naskah publikasi perbedaan kecerdasan...

27
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITY ANTARA ETNIS CINA DAN JAWA DALAM BERWIRAUSAHA Oleh: HARIZ ENGGAR WIJAYA ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

Upload: vunga

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITY ANTARA ETNIS

CINA DAN JAWA DALAM BERWIRAUSAHA

Oleh:

HARIZ ENGGAR WIJAYA

ULY GUSNIARTI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

2

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITY ANTARA ETNIS

CINA DAN JAWA DALAM BERWIRAUSAHA

Telah Disetujui pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si.)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

3

PERBEDAAN KECERDASAN ADVERSITY ANTARA ETNIS CINA DAN JAWA

DALAM BERWIRAUSAHA

Hariz Enggar Wijaya

Uly Gusniarti

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina dan Jawa dalam berwirausaha. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina dan Jawa dalam berwirausaha.

Subyek dalam penelitian ini adalah wirausahawan dari kalangan etnis Cina dan Jawa yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Magelang. Tehnik sampling yang digunakan adalah tehnik purposive sampling. Jumlah keseluruhan subjek terdiri atas 49 orang dengan pembagian subjek 29 orang dari etnis Jawa dan 20 orang dari etnis Cina. Adapun skala yang digunakan adalah skala kecerdasan adversity yang mengacu pada teori Stoltz (2000) dengan empat aspek kecerdasan adversity.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis uji t - test melalui prosedur independent samples t-test program dari SPSS 11,0 for Windows untuk menguji apakah terdapat perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina dan Jawa dalam berwirausaha. Analisis data menunjukkan bahwa nilai t = 0,598 (p = 0,552 atau p > 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina dan Jawa dalam berwirausaha, sehingga dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak. Kata Kunci : Kecerdasan Adversity, Etnis Cina, Etnis Jawa, Wirausaha

Page 4: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

4

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Dunia usaha yang juga dikenal dengan istilah wirausaha, memiliki peran

yang cukup signifikan dalam perekonomian suatu bangsa. Maju mundurnya taraf

ekonomi negara bisa ditakar dengan melihat ilkim usaha yang ada. Arti penting

dunia usaha tersebut bukanlah semata-mata karena ia bisa menjadi alternatif

jalan kesuksesan di mata pencari kerja, melainkan juga karena kontribusinya

secara menyeluruh terhadap laju ekonomi suatu bangsa. McClelland (Waseso,

1986) menyebutkan bahwa wirausaha merupakan faktor penting yang menjadi

pendorong pertumbuhan ekonomi bangsa, bahkan menurut Schumpeter

(Waseso, 1986), aktivitas wirausahalah yang menjadi penyebab terjadinya

industrialisasi di Barat.

Beberapa negara maju seperti Jepang, memperlihatkan peran swasta yang

dominan dalam mendongkrak ekonomi bangsa. Menurut Alma (2003) kunci

sukses ekonomi mereka dikendalikan oleh dunia usaha. Jepang memiliki sumber

daya manusia yang memadai di sektor swasta. Program ekonomi disponsori oleh

wirausahawan tingkat sedang, dengan jumlah yang mencapai 2% dari total

penduduk Jepang dan wirausahawan tingkat kecil dengan jumlah yang

mencapai 20% dari total penduduk Jepang.

Kondisi tersebut jelas berbeda dengan kondisi dunia usaha yang ada di

Indonesia. Secara kuantitatif jumlah usaha yang tengah berjalan saat ini

terbilang cukup banyak (lihat tabel 1).

Page 5: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

5

Tabel 1

Profil UKM DIY dan Nasional 2004 Jenis usaha

DIY Nasional Deskripsi UKM Total industri UKM Total industri

18.929 unit 19.061 unit 43,22 juta unit 43,28 juta unit Jumlah 99,3% 100% 99,8% 100% 33.094 1,7 juta 79,06 juta 93,72 juta

Tenaga kerja 1,9% 100% 84% 100%

Investasi Rp 21,83 milliar

Rp 2,25 juta per unit usaha

Rp 67,1 triliun

Rp 1,6 juta per unit usaha

(Sumber: Kompas, 24/12/2005)

Hanya saja jumlah tersebut belumlah memadai jika mengikuti pola

perbandingan usaha yang ada di Jepang, yaitu berarti dibutuhkan setidaknya tiga

juta wirausahawan sedang dan besar serta 30 juta wirausahawan kecil di

Indonesia. Fenomena ini cukup manarik dicermati. Sektor usaha dengan skala

besar didominasi oleh pengusaha keturunan Cina, sedangkan pengusaha

berskala menengah ke bawah dominan warga pribumi. Secara teoritik Stoltz

(2000) telah menekankan peran adversity dalam usaha mencapi kesuksesan,

termasuk dalam hal ini adalah wirausaha. Oleh karenanya, kecerdasan adversity

para pengusaha kedua etnis tersebut menarik untuk dikaji.

