novita praistia - digilib.uns.ac.id/degra… · degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange pada...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
DEGRADASI FOTOELEKTROKATALITIK METHYL ORANGE
PADA ELEKTRODA LAPIS TIPIS TiO2 TERSENSITISASI
Disusun Oleh :
NOVITA PRAISTIA
M0308018
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Sains Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
“DEGRADASI FOTOELEKTROKATALITIK METHYL ORANGE PADA
ELEKTRODA LAPIS TIPIS TiO2 TERSENSITISASI” belum pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Surakarta, September 2012
Novita Praistia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
DEGRADASI FOTOELEKTROKATALITIK METHYL ORANGE
PADA ELEKTRODA LAPIS TIPIS TiO2 TERSENSITISASI
NOVITA PRAISTIA
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Telah dilakukan fotoelektrodegradasi methyl orange dengan menggunakan material fotokatalis TiO2 tersensitisasi kompleks Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid. TiO2
disintesis melalui proses sol gel dengan bahan awal titanium (IV) tetraisopropoksida (TTiP) yang selanjutnya dilapistipiskan diatas plat indium tin oxide (ITO).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja fotoelektroda ITO/TiO2/dye di daerah tampak yang meliputi pengaruh tegangan, lama penyinaran sinar tampak, pH larutan, dan konsentrasi larutan elektrolit NaCl. Identifikasi dan karakterisasi komposit dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis dan difraksi sinar X (XRD).
Hasil penelitian menunjukkan puncak karakteristik XRD TiO2 pada 2θsebesar 25,35°; 37,90°; 48,10°; 54,15°; dan 54,95° yang merupakan hasil difraktogram kristal TiO2 anatase. Karakteristik UV-Vis menunjukkan pergeseran panjang gelombang pada 516 nm. Kondisi optimum degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dengan fotokatalis lapis tipis ITO/TiO2/dye diperoleh pada tegangan -1V, pada pH 3 dengan waktu penyinaran sinar tampak selama 3 jam serta konsentrasi larutan elektrolit NaCl sebesar 1 M.
Kata Kunci: Degradasi fotoelektrokatalitik, methyl orange, TiO2, dye
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
Photoelectrocatalytic Degradation of Methyl Orange by Using Sensitized
TiO2 Thin Layer Electrode
Novita Praistia
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Science
Sebelas Maret University
Abstract
Photoelectrodegradation of methyl orange using sensitized TiO2
photocatalyst material Fe complexes with ligands 1,10-phenanthroline, 2,2-bipyridine, and 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid has been done. TiO2 hasbeen synthesized by sol gel process with the starting material titanium (IV) tetraisopropoxide (TTiP) lined trimmed on indium tin oxide (ITO).
This study aims to determine the performance of ITO/TiO2/dyephotoelectrode in visible area that includes the influence of voltage, the time of visible light irradiation given, the pH solution and electrolyte concentrations of NaCl solution. Identification and characterization of composites made with UV-Vis spectrophotometer and X-Ray Diffraction (XRD).
The results showed the characteristic XRD peaks of TiO2 on 2θ 25.35°: 37.90°: 48.10°: 54.15°, and 54.95° which is the result of anatase TiO2 crystal difraktogram. Characteristics of UV-Vis showed a shift in wavelength at 516 nm. The optimum conditions photocatalyst photoelectrocatalytic degradation ofmethyl orange with a thin layer ITO/TiO2/dye obtained at the voltage -1V, at pH 3 with visible light irradiation time for 3 hours and the concentration of electrolyte solution of NaCl 1 M.
Key Words: Photoelectrocatalytic degradation, methyl orange, TiO2, dye
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
“Cogito ergo sum”
(aku berpikir maka aku ada)
-Socrates-
“Our greatest glory is not in never falling… but in rising every time we fall”
-Confucius-
“Until you try, you don’t know what you can do”
-Henry James-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecilku ini untuk:
Mama dan Bapak, hanya dengan “wasilah” mereka, aku ada
Bima Raymondo Chardin. Keceriaan itu menumbuhkan senyuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan
salam senantiasa terlimpah curahkan kepada al-Mushthofa Sayyidinaa
Muhammad, Rasulullah SAW dan para Sahabat serta Ahli Baitnya.
Skripsi yang berjudul “Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange
pada Elektroda Lapis Tipis TiO2 Tersensitisasi” ini disusun atas dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc, (Hons.) Ph.D selaku Dekan
FMIPA UNS.
2. Bapak Dr. Eddy Heraldy, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNS.
3. Dr. Sayekti Wahyuningsih, M.Si selaku pembimbing I, atas bimbingan,
dorongan, arahan, dan ilmu yang telah diberikan.
4. Candra Purnawan, M.Sc selaku pembimbing II, atas bimbingan, ilmu, dan
wawasan tentang logika yang diberikan.
5. IF. Nurcahyo, M.Si selaku Ketua Lab. Kimia Dasar, FMIPA, Universitas
Sebelas Maret, beserta laboran mbak Nanik dan mas Anang atas bantuannya
selama di laboratorium kimia.
6. Dr. rer. nat. Atmanto Heru Wibowo, M.Si selaku Ketua Sub Lab. Kimia Pusat
MIPA Universitas Sebelas Maret, beserta laboran (Mbak Retno, Pak Ken, Pak
Baz, Mbak Wati, dkk).
7. Seluruh Dosen di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sebelas Maret, atas ilmu yang telah diberikan.
8. Seluruh keluarga besar Kimia ‘08 yang telah banyak mengalami masa suka
maupun duka bersama serta selalu membantu dan memberikan semangat dan
menjadi tempat keluh kesah penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas jerih payah dan pengorbanan yang telah
diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi pembaca.
Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamith Thoriiq
Surakarta, September 2012
Novita Praistia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1. Identifikasi Masalah......................................................................... 3
2. Batasan Masalah .............................................................................. 6
3. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 8
1. Degradasi Fotoelektrokatalitik (Fotoelektrodegradasi) ..................... 8
2. Zat Warna ...................................................................................... 13
3. Semikonduktor Lapis Tipis TiO2.................................................... 14
4. Sensitisasi Semikonduktor ............................................................. 16
5. Model Pengikatan TiO2 dengan Dye............................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
6. Analisis.......................................................................................... 19
a. Difraksi Sinar X......................................................................... 19
b. Spektra UV-Vis ......................................................................... 21
B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 22
C. Hipotesis............................................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 25
A. Metode Penelitian .............................................................................. 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 25
C. Alat dan Bahan .................................................................................. 25
1. Alat-Alat yang Digunakan.............................................................. 25
2. Bahan-Bahan yang Digunakan ....................................................... 26
D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 27
1. Pembuatan Elektroda ITO/TiO2-Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin,
2,2-bipiridin dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid ................. 27
2. Pengukuran Proses Degradasi Fotoelektrokatalitik ......................... 27
a. Variasi Tegangan....................................................................... 27
b. Variasi Waktu............................................................................ 28
c. Variasi pH ................................................................................. 28
d. Variasi Konsentrasi Elektrolit .................................................... 29
3. Analisis Material Elektroda............................................................ 29
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 29
1. Pengumpulan Data ......................................................................... 29
2. Analisis Data.................................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis dan Karakterisasi Titanium Dioksida (TiO2) ......................... 31
B. Sintesis dan Karakterisasi Dye ........................................................... 32
C. Sensitisasi Dye ................................................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
D. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange.................. 36
1. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Tegangan .......................................................................... 36
2. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Waktu Penyinaran Sinar Tampak ...................................... 41
3. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi pH Larutan ........................................................................ 42
4. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Konsentrasi NaCl .............................................................. 44
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 46
A. Kesimpulan........................................................................................ 46
B. Saran.................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nama dan sifat fisik methyl orange ...................................................... 14
Tabel 2. Panjang gelombang maksimum FeCl2.4H2O, ligan bpy, ligan dcbq,
ligan phen, dan dye (kompleks Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z) (x = 1-2, y =
1-2, z = 1) ............................................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kimia zat warna methyl orange......................................... 14
Gambar 2. Skema fotosensitisasi partikel semikonduktor TiO2 (CB = pita
konduksi, VB = pita valensi), [M] dan [M]* .............................. 17
Gambar 3. Geometri TiO2 anatase yang berikatan dengan katekol. Ti(5)
menunjukkan ion Ti4+ pentakoordinat yang secara langsung
mengikat katekol. Ti(6) menunjukkan ion Ti4+ heksakoordinat
yang berdekatan dengan katekol .................................................... 18
Gambar 4. Skema representasi dari transfer elektron antar muka setelah
penyerapan cahaya untuk cis-[Ru(dcbH2)2LL’] dengan beberapa
ligan tambahan .............................................................................. 19
Gambar 5. Spektra difraksi sinar X (XRD) TiO2 hasil sintesis ........................ 32
Gambar 6. Spektroskopi UV-Vis pada kompleks Fe dengan tiga ligan 1,10-
fenantrolin (phen), 2,2-bipiridin (bpy), dan 2,2-biquinoline-4,4-
dicarboxylic acid (dcbq) ............................................................... 33
Gambar 7. Grafik ITO/TiO2/dye ..................................................................... 35
Gambar 8. Penurunan konsentrasi zat warna (%) dengan variasi tegangan
(waktu 3 jam, [NaCl] = 0,05 M, dan [methyl orange] = 5 ppm) ..... 37
Gambar 9a. Skema sel fotoelektrokatalitik dengan potensial bias positif .......... 37
Gambar 9b. Skema sel fotoelektrokatalitik dengan potensial bias negatif ......... 39
Gambar 10. Grafik degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dengan
variasi tegangan............................................................................. 41
Gambar 11. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi waktu penyinaran
lampu halogen ([methyl orange] = 5 ppm, [NaCl] = 0,05 M, dan
tegangan = -1V) ............................................................................ 41
Gambar 12. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi pH larutan
([methyl orange] = 5 ppm, [NaCl] = 0,05 M, tegangan = -1V,
selama 3 jam) ............................................................................... 42
Gambar 13. Beberapa struktur methyl orange (a) cationic form (b) zwitterionic
form (c) anionic form .................................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Gambar 14. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi konsentrasi NaCl
([methyl orange] = 5 ppm, tegangan = -1V, selama 3 jam) ............ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Prosedur Kerja Sintesis dan Karakterisasi TiO2 ................ 51
Lampiran 2. Bagan Prosedur Kerja Pembuatan Lapis Tipis TiO2..................... 52
Lampiran 3. Bagan Prosedur Kerja Sintesis dan Karakterisasi Dye.................. 53
Lampiran 4. Bagan Prosedur Kerja Sensitisasi dan Karakterisasi Dye ............. 54
Lampiran 5. Bagan Prosedur Kerja Aplikasi Material Semikonduktor
ITO/TiO2/dye Hasil Sintesis untuk Degradasi Zat Warna Methyl
Orange........................................................................................ 55
1. Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange Variasi Voltase55
2. Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange Variasi Waktu
Penyinaran.............................................................................. 56
3. Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange Variasi pH
Larutan................................................................................... 57
4. Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange Variasi
Konsentrasi NaCl ................................................................... 58
Lampiran 6. Data Hasil Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange
dengan Variasi Voltase................................................................ 59
Lampiran 7. Data Hasil Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange
dengan Variasi Waktu Penyinaran Tampak ................................. 60
Lampiran 8. Data Hasil Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange
dengan Variasi pH Larutan.......................................................... 61
Lampiran 9. Data Hasil Degradasi Fotoelektrokatalitik Methyl Orange
dengan Variasi Konsentrasi NaCl................................................ 62
Lampiran 10. Pola Difraksi Sinar X dari TiO2................................................... 63
Lampiran 11. Pola Difraksi Sinar X dari TiO2 Anatase dan TiO2 Rutile pada
Standar JCPDS............................................................................ 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri tekstil merupakan industri yang memberikan kontribusi yang
cukup besar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini mengakibatkan buangan
limbah industri tekstil juga cukup besar. Produksi tekstil melewati beberapa tahap
proses yang semuanya berpotensi menghasilkan limbah, baik berupa limbah
padat, gas, maupun cair. Limbah cair industri tekstil bersumber dari proses
pewarnaan (dyeing), pencucian (washing), pengukuran (sizing), pencetakan
(printing), dan penyempurnaan (finishing) (Atmaji et al., 1999). Dampak negatif
industri tekstil terutama berasal dari proses pencelupan (dyeing). Limbah hasil
pencelupan dapat mencemari lingkungan apabila air limbahnya langsung dibuang
ke sungai atau selokan tanpa diolah terlebih dahulu. Warna limbah muncul karena
adanya gugus kromofor dalam zat warna tekstil yang digunakan pada proses
pencelupan. Zat warna methyl orange banyak digunakan dalam industri tekstil
terutama sebagai pewarna kain pada proses pencelupan.
