neonatus 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa Neonatus adalah masa dimana saat bayi dilahirkan sampai dua minggu. Tahap
ini sangat berbahaya karena merupakan masa penyesuaian radikal dari bayi itu dimana ia
harus menyesuaikan dengan perubahan suhu, belajar bernapas, menelan dan membuang
kotoran.
Hal ini sangat berbeda saat bayi masih dalam kandungan, sehingga pada masa ini
orang tua harus sangat teliti terhadap perkembangan bayinya karena bayi mulai
mengalami tingkah laku yang tidak teratur, berat badan berkurang karena masih
menyesuaikan diri untuk menelan ASI agar bayi lebih dapat berkembang dan terhindar
dari peristiwa kematian bayi.
Ruang Lingkup
a. Masa bayi neonatal
b. bayi baru lahir normal
c. Asuhan keperawatan pada anak usia neonatus
d. bayi baru lahir bermasalah
Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penulisan
E. Metode Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Masa bayi neonatal
B. Bayi baru lahir normal
C. Asuhan keperawatan pada ana neonates
D. Bayi baru lahir bermasalah
1
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah :
a. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mempelajari naskah-naskah dan
dokumen-dokumen lainnya baik berbentuk buku sumber ataupun dari internet.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dalam
buku atau literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Bayi Neonatal
Periode Bayi Neonatal
Periode bayi neonatal merupakan salah satu dari periode yang paling
berbahaya dalam rentang kehidupan. Bahaya dalam periode ini mungkin fisik,
psikologis, atau kedua-duanya dan dapat mempengaruhi penyesuaian diri saat ini dan
masa depan. Secara psikologis masa terhentinya perkembangan berbahaya karena
dapat menyebabkan orangtua menjadi cemas dan takut tentang perkembangan anak,
perasaan-perasaan yang dapat tetap ada dan mengakibatkan sikap yang sangat
melindungi ditahun-tahun kemudian.
Masa bayi neonatal menurut kamus yang baku , merupakan permulaan atau
periode agar keberadaan seabagi individu dan bukan sebagai parasit didalam tubuh
ibu. Kamus juga merumuskan bayi sebagai seorang anak dalam kehidupannya yang
pertama. Menurut istilah medis, bayi adalah seorang anak yang muda usianya.
Ciri-ciri bayi neonatal
Masa bayi neonatal merupakan periode tersingkat dari semua periode
perkembangan. Masa ini dimuali dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang
dua minggu. Periode yang tersingkat dari semua periode perkembangan yang ada.
Menurut criteria medis penyesuaian ini akan berakhir pada saat tali pusat lepas dari
pusarnya. Menurut criteria fisilogi berakhir pada saat bayi mulai menunjukkan tanda-
tanda kemajuan perkembangan perilaku. Sekalipun pada umumnya bayi
menyelesaikan penyesuaian ini dalam dua minggu atau sedikit lebih cepat.
Pembagian Masa Bayi Neonatal
Periode partunate (mulai saat kelahiran sampai antara lima belas dan tiga
puluh menit sesudah kelahiran). Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim
ibu dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal ini selesai
dilakukan, bayi masih merupakan pascamatur yaitu lingkungan diluar tubuh ibu.
3
Periode Neonate( dari pemotongan dan pengkatan tali pusar sampai akhir
mingggu kedua dari kehidupan pascamatur). Sekarang bayi adalah inidividu yang
terpisah, mandiri dan tidak lagi merupaakan parasit. Selama periode ini bayi harus
mengadakan penyusuaian pada lingkungan baru diluar tubuh ibu.
Masa Bayi Neonatal Merupakan Masa Terjadinya Penyesuaianyang radikal
Meskipun tentang kehidupan manusia secara resmi dimulai pada saat
kelahiran. Kelairan merupakan suatu gangguan pada pola perkembangan yang dimulai
pada saat pembuahan. Ini adalah suatu peralihan dari lingkungan dalam ke lingkungan
luar. Seperti halnya semua peralihan diperlukan penyesuaian dari bayi. Bagi beberapa
bayi penyesuaian mudah dilakuakn , namun bagi bayi lain terasa sulit dan mengalami
kegagalan. Miller mengatakan dalam seluruh kehidupannya, tidak pernah terjadi
perubahan lokasi yang sangat menyeluruh.
