naskah publikasi uji aktivitas antibakteri kombinasi … · 2020. 5. 1. · naskah publikasi uji...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI INFUSA DAUN
MANGGA BACANG (Mangifera foetida L.) DAN INFUSA
LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP
Escherichia coli SECARA IN VITRO
ARDI
NIM I11112040
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
i
NASKAH PUBLIKASI
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI INFUSA DAUN
MANGGA BACANG (Mangifera foetida L.) DAN INFUSA
LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP
Escherichia coli SECARA IN VITRO
ARDI
NIM I11112040
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
ii
iii
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI INFUSA DAUN MANGGA BACANG (Mangifera foetida L.) DAN INFUSA
LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO
Ardi1, Siti Khotimah2, Ita Armyanti3
Intisari
Latar Belakang: Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Escherichia coli merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit infeksi dan merupakan bakteri yang telah resisten terhadap banyak antibiotik. Penelitian menunjukkan bahwa mangga bacang (Mangifera foetida L.) dan lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang mengandung metabolit sekunder bersifat sebagai antibakteri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri, kandungan senyawa metabolit sekunder dan konsentrasi efektif kombinasi infusa daun Mangifera foetida L. dan Aloe vera L. dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Metodologi: Daun Mangifera foetida L. dan Aloe vera L. dibuat menjadi infusa dengan pelarut akuades. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 50%, 100%, dan 200%. Kontrol positif yang digunakan adalah siprofloksasin 5 µg/sumuran dan kontrol negatif yang digunakan adalah akuades. Hasil: Metabolit sekunder yang terkandung dalam kombinasi infusa daun Mangifera foetida L. dan Aloe Vera L. adalah fenol, saponin, tanin, dan kuinon. Kombinasi infusa daun Mangifera foetida L. dan Aloe vera L. tidak menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Kesimpulan: Kombinasi infusa daun Mangifera foetida L. dan Aloe vera L. tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli. Kata Kunci: Antibakteri, Kombinasi Infusa, Escherichia coli. 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 2) Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 3) Dapertemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
iv
IN VITRO ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF COMBINATION OF Mangifera foetida L. AND Aloe vera L.
WATER EXTRACTS AGAINST Escherichia coli
Ardi1, Siti Khotimah2, Ita Armyanti3
Abstract
Background: Infection is a disease caused by microorganisms. Escherichia coli is one of the microorganisms that causes infection and it has resistant to many antibiotics. Some studies have shown that Mangifera foetida L. and Aloe vera L. have secondary metabolites with antibacterial effect. Objective: The aim of this study is to investigate antibacterial activity, secondary metabolites, and effective inhibitory concentration of combination of Mangifera foetida L. and Aloe vera L. extracts against Escherichia coli. Method: Mangifera foetida L. leaf and Aloe vera L. were combined into water extracts with distilled water solvent. Phytochemical screening was performed by test tube method. Antibacterial activity was measured using well diffusion method inmixture’s concentrations of 50%, 100% and 200%. The positive control was ciprofloxacin 5 µg/well, while the negative control was distilled water. Result: Secondary metabolites contained in the combined extract were phenol, saponin, tannin, and quinone. The combination did not inhibit the growth of Escherichia coli. Conclusion: Combination of Mangifera foetida L. and Aloe vera L. extracts do not have antibacterial activity against Escherichia coli.
Keywords: Antibacteria, infuse combination, Escherichia coli. 1) Medical School, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak, West Kalimantan. 2) Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural
Science, Tanjungpura University, West Kalimantan. 3) Department of Pharmacology, Medical School, Faculty of Medicine,
Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan.
