nondirective
TRANSCRIPT
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 1
MODEL PEMBELAJARAN
NONDIRECTIVE TEACHING : COUNSELING METHOD AS A MODEL
Initiators : Carl Rogers https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
SKENARIO
John Debro, laki-laki berumur 26 tahun yang berprofesi sebagai pembelajar di wilayah pinggiran kota Chicago. Ia sedang memperhatikan pebelajar yang bernama Mary Ann Fortnay. Mary Ann adalah seorang pebelajar yang berkemauan kuat untuk melakukan tugas literature dan menulis short story dengan sempurna. Namun sayangnya, dia merasa enggan untuk membagi karyanya dengan anggota kelompok lain dalam kelas dan tidak pernah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pentas seni.
Mr. Denbro mengangap bahwa masalah ini tidak bisa dipaksakan, namun dia tetap menginginkan Mary Ann dapat menjelaskan mengapa dia merasa enggan untuk mengikuti pertunjukkan dalam memperlihatkan bakat dan kemampuannya. Mr. Denbro menginginkan Mary Ann untuk membuat sebuah keputusan untuk berpartisipasi aktif dan membagi gagasannya pada orang lain.
Pada suatu sore, Mary meminta Mr. Denbro membaca salah satu karyanya dan memberikan komentar atas karya tersebut.
Mary Ann : Mr.Denbro, bisakah anda membaca karya saya ini? Denbro : Ok, tentu saja Mary Ann. Apakah ini Cerita pendek yang lain? Mary Ann : Bukan, beberapa puisi yang saya kerjakan. Saya merasa karya saya
kurang bagus, tapi saya ingin anda memberikan pendapat tetang puisi ini.
Denbro : Kapan kamu menulis ini semua? Mary Ann : Dua minggu yang lalu, pada hari Minggu sore Denbro : Apakah kamu ingat, gagasan apa yang muncul di kepalamu pada saat
mulai menulis puisi? Mary Ann : Saya merasa sedih saat mengingat kenanganku sebulan yang lalu saat
kita membaca “ The Waste Land.”Saya merasa ada banyak hal yang ingin dikatakan namun tak bisa diungkapkan dengan cara biasa. Saya suka kalimat pertama,” April adalah bulan paling menyenangkan, dimana banyak tumbuh tanaman lilac pada tanah yang sudah mati.
Denbro : Dan perasaan itukah yang kamu tulis disini ? Mary Ann : Ya, itulah yang saya rasakan saat pertama kali akan menulis. Denbro : ( membaca beberapa saat kemudian mengalihkan pandangan pada
Mary). Mary Ann, ini benar-benar bagus. Mary Ann : apa yang menjadi kriteria sebuah puisi dikatakan bagus,Mr. Denbro? Denbro : Baiklah, ada beberapa jenis penilaian dalam poetry. Ada beberapa
metode yang bersifat teknis dan harus dilakukan dengan ekspresi
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 2
berbeda satu sisi menggunakan metafora dan analogi sedangkan yang lain menggunakan literature yang lain. Sedangkan metode yang lain erat kaitannya dengan subjektivitas dan melibatkan kualitas ekspresi, keindahan kata-kata yang tersusun dalam puisi itu sendiri.
Mary Ann : Saya sangat merasa nyaman saat menulisnya, namun saat membacanya kembali, puisi saya terkesan ganjil dan seperti orang bodoh.
