negara hukum dan hak asasi manusia
TRANSCRIPT
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
a. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep Rechtsstaat atau Rule of
Law yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa
abad ke-19 dan ke-20.
b. Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum.
c. Ciri negara hukum antara lain :
1. Adanya supremasi hukum
2. Jaminan hak asasi manusia
3. Legalitas hukum
d. Di negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada
undang-undang dasar (konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum
sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.
e. Negara Indonesia adalah negara hukum.
f. Hal ini tertuang secara jelas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan
Ketiga yang berbunyi “negara Indonesia adalah negara hukum”.
g. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machtstaat), dan
pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
h. Sebagai konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga Undang-
Undang Dasar 1945, (3) (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap
warga negara yaitu :
1. Supremasi hukum;
2. Kesetaraan di hadapan hukum;
3. Penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan
hukum (RPJM 2004 – 2009).
i. Perwujudan hukum tersebut dalam UUD 1945 serta peraturan perundang-
undangan di bawahnya.
1
j. Negara bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia serta turut memajukan kesejahteraan umum dan kecerdasan
rakyat.
k. Negara hukum Indonesia menganut konsep negara hukum materiil.
l. Negara hukum berkaitan dengan hak asasi manusia.
m. Sebab, salah satu ciri dari negara hukum adalah adanya jaminan atas hak
asasi manusia.
n. Oleh karena itu, negara hukum bertanggung jawab atas perlindungan dan
penegakan hak asasi para warganya
o. Bahasan mengenai negara hukum dan hak asasi manusia pada bab ini,
meliputi :
1. Konsep dan Ciri Negara Hukum;
2. Negara Hukum Indonesia;
3. Hakikat Hak Asasi Manusia;
4. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia;
5. Hak Asasi Manusia di Indonesia.
A. KONSEP DAN CIRI NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
1.1. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau
Rule of Law.
1.2. Rechsstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai
bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme.
1.3. Oleh karena itu, konstitusi dan negara (hukum) merupakan dua
lembaga yang tidak terpisahkan.
1.4. Secara sederhana, yang dimaksud dengan negara
hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum.
1.5. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2
1.6. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal
Pasha, 2003).
1.7. Pengertian di atas belum lengkap, oleh karena dapat saja negara
berdasar atas suatu hukum tetapi justru landasan hukum yang
dibuat tersebut digunakan untuk menyalahgunakan kekuasaan
serta tidak menjamin kepentingan rakyat.
1.8. Di dalam negara hukum, hukun sebagai dasar diwujudkan dalam
peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi
atau hukum dasar negara.
1.9. Konstitusi negara juga harus berisi gagasan atau ide tentang
konstitusionalisme.
1.10. Dengan demikian di dalam negara hukum, kekuasaan negara
berdasar atas hukum bukan kekuasaan belaka serta
pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham
konstitusionalisme.
1.11. Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal
yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum.
1.12. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide
dasar hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian
(Achmad Ali : 2002).
1.13. Oleh karenanya, negara dalam melaksanakan hukum harus
memperhatikan tiga hal tersebut.
1.14. Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai
“formalitas” atau “prosedur” belaka dari kekuasaan.
1.15. Bila sekedar formalitas, hukum dapat menjadi sarana
pembenaran untuk dapat melakukan tindakan yang salah atau
menyimpang.
1.16. Contoh, pada masa lalu presiden sering membuat “Keppres”
sebagai tempat berlindung dengan dalih telah berdasarkan
hukum, padahal dengan Keppres tersebut presiden dapat
menyalahgunakan kekuasaannya.
3
1.17. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh
mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
1.18. Apabila negara berdasar atas hukum, pemerintahan negara itu
juga harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang
dasar sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan.
1.19. Konstitusi dalam negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan
gagasan konstitusionalisme yaitu adanya pembatasan atas
kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara.
1.20. Tanpa adanya konstitusi yang demikian, sulit untuk disebut
negara hukum.
1.21. Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi
tetapi menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak
dapat disebut negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.
1.22. Negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami
sebagai suatu konsep hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004).
1.23. Dikatakan sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak ada
konsep misalnya negara politik, negara ekonomi dan sebagainya.
1.24. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan
sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-
undang dasar.
1.25. Dengan adanya sistem hukum, penyelenggaraan negara dan
rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada sistem yang
berlaku.
1.26. Dengan demikian, dalam negara yang berdasar atas hukum,
konstitusi negara merupakan sarana pemersatu bangsa.
1.27. Hubungan antara warga negara dengan negara, hubungan antara
lembaga negara dan kinerja masing-masing elemen kekuasaan
berada pada satu sistem aturan yang disepakati dan dijunjung
tinggi.
4
2. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil
2.1. Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut
konstitusionalisme yang hidup pada abad ke-19 adalah sifat
pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya sebagai
wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang
dirumuskan para wakilnya di parlemen.
