nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab ta’lim...
TRANSCRIPT
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TA’LIM MUTTA’ALIM
KARYA BURHANUDDIN AL ZARNUJI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruaan untuk
Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD BAYU PAMUNGKAS
NIM 111 12 110
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“AJINING DHIRI SAKA KEDHALING LATHI, AJINING
SALIRA MARGA SAKA ENDHAHING BUSANA”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
1. Ibu saya Prih Suhardiyatmi yang selama ini telah mencurahkan doa dan
kasih sayang kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah saya tercinta Moh Yoedhi yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materiil, engkau telah mencurahkan doa dan kasih sayang
kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan
skripsi ini dan engkau selalu berpesan kepadaku untuk bersabar dalam
menghadapi setiap masalah yang dihadapi.
3. Kakakku, Agung Bayu Cahyono S. Pd. I dan Hafidzatinnisa Purba yang
mengingatkanku untuk selalu optimis menjalani hidup.
4. Keluarga besar Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang (FKWAMA),
yang terus memberikan suport disaat saya terpuruk dan terus
mengingatkan ku untuk selalu bersabar dalam kehidupan.
5. Keluarga Besar PMII kota Salatiga yang telah memberikan ku ilmu dan
pengalaman dalam hidup Sahabat/I ku yang selalu memberikan dukungan.
viii
ABSTRAK
Pamungkas, Muhammad Bayu. 2017. Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak Dalam
Kitab Ta’limul Muta’alim Karya Burhanuddin Al Zarnuji. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama
Islam.Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Dra.
Urifatun Anis, M. Pd. I.
Kata kunci: Pendidikan Akhlak .
Latar belakang dalam penulisan skripsi ini adalah pendidikan
merupakan hal yang harus ditempuh oleh semua orang. Pendidikan yang
ada seharusnya bisa mencetak anak-anak bangsa yang unggul dalam
intelektual, emosional maupun spiritual. Semua pendidikan penting,
namun penulis akan memaparkan mengenani pendidikan akhlak, kerena
menurut penulis. Pendidikan akhlaklah yang menjadi jawaban dalam
untuk menyelesaikan krisis moral dalam bangsa ini. Yang menjadi
permasalahan dari penulisan ini adalah Bagaimana nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dan
Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam
kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan
saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al
Zarnuji dan relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung
dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam
pendidikan saat ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan objek material
kajian pustaka dan sumber primer dari kitab ta’limul muta’allim. Dalam
proses menganalisis penulis menggunakan Content Analysis dan Reflektif
Thinking. Dalam mengambil kesimpulan mengunakan metode deduktif,
Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam kitab Ta’limul Muta’allim dibagi menjadi beberapa point, yaitu
akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap ilmu. 2)
relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab
Ta’limul Muta’allim sangatlah cocok bila di implementasikan dalam dunia
pendidikan formal di Indonesia ini karena akan membentuk suatu karakter
bangsa yang berbudi luhur.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab
Ta’lim Mutta’alim Karya Burhanuddin Al Zarnuji”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapa tmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. sebagai kepala jurusan Pendidikan Agama Islam
yang selau memberi arahan dan bantuan demi kelancaran penulis.
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M. Pd.I selaku pembimbing yang dengan sabar dan
tulus memberikan nasehat kepada penulis.
5. Ibu Peni Susapti, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang selalu
mengingatkan dalam menempuh studi.
x
xi
xii
DAFTAR ISI
1. JUDUL………………………………………………………………………..i
2. LOGO IAIN……………………………………………………...………….ii
3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………….....iii
4. PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….………....iv
5. PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………….……v
6. MOTTO………………………………………………………………….….vi
7. PERSEMBAHAN………………………………………………………….vii
8. ABSTRAK…………………………………………………………………viii
9. KATA PENGANTAR……………………………………………………....ix
10. DAFTAR ISI……………………………………………………….…….….xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….7
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………8
E. Penegasan Istilah……………………………………………..10
F. Kajian Pustaka………………………………………………14
G. Metode Penelitian……………………………………………15
H. Sistematika Penulisan………………………………………..17
BAB II. BIOGRAFI BURHANUDDIN AL ZARNUJI
xiii
A. Riwayat Hidup Burhanuddin Al Zarnuji……………………19
B. Riwayat Pendidikan Al Zarnuji……………………………..21
C. Situasi Pendidikan Burhanuddin Al Zarnuji………………..25
D. Biografi Ta’lim Muta’allim………………….............….….27
BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN BURHANUDDIN AL ZARNUJI
TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
TA’LIM MUTA’ALLIM
A. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak………………………31
1. Pengertian Nilai………………………….……………..31
2. Pengertian Pendidikan……………….…………………33
3. Pengertian Akhlak………………………….…………..35
B. Pemikiran Burhanuddin Al Zarnuji Tentang Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim…………………….36
1. Pembagian Ilmu……………………….……………......37
2. Tujuan Pendidikan…………………….………………..43
3. Metode Pembelajaran…………………….…………….44
BAB IV. ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN
AKHLAK DALAM KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM
A. Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Ta’lim Muta’allim……….47
1. Akhlak kepada Allah SWT……………………….…....47
2. Akhlak kepada Manusia……………………….………48
3. Akhlak kepada Ilmu………………………….………..51
xiv
B. Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim
Dengan Dunia Pendidikkan………………………………55
C. Kelebihan dan Kelemahan Pemikiran Burhanudin Al
Zarnuji…………………………………………………….56
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….59
B. Saran……………………………………………………...61
C. Penutup…………………………………………………...62
11. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….63
12. LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………65
13. RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………… ……….66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menjalani kehidupan,
baik pendidikan formal maupun non formal. Rasulullah pun mendapatkan
wahyu pertama ialah untuk membaca. Membaca bukan berarti hanya
membaca buku akan tetapi, membaca dapat diartikan adalah belajar, belajar
yang dimaksud bukan hanya sekedar belajar saja namun juga diamalkan.
Belajar yang sebenarnya adalah dari kita memahami alam sekitar
dan/atau wahyu Allah SWT baik yang tersirat maupun tersurat. Di indonesia
pendidikan menjadi hal yang perlu di perhatikan, contoh seperti orang tua
lebih senang anaknya menjadi juara kelas daripada anaknya tidak menghargai
orang yang lebih tua darinya. Disini pendidikan berbasis pendidikan akhlak
perlu di tegaskan, karena fakta di indonesia sekarang banyak orang yang
pandai dalam keilmuan namun sedikit orang yang berakhlak, sebagai contoh
yaitu para koruptor. Mereka merupakan orang yang berpendidikan dan
merupakan intelektual, namun mereka tidak punya akhlak yang baik.
Negara kita memang memerlukan orang yang berpendidikan tinggi,
karena untuk persaingan dengan negara asing dan kualitas negara dilihat
secara kasap mata adalah dari anak bangsa yang berpendidikan tinggi,namun
alangkah lebih baiknya adalah bila pendidikan di negara kita lebih
menekankan pada pendidikan akhlak sehingga pemimpin Negara ini memang
2
benar –benar layak baik secara akhlak maupun pemikiran. Kita dapat
menggambarkan bagaimana kekacauan pemerintahan bangsa ini dan
bagaimana pentingnya pendidikan akhlak untuk para generasi penerus
bangsa.
Akhlak merupakan dasar hidup manusia, sehingga manusia dapat
menjaga hidupnya. Didalam Islam akhlak menempati posisi yang penting.
Kualitas diri seseorang dinilai dari akhlaknya, baik itu urusan
Hablumminannas maupun hablumminallah. Pendidikan akhlak dimulai dari
lingkungan anak hidup dari kecil, yaitu keluarga. Karena pondasi seorang
generasi bangsa dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar anak tesebut
tinggal. Salah satu kesalah kaprahan dari orang tua menyerahkan pendidikan
anaknya kepada pihak sekolah, dan pihak sekolahlah yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas pendidikan anak tersebut. Meskipun memang benar waktu
anak memang banyak disekolah. Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab
pendidikan yang berlangsung dalam keluarga adalah bersifat asasi. Karena
itulah orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang
banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak
(Hasbullah, 2009:22). Di dalam Islam Rasulullah SAW secara jelas
mengingatkan akan pentingnya pendidikan keluarga ini, sebagaimana
haditsnya yang berbunyi :
د حدثنا الوليد بن حاجب حدثنا حم عن حرب بن م بيدي عن الز هري الز
سيب بن سعيد أخبرني رس ول قال . يق ول كان أنه ه ريرة أبي عن الم صلى الل
3
دانه فأبواه الفطرة على ي ولد إل ول ود م من ما وسلم عليه الل رانه ي هو وي نص
سانه ث م .جدعاء من فيها ت حسون هل جمعاء بهيمة البهيمة ت نتج كما وي مج
فطرة } شئت م إن واقرء وا ه ريرة أب و يق ول تبديل ل عليها الناس فطر التي الل
لخلق عبد حدثنا و ح العلى عبد حدثنا شيبة أبي بن بكر أب و حدثنا الية { الل
ميد بن اق عبد أخبرنا ح ز ال عن معمر عن كله ما الر هري سناد بهذا ز ال
)رواه مسلم ( .جمعاء يذك ر ولم بهيمة البهيمة ت نتج كما وقال
“(MUSLIM - 4803) : Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al
Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi
dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu
Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada
dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan
membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan
yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian
merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau,
maka bacalah firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas
fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan
kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami
4
'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dengan sanad ini dan dia
berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya.-tanpa
menyebutkan cacat.-“
Manusia mengerti akan apa yang baik dan apa yang buruk, bahwa ia
dapat membedakan antara kedua pengertian itu selanjutnya mengamalkannya,
adalah sesuatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Pengertian itu tidak
dicapainya melalui pengalaman, akan tetapi telah ada padanya sejak ada
dalam kandungan ibunya. Pada ketika itu tuhan lalu memberikan pengertian
tersebut kepadanya (Achmad, 1997:13). Jadi baik buruk merupakan
tanggapan pembawaan manusia. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an surat
Asy Syams : 7-8:
ىها ورها وتقوىها فألهمها ٧ونفس وما سو ٨ف ج
” dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS Asy
Syams:8-7)“
Akhlak yang baik atau mulia tidak lahir dengan sendirinya, bukan pula
karena keturunan dari orang tuanya namun akhlak yang mulia diri seseorang
membutuhan proses yang panjang. Yakni melalui pendidikan akhlak, yang
dimulai dari lingkungan terkecil sampai terbesar, baik dari keluarga sampai
lingkungan dia hidup baik di masyarakat, atau lingkungan dia menuntut ilmu.
Banyak metode-metode atau sistem pendidikan akhlak atau moral yang
ditawarkan oleh barat. Namun tentu saja ada kekurangan dan kelebihan.
Karena berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya terbatas.
5
Sedangkan pendidikan akhlak yang diajarkan oleh Islam sudah
sempurna, karena bersumber dari Allah SWT kemudian diberikan kepada
nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Rasulullah
menyampaikan "tarbiyah" atau pendidikan kepada umatnya melalui dakwah,
bukan dengan melalui peperangan maupun paksaan. Setelah rasulullah wafat
beliau tetap meninggalkan pendidikan akhlak kepada umatnya dengan
meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah. Rasulullah pertama diutus kemuka
bumi tidak lain tidak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlak umatnya.
Akhlak yang baik adalah perangai dari para Rasul dan orang terhormat,
sifat orang yang muttaqin dan hasil dari perjuangan orang yang ‘abid.
Sedangkan akhlak yang jahat adalah racun berbisa, kejahatan dan kebusukan
yang menjauhkan diri dari Rabbil Alamin. Akhlak yang buruk menyebabkan
orang terusir dari jalan Tuhan, tercampak kepada jalan setan. Akhlak buruk
adalah pintu menuju neraka yang menyala menghanguskan hati nurani ,
sedang akhlak baik laksana pintu menuju jannah Ilahi (Hamka, 1992: 1).
