new bab 2 tinjauan pustaka · 2015. 11. 4. · 15 bab 2 tinjauan pustaka 2.1. penelitian terdahulu...
TRANSCRIPT
15
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perancangan infrastruktur teknologi
informasi (TI) sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan
judul “Arsitektur Sistem Informasi Untuk Perguruan Tinggi di
Indonesia”. Dalam penelitian tersebut, dibahas mengenai
perencanaan arsitektur sistem informasi organisasi yang
merupakan sebuah proses yang kompleks menggunakan kerangka
TOGAF dan COBIT, oleh karena itu proses perencanaan harus
dikelola berdasarkan suatu petunjuk yang jelas dengan tujuan
menyelaraskan strategi bisnis organisasi dan strategi teknologi
untuk memberikan hasil yang maksimal bagi organisasi. Saat
penelitian tersebut dilakukan, belum terdapat kerangka dasar
yang khusus untuk melakukan perancangan arsitektur teknologi
informasi untuk institusi pendidikan. The Open Group
Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development
Method (ADM) adalah metode di dalam TOGAF untuk
melakukan perencanaan arsitektur sistem informasi (SI)
organisasi. Sedangkan COBIT (Control Objectives for
Information and Related Technology) adalah suatu metodologi
yang memberikan kerangka dasar untuk menciptakan teknologi
informasi (TI) yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain
itu, COBIT dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
16
(maturity level) dari TI suatu organisasi. Dengan menggunakan
perpaduan prinsip-prinsip dalam TOGAF ADM dan COBIT
dapat dirancang kerangka dasar SI untuk institusi pendidikan di
Indonesia yang sekaligus mampu mengukur performansi dari
hasil implementasi kerangka dasar tersebut (Mutyarini dan
Sembering, 2006).
Penelitian lainnya adalah dengan judul “Studi dan
Implementasi Framework Zachman dalam Pembangunan Sistem
Informasi, Studi Kasus: Sistem Informasi Potensi Keramik
Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung”. Pada penelitian
tersebut, dijelaskan bagaimana memahami pembangunan SI
secara lebih dan bagaimana framework Zachman dapat
menjembatani gap yang biasa terjadi antara pihak perencana dan
pembangun sistem serta implementasi penggunaan framework
Zachman pada pembangunan SI Potensi Keramik Daerah di Balai
Besar Keramik Bandung. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah framework Zachman dengan objek
penelitian pada Balai Besar Keramik Bandung (Adhinugraha,
2005).
Pemodelan mengenai EA dalam suatu organisasi juga
pernah dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Pemodelan
Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture
Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik di
Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar
Lampung”. Dalam penelitian tersebut, dibahas bagaimana cara
17
untuk menentukan bentuk SI yang dapat memenuhi syarat bisnis
dan selaras dengan pertumbuhan bisnis organisasi yaitu dengan
mengembangkan EA. Konsep EA menetapkan sebuah proses
untuk mengatur dan mengarahkan rencana pengembangan SI,
yang terdiri dari arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur
teknologi untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
manajemen dalam mengintegrasikan implementasi
pengembangan SI. Metodologi yang digunakan di dalam model
arsitektur ini adalah Enterprise Achitecture Planning (EAP). EAP
menentukan sebuah proses dari EA yang menekankan pada
kemampuan dan teknik individu untuk mengelola proyek EA,
yang terdiri dari komitmen pengelolaan, mendeskripsikan
rencana pengelolaan dan mengarahkan organisasi melalui transisi
dari implementasi perencanaan. Objek penelitian atau studi kasus
adalah pada Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya
Bandar Lampung (Nisar dan Triloka, 2008).
2.2. Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, maka yang menjadi
keunikan dari penelitian ini terletak pada gaya penerapan
metodologi, kasus dan hasil penelitian yang berbeda. Metodologi
yang digunakan adalah TOGAF ADM yang menyediakan
tahapan proses dalam pengembangan arsitektur enterprise yang
berbasis pada infrastruktur TI. Hasil dari penelitian ini akan
menghasilkan sebuah blueprint EA yang dapat digunakan oleh
18
Pemda Kabupaten Sumba Barat dalam membangun suatu
arsitektur SI/TI.
2.3. Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu Pemerintahan
adalah semua kegiatan lembaga-lembaga atau badan-badan
publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai
tujuan negara (pemerintah dilihat dari aspek dinamikanya).
Kemudian, pengertian pemerintahan dapat dibedakan dalam
pengertian luas dan sempit. Pengertian pemerintahan dalam arti
luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam usaha
mencapai tujuan negara, sedangkan dalam arti sempit adalah
segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi
kekuasaan eksekutif saja.