2.2. Di sini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena
pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-
keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi
keputusan parlemen.
2.3. Jika dikaitkan dengan Trias Politika dalam konsep Montesquieu,
tugas pemerintah terbatas pada tugas eksekutif, yaitu
melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh parlemen.
2.4. Pada waktu itu (abad ke-19) masih dikuasai gagasan bahwa
pemerintah hendaknya tidak turut campur dalam urusan warga
negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum
seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan pertahanan
negara (Mirriam Budiardjo, 1977), aliran ini disebut liberalisme
yang dirumuskan dalam dalil The least government is the best
government (pemerintahan yang paling sedikit mengatur adalah
pemerintahan yang baik).
2.5. Negara dalam pandangan ini adalah negara yang memiliki ruang
gerak sempit.
2.6. Negara mengurusi hal-hal sedikit sedangkan yang banyak
terutama dalam kepentingan ekonomi diserahkan pada warga
secara liberal.
2.7. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak
apabila hak-hak warga negara dilanggar atau ketertiban
keamanan umum terancam.
2.8. Konsepsi negara demikian adalah negara hukum dalam arti
sempit atau disebut negara hukum formil, negara hukum klasik.
5
2.9. Negara dalam pandangan ini hanya dianggap sebagai Negara
Penjaga Malam (Nachtwachterstaat).
2.10. Jadi, negara hukum formil adalah negara hukum dalam arti sempit
yaitu negara yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif
terhadap kepentingan rakyat negara.
2.11. Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan
kepentingan warga negara.
2.12. Urusan ekonomi diserahkan pada warga dengan dalil laissez
faire, laissez aller yang berarti bila warga dibiarkan mengurus
kepentingan ekonominya sendiri maka dengan sendirinya
perekonomian negara akan sehat.
2.13. Negara hukum formil dikecam banyak pihak karena
mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang amat mencolok
terutama setelah Perang Dunia Kedua.
2.14. Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam
urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan sosial lambat laun
berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab
atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial (Mirriam Budiardjo, 1977).
2.15. Untuk itu pemerintah tidak boleh pasif atau berlaku seperti
penjaga malam melainkan harus aktif melakukan upaya-upaya
membangun kesejahteraan rakyat.
2.16. Gagasan baru ini disebut dengan Welfare State atau Negara
Kesejahteraan.
2.17. Sebagai konsep hukum, negara yang muncul adalah Negara
Hukum Materiil atau negara hukum dalam arti luas.
2.18. Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut negara hukum
modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan
umum di berbagai lapangan kehidupan.
2.19. Untuk itu pemerintah diberi kewenangan atau kemerdekaan untuk
turut campur dalam urusan warga negara.
6
2.20. Pemerintah diberi Freies Ermessen, yaitu kemerdekaan yang
dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi
sosial dan keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi
parlemen.
2.21. Konsep negara hukum materiil (modern) dengan demikian
berbeda dengan konsep negara hukum formil (klasik) yang
muncul pada abad ke-19.
2.22. Pemerintah dalam negara hukum materiil bisa bertindak lebih luas
dalam urusan dan kepentingan publik jauh melebihi batas-batas
yang pernah diatur dalam urusan dan kepentingan publik jauh
melebihi batas-batas yang pernah diatur dalam konsep negara
hukum formil.
2.23. Pemerintah (eksekutif) bahkan bisa memiliki kewenangan
legislatif.
2.24. Kewenangan ini meliputi tiga hal :
a. Adanya hak inisiatif yaitu hak mengajukan rancangan undang-
undang bahkan membuat peraturan perundang-undangan
yang sederajat dengan undang-undang tanpa terlebih dahulu
persetujuan parlemen, meskipun dibatasi kurun waktu tertentu.
b. Hak delegasi, yaitu membuat peraturan perundang-undangan
di bawah undang-undang
c. Droit ermessen (menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih
enunsiatif) (Mahfud MD, 1993)
2.25. Jadi, negara hukum materiil (negara hukum modern) atau dapat
disebut Welfare State adalah negara yang pemerintahnya
memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan
warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan rakyat.
2.26. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun
kesejahteraan rakyat.
7
3. Ciri-ciri Negara Hukum
3.1. Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara
hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit.
3.2. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa negara
hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule
of Law.
3.3. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa
Kontinental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli
hukum Anglo Saxon.
3.4. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut :
a. Hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak
asasi manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
3.5. Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi
ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut :
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-
wenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa
maupun bagi pejabat
c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau
keputusan pengadilan
3.6. Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi
oleh konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti
sempit.
3.7. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan pemerintah hanya
sedikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit adalah
pemerintah yang baik”.
8
3.8. Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad ke-
20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana
dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi
sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintah
yang tidak boleh lagi bersifat pasif.
3.9. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International
Commission of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965
merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di bawah
Rule of Law yang dinamis.