Allah Swt telah bersabda memuji Nabi-nya dengan menyatakan nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya,
ل ق عظيم ٤وإنك لعلى خ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”(QS. Al-Qolam : 4).
Mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi diri sendiri maupun
lingkungan harus ada upaya yang serius dan intensif dalam penanaman nilai-
nilai pendidikan akhlak tersebut. Supaya sejarah bangsa arab yang jahiliyah
6
tidak terulang. Karena jika melihat masa tersebut banyak kekurangan akhlak
seperti pembunuhan, perzinaan, penyembahan patung-patung dan lain
sebagainya yang tentu saja bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung
dalam Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an, hadits Nabi dapat di jadikan rujukan
mengingat salah satu fungsi hadits adalah menjelaskan kandungan ayat yang
terdapat di dalamnya.
Pada masa kejayaan Islam abad Ke empat, banyak pemikir-pemikir
pendidikan Islam bermunculan. Salah satunya adalah Burhanuddin Al
Zarnuji, beliau adalah sosok pemikir pendidikan Islam yang banyak
menyoroti tentang akhlak dan dimensi spiritual dalam pendidikan Islam.
Dalam karyanya, beliau lebih mengedepankan tentang akhlak dalam proses
pendidikan. Hal itu dikhususkan kepada peserta didik, supaya bisa
memperoleh ilmu pengetahuan yang bernilai bagi masyarakat dan bangsanya,
serta akhlak terhadap pendidik dan peserta didik yang lain. Pemikiran
utamanya mengenai pendidikan adalah pembentukan budi pekerti yang luhur
dan penekanannya adalah kepada nilai-nilai dari tuhan.
Dengan melihat permasalahan permasalahan akhlak diatas, penulis
bermaksud mencoba memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut
dengan merujuk kepada kitab karya beliau yang menjadi dasar seseorang
dalam membina akhlak dalam menuntut ilmu dan pengabdian dalam
masyarakat yaitu kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji.
Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Burhanuddin Al Zarnuji,
menurut penulis harus mendapatkan sorotan yang khusus karena konsep
7
beliau dalam kitab Ta’limul Muta’allim menjadi dasar dalam konsep
pendidikan akhlak antara murid dan guru, dan semua orang yang berada
dalam lingkup pendidikan.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menyingkap secara deskriptif
tentang pendidikan akhlak yang termuat dalam kitab Ta’limul Muta’allim.
Oleh karena itu untuk mengenal lebih jauh konsep pendidikan akhlak yang di
tawarkan oleh Burhanuddin Al Zarnuji, oleh karena itu penulis mengangkat
judul penelitian ini “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’limul
Muta’allim Karya Burhanuddin Al Zarnuji“
B. Rumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’limul Muta’allim
karya Burhanudin Al Zarnuji?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam
kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan
saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji.
8
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak
yang terkandung dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al
Zarnuji dalam pendidikan saat ini.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
wacana keilmuan khususnya dalam pendidikan akhlak
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan
krisis moral yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini.
c. Dapat menjadi referensi dalam memperbaiki akhlak generasi muda
dan alternatif untuk mencari problem-problem akhlak yang muncul
akhir-akhir ini.
d. Juga menambah bahan pustaka bagi perpustakaan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis
Menambah ilmu pengetahuan mengenai akhlak yang akan
diimplementasikan ketika nanti sudah terjun kedalam dunia
masyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari.
9
b. Bagi Guru
1) Bisa memberikan pendidikan yang ditekankan kepada akhlak,
khususnya antara murid dan guru.
2) Bisa menjadi rujukan dalam pembinaan siswa yang kurang baik
akhlaknya.
c. Bagi peserta didik
Supaya peserta didik bisa memperbaiki kuwalitas dirinya dalam
berakhlak, baik antara murid dengan guru maupun murid dengan
murid.
d. Bagi Lembaga
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam
meningkatkan kualitas lembaga pendidikan khususnya dalam
bidang pembentukan akhlak yang baik terhadap siswa-siswa atau
santri-santri.
2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama dalam
pendidikan islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah
wawasan di bidang tersebut.
3) Mengetahui betapa pentingnya pendidikan akhlak dalam kitab
Ta’limul Muta’allim karena akhlak dipakai dalam kehidupan
sehari-hari, baik untuk urusan habluminallah maupun
habluminannas.
10
E. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan
maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah
didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Nilai
1) Menurut spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi social tertentu (Asrori,
2008:153).
2) Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang
sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan
perbuatan-perbuatannya (Ensiklopedia Pendidikan, 2009:106).
3) Zakiyah Darajat dalam bukunya Dasar-Dasar Agama Islam
berpendapat nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan
corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan
maupun perilaku (Zakiyah Darajat Dkk, 1984:260).
Dari bebrapa pengertian diatas menurut penulis sendiri, nilai adalah
suatu keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya.
11
b. Pengertian Pendidikan
1) Ki Hajar dewantara berpendapat, pendidikan yaitu tuntunan
didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya (Suwarno, 1985:2).
2) Menurut UU Nomor 2 tahun 1989 UU Nomor 2 tahun
1989,menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
dating ( Depag RI, 1991/1992:3).
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
adalah sesuatu yang harus ditempuh setiap manusia supaya
mendapatkan kehidupan yang layak dan siap menghadapi semua
tantangan kehidupan.
c. Pengertian Akhlak
1) Akhlak merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar,
secara mendasar akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian
manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq(yang diciptakan).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak yaitu untuk
memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah
Ta’ala) (Deden Makbuloh, 2013:139).
12
2) Menurut Moh. Aziz Al Khuly, akhlak adalah sifat jiwa yang
terlatih demikian kuatnya sehingga mudahlah bagi yang punya
melakukan suatu tindakan tanpa dipikir dan di renungkan lagi.
3) Sedangkan menurat Al Ghazali, Akhlak adalah sifat atau bentuk
atau keadaan yang tertanam dalam jiwa, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang dan perlu
difikirkan dan dipertimbangkan lagi (Amin Syukur. 2010: 5).
Penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang sudah
melekat dalam jiwa seseorang untuk berbuat dan berkehendak sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa perlu berfikir dan
merenung.
Jadi yang dimaksud nilai pendidikan akhlak adalah suatu tatanan
yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak sesuai dengan tuntunan agama.
2. Burhanuddin Al Zarnuji
Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini.
Sedang Al Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota
tempat beliau berada yaitu Zarnuj. Diantara dua nama itu ada yang
menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga
menjadi Syaikh Burhanuddin Al Zarnuji (As’ad, 2007:ii). Tanggal
kelahirannya belum diketahui secara pasti. Mengenai tanggal wafatnya,
terdapat dua pendapat. Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun
13
591 H, 593H dan 597 H. Hidup beliau semasa dengan Ridha Al-Din Al-
Naisari, antara tahun 500-600 H (Baharuddin, Wahyuni. 2010: 49-50).
Tidak ada keterangan yang pasti mengenai tempat kelahirannya.
Namun dilihat dari nisbahnya, Al Zarnuji, maka sebagian peneliti
mengatakan bahwa beliau berasal dari zarnuj, suatu daerah yang kini
dikenal dengan nama Afghanistan.( Baharuddin, Wahyuni, 2010: 50). Al
Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua kota yang
menjadi pusat keilmuan dan pengajaran. Al Zarnuji, selain ahli dalam
bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang-bidang lain
seperti sastra, fiqh, ilmu kalam dan sebagainya.
3. Kitab Ta’limul Muta’allim
Pemikiran beliau tertuang dalam karya monumentalnya, kitab
“Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Kitab ini diakui sebagai
karya yang monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab
ini juga banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan
karya-karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak
hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim saja, tetapi juga dipakai oleh para
orientalis dan penulis barat.
Kitab ini salah satu karangan Al Zarnuji yang tetap abadi sampai
sekarang. Dalam pandangan kita, sebagai mana lazimnya ulama’ besar
yang hidup pada abad VI-VII Hijriah tentu masih banyak kitab karangan
yang lain. Boleh jadi manuskripnya hilang di musium penyimpanan
14
sebelum sempat diterbitkan atau turut dihancurkan dalam peperangan
bangsa Mongol yang terjadi di abad itu juga.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakan yang telah penulis lakukan
terkait tentang judul Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Kitab Talimul
Muta’allim Karya Burhanuddin Al Zarnuji diakui bahwa sejauh pengamatan
yang penulis lakukan,ada beberapa skripsi yang terkait dengan penelitian ini.
1. Skripsi Fenny Riskya, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 2011 mengangkat
mengenai pemikiran Al Zarnuji mengenai pendidikan, sedangkan yang
penulis angkat mengenai nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam kitab
Ta’limul Muta’allim.
2. Skripsi Muhammad Khoirun Ni’am, mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
2012. Skripsi ini berjudul Pendidikan Akhlak dalam Kitab Idzotun
Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni yang dikupas dalam
skripsi hamper sama dengan yang penulis teliti, namun hanya berbeda
objek pembahasan.
Jadi berdasarkan kajian pustaka di atas dapat diketahui bahwa memang
sudah ada beberapa skripsi terkait yang mengkaji tentang pendidikan akhlak,
namun judul dan fokus kajiannya berbeda dengan yang penulis lakukan.
15
G. Metode Penelitian
Sarosa dalam bukunya menulis bahwa menurut Coghlan Metode
penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab
permasalahan penelitian atau rumusan masalah(Sarosa, 2012: 36).
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian
adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.
2. Sumber Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan(library
research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Maka
peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan
dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan
objek penelitian. Yang terdiri dari:
a. Sumber primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu kitab Ta’lim Muta’allim.
b. Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh untuk memperjelas
sumber primer, yaitu terjemahan kitab Ta’lim Muta’allim dan
buku-buku yang mendukung penelitian ini.
3. Teknik Analisis Data
a. Metode Content Analysis
Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Soejono yang
berjudul : Metode penelitian suatu pemikiran dan penerapan”,
16
adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat
prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku
atau dokumen” (Soejono, 2005:13). Merujuk pada pendapat tesebut,
penulis akan menganalisis terhadap isi ataupun makna yang
terkandung dalam kitab Ta’lim Muta’allim yang berkaitan dengan
nilai pendidikan akhlak dalam menuntut ilmu khususnya.
b. Metode Reflektif Thinking
Metode Reflektif Thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-
mandir antara yang empiri dengan yang abstrak. Empiri yang khusus
dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan
menjadikan mampu melihat relevensi empiri pertama dengan empiri-
empiri yang lain yang termuat dalam abstrak baru dibangunnya
(Muhadjir, 1991:66-67). Metode ini digunakan untuk melihat
relevansi kitab Ta’lim Muta’allim dengan Nilai pendidikan Akhlak.
c. Metode deduktif
Metode ini adalah pendektan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan
d. Metode Induktif
Peneliti melakukan pengamatan terhadap objek kajian, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering
disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari
khusus menjadi umum (going from specific to the general).
17
H. Sistematika Penulis
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam
membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian secara garis
besar sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini, meliputi: sampul, judul (sama dengan
sampul),lembar berlogo, nota persetujuan pembimbing, pengesahan
kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data:
BAB I: Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II: Biografi Penulis Kitab Ta’lim Muta’allim meliputi Riwayat
Hidup, Riwayat pendidikan, Situasi pendidikan dan biografi naskah
BAB III : Deskripsi Penelitian meliputi Pengertian Nilai Pendidikan
Akhlaq, dan Pemikiran Burhanuddin Al Zarnuji Tentang Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim
BAB IV : Pembahasan meliputi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Ta’lim
Muta’allim, Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim Dengan Dunia Pendidikkan, dan Kelebihan dan Kekurangan
Pemikiran Al Zarnuji.