Secara khusus, beberapa peneliti telah memanfaatkan semikonduktor
fotokatalis pada pengolahan limbah untuk mendegradasi zat warna. Metode
degradasi yang biasa digunakan adalah fotodegradasi, elektrodegradasi, dan
fotoelektrodegradasi. Houras (2000) melakukan penelitian tentang fotodegradasi
oleh sinar matahari dengan menggunakan katalis TiO2. Hasilnya menunjukkan
bahwa TiO2 mampu mendegradasi dan menghilangkan warna (decolorization)
senyawa metilen biru pada temperatur kamar yang menghasilkan produk akhir
berupa CO2, SO42-, NH4
+, dan NO3-. Gunlazuardi (2001) melakukan
fotoelektrodegradasi 10 ppm 2,4 diklorofenol menggunakan lapis tipis TiO2
dengan bahan penyangga logam dan sebagai counter elektroda dari batang nikel
krom dan disinari dengan lampu UV 10 W pada λ = 315-400 nm. Setelah waktu 4
jam didapatkan sekitar 30-45 % 2,4 diklorofenol bereaksi.
Oksida logam titanium (TiO2) banyak dilaporkan sebagai material
semikonduktor yang memiliki aktivitas fotokatalitik yang lebih tinggi, lebih stabil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
tidak beracun. Selain itu secara komersial serbuk TiO2 mudah didapat dan
diproduksi dalam jumlah besar. Kelemahan dari TiO2 memiliki energi gap yang
tinggi, sebanding dengan cahaya 388 nm (3,23 eV) yaitu pada daerah UV dekat
padahal hanya sekitar 4-6 % dari energi matahari yang mencapai permukaan
bumi di daerah UV (Cotton et al., 1999). Keterbatasan ini dapat diatasi dengan
modifikasi TiO2 oleh doping ion logam dan fotosensitisasi oleh berbagai senyawa
organik dan anorganik berwarna. Sehingga dapat memperpanjang fotorespon TiO2
di daerah tampak agar dapat digunakan untuk degradasi kontaminan organik
berwarna dan polutan organik lainnya (Longo et al., 2003).
Beberapa senyawa organik kromofor dan senyawa kompleks relevan
berhasil digunakan sebagai fotosensitiser seperti: methylene blue and rhodamine B
(Chatterjee and Mahata, 2002), 8-hydroxyquinoline (HOQ) (Chatterjee and
Mahata, 2001), kompleks tris (4,4’-dicarboxy-2-2’–bipyridyl) ruthenium (II) (Cho
and Choi, 2001), dan kompleks phthalocyanine (IIiev, 2002). Degradasi dengan
menggunakan radiasi cahaya visibel dari senyawa-senyawa aromatis fenol,
klorofenol, 1,2-dikloroetan, trikloroetilen dan surfaktan, seperti cetyl pyridinium
chloride (CPC; kationik), sodium dodecylbenzene sulfonate (DBS, anionik) dan
Triton-X 100 (netral) di dalam sistem pelarut air telah berhasil dilakukan
menggunakan TiO2 yang dimodifikasi dengan methylene blue dan rhodamine B
(Chatterjee and Mahata, 2002). Cho and Choi (2001) juga telah melakukan
percobaan pemanfaatan TiO2 yang disensitisasi kompleks tris (4,4’-dicarboxy-2-
2’–bipyridyl) ruthenium (II) untuk degradasi CCl4 dengan radiasi cahaya visibel.
Iliev (2002) melakukan fotooksidasi fenol dikatalisis TiO2 termodifikasi kompleks
phthalocyanine menggunakan radiasi tampak.
Pemilihan kompleks Fe dengan ligan-ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-
bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid didasarkan pada logam besi
terletak pada logam transisi dimana konfigurasi elektronnya d6 sama seperti logam
rutenium dan osmium, logam besi lebih mudah didapat karena kelimpahan di
alam lebih banyak dibandingkan logam lain, memiliki kuantum yang relatif tinggi
untuk menghasilkan sensitisasi pada nanokristalin TiO2, harganya lebih murah,
dan bisa diperoleh di Indonesia dengan mudah dibanding logam lain yang pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
diteliti sebelumnya, larut dalam pelarut polar, panjang gelombangnya pada daerah
UV-Vis (Sokolowska, 1995).
Pada penelitian ini dilakukan fotoelektrodegradasi zat warna methyl
orange pada elektroda lapis tipis TiO2 tersensitisasi dye Fe dengan ligan-ligan
1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid
menggunakan sumber radiasi tampak yang diperoleh dari lampu halogen 150 W.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Metode preparasi katalis yang lazim digunakan antara lain extruding,
tableting, sol gel, presipitasi, dan impregnasi (Xu et al., 1997; Bedja et al., 1995;
Othmer, 1993). Impregnasi ini mencakup impregnasi basah dan impregnasi
kering. Beberapa metode tersebut masing-masing memberikan hasil yang berbeda
terhadap sifat-sifat material hasil sintesis. Selain itu, tingkat kesulitan dalam
penerapan metode juga perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu perlu dipilih suatu
metode yang efektif dalam pembuatan lapis tipis ITO/TiO2 (ITO = indium tin
oxide).
Beberapa prekursor yang digunakan sebagai bahan awal pembuatan TiO2
antara lain larutan ammonium titanil oksalat (NH4)2TiO(C2O4)2H2O (Yamashinta
et al., 1999), titanium (IV) tetraisopropoksida (Ti-(O-C3H7)4) (Xu et al., 1999),
Titanium (III) klorida, dan Titanium (IV) klorida (Ehrman et al., 1999).
Ketersediaan prekursor merupakan salah satu yang harus dipertimbangkan.
Berdasar pada hal ini, perlu dipilih satu prekursor yang tepat dalam pembuatan
lapis tipis ITO/TiO2.
Beberapa metode dalam pembuatan lapis tipis antara lain split coating,
doctor blade, dan spin coating. Teknik pembuatan lapis tipis dengan metode spin
coating biasanya diaplikasikan untuk thin film, sedangkan untuk aplikasi solar
cell digunakan metode split coating dan doctor blade (Nening et al., 2010).
Sensitisasi semikonduktor dengan kompleks logam transisi semakin
banyak dipelajari karena dapat meningkatkan kisaran respon panjang gelombang
ke arah panjang gelombang tampak dari suatu bahan semikonduktor. Kompleks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
logam transisi yang mampu berperan sebagai fotosensitiser merupakan kompleks
logam yang memberikan warna akibat serapan senyawa kompleks di daerah
tampak. Logam yang berada pada tingkat oksidasi rendah, mempunyai
elektronegatifitas rendah, dan memiliki densitas elektron berlebih dapat
menghasilkan transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) yang akan
memperkuat serapan di daerah tampak. Beberapa peneliti telah mensintesis
kompleks sensitiser dengan logam Os(II), Cu(I), Re(I), Fe(II), dan Ir(III) (Whittle,
2001; Islam, 2001; Jayawera, 2001).
Beberapa senyawa organik kromofor dan senyawa kompleks relevan
berhasil juga digunakan sebagai fotosensitiser yaitu: methylene blue dan
rhodamine B (Chatterjee and Mahata, 2002), 8-hydroxyquinoline (HOQ)
(Chatterjee and Mahata, 2001), kompleks tris (4,4’-dicarboxy-2-2’–bipyridyl)
ruthenium (II) (Cho and Choi, 2001), dan kompleks phthalocyanine (IIiev, 2002).
Degradasi dengan menggunakan radiasi cahaya visibel dari senyawa-senyawa
aromatis fenol, klorofenol, 1,2-dikloroetan, trikloroetilen dan surfaktan, seperti
cetyl pyridinium chloride (CPC; kationik), sodium dodecylbenzene sulfonate
(DBS, anionik) dan Triton-X 100 (netral) di dalam sistem pelarut air telah berhasil
dilakukan menggunakan TiO2 yang dimodifikasi dengan methylene blue dan
rhodamine B (Chatterjee and Mahata, 2002). Cho and Choi (2001) juga telah
melakukan percobaan pemanfaatan TiO2 yang disensitisasi kompleks tris (4,4’-
dicarboxy-2-2’–bipyridyl) ruthenium (II) untuk degradasi CCl4 dengan radiasi
cahaya visibel. Iliev (2002) melakukan fotooksidasi fenol dikatalisis TiO2
termodifikasi kompleks phthalocyanine menggunakan radiasi tampak.
Penambahan sensitiser pada suatu material semikonduktor oksida akan
meningkatkan respon cahaya di daerah visible disebabkan oleh transisi elektronik
senyawa kompleks sensitiser melalui transisi d-d, MLCT (metal to ligand charge
transfer) atau MMLL’CT (mixed metal ligand to ligand charge transfer).
Fenomena ini dapat dikarakterisasi dengan spektra UV-Vis. Transisi elektronik
dari transisi d-d merupakan transisi terlarang (forbidden) yang memiliki karakter
absorptivitas molar relatif rendah ( = < 102 L mol-1 cm-1) (Huheey, et al.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
1993:440) sehingga kurang berperanan dalam proses transfer elektron dari
senyawa kompleks ke material semikonduktor.
Penggunaan material TiO2 sebagai semikonduktor fotokatalis banyak
menggunakan kristal TiO2 fase anatase. Telah banyak dilaporkan bahwa material
TiO2 dengan fase anatase memiliki fotorespon lebih baik dibandingkan fase rutile
(Gunlazuardi, 2001). Kristalinitas bahan dan jenis kristal dapat karakterisasi
dengan X-Ray Diffraction (XRD).
Sinar UV-Vis paling sering digunakan dalam fotodegradasi suatu zat,
tetapi kurang merepresentasikan sinar matahari. Oleh karena itu, sinar tampak
lebih direkomendasikan untuk proses degradasi fotoelektrokatalitik karena sinar
tampak memiliki sifat-sifat dari sinar matahari.
Degradasi fotoelektrokatalitik dari lapis tipis ITO/TiO2 diduga
bergantung pada besarnya tegangan yang diberikan. Oleh karena itu, perlu dikaji
tegangan optimum yang digunakan dalam proses degradasi fotoelektrokatalitik.
Keasaman larutan juga menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam proses
reaksi degradasi fotoelektrokatalitik pada zat warna, sehingga perlu dikaji tentang
pH optimum dalam proses degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
Penambahan konsentrasi elektrolit dalam batas tertentu dapat meningkatkan
kekuatan ionik yang diperlukan dalam proses degradasi fotoelektrokatalitik.
Degradasi fotoelektrokatalitik dari Ti bergantung pada banyaknya radikal
hidroksil yang terbentuk selama proses penyinaran. Hal ini disebabkan karena
radikal hidroksil menjadi pengoksidasi kuat senyawa-senyawa organik. Semakin
banyak hidroksil yang dihasilkan semakin besar pula degradasi
fotoelektrokatalitiknya. Oleh karena itu, perlu dikaji pula pengaruh lama
penyinaran terhadap efektivitas degradasi fotoelektrokatalitik zat warna.
