npea nias bahasa -...
TRANSCRIPT
Mengelola Sumber Daya untuk Membangun Kembali dan Mewujudkan Masa Depan yang Lebih Baik untuk Nias
A n a l i s i s P e n g e l u a r a n P u b l i k N i a s 2 0 0 7
NPEA
40822
Pub
lic D
iscl
osur
e A
utho
rized
Pub
lic D
iscl
osur
e A
utho
rized
Pub
lic D
iscl
osur
e A
utho
rized
Pub
lic D
iscl
osur
e A
utho
rized
THE WORLD BANK OFFICE JAKARTAJakarta Stock Exchange Building Tower II/12-13th Fl.Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12910Tel: (6221) 5299-3000Fax: (6221) 5299-3111
THE WORLD BANKThe World Bank1818 H Street N.W.Washington, D.C. 20433 USATel: (202) 458-1876Fax: (202) 522-1557/1560Email : [email protected] : www.worldbank.org
Dicetak pada bulan Agustus 2007.Foto-foto dihalaman sampulSebelah kiri atas, kanan atas dan kanan bawah :Copyright © Aji Yahuti RamyakinSebelah tengah bawah : Copyright © Eka Hasfi AdhaSebelah Kiri bawah : Copyright © Enrique Blanco Armas
Copyright © Bank Dunia
Laporan yang berjudul Mengelola Sumber Daya untuk Membangun Kembali dan Mewujudkan Masa Depan yang Lebih Baik untuk Nias merupakan hasil kerja staf Bank Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia atau pemerintah yang mereka wakili.
Bank Dunia tidak menjamin kecermatan data yang terdapat pada penelitian ini. Batasan, warna, angka, dan informasi lain yang tertera pada setiap peta dalam penelitian ini tidak mencerminkan penilaian Bank Dunia tentang status hukum sebuah wilayah atau merupakan bentuk pengakuan dan penerimaan atas batasan tersebut.
Untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai laporan ini, silakan hubungi Wolfgang Fengler ([email protected]) atau Cut Dian Agustina ([email protected]).
Mengelola Sumber Daya untuk Membangun Kembali dan Mewujudkan
Masa Depan yang Lebih Baik untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
iMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Kata Pengantar
Pulau Nias, yang sudah merupakan salah satu kawasan termiskin di Indonesia, menderita dampak yang parah akibat bencana ganda yaitu tsunami tanggal 26 Desember 2004 dan gempa bumi dahsyat yang melanda tiga bulan kemudian, tanggal 29 Maret 2005. Hampir 1000 orang tewas dalam kedua bencana tersebut dan berbagai bangunan dan prasarana luluh lantak di wilayah pesisir dan di seluruh pulau. Pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional menanggapi gempa bumi tersebut dengan serius, dengan dana hampir 500 juta dolar AS dialokasikan untuk rekonstruksi sampai bulan Desember 2006 – sedikit lebih tinggi dari perkiraan nilai kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh kedua bencana tersebut.
Saat ini, lebih dari dua tahun setelah bencana tersebut, dan meski sudah tentu ada kemajuan signifi kan yang telah dicapai, mulai timbul beberapa kecenderungan yang meresahkan, yang akan dibahas oleh laporan ini. Khususnya, dana tidak dicairkan dengan kecepatan yang dikehendaki dikarenakan upaya rekonstruksi mengalami tantangan serius. Meski tampaknya tersedia dana yang cukup untuk rekonstruksi pulau Nias, masih ada kesenjangan geografi s dan sektoral yang mengkhawatirkan dalam proses rekonstruksi tersebut, sehingga menciptakan ketidakseimbangan yang tidak perlu. Juga, walaupun kedua pemerintah kabupaten telah dilibatkan dalam proses rekonstruksi, alokasi anggaran mereka untuk operasional dan pemeliharaan masih kecil, sehingga membahayakan kelangsungan jangka panjang pekerjaan yang tengah dijalankan.
Kedua pemerintah kabupaten tersebut seharusnya memainkan peran kunci dalam upaya rekonstruksi saat ini dan, yang lebih penting, dalam pembangunan pulau ini di masa mendatang. Mengingat hal ini, laporan ini juga menganalisis penggunaan dana publik oleh pemerintah kabupaten sejak tahun 2001, ketika desentralisasi mulai dilaksanakan di Indonesia. Pulau Nias, seperti halnya wilayah-wilayah lain di Indonesia, mengalami peningkatan pendapatan dan tanggung jawab pemerintah daerah setelah tahun 2001. Meskipun demikian, kedua kabupaten di pulau tersebut – yaitu Nias dan Nias Selatan – belum mendapatkan banyak manfaat dari desentralisasi bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah miskin lainnya, terutama sampai tahun 2005. Akibatnya, pengeluaran keseluruhan untuk layanan sosial dan prasarana lebih rendah dari daerah-daerah lain di Sumatera dan Indonesia, meskipun pengeluaran untuk pendidikan mencatat rekor yaitu sebesar 50 persen. Analisis Pengeluaran Publik Nias menawarkan rekomendasi mengenai cara meningkatkan jumlah sumber daya publik yang masuk ke pulau ini, serta cara memperbaiki efektivitas pengeluaran publik – yang sangat penting mengingat pendapatan per kapita yang rendah dan kebutuhan pembangunan di pulau ini.
Laporan ini merupakan hasil kerjasama erat antara Bank Dunia, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan kantor BRR Nias, serta kedua pemerintah kabupaten di pulau tersebut.
Alokasi sumber daya yang signifi kan untuk rekonstruksi, serta proses desentralisasi, membawa baik peluang maupun tantangan bagi pembangunan di Nias. Kami berharap agar laporan ini membantu memanfaatkan peluang tersebut dan mengatasi tantangan dengan cara menginformasikan proses perencanaan dan penyusunan anggaran kedua pemerintah kabupaten di Nias, serta menganalisis hambatan-hambatan dalam pengelolaan keuangan publik di kedua kabupaten, serta mengidentifi kasi kesenjangan-kesenjangan kunci dalam proses rekonstruksi.
Christian ReyCoordinator of the Aceh and Nias Recovery Program,
World Bank
William SabandarHead of Rehabilitation and Reconstruction Agency
(BRR) Nias
ii Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Ucapan Terima Kasih
Laporan ini disusun oleh sebuah tim dari Bank Dunia yang dipimpin oleh Cut Dian Agustina, bersama Ahya Ihsan dan Peter Rooney. Tim inti terdiri atas Adrianus Hendrawan, Harry Masyrafah, Sukmawah Yuningsih dan Sylvia Njotomihardjo. Tim dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dipimpin oleh Suahasil Nazara dan terdiri atas Mulia Hamonangan L. Tobing, Bernard Nazara dan Triasih Djutaharta. Deni Friawan menyusun laporan latar belakang dan mengelola pengumpulan dan analisis data awal.
Enrique Blanco Armas dan Wolfgang Fengler mengkoordinir dan mengawasi proses keseluruhan. Arnold Lopulalan membantu sosialisasi dan fasilitasi ke kedua pemerintah kabupaten dan para donor di Nias. Tim menerima bimbingan selama proses keseluruhan dari Victor Bottini (Kepala Perwakilan Bank Dunia di Aceh) dan Joel Hellman (Chief Governance Advisor and Coordinator untuk Aceh, Bank Dunia).
Laporan ini sangat terbantu oleh masukan yang berharga dari peer reviewer Kai Kaiser dan Javier Arze dari Bank Dunia. Komentar yang berharga juga diterima dari Bambang Suharnoko, Eleonora Suk Mei Tan, Bastian Zaini, Ahmad Zaki Fahmi, dan Yudha Permana. Terima kasih juga kepada Elvi Farida atas dukungan logistiknya. Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada Peter Milne untuk penyuntingan dan Arsianti yang telah membantu penyusunan format dan produksi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Aji Yahuti Ramyakin, Eka Hasfi Adha dan Enrique yang telah memberikan ijin kepada kami untuk menggunakan photo-photo mereka.
Tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam diskusi-diskusi seminar di Nias dan semua lembaga teknis (Dinas) yang terlibat dalam pengumpulan dan analisis data. Khususnya tim sangat berterima kasih kepada Bapak Binahati Baeha (Bupati Nias), Bapak Fahuwusa Laia (Bupati Nias Selatan), dan Bapak William Sabandar (Kepala Kantor BRR Nias) atas dukungan dan komitmen mereka.
Terima kasih kepada pemerintah Belanda, Denmark, Inggris dan Singapura, yang telah menyediakan dukungan keuangan yang substansial.
iiiMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
KAB. NIAS
KAB. NIAS SELATAN
KEPULAUANHINAKO
KEPULAUAN BATU
Gunung Sitoli
Teluk Dalam
Jambi
Pakanbaru
Palembang
Medan
PULAUNIAS
Banda Aceh
NORTH SUMATRA
Peta Nias
iv Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Daftar Istilah
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBappeda Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBappenas Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBCG Bacillus Calmette GuerinBKD Badan Kepegawaian DaerahBPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanBPS Badan Pusat StatistikBPS-SK Statistik Keuangan Badan Pusat StatistikBRR Badan Rehabilitasi dan RekonstruksiBupati Kepala Daerah KabupatenDAK Dana Alokasi KhususD&L Damage and Loss (Kerusakan dan Kerugian)DAU Dana Alokasi UmumDecon Dana DekonstruksiDesa VillageDinas Local Technical Agency Offi ceDPRD Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDPT Vaksinasi gabungan melawan difteri, pertusis, batuk whooping dan tetanusFGD Focus Group Discussions (Diskusi Kelompok Fokus)PDB Produk Domestik Bruto GER Gross Enrollment Rate (Angka Partisipasi Kasar)GoI Government of Indonesia (Pemerintah Indonesia) GRDP Gross Regional Domestic Product (Produk Domestik Daerah Bruto)HDI Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)IDP Internally Displaced Person (Pengungsi) IOM International Organization for MigrationKabupaten District (regency)Kecamatan SubdistrictKelurahan Urban villageKepmen Keputusan MenteriKeppres Keputusan PresidenKm KilometerKota City (urban district)LG Local Government (Pemerintah Daerah)MDF Multi-Donor Fund (Dana multidonor)MDG Millennium Development Goal (Tujuan Pembangunan Milenium)MoF Departemen Keuangan (Depkeu)MoHA Departemen Dalam Negeri (Depdagri)MoNE Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)NGO Non-Governmental OrganizationO&M Operations and Maintenance (Pengoperasian dan Pemeliharaan)PAD Pendapatan Asli DaerahPBB Pajak Bumi dan BangunanPDAM Perusahaan Daerah Air MinumPerpu Peraturan Pemerintah Penggati Undang-UndangPerda Peraturan DaerahPFM Public Financial Management (Pengelolaan Keuangan Publik)PLN Perusahaan Listrik NegaraPodes Potensi DesaPolindes Pondok Bersalin Desa
vMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Puskesmas Pusat Kesehatan MasyarakatPosyandu Pusat Pelayanan TerpaduPustu Puskesmas PembantuRGDP Regional GDP (PDB Daerah)SD Sekolah DasarSDO Subsidi untuk Daerah OtonomSIKD Sistem Informasi Keuangan DaerahSME Small/Medium Enterprise (Usaha Kecil dan Menengah)SMP Sekolah Menengah PertamaSumut Sumatera UtaraSusenas Survei Sosial Ekonomi NasionalUNDP United Nations Development ProgramUnicef United Nations Children’s FundUnesco United Nations Educational, Sciencifi c and Cultural Organization WB World Bank (Bank Dunia)WHO World Health Organization
vi Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Daftar IsiKata Pengantar iUcapan Terima Kasih iiPeta Nias iiiDaftar Istilah ivDaftar Isi viDaftar Gambar viiDaftar Tabel ix
RINGKASAN EKSEKUTIF xiKondisi Keuangan Pulau Nias xiiPenyelenggaraan Layanan Umum xvAgenda untuk Pelaksanaan xvi
BAB 1 Kondisi Ekonomi dan Sosial di Pulau Nias 1Kemiskinan dan Kondisi Sosial 2Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi 3Dampak Tsunami dan Gempa Bumi 4
BAB 2 Pendapatan dan Pembiayaan 7Pendapatan 8
Gambaran Pendapatan Keseluruhan di Nias 8Dana Alokasi Umum (DAU) 11Pendapatan Asli Daerah (PAD) 12Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14Bagi Hasil (Bukan Pajak) Sumber Daya Alam 16Dana Alokasi Khusus (DAK) 17
Pembiayaan dan Pinjaman 18Rekomendasi 19
BAB 3 Pengeluaran 21Pengeluaran Keseluruhan di Nias dan Nias Selatan 22Pengeluaran Rutin vs Pengeluaran Pembangunan 23
Pengeluaran Rutin 24
Pengeluaran untuk Pembangunan 26Pengeluaran Aparatur vs Pengeluaran Publik 28Anggaran Pengeluaran vs Realisasi Pengeluaran 29
Pengeluaran untuk Rekonstruksi di Nias 30Kemajuan Rekonstruksi BRR 31Rekomendasi 32
BAB 4 Pendidikan 33Pencapaian dan Sarana Pendidikan 34Belanja untuk Pendidikan 38Dampak Gempa Bumi dan Pembelanjaan Rekonstruksi untuk Pendidikan 41Rekomendasi 41
viiMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
BAB 5 Kesehatan 43Sistem dan Pencapaian Kesehatan 44Pengeluaran Kesehatan 47Dampak Tsunami dan Gempa Bumi terhadap Sarana Kesehatan 50Rekomendasi 51
BAB 6 Infrastruktur 53Kondisi Infrastruktur di Pulau Nias 54Pembelanjaan Infrastruktur 56Dampak Gempa Bumi dan Pengeluaran Rekonstruksi pada Infrastruktur 59Rekomendasi 59
BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah 61Desentralisasi dan Pemekaran Kabupaten/Kota 62Pengelolaan Keuangan Daerah 64Rekomendasi 65
LAMPIRAN 67Lampiran A: Permasalahan Kunci dan Rekomendasi 68Lampiran B: Gambar dan Tabel 71Lampiran C: Catatan Metodologi 86Lampiran D: Program Analisis Pengeluaran Publik Nias (NPEA) 89Lampiran E: Berita Acara Seminar NPEA dan Diskusi Kelompok Fokus 92
Referensi 97
Daftar Gambar
Gambar 1 Pendapatan pulau Nias sebelum dan sesudah desentralisasi, dan setelah gempa bumi xiiGambar 2 Pendapatan pemerintah daerah kabupaten Nias and Nias Selatan, 1996-2006 xiiiGambar 3 Pendapatan per kapita menurut kabupaten di Sumatera Utara, 2004 xiiiGambar 1.1 Tingkat kemiskinan per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 2Gambar 1.2 PDDB per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005 3Gambar 1.3 Komposisi perekonomian pulau Nias, 2005 4Gambar 1.4 Angka infl asi bulanan untuk pulau Nias, Sumatera Utara dan Indonesia, 2005 5Gambar 2.1 Pendapatan Nias sebelum dan sesudah desentralisasi, dan setelah gempa bumi 8Gambar 2.2 Pendapatan pemerintah daerah di Nias dan Nias Selatan, 1996-2006 8Gambar 2.3 Pendapatan per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 10Gambar 2.4 Alokasi DAU untuk Nias dan Nias Selatan 11Gambar 2.5 DAU per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005-06 12Gambar 2.6 Komposisi pajak daerah pulau Nias, 1999-2005 13Gambar 2.7 Komposisi pendapatan bagi hasil pajak di Nias dan Nias Selatan, 1999-2006 15Gambar 2.8 Komposisi pendapatan bukan pajak di Nias dan Nias Selatan sebelum dan setelah desentralisasi,
1997-200516
Gambar 2.9 Tren alokasi DAK untuk Nias dan Nias Selatan 17Gambar 2.10 Komposisi alokasi DAK ke pulau Nias, 2002-05 18
viii Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Gambar 2.11 Surplus dan defi sit anggaran di Nias dan Nias Selatan, 1994-2005 18Gambar 3.1 Pengeluaran publik Nias sebelum dan setelah desentralisasi, dan setelah gempa bumi 22Gambar 3.2 Pengeluaran di Nias dan Nias Selatan 23Gambar 3.3 Proporsi pengeluaran pemerintah kabupaten di Nias dan Nias Selatan 24Gambar 3.4 Pengeluaran sektoral keseluruhan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 24Gambar 3.5 Komposisi sektoral pengeluaran rutin di Nias dan Nias Selatan 26Gambar 3.6 Komposisi sektoral dan tren pengeluaran untuk pembangunan di Nias dan Nias Selatan 28Gambar 3.7 Alokasi proyek vs kebutuhan rekonstruksi untuk pulau Nias, Desember 2006 30Gambar 3.8 Pencairan untuk rekonstruksi di Nias dan Nias Selatan 31Gambar 4.1 Angka kemampuan membaca di Nias dan Nias Selatan per kabupaten/kota di Sumatera Utara,
200534
Gambar 4.2 Angka Partisipasi Kasar pulau Nias pada tingkat dasar, menengah dan atas, 2001-2005 35Gambar 4.3 Rata-rata masa bersekolah per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005 35Gambar 4.4 Sekolah dasar per 1000 anak usia sekolah dasar per kecamatan di Nias/ Nias Selatan, 2005 36Gambar 4.5 STR untuk sekolah dasar/menengah pertama per kecamatan di Nias Selatan, 2005 37Gambar 4.6 Sumber pengeluaran untuk pendidikan di Nias dan Nias Selatan, 2005 38Gambar 4.7 Pengeluaran untuk pendidikan dan persentase dari total pengeluaran agregat Nias, 2001-2005 39Gambar 4.8 Pengeluaran pendidikan per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 39Gambar 4.9 Komponen-komponen belanja rutin sektor pendidikan di Nias dan Nias Selatan, 2001-05 40Gambar 5.1 Persentase kelahiran yang dibantu oleh petugas kesehatan terlatih, 2001-2005 44Gambar 5.2 Rasio dokter dan bidan per 10.000 penduduk per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005 45Gambar 5.3 Rasio sarana kesehatan umum per 10.000 penduduk 46Gambar 5.4 Distribusi penggunaan sarana layanan kesehatan, 2005 46Gambar 5.5 Sumber-sumber pengeluaran untuk kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005 47Gambar 5.6 Pengeluaran untuk kesehatan dan porsinya terhadap total pengeluaran di Nias dan Nias Selatan,
2001-200548
Gambar 5.7 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 48Gambar 5.8 Komponen-komponen pengeluaran rutin untuk kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 49Gambar 6.1 Persentase rumah tangga yang memiliki akses air bersih per kabupaten/kota di Sumatera Utara,
200554
Gambar 6.2 Persentase rumah tangga yang memiliki listrik di Sumatera Utara, 2005 55Gambar 6.3 Pengeluaran prasarana dan porsi total pengeluarannya di pulau Nias, 2001-2005 56Gambar 6.4 Pengeluaran infrasruktur per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 57Gambar 6.5 Pembelanjaan pembangunan rata-rata dalam berbagai subsektor, 2001-2005 58Gambar 6.6 Komponen-komponen pengeluaran rutin prasarana di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 58Gambar 7.1 Belanja untuk pegawai dan jumlah pegawai negeri sipil di Nias dan Nias Selatan, 2000-2006 63Gambar 7.2 Rasio penduduk terhadap pegawai negeri sipil per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 63Gambar 7.3 Tingkat pendidikan pegawai negeri per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004 64Gambar 7.4 Kinerja PFM di Nias dan Nias Selatan 65Gambar B.8.1 PAD per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2004 71Gambar B.8.2 Pendapatan bagi hasil pajak Nias dan Nias Selatan, 1997-2006 72Gambar B.8.3 Bagi hasil pajak per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2005 72Gambar B.8.4 Bagi hasil bukan pajak dan porsi total pendapatannya di Nias dan Nias Selatan 73Gambar B.8.5 Penduduk, luas wilayah dan alokasi DAU per kabupaten di Sumatera Utara 73Gambar B.8.6 DAU dan bagi hasil per kapita (2005) dan tingkat kemiskinan (2004) per kabupaten di
Sumatera Utara 74
Gambar B. 8.7 DAU per kapita 2006 dan Indeks Pembangunan Manusia, 2005 74Gambar B. 8.8 Alokasi DAK per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2006 75Gambar B.8.9 Belanja rutin per kapita dan porsi belanja rutin per kabupaten di Sumatera Utara, 2004 75
ixMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
Gambar B.8.10 Pengeluaran pembangunan per kapita dan porsi pengeluaran pembangunan per kabupaten di Sumatera Utara, 2004
76
Gambar B.8.11 Format anggaran pemerintah kabupaten: format anggaran lama vs baru 76Gambar B. 8.12 Alokasi dan pencairan sektoral BRR, 2005 dan 2006 78
Daftar TabelTabel 1.1 Indikator sosial dan ekonomi untuk Nias dan Nias Selatan 3Tabel 1.2 Perkiraan penilaian kerusakan dan kerugian untuk pulau Nias 5Tabel 2.1 Komposisi pendapatan kabupaten Nias dan Nias Selatan 9Tabel 2.2 Porsi komponen-komponen pendapatan terhadap total pendapatan di Nias dan Nias Selatan 10Tabel 2.3 Komposisi PAD pulau Nias, 1999-2005 13Tabel 2.4 Pendapatan bagi hasil pajak Nias dan Nias Selatan 15Tabel 2.5 Akumulasi cadangan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 19Tabel 3.1 Pengeluaran rutin menurut penggolongan ekonomi di Nias dan Nias Selatan 25Tabel 3.2 Komposisi sektoral pengeluaran untuk pembangunan di Nias dan Nias Selatan 27Tabel 3.3 Pengeluaran aparatur dan publik di Nias dan Nias Selatan, 2005 29Tabel 3.4 Rencana pengeluaran vs realisasi pengeluaran di Nias dan Nias Selatan 29Tabel 4.1 Luas wilayah layanan sekolah untuk Nias dan Nias Selatan, 2005 36Tabel 4.2 Rasio murid-guru di Nias dan Nias Selatan, 2005 37Tabel 4.3 Pengeluaran rutin dan pembangunan untuk pendidikan di pulau Nias, 2001-2005 40Tabel 5.1 Indikator kesehatan di Nias dan Nias Selatan 44Tabel 5.2 Cakupan imunisasi di pulau Nias, 2005 45Tabel 5.3 Pengeluaran kesehatan di Nias dan Nias Selatan menurut rutin dan pembangunan, 2001-2005 49Tabel 5.4 Dampak gempa bumi terhadap sarana kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005 50Tabel 6.1 Kondisi jalan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 55Tabel 6.2 Pengeluaran rutin dan pembangunan untuk infrastruktur 2001-2005 57Tabel 6.3 Kerusakan prasarana dan kemajuan rekonstruksi 59Tabel B.8.1 Kemajuan rekonstruksi pulau Nias 71Tabel B. 8.2 Hasil survei PFM di Nias dan Nias Selatan 77Tabel B.8. Petugas kesehatan di pulau Nias, 2000-2005 77Tabel B.8.4 Distribusi petugas kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005 78Tabel B.8.5 Perkiraan alokasi anggaran dan pencairan dana rekonstruksi di Aceh dan Nias, Desember 2006 79Tabel B. 8.6 Komposisi pendapatan pemerintah kabupaten di Nias dan Nias Selatan 80Tabel B. 8.7 Komposisi pendapatan pemerintah kabupaten di Sumatera Utara, 2004 81Tabel B.8.8 Belanja rutin dan pembangunan per kabupaten di Sumatera Utara, 2004 82Tabel B.8.9 Belanja rutin menurut klasifi kasi ekonomi dan kabupaten di Sumatera Utara, 2004 83Tabel B. 8.10 Belanja pembangunan menurut sektor dan kabupaten di Sumatera Utara, 2004 84Tabel B. 8.11 Belanja pendidikan, kesehatan dan infrastruktur menurut belanja rutin dan pembangunan dan
per kabupaten di Sumatera Utara, 2004 85
x Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
RINGKASAN EKSEKUTIF
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
xii Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007RINGKASAN EKSEKUTIF
Kondisi Keuangan Pulau Nias
Nias merupakan wilayah yang sudah sangat miskin bahkan sebelum terkena bencana, sehingga gempa bumi tanggal 28 Maret 2005 memporakporandakan pulau Nias. Gempa bumi bulan Maret tersebut – yang datang kurang dari tiga bulan setelah tsunami bulan Desember 2004 yang juga melanda Nias – menewaskan hampir 1000 orang dan menyebabkan sekitar 10 persen penduduk kehilangan tempat tinggal. Prasarana dan bangunan umum mengalami kerusakan dan kehancuran yang tersebar luas, dengan total biaya perbaikan diperkirakan sebesar US 392 juta dolar, jumlah yang lebih besar dari PDB total seluruh pulau ini. Tidaklah mengejutkan bahwa perekonomian yang terbelakang di pulau ini sangat terganggu oleh bencana ganda tersebut, hingga mengalami kontraksi 3,4 persen pada tahun 2005. Sebagaimana halnya di Aceh, setelah terjadinya bencana tersebut Nias menerima sumber daya keuangan dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Pemerintah Indonesia, para donor dan NGO untuk membiayai rekonstruksi pulau ini. Anggaran rekonstruksi untuk tahun 2006 diperkirakan sebesar Rp 1,1 trilyun, empat kali jumlah anggaran normal pemerintah daerah (Gambar 1).
Gambar 1 Pendapatan pulau Nias sebelum dan sesudah desentralisasi, dan setelah gempa bumi
0200
400600800
1,000
1,2001,4001,600
1,8002,000
1999 2002 2006
BRR
Donors & NGOs
Dekonsentrasi Pemerintah daerah Nias & Nias Selatan Rekonstruksi
Mily
ar ru
pia
h
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK dan BRR. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Letak pulau Nias yang terpencil merupakan alasan utama lambatnya kemajuan rekonstruksi. Bahan bangunan yang diperlukan untuk rekonstruksi pasca gempa sangat sulit diperoleh dengan jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau. Jadwal pelayaran yang tidak teratur telah memperburuk kelangkaan pasokan. Pasokan bahan bakar yang tidak menentu dengan harga yang terus naik, ditambah dengan jarak yang jauh ke pasar, juga telah memperlambat upaya rekonstruksi. Meskipun kemajuan rekonstruksi mulai membaik pada akhir tahun 2006, baru 35 persen dana yang dialokasikan telah dibelanjakan sampai dengan Desember 2006, dan kebutuhan yang belum dipenuhi masih banyak. Yang terutama perlu menjadi perhatian adalah kurangnya kemajuan di kabupaten Nias Selatan, baik dari segi alokasi sumber daya maupun lambatnya kemajuan proyek-proyek yang ada. Sebagian dana yang tersisa sebaiknya digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan regional ini.
Di samping sumber daya yang diterima untuk rekonstruksi, pendapatan pemerintah daerah di Nias juga telah mengalami peningkatan signifi kan setelah desentralisasi. Pendapatan gabungan pemerintah daerah untuk kedua kabupaten yang membentuk pulau tersebut, yaitu kabupaten Nias dan Nias Selatan, naik hampir 4 kali lipat, dari Rp 111 milyar pada tahun 1999 menjadi Rp 435 milyar pada tahun 2006 (Gambar 2).
xiiiMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 RINGKASAN EKSEKUTIF
Gambar 2 Pendapatan pemerintah daerah kabupaten Nias and Nias Selatan, 1996-2006
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006*
Nias Nias Selatan
Mily
ar ru
piah
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Meskipun ada peningkatan transfer dari pemerintah pusat yang signifi kan pada tahun 2006, Nias dan Nias Selatan terus menerima pendapatan yang termasuk paling rendah dari semua kabupaten di Sumatera Utara. Tidak seperti banyak kabupaten lain di Indonesia, transfer dari pemerintah tidak berhasil mengatasi kesenjangan pendapatan di kedua kabupaten ini. Nias dan Nias Selatan, meskipun merupakan dua kabupaten termiskin di Sumatera Utara, terus menerima alokasi yang termasuk paling rendah di provinsi tersebut dari segi pendapatan per kapita. Kabupaten Nias Selatan memiliki pendapatan per kapita terendah yaitu sebesar hanya Rp 295.000, sedangkan kabupaten Nias memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 497.000. Pendapatan per kapita kedua kabupaten ini masih jauh di bawah angka rata-rata nasional yaitu Rp 772.000, dan di bawah rata-rata provinsi yaitu Rp 702.000 (Gambar 3). Situasi keuangannya sangat berbeda dengan yang dijumpai di Aceh, di mana pendapatan publik per kapita rata-rata sekitar Rp 1,3 juta pada tahun 2004, lebih dari 5 kali lipat pendapatan publik per kapita rata-rata Nias Selatan. Di Aceh, situasi fi skal diperkirakan akan lebih membaik lagi, karena Dana Otonomi Khusus (2 persen alokasi DAU nasional) yang berhubungan dengan status otonomi khusus Aceh akan mulai mengalir pada tahun 2008.
Gambar 3 Pendapatan per kapita menurut kabupaten di Sumatera Utara, 2004
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
Kota Sibolga
Kab. Pakpak Bharat
Kota Tebing Tinggi
Kota Padang Sidempuan
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Binjai
Nasional
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samo sir
Kab. Tanah Karo
Rata-rata Sumatera Utara
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Dairi
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Mandailing Natal
Kota Medan
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Simalungun
Kab. Nias
Kab. Langkat
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Deli Serdang
Kab. Nias Selatan
Juta
rupi
ah
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS.
xiv Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007RINGKASAN EKSEKUTIF
Rendahnya pendapatan publik per kapita berhubungan dengan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) yang relatif rendah dari pemerintah pusat untuk Nias dan Nias Selatan. DAU merupakan sumber utama pendapatan untuk kedua kabupaten, yang mencapai 82 persen dari total pendapatan tahun 2006. Secara riil, alokasi DAU untuk Nias dan Nias Selatan tetap stabil semenjak tahun 2001 sampai ada peningkatan yang besar pada tahun 2006. Kriteria yang digunakan untuk alokasi DAU tidak menguntungkan bagi kedua kabupaten di Nias. Lima puluh persen alokasi DAU digunakan untuk membayar gaji pegawai negeri. Akan tetapi, karena relatif lebih rendahnya jumlah pegawai negeri sipil per kapita di kedua kabupaten tersebut, Nias dan Nias Selatan menerima alokasi DAU per kapita yang rendah meskipun indikator pembangunan manusia dan PDB per kapitanya rendah. Pulau Nias memiliki sumber pendapatan alternatif di luar DAU yang sangat sedikit, sementara Aceh, di samping mendapatkan alokasi DAU per kapita yang lebih besar, mendapatkan keuntungan dari alokasi khusus pendapatan migas melalui sistem bagi hasil, yang meningkatkan total pendapatan secara signifi kan. Dana Alokasi Khusus (DAK) sebetulnya dapat digunakan oleh pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran pembangunan di pulau ini. DAK memang telah mengalami peningkatan signifi kan selama beberapa tahun terakhir, dan menghasilkan 10 persen total pendapatan tahun 2006. Akan tetapi, kedua pemerintah kabupaten di Nias telah menyatakan keprihatinannya akan sulitnya memenuhi kriteria umum, khusus dan teknis DAK, yang berakibat kabupaten Nias Selatan tidak berhasil menerima alokasi DAK apa pun pada tahun 2004.
Memperbaiki kemampuan daerah sangat penting mengingat semakin besarnya kewenangan dan tanggung jawab setelah disentralisasi dan rendahnya kemampuan kedua pemerintah kabupaten di Nias. Sebelum desentralisasi, pemerintah daerah di Indonesia sekedar menjadi perwakilan pemerintah pusat yang ditugaskan untuk melaksanakan kebijakan dan program-program pemerintah pusat. Desentralisasi telah memberikan kontrol yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola anggaran dan layanan umumnya. Akibatnya, pemerintah daerah menanggung peran yang jauh lebih penting dalam pembangunan, dengan kewenangan lebih besar atas alokasi dan tanggung jawab anggaran. Untuk penyediaan layanan umum, di mana tanggung jawabnya telah banyak terdesentralisasi, pemerintah daerah kini menguasai dan membelanjakan dana dalam persentase yang besar. Bertambahnya peran dan tanggung jawab tersebut telah menimbulkan tekanan terhadap kapasitas pemerintah daerah yang terbatas. Bank Dunia dan LGSP-USAID melaksanakan survei Pengelolaan Keuangan Publik (PFM) di pulau ini, yang menemukan bahwa tingkat kemampuan pengelolaan keuangan publik setempat ternyata sangat rendah. Kabupaten Nias mencatat skor keseluruhan 38 persen (buruk), sedangkan skor rata-rata kabupaten Nias Selatan hanya 14 persen (sangat buruk). Perbandingan hasil survei untuk kedua kabupaten di Nias ini dengan hasil survei yang sama di Aceh (Bank Dunia, 2007b) menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten di Aceh mencatat skor yang lebih tinggi dari kabupaten Nias, sementara di Aceh tidak ada kabupaten yang mendapat skor lebih rendah dari kabupaten Nias Selatan. Kapasitas yang rendah ini diperburuk oleh kesulitan menarik dan mempertahankan staf yang cakap ke pulau ini karena letaknya yang terpencil dan tidak adanya mekanisme insentif. Salah satu indikator hal ini adalah bahwa sebagian besar pegawai negeri di pulau Nias hanya lulusan sekolah menengah tingkat atas.
Pola pengeluaran kedua pemerintah daerah di Nias telah membaik dalam beberapa hal tetapi masih ada bidang-bidang yang menimbulkan kekhawatiran serius. Pengeluaran untuk pendidikan menyerap sebagian besar pengeluaran di kedua kabupaten. Meskipun demikian, pengeluaran ini telah menurun pada tahun-tahun terakhir, sementara pengeluaran untuk aparatur pemerintah kini menyerap dana dalam porsi yang tidak seimbang. Demikian pula, infrastruktur, suatu bidang kunci untuk pembangunan pulau Nias mengingat banyaknya desa terpencil di wilayah tersebut dan jaraknya yang jauh dari Sumatera, telah mengalami penurunan alokasi dana yang tajam sejak desentralisasi. Pengeluaran rutin, umumnya untuk membayar gaji pegawai negeri, menghabiskan jumlah dana yang semakin besar, sehingga dana untuk memelihara aset-aset yang ada atau diinvestasikan bagi peningkatan layanan umum menjadi terbatas. Satu lagi tren yang mengkhawatirkan adalah besarnya alokasi dana untuk perjalanan dinas. Pada tahun 2005, alokasi kedua pemerintah daerah tersebut untuk perjalanan dua kali lebih besar dari alokasi untuk pengoperasian dan pemeliharan aset-aset publik. Banyak dari tren ini yang juga dijumpai di Aceh dan daerah-daerah lain di Indonesia. Setelah desentralisasi, pengeluaran rutin pemerintah daerah telah mengalami peningkatan yang besar, sedangkan kenaikan pengeluaran untuk pembangunan tampaknya menguntungkan aparatur pemerintah dan merugikan sektor-sektor yang lebih mungkin menimbulkan dampak positif terhadap kemiskinan, seperti pendidikan, kesehatan atau pun infrastruktur.
xvMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyelenggaraan Layanan Umum
Pendidikan
Hasil-hasil pendidikan di Kabupaten Nias dan Nias Selatan termasuk yang terendah di Sumatera Utara. Angka melek huruf di pulau Nias meningkat pada tahun-tahun terakhir menjadi 85,8 persen pada tahun 2005, namun kedua kabupaten tersebut memiliki angka melek huruf terendah di Sumatera Utara. Persentase penduduk dewasa pulau ini yang belum pernah bersekolah relatif tinggi. Rendahnya angka melek huruf orang dewasa dan angka partisipasi sekolah di pulau ini agak mengejutkan mengingat jumlah sarana pendidikan yang tersedia relatif besar. Jarak rata-rata ke sekolah lebih dekat dan jumlah sekolah per anak secara signifi kan lebih tinggi dari rata-rata provinsi maupun nasional. Namun demikian, angka rata-rata ini menyembunyikan ketidakmerataan antar kecamatan, yang mengakibatkan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam jaringan sarana pendidikan yang sebetulnya cukup. Di lain pihak, rasio murid-guru relatif tinggi, terutama di kabupaten Nias Selatan, yang menunjukkan perlunya distribusi guru yang lebih baik menuju daerah-daerah di mana kebutuhannya paling tinggi. Ketidakmerataan antar kecamatan terlihat lebih menonjol lagi, di mana ada kecamatan yang memiliki rasio murid-guru yang mencapai angka 70, jauh lebih tinggi dari rata-rata untuk pulau ini secara keseluruhan. Kondisi ruangan kelas merupakan satu lagi masalah besar di pulau ini, dengan lebih dari 80 persen ruang kelas dalam kondisi buruk.
Mengingat angka pengeluaran untuk pendidikan yang tinggi – lebih dari 40 persen di kedua kabupaten – tampaknya tidak mungkin pengeluaran untuk pendidikan dapat menaikkan porsinya lebih tinggi lagi di anggaran kabupaten. Porsi besar total pengeluaran untuk pendidikan di pulau ini tidak berwujud pada pengeluaran pendidikan per kapita yang tinggi. Pada kenyataannya, kedua kabupaten memiliki pengeluaran publik per kapita untuk pendidikan yang secara signifi kan lebih rendah daripada angka rata-rata provinsi, di mana kabupaten Nias Selatan memiliki pengeluaran per kapita untuk pendidikan yang terendah di provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya yang ada secara lebih efi sien merupakan satu-satunya cara untuk memperbaiki penyelenggaraan pendidikan publik. Pengeluaran di kedua kabupaten hendaknya diarahkan menuju pengisian kesenjangan dalam distribusi guru, serta memperbaiki pemeliharaan ruang kelas. Pola pengeluaran yang ada saat ini tidak mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pemeliharaan ruang kelas yang ada, dimana pengeluaran rutin paling banyak adalah untuk membiayai gaji guru.
Kesehatan
Meski sudah ada perbaikan dalam tahun-tahun terakhir, hasil kesehatan di pulau Nias masih tertinggal dari angka rata-rata provinsi dan nasional. Pulau Nias memiliki angka kematian bayi yang jauh lebih tinggi daripada Sumatera Utara dan Indonesia secara keseluruhan. Persentase jumlah anak balita yang menderita gizi buruk jauh lebih tinggi dari angka rata-rata provinsi dan nasional, dan tingkat cakupan imunisasi secara signifi kan lebih rendah di pulau ini. Nampaknya yang menjadi masalah bukanlah sarana kesehatan; meskipun kabupaten Nias memiliki sarana kesehatan per kapita yang lebih banyak daripada rata-rata provinsi, angka untuk kabupaten Nias Selatan sedikit di bawah rata-rata provinsi. Akan tetapi, ketersediaan personil kesehatan lebih merupakan masalah, di mana rasio personil-per-penduduk sangat rendah di kedua kabupaten. Di kabupaten Nias Selatan, misalnya, hanya ada 7 orang dokter yang melayani hampir 290.000 orang penduduk. Kurangnya personil kesehatan ini diperburuk oleh distribusi petugas kesehatan yang tidak merata antar kecamatan di pulau ini, sehingga menimbulkan kesenjangan yang signifi kan di daerah-daerah yang terbelakang.
Bila dihitung secara per kapita, pengeluaran publik untuk kesehatan secara signifi kan lebih rendah di pulau Nias bila dibandingkan dengan Sumatera Utara atau pun Indonesia secara keseluruhan. Kabupaten Nias Selatan memiliki pengeluaran per kapita terendah dari kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara, sedangkan pengeluaran per kapita di kabupaten Nias, meskipun sedikit lebih tinggi, masih jauh di bawah rata-rata untuk Sumatera Utara dan untuk Indonesia secara keseluruhan. Porsi pengeluaran untuk kesehatan dalam total pengeluaran naik dari 5 persen pada tahun 2001 menjadi 8 persen pada tahun 2005, sejalan dengan rata-rata nasional yaitu 7 persen. Oleh karena itu, cakupan kenaikan lebih lanjut dalam hal tingkat pengeluaran untuk kesehatan kini menjadi terbatas. Namun kenaikan pengeluaran untuk kesehatan ini lebih banyak dihabiskan untuk fungsi-fungsi rutin, terutama membayar gaji petugas kesehatan. Pengeluaran seharusnya digunakan untuk menutup kesenjangan distribusi petugas kesehatan di daerah terpencil, serta pengoperasian dan pemeliharaan sarana kesehatan yang ada.
xvi Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007RINGKASAN EKSEKUTIF
Infrastruktur
Akses ke infrastruktur dasar, seperti air bersih, sanitasi dan listrik di pulau Nias masih terus tertinggal dari rata-rata Sumatera Utara dan Indonesia secara keseluruhan. Kedua kabupaten, namun terutama Nias Selatan, memiliki tingkat akses ke infrastruktur dasar yang termasuk paling rendah di Sumatera Utara. Jaringan jalan sangat terbatas di daerah pedesaan dan pembangunan jalan baru maupun pemeliharaan jalan yang ada sangat mahal dan memakan waktu karena kurangnya peralatan mesin dan sebagian besar material harus didatangkan dengan kapal. Jaringan jalan belum diperluas sejak awal dasawarsa ini, meski jelas tidak cukup untuk melayani kebutuhan penduduk,. Hanya 20 persen dari jaringan jalan di pulau Nias dilapisi aspal, sisanya sebagian besar terdiri dari jalan tanah yang tidak dapat digunakan ketika musim hujan. Kondisi jaringan jalan terus memburuk sejak awal dasawarsa, dan gempa bumi tahun 2005 semakin memperburuk situasi yang sudah kritis itu. Situasi ini menjelaskan mengapa sekitar 44 persen desa di pulau ini – masing-masing 42 persen dan 50 persen untuk kabupaten Nias dan Nias Selatan – hanya dapat diakses dengan kendaraan beroda empat.