Masa Bayi Neonatal Periode Yang Berbahaya
Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik
maupun psikologi. Secara fisik periode ini berbahaya, karena sulitnya mengadakan
penyesuaian diri secara radikal yang terpenting pada lingkungan yang sangat baru dan
sangat berbeda. Secara psikologi, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari
orang-orang yang berarrti bagi bayi.
Penyesuaian Bayi Neonatal
1. Perubahan suhu
Didalam rahim suhunya tetap, yaitu 100°F, sedangkan dirumah sakit atau
diumah berkisar 60°sampai 70°F.
2. Bernapas
Kalau tali pusar diputus, bayi mulai harus bernapas sendiri. Menghisap dan
menelan. Sekarang bayi harus memperoleh makanan dengan jalan menghisap dan
menelan, tidak lagi memeperolehnya melalui tali pusar.
4
Refleksi-refleksi ini belum berkembang sempurna pada waktu lahir dan bayi
seringkali tidak cukup memperoleh makanan yang diperlukan sehingga berat badanya
menurun.
3. Pembuangan
Alat-alat pembuangan bayi mulai berfungsi segera setelah dilahirkan,
sebelumnya pembuangan dilakukan melalui tali pusar. Indikasi kesulitan
penyeseuaian terhadap kehidupan pascanatal.
4. Berkurang berat badan
Karena adanya kesulitan untuk menghisap dan menelan, bayi yang baru lahir
biasanyamengalami penurunan berat badan dalam minggu pertama.
5. Perilaku Yang Tidak Teratur
Pada hari pertama atu kedua hidup pascanatal, semua bayi menunjukkan
perilaku yang relative tidak teratu, seperti ketidak teraturan dalam bernapas, sering
kencing dan berak, berdesah dan muntah. Hal ini sebagian disebabakan karena adanya
tekanan pada otak selama persalinan yang mengakibatkan keadaan pingsan dan
sebagian karena keadaan susunan saraf otonom yang kurang berkembang yang
mengendalikan keseimbangan tubuh.
6. Kematian Bayi
Bahkan hingga sekarang ini, tingkatan kematian bayi selama dua hari pertama
pascanatal cenderung tinggi. Kematian itu disebabkan banyak factor yang berbeda.
Vokalisasi Bayi
Vokalisasi bayi neonatal dapat diabagi dalam 2 kategori yaitu suara tangis dan
suara yang eksplosit. Selama masa neonatal dan bulan pertama dari masa bayi, tangis
merupakan bentuk suara yang menonjol. Suara eksplosit adalah jenis suara yang lebih
penting karena akhirnya mengembangakan kemampuan berbicara.
5
Menangis dimilai pada saat lahir atau segera sesudah dilahirkan kadang dalam
pesalinan yang panjang dan sulit. Janin akan menangis sekalipun masih berada
didalam uterus. Menangis sebelum dilahirkan jarang terjadi dan berbahaya, karena
selalu ada kemungkinan janin akan tersumbat oleh cairan didalam rahim.
Menangis pada waktu lahir merupakan gerak refleksi murni yang terjadi ketika
udara masuk kedalam tali suara yang menyebabkan tali suara bergerak dan tujuannya
untuk memompa paru-paru sehingga pernapasan dan memeberikan oksigen yang
cukup untuk darah.
Ostwald dan Pehzman melaporkan bahwa 4 suara permulaan bayi dipengaruhi
oleh jenis obat bius yang diberikan kepada ibunya dan tepatnya tali pusar menjepit
setelah dilahirkan. Dan ada beberapa macam tangisan bayi secara terbata dapat
diketahui apa yang dikehendaki bayi.
Ostwald Menguraikan Nilai Social dan Tangisan Bayi
Tangisan bayi merupakan perilaku dari ketergantungan total pada satu
makhluk yaitu ibu yang hamil pada kemungkinan berkomunikasi dengan sekelompok
manusia didalam lingkungan kelangsungan hidup manusia sampai tingkat tertentu
bergantung pada kewajaran keluarnya bayi dan tanggapan ibu yang tepat terhadap
tangisan bayi.