Penurunan konsentrasi zat warna methyl orange biasanya dilihat pada penurunan
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
2. Batasan Masalah
Berbagai permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dibatasi sebagai
berikut:
a. TiO2 yang digunakan merupakan TiO2 hasil sintesis dengan proses sol gel dan
hidrotermal TTiP.
b. Pembuatan lapis tipis ITO/TiO2 menggunakan metode split coating.
c. Sensitisasi plat ITO/TiO2 dilakukan selama 24 jam direndam dalam kompleks
dye Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-
dicarboxylic acid.
d. Degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dipengaruhi oleh beberapa
parameter yaitu tegangan yang diberikan, lama penyinaran, pH, dan
konsentrasi NaCl sebagai larutan elektrolit.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang
akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah dari material plat ITO/TiO2/dye hasil sintesis dari TTiP memiliki
respon di daerah tampak?
b. Bagaimana pengaruh tegangan yang diberikan terhadap degradasi
fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange?
c. Bagaimana pengaruh lama penyinaran sinar tampak terhadap degradasi
fotoelektrokatalitik methyl orange?
d. Bagaimana pengaruh pH larutan terhadap degradasi fotoelektrokatalitik
methyl orange?
e. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan elektrolit NaCl terhadap degradasi
fotoelektrokatalitik methyl orange?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui respon fotoelektroda ITO/TiO2/dye hasil sintesis dari TTiP.
2. Mengetahui pengaruh tegangan terhadap degradasi fotoelektrokatalitik zat
warna methyl orange.
3. Mengetahui pengaruh lama penyinaran sinar tampak terhadap degradasi
fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
4. Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap degradasi fotoelektrokatalitik zat
warna methyl orange.
5. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan elektrolit NaCl terhadap degradasi
fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif penanganan
masalah limbah industri tekstil menggunakan elektroda lapis tipis TiO2
tersensitisasi dye Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-
biquinoline-4,4-dicarboxylic acid sehingga dapat dikembangkan untuk
pengolahan limbah terutama limbah zat warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Degradasi Fotoelektrokatalitik (Fotoelektrodegradasi)
Fotokatalitik adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya cahaya dan
material katalis. Dengan pencahayaan ultra violet permukaan TiO2 mempunyai
kemampuan menginisiasi reaksi kimiawi. Dalam media air, kebanyakan senyawa
organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air, berarti proses tersebut
dapat membersihkan air dari pencemar organik. Senyawa-senyawa anorganik
seperti sianida dan nitrit yang beracun dapat diubah menjadi senyawa lain yang
relatif tidak beracun (Hoffmann et al., 1995).
Jika suatu semikonduktor tipe n dikenai cahaya (hν) dengan energi yang
sesuai, maka elektron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita konduksi, dan
meninggalkan lubang positif (hole, disingkat h+) pada pita valensi. Sebagian besar
pasangan e- dan h+ akan berkombinasi kembali, baik di permukaan atau di dalam
bulk partikel. Sementara itu sebagian pasangan e- dan h+ dapat bertahan sampai
pada permukaan semikonduktor. Dimana h+ dapat menginisiasi reaksi oksidasi
dan di lain pihak e- akan menginisiasi reaksi reduksi zat kimia yang ada di sekitar
permukaan semikonduktor (Gunlazuardi, 2001).
Fenomena fotokatalitik pada permukaan TiO2 dan kemungkinan aplikasi
teknologinya menjadi lahan penelitian yang subur sampai saat ini. Luas jangkauan
kemungkinan aplikasinya meliputi bidang-bidang: diversifikasi energi
(fotoelectrochemical solar cell and water splitting), sintesa kimia organik
(fotoelectrosyntesis), pengolahan limbah (water or gas detoxification and
disinfection), pengembangan metode analis (TOC Analyzer, Selective Electrode),
bidang kedokteran (anti cancer), dan bidang material (self cleaning glass and
ceramics) (Hoffmann et al., 1995).
Elektrokatalitik adalah suatu proses yang dibantu dengan aliran listrik
dan material semikonduktor. Pemberian suatu beda potensial akan menimbulkan
adanya aliran elektron yang mempunyai energi, sehingga mampu mempercepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
suatu proses. Menurut He et al. (2003), penambahan anodik bias pada
semikonduktor lapis tipis TiO2 menyebabkan pemisahan dari elektron tereksitasi
dan hole dapat dipercepat. Elektrokatalitik merupakan bagian dari elektrokimia,
prosesnya menggunakan prinsip elektrolisis dimana reaksi dapat terjadi bila diberi
energi dari luar (reaksi tidak berjalan spontan).
Penyusun utama sel elektrokimia terdiri dari larutan elektrolit, elektroda,
sirkuit luar, dan jembatan garam. Larutan elektrolit, merupakan larutan yang
mampu menghantarkan aliran elektron, misalnya lelehan NaCl, larutan HCl, dan
larutan KCl. Potensial akan terjadi selama ada pergerakan ion positif dan ion
negatif, tetapi pergerakan atau kecepatan yang berbeda karena perbedaan ukuran
antara ion positif dan negatif menimbulkan bagian yang lebih dominan positif dan
sebaliknya, sehingga beda potensial terjadi karena perbedaan ukuran dan
kecepatan ion bukan karena perbedaan konsentrasi, yang disebut junction
potensial. Larutan elektrolit KCl memiliki ukuran ion K+ dan Cl- yang hampir
sama besar sehingga kecepatan difusinya relatif sama, sehingga junction potensial
dapat ditekan (Skoog, 1996). Elektroda adalah penghantar tempat listrik masuk ke
dalam dan keluar dari zat-zat yang bereaksi. Elektroda dimana terjadi oksidasi
disebut anoda dan elektroda yang mengalami reduksi disebut katoda. Dalam
sirkuit luar elektron bergerak melalui kawat dari anoda menuju katoda. Elektron
awalnya akan masuk ke katoda yang untuk melakukan reaksi reduksi, kemudian
lewat jembatan garam menuju anoda. Anoda menghasilkan elektron yang
mengalir kembali ke sirkuit luar dan begitu seterusnya. Jembatan garam
diperlukan agar memungkinkan difusi ion-ion antara setengah sel kanan dan
setengah sel kiri, sehingga larutan dapat bermuatan netral. Jembatan garam diisi
larutan elektrolit yang tidak berubah secara kimia dalam proses itu seperti K2SO4,
NaCl, KNO3, dan KCl.
Fotoelektrokatalitik adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya
cahaya, aliran listrik dan suatu material katalis. Potensial listrik antara
fotokatalitik dan elektrokatalitik diaplikasikan untuk meningkatkan mobilitas dari
elektron tereksitasi pada fotokatalitik. Ichikawa and Doi (1996) menggunakan
semikonduktor fotokatalitik lapis tipis TiO2 yang dikombinasikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
semikonduktor ZnO/Cu sebagai elektrokatalitik untuk menghasilkan chemical
recycling dari CO2 yang bisa diaplikasikan untuk berbagai tujuan. Dengan
fotoelektrokatalitik menggunakan lampu merkuri 500 W sebagai sumber sinar UV
mampu memproduksi hidrogen dari air sekitar 26 l/h/m2. Sedangkan tanpa
pemberian potensial listrik menghasilkan 0,075 – 0,42 l/h/m2. Aplikasi anodik
bias potensial pada permukaan elektroda TiO2 yang dicelupkan dalam air
mengurangi tingkat energi ferminya, dan karenanya menghasilkan pembentukan
medan listrik di dekat interface pada daerah yang disebut sebagai lapisan deplesi.
Level Fermi (Ef) merupakan level transisi yang tempatnya sedikit dibawah pita
konduksi. Setiap elektron yang dipromosikan sebagai akibat tereksitasi oleh
cahaya di daerah lapisan deplesi akan dipercepat bergerak ke dalam bulk material
dan selanjutnya dialirkan ke counter elektroda melalui sirkuit luar. Sebaliknya, h+
yang dihasilkan oleh cahaya disekitar lapisan deplesi akan dipercepat begerak ke
permukaan dimana h+ akan bergerak bebas sebelum berrekombinasi di dalam
semikonduktor. Oleh karenanya, jelas bahwa medan listrik akan secara signifikan
meningkatkan pemisahan muatan, sehingga meningkatkan pembentukan radikal
hidroksil, suatu fenomena yang diberi nama electric field enchancement effect
field (efek peningkatan akibat medan listrik) (Gunlazuardi, 2001).
Reaksi Fotodegradasi adalah reaksi pemecahan senyawa oleh adanya
cahaya, yang merupakan sebuah teknik yang relatif baru untuk pengolahan
polutan air dan udara. Polutan yang berupa senyawa organik didestruksi secara
oksidatif dengan menggunakan cahaya. Pada proses degradasi ini dikenal dua
macam senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat proses degradasi senyawa
organik, yaitu oksidan kimia dan fotokatalis yang biasanya berupa semikonduktor
fotoaktif, seperti TiO2, ZnO, dan CdS (Cahyadi, 2006). Penelitian tentang reaksi
fotodegradasi terkatalis banyak diarahkan untuk keperluan degradasi zat
berwarna, misalnya Mudjijono (1998) yang meneliti fotodegradasi zat warna turq
blue dan red RB menggunakan katalisator TiO2 powder. Penelitian digunakan
dengan menggunakan lampu halogen 1000 W sebagai sumber cahaya dan
didapatkan hasil bahwa semikonduktor fotokatalis tersebut dapat mempercepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
penguraian zat warna berdasarkan penurunan absorbansi UV-Vis zat warna
setelah degradasi.
Cahaya merupakan sumber energi foton. Radiasi cahaya dapat bersifat
sebagai radiasi elektromagnetik yang memiliki sifat sebagai gelombang dan
partikel. Pada saat terjadi interaksi antara cahaya dan materi, maka akan terjadi
absorbsi energi oleh molekul yang terkena cahaya. Besarnya energi yang
diabsorbsi tergantung pada panjang gelombang, intensitas radiasi, dan jenis ikatan
kimia yang terdapat dalam molekul yang bersangkutan (Saraswati, 2003). Pada
TiO2 energi gapnya (Eg = 3,0 eV untuk anatase dan Eg = 3,2 eV untuk rutile)
sebanding dengan radiasi cahaya 388 nm yang merupakan daerah aktif UV
pendek. Ao et al. (2004) melakukan fotodegradasi formaldehid menggunakan
TiO2 5% dengan lampu UV 6 W pada λ = 365. Pada jarak 14 cm dari larutan,
intensitas yang terukur sekitar 750 µW/cm2. Setelah 120 menit, formaldehid yang
mampu terdegradasi sebesar 44,1 ppb. Sumber sinar matahari merupakan aplikasi
praktis dan murah. Sinar matahari (sebagai sumber foton) dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti lampu UV, karena 10 % dari sinar matahari merupakan sinar
UV (Linsebigler et al., 1995). Pada siang hari musim panas tak berawan dan
dibawah sinar matahari langsung, intensitas sinar UV sekitar 120 mW/cm2
(Amemiya, 2004).
Pada prinsipnya, reaksi oksidasi pada permukaan semikonduktor dapat
berlangsung melalui donasi elektron dari substrat ke h+ (menghasilkan radikal
pada substrat yang akan menginisiasi reaksi berantai). Apabila potensial oksidasi
yang dimiliki oleh h+ pada pita valensi ini cukup besar untuk mengoksidasi air
dan atau gugus hidroksil pada permukaan partikel maka akan menghasilkan
radikal hidroksil. Radikal hidroksil adalah spesi pengoksidasi kuat yang memiliki
potensial redoks sebesar 2,8 V (vs SHE) (Gunlazuardi, 2001), lebih besar daripada
oksidasi konvensional yang lain seperti klorin yang memiliki potensial oksidasi
sebesar 1,36 V (vs SHE) dan ozon sebesar 2,07 V (vs SHE). Potensial sebesar ini
cukup kuat untuk mengoksidasi kebanyakan zat organik menjadi air, asam
mineral, dan karbondioksida (Fujishima and Rao, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
Menurut Yu, J.C and L.Y.L. Chan (1998), proses fotodegradasi akan
diawali dengan oksidasi ion OH- dari H2O membentuk radikal, setelah suatu
semikonduktor (sebagai contoh adalah TiO2) menyerap cahaya membentuk hole.
Mekanisme reaksi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
TiO2 + hυ → h +TiO2 + e-
TiO2
h+ + OH- → OH.
