no. 109 januari - februari 2015 filesekolah kampung alternatif wujudkan generasi emas papua...

44
www.bakti.or.id No. Januari - Februari 2015 109 Sekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?

Upload: vuongkiet

Post on 28-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

www.bakti.or.id No. Januari - Februari 2015 109

Sekolah KampungAlternatif Wujudkan Generasi Emas Papua

Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar

Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?

Page 2: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax [email protected] [email protected] 201Email atau SMS BaKTINews 0813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

www.facebook.com/yayasanbakti Facebook @InfoBaKTI Twitter

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU Design & layout

Editor Foto ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION WITH SUPPORT OF THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Daftar IsiJanuari - Februari 2015 No. 109

Diskusi Praktik Cerdas Anggaran Untuk Masyarakat Miskin di Kabupaten Lombok TimurOleh Maharani

1

9

17

5

13Semangat Juang Kaum PendatangOleh Enggar ParamitaFotografer Yusuf Ahmad

25

Info Buku

Kegiatan BaKTI4041

36

Sekolah KampungAlternatif Wujudkan Generasi Emas PapuaOleh John Rahail

Perempuan, Kemiskinan, Dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Oleh Dr. Agussalim

Mengurai Sebuah Survei Remaja Mulai dari Umur Menikah, Jumlah Anak Hingga Alat KB Oleh Urip Tri Wijayanti

29

Policy Brief - JiKTI

Program Mitra - AgFor

Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?Oleh Indina Isbach

Membangun Sekolah Organik Berbasis Warga di Desa SalassaeOleh Wahyu Salik Chandra

Puang AnjaPolitisi Perempuan Peduli Hak Dasar Warga Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan Andi Enni

21 Rencana Aksi Open Government Indonesia 2014-2015

Diskusi Praktik Cerdas Pakesang,Pilihan Hidup Petani dan Pelaku Usaha MikroOleh Thamrin Husain

38

Update UNICEF - BaKTI

33

Sosok

Foto Deni RegiantoIlustrasi cover Ichsan Djunaed

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI, THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

Update Praktik Cerdas

Page 3: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax [email protected] [email protected] 201Email atau SMS BaKTINews 0813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

www.facebook.com/yayasanbakti Facebook @InfoBaKTI Twitter

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU Design & layout

Editor Foto ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION WITH SUPPORT OF THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Daftar IsiJanuari - Februari 2015 No. 109

Diskusi Praktik Cerdas Anggaran Untuk Masyarakat Miskin di Kabupaten Lombok TimurOleh Maharani

1

9

17

5

13Semangat Juang Kaum PendatangOleh Enggar ParamitaFotografer Yusuf Ahmad

25

Info Buku

Kegiatan BaKTI4041

36

Sekolah KampungAlternatif Wujudkan Generasi Emas PapuaOleh John Rahail

Perempuan, Kemiskinan, Dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Oleh Dr. Agussalim

Mengurai Sebuah Survei Remaja Mulai dari Umur Menikah, Jumlah Anak Hingga Alat KB Oleh Urip Tri Wijayanti

29

Policy Brief - JiKTI

Program Mitra - AgFor

Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?Oleh Indina Isbach

Membangun Sekolah Organik Berbasis Warga di Desa SalassaeOleh Wahyu Salik Chandra

Puang AnjaPolitisi Perempuan Peduli Hak Dasar Warga Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan Andi Enni

21 Rencana Aksi Open Government Indonesia 2014-2015

Diskusi Praktik Cerdas Pakesang,Pilihan Hidup Petani dan Pelaku Usaha MikroOleh Thamrin Husain

38

Update UNICEF - BaKTI

33

Sosok

Foto Deni RegiantoIlustrasi cover Ichsan Djunaed

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI, THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

Update Praktik Cerdas

Page 4: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 201109 5 BaKTINews

Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?

Oleh INDINA ISBACH

Herbert Hoover, Presiden ke-31 Amerika Serikat, pernah berkata bahwa anak-anak adalah sumber daya kita yang paling

berharga. Anak-anak selalu diharapkan menjadi penerus bangsa, oleh karena itu mereka harus memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik. Namun di era globalisasi ini, khususnya di negara berkembang, tidak sedikit anak-anak yang turun ke jalan untuk bekerja karena kondisi keluarga mereka yang miskin. Tidak sedikit pula yang putus sekolah dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, sehingga mereka menjadi kelompok yang berisiko. Tampaknya, kata-kata Herbert Hoover menjadi paradoks dalam hal ini. Di satu sisi, anak-anak memang menjadi sumber daya keluarga mereka yang paling berharga karena mereka bekerja mencari uang untuk keluarga mereka. Namun di sisi yang lain, sebagian hak mereka sebagai seorang anak terenggut. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang terbesar dan penduduk terpadat di dunia memiliki masalah yang cukup signifikan terkait anak-anak yang bekerja di jalanan. Terdapat 230 ribu anak jalanan di Indonesia menurut data Kementerian Sosial Tahun 2014. Sebagian besar berada di kota-kota besar. Urbanisasi menjadi penyebabnya. Salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah anak jalanan yang terus meningkat tiap tahunnya adalah Makassar. Pada tahun 2010, Dinas Sosial Kota Makassar mencatat ada 901 anak jalanan yang tersebar di Kota Makassar. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 918 anak, dan pada tahun 2012 tercatat ada 990 anak jalanan. Peningkatan yang terus terjadi tiap tahunnya tentu menimbulkan masalah bagi pemerintah dan masyarakat. Anak jalanan merupakan kelompok berisiko karena kehidupan yang mereka jalani. Mereka bekerja rata-rata 4 sampai 8 jam per hari. Beberapa dari mereka sudah putus sekolah. Mereka rentan terhadap gangguan gizi. Selain itu, mereka minim informasi mengenai pelayanan kesehatan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap anak jalanan. Penelitian dilakukan terhadap 277 anak jalanan untuk mengetahui gambaran status gizi anak jalanan di Kota Makassar pada tahun 2013. Kriteria dari penelitian ini adalah anak yang bekerja di jalan berumur 10-19 tahun. Data diperoleh dari mengukur tinggi dan berat badan serta wawancara kuesioner.

Status Gizi Anak Jalanan Meskipun anak jalanan merupakan kelompok yang berisiko mengalami gangguan gizi, namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa 63,2% anak jalanan berstatus gizi normal. Bahkan, ada 5 orang anak jalanan yang berstatus gizi sangat gemuk. Sementara hanya 16,2% yang berstatus kurus. Hal ini disebabkan mereka masih tinggal dengan orang tua atau keluarga sehingga makan mereka cukup terkontrol. Terbukti ada 96,8% anak jalanan yang masih tinggal bersama orang tua atau keluarga. Selain itu, mereka juga tidak memiliki riwayat

penyakit infeksi yang bisa menimbulkan gangguan pada gizi mereka. Namun, ada 60,3% anak jalanan yang kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Makanan yang mereka makan sehari-hari kurang bervariasi dan kebanyakan mengkonsumsi karbohidrat. Saat ini, pemerintah mencanangkan program kesehatan gratis. Sayangnya, sekalipun pemerintah sudah bertahun-tahun mencanangkan program tersebut, namun banyak dari anak jalanan yang tidak mengetahui hal tersebut. Sebesar 72% anak jalanan tidak memanfaakan pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir. Ketika mereka ditanya apa yang paling pertama mereka lakukan ketika sakit, paling banyak menjawab istirahat. Ketika

Foto Yayasan B

aKT

I/Ichsan Djunaed

Foto

Indi

na Is

bach

Wawancara anak jalanan di Patung Ayam, Daya, Makassar

Anak jalanan merupakan kelompok berisiko karena kehidupan yang mereka jalani. Mereka bekerja rata-rata 4 sampai 8 jam per hari. Beberapa dari mereka sudah putus sekolah.

1

Page 5: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 201109 5 BaKTINews

Benarkah Anak Jalanan Kurang Gizi?

Oleh INDINA ISBACH

Herbert Hoover, Presiden ke-31 Amerika Serikat, pernah berkata bahwa anak-anak adalah sumber daya kita yang paling

berharga. Anak-anak selalu diharapkan menjadi penerus bangsa, oleh karena itu mereka harus memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik. Namun di era globalisasi ini, khususnya di negara berkembang, tidak sedikit anak-anak yang turun ke jalan untuk bekerja karena kondisi keluarga mereka yang miskin. Tidak sedikit pula yang putus sekolah dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, sehingga mereka menjadi kelompok yang berisiko. Tampaknya, kata-kata Herbert Hoover menjadi paradoks dalam hal ini. Di satu sisi, anak-anak memang menjadi sumber daya keluarga mereka yang paling berharga karena mereka bekerja mencari uang untuk keluarga mereka. Namun di sisi yang lain, sebagian hak mereka sebagai seorang anak terenggut. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang terbesar dan penduduk terpadat di dunia memiliki masalah yang cukup signifikan terkait anak-anak yang bekerja di jalanan. Terdapat 230 ribu anak jalanan di Indonesia menurut data Kementerian Sosial Tahun 2014. Sebagian besar berada di kota-kota besar. Urbanisasi menjadi penyebabnya. Salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah anak jalanan yang terus meningkat tiap tahunnya adalah Makassar. Pada tahun 2010, Dinas Sosial Kota Makassar mencatat ada 901 anak jalanan yang tersebar di Kota Makassar. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 918 anak, dan pada tahun 2012 tercatat ada 990 anak jalanan. Peningkatan yang terus terjadi tiap tahunnya tentu menimbulkan masalah bagi pemerintah dan masyarakat. Anak jalanan merupakan kelompok berisiko karena kehidupan yang mereka jalani. Mereka bekerja rata-rata 4 sampai 8 jam per hari. Beberapa dari mereka sudah putus sekolah. Mereka rentan terhadap gangguan gizi. Selain itu, mereka minim informasi mengenai pelayanan kesehatan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap anak jalanan. Penelitian dilakukan terhadap 277 anak jalanan untuk mengetahui gambaran status gizi anak jalanan di Kota Makassar pada tahun 2013. Kriteria dari penelitian ini adalah anak yang bekerja di jalan berumur 10-19 tahun. Data diperoleh dari mengukur tinggi dan berat badan serta wawancara kuesioner.

Status Gizi Anak Jalanan Meskipun anak jalanan merupakan kelompok yang berisiko mengalami gangguan gizi, namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa 63,2% anak jalanan berstatus gizi normal. Bahkan, ada 5 orang anak jalanan yang berstatus gizi sangat gemuk. Sementara hanya 16,2% yang berstatus kurus. Hal ini disebabkan mereka masih tinggal dengan orang tua atau keluarga sehingga makan mereka cukup terkontrol. Terbukti ada 96,8% anak jalanan yang masih tinggal bersama orang tua atau keluarga. Selain itu, mereka juga tidak memiliki riwayat

penyakit infeksi yang bisa menimbulkan gangguan pada gizi mereka. Namun, ada 60,3% anak jalanan yang kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Makanan yang mereka makan sehari-hari kurang bervariasi dan kebanyakan mengkonsumsi karbohidrat. Saat ini, pemerintah mencanangkan program kesehatan gratis. Sayangnya, sekalipun pemerintah sudah bertahun-tahun mencanangkan program tersebut, namun banyak dari anak jalanan yang tidak mengetahui hal tersebut. Sebesar 72% anak jalanan tidak memanfaakan pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir. Ketika mereka ditanya apa yang paling pertama mereka lakukan ketika sakit, paling banyak menjawab istirahat. Ketika

Foto Yayasan B

aKT

I/Ichsan Djunaed

Foto

Indi

na Is

bach

Wawancara anak jalanan di Patung Ayam, Daya, Makassar

Anak jalanan merupakan kelompok berisiko karena kehidupan yang mereka jalani. Mereka bekerja rata-rata 4 sampai 8 jam per hari. Beberapa dari mereka sudah putus sekolah.

1

Page 6: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

3 4

Foto

Rio

Abd

ul F

atah

m e r e k a d i t a n y a k e m b a l i , k e n a p a t i d a k memeriksakan diri ke puskesmas, mereka menjawab mahal. Rupanya mereka kurang informasi mengenai pelayanan kesehatan. Sosialisasi yang merata diperlukan agar anak jalanan dan keluarga mereka mengetahui program kesehatan gratis.

Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Hampir semua anak jalanan masih tinggal dengan orang tua mereka. Hal ini pula yang menjadi alasan mereka untuk bekerja. Sebagian besar menjawab mereka bekerja untuk mencari uang membantu orang tua. Dan tidak sedikit pula yang mengaku disuruh orang tua mereka untuk bekerja di jalan. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan selama penelitian, ketika para anak jalanan ini sudah mendapatkan uang hasil dari mengamen atau menjual barang dagangannya, mereka langsung membelanjakan uangnya. Anak jalanan di Pantai Losari, misalnya. Beberapa dari mereka ada yang mengamen dan ada pula yang menjual manisan. A n a k j a l a n a n y a n g m e n ga m e n b a r u s a j a mendapatkan uang hasil mengamen sebesar seribu rupiah. Langsung saja uang seribu rupiah miliknya dibelanjakan untuk membeli manisan milik dagangan temannya. Begitu pula pengamen di lampu merah Patung Ayam Daya. Begitu mendapatkan uang hasil mengamen, mereka langsung berlarian menuju toko terdekat untuk membeli jajanan. Tidak jauh berbeda

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

dengan pengamen yang berada di lampu merah Bandara Sultan Hasanuddin. Para pengamen yang usianya rata-rata sudah remaja itu membelanjakan hasil uang mengamen mereka untuk membeli lem fox. Rupanya mereka senang menghisap lem. Gambaran ini memperlihatkan bahwa alasan mencari uang untuk membantu orang tua tidak sepenuhnya benar. Beberapa dari mereka sepertinya senang mencari uang untuk diri sendiri agar dapat membeli jajanan atau kebutuhan lainnya. Mereka terbiasa mendapatkan uang dari bekerja, sehingga membuat mereka betah berada di jalanan.

Penyalahgunaan Zat Adiktif Tidak sedikit anak jalanan yang menghirup lem. Mereka bahkan tidak segan-segan menghirup lem pada saat diwawancarai. Cara mereka menghirup lem pun beragam. Agar tidak diketahui bahwa mereka menghirup lem, ada yang memasukkan lem ke dalam plastik kemudian disembunyikan di bawah baju lalu lem dihirup lewat leher baju. Ada pula yang sengaja membawa celana jeans, kemudian menyembunyikan lemnya di dalam celana sehingga kelihatannya dia hanya sedang mencium celana jeansnya. Ketika salah satu anak jalanan ditanyai apa yang dia rasakan ketika sedang menghirup lem, dia menjawab “Enak, Kak. Apalagi kalau lagi stress. Saya kayak dibawa ke satu tempat yang ada banyak pintu, terus saya masuk ke salah satu pintunya. Kayak melayang,”. Efek dari menghirup lem sepertinya

sama dengan narkoba dan minuman keras. Ketiganya sama-sama membuat teler penggunanya. Ada pula satu anak jalanan yang terbilang unik. Di sepanjang lengan sampai pergelangan tangannya penuh bekas luka goresan. Entah itu bekas goresan silet atau bekas goresan karena mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Ketika ditanyai kapan terakhir kali mendapatkan pelayanan kesehatan, ia menjawab tiga bulan yang lalu kesehatannya diperiksa di penjara. Dia pun mengaku masuk penjara karena berkelahi dengan musuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa anak jalanan, meskipun berstatus gizi normal dan kesehatan mereka tidak terganggu, namun kondisi lingkungan tempat mereka bergaul sehari-hari sangatlah tidak sehat. Mereka sangat bebas saat berada di jalan sehingga membuat mereka bisa melakukan apa saja, termasuk perilaku yang menyimpang.

Mereka yang Perduli Begitu banyaknya masalah yang dihadapi anak jalanan mendorong masyarakat untuk membentuk organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dari 277 anak jalanan, 82% tidak terdaftar di LSM. Mereka bahkan tidak tahu apa LSM itu. Namun ada pula beberapa yang terdaftar atau bergabung di LSM seperti Kelompok Pecinta Anak Jalanan (KPAJ), Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ), Rumah Singgah Yayasan Bina Anak Mandiri, dan Istana Anak Ceria (IAC). Tujuan dari dibentuknya LSM anak jalanan ini untuk memberikan edukasi kepada anak jalanan

dengan harapan mereka tidak lagi bekerja di jalan. IAC misalnya. Mereka sengaja mencari anak jalanan di pelosok-pelosok Kota Makassar untuk bergabung bersama mereka setiap hari Minggu. Selain mengajarkan pengetahuan kepada anak jalanan, IAC juga mencarikan donor, siapa saja yang ingin menyumbang baik berupa uang, buku atau seragam sekolah, agar anak jalanan ini dapat kembali bersekolah. Saat penelitian berlangsung, salah satu anak jalanan di IAC bercerita, dia sempat putus sekolah karena harus membantu orang tuanya memulung sampah. Namun sekarang dia bisa kembali bersekolah karena bantuan dari teman-teman IAC. Setelah kembali bersekolah, waktunya untuk bekerja memulung sampah pun berkurang. Dia hanya memulung sampah selama dua jam saja. Semoga masih banyak orang-orang maupun organisasi yang mau membantu dan memberikan bantuan yang tepat kepada anak jalanan. Mereka sangat membutuhkan bantuan, tapi tentunya bukan dengan memberikan mereka uang di jalan, namun dengan cara lain yang bisa membuat mereka tidak lagi turun ke jalan untuk bekerja.

Foto

Indi

na Is

bach

Wawancara salah seorang anak jalanan di samping jalan AP. Pettarani, Makassar Wawancara dengan sekelompok anak jalanan di Bandara Sultan Hasanuddin Mengukur tinggi badan anak jalanan anjal di Pantai Losari

Page 7: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

3 4

Foto

Rio

Abd

ul F

atah

m e r e k a d i t a n y a k e m b a l i , k e n a p a t i d a k memeriksakan diri ke puskesmas, mereka menjawab mahal. Rupanya mereka kurang informasi mengenai pelayanan kesehatan. Sosialisasi yang merata diperlukan agar anak jalanan dan keluarga mereka mengetahui program kesehatan gratis.

Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Hampir semua anak jalanan masih tinggal dengan orang tua mereka. Hal ini pula yang menjadi alasan mereka untuk bekerja. Sebagian besar menjawab mereka bekerja untuk mencari uang membantu orang tua. Dan tidak sedikit pula yang mengaku disuruh orang tua mereka untuk bekerja di jalan. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan selama penelitian, ketika para anak jalanan ini sudah mendapatkan uang hasil dari mengamen atau menjual barang dagangannya, mereka langsung membelanjakan uangnya. Anak jalanan di Pantai Losari, misalnya. Beberapa dari mereka ada yang mengamen dan ada pula yang menjual manisan. A n a k j a l a n a n y a n g m e n ga m e n b a r u s a j a mendapatkan uang hasil mengamen sebesar seribu rupiah. Langsung saja uang seribu rupiah miliknya dibelanjakan untuk membeli manisan milik dagangan temannya. Begitu pula pengamen di lampu merah Patung Ayam Daya. Begitu mendapatkan uang hasil mengamen, mereka langsung berlarian menuju toko terdekat untuk membeli jajanan. Tidak jauh berbeda

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

dengan pengamen yang berada di lampu merah Bandara Sultan Hasanuddin. Para pengamen yang usianya rata-rata sudah remaja itu membelanjakan hasil uang mengamen mereka untuk membeli lem fox. Rupanya mereka senang menghisap lem. Gambaran ini memperlihatkan bahwa alasan mencari uang untuk membantu orang tua tidak sepenuhnya benar. Beberapa dari mereka sepertinya senang mencari uang untuk diri sendiri agar dapat membeli jajanan atau kebutuhan lainnya. Mereka terbiasa mendapatkan uang dari bekerja, sehingga membuat mereka betah berada di jalanan.

Penyalahgunaan Zat Adiktif Tidak sedikit anak jalanan yang menghirup lem. Mereka bahkan tidak segan-segan menghirup lem pada saat diwawancarai. Cara mereka menghirup lem pun beragam. Agar tidak diketahui bahwa mereka menghirup lem, ada yang memasukkan lem ke dalam plastik kemudian disembunyikan di bawah baju lalu lem dihirup lewat leher baju. Ada pula yang sengaja membawa celana jeans, kemudian menyembunyikan lemnya di dalam celana sehingga kelihatannya dia hanya sedang mencium celana jeansnya. Ketika salah satu anak jalanan ditanyai apa yang dia rasakan ketika sedang menghirup lem, dia menjawab “Enak, Kak. Apalagi kalau lagi stress. Saya kayak dibawa ke satu tempat yang ada banyak pintu, terus saya masuk ke salah satu pintunya. Kayak melayang,”. Efek dari menghirup lem sepertinya

sama dengan narkoba dan minuman keras. Ketiganya sama-sama membuat teler penggunanya. Ada pula satu anak jalanan yang terbilang unik. Di sepanjang lengan sampai pergelangan tangannya penuh bekas luka goresan. Entah itu bekas goresan silet atau bekas goresan karena mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Ketika ditanyai kapan terakhir kali mendapatkan pelayanan kesehatan, ia menjawab tiga bulan yang lalu kesehatannya diperiksa di penjara. Dia pun mengaku masuk penjara karena berkelahi dengan musuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa anak jalanan, meskipun berstatus gizi normal dan kesehatan mereka tidak terganggu, namun kondisi lingkungan tempat mereka bergaul sehari-hari sangatlah tidak sehat. Mereka sangat bebas saat berada di jalan sehingga membuat mereka bisa melakukan apa saja, termasuk perilaku yang menyimpang.

Mereka yang Perduli Begitu banyaknya masalah yang dihadapi anak jalanan mendorong masyarakat untuk membentuk organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dari 277 anak jalanan, 82% tidak terdaftar di LSM. Mereka bahkan tidak tahu apa LSM itu. Namun ada pula beberapa yang terdaftar atau bergabung di LSM seperti Kelompok Pecinta Anak Jalanan (KPAJ), Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ), Rumah Singgah Yayasan Bina Anak Mandiri, dan Istana Anak Ceria (IAC). Tujuan dari dibentuknya LSM anak jalanan ini untuk memberikan edukasi kepada anak jalanan

dengan harapan mereka tidak lagi bekerja di jalan. IAC misalnya. Mereka sengaja mencari anak jalanan di pelosok-pelosok Kota Makassar untuk bergabung bersama mereka setiap hari Minggu. Selain mengajarkan pengetahuan kepada anak jalanan, IAC juga mencarikan donor, siapa saja yang ingin menyumbang baik berupa uang, buku atau seragam sekolah, agar anak jalanan ini dapat kembali bersekolah. Saat penelitian berlangsung, salah satu anak jalanan di IAC bercerita, dia sempat putus sekolah karena harus membantu orang tuanya memulung sampah. Namun sekarang dia bisa kembali bersekolah karena bantuan dari teman-teman IAC. Setelah kembali bersekolah, waktunya untuk bekerja memulung sampah pun berkurang. Dia hanya memulung sampah selama dua jam saja. Semoga masih banyak orang-orang maupun organisasi yang mau membantu dan memberikan bantuan yang tepat kepada anak jalanan. Mereka sangat membutuhkan bantuan, tapi tentunya bukan dengan memberikan mereka uang di jalan, namun dengan cara lain yang bisa membuat mereka tidak lagi turun ke jalan untuk bekerja.