1
PENDAHULUAN
Infeksi merupakan invasi dan multiplikasi mikroorgnisme atau parasit
dalam jaringan tubuh yang bisa bersifat asimtomatik ataupun simtomatik
baik terlokalisasi atau sistemik.1 Penyakit infeksi di negara-negara
berkembang masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di
masyarakat.2 Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering
kedua setelah infeksi saluran nafas atas.3 Pada umumnya infeksi saluran
kemih lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama infeksi pada rawat
jalan ataupun rawat inap. Sekitar 85% penyebab infeksi saluran kemih
(ISK) serta sekitar 50% infeksi nosokomial di masyarakat penyebabnya
merupakan E. coli. Infeksi oleh E. coli merupakan salah satu infeksi yang
terbanyak ditemukan yaitu sebanyak 34,85%.4 E. coli penghasil extended
spectrum beta lactamase (ESBL) telah banyak mengalami resistensi
khususnya antibiotik golongan beta laktam, yaitu 10% terhadap
seftriakson dan sefotaksim , 20% terhadap sefpodoksim, 7,78% terhadap
seftazidim, dan 12,22% terhadap aztreonam.5
Meningkatnya berbagai kasus infeksi serta resistensi bakteri mendesak
dilakukannya penelitian untuk menemukan obat antibakteri baru. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora
yang merupakan sumber bahan baku obat. Salah satu upaya yang
diperlukan untuk mengoptimalkan kekayaan alam tersebut adalah
dilakukannya penelitian berupa identifikasi dan evaluasi terhadap jenis
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternatif obat
Menurut penelitian-penelitian terdahulu, terdapat data yang
menunjukkan potensi daun mangga bacang dan lidah buaya sebagai
suatu sumber pengobatan alami. Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto
A (2014) mendapatkan bahwa ekstrak etanol daun mangga bacang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.6 Penelitian Isabela (2009),
menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya mampu menghambat
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa yang diuji secara in vitro.7 Selain
2
itu Aloe barbadensis Miller dan Aloe chinensis Baker mampu menghambat
pertumbuahan E. coli.8 Penelitian lain yang dilakukan oleh Ariyanti NK dkk
(2012) mendapatkan bahwa ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri E. coli.9
Salah satu kandungan metabolit sekunder lidah buaya adalah
antrakuinon yang ternyata mampu berperan sebagai antibakteri yang
bersifat bakteriostatik.8 Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto A (2014)
menyatakan bahwa di dalam mangga bacang terkandung senyawa
metabolit sekunder seperti fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan
steroid yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.6
Berdasarkan efek antibakteri masing-masing senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalam kedua tanaman tersebut, maka bila dilakukan
kombinasi akan menimbulkan efek sinergistik berupa penekanan terhadap
pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik).
Berdasarkan alasan tersebut, penulis melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun mangga bacang
(Mangifera foetida .L) dan lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap E. coli.
METODOLOGI
Bahan Uji
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mangga
bacang dan lidah buaya. Penyediaan daun mangga bacang berasal dari
pohon mangga rumahan di Jalan Karya Sosial No.10, Kecamatan
Pontianak Selatan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Penyediaan
tanaman lidah buaya diambil dari Aloe Vera Center yang berada di Jalan
Budi Utomo Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat. Bakteri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kultur murni E. coli yang merupakan
koleksi dari Unit Laboratorium Kesehatan Pontianak.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah akuades, kain
kasa, kapas, cotton bud, kertas kraft, kertas saring Whatman no. 1, plastik
3
wrapping, siprofloksasin 5 µg/disk (sebagai kontrol positif), spiritus,
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, kalium iodida (KI), magnesium
(Mg), asam klorida (HCl) pekat, asam Klorida (HCl) 2 N, besi (III) klorida
(FeCl3) 1%, asam asetat glasial (CH3COOH), NaOH 2N, H2SO4 pekat,
NaCl 2% dan 0,9%, H2O2 3%, larutan gelatin, Nutrient Agar (NA), Nutrient
broth, Mueller-Hinton Agar (MHA), standar Mc. Farland no. 0,5, Triple
Sugar Iron Agar, Eosin Methylen Blue Agar, Medium tryptophan Broth,
Medium Nutrient Broth, karbol fuksin, lugol, giantien violet, etanol 70%,
minyak emersi.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain baskom, plastik
tahan panas, pisau, wadah plastik, lemari pendingin, blender, penjepit
tabung, ball filler, sendok tanduk, hot plate, timbangan analitik, sendok
stainless, oven, inkubator, krusibel porselen, desikator, corong kaca,
pinset, Biological Safety Cabinet (BSC), autoklaf, labu ukur 25 ml dan 10
ml, gelas ukur 50 ml dan 10 ml, vial, Erlenmeyer, Beaker glass, tabung
reaksi, rak tabung, stop watch, gunting, jangka sorong, batang pengaduk,
object glass, cover glass, cawan petri, pipet tetes, penggaris, prevorator,
jarum ose, mikroskop, termometer, panci stainless, tip dan mikropipet,
pembakar bunsen.