OH. + substrat→ produk
Reaksi fotoelektrodegradasi merupakan reaksi yang melibatkan cahaya
(foton), aliran listrik dan katalis secara bersama-sama sehingga katalis ini dapat
mempercepat fotoreaksi melalui interaksinya dengan substrat baik dalam keadaan
dasar atau dalam keadaan tereksitasi. Gunlazuardi (2001) melakukan
fotoelektrodegradasi 10 ppm 2,4-diklorofenol menggunakan lapis tipis TiO2
dengan bahan penyangga logam dan sebagai counter elektroda dari batang nikel
krom dan disinari dengan lampu UV 10 W pada λ = 315 – 400 nm. Setelah waktu
4 jam didapatkan sekitar 30 – 45 % 2,4-diklorofenol bereaksi. He et al. (2003)
mendegradasi zat warna acid orange II menggunakan semikonduktor Ag-
TiO2/ITO. Ternyata dengan metode elektrodegradasi didapatkan efisiensi
degradasi yang lebih tinggi dibandingkan hanya dengan proses fotodegradasi.
Dengan pemberian anodik bias pada lapis tipis TiO2 maka pemisahan dari
elektron tereksitasi dan hole dapat dipercepat. External anodik bias pada
illuminasi lapis tipis TiO2 yang ditempeli logam tidak hanya dapat memisahkan
penangkapan elektron di pita konduksi dari proses oksidasi, tetapi juga dapat
mengurangi elektron terakumulasi pada partikel logam, mengurangi rekombinasi
hole dan elektron serta memisahkan sisi reduksi dan oksidasi. Fujishima and Rao
(1998) mengusulkan mekanisme reaksi elektrokatalitik pada anoda dan katoda
setting alat water splitting sebagai berikut:
TiO2 + hυ → h+ + e-
H2O + 2 H+ → ½ O2 + 2 H+
2 H+ + 2 e- → H2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
2. Zat Warna
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh
dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna
dengan serat. Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat
warna adalah senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan
turunannya, fenol dan turunannya serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang
mengandung nitrogen. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul
menjadi berwarna.
Zat warna banyak digunakan dalam berbagai industri termasuk industri
tekstil. Zat warna pada dasarnya adalah racun bagi tubuh manusia, meskipun ada
zat warna tertentu yang relatif aman bagi manusia yaitu zat warna yang digunakan
dalam industri pangan dan farmasi. Penggolongan zat warna berdasarkan pada
sifat-sifat dan penggunaannya yaitu zat warna asam, basa, direct, mordan,
komplek logam, azoat, belerang, bejana, dispersi, dan reaktif (Isminingsih et al.,
1982).
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
memberi warna ke suatu objek atau suatu kain. Proses terjadinya warna
yang paling umum adalah adanya absorpsi cahaya dari panjang gelombang
tertentu oleh suatu zat. Senyawa organik dengan konjugasi yang tinggi dapat
menyerap cahaya pada panjang gelombang sekitar 4000 Å. Warna juga dapat
terbentuk dari senyawa organometalik ataupun senyawa anorganik komplek.
Zat warna tekstil/batik mempunyai sifat sulit diuraikan oleh bakteri biasa
ataupun panas. Oleh karena itu kadar zat warna yang tinggi dalam perairan dapat
mempengaruhi kehidupan air (Sugiharto, 1987:25).
Zat warna dapat digolongkan menurut cara diperolehnya, yaitu zat
warna alam dan sintetik. Berdasarkan pencelupannya, zat warna dapat
digolongkan sebagai zat warna substantif, yaitu zat warna yang memerlukan
zat pembantu pokok untuk dapat mewarnai serat. Penggolongan lainnya adalah
berdasarkan susunan kimia yaitu zat warna nitroso, nitroazo, poliazo, indigoida,
antrakinon, ptalosianina dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
Methyl orange merupakan zat warna anionik azo. Methyl orange adalah
indikator pH yang biasanya digunakan pada titrasi. Methyl orange biasa
digunakan pada titrasi karena perubahan warnanya yang jelas. Karena methyl
orange dapat merubah warna pada pH asam kuat, maka biasa digunakan untuk
titrasi asam. Methyl orange yang termasuk dalam zat warna azo, dalam jumlah
besar bersifat toksik, karsinogenik. Struktur methyl orange seperti pada Gambar 1.
Na+
N
NS
O
O
-O
N
4-dimethylaminoazobenzene-4'-sulfonic acid sodium salt
Gambar 1. Struktur kimia zat warna methyl orange
Tabel 1. Nama dan sifat fisik methyl orange
Berat molekul: 327.33 g/mol
Rumus molekul: C14H14N3NaO3S
Titik leleh: > 300 °C
Kelarutan: larut dalam air panas
Nama kimia: 4-dimethylaminoazobenzene-4'-sulfonic acid
sodium salt
Nama lain: p-dimethylamino-azobenzenesulfonic acid
3. Semikonduktor Lapis Tipis TiO2
Partikel TiO2 telah cukup lama digunakan sebagai fotokatalis
pendegradasi berbagai senyawa organik. TiO2 merupakan semikonduktor yang
berfungsi sebagai fotokatalis yang memiliki fotoaktivitas tinggi. Selain itu TiO2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
juga bersifat non toksik, murah, dan memiliki sifat redoks yaitu mampu
mengoksidasi polutan organik dan mereduksi sejumlah ion logam dalam larutan
serta tersedia secara komersial dan preparasinya mudah dilakukan di
laboratorium. Sifatnya yang anorganik menjadikannya tidak cepat rusak sehingga
proses yang diinginkan dapat lebih lama dan relatif menekan biaya operasional
(Xu et al., 1999). Berdasarkan sifat-sifat itulah TiO2 dipandang sebagai
semikonduktor katalis yang paling tepat mengoksidasi atau mereduksi polutan
organik. Efisiensi fotokatalitik TiO2 sangat besar dipengaruhi oleh struktur kristal,
ukuran partikel, luas permukaan, dan porositas yang berbeda-beda tergantung dari
metode preparasinya. Bentuknya yang serbuk menyebabkannya mempunyai luas
muka yang besar sehingga efektif sebagai katalis maupun catalyst support. Cara
paling nyata untuk memperbaiki efisiensi fotokatalitik reaksi oksidasi adalah
dengan meningkatkan luas muka fotokatalis. Secara praktek dibutuhkan partikel-
partikel kecil TiO2 dengan luas muka yang tinggi yang cocok pada support inert
sehingga mudah untuk mendapatkan kembali effluent yang diolah. Solusi
alternatifnya adalah dengan mendukungkan partikel TiO2 pada material-material
berpori dengan ukuran partikel yang tepat dan ini telah diteliti terhadap silica gel,
karbon aktif, pasir, lempung, dan zeolit (Xu et al., 1999). Rahmawati dan
Masykur (2003) melakukan penempelan TiO2 teknis pada permukaan grafit dan
terbukti mampu bertindak sebagai fotokatalis pada degradasi warna larutan
tetraetil amonium iodide dan I2 dalam asetonitril pada pemberian sinar dengan
panjang gelombang pada kisaran UV-Vis.
Hoffmann et al. (1995) menggunakan TiO2 serbuk untuk mendegradasi
mineralisasi komplet senyawa-senyawa organik, misalnya oksidasi hidrokarbon
terklorinasi menjadi CO2 dan H2O dengan adanya foton. Xu et al. (1999)
mendegradasi methylene blue pada larutan TiO2 tersuspensi. Namun penggunaan
TiO2 serbuk di dalam cairan tidak efisien karena dua hal: pertama, serbuk yang
telah terdispersi dalam air sangat sulit digeneralisasi; kedua, bila campuran terlalu
keruh, maka radiasi UV tidak mampu mengaktifkan seluruh partikel fotokatalitik
(Tjahjanto dan Gunlazuardi, 2001). Pembuatan lapis tipis semikonduktor
merupakan salah satu cara untuk mempermudah aplikasi semikonduktor baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
sebagai solar sel maupun fotokatalis dalam degradasi senyawa kimia berbahaya.
Pembuatan lapis tipis semikonduktor pada suatu substrat merupakan inovasi untuk
mendapatkan semikonduktor fotokatalis yang mudah ditangani dalam aplikasi
fotokatalitik (dalam arti tidak mengalami kesulitan pemisahan semikonduktor dari
larutan yang didegradasi) sehingga memungkinkan penggunaan lebih dari satu
kali karena pencucian mudah dilakukan.
Rahmawati et al. (2006) melakukan sintesis material semikonduktor lapis
tipis grafit/TiO2 menggunakan metode chemical bath deposition (deposisi dari
larutan kimia) menggunakan surfaktan CTABr sebagai agen penghubung antar
antara substrat grafit dengan material TiO2 yang terbentuk dari hidrolisis TiCl4.
Variasi konsentrasi surfaktan CTABr yang digunakan adalah 4, 8, 12, dan 19.10-
3M dengan variasi waktu perendaman selama 2, 3, 4 hari dengan pemanasan yang
kontinyu pada suhu 60 °C kemudian dikalsinasi 450 °C selama 4 jam. Konsentrasi
CTABr 16.10-3 M dan waktu perendaman 4 hari ini merupakan kondisi optimal
pada deposisi TiO2, hal ini ditunjukkan dari efisiensi konversi foton ke arus listrik
yang menunjukkan efektivitas sifat fotokatalitik semikonduktor (%IPCE: Include
Photon to Current Efficiency) paling tinggi sebesar 3,261.10 -2 %.
Semikonduktor TiO2 dengan energi gap lebar (3,2 eV; λg = 388 nm)
memiliki makrostruktur yang relatif rigid. Keterbatasan yang dimiliki oleh TiO2
ini dapat diperbaiki dengan cara memodifikasinya. Modifikasi material
semikonduktor TiO2 merupakan upaya peningkatan efektivitas fotokatalitik
semikonduktor, pencegahan rekombinasi electron-hole sehingga meningkatkan
efisiensi konversi foton ke arus listrik (% IPCE: Induced Photon to Current
Efficiency) dan peningkatan stabilitas fotokimia.
4. Sensitisasi Semikonduktor
Sensitiser adalah senyawa organik atau anorganik berwarna (dye)
yang didopingkan pada material semikonduktor. Penggunaan bahan sensitiser
dapat menyebabkan terjadinya injeksi elektron (sensitisasi) dari senyawa
sensitiser ke material TiO2 dengan bantuan energi cahaya tampak sehingga secara
keseluruhan penambahan sensitiser yang aktif pada daerah tampak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
meningkatkan kisaran respon panjang gelombang pada daerah tampak dari bahan
semikonduktor rekaan. Perubahan mekanisme perpindahan elektron yang
terjadi dengan penambahan bahan sensitiser adalah induksi elektron berasal dari
ligan dari proses MLCT atau MMLL’CT pada sensitiser. Ketika elektron
diinjeksikan ke material TiO2, berarti ada sebuah elektron yang ditransfer
keluar dari atom logam pusat. Mekanisme tersebut mirip dengan MLCT pada
keadaan tereksitasi (Asbury et al., 2000 ).
Mekanisme yang terjadi pada proses sensitisasi dari sensitiser ke material
semikonduktor ditunjukkan pada Gambar 2, diawali dengan serapan cahaya
tampak oleh sensitiser menyebabkan eksitasi elektron dari senyawa kompleks [M]
pada keadaan ground state menuju ke [M]*, [M]* menggambarkan tingkat energi
orbital σ* atau π* dari ligan L, kemudian elektron tereksitasi tersebut akan
diinjeksikan ke CB semikonduktor karena perbedaan tingkat energi keadaan
terksitasi dan pita konduksi dari material kecil serta berdekatannya orbital anti
bonding ligan dengan pita konduksi material.
Elektron yang terkumpul pada pita konduksi TiO2 dapat mengalami
beberapa alternatif mekanisme, misalnya elektron tereksitasi tersebut dapat
didonorkan untuk mereduksi suatu akseptor elektron, atau dapat didonorkan ke
sebuah lubang (hole) dan dapat juga menghasilkan arus listrik. Jadi pada
sensitisasi TiO2 terjadi penginjeksian elektron dari senyawa sensitiser yang
memiliki tingkat energi tereksitasi lebih tinggi dibandingkan dengan pita konduksi
dari TiO2.
Gambar 2. Skema fotosensitisasi partikel semikonduktor TiO2 (CB = pita konduksi, VB = pita valensi), [M] dan [M]*
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Gambar 2 menggambarkan tingkat energi senyawa kompleks pada keadaan dasar
dan pada keadaan tereksitasi. Eksitasi elektron menghasilkan kompleks
tereksitasi, [M]+, kemudian elektron tereksitasi dapat mengalami sensitisasi ke CB
dari TiO2.