Foto

Indi

na Is

bach

Wawancara salah seorang anak jalanan di samping jalan AP. Pettarani, Makassar Wawancara dengan sekelompok anak jalanan di Bandara Sultan Hasanuddin Mengukur tinggi badan anak jalanan anjal di Pantai Losari

Page 8: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

5 6

Foto

Dok

. IPP

M

 isi pembangunan Provinsi Papua tahun 2013-2018 adalah “Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera”. Papua bangkit disini dimaksudkan bahwa orang Papua mampu berdiri tegak dengan harkat dan martabat dalam bingkai NKRI tanpa menghilangkan identitas diri. Dimana

orang Papua mampu mengaktualisasikan diri dan mengambil peran diberbagai sektor pembangunan. Papua mandiri adalah kondisi masyarakat Papua yang mampu mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dengan mengandalkan

Sekolah Kampung Berbasis Nilai dan Kearifan Lokal

Sejak tahun 2007 di Provinsi Papua, pemodelan sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal yang digagas Institut Pengembangan dan Pe m b e rd aya a n M a s y a ra k a t ( I P P M ) t e l a h dikembangkan di Kampung Beneraf, Kabupaten Sarmi untuk membangun rasa percaya diri, membentuk dan memperkuat jati diri anak-anak di kampung agar suka belajar dan mencintai sekolah. Warga belajar sekolah kampung sebagai sasaran langsung adalah anak-anak pra-sekolah (usia 3-5 tahun) dengan partisipasi mencapai 90%. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah siswa SD, remaja, ibu rumah tangga dan masyarakat umum di kampung. Dalam pengelolaan sekolah kampung, IPPM sebagai penggerak tidak membentuk kelompok baru, namun menggerakkan kelompok m a sya ra kat s esu a i st r u k t u r s o s i a l d a l a m masyarakat. Kini penggerak dan pengelolaan s e ko l a h ka m p u n g s e p e nu h nya d i l a k u ka n penduduk kampung setempat yang direkrut dan direkomendasikan tokoh adat dan agama. Masyarakat lokal difasilitasi IPPM melalui pelatihan dan pendampingan sebagai penggerak dan pengelola sekolah kampung menggunakan pendekatan yang berangkat dari falsafah yang terkandung dalam kebiasaan bakar batu, makan pinang dan papeda. Hal ini dilakukan untuk memperkuat identitas dan jati diri masyarakat lokal dalam membangun dan menjaga keberlanjutan program. Proses pembelajaran sekolah kampung menggunakan sumber dan media bahan ajar lokal. P r o s e s i n i d i a w a l i k e t i k a I P P M m u l a i menginventarisir semua jenis permainan asli yang selalu dilakukan anak-anak di kampung dan kemudian mengidentifikasi permainan dengan bahasa daerah lokal. Permainan kemudian disimulasikan melalui pendekatan lokal yang dipandu penggerak dan dikonversikan IPPM ke

SEKOLAH KAMPUNGALTERNATIF WUJUDKAN

GENERASI EMAS PAPUA

Oleh JOHN RAHAIL

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

V

Fakta ini menunjukkan bahwa di Provinsi Papua pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan masih menjadi kendala. Kendala ini terjadi sudah terlalu lama dan belum ada penanganan optimal, sehingga bagi masyarakat dianggap bukan lagi sebagai kebutuhan dan masalah.

ke m a m p u a n d a n ke k u at a n s e n d i r i u n t u k mewujudkan kemajuan ekonomi. Dengan didukung g e n e ra s i b a r u Pa p u a y a n g m e m i l i k i j i w a kewirausahaan serta ekonomi kampung tumbuh dan berkembang. Dan terakhir, Papua sejahtera adalah masyarakat Papua tanpa terkecuali dapat memenuhi hak-hak dasarnya di bidang sosial, ekonomi dan budaya. Visi ini diterjemahkan ke dalam lima misi. Salah satunya adalah mewujudkan sumber daya manusia Papua yang sehat, berprestasi dan berakhlak mulia dengan mendorong pembentukan Generasi Emas Papua melalui Program Tuntas Wajib Belajar 9 tahun. Program 1.000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan dan program pengembangan daya saing SDM. Hal ini tentu menjadi tantangan karena hingga akhir tahun 2012 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua bergerak naik sangat lambat, padahal target yang diharapkan meningkat dari 65,86 tahun 2012 menjadi 70 pada tahun 2018. Pembangunan pendidikan menyumbang dua indikator utama IPM. Pada tahun 2012 masih belum optimal karena capaian angka rata-rata sekolah baru mencapai 6,87 dan angka melek huruf 75,83%. Fakta ini menunjukkan bahwa di Provinsi Papua pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan masih menjadi kendala. Kendala ini ter jadi sudah terlalu lama dan belum ada penanganan optimal, sehingga bagi masyarakat dianggap bukan lagi sebagai kebutuhan dan masalah. Memang pemerintah sudah berusaha maksimal untuk mendekatkan layanan pendidikan, dimana hampir semua kampung memiliki gedung sekolah dan aktivitas belajar pendidikan dasar. Namun pemanfaatan dirasa belum optimal karena sangat dipengaruhi kondisi masyarakat yang hidup miskin dan terbelakang. Konsep dan pola pikir yang masih tradisional belum menjadikan pendidikan sebagai investasi masa depan dan mahal secara sosial. Komitmen Pemerintah Provinsi Papua melalui visi-misi tahun 2013-2018 dilakukan melalui Gerbangmas Hasrat Papua (Gerakan Membangun Masyarakat Sesuai Harapan Masyarakat Papua) untuk mewujudkan Generasi Emas Papua, merupakan langkah strategis sebagai upaya akselerasi membangun masyarakat Papua yang berkualitas dan sejahtera. Selaras dengan semangat d a n st rate g i p e m ba n g u n a n sa at i n i , m a ka momentum ini harus dioptimalkan secara obyektif, terstruktur dan sistematis, sehingga berbagai ruang dan peluang harus diarahkan pada proses dan hasil terukur. Hal ini dimaksudkan agar strategi dan pendekatan yang tepat dapat mendorong akselerasi kemajuan pembangunan pendidikan dengan mensinergikan pengetahuan dengan pengetahuan asli masyarakat Papua secara kontekstual melalui sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal.

Update Praktik Cerdas

Page 9: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

5 6

Foto

Dok

. IPP

M

 isi pembangunan Provinsi Papua tahun 2013-2018 adalah “Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera”. Papua bangkit disini dimaksudkan bahwa orang Papua mampu berdiri tegak dengan harkat dan martabat dalam bingkai NKRI tanpa menghilangkan identitas diri. Dimana

orang Papua mampu mengaktualisasikan diri dan mengambil peran diberbagai sektor pembangunan. Papua mandiri adalah kondisi masyarakat Papua yang mampu mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dengan mengandalkan

Sekolah Kampung Berbasis Nilai dan Kearifan Lokal

Sejak tahun 2007 di Provinsi Papua, pemodelan sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal yang digagas Institut Pengembangan dan Pe m b e rd aya a n M a s y a ra k a t ( I P P M ) t e l a h dikembangkan di Kampung Beneraf, Kabupaten Sarmi untuk membangun rasa percaya diri, membentuk dan memperkuat jati diri anak-anak di kampung agar suka belajar dan mencintai sekolah. Warga belajar sekolah kampung sebagai sasaran langsung adalah anak-anak pra-sekolah (usia 3-5 tahun) dengan partisipasi mencapai 90%. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah siswa SD, remaja, ibu rumah tangga dan masyarakat umum di kampung. Dalam pengelolaan sekolah kampung, IPPM sebagai penggerak tidak membentuk kelompok baru, namun menggerakkan kelompok m a sya ra kat s esu a i st r u k t u r s o s i a l d a l a m masyarakat. Kini penggerak dan pengelolaan s e ko l a h ka m p u n g s e p e nu h nya d i l a k u ka n penduduk kampung setempat yang direkrut dan direkomendasikan tokoh adat dan agama. Masyarakat lokal difasilitasi IPPM melalui pelatihan dan pendampingan sebagai penggerak dan pengelola sekolah kampung menggunakan pendekatan yang berangkat dari falsafah yang terkandung dalam kebiasaan bakar batu, makan pinang dan papeda. Hal ini dilakukan untuk memperkuat identitas dan jati diri masyarakat lokal dalam membangun dan menjaga keberlanjutan program. Proses pembelajaran sekolah kampung menggunakan sumber dan media bahan ajar lokal. P r o s e s i n i d i a w a l i k e t i k a I P P M m u l a i menginventarisir semua jenis permainan asli yang selalu dilakukan anak-anak di kampung dan kemudian mengidentifikasi permainan dengan bahasa daerah lokal. Permainan kemudian disimulasikan melalui pendekatan lokal yang dipandu penggerak dan dikonversikan IPPM ke

SEKOLAH KAMPUNGALTERNATIF WUJUDKAN

GENERASI EMAS PAPUA

Oleh JOHN RAHAIL

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

V

Fakta ini menunjukkan bahwa di Provinsi Papua pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan masih menjadi kendala. Kendala ini terjadi sudah terlalu lama dan belum ada penanganan optimal, sehingga bagi masyarakat dianggap bukan lagi sebagai kebutuhan dan masalah.

ke m a m p u a n d a n ke k u at a n s e n d i r i u n t u k mewujudkan kemajuan ekonomi. Dengan didukung g e n e ra s i b a r u Pa p u a y a n g m e m i l i k i j i w a kewirausahaan serta ekonomi kampung tumbuh dan berkembang. Dan terakhir, Papua sejahtera adalah masyarakat Papua tanpa terkecuali dapat memenuhi hak-hak dasarnya di bidang sosial, ekonomi dan budaya. Visi ini diterjemahkan ke dalam lima misi. Salah satunya adalah mewujudkan sumber daya manusia Papua yang sehat, berprestasi dan berakhlak mulia dengan mendorong pembentukan Generasi Emas Papua melalui Program Tuntas Wajib Belajar 9 tahun. Program 1.000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan dan program pengembangan daya saing SDM. Hal ini tentu menjadi tantangan karena hingga akhir tahun 2012 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua bergerak naik sangat lambat, padahal target yang diharapkan meningkat dari 65,86 tahun 2012 menjadi 70 pada tahun 2018. Pembangunan pendidikan menyumbang dua indikator utama IPM. Pada tahun 2012 masih belum optimal karena capaian angka rata-rata sekolah baru mencapai 6,87 dan angka melek huruf 75,83%. Fakta ini menunjukkan bahwa di Provinsi Papua pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan masih menjadi kendala. Kendala ini ter jadi sudah terlalu lama dan belum ada penanganan optimal, sehingga bagi masyarakat dianggap bukan lagi sebagai kebutuhan dan masalah. Memang pemerintah sudah berusaha maksimal untuk mendekatkan layanan pendidikan, dimana hampir semua kampung memiliki gedung sekolah dan aktivitas belajar pendidikan dasar. Namun pemanfaatan dirasa belum optimal karena sangat dipengaruhi kondisi masyarakat yang hidup miskin dan terbelakang. Konsep dan pola pikir yang masih tradisional belum menjadikan pendidikan sebagai investasi masa depan dan mahal secara sosial. Komitmen Pemerintah Provinsi Papua melalui visi-misi tahun 2013-2018 dilakukan melalui Gerbangmas Hasrat Papua (Gerakan Membangun Masyarakat Sesuai Harapan Masyarakat Papua) untuk mewujudkan Generasi Emas Papua, merupakan langkah strategis sebagai upaya akselerasi membangun masyarakat Papua yang berkualitas dan sejahtera. Selaras dengan semangat d a n st rate g i p e m ba n g u n a n sa at i n i , m a ka momentum ini harus dioptimalkan secara obyektif, terstruktur dan sistematis, sehingga berbagai ruang dan peluang harus diarahkan pada proses dan hasil terukur. Hal ini dimaksudkan agar strategi dan pendekatan yang tepat dapat mendorong akselerasi kemajuan pembangunan pendidikan dengan mensinergikan pengetahuan dengan pengetahuan asli masyarakat Papua secara kontekstual melalui sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal.

Update Praktik Cerdas

Page 10: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

7 8

dalam pelajaran. Proses pembelajaran yang khas dan kontekstual, membuat sekolah kampung dianggap sebagai rumahku, kebunku, dusunku, kampungku dan bahasaku.

Sekolah Kampung Pendekatan Wujudkan Generasi Emas Papua

Pendekatan pembangunan di Provinsi Papua saat ini melalui Gerbangmas Hasrat Papua lebih k o m p r e h e n s i f k a r e n a d i l a k u k a n d e n g a n mempertimbangkan aspek-aspek persebaran lima wilayah adat (Mamta, La Pago, Mi Pago, Saireri dan Ha Anim). Gerbangmas Hasrat Papua untuk mewujudkan Generasi Emas Papua melalui bidang pendidikan untuk tuntas wajib belajar 9 tahun diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai IPM melalui meningkatnya rata-rata lama sekolah. Hal ini tentu harus dilakukan dengan langkah strategis melalui penyediaan model layanan bidang pendidikan terutama pada kabupaten dengan status capaian kinerja pendidikan yang cukup rendah. Untuk itulah program sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal yang sudah dilakukan IPPM menjadi alternatif pemodelan layanan pendidikan dalam menjawab kebutuhan ini. Secara khusus penyelenggaraan sekolah k a m p u n g s e b a ga i s a l a h s at u m o d e l ya n g dikembangkan IPPM merupakan pengalaman berhasil yang sejak tahun 2009 menjadi Praktik Cerdas dalam Forum KTI, dan menjadi runner-up tingkat nasional dalam MDGs Award tahun 2011 dan 2013, serta menerima Anugerah APP 2014 dari Mendikbud dan Nominasi SCTV Awards tahun 2014. Dalam Gerbangmas Hasrat Papua, pemodelan s e ko l a h k a m p u n g ya n g d i t awa r k a n I P P M dilaksanakan di kampung-kampung berpenduduk k u ra n g d a r i 1 0 0 Ke pa l a Ke l u a rga , b e nt u k permukiman terkonsentrasi dengan aksesibilitas yang sangat terbatas berdasarkan pendekatan wilayah adat. Rombongan dan warga belajar dalam

pemodelan sekolah kampung ini terdiri dari anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun), usia sekolah SD (6-12) dan usia sekolah yang tidak bersekolah. Peran aktif dan dukungan institusi dan tokoh adat, agama dan perempuan akan didorong s e c a r a b e r k e l a n j u t a n d e n g a n pendampingan. Beberapa tahapan pengembangan k o n s e p s e k o l a h k a m p u n g d a l a m mendukung Gerbangmas Hasrat Papua adalah sebagai berikut:q Identifikasi kebutuhan, nilai, kearifan

dan potensi lokal, termasuk berbagai faktor pendukung dan penghambat di kampung

q Perencanaan bersama masyarakat dengan melibatkan semua unsur di kampung

q Penguatan sumber daya dan potensi lokal dalam bentuk pelatihan sebagai pengelola sekolah kampung

q Kegiatan dan pelayanan sekolah kampung - Waktu kegiatan yang disesuaikan

dengan jadwal Posyandu dan juga sekolah minggu

- Tempat kegiatan disesuaikan dengan topik ajaran

q Pengembangan dan penguatan jaringanq Pendampingan, dengan menempatkan

staf IPPM yang tinggal di kampung dengan prinsip “datang, tinggal, belajar dan bekerja bersama masyarakat”.

Untuk mendorong pelaksanaan sekolah kampung sebagai aktivitas bersama, IPPM melalui pendekatan yang terintegrasi juga membangun jejaring dan kemitraan dengan tidak membentuk kelompok baru dalam pengembangan program. Namun mengoptimalkan kelompok yang sudah ada sesuai peran yang melekat dalam masyarakat kampung, dengan cara:q Memberdayakan potensi dan sumber daya lokal q Masuk dalam komunitas lokal melalui pintu

y a n g b e n a r d e n g a n m e m b a n g u n d a n menguatkan jejaring komunikasi dan kemitraan dengan “tiga tungku” (adat-agama-pemerintah kampung)

q Menyatu dalam aktivitas dan rutinitas masyarakat lokal berdasarkan peran masing-masing komunitas suku dan sub-suku sebagai aktor lokal berdasarkan nilai dan kearifan lokal

q Me m ba n g u n d a n m e n jaga ke p e rcaya a n masyarakat sebagai proses bersama melalui dukungan “biaya sosial”

Proses pembelajaran sekolah kampung ini dilakukan berdasarkan kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan muatan kontekstual yang

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah staf pengajar di FKIP Universitas Cenderawasih dan Direktur Institut Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (IPPM). Beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

mempertimbangkan nilai kearifan lokal sesuai wilayah adat di Papua. Pendamping melaksanakan p e n i l a i a n p e m e n u h a n k o m p e t e n s i d a s a r CALISTUNG setiap 6 bulan, dan membuat rekomendasi bagi anak usia 9–12 tahun untuk melanjutkan pendidikan di SD-SMP satu atap yang akan dibangun Dinas Pendidikan Provinsi Papua. Untuk warga belajar usia lebih dari 15 tahun ke atas, akan mendapatkan SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) dan bersama siswa usia 13-15 tahun direkomendasikan melanjutkan ke sekolah non formal berasrama untuk memperoleh pendidikan formal kejar paket A-C dan ketrampilan hidup yang sesuai dengan minat. Dalam proses pembelajaran sekolah kampung, pendamping menjadi penggerak utama dalam memastikan setiap tahapan pelaksanaan kegiatan dengan benar. Dengan kondisi yang terbatas, pendamping lokal yang berasal dari struktur sosial dalam masyarakat yang direkomendasikan tokoh adat, gereja dan pemerintah kampung harus mempunyai jiwa pengabdian tinggi dan memiliki kemampuan beradaptasi di dalam masyarakat. Penguatan kapasitas akan diberikan IPPM untuk pendamping dalam hal teknologi pembelajaran berbasis masyarakat dan kapasitas lain untuk bertahan hidup dalam kondisi tertentu. Selain itu,

pendamping juga mendapatkan pelatihan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar. Kepala sekolah tidak ada dalam sekolah ini, tetapi pendamping berkewajiban melaksanakan fungsi administrasi sederhana untuk pertanggung-jawaban proses pembelajaran dan penggunaan bantuan dana yang diperoleh. Dalam pengawasan ekternal akan dilakukan oleh institusi dan tokoh adat, agama dan perempuan di kampung. Saat ini, sebagai bagian dari proses replikasi konsep sekolah kampung, di semua kabupaten target Program Gerbangmas Hasrat Papua, serangkaian diskusi telah dilaksanakan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua dengan dukungan dari UNICEF. Dari serangkaian pertemuan ini, pada akhir tahun 2014 telah selesai disusun Petunjuk Teknis Program Gerbangmas Hasrat Papua Bidang Pendidikan. Diharapkan program ini dapat mulai dilakukan tahun 2015 setelah ada Peraturan Gubernur Papua.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Proses pembelajaran sekolah kampung menggunakan sumber dan media bahan ajar lokal. Proses ini diawali ketika IPPM mulai menginventarisir semua jenis permainan asli yang selalu dilakukan anak-anak di kampung dan kemudian mengidentifikasi permainan dengan bahasa daerah lokal.

Foto

Dok

. IPP

M

Page 11: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

7 8

dalam pelajaran. Proses pembelajaran yang khas dan kontekstual, membuat sekolah kampung dianggap sebagai rumahku, kebunku, dusunku, kampungku dan bahasaku.

Sekolah Kampung Pendekatan Wujudkan Generasi Emas Papua

Pendekatan pembangunan di Provinsi Papua saat ini melalui Gerbangmas Hasrat Papua lebih k o m p r e h e n s i f k a r e n a d i l a k u k a n d e n g a n mempertimbangkan aspek-aspek persebaran lima wilayah adat (Mamta, La Pago, Mi Pago, Saireri dan Ha Anim). Gerbangmas Hasrat Papua untuk mewujudkan Generasi Emas Papua melalui bidang pendidikan untuk tuntas wajib belajar 9 tahun diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai IPM melalui meningkatnya rata-rata lama sekolah. Hal ini tentu harus dilakukan dengan langkah strategis melalui penyediaan model layanan bidang pendidikan terutama pada kabupaten dengan status capaian kinerja pendidikan yang cukup rendah. Untuk itulah program sekolah kampung berbasis nilai dan kearifan lokal yang sudah dilakukan IPPM menjadi alternatif pemodelan layanan pendidikan dalam menjawab kebutuhan ini. Secara khusus penyelenggaraan sekolah k a m p u n g s e b a ga i s a l a h s at u m o d e l ya n g dikembangkan IPPM merupakan pengalaman berhasil yang sejak tahun 2009 menjadi Praktik Cerdas dalam Forum KTI, dan menjadi runner-up tingkat nasional dalam MDGs Award tahun 2011 dan 2013, serta menerima Anugerah APP 2014 dari Mendikbud dan Nominasi SCTV Awards tahun 2014. Dalam Gerbangmas Hasrat Papua, pemodelan s e ko l a h k a m p u n g ya n g d i t awa r k a n I P P M dilaksanakan di kampung-kampung berpenduduk k u ra n g d a r i 1 0 0 Ke pa l a Ke l u a rga , b e nt u k permukiman terkonsentrasi dengan aksesibilitas yang sangat terbatas berdasarkan pendekatan wilayah adat. Rombongan dan warga belajar dalam

pemodelan sekolah kampung ini terdiri dari anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun), usia sekolah SD (6-12) dan usia sekolah yang tidak bersekolah. Peran aktif dan dukungan institusi dan tokoh adat, agama dan perempuan akan didorong s e c a r a b e r k e l a n j u t a n d e n g a n pendampingan. Beberapa tahapan pengembangan k o n s e p s e k o l a h k a m p u n g d a l a m mendukung Gerbangmas Hasrat Papua adalah sebagai berikut:q Identifikasi kebutuhan, nilai, kearifan

dan potensi lokal, termasuk berbagai faktor pendukung dan penghambat di kampung

q Perencanaan bersama masyarakat dengan melibatkan semua unsur di kampung

q Penguatan sumber daya dan potensi lokal dalam bentuk pelatihan sebagai pengelola sekolah kampung

q Kegiatan dan pelayanan sekolah kampung - Waktu kegiatan yang disesuaikan

dengan jadwal Posyandu dan juga sekolah minggu

- Tempat kegiatan disesuaikan dengan topik ajaran

q Pengembangan dan penguatan jaringanq Pendampingan, dengan menempatkan

staf IPPM yang tinggal di kampung dengan prinsip “datang, tinggal, belajar dan bekerja bersama masyarakat”.

Untuk mendorong pelaksanaan sekolah kampung sebagai aktivitas bersama, IPPM melalui pendekatan yang terintegrasi juga membangun jejaring dan kemitraan dengan tidak membentuk kelompok baru dalam pengembangan program. Namun mengoptimalkan kelompok yang sudah ada sesuai peran yang melekat dalam masyarakat kampung, dengan cara:q Memberdayakan potensi dan sumber daya lokal q Masuk dalam komunitas lokal melalui pintu

y a n g b e n a r d e n g a n m e m b a n g u n d a n menguatkan jejaring komunikasi dan kemitraan dengan “tiga tungku” (adat-agama-pemerintah kampung)

q Menyatu dalam aktivitas dan rutinitas masyarakat lokal berdasarkan peran masing-masing komunitas suku dan sub-suku sebagai aktor lokal berdasarkan nilai dan kearifan lokal

q Me m ba n g u n d a n m e n jaga ke p e rcaya a n masyarakat sebagai proses bersama melalui dukungan “biaya sosial”

Proses pembelajaran sekolah kampung ini dilakukan berdasarkan kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan muatan kontekstual yang

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah staf pengajar di FKIP Universitas Cenderawasih dan Direktur Institut Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (IPPM). Beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

mempertimbangkan nilai kearifan lokal sesuai wilayah adat di Papua. Pendamping melaksanakan p e n i l a i a n p e m e n u h a n k o m p e t e n s i d a s a r CALISTUNG setiap 6 bulan, dan membuat rekomendasi bagi anak usia 9–12 tahun untuk melanjutkan pendidikan di SD-SMP satu atap yang akan dibangun Dinas Pendidikan Provinsi Papua. Untuk warga belajar usia lebih dari 15 tahun ke atas, akan mendapatkan SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) dan bersama siswa usia 13-15 tahun direkomendasikan melanjutkan ke sekolah non formal berasrama untuk memperoleh pendidikan formal kejar paket A-C dan ketrampilan hidup yang sesuai dengan minat. Dalam proses pembelajaran sekolah kampung, pendamping menjadi penggerak utama dalam memastikan setiap tahapan pelaksanaan kegiatan dengan benar. Dengan kondisi yang terbatas, pendamping lokal yang berasal dari struktur sosial dalam masyarakat yang direkomendasikan tokoh adat, gereja dan pemerintah kampung harus mempunyai jiwa pengabdian tinggi dan memiliki kemampuan beradaptasi di dalam masyarakat. Penguatan kapasitas akan diberikan IPPM untuk pendamping dalam hal teknologi pembelajaran berbasis masyarakat dan kapasitas lain untuk bertahan hidup dalam kondisi tertentu. Selain itu,

pendamping juga mendapatkan pelatihan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar. Kepala sekolah tidak ada dalam sekolah ini, tetapi pendamping berkewajiban melaksanakan fungsi administrasi sederhana untuk pertanggung-jawaban proses pembelajaran dan penggunaan bantuan dana yang diperoleh. Dalam pengawasan ekternal akan dilakukan oleh institusi dan tokoh adat, agama dan perempuan di kampung. Saat ini, sebagai bagian dari proses replikasi konsep sekolah kampung, di semua kabupaten target Program Gerbangmas Hasrat Papua, serangkaian diskusi telah dilaksanakan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua dengan dukungan dari UNICEF. Dari serangkaian pertemuan ini, pada akhir tahun 2014 telah selesai disusun Petunjuk Teknis Program Gerbangmas Hasrat Papua Bidang Pendidikan. Diharapkan program ini dapat mulai dilakukan tahun 2015 setelah ada Peraturan Gubernur Papua.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Proses pembelajaran sekolah kampung menggunakan sumber dan media bahan ajar lokal. Proses ini diawali ketika IPPM mulai menginventarisir semua jenis permainan asli yang selalu dilakukan anak-anak di kampung dan kemudian mengidentifikasi permainan dengan bahasa daerah lokal.

Foto

Dok

. IPP

M

Page 12: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

109

iapa bilang bertanam organik itu mahal dan Ss u s a h ? I n i l a h ya n g d i b u k t i k a n o l e h sekelompok warga Desa Salassae, Kecamatan

Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Komunitas Swabina Petani Salassae (KSPS). Desa Salassae yang memiliki luas 32 kilometer persegi ini letaknya sekitar 195 kilometer dari Kota Makassar. Sarana transportasi yang umum digunakan warga adalah angkutan umum di hari-hari pasar, dan ojek motor di hari biasa. Kondisi jalanan pun, meski beraspal, di beberapa titik banyak yang rusak.

Sepanjang jalan menuju desa berpenduduk 900 kepala keluarga atau sekitar 4.000-an jiwa ini berjejer rapi rumah penduduk, dengan pohon-pohon yang rindang di sekitarnya. Di bagian yang lebih dalam tampak perkebunan karet plasma yang dikelola warga. Kawasan persawahan sendiri berada di sisi dalam perkampungan warga terpisah dari jalan utama. Di musim sekarang, padi sudah mulai berisi dan kemungkinan akan panen tiga bulan ke depan. Kondisi lahan di desa dengan ketinggian 400 meter dari permukaan laut ini cukup subur, sama halnya dengan 128 desa lainnya di Kecamatan

Mem bangun Sekola h Organik

Berba sis Warga di Des a Salassae

Oleh WAHYU SALIK CHANDRABulukumpa. Selain tanaman karet dan persawahan, daerah ini juga dikenal sebagai penghasil lada, merica, kakao dan cengkeh.

Awal mula bertani organik

Sistem pertanian organik yang dikembangkan warga Desa Salassae dibangun secara terpadu. Warga yang beternak sapi, memanfaatkan tinja sapi sebagai bahan pembuat pupuk. Tanaman bambu di sekitar mereka dikembangkan sebagai sumber hara bagi pupuk yang mereka buat. Berbagai bahan lain yang diupayakan ketersediaannya adalah seledri, jantung pisang, sabuk kelapa, dan tulang sapi, juga dimanfaatkan warga sebagai bahan untuk membuat pupuk.

