasi

standarnya adalah 24 dan mean hipotetiknya adalah40.

Data tingkat persepsi terhadap kedisiplinan guru dari 40 subjek diperoleh nilai

maksimum 62 dan nilai minimum 35 dengan mean empirik 47,92 dan standar

deviasi 5,245. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek termasuk dalam kategori

sedang. Untuk lebih jelasnya dalam melihat kategorisasi pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Kategori Skor Variabel Persepsi Terhadap Kedisiplinan Guru

Skor Kategori Frekuensi Jumlah X ≤ 38,479

38,479 < X ≤ 44,773

44,773< X ≤ 51,067

51,067< X ≤ 57,361

X > 57,361

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

1

6

22

10

1

2,5%

20%

50%

25%

2,5%

Jumlah 40 100% Dari data di atas terlihat bahwa mayoritas subjek (50%) berada pada kategori

sedang. Ini mengindikasikan bahwa tingkat persepsi terhadap kedisiplinan guru

pada subjek tidak bertendensi ke arah tinggi maupun rendah.

3. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesa, ada beberapa syarat untuk memastikan

bahwa data yang digunakan layak untuk dianalisis, yaitu terpenuhinya asumsi-

asumsi parametrik. Oleh karena itu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas

terhadap sebaran data penelitian agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang

dari kebenaran yang seharusnya.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor

subjek terdistribusi secara normal atau tidak. Sebaran yang normal merupakan

gambaran bahwa data yang diperoleh telah mewakili keseluruhan data. Kaidah

yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika

p<0,05 maka sebaran data tidak normal.

Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample Kolmogorof-Smirnov

Test dari program SPSS 15.00 for Window menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,496

dengan nilai p = 0,966 (p > 0,05) untuk tingkat intensi melanggar peraturan

sekolah. Nilai K-SZ sebesar 0,601 dengan nilai p = 0,863 (p > 0,05) untuk tingkat

persepsi terhadap kedisiplinan guru. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa

tingkat intensi melanggar peraturan sekolah dan tingkat persepsi terhadap

kedisiplinan guru memiliki sebaran yang normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel intensi melanggar

peraturan sekolah dan persepsi terhadap kedisiplinan guru memiliki hubungan

yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p<0,05

begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier

apabila p>0,05.

Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program

For Social Science) 15.00 for Windows dengan teknik Compare Means

menunjukkan F = 12,041; p = 0,002. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat

Page 17: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

dikatakan bahwa hubungan antara variabel intensi melanggar peraturan sekolah

dan persepsi terhadap kedisiplinan guru linier karena p < 0,05.

4. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi terhadap kedisiplinan guru dan

intensi melanggar peraturan sekolah maka digunakan uji korelasi dengan

menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan

program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00 for

Windows.

Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel persepsi terhadap

kedisiplinan guru dan intensi melanggar peraturan sekolah nilai r = -0,480 dengan

p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan negatif

yang sangat signifikan antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi

melanggar peraturan sekolah pada siswa SMA. Semakin tinggi persepsi terhadap

kedisiplinan guru, maka semakin rendah intensi melanggar peraturan sekolah,

sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap kedisiplian guru maka semakin

tinggi intensi melanggar peraturan sekolah.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan,

yaitu ada hubungan negatif antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi

melanggar peraturan sekolah diterima. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan yang sangat signifikan antara persespsi kedisiplinan guru dan intensi

melanggar peraturan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi product

moment dari Pearson dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS 15.00 for

Page 18: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

windows, r = -0,480, p = 0,001; p < 0,01.. Sumbangan efektif persepsi terhadap

kedisiplinan guru dengan intensi melanggar peraturan sekolah adalah 23%,

sisanya sebesar 77% disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.

Tinggi rendahnya intensi melanggar peraturan sekolah pada siswa SMA

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya siswa dalam mempersepsi terhadap

kedisiplinan guru-gurunya yang berada di sekolah tersebut. Apabila siswa yang

memiliki persepsi terhadap kedisiplinan guru yang baik maka semakin rendah

tingkat intensi untuk melanggar peraturan sekolah yang akan mereka lakukan. Hal

ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap kedisiplinan guru merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi seorang siswa sekolah untuk melakukan

pelanggaran peraturan sekolah. Peraturan sekolah merupakan salah satu morma

yang ada di masyarakat yang di terapkan di lingkungan sekolah. Norma tersebut

berupa aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku di lingkungan sekolah tersebut