Vinodgopal et al., 1995, telah berhasil menunjukkan adanya proses
injeksi muatan dari tingkat energi keadaan tereksitasi sensitiser ke partikel
semikonduktor dengan konstanta laju pada daerah 5,5 x 108 s-1 sampai dengan
1,0 x 108 s-1 pada bahan semikonduktor TiO2 dengan sensitiser Ru(bpy)2-dcbpy)2+
(dcbpy = 4-4’-dikarboksi-2,2’-bipiridin).
5. Model Pengikatan TiO2 dengan Dye
TiO2 bisa melakukan ikatan kimia dengan molekul dye, atau senyawa
sensitiser. Luis et al. (2003) telah menunjukkan terjadinya ikatan antara TiO2
anatase dengan katekol. Molekul katekol terikat pada permukaan kristal TiO2
anatase dan membentuk kompleks permukaan dengan ion Ti4+ pentakoordinat
yang bertetangga (Gambar 3).
Gambar 3. Geometri TiO2 anatase yang berikatan dengan katekol.Ti(5) menunjukkan ion Ti4+ pentakoordinat yang secaralangsung mengikat katekol. Ti(6) menunjukkan ion Ti4+
heksakoordinat yang berdekatan dengan katekol.
Ikatan antara dye dan TiO2 anatase bisa juga terjadi pada atom oksigen
gugus hidroksil. Longo and Paoli (2003), menyatakan bahwa gugus karboksilat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
pada ligan bpy senyawa dye bereaksi spontan dengan gugus hidroksil permukaan
pada permukaan TiO2 membentuk senyawa ester, sehingga terjadi ikatan yang
stabil antara dye dan TiO2.
Gambar 4. Skema representasi dari transfer elektron antar muka setelah penyerapan cahaya untuk cis-[Ru(dcbH2)2LL’] dengan beberapa ligan tambahan.
6. Analisis
a. Difraksi Sinar X
Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang (λ) khas sebesar 0,1 nm. Bila elektron-elektron dari suatu kawat pijar
yang dipanasi dipercepat melalui suatu perbedaan potensial yang besar dan
diperbolehkan menumbuk suatu sasaran logam di dalam sebuah tabung sinar X
maka sinar X dihasilkan dengan suatu distribusi λ yang kontinyu. Jika sinar X itu
kemudian menumbuk sebuah kristal, maka sinar X yang direfleksikan akan
membentuk titik-titik luas yang sangat tinggi intensitasnya pada sebuah layer/film.
Titik-titik itu ditimbulkan oleh interferensi konstruktif dari gambar-gambar kecil
yang dihasilkan oleh banyak atom. Sinar X akan menunjukkan pola difraksi jika
jatuh pada benda yang jarak antar bidangnya kira-kira sama dengan λ, jatuh
mengenai kristal dengan sudut θ pada bidang-bidang kristal. Jika gelombang
direfleksikan dari sinar datang memperkuat gelombang yang direfleksikan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
sinar pantul, maka perbedaan lintasan antara gelombang tersebut sebanding
dengan nλ. Sehingga menjadi persamaan Bragg’s (Persamaan 1):
2 d sin θ = n λ …………………………………………………(1)
Keterangan : d = Jarak interplanar atau interatom (nm)
λ = Panjang gelombang logam standar (nm)
θ = Kisi difraksi sinar X (West, 1984)
Difraksi sinar X atau biasa disebut XRD merupakan alat yang digunakan
untuk mengetahui pengaturan atom-atom dalam sebuah tingkat molekul.
Pengaturan atom-atom tersebut dapat diinterpretasikan melalui analisa d spacing
dari data difraksi sinar X. Nilai d spacing sangat tergantung pada pengaturan atom
dan struktur jaringan polimer dalam material. Selain nilai d spacing, observasi
tingkat kristalinitas bahan dan perubahan struktur mesopori dapat pula diketahui
melalui data difraksi sinar X. Puncak yang melebar menunjukkan kristalinitas
rendah (amorf), sedangkan puncak yang meruncing menunjukkan kristalinitas
yang lebih baik (Park, N.G. et al., 2002).
Difraksi sinar X sangat penting pada identifikasi senyawa kristalin.
Kekuatan dari cahaya yang terdifraksi tergantung pada kuantitas material kristalin
yang sesuai di dalam sampel sehingga sangat mungkin mendapatkan analisa
kuantitatif dari sejumlah relatif konstituen dari campuran senyawa padatan
(Ewing, 1960). Suatu zat selalu memberikan pola difraksi yang khas. Apakah zat
itu dalam keadaan murni atau merupakan campuran zat. Hal ini merupakan dasar
dari analisa kualitatif secara difraksi. Sedangkan analisa kuantitatif berdasarkan
intensitas garis difraksi yang sesuai dengan salah satu komponen campuran
bergantung pada perbandingan konstituen tersebut. Hanawalt dalam tahun 1936
membuat kumpulan pola difraksi dari sejumlah zat yang diketahui. Setiap pola
bubuk dikarakterisasi oleh kedudukan garis 2θ dan intensitas (I) tetapi karena
kedudukan garis tergantung pada panjang gelombang yang digunakan, maka
besaran yang lebih fundamental adalah jarak d dari bidang kisi, sehingga
Hanawalt kemudian menyusun masing-masing pola berdasarkan nilai d dan I dari
garis difraksinya (Jenkins and White, 1988).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa kualitatif adalah sebagai
berikut:
1. Membuat pola difraksi dari zat yang tidak diketahui.
2. Menghitung nilai d setiap garis atau dengan menggunakan tabel yang
memberikan hubungan antara d dan 2θ untuk berbagai karakteristik.
3. Memandang data d eksperimental dengan data d dari tabel dengan
kemungkinan kesalahan dalam setiap set nilai adalah ± 0,02 Å.
4. Membandingkan intensitas relatifnya dengan nilai-nilai yang ada pada
tabel (standar).
b. Spektra UV-Vis
Pada spektrofotometer UV, sinar kontinyu dihasilkan oleh lampu awan
muatan hydrogen atau deuterium (D2), sedangkan sinar tampak dihasilkan oleh
lampu Wolfram. Panjang gelombang UV-Vis jauh lebih pendek daripada panjang
gelombang radiasi IR. Panjang gelombang UV-Vis berada pada kisaran 180-800
nm.
Prinsip dasar spektroskopi UV-Vis adalah terjadinya transisi elektronik
yang disebabkan penyerapan sinar UV-Vis yang mampu mengeksitasi elektron
dari orbital yang kosong. Umumnya, transisi yang paling mungkin adalah transisi
pada tingkat tertinggi (HOMO) ke orbital molekul yang kosong pada tingkat
terendah (LUMO). Pada sebagian besar molekul, orbital molekul terisi pada
tingkat energi terendah adalah orbital σ yang berhubungan dengan ikatan σ,
sedangkan orbital π berada pada tingkat energi yang lebih tinggi. Orbital non
ikatan (n) yang mengandung elektron-elektron yang belum berpasangan berada
pada tingkat energi yang lebih tinggi lagi, sedangkan orbital-orbital anti ikatan
yang kosong yaitu σ* dan π* menempati tingkat energi yang tertinggi.
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan transisi berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300
kkal/mol. Panjang gelombang cahaya UV-Vis bergantung pada mudahnya
promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya pada daerah
tampak (yaitu senyawa yang berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah
dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV
yang lebih pendek.
Terdapat dua jenis pergeseran pada spektra UV-Vis, yaitu pergeseran ke
panjang gelombang yang lebih besar disebut pergeseran merah (red shift), yaitu
menuju tingkat energi lebih rendah, dan pergeseran ke panjang gelombang yang
lebih pendek disebut pergeseran biru (blue shift), yaitu menuju ke tingkat energi
yang lebih tinggi (Hendayana, 1994).
Intensitas penyerapan dijelaskan dengan hukum lambert-beer, dimana
fraksi cahaya yang diabsorbsi tidak tergantung pada kekuatan sumber cahaya
mula-mula dan fraksi yang diabsorbsi tergantung pada banyaknya mol
(ketebalan/konsentrasi) yang dapat mengabsorbsi. Oleh karena itu absorbsi cahaya
merupakan fungsi dari molekul yang mengabsorbsi, maka cara yang tepat untuk
menyatakan absorbansi adalah:
A = ε b C………………………………………………………(2)
Dimana: ε = absorptivitas molar (mol-1 cm-1 L)
b = tebal lintasan (cm)
C = konsentrasi larutan (mol L-1)
Dengan menggunakan metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat
grafik absorbansi versus konsentrasi dapat diperoleh suatu kurva linier. Melalui
pengukuran absorbansi suatu sampel dan menginterpolasikannya ke kurva
kalibrasi, maka konsentrasi sampel dapat ditentukan (Underwood, A.L. dan R.A.
Day, 1981).
B. Kerangka Pemikiran
Titanium dioksida (TiO2) merupakan salah satu bahan semikonduktor
yang biasa digunakan namun mempunyai kekurangan yaitu gap energi yang lebar.
Gap energi tersebut hanya aktif pada daerah cahaya UV yang hanya 10 % dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
seluruh cahaya matahari (gap energi TiO2 sekitar 3,2 eV, sebanding dengan
cahaya 388 nm). Pada aplikasi visible like photocatalytic, dilakukan sensitisasi
TiO2 yaitu dengan senyawa berwarna, baik dari senyawa organik ataupun
senyawa anorganik. Sensitiser dari senyawa kompleks memiliki kelebihan yaitu
lebih stabil dan transisi elektronik MLCT dapat terjadi disamping transisi π ke π*
sehingga dapat menginisiasi transfer elektron ke pita konduksi material TiO2.
Kombinasi material TiO2 dengan senyawa kompleks melibatkan transisi
elektronik dari senyawa kompleks. Senyawa kompleks berwarna memiliki transisi
di daerah tampak. Jadi, penambahan senyawa kompleks pada permukaan TiO2
akan meningkatkan respon TiO2 di daerah tampak. TiO2 yang tersensitisasi dye,
seperti halnya TiO2 sendiri, memiliki sifat fotokatalitik. Keberadaan dye pada
TiO2 mengubah karakter fotokatalitik TiO2 menjadi fotokatalis yang bekerja di
daerah tampak.
Degradasi senyawa organik berwarna seperti methyl orange dapat
dilakukan dengan sumber radiasi sinar tampak seperti lampu halogen atau
merkuri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian tegangan pada
fotokatalis dapat meningkatkan efektifitasnya. Degradasi fotoelektrokatalitik
adalah degradasi fotokatalitik dengan pemberian tegangan bias positif/negatif
pada sistem. Tegangan bias positif/negatif mempengaruhi pergerakan substrat
kationik/anionik sehingga dapat mempengaruhi proses degradasi
fotoelektrokatalitik. Pada pemberian potensial bias positif, fotoelektrodegradasi
methyl orange dipicu dari eksitasi dye pada permukaan TiO2. Elektron yang
dihasilkan oleh eksitasi dye dapat berpindah ke pita konduksi TiO2 menghasilkan
ecb, selanjutnya reaksi fotoreduksi methyl orange dapat berlangsung. Pada
pemberian potensial bias negatif, penurunan konsentrasi MO kemungkinan
disebabkan oleh reaksi fotoelektrokatalitik tanpa eksitasi dye dan reaksi
elektrokimia langsung (direct electrochemical). Lamanya waktu penyinaran juga
mempengaruhi degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange. Semakin
lama penyinaran sinar tampak, maka semakin banyak elektron yang terus
tereksitasi sehingga semakin banyak pula h+ yang terbentuk. Semakin banyak h+,
maka radikal hidroksil juga akan semakin banyak yang akan berperan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
proses degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange. Spesiasi substrat
kationik/anionik dipengaruhi oleh pH. Zat warna methyl orange memiliki gugus
sulfonat di dalam strukturnya, yang spesiasinya dipengaruhi oleh pH sistem. Pada
pH rendah gugus sulfonat ada sebagai -SO3H2, Pada pH netral ada sebagai -SO3H
dan pada pH tinggi ada sebagai -SO32-. Muatan netto dari methyl orange
mempengaruhi mobilitas methyl orange menuju anoda atau katoda. Pengaruh
keadaan larutan elektrolit sistem terhadap degradasi fotoelektrokatalitik zat warna
methyl orange yaitu semakin besar konsentrasi NaCl yang digunakan, semakin
kurang aktivitas elektrolitnya. Hal ini disebabkan karena persebaran bulk material
dari NaCl yang terlalu besar sehingga mempengaruhi degradasi
fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
C. Hipotesis
1. Material plat ITO/TiO2-dye memiliki respon di daerah tampak.
2. Semakin negatif tegangan yang diberikan maka semakin banyak penurunan
konsentrasi methyl orange.