Semakin keras tangisnya semakin meluas aktifitasnya dan merupakan
petunjuk bahwa bayi membutuhkan perhatian jadi hal itu merupakan bentuk bahasa.
Suara eksplosit bayi neonatal kadang mengeluarkan suara eksplosit seperti napas yang
berat. Suara merupakan ucapan tanpa arti atau tujuan dan terjadi secara kebetulan
kalau otot-otot suara mengerut. Biasanya bunyi-bunyi itu disebut dekatan, degukan
atau dengkuran. Bunyi-bunyi ini diperkuat dan berkembang menjadi ocehan yang
selanjutnya berkembang menjadi bicara.
Kepekaan
Kriteria terbaik yang dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
kemampuan sensorik adalah reaksi adalah reaksi motorikterhadap rangsangan
sensorik yang biasanya terjadi bila alat-alat sensorik dirangsang. Akan tetapi,
6
seringkali sulit menentukan apakah reaksi motorik itu terjadi karena rangsangan atau
bagian dari aktifitas menyeluruh yang umum. Tidak adanya reaksi juga tidak harus
berarti tidak adanya kepekaan itu hanya berarti rangsangan yang dipergunakan
terlampau lemah untuk dapat membangkitkan reaksi intensitas dari rangsangan sangat
mempengaruhi reaktivitas bayi pada berbagai rangsang sensorik.
Kesadaran
Menurut James, kesadaran lebih menyerupai kebingungan yang berkembangan
dan mendengung. Semua bayi mengalami semacam kekacauan pada hari-hari pertama
dan kedua setelah dilahirkan. Ini berati bahwa mereka tidak sepenuhnya menyadari
tentanfg apa yang terjadi disekitarnya. Lambat laun setelah kegoncangan kelahiran
mereka dan alat-alat indera mulai berfungsilebih baik, mereka lebih sadar akan dunia
sekitarnya.
Bayi premature memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri pada
bayi yang cukup umur yang mengalami kesulitan dalam kelahiran. Akibatnya mereka
memerlukan waktu lebih lama untuk menyadarinya apa yang terjadi disekitar mereka.
Kemampuan Belajar
Untuk belajar, individu harus menyadari apa yang diharapkan harus dilakukan.
Lagipula otak dan saraf harus cukup berkembang untuk memungkinkan proses
belajar. Kondisi demikian belum terdapat pada bayi neonatal terutama dalam sehari-
hari pertama dari kehidupan pascanatal. Bayi neonatal seringkali tidak mampu
melakukan bentuk belajar yang sangat sederhana biasanya atau belajar melalui
asosiasi. Kecuali sitiasi makan, reaksi yang berupa kebiasaan sulit diperoleh.
Emosi Bayi Neonatal
Reaksi emisional hanya dapat diuraikan sebagai keadaan menyenangkan dan
tidak menynangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang tenang dan yang kedua
ditandai oleh tubuh yang tegang. Ciri yang menonjol dari keadaan emosi adalah tidak
adanya tingkatan reaksi yang menunjukkan tingkat intensitas yang berbeda.
7
Permulaan Kepribadian
Anak-anak dilahirkan dengan perbedaan sifat yang karateristik yang tercermin
dalam tingkat aktivitas dan kepekaan.. Dari perbedaan ini akan berkembang pola
kepribadian individual. Thomas dkk mengatakan pentingnya hubungan timbal balik
antara matangnya sifat-sifat turunan dari pengalaman dalam perkembang kepribadian,
jadi kalau kedua efek selaras, dapat diharapkan perkembangan anak yang sehat, kalau
tidak serasi hamper selalu dapat dipastikan timbulnya perilaku yang mengundang
masalah.
Misalnya lingkungan prenatal yang terganggu karena ibu menderita sakit keras
atau mengalami tekanan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan perubahan pada
pola perilaku bayi neonatal. Gangguan seperti ini sangat penting terutama kalau
terjadi pada bagian akhir kehidupan intrautering dapat menyebabkan keadaan
hiperaktif dan sifat cepat pada bayi.