Denbro : Apa maksudmu? Mary Ann : Saya tidak tahu. Saya hanya merasa malu jika orang lain melihat puisi
saya. Denbro : Memalukan? Mary Ann : Saya benar-benar tidak mengerti. Yang saya tahu jika puisi ini dibaca
keras dengan nyaring di depan kelas, saya akan mati karena malu Denbro : Apakah kamu benar-benar merasa seisi kelas akan menertawakan
karyamu? Mary Ann : Oh, jelas…. Karena mereka tidak akan mengerti. Denbro : Bagaimana dengan cerpenmu? Apa pendapatmu tentang karyamu ya ng
satu ini? Mary Ann : Anda tahu bahwa saya tak ingin ada orang yang melihat dan membaca
apa yang saya tulis. Debro : Kamu benar-benar ingin membuangnya sehingga tidak seorangpun yang
akan melihat dan membacanya? Mary Ann : Ya. Saya pikir begitu. Saya tidak tahu secara jelas, tapi saya yakin kalau
tidak ada seorang pun di kelas yang bisa memahaminya. Debro : Dapatkah kamu membayangkan akan ada seseorang yang dapat
mengerti karya-karyamu itu? Mary Ann : Saya tidak tahu. Mungkin tidak ada yang memahaminya disini, tetapi
diluar sana bisa memahami karya-karya saya. Debro : Bagaimana dengan orang tuamu? Mary Ann : Oh, mereka sangat menyukai apapun yang saya tulis. Debro : Baiklah, berarti bertambah menjadi 3 orang. Bagaimana dengan yang
lainnya? Mary Ann : Saya rasa orang dewasa akan menyenangi karya saya, namun tidak
dengan anak-anak. Debro : Apakah anak-anak adalah golongan yang berbeda dengan orang dewasa
dalam hal ini? Mary Ann : Ya, anak-anak tidak terlihat tertarik dengan hal-hal semacam ini. Saya
rasa mereka akan mengacuhkan siapa pun yang menghasilkan suatu karya.
Debro : Apakah kamu memperkirakan hal ini juga terjadi pada penulis yang karyanya dibacakan di depan kelas.
Mary Ann : Ya, kadang-kadang memang begitu. Namun saya pikir, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menikmati jalan ceritanya, dan bukan pada penulisnya.
Denbro : Apakah kamu memperkirakan hal ini juga terjadi pada penulis teks yang karyanya dibacakan di depan kelas?
Mary Ann : Ya, kadang-kadang memang begitu. Namun saya pikir, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menikmati jalan ceritanya, dan bukan pada penulisnya.
Denbro : Ok. Mengapa kamu berpikir mereka tidak akan menyukai apa yang kamu tulis.
Mary Ann : Saya sama sekali tidak tahu alasannya Mr. Denbro. Saya hanya merasa
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 3
takut ,namun saya hanya bisa pasrah. Denbro : Ada sesuatu yang menghalangimu? Mary Ann : Dalam beberapa hal, saya benar-benar ingin tahu apakah orang-orang
akan mengapresiasi apa yang saya tulis. Namun saya tidak tahu bagaimana melakukannya.
Denbro : Bagaimana jika saya membacakan salah satu cerpen mu tanpa memberitahukan siapa penulisnya?
Mary Ann : Dapatkah anda berjanji? Denbro : Tentu saja, saya berjanji. Kemudian, kita akan mendiskusikan bagaiman
tanggapan teman-teman kamu. Kamu akan tahu mereka tidak akan tahu siapa penulisnya.
Mary Ann : Saya tidak tahu, tapi saya tertarik dengan tawaran anda. Denbro : Tergantung apa yang akan terjadi, kita akan menyusun strategi tentang
apa yang akan terjadi kemudian. Mary Ann : Saya rasa Anda benar, saya tidak punya alasan untuk dirugikan. Denbro : Mary Ann, Saya berharap kita akan selalu begitu saat kamu tidak punya
alasan untuk dirugikan. Namun, selalu ada resiko saat mengumumkan identitas diri kita sendiri.
Mary Ann : Apa maksud anda dengan mengumumkan identitas diri? Denbro : Saya harus pergi sekarang – tetapi saya akan memilih salah satu dari
ceritamu untuk dibaca minggu depan, kemudian kita akan membicarakan apa yang akan terjadi pada Hari Rabu.
Mary Ann : Ok. Dan Anda berjanji tidak akan membuka identitas saya? Denbro : Saya berjanji. Saya akan bertemu Rabu depan setelah jam sekolah usai. Mary Ann : Ok. Terimakasih banyak Mr. Denbro. Selamat berakhir pekan.