3. Semakin lama penyinaran sinar tampak, degradasi fotoelektrokatalitik methyl
orange semakin besar.
4. Semakin ekstrim pH asam maka semakin banyak penurunan konsentrasi
methyl orange.
5. Semakin besar konsentrasi NaCl yang digunakan, semakin kurang aktivitas
elektrolitnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian tersebut menjelaskan proses degradasi
fotoelektrokatalitik dye anionik (methyl orange) pada elektroda ITO/TiO2-Fe
dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic
acid menggunakan sumber radiasi tampak yang diperoleh dari lampu halogen 150
W.
Analisa kuantitatif yang dilakukan menggunakan spektrometer UV-Vis
untuk melihat hubungan konsentrasi lawan waktu sedangkan spektra UV-Vis
diukur untuk melihat perubahan spektra sensitiser dye maupun substrat dye selama
proses fotoelektrodegradasi.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Eksperimen penelitian dilakukan di Sub Laboratorium kimia UPT
Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret dan di Laboratorium Kimia Dasar
FMIPA Universitas Sebelas Maret, mulai bulan Desember 2011 – Juli 2012.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Peralatan gelas dan plastik dari Pyrex dan Duran
b. Autoclave
c. Oven
d. Fotoreaktor yang dilengkapi elektroda SCE dan elektroda counter dan sumber
radiasi visibel lampu halogen 150 W
e. Spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lamda 25
f. Spektrofotometer XRD (Shimadzu XRD-6000)
g. Magnetic Stirrer Heiddolp MR 1000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
h. Sanwa Multimeter Digital CD 751 (skala µA (2 angka belakang koma), mV
dan Ω)
i. Thermolyne Furnace 4800 (maks temperatur 1000 ˚C)
j. Neraca Analitik Sartorius BP 110 (maks : 110 g; min : 0,001 g)
k. Desikator
l. Penangas air
m. Statif dan klem
n. Stopwatch
o. Spatula
p. pH meter (Walklab TI 9000)
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Titanium tetraisopropoksida (TTIP) (Merck)
b. 2,2-bipiridin (Merck)
c. 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid (Merck)
d. 1,10-fenantrolin (Merck)
e. Asam asetat (Merck)
f. Aquades
g. Gelas konduktif indium tin oxide (ITO)
h. FeCl2.4H2O (Merck)
i. NaCl (Merck)
j. HCl (Merck)
k. Methyl orange (Merck)
l. DMSO (Merck)
m. Indikator pH (Merck)
n. Etanol (Merck)
o. Es batu
p. Metanol (Merck)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Elektroda ITO/TiO2-Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-
bipiridin dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid
Sebanyak 10 mL titanium isopropoksida (TTiP) dihidrolisis dengan
menambahkan 100 mL larutan asam asetat (pH = 2) di dalam waterbath (5 - 10
°C). Hidrolisis dilakukan sampai diperoleh larutan sol transparan. Sol transparan
yang diperoleh kemudian dipindahkan ke dalam oven, dijaga pada suhu 150 °C
selama 12 jam. Setelah didinginkan sampai dengan suhu kamar, gel yang
diperoleh disonikasi selama 30 menit untuk menjamin homogenitas (mengacu
Yang, et al., 2010). Suspensi yang dihasilkan kemudian dikalsinasi selama 2 jam
pada suhu 400 °C. Sebanyak 0,5 gram TiO2 serbuk dilarutkan dalam 2,1 mL
etanol kemudian distirrer selama 10 menit, lalu disonikasi, dan distirrer kembali
selama 10 menit. Setelah itu, sol yang terbentuk dilapiskan pada gelas ITO
(indium tin oxide) dengan ketebalan ± 1 mm, dikeringkan pada suhu kamar
kemudian diannealing pada suhu 200 °C selama 10 menit.
Ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-
dicarboxylic acid dilarutkan dalam larutan DMSO/Etanol (1:20) dengan
perbandingan ligan 2:2:1 pada konsentrasi 1x10-3 M. Setelah itu, ditambahkan Fe
dengan konsentrasi dan pelarut yang sama secara bertetes-tetes. Larutan kompleks
ini distirrer selama 3 hari tanpa terkena cahaya. Elektroda TiO2/ITO selanjutnya
disensitisasi dengan menambahkan larutan alkoholik dari Fe dengan ligan 1,10-
fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid dan diimersi
selama ± 24 jam.
2. Pengukuran Proses Degradasi Fotoelektrokatalitik
a. Variasi Tegangan
Degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dengan variasi tegangan
dilakukan di dalam fotoreaktor dengan sumber sinar lampu halogen 150 W.
Sebanyak 25 mL larutan methyl orange 5 ppm yang diberi 5 tetes larutan elektrolit
NaCl 0,05 M diberi tegangan melalui elektroda ITO/TiO2/dye dan elektroda Cu
serta disinari selama 3 jam. Plat ITO/TiO2 sebagai elektroda kerja dan logam Cu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
sebagai elektroda counter. Potensiostat digunakan untuk mengatur tegangan bias
yang dikenakan ke elektroda kerja dan mengukur parameter fotoelektrokimia.
Lampu halogen (150 W) digunakan untuk sumber radiasi tampak. Variasi
tegangan yang diberikan sebesar -1V; -0,8V; -0,6V; -0,4V; -0,2V; 0V; 0,2V;
0,4V; 0,6V; 0,8V; dan 1V. Masing-masing larutan dianalisis dengan
spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan tegangan optimum.
b. Variasi Waktu
Degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dengan variasi waktu
dilakukan di dalam fotoreaktor dengan sumber sinar lampu halogen 150 W.
Sebanyak 25 mL larutan methyl orange 5 ppm yang diberi 5 tetes larutan elektrolit
NaCl 0,05 M diberi tegangan melalui elektroda ITO/TiO2/dye dan elektroda Cu
sebesar -1V. Plat ITO/TiO2 sebagai elektroda kerja dan logam Cu sebagai
elektroda counter. Potensiostat digunakan untuk mengatur tegangan bias yang
dikenakan ke elektroda kerja dan mengukur parameter fotoelektrokimia. Lampu
halogen (150 W) digunakan untuk sumber radiasi tampak. Dengan tegangan
optimum yang diberikan, pengukuran absorbansi larutan methyl orange masing-
masing dilakukan setiap 30, 60, 120, 180, 240, dan 300 menit. Dari percobaan ini
akan didapatkan waktu optimum.
c. Variasi pH
Degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dengan variasi pH
dilakukan di dalam fotoreaktor dengan sumber sinar lampu halogen 150 W.
Sebanyak 25 mL larutan methyl orange 5 ppm yang diberi 5 tetes larutan elektrolit
NaCl 0,05 M diberi tegangan melalui elektroda ITO/TiO2/dye dan elektroda Cu
sebesar -1V disinari selama 3 jam. Plat ITO/TiO2 sebagai elektroda kerja dan
logam Cu sebagai elektroda counter. Potensiostat digunakan untuk mengatur
tegangan bias yang dikenakan ke elektroda kerja dan mengukur parameter
fotoelektrokimia. Lampu halogen (150 W) digunakan untuk sumber radiasi
tampak. Dengan memberikan tegangan dan waktu optimum, masing-masing
larutan dikondisikan pada pH 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Kemudian masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
masing larutan dianalisis dengan spektroskopi UV-Vis. Dari percobaan ini
didapatkan pH optimum.
d. Variasi Konsentrasi Elektrolit
Sebanyak 25 mL larutan methyl orange ditambahkan larutan elektrolit
NaCl dengan variasi konsentrasi 0,05 M; 0,5 M; 1 M; 2 M; 3 M; 4 M; dan 5 M
menggunakan waktu dan tegangan optimum. Plat ITO/TiO2 sebagai elektroda
kerja dan logam Cu sebagai elektroda counter. Potensiostat digunakan untuk
mengatur tegangan bias yang dikenakan ke elektroda kerja dan mengukur
parameter fotoelektrokimia. Lampu halogen (150 W) digunakan untuk sumber
radiasi tampak.
Analisis UV-Vis kuantitatif dilakukan untuk melihat hubungan antara
penurunan konsentrasi lawan waktu, sedangkan spektra UV-Vis diukur untuk
melihat perubahan spektra sensitiser dye maupun substrat dye selama proses
fotoelekrodegradasi.
3. Analisis Material Elektroda
Morfologi dan struktur lapis tipis nano-TiO2 dikarakterisasi dengan
difraksi sinar X (XRD).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Tingkat degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange
dipengaruhi oleh variabel bebas berupa tegangan, waktu penyinaran dengan sinar
tampak, dan pH larutan. Variabel terikatnya adalah prosentase penurunan
konsentrasi zat warna. Penurunan konsentrasi zat warna didapatkan dari data
absorbansi zat warna sebelum dan setelah proses degradasi fotoelektrokatalitik.
Data yang dikumpulkan adalah tegangan dan absorbansi. Harga absorbansi
dikonversi menjadi konsentrasi dan persen penurunan konsentrasi zat warna.
Proses degradasi fototelektrokatalitik substrat dye anionik (methyl
orange) pada elektroda ITO/TiO2-Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid menggunakan sumber radiasi tampak.
Data diperoleh dengan mencatat perubahan absorbansi zat warna sebelum dan
sesudah dilakukan proses degradasi fotoelektrokatalitik, kemudian
menginterpolasikannya ke kurva kalibrasi (absorbansi lawan konsentrasi).
Konsentrasi sampel dapat ditentukan dan dibuat kurva waktu lawan konsentrasi.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah penurunan konsentrasi degradasi pada
30, 60, 120, 180, 240, dan 300 menit.
Karakterisasi material elektroda kerja: ITO/TiO2 dan ITO/TiO2-Fe
dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic
acid dilakukan dengan menggunakan XRD.
2. Analisis Data
Proses degradasi fotoelektrokatalitik substrat dye anionik (methyl orange)
pada elektroda ITO/TiO2-Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-
biquinoline-4,4-dicarboxylic acid menggunakan sumber radiasi tampak. Analisis
data untuk menjelaskan proses degradasi fotoelektrokatalitik tersebut dilakukan
dengan mengukur penurunan konsentrasi setelah degradasi pada 30, 60, 120, 180,
240, dan 300 menit.
Tingkat kristalinitas dianalisa dari data XRD. Puncak yang melebar
menunjukkan kristalinitas yang rendah, sedangkan puncak yang meruncing tajam
menunjukkan kristalinitas yang lebih baik. Pergeseran dan penandaan pola puncak
menandakan terjadinya perubahan d spacing (jarak antar bidang kristal) atau
transformasi bentuk dari kisi kristal. Struktur dan sistem Kristal TiO2 hasil sintesis
dapat diketahui berdasarkan difraktogram XRD yang dibandingkan dengan
standar JCPDS (Joint Commite Powder Difraction Standart).
Panjang gelombang TiO2 murni dan TiO2-Fe dengan ligan 1,10-
fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui pergeseran respon panjang gelombang ke daerah tampak secara difusi
reflaktansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis dan Karakterisasi Titanium Dioksida (TiO2)
Sintesis TiO2 pada penelitian ini dilakukan dengan proses sol gel, seperti
telah dilakukan oleh Wahyuningsih dkk (2007). Untuk menghasilkan kristal TiO2
anatase lebih banyak pada hasil sintesis TiO2 maka diperlukan kondisi sintesis
tertentu dan strategi-strategi tertentu.
