naskah publikasi perbedaan perilaku...

30
1 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU PENGAMBILAN RESIKO ANTARA WIRAUSAHAWAN ETNIS TIONGHOA, ETNIS JAWA, DAN ETNIS MINANG DI YOGYAKARTA Oleh: ANGGINTA NASUTION SONNY ANDRIANTO, S.Psi., M.Psi. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Upload: trinhphuc

Post on 16-Feb-2018

266 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

1

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PERILAKU PENGAMBILAN RESIKO ANTARA

WIRAUSAHAWAN ETNIS TIONGHOA, ETNIS JAWA, DAN

ETNIS MINANG DI YOGYAKARTA

Oleh:

ANGGINTA NASUTION

SONNY ANDRIANTO, S.Psi., M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 2: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

2

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PERILAKU PENGAMBILAN RESIKO ANTARA

WIRAUSAHAWAN ETNIS TIONGHOA, ETNIS JAWA, DAN

ETNIS MINANG DI YOGYAKARTA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing

(Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.)

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 3: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

3

PERBEDAAN PERILAKU PENGAMBILAN RESIKO PADA ETNIS

TIONGHOA, JAWA, DAN MINANG

DI YOGYAKARTA

Angginta Nasution

Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa dan Minang di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang. Wirausahawan etnis Tionghoa memiliki perilaku pengambilan resiko lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa dan Minang. Serta wirausahawan etnis Minang memiliki perilaku pengambilan resiko lebih tinggi dibandingkan dengan wirausahawan Jawa.

Subjek penelitian adalah warga etnis Tionghoa, Jawa dan Padang (pria dan wanita) dengan kisaran umur 17-70 tahun, yang bekerja atau memiliki usaha di bidang perniagaan dan berdomisili di Yogyakarta. Subjek akan diambil secara purposive sampling yaitu sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku pengambilan resiko. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek perilaku pengambilan resiko yang dikemukakan oleh As’ad (2002) yaitu keberanian menanggung resiko akibat dari keputusan yang sudah diambil, Atkinson (Sorentino & Hewitt, 1992) yaitu menyatakan memiliki orientasi pada kesuksesan, Sorentino & Hewitt (1992) yaitu menyatakan bahwa suka menguji tingkat kemampuan, Kagan dan Havemann (Puspita, 2003) yaitu memberi toleransi pada situasi atau tugas yang mencemaskan, dan Levenson (1990) yaitu suka mencari bentuk pengalaman baru.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa dan Minang di Yogyakarta. Berdasarkan perhitungan koefisiensi reliabilitas pada skala dalam penelitian ini, diketahui bahwa koefisiensi reliabilitas Alpha (α) untuk skala perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa dan Minang sebesar 0,908. Hasil uji beda Oneway anova menunjukan angka F = 0,674 dengan P = 0,512 (p > 0,05) yang artinya tidak ada perbedaan perilaku pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti ditolak. Kata kunci : Perilaku Pengambilan Resiko, Wirausaha Etnis Tionghoa, Etnis Jawa, dan Etnis Minang,

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 4: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

4

PENGANTAR Permasalahan-permasalahan yang terjadi terkadang mengandung resiko bagi

seseorang. Situasi beresiko terjadi jika seseorang diminta untuk membuat pilihan

antara dua alternatif atau lebih, yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara

obyektif. Menurut Rachmahana (2002) permasalahan pengambilan resiko ini menjadi

hal penting karena kesalahan dalam proses pengambilan resiko akan membawa

dampak yang sangat berarti dalam kehidupan selanjutnya.

Keberanian untuk mengambil resiko sangat diperlukan bagi seseorang yang

bergelut dalam dunia bisnis. Meredith et al. (2002) mengungkapkan bahwa biasanya

yang menjadi tokoh dalam dunia bisnis adalah wirausaha. Jumlah wirausahawan yang

terdapat di Indonesia terbilang sangat sedikit. Menurut Heidjrahman (As’ad, 2002)

bahwa jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat terbatas dan baru mencapai 0,001

% dari jumlah penduduk yang berjiwa wiraswasta. Pembangunan suatu negara pada

dasarnya dibutuhkan 2% dari jumlah penduduk yang berjiwa wiraswasta, kecilnya

jumlah wiraswasta ini antara lain disebabkan karena etos kerja yang kurang

menghargai kerja keras, kondisi lingkungan ekonomi baik masa penjajahan maupun

sesudah kemerdekaan dengan segala konsekuensinya dalam masyarakat

Suhamamijaya.

Menurut Holtz (Riyanti, 2003) wirausaha berarti individu yang masuk dalam

kelompok undertakers, yakni orang-orang yang mengambil resiko dalam membuka

usaha baru. Riyanti (Masykur, 2007) juga mengungkapkan bahwa wirausaha adalah

orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan,

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 5: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

5

mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia

mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif

menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan

menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk,

memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Hal senada juga

diungkapkan oleh Sukardi (Riyanti, 2003) bahwa wirausaha merupakan seseorang

yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang usaha,

mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya

sendiri, di mana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri.

