nesparda-2012
DESCRIPTION
Pengelolaan Investasi DaerahTRANSCRIPT
DINAS PARIWISATA SENI DAN BUDAYAPROVINSI BANTEN
KAWASAN PUSAT PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN (KP3B)JL. SYECH NAWAWI PALIMA SERANG
Telp/Fax : (0254) 267060, 267070Email : [email protected] : www.bantenculturetourism.com
Tujuan dari penyusunan Nesparda adalah menyusun suatu sistem, konsep dan metode tampilan informasi kuantitatif yang
menyediakan perangkat analisis yang menyeluruh (general), kompak (compact), saling berkait (interconnected), konsisten
(consistent) dan control (control) yang terkait dengan kepariwisataan.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,5 cm x 24 cm Jumlah Halaman : vii + 65 halaman Naskah : Badan Pusat Statistik - Provinsi Banten Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik - Provinsi Banten Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik - Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata “Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya” Sumber foto : 1. 2. 3. 4.
Sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten
Assalamu ‘alaikum Wr Wb
Alhamdulillah, kami menyambut gembira dengan terbitnya publikasi Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012. Publikasi ini merupakan yang keempat, sebelumnya telah terbit publikasi sejenis pada tahun 2009-2011. Nesparda merupakan publikasi yang sangat bermanfaat bagi perencanaan sektor pariwisata di Provinsi Banten.
Sebagai dinas yang diserahi tugas menyangkut kepariwisataan di Provinsi Banten, kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan perencanaan kepariwisataan perlu didukung oleh berbagai informasi, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Kehadiran publikasi Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012 yang sebagian besar memuat data kuantitatif kepariwisataan akan sangat membantu pekerjaan perencanaan pariwisata di provinsi ini. Kami sangat berharap publikasi ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang punya kepedulian terhadap pengembangan pariwisata di Banten.
Kepada BPS Provinsi Banten kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya sehingga Provinsi Banten mampu menghasilkan indikator keperawisataan yang terangkum dalam Nesparda Banten. Demkian juga kepada pihak-pihak lain yang ikut berperan sehingga publikasi ini mampu diterbitkan kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr Wb
Serang, Desember 2013
Kepala Dinas Kebudayaan dan Parwisata Provinsi Banten
Hj. Endrawati, S.Pd.MM
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terbitnya publikasi Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012, yang berisi indikator komprehensif terkait kepariwisataan (tourism).
Publikasi ini adalah publikasi lanjutan dari publikasi nesparda sebelumnya
dan merupakan hasil kerjasama yang dilakukan oleh BPS Provinsi Banten
dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Tambahan data belanja wisatawan outbond serta belanja investasi
dan promosi di sektor pariwisata, membuat publikasi nesparda tahun ini
lebih luas cakupannya dibandingkan dengan publikasi nesparda tahun
sebelumnya. Selain informasi tersebut, cakupan data yang dikandung dalam
nesparda ini masih sama dengan nesparda sebelumnya. Di antaranya adalah
informasi jumlah dan komposisi serta jumlah dan pola konsumsi wisatawan
yang berkunjung ke Banten dan dampaknya terhadap ekonomi dan
ketenagakerjaan di Banten.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
berperan baik langsung maupun tidak langsung sehingga terbitnya publikasi
Nesparda Banten ini. Semoga publikasi ini dapat mendukung program dan
perencanaan kepariwisataan di Provinsi Banten.
.
Serang, Desember 2013
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Banten
Syech Suhaimi
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
vii
Daftar Isi
Halaman
Sambutan iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar xi
BAB I. Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Manfaat Nesparda 4
1.3. Tujuan 5
1.4. Output 5
1.5. Ruang Lingkup 5
1.6. Sistematika Penyajian 6
BAB II. Metodologi 9
2.1. Metode Pengumpulan Data 12
2.2. Metode Penghitungan 18
2.3. Metode Analisis 32
BAB III. Konsep dan Definisi 37
3.1. Konsep Wisata 39
3.2. Konsep Wisatawan 39
3.3. Konsep Domestik 40
3.4. Konsep Daerah Tujuan Wisata 41
3.5. Konsep Perjalanan Wisata 41
3.6. Konsep Konsumsi Wisatawan 42
3.7. Konsep Konsumsi Wisatawan 44
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
viii
BAB IV. Dampak Pariwisata 47
4.1. Gambaran Wisatawan 49
4.2. Konsumsi Wisatawan di Banten 52
4.3. Konsumsi Wisatawan Banten di Luar Banten 57
4.4. Investasi Pariwisata 60
4.5. Promosi Pariwisata 61
4.6. Dampak Belanja Pariwisata 63
4.7. Satelit Pariwisata 71
4.8. Permasalahan 74
BAB V. Kesimpulan dan Saran 77
5.1 Gambaran Wisatawan 79
5.2 Konsumsi Wisatawan di Banten 79
Lampiran 81
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
ix
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1. Kerangka Umum Tabel Input-Output untuk Sistem
Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi
19
Tabel 2.2. Transaksi Domestik Banten ADH Produsen,
Tahun 2000 (Juta Rp.). (3 X 3 Sektor)
23
Tabel 2.3. Koefisien Domestik (Ad) Banten ADH Produsen,
Tahun 2000. (3 X 3 Sektor)
23
Tabel 2.4. Koefisien Penganda Domestik (I – Ad)-1 Banten ADH
Produsen, Tahun 2000. (3 X 3 Sektor)
24
Tabel 2.5. Matriks Diagonal Koefisien NTB Banten, Tahun 2000.
(3 X 3 Sektor)
29
Tabel 4.1. Rata-Rata Konsumsi Wislok di Banten
Tahun 2011 – 2012
53
Tabel 4.2. Rata-Rata Konsumsi Wisnus di Banten
Tahun 2011 – 2012
55
Tabel 4.3. Rata-Rata Konsumsi Wisman di Banten
Tahun 2011 – 2012
56
Tabel 4.4. Rata-Rata Konsumsi Wisatawan Banten yang
Berwisata di Provinsi Lain di Indonesia
(Pre+Post Trip), Tahun 2011 – 2012
58
Tabel 4.5. Rata-Rata Konsumsi Wisatawan Banten yang
Berwisata ke Luar Negeri (Pre+Post Trip)
Tahun 2011 – 2012
59
Tabel 4.6. Nilai Investasi Pariwisata di Banten
Tahun 2011 – 2012
60
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
x
Halaman
Tabel 4.7. Nilai Promosi Pariwisata di Banten
Tahun 2011 – 2012
62
Tabel 4.8. Belanja Pariwisata Provinsi Banten (juta rupiah)
Tahun 2011 – 2012
63
Tabel 4.9. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
64
Tabel 4.10. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
66
Tabel 4.11. Sepuluh Besar Sektor Yang Paling Bergantung
Kepada Kegiatan Pariwisata Menurut Sektor Sesuai
Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2012
67
Tabel 4.12. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
68
Tabel 4.13. Dampak Pengeluaran Pariwisata
Terhadap Kesempatan Kerja Tahun 2012
70
Tabel 4.14. Dampak Belanja Pariwisata Provinsi Banten
Menurut Jenis Belanja Tahun 2012
71
Tabel 4.15. Komposisi Jumlah Wisatawan Banten
Tahun 2012
75
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
xi
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 4.2. Komposisi Wisman Menurut Asal Provinsi
Tahun 2012
51
Gambar 4.3. Dampak Ekonomi Pariwisata di Banten Tahun 2012 73
Gambar 4.4. Dampak Ekonomi Pariwisata di Banten Tahun 2011 74
BBBAAABBB III
PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannn
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
3 Pendahuluan
1. 1. Latar Belakang
Tidak dapat disangkal bahwa pariwisata merupakan kegiatan usaha
terbesar di dunia saat ini dan telah berkembang secara cepat (Bachri, 1995).
Dengan didukung alat transportasi yang lebih cepat dan lebih besar daya
muatnya, menjadikan daerah-daerah tujuan wisata yang sebelumnya
dianggap jauh menjadi lebih dekat. Meningkatnya volume perjalanan
tersebut mendorong timbulnya kebutuhan bagi penyediaan fasilitas-fasilitas
pariwisata. Hal ini akan mendorong perekonomian wilayah yang menjadi
tujuan wisata maupun wilayah pendukungnya.
Pariwisata merupakan sektor yang menjadi salah satu sektor andalan
dalam penerimaan devisa dan sangat berperan dalam meningkatkan dan
memeratakan kesempatan berusaha, pendapatan masyarakat, serta
pendapatan daerah. Pendapatan devisa dari sektor ini mencapai
US$8,55 milyar pada tahun 2011, padahal sepuluh tahun yang lalu baru
US$5,43 milyar. Dilihat dari neraca pembayaran luar negeri, sektor jasa
pariwisata merupakan satu-satunya sektor yang tidak mengalami defisit, dan
diperkirakan akan semakin besar pada masa mendatang mengingat
besarnya potensi kepariwisataan Indonesia. Dengan semakin besar upaya
masyarakat, kalangan bisnis dan pemerintah di daerah memungkinkan
potensi tersebut dapat dikelola dan dikembangkan guna meningkatkan
penerimaan daerah.
Devisa yang dihasilkan merupakan dampak langsung bagi
perekonomian. Karena itu merupakan balanja konsumsi dari wisatawan yang
langsung dapat dinikmati oleh kegiatan penunjang pariwisata, seperti
akomodasi, restoran, transportasi, hiburan dan sejenisnya. Adapun dampak
tak langsungnya bisa dirasakan oleh sektor-sektor ekonomi terkait dengan
sektor pariwisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
4 Pendahuluan
Konsep kepariwisataan menyangkut berbagai sektor sehingga
dampaknya baik terhadap pertumbuhan, pemerataan dan pola investasi juga
multi sektor. Pada tingkat daerah, dampak pariwisata terhadap
perekonomian, belum diidentifikasi secara jelas. Ketidak jelasan ini
memungkinkan suatu kebijakan dan hasil analisis yang tumpang tindih, atau
sama sekali tidak diperhitungkan. Hal ini dapat berdampak pada kebijakan
daerah yang kurang peka dan boros serta analisis yang kurang tajam.
Saat ini analisis hasil pembangunan kepariwisataan baru sebagian dan
dilakukan secara terpisah- pisah, dengan menggunakan metodologi dan
indikator yang sederhana, sehingga hasilnya saling tidak konsisten serta
kurang akurat. Bila diaplikasikan kedalam kebijakan, akan terjadi kebijakan
yang menyesatkan (misleading).
Neraca Satelit Pariwisata adalah suatu sistem, konsep dan metode
tampilan informasi kuantitatif yang menyediakan perangkat analisis yang
menyeluruh (general), kompak (compact), saling berkait (interconnected),
konsisten (consistent) dan control (control). Mengingat hal tersebut di atas,
sosialisasi konsep dan metodologi penyusunan NESPARDA menjadi sangat
penting artinya bagi pengambil kebijakan, dalam menyusun perencanaan,
dan program pembangunan di tingkat daerah.
1. 2. Manfaat Nesparda
Neraca satelit pariwisata daerah Provinsi Banten yang memuat
informasi komprehensif tentang kapariwisataan di Banten akan sangat
bermanfaat bagi penunjang kegiatan perencanaan dan evaluasi di sektor
kapariwisataan yang ada di Banten. Hasil kegiatan ini juga dapat
dibandingkan dengan provinsi lain yang berarti mampu menunjukkan posisi
kapariwisataan di Banten di antara provinsi lain.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
5 Pendahuluan
1. 3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Nesparda adalah untuk menyusun suatu
sistem, konsep dan metode tampilan informasi kuantitatif yang menyediakan
perangkat analisis yang menyeluruh (general), kompak (compact), saling
berkait (interconnected), konsisten (consistent) dan control (control) yang
terkait dengan kepariwisataan. Melalui sistem ini dapat dilakukan sebuah
analisis yang dapat menjelaskan dampak dari pariwisata terhadap
perekonomian suatu daerah.
1. 4. Output
Output yang dihasilkan dari kegiatan penyusunan neraca satelit
pariwisata Provinsi Banten adalah sebuah publikasi yang memuat informasi
kepariwisataan di Banten yang komprehensif dengan dilengkapi tabel-tabel
dan dampak dari keberadaan wisatawan di Provinsi Banten pada satu
periode (setahun). Dampak yang diukur adalah terhadap perekonomian
Banten, sementara terhadap dampak sosialnya belum termasuk dalam
kegiatan ini.
1. 5. Ruang Lingkup
Ada dua batasan utama dalam rangka kegiatan penyusunan Nesparda
Provinsi Banten, yaitu :
Sisi Wilayah : Kegiatan ini hanya mencakup kepariwisataan di
wilayah provinsi Banten dan hanya akan disajikan pada level
provinsi.
Sisi Wisatawan : Wisatawan yang dicover dalam kegiatan ini
meliputi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Provinsi
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
6 Pendahuluan
Banten, Wisatawan Domestik yang berasal dari Provinsi lain di
Indonesia yang berkunjung ke Banten dan Wisatawan Lokal
Banten yang berwisata di Banten serta Wisatawan Lokal Banten
yang melakukan kegiatan wisata ke provinsi atau negara lain.
Sisi Pengeluaran : Tidak hanya pengeluaran wisatawan yang
dicatat dalam Nesparda ini, akan tetapi termasuk belanja
pemerintah untuk pariwisata dan investasi di sektor pariwisata
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
1. 6. Sistematika Penyajian
Penyajian hasil dari kegiatan Penyusunan Nesparda Provinsi Banten
dibagi dalam 5 bab. Masing-masing bab memuat hal yang spesifik dan
berbeda dengan bab lainnya.
Pendahuluan merupakan judul dari bab pertama dari penyajian
nesparda Provinsi Banten. Bab ini memuat uraian yang mendasari
dilaksanakannya kegiatan Nesparda. Uraian ini terangkum dalam sub bab
latar belakang. Dijelaskan juga mengenai manfaat dan tujuan dari
pelaksanaan kegiatan penyusuan nesparda ini. Bab ini juga memuat
mengenai output yang dihasilkan dari kegiatan penyusunan nesparda,
sistematika penyajian dan tidak kalah pentingnya ruang lingkup dari
kegiatan yang dilaksanakan.
Pada bab kedua sesuai dengan judulnya metodologi berisi uraian
tentang metodologi yang dipergunakan dalam kegiatan penyusunan
Nesparda Banten. Metodologi yang diuraikan meliputi metode pengumpulan
data, metode penghitungan indikator Nesparda dan metode analisis dampak
pariwisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
7 Pendahuluan
Konsep dan definisi ditempatkan pada bab ketiga. Konsep yang
diuraikan meliputi konsep tentang wisatawan, domestik, konsumsi,
berwisata dan konsep-konsep lainnya yang dipergunakan dalam kegiatan
penyusunan Nesparda ini.
Bab keempat yang akan menguraikan dampak pariwisata terhadap
perekonomian di Banten. Dampak ini meliputi dampak terhadap output yang
dihasilkan, dampak terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak terhadap
pembentukan nilai tambah dan dampak-dampak positif lainnya. Pada bab ini
juga diperlihatkan perbandingan dampak pariwisata yang ditimbulkan oleh
konsumsi wisatawan saja dengan konsumsi wisatawan ditambah konsumsi
pemerintah dan investasi pariwisata.
Terakhir adalah bab 5 yang berisi kesimpulan dari bab 4 sekaligus
saran.
BBBAAABBB IIIIII
MMMeeetttooodddooolllooogggiii
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
11 Metodologi
Kegiatan pariwisata menimbulkan permintaan akan barang dan jasa
pada industri pariwisata dan industri terkait. Dorongan dari permintaan yang
ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata menjadi faktor penting bagi
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dampak kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian daerah, sejatinya adalah dampak dari pengeluaran wisatawan
mancanegara dan domestik atau nusantara terhadap sejumlah variabel
makro ekonomi, disamping juga dampak dari pengeluaran pemerintah untuk
promosi dan pembinaan pariwisata; serta investasi pemerintah dan swasta
di bidang pariwisata.
Teori ekonomi makro menyatakan bahwa jika terjadi perubahan
permintaan, maka output dan variabel ekonomi lainnya dari setiap sektor
penyedia juga akan mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi melalui
pengaruh langsung dan tidak langsung permintaan pada seluruh sektor
penyedia. Jadi, tambahan permintaan pada kegiatan pariwisata akan
menghasilkan tambahan output yang lebih besar dari jumlah awal
permintaan itu sendiri. Lebih konkritnya, kinerja ekonomi kepariwisataan
yang diukur dengan pengeluaran wisatawan akan mempengaruhi output,
nilai tambah bruto, upah dan gaji, pajak tak langsung dan tenaga kerja pada
setiap sektor ekonomi baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait
langsung dengan kegiatan pariwisata.
Secara spesifik, pola hubungan kegiatan pariwisata dengan seluruh
sektor penyedia, dapat dijelaskan secara komprehensif dalam kerangka
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda). Nesparda sendiri berisikan
data tentang perilaku pariwisata dalam melakukan transaksi ekonomi
dengan berbagai institusi ataupun pelaku-pelaku ekonomi domestik dalam
bentuk neraca dan matriks. Lebih rinci lagi, Nesparda menggambarkan
semua kegiatan dan transaksi ekonomi yang berhubungan dengan barang-
barang dan jasa pariwisata, baik dari sisi supply atau produksi maupun sisi
demand atau permintaan.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
12 Metodologi
Sebagai suatu sistem data yang komprehensif, cakupan Nesparda
haruslah meliputi: (1) struktur ekonomi dari sektor pariwisata, (2) struktur
pengeluaran wisatawan dan besarannya, (3) struktur sektor yang terkait
pariwisata, (4) struktur investasi pariwisata dan kontribusinya dalam
investasi daerah, (5) struktur pekerja di sektor pariwisata dan kontribusinya
pada pekerja daerah dan (6) peran sektor pariwisata pada perekonomian
daerah. Karena itu, untuk menghasilkan suatu produk Nesparda yang
komprehensif dan berkualitas, dibutuhkan suatu pendekatan metodologi
yang saling terkait, yaitu yang dapat menjawab permasalahan penyusunan
Nesparda dari hulu (data) sampai hilir (analisis).
2.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka penyusunan Nesparda Banten, dibutuhkan berbagai
jenis data baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor
pariwisata maupun data makro. Jenis data dalam Nesparda pada umumnya
berupa data kuantitatif yang bisa dipakai untuk mengukur kinerja sektor
pariwisata dalam suatu perekonomian daerah.
2.1.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Domestik
Pengumpulan data jumlah dan pengeluaran wisatawan domestik
(wisnus) untuk tingkat nasional diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tiga tahun oleh BPS Pusat.
Sedangkan, struktur pengeluaran wisnus yang melakukan perjalanan wisata
di wilayah Banten diperoleh melalui Survei Wisatawan Banten yang beirisi
jumlah dan jenis pengeluaran wisatawan yang dilaksanakan oleh BPS Banten
pada tempat-tempat tujuan wisata. Adapun rincian tentang pengeluaran
yang ditanyakan dalam survei tersebut mencakup biaya-biaya yang antara
lain untuk:
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
13 Metodologi
a. Akomodasi
b. Makanan, Minuman dan Tembakau
c. Angkutan Darat
d. Angkutan Kereta Api
e. Angkutan Air
f. Angkutan Udara
g. Bahan Bakar dan Pelumas
h. Sewa Kendaraan
i. Seminar dan Pertemuan
j. Paket Perjalanan
k. Pemandu Wisata (Pramuwisata)
l. Pertunjukan Seni
m. Museum & Jasa Kebudayaan
n. Jasa hiburan/Rekreasi
o. Belanja/Cinderamata
p. Kesehatan
q. Lainnya
Semua rincian biaya di atas adalah seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh wisnus selama melakukan perjalanan wisata, baik yang
dibayarkan sendiri maupun yang dibayarkan oleh pihak lain. Disini juga
termasuk kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan oleh wisnus yang
melakukan perjalanan wisata yang sudah menikmati barang atau jasa
selama dalam perjalanan namun pembayaran atas barang atau jasa tersebut
dilakukan setelah selesai melakukan perjalanan. Khusus wisnus asal Banten
yang melakukan perjalanan wisata di Banten, konsep pengeluaran
perjalanan wisata juga termasuk pengeluaran yang dilakukan sebelum
melakukan perjalanan wisata tetapi akan digunakan dalam perjalanan.