Meskipun ada kebutuhan yang teridentifi kasi pada sektor infrastruktur, pengeluaran keseluruhan secara riil untuk infrastruktur di kedua kabupaten menurun secara signifi kan dari Rp 58 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 25 milyar pada tahun 2005. Sebagai porsi dari pengeluaran total, pengeluaran menurun dari 29 persen pada tahun 2001 menjadi 11 persen pada tahun 2005. Rendahnya prioritas yang diberikan kepada sektor utama ini pada tahun-tahun terakhir telah menghambat upaya pembangunan untuk membuka akses ke desa-desa terpencil di kabupaten Nias dan Nias Selatan. Salah satu penyebab berlanjutnya tren penurunan pengeluaran daerah untuk infrastruktur dalam tahun 2006 adalah besarnya kontribusi untuk infrastruktur yang berasal dari pemerintah pusat dan dana rekonstruksi. Distribusi dana daerah untuk infrastruktur sebagian besar diarahkan pada pekerjaan umum untuk transportasi, pasokan air dan irigasi, di mana 82 persen dari seluruh pengeluaran untuk pembangunan dihabiskan untuk pembangunan jalan, air dan irigasi. Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada telah mendapat perhatian yang relatif sedikit, di mana biaya personil menjadi porsi terbesar pengeluaran rutin di kedua kabupaten. Sementara itu, perjalanan dinas menyerap porsi dana yang semakin besar di kedua kabupaten.
Agenda untuk Pelaksanaan
• Pemerintah pusat hendaknya meningkatkan alokasi sumber dananya – terutama melalui DAK – ke Nias dan Nias Selatan. Kedua kabupaten memiliki pendapatan per kapita yang relatif rendah, karena alokasi DAU yang rendah dan tidak adanya sumber pendapatan alternatif yang signifi kan. Kriteria alokasi DAU yang baru yang mencadangkan 50 persen DAU untuk pembayaran seluruh gaji pegawai negeri tidak menguntungkan kedua kabupaten, namun khususnya merugikan Nias Selatan, mengingat jumlah pegawai negeri di kabupaten ini yang relatif sedikit. Meskipun dalam jangka panjang pulau ini sebaiknya mengupayakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah guna membatasi ketergantungannya pada transfer dari pemerintah pusat, untuk jangka pendek sampai menengah akan diperlukan sumber daya yang lebih banyak untuk memperbaiki penyediaan layanan umum, khususnya mengingat kedua kabupaten tersebut memiliki tingkat kemiskinan yang tertinggi di Sumatera Utara. Rumus DAU hendaknya lebih sensitif terhadap kemiskinan dan kesenjangan fi skal, dan bukan menguntungkan kabupaten yang memiliki belanja pegawai terbesar. Sebagai alternatif, menambah alokasi DAK tampaknya merupakan pilihan lain untuk kedua kabupaten, karena DAK adalah anggaran tidak tetap pemerintah pusat yang dicadangkan bagi daerah-daerah terbelakang.
• Pemerintah daerah perlu memperbaiki pola pengeluaran publik sambil memperbaiki posisi fi skalnya. Anggaran yang ada saat ini belum habis dibelanjakan (sehingga permintaan untuk peningkatan sumber dana menjadi patut dipertanyakan) dan pola pengeluaran masih dapat diperbaiki: kecenderungan untuk meningkatkan pengeluaran untuk aparatur pemerintah harus dikoreksi dalam rangka menambah pengeluaran di bidang-bidang lain yang berpotensi lebih besar untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, seperti kesehatan atau infrastruktur.
• Kedua kabupaten perlu memperbaiki kemampuan manajemen keuangan publiknya guna memperbaiki pola pengeluaran. Besarnya dana yang saat ini tersedia untuk membantu kedua pemerintah
xviiMengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 RINGKASAN EKSEKUTIF
daerah dalam rangka pemulihan pulau Nias, dan kehadiran masyarakat internasional, serta kebutuhan rekonstruksi, hendaknya dipandang sebagai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dana publik.
• Pemerintah daerah perlu memperbaiki alokasi sumber dana di masing-masing sektor, terutama karena pengeluaran di beberapa sektor sudah tidak mungkin ditambah lagi. Yang menjadi hambatan utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan perawatan kesehatan yang bermutu tampaknya bukanlah ketersediaan sarana, meskipun kondisi sarana menjadi masalah mengingat bencana tsunami dan gempa bumi bulan Maret telah merusak sejumlah besar sarana. Yang seharusnya menjadi fokus adalah rehabilitasi sarana yang ada, serta pengalokasian dana yang cukup untuk pengoperasian dan pemeliharaan sarana tersebut, sambil memperbaiki juga mutu pelayanan yang diberikan. Jumlah guru dan petugas kesehatan tidak cukup dan ada ketidaksetaraan yang besar antara kedua kota utama di pulau ini dan daerah-daerah terpencil. Kesenjangan cakupan sebaiknya diisi dengan cara memutasikan personil ke daerah-daerah terpencil.
• Pemerintah daerah perlu lebih terlibat dalam rekonstruksi pulau. Tanggapan yang mengesankan atas bencana di Aceh dan Nias merupakan kesempatan untuk membangun kembali kedua daerah tersebut menjadi lebih baik. Namun lambatnya kemajuan rekonstruksi di pulau Nias perlu ditangani sebelum terlambat. Kedua pemerintah daerah perlu mengambil peran yang lebih aktif, bekerja sama dengan BRR dan mitra-mitra lain di pulau tersebut, terutama mengingat berakhirnya masa tugas BRR menjelang akhir tahun 2008. Yang khususnya patut diperhatikan, mengingat prasarana umum yang besar seperti jalan dan jembatan, sekolah, dan sarana kesehatan telah dibangun kembali atau pun diperbaiki, adalah bahwa semua asset ini akan menimbulkan biaya operasional dan pemeliharaan tambahan bagi kedua pemerintah daerah tersebut di masa mendatang.
xviii Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
BAB 1Kondisi Ekonomi dan Sosial di
Pulau Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
2 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
Kemiskinan dan Kondisi Sosial
Kepulauan Nias, yang terdiri atas satu pulau besar dan 130 pulau yang jauh lebih kecil, merupakan kepulauan terbesar di pesisir barat Sumatera. Kepulauan Nias adalah bagian dari provinsi Sumatera Utara dan dibagi menjadi dua kabupaten administratif, yaitu Nias dan Nias Selatan. Kabupaten Nias mulanya dibentuk pada tahun 1946 oleh Pemerintah Republik Indonesia. Kabupaten ini resmi dimekarkan menjadi dua unit administratif pada tahun 2003 dengan dibentuknya kabupaten Nias Selatan di samping kabupaten Nias. Kabupaten Nias berpenduduk 442.019 jiwa, terdiri atas 14 kecamatan, 4 kelurahan, dan 439 desa. Kabupaten Nias Selatan, yang mencakup sebagian besar pulau-pulau kecil, berpenduduk 271.026 orang, yang terdiri atas 8 kecamatan, 2 kelurahan, dan 212 desa. Gunung Sitoli, yang terletak di pesisir timur laut, adalah ibu kota kabupaten Nias, sedangkan ibu kota kabupaten Nias Selatan adalah Teluk Dalam, yang terletak di pesisir selatan.
Kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera Utara, jauh di atas angka rata-rata Indonesia (sekitar 16,7 persen pada tahun 2004). Dari 370 kabupaten di Indonesia di mana data tersedia untuk tahun 2004, Nias dan Nias Selatan termasuk di antara 10 persen teratas kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Diperkirakan 226,000 orang di pulau Nias hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2004 (Gambar 1.1). Meskipun tingkat kemiskinan di Indonesia menurun secara signifi kan setelah tahun 2000 saat negara ini mulai bangkit setelah krisis moneter, tingkat kemiskinan di pulau Nias masih tetap tinggi, sekitar 31 persen sejak tahun 2002, dan hampir pasti memburuk setelah gempa bumi tahun 2005.
Gambar 1.1 Tingkat kemiskinan per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
0
25,000
50,000
75,000
100,000
125,000
150,000
175,000
200,000
Kota
Bin
jai
Kota
Med
an
Kab.
Del
i Ser
dang
Kota
Sib
olga
Kota
Teb
ing
Ting
gi
Kota
Pem
atan
g Si
anta
r
Kota
Tan
jung
Bal
ai
Kab.
Asa
han
Kota
Pad
ang
Side
mpu
an
Kab.
Lab
uhan
Bat
u
Kab.
Sim
alun
gun
Kab.
Tap
anul
i Uta
ra
Kab.
Lan
gkat
Kab.
Tan
ah K
aro
Kab.
Tob
a Sa
mos
ir
Kab.
Man
daili
ng N
atal
Kab.
Dai
ri
Kab.
Tap
anul
i Sel
atan
Kab.
Tap
anul
i Ten
gah
Kab.
Nia
s
Kab.
Nia
s Sel
atan
Penduduk miskin Tingkat kemiskinan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Sumber: BPS.
Kedua kabupaten, namun terutama Nias Selatan, tertinggal dari angka-rata nasional untuk sebagian besar hasil sosial (Tabel 1.1). Skor indeks pembangunan manusia di kabupaten Nias membaik dari 61,8 pada tahun 2002 menjadi 66,1 pada tahun 2005,1 namun masih di bawah angka untuk provinsi Sumatera Utara dan rata-rata nasional yaitu masing-masing 72 dan 69,6, untuk tahun 2005. Demikian pula, angka kematian bayi juga membaik dari 40,9 pada tahun 2002 menjadi 36,1 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, sementara angka provinsi dan rata-rata nasional masing-masing adalah 33,5 dan 32,8 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Di sektor pendidikan, angka partisipasi kasar di tingkat SMP dan SMU masih rendah, masing-masing sekitar 74 dan 42 persen, dibandingkan dengan 92 dan 70 persen di Sumatera Utara. Proporsi orang dewasa yang belum pernah bersekolah relatif tinggi, yaitu 23 persen untuk penduduk usia 15 tahun ke atas.
1 Data IPM untuk tahun 2002 didasarkan pada seluruh pulau, sedangkan data untuk tahun 2005 didasarkan pada kabupaten Nias saja, dan tidak mencakup Nias Selatan.
3Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
Tabel 1.1 Indikator sosial dan ekonomi untuk Nias dan Nias Selatan
Nias Nias Selatan Sumatera Utara Indonesia
PDB per kapita 2005 (Rp) 4,888,905 5,060,626 11,106,258 12,627,167
Tingkat kemiskinan 2004 (%) 31.6 32.2 14.9 16.7
Angka melek huruf dewasa, 2005 (% penduduk usia 15 tahun ke atas)
85.8 62.5 95.6 91.7
Angka partisipasi kasar SMP 2005 (%) 76.0 70.0 91.5 82.4
Indeks Pembangunan Manusia 2005 66.1 63.9 72.0 69.6
Harapan hidup 2005 (tahun) 68.7 67.9 68.7 68.1Sumber: BPS Indonesia, BPS Nias dan Nias Selatan, Susenas.
Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Dari segi PDRB per kapita, kedua kabupaten jauh di bawah rata-rata provinsi (Gambar 1.2). Pada tahun 2005, PDRB per kapita di kabupaten Nias adalah Rp 5,1 juta dan Rp 4,9 juta di kabupaten Nias Selatan, atau kurang dari separuh rata-rata provinsi yaitu Rp 11,1 juta. Perekonomian di pulau ini tumbuh relatif cepat setelah tahun 2000 dengan laju rata-rata 6,6 persen per tahun dibandingkan dengan 5 persen untuk Sumatera Utara atau Indonesia secara keseluruhan, sehingga mempersempit kesenjangan pendapatan dengan bagian lain dari provinsi Sumatera Utara. Meskipun demikian, perekonomian mengalami kontraksi sebesar 3,4 persen pada tahun 2005 akibat bencana tsunami dan gempa bumi, yang mengganggu tren pertumbuhan sebelumnya, meskipun hanya sementara. Rendahnya PDRB per kapita dan tingginya tingkat kemiskinan tercermin dari indikator pembangunan manusia yang relatif rendah, seperti yang dibahas secara terinci pada bagian lain laporan ini.
Gambar 1.2 PDDB per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005
Kota Medan
Kab. Asahan
Kab. Labuhan Batu
Kab. Deli Serdang
Nasional
Kab. Toba Samosir
Kab. Tanah Karo
Kota Pematang Siantar
Kota Tanjung Balai
Sumatera Utara
Kota Binjai
Kota Sibolga
Kota Tebing Tinggi
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Dairi
Kab. Langkat
Kab. Serdang Bedagai
Kab. Samosir
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Simalungun
Kota Padang Sidempuan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Mandailing Natal
Kab. Nias Selatan
Kab. Nias
Kab. Tapanuli Tengah
Juta
rupi
ah
0
5
10
15
20
25
Sumber: BPS.
Perekonomian pulau ini sebagian besar didominasi oleh sektor pertanian, yang menyumbangkan 42 persen terhadap PDRB (Gambar 1.3). Sektor industri dan manufaktur sangat kecil, hanya menghasilkan sekitar 2 persen dari PDRB, bila dibandingkan dengan 27 persen untuk Sumatera Utara secara keseluruhan. Jasa perdagangan menyumbangkan porsi yang besar bagi perekonomian, yang kebanyakan berasal dari usaha kecil dalam sektor perdagangan dan pelayanan (warung, pedagang kecil, rumah makan, dan tukang becak).
Sektor pertanian menyerap porsi terbesar atas tenaga kerja di kedua kabupaten. Pada tahun 2005, sekitar 87 persen tenaga kerja di kabupaten Nias diserap oleh sektor pertanian, disusul sektor perikanan dan layanan sosial yang masing-masing menyerap 4,7 persen dan 4,4 persen total angkatan kerja. Di Nias Selatan, pertanian menyerap 88 persen tenaga kerja, disusul sektor manufaktur dan perikanan, masing-masing 7,7 persen dan 1,4 persen total tenaga kerja.
4 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
Gambar 1.3 Komposisi perekonomian pulau Nias, 2005
Perdagangan, Rumah Makan &
Hotel 22.1%
Transportasi & Komunikasi
6.9%
Jasa Keuangan 5.5%
Pertambangan dan Pendulangan
2.3%
Listrik, Gas & Air
0.4%
Konstruksi 7.9%
Industri Manufaktur
1.8%
Pertanian 43.0%
Jasa Pelayanan 10.1%
Sumber: BPS.
Kedua kabupaten tersebut memiliki kesamaan dari segi ekonomi. Tidak ada perbedaan besar dalam uraian sektoral PDRB antara kedua kabupaten. Satu-satunya perbedaan yang terlihat dapat dijumpai dalam sektor pertanian di mana kabupaten Nias Selatan memiliki porsi yang lebih besar (45,3 persen PDDB dibandingkan dengan 40,6 persen di kabupaten Nias) dan dalam sektor jasa perdagangan, yang memberikan kontribusi lebih besar secara signifi kan pada perekonomian kabupaten Nias. Struktur perekonomian pulau Nias praktis hampir tidak berubah selama tahun 2000-2005, di mana porsi pertanian sedikit menurun, terutama di kabupaten Nias Selatan, dengan kenaikan yang sebanding dalam sektor jasa dalam perekonomian.
Dampak Tsunami dan Gempa Bumi2
Bencana tsunami bulan Desember 2004 dan gempa bumi bulan Maret 2005 menyebabkan kerusakan dan kehancuran yang parah terhadap prasarana dan perekonomian pulau Nias, yang mana keadaannya sudah lemah sebelum bencana tersebut. Tsunami melanda beberapa desa di pesisir utara, menewaskan lebih dari 100 orang. Gempa bumi tanggal 28 Maret 2005, yang berkekuatan 8,7 skala Richter, menewaskan sekitar 850 orang, sementara diperkirakan 71.000 orang, atau sekitar 10 persen penduduk Nias, kehilangan tempat tinggal. Sektor perumahan terkena dampak paling parah, di mana 13.000 rumah hancur dan 24.000 rusak parah. Prasarana transportasi juga rusak parah: 12 pelabuhan besar dan kecil hancur, dan lebih dari 1000 km jalan menjadi tidak dapat dilalui. Sebagian besar korban berada di daerah perkotaan karena letak Gunung Sitoli yang dekat dengan episentrum. Total kerusakan diperkirakan sebesar US 392 juta, setara dengan 108 persen PDB pulau ini (Tabel 1.2).
2 Bagian ini sebagian besar disarikan dari (BRR dan Bank Dunia, 2006b) dan (BRR dan Mitra, 2006).
5Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
Tabel 1.2 Perkiraan penilaian kerusakan dan kerugian untuk pulau Nias3
SektorPerkiraan kerusakan
(US$ juta)Sektor sosial 56Pendidikan 23Kesehatan 23Masyarakat, budaya, dan agama 10Infrastruktur 306Perumahan 160Transportasi 70Listrik, air dan sanitasi, dan komunikasi 76Sektor produksi 1Lintas-sektor (pemerintahan dan lingkungan) 29Total 392
Sumber: BRR Aceh-Nias.
Kerusakan yang tersebar luas itu telah menimbulkan dampak infl asi yang menyebabkan naiknya biaya hidup di pulau Nias. Infl asi yang lebih tinggi terutama merupakan akibat dari kenaikan harga bahan makanan pokok dan transportasi. Sebagai contoh, harga beras naik 23 persen setelah gempa bumi. Sistem transportasi yang sebelumnya sudah terbatas memperburuk situasi karena membatasi pasokan barang dan material. Angka infl asi bulanan di Nias naik menjadi 9,5 persen pada bulan April 2005 dan 11,5 persen bulan Oktober 2005, dibandingkan dengan infl asi 1,5 persen dan defl asi bulanan 0,12 persen di Sumatera Utara secara keseluruhan pada kisaran waktu yang sama ( Gambar 1.4).
Gambar 1.4 Angka infl asi bulanan untuk pulau Nias, Sumatera Utara dan Indonesia, 2005
Janu
ari
Febr
uari
Mar
et
April
Mei
Juni Juli
Agus
tus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nove
mbe
r
Dese
mbe
r
Nias Sumatera Utara Nasional
-5
0
5
10
15
20
Sumber: BPS Nias.
Letak pulau Nias yang terpencil telah memperlambat kemajuan rekonstruksi. Bahan bangunan sulit diperoleh dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau. Jadwal pelayaran yang tidak pasti telah memperburuk kelangkaan pasokan. Persediaan bahan bakar yang tidak menentu memperburuk infl asi dan bersama-sama dengan jauhnya jarak dari pasar menghambat pelaksanaan yang cepat dari upaya rekonstruksi. Namun menjelang akhir tahun 2006, proses rekonstruksi mulai ,mengejar kecepatan. Hampir 5400 rumah baru dan 350 rumah sementara telah dibangun dan lebih dari 300 km jalan dibangun atau diperbaiki. Satu rumah sakit di Gunung Sitoli, 19 sarana kesehatan, dan 124 sekolah permanen telah dibangun kembali atau diperbaiki dengan tujuan memulihkan penyelenggaraan layanan kesehatan dan pendidikan (Lampiran Tabel 1.2.). Upaya ini dijalankan bersama-sama oleh berbagai mitra nasional dan internasional yang terdiri dari 42 LSM internasional, 24 LSM nasional, 13 badan Perserikatan Bangsa-bangsa, dan 8 instansi pemerintah.
3 Penilaian kerusakan dan kerugian Nias dilaksanakan oleh IOM (IOM, Juni 2005). Dengan menggunakan data kerusakan dan kerugian IOM, total dampak sektoral dan keuangan dihitung dengan menerapkan metodologi ECLAC standar internasional data, yang juga telah digunakan untuk memperkirakan kerusakan dan kerugian akibat tsunami.
6 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 1 Kondisi Ekonomi Dan Sosial Di Pulau Nias
Meskipun demikian, kebutuhan yang belum terpenuhi masih banyak. Menurut Departemen Sosial, terhitung pada bulan Maret 2007 masih lebih dari 5000 rumah perlu dibangun kembali untuk para pengungsi. Sedangkan untuk sekolah, kurang dari separuh sekolah yang mengalami kerusakan yang telah dibangun kembali atau diperbaiki. Dengan tingkat rekonstruksi yang ada sekarang, perekonomian setempat diperkirakan akan bangkit karena pengeluaran rekonstruksi mendorong perkembangan berbagai sektor, seperti transportasi, konstruksi, dan pengolahan makanan. Pemerintah daerah juga diharapkan akan membangun kapasitas yang lebih kuat dengan keikusertaan mereka dalam proses perencanaan dan pembiayaan rekonstruksi, yang dibantu dengan dukungan dari para donor dan LSM.
BAB 2Pendapatan dan Pembiayaan
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
8 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Pendapatan
Gambaran Pendapatan Keseluruhan di Nias
Kabupaten Nias dan Nias Selatan menerima sumber keuangan dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari dana rekonstruksi pada tahun 2006, melebihi hampir empat kali lipat anggaran pemerintah daerah. Setelah gempa bumi bulan Maret 2005, Nias menerima sumber dana tambahan dari pemerintah pusat, serta dari donor internasional dan nasional. Pada tahun 2006, pulau Nias diperkirakan telah menerima dana rekonstruksi sekitar Rp 1,1 trilyun, di mana Rp 488 milyar di antaranya berasal dari BRR dan sekitar Rp 644 milyar berasal dari donor dan LSM (Gambar 2.1). Sama halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, pulau Nias mendapatkan manfaat dari desentralisasi sebelum dana rekonstruksi mulai mengalir ke daerah tersebut. Desentralisasi meningkatkan pendapatan kedua pemerintah daerah tersebut hampir empat kali lipat, dari Rp 111 milyar pada tahun 1999 menjadi Rp 435 milyar pada tahun 2006 secara keseluruhan.
Gambar 2.1 Pendapatan Nias sebelum dan sesudah desentralisasi, dan setelah gempa bumi
Dekonsentrasi Pemerintah daerah Nias & Nias Selatan Rekonstruksi
0200
400600
8001,0001,200
1,4001,600
1,8002,000
1999 2002 2006
BRR
Donors & NGOs
Mily
ar ru
piah
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK, dan BRR. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Gambar 2.2 Pendapatan pemerintah daerah di Nias dan Nias Selatan, 1996-2006
Mily
ar ru
piah
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006*
Nias Nias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
9Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Pendapatan agregat kabupaten Nias dan Nias Selatan meningkat secara signifi kan pada tahun 2006, terutama disebabkan oleh naiknya transfer DAU secara tajam. DAU merupakan sumber pendapatan utama bagi kabupaten Nias dan Nias Selatan. Secara rata-rata DAU memiliki porsi sebesar 82 persen dari total pendapatan kedua kabupaten, jauh melebihi rata-rata kabupaten di Indonesia yaitu 62 persen dari total pendapatan (Bank Dunia, 2007a). Transfer secara keseluruhan rata-rata berkontribusi sebesar 98 persen dari pendapatan di pulau Nias sebelum desentralisasi dan tetap tinggi setelah desentralisasi, yaitu 93 persen. Secara absolut, transfer meningkat hampir empat kali lipat, dari Rp 108 milyar pada tahun 1999 menjadi Rp 423 milyar pada tahun 2006 (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Komposisi pendapatan kabupaten Nias dan Nias Selatan Rp juta pada harga konstan tahun 2000
1999 2002
2004 Anggaran 2006
NiasNias
Selatan Total Nias*Nias
Selatan* Total*
Pendapatan Asli Daerah 2,319 5,319 5,701 718 6,419 3,591 1,698 5,290
Bagi Hasil Pajak 8,461 15,950 9,690 7,438 17,127 6,064 4,734 10,798
Bagi Hasil bukan Pajak 669 1,127 917 - 917 582 - 582
SDO 40,522 - - - - - - -
Inpres 58,986 - - - - - -
DAU - 180,448 118,296 52,500 170,796 222,780 136,944 359,724
DAK - 616 7,085 - 7,085 22,781 22,132 44,913
Lain-lain 152 2,473 21,789 2,708 24,497 9,648 4,902 14,550
Total 111,110 205,932 163,477 63,364 226,841 265,446 170,410 435,856
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Catatan: * Angka perkiraan.
DAK juga memegang peran yang semakin penting dan ikut memberikan kontribusi terhadap kenaikan total pendapatan setelah desentralisasi. DAK, yang dimulai dari basis yang sangat rendah, naik lebih dari 30 kali lipat dari Rp 616 juta pada tahun 2002 menjadi Rp 7,1 milyar tahun 2004, dan kemudian menjadi Rp 20 milyar pada tahun 2005 (Lampiran Tabel B.8.6). Kenaikan untuk sumber penerimaan lain-lain disebabkan sebagian besar oleh bantuan keuangan dari pemerintah provinsi. Pendapatan dari provinsi naik dari Rp 115 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp.15 milyar pada tahun 2005.
Desentralisasi belum merubah secara signifi kan porsi pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil terhadap pendapatan keseluruhan. Kontribusi dari pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil terhadap pendapatan keseluruhan hanya naik dari rata-rata masing-masing 2 persen dan 7 persen sebelum desentralisasi menjadi 3 persen dan 8 persen setelah desentralisasi (Tabel 2.2). Dana bagi hasil lebih didominasi oleh dana bagi hasil pajak daripada dana bagi hasil bukan pajak. Sebagai wilayah yang miskin sumber daya, pulau Nias sangat mengandalkan redistribusi penerimaan minyak dan gas dari provinsi Sumatera Utara dan dari sektor kehutanan dan perikanannya yang terbatas untuk dana bagi hasil bukan pajak. Meskipun demikian, sejak pulau ini mengalami pemekaran menjadi 2 kabupaten pada tahun 2003, kabupaten Nias Selatan tidak menerima pendapatan dana bagi hasil bukan pajak.4
4 Kegiatan kehutanan di Nias Selatan yang dilaksanakan oleh PT Geruti dan PT Teluk Nauli telah dihentikan sejak tahun 2004. Akibatnya, Nias Selatan tidak menerima pendapatan dari hak pengusahaan hutan maupun royalti. Untuk perikanan dan bagi hasil distribusi minyak dan gas dari Sumatera Utara, ada kemungkinan bahwa pendapatan ini masih menjadi milik kabupaten Nias.
10 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Tabel 2.2 Porsi komponen-komponen pendapatan terhadap total pendapatan di Nias dan Nias SelatanPersen
1997 1998 1999 2000% rata-rata
pra-Dec2001 2002 2003 2004 2005
% rata-rata pasca-Dec
Pendapatan Asli Daerah
3 1 2 2 2 2 3 4 3 2 3
Bagi Hasil Pajak 10 6 8 7 7 7 8 7 8 8 8
SDO 20 47 36 53 39 - - - - - -
Inpres 68 46 53 39 51 - - - - - -
DAU - - - - - 88 88 88 75 74 82
DAK - - - - - 0 0.30 1 3 8 2
Lain-lain 0.2 0.1 0.1 0 0 2 1 0.5 11 8 5
Total transfer 97 99 98 98 98 95 96 95 86 89 93
Total pendapatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK.
Kedua kabupaten memiliki pendapatan per kapita yang termasuk paling rendah di Sumatera Utara. Kabupaten Nias Selatan memiliki pendapatan per kapita terendah di Sumatera Utara yaitu hanya Rp 295.000, sedangkan kabupaten Nias memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 497.000. Pendapatan per kapita untuk kedua kabupaten ini jauh di bawah angka rata-rata nasional sebesar Rp 772.000 dan rata-rata provinsi sebesar Rp 702.000. Kabupaten Nias Selatan menerima hanya seperlima dari pendapatan per kapita kabupaten terkaya di Sumatera Utara (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Pendapatan per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
Kota Sibolga
Kab. Pakpak Bharat
Kota Tebing Tinggi
Kota Padang Sidempuan
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Binjai
Nasional
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Tanah Karo
Rata-rata Sumatera U
tara
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Dairi
Kab. Hum
bang Hasundutan
Kab. Mandailing N
atal
Kota Medan
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Simalungun
Kab. Nias
Kab. Langkat
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Deli Serdang
Kab. Nias Selatan
Juta
rupi
ah
0.00.20.40.60.81.01.21.41.6
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS.
Transfer dari pemerintah pusat masih belum mampu mengatasi kesenjangan antar daerah. Kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki tingkat kemiskinan tertinggi dan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terendah di Sumatera Utara. Meskipun demikian, kedua kabupaten tersebut tidak menerima alokasi DAU yang lebih tinggi dari kabupaten lain yang memiliki tingkat kemiskinan lebih rendah dan IPM lebih tinggi dari segi DAU dan bagi hasil per kapita (Lampiran Gambar B.8.6). Pada tahun 2005, kedua kabupaten tersebut masih belum menerima alokasi per kapita yang lebih besar daripada kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Utara. Kedua kabupaten tersebut menerima alokasi yang sama dengan kabupaten dengan tingkat kemiskinan lebih rendah, seperti Simalungun (Lampiran Gambar B.8.5). Meskipun ada kenaikan DAU yang besar pada tahun 2006, masalah ini masih belum teratasi.
11Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Dana Alokasi Umum (DAU)
Seperti halnya pemerintah-pemerintah daerah lain di Indonesia, DAU merupakan sumber pendapatan utama untuk kabupaten Nias dan Nias Selatan. DAU adalah hibah yang bersifat discretionary yang dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan keuangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Besarnya bantuan sangat bervariasi berdasarkan suatu rumusan khusus yang berupaya menyelaraskan kemampuan fi skal dengan kebutuhan fi skal pemerintah daerah. Secara riil, alokasi DAU untuk kabupaten Nias (dan kabupaten Nias Selatan mulai tahun 2004) stabil sejak tahun 2001 sampai ada peningkatan yang tidak proporsional pada tahun 2006. Secara keseluruhan, DAU naik lebih dari 100 persen pada tahun 2006. Di kabupaten Nias, DAU naik dari rata-rata Rp 155 milyar pada tahun 2001-2005 menjadi 223 milyar rupiah pada tahun 2006. Kabupaten Nias Selatan mengalami kenaikan dari rata-rata Rp 54 milyar pada tahun 2004-2005 menjadi Rp 137 milyar pada tahun 2006 (Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Alokasi DAU untuk Nias dan Nias Selatan
Mily
ar ru
piah
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Nias Nias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000)
Kenaikan DAU yang signifi kan di seluruh Indonesia juga telah meningkatkan DAU per kapita di Nias dan Nias Selatan. Pada tahun 2005, kabupaten Nias Selatan adalah penerima per kapita ketiga terendah di Sumatera Utara dengan alokasi DAU Rp 285.000. Situasi ini berubah secara signifi kan pada tahun 2006, ketika DAU per kapita daerah naik menjadi Rp 716.000. Sedangkan untuk kabupaten Nias, DAU per kapita naik dari Rp 391.000 pada tahun 2005 menjadi Rp 714.000 pada tahun 2006 (Gambar 2.5). Perkiraan ulang atas luas daerah sebagai salah satu komponen utama dari rumus alokasi DAU juga telah menguntungkan Nias dan Nias Selatan. Pada tahun 2005, perkiraan luas kabupaten Nias Selatan, yang mencakup banyak pulau kecil, di bawah perkiraan, yaitu 1,825 km². Perkiraan luas area meningkat secara signifi kan menjadi 3,090 km² pada tahun 2006. Alokasi DAU untuk kabupaten Nias Selatan selanjutnya meningkat lebih jauh dari Rp 194 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp 231 milyar pada tahun 2007.
12 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Gambar 2.5 DAU per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005-06
Ribu rupiah
0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400
Kota Medan
Kab. Asahan
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Dairi
Kab. Humbang
Kab. Tanah Karo
Kota Tanjung Balai
Kota Sibolga
Nias
Nias Selatan
DAU per capita 2005
Ribu rupiah
Nias Selatan
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Kota Medan
Kab. Labuhan Batu
Kab. Simalungun
Kab. Mandailing Natal
Kota Binjai
Kab. Dairi
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kota Sibolga
Nias
DAU per capita 2006
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu.
Meskipun sudah ada kenaikan, kabupaten Nias Selatan masih menerima alokasi DAU yang relatif rendah. Walaupun kabupaten Nias Selatan menduduki tempat terbawah untuk sebagian besar indikator kebutuhan fi skal bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sumatera Utara, hal ini tidak tercermin dalam alokasi DAU-nya. Pada tahun 2006, kabupaten ini memiliki angka Indeks Pembangunan Manusia terendah, indeks biaya tertinggi, dan PDRB per kapita kedua terendah, namun dari segi alokasi DAU Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten dengan alokasi per kapita terendah. Alasannya adalah karena kabupaten Nias maupun Nias Selatan (tetapi khususnya Nias Selatan) memiliki jumlah pegawai negeri sipil yang relatif sedikit, sehingga menyebabkan alokasi DAU yang lebih rendah untuk menutup pengeluaran pegawai.
Baik kabupaten Nias maupun Nias Selatan berhasil menyetujui anggarannya sebelum bulan April 2007 dan karenanya tidak terkena sanksi berupa pemotongan DAU-nya. Sebuah keputusan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Departemen Keuangan menyatakan bahwa pemerintah daerah akan mendapat sanksi berupa pemotongan alokasi DAU sampai 25 persen jika anggarannya belum disetujui sampai akhir bulan Maret – yang untuk tahun anggaran ini berarti akhir bulan Maret 2007. Ancaman sanksi oleh Departemen Keuangan telah sangat membantu memperbaiki waktu untuk persetujuan anggaran, kabupaten Nias dan Nias Selatan tidak terkecuali. Pada tahun 2006, sebelum adanya keputusan tersebut, kabupaten Nias menyetujui anggarannya pada bulan Agustus 2006, sedangkan kabupaten Nias Selatan baru menyetujui anggaran tahun 2006-nya pada bulan Desember 2006.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)5
Pendapatan asli daerah sejak di masa lalu telah memainkan peran yang tidak signifi kan dalam pendapatan pemerintah daerah di Indonesia, dan perannya bahkan lebih kecil lagi di Nias dan Nias Selatan. Pajak utama yang berpotensi masih terus dicatat dan dipungut oleh pemerintah pusat. Pada tahun 2004, PAD rata-rata memberikan kontribusi sedikit di atas 8 persen dari total pendapatan pemerintah daerah di seluruh Indonesia (Bank Dunia, 2007a). Kontribusi PAD – yang secara umum terdiri atas empat kategori, yaitu pajak daerah, retribusi, laba dari badan usaha milik daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah – terhadap total pendapatan bahkan lebih kecil lagi di kabupaten Nias dan Nias Selatan. Secara keseluruhan, PAD di kedua kabupaten tersebut hanya mewakili 3 persen dari total pendapatan setelah desentralisasi, sedikit naik dari 2 persen sebelum desentralisasi.
5 Pajak dan retribusi daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan peraturan pemerintah (PP No. 65 tahun 2001 dan PP No. 66 tahun 2001). Pemerintah daerah mendapatkan sedikit otonomi untuk memperluas pajak (harus memenuhi “kriteria pajak yang baik” dan disetujui oleh Depkeu) dan retribusi daerah. Undang-undang No. 34 tahun 2000 menetapkan 7 jenis pajak daerah (pajak perhotelan, pajak resto-ran, pajak hiburan, pajak iklan, pajak penerangan jalan, pajak sumber daya pertambangan jenis C, dan pajak parker) dan 3 jenis retribusi (layanan umum, layanan usaha, dan perijinan khusus).
13Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Meskipun kontribusinya terhadap pendapatan total tergolong rendah, PAD mengalami peningkatan yang signifi kan di pulau Nias setelah desentralisasi, namun kemudian merosot tajam pada tahun 2004 dan 2005. Dari tahun 1999 sampai 2003, PAD naik hampir empat kali lipat (Tabel 2.3). Kenaikan ini antara lain disebabkan oleh perluasan basis pajak daerah dan kenaikan besar dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.6 Penurunan PAD pada tahun 2004 dan 2005 disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diperoleh dari pengumpulan pajak daerah dan sumber-sumber lainnya pendapatan asli daerah yang sah. Pada tahun 2005, penurunan tajam kemungkinan disebabkan oleh gempa bumi bulan Maret, yang menyebabkan kerusakan parah pada bangunan dan tempat usaha setempat, sehingga mengurangi basis pajak daerah. Pelaksanaan desentralisasi juga telah mengubah komposisi PAD di pulau ini. Retribusi daerah dulu merupakan sumber utama PAD, yang menyumbangkan lebih dari 60 persen PAD pulau Nias sebelum desentralisasi. Setelah desentralisasi, angka ini turun menjadi sekitar 46 persen secara rata-rata antara tahun 2001-2005. Kontribusi dari sumber lain-lain PAD yang sah telah naik secara signifi kan menyusul desentralisasi.
Tabel 2.3 Komposisi PAD pulau Nias, 1999-2005Rp juta pada harga konstan 2000
Pendapatan Asli Daerah
1999 2001 2002 2003 2004 2005
% % % % % %
Pajak Daerah 845 36.4 1,996 39.1 1,655 31.1 1,884 21.0 1,724 26.9 1,450 28.4
Retribusi 1,474 63.6 768 15.0 1,375 25.9 2,693 30.0 3,405 53.0 2,330 45.6
Laba dari BUMD 0 0.0 0 0.0 159 3.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
PAD lain-lain 0 0.0 2,347 45.9 2,129 40.0 4,392 49.0 1,291 20.1 1,328 26.0
Total 2,319 100.0 5,111 100.0 5,319 100.0 8,969 100.0 6,419 100.0 5,108 100.0
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil.
Sejak desentralisasi, pajak untuk ekstraksi dan proses pengolahan bahan pertambangan jenis C telah menjadi sumber utama pajak daerah.7 Sebelum desentralisasi, pajak penerangan jalan merupakan penyumbang utama pajak daerah. Mulai tahun 2001 sampai 2005, pajak bahan pertambangan jenis C telah menyumbangkan rata-rata 53 persen dari pendapatan pajak daerah, disusul pajak penerangan jalan dengan porsi 32 persen (Gambar 2.6).
Gambar 2.6 Komposisi pajak daerah pulau Nias,8 1999-2005
Lain-lain
Pajak pemanfaatan airpermukan dan bawah tanah
Pajak pengolahan bahantambang jenis CPajak penerangan jalan
Pajak reklame
Pajak
Hotel dan restoran0%
20%
40%
60%
80%
100%
9991
1002
2002
3002
400 2
5 00 2
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
6 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah diantaranya meliputi: penjualan aset daerah, jasa giro, bunga deposito, sumbangan pihak ketiga, dan pendapatan dari hutang pajak dan retribusi.
7 Pertambangan jenis C meliputi mineral dasar seperti bentonit, andesit, batu apung, zeolit dan batu gamping.
8 Pajak atas penggunaan air tanah dan air permukaan pada dasarnya menjadi milik pemerintah provinsi tetapi dibagi ke pemerintah kabu-paten sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 34 tahun 2000. Meskipun demikian, kedua pemerintah kabupaten di Nias mencatat pajak ini sebagai pajak daerah dalam anggaran daerah tahun 2001 dan 2002. Pajak perhotelan dan pajak restoran dipisahkan setelah desentralisasi. Akan tetapi, kedua pemerintah kabupaten tersebut masih mencatatnya dalam satu rekening. Selain itu, pajak parkir, yang meru-pakan pajak daerah, tidak dicatat dalam anggaran daerah. Ada kemungkinan besar bahwa pemerintah kabupaten menggolongkan pajak parkir sebagai bea pengguna.
14 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Perbandingan di provinsi menunjukkan bahwa kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki PAD per kapita yang tergolong paling rendah di Sumatera Utara. Kabupaten Nias Selatan menduduki peringkat terendah dan kabupaten Nias adalah kelima terendah dalam hal PAD per kapita. Perlu dicatat, semua pemerintah daerah di Sumatera Utara memiliki PAD per kapita di bawah angka rata-rata nasional. Variasi antar kabupaten berkisar antara Rp 128.310 di Medan sampai hanya Rp 3.343 di Nias Selatan. Data ini juga menunjukkan bahwa struktur pajak dan retribusi daerah yang ada sekarang cenderung lebih menguntungkan wilayah kota dengan kegiatan ekonominya yang meningkat dan karenanya basis pajak yang lebih besar bila dibandingkan dengan daerah pedesaan (kabupaten) (Lampiran Gambar B.8.1).