Suryana (2003) mengungkapkan bahwa salah satu ciri wirausaha yang

berorientasi pada kemajuan untuk memperoleh materi yaitu sebagai pengambil

resiko. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai

utama dalam kewirausahaaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan

sukar memulai atau berinsiatif. Menurut Bajaro (Suryana, 2003) seorang wirausaha

yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang

dengan cara yang baik. Suryana (2003) juga mengungkapkan bahwa wirausaha

kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu

rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang tinggi

kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat

tinggi. Biasanya, wirausaha akan menyukai resiko yang seimbang (moderat).

Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahaan yang

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 6: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

6

menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan

perhitungan dan realistis.

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki wirausaha adalah berani menghadapi

resiko dan tantangan serta memperhitungkan berbagai resiko yang mungkin dihadapi

oleh seorang wirausaha. Wirausaha tidak selalu berarti pedagang atau manajer, tetapi

juga seorang unik yang memiliki keberanian dalam mengambil resiko dan

memperkenalkan produk-produk inovatif serta teknologi baru ke dalam

perekonomian Schumpeter (Suryana, 2003). Wirausaha selalu berani mengambil

resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

rendah.

Menurut Suryana (2003) seorang wirausaha harus berani mengambil resiko.

Semakin besar resiko yang dihadapi, semakin besar pula kesempatan untuk meraih

keuntungan. Berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan merupakan kunci

awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap

resiko yang akan diambil. Resiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih

banyak memberikan kemungkinan berhasil. Hal inilah yang menjadi faktor penentu

bagi seorang wirausaha pada tahap awal pengembangan perusahaan dan meraih

peluang. Wirausaha harus bisa belajar mengelola resiko dengan cara mentransfer atau

berbagi resiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok dan lain

sebagainya. Wirausaha yang sukses dinilai dari keinginannya untuk mulai bermimpi

dan berani mengambil resiko dalam upaya mewujudkannya, misalnya: sebuah gerai

pisang goreng model baru dipadati oleh pengunjung sehingga antrian menjadi terlalu

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 7: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

7

panjang. Pemilik harus berani berinvestasi untuk menambah kapasitas penggorengan

pisang agar pembeli tidak pergi karena terlalu lama menunggu. Namun di sisi lain ia

harus siap menghadapi resiko jika penambahan kapasitas penggorengan menjadi

investasi yang sia-sia ketika orang sudah bosan makan pisang goreng sehingga

jumlah penjualan menurun. Perilaku pengambilan resiko yang dihadapi oleh setiap

wirausaha berkaitan dengan resiko finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang

memiliki perilaku pengambilan resiko akan lebih mudah dalam mengambil keputusan

dalam mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama pembeli

(http://terminalinfo.blogspot.com/18/11/2008).

Perilaku pengambilan resiko yang moderat oleh wirausaha demi kemajuan usaha

dapat dilakukan oleh setiap orang karena seseorang yang memutuskan untuk

berperilaku wirausaha merupakan hasil interaksi beberapa faktor yang salah satunya

karakteristik personal dan lingkungan personal individu, lingkungan bisnis yang

relevan, tujuan personal, ide bisnis yang relevan Kuratko dan Hodgets (Hartini,

2002). Rachmahana (2002) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan resiko yaitu lingkungan

organisasi (kelompok). Faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur,

budaya, dan strategi (Suryana, 2003).

Seng (2007) menyebutkan bahwa etnis Tionghoa merupakan salah satu contoh

wirausaha yang berani mengambil resiko untuk keberhasilan usahanya. Pada sejarah

dagang orang Tionghoa, usaha perdagangan orang Tionghoa senantiasa berkembang.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 8: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

8

Etnis Tionghoa cepat dan mampu meraih peluang dagang yang baru serta selalu

berusaha dan memulai usahanya dari bawah.

Perilaku pengambilan resiko yang moderat oleh wirausaha tidak hanya dilakukan

oleh etnis Tionghoa. Para wirausaha dari etnis lain juga melakukan pengambilan

resiko demi kemajuan usahanya. Wirausahawan yang berasal dari golongan pribumi

juga banyak terjun dalam berbagai bidang usaha.

Indonesia mempunyai penduduk asli yang disebut dengan golongan pribumi. Hal

ini dipertegas oleh Arief (Meinarno, 2007) bahwa yang disebut sebagai golongan

pribumi adalah golongan masyarakat yang berasal dari seluruh suku atau campuran

dari suku-suku asli di wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Pribumi adalah

sebutan bagi penduduk Indonesia yang berasal dari suku-suku asli mayoritas di

Indonesia. Penduduk Indonesia keturunan Arab, India, ekspatriat asing (umumnya

kulit putih), maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski

telah beberapa generasi dilahirkan di Indonesia. Hal ini sering terjadi di masyarakat

yang cenderung mengklasifikasikan penduduk Indonesia berdasarkan warna kulit

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pribumi-Indonesia/). Wirausahawan yang berasal dari

golongan pribumi yang bergelut dalam berbagai bidang usaha yaitu etnis Jawa dan

etnis Minang.

Berbeda dengan orang Cina, etnis Jawa memiliki keyakinan hidup yang

cenderung bersifat pasif. Koentjaraningrat (1984) menjelaskan bahwa tradisi Jawa

mengajarkan kemauan dan kemampuan untuk melepaskan diri dari dunia kebendaan,

yaitu memiliki sifat rela untuk melepaskan segala hak milik, pikiran, atau perasaan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 9: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

9

untuk memiliki, serta keinginan untuk memiliki. Sikap menyerah secara mutlak ini

tidak boleh dianggap sebagai tanda sifat lemahnya seseorang. Sebaliknya, orang Jawa

menandakan bahwa orang seperti itu memiliki kekuatan batin dan keteguhan iman.