18
BAB V: Kesimpulan, Saran dan Penutup meliputi Kesimpulan, Saran-
saran, dan Penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-
lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
19
BAB II
BIOGRAFI BURHANUDDIN AL ZARNUJI
A. Riwayat Hidup Burhanuddin Al Zarnuji
Al Zarnuji diyakini sebagai satu-satunya pengarang kitab ta’lim al
muta’allim, tetapi nama beliau tidak begitu terkenal dari apa yang ditulisnya.
Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini. Sedang
Al Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota tempat beliau
berada yaitu Zarnuj. Diantara dua nama itu ada yang menuliskan gelar
Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi Syaikh
Burhanuddin Al Zarnuji (As’ad, 2007:ii). Tanggal kelahirannya belum
diketahui secara pasti. Mengenai tanggal wafatnya, terdapat dua pendapat.
Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H/1195 M, dan ada pula
yang mengatakan beliau wafat pada tahun 840 H/1243 M. Hidup beliau
semasa dengan Ridha Al-Din Al-Naisari, antara tahun 500-600 H
(Baharuddin, Wahyuni. 2010: 49-50).
Affandi Muchtar mendapat informasi lain tentang Al Zarnuji berdasar
pada data dari ibnu Khalikan, yaitu : menurutnya Imam Al Zarnuji adalah
salah seorang guru imam Rukn Addin Imam Zada (wafat 573/1177-1178)
dalam bidang fiqh. Imam Zada juga berguru pada Syech Ridau Al Din An
Nishapuri (Wafat antara tahun 550 dan 600) dalam bidang mujahadah.
Kepopuleran imam Zada diakui karena prestasinya dalam bidang ushuludin
bersama dengan kepopuleran imam lain yang juga mendapat gelar rukn
20
(sendi). Mereka antara lain Rukn Al-Din Al-Amidi (wafat 615) dan Rukn Ad
Din At Tawusi (wafat 600)(Sudarto Abdul Hakim, 1995: 20). Data ini bisa di
bilang sebagi penguat .argumen di paragraf atasnya yaitu sezaman dengan
Ridha Al-Din Al-Naisari atau Syekh Ridau Al Din An Nisaphuri.
Sehubungan dengan hal diatas, Grunebeum dan Abel mengatakan bahwa
Burhanuddin Al Zarnuji adalah toward the end of 12th and beginning of 13th
century A.D. Demikian pula mengenai daerah kelahirannya tidak ada
keterangan pasti.Namun dilihat dari nisbahnya, Al Zarnuji, maka sebagian
peneliti mengatakan bahwa beliau berasal dari Zarnuj. Dalam hubungan ini
Mochtar Affandi dalam tesisnya yang berjudul The Methode of Learning as
Illustrated in al Zarnuji Ta’lim Al-Muta’alim mengatakan : it is a city in
Persia which was for maelly a capital and city of Sadjistan to the south of
heart (now Afganistan) Zarnuj adalah salah satu daerah di wilayah Persia
yang pernah menjadi ibu kota Sidjistan yang terletak disebelah selatan Herat
suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afghanistan (Nata, 2000 : 104).
Afganistan sendiri merupakan salah satu wilayah penyebaran Islam dari
Dinasti Ghaznawiyah yang berdiri sejak tahun 350 H. pada zaman bani
Ghaznawiyah ini pembangunan dan kemajuan bidang ilmu pengetahuan
mengalami kemajuan sehingga tidak kalah dengan daerah daerah sekitar
seperti bukhara. Maka hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan
intelektual Al Zarnuji.
Pada sisi lain, ada juga yang berbeda pendapat bahwa menurut Al
Quraisyi, sebutan Al Zarnuji itu dinisbatkan (diambil) dari nama sebuah
21
kampung “Zarnuj”, yaitu sebuah pekampungan yang terletak di Turki,
sedangkan Yaqut Al Humawi menisbatkan kata Al Zarnuji kepada sebuah
perkampungan pekerja di Turkistan (Qabbani, 1981:1).
Walaupun apabila dilihat dari karyanya yang terkenal yaitu kitab Ta’lim
al-Muta’allim menggunakan bahasa Arab hal tersebut tidak dapat dijadikan
patokan bahwa az-Zarnuji berasal dari bangsa Arab. Karena banyak sekali
para ulama ulama non Arab yang juga menuliskan karya-karyanya dengan
menggunakan bahasa Arab, seperti kitab Tafsir Munir yang sering disebut
sebagai Tafsir Munir, Maraah Labiid yang menggunakan bahasa Arab
merupakan karangan Syekh Muhammad Nawawi yang berasal dari
Indonesia.
B. Riwayat Pendidikan Al Zarnuji
Mengenai riwayat pendidikannya dapat di ketahui dari keterangan yang
dikemukakan para peneliti. Bahwa Al Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara
dan samarkand, dua kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran.
Masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan
dan ta’lim, yang diasuh antara lain oleh Burhanuddin Al-Marginani,
Syamsuddin Abd Al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd dan Al-
Sattar Al-Amidi (Nata, 2000 : 104). Lebih lanjut ada beberapa peneliti
mengatakan bahwa al Zarnuji ahli hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada
di Khurasan dan Transoxiana. Sayangnya tidak tersedia fakta yang
mendukung informasi ini (Muchtar Affandi dan Maemonah, 2009:52).
22
Kemudian menurut beberapa peneliti banyak ulama-ulama yang menjadi
guru Al Zarnuji, ulama-ulama tersebut seperti yang disebut dalam kitab
Ta’limul Muta’allim antara lain seperti:
1. Ali bin Abu Bakar bin Abdul Jalil Al Farghani Al Marghinani Al Rustami,
ulama besar bermadzhab Hanafi yang mengarang kitab Al Hidayah, suatu
kitab fiqih rujukan utama dalam madzhabnya. Beliau wafat tahun
593H/1197M.
2. Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakar. Popoler dengan gelar Khowahir
Zadeh atau Imam Zadeh. Beliau ulama besar ahli Fiqih bermadzhab
Hanafi, pujangga sekaligus penyair. Pernah menjadi mufti d Bukhara dan
sangat masyhur dengan fatwa-fatwanya. Wafat tahun 573 H/ 1177 M
3. Hamad bin Ibrahim. Seorang ulama ahli Fiqih bermadzhab Hanafi,
sastrawan dan ilmu kalam, wafat tahun 576 H/ 1180M
4. Fakhruddin al-Kasyani, yaitu Abu Bakar bin Mas’ud Al Kasyani, ulama
ahli fiqih bermadzhab Hanafi. Wafat 587 H / 1191 M
5. Fakhruddin Al Hasan bin Mansur atau yang dikenal dengan Syech
Fakhruddin Qadli Khan Al Ouzjandi, ulama besar yang dikenal sebagai
mujtahid dalam madzhab Hanafi dan banyak kitab karangannya. Beliau
wafat Ramadhan 592 H/1196M.
6. Ruknuddin Al-Farghani yang di gelari Al Adib Al Mukhtar (sastrawan
pujangga pilihan), seorang ulama ahli fiqih, sastrawan dan syair, wafat
tahun 594 H/ 1098 M (As’ad, 2007:iv).
23
Dengan demikian berdasar keterangan tersebut dapat didefinisikan bahwa
pemikiran dan intelektualitasnya sangat dipengaruhi oleh faham Fiqih yang
berkembang saat itu, sebagaimana faham dikembngkan oleh para gurunya,
yakni fiqih aliran Hanafiyah.
Sebagai mana yang diutarakan oleh Muid Khan, dalam studinya tentang
kitab ta’lim yang di publikasikan dalam bahasa Inggris, mengenai karakter
pemikiran Al Zarnuji. Muid Khan memasukan pemikiran Al Zarnuji ke
dalam garis pemikiran madzhab Hanafiyah, yang dikuatkan dengan bukti
banyak ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Al Zarnuji, termasuk Imam Abu
Hanifah sendiri. Dari sekitar 50 ulama’ yang disebutkan Al Zarnuji hanya
dua orng saja yang bermadzhab Syafi’iyah, yakni Imam Syafi’i sendiri dan
Imam Yusuf Al Hamdani (wafat tahun 1140).
Menurut Muid Khan ide-ide madzhab yang dianutnya mempengaruhi
pemikirannya tentang pendidikan (Hakim. 1995: 25). Sehingga Mahmud bin
Sulaiman Al Kaffawi yang wafat tahun 990H/1562M dalam kitabnya Al
Alamul Akhyar Min Fuqaha’I Madzhab Al Nu’man Al Mukhtar,
menempatkan Al Zarnuji dalam peringkat ke 12 dari daftar madzhab Hanafi.
Selain itu, Al Zarnuji juga belajar pada Rukn Al-Din Al-Firqinani, seorang
ahli Fiqh, satrawan dan penyair (w. 594 H/1196 M), Hammad bin Ibrahim,
seorang ahli ilmu kalam, sastrawan dan penyair (w. 564 H/1170 M) dan Rukn
Al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang dikenal dengan nama Khowahir
Zadeh, seorang mufti Bukhara dan ahli dalam bidang fiqh, sastra dan syair
(w. 573 H/1177 M).
24
Al Zarnuji, selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga
menguasai bidang-bidang lain seperti sastra, ilmu kalam dan sebagainya
(Baharuddin, Wahyuni. 2010: 50). Sekalipun belum diketahui dengan pasti
bahwa untuk bidang tasawuf beliau memiliki seorang guru tasawuf yang
masyhur. Namun dapat diduga bahwa dengan memiliki pengetahuan yang
luas dalam bidang fiqih dan ilmu kalam disertai jiwa sastra yang halus dan
mendalam, seseorang telah memperoleh akses (peluang) yang tinggi untuk
masuk ke dalam dunia tasawuf (Nata, 2000 : 105).
Sebagai seorang Filosof muslim Al Zarnuji lebih condong kepada Al
Ghozali, sehingga banyak jejak Al Ghozali dalam bukunya dengan konsep
epistimologi yang tidak lebih dari buku pertama dalam Ihya’ Ulum Al Din
akan tetapi Al Zarnuji memiliki system sendiri, yang mana pada setiap bab
dengan bab lain, atau setiap kalimat dengan kalimat yang lain, bahkan setiap
kata dengan setiap kata lain dalam buku tersebut merupakan sebuah kerikil
dan konfigurasi mozaic kepribadian Al Zarnuji sendiri (Langgalung,
1988:99).
Selain faktor latar belakang pendidikan seperti yang tertera di atas, faktor
sosial dan perkembangan masyarakat juga mempengaruhi pola pikir
seseorang. Untuk itu pada bagian ini juga dikemukakan situasi pendidikan
pada zaman Al Zarnuji.
25
C. Situasi Pendidikan Burhanuddin Al Zarnuji
Dalam sejarah pendidikan Islam, terdapat lima tahap pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan yaitu:
1. Masa Pendidikan pada masa Nabi Muhammad saw. (571-632 M).
2. Masa Pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M).
3. Masa Pendidikan pada masa Bani Umayyah di Damsyik (661-750 M).
4. Masa Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah di Baghdad (750-1250M).
5. Masa Kemunduran kekuasaan Bani Umayyah di Baghdad (1250-sekarang)
(Zuhairi, 1992: 7).
Dari periodisasi di atas,disebutkan bahwa Al Zarnuji hidup sekitar akhir
abad ke-12 dan awal ke-13 (591-640H/ 1195-1234M) (Nata, 2000 : 104).
Dari kurun waktu tersebut dapat diketahui bahwa Al Zarnuji hidup pada masa
keempat dari periode pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam,
antara 750-1250 M. Dalam catatan sejarah, periode ini merupakan zaman
keemasan peradaban Islam, terutama dalam bidang pendidikan Islam
(Baharuddin, Wahyuni. 2010:51). Dalam hubungan ini Hasan Langgulung
mengatakan: “Zaman keemasan Islam mengenai dua pusat, yaitu kerajaan
Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang berlangsung kurang lebih lima
abad (750-1258M) dan kerajaan Umayyah di Spanyol yang berlangsung
kurang lebih delapan abad(711-1492M) (Hasan Langgulung, 1989: 13).