Reaksi secara keseluruhan dari sintesis TiO2 dengan bahan awal TTiP
diharapkan mengikuti reaksi:
H+
Ti(iPr) + CH3COOH Suspensi TiO2
90 °CSuspensi TiO2 Sol gel TiO2
150 °C
Sol gel TiO2 Xerogel TiO2
400 °C Xerogel TiO2 Powder TiO2 (Anatase)
Hasil sintesis TiO2 dikarakterisasi dengan difraksi sinar X menggunakan
radiasi Cu Kα (λ = 1,541 Å). Untuk mengetahui keberadaan TiO2 fase anatase,
hasil analisa XRD tersebut dibandingkan dengan standard JCPDS (Joint Commite
Powder Diffraction Standard). Pola difraksi dari TiO2 hasil sintesis ditunjukkan
pada Gambar 4. TiO2 hasil sintesis (Gambar 5) menunjukkan adanya puncak-
puncak yang muncul pada sudut difraksi (2) tertentu yang merupakan hasil
difraktogram Kristal TiO2 anatase. Hal ini diperkuat dengan adanya puncak-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
puncak pada 2Ɵ = 25,35° (d101 = 3,509 Å), 2Ɵ = 37,90° (d004 = 2,368 Å), 2Ɵ =
48,10° (d200 = 1,887 Å), 2Ɵ = 54,15° (d105 = 1,693 Å), dan 2Ɵ = 54,95° (d211 =
1,667 Å) yang merupakan daerah karakterisasi TiO2 anatase sesuai dengan standar
JCPDS No. 782-486. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa pada suhu 400 °C
terbentuk TiO2 fase anatase murni, sedangkan TiO2 fase rutile tidak terjadi.
20 30 40 50 60
2 Theta
TiO2 Hasil Sintesis
Standar JCPDS
Gambar 5. Spektra difraksi sinar X (XRD) TiO2 hasil sintesis
B. Sintesis dan Karakterisasi Dye
Sintesis senyawa kompleks sensitiser (dye) dilakukan dengan ion logam
Fe2+ dengan ligan 1,10-fenantrolin (phen), 2,2-bipiridin (bpy), dan 2,2-
biquinoline-4,4-dicarboxylic acid (dcbq) yang dilarutkan dalam DMSO-etanol
(perbandingan DMSO:etanol = 1:20), sedangkan ligan yang digunakan dengan
perbandingan phen: bpy: dcbq = 2:2:1. Larutan Fe2+ ditambahkan secara bertetes-
tetes ke dalam larutan ligan dengan pengadukan agar terjadi reaksi secara
sempurna dan untuk menghidari oksidasi Fe2+. Larutan senyawa kompleks
terjadi setelah 3 hari (dalam keadaan gelap), berwarna merah muda. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
larutan senyawa kompleks yang dihasilkan dikarakteristik dengan UV-Vis.
Spektra UV-Vis Senyawa kompleks Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z (x = 1-2, y = 1-2 z =
1) ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Spektroskopi UV-Vis pada kompleks Fe dengan ligan1,10-fenantrolin (phen), 2,2-bipiridin (bpy), dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid (dcbq)
Spektra dye dari kompleks Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z (x = 1-2, y = 1-2 z =
1) menghasilkan dua puncak serapan maksimum yaitu pada λ1 = 303 nm dan λ2 =
515 nm. Spektra FeCl2.4H2O memiliki 2 puncak serapan maksimum pada 252 nm
dan 332 nm); ligan 2,2’-bipiridin memiliki 2 puncak serapan maksimum pada 224
nm dan 281 nm) dan ligan 2,2’-biquinoline-4,4’dicarboxylic acid memiliki 2
puncak serapan maksimum pada 265 nm dan 330 nm, sedangkan pada ligan 1,10-
fenantrolin hanya memiliki 1 serapan maksimum pada 264 nm seperti yang
terangkum pada Tabel 2.
Pada λ1dye memiliki puncak melebar pada panjang gelombang 303 nm
dan terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar (batokromik)
dari logamnya yaitu dari 252 nm menjadi 303 nm. Selain itu pada λ1dye juga terjadi
pergeseran batokromik dari ligan-ligannya yaitu dari 244 nm (bpy), 265 nm
(dcbq), dan 264 nm (phen) menjadi 303 nm. Pergeseran ini diperkirakan
240.0 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600.0
0.01
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
3.10
NM
A
― Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z
― FeCl2.4H2O― Bpy― Dcbq― Phen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
terjadinya transisi intra ligand (π→π*) akibat penyerapan energi oleh elektron-
elektron π dari orbital bonding ke orbital nonbonding. Pergeseran batokromik
yang terjadi pada ligan menunjukkan terjadinya konjugasi yang menyebabkan
energi antara orbital bonding ke orbital nonbonding semakin kecil sehingga
diperoleh panjang gelombang yang lebih besar, yang kemungkinan disebabkan
oleh pembentukan kompleks.
Tabel 2. Panjang gelombang maksimum FeCl2.4H2O, ligan bpy, ligan dcbq, ligan phen, dan dye (kompleks Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z (x = 1-2, y = 1-2 z = 1)
No. Senyawa λ1 (nm) λ2 (nm)
1. FeCl2.4H2O 252 332
2. 2-2’-bipiridin (bpy) 244 281
3. 2,2’-biquinoline-4,4’-dicarboxylic acid
(dcbq)
265 330
4. 1,10-fenantrolin (phen) 264 -
5. Dye (kompleks Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z ) 303 515
Pada λ2dye menunjukkan puncak melebar dengan panjang gelombang
maksimum 515 nm dan terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih
besar (batokromik) dari logamnya yaitu dari 332 nm menjadi 515 nm. Pergeseran
batokromik diperkirakan terjadinya transisi metal to ligand charge transfer
(MLCT) yang karakteristiknya memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan
transisi d-d. Fenomena MLCT cenderung terjadi pada senyawa kompleks dari ion
logam dengan bilangan oksidasi rendah (densitas elektron pada orbital d besar)
yang mengikat ligan yang memiliki orbital kosong *, sehingga memungkinkan
terjadi ikatan balik (back bonding) dari ion logam ke ligan. Cho et al. (2001) juga
telah memperlihatkan kompleks (RuII(bpy-COOH)2)32+ yang mengalami
pelebaran pita absorbansi pada =467 nm sebagai interaksi metal to ligand
charge transfer (MLCT) dalam kompleks.
Pada pewarna kompleks Fe dengan ligan 1,10-fenantrolin, 2,2-bipiridin,
dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid mengandung gugus kromofor dimana
memiliki gugus tak jenuh dan memiliki gugus auksokrom (NH2, NR2) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
memekatkan warna kromofor sehingga meningkatkan intensitas dan panjang
gelombang pada absorbsi. Puncak panjang gelombang menunjukkan adanya
eksitasi elektron dari π ke π* dan n ke π* untuk ikatan rangkap terkonjugasinya.
Penentuan struktur senyawa kompleks [Fe(phen)x(bpy)y(dcbq)z] tidak
dilakukan pada penelitian ini.
C. Sensitisasi Dye
Plat ITO/TiO2 direndam dalam kompleks dye Fe dengan ligan 1,10-
fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid yang telah
disintesis selama tiga hari. Proses sensitisasi dye ini dilakukan selama 24 jam agar
didapatkan hasil yang sempurna. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan warna
dari lapis tipis ITO/TiO2 dari putih menjadi merah muda. Berikut grafik ITO/TiO2
yang telah disensitisasi dianalisis menggunakan UV-Vis padat.
Gambar 7. Grafik ITO/TiO2/dye
ITO/TiO2/dye memiliki puncak pada panjang gelombang maksimum 516
nm. Pada lapis tipis ITO/TiO2/dye memiliki respon pada daerah tampak yang
lebar yang dimungkinkan karena interaksi metal to ligand charge transfer terjadi
(MLCT) yang merupakan hasil respon dari dye pada permukaan oksida.
Dikarenakan adanya perpindahan elektron dari senyawa kompleks dye ke material
TiO2 sehingga ada sebuah elektron yang ditransfer keluar dari atom logam pusat
365.0 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 720 740 760 780 800.0
1.101
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.255
NM
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
(Asbury et al., 2000). Pengamatan hasil spektra ini relevan dengan hasil penelitian
Vinodgopal et al. (1995) yang telah menunjukkan pelebaran pita absorbsi setelah
penambahan senyawa kompleks sensitiser. Pelebaran pita absorbansi ini
bermanfaat dalam memperluas fotorespon dari TiO2. Kontribusi MLCT juga
menyebabkan berubahnya densitas elektron yang mengalami transisi, antara
logam dan ligan yang dikenai. Perubahan ini terjadi di dalam ground state (Cole,
et al., 2001).
D. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange
Eksperimen pengukuran degradasi fotoelektrokatalitik dilakukan dengan
membuat reaktor one compartement yang dapat dilewati oleh elektrolit NaCl,
dimana elektroda counter Cu dalam satu wadah dengan elektroda kerja
ITO/TiO2/dye . Potensiostat digunakan untuk mengatur tegangan yang dikenakan
ke elektroda kerja. Lampu halogen 150 W digunakan sebagai sumber energi foton.
Proses degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange dilakukan beberapa variasi
yaitu variasi tegangan, variasi waktu penyinaran, variasi pH, dan variasi
konsentrasi elektrolit.
1. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Tegangan
Pengukuran tegangan menggunakan multimeter. Variasi tegangan yang
digunakan adalah -1V; -0,8V; -0,6V; -0,4V; -0,2V; 0V; 0,2V; 0,4V; 0,6V; 0,8V;
dan 1V. Methyl orange yang digunakan untuk proses degradasi
fotoelektrokatalitik adalah sebesar 5 mg/L, sedangkan konsentrasi larutan NaCl
yang digunakan yaitu 0,05 M dan waktu penyinaran dengan lampu halogen
selama 3 jam. Hasil degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange untuk
masing-masing tegangan dapat dilihat pada gambar berikut.
Persentase penurunan konsentrasi zat warna methyl orange paling tinggi
adalah pada tegangan -1V (Gambar 8). Berdasarkan hasil percobaan dapat
diketahui bahwa degradasi methyl orange disebabkan oleh reaksi elektrokimia
langsung (direct electrochemical), disamping reaksi fotoelektrokatalitik oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
TiO2/dye. Reaksi fotoelektrokatalitik oleh TiO2/dye lebih dapat berjalan jika
TiO2/dye diposisikan sebagai fotoanoda pada proses reaksi fotoelektrodegradasi.
TiO2 yang berlaku sebagai fotoanoda (diberi muatan positif) kurang mendegradasi
methyl orange, sehingga dapat disimpulkan bahwa eksitasi dye yang
menghasilkan ecb pada permukaan TiO2 kurang dapat menginisiasi reaksi
fotoelektrodegradasi methyl orange yang bermuatan negatif. Jadi ketika negatif
bias lebih efektif daripada positif bias, maka mekanisme mengikuti direct
electrochemical oxidation karena photogeneration oleh eksitasi dye dihambat oleh
negatif bias.