Di Desa Salassae ini, menurut Armin Salassa, penggagas KSPS, seluruh proses pembuatan pupuk dan pestisida alami ini dilakukan oleh warga. KSPS bahkan mewajibkan seluruh anggotanya untuk bisa membuat bahan pupuk dan pestisida organik sendiri. Ada komitmen unik yang dijalani oleh anggota KSPS: mereka tidak memperjualbelikan pupuk dan pestisida organik yang dibuat, padahal harga pupuk organik tergolong cukup tinggi, yakni berkisar antara 90 ribu hingga 120 ribu rupiah per liter. “Kalau ada yang minta biasanya kami berikan secara gratis atau kami ajarkan bagaimana cara membuatnya,” ungkap Armin. “Ini kami lakukan sebagai sebuah strategi membangun kemandirian warga.” KSPS sendiri berdiri sejak November 2011 silam. Cikal bakal kelompok ini berawal dari diskusi yang dilakukan 11 orang warga Desa Salassae. Mereka prihatin melihat kondisi kampung yang meski subur namun tingkat kesejahteraan warganya sangat jauh tertinggal. “Pada waktu itu muncul kesadaran bahwa segala upaya-upaya membangun mimpi akan kondisi desa yang lebih baik hanya bisa dilakukan jika dilakukan secara bersama. Kami akan jauh lebih kuat jika dilakukan secara bersama,” kenang Armin. Pada awal terbentuk KSPS beranggotakan 20 orang. Keinginan membangun sistem pertanian organik di Desa Salassae ini lahir dari keprihatinan atas tingginya ketergantungan warga pada produk-produk pertanian kimiawi. Para petani sekarang telah kehilangan banyak pengetahuan bertani dari petani-petani terdahulu, yang lebih mengandalkan kemampuan alam. Mereka juga prihatin banyaknya penyuluh pertanian yang kerap menjadi agen penyalur produk-produk pertanian kimiawi. “Kami menyimpulkan tanah di Desa Salassae ini sudah sangat tercemari bahan kimia, makanya tanaman tidak tumbuh dengan baik. Panen pun tak pernah berhasil. Bahkan banyak tanaman yang mati begitu saja. Inilah yang harus dibenahi terlebih dahulu,” ungkap Armin.

Uniknya Anggota KSPS

Ponnong (40), seorang warga Salassae yang pernah merantau ke Malaysia dan bekerja pada perkebunan sawit di Malaysia, dipercaya m e m i m p i n K S P S . P o n n o n g k i n i b a n y a k menghabiskan waktu untuk mengajari petani lain bertani organik, termasuk pembuatan kandang sapi dan pengelolaan limbahnya. Di masa lalu, Ponnong dikenal sebagai pemuda perusuh, yang terkadang membuat keonaran. Sebagian lahan miliknya kini telah dikelola secara organik. Rumahnya dijadikan tempat berkumpul para anggota KSPS.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dok. K

PSP

Page 13: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

109

iapa bilang bertanam organik itu mahal dan Ss u s a h ? I n i l a h ya n g d i b u k t i k a n o l e h sekelompok warga Desa Salassae, Kecamatan

Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Komunitas Swabina Petani Salassae (KSPS). Desa Salassae yang memiliki luas 32 kilometer persegi ini letaknya sekitar 195 kilometer dari Kota Makassar. Sarana transportasi yang umum digunakan warga adalah angkutan umum di hari-hari pasar, dan ojek motor di hari biasa. Kondisi jalanan pun, meski beraspal, di beberapa titik banyak yang rusak.

Sepanjang jalan menuju desa berpenduduk 900 kepala keluarga atau sekitar 4.000-an jiwa ini berjejer rapi rumah penduduk, dengan pohon-pohon yang rindang di sekitarnya. Di bagian yang lebih dalam tampak perkebunan karet plasma yang dikelola warga. Kawasan persawahan sendiri berada di sisi dalam perkampungan warga terpisah dari jalan utama. Di musim sekarang, padi sudah mulai berisi dan kemungkinan akan panen tiga bulan ke depan. Kondisi lahan di desa dengan ketinggian 400 meter dari permukaan laut ini cukup subur, sama halnya dengan 128 desa lainnya di Kecamatan

Mem bangun Sekola h Organik

Berba sis Warga di Des a Salassae

Oleh WAHYU SALIK CHANDRABulukumpa. Selain tanaman karet dan persawahan, daerah ini juga dikenal sebagai penghasil lada, merica, kakao dan cengkeh.

Awal mula bertani organik

Sistem pertanian organik yang dikembangkan warga Desa Salassae dibangun secara terpadu. Warga yang beternak sapi, memanfaatkan tinja sapi sebagai bahan pembuat pupuk. Tanaman bambu di sekitar mereka dikembangkan sebagai sumber hara bagi pupuk yang mereka buat. Berbagai bahan lain yang diupayakan ketersediaannya adalah seledri, jantung pisang, sabuk kelapa, dan tulang sapi, juga dimanfaatkan warga sebagai bahan untuk membuat pupuk.

Di Desa Salassae ini, menurut Armin Salassa, penggagas KSPS, seluruh proses pembuatan pupuk dan pestisida alami ini dilakukan oleh warga. KSPS bahkan mewajibkan seluruh anggotanya untuk bisa membuat bahan pupuk dan pestisida organik sendiri. Ada komitmen unik yang dijalani oleh anggota KSPS: mereka tidak memperjualbelikan pupuk dan pestisida organik yang dibuat, padahal harga pupuk organik tergolong cukup tinggi, yakni berkisar antara 90 ribu hingga 120 ribu rupiah per liter. “Kalau ada yang minta biasanya kami berikan secara gratis atau kami ajarkan bagaimana cara membuatnya,” ungkap Armin. “Ini kami lakukan sebagai sebuah strategi membangun kemandirian warga.” KSPS sendiri berdiri sejak November 2011 silam. Cikal bakal kelompok ini berawal dari diskusi yang dilakukan 11 orang warga Desa Salassae. Mereka prihatin melihat kondisi kampung yang meski subur namun tingkat kesejahteraan warganya sangat jauh tertinggal. “Pada waktu itu muncul kesadaran bahwa segala upaya-upaya membangun mimpi akan kondisi desa yang lebih baik hanya bisa dilakukan jika dilakukan secara bersama. Kami akan jauh lebih kuat jika dilakukan secara bersama,” kenang Armin. Pada awal terbentuk KSPS beranggotakan 20 orang. Keinginan membangun sistem pertanian organik di Desa Salassae ini lahir dari keprihatinan atas tingginya ketergantungan warga pada produk-produk pertanian kimiawi. Para petani sekarang telah kehilangan banyak pengetahuan bertani dari petani-petani terdahulu, yang lebih mengandalkan kemampuan alam. Mereka juga prihatin banyaknya penyuluh pertanian yang kerap menjadi agen penyalur produk-produk pertanian kimiawi. “Kami menyimpulkan tanah di Desa Salassae ini sudah sangat tercemari bahan kimia, makanya tanaman tidak tumbuh dengan baik. Panen pun tak pernah berhasil. Bahkan banyak tanaman yang mati begitu saja. Inilah yang harus dibenahi terlebih dahulu,” ungkap Armin.

Uniknya Anggota KSPS

Ponnong (40), seorang warga Salassae yang pernah merantau ke Malaysia dan bekerja pada perkebunan sawit di Malaysia, dipercaya m e m i m p i n K S P S . P o n n o n g k i n i b a n y a k menghabiskan waktu untuk mengajari petani lain bertani organik, termasuk pembuatan kandang sapi dan pengelolaan limbahnya. Di masa lalu, Ponnong dikenal sebagai pemuda perusuh, yang terkadang membuat keonaran. Sebagian lahan miliknya kini telah dikelola secara organik. Rumahnya dijadikan tempat berkumpul para anggota KSPS.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dok. K

PSP

Page 14: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

11 12BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah kontributor untuk Mongabay Indonesia dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Sistem keanggotaan di KSPS tergolong unik. Tak ada syarat tertentu untuk menjadi anggota, selain harus mengikuti seluruh aturan organisasi. Aturan lainnya adalah setelah menjadi anggota maka mereka tidak boleh menggunakan bahan kimiawi di kebun dan sawah mereka. Selain wajib bisa membuat pupuk dan pestisida sendiri, anggota KSPS juga harus bisa memfasilitasi diskusi dan mengajak keluarga atau orang terdekatnya untuk menjadi bagian dari KSPS. “Karena kewajiban untuk mampu memfasilitasi ini maka hampir setiap malam mereka belajar pidato dan bicara di depan umum dengan bahasa yang dikuasainya. Bisa menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Konjo, bahasa lokal di sini,” tutur Armin. K S P S j u g a m e n e k a n k a n u n t u k t i d a k menitikberatkan hasil kegiatan mereka pada keuntungan ekonomi. Untuk menyemangati setiap anggota, mereka memiliki semboyan yang unik, “berhasil atau gagal yang penting organik”. Sikap ini ternyata efektif dalam membangun kesadaran dan komitmen warga untuk fokus pada mimpi-mimpi besar mereka.

Belajar dari kegagalan

Sebagai kelompok yang kini menuai banyak sukses, KSPS juga pernah mengalami kegagalan. Saat baru terbentuk mereka sepakat membangun kandang ayam milik bersama dengan modal sekitar Rp 10 juta dari para anggota. Mereka membangun kandang dan membeli seratusan ekor ayam. Baru berjalan beberapa bulan, ayam-ayam ini mati. Tak kapok dengan kegagalan pertama, mereka pun kemudian mencoba beternak kambing. Dengan modal sekitar Rp 13 juta, juga hasil urungan para anggota, mereka membeli 20 ekor kambing. Nasibnya tak jauh beda, kambing-kambing ini juga mati hanya dalam waktu seminggu.

“Setelah kambing ini mati, kami kumpul modal lagi sekitar Rp 4 juta untuk beternak ayam. Belajar dari pengalaman kami m e n c o b a m e n c a r i ke l e m a h a n s e b e l u m -sebelumnya, ternyata ayamnya juga mati semua b e b e r a p a b u l a n k e m u d i a n , ” k e n a n g Ponnong. Ketiga kegagalan ini ternyata tidak membuat para anggota KSPS ini melupakan mimpi-mimpi mereka. Justru kegagalan i n i d i jad i ka n s e b aga i bahan refleksi diri dan

membuat mereka lebih kreatif berpikir mencari solusi-solusi yang tepat untuk kampung mereka. “Kegagalan-kegagalan ini mengingatkan kami bahwa memang ada yang keliru selama ini dengan p e n ge t a hu a n ka m i . K a m i sa m a s e ka l i t a k mengetahui cara beternak ayam dan kambing yang baik. Ini juga sama halnya dengan kondisi pertanian,” katanya. Kegagalan-kegagalan ini kemudian memacu p a r a a n g g o t a u n t u k belajar lebih baik tentang bagaimana beternak dan b e r t a n i y a n g b a i k . Mereka membuat kelas-kelas pelatihan dan lebih b a n y a k m e l a k u k a n p ra k t i k d i l a pa n ga n . “Kami awalnya belajar dari berbagai macam buku. Lalu kemudian ada tawaran pelatihan dari s e j u m l a h p i h a k d i Jakarta,” tutur Ponnong. Kini para anggota yang berjumlah 76 orang sangat terampil membuat berbagai macam pupuk dan bahan pestisida dari b a h a n - b a h a n a l a m i . Tidak hanya terampil m e m b u a t , t a p i j u g a m e n g a j a r k a n n y a k e petani-petani lain dan mendampingi 15 desa lain dalam membangun sistem pertanian organik. Tidak hanya di daerah sekitar, bahkan ada yang

berasal dari Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

K e u n t u n g a n B e r t a n i Organik

P r a k t i k p e r t a n i a n organik yang dilakukan K S P S t e r n y a t a s a n g a t menguntungkan. Armin memberi perbandingan, jika menggunakan bahan p u p u k a l a m i b i s a menghabiskan anggaran Rp 1,5 juta per hektar. Sedangkan pupuk organik b u a t a n m e r e k a h a ny a bermodal Rp 80 ribu. Indikasi kembalinya ke s u b u ra n t a n a h j u ga terlihat di beberapa lokasi yang diberi perlakuan organik. Di salah satu lahan warga yang kami kunjungi, milik Hallang (35), salah seorang petani KSPS lainnya, Armin menunjukkan puluhan pohon cengkeh di daerah tersebut yang sempat rusak dan hampir mati, namun setelah hampir setahun diberi bahan organik kini tumbuh subur kembali.

Dari hasil sawah juga t e r l i h a t p e r b a n d i n g a n menyolok antara produk organik dan non-organik. Di sebuah hamparan sawah milik Tahmil (45), salah seorang warga yang baru bergabung enam bulan lalu, terlihat perbandingan tinggi dan kesuburan tanaman. Tanaman padi Tahmil seluas 30 are, yang ditanam di sekeliling padi yang non-organik tampak lebih hijau d a n t i n g g i n y a l e b i h mencolok. “Ini padi umurnya 75 hari, sama dengan padi lain di s i n i . Tapi coba l i h at , tingginya jauh lebih tinggi dan subur,” ungkap Tahmil dengan bangga. K e b e r a n i a n T a h m i l mengubah sawahnya menjadi organik diakuinya datang begitu saja setelah beberapa bulan mengikuti diskusi anggota kelompok KSPS. Apalagi ia juga telah melihat perbandingan hasil yang sama dari petani-petani di KSPS lainnya. “Kini ada beberapa petani lain yang

mulai tertarik. Sekitar 5 hektar sawah lain kini siap diorganikkan,” ungkap Armin. Perbandingan hasil produksi sawah organik dan non organik juga terlihat dari produksi sawah. Sudah menjadi kebiasaan di Desa Salassae menjual hasil sawah mereka dalam bentuk gabah. Harga satu karung besar gabah kering biasanya dijual dengan harga Rp 300 ribu per karung. Dalam setiap karung biasanya bisa diperoleh beras sebanyak 75 kg. Hasil panen sawah organik ternyata jauh lebih banyak. Dalam satu karung jumlah beras yang bisa diperoleh antara 95-114 kg. “Ini karena gabah hasil panen sawah organik sebagian besar berisi, dibandingkan dengan sawah organik yang banyak kosong,” ungkap Ponnong. D a r i s e g i h a rga j u a l j u ga s a n gat ja u h perbandingannya. Di pasaran, beras biasa terjual Rp 7.000 per kilo, sementara beras organik harganya bisa mencapai Rp 15.000 per kilo nya. “Kalau dijual dengan harga Rp 10 ribu pun sudah untung banyak,” ujar Ponnong. Meski harga beras organik KSPS lebih mahal, orientasi mereka belum sepenuhnya untuk keuntungan. Armin sendiri mengakui baru sekitar 300 kg beras organik hasil sawahnya yang diperjualbelikan. Itupun ke orang-orang terbatas, kenalan dan mitranya di Makassar. “Bagi kami nantinya, Desa Salassae ini akan menjadi sekolah organik, lahan-lahan dan pekarangan adalah kelas-kelasnya. Pada akhirnya semua tempat di desa ini akan menjadi sekolah bagi siapapun yang akan belajar organik, dimana orang-orang dari daerah lain untuk belajar. Itulah mimpi terbesar kami,” tandas Armin.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dok. K

PSP

Dok. K

PSP

Dok. K

PSP

Page 15: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

11 12BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah kontributor untuk Mongabay Indonesia dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Sistem keanggotaan di KSPS tergolong unik. Tak ada syarat tertentu untuk menjadi anggota, selain harus mengikuti seluruh aturan organisasi. Aturan lainnya adalah setelah menjadi anggota maka mereka tidak boleh menggunakan bahan kimiawi di kebun dan sawah mereka. Selain wajib bisa membuat pupuk dan pestisida sendiri, anggota KSPS juga harus bisa memfasilitasi diskusi dan mengajak keluarga atau orang terdekatnya untuk menjadi bagian dari KSPS. “Karena kewajiban untuk mampu memfasilitasi ini maka hampir setiap malam mereka belajar pidato dan bicara di depan umum dengan bahasa yang dikuasainya. Bisa menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Konjo, bahasa lokal di sini,” tutur Armin. K S P S j u g a m e n e k a n k a n u n t u k t i d a k menitikberatkan hasil kegiatan mereka pada keuntungan ekonomi. Untuk menyemangati setiap anggota, mereka memiliki semboyan yang unik, “berhasil atau gagal yang penting organik”. Sikap ini ternyata efektif dalam membangun kesadaran dan komitmen warga untuk fokus pada mimpi-mimpi besar mereka.

Belajar dari kegagalan

Sebagai kelompok yang kini menuai banyak sukses, KSPS juga pernah mengalami kegagalan. Saat baru terbentuk mereka sepakat membangun kandang ayam milik bersama dengan modal sekitar Rp 10 juta dari para anggota. Mereka membangun kandang dan membeli seratusan ekor ayam. Baru berjalan beberapa bulan, ayam-ayam ini mati. Tak kapok dengan kegagalan pertama, mereka pun kemudian mencoba beternak kambing. Dengan modal sekitar Rp 13 juta, juga hasil urungan para anggota, mereka membeli 20 ekor kambing. Nasibnya tak jauh beda, kambing-kambing ini juga mati hanya dalam waktu seminggu.

“Setelah kambing ini mati, kami kumpul modal lagi sekitar Rp 4 juta untuk beternak ayam. Belajar dari pengalaman kami m e n c o b a m e n c a r i ke l e m a h a n s e b e l u m -sebelumnya, ternyata ayamnya juga mati semua b e b e r a p a b u l a n k e m u d i a n , ” k e n a n g Ponnong. Ketiga kegagalan ini ternyata tidak membuat para anggota KSPS ini melupakan mimpi-mimpi mereka. Justru kegagalan i n i d i jad i ka n s e b aga i bahan refleksi diri dan

membuat mereka lebih kreatif berpikir mencari solusi-solusi yang tepat untuk kampung mereka. “Kegagalan-kegagalan ini mengingatkan kami bahwa memang ada yang keliru selama ini dengan p e n ge t a hu a n ka m i . K a m i sa m a s e ka l i t a k mengetahui cara beternak ayam dan kambing yang baik. Ini juga sama halnya dengan kondisi pertanian,” katanya. Kegagalan-kegagalan ini kemudian memacu p a r a a n g g o t a u n t u k belajar lebih baik tentang bagaimana beternak dan b e r t a n i y a n g b a i k . Mereka membuat kelas-kelas pelatihan dan lebih b a n y a k m e l a k u k a n p ra k t i k d i l a pa n ga n . “Kami awalnya belajar dari berbagai macam buku. Lalu kemudian ada tawaran pelatihan dari s e j u m l a h p i h a k d i Jakarta,” tutur Ponnong. Kini para anggota yang berjumlah 76 orang sangat terampil membuat berbagai macam pupuk dan bahan pestisida dari b a h a n - b a h a n a l a m i . Tidak hanya terampil m e m b u a t , t a p i j u g a m e n g a j a r k a n n y a k e petani-petani lain dan mendampingi 15 desa lain dalam membangun sistem pertanian organik. Tidak hanya di daerah sekitar, bahkan ada yang

berasal dari Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

K e u n t u n g a n B e r t a n i Organik

P r a k t i k p e r t a n i a n organik yang dilakukan K S P S t e r n y a t a s a n g a t menguntungkan. Armin memberi perbandingan, jika menggunakan bahan p u p u k a l a m i b i s a menghabiskan anggaran Rp 1,5 juta per hektar. Sedangkan pupuk organik b u a t a n m e r e k a h a ny a bermodal Rp 80 ribu. Indikasi kembalinya ke s u b u ra n t a n a h j u ga terlihat di beberapa lokasi yang diberi perlakuan organik. Di salah satu lahan warga yang kami kunjungi, milik Hallang (35), salah seorang petani KSPS lainnya, Armin menunjukkan puluhan pohon cengkeh di daerah tersebut yang sempat rusak dan hampir mati, namun setelah hampir setahun diberi bahan organik kini tumbuh subur kembali.

Dari hasil sawah juga t e r l i h a t p e r b a n d i n g a n menyolok antara produk organik dan non-organik. Di sebuah hamparan sawah milik Tahmil (45), salah seorang warga yang baru bergabung enam bulan lalu, terlihat perbandingan tinggi dan kesuburan tanaman. Tanaman padi Tahmil seluas 30 are, yang ditanam di sekeliling padi yang non-organik tampak lebih hijau d a n t i n g g i n y a l e b i h mencolok. “Ini padi umurnya 75 hari, sama dengan padi lain di s i n i . Tapi coba l i h at , tingginya jauh lebih tinggi dan subur,” ungkap Tahmil dengan bangga. K e b e r a n i a n T a h m i l mengubah sawahnya menjadi organik diakuinya datang begitu saja setelah beberapa bulan mengikuti diskusi anggota kelompok KSPS. Apalagi ia juga telah melihat perbandingan hasil yang sama dari petani-petani di KSPS lainnya. “Kini ada beberapa petani lain yang

mulai tertarik. Sekitar 5 hektar sawah lain kini siap diorganikkan,” ungkap Armin. Perbandingan hasil produksi sawah organik dan non organik juga terlihat dari produksi sawah. Sudah menjadi kebiasaan di Desa Salassae menjual hasil sawah mereka dalam bentuk gabah. Harga satu karung besar gabah kering biasanya dijual dengan harga Rp 300 ribu per karung. Dalam setiap karung biasanya bisa diperoleh beras sebanyak 75 kg. Hasil panen sawah organik ternyata jauh lebih banyak. Dalam satu karung jumlah beras yang bisa diperoleh antara 95-114 kg. “Ini karena gabah hasil panen sawah organik sebagian besar berisi, dibandingkan dengan sawah organik yang banyak kosong,” ungkap Ponnong. D a r i s e g i h a rga j u a l j u ga s a n gat ja u h perbandingannya. Di pasaran, beras biasa terjual Rp 7.000 per kilo, sementara beras organik harganya bisa mencapai Rp 15.000 per kilo nya. “Kalau dijual dengan harga Rp 10 ribu pun sudah untung banyak,” ujar Ponnong. Meski harga beras organik KSPS lebih mahal, orientasi mereka belum sepenuhnya untuk keuntungan. Armin sendiri mengakui baru sekitar 300 kg beras organik hasil sawahnya yang diperjualbelikan. Itupun ke orang-orang terbatas, kenalan dan mitranya di Makassar. “Bagi kami nantinya, Desa Salassae ini akan menjadi sekolah organik, lahan-lahan dan pekarangan adalah kelas-kelasnya. Pada akhirnya semua tempat di desa ini akan menjadi sekolah bagi siapapun yang akan belajar organik, dimana orang-orang dari daerah lain untuk belajar. Itulah mimpi terbesar kami,” tandas Armin.

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dok. K

PSP

Dok. K

PSP

Dok. K

PSP

Page 16: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

13

,Awua Jaya sebuah nama Unit Pemukiman Transmigrasi yang terletak di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jika berkendara dari ibu kota kabupaten menuju Asinua, maka keberadaan Awua Jaya akan mudah dikenali dari rumah

penduduknya yang nyaris seragam. Dinding berwarna putih-biru, kusen kayu berlapis cat biru, dan atap seng menandakan bahwa bangunan tersebut adalah rumah jatah transmigran. Transmigran di Awua Jaya banyak yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka memiliki tujuan utama yang sama, yakni mengadu nasib demi penghidupan yang lebih baik. Beberapa memutuskan meninggalkan tanah Jawa setelah kampungnya diluluhlantahkan oleh letusan Gunung Merapi. Beberapa lainnya merasa putus asa mencari pekerjaan di Jawa. Sedangkan sebagian menyerah karena lahan pertanian di Jawa sudah sedemikian sempitnya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Awua Jaya tahun 2011, Wahyuddin asal Magelang merasa terkejut. “Di sini masih sepi sekali, tidak ada apa-apa. Rasanya saya seperti memasuki tanah Jawa 50 tahun lalu. Masih ketinggalan betul, terutama karena di Jawa kami biasa apa-apa

Semangat Juang Kaum

PendatangOleh ENGGAR PARAMITAFotografer YUSUF AHMAD

mudah, seperti transportasi dan juga sumber informasi. Waktu saya ke sini, jangankan sinyal HP, listrik saja belum ada,” katanya. Transmigran lain, Susilo, mengatakan ia dan istrinya sempat tidak kerasan, karena kondisi yang bertolak belakang dengan kampung asalnya. Beruntung, kendala-kendala tersebut tidak menggoyahkan keinginan Wahyuddin dan Susilo untuk memperbaiki taraf hidup.

Dengan semangat pantang menyerah, para transmigran menggunakan jatah lahan untuk bertani dan berkebun. Mereka membuka lahan dan mencoba menanam berbagai komoditas. Mereka mengaku, kesulitan kerap muncul karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman bertani, serta akses bibit unggul. Sejak akhir tahun 2012, AgFor Sulawesi yang didukung oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada, mulai

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 14 No. 109 Januari - Februari 2015BaKTINews

Program Mitra - AgFor

Page 17: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

13

,Awua Jaya sebuah nama Unit Pemukiman Transmigrasi yang terletak di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jika berkendara dari ibu kota kabupaten menuju Asinua, maka keberadaan Awua Jaya akan mudah dikenali dari rumah

penduduknya yang nyaris seragam. Dinding berwarna putih-biru, kusen kayu berlapis cat biru, dan atap seng menandakan bahwa bangunan tersebut adalah rumah jatah transmigran. Transmigran di Awua Jaya banyak yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka memiliki tujuan utama yang sama, yakni mengadu nasib demi penghidupan yang lebih baik. Beberapa memutuskan meninggalkan tanah Jawa setelah kampungnya diluluhlantahkan oleh letusan Gunung Merapi. Beberapa lainnya merasa putus asa mencari pekerjaan di Jawa. Sedangkan sebagian menyerah karena lahan pertanian di Jawa sudah sedemikian sempitnya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Awua Jaya tahun 2011, Wahyuddin asal Magelang merasa terkejut. “Di sini masih sepi sekali, tidak ada apa-apa. Rasanya saya seperti memasuki tanah Jawa 50 tahun lalu. Masih ketinggalan betul, terutama karena di Jawa kami biasa apa-apa

Semangat Juang Kaum

PendatangOleh ENGGAR PARAMITAFotografer YUSUF AHMAD

mudah, seperti transportasi dan juga sumber informasi. Waktu saya ke sini, jangankan sinyal HP, listrik saja belum ada,” katanya. Transmigran lain, Susilo, mengatakan ia dan istrinya sempat tidak kerasan, karena kondisi yang bertolak belakang dengan kampung asalnya. Beruntung, kendala-kendala tersebut tidak menggoyahkan keinginan Wahyuddin dan Susilo untuk memperbaiki taraf hidup.