Pada masa itu kebudayaan Islam berkembang pesat dengan ditandai oleh
tumbuhnya berbagai lembaga pendidikan, mulai tingkat dasar sampai tingkat
perguruan tinggi. Di antaranya adalah
26
1. Madrasah Nizhamiyah, yang didirikan oleh Nizham Al-Mulk (457-1106
M), seorang pembesar pemerintahan Bani Saljuk. Pada tiap-tiap kota,
Nidzam Al Mulk menirikan satu Madrasah yang besar, seperti di
Baghdad, Balkh, Naisabur, Hearat, Asfahan, Bashrah dan lain-lain.
2. Madrasah Al-Nuriyah Al-Kubra, didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki
(563-1167 M) di Damaskus.
3. Madrasah Al-Mustansyirah didirikan oleh khalifah Abbasyiah, Al-
Mustansir Billah di Baghdad (631 H/1234 M). Sekolah yang disebut
terakhir ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai seperti
gedung berlantai dua, aula, perpustakaan dengan kurang lebih 80.000
koleksi buku, halaman dan lapangan yang luas, masjid, balai pengobatan
dan lain sebagainya. Keistimewaan lainnya Madrasah yang disebut
terakhir adalah karena mengajarkan ilmu fiqih dalam empat mazhab
(Maliki, Hanafi, Syafi’I, dan Ahmad ibn Hambal) (Nata, 2001:106).
Selain ketiga madrasah tersebut, masih banyak lembaga pendidikan Islam
yang tumbuh dan berkembang pesat pada zaman Al Zarnuji hidup. Dengan
informasi tersebut, tampak jelas bahwa beliau hidup pada masa ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam mengalami puncak kejayaan, yaitu pada
masa Abbasyiah yang ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir Islam
ensiklopedik yang sukar ditandingi.
Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut sangat menguntungkan
bagi pembentukan Al Zarnuji sebagai seorang ilmuwan atau ulama yang luas
pengetahuannya (Baharuddin, Wahyuni. 2010:51). Atas dasar ini tidak
27
mengherankan bahwa Al Zarnuji termasuk seorang filosof yang memiliki
system pemikiran sendiri dan dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh seperti
Ibnu Sina, Al Ghazali dan sebagainya (Nata, 2001: 107).
Namun, dengan makin banyaknya lembaga-lembaga pendidikan dan
pemikir-pemikir yang bermunculan pada masa itu, disisi lain kondisi
pemerintahan dan politik sedang tidak menentu, khususnya pada
pemerintahan Bani Abbasiyah.
Tahun-tahun tersebut adalah awal runtuhnya kekuasaan Bani Abbasiyah
yang ditandai dengan perebutan kekuasaan di pemerintahannya. Sehingga
mengakibatkan kelemahan-kelemahan dari internal Bani Abbasiyah. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi dalam
bukunya Membuka Jendela Pendidikan mengurai Akar Tradisi dan Interaksi
Keilmuan Pedidikan Islam bahwa Al Zarnuji hidup pada masa pemerintahan
dan pemikiran Islam mengalami kemunduran (Tholkhah, Barizi, 2004: 281).
D. Biografi kitab Ta’limul Mutta’alim
Kita mungkin tidak mengetahui secara pasti hasil karya Al Zarnuji ada
berapa banyak dan hanya bisa mengetahui Ta’limul Mutta’allim lah yang
bisa kita ketahui dan dapat dijumpai sampai sekarang dan tanpa keterangan
tahun penerbitan. Dalam keyakinan kita, sebagai mana lazimnya ulama’ besar
yang hidup pada abad VI-VII Hijriah tentu masih banyak kitab karangan yang
lain. Boleh jadi manuskripnya hilang di musium penyimpanan sebelum
sempat diterbitkan atau turut dihancurkan dalam peperangan bangsa Mongol
yang terjadi di abad itu juga.
28
Pertama kali diketahui, naskah kitab ini dicetak di Jerman tahun 1709
Masehi oleh Ralandalus, di Labstak/Libsik tahun 1838M oleh Kaspari dengan
tambahan mukaddimah oleh Plessner, di Marsadabad tahun 1265H, di Qazan
tahun 1898M menjadi 32 halaman, dan tahun 1901M menjadi 32 halaman
dengan tambahan sedikit penjelasan atau syarah dibagian belakang, di
Tunisia tahun 1286H menjadi 40 halaman. Tahun 1307H menjadi 52
halaman, dan juga tahun 1311H. dalam wujud naskah berharakat
(musyakkalah), dapat ditemukan dari penerbit Al Miftah, Surabaya (As’ad,
2007:iv).
Kitab ini telah disyarahi menjadi satu kitab baru tapi tanpa judul sendiri
oleh Asy Syaikh Ibrahim bin Ismail, dan selesai ditulis pada tahun 996H.
menurut pensyarah yang ini kitab tersebut banyak penggemarnya dan
mendapat tempat selayaknya dilingkungan pelajar maupun guru. Terutama
dimasa pemerintahan Murad Khan bin Salim Khan berarti pada abad ke 16
M. Dan di Negara kita, kitab syarahnya inilah yang beredar luas dari para
penerbit Indonesia sendiri.
Kitab Ta’limul Muta’allim juga ditulis dalam bentuk nadhom (puisi,
pantun) yang diubah dengan bahar rojaz menjadi 269 bait oleh ustadz Ahmad
Zaini, solo jawa tengah. Naskahnya pernah diterbitkan oleh Maktabah
Nabharah Kubro, Surabaya Jawa Timur, atas nama penerbit Musthafa Babil
Halabi, Mesir, dibawah tashih Ahmad Sa’ad Ali, seorang ulama’ Al Azhar
dan ketua Lajnah Tashih.
29
Penerjamahan ke dalam bahasa asing tentu telah banyak dilakukan.
Terjemahan dalam bahasa Turki dilakukan oleh Abdul Majid bin Nashuh bin
Israel, dengan judul baru Irsyadut Thalibin fi Ta’limil Muta’alimin. KH
Hamman Nashiruddin, Grabag Magelang juga telah menerjemahkan ke dalam
bahasa Jawa, dengan sistem italic atau yang dikenal dengan istilah makna
jenggot. Dan kali ini di tangan pembaca terdapat terjemahan ke dalam bahasa
Indonesia. (As’ad, 2007:iv-v)
Isi yang terkandung dalam kitab ta’limul mutta’alim terbagi menjadi
beberapa bab atau pasal, yaitu :
1) Pasal : definisi ilmu dan fiqih serta keutamaannya
له(فصل فى ما هية العلم و الفقه و فض)
2) Pasal : niat ketika belajar )فصل فى النية حا ل التعلم(
3) Pasal : memilih bidang ilmu, guru, teman dan ketekunan
)فصل فى اختيار العلم و الستا ذ والشريك والثبا ت عليه(
4) Pasal : mengagungkan ilmu dan ulama وا هله( )فصل فى تعظيم العلم
5) Pasal : tekun dan semangat )فصل فى الجد والمواظبة و الهمة(
6) Pasal : memulai belajar, pengaturannya dan urutannya
)فصل فى بداية السبق وقد ره وترتيبه(
7) Pasal : tawakal )فصل فى التوكل(
8) Pasal : waktu mencari ilmu. )فصل فى وقت التحصيل(
9) Pasal : kasih saying dan nasehat )فصل فى الشفقة و النصيحة(
10) Pasal : mengambil faedah )فصل فى ال إستفادة(
11) Pasal : bersikap wara’ saat belajar )فصل فى الو رع فى حال التعلم(
30
12) Pasal : hal-hal yang dapat memperkuat hafalan dan yang menyebabkan
kelupaan فظ وفيم يورث النسيان ()فصل فى فيم يورث الح
13) Pasal : hal-hal yang dapat mendatangkan rezki dan yang dapat
mencegahkan, yang dapat menambah umur dan yang dapat
menguranginya. نقص()فصل فى فيما يجلب الرزق و م يمنع الرزق وما يزيد فى العمر وما ي
31
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN BURHANUDIN AL ZARNUJI
TENTANG NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALLIM
A. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Nilai
Nilai mempunyai banyak definisi yang di kemukakan oleh banyak
ahli. Pada penelitian ini penulis akan menjelaskan pengertian nilai dari
beberapa ahli yang mengutip dari berbagi sumber. Yang pertama dari
Spranger yang di kutip Asrori dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan” dia mengartikan nilai sebagai suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu (Asrori, 2008:152).
Dalam pandangan Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan
berakar pada tatanan nilai-nilai kesejarahan. Meskipun menempatkan
konteks sosial sebagai dimensi nilai dalam kepribadian manusia,
namun Spranger mengakui akan kekuatan individual yang dikenal
dengan istilah roh subjektif. Sementara itu kekuatan nilai-nilai budaya
hanya akan berkembang dan bertahan apabila didukung dan dihayati
oleh individu (Asrori, 2008: 153)
Kemudian yang kedua penulis mengutip dari Ensiklopedia
Pendidikan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai,
32
dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang
sehingga preferensinya tercermin dalm perilaku, sikap dan perbuatan-
perbuatannya (Ensiklopedia Pendidikan, 2009:106).
Pendapat ketiga dari Zakiyah Darajat dalam bukunya Dasar-Dasar
Agama Islam berpendapat nilai adalah suatu perangkat keyakinan
ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterikatan maupun perilaku (Darajat, Dkk, 1984:260).
Menurut Sidi Gazalba merupakan pendapat keempat nilai adalah
suatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan
fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empiric, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki
dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
Dan yang terakhir Sesuai dengan pendapat Dewey nilai adalah
hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam
setiap kenyataan, namun tidak berinteraksi, nilai itu bersifat objektif
dan tetap (Thoha. 1996: 60-62).
Dari pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
nilai adalah suatu keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya.
33
2. Pengertian Pendidikan
Seperti halnya nilai, pendidikan pun mempunyai banyak arti yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan baik Indonesia maupun luar
negeri. Berikut pendidikan menurut beberapa ahli pendidikan.
Langeveld mengemukakan pendapatnya dalam buku Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan karya Hasbullah, pendidikan ialah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri(Hasbullah,
2009:2-3).
Yang kedua John dewey menyatakan bahwa pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah aam dan sesama manusia.
(Hasbullah, 2009:2-3).
Ki Hajar Dewantara salah satu tokoh pedidikan yang tekemuka di
Indonesia yang bisa dibilang sebagai bapak pendidikan di negara ini
menyatakan dalam buku yaitu “Pengantar Umum Pendidikan” karya
Suwarno mengemukakan bahwa pendidikan yaitu tuntunan didalam
hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
(Suwarno, 1985:2).
34
Menurut UU Nomor 2 tahun 1989 “Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang” (Dirjend.Binbaga Islam, 1991/1992:3).
Dalam kitab ‘idzotun nasyiin bahwa anak-anak itu akan menjadi
generasi penerus, jadi ketika telah terbiasa berperilaku baik yang bisa
meningkatkan drajatnya dan menghasilkan ilmu yang bermafaat bagi
negaranya(AlGhulayani, 2009:69-70).
Pendidikan bagi seorang muslim dan muslimah adalah sebuah
kewajiban. Sebagaimana yang dikatakan Al Ghozali bahwa mendidik
anak adalah suatu kewajiban bagi kedua orang tuanya, sebab anak
merupakan amanah untuk kedua orang tuanya, hati anak yang bersih
itu merupakan hal yang paling berharga dibandingkan berlian. Karena
anak yang dididik dan terbiasa berbudi baik dan ia menjadi ahli
kebaikan maka orang yang mendidik dan kedua orang tuanya dapat
pahala dari amal yang dikerjakan oleh anak tersebut.