Prosedur Penelitian
Pengujian daya hambat kombinasi infusa daun mangga bacang
(Mangifera foetida L.) dan lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap
pertumbuhan bakteri E. coli dilakukan dengan metode difusi sumuran .
Tahapan awal yang dilakukan yakni Media Mac Conkey Agar ditanamkan
bakteri uji dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, kemudian koloni
bakteri uji yang telah terbentuk di ambil dengan jarum ose dan
disuspensikan dengan cara dimasukkan ke dalam tabung berisi 10 ml
NaCl 0,9% steril.
Tahapan selanjutnya yaitu suspensi yang telah terlebih dahulu
disiapkan dengan mengikuti standar 0,5 Mc Farland sebanyak 1 ml
4
dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan dituangkan media Muller
Hinton sebanyak 15 ml. Campuran ini dihomogenkan dengan cara
digoyang-goyang dan media dibiarkan memadat. Setelah itu ambil pipet
pasteur steril yang telah dimodifikasi dengan dibuat diameternya menjadi
5 mm, pipet ini akan digunakan untuk membuat sumur pada media agar.
Pada sumur ini akan diisi infusa kombinasi dari tiap konsentrasi yang akan
diuji, kontrol positif serta kontrol negatif akuades dengan menggunakan
mikropipet. Penempatan sumur pada media agar memiliki syarat tersendiri
yaitu setiap sumur harus memiliki jarak yang sama (2 cm dari tepi cawan
dan jarak antar sumur 3 cm) serta kedalamanya 2/3 dari tebalnya
disk/cakram. Setelah seluruh proses selesai, semua cawan petri tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37°C. Pengamatan zona
hambat yang terbentuk akan diamati pada jam ke-24. Zona hambat yang
tampak pada setiap agar, kemudian diukur dengan menggunakan jangka
sorong.10 Sketsa letak sumur pada MHA dapat dilihat pada Gambar 1.
2/3
2 cm
3 cm
Gambar 1. Sketsa Tata Letak Sumur pada Media MHA.11
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skrining Fitokimia Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Kombinasi Infusa Daun Mangga
Bacang (Mangifera foetida L.) dan lidah buaya ( Aloe vera L.).
No. Pemeriksaan Pereaksi Hasil Keterangan
1. Alkaloid Meyer Tidak terbentuk endapan putih
-
Wagner Tidak terbentuk endapan coklat
-
Dragendroff Tidak terbentuk endapan orange
-
2. Senyawa fenol
Air panas, FeCl3 1%
Terbentuk warna ungu sampai biru
+
3. Flavonoid Mg, HCl Tidak terbentuk warna merah
-
4. Triterpenoid CH3COOH, H2SO4
Tidak terbentuk warna merah
-
5. Steroid CH3COOH, H2SO4
Tidak terbentuk warna biru atau ungu
-
6. Saponin Aquadest panas
Terbentuk busa yang bertahan lebih dari 10 menit
+
7.
8.
Tanin
Kuinon
FeCl3 5%
NaOH 15%
Terbentuk warna biru tua Terbentuk warna kuning sampai merah
+
+
Sumber: Data Primer, 2015 Keterangan: (+) : Hasil positif, terdapat kandungan senyawa (-) : Hasil negatif, tidak terdapat kandungan senyawa
Karakterisasi Bakteri Uji
Karakterisasi bakteri uji menggunakan beberapa metode. Hasil
pengamatan pewarnaan gram didapatkan bakteri uji berwarna merah dan
berbentuk basil pendek yang menunjukkan bahwa bakteri uji merupakan
gram negatif. Hasil uji dengan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)
didapatkan kompleks warna ungu dengan kemilau hijau metalik yang
6
merupakan ciri khas bakteri Enterik seperti E. coli.12 Hasil tes indol
didapatkan terbentuknya cincin berwarna merah setelah dilakukan
penambahan pereaksi kovaks yang menunjukkan hasil positif.13 Hasil uji
Triple Sugar Iron Agar didapatkan perubahan warna menjadi kuning pada
butt maupun slant medium, serta dihasilkan gas O2 yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung udara.14 Hasil karakterisasi bakteri uji dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil Kareakterisasi Bakteri Uji (A) Pewarnaan Gram, (B) Pembiakan pada Eosin Methylen Blue Agar, (C) Uji Indol, (D) Pembiakan pada Triple Sugar Iron Agar (DataPrimer, 2015)
Uji Aktivitas Antibakteri
Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi Infusa Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) dan Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Pertumbuhan E. coli.