Dengan semangat pantang menyerah, para transmigran menggunakan jatah lahan untuk bertani dan berkebun. Mereka membuka lahan dan mencoba menanam berbagai komoditas. Mereka mengaku, kesulitan kerap muncul karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman bertani, serta akses bibit unggul. Sejak akhir tahun 2012, AgFor Sulawesi yang didukung oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada, mulai

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 14 No. 109 Januari - Februari 2015BaKTINews

Program Mitra - AgFor

Page 18: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

15 16

aktif bekerja di Awua Jaya. AgFor Sulawesi memfasilitasi pembentukan kelompok tani dan melakukan pendampingan. Pelatihan teknis tentang cara membuat pembibitan, menyemai, membudidayakan tanaman, mengelola kebun campur, membuat pupuk, menjadi fokus kegiatan kelompok selain studi banding di kebun petani lain.

Kelompok yang diberi nama 'Cahaya Gemilang ini beranggotakan 25 orang, dan diketuai oleh Wahyuddin. Berkat ketekunan para anggota, kini mereka mampu menghasilkan bibit sendiri dan mengelola kebun campur yang telah ditanami antara lain dengan kakao, karet, merica, durian, cengkeh, pala, dan jeruk dengan baik.

Para anggota berharap agar kelak kebun mereka dapat menjadi sumber penghasilan utama. Mereka juga berambisi menjadi penangkar bibit bersertifikat. Dengan segala keuletan, kebulatan tekad, serta semangat dalam menata masa depan, kami yakin mimpi mereka akan segera terwujud.

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Penulis adalah Communication Officer untuk Proyek AgFor Sulawesi – World Agroforestry Center dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 19: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

15 16

aktif bekerja di Awua Jaya. AgFor Sulawesi memfasilitasi pembentukan kelompok tani dan melakukan pendampingan. Pelatihan teknis tentang cara membuat pembibitan, menyemai, membudidayakan tanaman, mengelola kebun campur, membuat pupuk, menjadi fokus kegiatan kelompok selain studi banding di kebun petani lain.

Kelompok yang diberi nama 'Cahaya Gemilang ini beranggotakan 25 orang, dan diketuai oleh Wahyuddin. Berkat ketekunan para anggota, kini mereka mampu menghasilkan bibit sendiri dan mengelola kebun campur yang telah ditanami antara lain dengan kakao, karet, merica, durian, cengkeh, pala, dan jeruk dengan baik.

Para anggota berharap agar kelak kebun mereka dapat menjadi sumber penghasilan utama. Mereka juga berambisi menjadi penangkar bibit bersertifikat. Dengan segala keuletan, kebulatan tekad, serta semangat dalam menata masa depan, kami yakin mimpi mereka akan segera terwujud.

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Penulis adalah Communication Officer untuk Proyek AgFor Sulawesi – World Agroforestry Center dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 20: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

17 18

Politisi Perempuan Peduli Hak Dasar

Warga

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K.

dan ANDI ENNI

No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Puang Anja

ama lengkapnya Andi Nurhanjayani, Nnamun akrab dipanggil Puang Anja atau ibu Anja. Perempuan kelahiran Kota

Parepare, Sulawesi Selatan pada 6 November 1956 ini adalah seorang aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aktivis perempuan, lalu kemudian berpindah habitat menjadi politisi. Sebagai politisi perempuan yang berlatar belakang aktivis, Puang Anja sangat peduli terhadap sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan perempuan dan anak. Pelayanan publik yang paling mendasar menjadi perhatian Puang Anja, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi perempuan dan masyarakat miskin. Tahun 2014 untuk kedua kalinya, Puang Anja menembus menjadi anggota DPRD Kota Parepare untuk periode 2014-2019, setelah periode pertamannya 2009-2014 dijalaninya dengan mulus. Tahun 2014, alumni SMA Negeri 1 Makassar ini, memutuskan bertarung untuk duduk di DPRD Parepare, setelah selama lima tahun sejak 2004 berkiprah sebagai angota KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kota Parepare. Keputusannya untuk terjun di dunia politik berdasarkan pertimbangan dengan melihat minimnya perempuan menjadi politisi. Padahal, jika politik hanya menjadi urusan laki-laki, maka para politisi laki-laki tersebut tidak terlalu peduli dengan urusan dan kepentingan perempuan.

Keputusannya untuk terjun di dunia politik berdasarkan

pertimbangan dengan melihat minimnya perempuan menjadi

politisi. Padahal, jika politik hanya menjadi urusan laki-laki,

maka para politisi laki-laki tersebut tidak terlalu peduli

dengan urusan dan kepentingan perempuan.

Doc. Y

ayasan BaK

TI

Sosok

Page 21: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

17 18

Politisi Perempuan Peduli Hak Dasar

Warga

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K.

dan ANDI ENNI

No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Puang Anja

ama lengkapnya Andi Nurhanjayani, Nnamun akrab dipanggil Puang Anja atau ibu Anja. Perempuan kelahiran Kota

Parepare, Sulawesi Selatan pada 6 November 1956 ini adalah seorang aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aktivis perempuan, lalu kemudian berpindah habitat menjadi politisi. Sebagai politisi perempuan yang berlatar belakang aktivis, Puang Anja sangat peduli terhadap sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan perempuan dan anak. Pelayanan publik yang paling mendasar menjadi perhatian Puang Anja, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi perempuan dan masyarakat miskin. Tahun 2014 untuk kedua kalinya, Puang Anja menembus menjadi anggota DPRD Kota Parepare untuk periode 2014-2019, setelah periode pertamannya 2009-2014 dijalaninya dengan mulus. Tahun 2014, alumni SMA Negeri 1 Makassar ini, memutuskan bertarung untuk duduk di DPRD Parepare, setelah selama lima tahun sejak 2004 berkiprah sebagai angota KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kota Parepare. Keputusannya untuk terjun di dunia politik berdasarkan pertimbangan dengan melihat minimnya perempuan menjadi politisi. Padahal, jika politik hanya menjadi urusan laki-laki, maka para politisi laki-laki tersebut tidak terlalu peduli dengan urusan dan kepentingan perempuan.

Keputusannya untuk terjun di dunia politik berdasarkan

pertimbangan dengan melihat minimnya perempuan menjadi

politisi. Padahal, jika politik hanya menjadi urusan laki-laki,

maka para politisi laki-laki tersebut tidak terlalu peduli

dengan urusan dan kepentingan perempuan.

Doc. Y

ayasan BaK

TI

Sosok

Page 22: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2019 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Puang Anja adalah sedikit dari perempuan yang bertarung menjadi anggota parlemen di tengah politisi laki-laki, yang tidak hanya menganggap remeh perempuan, tetapi juga menghambat politisi perempuan. Politisi laki-laki menggunakan b e r baga i m aca m ca ra u nt u k m e n g h a m bat perempuan, apalagi budaya dan sistem sosial patriarki yang menempatkan perempuan sebagai pekerja domestik dan penunggu rumah. Ketika telah menjadi anggota parlemen pun, perempuan selalu menghadapi lingkugan kerja yang tidak kondusif. Dominasi laki-laki di parlemen

Suatu waktu, pihak pemerintah menyatakan tidak ada lagi program berupa bantuan, maka Puang Anja mengusulkan “program peningkatan ekonomi kerakyatan bagi warga miskin dan ibu rumah tangga”.

menjadikan perempuan sebagai kelompok minoritas. Di DPRD Parepare, Puang Anja adalah satu dari tiga orang perempuan yang menjadi anggota DPRD Parepare periode ini. Pada periode sebelumnya anggota parlemen perempuan (APP) di DPRD Parepare berjumlah empat orang, namun menurun menjadi tiga orang saja pada periode ini. “Di DPRD Parepare, APP cukup aktif dalam rapat-rapat, sementara ada anggota parlemen laki-laki yang tidak pernah berbicara dalam rapat-rapat, ja d i t i d a k s e m u a A P P t i d a k b i s a b e r b u at sebagaimana yang selalu dituduhkan selama ini,” demikian pernyataan Puang Anja. Menurut ibu dari empat anak—satu laki-laki dan tiga perempuan—ini, jika anggota parlemen laki-laki yang hanya datang, duduk, dan diam

Penulis adalah konsultan Database dan Publikasi Media ProgramMAMPU-BaKTI. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjutmengenai Program Mampu-BaKTI, anda dapat menghubungiLusia Palulungan (Program Manager Mampu-BaKTI) melaluiemail [email protected]

Apalagi sebagai perempuan dan aktivis perempuan, Puang Anja merasakan langsung bagaimana m e ra s a k a n l a n g s u n g ke s u l i t a n - ke s u l i t a n perempuan karena pembangunan tidak memihak pada kebutuhan dan kepentingan perempuan. Karena itu, setelah duduk di parlemen, Puang Anja menjadi pionir dalam memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan perempuan. Puang Anja juga terlibat langsung dalam advokasi terhadap permasalahan perempuan dan anak. Untuk memperluas perjuangannya, Sekretaris Partai Demokrat Parepare ini, juga aktif di berbagai organisasi dan lembaga, seperti Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Lembaga Pengembangan Potensi Perempuan & Anak Indonesia (LP3AI), Ketua Kerukunan Keluarga Bacukiki Sulsel (KKBS), dan Kesatuan Masyarakat Wajo (KEMAWA). Baginya, keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan lembaga adalah untuk memperluas dan dukungan bagi perjuangannya. Untuk periode kedua di DPRD Parepare, Andi Nurhanjayani masih tetap fokus pada kebutuhan-kebutuhan dasar warga. Menurutnya, anggaran pembangunan fisik yang besar belum tentu menjawab persoalan dan kebutuhan warga. Usulan-usulan warga miskin dan perempuan dalam musrenbang selalu terkait dengan kebutuhan dasar, karena selama ini kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi. Dan itu harus menjadi perhatian. Mengawali tugasnya sebagai anggota DPRD Kota Parepare periode sekarang, aktivis perempuan yang pernah belajar di SD Negeri 101 Makassar dan SMP Negeri 5 Makassar ini, berjanji memberi masukan bagi Pansus Tata Tertib (Tatib) DPRD Parepare, agar Tatib lebih memihak pada kepentingan rakyat. Puang Anja juga menjadi salah satu anggota DPRD Parepare yang dilibatkan dalam diskusi untuk

sharing pengalaman yang difasilitasi oleh Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) Yayasan BaKTI, sebagai narasumber untuk membagi pengalaman DPRD Parepare dalam mengembangkan Tatib yang Transparan, Akuntabel, dan Partisipatif (TAP). Latar belakangnya sebagai aktivis LSM di Yayasan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (YLP2EM) membuat Puang Anja terbiasa dengan teknik memfasilitasi warga, s e h i n g ga ke t i ka res es , P u a n g A n ja t i d a k menceramahi konstituennya, tetapi menggunakan format diskusi kelompok terfokus yang sederhana, sehingga masyarakat begitu mudah menyampaikan kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu, Puang Anja juga sudah terbiasa dengan penyusunan anggaran yang responsif gender dan pro poor. Sehingga pengajuan anggaran dari SKPD yang dianggap tidak memihak pada kebutuhan kaum miskin dan responsif gender, maka akan dikritisinya. Puang Anja adalah sedikit dari perempuan yang memutuskan terjun di dunia politik, untuk menegaskan bahwa untuk memperbaiki kondisi kemiskinan, yang mana korban terbesarnya adalah perempuan, maka mau tidak mau, perempan harus terlibat. Pembangunan, sebagaimana dinyatakan oleh Adrian Leftwich, harus dipahami sebagai proses politik, maka perempuan juga harus terlibat dalam proses politik untuk mengubah kondisi perempuan.

selama menjadi anggota parlemen, tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi bila yang diam itu adalah APP, maka selalu dituding dan diremehkan. Jadi orang tidak fair dalam menilai anggota parlemen perempuan. Puang Anja adalah seorang politisi, pejuang perempuan dan masyarakat miskin yang tulen. Dia

memperjuangkan aspirasi konstituennya sesuai dengan apa yang diminta atau diusulkan oleh

mereka. Makanya jangan heran, kalau Puang Anja membuat catatan-catatan yang oleh sebagian anggota DPRD lain dianggap aneh. Catatan-catatan Puang Anja berupa

permintaan mesin jahit, peralatan masak, kompor, alat pemancingan ikan, jamban keluarga, dan lain-lain. Alat-alat ini

dibutuhkan oleh masyarakat miskin untuk peningkatan pendapatan dan kesehatan. Untuk mengegolkan usulan masyarakat yang meminta bantuan berbagai peralatan produksi ini, Puang Anja harus bisa menyakinkan anggota DPRD yang lain dan pemerintah (SKPD terkait). Suatu waktu, pihak pemerintah menyatakan tidak ada lagi program berupa bantuan, maka Puang Anja mengusulkan “program peningkatan ekonomi kerakyatan bagi warga miskin dan ibu rumah tangga”. Sebagai politisi yang memiliki latar belakang aktivis LSM, Puang Anja memahami kebutuhan masyarakat miskin atau masyarakat bawah. K e b u t u h a n - k e b u t u h a n p a l i n g m e n d a s a r merupakan persoalan serius masyarakat miskin.

Foto Yayasan B

aKT

I/Junardi Jufri

Foto Yayasan BaKTI/Junardi Jufri

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 23: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2019 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Puang Anja adalah sedikit dari perempuan yang bertarung menjadi anggota parlemen di tengah politisi laki-laki, yang tidak hanya menganggap remeh perempuan, tetapi juga menghambat politisi perempuan. Politisi laki-laki menggunakan b e r baga i m aca m ca ra u nt u k m e n g h a m bat perempuan, apalagi budaya dan sistem sosial patriarki yang menempatkan perempuan sebagai pekerja domestik dan penunggu rumah. Ketika telah menjadi anggota parlemen pun, perempuan selalu menghadapi lingkugan kerja yang tidak kondusif. Dominasi laki-laki di parlemen

Suatu waktu, pihak pemerintah menyatakan tidak ada lagi program berupa bantuan, maka Puang Anja mengusulkan “program peningkatan ekonomi kerakyatan bagi warga miskin dan ibu rumah tangga”.

menjadikan perempuan sebagai kelompok minoritas. Di DPRD Parepare, Puang Anja adalah satu dari tiga orang perempuan yang menjadi anggota DPRD Parepare periode ini. Pada periode sebelumnya anggota parlemen perempuan (APP) di DPRD Parepare berjumlah empat orang, namun menurun menjadi tiga orang saja pada periode ini. “Di DPRD Parepare, APP cukup aktif dalam rapat-rapat, sementara ada anggota parlemen laki-laki yang tidak pernah berbicara dalam rapat-rapat, ja d i t i d a k s e m u a A P P t i d a k b i s a b e r b u at sebagaimana yang selalu dituduhkan selama ini,” demikian pernyataan Puang Anja. Menurut ibu dari empat anak—satu laki-laki dan tiga perempuan—ini, jika anggota parlemen laki-laki yang hanya datang, duduk, dan diam

Penulis adalah konsultan Database dan Publikasi Media ProgramMAMPU-BaKTI. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjutmengenai Program Mampu-BaKTI, anda dapat menghubungiLusia Palulungan (Program Manager Mampu-BaKTI) melaluiemail [email protected]

Apalagi sebagai perempuan dan aktivis perempuan, Puang Anja merasakan langsung bagaimana m e ra s a k a n l a n g s u n g ke s u l i t a n - ke s u l i t a n perempuan karena pembangunan tidak memihak pada kebutuhan dan kepentingan perempuan. Karena itu, setelah duduk di parlemen, Puang Anja menjadi pionir dalam memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan perempuan. Puang Anja juga terlibat langsung dalam advokasi terhadap permasalahan perempuan dan anak. Untuk memperluas perjuangannya, Sekretaris Partai Demokrat Parepare ini, juga aktif di berbagai organisasi dan lembaga, seperti Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Lembaga Pengembangan Potensi Perempuan & Anak Indonesia (LP3AI), Ketua Kerukunan Keluarga Bacukiki Sulsel (KKBS), dan Kesatuan Masyarakat Wajo (KEMAWA). Baginya, keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan lembaga adalah untuk memperluas dan dukungan bagi perjuangannya. Untuk periode kedua di DPRD Parepare, Andi Nurhanjayani masih tetap fokus pada kebutuhan-kebutuhan dasar warga. Menurutnya, anggaran pembangunan fisik yang besar belum tentu menjawab persoalan dan kebutuhan warga. Usulan-usulan warga miskin dan perempuan dalam musrenbang selalu terkait dengan kebutuhan dasar, karena selama ini kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi. Dan itu harus menjadi perhatian. Mengawali tugasnya sebagai anggota DPRD Kota Parepare periode sekarang, aktivis perempuan yang pernah belajar di SD Negeri 101 Makassar dan SMP Negeri 5 Makassar ini, berjanji memberi masukan bagi Pansus Tata Tertib (Tatib) DPRD Parepare, agar Tatib lebih memihak pada kepentingan rakyat. Puang Anja juga menjadi salah satu anggota DPRD Parepare yang dilibatkan dalam diskusi untuk

sharing pengalaman yang difasilitasi oleh Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) Yayasan BaKTI, sebagai narasumber untuk membagi pengalaman DPRD Parepare dalam mengembangkan Tatib yang Transparan, Akuntabel, dan Partisipatif (TAP). Latar belakangnya sebagai aktivis LSM di Yayasan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (YLP2EM) membuat Puang Anja terbiasa dengan teknik memfasilitasi warga, s e h i n g ga ke t i ka res es , P u a n g A n ja t i d a k menceramahi konstituennya, tetapi menggunakan format diskusi kelompok terfokus yang sederhana, sehingga masyarakat begitu mudah menyampaikan kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu, Puang Anja juga sudah terbiasa dengan penyusunan anggaran yang responsif gender dan pro poor. Sehingga pengajuan anggaran dari SKPD yang dianggap tidak memihak pada kebutuhan kaum miskin dan responsif gender, maka akan dikritisinya. Puang Anja adalah sedikit dari perempuan yang memutuskan terjun di dunia politik, untuk menegaskan bahwa untuk memperbaiki kondisi kemiskinan, yang mana korban terbesarnya adalah perempuan, maka mau tidak mau, perempan harus terlibat. Pembangunan, sebagaimana dinyatakan oleh Adrian Leftwich, harus dipahami sebagai proses politik, maka perempuan juga harus terlibat dalam proses politik untuk mengubah kondisi perempuan.

selama menjadi anggota parlemen, tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi bila yang diam itu adalah APP, maka selalu dituding dan diremehkan. Jadi orang tidak fair dalam menilai anggota parlemen perempuan. Puang Anja adalah seorang politisi, pejuang perempuan dan masyarakat miskin yang tulen. Dia

memperjuangkan aspirasi konstituennya sesuai dengan apa yang diminta atau diusulkan oleh

mereka. Makanya jangan heran, kalau Puang Anja membuat catatan-catatan yang oleh sebagian anggota DPRD lain dianggap aneh. Catatan-catatan Puang Anja berupa

permintaan mesin jahit, peralatan masak, kompor, alat pemancingan ikan, jamban keluarga, dan lain-lain. Alat-alat ini

dibutuhkan oleh masyarakat miskin untuk peningkatan pendapatan dan kesehatan. Untuk mengegolkan usulan masyarakat yang meminta bantuan berbagai peralatan produksi ini, Puang Anja harus bisa menyakinkan anggota DPRD yang lain dan pemerintah (SKPD terkait). Suatu waktu, pihak pemerintah menyatakan tidak ada lagi program berupa bantuan, maka Puang Anja mengusulkan “program peningkatan ekonomi kerakyatan bagi warga miskin dan ibu rumah tangga”. Sebagai politisi yang memiliki latar belakang aktivis LSM, Puang Anja memahami kebutuhan masyarakat miskin atau masyarakat bawah. K e b u t u h a n - k e b u t u h a n p a l i n g m e n d a s a r merupakan persoalan serius masyarakat miskin.

Foto Yayasan B

aKT

I/Junardi Jufri

Foto Yayasan BaKTI/Junardi Jufri

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 24: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

21 22

Foto Dok. A

IPD

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

erjalanan Indonesia dalam melaksanakan inisiatif Open Government Partnership (OGP) semakin kuat, sejak pertama kali gerakan

tersebut diresmikan di bulan September 2011. Indonesia menjadi salah satu anggota pendiri. Melalui capaian-capaian yang telah diraih dan fondasi yang telah dibangun, gerakan Open Government Indonesia (OGI) yakin bahwa perjalanan menuju pemerintahan yang lebih terbuka, transparan, serta partisipatif akan berkelanjutan. Hal ini mengindikasikan bahwa semangat reformasi dan demokrasi, serta partisipasi publik sejak tahun 1998 telah melepaskan efek bola salju yang menjadikan gerakan OGI mengakar dan

Rencana Aksi Open

Government Indonesia 2014-2015

bertumbuh pesat. Selain itu, dinamika penambahan anggota OGP di dunia internasional hingga 64 anggota memiliki pengaruh positif terhadap Indonesia untuk mempertahankan keberlanjutan dan inovasi gerakan OGI.

“OGP Sebagai bagian yang tak terpisahkan bagi pembangunan Indonesia dan agenda Reformasi” Dimulai dengan langkah yang tegas di tahun 2011, perjalanan OGI untuk mengusung keterbukaan pemerintah di tahun 2012 dan merangkul masyarakat sebagai mitra sejajar, telah berkembang jauh melebihi retorika publik belaka. Rencana aksi (renaksi) telah bergulir untuk kedua kalinya di tahun 2013, dan saat ini OGI sedang mempersiapkan renaksi 2014-2015 dan menjadikan ini sebagai renaksi ketiga sejak pertama kali OGP ditetapkan di tahun 2011. Renaksi yang telah berulangkali digulirkan ini telah mendemonstrasikan bahwa keyakinan yang bersifat kolektif dan nasional merupakan prasyarat pemerintahan modern yang dapat mengembangkan potensi ekonomi, pelayanan p u b l i k , d a n i n ova s i . D i t a hu n 2 0 1 3 , te l a h diimplementasikan 21 renaksi terfokus kepada layanan dasar publik, termasuk di dalamnya

beberapa inisiatif baru. Keterlibatan anak muda ini dimulai melalui kompetisi Model OGP (MOGP) sampai kompetisi berskala nasional untuk memancing ide-ide inovatif untuk mendukung keterbukaan pemerintah “SOLUSIMU”. Indonesia telah melaksakan agenda reformasi secara kontinyu selama satu dekade terakhir dengan keterbukaan pemerintah sebagai salah satu prioritas utama. Keterbukaan pemerintah tidak hanya merupakan katalisator utama untuk reformasi, namun juga bagian yang terpisahkan dalam pembangunan Indonesia dan agenda reformasi. Banyak dari pilar-pilar OGP yang identik dengan tema utama reformasi birokrasi Indonesia, seperti pemerintahan yang bersih, akuntabel, dapat dipercaya, dan responsif. Implementasi praktik keterbukaan pemerintah dapat dikatakan sebagai inisiatif lintas tema, misalnya antikorupsi, agenda pembangunan nasional, tingkat kemudahan berbisnis, serta merupakan inisiatif lintas sektor, seperti pengelolaan sumber daya alam, pendidikan dan pelayanan publik lainnya. Salah satu contoh bagaimana keterbukaan pemerintah telah menyatu dengan agenda nasional adalah usahanya untuk memberantas korupsi sebagai program yang utama dengan diresmikannya Keputusan Presiden terkait Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Hal ini merupakan sebuah strategi nasional yang diluncurkan bersamaan dengan renaksi yang komprehensif untuk mendukung hal tersebut.

“Keterbukaan pemerintah merupakan kunci untuk

mengembangkan potensi pemerintah untuk lebih

partisipatif dan pelayanan publik yang lebih baik.”

D omesticHigh Call Agenda

International Communities

(Corruption Prevention & Eradication Action Plan)

RAN PPK

Open Government Indonesia

Bureaucracy Reform

One Map

Acceleration of National Development

EODB(Ease of Doing

Bussiness)

Open Government Partnership

Post 2015 Agenda

EITI(Extractive Industries

Transparancy Initiative)

FOCUS ON THIS DOCUMENTO

PE

N GO

VE

RN

ME

NT

Gambar 1. Skema Open Government di Indonesia

P

Page 25: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

21 22

Foto Dok. A

IPD

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

erjalanan Indonesia dalam melaksanakan inisiatif Open Government Partnership (OGP) semakin kuat, sejak pertama kali gerakan

tersebut diresmikan di bulan September 2011. Indonesia menjadi salah satu anggota pendiri. Melalui capaian-capaian yang telah diraih dan fondasi yang telah dibangun, gerakan Open Government Indonesia (OGI) yakin bahwa perjalanan menuju pemerintahan yang lebih terbuka, transparan, serta partisipatif akan berkelanjutan. Hal ini mengindikasikan bahwa semangat reformasi dan demokrasi, serta partisipasi publik sejak tahun 1998 telah melepaskan efek bola salju yang menjadikan gerakan OGI mengakar dan

Rencana Aksi Open

Government Indonesia 2014-2015

bertumbuh pesat. Selain itu, dinamika penambahan anggota OGP di dunia internasional hingga 64 anggota memiliki pengaruh positif terhadap Indonesia untuk mempertahankan keberlanjutan dan inovasi gerakan OGI.