Dalam hal ini termasuk juga pengeluaran yang dilakukan setelah melakukan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
14 Metodologi
perjalanan wisata yang masih berkaitan dengan perjalanan yang telah
dilakukan, seperti biaya cuci cetak film.
Selain menanyakan langsung kepada wisnus, BPS Banten juga
melakukan Survei Struktur Pengeluaran Wisatawan Banten kepada pengelola
objek wisata dan fasilitas pendukungnya seperti tempat wisata-wisata, hotel,
restoran, toko cinderamata, dan tempat wisata belanja dengan tujuan
untuk mengkonfirmsi struktur pengeluaran wisnus selama melakukan
perjalanan wisata di Banten.
2.1.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara
Data rata-rata pengeluaran dan lama tinggal wisatawan
mancanegara (wisman) tingkat nasional di Indonesia diperoleh dari hasil
Passenger Exit Survey (PES) yang dilakukan oleh Kementrian Kebudayaan
dan Pariwasata dan juga didukung oleh data-data lain yang berasal dari BPS
Pusat. Disamping itu, BPS Banten juga melaksanakan survei khusus
pengeluaran wisman yang dikemas dalam Survei Wisatawan Banten dengan
tujuan untuk memperkirakan struktur pengeluaran wisman yang melakukan
perjalanan wisata di wilayah Banten. Adapun rincian tentang pengeluaran
yang ditanyakan dalam survei tersebut mirip dengan yang ditanyakan dalam
PES, yaitu mencakup biaya-biaya antara lain untuk:
a. Akomodasi
b. Makanan, minuman dan tembakau
c. Penerbangan Domestik
d. Transpor Lokal
e. Belanja Kebutuhan Sehari-hari
f. Belanja/Cinderamata
g. Pertunjukan Seni
h. Kesehatan dan Kecantikan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
15 Metodologi
i. Pendidikan
j. Paket Perjalanan
k. Jasa Hiburan/Rekreasi
l. Pemandu Wisata
m. Lainnya
Semua rincian biaya di atas adalah seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh wisman selama berwisata di Banten, baik yang dibayarkan
sendiri maupun yang dibayarkan oleh pihak lain. Disini juga termasuk
kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan oleh wisman yang melakukan
perjalanan wisata yang sudah menikmati barang atau jasa namun
pembayaran atas barang atau jasa tersebut dilakukan setelah selesai
berwisata di Banten.
Selanjutnya, untuk memperoleh struktur pengeluaran wisman yang
lebih kredibel, BPS Banten juga melakukan konfirmasi kepada para
pengelola objek wisata dan fasilitas pendukungnya seperti tempat wisata-
wisata, hotel, restoran, toko cinderamata, dan tempat wisata belanja, yaitu
dengan melaksanakan Survei Struktur Pengeluaran Wisatawan Banten.
2.1.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Domestik Banten
(Domestik Outbond)
Pengumpulan data jumlah dan pengeluaran wisatawan domestik
(wisnus) untuk tingkat nasional diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tiga tahun oleh BPS Pusat.
Sedangkan, struktur pengeluaran wisnus asal Banten yang melakukan
perjalanan wisata di luar wilayah Provinsi Banten diperoleh melalui Survei
Wisatawan Banten yang beirisi jumlah dan jenis pengeluaran wisatawan
yang dilaksanakan oleh BPS Banten pada pintu-pintu keluar masuk Provinsi
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
16 Metodologi
Banten. Adapun rincian tentang pengeluaran yang ditanyakan dalam survei
tersebut mencakup biaya-biaya yang antara lain untuk:
a. Akomodasi
b. Makanan, Minuman dan Tembakau
c. Angkutan Darat
d. Angkutan Kereta Api
e. Angkutan Air
f. Angkutan Udara
g. Bahan Bakar dan Pelumas
h. Sewa Kendaraan
i. Seminar dan Pertemuan
j. Paket Perjalanan
k. Pemandu Wisata (Pramuwisata)
l. Pertunjukan Seni
m. Museum & Jasa Kebudayaan
n. Jasa hiburan/Rekreasi
o. Belanja/Cinderamata
p. Kesehatan
q. Lainnya
Semua rincian biaya di atas adalah seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh wisnus sebelum dan setelah melakukan perjalanan wisata,
namun masih berkaitan dengan perjalanan yang telah dilakukan.
2.1.4. Struktur Pengeluaran Wisatawan Domestik Banten
(International Outbond)
Data rata-rata pengeluaran wisatawan nasional (wisnas) asal
Provinsi Banten diperoleh dari hasil Survei International Outbound yang
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
17 Metodologi
dilaksanakan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwasata. Adapun rincian
tentang pengeluaran yang ditanyakan dalam survei tersebut mencakup
biaya-biaya seperti :
a. Akomodasi
b. Makan
c. Transport lokal
d. Belanja
e. Pendidikan
f. Hiburan
g. Berobat
h. LainnyaTransport lokal
Semua rincian biaya di atas adalah seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh wisnas asal Provinsi Banten selama berwisata di luar negeri,
baik yang dibayarkan sendiri maupun yang dibayarkan oleh pihak lain. Biaya
tadi juga termasuk kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan oleh wisnas
yang melakukan perjalanan wisata yang sudah menikmati barang atau jasa
namun pembayaran atas barang atau jasa tersebut dilakukan setelah selesai
berwisata dari luar negeri.
2.1.5. Investasi dan Pengeluaran Pariwisata oleh Pemerintah dan
Swasta
Pengeluaran Pemerintah untuk keperluan pariwisata terbagi menjadi
dua, yaitu pengeluaran untuk keperluan promosi dan pembinaan pariwisata
dan untuk investasi di bidang pariwisata. Kedua jenis data tersebut diperoleh
dari APDB Provinsi Banten dan APBD kabupaten/kota yang ada di Banten,
termasuk APBN. Sedangkan data investasi di bidang pariwisata yang
dilakukan oleh fihak swasta terutama diperoleh dari survei rutin dan survei
khusus yang dilakukan oleh BPS Banten kepada pengelola hotel, restoran,
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
18 Metodologi
tempat hiburan, dan agen-agen perjalanan yang ada di Banten. Survei
khusus dimaksud adalah Survei Khusus Investasi Pariwisata.
2.2. Metode Penghitungan
Dalam rangka penyusunan Nesparda Banten, dibutuhkan berbagai
jenis data baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor
pariwisata maupun data makro. Jenis data dalam Nesparda pada umumnya
berupa data kuantitatif yang bisa dipakai untuk mengukur kinerja sektor
pariwisata dalam suatu perekonomian daerah.
Untuk mengetahui dampak kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian Banten, digunakan suatu tool yang bersifat komprehensif,
yaitu Model atau Tabel Input-Output. Tabel I-O yang digunakan adalah
Tabel I-O Pariwisata Tahun 2009 yang telah disusun oleh BPS bersama
dengan Dinas Budaya dan Pariwisata Banten.
Model input–output merupakan adaptasi secara praktis dari teori
keseimbangan umum nya mahzab ekonomi neoklasik yang berlaku secara
parsial, yaitu tentang adanya saling ketergantungan yang bersifat kuantitatif
di antara kegiatan-kegiatan ekonomi dalam suatu region. Model input-output
pada dasarnya mencoba menyoroti struktur internal ekonomi dan tingkat
ketergantungan di antara sektor maupun pelakunya. Dengan menggunakan
tabel input-output, dampak permintaan akhir atau final demand dari
kegiatan pariwasata terhadap beberapa peubah ekonomi dari sisi penawaran
akan dapat diukur.
2.2.1. Kerangka Umum dan Analisis Model Input-Output
Tabel Input-Output (I-O) merupakan suatu sIstem informasi statistik
yang disusun dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
19 Metodologi
transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara sektor yang satu
dengan sektor lainnya (inter-industry relatonship), dalam suatu wilayah pada
suatu periode waktu tertentu. Keterkaitan itu tergambarkan oleh besarnya
input yang digunakan dalam proses produksi. Dengan menggunakan Tabel
I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan
ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input
yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.
Tabel 2.1.
Kerangka Umum Tabel Input-Output
untuk Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi
Alokasi
Output
Struktur
Input
Permintaan Antara
Permin-
taan Akhir
Jumlah
Output Sektor Produksi
1 2 3
Input
Antara
Sektor
Produk
si
1 x13 X12 x13 F1 X1
2 x23 X22 x23 F2 X2
3 x33 X32 x33 F3 X3
Input Primer V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3
Dalam suatu model input-output yang bersifat terbuka dan statis,
transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input-Output
harus memenuhi tiga asumsi atau prinsip dasar, yaitu: a). Keseragaman
(homogeneity) : setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output (barang
dan jasa) dengan struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi
otomatis antar output dari sektor yang berbeda. b).Kesebandingan
(proportionality) : kenaikan/penurunan jumlah input yang digunakan oleh
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
20 Metodologi
suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan/penurunan output yang
dihasilkan. c). Penjumlahan (additivity) : jumlah pengaruh kegiatan produksi
di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-
masing sektor tersebut
Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana suatu Tabel I-O
disusun, pada Tabel 2.1. di atas disajikan contoh Tabel I-O untuk sistem
perekonomian yang terdiri dari tiga sektor produksi, yaitu sektor 1 (primer),
2 (sekunder) dan 3 (tersier). Sektor 1 meliputi sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian, sektor 2 meliputi sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan; dan sektor 3 adalah
sektor lainnya.
Isian sepanjang baris pada Tabel 2.1. memperlihatkan bagaimana
output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi
permintaan antara (digunakan dalam sistem produksi) dan sebagian lainnya
untuk memenuhi permintaan akhir (digunakan di luar sistem produksi).
Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan pemakaian input antara
(input dari dalam sistem produksi/sektor endogen) dan input primer (input
dari luar sistem produksi/sektor eksogen) oleh suatu sektor.
Berdasarkan cara pengisian angka-angka ke dalam sistem
matriks,maka dapat dilihat bahwa angka-angka setiap sel pada tabel
tersebut memiliki makna ganda. Angka dari suatu sel pada transaksi antara,
misalnya x12, jika dilihat menurut baris maka angka tersebut menunjukkan
besarnya output sektor 1 yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan
antara di sektor 2. Sedangkan jika dilihat menurut kolom, maka x12
menunjukkan besarnya input yang digunakan oleh sektor 2 yang berasal
dari sektor 1.
Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka-angka
dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
21 Metodologi
dari berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses
pengalokasian output pada Tabel 2.1. Output sektor 1 pada tabel tersebut
adalah sebesar X1 dan didistribusikan sepanjang baris sebesar x11, x12, dan
x13 masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2 dan 3,
sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan
akhir. Begitu juga dengan output sektor 2 dan 3 masing-masing sebesar X2
dan X3, dapat dilihat dengan cara yang sama dalam proses pengalokasian
output sektor 1. Alokasi output pada masing-masing sektor tersebut dalam
bentuk persamaan aljabar dapat dituliskan sebagai berikut:
11 12 13 1 1
21 22 23 2 2
31 32 33 3 3
x x x F X
x x x F X
x x x F X
…….(1)
atau dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
3
1
ij i i
j
x F X
……(2); untuk semua i=1,2,3.
Dimana:
ijx = output sektor-i yang digunakan sebagai input sektor-j
iF = permintaan akhir terhadap sektor-i
iX = jumlah output sektor-i
Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada
transaksi antara, maka angka pada kolom (sektor) tertentu menunjukkan
berbagai input yang diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
22 Metodologi
Apabila Tabel 2.B.1 digunakan sebagai ilustrasi, maka persamaan aljabar
untuk input yang digunakan oleh masing-masing sektor dapat dituliskan
sebagai berikut:
11 21 31 1 1
12 22 32 2 2
13 23 33 3 3
x x x V X
x x x V X
x x x V X
…….(3)
atau dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
3
1
ij j j
i
x V X
…….(4); untuk semua j=1,2,3.
Dimana:
ijx = input sektor-j yang berasal dari output sektor-i
jV = nilai tambah atau input primer sektor-j
jX = jumlah input sektor-j
. Selanjutnya, dalam model ekonomi makro dikenal istilah angka
pengganda (multiplier) yang dipakai untuk menjelaskan dampak yang
dialami suatu variabel endogen akibat terjadinya perubahan pada variabel
eksogen. Dalam model I-O, angka pengganda dapat disajikan secara
simultan dalam bentuk matrik pengganda. Matrik pengganda digunakan
untuk melakukan analisis dampak yaitu analisis dampak terhadap Output,
Nilai Tambah Bruto, Upah/Gaji dan Tenaga Kerja; dan analisis keterkaitan ke
depan dan ke belakang (forward dan backward linkages).
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
23 Metodologi
Tabel 2.2.
Transaksi Domestik Banten ADH Produsen, Tahun 2000 (Juta Rp.)
(3 X 3 Sektor)
Sektor 1 2 3
1 209.850 1.495.882 414.114
2 474.151 36.529.845 2.362.147
3 156.248 8.745.102 2.039.076
Jumlah Input
Antara 840.249 46.770.829 4.815.337
NTB 4.210.301 25.583.953 13.390.078
Jumlah Input 5.050.550 72.354.782 18.205.415
Tabel 2.3.
Koefisien Domestik (Ad) Banten ADH Produsen, Tahun 2000
(3 X 3 Sektor)
Sektor 1 2 3
1 0,0415 0,0207 0,0227
2 0,0939 0,5049 0,1297
3 0,0309 0,1209 0,1120
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
24 Metodologi
Tabel 2.4.
Koefisien Penganda Domestik (I – Ad)-1 Banten ADH Produsen,
Tahun 2000 (3 X 3 Sektor)
Sektor 1 2 3
1 1,0496 0,0523 0,0345
2 0,2163 2,1051 0,3131
3 0,0660 0,2883 1,1700
Matrik pengganda dihitung dari matrik koefisien input antara (A)
yang diturunkan dari tabel transaksi. Sedangkan koefisien input antara (a ij)
adalah hasil bagi antara masing masing komponen input antara (xij) dengan
jumlah output. Sesuai dengan prinsip tabel I-O, jumlah output (Xi) akan
sama dengan jumlah inputnya (Xj), sehingga ij ij ja x X dan matrik
koefisien input antaranya seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Matrik pengganda adalah matrik kebalikan (inverse matrix) dari
matrik (I – Ad). Karena itu matriks pengganda yang diperoleh dari matrik
yang terdapat pada tabel 2.3 adalah seperti terlihat pada tabel 2.4.
Selanjutnya matrik pengganda tersebut akan digunakan dalam model
analisis I-O berikut ini, yaitu berupa pengukuran dampak.
2.2.2. Dampak Terhadap Output
Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik
denganpermintaan akhir. Artinya jumlah output yang dapat diproduksi
tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam
keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan
akhir. Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus:
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
25 Metodologi
1
1FTX A F M
……(5)
atau
1
1 d d
FDX A F
…….(6)
Rumusan ini sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output
(X) dipengaruhi oleh permintaan akhir (F-M) atau Fd , di mana M adalah
impor yang disediakan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan
akhir.
Output yang terbentuk sebagai akibat dari permintaan akhir total
(XFT) akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan
akhir domestik (XFD). Dalam banyak analisis yang lebih sering digunakan
adalah XFD.
Penggunaan persamaan (5) dan (6) antara lain untuk menghitung
porsi output yang terbentuk sebagai dampak dari masing-masing komponen
permintaan akhir dan memperkirakan output yang terbentuk sebagai
dampak permintaan akhir yang diproyeksikan.
Dengan mempergunakan matrik pengganda di atas, dapat dihitung
dampak kenaikan permintaan akhir terhadap output.
Kenaikan F1 (permintaan akhir produk sektor 1) sebesar satu juta
rupiah akan berdampak terhadap :
X1 (Output sektor 1) sebesar 1,0496 juta rupiah
X2 (Output sektor 2) sebesar 0,2163 juta rupiah
X3 (Output sektor 3) sebesar 0,0660 juta rupiah
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
26 Metodologi
Kenaikan F2 (permintaan akhir produk sektor 2) sebesar satu juta
rupiah akan berdampak terhadap :
X1 (Output sektor 1) sebesar 0,0523 juta rupiah
X2 (Output sektor 2) sebesar 2,1051 juta rupiah
X3 (Output sektor 3) sebesar 0,2883 juta rupiah
Kenaikan F3 (permintaan akhir produk sektor 3) sebesar satu juta
rupiah akan berdampak terhadap :
X1 (Output sektor 1) sebesar 0,0345 juta rupiah
X2 (Output sektor 2) sebesar 0,3131 juta rupiah
X3 (Output sektor 3) sebesar 1,1700 juta rupiah
Ilustrasi di atas menunjukkan adanya keterkaitan ke belakang
(backward linkages) dari perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap
output seluruh sektor ekonomi. Bila F1, F2, dan F3 masing masing mengalami
kenaikan sebesar 1 juta rupiah, maka output yang terbentuk sebagai
dampak peningkatan permintaan akhir tersebut adalah :
X1 = 1,0496 + 0,0523 + 0,0345 = 1,1364 juta rupiah
X2 = 0,2163 + 2,1051 + 0,3131 = 2,6346 juta rupiah
X3 = 0,0660 + 0,2883 + 1,1700 = 1,5243 juta rupiah
Persamaan (5) dan (6) yang masih bersifat umum tersebut dapat
dirinci lagi menjadi beberapa formula sesuai dengan banyaknya komponen
permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga (301),
pengeluaran konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap (303),
perubahan stok (304) dan ekspor (305). Andaikan persamaan (6) digunakan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
27 Metodologi
dalam analisis, maka pengembangannya akan menjadi lima buah formula
sebagai berikut:
1
301 301
1
302 302
1
303 303
1
304 304
1
305 305
d d
d d
d d
d d
d d
X I A F
X I A F
X I A F
X I A F
X I A F
Dengan :
301 302 303 304 305FDX X X X X X
301X = Output yang terbentuk akibat dampak
pengeluaran konsumsi rumah tangga 301
dF
302X = Output yang terbentuk akibat dampak
pengeluaran konsumsi pemerintah 302
dF
303X = Output yang terbentuk akibat dampak
pembentukan modal tetap 303
dF
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
28 Metodologi
304X = Output yang terbentuk akibat dampak
perubahan stok 304
dF
305X = Output yang terbentuk akibat ekspor 305
dF
2.2.3. Dampak Terhadap Nilai Tambah Bruto
Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan
bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang
digunakan dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB
dengan output bersifat linear. Artinya kenaikan atau penurunan output akan
diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Hubungan
tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
V V X
…….(7)
dengan
V = matriks NTB
V
= matriks diagonal koefisien NTB
1 1
1 atau 1d dX A F A F
, yaitu output yang
dipengaruhi permintaan akhir.
Isian sel-sel diagonal utama V
adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi
dengan outputnya, sedangkan sel-sel di luar diagonal utama adalah 0.