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jadi, dengan demikian
pekerja dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan kepada
para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai dasar dari
seluruh badan usaha. Organisasi (Syafiie, 2003) merupakan:
19
Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi.
Terjadinya berbagai hubungan antar individu maupun
kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun
keluarga.
Terjadinya kerja sama dan pembagian tugas.
Berlangsungnya prosess aktivitas berdasarka kinerja masing -
masing.
Pelayanan pemerintahan di tingkat provinsi merupakan
tugas dan fungsi utama kepala daerah provinsi sebagai kepala
wilayah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Kepala daerah
menerima pelimpahan sebagai kewenangan pemerintahan dari
pusat yang mempunyai tugas pelaksanaan kegiatan pemerintahan
di daerah provinsi, pemberdayaan masyarakat, pelayanan
masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum serta
pertanggungjawaban kepada dewan perwakilan rakyat daerah
propinsi (DPRD) sebagai lembaga legislatif di daerah. Hal ini
berkaitan dengan fungsi dan tugas utama pemerintah secara
umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat maka
pemerintah akan dapat mewujudkan tujuann negara yaitu
menciptakan kesejateraan masyarakat. Pelayanan kepada
masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
20
2.4. Keterbukaan Informasi Publik
Salah satu tema penting dalam perbincangan demokratisasi
di Indonesia adalah keterbukaan informasi publik. Tujuan utama
keterbukaan informasi di setiap negara adalah memastikan bahwa
lembaga publik akan lebih akuntabel dan kredibel dengan
menyediakan informasi dan dokumen sesuai permintaan publik
(Bolton, 1996). Regulasi yang berkaitan dengan kebebasan
informasi atau lebih dikenal keterbukaan informasi publik di
Indonesia akan selalu memuat hak setiap orang untuk
memperoleh informasi, kewajiban badan publik menyediakan dan
melayani permintaan informasi secara cepat dan tepat waktu,
biaya ringan (proporsional), dan cara sederhana, adanya
pengecualian informasi bersifat ketat dan terbatas, serta
kewajiban badan publik untuk membenahi sistem dokumentasi
dan pelayanan informasi (Mendel, 2008).
Regulasi untuk kebebasan atau keterbukaan informasi
publik di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) Nomor 4 tahun 2008 yang menjamin
hak warga atas informasi. Artinya, harapan akan terwujudnya
pemerintahan yang transparan dan akuntabel sudah
terlembagakan. Masyarakat sudah memiliki jaminan hukum yang
mengatur haknya untuk mengakses informasi dari badan publik.
Mereka dapat meminta informasi yang dibutuhkan dalam rangka
ikut mengawasi jalannya pemerintahan. Selain itu, UU KIP
menjadi katalis dalam pemisahan antara informasi yang berhak
21
didapatkan oleh masyarakat dengan informasi yang bersifat
rahasia. Beberapa hal yang menjadi kewajiban badan publik
sebagaimana terdapat dalam UU KIP antara lain:
Mendokumentasikan, menyediakan dan melayani permintaan
informasi publik (Pasal 1 ayat 9).
Menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi
publik selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan (Pasal 7 ayat 1).
Menyediakan informasi publik yang akurat, benar dan tidak
menyesatkan (Pasal 7 ayat 2).
Membangun dan mengembangkan SI dan dokumentasi untuk
mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga
dapat diakses dengan mudah (Pasal 7 ayat 3).
Membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang
diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi
publik (Pasal 7 ayat 4).
Memberikan pertimbangan secara tertulis dalam setiap
kebijakan yang memuat pertimbangan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara
(Pasal 7 ayat 5).
Memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-
elektronik (Pasal 7 ayat 6).
Menyusun kearsipan dan pendokumentasian informasi publik
(pasal 8 ).
22
Menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (Pasal 13 ayat 1).
2.5. Infrastruktur Teknologi Informasi
Infrastruktur TI mencakup jaringan komunikasi, perangkat
pemrosesan informasi (server, workstation, dan peripheral
pendukungnya), software system (sistem operasi dan database
RDBMS), dan media penyimpanan data (Depkominfo, 2007).
Infrastruktur TI memberikan pondasi dasar bagi kapabilitas
TI yang digunakan untuk membangun aplikasi bisnis dan
biasanya dikelola oleh kelompok SI (Broadbent dan Weill, 1996).