3.10. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain
menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara
prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin;
b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
d. Pemilihan umum yang bebas;
e. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
f. Pendidikan civics (kewarganegaraan)
3.11. Dari pencirian seperti itu terlihat bahwa adanya pengakuan
terhadap perluasan tugas pemerintah (eksekutif) agar menjadi
lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam.
3.12. Pemerintahan diberi tugas dan tanggung jawab membangun
kesejahteraan dan pemerataan yang adil bagi rakyatnya.
3.13. Ciri-ciri negara hukum di atas sudah dipengaruhi oleh konsepsi
negara hukum materiil (modern).
3.14. Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada
pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang
dikemukakan oleh para ahli.
9
3.15. Menurut Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara
hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak negara terkandung
tiga inti pokok, yaitu :
a. Perlindungan JAM;
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara;
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara
3.16. Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada 3 (tiga) ciri atau
unsur dari negara hukum, yakni sebagai berikut :
a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap
perorangan, maksudnya negara tidak dapat bertindak
sewenang-wenang.
1) Tindakan negara dibatasi oleh hukum, individual
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai
hak terhadap penguasa.
b. Asas legalitas
1) Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh
pemerintah atau aparaturnya.
c. Pemisahan kekuasaan
1) Agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi, diadakan
pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat
peraturan perundang-undangan, melaksanakan, dan badan
yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada
dalam satu tangan.
3.17. Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri
negara hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi.
3.18. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang
bersangkutan sesuai dengan ketetapan sebuah undang-
undang dasar.
b. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang
paling penting :
10
1) Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi
sarana penindasan.
2) Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa
pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk
tindakan yang tidak adil atau tercela.
c. Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing
selalu dan hanya taat pada dasar hukum yang berlaku.
d. Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu
ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh
badan negara.
e. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.
3.19. Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas
negara hukum, yaitu :
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
1) Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam
suatu negara hukum dijamin adanya perlindungan hak
asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum.
2) Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi negara
bukan pada peraturan perundang-undangan di bawah
konstitusi negara.
3) Undang-undang dasar negara berisi ketentuan-ketentuan
tentang hak asasi manusia.
4) Inilah salah satu gagasan konstitusionalisme.
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak
memihak
1) Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan
sebagai lembaga peradilan dan badan kehakiman harus
benar-benar independen dalam membuat putusan hukum,
tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan
eksekutif.
2) Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri
terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan negara dapat
menegakkan kebenaran dan keadilan.
11
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
1) Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun
warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku
serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
B. NEGARA HUKUM INDONESIA
1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
(a) Dasar pijakan bahwa nehara Indonesia adalah negara hukum
sekarang ini tertuang dengan jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara
hukum”.
(b) Dimasukannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan
negara hukum.
(c) Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan
dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem
Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum
(Rechtsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutime (kekuasaan
yang tidak terbatas).
(d) Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai istilah
Rechtsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum
Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.
(e) Perumusan negara hukum Indonesia adalah :
a. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan
belaka;
b. Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan
kekuasaan pemerintahan terbatas, tidak absolut.
12
(f) Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam
konsep negara hukum materiil atau negara hukum dalam arti luas.
(g) Hal ini dapat kita ketahui dari perumusan mengenai tujuan
bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea IV.
(h) Dalam hal tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung
jawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
(i) Negara juga memiliki dasar dan sekaligus tujuan yaitu mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(j) Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah
negara hukum dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-
pasal UUD 1945, sebagai berikut :
a. Pada bab XIV tentang Perekonomian Negara dan
Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab
atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun
rumusan-rumusan tersebut sebagai berikut :
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak yang dikuasai oleh
negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
13
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-pokok Pikiran
dalam Pembukaan juga dinyatakan perlunya turut serta dalam
kesejahteraan rakyat. Rumusan tersebut sebagai berikut :
1. “Negara” – begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini
diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi,
negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi
segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian
“pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap
bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara
yang tidak boleh dilupakan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
14
(k) Dengan demikian jelas bahwa secara konstitusional, negara
Indonesia adalah negara hukum yang dinamis (negara hukum
materiil) atau negara kesejahteraan (welfare state).
(l) Dalam negara hukum Indonesia yang dinamis dan luas ini para
penyelenggara negara dituntut untuk berperan luas demi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
a. Operasionalisasi dari konsep negara hukum Indonesia dituangkan
dalam konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
b. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menempati posisi
sebagai hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order)
Indonesia.
c. Di bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum / peraturan
perundang-undangan yang bersumber dan berdasarkan pada UUD
1945.
d. Legal order yang merupakan satu kesatuan sistem hukum yang
tersusun secara tertib di Indonesia dituangkan dalam Ketetapan
MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.
e. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud
sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk
penyusunan peraturan perundang-undangan.
f. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
g. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia
15
6. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
h. Adapun tata urutan perundangan adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah :
1. Keputusan Presiden
2. Peraturan Daerah
i. Penjelasan dari masing-masing aturan perundangan tersebut
adalah sebagai berikut :
(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis
Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan negara.
