neuralgia trigeminal
TRANSCRIPT
Neuralgia Trigeminal
I. Pendahuluan
Neuralgia Trigeminal adalah gangguan nervus trigeminus yang
menyebabkan nyeri pada wajah. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
tic douloureux atau penyakit fothergill.
1
Prevalensi dari penyakit ini diperkirakan 1 dari 25000 orang.The
International Headache Society mengklasifikasikanneuralgia trigeminal
(NT) menjadi 2 yaitu klasik NT atau gejala NT. Jika pada pemeriksaan
klinis tidak ditemukan defisit neurologis maka kita dapat mendiagnosis
nya sebagai Neuralgia trigeminal klasik. Untuk menegakan diagnosis dari
neuralgia trigeminal (NT) harus ditemukan lesi secara struktural terutama
terdapat kompresi pada pembuluh darah. Serangan awal akan terjadi
dalam beberapa detik maupun 2 menit jika sudah termasuk dalam gejala
yang paroksismal 2
.
Neuralgia trigeminal merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
usia 50 tahun ke atas. 90 % awal gejala penyakit terjadi pada usia 40
tahun. Penyakit ini diperkirakan lebih banyak terkena pada wanita
dibanding pria dengan rasio 1,5:1. Menurut survei di 6 negara di Benua
Eropa neuralgia trigeminal (NT) sangat berdampak pada kualitas hidup
serta sosial ekonomi pasien karena neuralgia trigeminal (NT) adalah nyeri
wajah yang ditemukan pada usia 50 tahun ke atas.3
Nervus oftalmika (V1) bercabang ke arah tentorium cerebri dan falx cerebri,
kelenjar air mata, frontal, dan nervus nasociliarri yang berakhir di fisura orbita
superior.
Nervus maksilaris (V2), sebelum masuk ke foramen rotundum V2 berhenti ke cabang meningeal media yang memberi inervasi pada duramater di fossa
medial cranial dan arteri meningeal media. Cabang lain menginervasi kulit
pada zigomatikum dan nervus zigomatikum, dan daerah leher.
Nervus mandibularis (V3) menepati cabang meningeal (nervus spinosus) terletak di daerah distal yang keluar dari foramen ovale dan masuk kembali ke
cavum cranial spenjang nervus spinosum untuk menyuplai dura meter, sinus
spenoid, dan sel mastoid. V3 juga berada pada nervus aurikilotemporal (yang
menyuplai sendi temporomandibular, kulit dekat telinga, kanalis audikularis
eksternal, kelenjar parotid, permukaan aurikuler superior).
Serabut motor nervus kranial V terdiri dari serat motor nukleus trigeminal di ponds.4
III. Epidemiologi
Beberapa data tersedia menurut Meneses, Clemente dan Russ (1995)
saat mengevaluasi medical records dari pasien-pasien operasi dekompresi
neurovaskular dari nervus trigeminal ditemukan pasien-pasien dengan
jarak umur antara 60 tahun dan 3 bulan, dengan insiden tertinggi adalah
perempuan (60%).
6
Adapula data yang tersedia adalah insiden rate dari
neuralgia trigeminal (NT) sekitar 3-5 kasus per tahun per 100.000 orang.
Prevalensinya pada laki-laki 107,5 dan pada perempuan 200,2 per 1 juta
populasi.7
IV. Etiologi
Ada banyak pendapat tentang etiologi neuralgia trigeminal (NT),
namun ada beberapa pendapat yang masih kontroversi karena kurangnya
bukti objektif, seperti teori keracunan eksogen dan endogen, patologi
sendi temporomandibular dan posisi yang tinggi dari puncak piramia
petrosa tulang temporal.Saat ini ada tiga teori etiologi neuralgia trigeminal
yang paling popular.Teori pertama didasarkan atas beberapa penyakit
yang saling terkait.Teori kedua adalah trauma langsung pada saraf dan
teori ketiga adalah polietiologi asal usul penyakit. Pada kenyataannya
pada banyak pasien yang menderita neuralgia trigeminal (NT) belum bisa
diidentifikasi penyebabnya. Karena pasien yang menderita neuralgia
trigeminal (NT) terkadang memiliki penyakit vaskular seperti
aterosklerosis, hipertonia arterial yang ditulis oleh beberapa penulis teori
etiologi neuralgia trigeminal (NT).