Gambar 8. Penurunan konsentrasi zat warna (%) dengan variasi tegangan (waktu 3 jam, [NaCl] =0,05 M, dan [methyl orange] = 5 ppm)
Pada pemberian potensial bias positif, yang menjadi fotoanoda adalah
TiO2/dye dan fotokatoda adalah logam Cu. Reaksi yang mungkin terjadi sebagai
berikut:
Gambar 9a. Skema sel fotoelektrokatalitik dengan potensial bias positif
05
1015202530354045
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Pros
enta
se D
egra
dasi
Voltase
I
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
Anoda (ITO/TiO2/dye):
TiO2 → e- + h+ ................................................................................. (1)
2 Cl- → Cl2 + 2 e- ............................................................................ (2)
2 H2O → 4 H+ + O2 + 4 e- ................................................................ (3)
MO- → e- + MO ............................................................................. (4)
Terjadi reaksi fotosensitisasi di anoda:
dye + h → dye* ....................................................................... (5)
dye* + TiO2 → dye· + e-cb ............................................................. (6)
e-cb + O2 → O2·.......................................................................... (7)
2 O2· + 2 H2O → H2O2 + 2 OH- + O2 .............................................. (8)
H2O2 + e-cb → OH. + OH ............................................................. (9)
O2. + MO → senyawa sederhana ........................................... (10)
OH. + MO → senyawa sederhana ........................................... (11)
dye* + e-cb → dye (recombination) ........................................ (12)
dye* + e-eks → dye ...................................................................... (13)
Katoda (Cu):
2 H2O + 2 e- → 2 OH- + H2 ...................................................................... (14)
2 H2O → O2 + 4 H+ + 4 e- .............................................................. (15)
Pada pemberian potensial bias positif, fotoelektrodegradasi methyl
orange yang dipicu dari eksitasi dye pada permukaan TiO2. Elektron yang
dihasilkan oleh eksitasi dye dapat berpindah ke pita konduksi TiO2 menghasilkan
ecb, selanjutnya reaksi fotoreduksi methyl orange dapat berlangsung. Penambahan
potensial luar pada lapis tipis TiO2 akan menyebabkan pemisahan elektron
tereksitasi dan hole dipercepat. Potensial luar pada illuminasi TiO2 tidak hanya
dapat memisahkan elektron pada pita konduksi dari proses oksidasi, tetapi juga
dapat mengurangi rekombinasi elektron dan hole dan memisahkan sisi oksidasi
dan reduksi (He, et al., 2003). Proses pergerakan methyl orange yang bermuatan
negatif ke permukaan TiO2/dye yang bermuatan netto positif (fotoanoda), selain
dapat mendukung proses fotoelektrodegradasi dengan mekanisme fotoreduksi
oleh O2· juga dapat mengalami reaksi dengan mekanisme fotooksidasi oleh OH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
di permukaan TiO2/dye. TiO2 juga dapat mengalami oksidasi secara elektrokimia
menghasilkan elektron e-cb dan hole (h+
vb). hole (h+vb) dapat menginisiasi reaksi
oksidasi dan di lain pihak e-cb akan menginisiasi reaksi reduksi pada permukaan
semikonduktor (Linsebigler et al., 1995). Mekanisme reaksi reduksi-oksidasi yang
terjadi adalah h+vb dapat mengoksidasi air atau gugus hidroksil pada methyl
orange yang teradsorb pada permukaan untuk membentuk radikal hidroksil (OH.)
dan di lain pihak, e-cb dapat mereduksi oksigen yang teradsorb untuk membentuk
anion radikal superoksida dan hidroperoksida (Wang, 2006). Proses reaksi
reduksi-oksidasi dipengaruhi oleh potensial redoks dari h+vb dan e-
cb. Potensial
redoks h+vb dari semikonduktor TiO2 anatase sebesar 2,53V ( vs SHE) dan
potensial redoks dari e-cb sebesar -1V. Potensial oksidasi yang dimiliki oleh h+
vb
kecil sehingga air dan atau gugus hidroksil dapat teroksidasi pada permukaan
TiO2 serta potensial reduksi yang dimiliki oleh e-cb dapat menghasilkan radikal
hidroksil (OH.) yang merupakan spesi pengoksidasi kuat (2,8V vs SHE) untuk
mengoksidasi kebanyakan zat organik menjadi air, asam mineral, dan karbon
dioksida (Gunlazuardi, 2001).
Pada bias negatif, yang menjadi fotoanoda adalah logam Cu dan
fotokatoda adalah TiO2/dye, maka fotosensitisasi TiO2 yang menghasilkan ecb
tidak dapat secara efektif menginisiasi reaksi fotoelektrodegradasi MO. Pada
pemberian potensial bias negatif, penurunan konsentrasi MO kemungkinan
disebabkan oleh reaksi fotoelektrokatalitik tanpa eksitasi dye dan reaksi
elektrokimia langsung (direct electrochemical). Reaksi yang terjadi mungkin
sebagai berikut:
Gambar 9b. Skema sel fotoelektrokatalitik dengan potensial bias negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
Anoda (Cu):
Cu → Cu2+ + 2 e- ....................................................................... (16)
2 H2O → O2 + 4 H+ + 4 e- .............................................................. (17)
2 Cl- → Cl2 + 2 e- .......................................................................... (18)
MO- → e- + MO ........................................................................... (19)
Katoda (ITO/TiO2/dye):
TiO2 + 4 H+ + 2 e- → Ti2+ + 2 H2O ....................................................... (20)
2 H2O + 2 e- → 2 OH- + H2 ......................................................... (21)
TiO2 → e-cb + h+
vb ............................................................ (22)
e-cb + O2 → O2·........................................................................ (23)
2 O2· + 2 H2O → H2O2 + 2 OH- + O2 ........................................ (24)
H2O2 + e-cb → OH. + OH. ........................................................ (25)
h+vb + H2O → OH. + H+ ............................................................. (26)
H2O ↔ H+ + OH- ............................................................ (27)
h+vb + OH- → OH. ...................................................................... (28)
OH. + MO → senyawa sederhana ........................................... (29)
O2. + MO → senyawa sederhana ........................................... (30)
Kemungkinan methyl orange tereduksi pada bias negatif disebabkan
partikel methyl orange mendekat ke logam Cu, dan terjadi deposisi di permukaan
elektroda Cu. Proses deposisi ini dapat berlangsung melalui pembentukan
kompleks Cu dengan MO di permukaan elektroda Cu.
Proses fotoelektrodegradasi baik melewati mekanisme eksitasi sensitiser
dye maupun tanpa eksitasi sensitiser dye melalui tahap-tahap pemutusan ikatan
pada struktur methyl orange. Perubahan orde ikatan pada methyl orange
ditunjukkan dengan perubahan transisi intra ligan (* atau n*) (Gambar
10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
Gambar 10. Grafik degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange denganvariasi tegangan
2. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Waktu Penyinaran Sinar Tampak
Variasi waktu penyinaran oleh sinar tampak yang digunakan adalah 30,
60, 120, 180, 240, dan 300 menit. Hasil degradasi fotoelektrokatalitik zat warna
methyl orange untuk masing-masing waktu adalah sebagai berikut.
Gambar 11. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi waktu penyinaran lampu halogen ([methyl orange] = 5 ppm, [NaCl] = 0,05 M, dan tegangan = -1V)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
300 400 500 600
A
Nm
-1V
-0,8V
-0,6V
-0,4V
-0,2V
0V
0,2V
0,4V
0,6V
0,8V
1V
05
10152025303540
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270
Pros
enta
se D
egra
dasi
Waktu
I
II
Telah terjadi degradasi/pemutusan ikatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
Dari data gambar dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar zat
warna methyl orange bervariasi antara 9,34 % - 35,02 %, dimana persentase
degradasi terbesar terletak pada penyinaran sumber radiasi tampak selama 180
menit. Dari grafik persentase degradasi terhadap waktu dapat diketahui bahwa
penurunan konsentrasi zat warna semakin besar seiring dengan lamanya waktu
penyinaran sinar tampak, akan tetapi pada range waktu antara 180 menit hingga
240 menit tidak terjadi penurunan konsentrasi yang signifikan. Hal ini
dikarenakan semakin lama penyinaran sinar tampak, maka semakin banyak
elektron yang terus tereksitasi sehingga semakin banyak pula h+ yang terbentuk.
Semakin banyak h+, maka radikal hidroksil juga akan semakin banyak yang akan
berperan dalam proses degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
Z. W. – SO2 – CH = CH2 + .OH → Z. W. – SO2 – CH2- CH2 – OR
3. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi pH Larutan
Variasi pH larutan zat warna methyl orange yang digunakan adalah 3, 4,
6, 7, 10, 11. Hasil degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange untuk
masing-masing pH adalah sebagai berikut.
Gambar 12. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi pH larutan ([methyl orange] = 5 ppm, [NaCl] = 0,05 M, tegangan = -1
V, selama 3 jam)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pros
enta
se D
egra
dasi
Ph
I
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
Berdasarkan data, didapatkan penurunan konsentrasi zat warna methyl
orange bervariasi antara 24,14 % sampai 71,14 %. Penurunan konsentrasi
tertinggi adalah sebesar 71,14 % yang terjadi pada pH 3. Efek pH mempengaruhi
struktur methyl orange seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 13.
Gambar 13. Beberapa struktur methyl orange (a) cationic form (b) zwitterionic form (c) anionic form
1. Cationic form
Pada pH relatif rendah (pH = 3-4) kemungkinan besar banyak berada
sebagai bentuk kation (cationic form) (bermuatan positif pada N). Reaksi yang
terjadi seperti pada penggunaan potensial bias negatif persamaan (16) – (30).
H+ dari sistem bergerak ke arah katoda (TiO2/dye). Di katoda terjadi
reaksi pembentukan OH.. OH. bereaksi dengan H+ dari sistem (methyl orange
yang bersifat asam) sehingga methyl orange mengalami penurunan konsentrasi
yang tinggi.
(a)
(b)
(c)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
2. Zwitterionic form
Pada pH yang lebih tinggi (pH = 6-7) banyak berada sebagai zwitter ion.
Reaksi yang terjadi seperti pada penggunaan potensial bias negatif persamaan (16)
– (30).
Namun kemampuan untuk mendekat/menempel pada elektroda lebih
rendah dibanding dalam bentuk dominan cationic form. Hal ini dikarenakan tidak
ada driving force ke anoda ataupun katoda.
3. Anionic form
Sedangkan pada pH sangat basa (pH = 10-11) sebagian dapat berada
sebagai anion. Reaksi yang terjadi seperti pada penggunaan potensial bias negatif
persamaan (16) – (30).
Namun karena methyl orange berbentuk anionik sehingga
mendekati/menempel pada anoda (elektroda Cu) sehingga terjadi pengurangan
konsentrasi methyl orange pada pH = 10-11. Persen penurunan konsentrasi
disebabkan oleh deposisi, methyl orange yang bermuatan negatif bergerak
menjauhi TiO2 sehingga reaksi fotokatalisis oleh TiO2 kurang efektif berjalan.
Zat warna methyl orange memiliki gugus sulfonat di dalam strukturnya,
yang spesiasinya dipengaruhi oleh pH sistem. Pada pH rendah gugus sulfonat ada
sebagai -SO3H2, pada pH netral ada sebagai -SO3H dan pada pH tinggi ada sebagai
-SO32-. Muatan netto dari methyl orange mempengaruhi mobilitas methyl orange
menuju anoda atau katoda.
4. Degradasi Fotoelektrokatalitik Zat Warna Methyl Orange dengan
Variasi Konsentrasi NaCl
Variasi konsentrasi NaCl yang digunakan adalah 0,05 M; 0,5 M; 1 M; 2
M; 3 M; 4 M; dan 5 M. Waktu penyinaran lampu halogen selama 3 jam. Hasil
degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange untuk masing-masing
konsentrasi NaCl dapat dilihat pada gambar berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
Gambar 14. Penurunan konsentrasi zat warna dengan variasi konsentrasi NaCl ([methyl orange] = 5 ppm, tegangan = -1V, selama 3jam)
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa persentase penurunan
konsentrasi zat warna methyl orange paling tinggi adalah pada konsentrasi 1 M.
Dari hasil percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi NaCl
yang digunakan, semakin kurang aktivitas elektrolitnya. Hal ini disebabkan karena
persebaran bulk material dari NaCl yang terlalu besar sehingga mempengaruhi
degradasi fotoelektrokatalitik zat warna methyl orange.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Pros
enta
se D
egra
dasi
[NaCl]
I
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Material ITO/TiO2/dye memiliki respon di daerah tampak.
2. Tegangan optimum yang diperoleh yaitu sebesar -1V karena memberikan
persentase degradasi paling tinggi.
3. Semakin lama penyinaran sinar tampak, degradasi fotoelektrokatalitik methyl
orange akan semakin besar. Akan tetapi, setelah penyinaran selama 3 jam
tidak terjadi perubahan yang signifikan.
4. Degradasi fotoelektrokatalitik methyl orange paling besar terjadi pada pH 3.
5. Semakin besar konsentrasi NaCl yang digunakan, semakin kurang aktivitas
elektrolitnya.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan variasi konsentrasi
methyl orange untuk mengetahui perbedaan banyaknya methyl orange yang
terdegradasi pada tiap konsentrasi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aplikasi plat ITO/TiO2/dye
sebagai fotoelektrokatalis degradasi pada polutan organik yang bermuatan
netral.
3. Perlu dilakukan karakterisasi lanjut dari kompleks Fe dengan ligan 1,10-
fenantrolin, 2,2-bipiridin, dan 2,2-biquinoline-4,4-dicarboxylic acid.