Beberapa penelitian yang mengkomparasikan wirausaha antara etnis Cina

dan Jawa telah dilakukan. Prabowo (Alma, 2003) misalnya, membandingkan

bagaimana sikap dan perilaku wirausaha pribumi dan nonpribumi. Ia melihat

wirausaha Indonesia masih menemui hambatan di lapangan. Menurutnya,

kelemahan secara umum wirausahawan Indonesia bersumber pada lima hal:

mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas yang suka menerabas, sifat

Page 6: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

6

tidak pecaya pada diri sendiri, disiplin diri yang tidak murni, serta sifat

mengabaikan tanggung jawab yang tinggi.

As’ad (2003) secara ringkas mendeskripsikan adanya sikap mental orang

Jawa yang tidak mendukung wirausaha, yaitu mengambil keuntungan jangka

pendek, cepat merasa puas, serta sikap anti resiko. Hal ini menurutnya karena

orang Jawa lebih meletakkan pentingnya hubungan dengan orang lain sehingga

menumbuhkan sikap mental untuk lebih tergantung pada koneksi daripada rasa

percaya terhadap kemampuan diri sendiri.

Persoalan lain yang bisa menghambat iklim wirausaha adalah keyakinan diri

individu. Koentjaraningrat (1984) melihat bahwa orang Jawa memiliki keyakinan

hidup yang cenderung bersifat pasif. Keyakinan tersebut tergambar dari

konsepsi hidup yang rela, narima, dan sabar.

Berbeda dengan itu, pada umumnya orang Cina memang dikenal memiliki

sifat ulet dalam usaha. Willmoth seperti yang dikutip Martaniah (1984)

memandang orang Cina di Jawa lebih kompetitif. Di samping itu mereka juga

mempunyai usaha yang besar dan sangat mengusahakan prestasi, serta

mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Jawa.

Hal lain yang mendorong sikap ulet orang Cina adalah faktor keyakinan dari

ajaran Kong Hu Cu. Hidayat (Martaniah, 1984) menyatakan bahwa dalam ajaran

Kong Hu Cu, yang banyak dianut oleh orang-orang keturunan Cina,

mengajarkan bahwa tiap-tiap individu harus mengembangkan kecakapan dan

ketrampilan semaksimal mungkin sesuai dengan status sosialnya. Orang Cina

semenjak dulu sudah diberi keyakinan bahwa mereka adalah pusat pemerintahan

dunia, maka di manapun mereka berada harus melebihi tingkat hidup kaum

Page 7: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

7

pribumi. Oleh karena itu mereka bekerja keras, tekun, dan sabar serta hemat

supaya tingkat kehidupannya menonjol.

Latar belakang budaya orang Cina dan Jawa memang berbeda. Dalam

kategorisasi budaya yang dipakai oleh Alland (1973) pada sisi mental culture,

yaitu sistem kepercayaan individu dalam masyarakat yang secara aktual akan

membentuk sekumpulan aturan-aturan, jelas terlihat ada perbedaan antara

orang Cina dengan Jawa. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi sikap kerja

dan daya juang (adversity) dalam berwirausaha masing-masing etnis. Sebab

kebudayaan bukan saja menjadi objek bentukan manusia, tetapi juga sekaligus

membentuk dan menentukan perilaku manusia. Seperti pandangan Boesch

(Martaniah, 1984) terhadap kebudayaan yang didefinisikan sebagai cara manusia

membentuk dan meneropong lingkungannya, maka dari itu kebudayaan

merupakan hasil perilaku manusia pada satu sisi. Pada sisi lain kebudayaan juga

membentuk dan menentukan perilaku manusia.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa model keyakinan etnis Cina yang

menghendaki persaingan dan prestasi berbeda dengan tradisi Jawa yang

cenderung pasif dalam menghadapi hidup. Penelitian ini penting dilakukan guna

melihat apakah memang ada perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina

dan Jawa dalam berwirausaha.

Pengertian Kecerdasan Adversity

Konsep kecerdasan adversity dikemukakan pertama kali oleh Stoltz (2000)

dengan istilah adversity quotient (AQ). Menurut Pulatie (Stoltz, 2000) adversity

quotient merupakan teori sekaligus ukuran bermakna dan merupakan

Page 8: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

8

seperangkat instrumen yang telah diasah untuk membantu seseorang supaya

tetap gigih dalam menghadapi berbagai tantangan.

Adversity menurut Kamus Inggris-Indonesia berarti kesengsaraan,

kemalangan (Echols & Shadily, 2003). Sedangkan menurut The Contemporary

English-Indonesian Dictionary, kata adversity memiliki arti kesukaran, kesulitan,

kemalangan, atau kemiskinan (Salim, 1991). Penggunaan kata quotient

mengarah kepada hasil pengukuran yang sudah dikelompokkan menurut suatu

norma-norma psikodiagnostik. Sehingga lebih tepat kemudian digunakan istilah

adversity intelligence (kecerdasan adversity) untuk menunjuk konsep adversity.

