nginang (2)
TRANSCRIPT
Kebudayaan masyarakat Banyumas yang masih bertahan hingga saat ini dan ada
kaitannya dengan kesehatan adalah kebiasaan buang ir besar di sungai seperti yang terjadi
pinggiran masyarakat Banyumas yang sering buang air besar di aliran sungai Serayu. Selain
itu, masyarakat juga sering mencuci peralatan dapur dan pakaian mereka di aliran sungai
yang sama. Dilihat dari sudut pandang kesehatan, hal ini jelas tidak sehat dan dapat menjadi
faktor risiko terjadinya berbagai macam penyakit. Selain itu pula, ada budaya lain yaitu
nginang. Nginang yaitu mengunyah daun sirih yang ditambahkan dengan kapur sirih, buah
pinang, gambir dan tembakau. Budaya nginang di Banyumas diyakini dapat bermanfaat
untuk gigi dan mulut serta menguatkan gigi. Pada gambir dan daun sirih dapat digunakan
sebagai antiseptik, senyawa fotokimia yang terkandung didalamnya dapat mencegah
pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan bau mulut. Pada kapur sirih dapat
berguna untuk menguatkan gigi dan tulang karena kandungan kapur sirih adalah kalsium.
Pada penelitian National Board of Health and Welfare (1997) menyatakan produk
tembakau non-alkohol (smokeless tobacco) termasuk nginang, dijumpai risiko kesehatan
yang sama dengan merokok meski sedikit lebih kecil. Risiko jantung dan pembuluh darah
pada smokeless tobacco meningkat 2x lipat dibanding ketika tidak mengkonsumsi tembakau,
selain itu juga smokeless tobacco dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar
risiko hipertensi. Selain dampak nginang dari tembakau, bahan lain seperti buah pinang yang
mengandung alkaloid bernama arecoline merupakan senyawa yang memberikan warna merah
pada air liur saat menginang, kebiasaan meludah sembarangan saat nginang dapat berdampak
negatif pada lingkungan.