Setelah desentralisasi, sudah ada upaya untuk memaksimalkan PAD di pulau Nias. Dewasa ini, seperti halnya pemerintah daerah lainnya, kedua pemerintah daerah di Nias mempertimbangkan untuk menciptakan pajak dan retribusi daerah yang baru, seperti memberlakukan bea perijinan gudang dan bea untuk komoditi pesisir. Pertimbangan ini berawal dari persepsi bahwa otonomi daerah memungkinkan daerah untuk memberlakukan pungutan untuk membiayai anggaran daerah setelah desentralisasi. Meskipun demikian, upaya untuk membuat pajak dan retribusi daerah yang baru harus direncanakan dan dievaluasi dengan hati-hati. Pengumpulan PAD yang berlebihan dapat merugikan ekonomi daerah, karena dapat berisiko meningkatkan biaya menjalankan usaha.
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan bagi hasil pajak terdiri dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan (PPh). Menurut pengaturan bagi hasil sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-undang nomor 33 tahun 2004, pemerintah daerah menerima alokasi masing-masing 81 persen, 80 persen dan 20 persen sebagai bagian dari PBB, BPHTB dan PPh. Meskipun PBB dan BPHTB diselenggarakan oleh pemerintah pusat, tanggung jawab penagihan dan pengumpulan pajak dibagi antara pemerintah pusat dan daerah. Kantor pajak pemerintah pusat yang terdekonsentrasi bertugas mencetak dan mengirimkan pemberitahuan jumlah terhutang dan batas waktu pembayaran, sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab menindaklanjuti pengumpulan pajak setelah tagihan dikirimkan. Bagian PBB dan BPHTB pemerintah pusat ditransfer langsung kembali ke pemerintah daerah, dengan alokasi 65 persen yang dibagi merata ke seluruh kabupaten/kota di Indonesia dan 35 persen dialokasikan sebagai insentif bagi kabupaten/kota yang berhasil memenuhi target. Di samping bagi hasil pajak dari pemerintah pusat, pemerintah daerah juga berhak menerima bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi dari pajak kendaraan dan air.
Pendapatan dari bagi hasil pajak naik sebesar 88 persen antara tahun 1999-2002. Kecuali untuk tahun 2003, pendapatan ini terus naik dari tahun 1999 sampai 2005. Kenaikan setelah desentralisasi terutama adalah akibat pengaturan bagi hasil yang baru untuk pajak penghasilan. Di masa lalu, pajak penghasilan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat.
Meskipun ada peningkatan secara riil, porsi bagi hasil pajak terhadap total pendapatan berfl uktuasi dan diproyeksikan akan menurun tajam pada tahun 2006. Kontribusi bagi hasil pajak terhadap total pendapatan berkisar antara 6,4 persen sampai 7,7 persen pada tahun 2001-2005 dan diperkirakan akan merosot menjadi 2,5 persen saja pada tahun 2006. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan tajam alokasi DAU dan DAK ke kedua kabupaten di tahun 2006. (Tabel 2.4).
15Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Tabel 2.4 Pendapatan bagi hasil pajak Nias dan Nias Selatan Rp juta pada harga konstan tahun 2000
Tahun
Nias Nias Selatan Nias Aggregate
Bagi hasil pajak
Total Pendapatan
% Bagi hasil pajak terhadapa
total pendapatan
Bagi hasil pajak
Total Pendapatan
% Bagi hasil pajak terhadapa
total pendapatan
Bagi hasil pajak
Total Pendapatan
% Bagi hasil pajak terhadapa
total pendapatan
1999 8,461 111,110 7.6 8,461 111,110 7.6
2001 13,472 206,597 6.5 13,472 206,597 6.5
2002 15,950 205,932 7.7 15,950 205,932 7.7
2003 13,733 216,101 6.4 13,733 216,101 6.4
2004 9,690 163,477 5.9 7,438 63,364 11.7 17,127 226,841 7.6
2005 10,373 162,069 6.4 7,755 82,721 9.4 18,128 244,790 7.4
2006* 6,064 265,446 2.3 4,734 170,410 2.8 10,798 435,856 2.5
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Catatan: * Data anggaran.
Pajak bumi dan bangunan merupakan sumber utama pendapatan bagi hasil pajak untuk kabupaten Nias dan Nias Selatan dan menyumbangkan sampai 81 persen dari total bagi hasil pajak tahun 2005. Ini disusul dengan pajak penghasilan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dengan porsi rata-rata 12 persen dan 8 persen masing-masing dari pendapatan bagi hasil pajak (Gambar 2.7). Bagian yang besar dari pajak bumi dan bangunan juga terlihat secara nasional, mencakup hampir separuh dari seluruh pendapatan bagi hasil pajak tahun 2004. Hal ini menunjukkan pentingnya pajak bumi dan bangunan untuk daerah yang sedang berkembang di mana perluasan atas penggunaan tanah relatif cepat. Untuk pajak penghasilan, meskipun perannya telah meningkat dalam tahun-tahun terakhir, porsinya yang relatif kecil mencerminkan masih terbatasnya basis pajak penghasilan di kabupaten Nias dan Nias Selatan.
Gambar 2.7 Komposisi pendapatan bagi hasil pajak di Nias dan Nias Selatan, 1999-2006
2006*
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1999 2001 2002 2003 2004 2005
Nias
PBB BPHTB PPh Pajak bahan bakar Lain-lai
2006*
Nias Selatan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2004 2005
PBB BPHTB PPh Pajak bahan bakar Lain-lai
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Catatan: * Data anggaran.
Kabupaten Nias dan Nias Selatan mencatat pendapatan bagi hasil pajak per kapita yang terendah bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Sumatera Utara pada tahun 2005. Semua pemerintah daerah di Sumatera Utara, kecuali Pakpak Barat, memiliki pendapatan bagi hasil pajak per kapita di bawah rata-rata nasional. Sebagai kabupaten hasil pemekaran yang baru saja dibentuk, Nias Selatan tertinggal dibandingkan kabupaten-kabupaten baru hasil pemekaran lainnya di Sumatera Utara, seperti Pakpak Barat, Humbang Hasundutan dan Samosir. Ketiga kabupaten baru ini mencapai pendapatan bagi hasil pajak per kapita di atas rata-rata provinsi yang sebesar Rp 79.794. Kabupaten Pakpak Barat memiliki pendapatan bagi hasil pajak per kapita tertinggi sebesar hampir Rp 350.000, kurang lebih 10 kali lebih tinggi dari pendapatan bagi hasil pajak per kapita Nias dan Nias Selatan (Lampiran Gambar B.8.4).
16 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Bagi Hasil (Bukan Pajak) Sumber Daya Alam
Undang-undang No. 33/2004 memperluas cakupan bagi hasil bukan pajak hingga terdiri dari sektor kehutanan, pertambangan umum, perikanan, minyak bumi, gas, dan panas bumi. Sebelum desentralisasi, bagi hasil bukan pajak hanya meliputi sektor kehutanan dan pertambangan. Pengaturan untuk bagi hasil berbeda-beda tergantung dari jenis sumber daya alam dan tingkat pemerintahan (pusat, provinsi, pemerintah daerah penghasil dan bukan penghasil).9 Kecuali untuk bagi hasil minyak dan gas bumi, pemerintah daerah memperoleh 80 persen dari seluruh pendapatan dari sumber daya yang dibagi. Antara kabupaten penghasil dan bukan penghasil juga terdapat perbedaan. Dari 80 persen total pendapatan yang ditransfer ke pemerintah daerah ini, 80 persen di antaranya (atau 64 dari total pendapatan semula) ditransfer ke pemerintah kabupaten. Dari bagian ini, separuhnya dicadangkan untuk daerah penghasil dan separuh lagi dibagi rata antar daerah bukan penghasil (termasuk kota). Hal ini memastikan bahwa daerah penghasil secara umum menerima bagian yang lebih besar mengingat bahwa jumlah daerah bukan penghasil di suatu provinsi lebih banyak.
Kontribusi bagi hasil bukan pajak terhadap total pendapatan sangat kecil. Kontribusinya bagi total pendapatan rata-rata kurang dari 1 persen saja, masih lebih rendah lagi dari kontribusi PAD. Meskipun demikian, bentuk pendapatan ini menunjukkan peningkatan yang stabil setelah desentralisasi, meskipun kemudian mengalami penurunan tajam pada tahun 2004 dan 2005. Kenaikan awal tersebut antara lain didorong oleh perluasan jenis sumber daya alam yang dicakup dalam bagi hasil. Penurunan tahun 2004 disebabkan oleh anjloknya pendapatan dari sektor kehutanan. Pada tahun 2005, pendapatan dari kehutanan terus menurun disertai kontraksi pendapatan dari perikanan dan bagi hasil minyak bumi (Lampiran Gambar B.8.4).
Komposisi bagi hasil bukan pajak berubah sebelum dan setelah desentralisasi. Pemberlakuan desentralisasi, yang memperluas jenis sumber daya alam yang akan dibagi dengan pemerintah daerah, berada di balik transformasi ini. Kategori kehutanan dan “lain-lain” merupakan sumber utama sebelum desentralisasi. Setelah desentralisasi, perminyakan dan perikanan semakin penting artinya. Meskipun pendapatan dari perikanan lebih banyak berasal dari industri perikanan milik daerah, pendapatan dari minyak bumi berasal dari bagi hasil berasal daerah penghasil minyak lainnya di Sumatera Utara (Gambar 2.8). Meskipun demikian, walaupun ditetapkan dalam undang-undang, kabupaten Nias dan Nias Selatan tidak menerima pendapatan dari pertambangan, gas atau pun panas bumi, karena Sumatera Utara tidak memiliki daerah yang aktif dalam sektor-sektor tersebut.
Gambar 2.8 Komposisi pendapatan bukan pajak di Nias dan Nias Selatan sebelum dan setelah desentralisasi, 1997-2005
Lain-lain
Pemberian hak atas tanahnegara
Minyak
Pungutan Hasil Perikanan
Pungutan Pengusaha
PerikananIuran Hak PengusahaHutan (IHPH)
Iuran Hasil Hutan(IHH/PSDH)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1997 1998 1999 2001 2002 2003 2004 2005
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
9 Untuk perincian pengaturan bagi hasil antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah, lihat UU No. 33/2004.
17Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah transfer yang dicadangkan atau bersyarat yang dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan khusus di daerah atau program yang menjadi prioritas nasional dan tidak tercakup oleh DAU. DAK dibiayai dari APBN dan ditransfer setiap triwulan langsung ke pemerintah daerah berdasarkan kemajuan proyek. Tidak seperti DAU, daerah diharuskan menyediakan dana padanan dari APBD-nya sendiri sebesar minimum 10 persen dari anggaran proyek, dengan satu-satunya pengecualian diberikan kepada pemerintah daerah yang memiliki kemampuan keuangan yang terbatas. Hal ini memastikan bahwa pemerintah daerah akan mengatur penyediaan biaya operasional. DAK dialokasikan berdasarkan tiga kriteria, yaitu: (i) kriteria umum (berhubungan dengan posisi fi skal bersih suatu daerah dengan mengurangkan gaji pegawai negeri dari total pendapatan dan membagi totalnya dengan angka rata-rata nasional), (ii) kriteria khusus (provinsi yang memenuhi syarat berdasarkan besarnya wilayah pesisir, daerah konfl ik dan daerah tertinggal), dan (iii) kriteria teknis (ditetapkan oleh departemen sektoral di pemerintah pusat berkonsultasi dengan Depkeu dan Depdagri).
Meskipun kontribusinya kecil bagi pendapatan keseluruhan, alokasi DAK untuk Nias dan Nias Selatan telah menunjukkan kenaikan yang cukup mencolok setiap tahun. Alokasi DAK naik 15 kali lipat secara riil dari Rp 1,3 milyar pada tahun 2003 menjadi lebih dari Rp 20 milyar pada tahun 2005, dan lebih dari 2 kali lipat pada tahun 2006 menjadi Rp 44 milyar (Gambar 2.9). Kenaikan yang besar ini antara lain disebabkan oleh perluasan sektor yang dicakup oleh DAK. Di samping peningkatan yang stabli ini, porsi DAK dalam total pendapatan naik menjadi 8 persen pada tahun 2005, dari rata-rata sebelumnya tahun 2001-2004 yang kurang dari 1 persen. Angka ini relatif lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 2,2 persen total pendapatan pada tahun 2004. Kedua kabupaten ini menerima bagian DAK yang hampir sama besar.
Gambar 2.9 Tren alokasi DAK untuk Nias dan Nias Selatan
Mily
ar ru
piah
0
10
20
30
40
50
2002 2003 2004 2005 2006
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Sejak tahun 2003, cakupan DAK telah diperluas dengan memasukkan beberapa sektor tambahan seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, sarana pemerintah, pertanian, perikanan, dan lingkungan. Pada tahun 2002, DAK hanya digunakan untuk membiayai reboisasi. Tahun 2003, DAK yang dialokasikan untuk pulau Nias adalah hanya untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur. Mulai tahun 2004, DAK diperluas sehingga mencakup sektor-sektor seperti pendidikan, kesehatan, perikanan dan pertanian. Tahun 2005, DAK dialokasikan pada 2 sektor utama, yaitu infrastruktur (31 persen) dan pendidikan (31 persen) (Gambar 2.10).
18 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Gambar 2.10 Komposisi alokasi DAK ke pulau Nias, 2002-05
Pertanian
Kelautan danperikanan
Fasilitaspemerintahan
Pendidikan
Kesehatan
Infastruktur (jalan, air ,dan irigasi)
Kehutanan0%
20%
40%
60%
80%
100%
2002 2003 2004 2005
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia.
Meskipun kabupaten Nias Selatan baru dibentuk dan relatif miskin, kabupaten ini sama sekali tidak menerima transfer DAK selama tahun 2004. Menurut sekretaris pemerintah daerah kabupaten Nias, persyaratan untuk memenuhi kriteria umum, spesifi k dan teknis membuat kedua kabupaten ini sulit memenuhi ketentuan untuk memperoleh transfer DAK. Sekalipun kriteria tersebut sudah terpenuhi, persyaratan tambahan untuk menyediakan dana padanan dan memenuhi tujuan pembangunan yang ditetapkan secara nasional semakin memperkecil skala transfer DAK.
Dalam hal DAK per kapita, sebelum tahun 2005 kedua kabupaten di Nias tidak menjadi prioritas meskipun wilayah tersebut relatif miskin dan terpencil. Tahun 2005, situasi ini mulai sedikit membaik seiring bertambahnya kontribusi DAK. Pada tahun 2006, Nias menerima transfer DAK per kapita sebesar Rp 73.000 (kenaikan 141 persen dari tahun sebelumnya), sedangkan kabupaten Nias Selatan menerima Rp 115.000 per kapita (kenaikan 119 persen dari tahun sebelumnya) (Lampiran Gambar B.8.8). Mengingat situasi dan kondisi yang menantang di kedua kabupaten tersebut, mengejutkan bahwa keduanya belum diprioritaskan untuk alokasi DAK yang lebih tinggi.
Pembiayaan dan Pinjaman
Neraca anggaran telah berfl uktuasi setelah desentralisasi.10 Pulau Nias menghasilkan surplus setelah tahun 2000, sebesar 2 persen total anggaran, namun kemudian mengalami defi sit 5 persen pada tahun 2003. Tahun 2005, pemerintah daerah Nias dan Nias Selatan memiliki sisa anggaran yang tak dibelanjakan yang besar, yaitu 11 persen dari total anggaran, yang mengindikasikan rendahnya kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan program-programnya (Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Surplus dan defi sit anggaran di Nias dan Nias Selatan, 1994-2005
Per
sen
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
10 Penghitungan surplus dan defi sit anggaran bersih tidak memperhitungkan pinjaman, pelunasan, dan luncuran dari tahun-tahun sebelumn-ya serta ke tahun-tahun berikutnya.
19Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Nias dan Nias Selatan tidak memiliki catatan transaksi pinjaman dalam anggarannya dan telah menghimpun cadangan dana yang signifi kan pada akhir tahun 2005. Cadangan kabupaten Nias telah naik sebesar 7 persen dari Rp 13 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 108 milyar pada tahun 2005. Sebagai kabupaten yang baru dibentuk pun, Nias Selatan mampu menghimpun cadangan Rp 42,5 milyar pada tahun 2005, naik hampir 5 kali lipat dari tahun sebelumnya (Tabel 2.5).
Tabel 2.5 Akumulasi cadangan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005 Rp juta dengan harga konstan tahun 2000
2001 2002 2003 2004 2005
Nias
Neraca anggaran (surplus/defi sit) 4,963 10,080 (12,128) 69,918 86,774
Dana Luncuran 8,046 12,204 23,049 13,082 21,252
Cadangan pada akhir periode 13,009 22,284 10,921 82,999 108,026
Nias Selatan
Neraca anggaran (surplus/defi sit) 9,041 21,235
Dana Luncuran 365 21,252
Cadangan pada akhir periode 9,406 42,486
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan database Desentralisasi Bank Dunia. Data dalam angka riil.
Akumulasi cadangan seringkali disebabkan karena tertundanya persetujuan anggaran dan tertundanya transfer dana bagi hasil dari pemerintah pusat. Hal-hal ini memperlambat pelaksanaan proyek. Jumlah yang tidak dicairkan selanjutnya muncul sebagai surplus dalam anggaran pemerintah daerah dan diteruskan ke tahun anggaran berikutnya. Untuk mendukung pencairan yang tepat waktu, proses persetujuan anggaran perlu dirampingkan dan transfer pendapatan bagi hasil dari pemerintah daerah harus dijalankan setiap triwulan (Bank Dunia, 2007a). Sebagian besar dana anggaran yang tidak dibelanjakan mengendap di rekening simpanan di bank-bank umum, namun tetap dicatat oleh Bank Indonesia.
Rekomendasi
Memperbaiki dan memperjelas mekanisme alokasi bagi hasil bukan pajak untuk kabupaten Nias Selatan. Nias Selatan belum menerima pendapatan dari bagi hasil sumber daya alam sejak tahun 2004, meskipun sebetulnya berhak menerima alokasi bagi hasil dari pendapatan minyak dan gas yang dihasilkan di Sumatera Utara.
Melaksanakan analisis untuk menentukan mengapa Nias Selatan tidak menerima bagi hasil dari sektor perikanan. Sebagai kabupaten yang menjadi bagian dari kepulauan, tidak adanya bagi hasil dari perikanan merupakan suatu yang patut dipertanyakan. Terdapat kemungkinan bahwa pendapatan ini masih diterima oleh kabupaten Nias, sehingga mengurangi pendapatan sumber daya di anggaran kabupaten Nias Selatan.
Kedua pemerintah daerah sebaiknya memusatkan perhatian untuk merangsang kegiatan ekonomi diluar berupaya memaksimalkan pendapatan asli daerah dalam jangka pendek. Berupaya memaksimalkan PAD dengan mengenakan pajak atas kegiatan-kegiatan tambahan dapat menjadi disinsentif bagi kegiatan ekonomi. Peraturan pajak daerah yang terlalu beragam juga dapat membingungkan dan sulit dilaksanakan. Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan dengan cermat biaya pengumpulan yang tersirat dalam peraturan PAD yang baru untuk memastikan agar setiap pungutan memiliki kelayakan ekonomi.
20 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 2 Pendapatan Dan Pembiayaan
Pemerintah pusat dapat membantu meningkatkan posisi fi skal kedua kabupaten dengan meneruskan kebijakan pengalokasian DAK ke daerah-daerah tertinggal. Meskipun DAU telah mengalami peningkatan signifi kan di Nias dan Nias Selatan, transfer belum sepenuhnya memperhitungkan indikator seperti tingkat kemiskinan, indeks biaya, dan Indeks Pembangunan Manusia. Tidak berhasilnya DAU mengatasi ketidakseimbangan fi skal di kedua kabupaten tersebut perlu dikhawatirkan dan sebaiknya dianalisis dengan cermat dan bersama-sama oleh pemerintah pusat dan kedua pemerintah kabupaten.
Mempertahankan ketepatan waktu persetujuan anggaran di masa mendatang dan mengalokasikan sumber daya yang tak terbelanjakan dengan efektif. Untuk mendukung pencairan yang tepat waktu, proses persetujuan anggaran perlu dirampingkan dan transfer bagi hasil dari pemerintah pusat harus dilaksanakan setiap triwulan. Hal ini memerlukan produksi perkiraan yang tepat waktu dari departemen-departemen sektoral.
BAB 3Pengeluaran
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
22 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Pengeluaran Keseluruhan di Nias dan Nias Selatan
Pelaksanaan desentralisasi pada tahun 2001 telah merubah pola pengeluaran antara pemerintah pusat dan daerah (provinsi maupun kabupaten) secara signifi kan. Pemerintah daerah mengemban peran yang lebih besar setelah desentralisasi, dengan kewenangan yang lebih besar atas alokasi anggaran dan pengeluaran daerah. Porsi pengeluaran daerah dalam total pengeluaran pemerintah di Indonesia naik dari 17 persen pra-desentralisasi menjadi lebih dari 30 persen setelah desentralisasi (Bank Dunia, 2002). Pemerintah daerah kini bertanggung jawab atas sebagian besar fungsi penyelenggaraan layanan di banyak sektor, termasuk kesehatan dan pendidikan. Di samping itu, pegawai negeri di daerah yang sebelumnya berada di bawah kewenangan pemerintah pusat dimutasikan ke pemerintah daerah dan dibiayai dari anggaran pemerintah daerah.
Total pengeluaran publik di kabupaten Nias dan Nias Selatan telah menunjukkan peningkatan yang mencolok sejak desentralisasi dan gempa bumi bulan Maret 2005. Jika anggaran pemerintah kabupaten, dana dekonsentrasi dan dana rekonstruksi digabungkan, total sumber daya publik yang dibelanjakan di kabupaten Nias dan Nias Selatan telah meningkat lebih dari 12 kali lipat tingkat pra-desentralisasinya secara riil. Total pengeluaran publik naik dari Rp 113 milyar di tahun 1999 menjadi Rp 1,7 trilyun pada tahun 2006 (Gambar 3.1). Kenaikan ini didorong oleh pertambahan yang besar dari semua sumber pendapatan. Pada tahun 2006, pengeluaran rutin pemerintah kabupaten saja sudah naik lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan tingkat pengeluaran tahun 1999. Pada saat yang sama, pemerintah pusat juga membelanjakan sumber daya yang substansial (melalui dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan). Di samping pengeluaran rutin pemerintah, kedua kabupaten ini juga menerima sumber daya yang signifi kan dari donor, LSM dan pemerintah pusat untuk membangun kembali prasarana dan layanan umum yang lebih baik setelah gempa bumi bulan Maret 2005.
Gambar 3.1 Pengeluaran publik Nias sebelum dan setelah desentralisasi, dan setelah gempa bumi
1681221
401
196113
1,132
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
1999 2002 2006
Mily
ar R
upia
h
Pembelanjaan rekonstruksi
Pengeluaran pemda Nias & Nias Selatan
Dana Dekonsentrasi (Pemerintah Pusat)
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK dan BRR. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Secara riil, pengeluaran rutin pemerintah kabupaten naik 3,6 kali lipat antara tahun 1999-2006 (Gambar 3.2). Secara nominal, pengeluaran naik dari Rp 101 milyar pada tahun 1999 menjadi Rp 569 milyar untuk tahun 2006. Antara tahun 2001-2003, pengeluaran pemerintah daerah naik secara stabil. Meskipun pengeluaran sebenarnya naik dari segi nominal, secara riil sedikit menurun pada tahun 2004 dan 2005. Kenaikan yang besar dari transfer antar-pemerintah dari pemerintah pusat ke kabupaten setelah desentralisasi menyumbangkan porsi terbesar kenaikan pengeluaran. Pada tahun 2006, baik Nias maupun Nias Selatan juga sangat diuntungkan oleh penambahan alokasi DAU yang substansial di tingkat nasional, hampir berlipat ganda untuk pengeluaran kedua pemerintah kabupaten.
23Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 3 Pengeluaran
Gambar 3.2 Pengeluaran di Nias dan Nias Selatan
Mily
ar R
upia
hNias & Nias
Selatan
Nias
0
100
200
300
400
500
4991
5991
6991
7991
8991
9 991
0002
1002
2002
3002
4002
5002
6002
*
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK dan BRR. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).Catatan: Anggaran yang direncanakan.
Pengeluaran Rutin vs Pengeluaran Pembangunan11
Sejak pelaksanaan desentralisasi, kabupaten Nias dan Nias Selatan telah secara konsisten membelanjakan sebagian besar sumber dayanya untuk pengeluaran rutin, sehingga sumber daya yang tersisa untuk pembangunan menjadi terbatas. Sebelum desentralisasi, komposisi pengeluaran lebih berimbang. Sebelum tahun 1998, rata-rata 65 persen pengeluaran di pulau ini dihabiskan untuk fungsi-fungsi pembangunan. Sejak itu, pengeluaran semakin didominasi oleh pengeluaran rutin. Sepanjang tahun 2001-2005, pengeluaran rutin rata-rata menghabiskan 66 persen total pengeluaran Nias dan Nias Selatan (Gambar 3.3). Pengalihan tanggung jawab untuk pembayaran gaji sebagian besar pegawai negeri yang berada di daerah dari pemerintah pusat ke daerah ikut memberikan kontribusi yang besar bagi tingginya porsi pengeluaran rutin tahun 2002. Di samping itu, pemekaran kabupaten Nias Selatan dari kabupaten Nias pada tahun 2003 semakin mendorong kenaikan pengeluaran rutin tahun 2004. Sebaliknya, pengeluaran untuk pembangunan terus menurun sejak desentralisasi, dengan porsi rata-rata 34 persen dari total pengeluaran tahun 2005.
11 Keputusan Menteri (Kepmendagri No. 29/2002) telah merubah format anggaran pemerintah daerah dari pembedaan antara pembelanjaan rutin dan pembangunan menjadi pembelanjaan aparat dan publik. Meskipun demikian, analisis pembelanjaan pada bagian ini didasarkan pada format penggolongan yang lama yaitu pembelanjaan rutin dan pembangunan guna memungkinkan dilakukannya perbandingan data anggaran antar waktu. Mata pembelanjaan dalam anggaran pra-2003 tidak dapat dikonversi menjadi format yang baru namun anggaran pasca-2003 dapat dikonversi menjadi format lama (Gambar B.6).
24 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Gambar 3.3 Proporsi pengeluaran pemerintah kabupaten di Nias dan Nias Selatan
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pors
i tot
al p
enge
luar
an (%
) Pengeluaran Rutin
Pengeluaran Pembangunan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK.
Pengeluaran sektoral didominasi oleh sektor pendidikan, yaitu rata-rata 43,5 persen dari total pengeluaran sepanjang tahun 2001-2005 (Gambar 3.4). Administrasi pemerintahan menerima porsi kedua terbesar dari total pengeluaran, dengan rata-rata 21 persen. Porsi ini naik sepanjang periode tersebut, mengalahkan pengeluaran untuk infrastruktur, yang telah menurun sejak tahun 2003.
Gambar 3.4 Pengeluaran sektoral keseluruhan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005
Mily
ar ru
pia
h
Administrasi Pemerintah InfrastrukturPendidikan dan Kebudayaan
Sektor-sektor lainSubsidi dan pengeluaran lain
Pengeluaran tidak tersangka
0
20
40
60
80
100
2001 2002 2003 2004 2005
.Kesehatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Pengeluaran Rutin
Pada tahun 2005, pengeluaran rutin telah meningkat hingga lebih dari dua kali lipat angka sebelum desentralisasi. Porsi pengeluaran rutin terbesar dialokasikan untuk biaya pegawai. Sepanjang tahun 2001-2005, pengeluaran untuk pegawai rata-rata menghabiskan 75 persen dari total pengeluaran rutin. Pengeluaran untuk barang dan jasa menghabiskan rata-rata 9 persen dari total pengeluaran rutin. Bantuan keuangan untuk kecamatan dan desa-desa bertambah penting, dan menghabiskan 9 persen dari pengeluaran rutin pada tahun 2005. Nias dan Nias Selatan, seperti kabupaten-kabupaten lain di Indonesia, belum memberikan perhatian yang cukup kepada masalah pengoperasian dan pemeiliharaan. Alokasi untuk pengoperasian dan pemeliharaan relatif kecil, hanya 1,5 persen dari pengeluaran rutin rata-rata. Tahun 2005, pengeluaran untuk perjalanan dinas juga meningkat 5 kali lipat secara riil dari angkanya untuk tahun 1999, dan kedua pemerintah kabupaten saat ini mengeluarkan biaya untuk perjalanan
25Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 3 Pengeluaran
lebih dari dua kali lipat pengeluaran untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Kategori yang lain – yang didenifi sikan dengan tidak jelas (mis. pengeluaran lain-lain, pengeluaran yang belum termasuk dalam pengeluaran lain-lain, dan pengeluaran tak tersangka) – naik hampir 3 kali lipat pada tahun 2003, namun selanjutnya telah menurun. Meskipun berfungsi sebagai dana yang dapat digantikan, kategori-kategori ini perlu diperiksa dengan cermat karena berpotensi disalahgunakan (Tabel 3.1). Dari segi per kapita, kedua kabupaten ini membelanjakan pengeluaran rutin kurang dari angka rata-rata provinsi dan nasional. Meskipun demikian, sebagai persentase porsi dari total pengeluaran, kedua kabupaten mengalokasikan belanja rutin lebih dari rata-rata nasional dan provinsi (Lampiran Gambar B.8.9)
Tabel 3.1 Pengeluaran rutin menurut penggolongan ekonomi di Nias dan Nias SelatanDalam milyar rupiah dengan harga konstan tahun 2000
Pengeluaran Rutin 1999* 2001 2002 2003 2004 2005
% % % % % %
Belanja pegawai 41.8 68.9 88.3 81.2 102.2 75.8 106.3 69.4 118.5 76.1 114.5 76.1
Belanja barang 10.4 17.1 9.2 8.5 11.6 8.6 17.7 11.5 16.7 10.7 12.1 8.1
Belanja untukoperasional/ pemeliharaan
0.6 0.9 1.4 1.3 2.5 1.9 2.2 1.4 1.6 1.0 2.5 1.7
Biaya perjalanan dinas 1.0 1.7 1.1 1.0 2.9 2.1 3.9 2.5 5.0 3.2 5.5 3.7
Pengeluaran lain-lain 3.3 5.4 3.7 3.4 7.4 5.5 10.8 7.1 2.4 1.5 0.0 0.0
Bantuan keuangan ke daerahpemerintahan tingkat bawah
3.6 6.0
1.5 1.4 1.6 1.2 2.9 1.9 8.7 5.6 13.7 9.1
Pengeluaran yang belum termasuk dalam pengeluaran lain-lain
2.5 2.3 5.8 4.3 8.7 5.7 0.9 0.6 0.0 0.0
Pengeluaran tak terduga 1.1 1.0 0.7 0.5 0.7 0.5 1.9 1.2 2.1 1.4
Total 60.6 100.0 108.7 100.0 134.8 100.0 153.3 100.0 155.7 100.0 150.5 100.0
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil. Catatan: * Data yang belum digabungkan untuk bantuan keuangan ke daerah pemerintahan tingkat bawah, pengeluaran yang tidak termasuk dalam pengeluaran lain-lain, dan pengeluaran tak terduga tidak tersedia untuk tahun 1999.
Proporsi terbesar pengeluaran rutin adalah dalam sektor pendidikan, sebagian besar untuk menutup gaji guru yang dibayarkan oleh pemerintah kabupaten sejak desentralisasi tahun 2001. Rata-rata, pengeluaran rutin untuk pendidikan menghabiskan 56 persen total pengeluaran rutin sepanjang periode tahun 2001-2005. Meskipun dari segi absolut angka ini tetap stabil pada sekitar Rp 78 milyar, porsinya berangsur-angsur menurun dari 67 persen pada tahun 2001 menjadi 48 persen pada tahun 2005 (Gambar 3.5). Berkurangnya porsi pengeluaran untuk pendidikan telah digantikan oleh bertambahnya pengeluaran untuk aparatur pemerintah, yang mewakili porsi pengeluaran rutin nomor dua terbesar. Sepanjang tahun 2001-2005, pengeluaran ini naik secara substansial, baik secara absolut (lebih dari dua kali lipat) dan sebagai porsi pengeluaran rutin (naik dari 21 persen menjadi 30 persen). Tren ini perlu dianalisis lebih lanjut oleh kedua pemerintah kabupaten. Pengeluaran rutin untuk petugas kesehatan dan administrasi kesehatan masih tetap kecil, rata-rata 7 persen dari total pengeluaran rutin dalam tahun 2001-2005.
26 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Gambar 3.5 Komposisi sektoral pengeluaran rutin di Nias dan Nias Selatan
29.1%29.3%23.3%21.3%20.5%
7.6%7.3%
7.2%8.5%
4.3%
48.2%50.2%
55.6%60.5%
66.8%
0
40
80
120
160
2001 2002 2003 2004 2005
PrasaranaSektor lain
Adm. umum pemerintahPendidikan & kebudayaanPengeluaran tak tersangka
KesehatanSubsidi & pengeluaran lain
Rp m
ilyar
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Pengeluaran untuk Pembangunan
Pengeluaran pembangunan pemerintah kabupaten di Nias dan Nias Selatan meningkat lebih dari 2 kali lipat setelah desentralisasi, tetapi selanjutnya menurun. Pengeluaran untuk pembangunan naik dari Rp 47 milyar pada tahun 1999 menjadi hampir Rp 100 milyar pada tahun 2001. Meskipun demikian, pengeluaran tersebut merosot tajam pada tahun 2002 dan telah berfl uktuasi sejak itu (Tabel 3.2). Setelah kenaikan alokasi DAU sebesar 100 persen pada tahun 2006, diharapkan bahwa pengeluaran untuk pembangunan akan kembali naik secara signifi kan. Desentralisasi telah mengubah komposisi sektoral dari pengeluaran pembangunan. Di masa lalu, sektor pembangunan daerah, jalan dan transportasi banyak mendominasi pengeluaran untuk pembangunan. Meskipun infrastruktur masih tetap menjadi sektor utama setelah desentralisasi, porsinya telah menurun dan digantikan oleh porsi yang bertambah untuk aparatur pemerintah dan sektor pendidikan. Transformasi ini mencerminkan dampak desentralisasi di mana alokasi anggaran kini diputuskan pada tingkat lokal. Bila dibandingkan dengan rata-rata provinsi dan nasional, kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki tingkat pengeluaran per kapita yang paling rendah untuk fungsi-fungsi pembangunan, jauh di bawah angka rata-rata nasional maupun provinsi. Dalam hal porsi total pengeluaran untuk pembangunan, kabupaten Nias mengalokasikan kurang dari rata-rata provinsi atau pun nasional, sedangkan kabupaten Nias Selatan hampir sama besar dengan rata-rata provinsi yaitu 30 persen (Lampiran Gambar B.8.10).
27Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 3 Pengeluaran
Tabel 3.2 Komposisi sektoral pengeluaran untuk pembangunan di Nias dan Nias Selatan Dalam Rp milyar pada harga konstan tahun 2000
Sektor
1999 2001 2002 2003 2004 2005% % % % % %
Aparatur pemerintah 2.0 3.9 3.6 3.9 6.9 11.2 3.9 5.2 12.6 22.6 16.5 24.0Pertanian 1.2 2.3 4.3 4.7 4.5 7.4 1.8 2.4 3.5 6.2 1.5 2.2Industri dan perdagangan
0.8 1.5 2.6 2.8 0.9 1.5 2.4 3.2 1.2 2.1 0.3 0.4
Tenaga kerja 0.05 0.1 0.05 0.1 0.65 1.1 0.93 1.2 0.00 0.0 0.0 0.0Kesehatan, kesejahteraan sosial
2.5 4.8 6.5 7.0 3.9 6.4 5.2 7.0 3.9 7.1 6.4 9.3
Pendidikan dan kebudayaan
6.3 12.1 19.6 21.1 9.9 16.2 11.1 14.8 6.9 12.5 20.8 30.2
Lingkungan dan perencanaan ruang
0.4 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.1 0.3 0.6 0.5 0.8
Keluarga berencana dan kependudukan
0.00 0.0 0.00 0.0 0.10 0.2 0.71 1.0 2.74 4.9 0.9 1.3
Infrastruktur 39.0 74.7 56.1 60.4 34.2 56.0 48.8 65.1 24.4 43.9 22.1 32.0Mineral dan energi 0.1 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0Transportasi, air & irigasi
16.3 31.2 37.7 40.6 22.9 37.5 39.4 52.5 23.4 42.0 21.4 31.0
Pariwisata dan telekomunikasi
0.2 0.4 1.0 1.1 0.4 0.7 0.1 0.2 0.7 1.3 0.6 0.9
Pembangunan daerah, perumahan dan pemukiman
22.4 42.9 17.4 18.7 10.8 17.7 9.3 12.4 0.3 0.6 0.0 0.0
Total 52.2 100.0 92.9 100.0 61.0 100.0 75.0 100.0 55.6 100.0 69.0 100.0
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil.
Sebagian besar pengeluaran untuk pembangunan dialokasikan untuk infrastruktur (terutama subsektor jalan, air dan irigasi) dan pendidikan. Baik secara riil maupun sebagai porsi total pengeluaran untuk pembangunan, pengeluaran untuk infrastruktur turun secara signifi kan setelah desentralisasi, dari Rp 39 milyar (75 persen) pada tahun 1999 menjadi Rp 32 milyar (32 persen) pada tahun 2005. Pendidikan menjadi semakin penting setelah desentralisasi dan mewakili 30 persen dari pengeluaran untuk pembangunan tahun 2005. Secara riil, alokasi untuk pendidikan naik 3 kali lipat pada tahun 2005 dibandingkan angka pra-desentralisasi. Pengeluaran untuk aparatur pemerintah naik lebih dari 8 kali lipat dari tahun 1999 ke 2005. Porsi dari total pengeluaran untuk pembangunannya terus naik dari kurang dari 4 persen pada tahun 1999 menjadi 24 persen pada tahun 2005. Kenaikan yang substansial pada tahun 2004 mungkin disebabkan oleh dukungan tambahan yang diperlukan untuk sarana dan infrastruktur pemerintah kabupaten yang baru di kabupaten Nias Selatan (Gambar 3.6).
28 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Gambar 3.6 Komposisi sektoral dan tren pengeluaran untuk pembangunan di Nias dan Nias Selatan
0
10
20
30
40
50
2001 2002 2003 2004 2005
Mily
ar ru
piah
Administrasi pemerintah InfrastrukturKesehatan Pendidikan dan kebudayaanSektor lain
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Pengeluaran Aparatur vs Pengeluaran Publik
Pemberlakuan Keputusan Menteri No. 29/2002 telah merubah format anggaran pemerintah kabupaten dari klasifi kasi rutin dan pembangunan menjadi kategori pengeluaran aparatur dan publik. Format anggaran yang baru ini telah merubah struktur pengeluaran secara signifi kan, sedangkan struktur pendapatan umumnya masih tetap sama. Format pengeluaran yang baru ini lebih banyak mempengaruhi struktur anggaran kabupaten, karena lebih memfokuskan pada si penerima manfaat dari pada program dan proyek. Di bawah struktur yang baru ini, pengeluaran untuk kegiatan dan program-program yang menguntungkan masyarakat umum dilaporkan sebagai pengeluaran publik, sementara pengeluaran untuk program-program yang dicadangkan untuk aparatur pemerintah dilaporkan sebagai pengeluaran aparat. Format pendapatan yang baru ini tidak termasuk sisa anggaran tahun lalu (carry over) dan rekening pinjaman, dan mengikuti struktur anggaran terpadu yang menggolongkan pengeluaran menjadi pengeluaran aparatur pemerintah dan pengeluaran publik. Selain itu, format anggaran yang baru ini memiliki rekening pembiayaan yang terpisah, yang meliputi semua transaksi pinjaman, cadangan, dan arus pendanaan lainnya. Di antara mata pendapatan yang kini dianggap sebagai arus masuk pendanaan adalah pinjaman dan carry over dari tahun sebelummnya. Di antara pengeluaran atau arus keluar pendanaan tersebut terdapat carry over ke tahun berikutnya dan pembayaran pokok pinjaman. Di samping itu, format anggaran yang baru juga menyertakan butir-butir seperti transfer dari/ke dana cadangan dan penjualan/akuisisi asset keuangan menjadi rekening pembiayaan.
Berdasarkan format anggaran yang baru ini, kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki alokasi anggaran beragam. Kabupaten Nias mulai menggunakan format anggaran yang baru ini pada tahun 2004, sedangkan kabupaten Nias Selatan baru mulai menggunakan format yang baru pada tahun 2005, terlepas dari kenyataan bahwa peraturan tersebut mulai berlaku pada tahun 2003. Jika melihat alokasi untuk tahun 2005, di kabupaten Nias hampir tiga perempat anggaran dialokasikan untuk pengeluaran aparat, sedangkan kategori pengeluaran publik menghabiskan hanya 24 persen dari total pengeluaran. Sebaliknya, kabupaten Nias Selatan menghabiskan sedikit lebih besar anggarannya untuk proyek-proyek yang membawa manfaat bagi masyarakat (52 persen), sedangkan pengeluaran aparatur hanya menghabiskan 32 persen. Kedua pemerintah kabupaten tersebut mengalokasikan porsi anggaran yang relatif kecil untuk belanja modal, yaitu 11 persen dari anggaran kabupaten Nias dan hanya 5 persen dari anggaran kabupaten Nias Selatan (Tabel 3.3).
29Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 3 Pengeluaran
Tabel 3.3 Pengeluaran aparatur dan publik di Nias dan Nias Selatan, 2005Dalam Rp milyar
PengeluaranNias Nias Selatan Total
% % %
Pengeluaran Aparat 159.2 71 31.5 36 190.7 61Administrasi Umum 141.3 63 25.4 29 166.7 54
Pengoperasian & Pemeliharaan 12.4 6 4.1 5 16.4 5
Modal 5.6 2 2.0 2 7.5 2
Pengeluaran Publik 52.8 24 45.0 52 97.9 31Administrasi Umum 2.0 1 22.2 26 24.2 8
Pengoperasian & Pemeliharaan 31.6 14 20.2 23 51.8 17
Modal 19.3 9 2.6 3 21.9 7
Pengeluaran tak Tersangka 2.1 1 0.9 1 3.0 1Bantuan Keuangan & Pengeluaran Bersama
9.8 4 9.6 11 19.4 6
Total 224.0 100 87.0 100 311.0 100Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD-Depkeu.
Anggaran Pengeluaran vs Realisasi Pengeluaran
Pemerintah kabupaten Nias dan Nias Selatan menghabiskan pengeluaran di bawah dari yang dianggarkan, terutama untuk program-program pembangunan. Di tahun 2004, kedua pemerintah kabupaten tersebut hanya mampu membelanjakan 79 persen dari pengeluaran yang direncanakan untuk program-program pembangunan. Tingkat realisasi ini masih belum membaik pada tahun 2005, ketika kedua pemerintah kabupaten tersebut hanya mampu membelanjakan 64 persen dari anggaran pembangunannya. Pengeluaran rutin menunjukkan tingkat realisasi yang lebih tinggi yaitu 98 persen pada tahun 2004 dan 92 persen pada tahun 2005 (Table 3.4). Kinerja realisasi pengeluaran rutin yang lebih baik ini adalah karena sebagian besar pengeluaran rutin digunakan untuk membiayai operasional dan gaji pegawai pemerintah daerah dan tidak memerlukan persiapan proyek yang rumit. Rendahnya daya serap pemerintah daerah, ditambah dengan proses pengesahan anggaran yang ditunda-tunda, menyisakan waktu yang terbatas untuk pelaksanaan proyek, menjelaskan rendahnya tingkat realisasi pengeluaran pembangunan. Di samping itu, tingkat realisasi yang sangat rendah yang terlihat pada tahun 2005 juga merupakan akibat dari gempa bumi, yang sudah tentu mengganggu jalannya proses pengesahan anggaran.
Tabel 3.4 Rencana pengeluaran vs realisasi pengeluaran di Nias dan Nias Selatan Dalam Rp milyar
Pengeluaran 2004 2005
Rencana Realisasi % realisasi Rencana Realisasi % realisasiPersonil 157 156 99 169 162 96Barang & jasa 24 22 91 19 17 92Pengoperasian & pemeliharaan 2 2 87 4 4 95Perjalanan dinas 7 7 93 9 8 92Lain-lain 4 3 83 - - 0Bantuan keuangan & pengeluaran tak tersangka
16 15 97 31 22 73
Total Rutin 210 205 98 233 215 92Total Pembangunan 93 73 79 154 98 64
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK.
30 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Pengeluaran untuk Rekonstruksi di Nias
Sampai akhir Desember 2006, telah dialokasikan US$ 495 juta bagi proses pemulihan dan rekonstruksi di Nias (Gambar 3.7). Jumlah ini agak melebihi perkiraan kebutuhan, yaitu US$ 423 juta, dan diperkirakan akan meningkat dalam tahun-tahun mendatang, terutama dari anggaran pemerintah (melalui BRR) sampai tahun 2009. Dana-dana tambahan ini memberikan kesempatan bagi kedua kabupaten di pulau Nias tersebut untuk memperbaiki layanan dan prasarana umum didaerahnya. Dalam rangka meningkatkan layanan dan prasarana umum di pulau ini, yang sebelum gempa bumi pun memang tidak memadai, BRR memperkirakan akan diperlukan tambahan US$ 1 milyar (BRR, 2006). Donor memainkan peran yang penting di pulau Nias dan telah menyumbangkan US$ 200 juta, atau 40 persen dari total alokasi dana, disusul pemerintah pusat (BRR) dan LSM, dengan kontribusi masing-masing sebesar US$ 131 juta dan US$159 juta. Meskipun secara keseluruhan kebutuhan pembiayaan telah terpenuhi, kabupaten Nias Selatan masih tetap kekurangan dana dan masih diperlukan sebanyak US$ 19 juta untuk memenuhi kebutuhan yang telah teridentifi kasi di kabupaten tersebut.
Gambar 3.7 Alokasi proyek vs kebutuhan rekonstruksi untuk pulau Nias, Desember 2006
NGOs(160)
0
100
200
300
400
500
600
Total (Nias dan Nias Selatan digabung)
Kebutuhan Program
Juta USD
Donor (204)
D & L (392)
Pem. RI(131)
Inflasi (31)
(231) (161)
(353)
(142)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Nias Nias Selatan
Nias dan Nias Selatan dipisahkan
Kebutuhan Program
Juta USD
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia, BRR, dan Penilaian Kerusakan Pasca Bencana IOM.
Pencairan di Nias dan Nias Selatan relatif lambat. Sampai akhir Desember 2006, baru 35 persen dari dana yang dialokasikan telah direalisasikan. Letak pulau yang terpencil, biaya pengangkutan yang tinggi untuk mengirim material dengan feri dari Sumatera, jaringan transportasi yang buruk di daerah kepulauan, kurangnya tenaga kerja terampil, dan kurangnya bahan bangunan menjadi tantangan utama di Nias dan Nias Selatan. Tingkat pencairan kabupaten Nias lebih rendah dari Aceh, di mana separuh dari semua dana yang dialokasikan telah dikeluarkan sebelum akhir Desember 2006. Meskipun kabupaten Nias telah mencatat kemajuan yang relatif lebih baik, di mana 43 persen dari alokasi dananya telah dicairkan sebelum Desember 2006, kurangnya kemajuan di kabupaten Nias Selatan sangat mengkhawatirkan: sampai akhir Desember 2006, baru 18 persen dana telah dibelanjakan (Gambar 3.8).
31Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 3 Pengeluaran
Gambar 3.8 Pencairan untuk rekonstruksi di Nias dan Nias Selatan
Total (Nias dan Nias Selatan digabung)
(76)
NGOs(159)
(60) (41)
Donors(204)
0
100
200
300
400
500
600
(35%)
Juta
US$
Proyek Pencairan
Pem.RI(131)
Nias dan Nias Selatan dipisahkan
(353)
(142) (18%)
0
100
200
300
400
(43%) Pencairan
Program
Juta
US$
Pencairan
Program
Nias SelatanNias
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia/BRR.
Kemajuan Rekonstruksi BRR
Alokasi anggaran BRR untuk Nias dan Nias Selatan naik 8 kali lipat dari US4 13 juta pada tahun 2005 menjadi US4 118 juta pada tahun 2006. Secara keseluruhan, alokasi akumulatif BRR mencapai US$ 131 juta pada tahun 2006. Peningkatan alokasi BRR yang luar biasa pada tahun 2006 ini tampaknya tidak dibagi dengan merata antara kedua kabupaten. Kabupaten Nias menerima 10 kali lebih banyak pada tahun 2006, naik dari US$ 11 juta pada tahun 2005 menjadi US$ 115 juta pada tahun 2006. Sementara itu, kebutuhan keuangan keseluruhan di kabupaten Nias Selatan tetap belum dipenuhi: BRR hanya mengalokasikan US$ 2,7 juta pada tahun 2006, sedikit meningkat dari US$ 1,5 juta pada tahun 2005. Alokasi di masa mendatang hendaknya ikut memperhitungkan kebutuhan geografi s dan ditujukan menekan kesenjangan regional ini.
Secara keseluruhan, sektor perumahan dan infrastruktur menerima alokasi terbesar dari anggaran BRR. Secara total, BRR telah mengalokasikan US$ 100 juta, atau 76 persen dari total anggaran, untuk sektor ini (Lampiran Gambar B.8.12.). Prioritas ini sejalan dengan tingkat kerusakan sektoral akibat gempa bumi. Sektor perumahan dan infrastruktur mengalami rusak parah, sebesar 77 persen dari total kerusakan, dengan nilai kerugian diperkirakan US$ 305 juta. Kesehatan dan pendidikan menerima alokasi nomor dua terbesar.
Meskipun menghadapi banyak tantangan di lapangan, BRR mencatat tingkat pencairan yang relatif tinggi dibandingkan dengan pelaku-pelaku rekonstruksi lainnya di pulau ini. Sampai dengan bulan Desember 2006, BRR telah mencairkan kurang lebih 60 persen dari anggarannya untuk tahun 2005 dan 2006, yang setara dengan US$ 75 juta. Rasio pencairan berbeda-beda antar sektor, di mana sektor kesehatan dan pendidikan mengalami tingkat pencairan yang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Sampai akhir Desember 2006, 75 persen dari anggaran yang dialokasikan untuk kedua sektor ini digabungkan telah dibelanjakan. Pembangunan kelembagaan dan perumahan/infrastruktur mencatat kemajuan yang paling lambat, hanya masing-masing 46 dan 56 persen dari anggaran yang telah dicairkan sampai dengan akhir 2006.
32 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 3 Pengeluaran
Rekomendasi
Kedua pemerintah kabupaten di pulau Nias perlu membatasi pengeluaran untuk fungsi-fungsi rutin dan membatasi pengeluaran untuk aparatur pemerintah. Pengeluaran rutin naik lebih dari 2 kali lipat antara tahun 1999-2005. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, porsi total pengeluarannya naik menjadi rata-rata 66 persen sepanjang tahun 2001-2005, di mana dua pertiganya dihabiskan untuk membayar gaji. Perhatian khusus juga hendaknya diberikan pada kenaikan pengeluaran untuk perjalanan dinas dan kategori “lain-lain” dalam pengeluaran rutin. Pengeluaran untuk operasional dan pemeliharaan perlu ditingkatkan, terutama mengingat semakin perlunya memelihara prasarana yang telah dibangun selama proses rekonstruksi. Sudah tentu perlu dipastikan bahwa tuntutan untuk menaikkan pengeluaran rutin harus seimbang dengan kebutuhan untuk berinvestasi pada sektor-sektor kunci untuk pembangunan jangka panjang pulau Nias di masa mendatang.
Layanan dan infrastruktur umum hendaknya menjadi prioritas pengeluaran pembangunan. Oleh sebab itu, alokasi pengeluaran pembangunan untuk aparatur pemerintah harus diteliti. Pengeluaran pembangunan sektoral untuk infrastruktur telah berangsur-angsur menurun, digantikan dengan peningkatan pengeluaran untuk aparatur pemerintah. Alokasi yang relatif lebih tinggi untuk pendidikan dalam tahun-tahun terakhir perlu dipertahankan. Transfer yang lebih besar dari pemerintah pusat hendaknya dialokasikan secara proporsional untuk pengeluaran pembangunan, yang pada akhirnya nanti akan menghasilkan perbaikan layanan dan prasarana umum.
Kesenjangan antara anggaran dan realisasi pengeluaran harus ditutup. Terdapat bukti bahwa kedua pemerintah kabupaten tersebut tidak mampu merealisasikan anggarannya sesuai rencana, terutama dalam hal pengeluaran untuk pembangunan. Kedua pemerintah kabupaten tersebut perlu membenahi proses pengesahan anggarannya dan kemampuannya melaksanakan proyek. Dengan adanya lonjakan pendapatan dan pengeluaran dalam tahun-tahun terakhir, sangatlah penting untuk memastikan bahwa kemampuan pemerintah kabupaten juga meningkat.
Kedua pemerintah kabupaten perlu memastikan bahwa upaya rekonstruksi dan rehabilitasi dapat dipertahankan kelanjutannya sesudah akhir masa jabatan BRR pada tahun 2009 nanti. Total pengeluaran ada kemungkinan akan turun dan pemerintah kabupaten akan perlu memastikan adanya sumber dana untuk memelihara dan membangun infrastruktur dan juga memperbaiki kapasitasnya untuk dapat menggantikan fungsi BRR. BRR dan kedua pemerintah kabupaten di pulau ini harus memastikan bahwa realisasi anggaran rekonstruksi ditingkatkan semaksimal mungkin. Siklus anggaran yang ketat mungkin tidak menguntungkan bagi upaya rekonstruksi.
Kesenjangan regional antara kabupaten Nias dan Nias Selatan dalam hal alokasi dana rekonstruksi harus ditutup. Perlu dilakukan evaluasi ulang rencana anggaran dan program guna mencapai keseimbangan yang proporsional antara kedua kabupaten tersebut. Alokasi anggaran dan pelaksanaan proyek di masa mendatang harus berupaya untuk menutup kesenjangan ini. Kabupaten Nias Selatan masih kekurangan dana mengingat kebutuhannya, dan kemajuan di sana sangat lambat. Kabupaten ini sangat jauh tertinggal dari kabupaten Nias. Kabupaten Nias Selatan berhak menerima dana yang lebih banyak mengingat kerusakan yang luas dan alokasi anggaran yang sangat kecil dari BRR bila dibandingkan dengan kabupaten Nias. Koordinasi yang lebih baik antara pemerintah kabupaten dan pemerintah pusat, donor, dan NGO diperlukan untuk mengatasi masalah kesenjangan pendanaan ini.
BAB 4Pendidikan
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
34 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 4 Pendidikan
Pencapaian dan Sarana Pendidikan
Pada beberapa tahun terakhir, kabupaten Nias dan Nias Selatan telah mencatat perbaikan dalam berbagai indikator. Meskipun demikian, banyak indikator yang masih tertinggal dari indikator di kabupaten-kabupaten lain, terutama untuk Nias Selatan. Yang mengkhawatirkan khususnya adalah rendahnya angka melek huruf dan angka partisipasi untuk sekolah menengah tingkat pertama dan atas, serta penyebaran sekolah dan guru yang tidak merata antar kecamatan di kedua kabupaten tersebut.
Nias dan Nias Selatan memiliki angka melek huruf yang paling rendah di Sumatera Utara. Angka melek huruf di kabupaten Nias naik dari 82,9 persen pada tahun 2002 menjadi 85,8 persen pada tahun 2005, namun ini masih di bawah rata-rata nasional. Kabupaten Nias Selatan memiliki angka melek huruf yang paling rendah di antara semua kabupaten di Sumatera Utara pada tahun 2005, yaitu hanya 62,5 persen (Gambar 4.1). Angka melek huruf yang relatif rendah di kedua kabupaten ini antara lain disebabkan oleh tingginya persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak pernah bersekolah. Pada tahun 2005, 13,5 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas di kabupaten Nias tidak pernah bersekolah, sedangkan angka untuk kabupaten Nias Selatan adalah 39,2 persen. Dari total penduduk usia sekolah (usia 5 tahun ke atas), 14,5 persen di kabupaten Nias dan 33,5 persen di kabupaten Nias Selatan belum pernah bersekolah.
Gambar 4.1 Angka kemampuan membaca di Nias dan Nias Selatan per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005
Rata-rata Sumatera U
taraN
asional
Rata-rata Sumatera U
tara
Pers
en
0
20
40
60
80
100
Kota Sibolga
Kab. Tap
anuli Selatan
Kota Pematang Siantar
Kota Medan
Kota Padang Sidemp
uan
Kab. M
andailing Natal
Kota Tebing Tinggi
Kota Tanjung Balai
Kota Binjai
Kab. Tob
a Samosir
Kab. Tanah Karo
Kab. D
airi
Kab. D
eli Serdang
Kab. Pakp
ak Bharat
Kab. Sim
alungun
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Sam
osir
Kab. Tap
anuli Tengah
Kab. Lab
uhan Batu
Kab. Tap
anuli Utara
Kab. Langkat
Kab. A
sahan
Kab. H
umb
ang Hasundutan
Kab. N
ias
Kab. N
ias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Susenas, 2005).
Angka partisipasi kasar (APK) untuk tingkat sekolah menengah pertama dan atas di Nias dan Nias Selatan secara konsisten lebih rendah dari angka rata-rata Sumatera Utara dan nasional. Angka partisipasi kasar untuk tingkat sekolah dasar naik dari 107 persen di tahun 2001 menjadi 109 persen di tahun 2005 (Gambar 4.2). Angka partisipasi kasar untuk tingkat sekolah menengah pertama dan atas telah stabil sejak tahun 2003, yaitu pada kisaran 67-76 persen untuk sekolah menengah pertama, dan 30-42 persen untuk sekolah menengah atas. Kenaikan angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar antara lain disebabkan oleh bertambahnya jumlah murid taman kanak-kanak, di mana kurang lebih separuh dari mereka melanjutkan ke tingkat berikutnya.12 Terdapat peningkatan jumlah murid taman kanak-kanak sebesar 20 persen, dari 1,234 orang di tahun 2003 menjadi 1,483 orang pada tahun 2004. Kenaikan
12 Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan di pulau Nias, jumlah murid taman kanak-kanak di Nias yang melanjutkan ke tingkat skeolah dasar pada tahun 2004 adalah 53 persen.
35Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 4 Pendidikan
tipis angka partisipasi tingkat sekolah menengah pertama pada tahun 2005 mungkin disebabkan lebih tingginya persentase siswa sekolah dasar yang lulus ujian tingkat akhir, dari 87 persen di tahun 2003 menjadi 99 persen di tahun 2004.
Gambar 4.2 Angka Partisipasi Kasar pulau Nias pada tingkat dasar, menengah dan atas, 2001-2005 13
100%
105%
110%
115%
2001 2002 2003 2004 2005
Dasar
Nias Rata-rata Sumut Rata-rata Nasional
50%60%70%
80%90%
100%
2001 2002 2003 2004 2005
Menengah Pertama
Nias Rata-rata Sumut Rata-rata Nasional Nias Rata-rata Sumut Rata-rata Nasional
0%
20%
40%
60%
80%
2001 2002 2003 2004 2005
Menengah Atas
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Susenas, 2001-05).
Sejalan dengan angka partisipasi kasar, Nias dan Nias Selatan memiliki rata-rata masa bersekolah terendah di antara kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki rata-rata masa bersekolah masing-masing 5,6 dan 6,6, sedangkan rata-rata nasional adalah 7,4 (Gambar 4.3). Angka ini sudah dapat diduga karena, menurut laporan Bank Dunia (Bank Dunia, 2006a), kurang dari 60 persen anak-anak yang lahir di Indonesia pada tahun 1980 menyelesaikan sekolah menengah pertama dan sekitar 40 persen menyelesaikan sekolah menengah atas.
Gambar 4.3 Rata-rata masa bersekolah per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005
0
2
4
6
8
10
12
Kota Medan
Kota Pematang Siantar
Kota Padang Sidempuan
Kota Binjai
Kota Tebing Tinggi
Kab. Toba Samosir
Kota Sibolga
Kab. Samosir
Kab. Tanah Karo
Kab. Deli Serdang
Kota Tanjung Balai
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Hum
bang Hasundutan
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Labuhan Batu
Kab. Dairi
Kab. Asahan
Kab. Langkat
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Mandailing N
atal
Kab. Nias
Kab. Nias Selatan
Rata-rata Sumatera U
tara
Rata-rata Nasional
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Susenas, 2005.
13 Angka ini mencakup kabupaten Nias dan Nias Selatan. Data untuk Nias Selatan pada Susenas hanya tersedia untuk tahun 2005.
36 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 4 Pendidikan
Meskipun demikian, angka partisipasi yang rendah ini belum tentu menunjukkan kurangnya akses ke sekolah di Nias dan Nias Selatan.14 Pada tahun 2005, kabupaten Nias memiliki 419 sekolah dasar, 78 sekolah menengah pertama dan 35 sekolah menengah atas, sedangkan di kabupaten Nias Selatan terdapat 298 sekolah dasar, 68 sekolah menengah pertama dan 42 sekolah menengah atas. Akses ke sekolah berbeda-beda untuk setiap tingkat pendidikan. Di kabupaten Nias, rata-rata luas wilayah yang dilayani untuk sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas masing-masing adalah 8 km2, 43 km2, dan 95 km2, dan luas di Nias Selatan masing-masing adalah 6 km2, 23 km2, and 43 km2. Angka ini lebih baik dari rata-rata nasional yaitu masing-masing 23 km2, 115 km2, and 292 km2, yang mengisyaratkan bahwa akses ke sekolah di semua tingkat sudah memadai (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Luas wilayah layanan sekolah untuk Nias dan Nias Selatan, 2005Kilometer2
Nias Nias Selatan Sumatera Utara Rata-rata nasional
Sekolah dasar 8.0 6.1 7.7 23.2
Sekolah menengah pertama 42.7 26.8 73.2 115.0
Sekolah menengah atas 95.2 43.5 146.6 291.8
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Podes, 2005) dan Depdiknas.
Di Nias dan Nias Selatan, rasio sekolah dasar per 1000 anak usia sekolah dasar sudah di atas rata-rata nasional. Kabupaten Nias dan Nias Selatan sama-sama memiliki 6 sekolah dasar per 1000 anak sekolah dasar, sementara Indonesia memiliki 5 sekolah dasar per 1,000 anak sekolah dasar. Namun distribusi sekolah ini tidak merata antar kecamatan di Nias dan Nias Selatan. Kecamatan Afulu di kabupaten Nias memiliki rasio lebih dari dua kali lipat rasio di kecamatan Bawolatu, sedangkan kecamatan Amandraya di kabupaten Nias Selatan memiliki rasio empat kali lebih rendah dari rasio kecamatan Pulau-pulau Batu (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Sekolah dasar per 1000 anak usia sekolah dasar per kecamatan di Nias/ Nias Selatan, 2005
0 2 4 6 8 10 12
Baw olato
Idanogaw o
Gido
Namohalu Esiw a
Lotu
Mandrehe
Gunungsitoli
Alasa
Tuhemberua
Lahew a
Hiliduho
Sirombu
Afulu
Nias
0 2 4 6 8 10 12 14
Amandraya
Lolow au
Gomo
Telukdalam
Lahusa
Lolomatua
Hibala
Pulau-pulau Batu
Nias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Podes, 2005 dan SPAN, 2005).
Rasio murid-guru (student-teacher ratio) di kabupaten Nias dan Nias Selatan berada di atas rata-rata Indonesia dan Sumatera Utara, khususnya pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Tahun 2005, baik Sumatera Utara maupun Indonesia memiliki rasio murid-guru sebesar 19 untuk tingkat sekolah dasar, sedangkan kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki STR masing-masing 20 dan 50 (Tabel 4.2). Indikator Pembangunan Dunia (WDI) 2005 telah menghitung tingkat STR sekolah dasar untuk sampel beberapa negara dan mendapati bahwa negara berpendapatan rendah rata-rata memiliki STR sebesr 42, sedangkan negara berpendapatan menengah dan tinggi masing-masing memiliki STR 21 dan 14. Berdasarkan WDI, STR kabupaten Nias jauh di bawah rata-rata untuk
14 Menurut UNESCO Institute for Statistics, “Education Indicators” 2003, APK yang melebihi 90 persen untuk suatu tingkat pendidikan tertentu menandakan bahwa jumlah agregat tempat untuk siswa sudah mendekati jumlah yang diperlukan untuk akses universal kelompok umur yang resmi.
37Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 4 Pendidikan
negara berpendapatan rendah, sedangkan kabupaten Nias Selatan lebih tinggi, menunjukkan kebutuhan adanya lebih banyak guru di Nias Selatan, atau pun adanya distribusi guru yang tidak merata dan menguntungkan kabupaten Nias.
Tabel 4.2 Rasio murid-guru di Nias dan Nias Selatan, 2005
Nias Nias Selatan Sumatera Utara Rata-rata nasional
Sekolah dasar 20.0 49.8 19.7 19.5
Sekolah menengah pertama 15.4 40.3 15.0 13.9
Sekolah menengah atas 14.8 12.8 13.7 12.8
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS dan Depdiknas.
Jumlah guru yang tidak cukup, atau distribusi guru yang tidak merata antar kecamatan lebih menonjol di kabupaten Nias Selatan. Dua kecamatan di Nias Selatan, yaitu Gomo dan Amandraya, memiliki STR tertinggi untuk tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama. Gomo memiliki STR 71 untuk sekolah dasar dan 68 untuk sekolah menengah pertama, sedangkan Amandraya memiliki STR 62 untuk sekolah dasar dan 78 untuk sekolah menengah pertama (Gambar 4.5). Kekurangan guru juga menjadi masalah di kecamatan Hibala, sebuah pulau kecil yang terpisah, dengan STR 53 pada tingkat sekolah dasar. Mengingat sifat geografi s kabupaten Nias Selatan, dengan jumlah pulau kecil yang lebih banyak dan letaknya yang lebih terpencil, penyediaan insentif bagi guru untuk mengajar di daerah jauh dan terpencil perlu didorong. Pada tahun 2006, hampir 20 persen guru adalah bukan pegawai sipil dan tidak ditanggung oleh rumus gaji DAU. Memungkinkan para guru tersebut untuk menjadi pegawai negeri sipil dapat menjadi salah satu kemungkinan insentif untuk menarik guru ke pulau Nias, serta insentif untuk pemerintah daerah sendiri untuk mendapatkan sumber daya yang lebih besar dari transfer DAU.
Gambar 4.5 STR untuk sekolah dasar/menengah pertama per kecamatan di Nias Selatan, 2005
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Pulau-pulau batu
Lolowau
Teluk dalam
Lolomatua
Hibala
Lahusa
Amandraya
Gomo
Sekolah dasar (SD)
0 20 40 60 80 100
Hibala
Pulau-pulau batu
Lahusa
Teluk dalam
Lolowau
Lolomatua
Gomo
Amandraya
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS Nias dan Nias Selatan.
Meskipun jumlah sekolah dan guru di kabupaten Nias sudah cukup, banyak ruang kelas dalam kondisi yang sangat parah, terutama di tingkat sekolah dasar. Tahun 2005, berdasarkan penilaian atas 421 gedung sekolah dasar di kabupaten Nias, 1567 ruang kelas hancur total, 501 rusak parah, dan 393 mengalami tingkat kerusakan sedang. Ini berarti bahwa 80 persen dari seluruh ruang kelas di kabupaten Nias dalam kondisi buruk.15 Kerusakan tersebut juga mempengaruhi peralatan, termasuk kursi, meja dan lemari. Di sekolah menengah pertama, hampir 50 persen ruang kelas hancur total atau rusak parah, sedangkan di sekolah menengah atas 36 persen ruang kelas berada dalam kondisi serupa. Kondisi ruang kelas mempengaruhi secara langsung kemampuan siswa untuk belajar dalam suasana yang kondusif. Rehabilitasi ruang kelas menjadi prioritas utama, terutama dalam rangka mengantisipasi angka partisipasi yang lebih tinggi yang diharapkan dalam tahun-tahun mendatang.
15 Data tentang jumlah ruang kelas yang rusak didasarkan pada Dinas Pendidikan Nias 2005.
38 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 4 Pendidikan
Belanja untuk Pendidikan
Mutu pendidikan di semua tingkat perlu diperbaiki mengingat rendahnya pencapaian pembelajaran di kedua kabupaten. Program-program dapat dirancang dengan menyediakan sarana dan peralatan yang lebih baik, dan dengan meningkatkan kemampuan dan kualitas guru. Untuk membiayai program tersebut, akan diperlukan tambahan alokasi anggaran pembangunan. Pada tahun 2006, pemerintah kabupaten Nias Selatan merencanakan untuk mengalokasikan 20 persen anggaran pembangunan untuk pendidikan.16
Total belanja untuk pendidikan di Nias dan Nias Selatan dari perpaduan antara anggaran pemerintah kabupaten, dana dekonsentrasi, dan pengeluaran langsung rumah tangga mencapai Rp 150 milyar pada tahun 2005. Pemerintah kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki porsi terbesar dari total pengeluaran pendidikan pada tahun 2005, yaitu 89 persen dari total pengeluaran pendidikan atau sekitar Rp 133 milyar. Berikutnya adalah pengeluaran langsung rumah tangga, pada Rp 17 milyar atau 11 persen dari total pengeluaran pendidikan. Pendidikan telah banyak didesentralisasi, dan pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi kini menghabiskan jumlah yang relatif sangat kecil untuk pendidikan, yaitu kurang dari 1 persen total belanja pendidikan. Dana dekonsentrasi untuk pendidikan menurun secara signifi kan dari Rp 3,9 milyar rupiah pada tahun 2004 menjadi hanya Rp 502 juta pada tahun 2005 (Gambar 4.6). Pada tahun 2006, baik Nias maupun Nias Selatan tidak menerima dana dekonsentrasi untuk pendidikan.
Gambar 4.6 Sumber pengeluaran untuk pendidikan di Nias dan Nias Selatan, 2005
Pengeluaran rumah tangga11%
APBN0.3%
APBD89%
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD, BPS (Susenas, 2005).
Tidak seperti di tingkat nasional, Nias dan Nias Selatan mengalokasikan porsi anggaran yang besar bagi pendidikan. Pembelanjaan untuk pendidikan di kabupaten Nias dan Nias Selatan menghabiskan rata-rata masing-masing 43 dan 45 persen dari total pengeluaran, bila dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 28 persen. Porsi pembelanjaan untuk pendidikan terhadap total pengeluaran menurun setelah tahun 2002, tetapi meningkat lagi pada tahun 2005. Secara riil, total pengeluaran untuk pendidikan turun 7 persen dari Rp 91,8 pada tahun 2001 menjadi Rp 85,1 milyar pada tahun 2004, dan naik menjadi Rp 94 milyar pada tahun 2005 (Gambar 4.7). Penurunan tersebut terlihat setelah pemekaran pulau Nias menjadi 2 kabupaten dan mungkin disebabkan oleh anggaran kabupaten Nias Selatan yang lebih kecil.
16 Lihat dokumen strategis tentang kebijakan umum untuk APBD Nias Selatan 2006.
39Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 4 Pendidikan
Gambar 4.7 Pengeluaran untuk pendidikan dan persentase dari total pengeluaran agregat Nias, 2001-2005
0
20
40
60
80
100
2001 2002 2003 2004 2005
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Mily
ar ru
piah
Total pengeluaran untuk pendidikan % total pengeluaran
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD (harga konstan tahun 2000).
Meskipun porsi pendidikan terhadap total pengeluaran tinggi, pengeluaran per kapita untuk pendidikan di Nias dan Nias Selatan di bawah angka rata-rata untuk Sumatera Utara dan Indonesia pada tahun 2004. Kabupaten Nias Selatan memiliki belanja pendidikan per kapita terendah di antara kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara, yaitu sebesar Rp 93.888, sedangkan kabupaten Nias membelanjakan Rp 197.397 per kapita (Gambar 4.8). Pengeluaran kabupaten Nias Selatan tiga kali lebih rendah dari kabupaten Padang Sidempuan, yang memiliki belanja pendidikan per kapita tertinggi di Sumatera Utara. Pengeluaran pendidikan per kapita yang kecil di Nias dan Nias Selatan terutama merupakan hasil dari anggaran yang sangat kecil.
Gambar 4.8 Pengeluaran pendidikan per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Kota Padang Sidempuan
Kab. Tapanuli Utara
Kota Sibolga
Kab. Toba Samosir
Kab. Tanah Karo
Kab. Dairi
Kota Tebing Tinggi
Kota Pematang Siantar
Kab. Simalungun
Kota Binjai
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Selatan
Kota Tanjung Balai
Kab. Nias
Kab. Hum
bang Hasunduta
n Kab. Asahan
Kab. Labuhan Batu
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kota Medan
Kab. Nias Selatan
Rp '0
00
Rata-rata Sumatera U
tara
Rata-rata Nasional
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD (harga konstan tahun 2000).
Sebagian besar belanja pendidikan digunakan untuk fungsi-fungsi rutin, yang menghabiskan rata-rata 85 persen dari total pengeluaran pendidikan pada tahun 2001-2005. Porsi pengeluaran pembangunan meningkat pada tahun 2005, terutama di kabupaten Nias Selatan. Pada tahun 2005, kabupaten Nias Selatan mengalokasikan 41 persen total pengeluaran pendidikan untuk fungsi-fungsi pembangunan. Dari total pengeluaran untuk pembangunan, kabupaten Nias Selatan mengalokasikan 21 persen untuk pendidikan pada tahun 2006 sebagai bagian dari upayanya untuk memenuhi program perencanaan kebijakan, sedangkan kabupaten Nias mengalokasikan rata-rata 15 persen antara tahun 2001-2005 dari total pengeluaran pembangunan untuk pendidikan (Tabel 4.3).
40 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 4 Pendidikan
Tabel 4.3 Pengeluaran rutin dan pembangunan untuk pendidikan di pulau Nias, 2001-2005Dalam Rp juta dengan harga konstan tahun 2000
2001 2002 2003 2004 2005
% % % % %
Rutin 72,598 77.36 81,603 88.73 85,221 87.78 78,165 89.72 73,215 76.23
Pembagunan 19,251 22.64 8,358 11.27 9,860 12.22 6,948 10.28 20,819 23.77
Total 93,851 100.00 91,963 100.00 97,084 100.00 87,117 100.00 96,039 100.00
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD.
Belanja untuk personil (pembayaran gaji guru) menghabiskan sebagian besar pengeluaran rutin, sehingga hanya sedikit yang tersisa untuk komponen rutin yang lain (Gambar 4.9). Ini bahkan berlaku untuk Nias Selatan, yang meski merupakan kabupaten baru namun hanya mengalokasikan sebagian kecil pengeluaran rutinnya untuk gedung dan peralatan kantor baru, dan jauh lebih banyak untuk personil. Pada tahun 2004, belanja untuk barang dan jasa hanya menghabiskan 12 persen pengeluaran rutin di kabupaten Nias Selatan. Di kabupaten Nias, alokasi untuk personil mencapai rata-rata 96 persen pengeluaran rutin dan hanya 3 persen dibelanjakan untuk barang dan jasa. Kurang dari 0,5 persen dari total pengeluaran rutin dialokasikan untuk pengoperasian dan pemeliharaan di kedua kabupaten ini – jauh dari cukup jika ingin memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan.
Gambar 4.9 Komponen-komponen belanja rutin sektor pendidikan di Nias dan Nias Selatan, 2001-05
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2001 2002 2003 2004 2005
Nias
Personik Barang/jasa Operasional dan perawatan Perjalanan dinas Lain-lain
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
2004 2005
Nias Selatan
Personik Barang/jasa Operasional dan perawatan Perjalanan dinas Lain-lain
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD (harga konstan tahun 2000).
Proyek pengeluaran pembangunan memfokuskan pada pengembangan kemampuan guru serta rehabilitasi dan pembangunan gedung sekolah. Pengembangan kemampuan bagi guru juga meliputi penyediaan dukungan bagi guru yang ingin meningkatkan taraf pendidikannya sampai tingkat sarjana (S1). Kegiatan rehabilitasi dan pembangunan gedung sekolah telah difokuskan terutama pada gedung sekolah dasar (SD). Bantuan DAK yang dicadangkan telah memberikan dukungan yang signifi kan bagi program pengembangan pendidikan di kedua pemerintah kabupaten tersebut.
41Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 4 Pendidikan
Dampak Gempa Bumi dan Pembelanjaan Rekonstruksi untuk Pendidikan
Gempa bumi bulan Maret 2005 merusak dan menghancurkan lebih dari 700 sekolah. Sebagian besar gedung sekolah yang rusak adalah gedung sekolah dasar. Secara keseluruhan, 581 sekolah dasar, 85 sekolah menengah pertama dan 31 sekolah menengah atas rusak karena gempa bumi. Sampai bulan Desember 2006, 124 sekolah permanen telah dibangun kembali atau pun dperbaiki, beserta 214 sekolah sementara. Meskipun demikian, kemajuan rekonstruksi sekolah masih jauh dari memenuhi kebutuhan yang diidentifi kasi.
Sekitar US$ 9 juta telah dialokasikan oleh BRR untuk sektor pendidikan di Nias dan Nias Selatan sampai bulan Desember 2006. Meskipun tidak cukup untuk mengatasi semua kerusakan sarana pendidikan (yang diperkirakan menimbulkan kerugian US$ 23 juta), pendanaan BRR telah membiayai perbaikan lebih dari 100 sekolah. Serupa dengan pengalaman BRR dengan kemajuan rekonstruksi di Aceh, sektor pendidikan memiliki tingkat pencairan yang relatif lebih tinggi daripada sektor-sektor lain, pada 64 persen dan total US$ 6,8 juta.
Rekomendasi
Peningkatan arus dana, terutama dari rekonstruksi, hendaknya digunakan untuk menyediakan akses yang lebih besar terhadap pendidikan tingkat sekolah menengah. Akses ke sekolah menengah, terutama di tingkat sekolah menengah pertama, dapat diperbaiki dengan cara menyediakan beasiswa kepada para siswa yang memenuhi syarat. Akses yang lebih besar terhadap pendidikan tingkat menengah akan membantu memenuhi peraturan pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun dan juga memberikan tingkat pengembalian yang lebih kepada rakyat pulau Nias, lebih dari sekedar apabila anak-anak mereka hanya menyelesaikan pendidikan tingkat dasar.
Mengalokasikan pengeluaran pembangunan untuk membangun kembali sekolah-sekolah yang hancur dan membatasi pembangunan sekolah baru sampai tersedia guru yang cukup dan pendanaan yang memadai untuk pemeliharaan sekolah-sekolah. Akses ke sekolah sudah cukup, namun distribusi guru masih kurang atau tidak merata. Jika kekurangan ini tidak ditangani, menambahkan jumlah sekolah tidak akan memberikan hasil yang lebih baik.
Kebijakan perekrutan guru untuk memastikan adanya distribusi guru yang memadai di kabupaten dan kecamatan. Rasio murid-guru yang tinggi menandakan bahwa diperlukan guru yang lebih banyak untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di kabupaten Nias Selatan. Mekanisme insentif diperlukan untuk menarik guru-guru yang berkualifi kasi untuk mengajar di daerah terpencil. Merubah status guru bukan pegawai negeri sipil menjadi status pegawai negeri sipil dapat menjadi salah satu alternatif untuk menarik para guru ke pulau Nias, serta insentif untuk kedua pemerintah kabupaten untuk menerima lebih banyak pendapatan DAU. Penilaian atas kebutuhan perekrutan juga dapat membantu mengatasi ketidakmerataan distribusi guru antar kecamatan di Nias dan Nias Selatan.
Tambahan pendanaan untuk pendidikan dari DAK dibutuhkan untuk menambah pengeluaran per kapita untuk pendidikan yang rendah. Meskipun kedua kabupaten telah mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar untuk pendidikan daripada rata-rata nasional, ukuran anggaran mereka yang kecil mengakibatkan tingkat pengeluaran per kapitanya masih tetap rendah. Alokasi DAK dapat membantu mengatasi pembelanjaan per kapita dan mengangkat hasil pendidikan sampai mendekati rata-rata nasional.
Mempercepat rehabilitasi ruang kelas dan sekolah dengan pencairan sumber dana yang tepat waktu oleh pemerintah kabupaten, BRR dan para pelaku rekonstruksi lainnya. Penundaan pengesahan anggaran pemerintah kabupaten mengganggu arus kas yang diarahkan untuk rehabilitasi sekolah. Tingkat pencairan yang lebih cepat oleh BRR dan para pelaku lainnya yang memberikan kontribusi bagi sektor pendidikan akan memberikan sumbangan yang signifi kan untuk memperbaiki suasana belajar. Hal ini akan membawa hasil yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.
Memperbaiki alokasi anggaran untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Anggaran yang cukup untuk pemeliharaan sangat penting mengingat program rehabilitasi dan rekonstruksi yang berjalan. Porsi pemeliharaandari total pengeluaran rutin sangat kecil bila dibandingkan dengan porsi pembelanjaan untuk personil, barang dan jasa.
42 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 4 Pendidikan
BAB 5Kesehatan
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
44 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 5 Kesehatan
Sistem dan Pencapaian Kesehatan
Meskipun ada peningkatan dalam tahun-tahun terakhir, hasil pencapaian kesehatan di pulau Nias masih tertinggal dari rata-rata provinsi dan nasional. Pulau Nias memiliki angka kematian bayi yang jauh lebih tinggi dari Sumatera Utara dan Indonesia. Persentase anak balita yang menderita gizi buruk jauh lebih tinggi di kabupaten Nias dan Nias Selatan, masing-masing 51,8 dan 45,8 persen, bila dibandingkan dengan rata-rata provinsi dan nasional yaitu di bawah 29 persen. Harapan hidup saat kelahiran di kabupaten Nias setara dengan Sumatera Utara, namun sedikit lebih rendah di kabupaten Nias Selatan (Tabel 5.1).