Bukti yang menunjukkan bahwa trauma kelahiran atau goncangan psikologi
yang terjadi pada saat bayidipisahkan dari ibunya, dapat menimbulkan akibat yang
tetap ada pada kepribadian sepertiapa yang dikatakan oleh Rank, namun ada bukti
yang menunjukkan bahwa bayi yang dipisahkan dari ibunya setelah kelahiran tidak
dapat mengadakan peyesuaian diri pada kehidupan pascanatal sebaik bayi yang tetap
tinggal bersama ibunya.
B. Bayi Baru Lahir Normal
Pengertian
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
8
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
Reflek – Reflek Fisiologis
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau
obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
9
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon
terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia
kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e.Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus
menghilang pada usia 4 bulan
f.Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan
fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan
kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan
ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari
10
telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi
ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku
tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya
akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang
tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan
panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
Penanganan Segera Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk
bayi baru lahir ialah :
1. Pencegahan Infeksi
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
11
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
a. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
b. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
c. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung)
Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu
(1) jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
12
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi
pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih
lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila
antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C,
selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan
tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli
ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu
tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan
(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak
ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan
tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan
kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian
selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti
dengan baik
(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan
baik
(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,
untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan
ASI
13
4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang.
Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar.
Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
5. Merawat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain
bersih dan kering.
Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan
benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi
tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara
mantap klem tali pusat tertentu.
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali
pusat pada sisi yang berlawanan.
Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
14
Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus
dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
7. Pencegahan infeksi
Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1
mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan
salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat
15
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi berikut ini :
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan
bayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali
pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola
karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI,
2002)
8. Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera
pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi
setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)
16
C. Asuhan keperawatan pada anak neonatus
I. DEFINISI
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan .
II. FISIOLOGI
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari
ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang
mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi
dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai
peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi
baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan,
sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi dari ibu / pengasuhnya.
2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan
3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang yang tinggal
serumah, saudara kandung dan sumber/factor pendukung lain, penyalah gunaan
obat/ napza di lingkungan dekat.
B. Data Obyektif
1. Nilai Apgar : lima unsur yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas,
tonus otot, reflek dan warna.
a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat aspiksi.
b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan prognosa.
17
2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa
secara sistematis dari : kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada,
abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus.
3. Anteropometri :
a. Berat badan ditimbang dalam gram
b. Panjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto – occipito.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.
5. Keadaan umum:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut nadi
d. Warna kulit
C. Data Laboratorium Kalau perlu sesuai kebijakan setempat
1. Gula darah sewaktu
2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus factor
3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.
D. Potensial komplikasi
1. Berat badn lahir rendah.
2. Aspirasi air ketuban
3. Aspiksia
4. Infeksi
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubinemi
18
IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermia.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jan setelah lahir)
9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia –neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan .Hasil yang diharapkan: bayi sehat
Rencana tindakan
1. Mengeringkan dan membungkus bayi 2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi 3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik. 4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi. 5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir. 6. Observasi keadaan umum bayi.
19
B. Kurang efektifnya jalan nafas
Hasil yang diharapkan : selama masa transisi pernafasan normal. Rencana tindakan: 1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung sesuai kondisi bayi 2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit ke lima 3. Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi 4. Observasi pernafasan
C. Potensial hipotermi
Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam batas normal >
36,5oC aksiler) .
Rencana tindakan:
1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
3. Kontak dini kulit
4. Metode kangguru
5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau memungkinkan).
6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi kehilangan
panas tubuh karena pengaruh lingkungan.
VI. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan
1. Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium,
namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesui indikasi dan kebijakan setempat antara lain :
20
a. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikmia pada bayi
dengan kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan : hipoglikemia terdekteksi secara dini dan teratasi sehingga
tidak terjadi kerusakan / gangguan neurologik
Intervensi keperawatan:
a) Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b) Observasi ketat kondisi umum bayi
c) Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
c. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus faktor, hb, ht, leko
dan trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
1) Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada kulit.