No. Konsentrasi (%)
Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata (mm) Pengulangan Ke-
I II III IV V 1 2 3 4 5
50% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36,98 37,01 37,65 37,67 37,68 0 0 0 0 0
0 0 0
37,398 0
100% 200%
Kontrol (+) Kontrol (-)
Sumber: Data Primer, 2015 Keterangan: (0): Tidak terdapat zona hambat
Uji aktivitas antibakteri dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi
peremajaan bakteri, pembuatan suspensi bakteri uji, pembuatan variasi
konsentrasi kombinasi infusa daun mangga bacang dan lidah buaya,
A D C B
7
persiapan kontrol positif dan kontrol negatif, serta proses perlakuan uji
berupa pemberian infusa dan kontrol ke dalam medium yang telah
diinokulasikan koloni bakteri. Kombinasi infusa yang digunakan dibuat
dalam tiga macam konsentrasi yaitu 50%, 100%, dan 200%. Masing-
masing konsentrasi infusa diujikan dengan lima kali pengulangan
menggunakan lima cawan petri yang berbeda.
Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades
steril dan tidak memberikan efek antibakteri. Kontrol positif yang
digunakan adalah siprofoksasin dengan konsentrasi sebesar 5µg/disk.
Pemilihan siprofloksasin sebagai kontrol positif karena merupakan
antibiotik yang mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap
E. coli.15 Hasil uji efek antibakteri dengan kontrol positif didapatkan rata-
rata diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 37,398mm yang
diukur menggunakan jangka sorong. Berdasarkan Clinical and Laboratory
Standards Institute (CLSI) tahun 2013, diameter zona hambat sebesar
37,398mm dari siprofloksasin terhadap E.coli masih tergolong sensitif
kuat.16
Hasil uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan kombinasi infusa
daun mangga bacang dan lidah buaya tidak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap E. coli yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona bening
di sekitar sumuran. Hasil uji aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun
mangga bacang dan lidah buaya, kontrol positif, dan kontrol negatif dapat
dilihat pada Gambar 3.
8
(a) (b)
Gambar 3.(a) Kontrol Positif (panah hitam), Kontrol Negatif (panah biru), Konsentrasi 50% (panah orange), Konsentrasi 100% (panah merah), Konsentrasi 200% (panah hijau), (b) Pengukuran Diameter Kontrol Positif Dengan Jangka Sorong (Data Primer, 2015).
Hasil uji aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun mangga bacang
dan lidah buaya tidak memiliki aktivitas antibakteri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor teknis, faktor biologis, daya difusi ekstrak,
kandungan senyawa antibakteri, konsentrasi ekstrak, dan virulensi dari
jenis bakteri yang digunakan.17,18
Faktor teknis dalam penelitian merupakan faktor yang dapat
dikendalikan oleh peneliti.18 Faktor teknis meliputi fase pertumbuhan,
besar inokulum, pemilihan media, lama inkubasi dan suhu lingkungan.17,19
Inokulum yang digunakan sudah disesuaikan dengan standar McFarland
0,5 atau setara dengan 1x108 bakteri/mL yang telah dikonfirmasi
menggunakan spektrofotometri. Media yang digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri ini adalah agar Muller Hinton dengan metode sumuran. Lama
inkubasi adalah 24 jam dengan suhu 37°C. Semua faktor teknis dalam
penelitian ini telah dikendalikan oleh peneliti.
Faktor biologis dalam penelitian merupakan faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti meliputi persisters dan resistensi.16 Persisters
berasal dari sel-sel yang dorman atau bereplikasi dengan lambat sehingga
9
tidak dapat dibunuh oleh zat antibakteri. Faktor persisters telah
dikendalikan dengan melakukan penggunaan inokulum yang tidak
melebihi 24 jam atau inokulum pada fase logaritmik. Resistensi tidak
dapat dikendalikan dalam penelitian karena merupakan adaptasi bakteri
untuk bertahan hidup.20 Resistensi pada penelitian ini tidak terjadi karena
kontrol positif yang digunakan yaitu siprofloksasin menghasilkan zona
hambat rata-rata sebesar 37,398mm.