Jadi, bentuk matriksV
adalah:
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
29 Metodologi
1
2
3
0 0
0 0
0 0
v
V v
v
; dengan ii
i
NTBv
X
Sehingga berdasarkan data pada Tabel 2.2., matriks diagonal NTB nya
adalah seperti terlihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Matriks Diagonal Koefisien NTB Banten, Tahun 2000
(3 X 3 Sektor)
Sektor 1 2 3
1 0,8336 0 0
2 0 0,3536 0
3 0 0 0,7355
Karena itu, apabila F1, F2, dan F3 masing masing mengalami kenaikan
sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan NTB pada setiap sektor
(vi), yaitu masing-masing sebesar :
v1 = 0,8336 x 1,1364 = 0,9473 juta rupiah
v2 = 0,3536 x 2,6346 = 0,9316 juta rupiah
v3 = 0,7355 x 1,5243 = 0,1211 juta rupiah
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
30 Metodologi
2.2.4. Dampak Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja
Dalam suatu proses produksi tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi yang memiliki peranan cukup penting. Balas jasa atau
pengeluaran untuk tenaga kerja oleh produsen merupakan salah satu
komponen input primer, yang antara lain berupa upah dan gaji, tunjangan
dan bonus.
Definisi tenaga kerja dalam tabel I-O pada dasarnya sama dengan
definisi yang digunakan dalam Sensus Penduduk. Dalam banyak analisis
makro, tenaga kerja sering juga disebut dengan kesempatan kerja atau
lapangan kerja.
Koefisien tenaga kerja (labor coefficient) adalah suatu bilangan yang
menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit keluaran (output). Sesuai dengan pengertian ini
maka koefisien tenaga kerja dapat dihitung menggunakan persamaan:
ii
i
LI
X
……(8)
dengan :
iI = Koefisien tenaga kerja sektor i
iL = Jumlah tenaga kerja sektor i
iX = Output sektor i
Sesuai dengan asumsi dasar model I-O, tenaga kerja memiliki
hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya output
di suatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah tenaga
kerja di sektor tersebut. Hubungan antara tenaga kerja dengan output
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
31 Metodologi
sebenarnya telah digambarkan dalam rumus penghitungan koefisien tenaga
kerja pada persamaan (8). Dalam persamaan tersebut koefisien tenaga kerja
dihitung dengan rumus i i iI L X , sehingga dalam hal ini i i iL I X Jika
persamaan terakhir ini diuraikan untuk masing-masing sektor dan ditulis
dalam bentuk matriks akan diperoleh:
L L X
…….(9)
dengan
L = matriks jumlah tenaga kerja
L
= matriks diagonal koefisien tenaga kerja
1 1
1 atau 1d dX A F A F
, yaitu output yang
dipengaruhi oleh permintaan akhir
Isian sel-sel diagonal utama L
adalah jumlah tenaga kerja sektor yang
bersangkutan dibagi dengan outputnya, sedangkan sel-sel di luar diagonal
utama adalah 0.
Jadi, bentuk matriks L
adalah:
1
2
3
0 0
0 0
0 0
l
L l
l
; dengan ii
i
ll
X
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
32 Metodologi
2.3. Metode Analisis
Dalam analisis dampak pariwisata terhadap kinerja ekonomi daerah,
permintaan akhir menjadi faktor eksogen yang mendorong penciptaan nilai
produksi barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan dampak pariwisata,
faktor pendorong (exogenous variable) berupa konsumsi wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara terhadap produk dalam negeri,
investasi pariwisata dan pengeluaran pemerintah untuk pariwisata (APBD)
serta lembaga-lembaga nirlaba yang ikut andil dalam kegiatan pariwisata.
Dengan model IO dampak kepariwisataan dapat diuraikan sebagai berikut.
2.3.1. Dampak Pengeluaran Wisata Terhadap Output
Pengeluaran konsumsi pariwisata akan berdampak terhadap
penciptaan nilai produksi barang dan jasa sektoral. Hubungan antara
konsumsi kepariwisataan dengan nilai output dapat diformulasikan sebagai
berikut:
1
1 d
i iX A W
….(10)
dimana:
iX = output yang diciptakan akibat konsumsi
kepariwisatawaan.
1
1 dA
= invers matriks berfungsi sebagai koefisien
regresi dalam model.
iW = konsumsi kepariwisataan, mencakup :
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
33 Metodologi
1). Wisman, 2). Wisnus, 3). Wisatawan Domestik Outbond,
4). Wisatawan Domestik Intenational Outbond 5). investasi
pariwisata dan 6). lainnya
(pemerintah dan nirlaba)
i = 1,2,3,4.
Persamaan (9) mendasarkan hubungan linear antara permintaan
akhir, dalam hal ini konsumsi pariwisata dengan output. Semakin besar
jumlah permintaan terhadap produk barang dan jasa maka output yang
harus disediakan harus bertambah mengikuti matriks pengganda sebagai
koefisien regresinya. Persamaan di atas menghasilkan nilai output barang
dan jasa setiap sektor akibat dari konsumsi pariwisata. Dapat diketahui
dampak output akibat masing-masing komponen konsumsi pariwisata
terhadap sektor-sektor ekonomi. Misalkan, pengeluaran wisman di Indonesia
akan berdampak terhadap penambahan nilai produksi barang dan jasa.
Demikian pula akibat wisnus, investasi pariwisata dan pengeluaran
pemerintah untuk pengembangan pariwisata.
2.3.2. Dampak Pengeluaran Wisata Terhadap NTB
Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai output sektor
ekonomi. Sebagai balas jasa atas faktor produksi, nilai tambah bruto
mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung
dan subsidi. Sebagaimana model IO untuk menghasilkan nilai output akibat
konsumsi pariwisata, nilai tambah yang diciptakan juga berbanding lurus
dengan permintaan atau konsumsi kepariwisataan. Formulasi yang
menunjukkan hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
34 Metodologi
1
. 1 .d
i i iV v A W v X
…..(11)
Dimana :
iV = nilai tambah bruto karena dampak konsumsi kepariwisataan.
v = matriks diagonal koefisien nilai tambah bruto, yaitu rasio antara nilai
tambah bruto sektor tertentu dengan outputnya.
i = 1). Wisman, 2). Wisnus, 3). Wisatawan Domestik Outbond,
4). Wisatawan Domestik Intenational Outbond 5). Investasi
pariwisata dan 6). Lainnya (pemerintah dan nirlaba)
Persamaan (11) menunjukkan hubungan searah antara nilai tambah bruto
dengan nilai outputnya. Ini juga berarti bahwa terdapat hubungan antara
konsumsi kepariwisataan dengan penciptaan nilai tambah sektor-sektor
ekonomi, yaitu pengeluaran wisman, wisnus, investasi pariwisata dan
lainnya.
2.3.3. Dampak Pengeluaran Wisata Terhadap Upah/Gaji
Salah satu komponen nilai tambah bruto adalah upah/gaji. Dari
model IO dapat diturunkan hubungan antara upah/ gaji dengan konsumsi
kepariwisataan. Hubungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
1
. 1 .d
j j i j iG g A W g X
…..(12)
Dimana :
iG = Upah/gaji akibat konsumsi kepariwisataan.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
35 Metodologi
jg = matriks diagonal koefisien upah/gaji, yaitu rasio antara upah/gaji
sektor tertentu dengan outputnya.
Persamaan (12) mengindikasikan adanya keterkaitan antara konsumsi
kepariwisataan dengan upah/gaji para pekerja pada sektor-sektor ekonomi.
2.3.4. Dampak Pengeluaran Wisata Terhadap Kebutuhan Tenaga
Kerja
Dalam industri pariwisata, tenaga kerja merupakan salah satu faktor
produksi yang memiliki peranan cukup penting. Sesuai dengan asumsi dasar
model I-O, tenaga kerja industri pariwisata memiliki hubungan linear dengan
output. Hubungan antara tenaga kerja dengan output dinyatakan dalam
koefisien tenaga kerja dengan rumus i i iI L X , sehingga
.i i iL I X ……(13)
Dengan :
iL = Kebutuhan tenaga kerja akibat konsumsi kepariwisataan.
iI = matriks diagonal koefisien tenaga kerja, yaitu rasio antara tenaga
kerja sektor tertentu dengan outputnya.
Persamaan (13) mengindikasikan adanya keterkaitan antara konsumsi
kepariwisataan dengan kesempatan kerja pada sektor-sektor ekonomi.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
36 Metodologi
2.3.5. Dampak Pengeluaran Wisata Terhadap Pajak Tidak
Langsung
Komponen nilai tambah bruto yang lain adalah pajak tidak langsung.
Dari model IO dapat diturunkan hubungan antara pajak tidak langsung
dengan konsumsi kepariwisataan. Hubungan tersebut dapat disajikan
sebagai berikut:
1
. 1 .d
j j i j iP p A W p X
…..(14)
dimana:
jP = pajak tidak langsung akibat konsumsi kepariwisataan.
jp = matriks diagonal koefisien pajak tidak langsung, yaitu rasio antara
pajak tidak langsung dari sektor tertentu dengan outputnya.
Persamaan (14) mengindikasikan adanya keterkaitan antara
konsumsi kepariwisataan dengan besarnya penerimaan pajak tidak langsung
oleh pemerintah dari sektor-sektor ekonomi. Simulasi penghitungan dampak
pariwisata terhadap perekonomian akan diuraikan secara lengkap pada
bab V.
BBBAAABBB IIIIIIIII
KKKooonnnssseeeppp dddaaannn DDDeeefffiiinnniiisssiii
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
39 Konsep dan Definisi
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kontribusi
dan dampak pariwisata terhadap perekonomian suatu negara atau daerah
dapat dilihat melalui neraca satelit pariwisatanya. Seperti telah diterangkan
sebelumnya, perhitungan-perhitungan ini dapat dibuat dalam berbagai
bentuk sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam bab ini akan diuraikan
konsep dan definisi yang digunakan untuk perhitungan neraca satelit
pariwisata. Konsep dan Definisi menjadi amat penting untuk memahami
lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik,
batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan
suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi.
Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu
diingat bahwa konsep dan definisi yang terdapat dalam buku ini pada
dasarnya untuk tujuan penyusunan neraca satelit pariwisata Provinsi Banten.
3. 1. Konsep Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
3. 2. Konsep Wisatawan
Definisi wisatawan ini ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dimana wisatawan adalah orang
yang melakukan wisata. Menurut jenisnya, wisatawan dibedakan menjadi :
a. Wisatawan Nusantara
Yang dimaksud dengan wisatawan nusantara adalah Penduduk
Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah teritorial Indonesia
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
40 Konsep dan Definisi
bukan untuk bekerja atau sekolah, dengan jangka waktu kurang dari
6 (enam) bulan ke: Obyek Wisata Komersial (bertransaksi), Menginap
di Akomodasi Komersial (bertransaksi), Jarak Perjalanan lebih dari 100
km (pp) yang bukan merupakan lingkungan sehari-hari.
b. Wisatawan Nusantara
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan di
luar negara asalnya (country of residence), selama kurang dari 12
bulan pada suatu destinasi tertentu, dengan tujuan perjalanan tidak
untuk bekerja atau memperoleh penghasilan. Dalam kontek sini perlu
diperhatikan bahwa (1) orang yang bekerja di perbatasan negara; (2)
imigran baik yang permanen, sementara, atau nomaden; (3)
pengungsi; serta (4) diplomat, konsulat, dan anggota angkatan
bersenjata yang menempati pos tugasnya, tidak termasuk ke
dalam kategori wisatawan mancanegara.
c. Pelancong
Pelancong atau pengunjung adalah Penduduk Indonesia yang
melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial selama satu hari
pulang pergi ( one day trip ) tanpa menginap di akomodasi komersial
3. 3. Konsep Domestik
Neraca satelit pariwisata menyajikan statistik dalam bentuk neraca
dan matrik yang menggambarkan hubungan ekonomi baik antar pelaku
pariwisata dengan pelaku ekonomi lainnya maupun antar pelaku pariwisata
sendiri dalam suatu wilayah. Wilayah perekonomian yang diselidiki, untuk
membuat suatu perhitungan neraca satelit pariwisata nasional adalah suatu
negara, sedang untuk membuat suatu perhitungan neraca satelit pariwisata
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
41 Konsep dan Definisi
daerah adalah suatu daerah dari suatu negara. Pengertian daerah di sini,
dapat merupakan provinsi/kabupaten/kota atau bahkan wilayah administrasi
yang lebih rendah lagi. Transaksi ekonomi baik antar pelaku pariwisata
dengan pelaku ekonomi lainnya yang akan dihitung adalah transaksi yang
terjadi dalam wilayah domestik suatu daerah, dan transaksi yang dilakukan
oleh pelaku pariwisata dari daerah tersebut. Yang dimaksud dengan wilayah
domestik suatu daerah adalah meliputi daratan dan lautan yang berada di
dalam batas-batas geografis daerah tersebut.
3. 4. Konsep Daerah Tujuan Wisata
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
3. 5. Konsep Perjalanan Wisata
Perjalanan wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh penduduk
Indonesia dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6
bulan dan tidak bertujuan untuk sekolah, bekerja (memperoleh upah/gaji) di
tempat yang dituju untuk mengunjungi obyek wisata komersial, dan atau
menginap di usaha jasa akomodasi, dan atau jarak perjalanan
pulang pergi sama atau lebih besar dari 100 km. Perjalanan yang
dilakukan oleh penduduk Indonesia secara rutin dengan menggunakan
kendaraan bermotor dan dilakukan secara periodik, minimal 1 minggu sekali
secara teratur tidak termasuk perjalanan wisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
42 Konsep dan Definisi
3. 6. Konsep Konsumsi Wisatawan
Apa yang dimaksud dengan "konsumsi wisatawan" itu? Secara
sederhana, konsumsi wisatawan itu tidak lain adalah barang dan jasa (Good
and Services) yang dibeli oleh wisatawan dalam rangka memenuhi
kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan harapan (expectation) selama ia
tinggal di Daerah Tujuan Wisata yang dikunjunginya. Adapun komponen
konsumsi wisatawan sesuai dengan General Guideline For Developing The
Tourism Satellite Account (WTO) digambarkan seperti tampak pada Gambar
7.2. dan Gambar 7.3. Berdasarkan System National Account (SNA) Tahun
1993, pengertian konsumsi adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Konsumsi
Konsumsi akhir adalah penggunaan barang dan jasa untuk
keperluan rumahtangga atau lembaga non-profit yang melayani
rumah tangga. Konsep ini menggunakan konsep akuisisi.
Konsumsi antara adalah penggunaan barang dan jasa untuk
diproses menjadi produk lain.
b. Konsumsi Wisatawan
Konsumsi Wisatawan adalah total konsumsi yang diakibatkan
oleh pelaksanaan perjalanan ke suatu tempat tujuan, mulai dari
perencanaan keberangkatan hingga kembali dari perjalanan
(yang dilakukan).
c. Pengeluaran konsumsi akhir wisatawan, dibedakan menjadi:
Pengeluaran secara tunai, yaitu segala pengeluaran yang
dibayarkan secara tunai.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
43 Konsep dan Definisi
Konsumsi dalam bentuk barang, yaitu segala pengeluaran yang
dihargai dalam bentuk barang.
d. Konsumsi Wisatawan
Konsumsi Wisatawan, selama perjalanan (visitor consumption
while traveling) WTO memberi rekomendasi terdiri atas:
1). Paket Perjalanan Wisata (Package Tours)
2). Akomodasi
3). Makanan dan minuman
e. Konsumsi wisatawan / pengunjung selama dalam perjalanan
(visitor consumption while travelling), WTO Recommendations
antara lain:
1). Paket perjalanan dan paket liburan
2). Akomodasi
3). Makanan dan minuman
4). Transportasi
5). Rekreasi, budaya dan olah raga
6). Belanja
7). Lainnya
f. Konsumsi wisatawan/pengunjung sebelum melakukan perjalanan
(pre-trip visitors consumption) terdiri atas :
Barang-barang tahan lama (durable goods) dapat digunakan
lebih dari satu kali perjalanan, antara lain: kamera, teropong,
kacamata (sun glass), bola golf, perlengkapan camping,
peralatan rekreasi pantai (surfing, diving, fishing, skying).
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
44 Konsep dan Definisi
Barang-barang tidak tahan lama (non-durable goods) seperti:
makanan dan minuman, parfum, lotion, BBM, film, baterai, bola
tenis, rokok dan cerutu.
g. Konsumsi wisatawan/pengunjung selama dalam perjalanan
(on-trip consumption), antara lain dalam bentuk:
1). Paket perjalanan dan paket liburan
2). Akomodasi
3). Makanan dan minuman
4). Transportasi
5). Rekreasi, budaya dan olah raga
6). Belanja
7). Lainnya
3. 7. Konsep Konsumsi Wisatawan
Investasi diartikan sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada
berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh benefit atau
manfaat pada masa yang akan datang. Investasi dibutuhkan untuk
mendukung keberlangsungan pembangunan ekonomi suatu negara. Dari
informasi yang tersedia menunjukkan bahwa trend investasi menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu, sejalan dengan pembangunan yang
dilaksanakan di berbagai bidang.
Secara konsep investasi dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
“investasi finansial” dan “investasi non-finansial”. Investasi finansial lebih
dititik beratkan pada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial
seperti uang tunai, emas, tabungan, deposito, saham dan sejenisnya.
Sedangkan investasi fisik lebih menekankan pada realisasi berbagai jenis
investasi fisik seperti bangunan, kendaraan, mesin-mesin dan sejenisnya.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
45 Konsep dan Definisi
Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan investasi dalam kaitannya dengan
sektor pariwisata disini adalah investasi fisik saja.
Secara definitif yang dimaksud dengan investasi pariwisata adalah
pengeluaran dalam rangka pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-
sektor ekonomi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pariwisata baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pelaku investasi tersebut adalah
produsen penghasil produk barang dan jasa, baik pemerintah, BUMN/BUMD
maupun pihak swasta (termasuk rumah tangga).
Investasi fisik tersebut berupa pembuatan bangunan tempat tinggal,
bangunan bukan tempat tinggal (hotel, kantor, tempat hiburan dan
sebagainya), pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, kendaraan dan
barang modal lainnya, termasuk juga perbaikan besar yang dilakukan guna
meningkatkan kapasitas barang modal atau memperpanjang umur
pemakaian barang modal tersebut.
BBBAAABBB IIIVVV
DDDaaammmpppaaakkk PPPaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
49 Dampak Pariwisata
4. 1. Gambaran Wisatawan
a. Wisatawan Nusantara
Mayoritas wisnus yang melakukan wisata di Banten berasal dari
provinsi Banten sendiri, yang dikenal sebagai wisatawan lokal (wislok).
Dimana, hasil survei tahun 2012 menunjukkan dari 3,52 juta wisatawan
yang berwisata di Banten, sebanyak 51,48 persen wisnus merupakan
penduduk Banten. Setelah itu, penduduk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Lampung dengan porsi masing-masing 24,60 persen; 16,15
persen; 3,37 persen dan 1,71 persen. Di samping itu ada juga penduduk
yang berasal dari Sumatera selain Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimanta, Sulawesi dan provinsi lainnya dengan persentase masing-masing
kurang dari satu persen.
Gambar 4.1. Komposisi Wisatawan Menurut Asal Provinsi
Tahun 2012
0,63% 1,71%
0,28%
16,59%
24,60%
3,37%
0,53% 0,65%
51,48%
0,06% 0,08% 0,03% Sumatera Selatan
Lampung
Sumatera Lainnya
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Kalimantan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
50 Dampak Pariwisata
Berdasarkan hasil Survei Wisatawan Banten tahun 2011, wisnus yang
berkunjung ke Banten umumnya mempunyai tujuan berlibur atau rekreasi.