(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia merupakan putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang
ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(3) Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh
Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan
ketentuan sebagai berikut. Peraturan pemerintah pengganti
undang-undang harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikut. Dewan Perwakilan Rakyat
dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah
pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan
16
perubahan. Jika ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, peraturan
pemerintah pengganti undang-undang tersebut harus dicabut.
(5) Peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk
melaksanakan perintah undang-undang.
(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa
pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi
pemerintahan.
(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan
aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari
daerah yang bersangkutan.
j. Peraturan daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah provinsi bersama dengan gubernur.
k. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan
rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota.
l. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan
desa atau yang setingkat, sedangkan tata pembuatan peraturan
desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
m. Ketetapan MPR tersebut menunjukkan bahwa di negara hukum
Indonesia, hukum merupakan satu kesatuan sistem hukum yang
bertingkat dan hierarkis.
n. Norma hukum di atas merupakan sumber dan dasar bagi
pembuatan norma hukum di bawahnya.
o. Selanjutnya, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
p. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia
menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
3. Peraturan Pemerintah (PP)
17
4. Peraturan Presiden (Perpres)
5. Peraturan Daerah (Perda)
q. Penjelasan dari masing-masing peraturan perundang-undangan
sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
2004 tersebut sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-
undangan. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan
sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawahnya.
2. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
4. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-
Undang sebagaimana mestinya.
5. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat oleh Presiden.
6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan
persetujuan bersama kepala daerah.
r. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan maka status hukum
dari Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak
berlaku lagi.
s. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan MPR No. I/MPR/2003
tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 termasuk
dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
18
Republik Indonesia yang tetap berlaku sampai dengan
terbentuknya undang-undang.
t. Karena sudah terbentuk Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 yang
isinya juga mengatur perihal peraturan perundang-undangan di
Indonesia maka Tetapan MPR tersebut sudah tidak berlaku lagi.
u. Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum
dasar nasional dan adanya hierarki jenjang norma hukum
(stufenbouwtheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.
UUD 1945 sebagai naskah keseluruhan terdiri dari
Pembukaan, Batang tubuh dan Penjelasan sebagai hukum
dasar negara. UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan
pokoknya saja, sedangkan peraturan lebih lanjut dibuat oleh
organ negara, sesuai dengan dinamika pembangunan dan
perkembangan serta kebutuhan masyarakat. UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan di bawahnya membentuk
kesatuan sistem hukum.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
Dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 yaitu dasar
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Pasal 2 ayat (2) yaitu
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut ketentuan Undang-Undang Dasar”.
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan
DPR)
6. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain
(eksekutif)
19
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia
(Pasal 28 A-J UUD 1945).
3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
a. Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat
dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara
hukum.
b. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi.
c. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.
d. Franz Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya 5 (lima) gugus
ciri hakiki dari negara demokrasi.
e. Kelima ciri negara demokrasi tersebut adalah :
1. Negara hukum
2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Prinsip mayoritas
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis
f. Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara
hukum, baik formal maupun materiil bermula dari gagasan
demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang berdasar
atas konstitusi.
g. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan
negara hukum klasik (formil), sedang demokrasi konstitusional
dalam abad ke-20 menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara
hukum materiil).
20
h. Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem
politik berjalan di atas dan tunduk pada koridor hukum yang
disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi.
i. Adapun demokrasi sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya
perilaku yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama
pula.
j. Aturan main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum.
k. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat
dibutuhkan sebagai aturan dan prosedur demokrasi.
l. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri
demokrasi akan liar tidak terkendalikan.
m. Jadi, negara demokrasi sangat membutuhkan hukum.
n. Menjadi negara hukum belum tentu telah menjadi negara
demokrasi.
o. Masih dibutuhkan syarat-syarat di luar negara hukum agar dapat
dinyatakan sebagai negara demokrasi, seperti adanya pemilihan
umum, kebebasan berpendapat, dan sebagainya.
p. Namun demikian menurut hemat penulis, negara hukum adalah
syarat pertama dan utama bagi negara demokrasi.
q. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mirriam Budiarjo dalam
Franz Magnis Suseno (1997) yang menyatakan bahwa “demokrasi
konstitusional” pertama-tama merupakan Rechtsstaat.
r. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip dalam demokrasi
konstitusional dikenal dengan istilah Rechtsstaat atau Rule of Law
(negara hukum).
21
C. HAKIKAT HAK ASASI MANUSIA
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
1.1. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan
dimiliki setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
1.2. Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang
dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai
anugerah Allah SWT.
1.3. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah hak-hak yang dibawa sejak lahir dan
melekat dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan
(Gazalli, 2004).
1.4. Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi
yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak untuk hidup.
1.5. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar
yang melekat pada manusia sejak ia hidup.
1.6. Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan
bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat
dan martabat yang sama.
1.7. Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia
memiliki hak dasar yang disebut hak asasi manusia.