(Puspitasari, 2001). Seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2003), peran

penting sekolah dalam kehidupan remaja salah satunya yaitu menanamkan disiplin

pada remaja. Pada dasarnya disiplin yang terbaik yaitu bertujuan untuk mendidik

anak menjadi individu yang mematuhi hukum atau peraturan. Selain itu guru

sangat berperan dalam pembentukan disiplin disekolah. Seorang guru harus bisa

menjadi contoh atau teladan yang baik bagi murid- muridnya. Erikson (Santrock,

2003) mengatakan bahwa guru yang baik yaitu dapat menghasilkan perasaan

mampu ( sense of industry ) , dan bukan rasa rendah diri dalam diri murid-

muridnya. Guru yang baik dipercaya dan dihormati oleh lingkungannya dan tahu

bagaimana cara menggabungkan antara bekerja dan bermain, belajar dan bermain.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Basri (dalam Sochib,2004) mengatakan bahwa kedisilpinan menjadi harapan

dan timpuan keinginan dari semua pihak. Kedisiplinan merupakan salah satu

unsur dalam struktur kepribadian seseorang yang telah mengalami poses

perkembangannya yang panjang. Pengaruh pendidikan dan contoh orang tua

dalam kehidupan keluarga yang kelak sangat bermanfaat dalam kehidupan remaja

selanjutnya. kondisi sekolah yang tidak baik juga akan mempengaruhi tindakan

remaja, misalnya saja kondisi dimana sarana sekolah yang kurang, kuantitas dan

kualitas guru yang tidak baik, juga dapat mengganggu proses belajar mengajar.

Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi remaja tersebut akan

memberikan pengaruh terhadap kenakalan remaja sehingga suatu sekolah

seharunya tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja tetapi juga mengajarkan

akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga remaja dapat mengetahui tindakan

yang baik dan tindakan yang buruk yang nantinya akan mengurangi kenakalan

remaja (Gunarsa, 1982).

Wlagito, (1990), mengemukakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan

dengan apa yang ada dalam dirinya secara baik maka akan menghargai dirinya

secara baik pula. Remaja yang memilki persepsi terhadap kedisiplinan yang

positif maka akan berpandangan positif terhadap segala sesuatu termasuk dalam

hal ini pendangan remaja terhadap peraturan di sekolah dan akan berusaha

berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku dilingkungan terutama di

lingkungna sekolah.

Namun demikian, melihat sumbangan efektif persepsi terhadap kedisiplinan

guru dengan intensi melanggar perturan sekolah berada pada kisaran 23%, maka

Page 20: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kedisiplinan guru bukanlah satu-

satunya faktor yang dapat mempengaruhi intensi melanggar peraturan sekolah.

Meskipun sumbangan efektifnya terbilang cukup, namun masih ada faktor-faktor

lain yang mungkin sangat beragam seperti kepribadian remaja itu sendiri, sekolah

yang memiliki peraturan yang renggang yang akan membuat siswa tidak takut

akan melanggar peraturan sekolah dan pengaruh terhadap teman sekelompoknya

atau teman sebayanya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri

berhubungan dengan sikap terhadap pelanggaran norma kedisiplinan. Pernyataan

ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Pupitasari (2001) dalam penelitiannya

bahwa infividu yang mempunyai harga diri yang positif atau tinggi maka akan

mempunyai pendangan yang tinggi terhadap norma terutama norma kedisiplinan

yang ada di sekolah dan bersikap sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan dan dapat mengontrol perilakunya (Walgito dalam Puspitasari, 1990).

Akhirnya, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti

berharap bahwa hal ini mampu menjadi bahan evaluasi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya. Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu

kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti baik mengenai persepsi

terhadap kedisiplinan guru maupun intensi melanggar peraturan sekolah pada

siswa SMA sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini menjadi kurang

beragam. Disamping itu adapun kekurangan dalam proses pelaksanaan

pengambilan data dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa angket atau skala

Page 21: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

yang tidak diisi dengan benar oleh subjek pada saat proses pengambilan data.

Namun begitu, secara keseluruhan, penelitian ini telah berjalan dengan lancar.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan

antara persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar peraturan

sekolah pada siswa SMA.. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi melanggar perturan sekolah pada

siswa SMA diterima. Dari sini dapat dibuktikan bahwa persepsi terhadap

kedisiplinan guru dapat mempengaruhi intensi melanggar peraturan sekolah pada

siswa SMA. Sumbangan efektif persepsi terhadap kedisiplinan guru dan intensi

melanggar perturan sekolah sebesar 39,1%, yang artinya dari faktor-faktor yang

mempengaruhi intensi melanggar peraturan sekolah itu persepsi seseorang

terhadap kedisiplinan guru sebesar 39,1%. Siswa yang mempunyai persepsi yang

baik terhadap kedisiplinan gurunya maka semakin berkurang untuk melakukan

pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan disekolah.

B. Saran

Hasil penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas, ada beberapa saran

yang dapat peneliti tuliskan :

1. Kepada subjek penelitian

Perlu kiranya untuk mempunyai penialaian atau persepsi yang positif

kepada setiap guru terhadap kedisipliannya karena seorang guru merupakan

Page 22: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

panutan bagi semua siswa atau anak didiknya ketika berada di sekolah, karena

penddidikan disiplin sangat penting bagi semua siswa sekolah sehingga setiap

siswa bisa menjauhi dari pelanggaran peraturan sekolah yang telah ditetapkan.

Berawal dari menetapi peraturan sekolah individu bisa mematuhi peraturan

diluar sekolah juga sehingga seorang individu dapat diterima di masyarakt

yang ada disekelilingnya.