Kecerdasan adversity menurut Stoltz (2000) adalah kecerdasan seseorang

untuk mengambil keputusan dalam bertindak sehingga ia mampu bertahan dan

berusaha mengatasi kesulitan, kemudian akan mendorongnya untuk berusaha

mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.

Grotberg (1999) menyebut kemampuan seseorang merespon kesulitan-

kesulitan itu sebagai resilience. Ia mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas

manusia untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup. Konsep lain yang

semakna dengan adversity atau resiliensi adalah hardiness. APA (2003)

menyebutkan bahwa hardiness merupakan kunci menuju resiliensi yang bukan

hanya berfungsi untuk bertahan hidup, tetapi juga mampu berkembang di bawah

tekanan. Sifat hardiness tersebut menurut Maddi memiliki tiga kunci keyakinan

yang membantu seseorang untuk merubah kesulitan menjadi kekuatan yang

bermanfaat, yaitu: komitmen, kontrol, dan sikap yang menyukai tantangan

(www.psychologymatters.org).

Page 9: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

9

Berdasarkan beragam konsep respon individu terhadap kesulitan tersebut di

atas, penulis memilih menggunakan teori Stoltz tentang adversity dalam

penelitian ini. Mengingat konsep adversity lebih spesifik mengarah kepada usaha

individu menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dalam dunia usaha dan kerja,

sesuai dengan fokus penelitian ini.

Kecerdasan adversity dapat disimpulkan berdasarkan uraian sebelumnya

yaitu merupakan kemampuan dan ketahanan seseorang mengatasi segala

kesulitan hidup demi mencapai suatu tujuan atau kesuksesan tertentu.

Aspek-aspek Kecerdasan Adversity

Kecerdasan adversity terbentuk dari empat aspek. Aspek-aspek itu

disingkat dengan akronim CO2RE yang merupakan kepanjangan dari Control,

Origin dan Ownership, Reach, Endurance.

a. Control (C) atau kendali

Aspek ini merupakan suatu perasaan dalam diri seseorang akan

kemampuannya mengendalikan peristiwa yang sulit. Kendali atas situasi

yang sulit menjadi penentu sikap dan perilaku seseorang dalam merespon

keadaan. Ia berhubungan langsung dengan pemberdayaan dan pengaruh

serta mempengaruhi semua dimensi adversity lainnya

b. Origin dan Ownership (O2) atau asal-usul dan pengakuan

Aspek ini terdiri atas dua bagian yang saling mendukung. Pertama, origin

(asal-usul). Origin mempertanyakan siapa atau apa yang menjadi sumber

kesulitan. Asal-usul kesulitan tersebut terkait dengan rasa bersalah. Kedua,

ownership (pengakuan). Aspek ini menggambarkan respon seseorang

Page 10: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

10

setelah ia melihat kesalahan, apakah akan mengakuinya atau tidak. Individu

yang mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan mampu

mengambil tanggung jawab.

c. Reach (R) atau jangkauan

Reach merupakan aspek yang mempertanyakan sejauh mana kesulitan yang

dihadapi akan mempengaruhi sisi lain dari kehidupan individu.

d. Endurance (E) atau daya tahan

Aspek terakhir ini mengukur sejauh mana individu mampu bertahan dalam

kesulitan-kesulitan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Adversity

Stoltz mendeskripsikan suatu kesuksesan pada dasarnya mirip dengan

sebuah pohon. Bagian paling atas menunjukkan kinerja seseorang, yang

dipengaruhi oleh bagian paling bawah (akar) tempat tumbuh pohon itu. Akar

kecerdasan adversity tersebut menurut Stoltz (2000) ada tiga hal:

a. Genetika

Genetika terkait dengan hereditas, yaitu pewarisan sifat-sifat tertentu dari

orang tua individu. Selain karakteristik fisik, faktor genetik turut

mempengaruhi sikap seseorang. Kecerdasan adversity memang tidak

termasuk dalam kategori sifat yang diturunkan secara genetis sebagaimana

karakteristik fisiologis seseorang. Hanya saja karena ia adalah hasil dari

proses belajar individu, maka pembentukannya membutuhkan kemampuan

dasar yang harus terpenuhi. Seperti misalnya adalah kecerdasan (IQ) yang

bersifat genetis.