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
adalah sesuatu yang harus ditempuh setiap manusia supaya
mendapatkan kehidupan yang layak dan siap menghadapi semua
tantangan kehidupan.
35
3. Pengertian Akhlaq
Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab,
yaitu perangai, kelakuan, tabiat, kebiasaan, kelaziman,peradaban yang
baik dan agama. Kata akhlak adalah bentuk jamak dari ‘khilqun’ dan
‘khulqun’ sebagaimana tersebut dalam surat Al-Qolam ayat 4, yang
artinya sama dengan akhlak seperti tersebut di atas( Aminudin dkk,
2002 :152).
Akhlak merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar, secara
mendasar akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu
khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus
untuk menyempurnakan akhlak yaitu untuk memperbaiki hubungan
makhluq manusia dengan khaliq (Allah Ta’ala) (Makbuloh, 2013:139).
Menurut pengertian sehari-hari umumnya akhlaq itu disamakan
dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. Khalq merupakan
gambaran sifat batin manusia, akhlaq merupakan gambaran
bentuklahir manusia, seperti raut wajah dan body. Dalam bahasa
yunani pengertian Khalq ini dipakai kata ethicos atau ethos artinya
adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan
perbuatan. Ethicos kemudian beruba menjadi etika (Nasir, 1991:14).
Kemudian beberapa definisi yang dikutip oleh M. Amin Syukur
dalam buku studi Akhlak adalah
36
a. Menurut Moh. Aziz Al Khuly, akhlak adalah sifat jiwa yang
terlatih demikian kuatnya sehingga mudahlah bagi yang punya
melakukan suatu tindakan tanpa dipikir dan di renungkan lagi.
b. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong (mengajak) untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa diikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu (Syukur. 2010:
5).
Dari pendapat-pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa
akhlak adalah suatu sifat yang sudah melekat dalam jiwa seseorang
untuk berbuat dan berkehendak sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya tanpa perlu berfikir dan merenung.
Jadi yang dimaksud nilai pendidikan akhlak adalah suatu tatanan
yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak sesuai dengan tuntunan agama.
B. Pemikiran Burhanuddin Al Zarnuji Tentang Pendidikan Akhlak
Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim
Pemikiran Al Zarnuji tentang tujuan pendidikan tidak lepas dari tujuan
ideal dan tujuan operasional. Tujuan ideal biasanya disesuikan dengan
tujuan hidup manusia. Pendapat tersebut dilandaskan karena manusia
untuk mencapai tujuan hidup memerlukan pendidikan formal maupun non
formal. Sedangkan tujuan oprasional adalah suatu kondisi yang ingin
37
dicapai pada setiap tahap dalam proses pendidikan yang sdang
dilangsungkan.
4. Pembagian Ilmu
Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga kategori.
Pertama ilmu fardhu ‘ain, seperti dalam kitab beliau yaitu
,ه ا ل ى ح ف ه ل ع ق ا ي م ب ل ط م ل س م ى ال ل ع ض ر ت ف ي و
ى ف -: ا ن ك ا ل ح أي
Orang muslim wajib mempelajari ilmu yang diperlukan untuk
menghadapi tugas/kondisi dirinya, apapun wujud tugas/ kondisi itu:-
(As’ad, 2007: 5).
Kedua ilmu fardhu kifayah,
ا حفظ ما يقع فى بعض الحا يين ففر ض على س بيل وأم
إن لم يك ن , إذا قام البعض فى بلدة سقط عن البا قين , ف الكفاية
أ ثم فى البلدة من يق وم به اشتر ك وا جميع ا فى الم
Adapun mempelajari ilmu yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu
itu hukumnya fardlu kifayah, jika dalam suatu daerah telah terdapat
orang yang mengetahuinya maka cukuplah bagi yang lain, tetapi kalau
sama sekali tidak ada yang mengetahuinya maka seluruh penduduk
menanggung dosa (As’ad, 2007: 11).
Yang terakhir adalah ilmu haram, sebagaimana yang tertulis dalam
kitab beliau “ adapun ilmu nujum untuk meramalkan penyakit adalah
38
haram dipelajari, karena berbahaya dan tidak bermanfaat, lagi pula
tidak mungkin seseorang dapat menghindar dari takdir Allah SWT”
(As’ad, 2007: 5).
Setiap cabang ilmu harus diiringi dengan akhlak yang baik. Al
Zarnuji juga berpendapat bahwa kurangnya akhlak hanya dapat
menghilangkan ilmu. Karena akhlak sejajar dengan iman, tauhid, dan
syari’at. Tauhid itu menyebabkan iman, barang siapa tidak mempunyai
iman berati tidak bertauhid. Iman juga menyebabkan syari’at, maka
barang siapa tidak melaksanakan syari’at berati tidak beriman dan
tidak bertauhid. Syari’at menyebabkan akhlak, maka barang siapa yang
tidak mempunyai akhlak berarti tidak bersyari’at tidak beriman dan
tidak bertauhid.
Pendidikan akhlak ditekankan beliau menjadi tiga kategori akhlak ,
yaitu:
a. Akhlak kepada Allah
Bahwa hendaknya aktifitas guru dan murid dalam belajar
mengajar diniatkan kepada Allah semata, bukan karena tujuan
duniawi saja, karena banyak amal perbuatan yang bentuknya
duniawi kemudian menjadi amal akhirat karena bagus niatnya
begitu pula sebaliknya banyak amal akhirat menjadi perbuatan
amal duniawi sebab sudah salah dalam niatnya, kemudian
menyerahkan semua urusan kepada Allah serta memohon petunjuk
39
Nya, menerima apa adanya pemberian Allah dan sabar dengan
segala kondisi dirinya.
Akhlak yang baik harus dipenuhi untuk setiap penuntut ilmu
terutama kepada Allah SWT supaya mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Kemudian bersyukur atas apa yang diberikan kepada
kita baik kenikmatan akal dan kesehatan badan dengan cara
bersyukur dengan lisan, hati,perbuatan dan hartanya. Disebutkan
bahwa Abu Hanifah ra berkata : “aku mendapat ilmu dengan
hamdallah dan bersyukur, setiap aku diberi taufiq untuk
memahami fiqih dan hikmah lalu aku mengucap “Alhamdulillah”
maka bertambahlah ilmuku. (As’ad, 2007: 89)
Apabila seseorang telah mendapatkan ilmu, entah seberapa
banyak ilmu yang didapatnya dengan susah payah, maka jangan
sampai membelokan ilmunya demi kepentingan duniawi yang hina
saja(As’ad, 2007: 21). Seorang yang berilmu harus bisa
mengamalkan apa yang ia peroleh, salah satunya dengan beramar
ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan
agama bukan untuk kepentingan hawa nafsu diri sendiri (As’ad,
2007: 20).
b. Akhlak kepada sesama manusia
Menurut penulis ada 3 penerapan akhlak atau sikap kepada
manusia yang diajarkan dalam kitab ta’limul mutta’alim, yang
40
pertama akhlak untuk diri sendiri, kedua akhlak dari murid kepada
guru dan yang terkahir akhlak kepada orang lain.
1) Berakhlak pada diri sendiri, maksudnya sebagai seorang
pencari ilmu kita harus membenahi diri terlebih dahulu. Karena
ilmu merupakan sesuatu yang istimewa dan bukan hal
sembarangan, yang membedakan antara manusia dengan
makhluk lain. Oleh karena itu setiap manusia harus
mempelajari mengenai akhlak, seperti dermawan, kikir,
penakut, nekad, sombong, rendah diri, menjaga diri, berlebih-
lebihan dan lain sebagainya. Ketika sudah memahami tentang
ilmu akhlak maka seorang penuntut ilmu harus bisa
menerapkan akhlak baik dan menjauhi akhlak buruk, terutama
bersikap tama’ terhadap sesuatu yang tidak semestinya.
Dan seorang penuntut ilmu harus bisa menjaga diri dari
hal-hal yang menghinakan ilmu dan orang alim/ ahli ilmu atau
singkatnya santun. Kemudian hendaklah bersikap tawadlu’,
yaitu sikap tengah antara angkuh dan hina(As’ad, 2007: 22).
Lalu harus bersungguh hati dan terus menerus atau istiqomah,
ada kata mutiara “siapa yang bersungguh hati mencari sesuatu
pastilah ketemu, ibarat siapa mengetuk pintu bertubi-tubi
pastilah memasuki”. Hal yang paling penting seorang penuntut
ilmu harus hindari adalah sikap sombong, karena dengan sikap
sombong maka tidak akan diperoleh ilmu atau ilmu yang
41
didapatnya menjadi sia-sia. Dan tidak boleh hasud/ dengki
karena berbahaya lagi pula tak bermanfaat.
2) Akhlak dari seorang murid terhadap guru. Dimanapun guru
dipandang sebagai pribadi yang sangat dihormati, baik dikala
beliau masih hidup maupun beliau sudah meninggal. Seorang
murid tidak akan mendapatkan ilmu dan tidak memetik
manfaat ilmu selain dengan menghargai ilmu dan menghormati
ahli ilmu (ulama), menghormati guru dan memuliakannya
(As’ad, 2007: 35)
Dalam kitab karya Al Zarnuji ini,beliau berwasiat diantara
cara memuliakan guru adalah
a) Tidak melintas dihadapannya
b) Tidak menduduki tempat duduknya
c) Tidak memulai bicara kecuali atas ijinnya
d) Tidak banyak bicara di sebelahnya,
e) Tidak menanyakan Sesuatu yang membosankan
f) Hendaklah pula mengambil waktu yang tepat dan jangan
pernah mengetuk pintu tetapi bersabarlah sampai beliau
keluar (As’ad, 2007: 38).
3) Selain itu akhlak murid terhadap teman senasib seperjuangan
juga perlu mendapat perhatian, karena dari sini akan tercipta
sebuah pemahaman bahwa murid mempunyai akhlak yang baik
kepada teman sesamanya, sikap saling menghormati dan
42
menghargai satu sama lain. Namun dalam memilih teman
hendaklah memilih orang yang tekun, wira’i, berwatak jujur
dan mudah memahami masalah ; hendaklah menjauh dari
pemalas, pengangguran, suka banyak bicara, suka mengacau
dan gemar memfitnah(As’ad, 2007: 32).
Dalam kitab lain yaitu kitab Alaa Laa nadhom nomer 3 dan 4
tertulis,
يقتدى رن بالمقا القرين فان # قرينه عن وسل تسأل ل الـمرء عن
تهتدي فقارنه خير ذا كان فان # س رعة فجن به شر ذا ان ك فان
Janganlah engkau bertanya tenteng kepribadian orang lain lihat
saja temannya,karena seseorang akan mengikuti apa yang
dilakukan teman-temannya, bila temannya tidak baik maka
jauhilah dia secepatnya, dan bila temannya baik maka temanilah
dia kamu akan mendapatkan petunjuk (Al Zarnuji, t th: 15-16).
c. Akhlak kepada ilmu
Dalam mencari ilmu seseorng akan dihadapi berbagai
rintangan, karena tak semudah membalikkan telapak tangan. Ali
bin Abi Thalib pernah bersyair
43
وعها عن سأ نبيك # بستة ال العلم لتنال ال ببيان مجم
وب لغة وحرص ذ كاء زمان وط ول ا ستاذ وارشاد # واصطبار
Ingatlah, tidak akan kalian mendapat ilmu yang bermanfaat,
kecuali dengan 6 syarat : cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk
uztad, dan waktu yang lama (Al Zarnuji, t th: 15).
Selain syarat diatas pencari ilmu juga harus berdo’a kepada
Allah SWT supaya diringankan rintangannya dan menganugrahkan
ketabahan/ kesabaran. Al Zarnuji menulis dalam kitabnya bahwa
sabar dan tabah adalah pangkal yang besar untuk segala urusan,
terutama dalam berguru, dalam memperlajari suatu kitab jangan
ditinggalkan terbengkalai. Maksudnya jangan berpindah kepada
kitab atau study lain sebelum yang pertama sempurna
dipelajari(As’ad, 2007: 31).
5. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan sesuatu yang bernilai ibadah dan
menghantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat. Tujuan pendidikan menurut Al-Zarnuji adalah untuk mencari
keridhaan Allah, memperoleh kebahagiaan di akhirat, berusaha
memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain,
mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri
nikmat Allah. (Nata, 2003: 109)
Menurut al-Syaibani bahwa ada tiga bidang perubahan yang
diinginkan dari tujuan pendidikan yaitu tujuan-tujuan yang bersifat
44
individual; tujuan-tujuan sosial dan tujuan-tujuan professional (Al-
Syaibani, 1979:399). Kalau dilihat dari tujuan-tujuan pembelajaran
individual dalam konsep Al Zarnuji, maka menghilangkan kebodohan
dari diri pembelajaran, mencerdaskan akal, mensyukuri nikmat,
merupakan tujuan-tujuan yang bersifat individual. Tujuan
pembelajaran mencari ilmu untuk menghilangkan kebodohan pada
orang lain (mencerdaskan masyarakat), dan melestarikan Ajaran Islam
adalah merupakan tujuan-tujuan sosial. Sedangkan tujuan professional,
berhubungan dengan tujuan seseorang mencapai ilmu itu ialah
menguasai ilmu yang berimplikasi pada pencapaian kedudukan.
Namun kedudukan yang telah dicapai itu adalah dengan tujuan-tujuan
kemaslahatan umat secara keseluruhan. Ketiga tujuan tersebut haruslah
atas dasar memperoleh keridhaan Allah dan kebahagiaan akhirat.
6. Metode Pembelajaran
Berdasarkan analisa Mochtar Affandi, bahwa dari segi metode
pembelajaran yang dimuat Al-Zarnuji dalam kitabnya meliputi dua
kategori. Metode yang bersifat etik, dan metode yang bersifat strategi.
Metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalam belajar;
sedangkan metode yang bersifat strategi meliputi cara memilih
pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam
belajar (Nata, 2003:53).
Kemudian Al Zarnuji membagi pendidikan dalam tiga konsep,
yaitu:
45
a. Dimensi religius
Agama sebagai bagian tak terpisah dari kehidupan manusia. Ia
bukan hanya sebagai pelengkap tetapi lebih sebagai kebutuhan
yang harus dipenuhi. Manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial
yang memikirkan hubungan manusia dengan manusia, melainkan
juga dengan Allah sebagai pencipta alam semesta.
b. Dimensi Pengalaman
Peserta didik atau santri sebagai manusia yang berilmu harus
mengaktualkan ilmunya untuk kebaikan umat. Hal ini dilakukan
sebagai kebaktian dan tugas sebagai seorang yang di anugerahi
ilmu oleh Allah, disamping sebagai pengalaman untuk santri atau
peserta didik itu sendiri.
c. Dimensi keilmuan
Santri atau peserta didik dianjurkan selalu mengembangkan
ilmunya, tidak hanya ilmu agama saja, melainkan juga ilmu
pengetahuan yang lain yakni ilmu pengetahun umum. Dengan
begitu santri atau peserta didik dapat mengetahui perubahan yang
terjadi disekelilingnya (Iqbal. 2015: 379).
Dari pemaparan diatas, Al Zarnuji tampak mencoba merumuskan
methode belajar yang komprehensif holistik, yaitu metode dengan
perspektif teknis dan moral bahkan spiritual sebagai paradigmanya.
Suatu tantangan bagi kita yang berkompeten dibidang pendidikan
46
untuk memahami dan merumuskan kembali apa yang selama ini kita
lakukan, demi kemajuan masa depan (As’ad, 2007:vii).
47
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab
ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah
A. Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Ta’lim Muta’allim
Pemikiran Al Zarnuji mengenai pendidikan akhlak dalam kitab ta’lim
muta’allim ada beberapa kategori,
1. Akhlak kepada Allah SWT
Yang dilakukan seorang pencari ilmu pertama adalah memiliki niat
yang baik, diniatkan hanya untuk mendapat ridho dari Allah SWT.
Rintangan dalam mencari sebuah ilmu begitulah besar, baik faktor
internal yaitu dari diri kita maupun faktor eksternal yaitu dari lingkungan.
Dan kita harus berkhusnudzon kepada Allah karena semua yang di
berikan kepada kita baik itu nikmat maupun musibah adalah untuk
mengukur kadar keimanan kita. Ketika kita mampu melewati hal tersebut
kita akan dinaikan drajat menjadi manusia yang lebih baik dihadapan
Allah SWT. Lalu kita harus bersyukur sebab Allah akan memberikan apa
yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, didalam kita ini ditegaskan
bahwa Al Zarnuji menginginkan seorang pencari ilmu harus pandai-pandai
bersyukur.
,ن د ب ال ة ح ص و ل ق ع ال ة م ع ى ن ل ع ر ك الش ه ب ي و ن ي و
, اي ن الد ا م ط ح ب ل ج ت س ا ل , و ه ي ل ع ا س الن ا ل ب ق إ ه ب ي و ن ي ل و
48
ه ر ي غ و ا ن ط ل الس د ن ع ة ا م ر ك ال و
(Al Zarnuji, t th: 10)
“dan dalam menuntut ilmu hendaklah diniatkan juga untuk
mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesehatan badan, hendaklah
tidak niat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga
tidak niat mencari kehormatan dimata penguasa dan semacamnya”.
Kemudian pencari ilmu harus bisa mengaplikasikan apa yang
didapatnya selama mencari ilmu supaya menjadi ilmu yang bermanfaat.
Dengan cara beramar ma’ruf nahi munkar. Dalam bait tertulis sebagai
berikut:
و ر ك ن م اال ن ع ي ه الن و ف و ر ع م ا ل ب ر م ل ل ا ه ج ال ب ل ا ط ذ إ ل إ م ه لل ا
ه ب م ي ق ا ي م ر د ق ب ك ل ذ ز و ج ي , ف اه و ه و ه س ف نل , ل ن ي الد از ز ع إ و ق ح ال ذ ي ف ن ت
ر ك ن م ال ن ع ي ه الن و ف و ر ع م ا ل ب ر م ال
(Al Zarnuji, t th: 11)
“Ya Allah ,kecuali jika mencari posisi dilakukan untuk amar ma’ruf
nahi mungkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama, bukan
untuk kepentingan hawa nafsu diri sendiri”.
2. Akhlak kepada Manusia
Dalam point ke dua ini, seorang murid dianjurkan untuk melakukan
hablum minannas dengan baik, ada tiga unsur dalam berakhlak kepada
manusia, yaitu:
a. Akhlak kepada diri sendiri
49
Seseorang sebelum membenahi lingkungan harus bisa merubah diri
sendiri untuk lebih baik terlebih dahulu. Oleh sebab itu dia harus
membiasakan diri untuk berakhlak baik kepada diri sendiri. Beberapa
akhlak yang harus dibiasakan oleh seorang pencari ilmu dia harus
santun, seperti dalam salah hadits rasulullah bersabda
ن إ ل صصصم : أ الل ل و س ر ل , ق ا ء ي ش ال ع ي م ى ج ف م ي ظ ع ل ص أ ق ف الر و
ف ن ي ت م ن ي ا الد ذ ه ة ا د ب ع ك س ف ى نل ع ض غ ب ت ل , و ق ف ر ب ه ي ا ف و ل غ و أ الل
ى,ق ب ا أ ر ه ظ ل و ع ط ا ق ض ر أ ل ت ب ن م ال ن إ ى, ف ا ل ع ت
(Al Zarnuji, t th:23 )
“sikap santun adalah pangkal segala hal, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW: sadarlah, bahwa Islam ini agama yang kokoh, maka
perlakukanlah dirimu dengan santun dan jangan kamu perbuat ibadah
kepada Allah SWT untuk menyengsarakan dirimu, karena orang yang
munbit itu tidak sanggup lagi menerjang bumi dan tiada pula
kendaraannya”.
Sikap kedua yang harus dilakukan kepada diri sendiri adalah sikap
tawadlu’. Pesan Al Zarnuji “bersikaplah tawadlu’, yaitu sikap tengah
antara angkuh dan hina, demikian pula sikap iffah/perwira dan semua
itu dapat dipelajari dalam kitab-kitab akhlak” (As’ad, 2007:22 ).
Orang berilmu hendaklah tidak mencemarkan dirinya sendiri
dengan sifat tama’ terhadap sesuatu yang tidak semestinya, dan
hendaklah pula menjaga diri dari hal-hal yang menghinakan ilmu dan
orang alim. Kemudian yang kedua sikap yang harus dihindari adalah
sombong karena dengan sombong seseorang tidak akan memperoleh
ilmu. Yang ketiga harus menghindari dengki terhadap seseorang. Dan
50
yang terakhir adalah menghindari sifat malas, seperti wasiat Imam
Hanifah kepada Abu Yusuf : “kamu orang bodoh, tetapi kebodohanmu
diusir oleh kontinuitas belajarmu, maka hindarilah bermalas-malasan
karena kemalasan itu jahat dan malapetaka besar” (As’ad, 2007: 63).
b. Akhlak kepada guru
Penuntut ilmu hendaknya mengagungkan ilmu dan ulama serta
memuliakan dan menghormati guru. Karena salah satu kesuksesan
seseorang dapat dilihat dari situ. Dan kegagalan seseorang karena tidak
mau untuk memuliakan dan mengagungan ilmu dan guru, bahkan
meremehkannya.
Namun seorang guru harus mempunyai kriteria, sedikitnya harus
berilmu, agamis dan berakhlak mulia pula. Seorang guru pun harus
menyucikan niatnya hanya karena Allah SWT, untuk mengajarkan
ilmunya. Artinya seorang pendidik bukan semata-mata hanya untuk
mencari material dan menambah wawasan duniawi saja, namun untuk
meraih keridhaan Allah SWT. Keikhlasan guru dalam menularkan
ilmunya kepada murid-muridnya merupakan hal yang akan menjadi
salah satu kunci dari kesuksesan seorang murid.
Seorang guru harus menempatkan diri, bahwa dirinya merupakan
orang tua kedua dari murid-muridnya. Sehingga sebagai seorang guru
harus mempunyai sikap rendah hati dan tidak arogan. Kewibawaan
seorang guru akan muncul ketika dia bisa menjadi contoh untuk
muridnya seperti menghindari tertawa yang berlebihan dan banyak
51
bicara yang tidak berfaedah. Ketika seorang guru sudah berwibawa
dihadapan anak didiknya, diharapkan bisa membina akhlak murid-
muridnya untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
c. Akhlak kepada teman
Tak terlupa seorang murid adalah dalam memilih teman hendaklah
memilih orang yang tekun, wira’i, berwatak jujur dan mudah
memahami masalah ; hendaklah menjauh dari pemalas, pengangguran,
suka banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah(As’ad,
2007: 32). Kemudian ketika mencari ilmu murid dianjurkan untuk
berkasih mesra dengan guru dan teman-teman sebangku pelajarannya
agar mudah mendapat pengetahuan dari mereka.
Ada sebuah syair yang berbunyi : jangan kau temani orang
pemalas, hindarilah semua tingkahnya, banyak orang shalih menjadi
rusak karena imbas dari orang lain. Menjalar ketololan pada cendikia,
amat cepat terlalu, laksana bara api ia padam di atas abu (As’ad, 2007:
34).
Adapula kata mutiara dalam bahasa Persia : kawan yang jahat lebih
berbahaya dibanding ular yang berbisa, bahkan kawan yang jahat akan
menyeretmu ke neraka jahim, dan kawan yang baik dia mengajakmu
ke sorga na’im(As’ad, 2007: 34).