Pemilihan pelarut yang digunakan menjadi hal yang penting dalam
daya difusi ekstrak dalam menyari senyawa antibakteri. Pelarut yang
sering digunakan untuk menyari senyawa aktif antimikroba yaitu pelarut
metanol, etanol dan air.21 Pelarut air merupakan senyawa yang paling
polar dengan indeks polaritas sebesar 10,2, pelarut metanol dengan
indeks polaritas 5,1 dan etanol 4,3.22 Pemilihan pelarut didasarkan pada
prinsip like dissolves like, yaitu senyawa yang nonpolar akan mudah larut
dalam pelarut nonpolar sedangkan senyawa polar akan larut pada pelarut
polar. Akuades yang digunakan sebagai pelarut bersifat polar, sehingga
diharapkan dapat menarik senyawa metabolit yang bersifat polar dalam
larutan uji. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini berhasil menyari
metabolit sekunder berupa fenol, saponin, tanin, dan kuinon namun tidak
memberikan efek antibakteri. Tidak adanya efek antibakteri pada
penelitian ini diduga salah satu faktor penyebabnya adalah pelarut air
tidak cukup kuat untuk menyari senyawa antibakteri dalam jumlah yang
cukup seperti penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto A (2014)
menggunakan pelarut etanol dan berhasil menarik metabolit sekunder
berupa fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan steroid yang mampu
menghambat bakteri E. coli.6
Senyawa aktif fenol pada penelitian ini tidak memberikan aktivitas
antibakteri terhadap E. coli diduga karena fenol yang tersari tidak cukup
banyak dan juga dipengaruhi oleh struktur kimianya. Struktur fenol yang
berperan sebagai antibakteri adalah gugus –OH dan cincin beta.23 Gugus
hidroksil pada fenol memiliki jumlah yang berbeda-beda pada setiap
10
pelarut yang digunakan sehingga mempengaruhi sifat antibakteri yang
dimiliki oleh setiap senyawa.24 Jumlah gugus hidroksil yang terdapat pada
asam hydroxycinnamic pada senyawa asam fenolik dapat mempengaruhi
aktivitas antibakteri.25 Fenol yang terdiri dari berbagai senyawa juga
memperlihatkan hasil bahwa setiap senyawa fenol menunjukan aktivitas
yang berbeda-beda terhadap beberapa bakteri uji yang digunakan.26
Saponin pada penelitian ini tidak memberikan aktivitas antibakteri
terhadap E. coli diduga karena jumlah saponin yang tersari tidak cukup
banyak dan juga dipengaruhi oleh struktur kimianya. Kekuatan saponin
sebagai antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi dan jumlah rantai gula
pada struktur aglikon. Saponin dengan konsentrasi tinggi dapat membuat
membran sel berlubang dan mengganggu permeabilitasnya. Konsentrasi
rendah dari saponin hanya berinteraksi dengan membran sel tanpa
merusaknya.27
Tanin pada penelitian ini tidak memberikan aktivitas antibakteri
terhadap E. coli diduga karena jumlah tanin yang tersari tidak cukup
banyak dan juga dipengaruhi oleh struktur kimianya. Tempat tumbuh
tanaman, jumlah gugus hidroksil dan struktur yang berbeda-beda dan
pada tanin berhubungan dengan aktivitas antibakteri yang dihasilkan.28
Penelitian ini juga didukung oleh Colak (2010) bahwa golongan senyawa
tanin seperti asam tanin memiliki aktivitas antibakteri yang dipengaruhi
oleh jumlah gugus hidroksil.29 Perbedaan tanaman dan bakteri yang
digunakan juga dapat mempengaruhi aktivitas tanin sebagai antibakteri.30
Kuinon memiliki kisaran antimikroba yang sangat luas karena
disamping merupakan radikal bebas, juga dapat membentuk kompleks
dengan asam amino nukleofilik dalam protein sehingga dapat
menyebabkan protein kehilangan fungsi. Kuinon bereaksi dengan protein
adesin bulu-bulu sel, polipeptida dinding sel, dan eksoenzim yang
dilepaskan melalui membran.23 Kuinon pada penelitian ini tidak
memberikan aktivitas antibakteri terhadap E. coli diduga karena jumlahnya
yang tersari tidak cukup banyak dan juga kuinon hasil penyarian memiliki
11
intensitas zat antibakteri yang sedikit atau kurangnya potensi dari zat yang
tertarik untuk membunuh bakteri.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan juga mempengaruhi efek
antibakteri yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
digunakan maka akan semakin banyak jumlah senyawa antibakteri yang
tersari sehingga mempermudah penetrasi senyawa antibakteri ke dalam
sel bakteri dan semakin besar zona hambat yang akan tebentuk.