Page 11: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

11

b. Pendidikan

Pendidikan terkait dengan proses belajar, yaitu perubahan yang relatif

permanen pada perilaku individu sebagai akibat dari latihan (Atkinson dkk,

1992). Proses belajar tersebut tidak hanya berlangsung secara formal di

sekolah atau kuliah, tetapi juga secara informal di tengah-tengah keluarga

dan lingkungan sosial sekitar individu. Kecerdasan adversity sebagaimana

juga konsep resiliensi tidak terlepas dari pengaruh pendidikan yang dialami

pertama kali seseorang, yaitu dalam keluarganya. Grotberg (1999)

menyebutkan bagaimana pola asuh orang tua dan respon lingkungan sosial

di sekitar anak memberikan dukungan dan dasar pijakan kemampuan anak

untuk menyikapi kesulitan hidup.

c. Keyakinan (belief) secara umum oleh Fishbein dan Ajzen (1975) didefinisikan

sebagai peniliaian subjektif seseorang terhadap dunianya, termasuk adalah

pemahaman seseorang terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Tidak

berbeda dengan sebuah kebiasaan dalam masyarakat atau nilai-nilai budaya,

keyakinan seseorang diperoleh melalui proses yang dipelajari (Grotberg,

1999). Individu memulai proses belajar itu segera setelah ia dilahirkan.

Keyakinan yang tertanam dalam budaya tempat individu hidup, baik budaya

di tempat kerja, di sekolah, dalam komunitas, maupun di rumah, begitu

mapan.Kecerdasan

Perbedaan etnis, yaitu Cina dan Jawa, dengan budaya yang dibawa serta

dengan demikian secara tidak langsung mempengaruhi kecerdasan adversity

melalui pengasuhan orang tua terhadap anak. Nilai-nilai budaya maupun

keyakinan yang dianut orang tua akan mendorong serta menjadi pengarah dalam

Page 12: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

12

mendidik anak (Grotberg, 1999). Bagaimana masing-masing etnis memandang

kerja, persepsi terhadap waktu, termasuk bagaimana menghadapi kesulitan

hidup, terinternalisasi dalam keluarga.

Pengertian Etnis Cina dan Jawa

Etnis atau suku bangsa menurut Koentjaraningrat (1990) merupakan suatu

golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identiitas akan kesatuan

budaya. Kesadaran dan identitas tersebut seringkali dikuatkan oleh kesatuan

bahasa. Kesatuan budaya terbentuk karena faktor internal (warga kebudayaan)

yang bersangkutan dan bukan ditentukan oleh orang di luar mereka.

Coppel (1994) mendefinisikan orang Tionghoa (Cina) adalah orang keturunan

Tionghoa yang berfungsi sebagai warga atau berpihak pada masyarakat

Tionghoa atau yang dianggap sebagai orang Tionghoa oleh orang Indonesia

pribumi dan mendapatkan perlakuan tertentu sebagai akibatnya.

Etnis Jawa merupakan etnis yang banyak bermukim di pulau Jawa khususnya

Jawa bagian Tengah dan Timur. Etnis Jawa ini mempunyai pola perilaku dan

aturan-aturan yang khas dan berlandaskan falsafah hidup yang telah digariskan

secara turun-temurun sebagai tradisi yang harus dipatuhi dan dijaga

kelestariannya. Kepatuhan terhadap tatanan dalam berpikir dan bertindak ini

membatasi perilaku dan cara berpikir dari orang-orang etnis Jawa tersebut.

Setiap akan berperilaku, orang Jawa seakan-akan dituntut untuk berpikir

mengenai sesuatu yang akan dilakukan itu sesuai dengan falsafah hidup etnis

Jawa. Falsafah hidup itu diringkas menjadi 3 hal yang saling terkait: rela,

nerima, dan sabar (Fifo dan Sinambela, 1995).

Page 13: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

13

Orang Jawa memiliki keyakinan hidup yang cenderung bersifat pasif.

Koentjaraningrat (1984) menjelaskan bahwa tradisi Jawa mengajarkan kemauan

dan kemampuan untuk melepaskan diri dari dunia kebendaan, yaitu memiliki

sifat rela untuk melepaskan segala hak milik, pikiran, atau perasaan untuk

memiliki, serta keinginan untuk memiliki.

Pengertian Wirausaha

Wirausaha menurut Peters (1998) adalah proses menciptakan sesuatu

dengan nilai baru setelah mencurahkan usaha dan waktu yang diperlukan,

dengan memikul resiko keuangan, fisik, dan resiko sosial, serta memperoleh

balas jasa moneter dan kepuasan pribadi serta kebebasan.

Berbeda dengan itu Wiratno (1996) menekankan peran mandiri dalam

mendefinisikan kewirausahaan. Ia menyebut wirausaha adalah orang yang

memulai dan mengerjakan usahanya sendiri, mengorganisasi dan membangun

perusahaan sejak revolusi industri.