Potensi wisata Banten yang cukup menarik membuat 76,0 persen wisnus
punya tujuan berlibur ketika ke Banten. Ada juga wisnus yang bertujuan
melakukan bisnis (3,5%), mengunjungi teman atau keluarga (5,5%) dan
untuk berziarah (6,0%). Wisata religi yang dimiliki Banten salah satunya
komplek Banten Lama menarik bagi masyarakat untuk berwisata ziarah.
Pantai masih menjadi tempat pilihan utama yang dikunjungi oleh
wisnus. Ada sebanyak 55,40 persen wisnus menjadi pantai menjadi objek
wisata utama yang dikunjungi. Pantai Anyer, Carita maupun pantai Sawarna
merupakan objek wisata pantai yang cukup menarik untuk dikunjungi. Di
samping pantai, wisnus juga menyenangi kolam renang selaku objek wisata
buatan yang menarik sebagai pilihan berlibur. Ada sebanyak 18,31 persen
wisnus yang punya tujuan utama ke objek wisata ini. Potensi kolam renang
yang berada di Pandeglang maupun di Tangerang menjadi pilihan menarik
bagi wisnus. Selain itu ada juga yang tertarik dengan objek wisata ziarah,
akan tetapi porsinya hanya 6,81 persen, objek wisata pulau (6,57%),
Tanjung (4,46%) dan lainnya.
Ternyata wisnus mendapatkan informasi mengenai objek wisata di
Banten mayoritas bukan dari internet maupun brosur atau media massa.
Justru 76,5 persen wisnus mendapatkan informasi wisata Banten dari
lainnya, diantaranya dari berita yang disampaikan saudara, temen atau
sanak famili. Hanya 9,5 persen yang mengetahui informasi wisata Banten
dari internet dan 10,0 persen dari media massa.
b. Wisatawan Mancanegara
Hasil survei menunjukkan dari 18,6 ribu wisman yang ke Banten pada
tahun 2012, mayoritas berasal dari negeri Australia dengan persentase lebih
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
51 Dampak Pariwisata
dari sepersepuluhnya (12,50%). Selanjutnya berasal dari Jepang, Malaysia,
Saudi Arabia dan Taiwan dengan persentase masing-masing 10,04 persen;
9,37 persen; 9,37 persen dan 7,81 persen. Sisanya dari berbagai negara
dengan total persentase mencapai lima puluh persen.
Gambar 4.2. Komposisi Wisman Menurut Asal Provinsi
Tahun 2012
Hasil Survei Wisatawan Banten tahun 2011 memperlihatkan bahwa
hanya ada dua tujuan wisman berkunjung ke Banten yaitu berlibur/rekreasi
dan urusan bisnis. Sebanyak 52,17 persen wisman yang berkunjung ke
Banten punya tujuan untuk melihat keindahan wisata Banten dan 47,83
persen untuk urusan bisnis. Potensi ekonomi Banten yang besar khususnya
pada sektor industri dan jasa menjadi daya tarik warga asing untuk berbisnis
di Banten.
Sama dengan wisnus, pantai juga menjadi objek wisata pilihan utama
seorang wisman ketika berlibur ke Banten. Lebih dari setengah wisatawan
12,50%
10,94%
9,37%
9,37%
7,81% 6,25% 4,69%
4,67%
3,13%
2,86%
2,58%
25,84%
Singapura
Jepang
Malaysia
Saudi Arabia
Taiwan
Korea Selatan
China
Australia
Belanda
Perancis
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
52 Dampak Pariwisata
yang berlibur memilih objek wisata di sepanjang Pantai Anyer dan Carita
(64,52%). Pantai Sawarna yang cukup jauh letaknya dari ibukota Banten
juga menjadi objek wisata yang menarik bagi wisman, terbukti sebanyak
22,59 persen wisman memilih pantai tersebut. Selebihnya menjadikan anak
gunung Krakatau dan Banten Lama menjadi pilihan tempat wisata.
Berbeda dengan wisnus, wisman mendapatkan informasi wisata
Banten umumnya dari internet. Ada sebanyak 60,87 persen wisman yang
menyatakan mendapatkan informasi dari internet. Hal ini menunjukkan
bahwa internet menjadi ajang promosi terbaik bagi pariwisata Banten untuk
lebih menarik wisman ke depannya. Di samping itu ada juga yang
mendapatkan informasi dari media massa (13,04%) dan lainnya (26,09%)
Lainnya di sini dapat berupa berita dari teman, saudara maupun
family/rekan bisnis.
Informasi jenis objek wisata yang paling diminati ini dapat menjadikan
rujukan bagi pengembangan wisata di Banten. Sudah jelas bahwa wisata
pantai menjadi pilihan terbanyak bagi wisatawan, dan ini dapat disikapi
dengan menata objek wisata tersebut agar menjadi lebih menarik lagi.
Apalagi, salah satu sarana akses promosi yang cukup banyak diakses
wisatawan adalah informasi dari teman, saudara maupun rekan bisnis
sehingga ketika objek wisata pantai yang mereka kunjungi memberi kesan
memuaskan, otomatis promosi gratis akan didapatkan oleh Banten.
Dampaknya jelas wisatawan akan semakin membanjiri Banten.
4. 2. Konsumsi Wisatawan di Banten
Konsumsi wisatawan di suatu daerah merupakan penggerak ekonomi
pariwisata daerah tersebut. Hotel, perdagangan cinderamata, rumah makan
dan kegiatan penunjang wisata lainnya akan menjadi hidup dengan
konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan terhadap produk-produk tersebut.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
53 Dampak Pariwisata
Selalu yang diharapakan nilai konsumsi ini terus meningkat sehingga
ekonomi pariwisata semakin berkembang.
Tabel 4.1. Rata-Rata Konsumsi Wislok di Banten
Tahun 2011 – 2012
Jenis Pengeluaran
Rata-Rata Konsumsi (rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Akomodasi 7.701 11.364 3,62 4,05
2.
Makanan, minuman dan tembakau
54.122 78.504 25,44 27,97
3. Angkutan darat 13.811 51.136 6,49 18,22
4. Angkutan kereta api - - - -
5. Angkutan air - - - -
6. Angkutan udara - - - -
7. Bahan bakar dan pelumas 44.512 36.955 20,92 13,17
8. Sewa kendaraan 19.032 19.318 8,95 6,88
9. Seminar, pertemuan - - - -
10. Paket perjalanan 1.248 646 0,59 0,23
11. Pramuwisata - - - -
12. Pertunjukan seni 149 568 0,07 0,20
13.
Museum & Jasa kebudayaan
728 421 0,34 0,15
14. Jasa hiburan/rekreasi 12.355 23.037 5,81 8,21
15. Belanja/Cindera mata 43.588 36.290 20,49 12,93
16. Kesehatan 6.656 45 3,13 0,02
17. Lainnya 8.840 22.398 4,16 7,98
Jumlah 212.742 297.767 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
54 Dampak Pariwisata
Jumlah wisatawan yang terus meningkat dibarengi dengan
peningkatan nilai konsumsi wisatawan merupakan kondisi ideal yang sangat
diharapkan. Kedua hal tersebut akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi
pariwisata di suatu daerah. Peningkatan jumlah wisatawan tanpa dibarengi
dengan peningkatan konsumsinya akan kurang bermakna, demikian juga
sebaliknya.
Kondisi ideal yang dimaksud di atas secara umum terjadi di Banten
untuk tahun 2012. Jumlah wisatawan baik wislok, wisnus maupun wisman
mengalami peningkatan, demikian juga dengan nilai konsumsinya. Pada
tahun 2012 jumlah wislok dan wisnus di Banten masing-masing mencapai
3,73 juta orang dan 3,52 juta orang, padahal tahun sebelumnya hanya 3,29
juta orang dan 2,24 juta orang atau terjadi peningkatan masing-masing
sebesar 13,49 persen dan 57,33 persen. Adapun jumlah wisman pada
periode yang sama meningkat 8,81 persen dari 16.848 orang menjadi
18.518 orang.
Setiap wislok yang melakukan wisata di Banten secara rata-rata
menghabiskan 0,21 juta rupiah pada tahun 2011 dan 0,28 juta rupiah pada
tahun 2012 (Tabel 4.1). Pengeluaran tersebut untuk memenuhi berbagai
kebutuhan selama melakukan wisata di wilayah Banten. Pengeluaran
terbesar digunakan untuk mengkonsumsi makanan, minuman dan
tembakau; jasa angkutan darat, bahan bakar pelumas dan belanja/cindera
mata. Adapun pengeluaran untuk jasa hiburan/rekreasi dan jasa hotel
sendiri masing-masing hanya menempati posisi kelima dan ketujuh dari
sekian banyak barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wislok.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
55 Dampak Pariwisata
Tabel 4.2. Rata-Rata Konsumsi Wisnus di Banten
Tahun 2011 – 2012
Jenis Pengeluaran
Rata-Rata Konsumsi (rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Akomodasi 102.359 64.121 16,48 11,76
2.
Makanan, minuman dan tembakau
214.556 176.276 34,55 32,34
3. Angkutan darat 70.104 73.220 11,29 13,43
4. Angkutan kereta api 241 257 0,04 0,05
5. Angkutan air 905 1.502 0,15 0,28
6. Angkutan udara 36.145 69.993 5,82 12,84
7. Bahan bakar dan pelumas 40.473 35.316 6,52 6,48
8. Sewa kendaraan 13.109 12.385 2,11 2,27
9. Seminar, pertemuan - - 0,00 0,00
10. Paket perjalanan 23.149 22.721 3,73 4,17
11. Pramuwisata - - 0,00 0,00
12. Pertunjukan seni - - 0,00 0,00
13.
Museum & Jasa kebudayaan
621 1.651 0,10 0,30
14. Jasa hiburan/rekreasi 24.229 6.148 3,90 1,13
15. Belanja/Cindera mata 73.904 54.550 11,90 10,01
16. Kesehatan 222 261 0,04 0,05
17. Lainnya 21.009 26.697 3,38 4,90
Jumlah 621.026 545.101 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
56 Dampak Pariwisata
Tabel 4.3. Rata-Rata Konsumsi Wisman di Banten
Tahun 2011 – 2012
Jenis Pengeluaran
Rata-Rata Konsumsi (rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Akomodasi 2.618.114 3.865.704 50,24 52,61
2.
Makanan, minuman dan tembakau
1.190.392 1.586.072 22,84 21,59
3. Penerbangan Domestik 48.071 174.186 0,92 2,37
4. Angkutan darat 319.942 506.046 6,14 6,89
5.
Belanja kebutuhan sehari-hari
312.821 395.443 6,00 5,38
6. Cindera mata 380.299 506.476 7,30 6,89
7. Jasa Hiburan 65.876 50.749 1,26 0,69
8. Kesehatan & kecantikan 97.923 47.847 1,88 0,65
9. Pendidikan - - - -
10. Paket perjalanan 49.852 154.175 0,96 2,10
11. Rekreasi 59.644 24.766 1,14 0,34
12. Pramuwisata 42.018 19.606 0,81 0,27
13. Lainnya 25.816 16.510 0,50 0,22
Jumlah 5.210.768 7.347.580 100,00 100,00
Sementara itu rata-rata konsumsi setiap wisnus yang melakukan
wisata di Banten berdasarkan hasil survei ternyata lebih besar dibandingkan
rata-rata konsumsi wislok (Tabel 4.2). Komposisi pengeluaran wisnus juga
berbeda dengan wislok, dimana pengeluaran terbesar digunakan untuk
mengkonsumsi makanan, minuman dan tembakau; jasa angkutan darat;
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
57 Dampak Pariwisata
jasa angkutan udara dan jasa akomodasi. Sedangkan pengeluaran untuk
belanja/cindera mata sendiri hanya menempati posisi kelima dari sekian
banyak barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisnus.
Sedikit berbeda dengan wislok dan wisnus, setiap wisman ketika
berkunjung ke Banten menghabiskan 5,21 juta rupiah pada tahun 2011 dan
meningkat menjadi 7,35 juta rupiah setahun kemudian (Tabel 4.3). Porsi
terbesar konsumsi wisman dipergunakan untuk mendapatkan jasa
akomodasi dan konsumsi makanan, minuman dan tembakau. Adapun
pengeluaran untuk jasa hiburan dan jasa rekreasi sendiri masing-masing
hanya menempati posisi ketiga dan kesembilan dari sekian banyak barang
dan jasa yang dikonsumsi oleh wisman.
4. 3. Konsumsi Wisatawan Banten di Luar Banten
Pengertian wisatawan Banten yang dibahas disini adalah penduduk
Provinsi Banten yang melakukan perjalanan wisata ke luar wilayah Provinsi
Banten, baik ke provinsi lainnya di Indonesia maupun ke luar negeri. Pada
Tahun 2012 jumlah wisatawan dari Banten yang melakukan perjalanan
wisata ke luar Banten mencapai 6,73 juta orang, terdiri dari 6,54 juta orang
berkunjung ke provinsi lain di Indonesia dan 0,19 juta orang berkunjung ke
luar negeri. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah wisatawan Banten
yang berkunjung ke provinsi lain di Indonesia dan ke luar negeri masing-
masing meningkat 6,14 persen dan 9,82 persen.
Setiap wisatawan Banten yang melakukan wisata ke provinsi lain di
Indonesia secara rata-rata menghabiskan 0,06 juta rupiah pada tahun 2011
dan 0,0e juta rupiah pada tahun 2012 (Tabel 4.4). Pengeluaran tersebut
untuk memenuhi berbagai kebutuhan selama melakukan perjalanan sebelum
dan setelah sampai pada tempat tujuan wisata di luar wilayah Banten.
Pengeluaran terbesar digunakan untuk konsumsi makanan, minuman dan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
58 Dampak Pariwisata
tembakau; jasa angkutan darat; dan bahan bakar dan gas. Adapun
pengeluaran untuk sewa kendaraan sendiri hanya menempati posisi
keempat dari sekian banyak barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
wisatawan Banten.
Tabel 4.4. Rata-Rata Konsumsi Wisatawan Banten
yang Berwisata di Provinsi Lain di Indonesia (Pre+Post Trip),
Tahun 2011 – 2012
Jenis Pengeluaran
Rata-Rata Konsumsi (rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Akomodasi - - - -
2.
Makanan, minuman dan tembakau
17.122 14.012 30,38 25,96
3. Angkutan darat 9.676 11.289 17,17 20,92
4. Angkutan kereta api 957 139 1,70 0,26
5. Angkutan air - - - -
6. Angkutan udara - - - -
7. Bahan bakar dan pelumas 6.834 7.569 12,13 14,02
8. Sewa kendaraan 4.819 4.623 8,55 8,56
9. Seminar, pertemuan - - - -
10. Paket perjalanan - - - -
11. Pramuwisata - - - -
12. Pertunjukan seni - - - -
13.
Museum & Jasa kebudayaan
- - - -
14. Jasa hiburan/rekreasi 4.181 2.104 7,42 3,90
15. Belanja/Cindera mata 3.176 4.049 5,64 7,50
16. Kesehatan 285 301 0,51 0,56
17. Lainnya 9.308 9.888 16,52 18,32
Jumlah 56.357 53.973 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
59 Dampak Pariwisata
Sesuai dengan jarak tempuh, rata-rata konsumsi setiap wisatawan
Banten yang melakukan wisata di luar negeri lebih besar dibandingkan rata-
rata konsumsi wisatawan Banten yang berwisata ke provinsi lain di
Indonesia (Tabel 4.5). Disamping itu komposisi pengeluarannya juga
berbeda, dimana pengeluaran terbesar digunakan untuk belanja dan
kebutuhan trasportasi lokal (jasa angkutan darat).
Tabel 4.5. Rata-Rata Konsumsi Wisatawan Banten
yang Berwisata ke Luar Negeri
(Pre+Post Trip)
Tahun 2011 – 2012
Jenis Pengeluaran
Rata-Rata Konsumsi (rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Akomodasi 4.824 2.694 1,27 0,68
2.
Makanan, minuman dan tembakau
53.933 47.339 14,20 11,95
3. Transportasi lokal 88.875 120.110 23,40 30,32
4. Belanja 103.802 127.320 27,33 32,14
5. Pendidikan - - 0,00 0,00
6. Hiburan - - 0,00 0,00
7. Berobat - - 0,00 0,00
8. Lainnya 128.376 98.679 33,80 24,91
Jumlah 379.810 396.142 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
60 Dampak Pariwisata
4. 4. Investasi Pariwisata
Berbicara investasi pada sektor pariwisata tidak hanya yang dilakukan
oleh swasta, akan tetapi termasuk juga yang dilakukan oleh pemerintah.
Investasi pemerintah untuk pariwisata dapat berupa jalan yang dibangun di
daerah wisata, gedung kantor yang menunjang kegiatan pariwisata,
komputer maupun notebook untuk menunjang kegiatan pariwisata, renovasi
atau perbaikan tempat wisata, dan lain-lain. Sedangkan pembangunan hotel
dan tempat wisata yang dilakukan swasta termasuk investasi di sektor
pariwisata. Demikian juga dengan pembelian bus pariwisata dan kendaraan
wisata lainnya termasuk bagian dari investasi swasta.
Tabel 4.6. Nilai Investasi Pariwisata di Banten
Tahun 2011 – 2012
Jenis Barang Modal
Nilai Investasi
(juta rupiah) Persentase
2011 2012 2011 2012
1. Bangunan 93.353 111.792 53,19 50,66
2.
Kendaraan Roda Empat
34.698 43.174 19,77 19,57
3. Kendaraan Roda Dua 3.142 6.488 1,79 2,94
4. Kendaraan Lainnya 30.240 40.681 17,23 18,44
5. Komputer/Notebook/Netbook
4.475 6.830 2,55 3,10
6. Mesin Fax dan Printer
1.720 1.545 0,98 0,70
7. Generator 860 949 0,49 0,43
8. Mesin lainnya 1.246 1.445 0,71 0,66
9. Barang elektronik 2.738 5.098 1,56 2,31
10. Mebeler 3.036 2.670 1,73 1,21
Jumlah 175.509 220.672 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
61 Dampak Pariwisata
Pada tahun 2012, diperkirakan ada 220,7 miliar rupiah investasi yang
ditanamkan pada sektor pariwisata di Banten, yang berasal dari pemerintah
dan swasta. Investasi terbesar ditanamkan pada bangunan dengan porsi
50,66 persen. Bentuk investasi pariwisata lainnya adalah kendaraan roda
empat, dengan porsi 19,57 persen dari total investasi. Di samping itu, porsi
investasi besar lainnya adalah pembelian kendaraan lainya. Termasuk di sini
adalah bus pariwisata, kapal untuk wisata, dan kendaraan lainnya selain
roda empat dan roda dua. Porsi investasi untuk pembelian kendaraan
lainnya mencapai 18,44 persen.
4. 5. Promosi Pariwisata
Dalam rangka upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik
wisman maupun wisnus di Banten diperlukan berbagai usaha yang
terencana dan terintegrasi. Salah satu cara untuk memperkenalkan citra dan
potensi pariwisata Banten adalah dengan melakukan berbagai promosi
di dalam maupun luar Banten.
Promosi pariwisata dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah
dengan swasta akan berdampak positif bila dapat menarik lebih banyak
minat wisatawan untuk mengunjungi Banten. Dari sisi penyediaan (supply),
dilakukan pembinaan usaha-usaha yang bergerak di sektor pariwisata serta
promosi pariwisata untuk penduduk Banten sendiri agar lebih mengenal
budaya daerahnya.