Kemampuan untuk membebaskan diri dari dunia kebendaan dan kehidupan duniawi

juga melibatkan sikap narima, yaitu sikap menerima nasib, dan bersikap sabar, yang

berarti sikap menerima nasib dengan rela.

Wirausahawan lain yang berasal dari golongan pribumi yang bergelut dalam

berbagai bidang usaha yaitu etnis Minang. Suku Minangkabau atau Minang

(seringkali disebut Orang Padang). Etnis Minang terutama menonjol dalam bidang

pendidikan dan perdagangan. Kurang lebih dua pertiga dari jumlah keseluruhan

anggota etnis ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya

bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam,

Palembang, dan Surabaya. Masakan khas suku ini, populer dengan sebutan masakan

Padang (http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau-Indonesia/). Pergaulan antar suku

bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut diri Urang Awak. Jumlah

penduduk Etnis Minangkabau pada tahun 2000 berjumlah 5, 475 juta jiwa, dengan

rata-rata pertumbuhan penduduknya 1,45 persen per tahun. Sumatra Barat merupakan

Provinsi asal Etnis Minangkabau dengan persentase sebesar 68,44 persen dari seluruh

Etnis Minangkabau. Namun persentase tersebut relatif lebih rendah dibandingkan

dengan persentase etnis Jawa dan Sunda yang tinggal di Provinsi asal mereka.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Etnis Minangkabau mungkin lebih banyak

yang berimigrasi keluar dibandingkan dengan dua etnis lainnya. Etnis Minangkabau

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 10: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

10

yang tinggal di Jakarta sebanyak 3,18 persen dari semua warga di Indonesia di

Provinsi tersebut, dan merupakan kelompok migran dari Sumatra ke Jakarta urutan

kedua setelah etnis Batak (http://palantaminang.wordpress.com/about/). Berdasarkan

Penelitian yang dilakukan oleh Pelly (1994) etnis Minang lebih banyak yang

berimigrasi keluar dari daerah asal mereka sendiri. Hal tersebut disebabkan karena

etnis Minang ingin membuktikan kepada masyarakat setempat di daerah asal etnis

Minang bahwa ketika para pengusaha etnis Minang kembali ke daerah asalnya dapat

memperlihatkan kesuksesan setelah merantau dan melakukan usaha di luar daerah

asal. Faktor lain yang menyebabkan etnis Minang lebih banyak yang berimigrasi

keluar dari daerah asal mereka sendiri yaitu kuatnya garis keturunan matrilinial di

daerah Minang. Sehingga banyak dari pemuda asal etnis Minang keluar dari daerah

asalnya dan merantau ke daerah lain.

Etnis minang senang berdagang karena ingin melawan dunia orang. Suatu tema

yang mengandung amanat untuk hidup bersaing terus menerus mencapai kemuliaan,

kenamaan, kepintaran dan kekayaan. Etnis Minang yang berprofesi sebagai

pedagang, merupakan salah satu diantara aktualisasi peran fungsional dalam mencari

nafkah hidup. Menjadi Saudagar, adalah suatu cita-cita bagi etnis Minang

(http://cimbuak.net.content/view/1190).

Seng (2007) menyebutkan bahwa pedagang yang berasal dari golongan pribumi

terlalu suka berkumpul di suatu kawasan dan menjual barang yang sama. Akhirnya,

semua pedagang atau wirausahawan sama-sama rugi dan gulung tikar. Banyak

pedagang yang tidak rela mengeluarkan uang mereka untuk melakukan investasi

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 11: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

11

karena tidak memiliki strategi apapun yang memperlihatkan peluang untuk

mendapatkan manfaat dari investasi yang mereka lakukan. Sikap ini menghambat

usaha para pedagang untuk meningkatkan kapasitas perdagangan mereka. Ada

pedagang yang tidak berani mengambil resiko untuk melakukan perubahan dan

pembaruan terhadap strategi perdagangannya. Sikap ini sangat terlihat di kalangan

pedagang golongan pribumi yang tidak berani pindah dari toko ke tempat

perdagangan yang lebih besar karena ragu-ragu tidak mampu membayar sewa yang

tinggi. Jika tempat itu terletak di lokasi yang strategis, sudah barang tentu keuntungan

yang diperoleh akan bertambah. Pedagang yang memiliki strategi perdagangan selalu

berjiwa besar dan tidak takut mengambil resiko serta melakukan perubahan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, 80% masyarakat

etnis Tionghoa menjalankan usaha di lokasi yang strategis. Kebanyakan wirausaha

etnis Tionghoa menjalankan usaha dengan jenis yang berbeda dari wirausaha lainnya.

Wirausaha etnis Jawa menjalankan usaha di lokasi strategis sekitar 70%. Serta,

sekitar 60% wirausaha asal etnis Minang menjalankan usaha di lokasi strategis.