Konsentrasi tertinggi yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup
tinggi yaitu 200%, tetapi tidak efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli. Faktor konsentrasi yang digunakan sangat menentukan
efek antibakteri yang ditimbulkan oleh zat antibakteri. Penelitian yang
dilakukan Siska (2015) dengan tumbuhan yang sama yaitu daun mangga
bacang melalui teknik ekstraksi infundasi dengan pelarut air menunjukkan
adanya efek antibakteri oleh infusa daun mangga bacang dengan
konsentrasi efektif sebesar 120mg/ml.34 Faktor lain terkait tumbuhan yang
digunakan adalah tempat pengambilan sampel. Hal ini ditunjukkan oleh
tidak adanya efek antibakteri yang terbentuk oleh infusa mangga bacang
yang diambil dari Jalan Karya Sosial No. 10, Kecamatan Pontianak
Selatan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat yang digunakan dalam
penelitian ini. Sebaliknya, pada penelitian Siska (2015) infusa daun
mangga bacang yang diambil dari desa Wajok, Kecamatan Siantan,
Kabupaten Pontianak memberikan efek antibakteri yang cukup signifikan
terhadap E. coli.34
Faktor virulensi dari jenis bakteri yang dihambat juga dapat
mempengaruhi hasil pengujian aktivitas antibakteri. Faktor virulensi bakteri
menggambarkan kekuatan suatu strain dalam pertahanan terhadap
pajanan zat antibakteri. Struktur dan faktor virulensi E. coli meliputi
membran luar polisakarida (LPS) disebut antigen O, polisakarida pada
permukaan sel membentuk kapsul yang tegas atau suatu lapisan yang
tipis yang disebut antigen K, dan flagel yang digunakan bakteri untuk
bergerak melewati dinding sel disebut antigen H. Kebanyakan E. coli
12
bertipe 1 dengan fimbrae dipermukaannya.31 Berdasarkan komponen
penyusun dinding selnya, bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih
kompleks daripada bakteri gram positif sehingga lebih sulit untuk dihambat
oleh senyawa antibakteri dibandingkan dengan bakteri gram positif.32
Membran terluar pada bakteri gram negatif merupakan suatu sawar yang
mencegah molekul polar besar untuk memasuki sel. Molekul polar yang
kecil, termasuk banyak antibiotik, memasuki sel melalui saluran protein
yang disebut porin.33
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WAN. Kamus kedokteran dorland. ed. 31. Terj. Elseria RN et
al. Jakarta: EGC. 2010. hal. 1090.
2. Nelwan RHH. Pemakaian antimikroba secara rasional di klinik. Dalam:
Noer S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2002. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI: 537-40.
3. Smyth EG, O'Connell N. Complicated urinary tract infection. Drugs &
therapy perspectives. 2004. 11(1): 63-6.
4. Karowsky JA et al. 2010. Multidrug resistant urinary tract isolates of
Escherichia coli: prevalence and patient demographics in the United
states in 2009. Antimicrob agents chemother 2009; 45(5) : 1402-06.
5. Yanuarti AF. Prevalensi Escherichia coli penghasil extended spectrum
beta lactamase [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. 2010.
6. Nuryanto A. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun mangga
bacang (Mangifera Foetida L.) terhadap Escherichia coli secara in vitro
[Skripsi]. Universitas Tanjungpura. 2014.
7. Isabela A. Pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera L) terhadap
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada pasien osteomielitis
bangsal cempaka rumah sakit ortopedi Prof.Dr. R.Soeharso surakarta
in vitro [Abstrak]. UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret. Solo.
2009.
8. Rahayu ID. Aloe barbadensis Miller dan Aloe chinensis Baker sebagai
antibiotik dalam pengobatan Etnoveteriner unggas secara in vitro.
2006. Jurnal Protein 13(1).
9. Ariyanti NK, Darmayasa IBG, Sudirga SK. Daya hambat ekstrak kulit
daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
ATCC 25922. Vol XVI. 2012. hal. 1-2, 4.
14
10. Septian R. Uji aktivitas antimikroba ekstrak kulit buah mangga
(Garcinia mangostana L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada agar muller hinton [Skripsi]. Jakarta: FKUI. 2013.