“OGP Sebagai bagian yang tak terpisahkan bagi pembangunan Indonesia dan agenda Reformasi” Dimulai dengan langkah yang tegas di tahun 2011, perjalanan OGI untuk mengusung keterbukaan pemerintah di tahun 2012 dan merangkul masyarakat sebagai mitra sejajar, telah berkembang jauh melebihi retorika publik belaka. Rencana aksi (renaksi) telah bergulir untuk kedua kalinya di tahun 2013, dan saat ini OGI sedang mempersiapkan renaksi 2014-2015 dan menjadikan ini sebagai renaksi ketiga sejak pertama kali OGP ditetapkan di tahun 2011. Renaksi yang telah berulangkali digulirkan ini telah mendemonstrasikan bahwa keyakinan yang bersifat kolektif dan nasional merupakan prasyarat pemerintahan modern yang dapat mengembangkan potensi ekonomi, pelayanan p u b l i k , d a n i n ova s i . D i t a hu n 2 0 1 3 , te l a h diimplementasikan 21 renaksi terfokus kepada layanan dasar publik, termasuk di dalamnya

beberapa inisiatif baru. Keterlibatan anak muda ini dimulai melalui kompetisi Model OGP (MOGP) sampai kompetisi berskala nasional untuk memancing ide-ide inovatif untuk mendukung keterbukaan pemerintah “SOLUSIMU”. Indonesia telah melaksakan agenda reformasi secara kontinyu selama satu dekade terakhir dengan keterbukaan pemerintah sebagai salah satu prioritas utama. Keterbukaan pemerintah tidak hanya merupakan katalisator utama untuk reformasi, namun juga bagian yang terpisahkan dalam pembangunan Indonesia dan agenda reformasi. Banyak dari pilar-pilar OGP yang identik dengan tema utama reformasi birokrasi Indonesia, seperti pemerintahan yang bersih, akuntabel, dapat dipercaya, dan responsif. Implementasi praktik keterbukaan pemerintah dapat dikatakan sebagai inisiatif lintas tema, misalnya antikorupsi, agenda pembangunan nasional, tingkat kemudahan berbisnis, serta merupakan inisiatif lintas sektor, seperti pengelolaan sumber daya alam, pendidikan dan pelayanan publik lainnya. Salah satu contoh bagaimana keterbukaan pemerintah telah menyatu dengan agenda nasional adalah usahanya untuk memberantas korupsi sebagai program yang utama dengan diresmikannya Keputusan Presiden terkait Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Hal ini merupakan sebuah strategi nasional yang diluncurkan bersamaan dengan renaksi yang komprehensif untuk mendukung hal tersebut.

“Keterbukaan pemerintah merupakan kunci untuk

mengembangkan potensi pemerintah untuk lebih

partisipatif dan pelayanan publik yang lebih baik.”

D omesticHigh Call Agenda

International Communities

(Corruption Prevention & Eradication Action Plan)

RAN PPK

Open Government Indonesia

Bureaucracy Reform

One Map

Acceleration of National Development

EODB(Ease of Doing

Bussiness)

Open Government Partnership

Post 2015 Agenda

EITI(Extractive Industries

Transparancy Initiative)

FOCUS ON THIS DOCUMENTO

PE

N GO

VE

RN

ME

NT

Gambar 1. Skema Open Government di Indonesia

P

Page 26: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

24

Foto Dok. A

IPD

23 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Di tahun 2014 dan 2015 ini, Indonesia menyusun p ro g ra m st rate g i s re fo r m a s i ke te r b u ka a n pemerintahan yang lebih ambisius. Renaksi yang telah disusun kali ini berusaha menjawab 3 tantangan besar OGP, yaitu: 1) Mengembangkan pelayanan publik; 2)Meningkatkan integritas publik; dan 3) Mengelola sumber daya publik secara efektif. Ketiga tantangan besar tersebut sebenarnya juga telah membantu penyusunan renaksi OGI dalam tiga tahun terakhir. OGI saat ini memanfaatkan momentum perubahan peta politik di tahun 2014, yaitu pergantian Presiden Republik Indonesia dengan tetap menjalankan berbagai bentuk reformasi di bidang keterbukaan pemerintah. Salah satunya adalah dengan mengadakan SOLUSIMU d i m a n a O G I m e n ga ja k m a s ya ra k at u nt u k mengungkapkan ide-ide brilian untuk kemudian dapat diterjemahkan menjadi suatu renaksi yang disertai dengan konsultasi dengan berbagai pihak, baik dari akademisi, pemuda, dan sektor swasta yang menelurkan 47 butir renaksi. Renaksi kali ini juga mengikuti beberapa prinsip d a s a r d a l a m p e n y u s u n a n n y a , y a i t u :Pertama, OGI memperkuat strategi tiga trek untuk memudahkan eksekusi dan komunikasi kepada audience yang berbeda, demi meningkatkan probabilitas kesuksesan. Masing-masing trek

TRANSPARANSI + PARTISIPASI PUBLIK DALAM PERUMUSANRENCANA AKSI OGI 2014 - 2015

Focus GroupDiscussion

� ImplementasiOGP 2011 - 2013

�strategis lainnya

Evaluasi KinerjaPemerintah Indonesia

I R M

Kegiatan Khusus

� Kontes InovasiSOLUSIMU

� Nasional CSO

Kementerian

OMS

Akademisi

Sektor Swasta

Generasi Muda

K/LPENANGGUNG

JAWAB

RENCANAAKSI

FINAL

Gambar 2. Transparansi + Partisipasi Publik dalam Perumusan Rencana Aksi OGI 2014 - 2015

Evaluasi inisiatif

Rekomendasi IRMLaporan Independen 2012 oleh CSO Rekomendasi Boston ConsultingGroup

Musyawarah

RANCANGAN RENCANA

AKSI

RANCANGAN RENCANA

AKSIRAPATPLENO

RANCANGAN RENCANA

AKSI

FGD DENGAN

tersebut memiliki orientasi yang berbeda-beda, yaitu emperkuat program dan inisiatif pemerintah saat ini, pengawasan terhadap portal bersama, dan platform untuk mengakomodasi di tingkat daerah atau inisiatif-inisiatif baru. Kedua, prinsip dalam mendesain Renaksi Open Government Indonesia 2014-2015 merupakan bentuk dari penyelarasan tema dari Lead Chairmanship, “Mempromoikan Partisipasi Publik”. Hal ini telah diterjemahkan ke dalam renaksi yang mendorong partisipasi publik. Ketiga, fokus untuk memperdalam ke level provinsi dan kabupatan/kota berdasarkan pemahaman kami bahwa pemerintah daerah (PEMDA) memiliki peran yang penting dari implementasi keterbukaan pemerintah sehingga dapat memiliki dampak langsung kepada kehidupan masyarakat sehari-hari. Terakhir, kami telah mempertimbangkan dengan seksama hasil masukan dari laporan IRM yang diterbitkan tahun 2013, seperti melanjutkan implementasi dari Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik dengan meluncurkan renaksi untuk menyediakan infrastruktur yang dapat mempermudah akses masyarakat terhadap informasi. Adopsi lain dari masukan IRM tersebut juga direfleksikan dengan renaksi yang dijelaskan di dalam dokumen ini.

PROSES PERUMUSAN RENCANA AKSI OPEN GOVERNMENT INDONESIA 2014-2015 Publik secara umum dapat melihat dokumen rancangan dan dokumen akhir dari renaksi, tanpa dapat memberikan kritik maupun sarannya secara langsung. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, berbagai terobosan dilakukan dalam proses perumusan renaksi OGI di tahun 2014 ini, yaitu:

1. Transparansi di setiap proses perumusan renaksi OGI 2014-2015. Terobosan pertama yang Indonesia lakukan adalah dengan mentransparansikan setiap proses perumusan renaksi OGI 2014-2015. Publik secara luas dapat memperoleh akses tidak hanya untuk dokumen rancangan awal dan akhir, tapi juga ke seluruh dokumen hasil berbagai rapat perumusan yang terjadi. Dokumen-dokumen tersebut dapat d i a k s e s o l e h p u b l i k m e l a l u i s i t u s O G I (http://opengovindonesia.org). Pada dokumen yang dipublikasikan tersebut publik dapat melihat dan mengikuti dinamika proses perumusan renaksi OGI 2014-2015, dimana masukan dan perubahan yang terjadi dapat diawasi secara langsung oleh publik.

2. Me n ga d a k a n a k t i fi t a s - a k t i fi t a s u nt u k meningkatkan partisipasi aktif dari publik dalam proses perumusan renaksi OGI:

a. Publik dapat memberikan berbagai ide yang mereka miliki melalui Kontes Inovasi SOLUSIMU. Kontes Inovasi SOLUSIMU m e r u p a k a n s e b u a h ko m p e t i s i ya n g menjaring berbagai ide inovatif untuk meningkatkan kualitas pemerintahan, t e r u t a m a d i b i d a n g a n t i - k o r u p s i , peningkatan kualitas layanan publik, dan

re fo r m a s i b i ro k ra s i . Ko m p e t i s i i n i menjaring lebih dari 3.200 ide untuk ke m u d i a n d i n i l a i d e w a n j u r i , d a n s e l a n j u t ny a i d e - i d e y a n g t e r p i l i h diikutsertakan kedalam renaksi OGI 2014-2015.

b. P u b l i k I n d o n e s i a d i d o ro n g u n t u k memberikan opini serta rekomendasinya p a d a s e t i a p d o k u m e n k e r j a y a n g dipublikasikan oleh Sekretariat OGI melalui situs OGI.

3. Untuk pertama kalinya generasi muda di Indonesia dilibatkan secara aktif dalam proses perumusan renaksi OGI.

4. OMS di Indonesia menginisiasi sebuah musyawarah nasional dimana berbagai OMS berkumpul dan berdiskusi yang kemudian menghasilkan rekomendasi OMS untuk renaksi OGI. Kegiatan ini memastikan terjadinya partisipasi publik secara luas, terutama OMS selain yang menjadi anggota Tim Inti OGI.

Kami berharap dengan renaksi ini, perjalanan untuk menuju keterbukaan dan pembangunan tata fondasi dari tata kelola dari pembangunan inklusif yang dicirikan dari masyarakat yang dewasa dan terbuka dapat terwujud. Keterbukaan pemerintah merupakan hal yang penting dalam menuju tata ke l o l a p e m e r i nt a h a n ya n g te r b u ka s e r t a demokratis. Selain itu, keterbukaan merupakan hal yang positif bagi pembangunan Indonesia.

Foto Yayasan B

aKT

I/Mila Shw

aiko

Sumber Rencana Aksi OGP Indonesia 2014 - 2015http://opengovindonesia.org

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 27: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

24

Foto Dok. A

IPD

23 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Di tahun 2014 dan 2015 ini, Indonesia menyusun p ro g ra m st rate g i s re fo r m a s i ke te r b u ka a n pemerintahan yang lebih ambisius. Renaksi yang telah disusun kali ini berusaha menjawab 3 tantangan besar OGP, yaitu: 1) Mengembangkan pelayanan publik; 2)Meningkatkan integritas publik; dan 3) Mengelola sumber daya publik secara efektif. Ketiga tantangan besar tersebut sebenarnya juga telah membantu penyusunan renaksi OGI dalam tiga tahun terakhir. OGI saat ini memanfaatkan momentum perubahan peta politik di tahun 2014, yaitu pergantian Presiden Republik Indonesia dengan tetap menjalankan berbagai bentuk reformasi di bidang keterbukaan pemerintah. Salah satunya adalah dengan mengadakan SOLUSIMU d i m a n a O G I m e n ga ja k m a s ya ra k at u nt u k mengungkapkan ide-ide brilian untuk kemudian dapat diterjemahkan menjadi suatu renaksi yang disertai dengan konsultasi dengan berbagai pihak, baik dari akademisi, pemuda, dan sektor swasta yang menelurkan 47 butir renaksi. Renaksi kali ini juga mengikuti beberapa prinsip d a s a r d a l a m p e n y u s u n a n n y a , y a i t u :Pertama, OGI memperkuat strategi tiga trek untuk memudahkan eksekusi dan komunikasi kepada audience yang berbeda, demi meningkatkan probabilitas kesuksesan. Masing-masing trek

TRANSPARANSI + PARTISIPASI PUBLIK DALAM PERUMUSANRENCANA AKSI OGI 2014 - 2015

Focus GroupDiscussion

� ImplementasiOGP 2011 - 2013

�strategis lainnya

Evaluasi KinerjaPemerintah Indonesia

I R M

Kegiatan Khusus

� Kontes InovasiSOLUSIMU

� Nasional CSO

Kementerian

OMS

Akademisi

Sektor Swasta

Generasi Muda

K/LPENANGGUNG

JAWAB

RENCANAAKSI

FINAL

Gambar 2. Transparansi + Partisipasi Publik dalam Perumusan Rencana Aksi OGI 2014 - 2015

Evaluasi inisiatif

Rekomendasi IRMLaporan Independen 2012 oleh CSO Rekomendasi Boston ConsultingGroup

Musyawarah

RANCANGAN RENCANA

AKSI

RANCANGAN RENCANA

AKSIRAPATPLENO

RANCANGAN RENCANA

AKSI

FGD DENGAN

tersebut memiliki orientasi yang berbeda-beda, yaitu emperkuat program dan inisiatif pemerintah saat ini, pengawasan terhadap portal bersama, dan platform untuk mengakomodasi di tingkat daerah atau inisiatif-inisiatif baru. Kedua, prinsip dalam mendesain Renaksi Open Government Indonesia 2014-2015 merupakan bentuk dari penyelarasan tema dari Lead Chairmanship, “Mempromoikan Partisipasi Publik”. Hal ini telah diterjemahkan ke dalam renaksi yang mendorong partisipasi publik. Ketiga, fokus untuk memperdalam ke level provinsi dan kabupatan/kota berdasarkan pemahaman kami bahwa pemerintah daerah (PEMDA) memiliki peran yang penting dari implementasi keterbukaan pemerintah sehingga dapat memiliki dampak langsung kepada kehidupan masyarakat sehari-hari. Terakhir, kami telah mempertimbangkan dengan seksama hasil masukan dari laporan IRM yang diterbitkan tahun 2013, seperti melanjutkan implementasi dari Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik dengan meluncurkan renaksi untuk menyediakan infrastruktur yang dapat mempermudah akses masyarakat terhadap informasi. Adopsi lain dari masukan IRM tersebut juga direfleksikan dengan renaksi yang dijelaskan di dalam dokumen ini.

PROSES PERUMUSAN RENCANA AKSI OPEN GOVERNMENT INDONESIA 2014-2015 Publik secara umum dapat melihat dokumen rancangan dan dokumen akhir dari renaksi, tanpa dapat memberikan kritik maupun sarannya secara langsung. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, berbagai terobosan dilakukan dalam proses perumusan renaksi OGI di tahun 2014 ini, yaitu:

1. Transparansi di setiap proses perumusan renaksi OGI 2014-2015. Terobosan pertama yang Indonesia lakukan adalah dengan mentransparansikan setiap proses perumusan renaksi OGI 2014-2015. Publik secara luas dapat memperoleh akses tidak hanya untuk dokumen rancangan awal dan akhir, tapi juga ke seluruh dokumen hasil berbagai rapat perumusan yang terjadi. Dokumen-dokumen tersebut dapat d i a k s e s o l e h p u b l i k m e l a l u i s i t u s O G I (http://opengovindonesia.org). Pada dokumen yang dipublikasikan tersebut publik dapat melihat dan mengikuti dinamika proses perumusan renaksi OGI 2014-2015, dimana masukan dan perubahan yang terjadi dapat diawasi secara langsung oleh publik.

2. Me n ga d a k a n a k t i fi t a s - a k t i fi t a s u nt u k meningkatkan partisipasi aktif dari publik dalam proses perumusan renaksi OGI:

a. Publik dapat memberikan berbagai ide yang mereka miliki melalui Kontes Inovasi SOLUSIMU. Kontes Inovasi SOLUSIMU m e r u p a k a n s e b u a h ko m p e t i s i ya n g menjaring berbagai ide inovatif untuk meningkatkan kualitas pemerintahan, t e r u t a m a d i b i d a n g a n t i - k o r u p s i , peningkatan kualitas layanan publik, dan

re fo r m a s i b i ro k ra s i . Ko m p e t i s i i n i menjaring lebih dari 3.200 ide untuk ke m u d i a n d i n i l a i d e w a n j u r i , d a n s e l a n j u t ny a i d e - i d e y a n g t e r p i l i h diikutsertakan kedalam renaksi OGI 2014-2015.

b. P u b l i k I n d o n e s i a d i d o ro n g u n t u k memberikan opini serta rekomendasinya p a d a s e t i a p d o k u m e n k e r j a y a n g dipublikasikan oleh Sekretariat OGI melalui situs OGI.

3. Untuk pertama kalinya generasi muda di Indonesia dilibatkan secara aktif dalam proses perumusan renaksi OGI.

4. OMS di Indonesia menginisiasi sebuah musyawarah nasional dimana berbagai OMS berkumpul dan berdiskusi yang kemudian menghasilkan rekomendasi OMS untuk renaksi OGI. Kegiatan ini memastikan terjadinya partisipasi publik secara luas, terutama OMS selain yang menjadi anggota Tim Inti OGI.

Kami berharap dengan renaksi ini, perjalanan untuk menuju keterbukaan dan pembangunan tata fondasi dari tata kelola dari pembangunan inklusif yang dicirikan dari masyarakat yang dewasa dan terbuka dapat terwujud. Keterbukaan pemerintah merupakan hal yang penting dalam menuju tata ke l o l a p e m e r i nt a h a n ya n g te r b u ka s e r t a demokratis. Selain itu, keterbukaan merupakan hal yang positif bagi pembangunan Indonesia.

Foto Yayasan B

aKT

I/Mila Shw

aiko

Sumber Rencana Aksi OGP Indonesia 2014 - 2015http://opengovindonesia.org

INFORMASI LEBIH LANJUT

Page 28: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

25 26

Foto Mila Sw

haiko

Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan

Policy Brief JiKTIPerempuan dan Pengelolaan Pinjaman

Jumlah dana SPP di Kecamatan Sanrobone terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2009 hingga 2012, jumlah dana SPP regular dan SPP perguliran telah mencapai masing-masing sebesar Rp 782 juta dan Rp 2,47 milyar. Dana reguler adalah dana BLM yang berasal dari pemerintah pusat, dimana 80 persen peruntukannya untuk kegiatan fisik dan sisanya 20 persen untuk program SPP. Dana perguliran adalah perputaran dana modal usaha yang berasal dari pengembalian pokok pinjaman ditambah pembayaran jasa pinjaman dari kegiatan usaha ekonomi produktif dan simpan pinjam khusus perempuan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

Berdasarkan Laporan Keuangan UPK Kecamatan Sanrobone per Oktober 2012, aset produktif (Kas SPP + Bank SPP + Saldo Pinjaman) mencapai Rp 1,12 milyar, dimana dana ini merupakan harta yang dimiliki UPK yang masih bisa dimanfaatkan dimana sumbernya berasal dari saldo pinjaman ditambah dengan kas operasional dan kas SPP. Saldo pinjaman SPP (Saldo Pinjaman Pokok) sebesar Rp 1,10 milyar. Dana transfer dari KPPN Makassar sebesar Rp 3,43 milyar. Dana transfer dari KPPN merupakan dana dari pemerintah pusat ke UPK, yang diperuntukkan bagi semua kegiatan di desa (berupa kegiatan fisik dan SPP). Dana ini hanya 95 persen dari seluruh dana yang dibutuhkan untuk implementasi program. Sisanya sebesar 5 persen (Rp 717,5 juta) merupakan cost sharing yang berasal dari APBD.   Tingkat pengembalian pinjaman seluruh kelompok SPP di Kecamatan Sanrobone mencapai 100 persen, yang dibuktikan oleh tidak adanya tunggakan sampai dengan bulan Desember 2012. Tingginya tingkat pengembalian pinjaman tidak terlepas dari rendahnya tingkat bunga yang dikenakan pada pinjaman SPP, yaitu hanya sebesar 1,3 persen, dimana 1 persen di kembalikan ke UPK sebagai bunga pinjaman, dan sisanya 0,3 persen disimpan sebagai tabungan kelompok. Tabungan kelompok ini selanjutnya dapat digunakan sebagai biaya operasional kelompok dan juga digunakan sewaktu-waktu jika ada anggota kelompok yang m e m b u t u h k a n . T i d a k a d a j a m i n a n y a n g diberlakukan dalam melakukan pinjaman, tetapi jika ada anggota kelompok yang menunggak maka akan menjadi tanggungan kelompok. Sistem ini telah berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat pengembalian pinjaman. Selain itu, tingginya tingkat pengembalian pinjaman, juga tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan oleh UPK. Pembinaan dilakukan agar kelompok SPP tidak hanya memperoleh manfaat berupa pinjaman dana saja, tetapi juga terampil dalam mengelola dana pinjaman itu. Sejauh ini, bentuk pembinaan yang diberikan terdiri atas dua

jenis, yaitu pembinaan administratif dan pembinaan keterampilan. Pembinaan administratif r u t i n d i l a k u k a n u n t u k m e n g o n t r o l d a n mengevaluasi kondisi keuangan dan pinjaman kelompok SPP untuk menghindari kredit macet. Pembinaan administratif lebih berfokus pada upaya bagaimana agar kelompok SPP dapat mengelola pinjaman dengan baik dan benar, bagaimana membuat buku laporan keuangan kelompok, dan proses-proses lain yang bersifat administratif. Sedangkan pembinaan keterampilan dan bakat diberikan dalam berbagai bentuk pelatihan dan peningkatan kapasitas. Tingkat pengembalian dana yang relatif bagus untuk seluruh kelompok, juga dikontribusi oleh adanya persamaan persepsi antara UPK, fasilitator dan semua kelompok di Kecamatan Sanrobone bahwa dana yang diberikan merupakan dana pinjaman, dan jika ingin dana bantuan ini terus ada maka semua pihak harus bersama-sama menjaga dan mendukung kelancaran dan keberlangsungan dana tersebut. Pada awalnya, upaya tidak berjalan mulus, sebagaimana diakui oleh Kurniadi, Ketua UPK Kecamatan Sanrobone. Proses sosialisasi dan penyamaan persepsi membutuhkan waktu, kesabaran dan strategi tersendiri agar program ini dapat diterima oleh seluruh warga. Namun seiring berjalannya waktu, para anggota kelompok melihat dan merasakan manfaat berbagai kegiatan pembangunan di desa yang dibiayai oleh PNPM-MP.

Peran Perempuan dalam Penguatan Kelembagaan Simpan Pinjam

Salah satu tujuan penting PNPM-MP-SPP adalah mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan, sehingga partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan dapat lebih dimaksimalkan. Sebagai wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM-MP-SPP mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahapan. Upaya untuk memperkuat kelembagaan kaum perempuan terus dilakukan, salah satunya melalui pelaksanaan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Tujuan forum ini adalah mengajak kaum

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Oleh Dr. AGUSSALIM

Bagian II

Tidak ada jaminan yang diberlakukan dalam melakukan pinjaman, tetapi jika ada anggota kelompok yang menunggak maka akan menjadi tanggungan kelompok. Sistem ini telah berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat pengembalian pinjaman.

Page 29: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

25 26

Foto Mila Sw

haiko

Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan

Policy Brief JiKTIPerempuan dan Pengelolaan Pinjaman

Jumlah dana SPP di Kecamatan Sanrobone terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2009 hingga 2012, jumlah dana SPP regular dan SPP perguliran telah mencapai masing-masing sebesar Rp 782 juta dan Rp 2,47 milyar. Dana reguler adalah dana BLM yang berasal dari pemerintah pusat, dimana 80 persen peruntukannya untuk kegiatan fisik dan sisanya 20 persen untuk program SPP. Dana perguliran adalah perputaran dana modal usaha yang berasal dari pengembalian pokok pinjaman ditambah pembayaran jasa pinjaman dari kegiatan usaha ekonomi produktif dan simpan pinjam khusus perempuan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

Berdasarkan Laporan Keuangan UPK Kecamatan Sanrobone per Oktober 2012, aset produktif (Kas SPP + Bank SPP + Saldo Pinjaman) mencapai Rp 1,12 milyar, dimana dana ini merupakan harta yang dimiliki UPK yang masih bisa dimanfaatkan dimana sumbernya berasal dari saldo pinjaman ditambah dengan kas operasional dan kas SPP. Saldo pinjaman SPP (Saldo Pinjaman Pokok) sebesar Rp 1,10 milyar. Dana transfer dari KPPN Makassar sebesar Rp 3,43 milyar. Dana transfer dari KPPN merupakan dana dari pemerintah pusat ke UPK, yang diperuntukkan bagi semua kegiatan di desa (berupa kegiatan fisik dan SPP). Dana ini hanya 95 persen dari seluruh dana yang dibutuhkan untuk implementasi program. Sisanya sebesar 5 persen (Rp 717,5 juta) merupakan cost sharing yang berasal dari APBD.   Tingkat pengembalian pinjaman seluruh kelompok SPP di Kecamatan Sanrobone mencapai 100 persen, yang dibuktikan oleh tidak adanya tunggakan sampai dengan bulan Desember 2012. Tingginya tingkat pengembalian pinjaman tidak terlepas dari rendahnya tingkat bunga yang dikenakan pada pinjaman SPP, yaitu hanya sebesar 1,3 persen, dimana 1 persen di kembalikan ke UPK sebagai bunga pinjaman, dan sisanya 0,3 persen disimpan sebagai tabungan kelompok. Tabungan kelompok ini selanjutnya dapat digunakan sebagai biaya operasional kelompok dan juga digunakan sewaktu-waktu jika ada anggota kelompok yang m e m b u t u h k a n . T i d a k a d a j a m i n a n y a n g diberlakukan dalam melakukan pinjaman, tetapi jika ada anggota kelompok yang menunggak maka akan menjadi tanggungan kelompok. Sistem ini telah berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat pengembalian pinjaman. Selain itu, tingginya tingkat pengembalian pinjaman, juga tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan oleh UPK. Pembinaan dilakukan agar kelompok SPP tidak hanya memperoleh manfaat berupa pinjaman dana saja, tetapi juga terampil dalam mengelola dana pinjaman itu. Sejauh ini, bentuk pembinaan yang diberikan terdiri atas dua

jenis, yaitu pembinaan administratif dan pembinaan keterampilan. Pembinaan administratif r u t i n d i l a k u k a n u n t u k m e n g o n t r o l d a n mengevaluasi kondisi keuangan dan pinjaman kelompok SPP untuk menghindari kredit macet. Pembinaan administratif lebih berfokus pada upaya bagaimana agar kelompok SPP dapat mengelola pinjaman dengan baik dan benar, bagaimana membuat buku laporan keuangan kelompok, dan proses-proses lain yang bersifat administratif. Sedangkan pembinaan keterampilan dan bakat diberikan dalam berbagai bentuk pelatihan dan peningkatan kapasitas. Tingkat pengembalian dana yang relatif bagus untuk seluruh kelompok, juga dikontribusi oleh adanya persamaan persepsi antara UPK, fasilitator dan semua kelompok di Kecamatan Sanrobone bahwa dana yang diberikan merupakan dana pinjaman, dan jika ingin dana bantuan ini terus ada maka semua pihak harus bersama-sama menjaga dan mendukung kelancaran dan keberlangsungan dana tersebut. Pada awalnya, upaya tidak berjalan mulus, sebagaimana diakui oleh Kurniadi, Ketua UPK Kecamatan Sanrobone. Proses sosialisasi dan penyamaan persepsi membutuhkan waktu, kesabaran dan strategi tersendiri agar program ini dapat diterima oleh seluruh warga. Namun seiring berjalannya waktu, para anggota kelompok melihat dan merasakan manfaat berbagai kegiatan pembangunan di desa yang dibiayai oleh PNPM-MP.

Peran Perempuan dalam Penguatan Kelembagaan Simpan Pinjam

Salah satu tujuan penting PNPM-MP-SPP adalah mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan, sehingga partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan dapat lebih dimaksimalkan. Sebagai wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM-MP-SPP mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahapan. Upaya untuk memperkuat kelembagaan kaum perempuan terus dilakukan, salah satunya melalui pelaksanaan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Tujuan forum ini adalah mengajak kaum

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Oleh Dr. AGUSSALIM

Bagian II

Tidak ada jaminan yang diberlakukan dalam melakukan pinjaman, tetapi jika ada anggota kelompok yang menunggak maka akan menjadi tanggungan kelompok. Sistem ini telah berkontribusi besar terhadap tingginya tingkat pengembalian pinjaman.

Page 30: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2827

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Focal Point JiKTI Prov. Sulawesi Selatan, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected] lebih lanjut : Policy Briefs ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari penerima Hibah Penelitian JiKTI 2012, Nining Haslinda Zainal, S.Sos, M.Si, anggota JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan, dengan judul penelitian: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (PNPM MP SPP) di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Beliau dapat dihubungi melalui email: [email protected]

perempuan untuk terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi penyebab terjadinya kemiskinan di kalangan mereka, dan kemudian merumuskan solusi bersama untuk mengatasi masalah tersebut. Sejauh ini, tidak terdapat kendala dalam penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan. Hal ini setidaknya terungkap di dalam dokumen Laporan Pertanggungjawaban UPK PNPM-MP-SPP Kecamatan Sanrobone per Oktober 2012. Struktur PNPM-MP-SPP terdiri atas tiga level, yaitu level kabupaten, kecamatan, dan desa. PNPM-MP-SPP level kabupaten bertindak sebagai pengawas semua proses pelaksanaan PNPM-MP-SPP yang dilaksanakan pada level kecamatan dan tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. PNPM-MP-SPP level kecamatan, menjalankan f u n gs i m a n aj e m e n , s e p e r t i p e re n ca n a a n , pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. PNPM-MP-SPP level kecamatan juga melakukan koordinasi dengan kabupaten dan memberikan laporan

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

tentang segala proses yang dilakukan di kecamatan dan juga bertindak sebagai mediator dari aspirasi masyarakat. Sedangkan PNPM-MP-SPP level desa, membantu proses dan kelancaran pelaksanaan program. Dari segi pelaksana program, jumlah pelaksana program yang terlibat di dalam PNPM-MP-SPP di Kecamatan Sanrobone telah sesuai dengan PTO. Komposisi pelaksana program di Kecamatan Sanrobone terdiri atas pengurus UPK sebanyak tiga orang, fasilitator kecamatan, dan fasilitator teknis. Namun dari hasil wawancara dengan berbagai pihak, jumlah pelaksana tersebut dianggap belum

memadai dan tampaknya diperlukan penambahan tenaga pelaksana, terutama di tingkat UPK. Dalam proses rekruitmen tenaga pelaksana, PNPM-MP-SPP memiliki persyaratan dan seleksi khusus, misalnya pendidikan minimal S1 dan mempunyai pengalaman menangani proyek minimal tiga tahun. Selain itu, untuk meningkatKan kemampuan tenaga pelaksana, telah diberikan pelatihan pra-tugas dan pelatihan penyegaran. Semua ini dilakukan untuk memastikan agar tenaga pelaksana benar-benar memiliki kemampuan dan kapasitas dalam melaksanakan misi program. Dari serangkaian wawancara yang dilakukan, d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a u p a y a u n t u k

Ketersediaan sumber daya yang terkait dengan implementasi PNPM-MP-SPP sudah cukup memadai. Namun jumlah tenaga pelaksana pada UPK saat ini, masih dianggap kurang memadai.

memaksimalkan penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan, sejauh ini telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan persepsi dan kesadaran masyarakat akan dana simpan pinjam dan juga belajar dari kegagalan program sebelumnya, yaitu lebih selektif memilih anggota kelompok dan lebih bijaksana dalam memanfaatkan dana pinjaman dari program PNPM-MP-SPP ini.

Rekomendasi Kebijakan

Secara umum, PNPM-MP-SPP telah memberi d a m p a k p o s i t i f t e r h a d a p p e n i n g k a t a n kesejahteraan perempuan dan telah berfungsi untuk memperkuat kelembagaan perempuan. Akses perempuan yang cukup baik terhadap program, memungkinkan kaum perempuan di Kecamatan Sanrobone dapat memperoleh manfaat d a r i p r o g r a m t e r s e b u t . K e t e n t u a n y a n g mempersyaratkan bahwa perempuan yang dapat mengakses program ini hanya mereka yang memiliki kegiatan usaha, menjadi penyebab program ini menjadi tidak maksimal. Untuk memaksimalkan dampak program SPP terhadap perbaikan taraf hidup perempuan, telah di lakukan sejumlah pembinaan terhadap kelompok SPP, baik pembinaan administratif maupun pembinaan keterampilan dan bakat. Namun pembinaan tersebut dinilai masih terbatas, baik dari intensitas, skala jangkauan maupun variasi bentuk pembinaan. Ada keinginan dari kelompok SPP agar pembinaan keterampilan dan bakat lebih diintesifkan dan dapat menjangkau seluruh kelompok SPP. Upaya ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya industri rumah tangga yang berdampak pada peningkatan ekonomi lokal. Secara umum, ketersediaan sumber daya yang terkait dengan implementasi PNPM-MP-SPP sudah cukup memadai. Namun jumlah tenaga pelaksana pada UPK saat ini, masih dianggap kurang memadai. Untuk itu, penambahan jumlah staf pada UPK dianggap sebaga solusi yang baik. Selain itu, anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan agar mampu menjangkau lebih banyak kaum perempuan.

Foto Yayasan B

aKT

I/Ichsan Djunaed

Page 31: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

2827

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Focal Point JiKTI Prov. Sulawesi Selatan, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected] lebih lanjut : Policy Briefs ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari penerima Hibah Penelitian JiKTI 2012, Nining Haslinda Zainal, S.Sos, M.Si, anggota JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan, dengan judul penelitian: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (PNPM MP SPP) di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Beliau dapat dihubungi melalui email: [email protected]

perempuan untuk terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi penyebab terjadinya kemiskinan di kalangan mereka, dan kemudian merumuskan solusi bersama untuk mengatasi masalah tersebut. Sejauh ini, tidak terdapat kendala dalam penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan. Hal ini setidaknya terungkap di dalam dokumen Laporan Pertanggungjawaban UPK PNPM-MP-SPP Kecamatan Sanrobone per Oktober 2012. Struktur PNPM-MP-SPP terdiri atas tiga level, yaitu level kabupaten, kecamatan, dan desa. PNPM-MP-SPP level kabupaten bertindak sebagai pengawas semua proses pelaksanaan PNPM-MP-SPP yang dilaksanakan pada level kecamatan dan tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. PNPM-MP-SPP level kecamatan, menjalankan f u n gs i m a n aj e m e n , s e p e r t i p e re n ca n a a n , pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. PNPM-MP-SPP level kecamatan juga melakukan koordinasi dengan kabupaten dan memberikan laporan

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

tentang segala proses yang dilakukan di kecamatan dan juga bertindak sebagai mediator dari aspirasi masyarakat. Sedangkan PNPM-MP-SPP level desa, membantu proses dan kelancaran pelaksanaan program. Dari segi pelaksana program, jumlah pelaksana program yang terlibat di dalam PNPM-MP-SPP di Kecamatan Sanrobone telah sesuai dengan PTO. Komposisi pelaksana program di Kecamatan Sanrobone terdiri atas pengurus UPK sebanyak tiga orang, fasilitator kecamatan, dan fasilitator teknis. Namun dari hasil wawancara dengan berbagai pihak, jumlah pelaksana tersebut dianggap belum

memadai dan tampaknya diperlukan penambahan tenaga pelaksana, terutama di tingkat UPK. Dalam proses rekruitmen tenaga pelaksana, PNPM-MP-SPP memiliki persyaratan dan seleksi khusus, misalnya pendidikan minimal S1 dan mempunyai pengalaman menangani proyek minimal tiga tahun. Selain itu, untuk meningkatKan kemampuan tenaga pelaksana, telah diberikan pelatihan pra-tugas dan pelatihan penyegaran. Semua ini dilakukan untuk memastikan agar tenaga pelaksana benar-benar memiliki kemampuan dan kapasitas dalam melaksanakan misi program. Dari serangkaian wawancara yang dilakukan, d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a u p a y a u n t u k

Ketersediaan sumber daya yang terkait dengan implementasi PNPM-MP-SPP sudah cukup memadai. Namun jumlah tenaga pelaksana pada UPK saat ini, masih dianggap kurang memadai.

memaksimalkan penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan, sejauh ini telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan persepsi dan kesadaran masyarakat akan dana simpan pinjam dan juga belajar dari kegagalan program sebelumnya, yaitu lebih selektif memilih anggota kelompok dan lebih bijaksana dalam memanfaatkan dana pinjaman dari program PNPM-MP-SPP ini.

Rekomendasi Kebijakan

Secara umum, PNPM-MP-SPP telah memberi d a m p a k p o s i t i f t e r h a d a p p e n i n g k a t a n kesejahteraan perempuan dan telah berfungsi untuk memperkuat kelembagaan perempuan. Akses perempuan yang cukup baik terhadap program, memungkinkan kaum perempuan di Kecamatan Sanrobone dapat memperoleh manfaat d a r i p r o g r a m t e r s e b u t . K e t e n t u a n y a n g mempersyaratkan bahwa perempuan yang dapat mengakses program ini hanya mereka yang memiliki kegiatan usaha, menjadi penyebab program ini menjadi tidak maksimal. Untuk memaksimalkan dampak program SPP terhadap perbaikan taraf hidup perempuan, telah di lakukan sejumlah pembinaan terhadap kelompok SPP, baik pembinaan administratif maupun pembinaan keterampilan dan bakat. Namun pembinaan tersebut dinilai masih terbatas, baik dari intensitas, skala jangkauan maupun variasi bentuk pembinaan. Ada keinginan dari kelompok SPP agar pembinaan keterampilan dan bakat lebih diintesifkan dan dapat menjangkau seluruh kelompok SPP. Upaya ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya industri rumah tangga yang berdampak pada peningkatan ekonomi lokal. Secara umum, ketersediaan sumber daya yang terkait dengan implementasi PNPM-MP-SPP sudah cukup memadai. Namun jumlah tenaga pelaksana pada UPK saat ini, masih dianggap kurang memadai. Untuk itu, penambahan jumlah staf pada UPK dianggap sebaga solusi yang baik. Selain itu, anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan agar mampu menjangkau lebih banyak kaum perempuan.

Foto Yayasan B

aKT

I/Ichsan Djunaed

Page 32: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

29 30

i negara kita, batasan umur menikah telah diatur dalam DUndang-Undang No. 1 Tahun 1974. Di dalamnya membahas ketentuan bahwa batas minimal usia menikah bagi wanita

ad a l a h 16 t a hu n d a n 19 t a hu n b ag i p r i a . Na mu n p ad a implementasinya, UU ini tidak berjalan mulus. Publik tentunya masih ingat mengenai kasus pernikahan antara Lutfiana Ulfa dengan Syekh Puji. Pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang banyak ditentang oleh berbagai kalangan, mengingat pernikahan tersebut terjadi saat Lutfiana Ulfa masih berusia 12 tahun. Beragam reaksipun

Mengurai Sebuah Survei

Remaja Mulai dari Umur Menikah, Jumlah

Anak Hingga Alat KBOleh URIP TRI WIJAYANTI

Suara Forum KTI

bermunculan mulai dari persoalan perampasan hak anak, pelanggaran Undang-Undang Pernikahan, dan lain sebagainya. Terlepas dari kontroversi kasus tersebut, secara medis usia aman wanita menikah adalah diatas 20 tahun dan dibawah 35 tahun. Kehadiran sebuah sur vei yang menggali perencanaan remaja dalam menikah, jumlah anak, serta penggunaan KB dirasa sangat penting. Tujuan dari survei ini adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam upaya mewujudkan generasi penerus dan modal pembangunan bangsa. Presiden pertama kita pernah mengatakan, "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda, niscaya akan

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Tujuan dari survei ini adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam upaya mewujudkan generasi penerus dan modal pembangunan bangsa.

Page 33: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

29 30

i negara kita, batasan umur menikah telah diatur dalam DUndang-Undang No. 1 Tahun 1974. Di dalamnya membahas ketentuan bahwa batas minimal usia menikah bagi wanita

ad a l a h 16 t a hu n d a n 19 t a hu n b ag i p r i a . Na mu n p ad a implementasinya, UU ini tidak berjalan mulus. Publik tentunya masih ingat mengenai kasus pernikahan antara Lutfiana Ulfa dengan Syekh Puji. Pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang banyak ditentang oleh berbagai kalangan, mengingat pernikahan tersebut terjadi saat Lutfiana Ulfa masih berusia 12 tahun. Beragam reaksipun

Mengurai Sebuah Survei

Remaja Mulai dari Umur Menikah, Jumlah

Anak Hingga Alat KBOleh URIP TRI WIJAYANTI

Suara Forum KTI

bermunculan mulai dari persoalan perampasan hak anak, pelanggaran Undang-Undang Pernikahan, dan lain sebagainya. Terlepas dari kontroversi kasus tersebut, secara medis usia aman wanita menikah adalah diatas 20 tahun dan dibawah 35 tahun. Kehadiran sebuah sur vei yang menggali perencanaan remaja dalam menikah, jumlah anak, serta penggunaan KB dirasa sangat penting. Tujuan dari survei ini adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam upaya mewujudkan generasi penerus dan modal pembangunan bangsa. Presiden pertama kita pernah mengatakan, "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda, niscaya akan

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Tujuan dari survei ini adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam upaya mewujudkan generasi penerus dan modal pembangunan bangsa.

Page 34: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

31 32

kuguncangkan dunia". Pernyataan ini tentunya penuh dengan kebaikan dan harapan bahwa p e mu d a s e baga i ge n e ra s i p e n e r u s ba n gsa hendaknya menjadi pemuda berkualitas dan memiliki nilai lebih serta mampu bersaing dengan pemuda di negara lain. Salah satu survei yang dilakukan oleh BKKBN, yaitu survei RPJMN Remaja. Survei ini mengambil sampel remaja laki-laki dan perempuan belum menikah yang berumur 15-24 tahun sebagai responden. Salah satu pertanyaan dalam survei ini adalah mengenai usia rencana menikah. Untuk Provinsi Sulawesi Utara, responden pria akan menikah ketika mereka memasuki usia 25 tahun untuk hasil survei tahun 2013. Untuk tahun berikutnya, pada 2014 hasilnya turun, yaitu menjadi 24,9 tahun. Pada responden perempuan, mereka memilih akan menikah di usia 23,9 tahun pada hasil survey tahun 2013. Sementara pada hasil survei tahun 2014, responden perempuan memilih akan menikah pada usia 24,3 tahun. Dapat disimpulkan bahwa hasil ini menunjukan remaja laki-laki dan perempuan di Sulawesi Utara sudah memiliki perencanan ideal untuk menikah. Dikatakan ideal karena asumsinya pada usia 25 tahun bagi laki-laki, mereka sudah menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan telah mampu secara ekonomi. Kemampuan

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

secara ekonomi inilah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya serta mampu memperkecil kemungkinan keretakan rumah tangga. Apabila kita melihat pada data pengadilan agama mengenai kasus perceraian di Sulawesi Utara, mayoritas pihak yang mengajukan perceraian adalah istri dengan alasan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Maka dapat dikatakan bahwa suami sebagai kepala keluarga gagal menjalankan perannya dalam memenuhi kebutuhan primer keluarga. Ini merupakan salah satu imbas dari pernikahan tanpa kesiapan ekonomi. Saat kita berbicara idealnya perempuan m e n i ka h ke t i ka b e r u s i a d i at a s 2 0 t a hu n , pertimbangannya adalah secara medis bahwa organ-organ perempuan berusia diatas 20 tahun telah kuat dan matang. Oleh sebab itu mereka dapat dikatakan telah siap untuk mengandung dan melahirkan anak. Tak kalah pentingnya kedua belah pihak telah memiliki kesiapan secara psikologis dan fisik untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga yang membutuhkan tingkat kedewasaan dari masing-masing pihak. Pada sur vei ini , responden juga diberi pertanyaan terkait dengan jumlah anak yang kelak ingin dimiliki. Hasilnya menyatakan bahwa dalam hasil survei tahun 2013, remaja pria ingin memiliki anak sebanyak 3 anak. Sementara pada hasil survei tahun 2014, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Dan pada remaja perempuan, hasil survei tahun 2013 dan tahun 2014 menunjukkan hasil yang sama, bahwa mereka ingin memiliki 2 orang anak. Berdasarkan hasil survei tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa baik remaja laki-laki maupun perempuan, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Hal ini menandakan secara pengetahuan mereka sudah memahami akan jumlah anak yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini menjadi

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah peneliti pertama perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Penulis dapat dihubungi melalui email di [email protected]

penting mengingat perencanaan yang matang sejak dini akan lebih besar mengarah pada kesuksesan. Apa lagi dalam hal mengenai jumlah anak, bahwa semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki akan semakin sejahtera kehidupan keluarganya. Namun disisi lain, hasil survei ini juga harus menjadi perhatian serius mengingat masih ada remaja yang ingin memiliki lebih dari 2 orang anak. Perlunya edukasi terkait penting mengimbanginya dengan kemampuan ekonomi, kasih sayang, pendidikan, kesehatan, tempat yang layak yang untuk kemungkinannya tidak akan menimbulkan masalah. Apabila hal ini tidak secepatnya diatasi, hal ini hanya akan menambah cerita panjang akan p o t re t b u ra m p e n ga n g g u ra n , ke m i s k i n a n , kriminalitas, gizi buruk serta sederetan fenomena negatif lainnya, yang pada intinya bermuara pada beban bagi pembangunan di negeri ini. Hasil survei terakhir pada penelitian ini adalah mengenai alat kontrasepsi yang kelak akan digunakan. Mayoritas responden lebih banyak akan menggunakan pil KB dan suntik. Meskipun ada beberapa juga yang ingin menggunakan alat kontrasepsi lain, berupa IUD, implant, dan kondom meskipun dengan persentase yang lebih kecil. Untuk metode kontrasepsi alamiah hasilnya adalah nol, yang artinya tidak ada yang memilih. Berkaca pada survei ini, maka terlihat alat kontrasepsi idola tetap pil dan suntik. Hal ini sesuai

Mengenai kasus perceraian di Sulawesi Utara, mayoritas pihak yang mengajukan perceraian adalah istri dengan alasan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

dengan penggunaan alat kontrasepsi yang saat ini lebih banyak digunakan para PUS (Pasangan Usia Subur). Kondisi ini memungkinkan karena pertimbangan kepraktisan atau karena warisan yang diajarkan oleh para orangtua mereka. Di sisi lain, hal ini juga memungkinkan karena kurangnya pemahaman akan jenis-jenis alat kontrasepsi. Namun diluar analisa tersebut, hasil survei ini menunjukkan hasil yang baik, dimana generasi muda kita sudah mampu memiliki perencanaan dalam membatasi jumlah serta menunda kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Pada intinya KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang jenis-jenis alat kontrasepsi berupa bentuk, masa penggunaan serta kelebihan dan kekurangan m a s i n g - m a s i n g a l at ko nt ra s e p s i p e nt i n g disampaikan kepada para remaja agar nantinya mereka dapat menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat bagi dirinya. M e m b e r i k a n p e m a h a m a n m e n g e n a i kontrasepsi lebih dini bukan berarti akan mengarahkan remaja untuk menggunakannya lebih dini. Pemahaman yang diberikan lebih awal akan bermanfaat lebih besar bagi para remaja dari pada terlambat memberikan pemahaman tersebut. Melalui tulisan ini, dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa remaja di Sulawesi Utara sudah memiliki pengetahuan dan perencanaan yang baik tentang Keluarga Berencana dan selaras dengan Program Generasi Berencana (Genre). H a ra pa n nya p e n ge t a hu a n i n i a ka n d a pat diimplementasikan dalam sikap dan perilakunya kelak. Sehingga mereka menjadi generasi penerus bangsa yang akan membangun negara dengan segudang inovasi serta kreatifitas anak negeri sebagai identitas bangsa.

Berdasarkan hasil survei tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa baik remaja laki-laki maupun perempuan, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Hal ini menandakan secara pengetahuan mereka sudah memahami akan jumlah anak yang dianjurkan oleh pemerintah.

Page 35: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

31 32

kuguncangkan dunia". Pernyataan ini tentunya penuh dengan kebaikan dan harapan bahwa p e mu d a s e baga i ge n e ra s i p e n e r u s ba n gsa hendaknya menjadi pemuda berkualitas dan memiliki nilai lebih serta mampu bersaing dengan pemuda di negara lain. Salah satu survei yang dilakukan oleh BKKBN, yaitu survei RPJMN Remaja. Survei ini mengambil sampel remaja laki-laki dan perempuan belum menikah yang berumur 15-24 tahun sebagai responden. Salah satu pertanyaan dalam survei ini adalah mengenai usia rencana menikah. Untuk Provinsi Sulawesi Utara, responden pria akan menikah ketika mereka memasuki usia 25 tahun untuk hasil survei tahun 2013. Untuk tahun berikutnya, pada 2014 hasilnya turun, yaitu menjadi 24,9 tahun. Pada responden perempuan, mereka memilih akan menikah di usia 23,9 tahun pada hasil survey tahun 2013. Sementara pada hasil survei tahun 2014, responden perempuan memilih akan menikah pada usia 24,3 tahun. Dapat disimpulkan bahwa hasil ini menunjukan remaja laki-laki dan perempuan di Sulawesi Utara sudah memiliki perencanan ideal untuk menikah. Dikatakan ideal karena asumsinya pada usia 25 tahun bagi laki-laki, mereka sudah menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan telah mampu secara ekonomi. Kemampuan

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

secara ekonomi inilah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya serta mampu memperkecil kemungkinan keretakan rumah tangga. Apabila kita melihat pada data pengadilan agama mengenai kasus perceraian di Sulawesi Utara, mayoritas pihak yang mengajukan perceraian adalah istri dengan alasan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Maka dapat dikatakan bahwa suami sebagai kepala keluarga gagal menjalankan perannya dalam memenuhi kebutuhan primer keluarga. Ini merupakan salah satu imbas dari pernikahan tanpa kesiapan ekonomi. Saat kita berbicara idealnya perempuan m e n i ka h ke t i ka b e r u s i a d i at a s 2 0 t a hu n , pertimbangannya adalah secara medis bahwa organ-organ perempuan berusia diatas 20 tahun telah kuat dan matang. Oleh sebab itu mereka dapat dikatakan telah siap untuk mengandung dan melahirkan anak. Tak kalah pentingnya kedua belah pihak telah memiliki kesiapan secara psikologis dan fisik untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga yang membutuhkan tingkat kedewasaan dari masing-masing pihak. Pada sur vei ini , responden juga diberi pertanyaan terkait dengan jumlah anak yang kelak ingin dimiliki. Hasilnya menyatakan bahwa dalam hasil survei tahun 2013, remaja pria ingin memiliki anak sebanyak 3 anak. Sementara pada hasil survei tahun 2014, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Dan pada remaja perempuan, hasil survei tahun 2013 dan tahun 2014 menunjukkan hasil yang sama, bahwa mereka ingin memiliki 2 orang anak. Berdasarkan hasil survei tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa baik remaja laki-laki maupun perempuan, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Hal ini menandakan secara pengetahuan mereka sudah memahami akan jumlah anak yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini menjadi

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah peneliti pertama perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Penulis dapat dihubungi melalui email di [email protected]

penting mengingat perencanaan yang matang sejak dini akan lebih besar mengarah pada kesuksesan. Apa lagi dalam hal mengenai jumlah anak, bahwa semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki akan semakin sejahtera kehidupan keluarganya. Namun disisi lain, hasil survei ini juga harus menjadi perhatian serius mengingat masih ada remaja yang ingin memiliki lebih dari 2 orang anak. Perlunya edukasi terkait penting mengimbanginya dengan kemampuan ekonomi, kasih sayang, pendidikan, kesehatan, tempat yang layak yang untuk kemungkinannya tidak akan menimbulkan masalah. Apabila hal ini tidak secepatnya diatasi, hal ini hanya akan menambah cerita panjang akan p o t re t b u ra m p e n ga n g g u ra n , ke m i s k i n a n , kriminalitas, gizi buruk serta sederetan fenomena negatif lainnya, yang pada intinya bermuara pada beban bagi pembangunan di negeri ini. Hasil survei terakhir pada penelitian ini adalah mengenai alat kontrasepsi yang kelak akan digunakan. Mayoritas responden lebih banyak akan menggunakan pil KB dan suntik. Meskipun ada beberapa juga yang ingin menggunakan alat kontrasepsi lain, berupa IUD, implant, dan kondom meskipun dengan persentase yang lebih kecil. Untuk metode kontrasepsi alamiah hasilnya adalah nol, yang artinya tidak ada yang memilih. Berkaca pada survei ini, maka terlihat alat kontrasepsi idola tetap pil dan suntik. Hal ini sesuai

Mengenai kasus perceraian di Sulawesi Utara, mayoritas pihak yang mengajukan perceraian adalah istri dengan alasan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

dengan penggunaan alat kontrasepsi yang saat ini lebih banyak digunakan para PUS (Pasangan Usia Subur). Kondisi ini memungkinkan karena pertimbangan kepraktisan atau karena warisan yang diajarkan oleh para orangtua mereka. Di sisi lain, hal ini juga memungkinkan karena kurangnya pemahaman akan jenis-jenis alat kontrasepsi. Namun diluar analisa tersebut, hasil survei ini menunjukkan hasil yang baik, dimana generasi muda kita sudah mampu memiliki perencanaan dalam membatasi jumlah serta menunda kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi. Pada intinya KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang jenis-jenis alat kontrasepsi berupa bentuk, masa penggunaan serta kelebihan dan kekurangan m a s i n g - m a s i n g a l at ko nt ra s e p s i p e nt i n g disampaikan kepada para remaja agar nantinya mereka dapat menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat bagi dirinya. M e m b e r i k a n p e m a h a m a n m e n g e n a i kontrasepsi lebih dini bukan berarti akan mengarahkan remaja untuk menggunakannya lebih dini. Pemahaman yang diberikan lebih awal akan bermanfaat lebih besar bagi para remaja dari pada terlambat memberikan pemahaman tersebut. Melalui tulisan ini, dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa remaja di Sulawesi Utara sudah memiliki pengetahuan dan perencanaan yang baik tentang Keluarga Berencana dan selaras dengan Program Generasi Berencana (Genre). H a ra pa n nya p e n ge t a hu a n i n i a ka n d a pat diimplementasikan dalam sikap dan perilakunya kelak. Sehingga mereka menjadi generasi penerus bangsa yang akan membangun negara dengan segudang inovasi serta kreatifitas anak negeri sebagai identitas bangsa.

Berdasarkan hasil survei tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa baik remaja laki-laki maupun perempuan, mereka ingin memiliki 2 orang anak. Hal ini menandakan secara pengetahuan mereka sudah memahami akan jumlah anak yang dianjurkan oleh pemerintah.

Page 36: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

ebagai upaya menanamkan nilai-nilai Skarakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai kebaikan, Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar bekerjasama dengan UNICEF dan Yayasan BaKTI menyelenggarakan Training Tenaga Pendidik (TENDIK) PAUD-HI (Holistik Integratif) Taman Siwaliparri Segi Afektif.

Training Tenaga Pendidik

PAUD-HI (Holistik Integratif)

Polewali Mandar, 27-29 Desember 2014

33 3434 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 201109 5 BaKTINews

“Anak usia dini di Polewali Mandar harus kita jaga mulai dari pendidikan dan kesehatannya serta moralnya agar kedepannya anak-anak kita di Polewali Mandar bisa lebih baik lagi untuk pembangunan”, demikian salah satu poin yang disampaikan Wakil Bupati Polewali Mandar, Bapak Natsir Rahmat pada pembukaan training. Dalam kesempatan ini Bapak Wakil Bupati juga sangat mengharapkan agar Posyandu yang sudah ada, agar difungsikan menjadi tiga, yakni: sebagai taman bacaan, penimbangan dan keamanan. Penting juga menerapkan kepada anak usia dini, khususnya di Taman Siwaliparri agar dapat berbahasa Mandar dengan alasan bahwa di daerah Mandar memiliki kebudayaan sangat tinggi. Hadir pula Bunda PAUD Kabupaten Polman/Ibu Bupati Polman, dimana dalam kesempatan training ini Bunda PAUD hadir untuk berbagi pengalaman bagaimana fungsi sebagai Bunda PAUD serta bagaimana lembaga mempunyai pendidikan yang berkarakter. Dalam penyampaiannya beliau memberikan pemahaman kepada seluruh peserta bahwa Bunda PAUD lahir sesuai aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat, yakni Bunda PAUD adalah salah satu gelar yang diberikan kepada istri seorang pimpinan daerah, contohnya sebagai istri Bupati diberi gelar sebagai Bunda PAUD di tingkat kabupaten, begitu juga dengan istri camat yang

dikukuhkan di tingkat kecamatan, hingga di tingkat desa. Dengan adanya pelatihan ini, para Tendik menyampaikan rasa syukur dan terima kasih telah mengikuti training ini, sehingga mereka bisa memahami apa itu PAUD-HI yang didalamnya ada tempat nyaman dan aman bagi anak, bagaimana pola pengasuhan terhadap anak, pemenuhan gizi, p e n d i d i ka n , st i mu l a s i t u m b u h ke m b a n g , kesempatan bermain dan berekreasi serta perlindungan anak. Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar mengharapkan melalui kegiatan ini, agar ke depan tidak ada lagi yang buta huruf, dan dari sisi kesehatan anak-anak diperiksa kesehatannya sejak dini sehingga tidak ada lagi penyakit gizi buruk di Kabupaten Polewali Mandar. Di akhir training Pemda Kabupaten Polewali Mandar berkomitmen dan mengagendakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap PAUD di Kabupaten Polewali Mandar secara berkala. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui kondisi nyata pelaksanaan di lapangan dan dapat dilakukan evaluasi atas pemanfaatan dana block grant. Sertifikat juga diserahkan kepada para Tendik sebagai bentuk penghargaan dan tanggung jawab untuk mengaplikasikan materi-materi yang telah mereka peroleh.

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Kegiatan ini merupakan kegiatan kedua dalam kerja sama BaKTI-UNICEF dimana pelatihan pertama telah terselenggara pada tanggal 19-23 Oktober 2014. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran yang tersisa, serta agar penyerapan materi lebih meluas kepada Tendik PAUD di Kabupaten Polewali Mandar yang belum mengikuti pelatihan pada 25 lokasi PAUD penerima dana Block Grant UNICEF. Bertempat di Aula Kodim Kabupaten Polman, training dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 27-29 Desember 2014 yang dihadiri oleh 25 Tendik yang semuanya adalah perempuan. Sebagaimana salah satu prinsip layanan dalam pendidikan PAUD ini adalah secara Holistik dan Integratif, maka fasilitator yang berperan dalam training ini pun berasal dari berbagai unsur seperti: BAPPEDA, Dinas Kesehatan, BKKB-PP, Dinas Pendidikan, Yayasan Kartika, AKPER dan LSM. Dihadiri pula Ibu Dwi Purwestri Sri Suwarningsih (Konsultan UNICEF Kabupaten Polewali Mandar) dan Nirwana Anar (Yayasan BaKTI).

Program UNICEF - BaKTI

Page 37: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

ebagai upaya menanamkan nilai-nilai Skarakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai kebaikan, Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar bekerjasama dengan UNICEF dan Yayasan BaKTI menyelenggarakan Training Tenaga Pendidik (TENDIK) PAUD-HI (Holistik Integratif) Taman Siwaliparri Segi Afektif.

Training Tenaga Pendidik

PAUD-HI (Holistik Integratif)

Polewali Mandar, 27-29 Desember 2014

33 3434 No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 201109 5 BaKTINews

“Anak usia dini di Polewali Mandar harus kita jaga mulai dari pendidikan dan kesehatannya serta moralnya agar kedepannya anak-anak kita di Polewali Mandar bisa lebih baik lagi untuk pembangunan”, demikian salah satu poin yang disampaikan Wakil Bupati Polewali Mandar, Bapak Natsir Rahmat pada pembukaan training. Dalam kesempatan ini Bapak Wakil Bupati juga sangat mengharapkan agar Posyandu yang sudah ada, agar difungsikan menjadi tiga, yakni: sebagai taman bacaan, penimbangan dan keamanan. Penting juga menerapkan kepada anak usia dini, khususnya di Taman Siwaliparri agar dapat berbahasa Mandar dengan alasan bahwa di daerah Mandar memiliki kebudayaan sangat tinggi. Hadir pula Bunda PAUD Kabupaten Polman/Ibu Bupati Polman, dimana dalam kesempatan training ini Bunda PAUD hadir untuk berbagi pengalaman bagaimana fungsi sebagai Bunda PAUD serta bagaimana lembaga mempunyai pendidikan yang berkarakter. Dalam penyampaiannya beliau memberikan pemahaman kepada seluruh peserta bahwa Bunda PAUD lahir sesuai aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat, yakni Bunda PAUD adalah salah satu gelar yang diberikan kepada istri seorang pimpinan daerah, contohnya sebagai istri Bupati diberi gelar sebagai Bunda PAUD di tingkat kabupaten, begitu juga dengan istri camat yang

dikukuhkan di tingkat kecamatan, hingga di tingkat desa. Dengan adanya pelatihan ini, para Tendik menyampaikan rasa syukur dan terima kasih telah mengikuti training ini, sehingga mereka bisa memahami apa itu PAUD-HI yang didalamnya ada tempat nyaman dan aman bagi anak, bagaimana pola pengasuhan terhadap anak, pemenuhan gizi, p e n d i d i ka n , st i mu l a s i t u m b u h ke m b a n g , kesempatan bermain dan berekreasi serta perlindungan anak. Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar mengharapkan melalui kegiatan ini, agar ke depan tidak ada lagi yang buta huruf, dan dari sisi kesehatan anak-anak diperiksa kesehatannya sejak dini sehingga tidak ada lagi penyakit gizi buruk di Kabupaten Polewali Mandar. Di akhir training Pemda Kabupaten Polewali Mandar berkomitmen dan mengagendakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap PAUD di Kabupaten Polewali Mandar secara berkala. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui kondisi nyata pelaksanaan di lapangan dan dapat dilakukan evaluasi atas pemanfaatan dana block grant. Sertifikat juga diserahkan kepada para Tendik sebagai bentuk penghargaan dan tanggung jawab untuk mengaplikasikan materi-materi yang telah mereka peroleh.

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Kegiatan ini merupakan kegiatan kedua dalam kerja sama BaKTI-UNICEF dimana pelatihan pertama telah terselenggara pada tanggal 19-23 Oktober 2014. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran yang tersisa, serta agar penyerapan materi lebih meluas kepada Tendik PAUD di Kabupaten Polewali Mandar yang belum mengikuti pelatihan pada 25 lokasi PAUD penerima dana Block Grant UNICEF. Bertempat di Aula Kodim Kabupaten Polman, training dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 27-29 Desember 2014 yang dihadiri oleh 25 Tendik yang semuanya adalah perempuan. Sebagaimana salah satu prinsip layanan dalam pendidikan PAUD ini adalah secara Holistik dan Integratif, maka fasilitator yang berperan dalam training ini pun berasal dari berbagai unsur seperti: BAPPEDA, Dinas Kesehatan, BKKB-PP, Dinas Pendidikan, Yayasan Kartika, AKPER dan LSM. Dihadiri pula Ibu Dwi Purwestri Sri Suwarningsih (Konsultan UNICEF Kabupaten Polewali Mandar) dan Nirwana Anar (Yayasan BaKTI).

Program UNICEF - BaKTI

Page 38: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

3635

ampir dua tahun kepemimpinan Bupati H. Bin HDahlan di Kabupaten Lombok Timur berjalan. Banyak terobosan dilakukan untuk meningkatkan

pendapatan daerah, begitu juga dengan penganggaran untuk masyarakat miskin. Selain pendapatan di bidang pertanian, pendapatan daerah dibidang jasa dan pariwisata juga ditargetkan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Namun yang lebih penting adalah bagaimana mengelola anggaran yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Saat ini Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih menerima dana transfer dari Pemerintah Pusat. Setiap tahun melalui mekanisme yang telah ditetapkan, Lombok timur mendapatkan transfer dana melalui dana perimbangan. Porsi dari dana perimbangan ini tidak banyak berubah dari

No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

NICEF bekerja sama dengan BaKTI akan Umengadakan Program Olahraga dalam Pembangunan (Sports for Development -

S4D) di Sulawesi. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Makassar pada tanggal 24 Februari 2015. Kegiatan ini akan mengangkat tema 'Memperluas Tatakelola yang Baik: Perencanaan dan Penganggaran bagi Program Anak". International Inspiration (II) adalah inisiatif yang berasal dari peninggalan Olimpiade dan Paralimpiade London 2012. Program ini dirancang untuk menyediakan bantuan bagi 20 negara diberbagai dunia berupa dukungan dana dan pelatihan bagi program khusus pendidikan fisik dan jasmani, atau lebih dikenal sebagai Pendekatan TOP. Indonesia terpilih sebagai salah satu dari 20 negara untuk mengadopsi program ini. Program II dilakukan di empat provinsi di Indonesia: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Seleksi ini sengaja dibuat untuk memastikan bahwa praktik dan pembelajaran terbaik dari program II dapat ditiru dan diperluas oleh pemerintah Indonesia baik

untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Pada awal 2011, identifikasi sekolah dan lokasi kegiatan di luar sekolah dilakukan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seleksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas pendidikan fisik/olahraga/bermain dapat terjangkau oleh anak d a r i b e r b aga i l at a r b e l a ka n g d a n t i n g kat k e m a m p u a n . K a r e n a ny a , P r o g r a m I I d i -implementasikan di SD, SMP, Madrasah, Sekolah Luar Biasa, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) dan Sanggar/Klub Olahraga Masyarakat. Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang untuk memperlihatkan tata kelola yang baik dibidang pendidikan fisik dan jasmani terkait metode pengajaran inklusif, ekstrakulikuler dan kegiatan luar sekolah. Termasuk juga keterlibatan orang tua dan masyarakat, jaminan mutu dan penyediaan fasilitas dan perlengkapan olahraga. Kegiatan ini akan dihadiri oleh 200-300 peserta yang berasal dari perwakilan anak dan remaja Bone, guru, praktisi olahraga, serta pihak media.

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

segi proporsi, sehingga bisa dikatakan bahwa dana perimbangan ini merupakan dana penentu pembangunan di Lombok Timur ini. Pemerintah Pusat masih menilai bahwa Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten dengan kemampuan fiskal yang rendah. Namun demikian, masih ada daerah lain yang tergolong dengan kemampuan fiskal sangat rendah. Jika dibandingkan dengan kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu daerah dengan RAPBD yang cukup besar di NTB yang mencapai 2,15 triliun. Dengan melihat porsi anggaran daerah yang ada, diperlukan sebuah keberanian dari pemimpin untuk mau membuat terobosan agar bagaimana porsi untuk masyarakat lebih banyak lagi. Untuk itu terobosan yang dibuat di Kabupaten Lombok Timur saat ini memang cukup berani dengan menganggarkan hampir 65% untuk belanja publik. Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten terluas dan memiliki penduduk yang terpadat di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tahun 2015, Kabupaten Lombok Timur memiliki RABPD sekitar Rp 2,3 triliun, dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Jika dibagi rata-rata pertahunnya setiap orang memiliki belanja pembangunan sekitar Rp 1,7 juta. Hal ini masih sangat kecil sekali. Untuk itu sebuah terobosan baru dan berani diterapkan oleh pemimpin yang baru untuk kemajuan Kabupaten Lombok Timur.

Anggaran Untuk Masyarakat Miskin

di Kabupaten Lombok Timur

Oleh Maharani

Diskusi Praktik Cerdas

LOMBOK TIMUR

Foto M. Y

azid

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai KerjasamaUNICEF-BaKTI, Anda dapat menghubungi Leonardy Sambo melalui email [email protected]

Program Olahraga dalam Pembangunan

(S4D) di Sulawesi

Page 39: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

3635

ampir dua tahun kepemimpinan Bupati H. Bin HDahlan di Kabupaten Lombok Timur berjalan. Banyak terobosan dilakukan untuk meningkatkan

pendapatan daerah, begitu juga dengan penganggaran untuk masyarakat miskin. Selain pendapatan di bidang pertanian, pendapatan daerah dibidang jasa dan pariwisata juga ditargetkan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Namun yang lebih penting adalah bagaimana mengelola anggaran yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Saat ini Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih menerima dana transfer dari Pemerintah Pusat. Setiap tahun melalui mekanisme yang telah ditetapkan, Lombok timur mendapatkan transfer dana melalui dana perimbangan. Porsi dari dana perimbangan ini tidak banyak berubah dari

No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

NICEF bekerja sama dengan BaKTI akan Umengadakan Program Olahraga dalam Pembangunan (Sports for Development -

S4D) di Sulawesi. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Makassar pada tanggal 24 Februari 2015. Kegiatan ini akan mengangkat tema 'Memperluas Tatakelola yang Baik: Perencanaan dan Penganggaran bagi Program Anak". International Inspiration (II) adalah inisiatif yang berasal dari peninggalan Olimpiade dan Paralimpiade London 2012. Program ini dirancang untuk menyediakan bantuan bagi 20 negara diberbagai dunia berupa dukungan dana dan pelatihan bagi program khusus pendidikan fisik dan jasmani, atau lebih dikenal sebagai Pendekatan TOP. Indonesia terpilih sebagai salah satu dari 20 negara untuk mengadopsi program ini. Program II dilakukan di empat provinsi di Indonesia: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Seleksi ini sengaja dibuat untuk memastikan bahwa praktik dan pembelajaran terbaik dari program II dapat ditiru dan diperluas oleh pemerintah Indonesia baik

untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Pada awal 2011, identifikasi sekolah dan lokasi kegiatan di luar sekolah dilakukan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seleksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas pendidikan fisik/olahraga/bermain dapat terjangkau oleh anak d a r i b e r b aga i l at a r b e l a ka n g d a n t i n g kat k e m a m p u a n . K a r e n a ny a , P r o g r a m I I d i -implementasikan di SD, SMP, Madrasah, Sekolah Luar Biasa, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) dan Sanggar/Klub Olahraga Masyarakat. Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang untuk memperlihatkan tata kelola yang baik dibidang pendidikan fisik dan jasmani terkait metode pengajaran inklusif, ekstrakulikuler dan kegiatan luar sekolah. Termasuk juga keterlibatan orang tua dan masyarakat, jaminan mutu dan penyediaan fasilitas dan perlengkapan olahraga. Kegiatan ini akan dihadiri oleh 200-300 peserta yang berasal dari perwakilan anak dan remaja Bone, guru, praktisi olahraga, serta pihak media.

Foto Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

segi proporsi, sehingga bisa dikatakan bahwa dana perimbangan ini merupakan dana penentu pembangunan di Lombok Timur ini. Pemerintah Pusat masih menilai bahwa Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten dengan kemampuan fiskal yang rendah. Namun demikian, masih ada daerah lain yang tergolong dengan kemampuan fiskal sangat rendah. Jika dibandingkan dengan kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu daerah dengan RAPBD yang cukup besar di NTB yang mencapai 2,15 triliun. Dengan melihat porsi anggaran daerah yang ada, diperlukan sebuah keberanian dari pemimpin untuk mau membuat terobosan agar bagaimana porsi untuk masyarakat lebih banyak lagi. Untuk itu terobosan yang dibuat di Kabupaten Lombok Timur saat ini memang cukup berani dengan menganggarkan hampir 65% untuk belanja publik. Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten terluas dan memiliki penduduk yang terpadat di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tahun 2015, Kabupaten Lombok Timur memiliki RABPD sekitar Rp 2,3 triliun, dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Jika dibagi rata-rata pertahunnya setiap orang memiliki belanja pembangunan sekitar Rp 1,7 juta. Hal ini masih sangat kecil sekali. Untuk itu sebuah terobosan baru dan berani diterapkan oleh pemimpin yang baru untuk kemajuan Kabupaten Lombok Timur.

Anggaran Untuk Masyarakat Miskin

di Kabupaten Lombok Timur

Oleh Maharani

Diskusi Praktik Cerdas

LOMBOK TIMUR

Foto M. Y

azid

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai KerjasamaUNICEF-BaKTI, Anda dapat menghubungi Leonardy Sambo melalui email [email protected]

Program Olahraga dalam Pembangunan

(S4D) di Sulawesi

Page 40: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Dok. Y

ayasan BaK

TI

37 38

Pelaku usaha harus memiliki kepastian pasokan bahan baku dan kekhasan budaya untuk kelangsungan usahanya. Ini penting bagi Pak Samin, karena setelah sekian lama membangun usahanya, pada tahun

2005 pasca pindah ke Kota Ternate akibat kerusuhan Ambon 1998, pekerja keras itu mantap memulai usaha komoditi kayu manis dan biji pala yang merupakan hasil perkebunan andalan di wilayah Maluku Utara. Pak Samin menyebut industri rumahan yang digelutinya sebagai UKM, singkatan dari Usaha Keluarga Mandiri, bukannya Usaha Kecil Mikro yang selama ini familiar di telinga masyarkat. Disebut usaha keluarga mandiri berawal dari ikhtiar untuk menambah pendapatan keluarga, membantu ibu-ibu menyediakan bumbu masak praktis, sekaligus memanfatkan potensi rempah Maluku Utara yang sangat beragam, berkualitas tinggi dan kaya dengan unsur budaya. Paduan kemewahan kayu manis dan budaya nyata pada Kopi Nyiru misalnya. Jenis kopi ini menjadi hidangan para Raja di Moloku Kie Raha. Resep kopinya sederhana saja, kopi dimasak dengan kayu manis merah yang memiliki kandungan minyak asiri yang sangat tinggi dan beraroma harum, ditambah jahe serta daun pandan. Setelah mendidih, kopi disaring terlebih dahulu baru disajikan.

Pilihan Hidup Petani dan Pelaku Usaha Mikro

Oleh Thamrin Husain

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dengan konsep APBD yang pro poor, Bupati Kabupaten Lombok Timur menerapkan 65% belanja publik, dan itu sangat responsif terhadap k e b e r a d a a n m a s y a r a k a t m i s k i n d a n p e r e m p u a n . Jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Lombok Timur memang sangat tinggi, hal inilah yang menjadi dasar B u p a t i y a n g b a r u u n t u k menerapkan APBD untuk tahun 2015 yang akan datang berbasis pada masyarakat miskin. Banyak terobosan yang dilakukan untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Lombok Timur, seperti di sektor kesehatan dengan membuat Puskesmas Plus, dan di sektor pertanian dengan membuat skala prioritas untuk komoditi unggulan. RAPBD Kabupaten Lombok Timur yang mencapai 2,3 triliun lebih dari setengahnya, yakni 1,79 tril iun merupakan dana transfer dari pemerintah pusat yang diterima setiap 6 bulan sekali, yang kemudian dibagi perkomponen setiap bulannya. Selain itu, ada juga anggaran yang bersumber dari APBD provinsi dimana proyek pembangunan yang berlokasi di Lombok Timur. Demikian juga dengan dana dari pusat melalui dana kementerian yang dikelola oleh SKPD-SKPD terkait dari kementrian tesebut. Selanjutnya terkait dengan kekhususan dalam RAPBD lima tahun kedepan, berapa tahun lalu ada banyak ide-ide dalam penganggaran. Seperti pada t a h u n 2 0 1 0 , p e m e r i n t a h p u s a t b e l u m menganggarkan beasiswa untuk masyarakat miskin, namun NTB telah menganggarkan hal itu. Hal ini yang kemudian diadopsi oleh daerah lain di Nusa Tenggara Barat. Beberapa kegiatan prioritas yang sudah dilakukan oleh Kabupaten Lombok Timur adalah Jamkesda. Selain itu juga terkait dengan rumah tidak layak huni menjadi program rutin, dan pemerintah provinsi telah menyepakati untuk memberikan dana sharing untuk perbaikan rumah tidak layak huni ini. Pada tahun 2015 ini, Kabupaten Lombok Timur berani menganggarkan untuk perbaikan rumah tidak layak huni mencapai Rp 30 miliar. Dalam RPJMD Kabupaten Lombok Timur, Bapak Bupati akan konsisten melakukan hal itu hingga lima tahun ke depan. Hal ini menjadi PR kedepan bagi pemerintah daerah mengenai rumah tidak layak huni yang mencapai 52 ribu rumah. Hal ini diharapkan dapat diatasi hingga 5 tahun ke depan. Pemerintah memiliki konsen pada rumah tidak

layak huni karena ternyata jika kita mengatasi permasalahan pemukiman yang tadinya tidak layak menjadi layak huni maka 6 indikator kemiskinan dapat teratasi. Pernyataan ini diungkapkan Bapak Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur pada Diskusi Praktik Cerdas Wilayah Nusa Tenggara Barat pada 14 November 2014 yang lalu. Selain RTLH hingga 2018 mendatang, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat perlu dilakukan revitalisasi untuk pasar-pasar tradisional. Pertanyaan kita selanjutnya mengapa pasar tradisional? Karena pasar tradisional merupakan sarana perekonomian bagi masyarakat kecil dan menengah, sehingga dalam 5 tahun ada 12 pasar yang akan di revitalisasi. Bisa dalam bentuk yang lebih besar atau melengkapi sarana dan prasarana dalam pasar tersebut. Sehingga diharapkan aktivitas perekonomian akan terus berkembang. Hal menarik lainnya dari perbedaan RAPBD lima tahun yang lalu dan yang akan datang adalah di sektor pertanian yang disebut sebagai sektor basis karena merupakan penyumbang PAD terbesar. Tidak perlu menafikan jika kontribusi tersebut makin tahun makin berkurang. Hal terkait dengan kondisi lahan pertanian yang semakin tahun semakin berkurang. Karena itu Pemerintah Daerah saat ini tidak hanya akan menambah produksi dan produktivitas pertanian saja melainkan akan memperhatikan nilai tambah dari produksi pertanian. Diketahui bahwa dengan cara yang mudah, kita dapat melihat harga cabe yang cukup mahal namun pada masa tertentu harga sangat rendah. Oleh sebab itu perlu diperhatikan nilai tambah dari produksi tersebut. “Misalkan saja tomat maupun cabe bisa menjadi saos. Kita bisa meningkatkan nilai tambah dari pengembangan hasil pertanian tersebut, lebih jauh lagi diharapkan akan menjadi one village one product yang telah dikembangkan juga di Sulawesi”, ujar Bapak Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur dalam menutup diskusi.