Kebanyakan dari wirausaha etnis Tionghoa menjalankan usaha warisan dari orangtua

serta lokasi tempat usaha etnis Tionghoa tersebut ada yang diperoleh dari hasil usaha

turun temurun leluhur. Kebanyakan dari pengusaha etnis Jawa dan Minang memulai

usaha dengan tangan sendiri tanpa adanya bantuan dari usaha leluhur atau orangtua.

Kebanyakan dari wirausaha etnis Jawa menjalankan usahanya dari nol. Usaha yang

dilakukan etnis Jawa cukup beragam dalam suatu wilayah usaha. Meskipun, ada di

beberapa lokasi usaha etnis Jawa menjalankan usaha dengan jenis yang sama. Hal

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 12: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

12

yang sama dijalankan oleh wirausaha etnis Minang. Wirausaha etnis Minang

menjalankan usahanya dari nol. Etnis Minang menjalankan usahanya dari awal

disebabkan karena kebanyakan dari wirausaha etnis Minang adalah orang rantau yang

bekerja di luar daerah asal etnis Minang.

Bryd & Brown (Helmi, http://avin.filsafat.ugm.ac.id/index2.php) menyebutkan

pengambilan resiko sebagai kemampuan untuk mendorong ide baru menghadapi

rintangan yang menghadang sehingga pengambilan resiko merupakan cara

mewujudkan ide yang kreatif menjadi realitas.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan

resiko (Rachmahana, 2002) adalah lingkungan organisasi (kelompok) individu dalam

kelompok cenderung membuat keputusan yang lebih beresiko daripada saat individu

harus memecahkan masalah sendiri (Stoner&Freeman,1989). Faktor lingkungan

mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Salah

satu faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk jiwa kewirausahaan

adalah budaya atau suku bangsa (http://klikilmu.blogspot.com). Suryana (2003)

menambahkan faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya,

dan strategi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa perilaku pengambilan resiko

yang dimiliki wirausahawan dipengaruhi oleh perbedaan etnis. Berangkat dari

permasalahan tersebut maka peneliti melakukan penelitian mengenai apakah ada

perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa,

dan Minang di Yogyakarta.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 13: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

13

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah warga etnis Tionghoa, Jawa dan Minang (pria dan

wanita) dengan kisaran umur 17-70 tahun, yang bekerja atau memiliki usaha di

bidang perniagaan dan berdomisili di Yogyakarta. Subjek akan diambil secara

purposive sampling yaitu sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode skala yaitu menggunakan skala psikologis untuk mengungkap

variabel dalam penelitian ini. Skala disini yaitu skala pengambilan resiko. Untuk

mengetahui perbedaan etnis dapat diketahui dari data identitas yang diisi oleh subjek

pada lembar skala pengambilan resiko.

1. Skala Pengambilan Resiko

Skala yang digunakan dalam peneltian ini untuk mengungkap seberapa jauh

perilaku pengambilan resiko yang akan diambil. Skala ini disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan tiga aspek perilaku pengambilan resiko dari Puspita (2003) yaitu

Keberanian menanggung resiko akibat dari keputusan yang sudah diambil, memiliki

orientasi pada kesuksesan, suka menguji tingkat kemampuan, memberi toleransi pada

situasi atau tugas yang mencemaskan, dan suka mencari bentuk pengalaman baru.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 14: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

14

Skala ini terdiri dari 51 aitem, jumlah aitem tersebut dikelompokkan menjadi dua

yaitu 26 aitem favorable dan 25 aitem unfavorable. Skala yang dibuat disesuaikan

dengan subjek penelitian yaitu etnis Tionghoa. Tanggapan subjek terhadap aitem –

aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi empat, yaitu Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk jawaban aitem

favorable akan diskor 4 bila subjek memilih Sangat Sesuai (SS), 3 Sesuai (S), 2 Tidak

Sesuai (TS), dan 1 bila subjek memilih Sangat Tidak Sesuai (STS), dan aitem yang

unfavorable akan diskor 4 bila Sangat Tidak Sesuai (STS), 3 Tidak Sesuai (TS), 2

Sesuai (S), dan 1 Sangat Sesuai (SS). Dalam penelitian ini, alat ukur dengan

menggunakan validitas isi. Fokus validitas isi adalah sejauh mana aitem-aitem dalam

skala mencakup keseluruhan kawasan isi subjek yang hendak diukur. Validitas isi

telah terpenuhi dengan melihat apakah aitem-aitem telah tersusun menurut blue

printnya (Azwar, 2004).

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode analisis Oneway Anova. Analsis data dilakukan dengan

menggunakan SPSS versi 16.0 for windows. Teknik ini digunakan untuk mengetahui

perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa,

dan Minang.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 15: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

15

D. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa dan

Minang di Yogyakarta, baik pria maupun wanita dan berusia antara 17-70 tahun.

Jumlah subyek yang terlibat dalam pengisian skala alat ukur penelitian sebanyak 84

responden.

2. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian mengenai perbedaan perilaku pengambilan resiko antara

wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang , peneliti mengkategorikan subyek

penelitian menjadi lima yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai data penelitian secara singkat dapat

dilihat pada tabel deskripsi data penelitian yang berisikan fungsi-fungsi statistik

dasar.