Tabel 5.1 Indikator kesehatan di Nias dan Nias Selatan
Indikator Pulau NiasKabupaten
Nias
Kabupaten Nias
Selatan
SumateraUtara
Indonesia
1998 1999 2002 2005
Harapan hidup (tahun) 64.1 66.4 66.8 68.7 67.9 68.7 68.1
Angka kematian balita (per 1000 penduduk)
44 40.9 36.1 33.5 32.8
Balita penderita gizi buruk (%) 59.0 57.7 51.8 45.8 28.7 28.2
Sumber: (BPS dan Nias, 2006, dan BPS dan Nias Selatan, 2006), Unicef Nutritional Survey 2005, BPS Sumut, Database MDG.
Banyak kelahiran yang dibantu oleh dukun. Pada tahun 2005, jumlah kelahiran yang dibantu oleh petugas kesehatan yang terlatih (dokter, bidan atau paramedic) hanya 48 persen di kabupaten Nias dan 34 persen di kabupaten Nias Selatan. Kabupaten Nias dan Nias Selatan masing-masing memiliki persentase kelahiran yang dibantu oleh petugas kesehatan yang terlatih ketiga terendah dan paling rendah rendah, jauh di bawah rata-rata provinsi dan nasional. Sebelum pembentukan Nias Selatan, pada tahun 2001-2004 indikator ini praktis tidak mengalami perbaikan, berfl uktuasi pada kisaran antara 37-41 persen (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Persentase kelahiran yang dibantu oleh petugas kesehatan terlatih, 2001-2005
34%48%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2001
2002
2003
2004
2005
Nias Selatan Nias Provinsi Indonesia
Sumber: BPS (Susenas, 2001-05).
Cakupan imunisasi relatif rendah di seluruh pulau Nias bila dibandingkan dengan cakupan provinsi dan nasional. Kecuali untuk polio, semua jenis imunisasi menunjukkan cakupan yang lebih rendah di kabupaten Nias dan Nias Selatan. Cakupan imunisasi secara keseluruhan (persentase anak-anak yang telah divaksinasi dengan semua jenis imunisasi) hanya 33 persen di kabupaten Nias dan bahkan lebih rendah lagi di kabupaten Nias Selatan, yaitu sekitar 16 persen. Kedua tingkat ini jauh di bawah rata-rata provinsi dan nasional (Tabel 5.2). Bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain, Nias Selatan mencatat cakupan yang terendah, sementara kabupaten Nias mencatat cakupan kelima terendah di Sumatera Utara.
45Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 5 Kesehatan
Tabel 5.2 Cakupan imunisasi di pulau Nias, 2005Persen
Nias Nias Selatan Sumatera Utara Nasional
BCG 66.6 48.5 74.8 86.9
DPT 68.5 38.1 71.2 84.2
Polio 83.6 78.2 76.9 89.1
Campak 58.1 37.6 59.7 72.2
Hepatitis B 42.4 21.2 58.0 74.4
Semua imunisasi (paling tidak satu kali) 33.3 15.8 49.9 64.3
Sumber: BPS (Susenas, 2005). Catatan: BCG (Bacillus Calmette Guerin), DPT (gabungan vaksinasi melawan dipteri, pertusis, batuk dan tetanus). Kategori “semua imunisasi” adalah persentase anak-anak yang telah divaksinasi dengan semua jenis vaksin paling tidak satu kali.
Kurangnya tenaga dokter dan petugas kesehatan merupakan masalah utama dari sistem kesehatan di pulau Nias, yang turut menyebabkan kurangnya penyediaan layanan kesehatan dan buruknya hasil pencapaian kesehatan. Letak pulau yang terpencil dan tidak adanya mekanisme insentif yang sesuai telah menjadikan pulau Nias tidak menarik bagi para tenaga ahli kesehatan, dokter termasuk dokter spesialis. Baik kabupaten Nias maupun Nias Selatan memiliki rasio petugas kesehatan (dokter dan bidan) terendah per 10.000 penduduk di Sumatera Utara. Kabupaten Nias Selatan hanya memiliki 7 orang dokter yang harus melayani seluruh penduduknya yang berjumlah hampir 290.000 orang, sedangkan kabupaten Nias memiliki 40 dokter yang menyediakan layanan perawatan kesehatan kepada lebih dari 440.000 orang. Rasio bidan per 10.000 penduduk adalah 1,6 di kabupaten Nias dan 1,7 di kabupaten Nias Selatan, hampir 4 kali di bawah rata-rata provinsi (Gambar 5.2).
Gambar 5.2 Rasio dokter dan bidan per 10.000 penduduk per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005
Rasio bidan/10,000 penduduk
Rasio dokter/10,000 pendudukProvinsiIndonesia
0
3
6
9
12
15
18
Kota
Pad
ang
Side
mp
uan
Kab
. Tob
a Sa
mos
ir
Kab
. Tan
ah K
aro
Kota
Bin
jai
Kab
. Tap
anul
i Uta
ra
Kota
Pem
atan
g Si
anta
r
Kab
. Tap
anul
i Sel
atan
Kab
. Sam
osir
Kab
. Hum
ban
g H
asun
duta
n
Kota
Med
an
Kota
Teb
ing
Ting
gi
Kab
. Dai
ri
Indo
nesi
a
Sum
ater
a U
tara
Kab
. Tap
anul
i Ten
gah
Kab
. Sim
alun
gun
Kab
. Man
daili
ng N
atal
Kota
Tan
jung
Bal
ai
Kab
. Ser
dang
Ber
daga
i
Kota
Sib
olga
Kab
. Del
i Ser
dang
Kab
. Lan
gkat
Kab
. Pak
pak
Bha
rat
Kab
. Asa
han
Kab
. Lab
uhan
Bat
u
Kab
. Nia
s
Kab
. Nia
s Se
lata
n
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Podes, 2005, BPS dan Nias, 2006, dan BPS dan Nias Selatan, 2006).
Kekurangan tenaga kesehatan di pulau Nias diperparah oleh distribusi petugas kesehatan yang tidak merata antar kecamatan di seluruh pulau tersebut, sehingga menimbulkan kesenjangan yang signifi kan di daerah tertinggal. Distribusi tenaga kesehatan antar kecamatan memiliki bias terhadap daerah-daerah yang lebih dekat dengan kedua ibu kota kabupaten, yaitu Gunung Sitoli dan Teluk Dalam. Meskipun setiap kecamatan di kabupaten Nias memiliki sekurang-kurangnya satu orang dokter, ada 3 kecamatan yang hanya mempunyai 1 orang bidan, dan satu kecamatan, Namohalu Esiwa, samasekali tidak memiliki bidan. Situasinya lebih buruk di kabupaten Nias Selatan, di mana 5 dari 7 dokter ditempatkan di Teluk Dalam, sehingga 5 kecamatan tidak memiliki dokter dan 2 kecamatan tidak memiliki bidan. Akses yang buruk ke kecamatan dan desa-desa di pulau Nias serta kurangnya insentif yang sesuai merupakan alasan utama keengganan tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah terpencil.
46 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 5 Kesehatan
Sebelum gempa bumi, ketersediaan sarana kesehatan umum di kabupaten Nias di atas rata-rata provinsi, sementara sarana kesehatan tidak cukup untuk menyediakan layanan kesehatan umum di kabupaten Nias Selatan (Gambar 5.3). Sebelum gempa bumi, kabupaten Nias Selatan memiliki kurang dari dua buah fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk. Sebaliknya, kabupaten Nias memiliki rasio fasilitas kesehatan per penduduk yang lebih tinggi dari rata-rata provinsi. Menurut BPS per kabupaten (Podes, 2005), sebelum gempa bumi kabupaten Nias memiliki 1 rumah sakit, 25 puskesmas, 88 puskesmas pembantu, 6 tempat praktek bidan, 89 posyandu, 263 Polindes, sementara kabupaten Nias Selatan memiliki 1 rumah sakit, 8 puskesmas, 40 puskesmas pembantu, 11 tempat praktek bidan, 75 posyandu, 68 Polindes. Situasi yang tidak menentu ini merosot secara signifi kan setelah gempa bumi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, setelah gempa bumi sekitar 44 persen puskesmas dan 63 persen puskesmas pembantu di kabupaten Nias mengalami kerusakan parah. Sementara itu, di kabupaten Nias Selatan 38 persen puskesmas dan 78 persen puskesmas pembantu dalam kondisi rusak berat.
Gambar 5.3 Rasio sarana kesehatan umum per 10.000 penduduk
Kab
. Pak
pak
Bha
rat
Kab
. Tan
ah K
aro
Kab
. Dai
ri
Kab
. Tap
anul
i Ten
gah
Kab
. Tob
a Sa
mos
ir
Kab
. Tap
anul
i Uta
ra
Kota
Pad
ang
Side
mp
uan
Kab
. Sam
osir
Kab
. Sim
alun
gun
Kab
. Nia
s*
Kab
. Man
daili
ng N
atal
Kab
. Hum
ban
g H
asun
duta
n
Kab
. Tap
anul
i Sel
atan
Kota
Sib
olga
Kota
Teb
ing
Ting
gi
Kab
. Asa
han
Sum
ater
a U
tara
Kab
. Lan
gkat
Kab
. Ser
dang
Ber
daga
i
Kab
. Lab
uhan
Bat
u
Kab
. Nia
s Se
lata
n*
Kota
Pem
atan
g Si
anta
r
Kota
Tan
jung
Bal
ai
Indo
nesi
a
Kota
Bin
jai
Kab
. Del
i Ser
dang
Kota
Med
an
PustuPuskesmasRumah Sakit
Provinsi Indonesia
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari BPS (Podes, 2005).
Tingkat pemanfaatan layanan kesehatan di Nias relatif rendah. Tingkat penggunaan sarana kesehatan (baik publik maupun swasta) adalah 23 persen per 1000 penduduk di kabupaten Nias dan 39 persen per 1,000 penduduk di kabupaten Nias Selatan, lebih rendah dari angka rata-rata provinsi dan nasional yang masing-masing 60 persen dan 97 persen per 1000 penduduk (Gambar 5.4). Sebagian besar penduduk menggunakan layanan kesehatan dari sarana kesehatan umum, terutama dari Puskesmas dan Pustu, sementara kurang lebih seperempat jumlah penduduk menggunakan sarana kesehatan swasta. Hal ini berbeda dengan penggunaan sarana kesehatan yang terlihat di tingkat provinsi dan nasional, di mana rata-rata 62 persen dan 52 persen penduduk mencari layanan kesehatan dari sarana perawatan kesehatan swasta.
47Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 5 Kesehatan
Gambar 5.4 Distribusi penggunaan sarana layanan kesehatan,17 2005
Nias
Swasta24%
Tradisional 1%
Lain-lain11%
Public64%
Nias Selatan
Swasta27%
Tradisional 3%
Lain-lain1%
Public69%
Sumber: BPS (Susenas, 2005).
Pengeluaran Kesehatan
Lebih dari separuh total pengeluaran untuk kesehatan di kabupaten Nias dan Nias Selatan dibiayai dari anggaran pemerintah kabupaten. Total pengeluaran untuk kesehatan di kabupaten Nias dan Nias Selatan adalah Rp 41 milyar pada tahun 2005, yang berasal dari perpaduan antara anggaran pemerintah kabupaten dan pembelanjaan langsung rumah tangga. Pemerintah pusat tidak menyediakan dana dari anggaran nasional untuk perawatan kesehatan di kedua kabupaten tersebut untuk tahun 2005, meski telah mengalokasikan hampir Rp 2,5 milyar pada tahun 2004. Pembelanjaan langsung dari rumah tangga pribadi menyumbangkan hampir Rp 17 milyar pada tahun 2005, atau sekitar 41 persen dari total pembelanjaan sektor ini (Gambar 5.5). Porsi pembelanjaan langsung rumah tangga di kedua kabupaten ini lebih rendah dari rata-rata nasional yang sebesar 55 persen.
Gambar 5.5 Sumber-sumber pengeluaran untuk kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005
PengeluaranRT pribadi
41% APBD Nias42%
APBD NiasSelatan
17%
Sumber: perhitungan staf Bank DUnia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD, BPS (Susenas, 2005).
Kedua pemerintah kabupaten telah mengalokasikan porsi anggaran yang meningkat untuk sektor kesehatan. Secara riil, pengeluaran keseluruhan oleh kedua kabupaten ini naik dari Rp 11 milyar pada tahun 2001 menjadi lebih dari Rp 17 milyar pada tahun 2005. Porsi belanja untuk kesehatan terhadap total pengeluaran naik dari 5 persen pada tahun 2001 menjadi 8 persen di tahun 2005 (Gambar 5.6). Rata-rata sepanjang tahun 2001-2005, kabupaten Nias dan Nias Selatan menghabiskan masing-masing sekitar 7 persen dan 8 persen dari total pengeluarannya untuk sektor kesehatan, sebanding dengan rata-rata nasional yaitu 7 persen.
17 Sarana kesehatan umum meliputi: rumah sakit umum, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), puskesmas pembantu (Pustu). Sarana kes-ehatan swasta terdiri atas sumah sakit swasta, praktek dokter, poliklinik, praktek petugas kesehatan. Sarana kesehatan tradisional mencakup layanan kesehatan yang disediakan oleh obat tradisional dan dukun. Yang lain meliputi poliklinik desa (Polindes) dan pusat pelayanan terpadu (Posyan-du).
48 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 5 Kesehatan
Gambar 5.6 Pengeluaran untuk kesehatan dan porsinya terhadap total pengeluaran di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005
Total pengeluaran untuk kesehatan % total pengeluaran
02468
101214161820
2001 2002 2003 2004 2005
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
Mily
ar r
upia
h
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD (harga konstan tahun 2000).
Meskipun demikian, menurut angka per kapita pada tahun 2004, pembelanjaan di kedua kabupaten ini lebih rendah dari rata-rata kabupaten untuk Sumatera Utara, serta rata-rata nasional. Kabupaten Nias Selatan memiliki pengeluaran per kapita terendah di antara kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara, yaitu hanya Rp 21.655 pada tahun 2004. Sementara itu, pengeluaran per kapita di kabupaten Nias adalah Rp 37.309 pada tahun 2004, masih jauh di bawah rata-rata pengeluaran kesehatan per kapita di Sumatera Utara dan Indonesia, yang masing-masing sebesar Rp 55.753 dan Rp 51.286 (Gambar 5.7). Alokasi per kapita yang sangat rendah ini menyebabkan tingginya pengeluaran rumah tangga pribadi untuk bidang kesehatan.
Gambar 5.7 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
020,00040,00060,00080,000
100,000120,000140,000160,000180,000200,000
Kota Sibolga
Kota Tebing Tinggi
Kota Binjai
Kab. Tanah Karo
Kota Pematang Siantar
Kota Padang Sidemp
uan
Kab. D
airi
Kab. Tap
anuli Utara
Rata-rata Sumut
Kota Tanjung Balai
Rata-rata nasional
Kab. Tob
a Samosir
Kota Medan
Kab. Lab
uhan Batu
Kab. N
ias
Kab. Tap
anuli Tengah
Kab. H
umb
ang Hasundutan
Kab. Tap
anuli Selatan
Kab. Langkat
Kab. Sim
alungun
Kab. A
sahan
Kab. D
eli Serdang
Kab. N
ias Selatan
Sumber: perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD.
Sebagian besar peningkatan dari pengeluaran untuk kesehatan tersebut digunakan untuk pengeluaran rutin sejak tahun 2002, yaitu rata-rata sekitar 65 persen dari total pengeluaran kesehatan sepanjang tahun 2001-2005. Pengeluaran rutin meningkat lebih dari dua kali lipat dari Rp 4,6 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 10,8 milyar pada tahun 2005. Porsi pengeluaran pembangunan telah menurun sejak tahun 2001, dari 58
49Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 5 Kesehatan
persen total pengeluaran pada tahun 2001 menjadi hanya 22 persen pada tahun 2004. Tidak mengejutkan bahwa kabupaten Nias Selatan menghabiskan porsi yang lebih besar dari belanja kesehatannya untuk fungsi-fungsi rutin dalam rangka membentuk administrasi yang diperlukan untuk mendukung kabupaten yang baru dibentuk pada tahun 2004. Meskipun demikian, sejak itu alokasi yang lebih besar bergeser ke arah pengeluaran pembangunan, naik menjadi 53 persen pada tahun 2005. Alokasi yang lebih besar untuk pengeluaran pembangunan di kabupaten Nias Selatan telah berdampak menaikkan alokasi keseluruhan kedua kabupaten untuk pengeluaran pembangunan (Tabel 5.3) sebagai konsekuensinya.
Tabel 5.3 Pengeluaran kesehatan di Nias dan Nias Selatan menurut rutin dan pembangunan, 2001-2005Dalam Rp juta dengan harga konstan tahun 2000
2001 2002 2003 2004 2005
% % % % %
Rutin 4,651 42 9,898 72 11,633 70 13,191 78 10,806 63
Pembagunan 6,428 58 3,792 28 5,045 30 3,738 22 6,398 37
Total 11,079 100 13,690 100 16,678 100 16,928 100 17,203 100
Sumber: perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD.
Kabupaten Nias mengalokasikan porsi yang besar dari pengeluaran rutinnya untuk membayar gaji, sementara kabupaten Nias Selatan mengalokasikan lebih banyak untuk barang dan jasa. Sebagai kabupaten yang baru dibentuk, Nias Selatan mengeluarkan investasi besar untuk bangunan dan peralatan pada tahun 2004. Meskipun demikian, belanja barang dan jasa melambat pada tahun 2005, digantikan oleh kenaikan pengeluaran untuk personil. Kedua kabupaten mengalokasikan porsi anggaran yang sangat kecil untuk pengoperasian dan pemeliharaan, yaitu hanya kurang lebih 3 persen dari total pengeluaran rutin (Gambar 5.8). Alokasi yang lebih besar untuk pengoperasian dan pemeliharaan akan sangat penting di tahun-tahun mendatang setelah selesainya rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana kesehatan.
Gambar 5.8 Komponen-komponen pengeluaran rutin untuk kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2001 2002 2003 2004 2005
Nias
Personil Barang/jasa Operasional/pemeliharaan Perjalanan dinas Lain
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2004 2005
Personil Barang/jasa Operasional/pemeliharaan Perjalanan dinas Lain
Nias Selatan
Sumber: perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu/SIKD (harga konstan tahun 2000).
Sebagian besar pengeluaran untuk pembangunan di Nias dan Nias Selatan pada tahun 2005 diarahkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan-bangunan Puskesmas dan Pustu. Sebagian besar pendanaan untuk rehabilitasi oleh pemerintah kabupaten berasal dari bantuan DAK dan dana padanan yang dipersyaratkan untuknya dari anggaran pemerintah kabupaten. Proyek rehabilitasi dan rekonstruksi juga tengah dilaksanakan oleh BRR dan donor-donor serta LSM lain. Di samping bangunan pelayanan kesehatan, belanja pembangunan juga telah dialokasikan untuk menyediakan layanan kesehatan, seperti perawatan preventif dan perawatan pasien yang menderita TBC dan malaria, serta untuk bahan persediaan medis.
50 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 5 Kesehatan
Dampak Tsunami dan Gempa Bumi terhadap Sarana Kesehatan
Gempa bumi menyebabkan kerusakan dan kehancuran yang meluas pada sistem kesehatan yang sudah lemah di pulau Nias. Gempa bumi tersebut menyebabkan kerusakan yang parah pada kedua rumah sakit yang ada di pulau tersebut, dan sebagian besar sarana perawatan kesehatan, seperti Puskesmas, Pustu dan Polindes – di mana sarana-sarana kesehatan ini adalah yang paling sering digunakan – rusak parah dan tidak dapat digunakan (Tabel 5.4). Secara keseluruhan, 41 persen sarana kesehatan rusak parah dan 34 persen rusak sebagian. Kondisi yang buruk ini diperparah oleh perginya tenaga medis dari pulau ini tidak lama setelah bencana. Meskipun jumlah dokter sedikit bertambah pada tahun 2005, total jumlah tenaga medis (perawat dan bidan) menurun secara signifi kan setelah gempa bumi, dari 704 pada tahun 2004 menjadi 471 pada tahun 2005 (Lampiran Tabel B.8.3).
Tabel 5.4 Dampak gempa bumi terhadap sarana kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005
SaranaNias Nias Selatan
Sebelum Bencana
Rusak Parah Rusak SedangSebelum Bencana
Rusak Parah Rusak Sedang
Rumah sakit 1 1 0 1 1 0Rumah bersalin 3 2 0 0 0 0Poliklinik 4 1 2 2 2 0Puskesmas 25 11 12 8 1 6Pustu 88 45 38 40 14 19Praktek dokter 9 5 2 4 0 1Praktek bidan 6 3 1 11 1 0Posyandu 89 34 26 75 11 8Polindes 263 125 100 68 30 23Apotik 9 5 4 1 0 0Toko obat 7 3 2 8 0 0Total 505 236 187 219 60 58
Sumber: BPS (Podes, 2005).
Upaya yang serius telah ditempuh untuk memulihkan dan mendukung penyediaan layanan perawatan kesehatan di pulau ini setelah gempa bumi (BRR, 2006). Sampai akhir tahun 2006, 1 rumah sakit dan 19 sarana kesehatan di pulau ini telah dibangun kembali atau diperbaiki. BRR bersama WHO, Unicef dan Mercy Malaysia bersama-sama menjalankan program bernilai US$ 6 juta untuk melakukan rekonstruksi dan memperbaiki gedung sarana kesehatan, menyediakan obat-obatan dan peralatan medis, serta membangun angkatan kerja medis yang terampil. Sampai bulan Desember 2006 BRR telah mengalokasikan US$ 5 juta untuk proyek-proyek kesehatan. Meskipun demikian, pencairan lambat dan dari dana yang dialokasikan hanya 35 persen atau US$ 3,7 juta telah dibelanjakan. Donor dan LSM telah bekerja bersama-sama untuk menyediakan obat-obatan, peralatan medis, dan bantuan lainnya ke RS Gunung Sitoli. Untuk memperluas akses layanan perawatan kesehatan di wilayah terpencil yang saat ini terbatas, BRR telah menyediakan beasiswa bagi petugas kesehatan di kedua kabupaten. Pada tahun 2006, beasiswa disediakan untuk pendidikan 16 dokter umum, 14 spesialis dan 9 magister kesehatan, bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
51Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 5 Kesehatan
Rekomendasi
Meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor kesehatan dalam rangka memperbaiki penyediaan perawatan kesehatan di pulau Nias. Prioritas yang mendesak adalah memastikan bahwa sarana kesehatan yang sudah ada dijalankan oleh pekerja kesehatan yang terampil. Di samping itu, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, alokasi harus ditentukan dengan lebih ketat berdasarkan hasil yang diharapkan dalam hal perbaikan taraf kesehatan. Pemerintah kabupaten harus memastikan bahwa berdasarkan hal ini mereka dapat menghasilkan taraf kesehatan yang setidak-tidaknya sebanding dengan standar provinsi.
Meningkatkan pengeluaran kesehatan untuk operasional dan pemeliharaan dalam rangka pemeliharaan peralatan medis dan sarana kesehatan secara efektif. Di masa lalu, pemerintah kabupaten belum memberikan perhatian yang cukup bagi pemeliharaan. Sarana yang ada perlu dipelihara dengan benar dan hal ini kini semakin penting, mengingat adanya program pembangunan dan rekonstruksi BRR.
Menyediakan mekanisme insentif yang sesuai untuk menambah jumlah dokter dan tenaga medis di pulau Nias. Perhatian khusus perlu diberikan untuk memperbaiki distribusi tenaga kesehatan ke daerah-daerah yang jauh dan terpencil serta menyediakan tambahan bidan berkualifi kasi di daerah pedesaan. Dampak dari kurangnya penyediaan tenaga perawatan kesehatan sudah jelas: sedikitnya kelahiran yang dibantu oleh petugas medis terlatih dan angka kematian bayi yang secara signifi kan lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata provinsi dan nasional. Pemerintah kabupaten perlu mengembangkan mekanisme insentif yang baik untuk menarik petugas medis untuk mengabdi di daerah-daerah yang terpencil, misalnya dengan menyediakan perumahan bagi stafnya, tunjangan khusus dan kendaraan. Selain itu, untuk jangka panjang, pemerintah kabupaten harus memperbaiki kemampuan lokal dengan cara mendorong para siswa sekolah di pulau ini untuk menempuh pendidikan tinggi dalam bidang kedokteran melalui penyediaan beasiswa. Upaya ini telah diawali oleh BRR, namun pemerintah kabupaten perlu memastikan kelanjutan program ini setelah masa bakti BRR berakhir pada tahun 2009 nanti.
Mengingat skala pengeluaran BRR untuk bidang kesehatan di pulau ini, sangatlah pentng agar pemerintah kabupaten dilibatkan sepenuhnya dalam menentukan bagaimana sumber daya ini dibelanjakan. Koordinasi dan pengambilan keputusan bersama yang lebih baik di masa sekarang akan memberikan hasil yang jauh lebih baik di masa depan. Khususnya, pemerintah kabupaten dan BRR perlu memastikan bahwa investasi yang telah dikeluarkan oleh BRR dalam melatih tenaga kesehatan dipusatkan untuk memenuhi sasaran hasil kesehatan yang didefi nisikan dengan jelas dan pengembalian atas investasi ini akan terus berlanjut hingga jauh sesudah masa bakti BRR berakhir.
52 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 5 Kesehatan
BAB 6Infrastruktur
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
54 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 6 Infrastruktur
Kondisi Infrastruktur di Pulau Nias
Akses ke prasarana dasar di kedua kabupaten di Nias, seperti air bersih, sanitasi dan listrik, tetap tertinggal dari akses rata-rata di Sumatera Utara dan Indonesia. Di kebanyakan kasus, Nias dan Nias Selatan adalah kabupaten yang memiliki akses terendah ke prasarana dasar di Sumatera Utara, di mana Nias Selatan selalu menjadi kabupaten yang memiliki akses terendah.
Nias dan Nias Selatan masing-masing memiliki akses ketiga terendah dan terendah untuk akses ke air bersih, jauh di bawah angka rata-rata untuk Sumatera Utara dan Indonesia (Gambar 6.1). Buruknya akses sebagian besar rumah tangga ke prasarana dasar di Nias merupakan akibat dari tingkat pembangunannya yang rendah. Jarak pulau ini yang relatif jauh dari Sumatera, serta banyaknya populasi yang bermukim di pedesaan yang terpencil (terutama di kabupaten Nias Selatan), menjadikan akses ke layanan-layanan dasar ini lebih bermasalah daripada di daerah lain provinsi ini.
Gambar 6.1 Persentase rumah tangga yang memiliki akses air bersih per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2005
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Kab. N
ias Selatan
Kab. Pakp
ak Bharat
Kab. N
ias
Kab. Lab
uhan Batu
Kab. H
umb
ang Hasundutan
Kab. Sam
osir
Kab. Tob
a Samosir
Kab. Tap
anuli Selatan
Kab. Tap
anuli Utara
Kab. D
airi
Kab. M
andailing Natal
Kab. Tap
anuli Tengah
Kab. Serdang Bedagai
Kota Tebing Tinggi
Kab. Langkat
Kota Binjai
Kab. A
sahan
Kota Padang Sidemp
uan
Indonesia
Kab. D
eli Serdang
Kab. Sim
alungun
Kab. Tanah Karo
Kota Medan
Kota Tanjung Balai
Kota Sibolga
Kota Pematang Siantar
Provinsi Sumatera U
tara
Sumber: BPS (Susenas, 2005).
Akses air bersih di pulau Nias telah memburuk secara signifi kan sejak awal dasawarsa ini. Meskipun pada tahun 2002 40 persen lebih dari semua rumah tangga di pulau ini sudah memiliki akses air bersih, angka ini turun menjadi 15 persen di kabupaten Nias dan kurang dari 8 persen di kabupaten Nias Selatan pada tahun 2005, terutama akibat gempa bumi, meskipun tren menurun ini sudah mulai tampak sebelum gempa bumi. Di samping itu, porsi rumah tangga yang memiliki akses air ledeng atau air pompa sangat kecil dan menurun (sekitar 2,5 persen di kabupaten Nias dan kurang dari 2 persen di kabupaten Nias Selatan pada tahun 2005). Ini antara lain adalah akibat gempa bumi, yang menyebabkan hampir seluruh pasokan air ledeng menjadi rusak. Sumber-sumber air bersih lainnya (sumur dan mata air) menyediakan akses bagi sebagian besar penduduk, tidak seperti kabupaten-kabupaten lainnya di provinsi ini, di mana akses air ledeng dan air pompa jauh lebih tinggi.
Nias dan Nias Selatan masing-masing memiliki akses listrik nomor dua terendah dan terendah di Sumatera Utara (Gambar 6.2).18 Pada tahun 2005, listrik hanya tersedia untuk sekitar sepertiga dan seperempat jumlah rumah tangga di kabupaten Nias dan Nias Selatan. Umumnya, listrik dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), meskipun di kabupaten Nias Selatan sekitar sepertiga rumah tangga yang memiliki akses listrik menggunakan alternatif PLN, seperti generator. Meskipun demikian, sumber-sumber listrik alternatif umumnya lebih mahal dari PLN. Upaya rekonstruksi yang menyusul gempa bumi tahun 2005 telah menaikkan permintaan atas listrik di pulau ini dan pemutusan hubungan listrik menjadi sesuatu yang sering terjadi di ibu kota Gunung Sitoli dan Teluk Dalam.
18 Data Podes 2000 dan 2003 juga menunjukkan bahwa Nias memiliki akses listrik terendah di Sumatera Utara.
55Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 6 Infrastruktur
Gambar 6.2 Persentase rumah tangga yang memiliki listrik di Sumatera Utara, 2005
Rata-rata Nasional
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Kab. N
ias Selatan
Kab. N
ias
Kab. Pakp
ak Bharat
Kab. M
andailing Natal
Kab. D
airi
Kab. Tap
anuli Tengah
Kab. Tap
anuli Selatan
Kota Padang Sidemp
uan
Kab. Lab
uhan Batu
Kab. H
umb
ang Hasundutan
Kab. Sam
osir
Kota Tanjung Balai
Kab. Tob
a Samosir
Kab. Tap
anuli Utara
Kab. Langkat
Kab. D
eli Serdang
Kab. Tanah Karo
Kab. A
sahan
Kab. Sim
alungun
Kab. Serdang Bedagai
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Sibolga
Kota Tebing Tinggi
Kota Pematang Siantar
Rata-rata Sumatera U
tara
Sumber: BPS (Susenas, 2005).
Jaringan jalan di daerah pedesaan sangat terbatas, sementara pembangunan jalan baru dan pemeliharaan jalan yang sudah ada sangat mahal dan memakan waktu. Hal ini disebabkan kurangnya mesin yang tersedia di pulau ini dan perlunya mengimpor sebagian besar material. Nias memiliki total panjang jalan lebih dari 2,500 km. Jaringan jalan ini, meskipun jelas tidak cukup untuk melayani kebutuhan penduduk, masih belum diperluas sejak awal dasawarsa lalu. Hanya 20 persen jaringan jalan di pulau ini yang diaspal. Meskipun sebagian besar jalan (63 persen) di kabupaten Nias Selatan terbuat dari batu kerikil, 64 persen jalan di kabupaten Nias adalah jalan tanah, yang tidak dapat digunakan di musim hujan. Kualitas jaringan jalan terus memburuk sejak awal dasawarsa ini, dan gempa bumi tahun 2005 makin memperburuk situasi yang sudah kritis (Tabel 6.1). Kondisi jalan yang parah ini dapat menjelaskan mengapa hanya sekitar 44 persen desa di pulau ini – masing-masing 42 persen dan 50 persen untuk kabupaten Nias dan kabupaten Nias Selatan – dapat diakses oleh kendaraan beroda 4.19
Tabel 6.1 Kondisi jalan di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005Persen
2001 2002 2003 2004 2005NiasBaik 19 26 11 12 6Sedang 12 22 10 10 5Rusak 32 22 8 7 9Rusak parah 38 31 71 71 81Nias SelatanBaik 59 60 9Sedang 7 0Rusak 27 24 13Rusak parah 14 9 78
Sumber: BPS.
Irigasi adalah satu bidang lain di mana pulau ini tertinggal dari bagian lain Sumatera Utara dan Indonesia secara keseluruhan. Meskipun 50 persen sawah di Sumatera Utara dan 60 persen sawah di Indonesia memiliki irigasi, hanya 22 persen dari sawah di pulau Nias beririgasi. Hanya satu kabupaten, Labuhan Batu, dan beberapa kota di Sumatera memiliki porsi sawah irigasi yang lebih rendah.
19 Desa-desa yang hanya dapat diakses dengan angkutan air tidak dimasukkan.
56 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 6 Infrastruktur
Pembelanjaan Infrastruktur
Secara riil, pengeluaran keseluruhan untuk infrastruktur di Nias dan Nias Selatan turun secara signifi kan dari Rp 58 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 25 milyar pada tahun 2005.20 Sebagai porsi dari total pengeluaran, pengeluaran infrastruktur juga menurun dari 29 persen pada tahun 2001 menjadi 11 persen pada tahun 2005 (Gambar 6.3). Rendahnya prioritas yang diberikan pada sektor yang penting ini pada tahun-tahun terakhir telah menghambat upaya pembangunan untuk membuka akses ke desa-desa terpencil di kabupaten Nias dan Nias Selatan. Tren penurunan ini perlu dibalikkan untuk memenuhi program kebijakan pemerintah kabupaten tahun 2006, yaitu memperbaiki kondisi jalan dan transportasi, terutama setelah gempa bumi tahun 2005.
Pemerintah pusat menghabiskan jumlah yang signifi kan untuk infrastruktur di tahun 2006 melalui dana dekonsentrasi di Nias dan Nias Selatan. Sampai bulan Maret 2006, pemerintah pusat telah mencairkan sekitar Rp 19,3 milyar ke kedua kabupaten tersebut, dengan perincian Rp 10,9 milyar untuk kabupaten Nias dan Rp 8,3 milyar untuk kabupaten Nias Selatan. Sebagian besar anggaran tahun 2006 dialokasikan untuk pembangunan daerah dan perumahan, sektor-sektor yang terkena dampak paling parah akibat gempa bumi.
Gambar 6.3 Pengeluaran prasarana dan porsi total pengeluarannya di pulau Nias, 2001-2005
Mily
ar ru
pia
h
Total infrastructure expenditure % total expenditure
0
10
20
30
40
50
60
70
2001 2002 2003 2004 2005
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Utara, Nias dan Nias Selatan memiliki tingkat pengeluaran infrastruktur per kapita yang termasuk paling rendah. Pengeluaran infrastruktur per kapita di Nias dan Nias Selatan masing-masing Rp 64.096 dan Rp 28.676 pada tahun 2004. Kedua tingkat ini jauh di bawah rata-rata provinsi dan nasional (Gambar 6.4).
20 Pengeluaran prasarana mencakup pekerjaan umum, transportasi, pemukiman dan pembangunan daerah, telekomunikasi dan energi
57Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 6 Infrastruktur
Gambar 6.4 Pengeluaran infrasruktur per kapita per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Dairi
Kota Pematang Siantar
Sumatera U
tara
Nasional
Kota Binjai
Kab. Tanah Karo
Kota Medan
Kota Padang Sidempuan
Kab. Langkat
Kab. Toba Samosir
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Hum
bang Hasundutan
Kab. Labuhan Batu
Kab. Nias
Kab. Asahan
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Simalungun
Kab. Nias Selatan
Kab. Deli Serdang
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Infrastruktur masih menghabiskan lebih dari 30 persen dari pengeluaran pembangunan di pulau Nias pada tahun 2005, meskipun proporsinya dalam pengeluaran pembangunan telah menurun selama tahun-tahun terakhir. Infrastruktur menghabiskan porsi yang relatif kecil terhadap total pengeluaran, yaitu sekitar 11 persen pada tahun 2005, sedikit menurun dari 13 persen di tahun 2004. Tidak seperti sektor pendidikan dan kesehatan, sebagian besar pengeluaran untuk sektor infrastruktur diarahkan untuk pengeluaran pembangunan (Tabel 6.2). Pengeluaran pembangunan menghabiskan rata-rata 93 persen sepanjang tahun 2001-2005, antara lain karena besarnya investasi yang diperlukan untuk membangun kembali prasarana yang sangat kurang terpelihara.
Tabel 6.2 Pengeluaran rutin dan pembangunan untuk infrastruktur 2001-2005 Dalam Rp juta
2001 2002 2003 2004 2005
% % % % %
Rutin 1,983 3 2,636 7 3,246 6 2,819 10 3,078 12
Pembagunan 56,080 97 34,161 93 48,843 94 24,429 90 22,052 88
Total 58,064 100 36,797 100 52,089 100 27,248 100 25,130 100
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur di Nias dan Nias Selatan terutama dipusatkan pada pekerjaan umum dalam subsektor transportasi, jalan, air dan irigasi. Pekerjaan umum rata-rata menghabiskan 81,5 persen belanja pembangunan infrastruktur sepanjang tahun 2001-2005. Meskipun demikian, terlepas dari pangsanya yang besar, secara riil belanja pembangunan pekerjaan umum menurun dari Rp 37,7 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 21,4 milyar pada tahun 2005. Perumahan dan pembangunan daerah menghabiskan rata-rata 17 persen dari total belanja pembangunan infrastruktur sepanjang tahun 2001-2005. Alokasi ini telah menurun sejak desentralisasi dan tidak ada alokasi untuk subsektor ini pada tahun 2005. Penurunan ini mungkin dikarenakan kedua pemerintah kabupaten mengharapkan BRR untuk melaksanakan pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang diperlukan (Gambar 6.5). Kedua pemerintah kabupaten tersebut perlu mengevaluasi kembali kurangnya fokus mereka pada bidang perumahan dan pembangunan daerah, terutama mengingat perumahan di pulau ini yang tidak cukup.
58 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 6 Infrastruktur
Gambar 6.5 Pembelanjaan pembangunan rata-rata dalam berbagai subsektor, 2001-2005
Pembangunan daerah, perumahan,dan pemukiman; 16,62%
Energi; 0,01%Telekomunikasi
dan pariwisata; 1,86%
Pekerjaan umum(transportasi, air dan irigasi);
81,50%
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Nias dan Nias Selatan sangat kurang memberikan perhatian pada pengeluaran untuk operasional dan pemeliharaan aset-aset insfrastruktur. Belanja untuk pegawai menghabiskan porsi pengeluaran rutin terbesar di kabupaten Nias: rata-rata 68 persen dari total belanja infrastruktur rutin sepanjang tahun 2001-2005 (Gambar 6.6). Pada tahun 2005, 18 persen dari belanja rutin digunakan untuk barang dan jasa, sedangkan operasional dan pemeliharaan menerima porsi 10 persen dari belanja infrastruktur rutin di kabupaten Nias, sedangkan di kabupaten Nias Selatan angka tersebut hanya 1 persen. Ini lebih rendah dari pengeluaran rata-rata di tingkat nasional, yaitu sekitar 11 persen dari total pengeluaran rutin. Pengeluaran untuk perjalanan dinas menghabiskan porsi besar dari belanja rutin prasarana pada tahun 2005, terutama di kabupaten Nias Selatan (17 persen). Belanja untuk kebutuhan perjalanan dinas perlu dikurangi dan dialihkan ke belanja operasional dan pemeliharaan dalam rangka memelihara dan mempertahankan kelangsungan sarana dan prasarana umum, terutama setelah BRR mulai mengalihkan aset-aset sebelum keluar dari Nias pada tahun 2009.
Gambar 6.6 Komponen-komponen pengeluaran rutin prasarana di Nias dan Nias Selatan, 2001-2005
2001 2002 2003 2004 2005
Lain-lain
Perjalanandinas
Operasional &pemeliharaan
Barang/jasa
Personil
Nias
2004 2005
Nias Selatan
Lain-lain
Perjalanandinas
Operasional &pemeliharaan
Barang/jasa
Personil
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
59Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 6 Infrastruktur
Dampak Gempa Bumi dan Pengeluaran Rekonstruksi pada Infrastruktur
Buruknya kondisi sebagian besar infrastruktur, bahkan sebelum gempa bumi bulan Maret 2005, teleh memperlambat proses rekonstruksi di Nias dan Nias Selatan. Gempa bumi merusak sekitar 800 km jalan kabupaten, 200 km jalan provinsi, dan menghancurkan 12 pelabuhan besar maupun kecil (Tabel 6.3). Panjang jalan yang tidak memadai dan kondisi jaringan jalan yang buruk, ditambah kurangnya akses ke banyak desa, merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh upaya rekonstruksi, belum lagi kurangnya pompa bensin dan kapasitas angkutan truk yang terbatas, yang ikut menyebabkan kekurangan persediaan material konstruksi.