11. Waluyo L. Mikrobiologi umum edisi revisi. Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang. 2007.
12. Lal A, Cheeptham N. Eosin methylen blue agar plates protocol[serial
terdapat di internet].2007[disitasi pada tanggal 25 Oktober 2015].
Tersedia di dalam: http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-
test/2869-eosin-methylen-blue-agar-plates-protocol.
13. MacWilliams MP. Indole test protocol [serial terdapat di internet]. 2013
[disitasi pada tanggal 25 Oktober 2015]. Tersedia dalam:
http://www.microbelibrary. org/ component/resource/laboratory-
test/3202-indole-test-protocol.
14. Fankhauser DB. Triple sugar iron agar and its use. University
Cincinnati Clermont College. Batavia. 2001.
15. Setiabudy R. Farmakologi dan terapi. Edisi 5: Golongan kuinolon dan
fluorokuinolon. 2012. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal: 719-20.
16. Clinical and Laboratory Standards Institute. M100-S23 performances
standards for antimicrobial susceptibility testing: Twenty-third
informational suplement. Vol 33. No 1. 2013. hal: 44-8.
17. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi kedokteran jawetz,
Melnick & Adelberg. Alih bahasa: Hartanto H, Elferia RN. Jakarta:
EGC. 2007. Ed: 23.
18. Clinical and Laboratory Standartd Institute (CLSI). Performance
standards for antimicrobial disk susceptibility tests: Approved standard-
eleventh edition. Vol 32. No 1. 2012.
19. CLSI. Methods for determining bacterial activity of antibacterial agents.
Vol 19. No 8. 1999.
20. Choffnes ER, David AR, Alison M. Antibiotic resistance. The National
Academic Press. 2010.
15
21. Das K, Tiwan RKS, Shrivastava DK. Technique for evaluation of
medicinal plant products as antimicrobial agent: Current methods and
future trends. Journal of Medicinal Plants Research. Vol 4. No 2. 2010.
p. 104-11.
22. Snyder CR, Kirkland JJ, Glajach JL. Practical HPLC methods
development 2nd edition. John Wiley and Sons, Lnc. New York. 1997.
p. 722-3.
23. Cowan MM. Plant product as antimicrobial agent. Clinical Microbiology
Reviews. 1999. 12(4): 564–82.
24. Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Kuswanto KR. Kandungan
fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir
(Uncaria gambir Roxb.). Majalah Farmasi Indonesia. 2007. 18(3): 141
– 6.
25. Sanchez-Maldonado AF, Schieber A, and Ganzle MG. Structure–
function relationships of the antibacterial activity of phenolic acids and
their metabolism by lactic acid bacteria. Journal of Applied
Microbiology. 2011.
26. Alves MJ, et al. Antimicrobial activity of phenolic compounds identified
in wild mushrooms. SAR Analysis and Docking Studies. Journal of
Applied Microbiology. 2013.
27. Hasan NA, Nawahwi MZ, Malek HA. Antimicrobial avtivity of Nigella
sativa seed extract Sains Malaysiana. 2013. 42(2): 134-7.
28. Geissman TA. Flavonoid compounds, tannins, lignins and related
compounds. New York: Elsevier Press. 1963. p. 265.
29. Colak SM, Yapici BM, Yapici AN. Determination of antimicrobial activity
of tannic acid in pickling process. Romanian Biotechnological. Vol 15.
No 3. 2010.
30. Min BR, et al. Comparative antimicrobial activity of tannin extracts from
perennial plants on mastitis pathogens. Academic Journals. 2008.
31. Ryan K, Ray C. Sherries medical microbiology an introduction to
infectious diseases. Ed 4th. Mc Graw Hill. San Fransisco. 2004.
16
32. Pelezar MJ, and Chan ECS. Dasar-dasar mikrobiologi (I). Jakarta: UI
Press. 2006.
33. Goodman & Gilman. Kemoterapi penyakit mikroba. Dalam: Brunton L,
Blumenthal D, Parker K, Buxton I, editor. Manual farmakologi dan
terapi. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 672-3.
34. Siska. Efek Infusa Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.)
Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Enterik (Famili
Enterobactericeae) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur
Sprague Dawley Dengan Kekurangan Energi Protein (KEP) [Skripsi].
Universitas Tanjungpura. 2015.