1.8. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari
pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan
sederajat.
1.9. Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai
berikut :
1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat
manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan
martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku, bahasa dan sebagainya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan
menciptakan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari
pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu
di hadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada
amalnya.
22
1.10. Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu
ada, karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama
sebagai manusia.
1.11. Selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan
martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa
ditegakkan.
1.12. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan dihargai
selama mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang
sama sebagai manusia.
1.13. Bila hak asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus
terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi manusia, baik
oleh masyarakat, bangsa, dan pemerintah suatu negara.
1.14. Pada masa lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat
manusia lain.
1.15. Akibatnya banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain.
1.16. Misalnya penjajahan, perbudakan, dan penguasaan.
1.17. Bangsa Indonesia dahulu pernah mengalami penjajahan bangsa
lain.
1.18. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak asasi manusia
harus terus-menerus dilakukan.
1.19. Pada masa sekarang pun masih banyak manusia atau bangsa,
yang menindas manusia dan bangsa lain.
1.20. Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
1.21. Secara definitif, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang
dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma,
1986).
1.22. Kebalikan dari hak adalah kewajiban yang berarti tugas yang
harus dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu.
23
1.23. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama, yang berarti
kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama
sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui
kewenangan orang tersebut.
1.24. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pengakuan yang sama
antar manusia itu sendiri.
1.25. Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan
right of man untuk menggantikan natural right.
1.26. Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka
oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang
lebih universal dan netral (Gazalli, 2004).
1.27. Istilah natural right berasal dari konsep John Locke (1632-1704)
mengenai hak-hak alamiah manusia.
1.28. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli
sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar
perorangan yang alami.
1.29. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan,
dan hak milik.
1.30. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru
harus dijamin dalam kehidupan bernegara.
2. Macam Hak Asasi Manusia
c.2.1. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum,
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
24
c.2.2. Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari
hakikat hak asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003) :
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun
diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan
pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun
mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang
lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun
sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi
bahkan melanggar hak asasi manusia.
c.2.3. Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia.
c.2.4. Apa saja yang termasuk hak dasar manusia itu senantiasa
berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya.
c.2.5. Beberapa contoh hak dasar tersebut sebagai berikut :
a. Hak asasi manusia menurut Piagam PBB tentang Deklarasi
Universal of Human Rights 1948, meliputi :
a. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
b. Hak memiliki sesuatu,
c. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
d. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,
e. Hak untuk hidup,
f. Hak untuk kemerdekaan hidup,
g. Hak untuk memperoleh nama baik,
h. Hak untuk memperoleh pekerjaan, dan
i. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
25
b. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, meliputi :
a. Hak untuk hidup,
b. Hak berkeluarga,
c. Hak mengembangkan diri,
d. Hak keadilan,
e. Hak kemerdekaan,
f. Hak berkomunikasi,
g. Hak keamanan,
h. Hak kesejahteraan, dan
i. Hak perlindungan
c.2.6. Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut :
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights), misal, hak
kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk
agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui
sebagai warga negara. Misalnya, memilih dan dipilih, hak
berserikat, hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights), misal, hak memiliki
sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak bekerja, hak
mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural
Rights), misal, mendapatkan pendidikan, hak mendapat
santunan, hak pension, hak mengembangkan kebudayaan,
hak berekspresi.
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum
dan pemerintahan (Rights of Legal Equality).
f. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara
peradilan dan perlindungan (Procedural Rights).
26
D. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA
1. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia
1.1. Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya,
muncul karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan
martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari
penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman
(tirani).
1.2. Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara
perlahan dan beraneka ragam.
1.3. Perkembangannya dapat kita lihat berikut ini.
a. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi
dari perbudakan (tahun 6000 sebelum Masehi)
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan
keadilan bagi warga negara (tahun 2000 sebelum Masehi)
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan
Aristotoles (384-322 SM) sebagai filsuf Yunani peletak
dasar diakuinya hak asasi manusia. Mereka mengajarkan
untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan
keadilan, cita-cita, dan kebijaksanaan.
4) Perjuangan Nabi Muhammad saw. untuk membebaskan
para bayi wanita dan wanita dari penindasan bangsa
Quraisy (tahun 600 Masehi).
27
b. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris
b.1. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia.
b.2. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen
sebagai berikut :
1) Tahun 1215, munculnya piagam “Magna Charta” atau
Piagam Agung. Terjadi pada pemerintahan Raja John,
yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat
dan terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja
John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas kaum
bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu
perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta
membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.
2) Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Rights”.
Dokumen ini berisi pertanyaan mengenai hak-hak
rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah :
a) Pajak dan pungutan istimewa harus disertai
persetujuan;
b) Warga negara tidak boleh dipaksanakan menerima
tentara di rumahnya;
c) Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang
dalam keadaan damai.
3) Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”.