Tingkat paling dasar dari komponen infrastruktur TI adalah
komponen TI, seperti komputer dan teknologi komunikasi, yang
saat ini merupakan komoditi utama dan dapat dengan mudah
diperoleh di market place. Pada lapisan kedua terdiri dari
serangkaian pelayanan yang tersedia seperti: management of
large scale data processing, provision of electronic data
interchange (EDI) capability, atau management of firm-wide
database. Komponen tingkat dasar diubah ke dalam penggunaan
pelayanan infrastruktur TI oleh human information technology
infrastructure yang merupakan kombinasi dari knowledge, skill
dan experience. Dengan demikian, human information technology
infrastructure mengubah komponen infrastruktur TI menjadi
serangkaian pelayanan infrastruktur TI yang dapat dipercaya.
Investasi TI yang digunakan, dan terletak di atas, merupakan
23
aplikasi infrastruktur, seperti order entry pembukaan rekening
bank, analisis penjualan dan sistem pembayaran, yang merupakan
bentuk proses bisnis sesungguhnya.
Terdapat empat (4) dimensi dalam infrastruktur teknologi
aspek manusia yaitu: (1) pengetahuan dan keahlian manajemen
tentang TI, (2) pengetahuan dan keahlian fungsional tentang
bisnis, (3) keahlian interpersonal dan manajemen, dan (4)
pengetahuan dan keahlian teknikal. Pengetahuan dan keahlian
manajemen tentang teknologi berhubungan dengan dimana dan
bagaimana menyebarkan TI secara efektif dan menguntungkan
untuk mencapai tujuan-tujuan strategi bisnis. Pengetahuan dan
keahlian fungsional tentang bisnis meliputi tingkat pengetahuan
dan variasi fungsi di dalam bisnis dan kemampuan untuk
mengetahui semua lingkungan bisnis. Keahlian interpersonal dan
manajemen meliputi kemampuan untuk berkomunikasi secara
efektif dengan personal dalam area fungsional dan untuk bekerja
di dalam suatu lingkungan kolaborasi, serta kemampuan untuk
memimpin tim proyek. Pengetahuan dan keahlian teknikal
mengukur dalam dan luasnya keistimewaan teknik TI (sistem
operasi, bahasa pemrograman, sistem manajemen database,
network, telekomunikasi, dan lain-lain) di dalam organisasi
(Duncan et al, 1995).
24
2.6. Enterprise
Menurut para ahli, enterprise didefinisikan sebagai berikut:
1. Enterprise adalah keberfungsian seluruh komponen
organisasi yang dioperasikan di bawah kepemilikan atau
kontrol dari organisasi tunggal. Enterprise dapat berupa
bisnis, layanan (service) atau merupakan keanggotaan dari
suatu organisasi, yang terdiri dari satu atau lebih usaha, dan
dioperasikan pada satu atau lebih lokasi (Bureau, 2004).
2. Enterprise adalah kumpulan organisasi yang memiliki
sekumpulan perintah guna mencapai tujuan (Marc, 1998).
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa enterprise merupakan kumpulan dari integrasi sistem yang
ada di suatu organisasi di bawah kontrol atau pengendalian
berupa bisnis, layanan, maupun keanggotaan guna mencapai
tujuan organisasi.
2.7. Architecture
Architecture berdasarkan definisi para ahli, antara lain:
1. Architecture merupakan dasar sistem organisasi yang terdiri
dari sekumpulan komponen yang memiliki hubungan satu
sama lainnya serta memiliki kerterhubungan dengan
lingkungan sistem, dan memiliki aturan untuk perancangan
dan evaluasi (The Open Group, 2009).
25
2. Architecture adalah cara dimana sebuah sistem yang terdiri
dari networks, hardware dan software distrukturkan.
Arsitektur pada dasarnya menceritakan bagaimana bentuk
konstruksi sebuah sistem, bagaimana setiap komponen sistem
disusun, dan bagaimana semua aturan dan interface
(penghubung sistem) digunakan untuk mengintegrasikan
seluruh komponen yang ada tersebut. Arsitektur juga
mendefinisikan fungsi, deskripsi dari format data dan
prosedur yang digunakan komunikasi diantara setiap node
dan workstation (IBM, 1981).
2.8. Enterprise Architecture
Enterprise architecture (EA) atau lebih dikenal dengan
arsitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang
di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas/kegunaan, lokasi
organisasi dan parameter kinerja. EA adalah sebuah sistem atau
sekumpulan sistem (Osvalds, 2001).
Bagaimana implementasi dari EA bisa digunakan oleh
organisasi adalah sebaiknya organisasi mengadopsi sebuah
metode atau framework yang bisa digunakan dalam melakukan
pengembangan arsitektur enterprise tersebut. Sehingga, dengan
ada metode EA diharapkan dapat mengelola sistem yang
kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan di
investasikan (Kourdi, 2007). Contoh dari penerapan EA pada
suatu organisasi adalah seperti terlihat pada Gambar 2.1.