PENDAHULUAN
Model pengajaran tanpa arahan (The Nondirective Teaching Model) didasarkan pada karya Carl Rogers dan beberapa ahli lainnya yang sejalan. Rogers memperluas pandangan pada dunia pendidikan sebagai suatu terapi tentang cara belajar. Dia percaya bahwa hubungan yang positif antara manusia memungkinkan setiap orang tumbuh, karena itu pembelajaran harus didasarkan atas konsep hubungan antar manusia seharusnya berbeda dengan pembelajaran konsep materi subyek. Dalam pandangan pengajaran non directive, peranan pembelajar adalah fasilitator yang memiliki hubungan sifatnya pengarahan/bimbingan dengan pebelajar dan yang akan membimbing pertumbuhan dan perkembangan pebelajar. Dalam peran ini pembelajar berusaha melihat pebelajar seperti pebelajar melihatnya, menciptakan atmosfir komunikasi empati dimana pengarahan diri pebelajar dapat dipelihara dan dikembangkan. Dengan menggunakan komentar yang reflektif, pembelajar memunculkan kesadaran pebelajar mengenai persepsi dan perasaan mereka, oleh karena itu membantu mereka menjelaskan gagasan-gagasan mereka. Pembelajar membantu pebelajar mengeksplorasi ide-ide baru tentang hidupnya, tentang sekolahnya, dan hubungan dengan yang lainnya. Model ini menciptakan lingkungan diman pembelajar dan pebelajar adalah partner belajar, berbagi ide-ide secara terbuka, dan berkomunikasi secara jujur satu dengan yang lainnya.
Model non directive mengarahkan/ membimbing pebelajar, bukannya mengontrol urutan belajar. Penekanan lebih difokuskan pada pengembangan belajar jangka panjang, pengembangan personaliti yang diarahkan dengan baik dibandingkan dengan pembelajaran
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 4
jangka pendek atau pembelajaran konten obyektif. Pembelajar pada pengajaran nondirective sangat sabar dan tidak perlu mengorbankan pebelajar dengan pencapaian hasil yang segera.
ORIENTATION TO THE MODEL
Model non directive memfokuskan pada fasilitas belajar. Lingkungan belajar diorganisasikan untuk membantu pebelajar mencapai integrasi personal, keefektifan, dan penilaian diri yang realistis. Menstimulasi, memeriksa, dan mengevaluasi persepsi baru mengambil peran penting, karena pemeriksaan kembali kebutuhan dan nilai penting untuk integrasi lingkungan. Dalam hal ini pembelajar mencoba melihat pebelajar sebagaimana pebelajar memandangnya, menciptakan lingkungan komunikasi yang empati dengan pengarahan diri secara terbimbing. Tugas pembelajar adalah membantu pebelajar untuk mengklarifikasi ide-idenya. Pembelajar juga mengarahkan pebelajar dengan penuh perhatian dan siap membantu pebelajar bila diperlukan. Hubungan pembelajar dan pebelajar dilukiskan sebagai hubungan kemitraan (partnership)
Pengajaran tanpa arahan adalah proses belajar yang mana pebelajar sebagai pusat (student-centered). Menurut Rogers, terdapat empat kualitas dalam atmosfir mengajar non directive:
1. Pembelajar menunjukkan kehangatan dan tanggungjawabnya, menunjukkan perhatian dan menerima pebelajar sebagai apa adanya.
2. Pembelajar tidak menghakimi atau mencari salah atau benar, melainkan mengkarakterisasi pada penerimaan setiap perasaan.
3. Pebelajar bebas untuk mengekspresikan perasaannya secara simbolis tetapi tidak diberi kebebasan untuk mengontrol pembelajar.
4. Hubungan yang terjadi bebas dari paksaan. 5. Setiap tugas pembelajaran dipandang sebagai kesempatan untuk membantu
pebelajar tumbuh sebagai seseorang. Pendekatan nondirective menyatakan bahwa alat paling efektif untuk membuka
emosi-emosi yang mendasari suatu masalah adalah dengan mengikuti pola perasaan pebelajar ketika secara bebas diekspresikan. Daripada mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung untuk tujuan memunculkan perasaan, pembelajar membiarkan pebelajar mengarahkan arus perasaan dan pikiran. Jika pebelajar mengekspresikan diri mereka sendiri secara bebas, masalah dan emosi-emosi dasar mereka akan muncul. Proses ini difasilitasi dengan merefleksikan perasaan-perasaan pebelajar, oleh karena itu membawa mereka kedalam kesadaran focus yang lebih tajam.