Dokumen ini merupakan undang-undang yang
mengatur tentang penahanan seseorang. Isinya
adalah sebagai berikut :
1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam
waktu dua hari setelah penahanan
2) Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti
yang sah menurut hukum.
28
4) Tahun 1689, keluar “Bill of Rights”. Merupakan
undang-undang yang diterima parlemen Inggris
sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
Bill of Rights ini merupakan undang-undang yang
diterima parlemen Inggris, yaitu tentang :
a) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen
b) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
c) Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara
tetap harus seizing parlemen
d) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaannya masing-masing
e) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
1) Perjuangan penegakkan hak asasi manusia di Amerika
didasari pemikiran John Locke, yaitu tentang hak-hak alam
seperti, hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), dan hak
milik (property).
2) Dasar inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam
Declaration of Independence of The United States.
3) Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu
adalah karena rakyat Amerika Serikat yang berasal dari
Eropa sebagai emigrant merasa tertindas oleh
pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan
jajahan Inggris.
4) Amerika Serikat berhasil mencapai kemerdekaannya pada
tanggal 4 Juli 1776.
5) Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat dimasukkan
dalam konstitusi negara tersebut.
29
6) Dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia, negara
Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai negara pertama
yang menetapkan dan melindungi hak asasi manusia
dalam konstitusinya.
d. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis
1) Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan
dalam suatu naskah pada awal Revolusi Prancis pada
tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum
borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja
Louis XVI.
2) Naskah tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de
L’ home et Du Citoyen (pernyataan mengenai hak-hak
asasi manusia dan warga negara).
3) Deklarasi ini menyatakan bahwa “hak asasi manusia ialah
hak-hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya,
yang tidak dapat dipisahkan daripada hakikatnya dan
karena itu bersifat suci”.
4) Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan
penegakkan HAM di Eropa.
5) Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty, Egality, dan
Fraternity (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan).
6) Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dalam
konstitusi Prancis.
e. Atlantic Charter Tahun 1941
e.1. Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang
Dunia II yang dipelopori oleh F.D. Roosevelt, yang
menyebutkan The Four Freedom (empat macam
kebebasan) :
1. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);
30
2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat
(freedom of speech and throught);
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear);
4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want).
e.2. Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang
penjaga hak-hak asasi manusia yang mendasar.
f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-
bangsa
1) Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil
merumuskan naskah yang dikenal dengan Universal
Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10
Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi
manusia.
2) Isi pokok deklarasi itu tertuang dalam Pasal 1 yang
menyatakan :
“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan”.
3) Deklarasi tersebut melambangkan komitmen moral dunia
internasional pada hak asasi manusia.
4) Deklarasi universal ini menjadi pedoman sekaligus standar
minimum yang dicita-citakan umat manusia untuk
menciptakan dunia yang lebih baik dan damai.
5) Berawal dari Deklarasi universal tersebut, negara-negara
yang tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok
regional mulai merumuskan bersama hak asasi manusia
sebagai komitmen mereka dalam menegakkan hak asasi
manusia.
31
6) Setiap negara pun juga mulai menunjukkan jaminan hak
asasi manusia dalam konstitusi atau undang-undang
dasarnya.
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
g.1. Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah
diakui covenants on Human Rights dalam hukum
Internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota
PBB. Covenants tersebut antara lain :
a. The International on Civil and Political Rights, yaitu
tentang hak sipil dan hak politik (konvensi tentang hak
sipil dan politik, 1966);
b. The International Covenant of Economic, Social, and
Cultural Rights, yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-nilai
bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya
(konvensi tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya,
1966);
c. Optional Protocol, adanya kemungkinan seorang
warga negara yang mengadukan pelanggaran hak
asasi manusia kepada The Human Rights Committee
PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
g.2. Selanjutnya, berkembang beberapa deklarasi mengenai
hak asasi manusia di dunia, antara lain :
1. Declaration on the Rights of People to Peace
(Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian) pada tahun
1984 oleh negara dunia ketiga.
2. Declaration on the Rights to Development (Deklarasi
Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986 oleh
negara dunia ketiga.
3. African Charter on Human and People’s Rights
(Banjul Charter) oleh negara Afrika yang tergabung
dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.
32
4. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh
negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi
Konferensi Islam) tahun 1990.
5. Bangkok Declaration diterima oleh negara-negara
Asia pada tahun 1993.
6. Deklarasi Wina tahun 1993 yang merupakan deklarasi
universal dari negara-negara yang tergabung dalam
PBB.
g.3. Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada 3 (tiga)
generasi hak asasi manusia, sebagai berikut :
a. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang
bermula di dunia Barat (Eropa), contohnya : hak atas
hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak atas
kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir
dan berpendapat, hak beragama, hak berkumpul dan
hak untuk berserikat.
b. Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya yang diperjuangkan oleh negara Sosialis di
Eropa Timur, misalnya : hak atas pekerjaan, hak atas
penghasilan yang layak, hak membentuk serikat
pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas
perumahan, pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.
c. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan
Pembangunan yang diperjuangkan oleh negara-
negara berkembang (Asia-Afrika), misalnya : hak
bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk
merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak
mendapatkan kedamaian.
g.4. Perkembangan berikutnya, yaitu munculnya generasi
keempat hak asasi manusia (Tim ICCE UIN, 2003).