26
Gambar 2.1. Integrasi Domain Arsitektural pada Enterprise Architecture
(Sumber: Jonkers, 2006)
2.9. Strategi Sistem Informasi/Teknologi Informasi
Strategi SI/TI meliputi dua (2) strategi yaitu strategi SI
menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang
dibutuhkan oleh organisasi. Esensi dari strategi SI adalah
menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih
menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur dan keahlian
khusus yang terkait atau guna menjawab pertanyaan
“bagaimana?” (Ward dan Peppard, 2002).
2.10. Unified Modelling Language
Unified Modelling Language (UML) adalah himpunan
struktur dan teknik untuk pemodelan desain object oriented
programming (OOP) serta aplikasinya. UML adalah metodologi
untuk mengembangkan sistem OOP dan sekelompok perangkat
atau tools untuk mendukung pengembangan sistem. UML adalah
27
suatu bahasa yang digunakan untuk menentukan,
memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu
SI. UML adalah bahasa standar yang digunakan untuk
menentukan, visualisasi, membangun, dan mendokumentasikan
artefak sistem perangkat lunak (IBM, 1997).
Konsep UML bukan sebuah metoda tapi notasi, dan tidak
memiliki sebuah tahapan proses (Berclay dan Savage, 2004). Hal
terpenting dari UML adalah pemodelan dalam bentuk diagram
yang memiliki peranan terpenting dalam pengembangan
perangkat lunak berbasis objek. Tujuan utama dalam perancangan
UML adalah memberikan dasar formal untuk memahami
pemodelan bahasa.
Bentuk diagram UML yang akan dijelaskan antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Use Case Diagram
Diagram use case merupakan salah satu diagram untuk
memodelkan prilaku sistem dan merupakan pusat pemodelan
prilaku sistem, subsistem dan kelas. Masing-masing diagram use
case menunjukan sekumpulan use case, aktor dan hubungannya
(Bambang, 2004). Use case adalah sekumpulan skenario yang
menjelaskan interaksi antara user dan sistem (IBM, 1997).
Tujuan utama pemodelan use case adalah (Bambang, 2004):
a) Memutuskan dan mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan
fungsional sistem.
28
b) Memberikan deskripsi jelas dan konsisten dari apa yang
seharusnya dilakukan, sehingga model use case digunakan
diseluruh proses pengembangan untuk mengacu sistem harus
memberikan fungsionalitas yang dimodelkan pada use case.
c) Menyediakan basis untuk melakukan pengujian sistem yang
memverifikasi sistem.
d) Menyediakan kemampuan melacak kebutuhan fungsional
menjadi kelas - kelas dan operasi - operasi aktual di sistem.
Diagram use case memiliki dua komponen penting yaitu
aktor dan use case. Aktor merepresentasikan user atau sistem lain
yang berinterkasi dengan sistem yang akan dimodelkan
sedangkan Use case merupakan pandangan luar sistem yang
merepresentasikan sebuah aksi user.
2. Activity Diagram
Activity diagram merupakan diagram yang
merepresentasikan fungsionalitas dari sistem untuk menjelaskan
aktivitas sistem. Activity diagram berupa operasioperasi dan
aktivitas di uses case, diagram ini dapat digunakan untuk
menjelaskan mekanisme dari aliran kerja bisnis, aksi pemrosesan,
dan aliran eksekusi dari use case.
Beberapa komponen yang digunakan dalam activity
diagram yang meliputi activity, activity initial dan join flow.
Activity merepresentasikan aktivitas sistem atau user, activity
initial merepresentasikan dimulainya aktivitas sistem atau user,
join flow merepresentasikan aktivitas paralel.
29
3. Class Diagram
Class diagram merupakan diagram yang paling umum
dipakai disemua pemodelan berorientasi objek digunakan untuk
mejelaskan tipe objek dan hubungannya. Class adalah sebuah
spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah
objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain
berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan
(atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan
untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class
diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package
dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment,
pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class terdiri dari tiga bagian
yaitu class name, attribute dan operation.
2.11. Analisa Critical Success Factor
Critical Success Factor (CSF) atau faktor kritikal/kunci
keberhasilan merupakan metode untuk mengidentifikasi beberapa
aktivitas yang bersifat kritis yang harus dilakukan organisasi agar
sukses. Peranan CSF dalam perencanaan strategis SI/TI adalah
sebagai penghubung antara strategi bisnis organisasi dengan
strategi SI/TI. Analisa ini dapat digunakan mulai dari tingkat
yang lebih luas seperti secara keseluruhan, skala organisasi, skala
bisnis unit/fungsi sampei pada tingkat kebutuhan manajer secara
individu.