Intervensi keperawatan :
a) Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptic dan antiseptik.
b) Menjaga kebersihan kulit bayi
c) Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah merawat setiap
bayi.
2) Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan laboratorium
pada bayi.
Intervensi keperawatan:
a) Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan
laboratorium.
b) Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang perlunya
dan prosedur pemeriksaan.
c) Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
d) Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.
21
B. Obat-obatan
1. Vitamin K
Vitamin k penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang
normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang masih steril, bayi belum mampu
membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi
yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin
K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama
di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan
pencegahan terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk
meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa secara parental, o,5 –
1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian
vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir
lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg)
pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang
dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke
empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Intervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
22
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah,
kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan
pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin dibberikan adalah Tetes / zalf
mata.
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau
eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum. Pada situasi tidak
tersedianya nitrat perak 1% atau erythromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata
dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin
tetes / salep mata Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian
dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata
satu tetes.
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf
mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena
mengaburkan pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
VII. PENYULUHAN
Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga.
Hasil yang diharapkan:
1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi penyuluhan yang
diberikan
2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan
3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah
23
Materi penyuluhan yang diberikan :
1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara
2. Pemijatan pada bayi
3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara dan indikasi
menjemur bayi.
Metode :
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Simulasi / praktek
4. Diskusi dan tanya jawab
D. Bayi baru lahir bermasalah
1. Bayi Prematur
Umumnya bayi yang lahir prematur baru diizinkan pulang bila berat badannya
telah mencapai 2.000 g. Atau setidaknya sudah terjadi kecenderungan peningkatan
berat badan yang stabil dalam 2–3 kali pemantauan. Tubuh bayi juga telah memiliki
pengaturan suhu yang baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
a. Menjelang kepulangan, yakinlah bahwa Anda dan pasangan mampu merawat bayi
prematur di rumah. Keyakinan orangtua akan “menular” kepada bayi sehingga ia akan
lebih nyaman dan tenang.
b. Konsultasikan kondisi bayi pada dokter, termasuk tindakan yang harus dilakukan
dalam keadaan darurat. Tanyakan juga tentang perlu tidaknya boks khusus untuk si
kecil yang lahir belum cukup bulan ini. Boks yang menyerupai inkubator ini berfungsi
sebagai penghangat mengingat bayi prematur umumnya belum memiliki pengaturan
suhu tubuh yang baik sehingga mudah kedinginan. Boks ini juga bisa dibuat sendiri.
Caranya pada keempat sisi bagian bawah boks dipasangi lampu berkekuatan 60-100
watt. Dapat juga disediakan lampu belajar (100 watt) yang diletakkan di samping atau
bawah boks.
24
c. Untuk alat kesehatan, yang wajib disediakan adalah termometer. Berguna untuk
mengukur suhu tubuh bayi sewaktu-waktu bila diperlukan. Suhu ideal bayi berkisar
antara 36,5-37,5˚C.
d. Pakaikan baju lengan panjang dan selimut pada bayi. Setelah bayi dipakaikan baju
lengan panjang, sarung tangan, sarung kaki dan topi, selimuti ia sehingga merasa
nyaman serta hangat dan siap dibawa pulang.
e. Jaga suhu ruangan agar tetap stabil. Jika kamar bayi menggunakan penyejuk
ruangan, setel suhunya tidak terlalu dingin sekitar 23°. Bila perlu matikan AC. Selama
ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, bayi akan mendapatkan suhu yang
nyaman dan stabil.
f. Jaga suhu tubuhnya. Ingat, pengaturan suhu tubuh bayi prematur belum baik. Jaga
suhu tubuhnya agar stabil. Kenakan padanya tutup kepala terutama pada malam hari,
karena bagian kepala paling mudah kehilangan panas tubuh. Tambahkan sarung
tangan dan kaki, bila dirasa perlu. Cara lain untuk menghangatkan tubuh bayi
prematur adalah dengan metode kangguru. Gendong bayi yang dalam keadaan tanpa
busana ke dada ibu. Buka kancing kemeja yang ibu kenakan, dekap bayi di dada ibu
lalu selimuti bayi dengan kemeja tersebut. Kulit bayi yang bersentuhan dengan kulit
ibu, selain akan membuatnya merasa nyaman juga sekaligus menghangatkannya.
g. Ibu lebih sering menyusui. Semakin sering bayi diberi ASI semakin baik.