33
g.5. Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik
peranan negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang berfokus pembangunan ekonomi
sehingga menimbulkan dampak negative bagi keadilan
rakyat.
g.6. Program pembangunan dijalankan tidak memenuhi
kebutuhan rakyat banyak tetapi untuk sekelompok atau
elite penguasa saja.
g.7. Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat
dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983
yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang
disebut Declaration of The Basic Duties of Asian People
and Government.
g.8. Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi
ketiga, karena tidak saja mencakup struktural, tetapi juga
berpijak pada terciptanya tatanan sosial yang
berkeadilan.
g.9. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara
tentang hak asasi juga berbicara tentang kewajiban
asasi.
E. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia
1.1. Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum
dalam UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding
dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada 10 Desember
1945.
1.2. Pengakuan akan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai
berikut.
34
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
(1) Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
(2) Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia
sendiri sejak masa berdirinya, tidak bisa lepas dari Hak
Asasi Manusia itu sendiri.
(3) Hal ini dapat dilihat pada alinea pertama yang berbunyi “…
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa …” berdasarkan hal ini, bangsa Indonesia
mengakui adanya hak untuk merdeka atau bebas.
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
(1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea empat
berbunyi, “Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan itu dalam susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
(2) Sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab
merupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak
asasi manusia di Indonesia.
35
c. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
(1) Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang tersebar dari Pasal 27
sampai dengan Pasal 34 UUD 1945.
(2) Namun, rumusan-rumusan dalam konstitusi itu amat
terbatas jumlahnya dan dirumuskan secara singkat dan
dalam garis besarnya saja.
(3) Sampai pada berakhitnya era Orde Baru tahun 1998,
pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia tidak
banyak mengalami perkembangan dan tetap berlandaskan
pada rumusan yang ada dalam UUD 1945, yaitu tertuang
pada hak dan kewajiban awrga negara.
(4) Rumusan baru tentang hak asasi manusia tertuang dalam
Pasal 28 A-J UUD 1945 hasil amandemen pertama tahun
1999.
d. Ketetapan MPR
(1) Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia
tertuang dalam ketatapan MPR No. XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia.
(2) Berdasarkan hal itu, kemudian keluarlah Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai
undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam
proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia.
(3) Selain itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
(4) Macam-macam hak asasi manusia yang tercantum dalam
ketetapan tersebut adalah :
1. Hak untuk hidup,
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan,
3. Hak keadilan,
36
4. Hak kemerdekaan,
5. Hak atas kebebasan informasi,
6. Hak keamanan,
7. Hak kesejahteraan,
8. Kewajiban,
9. Perlindungan dan pemajuan
e. Peraturan Perundang-undangan
(1) Undang-undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999.
(2) Adapun hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Hak untuk hidup (Pasal 4)
2. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
3. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14,
15, 16)
4. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
5. Hak untuk kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
6. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
7. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
8. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
9. Hak wanita (Pasal 45-51)
10.Hak anak (Pasal 52-66)
(3) Dalam UUD 1945 BAB 20A Pasal 28A sampai J, tercantum
rumusan hak asasi manusia.
(4) Rumusan tersebut pada dasarnya sama dengan rumusan
yang ada dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998.
(5) Perlu diketahui bahwa Tap MPR No. XVII/MPR/1998
sekarang ini telah dicabut berdasarkan ketatapan MPR No.
I/MPR/2003.
37
(6) Hal ini disebabkan isi dalam ketetapan tersebut sudah
termuat dalam UUD 1945.
(7) Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam
UUD 1945 tersebut, semakin kuat jaminan hak asasi
manusia di Indonesia.
(8) Tugas negara selanjutnya adalah mengadakan penegakan
hak asasi manusia dan memberi perlindungan warga dari
tindakan pelanggaran hak asasi manusia.
2. Penegakan Hak Asasi Manusia
2.1. Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi manusia, di samping dibentuk aturan-aturan hukum, juga
dibentuk kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan
dengan penegakan hak asasi manusia, antara lain :
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk
berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni
1993 yang kemudian dikukuhkan lagi melalui Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
a.1. Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang
kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya
yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
a.2. Komnas HAM bertujuan :
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia;
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi
manusia guna perkembangan pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi
dalam berbagai bidang kehidupan.
38
b. Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan hak asasi
manusia.
b.1. Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum dan
berkedudukan di daerah Kabupaten atau Kota.
b.2. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap
pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
b.3. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat.
b.4. Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
dilakukan di luar batas territorial wilayah negara Republik
Indonesia oleh warga negara Indonesia.