Suryana (2003) memberikan tekanan arti wirausaha terhadap gagasan Peter

F. Druker. Menurutnya kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir

kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga

penggerak, tujuan, siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Definisi ini berarti lebih melihat wirausaha sebagai sifat atau semangat yang ada

pada seseorang, tanpa memperhatikan lagi jenis profesinya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah kegiatan

menciptakan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan memperhatikan

pengelolaan berbagai sumber daya yang dimiliki serta memperhitungkan resiko

Page 14: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

14

dan peluang melalui berbagai cara yang memungkinkan terwujudnya

kesuksesan.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah etnis Cina dan Jawa yang menetap di Magelang

serta Yogyakarta dan berprofesi sebagai wirausahawan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode angket.

Metode angket merupakan suatu metode pengumpulan data yang mendasarkan

diri pada laporan tentang diri sendiri atau minimal pada pengetahuan atau

keyakinan pribadi (Hadi, 1984). Penggunaan metode ini didasarkan pada alasan

– alasan (1) subjek penelitian adalah orang yang paling tahu tentang dirinya ; (2)

apa yang dinyatakan subjek dapat dipercaya ; dan (3) penafsiran subjek tentang

pernyataan – pernyataan didalam angket yang ditujukan padanya sesuai dengan

maksud penelitian (Hadi, 1984).

Alat Ukur

Alat yang digunakan dalam peneliltian ini adalah skala Kecerdasan Adversity

yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek kecerdasan adversity yang

dikemukakan oleh Stoltz (2000), yaitu meliputi: control (kendali), origin and

ownership (asal-usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya

tahan).

Page 15: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

15

Skala di atas menggunakan model skala likert dengan memberikan 5

alternatif jawaban. Jawaban tersebut adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor

pada aitem favourable bergerak dari nilai tertinggi (4) hingga nilai terendah (0).

Sedangkan untuk aitem unfavourable bergerak dari nilai terendah (0) sampai

nilai tertinggi (4).

Metode Analisis Data

Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus

dipastikan validitas dan reliabilitasnya sebagai dasar untuk mempercayai bahwa

alat ukut tersebut memang layak digunakan dalam suatu penelitian. Validitas

dapat diartikan sebagai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004).

Sementara itu, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat

keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukkan sejauhmana suatu

pengukuran dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan

pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2004). Pengujian reliabilitas

skala ini memakai teknik Alpha Cronbach dengan bantuan komputer program

SPSS 12.0 for Windows.

Analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini adalah

dengan analisis statistik uji beda. Teknik statistik yang digunakan adalah analisis

statistik uji t - test. Proses analisis ini menggunakan bantuan SPSS versi 12.0

for windows.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

16

HASIL PENELITIAN

Tabel 2: Deskripsi Data Penelitian

Variabel Kecerdasan Adversity Min Max Mean SD

Hipotetik 0 114 72 24

Jawa 59 134 104,93 16,75 Empirik

Cina 87 134 102,60 10,48 Hasil dari analisis statistik deskripsi di atas dapat diketahui bahwa subjek

secara umum memliki rerata empirik kecerdasan adversity yang berada di atas

rerata hipotetik. Hal ini berarti bahwa tingkat kecerdasan adversity subjek

cenderung tinggi.

Tabel 3: Kriteria Kategorisasi Kecerdasan Adversity pada Etnis Cina dan Jawa Kategori Etnis Skor Jumlah Persentase

Cina x < 83,74 0 0 % Sangat rendah Jawa x < 74,78 1 3,45 % Cina 83,74 < x < 96,31 5 25 % Rendah Jawa 74,78 < x < 94,88 5 17,24 % Cina 96,31 < x < 108,89 11 55 % Sedang jawa 94,88 < x < 114,98 15 51,72 % Cina 108,89 < x < 121,46 3 15 % Tinggi Jawa 114,98 < x < 135,08 8 27,59 % Cina x > 121,46 1 5 % Sangat tinggi Jawa x > 135,08 0 0 %

Total 49 100 %

Berdasar penggolongan subjek pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa

subjek penelitian ini rata-rata memiliki tingkat kecerdasan adversity yang sedang

yaitu 15 orang (51,72%) pada etnis Jawa dan 11 orang (55%) pada etnis Cina,

tingkat kecerdasan adversity yang sangat rendah yaitu satu orang (3,45%) pada

etnis Jawa dan pada etnis Cina tidak ada (0%), serta kategorisasi sangat tinggi

tidak ada pada etnis Jawa (0%) dan satu orang pada etnis Cina (5%).

Page 17: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

17

Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan tekhnik two sample kolmogorof smirnof

test dari program SPSS 11,0 for Windows diperoleh sebaran skor kecerdasan

adversity etnis Jawa dan Cina adalah normal dengan nilai K.S.Z = 0,961 (p =

0,314 atau p > 0,05).