Kategorisasi variabel perilaku pengambilan resiko dapat diperoleh berdasarkan

skor total subyek pada skala perilaku pengambilan resiko. Skala ini terdiri dari 40

aitem, dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang skor minimum dan

maksimumnya antara 40x1 sampai dengan 40x4 yaitu 40 sampai 160 dengan jarak

sebesar 160 – 40 = 120. Nilai standar deviasinya sebesar 20 dan dan nilai mean-nya

sebesar 100. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel

perilaku pengambilan resiko sebagai berikut :

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 16: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

16

Tabel 8 Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Pengambilan Resiko

Kategori Rumus Norma Jumlah Persentase Sangat Rendah X < 64 0 0 % Rendah 64 ≤ X ≤ 88 0 0 % Sedang 88 < X ≤ 112 27 32,14 % Tinggi 112 < X ≤ 136 49 58,33 % Sangat Tinggi X > 136 8 9,52 % 100 %

2. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang

ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan

dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science)

16.0 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek

normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi skor perilaku

pengambilan resiko, dengan menggunakan teknik one sample kolmogrov smirnov test

pada program komputer SPSS for windows 16.0. Kaidah yang digunakan untuk

mengetahui normal tidaknya sebaran data adalah jika p > 0,05 maka sebaran

dinyatakan normal, namun jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Dari

hasil pengolahan data perilaku pengambilan resiko diperoleh koefisien K-SZ = 0,926

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 17: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

17

dengan p = 0,358 (p > 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data

perilaku pengambilan resiko terdistribusi atau tersebar dengan normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan menggunakan analisis statistik compare means one-

way anova SPSS 16.0 for Windows. Uji homogenitas adalah untuk mengetahui

apakah varians dalam setiap kelompok subjek relatif homogen atau tidak. Hasil uji

homogenitas diperoleh bahwa variabel skor perilaku pengambilan resiko adalah

homogen dengan nilai F = 0,831 ( P = 0,439 atau P > 0,05).

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan perilaku

pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang.

Pengujian terhadap hipotesis tersebut menggunakan teknik Oneway Anova pada

program komputer SPSS for windows 16.0. Dari hasil pengolahan data perilaku

pengambilan resiko diperoleh nilai F = 0,674 dengan P = 0,512 (P > 0,05).

Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan perilaku

pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang. Hasil

analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti

ditolak.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 18: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

18

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti adanya

perbedaan perilaku pengambilan resiko pada wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa,

dan Padang. Wirausahawan etnis Tionghoa memiliki perilaku pengambilan resiko

lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa dan Minang. Serta wirausahawan etnis

Minang memiliki perilaku pengambilan resiko lebih tinggi dibandingkan dengan

wirausahawan Jawa. Setelah melalui beberapa proses pengolahan data, diperoleh

hasil bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku pengambilan resiko antara

wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini ditolak. Hasil analisis uji beda dengan menggunakan

teknik Oneway Anova menunjukkan nilai yang diperoleh F sebesar 0,674 dengan nilai

p sebesar 0,512 (p > 0,05). Dimana hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan perilaku pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa,

dan Minang.

Latar belakang budaya etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang memang berbeda.

Dalam kategorisasi budaya yang dipakai oleh Alland (Wijaya, 2007) pada sisi mental

culture, yaitu sistem kepercayaan individu dalam masyarakat yang secara aktual akan

membentuk sekumpulan aturan-aturan, jelas terlihat ada perbedaan antara etnis

Tionghoa, Jawa dan Minang. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi sikap kerja

dalam berwirausaha masing-masing etnis. Kebudayaan bukan saja menjadi objek

bentukan manusia, tetapi juga sekaligus membentuk dan menentukan perilaku

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 19: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

19

manusia. Seperti pandangan Boesch (Martaniah, 1984) terhadap kebudayaan yang

didefinisikan sebagai cara manusia membentuk dan meneropong lingkungannya,

maka dari itu kebudaaan merupakan hasil perilaku manusia pada satu sisi. Pada sisi

lain kebudayaan juga membentuk dan menentukan perilaku manusia.

Azwar (1988) menyebutkan bahwa kebudayaan dimana individu hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap seseorang

terhadap berbagai masalah. Hanya kepribadian individu yang kuat yang dapat

memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap seseorang. Demikian

pula yang terjadi pada perilaku seseorang, dipengaruhi sekaligus mempengaruhi

lingkungan.

Menurut Koentjaraningrat (1980) keluarga Jawa telah banyak berubah. Sebagai

contoh bahwa orang Jawa sekarang sudah lebih banyak berorientasi kepada

keberhasilan karya mereka, dan merasakan kepuasan dasn kebahagiaan atas usaha

mereka untuk mencapai keberhasilan.

Menurutnya banyak orang Jawa telah berhasil menganalisa rahasia-rahasia

serta kekuatan-kekuatan alam berkat pendidikan. Perubahan nilai-nilai Jawa juga

terjadi dalam proses sosialisasi dan enkulturasi pada banyak keluarga Jawa. Anak-

anak Jawa pada saat ini lebih banyak diajarkan untuk berdiri sendiri (mandiri) dan

memiliki tanggung jawab pribadi. Koentjaraningrat (1984) mengungkapkan bahwa

anak Jawa sekarang lebih banyak diajarkan untuk berdiri sendiri dan memiliki

tanggung jawab pribadi, karena gotong-royong memudar.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 20: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

20

Secara teoritik budaya Jawa sebagaimana Koentjaraningrat (1984) serta juga

Mulder (1984) paparkan, cenderung mengarah kepada pola hidup yang pasif.