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari
DPR berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keputusan
Presiden untuk memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
d.1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 memberikan
alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat dapat dilakukan di luar Pengadilan Hak
Asasi Manusia, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang.
2.2. Penegakan dan perlindungan tidak hanya dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang dibentuk negara.
2.3. Masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam rangka penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia.
39
2.4. Masyarakat dapat membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
2.5. Lembaga swadaya yang dimaksud adalah organisasi atau lembaga
yang secara khusus dibentuk oleh masyarakat dengan tugas
perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
2.6. Lembaga-lembaga ini mengonsentrasikan kegiatannya pada upaya
penegakan dan perlindungan HAM, misalnya dengan menuntut
pihak-pihak yang telah melanggar HAM, melindungi korban HAM,
menuntut keadilan, dan sebagainya.
2.7. Beberapa contoh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) :
a. KONTRAS (Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan);
b. YLBHI (Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia);
c. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM),
d. Human Rights Watch (HRW).
3. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia
a. Konvensi internasional mengenai hak asasi manusia adalah wujud
nyata, kepedulian masyarakat internasional akan pengakuan,
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
b. Beberapa konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai
berikut :
1. Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan hak asasi
manusia sedunia) dihasilkan dalam sidang umum PBB 10
Desember 1945.
2. International Covenant of Civil and Political Rights (Perjanjian
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) dan International
Covenant of Economic, Social and Cultural Rights (Perjanjian
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) pada
tahun 1966.
40
3. Declaration on the Rights of Peoples to Peace (Deklarasi Hak
Bangsa atas Perdamaian) pada tahun 1984 dan Declaration on
the Rights to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan)
pada tahun 1986.
4. African Charter on Human and Peoples’ Rights (Banjul Charter)
oleh negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika
(OAU) pada tahun 1981.
5. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara yang
tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.
6. Bangkok Declaration (Deklarasi Bangkok) diterima oleh negara-
negara Asia pada bulan April tahun 1993. Deklarasi ini
mencerminkan keinginan dan kepentingan negara di kawasan
itu. Dalam deklarasi ini dipertegas beberapa prinsip tentang hak
asasi manusia, antara lain : Universality, Indivisibility,
Interdependence, Nonselectivity, Objectivity, dan Right to
Development.
7. Vienna Declaration (Deklarasi Wina) 1993
c. Selain deklarasi, perjanjian dan piagam sebagaimana di atas,
masih banyak lagi instrumen hak asasi manusia yang dihasilkan
oleh masyarakat Internasional, baik yang terhimpun dalam
organisasi PBB, organisasi regional, atau kelompok negara.
4. Keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional
4.1. Tanggung jawab dan menghormati atas berbagai konvensi
internasional tentang hak asasi manusia tersebut diwujudkan
dengan keikutsertaan Indonesia untuk meratifikasi berbagai
instrument internasional.
4.2. Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa suatu negara
mengikatkan diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
ada dalam perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi
bagian dari hukum nasionalnya.
41
4.3. Dengan meratifikasi berbagai instrumen internasional mengenai
hak asasi manusia berarti Indonesia secara langsung sudah
mengikatkan diri pada isi dokumen tersebut dan menjadikannya
sebagai bagian dari hukum nasional Indonesia.
4.4. Selain itu sewaktu-waktu Indonesia harus siap mendapat
pengawasan dari dunia internasional mengenai praktik-praktik
pelaksanaan ataupun pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
di Indonesia.
4.5. Beberapa macam konvensi internasional tentang hak asasi
manusia yang sudah diratifikasi Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, (diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958).
b. Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan – Convention
on the Political Rights of Women (diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 68 Tahun 1958).
c. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan – Convention on the Elimination of
Discrimination Againts Women (diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1984).
d. Konvensi Hak Anak – Convention on the Rights of the Child
(diratifikasi dengan Keppres No. 36 Tahun 1990).
e. Konvensi Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan
Penyimpanan Senjata Biologis dan Beracun serta
Pemusnahannya – Convention on the Prohibition of the
Development, Production and Stockpiling of Bacteriological
(Biological) and Toxic Weapons and on their Destruction
(diratifikasi dengan Keppres No. 58 Tahun 1991).
f. Konvensi Internasional terhadap Antiapartheid dalam
Olahraga - International Convention Againts Apartheid in
Sports (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun
1993).
42
g. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau
Merendahkan Martabat Manusia – Tourture Convention
(diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998).
h. Konvensi Organisasi Buruh Internasional Nomor 87 Tahun
1998 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
untuk Berorganisasi – ILO Convention No. 87 Concerning
Freedom of Association and Protection on the Rights to
Organise (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 83
Tahun 1998).
i. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk
Diskriminasi Rasial – Convention on the Elimination of Racial
Discrimination (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 1999).
j. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya - International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights (diratifikasi dengan Undang-Undang No.
11 Tahun 2005).
k. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik -
International Covenant On Civil and Political Rights (diratifikasi
dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2005.
43