8
Sumber lain mengatakan neuralgia trigeminal (NT) bisa jadi
dihubungkan dengan lesi vaskular kompleks sekitar dasar otak dan
sepanjang dari nervus trigeminus. Menurut National Institute of
Neurological Disorder dan Stroke, faktor herediter juga mungkin menjadi
penyebab neuralgia trigeminal (NT). Beberapa orang yang mengalami
gangguan herediter mengalami gangguan pada pembuluh darah yang akan
mempengaruhi nervus trigeminus, orang-orang dengan riwayat keluarga
yang mengalami neuralgia trigeminal atau gangguan pembuluh darah
lainnya bisa jadi gangguan ini dapat berkembang dalam diri mereka.
Secondary neuralgia trigeminal (NT) pada fossa arteriovenous
maltransformasi jarang dimasukan ke dalam literatur. Tumor pada nervus
trigeminus seperti schwannoma dan limfoma mungkin dapat
menyebabkan neuralgia trigeminal (NT). NT juga terkadang dapat kita
jumpai pada pasien-pasien dengan glioblastoma. Gangguan metabolik
seperti gout, defisiensi vitamin (B6, B12, B3, B6, E), reaksi obat
(klorampenikol, nitrofurantoin, sulfonamides, isoniazid bisa saja menjadi
penyebab neuralgia trigeminal (TN).
9
V. Patomekanisme
Ada beberapa hipotesis dari para ahli terhadapat bagaimana
patofisologi neuralgia trigeminal ini.Diduga bahwa neuralgia trigeminal
disebabkan oleh demielinisasi saraf yang mengakibatkan hantaran saraf
cenderung meloncat ke serabut-serabut saraf di dekatnya. Hal ini
mengakibatkan sentuhan yang ringan saja dapat dirasakan sebagai nyeri,
akibat hantaran yang berlebihan itu.10
Aneurisma, tumor, peradangan, meningeal kronis, atau lesi lainnya
dapat mengiritasi akar saraf trigeminal sepanjang ponds dapat
menyebabkan gejala neuralgia trigeminal.Vascular yang abnormal dari
arteri serebelum superior sering disebut sebagai penyebabnya. Lesi dari
zona masuknya akar trigeminal dalam ponds dapat menyebabkan sindrom
nyeri yang sama.11
Serangan nyerinya tidak dapat diperkirakan karena nyeri dapat
dicetuskan oleh aktivitas sehari-hari yang biasanya tidak menimbulkan
nyeri (seperti menyisir rambut, mengunyah makanan, menggosok gigi,
atau bahkan saat terkena hembusan angin). Dikenal pula istilah trigger
zone, yaitu daerah yang sering menjadi awal bermulanya neuralgia yang
terletak disekitar daerah hidung dan mulut.11
VI. Gambaran klinik
Nyeri pada neuralgia trigeminal memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya:
Bersifat paroksismal, nyeri yang timbul berhenti secara tiba-tiba
dengan interval tanpa nyeri sebelumnya Selalu dengan intensitas berat Terbatas pada area stimulasi nervus trigeminal Pada hasil autopsi tidak ditemukan kerusakan yang nyata pada nervus trigeminus.
Sekitar 50% pasien memiliki trigger zones, yang mana ketika mendapatkan sedikit stimulasi atau iritasi dapat menyebabkan
episode nyeri.