Untuk tujuan-tujuan di atas, kemudian Pemerintah mengalokasikan
sedikit anggarannya untuk sejumlah kegiatan yang mendukung
pengembangan pariwisata. Pengeluaran pemerintah yang dimaksud di sini
adalah pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan operasional, bukan
investasi, dengan ciri-ciri produk yang dibeli habis digunakan pada saat
dipakai. Tabel 4,7 memperlihatkan pengeluaran pemerintah yang
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
62 Dampak Pariwisata
berhubungan dengan promosi dan pembinaan pariwisata pada tahun 2012
kebudayaan dan pariwasata mencapai Rp 76,50 milyar. Pengeluaran
terbesar digunakan untuk promosi kebudayaan dan pariwasata dan
fasilitisasi dan pengembangan budaya daerah. Adapun pengeluaran untuk
Optimalisasi pemberdayaan masyarakat kebudayaan dan pariwisata sendiri
hanya menempati posisi kesembilan dari sekian banyak pengeluaran
promosi wisata.
Tabel 4.7. Nilai Promosi Pariwisata di Banten
Tahun 2011 – 2012
Jenis Barang Modal
Nilai Promosi (juta rupiah)
Persentase
2011 2012 2011 2012
1.
Promosi kebudayaan dan pariwisata
19.764
21.084
28,01
27,56
2.
Peningkatan kemitraan pembangunan kebudayaan dan pariwisata
1.084
1.176
1,54
1,54
3.
Penguatan kelembagaan kebudayaan dan pariwisata
3.238
3.500
4,59
4,58
4.
Pengembangan usaha jasa pariwisata
4.553
4.963
6,45
6,49
5.
Pengembangan standardisasi usaha pariwisata
2.147
2.289
3,04
2,99
6.
Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah
14.406
15.533
20,42
20,30
7.
Optimalisasi pemberdayaan masyarakat kebudayaan dan pariwisata
1.910
2.065
2,71
2,70
8.
Fasilitasi dan pengembangan budaya daerah
12.519
13.909
17,74
18,18
9. Lainnya 10.934 11.980 15,50 15,66
Jumlah 70.555 76.499 100,00 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
63 Dampak Pariwisata
4. 6. Dampak Belanja Pariwisata
Bagaimana dampak dari konsumsi wisatawan, investasi dan promosi
pada sektor pariwisata terhadap perekonomian Banten secara total? Dengan
memanfaatkan Tabel Input – Output (Tabel I-O) Pariwisata yang dimiliki
Provinsi Banten, dampak perekonomian tersebut dapat dihitung. Baik
dampak terhadap output, terhadap nilai tambah bruto (NTB), terhadap
upah/gaji maupun dampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Belanja
pariwisata yang dimaksud melingkupi konsumsi wislok, wisnus dan wisman
yang berwisata di Banten, wisatawan Banten yang berwisata di luar Banten,
investasi dan promosi di sektor pariwisata.
Tabel 4.8. Belanja Pariwisata Provinsi Banten (juta rupiah)
Tahun 2011 – 2012
Jenis Belanja 2011 2012
1. Inbond 2.176.945 3.102.544
a. Wisatawan Lokal (Wislok) 699.886 1.047.993
b. Wisatawan Nusantara (Wisnus) 1.389.268 1.918.489
c. Wisatawan Mancanegar (Wisman) 87.791 136.062
2. Outbond 412.268 427.435
a. Wisatawan Banten ke Provinsi Lain 347.402 353.135
b. Wisatawan Banten ke Luar Negeri 64.866 74.300
3. Investasi Pariwisata 175.509 220.672
4. Promosi Pariwisata 70.555 76.499
Jumlah 2.835.277 3.827.150
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
64 Dampak Pariwisata
a. Dampak Terhadap Output
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan
Tabel I-O Pariwisata Tahun 2009, total belanja pariwisata yang besarnya
3,83 triliun rupiah pada tahun 2012 telah berdampak terhadap penciptaan
output ekonomi Banten senilai Rp 5,75 triliun atau sekitar 1,5 kali lipatnya.
Tabel 4.9. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
Rank Kode I-O
Sektor Nilai
(juta rupiah) Persentase
1 25 Restoran 1.108.633 19,28
2 27 Angkutan jalan 633.439 11,02
3 22 Perdagangan 610.533 10,62
4 18 Ind pengolahan lainnya 429.576 7,47
5 10 Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
321.470 5,59
6 33 Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
314.207 5,47
7 30 Angkutan udara 295.607 5,14
8 24 Hotel Bintang 286.597 4,99
9 1 Tabama 168.788 2,94
10 14 Ind kimia, barang-barang dari
bahan kimia, karet dan plastik 154.120 2,68
11 - Lainnya 1.426.090 24,81
Jumlah 5.749.060 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
65 Dampak Pariwisata
Sektor yang paling banyak menikmati dampak belanja pariwisata
adalah sektor restoran, sektor angkutan jalan dan sektor perdagangan.
Ketiga sektor ini masing-masing menikmati 1,11 triliun rupiah (19,28%) dan
0,63 triliun rupiah (11,02%) dan 0,61 triliun rupiah (10,62%). Ketiga sektor
ini memang yang paling utama dalam mendukung kegiatan pariwisata di
suatu daerah. Tanpa angkutan jalan yang memadai dan ketersediaan
restoran dan perdagangan, kegiatan pariwisata sulit untuk berkembang,
terutama ketersediaan angkutan jalan yang begitu vital bagi penunjang
kegiatan pariwisata. Adapun hotel berbintang menikmati 0,29 triliun rupiah
atau 4,99 persen dari total dampak output yang terjadi.
Dua sektor lain yang juga cukup besar menikmati dampak dari belanja
pariwisata adalah sektor industri pengolahan lainnya serta sektor industri
makanan, minuman dan tembakau. Kedua sektor ini menikmati masing-
masing 0,43 triliun rupiah dan 0,32 triliun rupiah. Kedua industri tersebut
umumnya menerima dampak tidak langsung dari kegiatan pariwisata
sebagai efek dari berkembangnya sektor restoran, sektor angkutan jalan,
dan sektor perdagangan. Meningkatnya output sektor restoran, sektor
angkutan jalan, dan sektor perdagangan akan mendorong peningkatan
output industri yang mendukung ketiga sektor tersebut, diantaranya adalah
sektor industri pengolahan lainnya serta sektor industri makanan, minuman
dan tembakau.
b. Dampak Terhadap NTB
Geliat pariwisata di Banten juga memberikan andil dalam penciptaan
Nilai Tambah Bruto (NTB). Pada tahun 2012, NTB yang tercipta akibat dari
kegiatan pariwisata mencapai 3,09 triliun rupiah, sedikit lebih rendah
dibandingkan seluruh belanja pariwisata yang terjadi. Sektor restoran dan
sektor perdagangan menerima dampak yang paling besar, yaitu masing-
masing 0,51 triliun rupiah dan 0,44 triliun rupiah. Adapun sektor Hotel
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
66 Dampak Pariwisata
berbintang serta sektor jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga sebagai
sektor yang terkait langsung dengan pariwisata masing-masing menikmati
0,29 triliun rupiah dan 0,15 triliun rupiah.
Tabel 4.10. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
Rank Kode I-O
Sektor Nilai
(juta rupiah) Persentase
1 25 Restoran 505.248 16,37
2 22 Perdagangan 436.592 14,15
3 27 Angkutan jalan 402.278 13,04
4 33 Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
218.289 7,07
5 18 Ind pengolahan lainnya 162.272 5,26
6 1 Tabama 147.922 4,79
7 24 Hotel Bintang 143.659 4,65
8 10 Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
110.293 3,57
9 30 Angkutan udara 108.544 3,52
10 36 Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
96.802 3,14
11 - Lainnya 754.235 24,44
Jumlah 3.086.136 100,00
Jika kita melihat lebih jauh, dari rasio antara NTB yang tercipta
sebagai dampak dari aktivitas pariwisata terhadap total NTB suatu sektor,
dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang hidupnya sangat bergantung
pada kegiatan pariwisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
67 Dampak Pariwisata
Tabel 4.11. Sepuluh Besar Sektor Yang Paling Bergantung
Kepada Kegiatan Pariwisata
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
Rank Kode I-O
Sektor
Nilai (juta rupiah)
Proporsi (persen) Dampak
Pariwi-sata
NTB Sektor
1 23 Hotel Non Bintang 39.717 39.719 100,00
2 24 Hotel Bintang 143.659 148.990 96,42
3 36 Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
96.802 136.053 71,15
4 18 Ind pengolahan lainnya 162.272 1.059.796 15,31
5 25 Restoran 505.248 6.208.371 8,14
6 27 Angkutan jalan 402.278 9.517.606 4,23
7 31 Jasa penunjang angkutan 59.856 2.089.554 2,86
8 20 Air bersih 3.260 122.147 2,67
9 2 Melinjo 2.779 105.125 2,64
10 33 Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
218.289 8.301.123 2,63
Terlihat bahwa tiga sektor yang paling bergantung pada kegiatan
pariwisata yaitu sektor hotel non bintang, sektor hotel non bintang dan
sektor jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga merupak sektor yang paling
berkaitan erat dengan kegiatan pariwisata. aktivitas wisata. Dimana, semua
NTB sektor hotel non bintang berasal dari kegiatan pariwisata. Sedangkan
sumbangan kegiatan pariwisata terhadap NTB sektor hotel bintang dan
sektor jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga masing-masing mencapai
96,42 persen dan 71,15 persen (Tabel 4.11).
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
68 Dampak Pariwisata
c. Dampak Terhadap Upah/Gaji
Dampak lain dari belanja pariwisata yang terjadi di Banten adalah
terciptanya upah/gaji yang dapat dinikmati pekerja pariwisata maupun
pekerja non pariwisata. Pekerja yang bekerja di industri pariwisata, seperti
hotel, restoran, angkutan wisata dan jasa hiburan akan menikmati langsung
upah/gaji yang berasal dari belanja wisata. Sedangkan pekerja yang bekerja
di industri yang mensupport pariwisata seperti pertanian, industri kimia dan
lainnya juga menikmati upah/gaji yang tercipta dari belanja pariwisata.
Tabel 4.12. Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2012
Rank Kode I-O
Sektor Nilai
(juta rupiah) Persentase
1 25 Restoran 151.295 14,92
2 27 Angkutan jalan 118.383 11,67
3 1 Tabama 92.757 9,14
4 22 Perdagangan 90.041 8,88
5 34 Jasa pemerintahan umum 67.019 6,61
6 37 Jasa perorangan dan rumah tangga
59.018 5,82
7 18 Ind pengolahan lainnya 54.187 5,34
8 36 Jasa rekreasi,kebudayaan, &
olah raga 43.500 4,29
9 24 Hotel Bintang 41.992 4,14
10 33 Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
40.476 3,99
11 - Lainnya 255.656 25,20
Jumlah 1.014.325 100,00
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
69 Dampak Pariwisata
Dari total NTB yang tercipta sebanyak 3,09 triliun rupiah, sebanyak
1,01 triliun rupiah berupa upah/gaji untuk pekerja. Nilai tersebut setara
dengan 32,89 persen dari NTB yang tercipta. Sektor restoran dan angkutan
jalan menikmati paling banyak dari upah/gaji yang tercipta, dengan nilai
masing-masing sebesar 0,15 triliun rupiah dan 0,12 triliun rupiah. Sektor
jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga serta sektor hotel bintang yang
berkaitan erat masing-masing hanya menikmati upah/gaji sebanyak 43,5
milyar rupiah dan 42,00 miliar rupiah dari total upah/gaji yang tercipta
karena kegiatan pariwisata. Sebaliknya sektor jasa perorangan dan
rumahtangga serta sektor industri pengolahan lainnnya, yang merupakan
supported industry pariwisata justru menikmati upah/gaji yang cukup besar,
yaitu masing-masing 59,02 milyar rupiah dan 54,19 milyar rupiah.
d. Dampak Terhadap Tenag Kerja
Kegiatan belanja pariwisat yang dilakukan di wilayah Banten telah
membantu dalam menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk Banten.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, pada tahun 2012, belanja
pariwisata di wilayah Banten telah mendorong terciptanya kesempatan kerja
untuk 103.670 orang.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor yang paling
banyak menikmati kesempatan kerja yang diciptakan oleh aktivitas
pariwisata di Banten. Pada tahun 2012, kesempatan kerja di sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang tercipta dari aktivitas pariwisata
sebanyak 46.545 orang atau 44,90 persen dari total kesempatan kerja.
Sektor lain yang menikmati kesempatan kerja cukup besar dari
aktivitas pariwisata pada tahun 2012 adalah sektor pertanian dan sektor
industri pengolahan, yaitu masing-masing sebanyak 14.993 orang dan
14.682 orang. Kesempatan kerja yang tercipta pada sektor pertanian dan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
70 Dampak Pariwisata
sektor industri pengolahan umumnya karena adanya efek tidak langsung
dari kegiatan pariwisata, karena sektor pertanian dan sektor industri
pengolahan mensupport hotel dan restoran yang merupakan sektor
pariwisata.
Tabel 4.13. Dampak Pengeluaran Pariwisata
Terhadap Kesempatan Kerja
Tahun 2012
Rank Sektor Kesempatan
Kerja
Persentase Terhadap
Total Kesempatan
Kerja Sektoral
1 Pertanian 14.933 2,48
2 Industri Pengolahan 7.566 0,64
3 Perdagangan, Hotel dan Restoran 46.545 4,15
4 Jasa-jasa 14.682 1,69
5 Lainnya 19.945 2,43
Jumlah 103.670 2,25
Bila dibandingkan antara kesempatan kerja yang tercipta dari aktivitas
pariwisata dengan total kesempatan kerja pada suatu sektor, maka pada
sektor perdagangan, hotel dan restoran, persentasenya paling besar yaitu
mencapai 4,15 persen. Ini artinya secara rata-rata dari 100 kesempatan
kerja yang tercipta pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terdapat 4
sampai 5 tercipta karena aktivitas pariwisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
71 Dampak Pariwisata
4. 7. Satelit Pariwisata
Sebelum melangkah jauh kepada analisis satelit pariwisata, perlu
kiranya dilakukan dekomposisi dampak belanja pariwisata menurut jenis
belanja pariwista. Pada Tabel 4.14, terlihat dampak belanja wisatawan
inbond baik terhadap output, NTB, upah/gaji dan kesempatan kerja maupun
pajak tidak langsung, lebih besar dibandingkan dampak belanja pariwisata
lainnya. Kontribusi belanja wisatawan inbond rata-rata sekitar empat per
lima dari total dampak belanja pariwisata.
Tabel 4.14. Dampak Belanja Pariwisata Provinsi Banten
Menurut Jenis Belanja
Tahun 2012
Jenis Belanja Pariwisata
Dampak Terhadap
Output (miliar rupiah)
NTB (miliar rupiah)
Upah/ Gaji
(miliar rupiah)
Kesem-patan Kerja
(orang)
Pajak Tak
Lang-sung
(miliar rupiah)
1. Inbond 4.630,2 2.501,2 802,2 85.033 122,2
a. Wislok 1.546,8 861,1 284,5 28.511 40,8
b. Wisnus 2.868,2 1.524,5 481,6 52.063 74,2
c. Wisman 215,2 115,6 36,1 4.459 7,2
2. Outbond 608,5 352,6 122,9 11.536 13,6
a. Ke Provinsi Lain 508,3 291,2 102,4 9.517 11,4
b. Ke Luar Negeri 100,2 61,4 20,5 2.019 2,2
3. Investasi 390,3 166,5 60,5 4.338 7,4
4. Promosi 120,1 65,8 28,7 2.764 2,7
Jumlah 5.749,1 3.086,1 1.014,3 103.670 146,0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
72 Dampak Pariwisata
Dilihat menurut komponen, kontribusi wisnus dan wislok terhadap
ekonomi Banten jauh lebih besar dibandingkan wisman. Selain itu, kontribusi
wislok yang berwisata di provinsi lain juga lebih besar daripada wisman.
Keadaan ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata Banten relatif lebih
menarik minat wisnus dan wislok daripada wisman. Dengan kata lain, wisnus
dan wislok menjadi motor penggerak sektor pariwisata Banten. Melihat
pentingnya peran wisnus dan wislok, pengembangan sektor pariwisata
Banten pada masa mendatang sebaiknya diarahkan kepada penciptaan dan
peningkatan kualitas obyek wisata yang pro wisnus dan wislok. Namun
demikian keberadaan wisman juga tidak dapat dinafikan sama sekali, perlu
dilakukan upaya keras agar jumlah wisman meningkat pesat karena
sesungguhnya nilai dan dampak belanja wisman secara individu lebih besar
dibandingkan wislok dan wisnus.
Bagaimana perbandingan dampak belanja pariwisata tahun 2011
dan 2012 terhadap perekonomian Banten? Satelit pariwisata yang terlihat
pada Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan perbedaan yang nyata mengenai
dampaknya terhadap perekonomian Banten. Dari total belanja pariwisata
tahun 2011 sebesar 2,84 triliun menghasilkan dampak terhadap output,
NTB, upah/gaji dan pajak serta kesempatan kerja masing-masing 4,32 triliun
rupiah; 2,32 triliun rupiah; 0,77 triliun rupiah; 0,12 triliun rupiah dan 88 ribu
kesempatan kerja. Dibandingkan struktur ekonomi Banten tahun 2012,
dampak belanja pariwisata masing-masing menyumbang 0,95 persen; 1,21
persen; 1,22 persen; 1,22 persen; dan 1,55 persen dari output, PDRB,
upah/gaji, dan 1,76 persen kesempatan kerja Banten tahun 2011.
Sedangkan pada tahun 2012, dampak belanja pariwisata bukan saja naik
secara nominal, bahkan sumbangannya pun mengalami kenaikan yang
signifikan. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya jumlah dan rata-rata
belanja wislok, wisnus, wisman dan wislok yang berwisata ke luar serta total
belanjan investasi dan promosi pariwisata.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
73 Dampak Pariwisata
Pengeluaran
Wislok Inbond
(Rp 1,05 triliun)
IO Multiplier
Matrix
Struktur Ekonomi Banten
Tabel IO Pariwisata
2009
PDRB 2012
Rp 212,86 triliun
Lap. Kerja 2012
4,61 juta org
Upah/Gaji 2012
Rp 69,27 triliun
Total Pajak 2012
Rp 8,30 triliun
Output 2012
Rp 502,31 triliun
1,14%
1,45%
1,46%
2,25%
1,76%
Gambar 4.3 Dampak Ekonomi Pariwisata
di Banten Tahun 2012
Pengeluaran
Wisnus Inbond
(Rp 1,92 triliun)
Pengeluaran
Wisman Inbond
(Rp 0,14 triliun)
Pengeluaran
Wislok Outbond
(Rp 1,12 triliun)
Investasi
Pariwisata
(Rp 0,06 triliun)
Promosi
Pariwisata
(Rp 0,08 triliun)
Dampak Thd Output
(Rp. 5,75 triliun)
Dampak Thd
NTB
(Rp. 3,09 triliun)
Dampak Thd
Upah/Gaji
(Rp. 1,01 T)
Dampak Thd Kesempatan
Kerja 104 ribu oarang
Dampak Thd Penciptaan Pajak
(Rp. 0,15 T)
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
74 Dampak Pariwisata
4. 8. Permasalahan
Setidaknya terdapat suatu kondisi yang terekam dalam penyusunan
nersparda kali ini, yang sepertinya mencerminkan permasalahan kegiatan
kepariwisataan saat ini sekaligus dapat mempengaruhi kegiatan di masa
mendatang. Tabel 4.15 menunjukkan suatu perbedaan yang mencolok
antara jumlah wisatawan dari luar baik wisnus maupun wisman yang
berwisata ke Banten dengan wisatawan Banten yang memilih untuk
Pengeluaran
Wislok Inbond
(Rp 0,70 triliun)
IO Multiplier
Matrix
Struktur Ekonomi Banten
Tabel IO Pariwisata
2009
PDRB 2011
Rp 192,23 triliun
Lap. Kerja 2011
4,53 juta org
Upah/Gaji 2011
Rp 62,56 triliun
Total Pajak 2011
Rp 7,49 triliun
Output 2011
Rp 453,63 triliun
0,95%
1,21%
1,22%
1,76%
1,55%
Gambar 4.4 Dampak Ekonomi Pariwisata
di Banten Tahun 2011
Pengeluaran
Wisnus Inbond
(Rp 1,39 triliun)
Pengeluaran
Wisman Inbond
(Rp 0,09 triliun)
Pengeluaran
Wislok Outbond
(Rp 0,35 triliun)
Investasi
Pariwisata
(Rp 0,22 triliun)
Promosi
Pariwisata
(Rp 0,087triliun)
Dampak Thd Output
(Rp. 4,32 triliun)
Dampak Thd
NTB
(Rp. 2,32 triliun)
Dampak Thd
Upah/Gaji
(Rp. 0,77 T)
Dampak Thd Kesempatan
Kerja 88 ribu oarang
Dampak Thd Penciptaan Pajak
(Rp. 0,12 T)
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
75 Dampak Pariwisata
berwisata ke luar Banten. Terlihat Banten mengalami defisit jumlah
wisatawan, alias lebih banyak wisatawan yang keluar daripada yang masuk.
Keadaan ini mengindikasikan perlunya perbaikan dunia pariwisata Banten
agar semakin banyak lagi wisatawan Banten yang memilih berwisata di
Banten. Bila berhasil dilakukan, pasti dampaknya terhadap perekonomian
akan lebih besar lagi.
Tabel 4.15. Komposisi Jumlah Wisatawan Banten
Tahun 2012
Uraian 2011 2012
A. Wisatawan berwisata di Banten 5.543.729 7.271.769
1. Wislok 3.289.829 3.733.740
2. Wisnus 2.237.052 3.519.511
3. Wisman 16.848 18.518
B. Wisatawan Banten berwisata Keluar Banten 6.335.055 6.730.336
1. Ke provinsi lain 6.164.269 6.542.777
2. Ke luar negeri 170.786 187.559
BBBAAABBB VVV
KKKeeesssiiimmmpppuuulllaaannn dddaaannn SSSaaarrraaannn
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
79 Kesimpulan dan Saran
5. 1. Kesimpulan
1). Jumlah wisatawan baik wislok dan wisnus maupun wisman pada
tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Begitu pula dengan wislok Banten yang berwisata ke
lain provinsi dan luar negeri.
2). Terdapat perbedaan yang mencolok antara jumlah wisatawan yang
datang ke Banten dengan wisatawan Banten yang berwisata ke
luar Banten. Bila belanja wisatawan Banten yang berwisata ke luar
Banten dihitung semua, maka ada kemungkinan dampak terhadap
perekonomian lebih besar dibandingkan dampak dari belanja
wisatawan yang berwisatas di Banten.
3). Rata-rata wisatawan baik wislok dan wisnus maupun wisman pada
per kapita yang berwisata di Banten mengalami peningkatan yang
berdampak posisif bagi ekonomi pariwisata Banten.
4). Belanja investasi dan promosi sektor pariwisata di Banten juga
mengalami peningkatan yang berdampak posisif bagi ekonomi
pariwisata Banten.
5). Dampak ekonomi pariwisata, baik dampak terhadap output, NTB,
upah/gaji, pajak tak langsung maupun dampak terhadap
penciptaan kesempatan kerja pada tahun 2012 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu pula dengan proporsi
dampak ekonomi pariwisata tahun 2012 terhadap struktur ekonomi
Banten tahun 2012 juga lebih tinggi dibandingkan proporsi tahun
2011.
5. 2. Saran
1). Nesparda sebagai tools perencanaan bagi sektor pariwisata akan
lebih baik jika disusun secara sempurna dengan menampilkan
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
80 Kesimpulan dan Saran
seluruh satelit yang ada sehingga nesparda menghasilkan sesuatu
yang lebih komprehensif, dengan demikian perencanaan yang
didasarkan pada Nesparda akan menjadi lebih lengkap.
2). Melihat dampak ekonomi pariwisata yang tidak hanya pada sektor
pariwisata akan tetapi pada sektor-sektor pendukungnya,
termasuk dampak terhadap penciptaan kesempatan kerja, maka
pembangunan pada sektor pariwisata semestinya menjadi
tanggung jawab bersama. Apalagi sektor ini mampu memberikan
kontribusi yang terus membaik pada ekonomi Banten maupun
penciptaan kesempatan kerja.
3). Penataan pariwisata harus terus dilakukan pada segala aspek yang
mendukung berkembangnya pariwisata, seperti pelayanan,
infrastuktur, termasuk juga promosi.
LLLAAAMMMPPPIIIRRRAAANNN
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
83 Lampiran
Lampiran 1.1. Pengeluaran Wisatawan Mancanegara (international inbound) Menurut Jenis Barang/Jasa
Tahun 2011 - 2012
No. Jenis Pengeluaran
Total Pengeluaran (Juta Rupiah)
2011 2012
1 Accommodation 44.110 71.585
2 Food & beverages 20.056 29.371
3 Domestik flight 810 3.226
4 Local Transportation 5.390 9.371
5 Shooping&Daily Needs 5.270 7.323
6 Souvenirs 6.407 9.379
7 Entertainment 1.110 940
8 Health & Beuty 1.650 886
9 Education 0 0
10 Local Package Tour 840 2.855
11 Sightseeing 1.005 459
12 Guide Services 708 363
13 Others 435 306
JUMLAH 87.791 136.062
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
84 Lampiran
Lampiran 1.2. Pengeluaran Wisatawan Nusantara dari Provinsi Lain (Domestic Inbound) Menurut Jenis Barang/Jasa
Tahun 2011 - 2012
No. Jenis Pengeluaran
Total Pengeluaran (Juta Rupiah)
2011 2012
1 Akomodasi 228.983 225.675 2 Makanan, minuman dan tembakau 479.973 620.406 3 Angkutan darat 156.826 257.699 4 Angkutan kereta api 539 904 5 Angkutan air 2.024 5.286 6 Angkutan udara 80.857 246.343 7 Bahan bakar dan pelumas 90.540 124.296 8 Sewa kendaraan 29.327 43.590 9 Seminar, pertemuan 0 0
10 Paket perjalanan 51.786 79.968 11 Pramuwisata 0 0 12 Pertunjukan seni 0 0 13 Museum & Jasa kebudayaan 1.389 5.812 14 Jasa hiburan/rekreasi 54.202 21.638 15 Belanja/Cinderamata 165.328 191.991 16 Kesehatan 496 920 17 Lainnya 46.998 93.961
JUMLAH 1.389.268 1.918.489
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
85 Lampiran
Lampiran 1.3. Pengeluaran Wisatawan asal Banten (Local Tourist) Menurut Jenis Barang/Jasa
Tahun 2011 - 2012
No. Jenis Pengeluaran
Total Pengeluaran (Juta Rupiah)
2011 2012
1 Akomodasi 25.336 42.429 2 Makanan, minuman dan tembakau 178.051 293.115 3 Angkutan darat 45.436 190.930 4 Angkutan kereta api 0 0 5 Angkutan air 0 0 6 Angkutan udara 0 0 7 Bahan bakar dan pelumas 146.437 137.979 8 Sewa kendaraan 62.612 72.129 9 Seminar, pertemuan 0 0
10 Paket perjalanan 4.106 2.410 11 Pramuwisata 0 0 12 Pertunjukan seni 490 2.121 13 Museum & Jasa kebudayaan 2.395 1.572 14 Jasa hiburan/rekreasi 40.646 86.014 15 Belanja/Cinderamata 143.398 135.497 16 Kesehatan 21.897 170 17 Lainnya 29.082 83.627
JUMLAH 699.886 1.047.993
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
86 Lampiran
Lampiran 1.4. Pengeluaran Wisatawan Mancanegara (international inbound) Menurut Jenis Barang/Jasa
Tahun 2011 - 2012
No. Jenis Pengeluaran
Total Pengeluaran (Juta Rupiah)
2011 2012
1 Akomodasi 824 505
2 Makan 9.211 8.879
3 Transport lokal 15.179 22.528
4 Belanja 17.728 23.880
5 Pendidikan 0 0
6 Hiburan 0 0
7 Berobat 0 0
8 Lainnya 21.925 18.508
JUMLAH 64.866 74.300
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
87 Lampiran
Lampiran 1.5. Pengeluaran Pre-Post Trip Wisatawan Nusantara Asal Banten ke Provinsi Lain (Domestic Outbound)
Tahun 2011 - 2012
No. Jenis Pengeluaran
Total Pengeluaran (Juta Rupiah)
2011 2012
1 Akomodasi 0 0 2 Makanan, minuman dan tembakau 105.544 91.675 3 Angkutan darat 59.644 73.864 4 Angkutan kereta api 5.897 907 5 Angkutan air 0 0 6 Angkutan udara 0 0 7 Bahan bakar dan pelumas 42.129 49.524 8 Sewa kendaraan 29.708 30.245 9 Seminar, pertemuan 0 0
10 Paket perjalanan 0 0 11 Pramuwisata 0 0 12 Pertunjukan seni 0 0 13 Museum & Jasa kebudayaan 0 0 14 Jasa hiburan/rekreasi 25.771 13.768 15 Belanja/Cinderamata 19.578 26.489 16 Kesehatan 1.754 1.966 17 Lainnya 57.378 64.698
JUMLAH 347.402 353.135
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
88 Lampiran
Lampiran 1.1. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 132.158 168.788
2. Melinjo 2.607 3.436
3. Perkebunan Lainnya 2.271 2.870
4. Peternakan 60.858 78.587
5. Kehutanan 298 366
6. Perikanan 20.983 27.436
7. Pertambangan & Penggalian 1.021 1.128
8 Industri emping 1.886 2.485
9. Industri gula aren & gula semut 219 288
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
254.742 321.470
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
74.331 92.316
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 37.450 44.959
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
60.915 76.997
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
123.835 154.120
15. Ind barang bukan logam 26.348 31.960
16. Ind logam dasar 82.557 98.151
17. Ind barang dari logam 34.232 43.997
18. Ind pengolahan lainnya 366.587 429.576
19. Listrik & gas kota 73.400 89.114
20. Air bersih 5.276 6.794
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
89 Lampiran
Lampiran 2.1. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 124.710 153.955
22. Perdagangan 530.229 610.533
23. Hotel Non Bintang 56.915 65.133
24. Hotel Bintang 252.002 286.597
25. Restoran 841.159 1.108.633
26. Angkutan rel 7.879 3.633
27. Angkutan jalan 345.913 633.439
28 Angkutan laut 2.391 3.258
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
3.130 6.860
30. Angkutan udara 109.303 295.607
31. Jasa penunjang angkutan 64.636 112.119
32. Komunikasi 71.229 108.807
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
244.060 314.207
34. Jasa pemerintahan umum 43.546 70.551
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 39.995 23.206
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
144.983 151.748
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 80.814 125.934
Jumlah 4.324.865 5.749.060
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
90 Lampiran
Lampiran 2.2. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 115.821 147.922
2. Melinjo 2.108 2.779
3. Perkebunan Lainnya 1.942 2.453
4. Peternakan 46.152 59.597
5. Kehutanan 264 325
6. Perikanan 13.274 17.356
7. Pertambangan & Penggalian 825 912
8 Industri emping 690 909
9. Industri gula aren & gula semut 180 237
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
87.400 110.293
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
36.311 45.096
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 16.938 20.333
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
16.766 21.193
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
45.346 56.436
15. Ind barang bukan logam 12.275 14.890
16. Ind logam dasar 12.005 14.272
17. Ind barang dari logam 15.411 19.807
18. Ind pengolahan lainnya 138.478 162.272
19. Listrik & gas kota 33.806 41.043
20. Air bersih 2.532 3.260
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
91 Lampiran
Lampiran 2.2. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 53.881 66.516
22. Perdagangan 379.166 436.592
23. Hotel Non Bintang 34.706 39.717
24. Hotel Bintang 126.318 143.659
25. Restoran 383.350 505.248
26. Angkutan rel 3.834 1.768
27. Angkutan jalan 219.679 402.278
28 Angkutan laut 1.318 1.796
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
2.255 4.942
30. Angkutan udara 40.135 108.544
31. Jasa penunjang angkutan 34.506 59.856
32. Komunikasi 50.869 77.706
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
169.556 218.289
34. Jasa pemerintahan umum 43.546 70.551
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 29.282 16.991
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
92.486 96.802
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 59.996 93.492
Jumlah 2.323.406 3.086.136
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
92 Lampiran
Lampiran 2.3. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 72.627 92.757
2. Melinjo 381 502
3. Perkebunan Lainnya 1.054 1.332
4. Peternakan 14.168 18.295
5. Kehutanan 136 167
6. Perikanan 2.882 3.768
7. Pertambangan & Penggalian 583 644
8 Industri emping 283 373
9. Industri gula aren & gula semut 29 38
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
27.792 35.072
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
11.700 14.531
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 5.387 6.467
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
3.829 4.839
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
14.116 17.568
15. Ind barang bukan logam 3.197 3.878
16. Ind logam dasar 2.178 2.589
17. Ind barang dari logam 4.786 6.151
18. Ind pengolahan lainnya 46.241 54.187
19. Listrik & gas kota 7.887 9.575
20. Air bersih 1.201 1.547
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
93 Lampiran
Lampiran 2.3. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 28.855 35.622
22. Perdagangan 78.198 90.041
23. Hotel Non Bintang 10.145 11.610
24. Hotel Bintang 36.923 41.992
25. Restoran 114.793 151.295
26. Angkutan rel 2.419 1.116
27. Angkutan jalan 64.648 118.383
28 Angkutan laut 316 431
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
510 1.117
30. Angkutan udara 9.925 26.841
31. Jasa penunjang angkutan 10.249 17.779
32. Komunikasi 13.484 20.597
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
31.440 40.476
34. Jasa pemerintahan umum 41.366 67.019
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 22.759 13.205
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
41.561 43.500
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 37.873 59.018
Jumlah 765.919 1.014.325
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
94 Lampiran
Lampiran 2.4. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 2.952 3.771
2. Melinjo 51 68
3. Perkebunan Lainnya 30 38
4. Peternakan 1.241 1.602
5. Kehutanan 2 2
6. Perikanan 444 581
7. Pertambangan & Penggalian 3 4
8 Industri emping 8 11
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
6.577 8.300
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
2.048 2.543
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 241 290
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
217 275
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
2.374 2.954
15. Ind barang bukan logam 490 594
16. Ind logam dasar 42 50
17. Ind barang dari logam 1.207 1.552
18. Ind pengolahan lainnya 5.634 6.603
19. Listrik & gas kota 4 5
20. Air bersih 1 1
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
95 Lampiran
Lampiran 2.4. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 3.141 3.878
22. Perdagangan 20.271 23.341
23. Hotel Non Bintang 3.233 3.700
24. Hotel Bintang 11.768 13.384
25. Restoran 32.797 43.226
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 5.158 9.445
28 Angkutan laut 16 22
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
25 56
30. Angkutan udara 410 1.109
31. Jasa penunjang angkutan 265 460
32. Komunikasi 767 1.172
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
7.324 9.429
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 94 54
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
7.022 7.349
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 78 122
Jumlah 115.939 145.990
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
96 Lampiran
Lampiran 2.5. Dampak Belanja Pariwisata Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 11.664 14.933
2. Pertambangan dan Penggalian 42 47
3. Industri Pengolahan 6.207 7.566
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 661 809
5. Bangunan 2.099 2.592
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 37.884 46.545
7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.389 13.552
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
2.287 2.945
9. Jasa-Jasa 11.534 14.682
Jumlah 79.768 103.670
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
97 Lampiran
Lampiran 3.1. Dampak Belanja Wislok Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 27.964 43.685
2. Melinjo 589 952
3. Perkebunan Lainnya 476 721
4. Peternakan 14.391 21.557
5. Kehutanan 76 106
6. Perikanan 4.737 7.523
7. Pertambangan & Penggalian 200 269
8 Industri emping 426 689
9. Industri gula aren & gula semut 49 80
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
51.376 79.127
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
22.309 26.165
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 5.309 6.901
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
14.006 18.073
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
35.940 43.725
15. Ind barang bukan logam 2.830 3.948
16. Ind logam dasar 27.310 27.091
17. Ind barang dari logam 7.189 10.174
18. Ind pengolahan lainnya 147.058 138.714
19. Listrik & gas kota 20.101 27.526
20. Air bersih 901 1.325
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
98 Lampiran
Lampiran 3.1. Dampak Belanja Wislok Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 7.172 10.941
22. Perdagangan 181.663 186.239
23. Hotel Non Bintang 2.564 4.288
24. Hotel Bintang 22.961 38.458
25. Restoran 190.182 307.295
26. Angkutan rel 370 486
27. Angkutan jalan 62.888 212.520
28 Angkutan laut 532 723
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
302 396
30. Angkutan udara 3.370 4.221
31. Jasa penunjang angkutan 13.296 32.415
32. Komunikasi 14.553 32.242
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
84.086 96.280
34. Jasa pemerintahan umum 7.453 21.061
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 23.982 3.582
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
49.101 101.008
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 14.309 36.299
Jumlah 1.062.023 1.546.804
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
99 Lampiran
Lampiran 3.2. Dampak Belanja Wislok Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 24.507 38.285
2. Melinjo 477 770
3. Perkebunan Lainnya 407 616
4. Peternakan 10.913 16.348
5. Kehutanan 67 94
6. Perikanan 2.996 4.759
7. Pertambangan & Penggalian 162 218
8 Industri emping 156 252
9. Industri gula aren & gula semut 41 66
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
17.627 27.148
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
10.898 12.782
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 2.401 3.121
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
3.855 4.974
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
13.161 16.011
15. Ind barang bukan logam 1.318 1.840
16. Ind logam dasar 3.971 3.939
17. Ind barang dari logam 3.237 4.580
18. Ind pengolahan lainnya 55.551 52.399
19. Listrik & gas kota 9.258 12.678
20. Air bersih 432 636
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
100 Lampiran
Lampiran 3.2. Dampak Belanja Wislok Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 3.099 4.727
22. Perdagangan 129.907 133.179
23. Hotel Non Bintang 1.563 2.615
24. Hotel Bintang 11.509 19.277
25. Restoran 86.674 140.047
26. Angkutan rel 180 236
27. Angkutan jalan 39.939 134.965
28 Angkutan laut 294 398
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
218 285
30. Angkutan udara 1.238 1.550
31. Jasa penunjang angkutan 7.098 17.305
32. Komunikasi 10.394 23.026
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
58.417 66.889
34. Jasa pemerintahan umum 7.453 21.061
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 17.558 2.623
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
31.322 64.434
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 10.623 26.948
Jumlah 578.920 861.081
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
101 Lampiran
Lampiran 3.3. Dampak Belanja Wislok Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 15.368 24.007
2. Melinjo 86 139
3. Perkebunan Lainnya 221 335
4. Peternakan 3.350 5.018
5. Kehutanan 34 48
6. Perikanan 650 1.033
7. Pertambangan & Penggalian 114 154
8 Industri emping 64 103
9. Industri gula aren & gula semut 7 11
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
5.605 8.633
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
3.511 4.118
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 764 993
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
880 1.136
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
4.097 4.984
15. Ind barang bukan logam 343 479
16. Ind logam dasar 720 715
17. Ind barang dari logam 1.005 1.422
18. Ind pengolahan lainnya 18.550 17.497
19. Listrik & gas kota 2.160 2.958
20. Air bersih 205 302
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
102 Lampiran
Lampiran 3.3. Dampak Belanja Wislok Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 1.660 2.531
22. Perdagangan 26.792 27.467
23. Hotel Non Bintang 457 764
24. Hotel Bintang 3.364 5.635
25. Restoran 25.954 41.937
26. Angkutan rel 114 149
27. Angkutan jalan 11.753 39.718
28 Angkutan laut 70 96
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
49 64
30. Angkutan udara 306 383
31. Jasa penunjang angkutan 2.108 5.140
32. Komunikasi 2.755 6.103
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
10.832 12.403
34. Jasa pemerintahan umum 7.080 20.007
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 13.646 2.038
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
14.075 28.955
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 6.706 17.011
Jumlah 185.458 284.487
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
103 Lampiran
Lampiran 3.4. Dampak Belanja Wislok Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 625 976
2. Melinjo 12 19
3. Perkebunan Lainnya 6 9
4. Peternakan 293 440
5. Kehutanan 0 1
6. Perikanan 100 159
7. Pertambangan & Penggalian 1 1
8 Industri emping 2 3
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
1.327 2.043
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
615 721
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 34 44
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
50 65
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
689 838
15. Ind barang bukan logam 53 73
16. Ind logam dasar 14 14
17. Ind barang dari logam 254 359
18. Ind pengolahan lainnya 2.260 2.132
19. Listrik & gas kota 1 2
20. Air bersih 0 0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
104 Lampiran
Lampiran 3.4. Dampak Belanja Wislok Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 181 276
22. Perdagangan 6.945 7.120
23. Hotel Non Bintang 146 244
24. Hotel Bintang 1.072 1.796
25. Restoran 7.415 11.981
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 938 3.169
28 Angkutan laut 4 5
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
2 3
30. Angkutan udara 13 16
31. Jasa penunjang angkutan 55 133
32. Komunikasi 157 347
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
2.523 2.889
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 56 8
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
2.378 4.892
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 14 35
Jumlah 28.233 40.813
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
105 Lampiran
Lampiran 3.5. Dampak Belanja Wislok Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 2.519 3.909
2. Pertambangan dan Penggalian 8 11
3. Industri Pengolahan 1.846 2.082
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 172 237
5. Bangunan 121 184
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.927 11.962
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.248 3.758
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
788 902
9. Jasa-Jasa 3.335 5.464
Jumlah 18.964 28.511
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
106 Lampiran
Lampiran 4.1. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 80.150 99.135
2. Melinjo 1.548 2.011
3. Perkebunan Lainnya 1.358 1.655
4. Peternakan 34.648 44.419
5. Kehutanan 117 145
6. Perikanan 12.420 15.986
7. Pertambangan & Penggalian 441 555
8 Industri emping 1.120 1.454
9. Industri gula aren & gula semut 130 169
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
157.172 190.540
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
29.346 38.170
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 8.352 10.958
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
26.045 35.191
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