Tabel 4: Uji Normalitas

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Frequencies

202949

ETNIScinajawaTotal

AQN

Test Statisticsa

.279

.157-.279.961.314

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

AQ

Grouping Variable: ETNISa.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan menggunakan analisis statistik compare means one-

way anova SPSS for Windows 11.0 diperoleh bahwa variabel skor kecerdasan

adversity adalah tidak homogen dengan nilai F = 3,857 ( p = 0,002 atau p <

0,05)

Page 18: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

18

Tabel 5: Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Etnis

3.857 29 19 .002

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Etnis

5.837 29 .201 .637 .8666.000 19 .316

11.837 48

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Uji Hipotesis

Analisis data untuk mengetahui perbedaan antara kecerdasan adversity

antara orang Cina dan Jawa dalam bewirausaha menggunakan uji t-test melalui

prosedur independent samples t-test program SPSS 11,0 for Windows. Dari hasil

analisis, diperoleh besarnya nilai t = 0,598 (p = 0,552 atau p > 0,01). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan adversity antara orang

Cina dan Jawa dalam berwirausaha, sehingga hipotesis yang diajukan ditolak.

Table 6: Uji t

T-Test Group Statistics

29 104.9310 16.75438 3.1112120 102.6000 10.48508 2.34453

EtnisjawaCina

AQ wirausahaN Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean

Page 19: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

19

Independent Samples Test

3.572 .065 .551 47 .584 2.3310 4.22880 -6.17622 10.83829

.598 46.657 .552 2.3310 3.89570 -5.50762 10.16969

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed

AQ wirausahaF Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Pembahasan

Kecerdasan adversity, sebagaimana Stoltz (2000) kemukakan, merupakan

konsep kecerdasan yang diperoleh individu melalui proses belajar. Artinya,

kecerdasan adversity seseorang bisa berubah sesuai dengan tingkat usaha yang

ia lakukan. Meskipun ada pengaruh faktor yang bersifat genetika, kecerdasan

adversity lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh karena

pengalaman seseorang (proses belajar). Stoltz (2000) menyebutkan bahwa

akar tempat tumbuh kecerdasan adversity itu adalah keyakinan (beliefs),

genetika dan pendidikan seseorang. Terkait dengan hal tersebut, orang Cina dan

Jawa secara teoritis seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

memiliki akar tempat tumbuh kecerdasan adversity yang berbeda. Baik secara

genetik, keyakinan, maupun pendidikan. Sehingga secara hipotetik disimpulkan,

ada perbedaan kecerdasan adversity dalam berwirausaha antara kedua etnis

tersebut. Namun demikian, setelah dilakukan pengujian secara empiris, hipotesis

itu terbukti tidak diterima. Tidak teruji ada perbedaan kecerdasan adversity

Ada dua penjelasan mendasar yang bisa penulis sampaikan di sini. Pertama,

terkait dengan landasan teori dan perubahan sosial yang terjadi selama ini.

Kedua, terkait dengan kelemahan metodologi penelitian yang penulis lakukan.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

20

Studi terhadap orang Jawa beserta budayanya, menunjukkan bahwa

keyakinan etnis Jawa mengajarkan nilai-nilai terlalu nrima dan bersikap pasif

terhadap hidup (Koentjaraningrat, 2002), sikap rela, nrima, sabar dalam

melepaskan materi dunia, etos kerja aja ngaya, aja ngangsa (Koentjaraningrat,

1984), serta mengunggulkan nilai harmonis dengan meminimkan konflik terbuka

(Gertz, 1983).

Secara teoritik budaya Jawa sebagaimana Koentjaraningrat (1984) serta

juga Mulder (1984) paparkan, cenderung mengarah kepada pola hidup yang

pasif. Memiliki locus of control eksternal. Hanya saja, sebagaimana juga diakui

oleh Koentjaraningrat, budaya Jawa yang berorientasi nilai tradisional itu telah

mengalami berbagai perubahan seiring dengan industrialisasi yang terjadi.

Masyarakat Jawa yang benar-benar tradisional atau yang terisolasi dari dunia

luar hampir tidak ditemukan lagi pada saat ini. Hal itu ia kemukakan pada era

tahun 80-an. Apalagi jika dibandingkan dengan konteks hidup saat ini, dimana

arus informasi telah mengglobal. Perubahan orientasi budaya menjadi semakin

niscaya terjadi.

Pengalaman selama mengalami kontak budaya dengan luar, juga proses

industrialisasi yang sekarang telah mengarah pada globalisasi, mampu memberi

pengaruh terhadap nilai-nilai atau keyakinan hidup tradisional Jawa. Begitu pula

tekanan sosial berupa ketatnya persaingan mencari kerja, turut mendorong

seseorang mencoba berwirausaha.

Bagi etnis Cina di Indonesia mengalami perubahan budaya ketika mengalami

kontak budaya setempat. Sebagaimana oleh Fiedler & Semin (1996) sampaikan,

kontak budaya akan membawa pengaruh terhadap unsur-unsur sosial budaya.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

21

Tidak terkecuali dalam hal ini warga keturunan Cina yang pada abad ke-8

merupakan warga pendatang di Indonesia.