Tabel 6.3 Kerusakan prasarana dan kemajuan rekonstruksi
Sektor Kerusakan/Kebutuhan Kemajuan sampai Maret 2006 Kemajuan sampai Desember 2006
Prasarana - 3 jembatan.- 800 km jalan kabupaten rusak- 266 km jalan provinsi rusak-12 pelabuhan/ dermaga besar dan kecil rusak
-Memperbaiki 130 km jalan provinsi dan 126 km jalan kabupaten- Mempersiapkan 12 pelabuhan
- 37 jembatan dibangun- 309 km jalan dibangun, 250 km dalam perbaikan - 3 pelabuhan/dermaga dan 2 bandara sedang dibangun
Sumber: BRR.
Terlepas dari awal yang lambat, sampai bulan Desember 2006 sudah ada kemajuan yang menggembirakan dalam pembangunan kembali prasarana di pulau Nias. Secara keseluruhan, 309 km jalan dan 37 jembatan baru telah diperbaiki atau dibangun kembali, sedangkan 3 pelabuhan/dermaga dan 2 bandar udara sedang dibangun. BRR menaikkan alokasi untuk infrastruktur dalam anggaran tahun 2006-nya, hingga mencapai nilai US 38 juta dolar atau sekitar 31 persen dari total portofolio untuk tahun 2005-2006. Mengingat pentingnya infrastruktur yang baik bagi keberhasilan upaya rekonstruksi, baik BRR maupun para pelaku lainnya perlu mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar untuk sektor ini. Sampai bulan Desember 2006, BRR telah mencairkan US 24 juta dolar, atau 63 persen dari anggaran yang dialokasikan, untuk infrastruktur.
Sampai Desember 2006, 5440 unit perumahan dari 13.500 unit yang dibutuhkan telah dibangun atau diperbaiki. Secara keseluruhan, US 52 juta dolar atau 45 persen dari total anggaran BRR dialokasikan untuk perumahan. Meskipun demikian, perumahan tidak menerima alokasi anggaran yang terpisah pada tahun 2005, karena disatukan dengan subsektor-subsektor infrastruktur yang lain, seperti jalan dan transportasi. BRR sudah mencairkan sekitar US 23 juta dolar, atau kurang lebih 46 persen dari total anggaran yag dialokasikan, sebelum Desember 2006. Hal ini berarti bahwa rekonstruksi perumahan mungkin akan mencapai puncaknya pada tahun 2007. Di samping mempercepat laju rekonstruksi perumahan, BRR dan para pelaku lainnya perlu menyediakan prasarana yang berhubungan dengan perumahan seperti listrik, air dan sanitasi.
Rekomendasi
Kedua pemerintah kabupaten dan BRR perlu menambah alokasinya untuk infrastruktur. Pemerintah kabupaten Nias dan Nias Selatan hendaknya memperbaiki tren pengeluaran untuk infrastruktur yang menurun, dan BRR perlu mempercepat tingkat pembangunannya. Bersama-sama, BRR dan kedua pemerintah kabupaten perlu mengembangkan rencana dan program pembangunan prasarana yang bersifat jangka panjang dan terpadu. BRR dapat memimpin upaya ini untuk jangka pendek, sedangkan pemerintah kabupaten lebih berkonsentrasi pada jangka menengah sampai panjang.
Kedua pemerintah kabupaten sebaiknya berinvestasi untuk memperbaiki keterampilan teknis staf yang bertanggung jawab memonitor dan mengevaluasi proyek-proyek infrastruktur. Keterlibatan para donor dan LSM dalam proses rekonstruksi dan kerjasama mereka dengan kedua pemerintah kabupaten sebaiknya digunakan sebagai kesempatan untuk meningkatkan keterampilan teknis melalui transfer pengetahuan. Di samping itu, pemerintah kabupaten dapat bernegosiasi dengan BRR dan para pelaku lainnya untuk mengalokasikan sebagian dananya guna mengembangkan kemampuan teknis, terutama dalam bidang memonitor dan evaluasi proyek.
60 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 6 Infrastruktur
Keterampilan ini akan sangat berguna saat BRR mulai keluar dari Nias dan pemerintah kabupaten mengambil alih pelaksanaan dan pengawasan proyek.
Kedua pemerintah kabupaten hendaknya memusatkan perhatian untuk meningkatkan akses listrik. BRR perlu merencanakan dan menyusun anggaran investasi untuk prasarana listrik dasar. Perhatian khusus perlu diberikan pada biaya-biaya tambahan yang dikeluarkan karena letak pulau yang terpencil dan penduduknya yang sebagian besar tinggal di pedesaan. Pemerintah kabupaten perlu memastikan kelanjutan program seperti ini dengan cara mengalokasikan anggaran yang sesuai untuk pengoperasian dan pemeliharaan yang diperlukan untuk jaringan listrik yang memadai.
Kedua pemerintah kabupaten perlu menambah alokasi anggaran untuk operasional dan pemeliharaan. Pemeliharaan akan sangat penting dalam rangka memastikan kelangsungan prasarana yang sudah ada maupun prasarana yang saat ini sedang dibangun. Hal ini akan membutuhkan perimbangan alokasi yang lebih baik antara pengeluaran rutin dan pembangunan, serta antara kategori-kategori pengeluaran rutin, seperti pegawai, barang dan jasa, dan operasional dan pemeliharaan. Sementara itu, pemerintah kabupaten perlu membatasi pengeluaran untuk perjalanan dinas. Tingkat pengeluaran untuk perjalanan dinas saat ini perlu ditinjau dengan cermat dan diturunkan, dan dana yang tersedia digunakan untuk menaikkan pengeluaran untuk operasional dan pemeliharaan.
BAB 7Kemampuan Pemerintah
Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
62 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
Desentralisasi dan Pemekaran Kabupaten/Kota
Desentralisasi memberikan wewenang pemerintahan dan sumber daya yang lebih besar oleh pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota. Desentralisasi bukan saja memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan keuangan daerah, struktur pemerintahan dan pegawai negeri sipil, bersamaan dengan itu juga telah menimbulkan tekanan pada kemampuan pengelolaan daerahnya. Sebelum desentralisasi, pemerintah kabupaten/kota merupakan wakil pemerintah pusat, yang diharapkan untuk melaksanakan kebijakan dan program-program dari pemerintah pusat. Di masa sekarang, pemerintah kabupaten menjadi pengambil keputusan.
Desentralisasi telah mengakibatkan maraknya pembentukan pemerintahan kabupaten/kota baru dan penambahan pegawai negeri sipil pemerintahan kabupaten/kota. Dua dampak desentralisasi yang tampak jelas di pulau Nias adalah bertambahnya jumlah pemerintahan kabupaten dan kecamatan, dan kenaikan signifi kan jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja di bawah kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Undang-undang desentralisasi memungkinkan pembentukan pemerintahan kabupaten dan kecamatan. Antara tahun 1999 sampai 2003, di kabupaten Nias telah dibentuk 5 kecamatan baru (yang kemudian mencakup seluruh pulau). Kemudian pada tahun 2003, kabupaten Nias itu sendiri dimekarkan menjadi 2 kabupaten yang terpisah dengan dibentuknya kabupaten Nias Selatan. Pembentukan 5 kecamatan baru di kabupaten Nias seperti yang dinyatakan oleh Keputusan Bupati No. 136/1180/K/2004 masih belum dilaksanakan. Pada saat ini, sudah ada 32 kecamatan di kabupaten Nias dan 8 kecamatan di kabupaten Nias Selatan (Nias Dalam Angka, 2006 dan Nias Selatan Dalam Angka, 2006). Ada usulan untuk memekarkan lagi kabupaten Nias menjadi 2 kabupaten baru dan satu wilayah kota, yaitu Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli. Meskipun letak geografi s dan karakteristik daerah tertentu adakalanya memang dapat membenarkan pembentukan pemerintahan kabupaten atau kecamatan baru, kecenderungan ini menimbulkan keprihatinan yang serius. Wilayah administratif yang lebih kecil dapat mengakibatkan berkurangnya efi siensi dan skala ekonomis dalam hal penyelenggaraan pelayanan umum, yang akan disertai dengan peningkatan pengeluaran rutin untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan kabupaten. Kecenderungan pemekaran ini seharusnya didorong oleh motivasi untuk memperbaiki penyelenggaraan pelayanan umum daerah dibandingkan dengan kepentingan elite setempat untuk meraih jabatan dan sumber daya keuangan daerah.
Total jumlah pegawai negeri sipil di pulau Nias bertambah setelah pelaksanaan desentralisasi. Jumlah pegawai negeri sipil bertambah dari 5872 orang pada tahun 2000 menjadi 7337 orang pada tahun 2001 karena mutasi pegawai negeri sipil dari pemerintah pusat. Setelah pembentukan kabupaten Nias Selatan pada tahun 2003, jumlah pegawai negeri sipil di kabupaten Nias turun 24 persen dari tahun 2003 sampai 2005, kurang dari penurunan jumlah penduduk sebesar 38 persen di kabupaten yang telah menyempit itu. Pada tahun 2006, kedua pemerintah kabupaten membuka penerimaan pegawai negeri sipil, yang mengakibatkan kenaikan tipis sebesar 338 pegawai negeri di pulau ini.
Sejalan dengan kenaikan jumlah pegawai negeri sipil, belanja pegawai juga telah meningkat tidak proporsional. Meskipun jumlah pegawai negeri sipil hanya tumbuh rata-rata 0,7 persen per tahun, belanja pegawai naik 5 persen sepanjang tahun 2001-2005 di pulau Nias. Terus naiknya belanja pegawai mungkin disebabkan oleh penyesuaian kenaikan gaji pegawai negeri sipil yang beberapa kali terjadi dan tunjangan untuk pegawai yang sudah pensiun. Belanja pegawai yang terdiri atas gaji, tunjangan dan pembayaran tambahan menghabiskan sebagian besar pengeluaran rutin. Proporsi belanja pegawai terhadap total pengeluaran rutin naik dari rata-rata 61 persen sebelum desentralisasi menjadi rata-rata 76 persen untuk kedua kabupaten setelah desentralisasi. Di kabupaten Nias, proporsi belanja untuk pegawai terhadap total pengeluaran rutin telah melonjak menjadi 80 persen pada tahun 2005, sementara di kabupaten Nias Selatan porsi tersebut naik dari 59 persen pada tahun 2004 menjadi 67 persen pada tahun 2005 (Gambar 7.1).
63Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
Gambar 7.1 Belanja untuk pegawai dan jumlah pegawai negeri sipil di Nias dan Nias Selatan, 2000-2006
Milyar rup
iah
Jumlah pegawai negeri Pengeluaran untuk pegawai
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0
20
40
60
80
100
120
140Nias Selatan
Nias
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000) dan BKD Provinsi Sumatera Utara. Catatan: Data untuk belanja pegawai tahun 2006 adalah proyeksi.
Bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Utara, jumlah pegawai negeri sipil di Nias dan Nias Selatan masih di bawah rata-rata. Pada tahun 2004, rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk di kabupaten Nias sekitar 1:80, sedangkan di kabupaten Nias Selatan rasio tersebut adalah 1:176. Rata-rata kabupaten di Sumatera Utara memiliki rasio 1:70 orang (Gambar 7.2).
Gambar 7.2 Rasio penduduk terhadap pegawai negeri sipil per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Nias Selatan
Medan
Deli Serdang
Asahan
Labuhan Batu
Langkat
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tanjung Balai
Rata-rata Sumatera Utara
Tapanuli Tengah
Simalungun
Binjai
Toba Samosir
Tebing Tinggi
Dairi
Karo
Pematang Siantar
Sibolga
Padang Sidempuan
Tapanuli Utara
Sumber: BPS, 2004.
64 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
Serupa dengan kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Utara, tingkat pendidikan sebagian besar pegawai negeri sipil di pulau Nias hanyalah lulus sekolah menengah atas. Sekitar 70 persen pegawai negeri sipil di pulau Nias telah menyelesaikan sekolah menengah atas. Ini disusul oleh mereka yang telah menamatkan pendidikan tingkat diploma yaitu 11 persen, dan sarjana 8 persen (Gambar 7.3). Kabupaten yang memiliki persentase pegawai negeri sarjana yang tertinggi di Sumatera Utara lebih banyak dijumpai di wilayah sekitar kota besar, seperti Medan, Tebing Tinggi dan Sibolga.
Gambar 7.3 Tingkat pendidikan pegawai negeri per kabupaten/kota di Sumatera Utara, 2004
Sekolah dasar SMP SMA Diploma S1 S2
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Sibolga
Tanjung Balai
Pematang Siantar
Tebing Tinggi
Medan
Binjai
Padang Sidempuan
Sumber: BPS, 2004.
Pengelolaan Keuangan Daerah
Proses anggaran dimulai dengan penyusunan program rencana kerja kabupaten/kota pada bulan Januari tahun sebelumnya. Rencana anggaran diajukan ke DPRD dalam bentuk rancangan peraturan daerah yang disepakati bersama oleh eksekutif dan legislatif pada minggu pertama bulan Oktober. Pihak yang berwenang di provinsi (gubernur) selanjutnya harus menyetujui rancangan tersebut sebelum anggaran ditandatangani sebagai peraturan daerah oleh pihak yang berwenang di kabupaten/kota (bupati/walikota) (Bank Dunia, 2007a).21
Meskipun APBD harus disetujui pada awal tahun anggaran bulan Januari, dalam akhir belakangan ini hal tersebut tidak terlaksana di Nias dan Nias Selatan. Pada tahun 2006, anggaran untuk kabupaten Nias baru disahkan pada bulan Agustus 2006, sedangkan anggaran kabupaten Nias Selatan baru disetujui pada bulan Desember 2006. Ada beberapa faktor yang ikut menyebabkan penundaan ini, yaitu (i) gempa bumi bulan Maret 2005 menunda proses persetujuan anggaran tahun 2005 dan mengakibatkan keterlambatan pengajuan rencana anggaran tahun 2006 ke DPR masing-masing; (ii) pemilihan bupati, yang baru mulai menduduki jabatannya pada bulan Mei 2006, dan (iii) serangkaian perbedaan pendapat antara eksekutif dan legislatif tingkat kabupaten/kota, yang terutama didasarkan pada perbedaan kepentingan politik dan beda persepsi tentang isi rencana anggaran. Ketiga faktor ini akhirnya ikut memperlambat proses pengesahan anggaran.
Kemampuan pemerintah kabupaten di kabupaten Nias untuk mengelola keuangan daerah setempat dengan efektif dianggap buruk, dan di kabupaten Nias Selatan sangat buruk. Bank Dunia mengadakan survei Pengelolaan Keuangan Publik (PFM) yang mencakup 9 bidang strategis antara tanggal 22 Mei sampai 2 Juni 2006, untuk menilai kemampuan pemerintah daerah. Kabupaten Nias mencatat skor keseluruhan 38 persen (buruk) dan skor rata-rata kabupaten Nias Selatan adalah 14 persen (sangat buruk). Skor tersebut juga sangat rendah bila dibandingkan dengan skor rata-rata pemerintah kabupaten di Aceh, yaitu 41 persen (Lampiran Tabel B.8.2).
21 Lihat UU No. 32/2004.
65Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
Kinerja dalam berbagai bidang strategis PFM sangat bervariasi, namun masih dapat dikategorikan sangat buruk dan buruk. Kabupaten Nias Selatan mencatat skor sangat buruk dalam 6 bidang dan buruk di ketiga bidang yang lain, sedangkan kabupaten Nias mencatat skor sedang dalam 4 bidang dan buruk di kelima bidang yang selebihnya (Gambar 7.4).
Gambar 7.4 Kinerja PFM di Nias dan Nias Selatan
Kerangka peraturan daerah
Perencanaan & penyusunan anggaran
Pengelolaan kas
Pengadaan
Pembukuan dan pelaporan
Audit internal
Utang publik dan investasi investment
Pengelolaan aset
Audit & pengawasan dari luar
Skor rata-rata
Nias Nias Selatan
0
20
40
60
80
100
Sumber: Bank Dunia, Hasil Survei PFM USAID, 2006.
Rekomendasi
Kedua pemerintah kabupaten/kota perlu mengembangkan kemampuan pengelolaan keuangan daerahnya. Mengingat tingkatnya yang “sangat buruk”, kabupaten Nias Selatan perlu memusatkan perhatian kepada hal ini sebagai masalah yang mendesak. Kerangka peraturan daerah perlu diperbaiki secara substansial di kedua kabupaten. Sistem perencanaan dan penyusunan anggaran perlu diperbaiki, dan praktek pembukuan dan pelaporan perlu dibenahi. DPRD juga sebaiknya memainkan peran kunci dalam menyediakan check and balance bagi pemerintah kabupaten/kota. Sistem audit eksternal maupun internal yang memadai tidak ada, sehingga pengawasan atas pengelolaan keuangan publik oleh pemerintah kabupaten secara efektif sangat kurang.
Kedua pemerintah kabupaten/kota perlu merancang strategi untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam struktur pemerintah. Dalam rangka mengoptimalkan hasil pembangunan, diperlukan pegawai negeri sipil yang lebih profesional dan berkualifi kasi, bukan birokrasi pemerintah yang terlalu banyak namun kurang terlatih. Meskipun pelatihan tambahan mungkin dapat bermanfaat, adalah lebih penting memastikan adanya perbaikan proses seleksi pegawai negeri agar posisi yang lowong mulai diisi oleh calon-calon yang tepat.
Usulan untuk memekarkan Nias dan Nias Selatan menjadi lebih banyak lagi kabupaten, kota dan kecamatan sebaiknya dipertimbangkan dengan jauh lebih cermat mengingat dampak pembentukan kabupaten Nias Selatan pada tahun 2003. Hasil pengelolaan keuangan daerah di kabupaten Nias Selatan menjadi gambaran risikonya. Pemerintah provinsi perlu mencermati segala himbauan pembentukan kabupaten baru di pulau tersebut. Ketika pembentukan kabupaten baru disetujui, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten harus memastikan bahwa persiapan yang memadai telah dilakukan dan sudah tersedia prasarana fi sik serta pegawai negeri untuk mengelola pemerintahan yang baru. Demikian pula, pembentukan kecamatan-kecamatan baru berarti akan ada tambahan biaya aparatur pemerintah yang mungkin tidak dapat dijustifi kasikan dari segi perbaikan layanan atau pun hasil.
66 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007BAB 7 Kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
LAMPIRAN
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007
68 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Lam
pir
an A
: Per
mas
alah
an K
unci
dan
Rek
omen
das
i
Bab
Perm
asal
ahan
Kun
ciRe
kom
end
asi
Lem
bag
a te
rkai
t
Pen
dap
atan
Pera
tura
n pa
jak/
retr
ibus
i da
erah
ba
ru
hany
a be
rdam
pak
sedi
kit
pada
pen
dapa
tan
asli
daer
ah
(PA
D) y
ang
mem
ang
suda
h ke
cil.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta
hend
akny
a m
emus
atka
n pe
rhat
ian
untu
k m
eran
gsan
g ke
giat
an
ekon
omi
dan
buka
n be
rupa
ya
mem
aksi
mal
kan
pend
apat
an a
sli
daer
ah j
angk
a pe
ndek
. Pe
timba
ngan
dan
per
enca
naan
ya
ng l
ebih
cer
mat
ket
ika
men
yusu
n pe
ratu
ran
paja
k da
erah
bar
u pe
rlu
diam
bil u
ntuk
mem
astik
an b
ahw
a se
tiap
pung
utan
dap
at d
itang
gung
dar
i se
gi e
kono
mi o
leh
pem
erin
taha
n ka
bupa
ten/
kota
itu
send
iri.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta.
Kabu
pate
n N
ias
Sela
tan
tidak
men
erim
a al
okas
i bag
i ha
sil b
ukan
paj
ak y
ang
men
jadi
hak
nya
Pem
erin
tah
kabu
pate
n se
baik
nya
mem
inta
kl
arifi
kasi
da
ri pe
mer
inta
h pu
sat
dan
piha
k ya
ng b
erw
enan
g di
pro
vins
i gu
na m
emas
tikan
bah
wa
setia
p ka
bupa
ten
men
erim
a po
rsi b
agi h
asil
mas
ing-
mas
ing
deng
an b
enar
. Pe
mer
inta
h pu
sat
juga
pe
rlu
men
geva
luas
i da
n m
enel
iti
kabu
pate
n-ka
bupa
ten
yang
tid
ak m
ener
ima
alok
asi
pend
apat
an b
agi
hasi
lnya
yan
g be
nar.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n,
pem
erin
tah
pusa
t.
Alo
kasi
D
AU
ya
ng
rela
tif
rend
ah
kare
na
sedi
kitn
ya j
umla
h pe
gaw
ai n
eger
i pe
r ka
pita
dan
ke
tidak
seim
bang
an
keua
ngan
an
tara
ka
bupa
ten
belu
m te
rata
si d
enga
n tr
ansf
er a
ntar
pem
erin
tah.
Mem
perb
aiki
al
okas
i tr
ansf
er
anta
r ka
bupa
ten
deng
an
cara
m
empe
rtim
bang
kan
fakt
or
kem
iski
nan
dan
indi
kato
r-in
dika
tor
sosi
al
lain
nya.
Rum
us a
loka
si D
AU
seb
aikn
ya le
bih
peka
ter
hada
p ke
mis
kina
n da
n ke
senj
anga
n ke
uang
an, d
an b
ukan
men
gunt
ungk
an k
abup
aten
-kab
upat
en
yang
mem
iliki
reke
ning
gaj
i peg
awai
neg
eri s
ipil
yang
bes
ar.
Pem
erin
tah
pusa
t.
Penu
ndaa
n pe
rset
ujua
n an
ggar
an
men
ggan
gu
pere
ncan
aan
dan
arus
kas
tah
un a
ngga
ran
yang
be
rsan
gkut
an.
Mem
perb
aiki
per
enca
naan
dan
pem
buku
an a
ngga
ran
dan
men
gena
kan
sank
si t
erha
dap
kabu
pate
n-ka
bupa
ten
yang
sec
ara
sign
ifi ka
n te
rlam
bat
dala
m p
rose
s pe
rset
ujua
n an
ggar
anny
a. P
rose
s pe
rset
ujua
n an
ggar
an p
erlu
di
ram
ping
kan
dan
tran
sfer
pen
dapa
tan
bagi
has
il da
ri pe
mer
inta
h pu
sat
haru
s di
laku
kan
setia
p tr
iwul
an.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n,
Pem
erin
tah
pusa
t.
Bel
anja
Bela
nja
rutin
te
lah
men
ghab
iska
n po
rsi
tota
l pe
ngel
uara
n ya
ng
tidak
pr
opor
sion
al.
Apa
ratu
r pe
mer
inta
h te
lah
men
ingk
at d
i baw
ah p
enge
luar
an
pem
bang
unan
.
Men
etap
kan
bata
s pa
da p
embe
lanj
aan
rutin
dan
mem
bata
si p
embe
lanj
aan
yang
dik
ateg
orik
an s
ebag
ai “
peng
elua
ran
lain
-lain
” un
tuk
men
ghin
dari
peny
alah
guna
an a
ngga
ran.
Pem
bela
njaa
n ru
tin u
ntuk
per
jala
nan
dina
s ju
ga
hend
akny
a di
bata
si.
Alo
kasi
pen
gelu
aran
pem
bang
unan
unt
uk a
para
tur
pem
erin
tah
hend
akny
a di
telit
i, la
yana
n da
n pr
asar
ana
umum
hen
dakn
ya
men
jadi
prio
ritas
pen
gelu
aran
pem
bang
unan
.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n.
Rend
ahny
a pe
nyer
apan
ang
gara
n ol
eh p
emer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
dan
BRR
.Pe
mer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
ha
rus
mem
astik
an
bahw
a an
ggar
anny
a te
renc
ana
deng
an b
aik
dan
terla
ksan
a de
ngan
bai
k. M
empe
rbai
ki p
rose
s pe
rset
ujua
n an
ggar
an d
an k
emam
puan
pem
erin
tah
kabu
pate
n. B
RR h
arus
m
engi
dent
ifi ka
si
daer
ah
peny
empi
tan
(bot
tlene
ck)
dala
m
peny
alur
an
dana
. Si
klus
ang
gara
n ya
ng k
etat
mun
gkin
tid
ak m
emad
ai u
ntuk
upa
ya
reko
nstr
uksi
.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR.
69Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Kebe
rlanj
utan
upa
ya re
kons
truk
si d
an re
habi
litas
i m
engk
haw
atirk
an m
engi
ngat
kec
ilnya
alo
kasi
un
tuk
pem
elih
araa
n.
Mem
perb
aiki
alo
kasi
unt
uk p
emel
ihar
aan
dan
men
etap
kan
pors
i yan
g se
suai
da
ri pe
ngel
uara
n be
rjala
n.Pe
mer
inta
h ka
bupa
ten.
Kese
njan
gan
regi
onal
yan
g si
gnifi
kan
anta
ra
kabu
pate
n N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n da
lam
hal
alo
kasi
da
na re
kons
truk
si.
Eval
uasi
ul
ang
pere
ncan
aan
dan
prog
ram
an
ggar
an
agar
m
emili
ki
perb
andi
ngan
ya
ng
seim
bang
an
tara
ke
dua
kabu
pate
n.
Dip
erlu
kan
koor
dina
si y
ang
lebi
h ba
ik a
ntar
a pe
mer
inta
h, d
onor
, dan
LSM
unt
uk p
roye
k da
n al
okas
i pro
gram
gun
a m
enga
tasi
kes
enja
ngan
keu
anga
n.
BRR,
don
or d
and
LSM
.
Pen
did
ikan
Ang
ka m
elek
hur
uf d
an p
artis
ipas
i ren
dah
dan
jauh
di
baw
ah ra
ta-r
ata
nasi
onal
.M
engg
unak
an m
omen
tum
yan
g ad
a sa
at in
i dan
men
galo
kasi
kan
arus
dan
a re
kons
truk
si y
ang
sang
at d
eras
itu
unt
uk m
empe
rbai
ki h
asil
pend
idik
an,
mis
alny
a de
ngan
be
asis
wa.
M
ener
uska
n pe
ngal
okas
ian
DA
K un
tuk
men
duku
ng p
erba
ikan
has
il.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR,
dono
r/LS
M, p
emer
inta
h pu
sat.
Keku
rang
an g
uru
dan
dist
ribus
i gur
u ya
ng ti
dak
mer
ata
anta
r kec
amat
an d
i Nia
s da
n N
ias
Sela
tan.
Men
ilai k
ebija
kan
pene
rimaa
n gu
ru u
ntuk
mem
astik
an d
istr
ibus
i gur
u ya
ng
mem
adai
dan
mer
ata
di ti
ngka
t kab
upat
en m
aupu
n ke
cam
atan
. Pen
yedi
aan
inse
ntif
untu
k gu
ru y
ang
berk
ualifi
kas
i ag
ar b
erse
dia
men
gaja
r di
dae
rah
terp
enci
l san
gat
dian
jurk
an, m
isal
nya
deng
an m
erub
ah s
tatu
s gu
ru b
ukan
pe
gaw
ai n
eger
i men
jadi
peg
awai
neg
eri.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n,
pem
erin
tah
pusa
t.
Keru
saka
n ya
ng p
arah
di b
anya
k ru
ang
kela
s se
kola
h da
sar d
an s
ekol
ah m
enen
gah
pert
ama.
M
empe
rcep
at d
an m
empe
rbai
ki p
enca
iran
untu
k pr
oyek
-pro
yek
reha
bilit
asi
oleh
pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR d
an p
ara
pela
ku r
ekon
stru
ksi
lain
nya.
M
emba
tasi
pe
mba
ngun
an
seko
lah-
seko
lah
baru
sa
mpa
i ju
mla
h gu
ru
suda
h cu
kup
dan
suda
h ad
a pe
ndan
aan
yang
mem
adai
unt
uk m
emel
ihar
a ge
dung
-ged
ung
seko
lah
yang
sud
ah a
da.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR,
dono
r/LS
M.
Kes
ehat
an
Keci
lnya
por
si p
enge
luar
an u
ntuk
kes
ehat
an.
Men
aikk
an a
loka
si a
ngga
ran
di s
ekto
r kes
ehat
an d
enga
n le
bih
mem
usat
kan
perh
atia
n pa
da
mut
u pe
gaw
ai
kese
hata
n da
n pe
ngem
balia
n ya
ng
diha
rapk
an d
ari s
egi p
erba
ikan
has
il ke
seha
tan.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n.
Keku
rang
an p
egaw
ai k
eseh
atan
yan
g be
rkua
lifi k
asi
dan
dist
ribus
i pe
gaw
ai
kese
hata
n ya
ng
tidak
m
erat
a.
Men
yedi
akan
mek
anis
me
inse
ntf
yang
ses
uai
untu
k m
enam
bah
jum
lah
dokt
er
dan
petu
gas
kese
hata
n di
pu
lau
Nia
s, se
pert
i m
enye
diak
an
peru
mah
an u
ntuk
peg
awai
, tun
jang
an k
husu
s, da
n ke
ndar
aan
tran
spor
tasi
. M
enin
gkat
kan
kem
ampu
an
deng
an
cara
m
enye
diak
an
beas
isw
a ba
gi
mah
asis
wa
kedo
kter
an d
ari k
abup
aten
Nia
s da
n N
ias
Sela
tan.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n,
pem
erin
tah
prov
insi
.
Koor
dina
si a
ntar
a pe
mer
inta
h ka
bupa
ten
dan
BRR
dala
m m
enen
tuka
n ba
gaim
ana
sum
ber
daya
aka
n di
bela
njak
an m
asih
lem
ah.
Mem
perb
aiki
ko
ordi
nasi
da
n pe
ngam
bila
n ke
putu
san
bers
ama
untu
k m
enda
patk
an h
asil
yang
leb
ih b
aik
di m
asa
depa
n. M
emas
tikan
bah
wa
inve
stas
i ya
ng d
ikel
uark
an o
leh
BRR
untu
k m
elat
ih p
etug
as k
eseh
atan
di
pusa
tkan
unt
uk m
emen
uhi s
asar
an h
asil
kese
hata
n ya
ng te
lah
dide
fi nis
ikan
de
ngan
jel
as d
an p
enge
mba
lian
inve
stas
i in
i ak
an d
inik
mat
i sa
mpa
i ja
uh
sete
lah
mas
a ba
kti B
RR.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR.
70 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Infr
astr
uktu
r
Berk
uran
gnya
por
si p
enge
luar
an u
ntuk
infra
stru
ktur
m
eski
pun
kond
isi i
nfra
stru
ktur
san
gat b
uruk
. M
enge
valu
asi
ulan
g pr
iorit
as
angg
aran
pe
mba
ngun
an.
Kete
rliba
tan
pem
erin
tah
kabu
pate
n da
lam
reko
nstr
uksi
infra
stru
ktur
hen
dakn
ya d
iper
kuat
un
tuk
men
gem
bang
kan
rasa
kep
emili
kan
proy
ek-p
roye
k te
rseb
ut d
alam
di
ri pe
mer
inta
h ka
bupa
ten.
Ke
terli
bata
n pe
mer
inta
h ka
bupa
ten
dala
m
reko
nstr
uksi
aka
n m
endu
kung
ket
eram
pila
n da
n ke
mam
puan
mer
eka
dala
m
pere
ncan
aan
di m
asa
depa
n.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR.
Aks
es li
strik
terb
atas
bag
i pen
dudu
k pu
lau
Nia
s. M
empe
rcep
at p
emba
ngun
an in
frast
rukt
ur li
strik
das
ar o
leh
BRR.
Men
yusu
n re
ncan
a ja
ngka
men
enga
h un
tuk
mem
astik
an k
eber
lanj
utan
pas
okan
list
rik
di m
asa
depa
n.
BRR,
pem
erin
tah
kabu
pate
n.
Tida
k te
rsed
ia re
ncan
a pe
mba
ngun
an in
frast
rukt
ur
jang
ka p
anja
ng d
an te
rpad
u.
Men
yusu
n pr
ogra
m p
emba
ngun
an in
frast
rukt
ur ja
ngka
pen
dek
dan
jang
ka
panj
ang
bers
ama.
BRR
dap
at m
emeg
ang
pim
pina
n un
tuk
jang
ka p
ende
k,
seda
ngka
n pe
mer
inta
h ka
bupa
ten
seba
ikny
a m
emus
atka
n pe
rhat
ian
pada
ja
ngka
men
enga
h da
n pa
njan
g. P
emer
inta
h ka
bupa
ten
dapa
t m
emul
ai
pere
ncan
aan
jang
ka m
enen
gah
dan
jang
ka p
anja
ng d
enga
n ca
ra m
embu
at
sim
ulas
i dan
pla
fon
angg
aran
unt
uk p
embe
lanj
aan
mod
al d
an r
utin
unt
uk
mas
ing-
mas
ing
kom
pone
n in
frast
rukt
ur b
erda
sark
an p
roye
ksi p
enda
pata
n.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR.
Kura
ngny
a ke
tera
mpi
lan
dan
kem
ampu
an t
ekni
s pe
mer
inta
h da
erah
dal
am m
enja
lank
an p
eman
taua
n da
n ev
alua
si p
roye
k.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n pe
rlu l
ebih
dili
batk
an d
alam
pro
ses
reko
nstr
uksi
da
n m
engg
unak
an
kese
mpa
tan
ini
untu
k m
enin
gkat
kan
kete
ram
pila
n da
n ke
mam
puan
mel
alui
alih
pen
geta
huan
. Ber
nego
sias
i den
gan
BRR
dan
para
pel
aku
reko
nstr
uksi
lai
nnya
unt
uk m
enga
loka
sika
n se
bagi
an d
ana
reko
nstr
uksi
nya
untu
k pe
ngem
bang
an k
emam
puan
tekn
is, t
erut
ama
dala
m
hal p
eman
taua
n da
n ev
alua
si p
roye
k.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR,
dono
r/LS
M.
Alo
kasi
rend
ah u
ntuk
pen
gope
rasi
an d
an
pem
elih
araa
n ak
an m
empe
rbur
uk k
ondi
si
infra
stru
ktur
yan
g m
eman
g su
dah
buru
k.
Mem
perb
aiki
al
okas
i an
ggar
an
untu
k pe
mel
ihar
aan.
m
enet
apka
n ke
seim
bang
an y
ang
tepa
t an
tara
pen
gelu
aran
rut
in d
an p
emba
ngun
an,
sert
a an
tara
pen
gelu
aran
-pen
gelu
aran
yan
g te
rmas
uk p
enge
luar
an ru
tin.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n
Kem
amp
uan
pem
erin
tah
kab
upat
en/k
ota
Kem
ampu
an p
emer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
unt
uk
men
gelo
la s
umbe
r day
a pu
blik
mas
ih s
anga
t le
mah
. Kem
ampu
an s
anga
t dip
erlu
kan
men
ging
at
men
ingk
atny
a ar
us d
ana
dari
reko
nstr
uksi
.
Mem
perb
aiki
kem
ampu
an p
enge
lola
an k
euan
gan
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta. M
enja
lin k
erja
sam
a de
ngan
BRR
, don
or/L
SM u
ntuk
men
yele
ngga
raka
n pe
latih
an y
ang
dida
nai b
ersa
ma
dan
peng
emba
ngan
kem
ampu
an la
inny
a,
teru
tam
a ya
ng b
erka
itan
deng
an P
FM.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n, B
RR,
dono
r/LS
M.
Kem
ungk
inan
ada
nya
pem
ekar
an k
abup
aten
le
bih
lanj
ut m
enim
bulk
an te
kana
n pa
da a
ngga
ran
pem
erin
tah
kabu
pate
n.
Mem
perla
mba
t pem
bent
ukan
kab
upat
en/k
ecam
atan
bar
u da
n m
emas
tikan
ba
hwa
pers
iapa
n ya
ng m
emad
ai s
udah
dila
kuka
n da
n in
frast
rukt
ur fi
sik
sert
a su
mbe
r day
a m
anus
ia s
udah
ada
unt
uk m
enge
lola
pem
erin
taha
n ya
ng b
aru
sebe
lum
ijin
dibe
rikan
. Pem
bent
ukan
keca
mat
an b
aru
mem
erlu
kan
tam
baha
n bi
aya
apar
atur
yan
g m
ungk
in ti
dak
dapa
t sep
enuh
nya
dibe
nark
an.
Pem
erin
tah
kabu
pate
n.
71Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Lampiran B: Gambar dan Tabel
Tabel B.8.1 Kemajuan rekonstruksi pulau Nias
Sektor Kerusakan/Kebutuhan Kemajuan sampai Maret 2006 Kemajuan sampai Desember 2006
Perumahan • 13.500 unit perumahan • 1.448 rumah permanen• 5.440 rumah permanen
dibangun/ diperbaiki • 350 rumah non-permanen/
rumah transisi
Pendidikan • 755 dari 879 sekolah rusak/hancur
• 12 sekolah baru dibangun, 98 sedang dibangun
• 200 tenda sekolah
• 124 sekolah permanen dibangun/ diperbaiki
• 214 sekolah sementara
Kesehatan • 2 rumah sakit• 170 sarana kesehatan
memerlukan perbaikan
• Revitalisasi rumah sakit Gunung Sitoli
• 16,000 anak diimunisasi terhadap campak
• 1 rumah sakit dibangun kembali• 19 sarana kesehatan diperbaiki
Infrastruktur • 3 jembatan.• 800 km jalan kabupaten
rusak• 266 km jalan provinsi rusak• 12 pelabuhan/ dermaga
besar dan kecil hancur
• Memperbaiki 130 km jalan provinsi dan 126 km jalan kabupaten
• Penyiapan 12 pelabuhan
• 37 jembatan dibangun• 309 km jalan dibangun, 250 km
dalam perbaikan • 3 pelabuhan/ dermaga dan 2
bandara sedang dibangun
Sumber: BRR Aceh-Nias.
Gambar B.8.1 PAD per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2004
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000
Kota Medan
Kota Sibolga
Kota Tebing Tinggi
Kota Pematang Siantar
Kota Tanjung Balai
Kab. Toba Samosir
Kota Binjai
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Labuhan Batu
Kab. Tanah Karo
Kota Padang Sidempuan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Asahan
Kab. Deli Serdang
Kab. Mandailing Natal
Kab. Dairi
Kab. Langkat
Kab. Simalungun
Kab. Nias
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Nias Selatan
Rata-rata nasional
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu dan basis data Desentralisasi Bank Dunia. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000)
72 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Gambar B.8.2 Pendapatan bagi hasil pajak Nias dan Nias Selatan, 1997-2006
0
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006_rencana
Juta
rup
iah
Nias Nias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS-SK. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Gambar B.8.3 Bagi hasil pajak per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2005
0
50,000100,000150,000200,000250,000
300,000350,000400,000
Ka
b. P
ha
kp
ak
Ba
rat
Ko
ta S
ibo
lga
Ko
ta B
inja
i
Ka
b. H
um
ba
ng
Ha
sun
du
tan
Ko
ta T
eb
ing
Tin
gg
i
Ko
ta P
ad
an
g S
ide
mp
ua
n
Ko
ta M
ed
an
Ka
b. T
ob
a S
am
osi
r
Ka
b. L
an
gk
at
Ko
ta T
an
jun
g B
ala
i
Ko
ta P
em
ata
ng
Sia
nta
r
Ka
b. S
am
osi
r
Ka
b. L
ab
uh
an
Ba
tu
Ka
b. T
ap
an
uli
Uta
ra
Ka
b. T
ap
an
uli
Se
lata
n
Ka
b. T
ap
an
uli
Te
ng
ah
Ka
b. D
air
i
Ka
b. A
sah
an
Ka
b. M
an
da
ilin
g N
ata
l
Ka
b. S
ima
lun
gu
n
Ka
b. D
eli
Se
rda
ng
Ka
b. S
erd
an
g B
erd
ag
ai
Ka
b. T
an
ah
Ka
ro
Ka
b. N
ias
Se
lata
n
Ka
b. N
ias
Rata
-rat
a N
asio
nal
Rata
-rat
a Su
mat
era
Uta
ra
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu.
73Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Gambar B.8.4 Bagi hasil bukan pajak dan porsi total pendapatannya di Nias dan Nias Selatan22
Juta
Rp
Pors
i tot
al p
enda
pat
an (%
)
B agi hasil bukan pajak Porsi total pendapatan (%)
0
500
1000
1500
2000
1997 1998 1999 2001 2002 2003 2004 2005
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan basis data Desentralisasi Bank Dunia. Data ini dalam angka riil (harga konstan tahun 2000).
Gambar B.8.5 Penduduk, luas wilayah dan alokasi DAU per kabupaten di Sumatera Utara
-1000
1000
3000
5000
7000
9000
11000
13000
15000
17000
-500 0 500 1000 1500 2000 2500
Nias Selatan
Nias
Penduduk (000)
Luas
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Depkeu.