48.301 63.858
15. Ind barang bukan logam 8.114 9.339
16. Ind logam dasar 19.629 27.244
17. Ind barang dari logam 10.013 14.506
18. Ind pengolahan lainnya 93.034 130.532
19. Listrik & gas kota 34.615 40.534
20. Air bersih 3.287 4.084
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
107 Lampiran
Lampiran 4.1. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 15.982 21.855
22. Perdagangan 232.526 282.232
23. Hotel Non Bintang 45.539 48.375
24. Hotel Bintang 184.319 179.152
25. Restoran 499.457 648.799
26. Angkutan rel 1.264 1.826
27. Angkutan jalan 185.283 294.512
28 Angkutan laut 1.080 1.605
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
2.477 6.038
30. Angkutan udara 93.541 276.347
31. Jasa penunjang angkutan 29.629 55.082
32. Komunikasi 29.300 46.374
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
110.456 163.476
34. Jasa pemerintahan umum 11.883 23.713
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 6.156 9.651
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
64.113 33.003
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 26.798 45.702
Jumlah 2.109.642 2.868.227
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
108 Lampiran
Lampiran 4.2. Dampak Belanja Wisnus Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 70.242 86.880
2. Melinjo 1.252 1.626
3. Perkebunan Lainnya 1.161 1.415
4. Peternakan 26.275 33.685
5. Kehutanan 104 128
6. Perikanan 7.857 10.113
7. Pertambangan & Penggalian 357 449
8 Industri emping 410 532
9. Industri gula aren & gula semut 107 139
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
53.924 65.372
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
14.335 18.646
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 3.777 4.956
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
7.169 9.686
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
17.687 23.384
15. Ind barang bukan logam 3.780 4.351
16. Ind logam dasar 2.854 3.961
17. Ind barang dari logam 4.508 6.531
18. Ind pengolahan lainnya 35.144 49.308
19. Listrik & gas kota 15.943 18.669
20. Air bersih 1.577 1.960
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
109 Lampiran
Lampiran 4.2. Dampak Belanja Wisnus Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 6.905 9.443
22. Perdagangan 166.280 201.824
23. Hotel Non Bintang 27.769 29.499
24. Hotel Bintang 92.392 89.802
25. Restoran 227.623 295.684
26. Angkutan rel 615 889
27. Angkutan jalan 117.668 187.036
28 Angkutan laut 595 885
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
1.785 4.350
30. Angkutan udara 34.347 101.472
31. Jasa penunjang angkutan 15.817 29.406
32. Komunikasi 20.925 33.119
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
76.737 113.572
34. Jasa pemerintahan umum 11.883 23.713
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 4.507 7.066
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
40.898 21.053
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 19.894 33.929
Jumlah 1.135.103 1.524.530
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
110 Lampiran
Lampiran 4.3. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 44.046 54.480
2. Melinjo 226 294
3. Perkebunan Lainnya 630 768
4. Peternakan 8.066 10.341
5. Kehutanan 54 66
6. Perikanan 1.706 2.195
7. Pertambangan & Penggalian 252 317
8 Industri emping 168 218
9. Industri gula aren & gula semut 17 23
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
17.147 20.788
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
4.619 6.008
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 1.201 1.576
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
1.637 2.212
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
5.506 7.279
15. Ind barang bukan logam 984 1.133
16. Ind logam dasar 518 719
17. Ind barang dari logam 1.400 2.028
18. Ind pengolahan lainnya 11.735 16.465
19. Listrik & gas kota 3.719 4.355
20. Air bersih 748 930
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
111 Lampiran
Lampiran 4.3. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 3.698 5.057
22. Perdagangan 34.293 41.624
23. Hotel Non Bintang 8.117 8.623
24. Hotel Bintang 27.006 26.249
25. Restoran 68.161 88.542
26. Angkutan rel 388 561
27. Angkutan jalan 34.628 55.041
28 Angkutan laut 143 212
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
404 984
30. Angkutan udara 8.494 25.092
31. Jasa penunjang angkutan 4.698 8.734
32. Komunikasi 5.546 8.779
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
14.229 21.059
34. Jasa pemerintahan umum 11.288 22.525
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 3.503 5.492
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
18.379 9.461
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 12.558 21.418
Jumlah 359.914 481.647
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
112 Lampiran
Lampiran 4.4. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 1.791 2.215
2. Melinjo 31 40
3. Perkebunan Lainnya 18 22
4. Peternakan 706 906
5. Kehutanan 1 1
6. Perikanan 263 339
7. Pertambangan & Penggalian 1 2
8 Industri emping 5 6
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
4.058 4.920
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
808 1.052
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 54 71
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
93 126
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
926 1.224
15. Ind barang bukan logam 151 174
16. Ind logam dasar 10 14
17. Ind barang dari logam 353 512
18. Ind pengolahan lainnya 1.430 2.006
19. Listrik & gas kota 2 2
20. Air bersih 0 1
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
113 Lampiran
Lampiran 4.4. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 403 551
22. Perdagangan 8.889 10.790
23. Hotel Non Bintang 2.587 2.748
24. Hotel Bintang 8.608 8.366
25. Restoran 19.474 25.297
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 2.763 4.391
28 Angkutan laut 7 11
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
20 49
30. Angkutan udara 351 1.036
31. Jasa penunjang angkutan 121 226
32. Komunikasi 316 499
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
3.315 4.906
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 14 23
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
3.105 1.598
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 26 44
Jumlah 60.700 74.165
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
114 Lampiran
Lampiran 4.5. Dampak Belanja Wisnus Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 6.996 8.711
2. Pertambangan dan Penggalian 18 23
3. Industri Pengolahan 2.333 3.035
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 325 385
5. Bangunan 269 368
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.711 26.045
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.951 7.232
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.035 1.532
9. Jasa-Jasa 3.674 4.732
Jumlah 40.313 52.063
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
115 Lampiran
Lampiran 5.1. Dampak Belanja Wisman Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 5.786 8.870
2. Melinjo 66 97
3. Perkebunan Lainnya 114 177
4. Peternakan 1.785 2.675
5. Kehutanan 5 7
6. Perikanan 601 894
7. Pertambangan & Penggalian 33 52
8 Industri emping 48 70
9. Industri gula aren & gula semut 6 8
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
13.547 21.036
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
2.148 3.403
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 545 845
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
2.005 3.088
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
2.723 4.103
15. Ind barang bukan logam 1.084 1.745
16. Ind logam dasar 260 408
17. Ind barang dari logam 465 728
18. Ind pengolahan lainnya 61 136
19. Listrik & gas kota 2.733 4.176
20. Air bersih 432 698
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
116 Lampiran
Lampiran 5.1. Dampak Belanja Wisman Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 1.437 2.308
22. Perdagangan 16.509 24.325
23. Hotel Non Bintang 5.519 8.948
24. Hotel Bintang 38.648 62.737
25. Restoran 21.300 31.323
26. Angkutan rel 54 84
27. Angkutan jalan 7.230 12.193
28 Angkutan laut 85 137
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
18 28
30. Angkutan udara 1.183 3.989
31. Jasa penunjang angkutan 890 1.382
32. Komunikasi 1.960 3.029
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
3.565 6.349
34. Jasa pemerintahan umum 124 91
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 2.171 1.723
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
2.642 2.012
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 872 1.296
Jumlah 138.652 215.169
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
117 Lampiran
Lampiran 5.2. Dampak Belanja Wisman Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 5.071 7.774
2. Melinjo 53 79
3. Perkebunan Lainnya 97 151
4. Peternakan 1.354 2.028
5. Kehutanan 4 6
6. Perikanan 380 566
7. Pertambangan & Penggalian 27 42
8 Industri emping 17 26
9. Industri gula aren & gula semut 5 7
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
4.648 7.217
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
1.049 1.662
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 246 382
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
552 850
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
997 1.502
15. Ind barang bukan logam 505 813
16. Ind logam dasar 38 59
17. Ind barang dari logam 209 328
18. Ind pengolahan lainnya 23 51
19. Listrik & gas kota 1.259 1.923
20. Air bersih 207 335
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
118 Lampiran
Lampiran 5.2. Dampak Belanja Wisman Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 621 997
22. Perdagangan 11.806 17.395
23. Hotel Non Bintang 3.365 5.456
24. Hotel Bintang 19.372 31.447
25. Restoran 9.707 14.275
26. Angkutan rel 26 41
27. Angkutan jalan 4.591 7.743
28 Angkutan laut 47 76
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
13 21
30. Angkutan udara 434 1.465
31. Jasa penunjang angkutan 475 738
32. Komunikasi 1.400 2.163
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
2.477 4.411
34. Jasa pemerintahan umum 124 91
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 1.589 1.261
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
1.686 1.283
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 648 962
Jumlah 75.123 115.627
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
119 Lampiran
Lampiran 5.3. Dampak Belanja Wisman Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 3.180 4.875
2. Melinjo 10 14
3. Perkebunan Lainnya 53 82
4. Peternakan 416 623
5. Kehutanan 2 3
6. Perikanan 83 123
7. Pertambangan & Penggalian 19 30
8 Industri emping 7 11
9. Industri gula aren & gula semut 1 1
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
1.478 2.295
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
338 536
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 78 122
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
126 194
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
310 468
15. Ind barang bukan logam 132 212
16. Ind logam dasar 7 11
17. Ind barang dari logam 65 102
18. Ind pengolahan lainnya 8 17
19. Listrik & gas kota 294 449
20. Air bersih 98 159
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
120 Lampiran
Lampiran 5.3. Dampak Belanja Wisman Terhadap Upah/Gaji Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 333 534
22. Perdagangan 2.435 3.587
23. Hotel Non Bintang 984 1.595
24. Hotel Bintang 5.663 9.192
25. Restoran 2.907 4.275
26. Angkutan rel 17 26
27. Angkutan jalan 1.351 2.279
28 Angkutan laut 11 18
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
3 5
30. Angkutan udara 107 362
31. Jasa penunjang angkutan 141 219
32. Komunikasi 371 573
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
459 818
34. Jasa pemerintahan umum 117 86
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 1.235 980
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
757 577
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 409 608
Jumlah 24.003 36.057
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
121 Lampiran
Lampiran 5.4. Dampak Belanja Wisman Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 129 198
2. Melinjo 1 2
3. Perkebunan Lainnya 1 2
4. Peternakan 36 55
5. Kehutanan 0 0
6. Perikanan 13 19
7. Pertambangan & Penggalian 0 0
8 Industri emping 0 0
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
350 543
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
59 94
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 4 5
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
7 11
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
52 79
15. Ind barang bukan logam 20 32
16. Ind logam dasar 0 0
17. Ind barang dari logam 16 26
18. Ind pengolahan lainnya 1 2
19. Listrik & gas kota 0 0
20. Air bersih 0 0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
122 Lampiran
Lampiran 5.4. Dampak Belanja Wisman Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 36 58
22. Perdagangan 631 930
23. Hotel Non Bintang 314 508
24. Hotel Bintang 1.805 2.930
25. Restoran 830 1.221
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 108 182
28 Angkutan laut 1 1
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
0 0
30. Angkutan udara 4 15
31. Jasa penunjang angkutan 4 6
32. Komunikasi 21 33
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
107 191
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 5 4
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
128 97
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 1 1
Jumlah 4.686 7.246
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
123 Lampiran
Lampiran 5.5. Dampak Belanja Wisman Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 478 731
2. Pertambangan dan Penggalian 1 2
3. Industri Pengolahan 132 206
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 29 44
5. Bangunan 24 39
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.892 2.943
7. Pengangkutan dan Komunikasi 146 253
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
33 60
9. Jasa-Jasa 202 181
Jumlah 2.938 4.459
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
124 Lampiran
Lampiran 6.1. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 12.581 10.987
2. Melinjo 291 255
3. Perkebunan Lainnya 204 183
4. Peternakan 6.486 5.856
5. Kehutanan 35 31
6. Perikanan 2.278 2.005
7. Pertambangan & Penggalian 217 98
8 Industri emping 211 185
9. Industri gula aren & gula semut 24 21
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
21.923 19.241
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
8.412 9.292
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 2.402 2.452
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
6.101 6.235
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
14.147 14.560
15. Ind barang bukan logam 1.161 1.173
16. Ind logam dasar 8.602 9.828
17. Ind barang dari logam 4.092 4.433
18. Ind pengolahan lainnya 42.506 49.800
19. Listrik & gas kota 8.575 7.940
20. Air bersih 352 345
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
125 Lampiran
Lampiran 6.1. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 4.699 4.698
22. Perdagangan 51.336 56.837
23. Hotel Non Bintang 16 17
24. Hotel Bintang 108 118
25. Restoran 93.996 82.438
26. Angkutan rel 6.043 1.055
27. Angkutan jalan 66.439 80.852
28 Angkutan laut 267 287
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
135 154
30. Angkutan udara 1.543 1.625
31. Jasa penunjang angkutan 18.379 20.385
32. Komunikasi 18.687 20.800
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
36.632 37.287
34. Jasa pemerintahan umum 14.432 16.273
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 3.023 3.144
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
29.003 15.589
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 19.156 21.800
Jumlah 504.495 508.280
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
126 Lampiran
Lampiran 6.2. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 11.026 9.629
2. Melinjo 236 207
3. Perkebunan Lainnya 174 157
4. Peternakan 4.919 4.441
5. Kehutanan 31 28
6. Perikanan 1.441 1.268
7. Pertambangan & Penggalian 175 79
8 Industri emping 77 68
9. Industri gula aren & gula semut 20 18
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
7.522 6.601
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
4.109 4.539
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 1.086 1.109
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
1.679 1.716
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
5.180 5.332
15. Ind barang bukan logam 541 546
16. Ind logam dasar 1.251 1.429
17. Ind barang dari logam 1.842 1.996
18. Ind pengolahan lainnya 16.056 18.812
19. Listrik & gas kota 3.949 3.657
20. Air bersih 169 166
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
127 Lampiran
Lampiran 6.2. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 2.030 2.030
22. Perdagangan 36.711 40.644
23. Hotel Non Bintang 10 11
24. Hotel Bintang 54 59
25. Restoran 42.838 37.570
26. Angkutan rel 2.941 513
27. Angkutan jalan 42.194 51.346
28 Angkutan laut 147 158
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
97 111
30. Angkutan udara 567 597
31. Jasa penunjang angkutan 9.812 10.883
32. Komunikasi 13.345 14.854
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
25.449 25.904
34. Jasa pemerintahan umum 14.432 16.273
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 2.213 2.302
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
18.501 9.945
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 14.221 16.184
Jumlah 287.047 291.181
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
128 Lampiran
Lampiran 6.3. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 6.914 6.038
2. Melinjo 43 37
3. Perkebunan Lainnya 95 85
4. Peternakan 1.510 1.363
5. Kehutanan 16 14
6. Perikanan 313 275
7. Pertambangan & Penggalian 124 56
8 Industri emping 32 28
9. Industri gula aren & gula semut 3 3
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
2.392 2.099
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
1.324 1.463
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 346 353
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
383 392
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
1.613 1.660
15. Ind barang bukan logam 141 142
16. Ind logam dasar 227 259
17. Ind barang dari logam 572 620
18. Ind pengolahan lainnya 5.362 6.282
19. Listrik & gas kota 921 853
20. Air bersih 80 79
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
129 Lampiran
Lampiran 6.3. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 1.087 1.087
22. Perdagangan 7.571 8.382
23. Hotel Non Bintang 3 3
24. Hotel Bintang 16 17
25. Restoran 12.828 11.250
26. Angkutan rel 1.856 324
27. Angkutan jalan 12.417 15.110
28 Angkutan laut 35 38
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
22 25
30. Angkutan udara 140 148
31. Jasa penunjang angkutan 2.914 3.232
32. Komunikasi 3.537 3.937
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
4.719 4.803
34. Jasa pemerintahan umum 13.710 15.458
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 1.720 1.789
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
8.314 4.469
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 8.977 10.216
Jumlah 102.275 102.391
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
130 Lampiran
Lampiran 6.4. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 281 245
2. Melinjo 6 5
3. Perkebunan Lainnya 3 2
4. Peternakan 132 119
5. Kehutanan 0 0
6. Perikanan 48 42
7. Pertambangan & Penggalian 1 0
8 Industri emping 1 1
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
566 497
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
232 256
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 15 16
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
22 22
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
271 279
15. Ind barang bukan logam 22 22
16. Ind logam dasar 4 5
17. Ind barang dari logam 144 156
18. Ind pengolahan lainnya 653 765
19. Listrik & gas kota 1 0
20. Air bersih 0 0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
131 Lampiran
Lampiran 6.4. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 118 118
22. Perdagangan 1.963 2.173
23. Hotel Non Bintang 1 1
24. Hotel Bintang 5 5
25. Restoran 3.665 3.214
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 991 1.205
28 Angkutan laut 2 2
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
1 1
30. Angkutan udara 6 6
31. Jasa penunjang angkutan 75 84
32. Komunikasi 201 224
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
1.099 1.119
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 7 7
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
1.405 755
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 19 21
Jumlah 11.960 11.372
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
132 Lampiran
Lampiran 6.5. Dampak Belanja Wislok ke Provinsi Lain Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 1.136 999
2. Pertambangan dan Penggalian 9 4
3. Industri Pengolahan 644 691
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 73 68
5. Bangunan 79 79
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.222 3.101
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.522 1.660
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
343 349
9. Jasa-Jasa 2.629 2.566
Jumlah 9.657 9.517
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
133 Lampiran
Lampiran 7.1. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 1.414 1.387
2. Melinjo 32 32
3. Perkebunan Lainnya 24 24
4. Peternakan 718 703
5. Kehutanan 4 4
6. Perikanan 252 250
7. Pertambangan & Penggalian 10 11
8 Industri emping 23 23
9. Industri gula aren & gula semut 3 3
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
2.549 2.478
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
1.260 1.267
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 314 327
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
1.133 1.294
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
2.217 2.399
15. Ind barang bukan logam 162 160
16. Ind logam dasar 945 829
17. Ind barang dari logam 702 697
18. Ind pengolahan lainnya 4.506 3.811
19. Listrik & gas kota 1.172 1.335
20. Air bersih 69 70
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
134 Lampiran
Lampiran 7.1. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 535 564
22. Perdagangan 20.156 26.445