3. Akhlak kepada Ilmu
Menghormati ilmu salah satunya yaitu dengan menghormati kitab.
Seorang santri dilarang memegang kitab kecuali dengan kondisi suci.
52
Imam Syamsul A’immah Al Halwani berkata “Aku memperoleh ilmu
ini karena aku menghormatinya. Aku tidak pernah mengambil kitab
kecuali dalam keadaan suci”. Ilmu itu adalah cahaya dan wudhu itu
juga cahaya. Sedangkan cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali
dengan berwudhu. Para santri juga dilarang meletakkan kitab didekat
kakinya ketika duduk bersila, dalam menulis kitabnya tulisannya harus
jelas dan memakai tinta merah dalam menulis kitab (As’ad, 2007: 44).
Dalam mencari sebuah ilmu dapat melalui berbagai jalan, baik itu
dari buku, teman, pengalaman dan dari seorang guru. Untuk menguji
ilmu yang kita peroleh dapat melakukan diskusi. Yaitu dengan
mudzakaroh yaitu tukar pendapat untuk saling melengkapi
pengetahuan masing-masing, kemudian dapat mengunakan
munadhoroh adalah saling mengkritisi pendapat masing-masing atau
dengan muthorohah yaitu adu pendapat untuk diuji dan dicari mana
yang benar.
Rasa sabar, tabah dan istiqomah dalam belajar sangat diperlukan.
Al zarnuji berpendapat bahwa pelajar hendak kontinu dalam belajar
dan mengulangi pelajaran yang terlewat di awal dan di akhir waktu
malam yaitu saat antara magrib dengan isya dan waktu sahur atau
menjelang subuh karena dua waktu itu adalah waktu yang diberkahi
Allah SWT.
Selain mengulangi pelajaran yang sudah disampaikan, disarankan
pula untuk menghafal dan mencatat apa yang di peroleh dengan tulisan
53
yang baik. Karena hafalan akan mudah hilang sedangkan tulisan lebih
tahan lama. Al Zarnuji berkata dalam kitabnya, faktor-faktor
seseorang kuat dalam hafalan :
ل ص و اء ذ غ ال ل ي ل ق ت , و ة ب ظ ا و م ال و د ج ال الحفظ ا ب ب س ى أ و ق أ و
,ل ي الل ة
ار ظ ن ن أ ر ق ال ة ا ء ر ق ن م ظ ف ح ل ل د ي ز أ ء ي ش س ي صصصصصصصصصل
ب ى الن ل ع ة ل الص ر ث ك ي و ن ي م ا ل ع ل ل ر ك ذ ه ن إ ف ي
ى و د ح إ ل ك أ و ر ك الس ع م ر د ن ك ال ل ك أ و ل س ع ال ب ر ش و اك و الس و
صصصصصصصصم و ي ل ك ا ء ر م ح ة ب ي ب ز ن ي ر ش ع
صصصظ ف ح ى ال ف د ي ز ي ا ت ب و ط الر و م غ ل ب ال ل ل ق ا ي م ل ك و
(Al Zarnuji, t th:41-42 )
a. Bersungguh-sungguh dan kontinu dalam belajar
b. Menyedikitkan makan
c. Memperbanyak sholat sunnah malam
d. Membiasakan membaca Al Quran
e. Memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW
f. Bersiwak
g. Minum madu, memakan kandar (menyan putih) dengan gula, dan
menelan kismis 21 butir setiap hari
h. Makan sesuatu yang mengurangi dahak .
Kemudian ada faktor-faktor yang melemahkan hafalan.
54
م و م ه ال و ب و ن الذ ة ر ث ك ى و ا ص ع م ا ل ف ا ن ي س الن ث ر و ا ي ا م م أ و
ق ل ع ال و ا ل غ ت ش ال ة ر ث ك ا, و ي ن الد ر و م ى أ ف ان ز ح ل و
: ف ا ن ي س ن ا ب ب س ا أ م أ و , ض م اح ال ح ا ف الن و ة ب ط الر ة ر ب ز ك ال ل ك أ
ار ط ق ن ي ب ر و ر م ال , و ر و ب ق ال ح و ل ة ا ء ر ق , و ب و ل ص م ى ال ل إ ر ظ الن و
ح ال ل م ق ال اء ق ل إ , و ل ام ج ال ة ر ق ن ى عل ة ا م ج ح ل ا, و ض ر ى ال ل ع ي
صان ي س الن ث ر و ا ي ه ل ا, ك ف ق ال
(Al Zarnuji, t th:42 )
a. Berbuat maksiat
b. Berbuat dosa
c. Keinginan dan kegelisahan perkara dunia
d. Memakan ketumbar basah
e. Memakan buah-buahan yang asam
f. Melihat orang disalib
g. Membaca tulisan dipatok kuburan
h. Berjalan antra gandengan onta
i. Membuang kutu kepala hidup-hidup ke tanah
j. Bekam pada lekuk leher belakang.
55
B. Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Dengan
Dunia Pendidikkan.
Di zaman sekarang ini, tentu berbeda dengan pada saat Al Zaruji masih
menuntut ilmu. Dengan realita yang ada saat ini banyak sekali kita lihat
bahwa moral atau akhlak sudah tidak diperhatikan lagi. Orang tua hanya
melihat hasil pendidikan yang dapat dilihat oleh mata saja bukan dari akhlak
dari seorang anak. Lembaga pendidikan seharusnya mendidik anak dalam
bidang jasmani dan rohani secara seimbang supaya tercipta anak bangsa yang
unggul dalam berakhlak. Akan tetapi sekarang berubah makna, anak yang
berpendidikan belum tentu berakhlak baik. Sudah bukan hal yang tabu lagi,
kita melihat secara fakta bahwa pejabat-pejabat di Negara kita khususnya
sekarang ini mereka berpendidikan tinggi, bahkan tak jarang mereka lulusan
dari perguruan tinggi di luar Negeri namum mereka tak sedikit yang kering
akan aspek spiritual terutama akhlak.
Pemikiran-pemikiran dari seorang Al Zarnuji cukup relevan untuk
mengembalikan pendidikan pada fungsinya. Melihat dunia pendidikan
sekarang sangat ironis banyak seorang pendidik atau guru yang sudah
kehilangan wibawa dan di segani oleh murid-muridnya, alhasil banyak guru
yang dilaporkan muridnya dengan tuduhan kekerasan kepada murid, padahal
bila melihat hal yang dilakukan guru adalah sebuah peringatan kepada
muridnya supaya muridnya menjadi seseorang yang lebih baik. Oleh karena
itu konsep hubungan antara guru yang berwibawa namun tetap akrab dengan
murid harus ada. Wibawa seorang guru dan akrab dengan murid adalah dua
56
unsur yang sangat esensial untuk membentuk lingkungan pendidikan yang
baik, benar dan sehat. Seorang guru yang wibawa, disegani dan akrab dengan
murid akan mampu membentuk kepribadian seorang murid dalam hal
akhlak yang baik bukan sekedar memberi pelajaran yang meningkatkan
intelektual saja.
Ketaatan kepada guru dan orang tua harus ditanamkan sejak awal. Karena
akan membentuk kepribadiaan seorang anak dalam menuntut ilmu. Seorang
murid yang ta’dzim dengan guru dia akan dipermudah dalam segala hal,
seperti proses masuknya ilmu yang diberikan seorang guru kepada murid.
Selain itu seorang pencari ilmu harus berakhlak baik terhadap diri sendiri dan
kepada teman-temannya.
Oleh karena itu lembaga pendidikan di Indonesia khususnya, harus bisa
memproduksi calon-calon pemimpin bangsa yang kaya akan moral dan
akhlak yang baik sesuai kaidah-kaidah Islam. Karena apabila akhlak sudah
baik secara otomatis hal apapun akan membaik. Walaupun hal tersebut tidak
mudah, berbagai elemen harus saling mendukung baik lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.
C. Kelebihan dan Kelemahan Pemikiran Al Zarnuji Terhadap Pendidikan
1. Kelebihan Al Zarnuji Tentang Pendidikan
Konsep pendidikan beliau tertuang dalam karya monumentalnya, kitab
“Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Kitab ini diakui sebagai
karya yang monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab
ini juga banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan
57
karya-karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak
hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim saja, tetapi juga dipakai oleh para
orientalis dan penulis barat.
Keistimewaan lain dari kitab Ta’lim Muta’allim ini terletak pada
materi yang dikandungnya. Meskipun kecil dan dengan judul yang
seakan-akan hanya membahas metode belajar, sebenarnya esensi kitab ini
juga mencakup tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang
didasarkan pada moral religius. Kitab ini tersebar hampir ke seluruh
penjuru dunia. Kitab ini juga dicetak dan diterjemahkan serta dikaji di
berbagai dunia, baik di Timur maupun di Barat. Di Indonesia, kitab
monumental tersebut dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga
pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok
pesantren modern.
Al Zarnuji mengutamakan akhlak seseorang murid kepada guru,
akhlak sesama penuntut ilmu, dan akhlak kepada ilmu. Materi-materi di
dalamnya sangat mudah dipelajari dan dipahami. Materi ini telah
menggali dan menghidupkan kembali nilai-nilai etika dalam proses
pendididkan dan sekaligus menjadikan sebagai dasar pembentukan akhlak
dan landasan dalam membina hubungan yang harmonis antara guru
dengan murid yang berorientasi pada hubungan yang etis humanis.
Karena orientasi pendidikannya bertujuan untuk kebahagiaan dunia
akhirat.
58
2. Kelemahan Al Zarnuji Tentang Pendidikan
Melihat dari situasi dan kondisi Al Zarnuji hidup maka berbeda sekali
dengan situasi dan kondisi pada zaman saat ini. Dan menjadi sebuah
persoalan konsep pendidikan yang ditawarkan Al Zarnuji apakah masih
relevan dengan dunia pendidikan saat ini. Salah satu contoh adalah peran
dan perilaku dalam menghormati guru. Jika pendapat Al Zarnuji
disampaikan secara eksklusif maka yang pada akhirnya terjadi adalah
kepatuhan murid tanpa syarat kepada seorang guru. Disinilah pada
nantinya pendidikan akan kehilangan signifikansinya. Jadi kelemahan
yang dimungkinkan muncul dari pemikiran Al Zarnuji adalah pemahaman
yang tekstual terkait dengan karyanya, akan membuka peluang
munculnya sikap ketergantungan.
59
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang
dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:
1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’limul Muta’allim
a. Didalam kitab ini Al Zarnuji menuliskan beberapa akhlak yang harus
dipenuhi oleh setiap murid dalam mencari ilmu, yang pertama adalah
akhlak kepada Allah, akhlak terhadap manusia dan akhlak terhadap
ilmu. Berikut penjelasannya :
1) Akhlak terhadap Allah SWT yang ditekankan pada kitab ini
adalah seorang pencari ilmu harus pandai-pandai bersyukur atas
yang diberikan Allah kepada kita dan ketika seorang sudah
mempunyai ilmu dia harus bisa mengamalkan ilmu yang dia
miliki, bukan sekedar mengetahuinya saja dengan cara beramar
ma’ruf nahi mungkar.
2) Akhlak kepada manusia, penulis membaginya menjadi 3, yaitu
a) Berakhlak pada diri sendiri, dengan cara dia bisa bersikap
santun kepada semua orang terutama kepada orang yang
berilmu dan yang lebih tua dari dirinya, kemudian dia harus
tawadlu’ dan bisa beristiqomah dalam mencari ilmu. Seorang
60
berilmu harus menghindari perilaku-perilaku atau akhlak yang
tidak baik khususnya sifat tama’, sombong dan dengki
terhadap orang lain.
b) Akhlak murid kepada utstadz. Seorang murid harus bisa
menghormati dan memuliakan gurunya.
c) Akhlak kepada teman. Kita harus berakhlak baik kepada
teman, harus bisa berkasih sayang. Ketika mencari teman
harus pandai memilih teman seperti teman yang tekun dalam
belajar, wira’i, dan jujur. Kemudian kita bisa menghindari
dari teman yang pemalas, pengangguran, banyak bicara, suka
memfitnah dan suka mengacau.