Memiliki locus of control eksternal. Hanya saja, sebagaimana juga diakui oleh

Koentjaraningrat (1984), budaya Jawa yang berorientasi tradisional itu telah

mengalami berbagai perubahan seiring dengan industrialisasi yang terjadi.

Masyarakat Jawa yang benar-benar tradisional atau yang terisolasi dari dunia luar

hampir tidak ditemukan lagi pada saat ini. Hal itu terjadi pada era tahun 80-an.

Apalagi jika dibandingkan dengan konteks hidup saat ini, dimana arus informasi telah

mengglobal. Perubahan orientasi budaya menjadi semakin niscaya terjadi.

Faktor-faktor yang demikian telah mendorong terjadinya perubahan sosial dalam

masyarakat. Khairuddin (1997) menyebutkan ada 2 implikasi yang mungkin terkait

dengan itu. Pertama, manusia menemukan sistem penilaian dan filsafat hidup yang

baru. Kedua, manusia tenggelam dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan

tidak dapat mengambil sikap terhadap keadaan baru. Hal ini didukung oleh pendapat

Graves (2007) yang mengungkapkan bahwa faktor utama yang menentukan dalam

dinamika masyarakat Minangkabau ialah terdapatnya kompetensi yang konstan

diantara individu dan keluarga-keluarga untuk mendapatkan penghargaan dan status;

seperti posisi-posisi yang dicapai secara mandiri (achieved status), pada saat yang

sama juga posisi yang diterima atau diperoleh dari kekuasaan dan prestise keturunan

menurut adat (ascribed status). Interaksi yang paling penting antara etnis

Minangkabau dan dunia luar adalah melalui suatu proses yang dikenal dengan

merantau; artinya pergi ke rantau, yaitu pergi ke luar negeri asal. Etnis Minang aktif

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 21: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

21

mengunjungi rantau; secara sadar mereka memutuskan untuk meninggalkan rumah

dan sanak saudara untuk mencoba merantau, mengadu peruntungan. Kegiatan rantau

ini menyebabkan etnis Minangkabau menemukan sistem penilaian dan filsafat hidup

yang baru di daerah rantau mereka. Menurut Pelly (1994) etnis Minang lebih banyak

yang berimigrasi keluar dari daerah asal mereka sendiri. Hal tersebut disebabkan

karena etnis Minang ingin membuktikan kepada masyarakat setempat di daerah asal

etnis Minang bahwa ketika para pengusaha etnis Minang kembali ke daerah asalnya

dapat memperlihatkan kesuksesan setelah merantau dan melakukan usaha di luar

daerah asal. Faktor lain yang menyebabkan etnis Minang lebih banyak yang

berimigrasi keluar dari daerah asal mereka sendiri yaitu kuatnya garis keturunan

matrilinial di daerah Minang. Sehingga banyak dari pemuda asal etnis Minang keluar

dari daerah asalnya dan merantau ke daerah lain. Permasalahan imigrasi ini

disebabkan karena etnis Minangkabau yang tenggelam dalam persoalan-persoalan

yang dihadapinya dan tidak dapat mengambil sikap terhadap keadaan baru.

Pengalaman selama mengalami kontak budaya dengan luar, juga proses

industrialisasi yang sekarang telah mengarah pada globalisasi, mampu memberi

pengaruh terhadap nilai-nilai atau keyakinan hidup tradisional Jawa, Tionghoa, dan

Minang. Begitu pula tekanan sosial berupa ketatnya persaingan mencari kerja, turut

mendorong seseorang mencoba berwirausaha.

Pembauran yang terjadi selama di Indonesia telah menjadi alasan bagi Skinner

(Coppel, 1994) untuk menolak mengidentifikasi etnis Tionghoa berdasarkan

kebudayaannya. Menurutnya, semakin banyak etnis Tionghoa di Indonesia yang

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 22: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

22

meninggalkan pola kebudayaan tradisionalnya. Ia menggarisbawahi dua faktor yang

paling menonjol yang mempengaruhi perubahan budaya etnis Tionghoa di Indonesia.

Pertama, faktor lamanya bermukim. Kedua, tingkat budaya perbandingan dari

penduduk pribumi setempat. Perubahan sosial yang berlangsung selama ini telah

memungkinkan manusia menemukan sistem nilai dan filsafat hidup yang baru, yang

setidaknya bisa melunturkan nilai-nilai yang lama (Hariyono, 1994). Seperti

penelitian yang dilakukan Hariyono (1993) menyebutkan bahwa terjadi perubahan

nilai-nilai familiisme pada etnis Tionghoa di daerah Yogyakarta. Etos kerja untuk

penghormatan terhadap leluhur (keluarga) sudah berkurang dan lebih ditujukan untuk

diri sendiri.