Konseling nondirective memfokuskan pada elemen emosional perilaku. Strategi nondirective biasanya melihat dua sumber masalah pebelajar, yaitu; 1) perasaan-perasaan yang ada, 2) persepsi yang menyimpang.
Pembelajar dan pebelajar berbagi tanggung jawab pada saat diskusi atau interview dilaksanakan, dengan demikian pada saatnya pembelajar harus mengambil alih tanggung jawab (lead-taking) untuk mengarahkan atau memelihara percakapan atau diskusi. Pembelajar memimpin pebelajar untuk mulai diskusi, berbicara secara terbuka, dan memberikan pengarahan pada pebelajar dengan siapa mereka seharusnya dapat mendiskusikan masalahnya.
Pandangan terhadap pengajaran non directive mengalami beberapa masalah:
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 5
1. Tanggung jawab terbagi 2. Bimbingan tersusun atas serangkaian tanggungjawab yang terjadi dalam urutan yang
tidak dapat diprediksi. 3. Untuk dapat menguasai pengajaran non directive, pembelajar harus belajar prinsip
umum, bekerja untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap yang lain, menguasai ketrampilan non directive.
4. Latihan membuat kontak dengan pebelajar dan meresponnya, menggunakan keterampilan yang diturunkan dari teknik bimbingan non directive.
Table 9-1 Respon-respon Tanpa Arahan dalam Hal Wawancara
Respons tidak terarah terhadap perasaan
Respons memberikan bimbingan
1. Penerimaan yang sederhana 2. Refleksi perasaan 3. Penguraian Materi
1. Menyusun struktur 2. Mengarahkan pertanyaan 3. Meminta pebelajar memilih dan
mengembangkan topik 4. Bimbingan tanpa arahan dan
pertanyaan-pertanyaan terbuka 5. Dorongan untuk berbicara
Table 9-2 Tahapan wawancara dalam Model tanpa arahan
TAHAP PERTAMA: MENJELASKAN KEADAAN YANG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN
TAHAP KEDUA: MENELUSURI MASALAH
Pembelajar mendorong pebelajar mengungkapkan perasaan dengan bebas
Pebelajar didorong untuk menjabarkan masalah Pembelajar menerima dan mengapresiasi perasaan
TAHAP KETIGA: MENGEMBANGKAN WAWASAN
TAHAP KEEMPAT: MERENCANAKAN DAN MEMBUAT KEPUTUSAN
Pebelajar mendiskusikan masalah Pembelajar menyemangati siswa
Pebelajar merencanakan urutan pertama dalam proses pengambilan keputusan Pembelajar menjelaskan keputusan yang mungkin diambil
TAHAP KELIMA: KETERPADUAN
TINDAKAN DILUAR WAWANCARA
Pebelajar mendapat wawasan yang lebih mendalam dan mengembangkan tindakan yang lebih positif. Pembelajar berfungsi sebagai penyemangat.
Pebelajar mulai melakukan tindakan yang positif
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 6
THE MODEL
1. Syntax (Struktur Pengajaran)
Meskipun pengajaran tanpa arahan sifatnya fleksibel dan tidak bisa diperkirakan, Roger menegaskan bahwa wawancara tanpa arahan memiliki beberapa tahapan. Ada 5 tahapan, yaitu:
1. Penjelasan mengenai keadaan yang membutuhkan bantuan. Tahap ini mencakup serangkaian pernyataan yang memberikan kebebasan pada pebelajar untuk mengungkapkan perasaan, sebuah persetujuan mengenai fokus umum dalam wawancara, pernyataan masalah, diskusi mengenai wawancara tersebut, dan penetapan prosedur tatap muka.
2. Melalui penerimaan pembelajar dan kejelasan masalah, pebelajar didorong untuk mengungkapkan perasaan positif dan negative serta mengatakan dan menjelaskan masalah yang ada.