Kelainan timbul dan hilang tanpa bisa diprediksi, beberapa pasien menunjukkan hubungan pada frekuensi serangan dengan stress
ataupun siklus menstruasi.1
Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusukyang terdistribusi pada daerah mandibularis, maksilaris, dan oftalmika pada nervus kranial
ke lima. Nyeri terjadi dari beberapa detik atau menit, tetapi
mungkin intens terjadi tanpa disadari pasien.12
Stimulasi pada wajah, bibir, atau gusi seperti saat berbicara, makan,
mencukur, menyikat gigi, sentuhan, atau aliran udara mungkin dapat
memperberat atau shocklike pain pada neuralgia trigeminal.
1
VII. Pemeriksaan penunjang
Neuralgia trigeminal dapat didiagnosis dengan gejala yang timbul
pada pasien yakni nyeri seperti terstusuk-tusuk bersifat paroksimal pada
daerah wajah dan rahang.Tidak ada yang pasti pada tes yang dilakukan
pada neuralgia trigeminus. Studi mengenai imaging seperti computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) mungkin
dapat membantu untuk menentukan kemungkinan lain yang menyebabkan
nyeri dan untuk menunjukan diagnosis neuralgia trigeminal. MRI
angiografi pada nervus trigeminal dan batang otak sering kali mampu
menentukan titik kompresi nervus trigeminus melalui arteri dan vena.Trial
dan eror selalu terjadi pada saat mendiagnosis, dokter mulanya
memberikan karbamazepin untuk melihat apakah ada pengurangan nyeri.
Jika hasilnya terbukti terjadi pengurangan nyeri maka dapat didiagnosis
sebagai neuralgia trigeminal.1
VIII. Diferensial Diagnosis
Atipical facial pain Postherpetic trigeminal neuralgia Cluster headaches Temporomandibular joint (TMJ) syndrome Glossopharyngeal neuralgia Short-lasting unilateral neuralgiform pain with conjuctival injection (SUNCT)
Geniculate neuralgia13
Daftar diagnosis banding untuk neuralgia trigeminal (NT) sangat panjang
dan termasuk dalam urutan dari kondisi yang patologi dan termasuk
kondisi patologi yang mempengaruhi sinus, gigi, sendi
temporomandibular, mata, hidung dan leher dan juga nervus cranialis
lainnya ( glosofaringeal neuralgia, nervus intermedius neuralgia, nervus
larings superior neuralgia dan occipital neuralgia). Bagaimanapun
diagnosis dari neuralgia trigeminal (NT) adalah sangat mendasari temuan
klinik dan riwayat terdahulu dan pemeriksaannya dapat memiliki ciri
antara neuralgia trigeminal dan gangguan lainnya yang menyebabkan
nyeri pada wajah. Pemeriksaan lokal mungkin akan ditemukan indikasi
otitis media, sinusitis, penyakit sendi temporomandibular, herpes zoster,
kerusakan gigi atau penyakit mata. Kumpulan defisit neurologis, terutama
mata tidak termasuk didalam diagnosis. Jika ada beberapa defisit
neurologis, disana kita harus mencurigai terdapat lesi struktural, termasuk
aneurisme, neurofibroma, meningioma atau lesi struktur intrakranial
lainnya.14
IX. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan bisa berupa pemberian obat atau melalui
tindakan pembedahan.Pemberian obat merupakan pilihan pertama yang
digunakan sedangkan tindakan bedah dilakukan hanya ketika pemberian
obat sudah terbukti tidak efektif.6
Medikamentosa Karbamazepine masih menjadi obat pilihan pertama untuk neuralgia
trigeminal meskipun sudah ada beberapa obat baru yang telah beredar. Ini
dikarenakan fakta yang ada tentang kemanjuran pada RCTs (randomized
controlled trials) untuk pasien neuralgia trigeminal. Mekasnime kerja obat
ini berkenaan dengan kemampuan dalam memblok sodium chanel
yangmenstabilkan rangsangan berlebihan pada membaran neuralgia
trigeminus. Dosis terendah (300-800 mg/hari) yang biasa digunakan pada
dosis anti epilepsi sudah cukup dalam mengurangi nyeri pada neuralgia
trigeminal.2
Pengobatan lainnya digunakan pada pasien yang tidak memberi respon
yang baik terhadap karbamazepin.Baklofen merupakan pusat spasmolitik
yang digunakan untuk spastik disorder yang efektif digunakan untuk
mengurangi gejala pada neuralgia trigeminal. Obat ini merupakan GABA B agonis yang diberikan dengan dosis 10-60 mg/hari. Pada sebuah
penelitian yang dilakukan pada 30 pasien dengan membandingkan
karbamazepin, baklofen, dan kombinasi keduanya, ditemukan bahwa
baklofen lebih efektif.2
Tizanidin merupakan relaksan otot lainnya yang sering digunakan.