Dalam hal internalisasi nilai, meski telah terjadi pergeseran, pada subjek Cina

yang penulis wawancarai memang menunjukkan peran model yang

mempengaruhi keputusan untuk menekuni bidang wirausaha. Sebagaimana oleh

Peters (1998) kemukakan, salah satu faktor penting yang mempengaruhi

seseorang dalam berwirausaha adalah adanya role model. Model di sini adalah

orang tua subjek yang berprofesi sebagai wirausahawan. Berbeda dengan

subjek Jawa yang penulis wawancarai, keputusan subjek Cina untuk

berwirausaha telah ada semenjak kuliah. Bahkan ia mengakui tidak ada niat

untuk menjadi karyawan semenjak semula. Orang tualah yang menjadi model

bagi dirinya untuk menekuni wirausaha.

Penjelasan lain yang menjelaskan mengapa hipotesis ditolak adalah

persoalan kelemahan metodologi penelitian. Secara tehnis, pengisian angket juga

tidak bisa penulis saksikan sendiri untuk menjamin bahwa subjek sendirilah yang

benar-benar mengisinya. Sebagian besar subjek meminta waktu tersendiri

(angket dibawa pulang) untuk mengisinya. Karena alasan etis, penulis tidak bisa

menolak permintaan mereka. Di samping, suasana kerja di kantor kurang

kondusif bagi subjek agar bisa mengisi angket dengan nyaman.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

22

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tidak terdapat

perbedaan kecerdasan adversity antara etnis Cina dan Jawa dalam berwirausaha.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan tidak diterima.

SARAN-SARAN

1. Bagi subjek penelitian

Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan

kecerdasan adversity antara kedua etnis tersebut dalam berwirausaha. Baik

subjek Cina atau Jawa dengan demikian memiliki kesempatan yang sama

untuk mencapai puncak prestasi dalam mengembangkan usahanya.

Persoalan yang menjadi tantangan bagi dunia wirausaha bukanlah sekedar

bertahan ketika terbentur hambatan-hambatan, yang lebih penting kemudian

adalah kemampuan mengembangkan usahanya. Baik subjek Cina atau Jawa

yang telah mampu mengembangkan usahanya, diharapkan dapat membantu

dan berbagi kesuksesan terhadap wirausahawan lain yang masih

membutuhkan bimbingan serta juga mau mendorong calon-calon

entrepreneur baru agar tumbuh pencetak lapangan kerja baru di masyarakat

2. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk penelitian ke depan, perlu lebih mencermati pintu-pintu akses relasi

terhadap masyarakat Cina agar memudahkan pengambilan data. Mengingat

mereka adalah warga minoritas dalam masyarakat, terdapat kepekaan sosial

di antara mereka ketika berhubungan dengan para peneliti yang menjadikan

Page 23: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

23

diri mereka sebagai objek penelitian. Kesan bahwa mereka hanyalah objek

penelitian yang membuat sebagian mereka enggan untuk terbuka bisa

diminimalisir jika peneliti dapat membangun hubungan yang baik dengan

tokoh kunci mereka. Keluhan dari beberapa subjek penelitian yang

memandang jumlah butir pernyataan terlalu banyak layak untuk

dipertimbangkan agar lebih memudahkan bagi subjek selanjutnya dalam

mengisi angket.

Penelitian ke depan diharapkan mampu lebih mengembangkan dan

menggali dasar pijakan teori kecerdasan adversity. Selain Stoltz, masih perlu

teori pembanding untuk memperkaya pijakan konsep dalam membuat alat

ukur. Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah tingkat

kesesuaian butir-butir pernyataan kecerdasan adversity dengan realita dunia

usaha. Beberapa masukan dari subjek menunjukkan masih perlunya

penyempurnaan alat ukur itu karena menghadapi persoalan usaha tidaklah

mudah dan sesederhana yang dibayangkan. Semakin butir-butir pernyataan

tersebut mampu mendekati realita, semakin baik alat ukur tersebut.

3. Bagi masyarakat secara umum

Menjadi wirausahawan pada konteks sosial saat ini memang merupakan

solusi alternatif menjawab ketimpangan kerja antara jumlah pencari kerja

dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Hal yang perlu diperhatikan

kemudian adalah motif internal ketika menjalankan usaha. Sekedar pelarian

karena kalah dalam persaingan bursa kerja jelas tidak memberikan solusi,

kecuali jika cara pandang dan cara memaknai dunia usaha yang negatif bisa

dirubah.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

24

DAFTAR PUSTAKA _______2004. Kabinet Baru: Politik untuk UKM. http://www.majalahtrust.com

/fokus/fokus/751.php. 10/10/04 (diakses tanggal 04/05/2006) _______2004. The Road To Resilience. http://apahelpcenter.org /featuredtopics/feature.php?id=6 (diakses tanggal 7/07/2007) _______2005. Hardiness. http://mentalhelp.net/poc/view_doc.php? type=doc&id=5791&cn=298 (diakses tanggal 7/07/2007) Alland, A. 1973. Evolution and Human Behaviour. New York: Anchor Books.