22 Angka agregat ini hanya untuk kabupaten Nias, karena kabupaten Nias Selatan tidak mencatatnya dalam anggarannya. Kegiatan kehutanan di kabupaten Nias Selatan yang dijalankan oleh PT Geruti dan PT Teluk Nauli telah dihentikan sejak tahun 2004. akibatnya, Nias Selatan tidak memperoleh pendapatan dari hak pengusahaan hutan atau pun dari royalti. Untuk pendapatan perikanan dan minyak dan gas bumi dari Suma-tera Utara, ada kemungkinan bahwa pendapatan ini dikuasai oleh kabupaten Nias.
74 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Gambar B.8.6 DAU dan bagi hasil per kapita (2005) dan tingkat kemiskinan (2004) per kabupaten di Sumatera Utara
Bagi hasil per kapita 2005
DA
U p
er k
apita
200
5 (R
p 0
00)
31.9
31.3 17.9
0
200
400
600
800
1,000
1,200
-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Nias
Nias Selatan
Simalungun
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari APBD, SIKD/Depkeu, BPS. Catatan: Besar bulatan mewakili jumlah penduduk miskin.
Gambar B. 8.7 DAU per kapita 2006 dan Indeks Pembangunan Manusia, 2005
HDI 2005
DA
U p
er k
apita
200
6
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
62 64 66 68 70 72 74 76 78
NiasNias Selatan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu dan laporan Indeks Pembangunan Manusia UNDP.
75Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Gambar B. 8.8 Alokasi DAK per kapita per kabupaten di Sumatera Utara, 2006
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Kota Medan
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Samosir
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Mandailing Natal
Kota Padang Sidempuan
Kota Pematang Siantar
Kab. Nias
Kab. Tanah Karo
Kota Binjai
Kab. Tapanuli Tengah
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kab. Tapanuli Utara
Sumatera Utara
Kab. Dairi
Kab. Nias Selatan
Kab. Toba Samosir
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Serdang Bedagai
Kab. Pakpak Barat
Rp '000
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu.
Gambar B.8.9 Belanja rutin per kapita dan porsi belanja rutin per kabupaten di Sumatera Utara, 2004
Kot
a P
adan
g Si
dem
puan
*
Kot
a Si
bolg
a
Kot
a Te
bing
Tin
ggi
Kab
. Pak
pak
Bha
rat
Kot
a B
inja
i
Kot
a P
emat
ang
Sian
tar*
Kab
. Tan
ah K
aro
Kab
. Dai
ri
Ka b
. Tap
anul
i Uta
ra
Kot
a Ta
njun
g B
alai
Kab
. Tob
a Sa
mos
ir
Rata
-rat
a p
rovi
nsi
Kab
. Hum
bang
Has
undu
tan
Rata
-rat
a na
sion
al (k
abup
aten
)
Kab
. Tap
anul
i Ten
gah
Kab
. Sim
alun
gun
Kab
. Tap
anu l
i Sel
atan
Kab
. Nia
s
Kot
a M
edan
Kab
. Lan
gkat
*
Kab
. Asa
han
Kab
. Lab
uhan
Bat
u
Kab
. Del
i Ser
dang
Kab
. Nia
s Se
lata
n
-100,000200,000300,000400,000500,000600,000700,000800,000
Rup
iah
% share
0102030405060708090100
% s
hare
of t
otal
exp
endi
ture
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu. Catatan: * Kabupaten Langkat menggunakan data tahun 2003.
76 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Gambar B.8.10 Pengeluaran pembangunan per kapita dan porsi pengeluaran pembangunan per kabupaten di Sumatera Utara, 2004
Rata
-rat
a na
sion
al (k
abup
aten
)0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
Rupi
ah
% shareKo
ta S
ibo
lga
Kab
. Pak
pak
Bh
arat
Kota
Tan
jun
g B
alai
Kota
Teb
ing
Tin
gg
i
Kab
. Tap
anu
li Te
ng
ah
Kab
. To
ba
Sam
osi
r
Pro
vin
cial
ave
rag
e
Kab
. Tap
anu
li U
tara
Kota
Pem
atan
g S
ian
tar*
Kab
. Dai
ri
Kota
Bin
jai
Kab
. Tan
ah K
aro
Kota
Pad
ang
Sid
emp
uan
*
Kab
. Lab
uh
an B
atu
Kab
. Hu
mb
ang
Kota
Med
an
Kab
. Lan
gka
t*
Kab
. Tap
anu
li Se
lata
n
Kab
. Nia
s
Kab
. Asa
han
Kab
. Sim
alu
ng
un
Kab
. Nia
s Se
lata
n
Kab
. Del
i Se r
dan
g
0
10
20
30
40
50
60
% s
har
e of
tota
l exp
end
itur
e
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data dari SIKD/Depkeu. Catatan: * Kabupaten Langkat menggunakan data tahun 2003.
Gambar B.8.11 Format anggaran pemerintah kabupaten: format anggaran lama vs baru
FORMAT LAMA FORMAT BARU
1. Pendapatan
• Pendapatan asli daerah• Dana perimbangan
• Pendapatan lain-lain
2. Pinjaman
3. Belanja3.1 Belanja pegawai dan personalia
• Administrasi umum• Operasi dan pemeliharaan• Modal
3.2 Belanja Publik• Administrasi umum• Operasi dan pemeliharaan• Modal
1. Pendapatan• Pendapatan yang bersifat carry
over dari tahun sebelumnya• Pendapatan asli daerah• Dana perimbangan• Pinjaman daerah• Pendapatan lain-lain
2. Belanja2.1 Belanja Rutin
2.2 Belanja Pembangunan
Sumber: Analisis Pengeluaran Publik Papua, Pemerintah Daerah Papua, dan Bank Dunia 2005.
77Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Tabel B. 8.2 Hasil survei PFM di Nias dan Nias Selatan
Bidang Strategis Nias Nias Selatan Rata-rata Pemerintah Daerah Aceh
1 Kerangka peraturan daerah 29 4 37
2 Perencanaan dan penyusunan anggaran 39 34 43
3 Pengelolaan kas 44 25 35
4 Pengadaan 54 15 60
5 Pembukuan dan pelaporan 29 12 38
6 Audit internal 48 28 52
7 Utang publik dan investasi 22 0 28
8 Pengelolaan aset 54 5 37
9 Audit luar dan pengawasan 21 0 37
Skor rata-rata 38 14 41
Sumber: Hasil Survei PFM 2006.
Tabel B.8. Petugas kesehatan di pulau Nias, 2000-2005
Petugas kesehatan2000 2001 2002 2003 2004 2005
Total Nias Nias Selatan
Dokter umum 30 15 15 36 38 47 40 7
Dokter gigi 6 2 2 6 7 3 1 2
Spesialis 3 1 1 2 2 n.a n.a n.a
Juru rawat 442 390 390 293 375 351 221 130
Bidan 171 321 321 102 329 120 70 50
Total 652 729 729 439 751 521 332 189
Sumber: BPS, (Nias dalam Angka, berbagai tahun).
78 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Tabel B.8.4 Distribusi petugas kesehatan di Nias dan Nias Selatan, 2005
Kabupaten/ kecamatan Penduduk Jumlah dokter Jumlah bidan Jumlah juru rawat Jumlah dokter gigi
Nias 441.832 40 70 221 1
Idanogawo 32.820 2 4 10 0
Bawolato 22.728 1 2 13 0
Gido 49.593 4 12 21 0
Lolofi tu Moi 32.516 2 1 8 0
Sirombu 16.620 2 3 10 0
Mandrehe 45.812 4 3 21 0
Hiliduho 28.901 5 4 20 0
Gunung Sitoli 76.017 5 28 37 0
Tuhemberua 41.290 2 6 22 0
Lotu 11.643 2 1 10 0
Alasa 30.576 4 2 16 0
Namohalu Esiwa 13.937 1 0 11 0
Lahewa 29.908 3 3 14 1
Afulu 9.471 3 1 8 0
Nias Selatan 288.233 7 50 130 2
Pulau-pulau batu 18.671 1 9 13 -
Hibala 8.771 - - 7 -
Teluk dalam 79.284 5 29 56 2
Amandraya 36.182 - 1 5 -
Lahusa 32.204 1 3 16 -
Gomo 52.686 - 2 14 -
Lolowau 33.736 - 6 9 -
Lolomatua 26.699 - - 10 -
Sumber: BPS dan Nias, 2006, BPS dan Nias Selatan, 2006.
Gambar B. 8.12 Alokasi dan pencairan sektoral BRR, 2005 dan 2006
Perumahan dan Prasarana
Kesehatan dan Pendidikan
Kelembagaan
Agama, Sosial & Budaya
Pembangunan Ekonomi
Sekretariat & Keuangan
Juta USD
Anggaran Pencairan
61%
68%
72%
46%
75%
56%
0 20 40 60 80 100 120
Sumber: perkiraan staf Bank Dunia/BRR.
79Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Tabel B.8.5 Perkiraan alokasi anggaran dan pencairan dana rekonstruksi di Aceh dan Nias, Desember 2006Dalam juta dolar AS
KabupatenGoI NGO Donors Total
Alokasi Dicairkan Alokasi Dicairkan Alokasi Dicairkan Alokasi Dicairkan
PROV. NAD 372.0 230.5 51.9 32.1 115.6 22.8 539.6 285.4
KAB. ACEH BARAT 66.9 45.1 175.2 137.1 224.6 93.1 466.7 275.3
KAB. ACEH BARAT DAYA 1.3 0.3 17.2 7.3 22.1 5.0 40.6 12.6
KAB. ACEH BESAR 14.0 10.9 415.1 257.8 531.9 175.1 961.0 443.8
KAB. ACEH JAYA 4.2 2.1 297.6 151.6 381.4 102.9 683.2 256.7
KAB. ACEH SELATAN 1.3 0.4 8.4 5.5 10.8 3.7 20.5 9.6
KAB. ACEH SINGKIL 2.8 1.6 10.8 9.2 13.9 6.3 27.5 17.1
KAB. ACEH TAMIANG 0.9 0.4 5.3 3.8 6.8 2.6 13.0 6.8
KAB. ACEH TENGAH 2.9 0.8 12.4 5.7 15.9 3.9 31.2 10.4
KAB. ACEH TENGGARA 0.9 0.8 5.3 3.6 6.8 2.5 13.0 6.9
KAB. ACEH TIMUR 4.0 2.2 10.2 5.7 13.1 3.9 27.3 11.9
KAB. ACEH UTARA 3.7 2.0 73.6 54.9 94.3 37.3 171.5 94.2
KAB. BENER MERIAH 0.9 0.2 10.3 5.2 13.1 3.5 24.3 8.9
KAB. BIREUN 5.0 4.2 68.6 55.1 87.9 37.4 161.5 96.7
KAB. GAYO LUES 0.9 0.6 5.3 3.6 6.8 2.4 13.1 6.6
KAB. NAGAN RAYA 2.6 1.2 44.3 30.0 56.8 20.4 103.7 51.5
KAB. PIDIE 7.5 3.8 102.2 85.9 130.9 58.3 240.5 148.0
KAB. SIMEULUE 8.0 5.6 89.3 74.0 114.4 50.3 211.7 129.9
KOTA BANDA ACEH 639.0 376.1 26.0 16.1 33.3 10.9 698.2 403.1
KOTA LANGSA 3.6 2.5 0.6 0.4 0.8 0.3 5.1 3.2
KOTA SABANG 1.4 0.3 13.0 8.0 16.6 5.5 31.1 13.8
KOTA LHOKSUMAWE 5.2 3.9 0.0 0.0 0.0 0.0 5.2 3.9
KOTA MEULABOH 38.3 1.5 0.0 0.0 38.3 1.5
TOTAL NAD 1,149.2 695.5 1,480.9 954.1 1,897.8 648.0 4,527.9 2,297.5
PROV. SUMATRA UTARA 32.6 19.2 0.0 0.0 0.0 0.0 32.6 19.2
KAB. NIAS 127.0 75.4 99.2 45.7 127.2 31.1 353.4 152.2
KAB. NIAS SELATAN 4.3 1.5 60.5 14.7 77.6 10.0 142.4 26.2
TOTAL SUMATERA UTARA 163.8 96.0 159.8 60.4 204.8 41.0 528.4 197.5
Total 1,313.1 791.5 1,640.7 1,014.5 2,102.6 689.0 5,056.3 2,495.0Sumber: BRR, Bank Dunia.
80 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Tab
el B
. 8.6
Kom
pos
isi p
end
apat
an p
emer
inta
h k
abup
aten
di N
ias
dan
Nia
s Se
lata
nD
alam
juta
rupi
ah19
9920
0020
0120
0220
0320
0420
05A
ng
gar
an 2
006
Nia
sN
ias
Sela
tan
Tota
lN
ias
Nia
s Se
lata
nTo
tal
Nia
sN
ias
Sela
tan
Tota
lN
ias
Nia
s Se
lata
nTo
tal
Nia
sN
ias
Sela
tan
Tota
lN
ias
Nia
s Se
lata
nTo
tal
Nia
sN
ias
Sela
tan
Tota
lPr
oyek
si
Pen
dap
atan
K
ab. N
ias
Nia
s Se
lata
nTo
tal
Pend
apat
an A
sli
Dae
rah
2,3
19
- 2
,319
1
,556
-
1,5
56
5,1
11
- 5
,111
5
,319
-
5,3
19
8,9
69
- 8
,969
5
,701
7
18
6,4
19
4,3
71
1,0
56
5,4
27
3,5
91
1,6
98
5,2
90
Bagi
Has
il Pa
jak
8,4
61
- 8
,461
5
,444
-
5,4
44
13,
472
- 1
3,47
2 1
5,95
0 -
15,
950
13,
733
- 1
3,73
3 9
,690
7
,438
1
7,12
7 1
0,37
3 7
,755
1
8,12
8 6
,064
4
,734
1
0,79
8
Bagi
Has
il bu
kan
Paja
k 6
69
- 6
69
147
-
147
7
58
- 7
58
1,1
27
- 1
,127
1
,650
-
1,6
50
917
-
917
2
68
- 2
68
582
-
582
SDO
40,
522
- 4
0,52
2 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
INPR
ES 5
8,98
6 -
58,
986
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
DAU
- -
- 4
5,42
1 -
45,
421
182
,584
-
182
,584
1
80,4
48
- 18
0,44
8 1
89,4
56
- 1
89,4
56
118
,296
5
2,50
0 1
70,7
96
122
,033
5
7,89
1 1
79,9
24
222
,780
1
36,9
44
359
,724
DA
K -
- -
33,
208
- 3
3,20
8 -
- -
616
-
616
1
,292
-
1,2
92
7,0
85
- 7
,085
1
0,51
5 9
,772
2
0,28
7 2
2,78
1 2
2,13
2 4
4,91
3
Lain
-lain
152
-
152
-
- -
4,6
71
- 4
,671
2
,473
-
2,4
73
1,0
01
- 1
,001
2
1,78
9 2
,708
2
4,49
7 1
4,50
8 6
,247
2
0,75
5 9
,648
4
,902
1
4,55
0
Tota
l 1
11,1
10
- 11
1,11
0 8
5,77
7 -
85,7
77
206,
597
- 2
06,5
97
205
,932
-
205,
932
216
,101
-
216,
101
163
,477
63
,364
2
26,8
41
162,
069
82,7
21
244
,790
2
65,4
46
170
,410
43
5,85
6
Sum
ber:
SIKD
/Dep
keu.
APB
D N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n.
81Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Tab
el B
. 8.7
Kom
pos
isi p
end
apat
an p
emer
inta
h k
abup
aten
di S
umat
era
Uta
ra, 2
004
Rp p
er k
apita
dan
per
esen
tase
por
si pe
ndap
atan
No.
K
abup
aten
PAD
Bag
i has
il p
ajak
Bag
i has
il b
ukan
paj
akD
AU
DA
KLa
in-l
ain
Tota
l
%%
%%
%%
1Ka
b. A
saha
n
22,
653
6.0
3
9,06
5 10
.3
1,
080
0.3
2
71,7
67
71.5
1
1,74
5 3.
1
33,
777
8.9
380
,086
2
Kab.
Dai
ri
17,
938
2.6
4
4,81
4 6.
5
8,
532
1.2
5
07,3
85
74.1
3
2,87
5 4.
8
72,
814
10.6
684
,359
3
Kab.
Del
i Ser
dang
2
1,91
3 7.
1
23,
817
7.8
1,09
6 0.
4
230
,388
75
.2 n
.a
n.a
29,
273
9.6
306
,487
4
Kab.
Lab
uhan
Bat
u
29,
448
7.1
5
1,10
2 12
.2
1,
346
0.3
2
87,1
14
68.8
9,64
8 2.
3
38,
715
9.3
417
,372
5
Kab.
Lan
gkat
*
17,
345
3.9
4
9,18
7 11
.1
15,
451
3.5
2
86,3
69
64.9
1
1,93
3 2.
7
60,
993
13.8
441
,278
6
Kab.
Man
daili
ng N
atal
*
19,
127
3.4
3
1,39
4 5.
6
5,
144
0.9
4
43,5
93
79.0
2
6,55
7 4.
7
35,
880
6.4
561
,695
7
Kab.
Nia
s
17,
326
3.5
2
9,44
6 5.
9
2,
786
0.6
3
59,4
92
72.4
2
1,53
0 4.
3
40,
671
8.2
496
,794
8
Kab.
Sim
alun
gun
1
7,34
4 3.
5
47,
825
9.5
1,47
2 0.
3
366
,273
73
.0
15,
764
3.1
5
3,31
0 10
.6
5
01,9
87
9Ka
b. T
anah
Kar
o
29,
305
3.9
6
9,52
4 9.
3
3,
630
0.5
6
15,9
98
82.6
2
7,47
4 3.
7 n
.a
n.a
745
,931
10
Kab.
Tap
anul
i Sel
atan
1
1,29
1 2.
1
49,
449
9.3
2,82
4 0.
5
401
,303
75
.1
17,
501
3.3
5
2,12
8 9.
8
5
34,4
96
11Ka
b. T
apan
uli T
enga
h
24,
483
3.6
6
1,17
6 8.
9
3,
058
0.4
4
84,1
35
70.4
4
3,84
7 6.
4
71,
429
10.4
688
,128
12
Kab.
Tap
anul
i Uta
ra
32,
818
4.3
8
4,39
4 11
.1
6,
365
0.8
5
45,3
25
71.6
3
7,82
3 5.
0
54,
574
7.2
761
,298
13
Kab.
Tob
a Sa
mos
ir
41,
767
5.6
4
2,80
9 5.
7
4,
895
0.7
5
56,0
70
74.2
3
1,30
9 4.
2
72,
286
9.6
749
,135
14
Kota
Bin
jai
3
8,60
4 4.
8
75,
167
9.4
5,32
6 0.
7
568
,593
71
.2
40,
906
5.1
6
9,49
2 8.
7
7
98,0
88
15Ko
ta M
edan
128
,310
24
.0
94,
321
17.6
54
2 0.
1
201
,419
37
.7
3,
233
0.6
106
,916
20
.0
5
34,7
42
16Ko
ta P
emat
ang
Sian
tar*
5
9,78
3 7.
0
56,
624
6.6
2,45
3 0.
3
616
,256
71
.8
39,
214
4.6
8
3,89
1 9.
8
8
58,2
20
17Ko
ta S
ibol
ga
91,
368
6.3
149
,822
10
.3
12,
493
0.9
1,0
67,1
67
73.6
7
3,57
3 5.
1
55,
109
3.8
1
,449
,533
18
Kota
Tan
jung
Bal
ai
59,
235
6.2
7
3,82
1 7.
8
6,
590
0.7
6
95,9
26
73.2
3
6,98
7 3.
9
78,
145
8.2
950
,704
19
Kota
Teb
ing
Ting
gi
72,
197
6.3
100
,422
8.
7
8,
113
0.7
8
59,1
54
74.6
4
7,99
8 4.
2
63,
854
5.5
1
,151
,738
20
Kota
Pad
ang
Side
mpu
an*
2
5,74
9 2.
7
47,
615
4.9
6,30
5 0.
7
723
,584
75
.2
86,
477
9.0
7
2,27
4 7.
5
9
62,0
03
21Ka
b. P
akpa
k Bh
arat
8,27
1 0.
7 3
09,6
99
24.5
n.a
n
.a
7
57,2
10
60.0
116
,754
9.
2
70,
647
5.6
1
,262
,581
22
Kab.
Nia
s Se
lata
n
3,
343
1.1
3
4,64
5 11
.7 n
.a
n.a
244
,546
82
.9 n
.a
n.a
11,
113
3.8
295
,150
23
Kab.
Hum
bang
Has
undu
tan
1
1,59
3 1.
8
79,
513
12.6
1,18
3 0.
2
467
,926
74
.4
26,
226
4.2
4
2,89
7 6.
8
6
29,3
36
Ra
ta-r
ata
(kab
upat
en)
3
4,83
5 5.
1
71,
550
9.9
4,79
4 0.
6
502
,478
71
.6
36,
161
4.4
5
7,73
6
8.
8
7
01,5
48
Min
imum
(kab
upat
en)
3,34
3 0.
7
23,
817
4.9
54
2 0.
1
201
,419
37
.7
3,
233
0.6
11,
113
3.8
295
,150
Mak
sim
um (k
abup
aten
) 1
28,3
10
24.0
309
,699
24
.5
15,
451
3.5
1,0
67,1
67
82.9
116
,754
9
.2
106
,916
20.
0
1,4
49,5
33
Sum
ber:
SIKD
/Dep
keu.
APB
D N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n.
Cata
tan:
* Ka
bupa
ten/
Kota
ini m
engg
unak
an d
ata
tahu
n 20
03.
82 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Tabel B.8.8 Belanja rutin dan pembangunan per kabupaten di Sumatera Utara, 2004 Dalam rupiah per kapita dan persentase porsi total pengeluaran
No Kabupaten/Kota Rutin Pembangunan Total
% %
1 Kab. Asahan 285,875 72.6 108,105 27.4 393,980
2 Kab. Dairi 551,366 73.2 202,202 26.8 753,568
3 Kab. Deli Serdang 246,109 89.0 30,315 11.0 276,424
4 Kab. Labuhan Batu 264,011 60.8 169,968 39.2 433,979
5 Kab. Langkat* 289,105 66.8 143,592 33.2 432,697
6 Kab. Mandailing Natal n.a n.a n.a n.a n.a
7 Kab. Nias 357,512 75.0 119,366 25.0 476,878
8 Kab. Simalungun 392,288 81.8 87,475 18.2 479,763
9 Kab. Tanah Karo 569,225 75.0 189,672 25.0 758,896
10 Kab. Tapanuli Selatan 385,733 73.7 137,665 26.3 523,398
11 Kab. Tapanuli Tengah 422,000 57.5 311,568 42.5 733,568
12 Kab. Tapanuli Utara 528,145 70.2 223,836 29.8 751,981
13 Kab. Toba Samosir 487,470 67.7 232,406 32.3 719,876
14 Kota Binjai 586,665 74.5 200,575 25.5 787,240
15 Kota Medan 346,602 69.4 153,107 30.6 499,709
16 Kota Pematang Siantar* 584,286 73.8 207,829 26.2 792,115
17 Kota Sibolga 658,387 47.3 733,753 52.7 1,392,140
18 Kota Tanjung Balai 488,186 52.1 448,388 47.9 936,574
19 Kota Tebing Tinggi 642,218 62.1 392,573 37.9 1,034,791
20 Kota Padang Sidempuan* 676,251 78.9 181,259 21.1 857,510
21 Kab. Pakpak Bharat 624,576 58.1 450,745 41.9 1,075,320
22 Kab. Nias Selatan 177,080 70.0 75,958 30.0 253,037
23 Kab. Humbang Hasundutan 450,972 74.2 156,541 25.8 607,513
Rata-rata (Kab/Kota) 455,185 69.3 225,314 30.7 680,498
Minimum (Kab/Kota) 177,080 47.3 30,315 11.0 253,037
Maksimum (Kab/Kota) 676,251 89.0 733,753 52.7 1,392,140
Sumber: SIKD/Depkeu. APBD Nias dan Nias Selatan. Catatan:* Kabupaten/Kota ini menggunakan data tahun 2003.
83Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Tab
el B
.8.9
Bel
anja
ruti
n m
enur
ut k
lasi
fi kas
i eko
nom
i dan
kab
upat
en d
i Sum
ater
a U
tara
, 200
4 D
alam
rupi
ah p
er k
apita
dan
per
sent
ase
pors
i tot
al p
enge
luar
an ru
tin
No
Kab
upat
en/K
ota
Peg
awai
&
Pers
onal
iaB
aran
g &
Jas
aO
per
asi &
Pe
mel
ihar
aan
Perj
alan
an D
inas
Lain
-lai
nSu
bsi
di &
K
euan
gan
Bel
anja
Tak
Te
rdug
aTo
tal
%
%
%
%
%
%
%
1Ka
b. A
saha
n 2
35,5
51
8
2.4
23,
673
8.3
1
,552
0.
5
2,2
44
0.8
-
- 2
2,65
4 7.
9
202
0.1
285
,875
2Ka
b. D
airi*
374
,346
67.
9 4
4,65
4 8.
1
14,6
32
2.7
12,
494
2.3
75,5
47
13
.7
-
0.0
2
9,69
2 5.
4 5
51,3
66
3Ka
b. D
eli S
erda
ng 2
07,2
25
8
4.2
21,
762
8.8
2
,582
1.
0
1,6
76
0.7
-
- 1
1,44
5 4.
7
1,
420
0.6
246
,109
4Ka
b. L
abuh
an B
atu
221
,432
83.
9
9,6
02
3.6
3
,905
1.
5
2,3
27
0.9
-
- 2
4,11
9 9.
1
2,
625
1.0
264
,011
5Ka
b. L
angk
at*
211
,060
73.
0 4
1,18
0 14
.2
6,4
54
2.2
2
,284
0.
8 9
,233
3.2
4,03
3 1.
4
14,
861
5.1
289
,105
6Ka
b. M
anda
iling
Nat
al n
.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
7Ka
b. N
ias
292
,307
81.
8 2
0,81
9 5.
8
3,9
42
1.1
10,
720
3.0
-
- 2
6,47
7 7.
4
3,
246
0.9
357
,512
8Ka
b. S
imal
ungu
n 3
54,2
04
9
0.3
16,
716
4.3
1
,411
0.
4
5,2
07
1.3
-
- 1
4,29
6 3.
6
454
0.1
392
,288
9Ka
b. T
anah
Kar
o 4
58,1
71
8
0.5
75,
987
13.3
19
,788
3.
5 1
5,15
1 2.
7
-
-
-
0.0
12
8 0.
0 5
69,2
25
10Ka
b. T
apan
uli S
elat
an 3
00,4
72
7
7.9
32,
904
8.5
7
,692
2.
0 1
3,91
7 3.
6
-
-
22,
579
5.9
8,16
9 2.
1 3
85,7
33
11Ka
b. T
apan
uli T
enga
h 2
98,8
65
7
0.8
57,
342
13.6
10
,059
2.
4
8,1
74
1.9
-
- 4
6,86
7 11
.1
693
0.2
422
,000
12Ka
b. T
apan
uli U
tara
456
,612
86.
5 3
1,09
2 5.
9
6,4
76
1.2
11,
111
2.1
-
- 2
1,85
1 4.
1
1,
003
0.2
528
,145
13Ka
b. T
oba
Sam
osir
393
,614
80.
7 3
4,34
8 7.
0
4,0
86
0.8
13,
801
2.8
-
-
38,
141
7.8
3,48
0 0.
7 4
87,4
70
14Ko
ta B
inja
i 4
41,4
51
7
5.2
80,
590
13.7
31
,162
5.
3 1
4,91
1 2.
5
-
-
1
8,33
6 3.
1
215
0.0
586
,665
15Ko
ta M
edan
223
,244
64.
4 5
3,40
4 15
.4
1,0
89
0.3
4
,926
1.
4
-
-
6
1,33
9 17
.7
2,
601
0.8
346
,602
16Ko
ta P
emat
ang
Sian
tar*
439
,601
75.
2 6
1,20
9 10
.5
12,8
22
2.2
4
,357
0.
727
,309
4.7
31
6 0.
1
38,
672
6.6
584
,286
17Ko
ta S
ibol
ga 5
18,9
96
7
8.8
59,
183
9.0
-
0.
0 1
2,11
4 1.
8
-
-
6
3,31
0 9.
6
4,
784
0.7
658
,387
18Ko
ta T
anju
ng B
alai
353
,191
72.3
5
4,00
1 11
.1
14,2
89
2.9
17,
713
3.6
-
-
44,
558
9.1
4,43
4 0.
9 4
88,1
86
19Ko
ta T
ebin
g Ti
nggi
465
,740
72.
5 9
0,04
1 14
.0
18,1
23
2.8
9
,712
1.
5
-
-
58,
439
9.1
16
2 0.
0 6
42,2
18
20Ko
ta P
adan
g Si
dem
puan
* 4
41,4
11
6
5.3
95,
301
14.1
15
,964
2.
4 1
0,68
2 1.
656
,556
8.4
-
0.0
5
6,33
6 8.
3 6
76,2
51
21Ka
b. P
akpa
k Bh
arat
419
,120
67.
1 8
5,08
4 13
.6
12,5
32
2.0
37,
492
6.0
-
- 6
7,42
8 10
.8
2,
919
0.5
624
,576
22Ka
b. N
ias
Sela
tan
103
,869
58.
7 4
5,90
6 25
.9
1,4
01
0.8
7
,022
4.
011
,050
6.2
-
0.0
7,83
1 4.
4 1
77,0
80
23Ka
b. H
umba
ng H
asun
duta
n 3
58,6
87
7
9.5
25,
536
5.7
5
,429
1.
2
9,7
19
2.2
-
-
49,
379
10.9
2,22
3 0.
5 4
50,9
72
Ra
ta-r
ata
(Kab
/Kot
a)34
4,05
375
.948
,197
10.7
8,88
11.
810
,353
2.2
8,16
81.
627
,071
6.1
8,46
11.
845
5,18
5
Min
imum
(Kab
/Kot
a)10
3,86
958
.79,
602
3.6
00.
01,
676
0.7
00.
00
0.0
128
0.0
177,
080
M
aksi
mum
(Kab
/Kot
a)51
8,99
690
.395
,301
25.9
31,1
625.
337
,492
6.0
75,5
4713
.767
,428
17.7
56,3
368.
367
6,25
1
Sum
ber:
SIKD
/Dep
keu.
APB
D N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n.
Cata
tan:
* Ka
bupa
ten/
Kota
ini m
engg
unak
an d
ata
tahu
n 20
03.
84 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Tab
el B
. 8.1
0 B
elan
ja p
emb
ang
unan
men
urut
sek
tor d
an k
abup
aten
di S
umat
era
Uta
ra, 2
004
Dal
am ru
piah
per
kap
ita d
an p
erse
ntas
e po
rsi t
otal
bel
anja
pem
bang
unan
Kab
upat
en/K
ota
Ap
arat
ur
Pem
erin
tah
Pert
ania
n &
Keh
utan
an
Pert
amb
ang
an
& E
ner
gi
Perd
agan
gan
&
Usa
ha
Ten
aga
Ker
ja
Kes
ehat
an &
Kes
ejah
tera
an
Sosi
al
Pen
did
ikan
&
Keb
uday
aan
Lin
gku
ng
an &
Ruan
g
Pem
ban
gun
an
Dae
rah
Tran
spor
tasi
,
Air
& Ir
igas
i
Kep
end
uduk
an
& k
elua
rga
Tele
kom
unik
asi &
Pari
wis
ata
%%
%%
%%
%%
%%
%%
1Ka
b. A
saha
n 3
7,20
5 3
4.4
3,0
29
2.8
293
0
.3
1,2
63
1.2
3
52
0.3
3
,553
3
.3
12,
328
11.4
295
0
.3
- -
49,
128
45.
4 6
59
0.6
-
-
2Ka
b. D
airi*
28,
162
11.
7 1
1,00
4 4.
61,
351
0.6
7
,885
3
.3
678
0
.3
19,
280
8.0
3
2,84
7 13
.7 1
,443
0
.6
33,
054
13.
8 9
9,55
3 4
1.5
- -
4,8
95
2.0
3Ka
b. D
eli S
erda
ng 1
0,07
7 3
3.2
1,1
60
3.8
- -
291
1
.0
- -
1,6
60
5.5
6
04
2.0
627
2
.1
2,5
82
8.5
1
2,81
7 4
2.3
408
1
.3
90
0.3
4Ka
b. L
abuh
an B
atu
36,
732
21.
6 5
,827
3.
4 -
- 5
01
0.3
3
61
0.2
1
7,03
6 1
0.0
22,
149
13.0
13,
791
8.1
-
- 7
3,27
9 4
3.1
291
0
.2
- -
5Ka
b. L
angk
at*
24,
733
17.
2 5
,720
4.
01,
337
0.9
4
,372
3
.0
666
0
.5
5,6
72
4.0
1
6,82
6 11
.7 1
,584
1
.1
18,
165
12.
7 6
2,40
3 4
3.5
1,2
50
0.9
8
64
0.6
6Ka
b. M
anda
iling
Nat
al n
.a
n.a
n.
an.
a n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
n
.a
n.a
7Ka
b. N
ias
27,
140
22.7
8,7
69
7.3
- -
1,0
22
0.9
-
- 9
,141
7
.7
14,
171
11.9
- -
- -
56,
621
47.
4 1
,994
1
.7
509
0
.4
8Ka
b. S
imal
ungu
n 2
9,87
3 34
.2 7
,870
9.
0 3
35
0.4
4
92
0.6
-
- 6
,461
7
.4
6,7
73
7.7
111
0
.1
8,6
18
9.9
2
6,24
4 3
0.0
339
0
.4
359
0
.4
9Ka
b. T
anah
Kar
o 4
6,21
4 24
.4 1
9,14
8 10
.1 -
- 7
91
0.4
-
- 8
,796
4
.6
8,9
56
4.7
2,3
53
1.2
-
- 1
01,4
21
53.
5 3
28
0.2
1
,664
0
.9
10Ka
b. T
apan
uli S
elat
an 5
1,47
6 37
.4 1
5,34
7 11
.1 -
- 1
,569
1
.1
708
0
.5
9,3
28
6.8
1
1,36
2 8.
3 3
,386
2
.5
41,
311
30.
0 2
,687
2
.0
490
0
.4
- -
11Ka
b. T
apan
uli T
enga
h 6
8,49
0 22
.0 2
2,73
7 7.
3 8
83
0.3
1
,841
0
.6
521
0
.2
11,
152
3.6
1
9,12
5 6.
1 6
,234
2
.0
- -
180
,175
5
7.8
411
0
.1
- -
12Ka
b. T
apan
uli U
tara
73,
067
32.6
14,
668
6.6
- -
1,2
47
0.6
-
- 2
0,74
0 9
.3
36,
129
16.1
4,8
70
2.2
1
3,35
2 6
.0
58,
277
26.
0 1
,486
0
.7
- -
13Ka
b. T
oba
Sam
osir
75,
871
32.6
12,
786
5.5
- -
4,1
43
1.8
5
,052
2
.2
14,
767
6.4
3
2,22
3 13
.9 4
,847
2
.1
- -
74,
470
32.
0 2
,504
1
.1
5,7
44
2.5
14Ko
ta B
inja
i 6
1,02
4 30
.4 1
,880
0.
9 -
- 2
,567
1
.3
357
0
.2
17,
276
8.6
2
3,07
0 11
.5 3
,713
1
.9
7,1
67
3.6
8
1,95
3 4
0.9
1,3
83
0.7
1
85
0.1
15Ko
ta M
edan
25,
826
16.9
1,1
24
0.7
- -
885
0
.6
63
0.0
9
,741
6
.4
1,5
29
1.0
19,
451
12.
7 6
,092
4
.0
88,
352
57.
7 4
4 0
.0
- -
16Ko
ta P
emat
ang
Sian
tar*
47,
601
22.9
3,1
03
1.5
4,67
3 2
.2
10,
893
5.2
2
00
0.1
1
2,96
0 6
.2
29,
506
14.2
7,4
64
3.6
5
0,76
2 2
4.4
38,
706
18.
6 1
11
0.1
1
,849
0
.9
17Ko
ta S
ibol
ga 1
90,5
77
26.0
3,4
58
0.5
- -
5,5
30
0.8
2
97
0.0
1
06,7
50
14.
5 5
8,92
5 8.
0 4
8,64
8 6
.6
301
,988
4
1.2
10,
995
1.5
2
,916
0
.4
3,6
67
0.5
18Ko
ta T
anju
ng B
alai
85,
139
19.0
11,
968
2.7
- -
2,4
70
0.6
9
39
0.2
6
,303
1
.4
43,
500
9.7
9,8
29
2.2
-
- 2
85,7
25
63.
7 2
,515
0
.6
- -
19Ko
ta T
ebin
g Ti
nggi
59,
611
15.2
8,8
03
2.2
- -
861
0
.2
- -
27,
636
7.0
4
0,48
6 10
.3 -
- 2
53,7
60
64.
6 1
,415
0
.4
- -
- -
20Ko
ta P
adan
g Si
dem
puan
* 4
6,29
4 25
.5 5
,343
2.
9 -
- 2
,728
1
.5
529
0
.3
16,
831
9.3
2
7,00
0 14
.9 9
,481
5
.2
6,9
11
3.8
6
3,43
0 3
5.0
709
0
.4
2,0
01
1.1
21Ka
b. P
akpa
k Bh
arat
450
,745
10
0.0
- 0.
0 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
22Ka
b. N
ias
Sela
tan
16,
940
22.3
2,7
17
3.6
- -
3,8
48
5.1
-
- 4
,290
5
.6
10,
643
14.0
1,5
78
2.1
1
,600
2
.1
21,
990
29.
0 9
,720
1
2.8
2,6
32
3.5
23Ka
b. H
umba
ng H
asun
duta
n 5
6,04
2 35
.8 1
0,04
2 6.
4 -
- 1
,256
0
.8
- -
10,
959
7.0
3
,396
2.
2 1
,073
0
.7
- -
73,
300
46.
8 4
73
0.3
-
-
Rat
a-ra
ta (K
ab/K
ota)
70,4
0229
.08,
023
4.4
403
0.2
2,56
61.
448
70.
215
,470
6.5
20,5
259.
46,
399
2.6
33,8
8010
.266
,497
34.5
1,27
41.
01,
112
0.6
Min
imum
(Kab
/Kot
a)10
,077
11.7
00.
00
0.0
00.
00
0.0
00.
00
0.0
00.
00
0.0
00.
00
0.0
00.
0
Mak
sim
um (K
ab/K
ota)
450,
745
100.
022
,737
11.1
4,67
32.
210
,893
5.2
5,05
22.
210
6,75
014
.558
,925
16.1
48,6
4812
.730
1,98
864
.628
5,72
563
.79,
720
12.8
5,74
43.
5
Sum
ber:
SIKD
/Dep
keu.
APB
D N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n.
Cata
tan:
* Ka
bupa
ten/
Kota
ini m
engg
unak
an d
ata
tahu
n 20
03.
85Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Tab
el B
. 8.1
1 B
elan
ja p
end
idik
an, k
eseh
atan
dan
infr
astr
uktu
r men
urut
bel
anja
ruti
n d
an p
emb
ang
unan
dan
per
kab
upat
en d
i Sum
ater
a U
tara
, 200
4 D
alam
rupi
ah p
er k
apita
, per
sent
ase
pors
i tot
al se
ktor
, dan
% p
orsi
sekt
or to
tal b
elan
ja
Kab
upat
en/K
ota
Pen
did
ikan
Kes
ehat
anIn
fras
truk
tur
Tota
l B
elan
jaRu
tin
Pem
ban
gun
anTo
tal
%
Pen
did
ikan
d
ari T
otal
B
elan
ja
Ruti
nPe
mb
ang
unan
Tota
l
%
Kes
ehat
an
dar
i Tot
al
Bel
anja
Ruti
nPe
mb
ang
unan
Tota
l
%
Infr
astr
uktu
r d
ari T
otal
B
elan
ja
%%
%%
%%
%%
%
Kab.
Asa
han
166,
940
93.1
12,3
286.
917
9,26
845
.519
,750
84.8
3,55
315
.223
,303
5.9
6,1
83
11.1
49,
421
88.9
55,6
0414
.1 3
93,9
80
Kab.
Dai
ri*28
2,18
790
.629
,237
9.4
311,
423
41.3
51,4
6173
.818
,308
26.2
69,7
699.
3 1
2,96
4 8.
5 1
38,8
53
91.5
151,
817
20.1
753
,568
Kab.
Del
i Ser
dang
158,
577
99.6
604
0.4
159,
182
57.6
21,6
0492
.91,
660
7.1
23,2
648.
4 5
,290
25
.5 1
5,48
9 74
.520
,779
7.5
276
,424
Kab.
Lab
uhan
Bat
u15
5,65
387
.522
,149
12.5
177,
803
41.0
20,4
3954
.517
,036
45.5
37,4
758.
6 3
,624
4.
7 7
3,27
9 95
.376
,904
17.7
433
,979
Kab.
Lan
gkat
*12
5,52
491
.611
,524
8.4
137,
047
31.7
25,8
3583
.35,
184
16.7
31,0
197.
2 7
,915
8.