Kemampuan minum dan daya tampung perutnya belumlah terlalu banyak. Untuk itu,
berikan minum sedikit demi sedikit tapi sesering mungkin.
h. Cucilah tangan dan gunakan masker. Bayi prematur rentan terhadap infeksi. Untuk
itu, batasi penjenguk dan mintalah mereka mencuci tangan terlebih dahulu dan
menggunakan masker sebelum melihat bayi.
i. Patuhi petunjuk dokter perihal waktu kunjungan. Patuhi kontrol rutin yang sudah
dijadwalkan dan ikuti petunjuk dokter agar kesehatan si kecil lebih terjaga.
j. Boleh dimandikan. Bayi prematur tidak dilarang untuk dimandikan. Namun
sebelumnya, cermati dulu suhu tubuhnya, jangan sampai kurang dari 36,5° C.
Mandikan ia 2 kali sehari dengan air hangat.
25
2. Bayi kuning
Kuning (karena tingginya kadar bilirubin) pada bayi umumnya timbul pada hari
keempat dan berakhir pada usia bayi 2 minggu.
3. Cacat Jantung Bawaan
Dari setiap 100 bayi, ditemukan satu bayi yang lahir dengan jantung tak
normal. Kelainan semacam ini disebut 'cacat jantung bawaan'. Ada bermacam-macam
jenisnya. Misalnya, kegagalan pemisahan empat bilik pada jantung dan pembuluh
besar yang dihasilkannya. Pada beberapa bayi, terbentuk lubang di sekat pemisah
yang seharusnya masif, pembuluh darah yang seharusnya tertutup ternyata terbuka,
atau pembuluh darah yang salah sambung. Jenis cacat jantung bawaan lainnya: ruang
jantung terlalu sempit, arteri utama hampir tertutup, katup jantung tak normal dan
bocor, serta penyempitan aorta atau batang nadi.
Pada kasus penyempitan aorta atau batang nadi, aorta sangat menyempit pada
satu tempat. Akibatnya, pasokan darah beroksigen ke seluruh tubuh menurun. Bilik
jantung sebelah kiri dipaksa bekerja lebih keras, sehingga timbullah tekanan darah
tinggi. Banyak kasus yang tak serius dan tak disadari sepanjang hidup. Kasus lainnya
sembuh sendiri, tetapi sebagian lagi dapat mengancam nyawa dan harus diperbaiki
dengan teknik operasi - mulai dari jahitan sederhana sampai penggantian bagian yang
tak berfungsi dengan benda sintetis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
Usia neonatus yaitu usia 0-28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-
organ. Menurut Depkes (2006) masa neonatal dibagi menjadi dua periode yaitu: satu
masa neonatal dini (0-7 hari) dan kedua adalah masa neonatal lanjut (8-28 hari).
Rata-rata berat badan lahir 3000-4000 gram. Bayi cukup bulan lahir dengan
kelebihan cairan, mereka akan kehilangan berat 5-10% dari berat lahir dan akan
kembali ke berat lahir semula dalam beberapa hari. Hal ini terjadi terutama jika
neonatus hanya mendapat Air Susu Ibu (ASI), karena di dalam tubuh neonatus masih
terdapat kelebihan cairan yang harus dibuang dalam waktu beberapa hari sementara
produk ASI belum memadai. Berat Badan neonatus akan kembali menginjak hari ke-
10 atau selambatnya hari ke-14.
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang professional, kita harus bisa memahami tentang
asuhan keperawatan pada anak usia neonates . Karena dengan mempelajari tentang
hal tersebut, kita bisa memahami bagaimana cara melakukan atau menerapkan asuhan
keperawatan pada anak usia neonatus. Sehingga proses keperawatan yang dilakukan
bisa berjalan dengan dengan baik.
Daftar pustaka
Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meterial dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Jumiarni, Dra. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC
27
Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba
Medika. 2006
Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996
Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003
28