Walaupun gejala yang timbul sering berulang setelah 3 bulan kemudian
tetapi tidak ditemukan perbedaan kemanjuran antara tizanidin dan
karbamazepin.2
Lamotrigen merupakan derifat peniltriazine yang digunakan untuk
pengobatan kejang tonik klonik parsial dan umum. Obat ini sensitif
terhadap sodium chanel dan menstabilkan mebran neural. Dosis yang
biasa digunakan adalah 25 mg dua kali sehari dan dapat ditingkatkan
hingga dosis 200-400 mg/ hari dalam dua dosis.2
Levitiracetam merupakan obat antiepilepsi yang popular digunakan
pada pediatrik yang juga efektif digunakan untuk neuralgi trigeminus.
Mekanisme kerja obat ini melibatkan ikatan yang tinggi terhadap kalsium
chanel pada sinaps protein 2A. Dosis efektif yang digunakan adalah 1000-
4000 mg/hari.2
Gabapentin merupakan obat antiepilepsi yang terbukti dapat
menghilangkan nyeri neuropatik.Onset nyeri berkurang ditemukan sekitar
minggu pertama sampai minggu ke-3 pengobatan.pada pasien gabapentin
efektif pada dosis 100-2400 mg per hari yang dibagi dalam tiga dosis yang
artinya digunakan 930 mg/hari.2
Pregabalin adalah GABA yang memiliki struktural yang sama terkait
dengan gabapentin yang diubah di sinaps atau non sinaps dan
membebaskan GABA. Obat ini terikat oleh a2b subunit pada kalsium
canel yang menyebabkaan penurunan kalsium presinaps yang menuju
sinaps juga menurun sehingga terjadi pembebasan glutamat.2
Topiramate merupakan obat keluaran terbaru untuk antiepilepsi yang
bekerja dalam memblok sodium chanel, meningkatkan aktivitas GABA
melalui ikatan pada non benzadiazepin pada GABA A reseptor, dan selektif
dalam blokade AMP/kainite glutamat reseptor. Dalam sebuah studi
topiramate diberikan dengan dosis 50-100 mg per hari.2
Non-medikamentosa Pembedahan
- Dekompresi microvaskular pada cabang nervus trigeminal lebih efektif
70% pada pasien, dapat meringankan gejala dan jarang menyebabkan
komplikasi.13
Mikrovaskular dekompresion (MD), merupakan tekhnik pembedahan
untuk memperbaiki pembuluh darah dari kompresi nervus trigeminal
dengan memberikan bantalan pembuluh darah berupa busa.diakukan
pembedahan dengan membuka seluas 1 inci di daerah dekat telinga
yang disebut dengan craniotomy.
5
- Sensori rhizotomi, merupaka pemotongan irreversible pada nervus
trigeminal yang berhubungan dengan batang otak. Dilakukan
pembedahan dengan pembukaan kecil di daerah belakang kepala,
stimulasi diberikan untuk mengidentifikasi cabang motor pada nervus.
Memotong nervvus yang menyebabkan mati rasa akan mengurangi
gejala harus dipertimbangkan untuk mengurangi nyeri yang tidak
berespon dengan pengobatan lain.5
Needle procedur, merupakan tindakan yang minimal invasive tanpa
harus membuka bagian kepala. Prosedur ini dilakukan untuk
mengurangi kerusakan di daerah nervus trigeminal dengan
mengirimkan rasangan nyeri ke otak.