3. Secara bertahap dan perlahan-lahan, pebelajar mulai mengembangkan wawasan yang dimilikinya; pebelajar merasakan ada makna baru dari pengalaman pribadinya, melihat adanya sebuah hubungan baru antar sebab dan akibat, serta memahami makna dibalik tingkah laku yang dirasakannya. Pada kebanyakan situasi, pebelajar diminta untuk menjelaskan masalah dan mengembangkan wawasan baru mereka mengenai perasaannya secara bergantian. Kedua aktifitas tersebut sama-sama diperlukan untuk mencapai kemajuan. Mendiskusikan masalah tanpa adanya penjelasan mengenai perasaan hanya menunjukkan bahwa pebelajar tersebut dijauhi.
4. Konsentrasi pebelajar diarahkan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan dengan mengacu pada masalah yang ada. Peran pembelajar pada tahap ini adalah menjelaskan dan memberikan beberapa alternative/pilihan.
5. Pebelajar melaporkan tindakan yang dilakukannya, mengembangkan wawasan, serta merencanakan tindakan yang lebih positif, terpadu, dan menunjukkan kemajuan.
SOCIAL SYSTEM
System social dalam strategi tanpa arahan mengharuskan pembelajar berperan sebagai fasilitator/reflector dan juga counselor bagi pebelajar. Namun, yang perlu ditekankan adalah bahwa pebelajar bertanggungjawab pada pengelolaan proses interaksi (kontrol); adanya pembagian kewenangan antara pebelajar dan pembelajar. Norma-norma dalam konteks ini menyangkut ekspresi perasaan secara bebas dan kemandirian pikiran serta perilaku. Reward, diberikan untuk pebelajar, tetapi punishment tidak diterapkan dalam strategi ini. Rewards dalam wawancara tanpa arahan (nondirective interview) bersifat intrinsik menuntut penerimaan,empati,dan pemahaman dari pembelajar.
PRINCIPLES OF REACTION
Tugas pebelajar didasarkan pada upaya pembelajar menggiring pebelajar terhadap prinsip-prinsip respon tanpa arahan. Pembelajar sebisa mungkin memahami pebelajar, berempati pada kepribadian dan masalah yang dihadapi, dan merespons dengan cara
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 7
membantu siswa menjabarkan masalah dan perasaannya, bertanggungjawab pada tindakan mereka, dan merencanakan sasaran dan metode dalam mencapai karakteristik pebelajar.
SUPPORT SYSTEM
Sistem dukungan untuk strategi ini beragam sesuai dengan kegunaannya pada proses wawancara. Pebelajar membutuhkan ruangan khusus yang tenang dan nyaman untuk melakukan proses pembelajaran secara individual (one-to-one).
APLICATION
Model pengajaran tanpa arahan dapat diterapkan pada situasi permasalahan seperti: masalah pribadi, social, dan akademik. Untuk masalah pribadi, pebelajar menjelaskan perasaan mereka mengenai dirinya sendiri. Untuk masalah sosial, pebelajar mengungkapkan apa yang dirasakannya mengenai hubungannya dengan orang lain dan mencari tahu bagaimana perasaan dan penilaian terhadap diri sendiri tersebut dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Untuk masalah akademik , siswa menjelaskan perasaannya mengenai ketertarikan dan kemampuannya terkait segala hal dalam dunia akademiknya. Dalam setiap kasus dan permasalahan tersebut, materi wawancara harus selalu bersifat pribadi dan tidak eksternal; berpusat pada perasaan setiap individu,pengalaman,wawasan dan solusi.
INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS
Oleh karena aktifitas tidaklah diarahkan secara detail namun hanya ditentukan oleh pebelajar, maka pebelajar hanya berhadapan dengan pembelajar dan pebelajar lain, lingkungan tanpa arahan sangat begantung pada dampak penggiringnya, dengan dampak pembelajaran yang juga ditentukan oleh kesuksesan dalam membentuk perkembangan diri yang lebih efektif. Oleh karena itu, model ini bisa dianggap sebagai sebuah pembentukan secara keseluruhan. Namun, model ini lebih bergantung pada dampak yang dirasakan dalam lingkungan tanpa arahan dibanding memperhatikan pencapaian isi/materi dan ketrampilan melalui aktifitas yang dirancang secara khusus.