Pakesang

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Nusa Tenggara Barat. Beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

Diskusi Praktik CerdasMALUKU UTARA

Foto Maharani

Page 41: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Dok. Y

ayasan BaK

TI

37 38

Pelaku usaha harus memiliki kepastian pasokan bahan baku dan kekhasan budaya untuk kelangsungan usahanya. Ini penting bagi Pak Samin, karena setelah sekian lama membangun usahanya, pada tahun

2005 pasca pindah ke Kota Ternate akibat kerusuhan Ambon 1998, pekerja keras itu mantap memulai usaha komoditi kayu manis dan biji pala yang merupakan hasil perkebunan andalan di wilayah Maluku Utara. Pak Samin menyebut industri rumahan yang digelutinya sebagai UKM, singkatan dari Usaha Keluarga Mandiri, bukannya Usaha Kecil Mikro yang selama ini familiar di telinga masyarkat. Disebut usaha keluarga mandiri berawal dari ikhtiar untuk menambah pendapatan keluarga, membantu ibu-ibu menyediakan bumbu masak praktis, sekaligus memanfatkan potensi rempah Maluku Utara yang sangat beragam, berkualitas tinggi dan kaya dengan unsur budaya. Paduan kemewahan kayu manis dan budaya nyata pada Kopi Nyiru misalnya. Jenis kopi ini menjadi hidangan para Raja di Moloku Kie Raha. Resep kopinya sederhana saja, kopi dimasak dengan kayu manis merah yang memiliki kandungan minyak asiri yang sangat tinggi dan beraroma harum, ditambah jahe serta daun pandan. Setelah mendidih, kopi disaring terlebih dahulu baru disajikan.

Pilihan Hidup Petani dan Pelaku Usaha Mikro

Oleh Thamrin Husain

No. Januari - Februari 2015109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Dengan konsep APBD yang pro poor, Bupati Kabupaten Lombok Timur menerapkan 65% belanja publik, dan itu sangat responsif terhadap k e b e r a d a a n m a s y a r a k a t m i s k i n d a n p e r e m p u a n . Jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Lombok Timur memang sangat tinggi, hal inilah yang menjadi dasar B u p a t i y a n g b a r u u n t u k menerapkan APBD untuk tahun 2015 yang akan datang berbasis pada masyarakat miskin. Banyak terobosan yang dilakukan untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Lombok Timur, seperti di sektor kesehatan dengan membuat Puskesmas Plus, dan di sektor pertanian dengan membuat skala prioritas untuk komoditi unggulan. RAPBD Kabupaten Lombok Timur yang mencapai 2,3 triliun lebih dari setengahnya, yakni 1,79 tril iun merupakan dana transfer dari pemerintah pusat yang diterima setiap 6 bulan sekali, yang kemudian dibagi perkomponen setiap bulannya. Selain itu, ada juga anggaran yang bersumber dari APBD provinsi dimana proyek pembangunan yang berlokasi di Lombok Timur. Demikian juga dengan dana dari pusat melalui dana kementerian yang dikelola oleh SKPD-SKPD terkait dari kementrian tesebut. Selanjutnya terkait dengan kekhususan dalam RAPBD lima tahun kedepan, berapa tahun lalu ada banyak ide-ide dalam penganggaran. Seperti pada t a h u n 2 0 1 0 , p e m e r i n t a h p u s a t b e l u m menganggarkan beasiswa untuk masyarakat miskin, namun NTB telah menganggarkan hal itu. Hal ini yang kemudian diadopsi oleh daerah lain di Nusa Tenggara Barat. Beberapa kegiatan prioritas yang sudah dilakukan oleh Kabupaten Lombok Timur adalah Jamkesda. Selain itu juga terkait dengan rumah tidak layak huni menjadi program rutin, dan pemerintah provinsi telah menyepakati untuk memberikan dana sharing untuk perbaikan rumah tidak layak huni ini. Pada tahun 2015 ini, Kabupaten Lombok Timur berani menganggarkan untuk perbaikan rumah tidak layak huni mencapai Rp 30 miliar. Dalam RPJMD Kabupaten Lombok Timur, Bapak Bupati akan konsisten melakukan hal itu hingga lima tahun ke depan. Hal ini menjadi PR kedepan bagi pemerintah daerah mengenai rumah tidak layak huni yang mencapai 52 ribu rumah. Hal ini diharapkan dapat diatasi hingga 5 tahun ke depan. Pemerintah memiliki konsen pada rumah tidak

layak huni karena ternyata jika kita mengatasi permasalahan pemukiman yang tadinya tidak layak menjadi layak huni maka 6 indikator kemiskinan dapat teratasi. Pernyataan ini diungkapkan Bapak Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur pada Diskusi Praktik Cerdas Wilayah Nusa Tenggara Barat pada 14 November 2014 yang lalu. Selain RTLH hingga 2018 mendatang, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat perlu dilakukan revitalisasi untuk pasar-pasar tradisional. Pertanyaan kita selanjutnya mengapa pasar tradisional? Karena pasar tradisional merupakan sarana perekonomian bagi masyarakat kecil dan menengah, sehingga dalam 5 tahun ada 12 pasar yang akan di revitalisasi. Bisa dalam bentuk yang lebih besar atau melengkapi sarana dan prasarana dalam pasar tersebut. Sehingga diharapkan aktivitas perekonomian akan terus berkembang. Hal menarik lainnya dari perbedaan RAPBD lima tahun yang lalu dan yang akan datang adalah di sektor pertanian yang disebut sebagai sektor basis karena merupakan penyumbang PAD terbesar. Tidak perlu menafikan jika kontribusi tersebut makin tahun makin berkurang. Hal terkait dengan kondisi lahan pertanian yang semakin tahun semakin berkurang. Karena itu Pemerintah Daerah saat ini tidak hanya akan menambah produksi dan produktivitas pertanian saja melainkan akan memperhatikan nilai tambah dari produksi pertanian. Diketahui bahwa dengan cara yang mudah, kita dapat melihat harga cabe yang cukup mahal namun pada masa tertentu harga sangat rendah. Oleh sebab itu perlu diperhatikan nilai tambah dari produksi tersebut. “Misalkan saja tomat maupun cabe bisa menjadi saos. Kita bisa meningkatkan nilai tambah dari pengembangan hasil pertanian tersebut, lebih jauh lagi diharapkan akan menjadi one village one product yang telah dikembangkan juga di Sulawesi”, ujar Bapak Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur dalam menutup diskusi.

Pakesang

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Nusa Tenggara Barat. Beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

Diskusi Praktik CerdasMALUKU UTARA

Foto Maharani

Page 42: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Kegiatan BaKTI

39

Jika di rumah anda ada kantong kresek atau kantong plastik yang tidak terpakai lagi, jangan buru-buru dibuang yah. Kenapa? Karena kantong plastik ini masih bisa didaur ulang menjadi pernak-pernik

cantik. Selain itu produksi plastik dari hari ke hari semakin meningkat sedangkan plastik adalah material yang sulit diurai oleh tanah sehingga berdampak buruk bagi lingkungan. Salah satu cara untuk mencegah dampak buruknya adalah dengan mendaur ulangnya atau biasa disebut recycle. Eka Besse atau yang akrab disapa Ekbes sebagai fasilitator unjuk kebolehannya dalam mengolah bahan yang sering kita anggap sampah jahat ini. Dengan peralatan sederhana semisal gunting, benang, jarum, manik, setrika, aluminium foil, plastik bekas tadi, dan dengan tehnik sederhana bisa dibuat menjadi bahan yang berwarna warni dan motif yang unik. Kegiatan ini dihadiri oleh 29 peserta yang sebagian besar berasal dari SMK 2 Somba Opu Gowa, dan JOCV JICA (Junior Expert). Beberapa peserta yang hadir juga merupakan anak magang pada kantor Lingkungan Hidup Kota Makassar untuk membantu program pengelolaan sampah. Hasil buatan dari peserta terlihat cantik dan beragam. Sebagian dari mereka bahkan sudah mulai mengembangkan kreativitas dalam membuat model dan motif plastiknya.

Rumpun Perempuan sebagai mitra MAMPU di Sulawesi Tenggara menyelenggarakan aksi kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang didukung oleh

Australian Aid dan Yayasan BaKTI. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dalam mengkampanyekan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Kendari. Rumpun Perempuan juga didukung segenap mitra di Sulawesi Tenggara, antara lain Solidaritas Perempuan, Jaringan Radio Komunitas, Kohati, HMI Kendari, Badan KB dan PP Kota Kendari, BPJS Kesehatan, HMI Kom Kedokteran, dan BEM Universitas Haluoleo. Bertempat di eks MTQ, Kendari, mereka mengadakan kegiatan senam sehat yang diikuti oleh banyak peserta, mulai dari anak muda, ibu-ibu, dan juga bapak-bapak. Aksi ini mengangkat tema “Wujudkan Pelayanan Publik yang Ramah Perempuan dan Anak”. Dalam kegiatan ini Badan PP dan KB, Rumpun Perempuan dan BEM Universitas Haluoleo memberikan sosialisasi serta ajakan untuk menolak aksi kekerasan terhadap perempuan.Panitia juga mengajak peserta untuk berpartisipasi mendukung 5 tema MAMPU dengan membubuhkan tanda tangan pada sebuah spanduk.

Kampanye Anti Kekerasan Dengan Cara Gembira

21 Desember 2014

Ketika Kantong Kresek diolah menjadi Asesoris Cantik

19 Desember 2014 Karenanya, tidak lengkap rasanya ke Kota Ternate Provinsi Maluku Utara bila b e l u m m e m bawa p u l a n g Pakesang. Pakesang adalah merek dagang tunggal yang bernaung dalam Perusahaan dagang Indonesia Timur Mandiri ( Intima) . Merek dagang itu sengaja digunakan mengingat pakesang adalah oleh-oleh khas orang Ternate yang dibawa pulang ke rumah setelah menghadiri hajatan A q i q a h , Ta h l i l a n a t a u Khataman. Jika sebelumnya orang yang datang ke Ternate hanya membawa pulang oleh-oleh seperti biskuit kenari, bagea kenari, makaron, dan roti kenari, kini pilihan oleh-oleh makin beragam. Merek dagang Pakesang mengenalkan keripik pisang mulut bebek, keripik sukun, keripik ubi jalar, tepung sukun, tepung pisang dan dodol mulut bebek, juga Batata balado. Tak lupa kopi rempah, bubuk biji pala, bubuk kayu manis dalam kemasan toples maupun eceran. Harganya pun tidak mahal-mahal amat. Keripik pisang mulut bebek yang sudah dikemas dalam plastik seberat 150 gram dijual dengan harga Rp. 18.000, kopi rempah dipasarkan seharga Rp. 20.000/toples kecil (150 gram), bubuk kayu manis 40 gram dijual Rp. 11.000,. Semua jenis pakesang didistribusikan ke pasar rakyat dan mal di Kota Ternate, antara lain Jati Land Mal, mini market, dan Pasar Kie Raha. Selain Ternate, produk industri rumahan ini juga dipasarkan ke Ambon, Kendari, Manado, Palu dan Surabaya. Enam orang tenaga kerja yang masih kerabat dekat ditambah dua orang dari kampung makassar (tetangga) bekerjasama memenuhi permintaan pasar. Dalam mengembangkan usahanya, usahawan bertekad baja ini melibatkan masyarakat lokal di Kota Ternate dan Halmahera Barat. Untuk Kota Ternate, kerjasama yang dirintis dengan petani adalah penyiapan bahan baku berupa kayu manis dan kulit pala. Kulit pala yang biasanya dibuang, kini diolah menjadi penyedap bumbu masak. Adapun dengan petani di Halmahera Barat, dibangun kerjasama pada penyiapan bahan dasar pisang mulut bebek yang setiap minggunya dikirim menggunakan kapal laut. Industri rumahan ini membutuhkan setidaknya 100 tandan pisang mulut bebek setiap harinya. Wajar, jika ada 10 kelompok di Halmahera Barat dan 10 kelompok lainnya di Pulau Ternate yang diajak bekerjasama. Masing-masing kelompok terdiri dari

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109

10 orang petani. Total petani yang diajak kerjasama adalah 200 orang. Pisang mulut bebek juga didatangkan dari Galela dan Tobelo di daratan utara Pulau Halmahera. Seiring bertambahnya permintaan pasar, bahan baku menjadi terbatas dan nyaris langka. Namun, kelangkaan bahan baku kayu manis dijawab Pak Samin dengan membudidayakan bibit kayu manis merah ke kampung halamannya di Seram. Sekarang tinggal menunggu panen katanya. Adapun alat pengiris dan penggorengan yang masih manual terus diujicoba model rancangannya di Surabaya agar mendapatkan bentuk dan kegunaan yang sempurna. Deny Tjan dari BAPPEDA Provinsi Maluku Utara mengapresiasi usaha Pak Samin yang awalnya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Provinsi Maluku Utara, tepatnya di Dinas Pekerjaan Umum atau Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pak Samin telah meningkatkan nilai tambah hasil pertanian khas Maluku Utara. Deny hanya mengingatkan Pak Samin agar dapat menjamin semua hasil produksinya tetap higenis. Semua produk Pakesang telah mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara. Dengan modal sendiri kemudian dibantu Yayasan Diahi melalui program pinjaman lunak kerjasama dengan BPR Malifut Danatama, kini pendapatan usahanya setiap bulan sudah melampaui gajinya sebagai PNS. “Saya berharap tak lama lagi berbagai produk khas Maluku Utara bisa menguasai kawasan timur Indonesia”, ujar Pak Samin menutup diskusi.

LemINA kembali mengadakan Program Nulis Bareng Sobat untuk yang kedua kalinya. Kegiatan yang diselenggarakan di Kantor

BaKTI ini memfasilitasi para guru Sekolah Dasar. Dalam pelatihan ini hadir Indah Arifah Febriany sebagai fasilitator. Ia adalah seorang blogger yang juga bekerja sebagai tim IT dan kreatif Kompas TV Makassar. Indah telah aktif menulis artikel sejak 2012 dan telah menerbitkan beberapa buku. Inti dari kegiatan ini adalah meningkatkan minat para guru untuk menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah kebiasaan. Sehingga dibutuhkan motivasi yang kuat bagi para peserta. Mendukung hal ini, LemINA menghadirkan Ibu Syawaliah Magribah, guru yang juga aktif sebagai blogger. Beliau aktif di komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis Makassar. Ibu Syawaliah Magribah pernah menerima sertifikat sebagai Guru Blogger Inspiratif dari Gerakan Indonesia Terdidik. Melalui mini workshop ini, LemINA menyarankan kepada peserta untuk giat dalam melatih diri dengan menulis tentang pembelajaran di kelas.

Mini Workshop Blog Pemula bagi Guru Sekolah Dasar

30 Desember 2014

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Maluku Utara dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Foto Tham

rin Husain

Page 43: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Kegiatan BaKTI

39

Jika di rumah anda ada kantong kresek atau kantong plastik yang tidak terpakai lagi, jangan buru-buru dibuang yah. Kenapa? Karena kantong plastik ini masih bisa didaur ulang menjadi pernak-pernik

cantik. Selain itu produksi plastik dari hari ke hari semakin meningkat sedangkan plastik adalah material yang sulit diurai oleh tanah sehingga berdampak buruk bagi lingkungan. Salah satu cara untuk mencegah dampak buruknya adalah dengan mendaur ulangnya atau biasa disebut recycle. Eka Besse atau yang akrab disapa Ekbes sebagai fasilitator unjuk kebolehannya dalam mengolah bahan yang sering kita anggap sampah jahat ini. Dengan peralatan sederhana semisal gunting, benang, jarum, manik, setrika, aluminium foil, plastik bekas tadi, dan dengan tehnik sederhana bisa dibuat menjadi bahan yang berwarna warni dan motif yang unik. Kegiatan ini dihadiri oleh 29 peserta yang sebagian besar berasal dari SMK 2 Somba Opu Gowa, dan JOCV JICA (Junior Expert). Beberapa peserta yang hadir juga merupakan anak magang pada kantor Lingkungan Hidup Kota Makassar untuk membantu program pengelolaan sampah. Hasil buatan dari peserta terlihat cantik dan beragam. Sebagian dari mereka bahkan sudah mulai mengembangkan kreativitas dalam membuat model dan motif plastiknya.

Rumpun Perempuan sebagai mitra MAMPU di Sulawesi Tenggara menyelenggarakan aksi kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang didukung oleh

Australian Aid dan Yayasan BaKTI. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dalam mengkampanyekan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Kendari. Rumpun Perempuan juga didukung segenap mitra di Sulawesi Tenggara, antara lain Solidaritas Perempuan, Jaringan Radio Komunitas, Kohati, HMI Kendari, Badan KB dan PP Kota Kendari, BPJS Kesehatan, HMI Kom Kedokteran, dan BEM Universitas Haluoleo. Bertempat di eks MTQ, Kendari, mereka mengadakan kegiatan senam sehat yang diikuti oleh banyak peserta, mulai dari anak muda, ibu-ibu, dan juga bapak-bapak. Aksi ini mengangkat tema “Wujudkan Pelayanan Publik yang Ramah Perempuan dan Anak”. Dalam kegiatan ini Badan PP dan KB, Rumpun Perempuan dan BEM Universitas Haluoleo memberikan sosialisasi serta ajakan untuk menolak aksi kekerasan terhadap perempuan.Panitia juga mengajak peserta untuk berpartisipasi mendukung 5 tema MAMPU dengan membubuhkan tanda tangan pada sebuah spanduk.

Kampanye Anti Kekerasan Dengan Cara Gembira

21 Desember 2014

Ketika Kantong Kresek diolah menjadi Asesoris Cantik

19 Desember 2014 Karenanya, tidak lengkap rasanya ke Kota Ternate Provinsi Maluku Utara bila b e l u m m e m bawa p u l a n g Pakesang. Pakesang adalah merek dagang tunggal yang bernaung dalam Perusahaan dagang Indonesia Timur Mandiri ( Intima) . Merek dagang itu sengaja digunakan mengingat pakesang adalah oleh-oleh khas orang Ternate yang dibawa pulang ke rumah setelah menghadiri hajatan A q i q a h , Ta h l i l a n a t a u Khataman. Jika sebelumnya orang yang datang ke Ternate hanya membawa pulang oleh-oleh seperti biskuit kenari, bagea kenari, makaron, dan roti kenari, kini pilihan oleh-oleh makin beragam. Merek dagang Pakesang mengenalkan keripik pisang mulut bebek, keripik sukun, keripik ubi jalar, tepung sukun, tepung pisang dan dodol mulut bebek, juga Batata balado. Tak lupa kopi rempah, bubuk biji pala, bubuk kayu manis dalam kemasan toples maupun eceran. Harganya pun tidak mahal-mahal amat. Keripik pisang mulut bebek yang sudah dikemas dalam plastik seberat 150 gram dijual dengan harga Rp. 18.000, kopi rempah dipasarkan seharga Rp. 20.000/toples kecil (150 gram), bubuk kayu manis 40 gram dijual Rp. 11.000,. Semua jenis pakesang didistribusikan ke pasar rakyat dan mal di Kota Ternate, antara lain Jati Land Mal, mini market, dan Pasar Kie Raha. Selain Ternate, produk industri rumahan ini juga dipasarkan ke Ambon, Kendari, Manado, Palu dan Surabaya. Enam orang tenaga kerja yang masih kerabat dekat ditambah dua orang dari kampung makassar (tetangga) bekerjasama memenuhi permintaan pasar. Dalam mengembangkan usahanya, usahawan bertekad baja ini melibatkan masyarakat lokal di Kota Ternate dan Halmahera Barat. Untuk Kota Ternate, kerjasama yang dirintis dengan petani adalah penyiapan bahan baku berupa kayu manis dan kulit pala. Kulit pala yang biasanya dibuang, kini diolah menjadi penyedap bumbu masak. Adapun dengan petani di Halmahera Barat, dibangun kerjasama pada penyiapan bahan dasar pisang mulut bebek yang setiap minggunya dikirim menggunakan kapal laut. Industri rumahan ini membutuhkan setidaknya 100 tandan pisang mulut bebek setiap harinya. Wajar, jika ada 10 kelompok di Halmahera Barat dan 10 kelompok lainnya di Pulau Ternate yang diajak bekerjasama. Masing-masing kelompok terdiri dari

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109

10 orang petani. Total petani yang diajak kerjasama adalah 200 orang. Pisang mulut bebek juga didatangkan dari Galela dan Tobelo di daratan utara Pulau Halmahera. Seiring bertambahnya permintaan pasar, bahan baku menjadi terbatas dan nyaris langka. Namun, kelangkaan bahan baku kayu manis dijawab Pak Samin dengan membudidayakan bibit kayu manis merah ke kampung halamannya di Seram. Sekarang tinggal menunggu panen katanya. Adapun alat pengiris dan penggorengan yang masih manual terus diujicoba model rancangannya di Surabaya agar mendapatkan bentuk dan kegunaan yang sempurna. Deny Tjan dari BAPPEDA Provinsi Maluku Utara mengapresiasi usaha Pak Samin yang awalnya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Provinsi Maluku Utara, tepatnya di Dinas Pekerjaan Umum atau Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pak Samin telah meningkatkan nilai tambah hasil pertanian khas Maluku Utara. Deny hanya mengingatkan Pak Samin agar dapat menjamin semua hasil produksinya tetap higenis. Semua produk Pakesang telah mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara. Dengan modal sendiri kemudian dibantu Yayasan Diahi melalui program pinjaman lunak kerjasama dengan BPR Malifut Danatama, kini pendapatan usahanya setiap bulan sudah melampaui gajinya sebagai PNS. “Saya berharap tak lama lagi berbagai produk khas Maluku Utara bisa menguasai kawasan timur Indonesia”, ujar Pak Samin menutup diskusi.

LemINA kembali mengadakan Program Nulis Bareng Sobat untuk yang kedua kalinya. Kegiatan yang diselenggarakan di Kantor

BaKTI ini memfasilitasi para guru Sekolah Dasar. Dalam pelatihan ini hadir Indah Arifah Febriany sebagai fasilitator. Ia adalah seorang blogger yang juga bekerja sebagai tim IT dan kreatif Kompas TV Makassar. Indah telah aktif menulis artikel sejak 2012 dan telah menerbitkan beberapa buku. Inti dari kegiatan ini adalah meningkatkan minat para guru untuk menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah kebiasaan. Sehingga dibutuhkan motivasi yang kuat bagi para peserta. Mendukung hal ini, LemINA menghadirkan Ibu Syawaliah Magribah, guru yang juga aktif sebagai blogger. Beliau aktif di komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis Makassar. Ibu Syawaliah Magribah pernah menerima sertifikat sebagai Guru Blogger Inspiratif dari Gerakan Indonesia Terdidik. Melalui mini workshop ini, LemINA menyarankan kepada peserta untuk giat dalam melatih diri dengan menulis tentang pembelajaran di kelas.

Mini Workshop Blog Pemula bagi Guru Sekolah Dasar

30 Desember 2014

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Maluku Utara dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Foto Tham

rin Husain

Page 44: No. 109 Januari - Februari 2015 fileSekolah Kampung Alternatif Wujudkan Generasi Emas Papua Perempuan, Kemiskinan, dan Program Nasional ... informasi pembangunan dari Kawasan Timur

Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dalam Konteks Kekinian Indonesia

Buku ini merupakan prosiding semiloka pembangunan kawasan timur Indonesia. Serial semiloka ini mengambil tema besar dan aktual dalam usaha mempercepat pembangunan negara-negara berkembang di dunia, yakni mendorong pertumbuhan inklusif kawasan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan nasional. Tujuan serial ini adalah untuk mendorong perumusan kebijakan yang bersifat evidance based policy making pada berbagai bidang pembanguna, khususnya pembangunan regional nasional.

EDITOR Djunaidi Dachlan dan Sultan Suhab P3KM UNHAS PENERBIT

Prof. W.I.M. Poli PENULIS ISBN 978-602-03-0490-8

Rekam Jejak JK: Sebuah Kajian Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan JK terkenal tegas, lugas, dan terkadang mengejutkan. JK Merupakan sosok pemimpin yang unik. Melalui buku ini penulis menyajikan analisanya mengenai langkah-langkah, siasat, kiat dan torehan jejak JK selama ini. Penulis juga menelisik tiap kisah masa kanak-kanak, remaja dan dewasa JK, termasuk dengan siapa ia bersosialisasi. Melalui gambaran ini dapat terlihat jelas faktor-faktor penentu mengapa JK bisa menjadi seperti sekarang.

Melangkah Maju Bersama Indonesia: 40 Tahun CSR AstraPENULIS Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec 978-979-1291-50-7 ISBN

Astra adalah salah satu perusahaan yang mampu berkembang pesat dalam kurun waktu 57 tahun sejak didirikan. Program CSR yang didirikannya pada tahun 1974 telah berlangsung 40 tahun semakin membuat usaha Astra semakin berkelanjutan dan berkembang luas dengan mampu mengelola dampak sosial dan lingkungan. Buku ini mencoba menelaah empat pilar utama CSR yang ditangani Astra, yakni Pendidikan, Lingkungan, Usaha Kecil Menengah dan Kesehatan.

Terimakasih kami ucapkan atas sumbangan buku dari P3KM UNHAS, Prof. W.I.M. Poli, Bapak Asril Arilaha dan ASTRA.

Buku tersebut dapat dibaca di Perpustakaan BaKTI.

InfoBuku

Postur Hukum di Daerah: Fenomena Penegakan Hukum di Maluku Utara

Postur hukum di daerah sampai pada derajat tertentu sama dengan postur hukum khususnya penegakan hukum di pusat. Dalam konteks negara kesatuan, pemerintah pusat adalah pemegang kekuasaan pemerintahan yang bersifat tunggal. Yang didelegasikan ke daerah adalah kewenangan dalam kekuasaan yang menjadi asal usul kewenangan pemerintah daerah. Buku ini memotret kasus-kasus hukum seperti korupsi yang terjadi di Maluku Utara. Maluku Utara yang dikenal kaya dengan hal-hal bijak, dalam kenyataan yang dituliskan buku ini tidak memiliki kekuatan andal dalam hukum.

Margarito Kamis PENULIS ISBN 978-602-9143-77-5