30
2.12. Analisa Value Chain
Analisa Value Chain menguraikan organisasi menjadi
aktivitas-aktivitas yang relevan secara strategis untuk memahami
perilaku biaya dan sumber diferensiasi yang sudah ada dan yang
potensial. Metode yang diperkenalkan oleh Michael Porter ini
digunakan untuk memeriksa seluruh kegiatan organisasi, baik
aktifitas utama maupun pendukung (Porter, 1985). Model value
chain dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Model Value Chain (Sumber: Porter, 1985)
2.13. The Open Group Architecture Framework
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan
mengelola serta mengimplementasikan EA dan SI yang disebut
dengan Architecture Development Method (ADM) (The Open
Group, 2009). Elemen kunci dari TOGAF adalah ADM yang
31
memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan EA
(Lise, 2006). ADM adalah fitur penting yang memungkinkan
perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun
arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri
dari tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun EA,
tahapan-tahapan ADM ditunjukkan pada Gambar 2.3, juga
merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengantifikasi
berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam
perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan
perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.
Gambar 2.3. ADM Cycle (Sumber: The Open Group, 2009)
Gambar 2.3 juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas
tentang bagaimana melakukan pengembangan EA, prinsip
tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan
32
dari pengembangan EA oleh organisasi (The Open Group, 2009),
prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Prinsip Enterprise
Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan
mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit
organisasi yang membutuhkan.
2. Prinsip Teknologi Informasi (TI)
Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh
bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan
menggunakan.
3. Prinsip Arsitektur
Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses
bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya.
Langkah awal yang perlu diperhatikan pada saat
mengimplementasikan TOGAF ADM adalah mendefinisikan
persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek
arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah
mendefenisikan strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-
bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai dari arsitektur
bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, serta
menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan
dikembangkan (Harrison dan Varveris, 2006).
Tahapan dari TOGAF ADM secara ringkas bisa dijelaskan
sebagai berikut:
33
A. Architecture Vision
Menciptakan keseragaman pandangan mengenai pentingnya
arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi yang
dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup
dari arsitektur yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk
mendapatkan arsitektur yang ideal.
B. Business Architecture
Mendefinisikan kondisi awal arsitektur bisnis, menentukan
model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan
berdasarkan skenario bisnis. Pada tahap ini tools dan metode
umum untuk pemodelan seperti: BPMN, IDEF dan UML bisa
digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
C. Information System Architecture
Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana
arsitektur SI dikembangkan. Pendefinisian arsitektur SI dalam
tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi
yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitekur data lebih
memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk
kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang
bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram,
dan Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi lebih menekan
pada bagaimana kebutuhan aplikasi direncanakan dengan
menggunakan Application Portfolio Catalog, serta menitik
beratkan pada model aplikasi yang akan dirancang. Teknik
34
yang bisa digunakan meliputi: Application Communication
Diagram, Application and User Location Diagram dan
lainnya.
D. Technology Architecture
Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai
dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan
dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog yang
meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan
ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang
diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang
digunakan meliputi Environment and Location Diagram,
Network Computing Diagram, dan lainnya.
E. Opportunities and Solution
Pada tahapan ini lebih menekan pada manfaat yang diperoleh
dari EA yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data,
arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi, sehingga menjadi
dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan
arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan
tahapan ini dalam rancangan bisa menggunakan teknik
Project Context Diagram dan Benefit Diagram.
F. Migration Planning
Pada tahapan ini akan dilakukan penilaian dalam menentukan
rencana migrasi dari suatu sistem informasi. Biasanya pada
tahapan ini untuk pemodelannya menggunakaan matrik
penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan
35
pendukung dalam organisasi terhadap impelentasi sistem
informasi.
G. Implementation Governance
Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola
implementasi yang sudah dilakukan, tatakelola yang
dilakukan meliputi tatakelola organisasi, tatakelola teknologi
informasi, dan tatakelola arsitektur. Pemetaaan dari tahapan
ini bisa juga dipadukan dengan framework yang digunakan
untuk tatakelola seperti COBIT dari IT Governance Institute
(ITGI) (The Open Group, 2009).
H. Arcitecture Change Management
Menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang
baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap
perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan
organisasi, baik internal maupun eksternal serta menentukan
apakah akan dilakukan siklus pengembangan EA berikutnya.
TOGAF juga merupakan metode yang bersifat generik dan
mudah di implementasikan berdasarkan kebutuhan banyak
organisasi, baik organisasi industri ataupun industri
akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini dan Sembiring,
2006).