3) Seorang pencari ilmu harus bisa berakhlak baik kepada ilmu,
maksudnya dalam mencari ilmu seseorang harus bisa tabah dan
sabar karena pasti banyak godaan dan rintangan entah itu dari diri
sendiri maupun lingkungan diman kita mencari ilmu.
b. Pedidikan akhlak merupakan proses pengembangan nilai-nilai akhlak
pada diri sehingga terbangun pribadi yang berakhlakul kariamah dan
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penulis dalam
kitab Ta’limul muta’allim ini dalam mencari ilmu seseorang harus
melalui beristiqomah dan sabar, kemudian dalam bergaul dengan
teman serta ta’dzim kepada guru harus menggunakan adab-adab yang
sudah tertulis dalam pemaparan di atas.
61
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’lim muta’allim
dengan pendidikan.
Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan kepada dua faktor
dalam pendidikan, yaitu pendidikan intelektual dan pendidikan moral.
Penekanan Al Zarnuji terhadap dua aspek tersebut bisa menjadi sebuah
jawaban dari dunia pendidikan sekarang yang krisis akan moral dan lebih
menekankan kepada aspek intelektual saja. Bagi beliau pendidikan yang
dilakukan setiap orang bukan untuk menghasilkan manusia yang baik
dalam lahirnya saja, namun Al Zarnuji menginginkan seseorang yang telah
berilmu bisa baik secara batiniahnya dan perbuatannya. Yang terpenting
adalah proses dalam mencari ilmu, hasil yang baik adalah sebuah
penghargaan bagi seorang pencari ilmu.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan dalam penelitiaan diatas, penulis memberikan
saran yang bersifat membangun kepada pihak-pihak yang terkait dengan
dunia pendidikan, yaitu :
1. Pemerintah khususnya Kementrian Agama dan kementrian pendidikan
harus lebih menitik beratkan kepada pendidikan akhlak terhadap peserta
didik, tanpa melupakan dan mengurangi aspek intelektualitasnya.
2. Seorang pendidik harus bisa menbaca situasi pendidikan modern ini, dan
tetap profesional serta berpegang teguh kepada nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam agama Islam.
62
3. Seorang peserta didik harus sadar diri dan tetap istiqomah serta sabar
dalam mencari suatu bidang keilmuaan.
4. Untuk para mahasiswa fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan harus peka
terhadap kondisi pendidikan di Negara ini, dan terus mencari jalan
keluar terhadap permasalahan-permasalahan yang ada serta terus
menggali kembali pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan baik yang
klasik maupun modern yang pas untuk diterapkan di Indonesia.
C. PENUTUP
Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi
Sang Maha Pengatur dan Pencipta Alam Semesta, yang telah memberikan
hidayah dan taufiq-Nya. Sehingga penulis telah dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’limul
Muta’allim Karya Burhanuddin Al Zarnuji“ yang masih jauh dari sempurna.
Maka untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima masukan, kritik, dan
saran. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari dosen
pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi. Semoga
segala amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT. Akhir penulisan ini penulis
berharap dengan keridhoan Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat,
terutama terhadap penulis sendiri dan para pembaca yang budiman pada
umumnya. Aamiin.
63
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Mudlor. 1997. Etika dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas
Afandi, Mochtar dan Maemonah, Reward dan Punishment Sebagai Metode
Pendidikan Anak Menurut Ulama Klasik (Studi Pemikiran Ibnu Maskawih,
Al-Ghozali Dan Al-Zarnuji), (Semarang: Tesis Program Pasca Sarjana IAIN
Walisongo; 2001), hlm. 52, t.d
Al Ghulayani, Musthafa.t.th, ‘idzatun Nasyi’in. Surabaya: al Hidayah
Al Zarnuji, t.th, Ta’limul Muta’allim.
As’ad, Aliy, 2007. Terjemah Ta’limul Muta’alim. Kudus: Menara Kudus
Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Wacana
Prima
Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz media
Darajat, Zakiyah. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam(Buku Tesk Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum). Jakarta. Bulan Bintang
Depag RI. 1991/1992. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta. Dirjend. Binbaga Islam (di dalam buku
dasar2 ilmu pendidikan Hasbullah)
Ensiklopedia Pendidikan. 2009.
Hamka. 1992. Akhlaqul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi. 2004. Membuka Jendela Pendidikan
mengurai Akar Tradisi dan Interaksi Keilmuan Penidikan Islam. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada.
Iqbal, Muhammad Abu. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-gagasan
Besar Para ilmuan Muslim. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Langgulung, Hasan,1988 Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21,Jakarta:
Pustaka al-Husna
64
. 1989. Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi
dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna
Nasir. 1991. Tinjauan Akhlak. Surabaya: Al-Ikhlas
Nata, Abudin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibani. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, terj.
Hasan Langgulung. Bandung: Bulan Bintang
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN Salatiga. 2008
Pimay, Awaluddin. 1999. Konsep Pendidik dalam Islam (Studi Komparasi atas
Pandangan al-Ghozali dan al-Zarnuji). Semarang. Tesis PPS IAIN
Walisongo Semarang.
Qabbani, Marwan. 1981. Syeikh Al Zarnuji. Beirut: Dar Al Maktab Al Islami
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks
Sudarto, Abdul Hakim. 1995. Islam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: LPMII
Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru (di dalam
buku dasar2 ilmu pendidikan Hasbullah)
Syikh Ibrahim bin Ismail. 1993. Syarku Ta’lim Al-Muta’allim. Semarang: CV.
Toha Putra
Syukur, Amin, 2010. Studi Akhlak. Semarang. Walisongo Press
Toha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Zuhairi, 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
65
66
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Muhammad Bayu Pamungkas
NIM : 111-12-110
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruuan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing :
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga
2012
05-07 September
2012
Peserta 3
2. OPAK Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga 2012
08-09 September
2012
Peserta 3
3. Orientasi Dasar
Keislaman “Membangun
Karakter Keislaman
Bertaraf Internasional di
Era Globalisasi Bahasa”
10 September 2012 Peserta 2
4. Seminar
Entrepreneurship dan
Perkoperasian “Explore
Your Entrepreneurship
Talent”
11 September 2012 Peserta 2
5. Achievment Motivation
Training “Dengan AMT,
Bangun Karakter Raih
Prestasi”
12 September 2012 Peserta 2
6. Library user education 13 September 2012 Peserta 2
7. Seminar Nasional LPM
Dinamika “Urgensi
Media dalamPergulatan
Politik”
29 September 2012 Peserta 8
8 Masa Penerimaan
Anggita Baru PMII
“Membentuk Militansi
Kader Menuju
Mahasiswa Yang Ideal”
05-07 Oktober 2012 Peserta 2
9 PLCPP ke 22
“Pendidikan Pramuka
18 Oktober 2012 Peserta 2
67
Sebagai Pembentuk
karakter Pandega yang
Berdisiplin dn
Berkredibilitas tinggi
untuk Membangun
Indonesia”
10 Pertandingan Futsal
Persahabatan Racana Se-
Kota Semarang Dan
Sekitarnya
9 Desember 2012 Peserta 2
11 Surat Keputusan
Pengangkatan Pengurus
HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga Masa Bakti
2012-2013
17 Januari 2013 Pengurus 4
12 Pelatihan Karya Tulis
Ilmiah HMJ Tarbiyah
“Karya Ilmiyah Sebagai
Wujud Pelaksanaan
Tridharma Perguruan
Tinggi”
16 Maret 2013 Panitia 3
13 Seminar Nasional
DEMA STAIN
“Ahlussunnah
Waljamaah dalam
Perspektif Islam
Indonesia”
26 Maret 2013 Peserta 8
14 Seminar Nasional dan
Dialog Publik HMJ
Tarbiyah dan Syari’ah
“Minimnya Pasokan
energy, Pembatasan
Subsidi BBM dan Peran
Masyarakat dalam
Penghematan Energi”
20 April 2013 Panitia 8
15 Seminar Pendidikan
HMJ Tarbiyah
“Menimbang Mutu dan
Kwalitas Pendidikan di
Indonesia”
2 Mei 2013 Panitia 3
16 Pelatihan Strategi
Sukses Kuliah
8 Juni 2013 Peserta 2
17 Seminar Nasional
DEMA STAIN
“Mengawal
Pengendalian BBM
08 Juli 2013 Peserta 8
68
Bersubsidi, Kebijakan
BLSM Yang Tepat
Sasaran Serta
Pengendalian Inflasi
Dalam Negeri Sebagai
Dampak Kenaikan
Harga BBM Bersubsidi
18 Surat Keputusan Panitia
OPAK Jurusan Tarbiyah
STAIN periode 2013
26 Agustus 2013 Panitia 3
19 Sosialisasi dan
Silaturahmi Nasional
HMJ Tarbiyah dan
Syari’ah “Sosialisasi UU
No.1 th 2013, Peran
Serta Fungsi OJK dan
Peran Pemerintah dalam
Pengawasan LKM
(Lembaga Keuangan
Mikro)
30 September 2013 Panitia 8
20 Sosialisasi 4 Pilar
Kebangsaan dan
Seminar Nasional “4
Pilar Kebangsaan Untuk
Mempertegas Karakter
Ke Indonesiaan”
24 Oktober 2013 Peserta 8
21 Sosialisasi Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan
Bhineka Tunggal Ika
25 Oktober 2013 Peserta 8
22 Surat keputusan KPUM
dan PANWASLU
Mahasiswa tahun 2013
31 Oktober 2013 Pengurus 3
23 Seminar Nasional HMJ
Tarbiyah “Guru Kreatif
dalam Implementasi
Kurikulum 2013”
18 November 2013 Panitia 8
24 Dialog Energi “Dampak
Kenaikan Tarif Dasar
Listrik Terhadap
Perekonomian
Indonesia, Solusi
Menciptakan Listrik
Murah Untuk Rakyat
Kecil dan Industri dalam
negeri”
12 Desember 2013 Peserta 2
25 Pelatihan Administrasi 24 Januari 2014 Peserta 2
69
PMII “Menciptakan
keseragaman dalam
Management
Administrasi dan
Keuangan Demi Menuju
Tertib Organisasi”
26 Sosialisasi HIV/ AIDS
PCNU Salatiga “Pelajar
Berkualitas Tanpa
HIV/AIDS, pelajar
Berakhlak Tanpa
Diskriminasi Pelaku
HIV/AIDS”
06 April 2014 Peserta 2
27 Pendidikan dan Latian
Keprofesian HMJ
Tarbiyah “Mencerahkan
Dunia Pendidikan
Melalui Kreatifitas
Guru”
13-14 Mei 2014 Panitia 3
28 Seminar Regional FK-
WAMA “Rekontruksi
Karakter Mahasiswa
dalam Upaya
Pembangunan Menuju
Magelang Yang Beretika
dan Berpendidikan”
13-14 September
2014
Panitia 3
29 PERBASIS
(Perbandingan Bahasa
Arab Bahasa Inggris)
CEC dan ITTAQO
27 November 2014 Peserta 2
30 Seminar Regional FK-
WAMA “Menggali Ilmu
Pendidikan Islam dalam
Kesenian Tradisional
Kubro Siswo”
20 Maret 2015 Panitia 3
31 Seminar Nasional
Kewirausahaan
DISPERINDAGKOP
Salatiga “Jiwa Muda,
Berani Berwirausaha”
30 Oktober 2015 Peserta 8
32 IAIN bersholawat dan
Orasi Kebangsaan
“Menyemai Nilai-Nilai
Islam Indonesia Untuk
Memperkokoh NKRI
Dalam Mewujudkan
03 November 2015 Peserta 2
70
71
72
73