Alma, B. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfa-Beta.

American Psychological Association. 2003. Turning Lemons into Lemonade:

Hardiness Helps People Turn Stressful Circumstances into Opportunities http:// www.psychologymatters.org/hardiness.html (diakses tanggal 7/07/2007)

Anderson, D. M. 1997. Thriving On The Edge - Psychology Of Winning.

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m3514/is_n8_v44/ai_19856642 (diakses tanggal 05/05/2006)

As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Atkinson, dkk. 1992. Pengantar Psikologi Jilid 1. Batam: Interaksara.

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A; Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Chua, A. 2003. Making The World Safe for Markets. Harvard Business Review.

Vol. 81. No. 8, 14 – 17. Coppel, C.A. 1994. Tionghoa Indonesia dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Davidoff, L.L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Page 25: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

25

Echols, J.M; Shadily, H. 2003. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Feldman, R. S. 1994. Essentials of Understanding Psychology. New York:

McGraw-Hill. Inc. Fishbein, M; Ajzein, C. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behaviour.

California: Addison-Wesley Publishing Company. Fifo, A; Sinambela, F.C. 1995. Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap

Pembauran Antara Etnis Jawa dan Cina di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Jurnal ANIMA. Vol. X, No. 39. 3 - 25.

Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Press. Grotberg, H. 1999. Tapping Your Inner Strength. California: New Harbinger

Publication. Habib, A. 2007. Dinamika Hubungan antar Etnik Cina dan Jawa di Pedesaan.

http://elka.umm.ac.id/artikel6.htm (diakses tanggal 11/07/2007) Hadi, S. 1981. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.

Hariyono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi

Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Khairuddin, 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty. Koentjaraningrat, 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit

Djambatan. Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka. Koentjaraningrat, 1982. Masalah-masalah Pembangunan: Bunga Rampai

Antropologi Terapan. Jakarta: LP3ES. Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia. Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kompas. Edisi 24 Desember 2005. Matsumoto, D. 1996. Culture and Psychology. California: Brooks/Cole

Publishing Company.

Page 26: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

26

Mariawati, D. 2006. Perilaku Produksi Pada Pedagang Etnis Cina di Kya-Kya Kembang Jepun Surabya. http://www.dspace.fe.unibraw.ac.id/

/dspace/bitstream/123456789/213/1/0142.pdf (diakses tanggal 11/07/2007)

Martaniah, S.M. 1984. Motif Sosial Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cina di

Beberapa SMA Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Meredith, G. 1996. Kewirausahaan, Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Pustaka

Binaman Pressindo. Morris, dkk. 2005. Entrepreneurial values and the ethnic enterprise: an

examination of six subcultures. http://goliath.ecnext.com/coms2/ summary_0199-6122350_ITM (diakses tanggal 19/07/2007)

Mulder, N. 1984. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Neill, J. 2006. What is Psychological Resilience? http://wilderdom.com/ psychology/resilience/PsychologicalResilience.html (diakses tanggal

7/07/2007) Peters, H. 1998. Entrepreneurship. Boston: McGraw-Hill. Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan dari sudut Pandang Psikologi Kepribadian.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Salim, P. 1991. The Contemporary English – Indonesian Dictionary. Jakarta:

Modern English Press.

Semin, G.R; Fiedler, K. 1996. Applied Social Psychology. London: Sage Publication.

Sigel, dkk. 1992. Parental Belief System: The Psychological Consequences for

Children. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Spielmann, G. L. 2005. Resilience. http://www.omh.state.ny.us/omhweb

/savinglives/volume2/resilience.html (diakses tanggal 7/07/2007)

Subanar, H. 1994. Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta: BPFE. Sumanto, W. 1984. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Malang:

Penerbit Bina Aksara.

Page 27: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mentalitas yang suka meremehkan mutu, mentalitas ... mengarah kepada

27

Suparlan, P. 2006. Kesukubangsaan dan Posisi Orang Cina dalam Masyarakat Majemuk Indonesia. http://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd

/artikel_ps2.htm (diakses tanggal 11/07/2007) Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.

Jakarta: PT. Grasindo.

Walgito, B. 1994. Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit UGM. Winarto, P. 2002. First Step to be an Entrepreneur. Jakarta: PT. Elex Media

Computindo. Wiratno, M. 1996. Pengantar Kewiraswastaan, Kerangka Dasar Memasuki Dunia

Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Wulandari, F.R. 2006. Perilaku Ekonomi Etnis Cina di Indonesia sejak tahun

1930. http://iccsg.wordpress.com/2006/01/23/perilaku-ekonimi-etnis-cina-di-indonesia-sejak-tahun-1930-an-fr-wulandari ((diakses tanggal 11/07/2007)