Hasil analisis tambahan yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan perilaku pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, etnis

Jawa, dan etnis Minang pada aspek keberanian menanggung resiko akibat dari

keputusan yang sudah diambil, memiliki orientasi pada kesuksesan, suka menguji

tingkat kemampuan, memberi toleransi pada situasi atau tugas yang mencemaskan,

dan suka mencari bentuk pengalaman baru. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Bajaro (Suryana, 2003) bahawa seorang wirausaha adalah orang yang berani

menanggung resiko. Suryana (2003) bahwa seorang wirausaha adalah orang yang

lebih menyukai usaha-usaha yang menantang untuk mencapai kesuksesan. Wirausaha

menganggap bahwa dengan usaha-usaha yang menantang tersebut dapat menguji

tingkat kemampuan wirausaha untuk memperoleh sukses yang relatif rendah atau

relatif tinggi. Wirausaha memberi toleransi pada situasi atau tugas yang

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 23: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

23

mencemaskan dalam hal ini yaitu pengambilan resiko yang penuh dengan

perhitungan dan realistis.

Hasil analisis tambahan yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan perilaku pengambilan resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, etnis

Jawa, dan etnis Minang dengan range penghasilan tertentu per bulannya. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Warasasmita (Suryana, 2003) meskipun

seseorang menjadi wirausaha memiliki alasan yaitu untuk mencari nafkah, menjadi

kaya, mencari pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilitas keuangan tetapi

hal tersebut tidak mempengaruhi sikap dan perilaku wirausaha dalam menjalankan

usahanya yang salah satunya yaitu perilaku pengambilan resiko.

Peneliti mengakui bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian

ini. Kelemahan dari penelitian ini yaitu kurangnya referensi mengenai perilaku

pengambilan resiko dan wirausaha etnis Tionghoa, etnis Jawa, dan etnis Minang

sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini menjadi kurang beragam dan

belum terarah secara jelas. Serta peneliti merasa adanya kelemahan dengan angket

yang dibawa pulang oleh subjek yaitu adanya kemungkinan subjek meminta orang

lain untuk mengisi pernyataan- pernyataan yang ada pada skala perilaku pengambilan

resiko. Tetapi, dalam hal ini peneliti mengantisipasi hal tersebut dengan cara relawan

ikut mengawasi subjek selama proses pengisian skala perilaku pengambilan resiko

pada masing-masing etnis.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 24: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

24

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan perilaku pengambilan

resiko antara wirausahawan etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang. Hal ini berarti

perilaku pengambilan resiko pada etnis Tionghoa sama dengan perilaku pengambilan

resiko pada etnis Jawa. Sama halnya dengan perilaku pengambilan resiko pada etnis

Jawa yang tidak berbeda dengan perilaku pengambilan resiko pada etnis Minang.

Begitu pula sebaliknya, perilaku pengambilan resiko pada etnis Tionghoa sama

dengan perilaku pengambilan resiko pada etnis Minang. Jadi hipotesis yang

menyatakan ada perbedaan perilaku pengambilan resiko antara wirausahawan etnis

Tionghoa, Jawa, dan Minang ditolak.

SARAN

Penelitian yang dilakukan tentunya masih ada banyak kekurangan, begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga penulis merasa perlu

memberikan saran-saran yang dapat membangun yang ditujukan kepada beberapa

pihak. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang dapat

disarankan, antara lain:

1. Bagi Subyek Penelitian

Etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang memiliki kesempatan yang sama untuk

mencapai keberhasilan dalam mengembangkan usahanya. Hal yang menjadi

tantangan bagi dunia wirausaha bukanlah sekedar bertahan ketika mengalami

masalah-masalah dalam usaha, yang lebih penting adalah kemampuan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 25: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

25

mengembangkan usahanya. Baik subjek etnis Tionghoa, Jawa, dan Minang yang

telah mampu mengembangkan usahanya, diharapkan dapat membantu wirausahawan

lain yang masih membutuhkan bimbingan serta juga mau mendorong calon-calon

wirausahawan baru karena wirausaha merupakan fasilitator agar dapat menopang

kemajuan ekonomi.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

a. Peneliti sebaiknya menggunakan teori baru serta mencari aspek perilaku

pengambilan resiko yang lain, dengan menambah referensi buku dan jurnal-

jurnal industri dan sosial terbaru, khususnya yang berbahasa asing.

b. Peneliti selanjutnya juga diharapkan lebih cermat dalam memilih waktu

pengambilan data, agar para subyek dapat benar-benar dalam kondisi yang

siap untuk menjawab atau memberikan merespon pada skala penelitian,

sehingga tidak akan ada angket yang tidak kembali.

c. Peneliti juga menyadari dengan cara angket yang dibawa pulang oleh subjek

adanya kemungkinan subjek meminta orang lain untuk mengisi pernyataan-

pernyataan yang ada pada skala. Tetapi, dalam hal ini peneliti menyarankan

untuk mengantisipasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara peneliti dapat

mengawasi subjek selama proses pengisian skala perilaku pengambilan resiko

pada masing-masing etnis.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 26: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

26

DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta

Anonim. 2007. Tionghoa-Indonesia.http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia/ 30 Agustus 2007.

_______. 2007. Minangkabau-Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau-Indonesia/ diakses 24 November 2008.

_______. 2008. About Minangkabau: Adat Budaya Minangkabau ndak lakang Dek Pareh, Ndak Lapuak Dek Hujan. http://palantaminang.wordpress.com/about/, diakses 24 November 2008.