2. Bagi Sekolah

Perlu kiranya untuk menumbuhkan sikap disiplin kepada guru dan siswa

sehingga dapat tercipta keteraturan dan ketertiban di di lingkungan sekolah

selain itu memberikan masukan dan pengertian yang baik pada setiap siwa

agar para siswa bisa menerima dengan baik peraturan yang ada di sekolah.

Mengembalikan fungsi guru yang sebenarnya yaitu sebagai seorang pendidik

yang tidak hanya mendidik siswa-siswanya dengan cara memberikan ilmu

dengan pelajaran saja, akan tetapi dapat memberikan contoh yang baik bagi

para siswanya.

3. Bagi peneliti

Peneliti berikutnya hendaknya agar memperhatikan variabel lain, seperti

kepribadian (personality), maupun teman sekelompoknya atau teman sebaya

(konformitas) yang dapat mempengaruhi intensi melanggar peraturan sekolah

pada siswa SMA.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bernhard, K.S, 1964. Discipline and Child Guidance. New York : Mc Graw. Hill

Book Company Bachroni. M, Asnawi, S. 1999. Keterlibatan Pelaksanaan Tugas Dengan Disiplin

Terhadap Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jurnal Psikologi No 2 Tahun 1999.

Budaya dan Remaja

http://www.newmomen.net/h/0000178339.html:20-04-2008. Disiplin http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=226:04-04-

2008 Disiplin Siswa di Sekolah http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-

sekolah Docking, J.W, Control and Discipline in School. London : Happer and Row LTD

Fuhrman, B.S. 1990. Adolesence Adolescents. 2nd Edition. Glenview II - Linois : Scot & Foresman Inc.

Gea , A.A. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta : Gramedia. Gunarsa, S. P. 1982. Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. 1973. Adolesence Development (4 th. Ed). Tokyo : Mc Graw - Hill

Kogakusha : LTD JC Tukiman Taruna

http://www.kompas.com/index.php?mod=berita&opwb=lihatb&idb=16: 03-04-2008.

Kartono, K. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Kiat Menangkal Pelanggaran Ketertiban Sekolah

http://re-searchenginess.com/0308/arifana.html

Page 24: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Makmun, S. A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mappiere, A. 1983. Psikologi Remaja. Surabaya. : usaha Nasional. Monks, F. J, Knoers, A. M. P dan Haditono, S. R. 2004. Psikologi Perkembangan

: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nardo, A. C. 2000. The Color of Discipline : Sources of Racial and Gender

Disproportionality in School Punishment. Policy Research Report 2000. University of Nebraska- Lincoln.

Noviani, R. S . Hubungan Identitas Diri Sebagai Muslimah Dengan Intensi

Memakai Jilbab Pada Mahasiswa UII. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII : Yogyakarta.

Panuju, P. 1990. Psikologi Remaja. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya. Puspitasari, D. 2001. Hubungan Harga Diri Dengan Sikap Terhadap

Pelanggaran Norma Kedisiplinan Sekolah Pada Remaja . Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII : Yogyakarta.

Peranan Guru dalam Pendidikan http://www.idp.europe.org/eenet/news letter3_Indonesia/page3.php Santrock. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jilid I Edisi

Kelima. Jakarta : Erlangga Sarwono, S. W. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial ( Saduran dari Theories of

Social Psychology ). Jakarta : Rajawali Sidoen, M. 2001. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Konformitas Pada

Remaja. Skripsi ( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi UII : Yogyakarta.

Subbotsky. E. V. 1994. The Formation Of Independent Behaviour in Prescholers :

An Experimental Analysis of Conformity and Independence. International Journal of Behavioral Development. Departement of Psychology. Lancaster University, UK

Sudarsono. 1990. Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta. Sekolah Perketat Peraturan http://batampos.co.id/metropolis/sekolah-perketat-peraturan

Page 25: NASKAH PUBLIKASI new - Psikologi UIIpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · norma-norma hidup dan susila yang ada. Bahkan banyak diantara mereka kebal

Semua Sekolah Harus Meningkatkan Disiplin http://www.okzone.com/index_php/readstory/2008/01/16/1175585/semua-sekolah-harus-meningkatkan-disiplin:03-04-2008.

Setyobroto, S. 2003. Psikologi Sosial Pendidikan. Jakarta : Percetakan Solo. Shochib. Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Mengembangkan

Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Grafindo Persada. Utomo, G. T. 2007. Hubungan Antara Konformitas Kelompok dengan

Kematangan Emosi. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII : Yogyakarta.

Umami, I. Panuju, P. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana

Yogya. Wahyudin. 2002. Perbedaan Intensi Produk Ramah Lingkungan Berdasarkan

Harga Dengan Mengontrol Intensitas Perhatian Terhadap Lingkungan Hidup. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII : Yogyakarta.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta : PT. Tiara

Wacana Yogya. Worchel & Cooper. 1983. Understanding Social Psycology. 3th edition. Home

Wood. Illnois : The Corsey Press. Wienir, P & Walizer,M. 1991. Metode dan Analisis Penelitian: Mencari

Hubungan. Jakarta: Erlangga.