5
Radioterapi
Rhizotomi radiofrekuensi atau yang sering disebut perkutaneus
streotatik radiofrekuensi rizotomi (PSR) dengan menggunakan panas yang
diberikan untuk menghancurkan beberapa serabut nervus trigeminal yang
menyebabkan nyeri. Selama pasien tidur jarum dan elektroda di masukkan
sepanjang pipi ke dalam nervus.5
Menggunakan bedah sinar gamma yang melibatkan radiasi streotaktik
pada cabang nervus trigeminal, dapat memberikan penyembuhan 75%-
84% pada pasien.13
X. Prognosis
Neuralgia trigeminus tidak mengancam kehidupan. Walaupun dapat
diperburukoleh waktu dan beberapa pasien berhasil sembuh dengan
pengobatan medikamentosa tetapi akhirnya harus memilih melakukan
tindakan pembedahan.1
Serangan nyeri bisa terjadi beberapa minggu hingga beberapa bulan,
bersifat berulang dan spontan dan diantaranya terdapat interval tidak nyeri
dengan durasi yang bermacam-macam.13
Beberapa dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan seperti
dekompresi mikrovaskular secara dini pada bagian yang mengalami
beberap gejala untuk mencegah dimielinasi. Walaupun begitu masih
banyak kontrofersi dan meragukan tentang penyabab neuralgia trigeminal
dan mekanisme dalam pengobatan yang diberikan untuk meringankaan
penyakit pasien.
1
Daftar Pustaka
1. Gilman L. Trigeminal Neuralgia. In: Chamberlin S T, Brigham N, editors,
The Gale Encyclopedia of Neurogical Disorders; 2008.p 875-6
2. George M and Selvaraja S. Drug Therapy for Neuralgia Trigeminal. 2
Division of Clinical Pharmacology, JIPMER, Pondicherry, Puducherry (UT),
India; 2011. p 28-30.
3. V.K Maarten. Department of Anesthesiology and Pain Management, Medical
Centre Jan van Goyen, Amsterdam, The Netherlands;Pain Practice, Volume 9,
Issue 4; 2009 2529.
4. Rokhmam R. Trigeminal Nerve. In: Taub E, editors. Color Atlas of
Neurology, New York; 2004. p 94-5.
5. Tew J and McMahon M. Trigeminal Neuralgia.University Cincinnati
Departement og Neurosurgery, Ohio; 2013. p 1-5.
6. MM S.et al. Trigeminal neuralgia: literature review. Department of
Morphology, State University of Campinas, Brazil;2013. p 1-5.
7. Joffroy A, Levivier M and Massager N. Trigeminal neuralgia
Pathophysiology and treatment Dept. of Neurosurgery, Erasmus Hospital,
University of Brussels (ULB), Brussels, Belgium; 2001. p. 20-25.
8. Sabalys G. et al. Aetiology and Pathogenesis of Trigeminal Neuralgia: a
Comprehensive Review. Journal Of Oral &Maxillofacial Research; 2012. p 2.
9. Popovici F. et. al. Review On The Causes Of Trigeminal Neuralgia
Symptomatic To Other Disease. Romanian Journal of Neurology, Romania;
2011. p 69-71.
10. Siccoli MM, Bassetti CL, Sandor PS. Facial pain : clinical differential
diagnosis. Lancet Neurology; 2006. p 257-67.
11. J Stephen Huff, MD; Chief editor. Rick Kulkarni, MD, Medscape reference.
Disease, drugs, and procedure. Trigeminal Neuralgia in Emergency Medicine. 15
12. Ropper H.A and Brown H.R. Headache and other cranio facial pain. In: Adam
and Victor Principle of Neurology Eight Edition, USA;2005. p 161-162.
13. Colson D.J. Trigeminal Neuralgia. In : Sibell, editors. 5 Minute Pain Management
Consult, The , 1st Edition, Oregon; 2007. P 1-12.
14. Agrawal A, et al.M J.Trigeminal Neuralgia: an overview. J Mgims; 2008.
p.41