_______.2008. Kewirausahaan dari Perspektif Psikologi. http://terminalinfo.blogspot.com/ diakses 18 November 2008.

As’ad, M.S.U. 2002. Seri Ilmu Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Yogyakarta: Liberty.

________. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R.A & Byrne, D. 1994. Social Psychology. Understanding human interaction (7th ed.). Boston: Allyn & Bacon Inc.

Coppel, C.A. 1994. Tionghoa Indonesia dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 27: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

27

Djamaludin, E. Mengapa Urang Minang Senang Berdagang. http://cimbuak.net.content/view/1190 28 Maret 2008.

Fifo, A., Sinambela, F.C. 1995. Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap Pembauran

Antara Etnis Jawadan Etnis Cina di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Anima, Vol. X – No. 39. April – Juni.

Fishbain, D. A, Fletcher J. R, Joseph H. 1987. Relationship Between Russian Roulette Deaths and Risk-Taking Behavior.Am J Psychiatry.144:563-567

Frinces, Z. H. 2004. Kewirausahaan dan inovasi Bisnis. Yogyakarta: Darussalam Offset.

Graves, E.E. 2007. Asal Usul Elite Minangkabau Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hanum, F. 1999. Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa ditinjau dari Motif

Berprestasi. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Hariyono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Helmi. A.F. 2003. Inovasi dan Perilaku Inovatik. http://avin.filsafat.ugm.ac.id/index2.php. diakses 11 Maret 2008

Khairudin, 1997. Sosiologi keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Koentjoroningrat. 1978. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.

______________. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

______________. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Levenson, M.R. 1990. Risk Taking and Personality. Journal of Personality and Social Psychology. 58.6.1073-1080

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 28: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

28

Martaniah, S.M. 1984. Motif Sosial: Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cini di Beberapa SMA di Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Masykur. A.M. 2007. Kewirausahaan Pada Mahasiswa Ditinjuau dari Adversity

Quotient. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol.2, No.2

Meredith, G.G; Nelson, R.E; Neck, P.A. 2002. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: PPM, Anggota IKAPI

Meinarno Eko A. 2007. Sikap Peribumi Terhadap Etnis Cina. Jurnal Universitas Indonesia. www.google.com

Mulder, N. 1984. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pelly, U. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi : Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Puspita, A.G. 2003. Hubungan Antara Toleransi Stres Dengan Kecenderungan Perilaku Pengambilan Resiko Pada Wartawan Surat Kabar Harian. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Rachmahana, R. S. 2002. Dorongan Mencari Sensasi Dan Perilaku Pengambilan Resiko Pada Mahasiswa. Psikologika No. 14 Vol. VII

Ranjabar, A. P. 2007. Inspirasi Meraih Kesuksesan Dalam Kehidupan: Tutur Bijak Negeri Cina. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sanjatmiko, P. 1999. Orang Keturunan Cina di Tangerang: Suatu Kajian Tentang Faktor-Faktor Yang Mendorong Dan Menghambat Proses Asimilasi Antara Penduduk Golongan Etnik Keturunan Cina Terhadap Penduduk Golongan Etnik Pribumi. Makara. Golongan Etnik Keturunan Cina. No. 3 Seri C, Agustus.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 29: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

29

Santoso, B. Potret Wirausahawan. http://www.Pengusaha-Indonesia.com/showthread. diakses tanggal 24 November 2008

Seng, A. W. 2007. Rahasia Bisnis Orang Cina. Bandung: Hikmah (PT Mizan Publika)

Sorentino, R.M & Hewitt, E.c. 1992. Risk Taking In Game Chance and Skill : Informational and Effective Influence on Choice Behavior. Journal of Personality and Social Psychology. 62,3.522-533

Stoltz, P.G. 2000. Faktor Paling Penting Dalam Meraih Sukses Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Suryadinata, L. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa: Kasus Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI bekerja sama dengan Centreo Political Studies (CPS).

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Susanto, A.B. Menempa Jiwa Wirausaha. http://klikilmu.blogspot.com 17 Maret 2008

Tarakanita, I., Widiarti. P. W. 2002. Gambaran Konsep Diri Mahasiwa Kelompok Etnik Sunda, Kelompok Etnik Cina, dan Kelompok Etnik Jawa. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol.10, No.2

Tjoe, T. L. 2007. Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI).

Wibowo, C. 1993. Perbedaan Motivasi Menjalankan Keluarga Berencana Antara Akseptor Keluarga Berencana Etnis Cina dan Etnis Jawa. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Wijaya, H.E. 2007. Perbedaan Kecerdasan Adversity antara Etnis Cina dan Etnis Jawa dalam Berwirausaha. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 30: NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PERILAKU …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Pergaulan antar suku bangsa orang Minangkabau dengan sesamanya menyebut

30

Wiratno, M. 1996. Pengantar Kewiraswastaan, Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Wirawan, A. A. 2000. Pengendalian Diri, Intensitas Pengarungan dan Kecenderungan

Perilaku Mengambil Resiko dalam Arung Jeram. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Wiyono, S. 2006. Manajemen Potensi Diri: Strategi Jitu Mendongkrak Kesuksesan

Pribadi & Organisasi Tanpa Mengorbankan Integritas Moral. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Yulia, H. 1997. Hubungan Antara Etnosentrisme dan Familisme dengan Prasangka Sosial Terhadap Etnis Jawa Pada Pemuda Etnis Cina. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com