23. Hotel Non Bintang 87 45
24. Hotel Bintang 773 495
25. Restoran 10.389 10.339
26. Angkutan rel 25 28
27. Angkutan jalan 16.509 24.049
28 Angkutan laut 55 52
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
28 32
30. Angkutan udara 5.071 4.371
31. Jasa penunjang angkutan 805 921
32. Komunikasi 5.237 4.583
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
1.507 1.824
34. Jasa pemerintahan umum 4.407 3.723
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 197 209
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
35 38
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 5.566 5.358
Jumlah 88.891 100.175
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
135 Lampiran
Lampiran 7.2. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 1.239 1.215
2. Melinjo 26 26
3. Perkebunan Lainnya 21 20
4. Peternakan 545 533
5. Kehutanan 3 3
6. Perikanan 160 158
7. Pertambangan & Penggalian 8 8
8 Industri emping 9 8
9. Industri gula aren & gula semut 2 2
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
874 850
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
616 619
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 142 148
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
312 356
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
812 878
15. Ind barang bukan logam 75 75
16. Ind logam dasar 137 120
17. Ind barang dari logam 316 314
18. Ind pengolahan lainnya 1.702 1.440
19. Listrik & gas kota 540 615
20. Air bersih 33 33
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
136 Lampiran
Lampiran 7.2. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap NTB
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 231 243
22. Perdagangan 14.414 18.911
23. Hotel Non Bintang 53 27
24. Hotel Bintang 387 248
25. Restoran 4.735 4.712
26. Angkutan rel 12 13
27. Angkutan jalan 10.484 15.273
28 Angkutan laut 30 28
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
21 23
30. Angkutan udara 1.862 1.605
31. Jasa penunjang angkutan 430 492
32. Komunikasi 3.740 3.273
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
1.047 1.267
34. Jasa pemerintahan umum 4.407 3.723
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 144 153
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
23 24
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 4.132 3.977
Jumlah 53.723 61.417
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
137 Lampiran
Lampiran 7.3. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 777 762
2. Melinjo 5 5
3. Perkebunan Lainnya 11 11
4. Peternakan 167 164
5. Kehutanan 2 2
6. Perikanan 35 34
7. Pertambangan & Penggalian 6 6
8 Industri emping 3 3
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
278 270
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
198 199
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 45 47
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
71 81
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
253 273
15. Ind barang bukan logam 20 19
16. Ind logam dasar 25 22
17. Ind barang dari logam 98 97
18. Ind pengolahan lainnya 568 481
19. Listrik & gas kota 126 143
20. Air bersih 16 16
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
138 Lampiran
Lampiran 7.3. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 124 130
22. Perdagangan 2.973 3.900
23. Hotel Non Bintang 15 8
24. Hotel Bintang 113 73
25. Restoran 1.418 1.411
26. Angkutan rel 8 9
27. Angkutan jalan 3.085 4.494
28 Angkutan laut 7 7
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
5 5
30. Angkutan udara 460 397
31. Jasa penunjang angkutan 128 146
32. Komunikasi 991 868
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
194 235
34. Jasa pemerintahan umum 4.186 3.536
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 112 119
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
10 11
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 2.608 2.511
Jumlah 19.143 20.497
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
139 Lampiran
Lampiran 7.4. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 32 31
2. Melinjo 1 1
3. Perkebunan Lainnya 0 0
4. Peternakan 15 14
5. Kehutanan 0 0
6. Perikanan 5 5
7. Pertambangan & Penggalian 0 0
8 Industri emping 0 0
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
66 64
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
35 35
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 2 2
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
4 5
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
43 46
15. Ind barang bukan logam 3 3
16. Ind logam dasar 0 0
17. Ind barang dari logam 25 25
18. Ind pengolahan lainnya 69 59
19. Listrik & gas kota 0 0
20. Air bersih 0 0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
140 Lampiran
Lampiran 7.4. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 13 14
22. Perdagangan 771 1.011
23. Hotel Non Bintang 5 3
24. Hotel Bintang 36 23
25. Restoran 405 403
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 246 359
28 Angkutan laut 0 0
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
0 0
30. Angkutan udara 19 16
31. Jasa penunjang angkutan 3 4
32. Komunikasi 56 49
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
45 55
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 0 0
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
2 2
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 5 5
Jumlah 1.908 2.235
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
141 Lampiran
Lampiran 7.5. Dampak Belanja Wislok ke Luar Negeri Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 127 125
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0
3. Industri Pengolahan 81 78
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 10 12
5. Bangunan 9 9
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 713 851
7. Pengangkutan dan Komunikasi 341 431
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
14 17
9. Jasa-Jasa 556 496
Jumlah 1.852 2.019
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
142 Lampiran
Lampiran 8.1. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 524 669
2. Melinjo 7 9
3. Perkebunan Lainnya 31 40
4. Peternakan 1.245 1.660
5. Kehutanan 54 66
6. Perikanan 112 146
7. Pertambangan & Penggalian 91 114
8 Industri emping 5 7
9. Industri gula aren & gula semut 1 1
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
904 1.165
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
9.300 12.332
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 19.955 22.854
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
3.151 3.927
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
17.013 21.687
15. Ind barang bukan logam 12.668 15.239
16. Ind logam dasar 24.432 31.255
17. Ind barang dari logam 4.177 5.225
18. Ind pengolahan lainnya 79.323 106.477
19. Listrik & gas kota 4.761 6.040
20. Air bersih 93 119
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
143 Lampiran
Lampiran 8.1. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 94.229 112.879
22. Perdagangan 23.273 29.289
23. Hotel Non Bintang 6 7
24. Hotel Bintang 27 35
25. Restoran 2.299 2.922
26. Angkutan rel 97 126
27. Angkutan jalan 5.896 7.505
28 Angkutan laut 309 385
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
140 180
30. Angkutan udara 440 549
31. Jasa penunjang angkutan 898 1.134
32. Komunikasi 859 1.092
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
2.875 3.636
34. Jasa pemerintahan umum 5 6
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 314 395
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
11 14
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 909 1.163
Jumlah 310.433 390.347
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
144 Lampiran
Lampiran 8.2. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 459 586
2. Melinjo 6 7
3. Perkebunan Lainnya 26 34
4. Peternakan 944 1.259
5. Kehutanan 48 58
6. Perikanan 71 92
7. Pertambangan & Penggalian 74 92
8 Industri emping 2 2
9. Industri gula aren & gula semut 0 1
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
310 400
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
4.543 6.024
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 9.025 10.336
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
867 1.081
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
6.230 7.941
15. Ind barang bukan logam 5.902 7.100
16. Ind logam dasar 3.553 4.545
17. Ind barang dari logam 1.880 2.352
18. Ind pengolahan lainnya 29.964 40.222
19. Listrik & gas kota 2.193 2.782
20. Air bersih 45 57
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
145 Lampiran
Lampiran 8.2. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 40.712 48.769
22. Perdagangan 16.642 20.944
23. Hotel Non Bintang 4 4
24. Hotel Bintang 14 17
25. Restoran 1.048 1.332
26. Angkutan rel 47 61
27. Angkutan jalan 3.745 4.767
28 Angkutan laut 170 212
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
101 130
30. Angkutan udara 161 202
31. Jasa penunjang angkutan 480 605
32. Komunikasi 613 780
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
1.997 2.526
34. Jasa pemerintahan umum 5 6
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 230 289
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
7 9
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 675 863
Jumlah 132.792 166.489
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
146 Lampiran
Lampiran 8.3. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 288 368
2. Melinjo 1 1
3. Perkebunan Lainnya 14 19
4. Peternakan 290 386
5. Kehutanan 25 30
6. Perikanan 15 20
7. Pertambangan & Penggalian 52 65
8 Industri emping 1 1
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
99 127
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
1.464 1.941
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 2.871 3.287
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
198 247
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
1.939 2.472
15. Ind barang bukan logam 1.537 1.849
16. Ind logam dasar 645 825
17. Ind barang dari logam 584 731
18. Ind pengolahan lainnya 10.006 13.431
19. Listrik & gas kota 512 649
20. Air bersih 21 27
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
147 Lampiran
Lampiran 8.3. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 21.803 26.118
22. Perdagangan 3.432 4.319
23. Hotel Non Bintang 1 1
24. Hotel Bintang 4 5
25. Restoran 314 399
26. Angkutan rel 30 39
27. Angkutan jalan 1.102 1.403
28 Angkutan laut 41 51
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
23 29
30. Angkutan udara 40 50
31. Jasa penunjang angkutan 142 180
32. Komunikasi 163 207
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
370 468
34. Jasa pemerintahan umum 5 6
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 179 225
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
3 4
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 426 545
Jumlah 48.637 60.524
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
148 Lampiran
Lampiran 8.4. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 12 15
2. Melinjo 0 0
3. Perkebunan Lainnya 0 1
4. Peternakan 25 34
5. Kehutanan 0 0
6. Perikanan 2 3
7. Pertambangan & Penggalian 0 0
8 Industri emping 0 0
9. Industri gula aren & gula semut 0 0
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
23 30
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
256 340
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 129 147
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
11 14
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
326 416
15. Ind barang bukan logam 236 283
16. Ind logam dasar 12 16
17. Ind barang dari logam 147 184
18. Ind pengolahan lainnya 1.219 1.637
19. Listrik & gas kota 0 0
20. Air bersih 0 0
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
149 Lampiran
Lampiran 8.4. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 2.374 2.843
22. Perdagangan 890 1.120
23. Hotel Non Bintang 0 0
24. Hotel Bintang 1 2
25. Restoran 90 114
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 88 112
28 Angkutan laut 2 3
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
1 1
30. Angkutan udara 2 2
31. Jasa penunjang angkutan 4 5
32. Komunikasi 9 12
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
86 109
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 1 1
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
1 1
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 1 1
Jumlah 5.950 7.446
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
150 Lampiran
Lampiran 8.5. Dampak Belanja Investasi Pariwisata Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 81 105
2. Pertambangan dan Penggalian 4 5
3. Industri Pengolahan 1.004 1.294
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 39 49
5. Bangunan 1.586 1.900
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 592 746
7. Pengangkutan dan Komunikasi 112 142
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
27 34
9. Jasa-Jasa 49 63
Jumlah 3.494 4.338
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
151 Lampiran
Lampiran 9.1. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 3.740 4.055
2. Melinjo 73 79
3. Perkebunan Lainnya 64 70
4. Peternakan 1.584 1.718
5. Kehutanan 7 8
6. Perikanan 584 633
7. Pertambangan & Penggalian 27 30
8 Industri emping 53 57
9. Industri gula aren & gula semut 6 7
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
7.271 7.884
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
1.556 1.687
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 573 621
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
8.475 9.189
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
3.493 3.788
15. Ind barang bukan logam 329 357
16. Ind logam dasar 1.380 1.496
17. Ind barang dari logam 7.594 8.234
18. Ind pengolahan lainnya 99 108
19. Listrik & gas kota 1.442 1.563
20. Air bersih 142 154
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
152 Lampiran
Lampiran 9.1. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Output
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 656 711
22. Perdagangan 4.765 5.166
23. Hotel Non Bintang 3.185 3.453
24. Hotel Bintang 5.167 5.602
25. Restoran 23.535 25.518
26. Angkutan rel 27 29
27. Angkutan jalan 1.667 1.808
28 Angkutan laut 64 70
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
29 32
30. Angkutan udara 4.154 4.504
31. Jasa penunjang angkutan 739 801
32. Komunikasi 633 686
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
4.939 5.355
34. Jasa pemerintahan umum 5.243 5.684
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 4.152 4.502
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
78 85
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 13.203 14.316
Jumlah 110.730 120.059
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
153 Lampiran
Lampiran 9.2. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 3.277 3.553
2. Melinjo 59 64
3. Perkebunan Lainnya 55 60
4. Peternakan 1.201 1.303
5. Kehutanan 7 7
6. Perikanan 369 400
7. Pertambangan & Penggalian 22 24
8 Industri emping 19 21
9. Industri gula aren & gula semut 5 5
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
2.495 2.705
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
760 824
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 259 281
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
2.333 2.529
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
1.279 1.387
15. Ind barang bukan logam 153 166
16. Ind logam dasar 201 218
17. Ind barang dari logam 3.419 3.707
18. Ind pengolahan lainnya 38 41
19. Listrik & gas kota 664 720
20. Air bersih 68 74
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
154 Lampiran
Lampiran 9.2. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap NTB Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten
Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 283 307
22. Perdagangan 3.407 3.694
23. Hotel Non Bintang 1.942 2.106
24. Hotel Bintang 2.590 2.808
25. Restoran 10.726 11.629
26. Angkutan rel 13 14
27. Angkutan jalan 1.059 1.148
28 Angkutan laut 35 38
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
21 23
30. Angkutan udara 1.525 1.654
31. Jasa penunjang angkutan 394 428
32. Komunikasi 452 490
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
3.431 3.720
34. Jasa pemerintahan umum 5.243 5.684
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 3.040 3.296
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
50 54
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 9.802 10.628
Jumlah 60.698 65.812
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
155 Lampiran
Lampiran 9.3. Dampak Belanja Promosi i Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 2.055 2.228
2. Melinjo 11 12
3. Perkebunan Lainnya 30 32
4. Peternakan 369 400
5. Kehutanan 3 4
6. Perikanan 80 87
7. Pertambangan & Penggalian 16 17
8 Industri emping 8 9
9. Industri gula aren & gula semut 1 1
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
793 860
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
245 266
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 82 89
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
533 578
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
398 432
15. Ind barang bukan logam 40 43
16. Ind logam dasar 36 39
17. Ind barang dari logam 1.062 1.151
18. Ind pengolahan lainnya 13 14
19. Listrik & gas kota 155 168
20. Air bersih 32 35
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
156 Lampiran
Lampiran 9.3. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Upah/Gaji
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 152 164
22. Perdagangan 703 762
23. Hotel Non Bintang 568 616
24. Hotel Bintang 757 821
25. Restoran 3.212 3.482
26. Angkutan rel 8 9
27. Angkutan jalan 312 338
28 Angkutan laut 8 9
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
5 5
30. Angkutan udara 377 409
31. Jasa penunjang angkutan 117 127
32. Komunikasi 120 130
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
636 690
34. Jasa pemerintahan umum 4.980 5.400
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 2.363 2.562
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
22 24
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 6.188 6.709
Jumlah 26.489 28.721
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
157 Lampiran
Lampiran 9.4. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Pajak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Kode I-O Sektor 2011 2012
84 91 1. Tabama 1 2
2. Melinjo 1 1
3. Perkebunan Lainnya 32 35
4. Peternakan 0 0
5. Kehutanan 12 13
6. Perikanan 0 0
7. Pertambangan & Penggalian 0 0
8 Industri emping 0 0
9. Industri gula aren & gula semut 188 204
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
43 46
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
4 4
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 30 33
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
67 73
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
6 7
15. Ind barang bukan logam 1 1
16. Ind logam dasar 268 290
17. Ind barang dari logam 2 2
18. Ind pengolahan lainnya 0 0
19. Listrik & gas kota 0 0
20. Air bersih 84 91
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
158 Lampiran
Lampiran 9.4. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Panjak Tak Langsung
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 17 18
22. Perdagangan 182 197
23. Hotel Non Bintang 181 196
24. Hotel Bintang 241 262
25. Restoran 918 995
26. Angkutan rel 0 0
27. Angkutan jalan 25 27
28 Angkutan laut 0 0
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
0 0
30. Angkutan udara 16 17
31. Jasa penunjang angkutan 3 3
32. Komunikasi 7 7
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
148 161
34. Jasa pemerintahan umum 0 0
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 10 11
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
4 4
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 13 14
Jumlah 2.503 2.714
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
159 Lampiran
Lampiran 9.5. Dampak Belanja Promosi Pariwisata Terhadap Penyediaan Lapangan Kerja
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2011-2012 (Orang)
Kode Lapangan Usaha 2011 2012
1 Pertanian 326 353
2. Pertambangan dan Penggalian 1 1
3. Industri Pengolahan 167 181
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 14 15
5. Bangunan 11 12
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 827 896
7. Pengangkutan dan Komunikasi 69 75
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
46 50
9. Jasa-Jasa 1.089 1.181
Jumlah 2.549 2.764
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
160 Lampiran
Lampiran 10. Porsi NTB Dampak Belanja Pariwisata Terhadap PDRB Lapangan Usaha
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2012 (Persen)
Kode I-O Sektor 2011 2012
1. Tabama 1,19 1,41
2. Melinjo 2,11 2,64
3. Perkebunan Lainnya 0,21 0,24
4. Peternakan 1,50 1,72
5. Kehutanan 0,36 0,41
6. Perikanan 0,99 1,12
7. Pertambangan & Penggalian 0,41 0,41
8 Industri emping 1,31 1,68
9. Industri gula aren & gula semut 0,16 0,21
10. Ind makanan, minuman & tembakau lainnya
1,47 1,57
11. Ind tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki
0,14 0,17
12. Ind kayu, bambu, rotan, & furniture 1,23 1,67
13. Ind kertas & barang-barang dari kertas, penerbitan & percetakan
0,55 0,59
14. Ind kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
0,18 0,23
15. Ind barang bukan logam 0,51 0,50
16. Ind logam dasar 0,07 0,08
17. Ind barang dari logam 0,15 0,17
18. Ind pengolahan lainnya 13,56 15,31
19. Listrik & gas kota 0,50 0,53
20. Air bersih 2,24 2,67
Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2012
161 Lampiran
Lampiran 10. Porsi NTB Dampak Belanja Pariwisata Terhadap PDRB Lapangan Usaha
Menurut Sektor Sesuai Kode IO Pariwisata Banten Tahun 2012 (Persen)
Lanjutan
Kode I-O Sektor 2011 2012
21. Bangunan 0,79 0,85
22. Perdagangan 1,27 1,26
23. Hotel Non Bintang 100,00 100,00
24. Hotel Bintang 97,02 96,42
25. Restoran 6,81 8,14
26. Angkutan rel 5,86 2,38
27. Angkutan jalan 2,59 4,23
28 Angkutan laut 0,18 0,23
29. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
1,02 2,03
30. Angkutan udara 1,11 2,43
31. Jasa penunjang angkutan 1,86 2,86
32. Komunikasi 1,90 2,61
33. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
2,30 2,63
34. Jasa pemerintahan umum 0,76 1,01
35. Jasa sosial & kemasyarakatan 1,81 0,88
36. Jasa rekreasi,kebudayaan, & olah raga
78,94 71,15
37. Jasa perorangan dan rumah tangga 1,77 2,37
Jumlah 1,21 1,45