7 8
2,77
0 91
.390
,685
21.0
432
,697
Kab.
Man
daili
ng N
atal
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
Kab.
Nia
s18
3,22
792
.814
,171
7.2
197,
397
41.4
28,1
6875
.59,
141
24.5
37,3
097.
8 6
,966
10
.9 5
7,13
0 89
.164
,096
13.4
476
,878
Kab.
Sim
alun
gun
262,
783
97.5
6,77
32.
526
9,55
656
.224
,647
79.2
6,46
120
.831
,107
6.5
11,
890
25.1
35,
556
74.9
47,4
469.
9 4
79,7
63
Kab.
Tan
ah K
aro
311,
643
97.2
8,95
62.
832
0,59
942
.272
,169
89.5
8,46
010
.580
,629
10.6
11,
306
9.9
103
,085
90
.111
4,39
115
.1 7
58,8
96
Kab.
Tap
anul
i Sel
atan
208,
838
94.8
11,3
625.
222
0,20
042
.124
,265
72.2
9,32
827
.833
,594
6.4
10,
089
18.7
43,
998
81.3
54,0
8710
.3 5
23,3
98
Kab.
Tap
anul
i Ten
gah
213,
188
91.8
19,1
258.
223
2,31
331
.723
,166
67.5
11,1
5232
.534
,318
4.7
9,4
83
5.0
181
,058
95
.019
0,54
126
.0 7
33,5
68
Kab.
Tap
anul
i Uta
ra31
6,45
489
.836
,129
10.2
352,
583
46.9
42,0
4467
.020
,740
33.0
62,7
848.
3 1
1,81
8 14
.2 7
1,62
9 85
.883
,446
11.1
751
,981
Kab.
Tob
a Sa
mos
ir30
2,23
790
.432
,223
9.6
334,
460
46.5
35,7
1770
.714
,767
29.3
50,4
837.
0 8
,744
9.
8 8
0,21
4 90
.288
,958
12.4
719
,876
Kota
Bin
jai
235,
493
91.1
23,0
708.
925
8,56
332
.872
,202
83.0
14,7
5717
.086
,958
11.0
27,
621
23.6
89,
306
76.4
116,
926
14.9
787
,240
Kota
Med
an13
6,19
398
.91,
492
1.1
137,
685
27.6
38,9
9580
.09,
725
20.0
48,7
209.
7 1
4,66
3 13
.4 9
4,44
4 86
.610
9,10
721
.8 4
99,7
09
Kota
Pem
atan
g Si
anta
r*26
7,03
895
.014
,199
5.0
281,
237
35.5
65,4
5187
.19,
663
12.9
75,1
149.
5 3
9,38
6 29
.1 9
5,99
0 70
.913
5,37
617
.1 7
92,1
15
Kota
Sib
olga
283,
065
82.8
58,9
2517
.234
1,99
124
.665
,098
37.9
106,
750
62.1
171,
848
12.3
19,
595
5.8
316
,650
94
.233
6,24
524
.2 1
,392
,140
Kota
Tan
jung
Bal
ai17
0,01
779
.643
,500
20.4
213,
517
22.8
48,3
0188
.56,
303
11.5
54,6
055.
8 1
8,49
9 6.
1 2
85,7
25
93.9
304,
224
32.5
936
,574
Kota
Teb
ing
Ting
gi25
8,99
086
.540
,486
13.5
299,
476
28.9
62,8
8869
.527
,636
30.5
90,5
248.
7 2
4,51
7 8.
8 2
55,1
76
91.2
279,
693
27.0
1,0
34,7
91
Kota
Pad
ang
Side
mpu
an*
326,
971
93.3
23,4
656.
735
0,43
640
.955
,773
80.1
13,8
3319
.969
,606
8.1
34,
430
32.2
72,
342
67.8
106,
773
12.5
857
,510
Kab.
Pak
pak
Bhar
atn.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
a1,
075,
320
Kab.
Nia
s Se
lata
n83
,245
88.7
10,6
4311
.393
,888
37.1
18,2
6684
.33,
399
15.7
21,6
658.
6 2
,454
8.
6 2
6,22
3 91
.428
,676
11.3
253
,037
Kab.
Hum
bang
Has
undu
tan
180,
521
98.2
3,39
61.
818
3,91
730
.323
,012
67.7
10,9
5932
.333
,971
5.6
4,2
03
5.4
73,
300
94.6
77,5
0312
.8 6
07,5
13
Rat
a-ra
ta (K
ab/K
ota)
220,
418
9220
,179
824
0,59
738
.339
,964
7615
,658
2455
,622
813
,888
1410
6,74
586
120,
632
16.8
680,
498
Min
imum
(Kab
/Kot
a)83
,245
8060
40
93,8
8822
.818
,266
381,
660
721
,665
52,
454
515
,489
6820
,779
7.5
253,
037
Mak
sim
um (K
ab/K
ota)
326,
971
100
58,9
2520
352,
583
57.6
72,2
0293
6217
1,84
812
39,3
8632
316,
650
9533
6,24
532
.51,
392,
140
Sum
ber:
SIKD
/Dep
keu.
APB
D N
ias
dan
Nia
s Se
lata
n.
Cata
tan:
* Ka
bupa
ten/
Kota
ini m
engg
unak
an d
ata
tahu
n 20
03.
86 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Lampiran C: Catatan Metodologi
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan kabupaten adalah anggaran tahunan yang dialokasikan dan/atau dihabiskan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Anggaran ini terdiri atas dua kategori, yaitu rencana (usulan untuk persetujuan DPRD) dan realisasi (pembelanjaan yang sebenarnya atau laporan pertanggungjawaban dari kepala daerah). Data berasal dari tahun 1994-2006 dari beberapa sumber. Untuk tahun 1994-1999, data disediakan oleh BPS. Untuk tahun 2000-2003, data diturunkan dari Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Data untuk tahun 2004 dan 2006 diperoleh dari pemerintah kabupaten di Nias dan Nias Selatan. Sebuah proyeksi dibuat untuk beberapa komponen jumlah anggaran Nias tahun 2006.
B. Perkiraan Keuangan Rekonstruksi
Kebutuhan
Perkiraan kebutuhan rekonstruksi dihitung berdasarkan data dari Post Disaster Damage Assessment on Nias and Simeulu Island, yang dilaksanakan oleh IOM, 2005. Penilaian ini umumnya mencakup kerusakan infrastruktur dan bangunan, dan tidak memperhitungkan kerugian potensial di sektor ekonomi dan sosial. Dengan dibantu data kerusakan IOM, sektor agregat dan dampak keuangan telah dihitung dalam menerapkan metodologi ECLAC standar internasional data yang juga telah digunakan untuk memperkirakan kerusakan dan kerugian akibat tsunami.
Pembiayaan rekonstruksi
Sumber pembiayaan telah dikategorikan menjadi 3 sumber utama: Pemerintah RI, LSM dan donor. Data telah dihimpun dari mekanisme persetujuan nota konsep BRR untuk masing-masing LSM atau proyek donor, serta konfi rmasi langsung dari donor, NGO dan BRR untuk alokasi anggaran dan pencairan. Alokasi dana mengacu kepada dana yang telah dicadangkan untuk suatu proyek tertentu, sedangkan pencairan adalah dana yang sudah ditransfer dari sumber dana ke pelaksana (mis. dari donor ke LSM).
Alokasi Geografi
Perkiraan data alokasi proyek per kabupaten berasal dari mekanisme Persetujuan Nota Konsep BRR, yang juga menyediakan infomasi tentang sektor dan distrik sasaran untuk proyek-proyek tersebut. Meskipun demikian, adakalanya informasi mendetil tentang defi nisi sektor dan cakupan wilayah proyek terbatas atau diserahkan ke beberapa sektor dan mencakup lebih dari satu kabupaten (kecuali BRR), sehingga diterapkan perkiraan untuk pembagian geografi s yang menggunakan bobot kerusakan dan penilaian kerugian.
Penghitungan dua kali
Angka-angka pembiayaan untuk rekonstruksi rawan penghitungan dua kali, di mana dana dapat disalurkan dari lebih dari satu organisasi ke beberapa pelaksana sekaligus (mis. satu donor ke donor dan LSM lain, atau satu LSM ke LSM lain). Telah ditempuh upaya untuk menghindari terjadinya penghitungan dua kali seperti ini. Karena angka-angka diperoleh berdasarkan pelaksana proyek di lapangan (kebanyakan LSM), donor (kebanyakan bilateral) angka-angka yang disajikan mungkin terlalu rendah sekaligus menghitung terlalu tinggi untuk LSM.
C. Kerangka PFM: Bidang Strategis, Hasil dan Indikator
Kerangka PFM disusun oleh Bank Dunia dan Departemen Dalam Negeri Pemerintah RI untuk menilai kemampuan pengelolana keuangan pemerintah kabupaten. Kerangka ini dibagi menjadi 9 bidang strategis yang menjadi kunci dalam pengelolaan keuangan publik secara efektif oleh pemerintah kabupaten, yaitu: (1) Kerangka Peraturan, (2) Perencanaan dan Penyusunan Anggaran, (3) Pengelolaan Kas, (4) Pengadaan, (5) Pembukuan dan Pelaporan, (6) Audit Internal, (7) Utang Publik dan Investasi, (8) Pengelolaan Aset, dan (9) Audit Eksternal dan Pengawasan.
87Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Masing-masing bidang strategis dibagi menjadi 1-5 hasil, dan untuk setiap hasil disediakan daftar indikator. Hasil tersebut menyatakan prestasi yang ingin dicapai dalam setiap bidang strategis, dan indikator digunakan untuk menilai bagaimana kinerja pemerintah kabupaten dalam bidang tersebut. Perlu dicatat bahwa praktek terbaik internasional belum digunakan untuk menjadi dasar hasil karena pada prakteknya, kesenjangan antara praktek tersebut dan kenyataan yang ada terlalu besar untuk memberikan hasil yang layak.
Responden diharuskan menjawab “ya” atau “tidak” untuk setiap pernyataan yang diwakili oleh masing-masing indikator. Jawaban yang positif untuk masing-masing hasil kemudian dijumlahkan, dan skor dihitung menurut persentase jawaban “ya”. Beberapa bidang strategis memiliki indikator yang lebih banyak dari yang lain, sehingga memiliki bobot lebih besar dalam hasil keseluruhan. Sebagai contoh, perencanaan dan penyusunan anggaran memiliki 49 indikator, namun utang dan investasi publik hanya memiliki 8. Indikator-indikator strategis lain yang diberi bobot lebih besar antara lain adalah pengadaan (41 indikator) dan pengelolaan kas (31 indikator).
KerangkaperaturanPerencanaan danPenyusunan anggaranPengelolaan kas
Pengadaan
Pembukuan danpelaporanAudit internal
Utang publik danInvestasi publikPengelolaan aset
Audit eksternal danpengawasan
10%
21%
15%
21%
10%
7%
3% 9%
4%
Pemberian bobot bidang-bidangstrategis menurut indikator
Sumber: Pengelolaan Keuangan Publik BD dan Depdagri 2005.
Lokasi survei
Kerangka PFM di pulau Nias dilaksanakan di kabupaten Nias maupun Nias Selatan. Kedua kabupaten di Nias sangat menderita dampak gempa bumi bulan Maret 2005. Para peneliti yang terlibat berasal dari universitas terkemuka dengan latar belakang yang kuat dalam bidang akuntansi dan keuangan daerah. Universitas Sumatera Utara menyediakan peneliti untuk pulau Nias. Survei PKP didanai oleh LGSP-USAID dan diselenggarakan oleh Bank Dunia.
88 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Metodologi
Hasil diperoleh melalui wawancara dan FGD (diskusi kelompok focus) dengan perwakilan pemerintah daerah di departemen-departemen teknis. Ini mencakup Bappeda, bagian keuangan, DPRD, bagian pendapatan daerah, kantor kas daerah; instansi pekerjaan umum; dan instansi pengawasan daerah. Untuk memastikan akurasi data, jawaban “ya” harus didukung oleh dokumentasi yang relevan dan/atau dicek silang dengan responden tambahan.
Penafsiran hasil
Untuk setiap bidang strategis dan lokasi survei diberikan skor, dan skor keseluruhan diberikan untuk masing-masing lokasi survei. Untuk pembandingan dan evaluasi, skor bidang strategis dapat diperingkatkan menurut kategori-kategori yang ditunjukkan di bawah ini.
Skor keseluruhan (%)
80–100 Luar biasa/dapat diterima sepenuhnya
60–79 Sangat baik/dapat diterima secara substansil
40–59 Baik/cukup dapat diterima
20–39 Sedang/dapat diterima sebagian
0–19 Buruk/tidak dapat diterima
89Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 LAMPIRAN
Lampiran D: Program Analisis Pengeluaran Publik Nias (NPEA)
Pendahuluan
Kebijakan keuangan daerah, terutama yang berhubungan dengan proses penyusunan anggaran, di Nias kini menjadi semakin rumit dan berkepanjangan karena semakin bertambahnya tantangan yang berhubungan dengan beberapa kondisi di bawah ini:
(i) Pelaksanaan 2 undang-undang desentralisasi, yaitu UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah serta perwujudan UU No. 9/2002 tentang pembentkan kabupaten Nias Selatan. Kebijakan desentralisasi dan pemekaran kabupaten Nias yang semula menjadi 2 kabupaten yaitu Nias dan Nias Selatan bukan saja memberikan otonomi dan kebebasan yang lebih besar kepada pemerintah kabupaten dalam mengelola proses penyusunan anggaran, tetapi juga menimbulkan masalah dalam hal penyelarasan kebijakan keuangan pi tingkat antar pemerintah dan keraguan tentang kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola proses penyusunan anggaran yang efi sien dan efektif. Meskipun sampai batas-batas tertentu desentralisasi fi skal mungkin telah meningkatkan kemampuan pendapatan keuangan daerah yang disebabkan oleh naiknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau pun bertambahnya transfer pendapatan dari pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu pemanfaatan optimal dari pendapatan yang tersedia serta pembentukan sumber pendapatan berkelanjutan milik kabupaten serta mekanisme alokasi belanja yang efi sien menjadi sangat pentung untuk menghasilkan pertumbuhan yang memadai dalam jangka panjang.
(ii) Pelaksanaan salah satu proses rekonstruksi dan pembangunan kembali yang bermasalah dan rumi di salah satu daerah terbelakang di Sumatera Utara setelah gempa bumi yang melanda pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005. Aktivitas tektonik berkekuatan 8,7 skala Richter membawa kesengsaraan dan penderitaan yang meluas bagi penduduk pulau Nias, dan semakin memperpanjang masalah sosial dan ekonomi di daerah tertinggal ini, yang lebih banyak mengandalkan pertanian atau perikanan, umumnya di pedesaan, dan kekurangan prasana dan layanan umum. Tragedy ini telah menaikkan angka kemiskinan sampai lebih dari 50 persen dalam jangka pendek. Akibat gempa bumi, perekonomian pulau ini diramalkan akan berkontraksi sebesar 20 persen pada tahun 2005. Meskipun pemerintah pusat, dan juga donor dan LSM swasta telah menjalankan beberapa upaya dan program untuk proses pemulihan dan bantuan untuk Nias, kemajuannya sangat lambat. Kondisi geografi s, tidak adanya sumber daya alam, dan penyelenggaraan prasrana dan layanan umum yang buruk, serta perhatian yang tidak memadai kepada pulau Nias, bila dibandingkan dengan Aceh, kesemuanya telah membatasi kemampuan perekonomian daerah untuk mengembangkan dan menggalang dananya sendiri. Hal ini pada gilirannya membatasi kemampuan untuk melaksanakan program-program rekonstruksi yang memadai yang menawarkan hasil yang cepat dan positif. Sampai saat ini, lebih dari 2/3 dana perbaikan dan bantuan serta pengelolaan rekonstruksi telah bergantung pada dana rekonstruksi pemerintah pusat, yang diarahkan melalui BRR. Meskipun demikian, untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah kabupaten akan diharapkan untuk memainkan peran yang semakin besar dalam proses rekonstruksi dan sesudahnya. Diharapkan bahwa dengan memperluas peran pemerintah kabupaten hal ini akan membantu mempercepat proses rekonstruksi dan pembangunan kembali di pulau Nias.
(iii) Kemampuan kedua pemerintah kabupaten untuk mengelola kebijakan keuangan dengan efi sien dan kemampuan rakyat setempat dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memantau proses penyusunan anggaran sangat terbatas. Sumber daya yang terbatas, khususnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia serta sumber pendapatan yang rendah, serta sistem demokrasi yang belum berkembang telah membatasi kemampuan pemerintah kabupaten untuk mengelola proses penyusunan anggarannya dengan cara yang responsif dan transparan. Selain itu, gempa bumi yang telah menghancurkan pranata ekonomi dan politik, baik dari segi fi sik maupun kelembagaan, juga telah melebih-lebihkan kemampuan keuangan daerah di Nias. Keterlibatan yang lebih besar dari pemerintah kabupaten dan orang-orang yang mereka wakili dalam rekonstruksi dan pembangunan kembali pulau ini pasca gempa bumi sangat diperlukan utnk mencapai hasil rekonstruksi yang cepat dan memadai untuk jangka pendek, serta pertumbuhan yang berkesinambungan dan merata untuk jangka panjang.
90 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007LAMPIRAN
Untuk memastikan penggunaan sumber daya publik dengan paling efektif dan transparan serta pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang Nias, tantangan-tantangan yang baru timbul ini telah menambah arti penting proses penyusunan anggaran partisipatif yang melibatkan baik pemerintah (daerah maupun pusat) dan para pemangku kepentingan lainnya dalam rekonstruksi dan pembangunan kembali Nias. Dalam kaitan ini, adalah penting memiliki pemahaman proses anggaran secara mendalam, serta mengembangkan sistem pengelolaan keuangan daerah yang berfungsi dengan baik, yang disusun dan diperkuat dengan dorongan dari kemampuan setempat untuk mengelola dan memantau proses pengelolaan keuangan.
1. Tujuan
Analisis Pengeluaran Publik Nias (NPEA) dimaksudkan untuk mencapai 2 tujuan utama, yang masing-masing memiliki subkomponen tersendiri:
(i) Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebijakan keuangan, proses penyusunan anggaran, dan struktur anggaran pulau Nias, termasuk pendapatan, belanja, dan mengembangkan rekomendasi kebijakan untuk Nias. Penekanan khusus akan diberikan pula pada program rekonstruksi dan rehabilitasi Nias.• Menganalisis pendapatan dan belanja kedua kabupaten di Nias, khususnya berkaitan
dengan pengelolaan pendapatan dari pendapatan asli daerah, transfer keuangan pemerintah pusat, dan sumber daya alam. Penekanannya akan diberikan pada peningkatan kemampuan kabupaten untuk menciptakan pendapatan asli daerahnya sendiri yang potensial serta mengoptimalkan alokasi pengeluarannya sehingga membawa kondisi keuangan yang berkelanjutan.
• Mengevaluasi dampak kebijakan desentralisasi keuangan dan pemekaran kabupaten Nias yang lama menjadi Nias dan Nias Selatan terhadap kemampuan pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan layanan publik dan distribusi geografi s sumber daya keuangan vs. hasil pembangunan;
• Memberikan penyelidikan yang menyeluruh mengenai alokasi sumber daya vs. hasil untuk sektor-sektor kunci penyelenggaraan layanan umum, seperti kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, serta dampaknya terhadap kegiatan ekonomi secara umum di Nias.
• Membantu BRR dan kedua pemerintah kabupaten untuk melaksanakan peninjauan belanja publik partisipatif yang membantu para pemangku kepentingan di Nias untuk memahami total jumlah komitmen keuangan yang dibuat untuk rekonstruksi pulau Nias dan bagaimana pengalokasiannya.
• Membantu kedua pemerintah kabupaten untuk mencari strategi dalam rangka memperbaiki pengelolaan keuangannya dalam hal pendapatan dan belanja publik.
• Menyediakan rekomendasi yang akan mendukung BRR dalam merencanakan dan mengelola dana rekonstruksi;
• Memberikan rekomendasi umum untuk alokasi sumber daya yang lebih efi sien dan efektif, dan saran-saran khusus untuk alokasi pengeluaran anggaran tahun 2007.
(ii) Mengembangkan dan meninggalkan sistem yang lebih baik untuk kedua kabupaten untuk menganalisis dan memantau anggaran kabupaten: • Menyusun jaringan antar pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lain di
Nias, termasuk universitas setempat, LSM, sektor swasta, yang akan melaksanakan APEA. Jaringan ini bukan hanya akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan analisis belanja publik di masa mendatang, tetapi juga memperkuat demokratisasi dan keterlibatan masyarakat madani di Nias.
• Menyediakan bantuan teknis/perbaikan kemampuan kepada jaringan ini untuk melaksanakan analisis yang serupa di masa mendatang.
• Memfasilitasi penciptaan lingkungan kelembagaan (dengan masyarakat, pemerintah provinsi dan daerah, BRR, LSM, lembaga internasional, dsb.) yang bersifat kondusif bagi sosialisasi dan penyerapan analisis ini serta analisis belanja publik di masa depan.
91Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 REFERENSI
Hasil yang diharapkan dari NPEA adalah:• Mencapai alokasi sumber daya anggaran yang lebih baik sehingga menghasilkan kuantitas dan
kualitas penyediaan layanan publik daerah yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan setempat.
• Mencapai keterlibatan masyarakat madani yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan setempat dalam hal pengidentifi kasian prioritas-prioritas belanja publik serta pengelolaan urusan keuangan yang akan membawa ke pengelolaan anggaran daerah yang lebih transparan dan lebih baik.
• Meningkatkan kemampuan daerah untuk melakukan sendiri analisis anggaran yang serupa di masa depan.
• Mendorong adanya debat publik tentang proses anggaran di Nias (melalui laporan media dan konferensi/seminar rutin).
2. Sifat partisipatif NPEA
Pencapaian terakhir APEA akan bergantung pada kemampuannya untuk: (i) didukung dan digerakkan oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya di Nias; (ii) mengembangkan kemampuan daerah untuk melaksanakan peninjauan belanja publik. Pengembangan dukungan dan kemampuan daerah akan dicapai melalui cara-cara berikut:
(i) Prakarsa NPEA didukung oleh Gubernur provinsi Sumatera Utara, serta bupati Nias dan Nias Selatan, Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), anggota DPR, universitas setempat, LSM, dan pemimpin informal (masyarakat madani, tokoh masyarakat maupun agama).
(ii) Tim yang akan menjalankan analisis teknis untuk NPEA akan melibatkan pula para ahli dari cendekiawan dan universitas setempat.
(iii) Untuk mencapai perhatian dan partisipasi yang lebih besar pada kegiatan rekonstruksi dan pembangunan kembali Nias, serangkaian dengar pendapat, lokakarya teknis dan seminar dapat diselenggarakan bukan saja di Nias tetapi juga di Jakarta dan Medan. Kegiatan-kegiatan ini akan dihadiri oleh wakil pejabat pemerintah dari Pemerintah Pusat (Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri), Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota, cendekiawan dan universitas setempat serta lembaga-lembaga bantuan internasional (UNDP, USAID, ME dan Bank Dunia).
(iv) Pelatihan dan keikutsertaan para perwakilan dari universitas dan lembaga penelitian setempat (TARI) dalam kerja lapangan yang berhubungan dengan NPEA untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam melaksanakan kerja survei.
92 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007REFERENSI
Lampiran E: Berita Acara Seminar NPEA dan Diskusi Kelompok Fokus
Hotel Soliga, 4 September 2006
Peserta:
Pejabat pemerintah daerah dari kabupaten Nias dan Nias Selatan, anggota DPRD kabupaten, organisasi-organisasi non-pemerintah di kabupaten Nias dan Nias Selatan, ketua BRR Nias dan para perwakilan lainnya dari BRR, tokoh masyarakat, tokoh akademia setempat, wartawan dari “Analisa”, “Bar-Bar”, RRI, dan Wakil Bupati kabupaten Nias dan Sekretaris Daerah kabupaten Nias.
SESI PRESENTASI SEMINAR
Dr. Suahasil Nazara (Lembaga Kependudukan)
“ANALISIS PENGELUARAN PUBLIK NIAS: STUDI PENDAHULUAN”
Gambaran keseluruhan pendapatan
Pelaksanaan desentralisasi di pulau Nias telah memberikan hasil yang positif maupun negatif dalam jangka pendek. Dari tahun 1999 sampai 2003, baik total pendapatan maupun transfer antar pemerintah meningkat lebih dari 50 persen. Porsi transfer antar pemerintah rata-rata menyumbangkan sekitar 95 persen dari total pendapatan sebelum desentralisasi dan sekitar 90 persen setelah desentralisasi. Kecilnya porsi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan telah menimbulkan kekhawatiran mengenai ketergantungan dan keberlanjutan kemampuan keuangan Nias, meskipun total jumlah uang dari pendapatan asli daerah meningkat setelah desentralisasi.
Kabupaten Nias dan Nias Selatan memiliki total pendapatan yang termasuk paling rendah di Sumatera Utara. Ketidakpastian sumber pendapatan juga merupakan salah satu tantangan lain dalam proses penyusunan anggaran kabupaten Nias.
Pendapatan asli daerah kabupaten
Pendapatan asli daerah kabupaten telah mengalami sedikit peningkatan. Setelah desentralisasi, kontribusi pajak daerah turun menjadi rata-rata sekitar 25 persen antara tahun 2001-2004 dan telah banyak digantikan oleh bea-bea setempat. Pajak penerangan jalan dan pajak perolehan dan pengolahan sumber daya tambang jenis C merupakan penyumbang utama pajak daerah di tahun 2004. rendahnya pendapatan asli daerah kabupaten juga disebabkan oleh kekuasaan pengenaan pajak yang terbatas. Pajak-pajak yang penting masihdikuasai oleh pemerintah pusat. Sumber-sumber PAD umumnya berasal dari kecamatan-kecamatan tertentu. Pada tahun 2004, kecamatan Lahewa adalah penyumbang PAD terbesar di kabupaten Nias.
Dana Bagi hasil
Porsi dana bagi hasil dari total pendapatan pemerintah daerah juga telah meningkat setelah desentralisasi, bahkan setelah pemekaran kabupaten Nias sekalipun. Secara historis, pajak bumi dan bangunan (PBB) telah menjadi penyumbang utama bagi hasil pajak, sementara pajak penghasilan juga memainkan peran kecil dalam bagi hasil pajak di pulau Nias karena sektor informal yang besar dalam perekonomian setempat, terutama pertanian dan perikanan. Porsi bagi hasil bukan pajak terhadap total pendapatan juga telah meningkat setelah desentralisasi. Pendapatan sumber daya migas dan pendapatan dari perikanan telah mendominasi komposisi bagi hasil bukan pajak di kabupaten Nias.
DAU dan DAK
DAU telah menjadi sumber utama pendapatan pemerintah kabupaten setelah desentralisasi. Meskipun demikian, kabupaten Nias dan Nias Selatan masih di bawah rata-rata provinsi dalam hal DAU per kapita. Kabupaten Nias Selatan
93Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 REFERENSI
samasekali tidak menerima DAK dalam rencana anggarannya (2004). Kabupaten Nias menerima Rp 21.000 per kapita.
Pengeluaran keseluruhan
Desentralisasi telah merubah pola pengeluaran di kabupaten Nias. Belanja rutin telah meningkat secara dramatis dan pembelanjaan untuk pembangunan hanya naik sedikit. Karena terbatasnya kapasitas pendapatan keuangan dan besarnya kebutuhan rutin (terutama untuk gaji pemerintah daerah), dana hanya tersedia untuk tujuan pembangunan.
Belanja rutin dan pembangunan
Pembelanjaan untuk pegawai dan barang dan jasa merupakan butir pengeluaran terbesar dari belanja rutin, sebelum dan sesudah desentralisasi. Belanja pegawai berangsur-angsur menurun sementara belanja untuk barang dan jasa berangsur-angsur meningkat. Pembelanjaan untuk infrastruktur, pendidikan dan budaya, serta kesehatan, masih merupakan tiga besar belanja untuk pembangunan.
Pendapatan dan pembelanjaan rekonstruksi dan rehabilitasi di Nias (BRR)
Alokasi pembelanjaan rekonstruksi dan rehabilitasi lebih terpusat pada pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur, perumahan, dan sarana kesehatan serta pendidikan. Untuk memastikan kelangsungan rekonstruksi dan rehabilitasi serta memenuhi tujuan pembangunan jangka panjang pulau Nias, pemberdayaan ekonomi hendaknya ditingkatkan. Keberlanjutan rekonstruksi dan rehabilitasi di Nias bergantung pada pemenuhan janji para donor dan pemerintah pusat untuk menyediakan dana bagi program-program rekonstruksi dan rehabilitasi.
Pendidikan
Porsi pengeluaran untuk pendidikan terhadap total belanja telah menurun dalam tahun-tahun terakhir. Terlepas dari hal ini, ada beberapa indikator yang menunjukkan perbaikan dalam bidang pendidikan. Rasio partisipasi bersih telah naik di semua tingkat pendidikan, meskipun angka 90 persen partisipasi bersih untuk tingkat sekolah dasar masih dbawah rata-rata nasional yaitu 97 persen. Tingkat kemampuan membaca adalah yang paling rendah di Sumatera Utara.
Infrastruktur
Kondisi infrastruktur sangat buruk. Kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi yang dijalankan oleh BRR harus mampu memperbaiki infrastruktur. Sebagian besar jalan masih terbuat dari tanah dan kebanyakan di antaranya rusak. Sebagian besar listrik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Sangatlah penting menambah kapasitas listrik untuk menarik investor swasta.
94 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007REFERENSI
Kesehatan
Porsi pembelanjaan untuk kesehatan terhadap total belanja telah menurun dalam tahun-tahun terakhir. Jumlah sarana kesehatan mengalami sedikit peningkatan. Puskesmas tersebar cukup merata antar kecamatan. Hasil kesehatan tetap sangat rendah.
Binahati Baeha, SH. (Bupati Nias)
Kami harus sependapat bahwa kontribusi sumber-sumber pendapatan lokal selama ini sangat rendah. Setelah pelaksanaan desentralisasi, kami menetapkan sasaran 3 sumber daya pendapatan. Yang pertama adalah dana desentralisasi (DAU dan DAK). Yang kedua adalah dana dekonsentrasi, yang telah menjadi masalah dan mungkin akan dihapuskan. Yang ketiga adalah dana tugas perbantuan. Dalam sejarahnya, dana ini sulit diterima.
Di era desentralisasi ini, kami didorong untuk meningkatkan otonomi daerah. Meskipun demikian, tujuan tersebut sulit dicapai karena desentralisasi juga telah memutasikan pejabat-pejabat pemerintah dari pemerintah pusat dan provinsi. Oleh karena itu, sebagian besar pembelanjaan dialokasikan untuk membayar gaji pemerintah. Sekitar 80 persen DAU, yang merupakan pendapatan terbesar dalam anggaran daerah, telah dialokasikan untuk gaji pemerintah, sedangkan PAD sangat rendah. Di samping itu, pemekaran Nias juga mengurangi pendapatan PAD potensial di kabupaten Nias dan telah mengakibatkan menurunnya pengeluaran di beberapa sektor.
Pemanfaatan sumber daya alam setempat masih belum optimal, sehingga kontribusinya bagi pendapatan daerah juga rendah. Alokasi DAU dari pemerintah pusat belum transparan dan tidak konsisten. Sampai saat ini, pemerintah daerah masih belum memiliki kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pinjaman. APBD selalu disetujui terlambat dan hal ini telah menyulitkan penghimpunan.
Drs. Nehemia Harefa, MM. (Bappeda kabupaten Nias)
“ANALISIS SEKTORAL PENGELUARAN PEMERINTAH; DULU DAN SEKARANG”
Kondisi Umum
Pemanfaatan pengeluaran pemerintah di masa lalu didominasi oleh belanja rutin, sedangkan proporsi belanja publik sangat rendah, meskipun berangsur-angsur telah meningkat.
Sumber-sumber pendapatan daerah sangat terbatas dan sebagian besar pendapatan berasal dari transfer antar pemerintah. Kerumitan masalah pembangunan di Nias telah menghalangi upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya sendiri.
Bencana tsunami dan gempa bumi telah memperparah masalah ekonomi dan sosial di Nias.
Masalah
Sumber pendapatan daerah terbatas.
Sumber-sumber pendapatan selama ini tidak sepadan dengan beban pengeluaran, yang berarti sebagian besar belanja pemerintah daerah dialokasikan untuk belanja rutin.
Alokasi transfer antar pemerintah, melalui bagi hasil, tidak dibagikan dengan adil mengingat letak geografi Nias dan statusnya sebagai salah satu daerah terbelakang.
Kekurangan peralatan untuk mengelola keuangan daerah.
Ketentuan atau undang-undang tentang keuangan daerah seringkali berubah tanpa diberikan waktu yang cukup bagi pemerintah daerah untuk melaksanakannya secara optimal.
95Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 REFERENSI
Analisis sektoral pengeluaran pemerintah
Anggaran 2002
Dari 226 milyar rupiah belanja rutin, 68,85 persen dialokasikan untuk belanja rutin dan 31,15 persen dialokasikan untuk belanja pembangunan.
Dari 155 milyar rupiah belanja rutin, 75,3 persen dialokasikan untuk belanja pegawai dan 24,7 persen untuk belanja non-pegawai.
Dari 70 milyar rupiah belanja untuk pembangunan, porsi yang terbesar dialokasikan untuk sektor transportasi (35,41 persen), sektor pendidikan (14,60 persen) dan sektor pejabat pemerintah dan pemantauan (9,88 persen).
Anggaran 2003
Dari 272 milyar rupiah belanja rutin, 66,47 persen dialokasikan untuk belanja rutin dan 33,53 persen dialokasikan untuk belanja pembangunan.
Dari 181 milyar rupiah belanja rutin, 71,64 persen dialokasikan untuk belanja pegawai dan 28,36 persen untuk belanja non-pegawai.
Dari 91 milyar rupiah belanja untuk pembangunan, porsi yang terbesar dialokasikan untuk sektor transportasi (48,6 persen), sektor pendidikan (13,83 persen) dan sektor pembangunan daerah (13,83 persen).
Dari tahun 2002 sampai 2003, total belanja naik 20,27 persen, sedangkan belanja rutin naik 16,1 persen dan belanja untuk pembangunan naik 29,48 persen.
Anggaran 2004
Dari 207 milyar rupiah total belanja, belanja untuk pegawai (74,27 persen), belanja publik (25,51 persen) dan belanja modal (0,22 persen).
Dari 153 milyar rupiah belanja untuk pegawai, 91,36 persen dialokasikan untuk belanja administrasi umum sedangkan 7,18 persen dialokasikan untuk belanja operasi dan pemeliharaan dan 1,47 persen untuk belanja modal.
Dari 52 milyar rupiah belanja publik, 2,87 persen dialokasikan untuk belanja administrasi umum sementara 63,76 persen dialokasikan untuk belanja pengoperasian dan pemeliharaan dan 9 persen untuk belanja modal. Bantuan keuangan dan pembagian pengeluaran menghabiskan 21,72 persen.
96 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007REFERENSI
Anggaran 2005
Dari 224 milyar rupiah total belanja, belanja terdiri dari belanja untuk pegawai (70,97 persen), belanja publik (28,89 persen) dan belanja modal (0,14 persen).
Dari 159 milyar rupiah belanja untuk pegawai, 88,75 persen dialokasikan untuk belanja administrasi umum sedangkan 7,76 persen dialokasikan untuk belanja operasi dan pemeliharaan dan 3,49 persen untuk belanja modal.
Dari 64 milyar rupiah belanja publik, 3,07 persen dialokasikan untuk belanja administrasi umum sementara 48,76 persen dialokasikan untuk belanja operasi dan pemeliharaan dan 29,74 persen untuk belanja modal. Bantuan keuangan dan pembagian pengeluaran menghabiskan 15,18 persen.
Antara tahun 2004 sampai 2005, total belanja naik 8,29 persen, sedangkan belanja rutin, belanja publik dan belanja modal naik masing-masing 3,48 persen, 22,64 persen dan 30,52 persen.
Rekomendasi
Upaya dan komitmen bersama diperlukan untuk mengurangi beban belanja rutin dan menaikkan belanja untuk pembangunan.
Alokasi belanja publik di beberapa sektor sebaiknya dirubah agar didasarkan pada kebutuhan.dalam rangka mencapai pemanfaatan pengeluaran pemerintah yang efektif, efi sien dan transparan, adalah penting melibatkan keikutsertaan semua pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengeluaran pemerintah. Mengembangkan sistem pengelolaan kebijakan keuangan daerah yang didasarkan pada teknologi informasi.
97Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 REFERENSI
Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias (2006). Nias Dalam Angka 2006. Kabupaten Nias, BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias Selatan (2006). Nias Selatan Dalam Angka 2006. Kabupaten Nias, BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (2004). Sumatera Utara Dalam Angka 2004. Kabupaten Nias, BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS) (2005). SPAN: Sensus Penduduk Nias dan Nias Selatan 2005. BPS.
Badan Pusat Statistik, Bappenas, UNDP (2001). Indonesia Human Development Report. “Towards a new consensus: Democracy and Human Development in Indonesia.” Jakarta. Indonesia.
Badan Pusat Statistik, Bappenas, UNDP (2004). Indonesia Human Development Report. “The Economics of Democracy: Financing Human Development in Indonesia.” Jakarta. Indonesia.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dan Bank Dunia (2005a). “Rebuilding a stronger Nias: Turning Challenges into Opportunities”. Jakarta, Indonesia.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dan Bank Dunia (2005b). “Rebuilding a Better Aceh and Nias: Stocktaking of the Reconstruction Eff ort.” Jakarta, Indonesia.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) dkk. (2006). “Aceh and Nias: Two Years after the Tsunami.” Jakarta, Indonesia.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2006). Profi l Kesehatan Sumatera Utara. Medan.,Indonesia.
Dinas Pendidikan Kabupaten Nias (2005). Laporan Profi l Pendidikan Kabupaten Nias. Nias, Indonesia.
Fitrani, Fitria, Bert Hofman dan Kai Kaiser (2005). “Unity in Diversity?: The Creation of New Local Governments in a Decentralizing Indonesia”. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol.41, No.1, 2005: 57-79, Routledge, Australian National University,Australia.
Hofman, B., Kadjatmiko, Kaiser, K., Suharnoko, B. (2006). „Evaluating Fiscal Equalization in Indonesia“ by Bert Hofman, Kadjatmiko, Kai Kaiser, and Bambang Suharnoko Sjahrir. WB Policy Working Paper WPS 3911. Bank Dunia.
Lewis, Blane (2003). “Property Tax in Indonesia: Measuring and Explaining Administrative (Under-) Performance.” Research Triangle Institute. North Carolina, USA.
Lewis, Blane dan Jasmin Chakeri (2004c). “Development Spending in the Regions”. Bank Dunia Jakarta (dokumen tidak dipublikasikan).
Pemerintah Daerah Papua dan Bank Dunia (2005). “Papua Public Expenditure Analysis: Regional Finance and Service Delivery in Indonesia’s Most Remote Region”. Indonesia.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Selatan (2006). Konsep Naskah Kebijakan Umum APBD TA 2006. Nias Selatan. Indonesia.
Pemerintah Indonesia (2000). Keputusan Menteri Keuangan N0. 556 tahun 2000 tentang Tatacara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Alokasi Khusus.
_________ (2002). Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
98 Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007REFERENSI
_________ (2000). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
_________ (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi.
_________ (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
_________ (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
_________ (2005a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
_________ (2005b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
_________ (2005c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
_________ (1997). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
_________ (1999a). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
_________ (1999b). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
_________ (2000). Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
_________ (2001). Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2001 tentang Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
_________ (2004). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
_________ (2004). Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Sidik, M. (2002). “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal”. Seminar Setahun Implementasi Kebijaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta 2002.
Bank Dunia (2002). “Decentralizing Indonesia”. World Bank Regional Public Expenditure Review Overview Report. World Bank East Asia and Pacifi c Region, Poverty Reduction and Economic Management Unit.
Bank Dunia dan Departemen Dalam Negeri (2005). Indonesia: Local Government Financial Management. A Measurement Framework. Jakarta, Indonesia.
Bank Dunia (2006a). “Making Services Work for the Poor in Indonesia: Focusing on Achieving Results on the Ground”. East Asia and Pacifi c Region. Jakarta, Indonesia.
Bank Dunia (2006b). “Aceh Public Expenditure Analysis: Spending for Reconstruction and Poverty Reduction”. Indonesia
Bank Dunia (2007a). Indonesia Public Expenditure Review. “Spending on Development: Making the Most of Indonesia’s New Opportunities”. Jakarta, Indonesia.
99Mengelola Sumber Daya Untuk Membangun Kembali Dan Mewujudkan Masa Depan Yang Lebih Baik Untuk Nias
Analisis Pengeluaran Publik Nias 2007 REFERENSI
Bank Dunia (2007b). Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh. “Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh”. Jakarta, Indonesia
Unesco (2003). “Education Indicators”. Institute for Statistics. Paris.