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 8
PEMBAHASAN
Model pembelajaran tanpa arahan adalah model yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar diorganisasi sedemikian rupa untuk membantu pebelajar mengembangkan integritas kepribadian, meningkatkan efektivitas serta membantu merealisasikan harapanpan atau cita-cita pebelajar. Model ini didasari asumsi bahwa pebelajar memiliki rasa tanggung jawab terhadap aktivitas belajarnya, karena keberhasilannya tergantung pada kemauan yang ada di dalam dirinya. Model ini pada prinsipnya adalah meletakkan peranan pembelajar untuk secara aktif membangun kerjasama yang diperlukan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan pada saat para pebelajar mencoba memecahkan masalah. Secara prinsip model ini digunakan dalam berbagai cara. Pertama, sebagai model dasar untuk melaksanakan pendidikan secara keseluruhan. Kedua, model ini digunakan dengan cara mengkombinasikannya dengan model lain untuk menjamin bahwa hubungan itu dibuat sendiri oleh para pebelajar. Ketiga, model ini digunakan pada saat pebelajar merencanakan kegiatan mandiri atau kelompok. Keempat, model ini dipakai secara periodik pada saat memberikan penyuluhan kepada para pebelajar, menemukan apa yang sedang mereka pikirkan dan rasakan, dan membantu mereka memahami apa yang mereka lakukan. Seperti halnya model lain, model ini telah dipergunakan dalam berbagai situasi dan berbagai mata pelajaran, dan secara khusus dirancang untuk mengembangkan “selfunderstanding” dan "independence", karena itu dapat dipakai secara efektif untuk mencapai tujuan yang bersifat sosial dan moral.
Model pembelajaran tanpa arahan dapat dipergunakan untuk berbagai bentuk situasi, baik personal, sosial maupun akademik. Berkaitan dengan masalah-masalah personal, setiap individu dapat mengeksplorasi berbagai perasaan tentang dirinya sendiri. Berkenaan dengan masalah-masalah sosial, pebelajar dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan dirinya dalam kaitannya dengan perasaan orang lain serta berusaha mengkaji bagaimana perasaan dirinya yang dapat berpengaruh terhadap hubungan dengan orang lain tersebut. Berkenaan dengan persoalan akademik pebelajar dapat mengeksplorasi perasaannya berkaitan dengan kompetensi dan minat dirinya. Peran pembelajar adalah memfasilitasi terjadinya proses belajar didorong oleh kemauan dan rasa tanggung jawab. Dalam keadaan ini pembelajar harus dapat merespon dan menerima pikiran-pikiran pebelajar, perasaan-perasaan mereka, dan dapat meyakinkan pebelajar bahwa semua pikiran dan perasaan mereka diterima oleh pembelajar.
Implementasi model pembelajaran tanpa arahan lebih banyak dilakukan dalam bentuk interviu tidak langsung yang dilakukan melalui beberapa urutan yang terbagi dalam lima fase. Fase pertama, membantu pebelajar mendefinisikan situasi. Pada fase ini pembelajar berupaya mendorong tumbuhnya kebebasan untuk mengekspresikan perasaan pebelajar. Fase kedua, adalah menemukan masalah. Pada fase ini pebelajar dimotivasi untuk, mendefinisikan masalah. Pada situasi ini pembelajar berupaya menerima dan memahami perasaan-perasaan pebelajar. Fase ketiga, mengembangkan pemahaman/pengertian pebelajar. Pada tahap ini pebelajar difokuskan kegiatannya untuk mendiskusikan masalah, dan pembelajar berperan memberikan dorongan sehingga tumbuhnya motivasi dan keterlibatan pebelajar. Fase keempat, merencanakan dan merumuskan keputusan. Pada tahap ini pebelajar didorong untuk merencanakan bentuk-bentuk keputusan yang akan diambil dari masalah yang dibahas. pembelajar berperan memberikan klarifikasi tentang bentuk-bentuk keputusan yang mungkin dapat dirumuskan. Fase kelima, integrasi dimana para pebelajar mendapatkan pemahaman lebih mendalam dan mengembangkan tindakan-
BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 9
tindakan positif. pembelajar berperan memberikan dorongan agar pebelajar memiliki motivasi di dalam kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd). USA: Prentice-Hall, Inc. Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar: