nur laeli-fu.pdf
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
1/96
PESAN MORAL KISAH NABI YUNUS MENURUT
MUFASIR MODERN INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Nur Laeli
NIM:1110034000121
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTASUSHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
2/96
Pesan
Moral
Kisah
Nabi Yunus
Menurut Mufasir
Modern
Indonesia
Skripsi
Diajukan
kepada
Fakultas
Ushuluddin untuk Memenuhi
Persyaratan
Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam
S.Th.I)
Oleh
NURLAELI
NIM:1110034000121
Di
bawah
bimbingan
Ahmad Rifqi Muchtar.
MA
NIP: 1960822 199703 | 002
PROGRAM
STUDI
TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t436Hl20t4}I
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
3/96
LEMBARPER}TYATAAN
Dengan
ini saya
menyatakan bahwa:
1.
3.
Skripsi
ini merupakan
hasil karya asli
saya
yang
diajukan urruk memenuhi
salah satu
persyaratan
memperoleh
gelar
Strata
1
Universitas
Islam Negeri
UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Semua sumber
yang
saya
gunakan
dalam
penulisan
ini
telah
saya
cantumkan
sesuai
dengan ketentuan
yang
berlaku di Universitas
Islam
Negeri Syarif Hidayahrl lah
Jakarta
Jika dikemudian
hari terbukti
bahwa
karya ini bukan hasil karya
saya
ataru
merupakan hasil
jiplakan
dari
karya
oranng lain, maka saya bersedia
menerima santsi
yang
berlaku di Univeristas
Islam Negeri
UIN)
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
19
Desember 2014
Penulis,
NURLAELI
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
4/96
PENGESAHAN
PANITIA
UJIAN
Skipsi
yang
berjudul
Pesan
Moral Kisah Nabi Yunus
Menurut
Mufasir
Modern Indonesia
telah
diujikan
dalam sidang munaqasyah
Fakultas
Ushuludin Universitas Islam
Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta
pada
tanggal
1 1
Desember
2014. Skripsi
ini
telah
diterima sebagai
salah satu
syarat untuk
memperoleh
gelar
Sarjana
Theologi Islam
(S.Th.I)
pada
Program
Studi
Tafsir
Hadis.
Jakarta,
1 1 Desember 2014
Sidang Munaqasyah,
NIP.
19820821 200801 1012
Anggota
Penguji I
f/Lbv -:
--'--
Dr.
Ahsin Sakho
Muhammad
MA
19s60821 199603 1001
Penguji II
fizzz-a---.u-
KUSMANA MA
t9650424199503 I 001A
Ahmad
Rifqi Muchtar.
MA
NrP. 1960822 199703 I 002
Sekretaris
tt2
9199403 I
002
Pembimbing
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
5/96
i
ABSTRAK
NUR LAELI
Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia
Di dalam al-Qur’an terdapat kisah-kisah inspiratif. Salah satu sumber
inspirasi dari kisah-kisah al-Qur’an adalah akhlak para Nabi. Diantara kisah para
Nabi yang menjadi sumber inspirasi tersebut adalah kisah Nabi Yunus. Kisah
Nabi Yunus memiliki pesan moral yang tinggi tentang kesabaran, optimis
terhadap pertolongan Allah, perlunya taubat dari kesalahan yang telah dilakukan.
Nabi Yunus merupakan salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan dalam
al-Qur’an dan namanya pun diabadikan menjadi nama salah satu surat di dalam
al-Qur’an. Kisah Nabi Yunus termaktub di dalam al-Qur’an melalui beberapa
ayat, yaitu sebagai berikut: QS. Yūnus ayat 98, QS. Al-Anbiyā’ ayat 87-88, QS.
As-Sâffât ayat 139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.Dari ayat-ayat tersebut dikisahkan bahwa Nabi Yunus diutus oleh Allah ke
Negeri Ninawa, Negeri yang penduduknya penuh dengan kemewahan dan juga
kesesatan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajak kaumnya dalam waktu
yang lama untuk menyembah dan beriman kepada Allah, tetapi kaumnya tidak
ada yang mengikuti ajakan Nabi Yunus. Kemudian ia pergi dalam keadaan marah
pada kaumnya. Selain itu Nabi Yunus dalam kisahnya mengalami peristiwa yaitu
Nabi Yunus ditelan ikan paus. Dari peristiwa yang fenomenal itu menimbulkan
banyak penafsiran dari semua kalangan mufasir.
Mufasir yang mejadi fokus kajian ini adalah Mufasir modern Indonesia,
yaitu Hamka dan Quraish Shihab. Kedua tafsir tersebut mempunyai corak adabi
ijtima’i yang penulis anggap relevan dengan kajian yang dibahas pada skripsi inimengenai pesan moral. Namun penulis tidak mengelakkan dalam penulisan
skripsi ini merujuk juga pada tafsir-tafsir lainnya yang penulis anggap berkaitan
dan untuk memperkaya dalam penulisan skripsi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir
maudhu’i atau metode tafsir tematik, dengan menggunakan pendekatan sosio
historis yaitu menekankan pentingnya memahami kondisi aktual dan harfiyah, lalu
memproyeksikan kepada situasi masa kini kemudian membawa fenomena-
fenomena sosial ke dalam naungan tujuan-tujuan al-Qur’an. Melalui pendekatan
ini diharapkan akan mengetahui pesan moral yang terkadung dari kisah Nabi
Yunus. Penulis berusaha mengungkap pesan moral al-Qur’an dalam kisah Nabi
Yunus, yang dikaji dan dianalisa dari mufasir modern Indonesia yaitu Hamka danQuraish Shihab.
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
6/96
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Akademik UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Program Strata 1, 2010/2011. Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya
dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan
b be
t te
ts te dan es
j Je
h h dengan garis bawa
kh ka dan ha
d De
dz de dan dz
r Er
z zet
s Es
sy es dan ye
s es dengan garis di bawah
d de dengan garis di bawah
t te dengan garis di bawah
z zet dengan garis di bawah
‘ koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
7/96
iii
f Ef
q Ki
k Ka
l El
m Em
n En
w We
h Ha
apostrof
y Ye
Vokal
Vocal dalam bahasa Arab, seperti vocal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vocal
tunggal, ketentuan alih aksara adalah sebagai berikut:
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
___ a fathah
i kasrah
ب u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي
ai a dan i
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
8/96
iv
و
au a dan u
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ى
â a dan topi di atas
ي
ِ
ى
î i dan topi di atas
ىو û u dan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال dialih aksarakan menjadi huruf / l /, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah, contoh:al-rijâl bukan ar-rijâl , al-dîwân bukan ad-
dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atauTasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (), dalam alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddahitu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddahitu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya,kata ْ ورَ اض tidak ditulis ad-
darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta M arbûta
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtaterdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf itu dialihaksarakan menjadi huruf / h / (lihat
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
9/96
v
contoh 1 dibawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbuta diikuti ole h kata
sifat (na’at ) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtadiikuti kata benda
(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf / t / (lihat contoh 3).
Contoh :
No . Kata Arab Alih Aksara
1 ْقةِ
ط
tarîqah
2 اسمّة امعة al- jâmi’ah al-islâmiyyah
3 وح اجد wahdat al-wujûd
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî
bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau ctak tebal (blod), jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan dicetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun asal katanya
bersal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussalam al-Palimbani, tidak Abd al-
Salam al-Palimbânî.
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
10/96
vi
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja ( fi’l ), kata benda (ism), maupun huruf (harf )
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan pedoman ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
ذة اسد dzahaba al-ustâdu
ر
ْ
جا
ث tsabata al-ajru
اش أن إه إ ال asyhadu an lâ ilâha illâ allah
ِ
ْ
ر اعقِ
ظا al-madzâhir al-‘aqliyyah
مو مك اصح Maulânâ Malik al-Sâlih
َ
وا تا al-âyât al-kauniyyah
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
11/96
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penelitian
yang dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang berjudu “Pesan Moral Kisah
Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia”, dalam memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam dapat diselesaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
dengan demikian sudah sepantasnya jika penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Almarhum ayahnda tercinta Nur Yadi dan ibunda terkasih Mashrifah yang
tiada henti memberikan kasih dan sayang serta mendoakan penulis untuk
dapat mencapai kesuksesan meraih gelar S1. Untuk kakak-kakak (A Yudi, A
Maman, Mba Yan, Mba Nung, Bulal), kakak ipar (Mba Neng, Mba Isti, Mas
Dewa, A Ojan), keponakan-keponakan (Byan, Zelda, Aqil, Bahran) dan
semua keluargaku yang telah memberikan bantuan baik moril ataupun
materil. Terimakasih untuk Muhammad Ridwan Haikal, yang setia menemani
dan banyak memberikan bimbingan, dorongan, semangat kepada penulis.
2. Ahmad Rifqi Muchtar, MA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan baik bimbingan intelektual maupun bimbingan
motivasi dengan penuh kesabaran, dan banyak meluangkan waktunya dalam
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3.
Prof. Dr. Masri Mansoer, MA sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
12/96
viii
4. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA sebagai Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan Jauhar
Azizy, MA sebagai sekertaris jurusan. Kepada Dr. Ahsin Sakho M.
Asyrofuddin, MA, Kusmana, MA selaku tim penguji dalam sidang skripsi
penulis. Terima kasih juga untuk seluruh Staf Fakultas Ushuludin yang telah
banyak membantu. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-
dosen yang telah mengajar di Jurusan Tafsir Hadis yang telah banyak
memberikan ilmu sehingga penulis menjadi seperti sekarang.
5. Para pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, yaitu
KH. Ibnu Ubaidillah Syatori, Buya Husein Muhammad, Walid Ahsin Sakho,
Almarhumah Umi Liya Aliyah beserta para ustadz yaitu pa mulyadi, pa bram,
pa imam, pa wasmin, dan semuanya yang penulis tidak bisa sebutkan satu
persatu.
6. Teman-teman satu kosan ( Ka Tami, Ka Opi, Ka Ila, Ka Nurul, Aan, Novi,
Denis, Idoh, Iis, Yanti, Yuni) yang banyak memberikan kritik, saran, dan
motivasi kepada penulis. Teman-teman seperjuangan anak Tafsir Hadis
angkatan 2010 khususnya Grup PPD (Hani, Sari, Popon, Dede, Adah).
Khusus buat Bang Lail dan Nurul yang telah membantu dalam memahami
kitab tafsir.
7.
Teman-teman Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD). Teman-
teman Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya (Hima- Cita). Teman-
teman Persatuan Mahasiswa Alumni Dar al- Tauhid (PERMADA).
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
13/96
ix
Kepada semua pihak yang telah disebutkan semoga mendapat imbalan atas
kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk penulis
dan pembacanya.
Jakarta, 19 Desember 2014
Penulis
NUR LAELI
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
14/96
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6
C.
Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II : LATAR BELAKANG PENAFSIRAN
A. Hamka ....................................................................................... 12
1.
Biografi Hamka …................................................................ 12
2. Riwayat Penulisan Tafsir al-Azhar ...................................... 14
3.
Metode dan Corak Penafsiran .............................................. 16B. M. Quraish Shihab ...................................................................... 18
1. Biografi Quraish Shihab ....................................................... 18
2. Riwayat Penulisan Tafsir al-Mishbah .................................. 20
3. Metode dan Corak Penafsiran .............................................. 21
BAB III : NABI YUNUS DALAM SEJARAH DAN TAFSIR
A. Sejarah Nabi Yunus ..................................................................... 25
1.
Biografi Nabi Yunus .............................................................. 25
2. Silsilah Nabi Yunus ............................................................... 29
3.
Kisah Nabi Yunus .................................................................. 30B.
Kisah Dalam al-Qur’an .......................................................... 35
1. Pengertian Kisah ....................................................................... 35
2.
Ruang Lingkup Kisah ................................................................ 38
3. Tujuan Kisah Dalam alQur’an.................................................. 42
4.
Pesan Moral Dalam Kisah ........................................................ 44
C. Kisah Nabi Yunus Dalam Penafsiran ............................................. 45
1. QS. Yûnus ayat 98 ..................................................................... 45
2. QS. Al-Anbiyâ’ ayat 87-88 ........................................................ 46
3. QS. As-S āffât ayat 139-148 ....................................................... 50
4. QS. Al-Qalam ayat 48-50 .......................................................... 52
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
15/96
xi
BAB IV: PESAN MORAL KISAH NABI YUNUS
A.
Penafsiran Menurut Hamka dan Quraish Shihab ............................... 55
1. QS. Yûnus ayat 98 ..................................................................... 55
2.
QS. Al-Anbiyâ’ ayat 87-88 ........................................................ 58
3.
QS. As-S āffât ayat 139-148 ....................................................... 604. QS. Al-Qalam ayat 48-50 .......................................................... 62
5. Pesan Moral Kisah Nabi Yunus ...................................................... 64
1. Sabar ......................................................................................... 65
2. Optimis Terhadap Pertolongan Allah ........................................ 68
3. Taubat dari Kesalahan yang Telah Diperbuat ........................... 72
BAB V: PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 79
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
16/96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari Al-Qur’an maka ada yang disebut dengan ayat Makkiyah
yaitu ayat-ayat yang turun di Mekkah sebelum Nabi hijrah yang sebagian berisi
kisah para Nabi dan kaumnya yang menekankan tentang ketauhidan dan
kebenaran atas Rasul yang diutus Allah. Kemudian ada yang disebut dengan ayat
Madaniyah yaitu ayat-ayat yang turun sesudah hijrahnya Nabi. Pelajaran yang
dikandung di dalamnya pun berbeda dengan ayat yang turun di Mekkah. Seperti
pelajaran yang meliputi hukum, syari’at, ibadah, muammalat, sanksi, hubungan
sosial kemasyarakatan, toleransi beragama antar agama. Kisah senantiasa
memberi kesan mendalam ke dalam hati pembaca. Rasa keingintahuan merupakan
faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati.
Dan nasehat dengan tutur kata kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu
menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak bisa dipahami.
Di dalam pendahuluan buku “Untaian Kisah Dalam al-Qur’an” terjemahan
dari kitab Qasas al-Qur’an karya Ali Muhammad al-Bajawi dkk dijelaskan kisah-
kisah dalam al-Qur’an ini mencakup tentang akhlak yang dapat menyucikan jiwa,
memperindah tingkah laku, menyebarkan sifat bijak dan adab serta berbagai adab
mendidik. Al-Qur’an menjadikan perjalanan hidup R asul-rasul Allah ini sebagai
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
17/96
2
contoh dan mengajak manusia untuk mengambil palajaran dan mengagungkan isi
dari al-Qur’an itu sendiri.1
Bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka
terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang
mendengarkannya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan, rasa ingin tahu,
dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang
terkandung di dalamnya.2
Menurut penelitian Ahmad Hanafi, dari keseluruhan ayat al-Qur’an yang
berjumlah 6.342 ayat, kurang lebih terdapat 1600 ayat yang berbicara tentang
kisah para nabi serta rasul terdahulu, dan juga kisah-kisah perumpamaan
(tamsiliat). Jika di bandingkan dengan yang berbicara tentang hukum berjumlah
330 ayat. Maka jelas terlihat bahwa perhatian al-Qur’an terhadap kisah-kisah egitu
besar. Bahkan menurut Jurji Zaidan seorang tokoh kesusastraan Arab modern
bahwa kisah dipandang sebagai cara terbaik bagi orang banyak untuk mengambil
pesan moral yang terkandung di dalamnya.3
Allah SWT. berfirman dalam al-Qur’an QS. Yusuf ayat 111:
Aritnya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal, al-Qur’an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.
1Ali Muhammad al- Bajawi, dkk., Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Darul Haq,
2007), h. vii2 Muhammad Sayyid Thanthawi, al-Qisas fî al-Qur’an al -Karîm, (Qahirah: Dar al-
Nahdlah, 1996), Juz I, h. Muqaddimah3
Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1984), h. 22
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
18/96
3
Pengetahuan yang dibangun oleh al-Qur’an bertujuan agar memiliki hikmah
yang atas dasar itu dapat membentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai
normatif al-Qur’an, baik pada level moral maupun sosial. Untuk membentuk
perilaku yang sejalan dengan nilai normatif al-Qur’an yaitu dengan kontemplasi
terhadap kejadin-kejadian atau peristiwa-peristiwa sejarah yang berisi hikmah
tersembunyi dengan merenungkan dan mengambil pelajaran moral dari peristiwa-
peristiwa empiris yang terjadi dalam sejarah bahwa peristiwa-peristiwa itu
sesungguhnya bersifat universal dan abadi karena lebih mempelajari pesan-pesan
moral al-Qur’an dan sangat pennting guna menciptakan penyempurnaan kepada
kepribadian islam.
Untuk memahami makna ayat-ayat tersebut dibutuhkan interpretasi yang
sesuai atau yang mendekati pada apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kitab-
kitab tafsir dalam kepustakaan islam sudah banyak terkumpul. Kitab-kitab
tersebut ditulis pada masa dan tempat tertentu. Sementara masa dan tempat
tersebut beda satu sama lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh produk
tafsirnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Syahrur
yang dikutip oleh Abdul Mustaqim bahwa al-Qur’an harus selalu ditafsirkan
sesuai dengan tuntutan era kontemporer yang dihadapi umat manusia.4
Berkaitan dengan ayat tentang kisah Nabi Yunus banyak diceritakan dalam
tafsir al-Qur’an dan dalam buku kisah-kisah Nabi. Bahwa di dalamnya juga
dijelaskan bahwa Nabi Yunus berputusasa dalam berdakwah. Ia berputus asa
karena tidak satu pun dari kaumnya yang mau mengikuti ajakannya untuk
menyembah Allah. Putus asa adalah salah satu sikap negatif yang muncul pada
4
Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsuddin, Studi al-Qur’an Kontemporer (Yogjakarta:Tiara Wacana, 2002), h. 7
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
19/96
4
manusia ketika mendapat cobaan yang berat dari Allah Swt. Namun bagaimana
mungkin seorang Nabi mempunyai sifat negatif tersebut dan melakukan perbuatan
dosa karena sudah meninggalkan kaumnya? kemudian bagaimana dengan
pendapat yang menyatakan bahwa semua Nabi Allah itu terjaga dari sifat buruk
(ma’ sûm)?
Selain permasalahan yang sudah dikemukakan di atas, alasan lainnya juga
akan penulis jelaskan perihal mengambil penelitian tentang kisah Nabi Yunus
yaitu: Nabi Yunus adalah salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan dalam al-
Qur ’an dan namanya pun diabadikan menjadi nama salah satu surat di dalam al-
Qur’an. Selain itu Nabi Yunus dalam kisahnya mengalami peristiwa yang sangat
fenomenal yaitu Nabi Yunus dimakan ikan paus.
Kisah Nabi Yunus dan kaumnya menyiratkan pesan-pesan berharga bagi
kehidupan manusia selanjutnya meski kaum tersebut sekarang telah musnah, dan
dari aspek sosial budaya dapat dibandingkan moral bangsa sebelum turun wahyu
ketika masyarakat berada pada masa jahiliyyah dengan periode sesudah turun
wahyu bahkan sampai akhir ini.
Peristiwa yang fenomenal itu menimbulkan banyak penafsiran dari semua
kalangan mufasir, termasuk kalangan mufasir kontemporer. Penulis mendapatkan
suatu kesan bahwa kisah Nabi Yunus kaya akan ajaran-ajaran yang berkaitan
pendidikan moral atau akhlak. Seperti tafsir karya M. Quraish Shihab tafsir al-
Misbah yang menyinggung tentang tentang kandungan moral dari ayat tersebut
untuk lebih memperkaya makna ayat agar memiliki relevansi tersendiri dengan
konteks kekinian yang sesuai dengan misi al-Qur’an sebagai petunjuk yang
membimbing manusia untuk membentuk akhlak yang sempurna. Tafsir al-
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
20/96
5
Mishbah karya M. Quraish Shihab merupakan kitab tafsir yang sangat
representatif dalam dunia tafsir kontemporer. Memiliki berbagai macam disiplin
ilmu serta jangkauan pemahaman yang dinamis dan lebih komprehensif.
Tafsir al-Azhar merupakan salah satu tafsir yang mengambil corak budaya
kemasyarakatan, yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk
ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat serta
usaha-usaha untuk menanggulangi problmetika masyarakat berdasarkan ayat-ayat
dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah
dimengerti.5
Selain tafsir kedua tafsir di atas, penulis juga mengambil rujukan dari tafsir-
tafsir kontemporer yang bercorak Adabi ‘Ijtima’i yang lainnya. Seperti tafsir fî
Zilâl al-Qur’an karya Sayyid Quthb, tafsir Ad wa’ al -Bayân fî Idâh al-Qur’an bi
al-Qur’an karya al-Syinqiti, tafsir al-Manâr karya Rasyid Rida, dan kitab tafsir
lainnya. Hal ini tentu yang berkaitan dengan tema yang penulis bahas. Sehingga
penelitian ini bisa lebih mendalam mengkaji ayat tentang kisah Nabi Yunus dari
segi sosial dan hidayah atau akhlak.
Berdasarkan beberapa permasalah yang sudah diungkapkan diatas, penulis
dengan ini memberi judul untuk skripsi ini dengan, “Pesan Moral Kisah Nabi
Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia”
Semoga karya ini bisa menjadi
acuan dan motivasi dalam menyelesaikan permasalah.
5 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, h. 6
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
21/96
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan
Banyak ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kisah Nabi Yunus.
Penulis sendiri sudah melakukan sebuah penelusuran mengenai kisah Nabi Yunus
dari beberapa indeks al-Qur’an, diantaranya: indeks al-Qur’an digital karya
Ahmad Lutfi, indeks al-Qur’an karya Azha Ruddin Sahil,setelah mengambil
pertimbangan dari pemilihan ayat-ayat tersebut maka ayat yang akan menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:QS. Yûnus ayat 98, QS. Al-
Anbiyâ’ ayat 87-88, QS. As-S āffāt ayat 139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.
Rujukan tafsir utama dalam penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir al-
Qur’an yaitu tafsir al-Azhar karya Hamka dan tafsir al-Mishbah karya Quraish
Shihab. Keduanya menjadi fokus pembahsan karena, pertama, kedua mufassir dua
penafsiran Indonesia modern yang menggunakan di dalam karya mereka prinsip-
prinsip tafsir adabi ijtima’i. Kedua, karya kedua mufasir tersebut merupakan
representasi kuat penafsiran modern di Indonesia, karena penerimaan masyarakat
atas karya tersebut. Hal tersebut terlihat setidaknya dalam penerbitan ualng karya-
karya mereka. Tafsir al-Azhar sampai saat ini diterbitkan lebih dari lima kali.
Sedangkan tafsir al-Mishbah diterbitkan lebih dari delapan kali. Ketiga, kedua
tafsir tersebut dianggap mudah di pahami oleh masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Sedangkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah Pesan moral
apa yang dapat diambil dari kisah Nabi Yunus menurut mufasir modern
Indonesia?
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
22/96
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Kisah Nabi Yunus secara mendalam
2.
Untuk mengambil pelajaran baik dari kisah Nabi Yunus.
D. Tinjauan Pustaka
Berbagai macam sumber yang penulis kumpulkan, baik berupa buku-buku,
skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel, dan beberapa sumber lainnya yang
berkaitan dengan kisah Nabi Yunus.
Diantara buku-buku yang membahas tentang kisah nabi yunus adalah:
Pertama, Syekh Salim Ibn Ied al-Hilali dengan bukunya yang berjudul S ahīh
Qisas al-Anbiyâ’, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar diterbitkan Pustaka
Imam asy-Syafi’i tahun 2009. Di dalam memaparkan tentang Nabi Yunus, dia
hanya mengambil ayat-ayat yang bertema Nabi Yunus kemudian ditafsirkan
dengan pemahamannya sendiri, juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir serta kitab-
kitab hadis.
Kedua, Ali Muhammad al-Bajawi, dkk, dengan bukunya Qasas al-Qur’an,
diterjemahkan oleh Abdul Hamid, diterbitkan Darul Haq tahun 2007. Di dalam
bukunya dia hanya merujuk kepada ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang berkaitan
dengan kisah Nabi Yunus, tidak ditemukan dalam bukunya merujuk kepada buku-
buku lain.
Sedangkan skripsi yang membahas kisah Nabi Yunus adalah pertama, skripsi
yang ditulis oleh Wihdan Dana Maulidi, mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis tahun 2004,
yang berjudul “Kisah Dalam al-Qur’an: Studi atas kisah Nabi Yunus dalam QS.
al-Anbiyâ’ ayat 87-88 menurut Ath- Thabari dan Ar-Razi”. Di dalam skripsi ini
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
23/96
8
mengupas kisah nabi yunus dalam al-Qur’an dengan mengambil QS. al-Anbiyâ’’
ayat 87-88 yang kemudian penafsirannya dibandingkan antara Ath-Thabari
dengan Ar-Razi, dengan tidak menjelaskan secara detail mengenai keputusasaan
Nabi Yunus.
Skripsi yang kedua yang berjudul “Kisah Nabi Yunus Dalam al-Qur’an:
Kajian Komperatif Tafsir al-Mizân dan Tafsir Fī Zilâl al-Qur’an. Skripsi ini
ditulis oleh Fuatuttaqwiyah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogjakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis tahun 2003. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah komperatif untuk menganalisa data
yang berbeda agar dapat diketahui persamaan dan perbedaanya dari kedua tafsir
tersebut. Tabâtabâ’î dalam menafsirkan kisah Nabi Yunus menggunakan metode
tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an dan merujuk riwayat dari para imam
sebagaimana metode yang dianut oleh kaum syi’ah. Sementara Sayyid Quthb
tidak menggunakan riwayat namun lebih menggunakan penekanan pada dakwah
dan keimanan.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini menggunakan al-Qur’an sebagai objek kajian penelitian. Maka
mengambil metode penafsiran yang sudah ditetapkan dalam kajian ilmu tafsir
yaitu metode tahlilî , ijmalî, maudû’i, dan muqaran. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode tafsir tematik dengan menggunakan
pendekatan sosio historis, atau memahami al-Qur’an dalam konteks sejarahnya
dan harfiyahnya, kemudian merelevansikan pada situasi masa kini dengan
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
24/96
9
mengungkap pesan moral al-Qur’an kisah Nabi Yunus dengan menganalisa kitab-
tafsir modern Indonesia.
Dalam pengambilan ayat-ayat yang berkenaan dengan kisah Nabi Yunus
dengan penulis mengambil dari beberapa indeks al-Qur’an. Diantaranya yaitu al-
Qur’an al-Hadi karya Ahmad Lutfi Fathullah, menurutnya ayat-ayat yang
berkaitan dengan kisah nabi Yunus diantaranya QS. al-Anbiyâ’ ayat 87-88, QS.
As-S affāt ayat 140-142, QS. Yunus ayat 98.Indeks al-Qur’an karya Azha Ruddin
Sahil memilah ayat yang termasuk dalam kisah nabi Yunus yaitu QS. An-Nisâ’
ayat 163, QS. Al- An’ âm ayat 86, QS. Yûnus ayat 98, QS. As-S affāt ayat 139-148.
Kemudian indeks al-Qur’an karya Sukma Djaja Asyarie mengelompokkan
ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan kisah nabi Yunus yaitu QS. al-Qalam
ayat 48, QS. al-Anbiyâ’ ayat 87, QS. al- An’âm ayat 86, QS. As-S affāt ayat 140-147,
QS. An-Nisâ’ ayat 163. Dari indeks al-Qur’an tersebut kemudian dikombinasikan
dan tidak semua ayat-ayat al-Qur’an tersebut dimasukkan pada tema ini, sebab
ada beberapa ayat yang penulis anggap tidak koheren dengan pembahasan ini.
Dengan itu penulis memilih ayat yang dianggap lebih sesuai dengan tetap
mengacu pada indeks al-Qur’an tersebut.
2. Metode Pengumpulan Data
Semua jenis data yang dikumpulkan penulis dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan pesan moral kisah Nabi Yunus menurut mufasir modern, yaitu
sumber pokok atau data primer adalah al-Qur’an, dan sumber-sumber teks
pendukung (data sekunder) yaitu kitab-kitab tafsir al-Qur’an tafsir al-Azhar karya
Buya Hamka dan tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab. data-data yang
berkaitan dengan kisah Nabi Yunus.
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
25/96
10
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2010/2011, dengan pengecualian pada catatan kaki.
Pada catatan kaki yang sama atau catatan kaki yang merujuk pada buku yang
sama maka penulisan catatan kaki yang kedua dan seterusnya hanya menulis
nama belakang penulis buku atau nama populernya, dan mengambil tiga kata dari
judul buku.
F.
Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab, dalam
setiap babnya mempunyai spesifikmengenai topik tertentu. Skripsi yang terdiri
atas lima bab ini yaitu: bab pertama pendahuluan, yang didalamnya meliputi: latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Kemudian, beranjak pada permasalahan mengenai latar belakang mufasir dan
penafsiran, yang akan penulis kupas pada bab kedua. Bagian pertama, Biografi
Hamka, riwayat penulisan tafsir al-Azhar, metode dan corak penafsiran. Bagian
kedua, Biografi Quraish Shihab, riwayat penulisan tafsir al-Mishbah, metode dan
corak penafsiran.
Pada bab ketiga ini akan dibahas mengenai Nabi Yunus dalam sejarah dan
tafsir. Yang kemudian memulai dari pertama, sejarah Nabi Yunus yaitu: biografi
singkat Nabi Yunus, silsilah Nabi Yunus, kemudian adalah kisah Nabi Yunus.
Kedua, teori umum tentang kisah meliputi beberapa poin yang dibahasa yaitu:
definisi kisah, ruang lingkup kisah, tujuan kisah dalam al-Qur’an, pesan moral
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
26/96
11
dalam kisah al-Qur’an. Ketiga, analisis penafsiran ayat tentang kisah nabi Yunus
melalui mufasir modern. Diantara ayat-ayat yang akan dikaji adalah sebagai
berikut: QS. Yûnus ayat 98, QS. Al-al-Anbiyâ’’ ayat 87-88, QS. As-Sâffât ayat
139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.
Pada bab keempat, menafsirkan ayat-ayat yang bertemakan Nabi Yunus,
setelah mengkaji tafsir ayat tersebut kemudian di bandingkan dengan analisis ayat
dengan merujuk pada tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah, kemudian mengambil
pesan moral pada kisah Nabi Yunus menurut Hamka dan Quraish Shihab. Ulasan
ayat-ayat tentang kisah Nabi Yunus, diantara ayat-ayat yang akan dikaji adalah
sebagai berikut: QS. Al-al-Anbiyâ’’ ayat 87-88, QS. As-Sâffât ayat 139-148, QS.
Al-Qalam ayat 48-50, QS. Yûnus ayat 98.dan sub bab yang terakhir yaitu pesan
moral yang dapat diambil dari kisah Nabi Yunus. Yaitu meliputi sabar, optimis
terhadap pertolongan Allah, taubat dari kesalahan yang diperbuat.
Sedangkan bab kelima ini, merupakan bab yang terakhir yang menjadi
penutup dari skripsi. Dan menjadi jawaban pada rumusan masalah skripsi ini.
Semua penelitian yang dilakukan dan saran yang diajukan pada penulis mengenai
hasil penelitian ini. Bab ini terbagi dalam kesimpulan dan saran.
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
27/96
12
BAB II
LATAR BELAKANG PENAFSIRAN
A. Hamka
1. Biografi Hamka
Buya Hamka lahir di Ranah Minang pada penghujung abad 19. 1 Nama
aslinya adalah H. Abdul Malik Karim Amrullah. Nama Hamka disebut ketika ia
pulang setelah menunaikan iabadah haji. Beliau dilahirkan di sebuah desa yang
bernama Tanah Sirah Sumatra Barat pada 17 Februari 1908 atau 14 Muharram
1326 H. Nama Ayahnya adalah H. Abdul Karim Amrullah, ia seorang ulama
terkenal pembawa faham-faham islam di Minangkabau. Ibu Buya Hamka
bernama Shofiyah. Ayah Shofiyah punya gelar adat Bagindo Nan Batuah, ketika
muda ia terkenal sebagai guru tari, guru nyanyi, dan pencak silat.2
Hamka mengawali pendidikan membaca al-Qur’an di rumah orang tuanya
ketika keluarganya memutuskan pindah dari Minanjau ke Padang Panjang pada
tahun 1914 M. Ketika Hmaka berumur tujuh tahun ia dimasukkan ke sekolah
Diniyah Putra pada tahun 1916 M. Dan pada tahun 1918 ia belajar juga di
Thawalib School di pagi hari, sore hari di sekolah Diniyah dan malam hari berada
di surau bersama teman-teman sebayanya.3
Sekolah Thawalib School ini didirikan oleh kaum muda4. Mereka juga
menumbuhkan organisasi, baik bercorak sosial kemasyarakatan maupun yang
bercorak politik. Sementara itu Haji Abdullah Ahmad mendirikan sekolah
1 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 33
2 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang Selatan: Madzhab Ciputat, 2013), h.
1713Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,h. 172
4
Kaum muda adalah tiga serangkai: Syekh Muhammad Djamil Djambek, Syekh AbdulKarim Amrullah (Haji Rasul), dan Haji Abdullah Ahmad.
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
28/96
13
Adabiah di Padang. Organisasi pertama yang didirikan kaum muda adalah
organisasi yang mereka beri nama dengan Sumatera Thawalib. Pada mulanya
organisasi ini beranggotakan pelajar-pelajar Thawalib School, itulah sebabnya
aktivitas yang dilakukan oleh organisasi pada awalnya berbentuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari para pelajar Thawalib School, seperti sabun, pensil, tinta,
dan sebagainya.namun dalam perkembangan berikutnya bukan saja
beranggotakan pelajar-pelajar Thawalib School.5
Namun sistem yang berlaku di Thawalib School adalah sistem klasik,
kurikulum dan materi pelajaran masih menggunakan cara lama. Ini membuat
Hamka cepat bosan. Keseriusan belajar tidak tumbuh dari dalam, tetapi
dipaksakan dari luar. Keadaan inilah kemudian yang membawa Hamka berada di
perpustakaan umum milik Zainuddin Labai El Yunus. Hamka asyik membaca-
baca buku cerita dan sejarah di perpustakaan. Di perpustakaan imajinasinya
sebagai seorang anak-anak dapat bertumbuh. Tapi sayangnya pertumbuhan
imajinasinya sesekali mendapat jegalan dari Ayahnya.6
Pada masa ini Hamka mengalami suatu peristiwa yang menggoncangkan
jiwanya, Ayah dan ibunya bercerai. Akibatnya adalah kehidupan Hamka menjadi
terlantar dan kenakalan Hamka berubah menjadi semacam pemberontakan.
Kenyataan ini membuat Hamka ingin menjauhkan diri dari Ayahnya. Dan
keinginannya untuk pergi ke tanah Jawa menjadi semakin kuat. Pengembaraan
pencarian ilmu di tanah jawa ia mulai dari kota Yogjakarta. Dalam kesempatan ini
5
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 376M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 41
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
29/96
14
Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, yang dari dia Hamka mendapat
pelajaran tafsir al-Qur’an.7
Dengan modal inetelektual serta semangat pergerakan ia kembali ke
Minangkabau pada usia yang ke tujuh belas. Ia tumbuh menjadi pimpinan di
tengah-tengah masyarakat Minangkabau.
2. Riwayat Penulisan Tafsir al-Azhar
Ada dua alasan Hamka memberi nama tafsir yang telah ditulisnya dengan
tafsir al-Azhar. Pertama, tafsir ini sebagai bahan untuk disampaikan di kuliah-
kuliah di masjid al-Azhar, yaitu nama masjid yang diberikan oleh Mahmud
Syaltut, Syekh Universitas al-Azhar Kaherah pada tahun 1960. Kedua, Hamka
mendapat penghargaan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar
Kaherah.8
Tafsir al-Azhar berasal dari kuliah subuh yang diberikan oleh Hamka di
Masjid Agung al-Azhar sejak tahun 1959. Tidak lama setelah berfungsinya
Masjid al-Azhar, suasana politik yang digambarkan terdahulu mulai muncul.
Agitasi pihak PKI dalam mendiskreditkan orang-orang yang tidak sejalan dengan
kebijaksanaan mereka bertambah meningkat. Masjid al-Azhar dituduh menjadi
sarang “Neo Masyumi” dan “Hamkaisme”.9
Keadaan itu bertambah memburuk ketika pada penerbitan No. 22 tahun
1960, Panji Masyarakat memuat artikel Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita”.
Hamka sadar betul akibat apa yang akan diterima oleh Panji Masyarakat bila
memuat artikel tersebut. Namun hal itu dianggap Hamka sebagai perjuangan yang
7M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 43
8Abdul Rauf, Tafsir al-Azhar Dimensi Tafawuf Hamka, (Kuala Selanggor: Piagam Intan
SDN. BHD, 2013), h. 639M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 55
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
30/96
15
telah diamanatkan oleh Mohammad Hatta. Ceramah-ceramah Hamka setelah solat
subuh di Masjid al-Azhar yang mengupas tafsir al-Qur’an dimuat secara teratur
dalam majalah, yang berjalan sampai Januari 1964.
Pada hari senin 12 Ramadhan 1383 atau bertepatan dengan 27 Januari
1964 sesaat setelah Hamka memberikan pengajian di Masjid al-Azhar, ia
ditangkap oleh penguasa Orde Lama. Kemudian ia dijebloskan ke dalam tahanan
sebagai tahanan politik. Hamka ditempatkan di beberapa rumah peristirahatan di
kawasan puncak, yakni Bungalow Herlina, Harjuna, Bungalow Brimob
Megamendung, dan kamar tahanan Polisi Cimacan. Di rumah tahanan inilah
Hamka mempunyai kesempatan untuk menulis tafsir al-Azhar.
Disebabkan kesehatannya menurun, Hamka kemudian dipinddahkan ke
Rumah Sakit Persahabatan, Rawamangun Jakarta. Selama di Rumah Sakit ia
meneruskan penulisan tafsir al-Azhar. Ketika Orde Baru bangkit di bawah
pimpinan Soeharto, lantas kekuatan PKI telah ditumpas, kemudian Hamka
dibebaskan dari tahanannya. Pada tanggal 21 Januari 1966 Hamka kembali
menemukan kebebasannya. Kesempatan ini digunakan oleh Hamka untuk
menyempurnakan Tafsir al-Azhar.10
Penerbitanpertama tafsir ini dilakukan oleh Penerbit Pembimbing Masa,
pimpinan Haji Mahmud. Cetakan pertama oleh Pembimbing Masa, menyelesaikan
penerbitan dari jux pertama sampai juz keempat. Kemudian diterbitkan pula juz
lima belas sampai juz tuga puluh oleh Pustaka Islam Surabaya. Dan juz lima
sampai empat belas diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta.11
10
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 5611M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 57
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
31/96
16
3. Metode dan Corak Penulisan
Dalam sumber penafsiran, ada dua sumber yang digunakan yaitu bi al-
matsûr dan bi al-ra’yi. Hamka dalam penafsirannya menggunakan sumber bi al-
ra’yi karena dalam hal menafsirkan, beliau mengumakakan pendapat-pendapat
beliau tentang ayat-ayat tersebut. Jika dilihat dari urutan suratnya tafsir al-Azhar
menggunakan tartib mushafi. Karena itu, metodenya disebut dengan metode
tahlili.12
Dalam hal memilih sumber referensi untuk tafsirnya, hamka tidak fanatik
terhadap satu karya tafsir dan tidak terpaku pada satu madzhab pemikiran. Hamka
bukan hanya mengutip kitab tafsir melainkan kitab hadis dan sebagainya yang
menurutnya penting untuk dikutip. Akan tetapi ada beberapa tafsir yang
berpengaruh bukan hanya dari segi pemikiran tetapi juga dalam hal corak
penafsiran. Yaitu Tafsir al-Manâr karya Rasyid Ridha, Tafsir al-Maraghi karya
Mustafa al-Maraghi, Tafsir fi Zilâl al-Qur’an karya Sayyid Qutb, dan kitab tafsir
lainnya.13
Ada persamaan antara tafsir al-Azhar dan tafsir al-Manar dalam proses
penyusunannya. Kedua tafsir ini bermula dalam bentuk ceramah masjid yang
kemudian disusun dalam bentuk tulisan. Hal ini menyebabkan tafsir ini dapat
berkomunikasi dengan pembacanya serta hampir dengan suasana dan
permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Hanya yang berbeda adalah latar
tempatnya, tafsir al-Manar dihasilkan dengan berlatarbelakang masyarakat Mesir.
12
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 18613Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 187
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
32/96
17
Sedangkan tafsir al-Azhar dihasilkan dengan berlatarbelakang masyrakat
indonesia.14
Hamka dalam menafsirkan menggunakan contoh-contoh yang ada di
tengah masyarakat, baik masyarakat kelas atas maupun rakyat biasa. Berdasarkan
hal tersebut, Tafsir al-Azhar dalam menjelaskan suatu ayat menggunakan corak
sastra budaya kemasyarakatan atau disebut dengan corak adabi ijtima’i. Adabi
ijtima’i adalah suatu corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang
mengungkapkan dari segi bahasa dan kemukjizatannya, menjelaskan makna-
makna dan susunan yang dituju oleh al-Qur’an mengungkapkan hukum-hukum
alam dan tatanan masyarakat yang dikandung di dalamnya.15
Dalam langkah penafsiran dalam tafsir ini, hal pertama yang dilakukan
adalah mengemukakan pendahuluan pada setiap juz yang akan dibahas. Kemudian
ia akan mencari munasabah atau korelasi antara juz sebelumnya dengan juz yang
akan dibahas. Selanjutnya Hamka menyajikan beberapa ayat di awal pembahasan
secara tematik. Kemudian ia menafsirkan kelompok ayat yang dianggap memiliki
satu tema untuk memudahkan penafsiran juga untuk memahami kandungannya.
Dalam tafsir ini Hamka juga menjauhkan diri dari uraian dalam
pembahsan arti kata yang berlarut-larut. Karena dianggap tidak cocok dengan
masyarakat indonesia yang banyak tidak memahami bahasa Arab. Walaupun
demikian bukan berarti Hamka tidak pernah menjelaskan artian sebuah kata dalam
al-Qur’an. Sesekali penafsiran atas sebuah kata akan disajikan dalam tafsirnya.
Setelah menerjemahkan ayat, Hamka memulai penafsirannya terhadap
ayat tersebut dengan luas dan terkadang dikaitkan dengan kejadian pada zaman
14
Abdul Rauf, Tafsir al-Azhar Dimensi Tafawuf Hamka, h. 6715Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 188
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
33/96
18
sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman
sepanjang masa.16 Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa Tafsir al-Azhar
tergolong kepada jenis tafsir bi al-ra’yi dengan menggunakan metode tahlili yang
bercorak adabi ijtimai’i.
B. M. Quraish Shihab
1. Biografi Quraish Shihab
Nama lengkapnya ialah Muhammad Quraish Shihab, ia lahir di Rappang,
Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944 M. atau 21 Safar 1363 H.
Ayahnya adalah Prof. Dr. Abdurrahman Shihab, seorang penggagas sekaligus
pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.17 Di samping itu ayahnya
seorang wiraswastawan, dan seorang mubaligh yang sejak muda seringkali
berdakwah dan mengajar ilmu-ilmu keagamaan.18
Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga dan suasana yang
dilingkupi dengan al-Qur’an. Ayahnya selalu membacakan al-Qur’an dan
mengajarkan kitab-kitab tafsir kepada anak-anaknya. Dengan demikian benih
kecintaan kepada studi al-Qur’an mulai mulai tumbuh di jiwa Quraish Shihab.
Kemudian diikutinya dengan pendidikan formal pada bidang tafsir di Universitas
al-Azhar.19
Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang.
Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang Jawa Timur dan
tinggal di Pesantren Darul-Hadis al- Faqihiyyah. Pada awal tahun 1958 ia
berangkat ke Kairo Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah al-Azhar.
16Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 189
17Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 269
18 Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya Quraish Shihab.
Dalam Mimbar Agama dan Budaya, vol XIX, No.2, 2002, h. 16219 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 14
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
34/96
19
Kemudian pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuludin Universitas al-Azhar Kairo Mesir.Kemudian ia melanjutkan
pendidikan S2 di fakutas yang sama selama dua tahun. Dan meraih gelar Master
of Arts (MA) untuk spesialisasi bidang tafsir al-Qur’an dengan tesis ya g berjudul
al- I’jaz al -Tasyri’i li al -Qur’an al -Karim.20
Ketika ia kembali ke kota kelahirannya di Ujung Pandang, ia dipercaya
untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN
Alauddin Ujung Pandang. Pada pertengahan 1980 Quraish Shihab kembali ke
Kairo dan melanjutkan pendidikan untuk mengambil program S3 di al-Azhar
Kairo. Tahun 1982 ia meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an
dengan disertasi yang berjudul Nazhm al-Durar li al- Biqa’iy: Tahqiq wa Dirasah
dan lulus dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 1984 Quraish Shihab ia
ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan program pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ia juga menduduki berbagai jabatan di luar kampus. Yaitu
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 1984. Anggota Lajnah Pentashih al-
Qur’an Departemen Agama sejak 1989, dan lain lain.
Quraish Shihab juga sangat aktif sebagai penulis. Setiap hari Rabu dia
menulis dalam rubrik Pelita Hati. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota
Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama. Selain kontribusinya
untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, ia juga menulis buku-
buku, diantaranya: Tafsir al-Manar: Kesitimewaan dan Kelemahannya, Filsafat
Hukum Islam, Mahkota Tuntunan Ilahi, Membumikan al-Qur’an, Tafsir al-
20
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 270
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
35/96
20
Mishbah, Pengantin al-Qur’an, Wawasan al-Qur’an dan masih banyak lagi buku
lainnya.21
2.
Riwayat Penulisan Tafsir al-Mishbah
Tafsir karya Quraish Shihab diberi nama al-Mishbah yang berarti lampu,
pelita, lentera. Dengan nama ini diharapkan berbagai persoalan umat dapat
diterangi oleh cahaya al-Qur’an. Quraish Shihab menginginkan agar al-Qur’an
dengan mudah dapat dipahami pembacanya.Tafsir ini merupakan karya besar
seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas al-Azhar Kairo
Mesir. Ia mulai menulis tafsirnya pada 18 juni 1999 atau 4 Rabi’ul awal 1420 H.
Tafsir al-Mishbah pertama kali diterbitkan pada tahun 2000 dan disambut
antusias oleh kaum muslimin Indonesia, khususnya para peminat kajian tafsir al-
Qur’an. Tafsir ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga mendapat
tempat khusus di hati khalayak. Al-Mishbah menghimpun lebih dari 10.000
halaman yang memuat kajian tafsir al-Qur’an. Tafsir ini terdiri dari 15 volume,
yang menafsirkan al-Qur’an secara tahlili yaitu ayat per ayat berdasarkan tata
urutan al-Qur’an. Metode ini yang membedakan tafsir al-Mishbah dengan karya
Quraish Shihab lainnya yang menggunakan metode maudhu’i, yakni menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan tata urutannya
dalam mushaf. Seperti buku karya Quraish Shihab yang berjudul Lentera hati,
Membumikan al-Qur’an, Mukjizat al-Qur’an, Pengantin al-Qur’an, dan lain-
lain.22
Di Indonesia kejumudan kajian islam hampir merata di semua cabang
ilmu. Cabang-cabang ilmu seperti kajian Fiqih, Ushul Fiqih atau Tafsir juga tidak
21
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 27222Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 274
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
36/96
21
mempunyai perkembangan yang segnifikan. Baik di pesantren atau diperguruan
tinggi.Keadaan kian diperburuk oleh kecenderungan menghakimi pendapat yang
berbeda, terkadang sampai menghakimi kafir kepada segolongan orang.
Di dalam kajian tafsir ada geliat yang cukup menarik. Dalam lima dekade
terkhir ini ada dua tafsir yang ditulis oleh sarjana Indonesia, yakni tafsir al-Azhar
karya Buya Hamka, dan tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab. Kedua tafsir ini
patut mendapat apresiasi karena tafsir ini mencerminkan perkembangan mutakhir
dalam pendekatan terhadap al-Qur’an. Dalam rangka memahami aspek-aspek
Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an, Quraish Shihab
menggunakan pendekatan melalui ketelitian dan keindahan redaksi al-Qur’an,
isyarat ilmiah, dan pemberitaan hal gaib masa lalu dan masa mendatang. Ketiga
pendekatan ini sangat dominan mewarnai penafsiran yang dilakukan. Tema yang
diusung oleh tafsir ini adalah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.23
3.
Metode dan Corak Penulisan
Tafsir al-Mishbah merupakan tafsir yang didasarkan pada karya-karya
ulama modern dan kontemporer. Seperti Sayyid Muhammad Thanthawi
(pemimpin tertinggi al-Azhar), Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, Sayyid Qutb,
Muhammad Thahir ibn Asyur, Sayyid Muhammad Hussein at penafsih-
Thabathaba’i, dan beberapa mufasir lainnya. Selain itu penaf siran yang dilakukan
oleh Quraish Shihab berdasarkan pada pemikirannya sendiri. Maka bisa disebut
bahwa tafsir al-Mishbah merupakan tafsir bi al-ra’yi.24
Kata al-ra’yu berarti kebebasan pemikiran, cenderung berkonotasi pada
rasionalitas ijtihad terhadap bayan al-Qur’an. Al-Qur’an dianggap sebagai teks
23
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 27624Quraish Shihab, Muqaddimah Tafsir al-Mishbah, h. xiii
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
37/96
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
38/96
23
mengungkapkan isi al-Qur’an secara rinci agar petunjuk -ptunjuk yang tergantung
di dalamnya dapat dijelaskan dan dipahami pembacanya.26
Dengan demikian yang dimaksud dengan metode tahlili atau analisis
adalah penjelasan tentang arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an dari sekian banyak
seginya yang ditempuh oleh mufasir dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai
urutannya di dalam mushaf melalui penafsiran kosa kata. Penjelasan asbab al-
nuzul, munasabah, serta kandungan ayat tersebut sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufasir.Tafsir al-Mishbah tidak menitikberatkan kepada sebuah
madzhab penafsiran saja. Dalam arti bahwa Quraish Shihab sepertinya ingin
tampil dengan gaya penafsiran baru, tafsir madzhab Indonesia.27
Menyadari kelemahan dari metode tahlili, maka Quraish Shihab
memberikan tambahan lain dalam metode tafsrinya, yaitu dengan metode
maudhu’i. Menurutnya metode ini memiliki keistimewaan yaitu menghindarkan
yang terdapat pada metode lain. Dengan dasar tersebut Qurasih Shihab berusaha
menghidangkan bahasan tiap surat dengan menjelaskan tujuan dan tema surat.28
Secara umum dapat dikatakan tafsir di Indonesia banyak terpengaruh oleh
corak tafsir dari Mesir, yaitu banyak memakai corak tafsir adabi ijtima’i (sastra-
kemasyarakatan). Corak ini pertama kali dipandang sebagai corak tafsir
kontemporer. Tafsir dengan corak ini digunakan agar al-Qur’an lebih dekat
dengan masyarakat dan juga dapat menjawab problematika yang umat rasakan.
26 Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Quraish Shihab dalam Mimbar Agama dan
Budaya, h. 18227
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 28628 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 117
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
39/96
24
Paham progresif dan modernis inilah yang kemudian muncul di Indonesia yang
ketika itu Indonesia sedang mengalami penjajahan oleh Belanda dan Jepang.29
Begitu juga dengan kitab tafsir al-Mishbah yang mempunyai lima belas
jilid ini mempunyai corak adabi ijtima’i. Dikatakan juga bahwa tafsir ini memiliki
kecenderungan lughawi. Hal ini didasarkan pada banyaknya pembahasan tentang
kata. Contohnya seperti ketika dalam menjelaskan kara ilah (Tuhan). Kata yang
darinya terbentuk kata Allah ini berakar dari kata al-Ilahah, al-Uluhah, dan al-
Uluhuyyah yang semuanya bermakna ibadah atau penyembahan. Sehingga Allah
secara harfiyah bermakna yang disembah.
Sementara ada seorang peneliti yang menulis dalam artikelnya bahwa
corak yang diikuti oleh Muhammad Quraish Shihab dalam corak tafsirnya adalah
tafsir adabi ijtima’i yaitu corak penafsiran al-Qur’an yang tekanannya bukan
hanya tafsir lughawi, tafsir fiqhi, tafsir ilmi, dan tafsir isyari, akan tetapi arah
penafsirannya ditekankan pada kebutuhan sosial masyarakat, yang kemudian
disebut corak tafsir adabi ijtima’i.30
29
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 28230Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 283
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
40/96
25
BAB III
NABI YUNUS DALAM SEJARAH DAN TAFSIR
A. Sejarah Nabi Yunus
1. Biografi Nabi Yunus
Tidak ditemukan banyak riwayat hidup tentang Nabi Yunus dan nasabnya.
Hanya disebutkan namanya adalah Yunus bin Matta, Beliau mempunyai kunyah
yaitu Dzû al-Nûn.1Julukan ini diberikan karena ia ditelan oleh Nun. Al-Nûn adalah
al-hût (ikan paus).2Seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS. al- Anbiyâ’
ayat 87:
Artinya: Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah
Nabi Yunus juga disebut oleh Allah dengan lafazh Sâhib al- H ût yaitu
orang yang berada dalam perut ikan. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah
QS. Al-Qalam ayat 48:
Artinya: Maka Bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan
Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut)
ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
Yunus disebut dalam al-Qur‟an enam kali, empat kali menggunakan lafazh
yunus, dan dua kali menggunakan sifat, yaitu dzu al-Nûn dan Sâhib al- Hût.3 Nabi
1Hilmi Ali Sya‟bani, Silsilah Qasas al- Anbiyâ’: Yūnus ‘Alaih al -Salâm, (Beirut: Dar al-
Kutub Ilmiyah, t.t.), jilid XI, h. 32Al- Qurthubi, al- Jami’ li Ahkam al -Qur’an, penerjemah Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), jilid 11, h. 8753
Muhammad Ali Ash Shabuniy, dkk, Kenabian Dan Para Nabi, alih bahasa: ArifinJamian Maun, (Yogjakarta: PT Bina Ilmu, 1993), h. 520
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
41/96
26
Yunus berumur 70 tahun, ia hidup pada tahun 820 - 750 SM. Ia diutus ke Negeri
Ninawa dan meninggal disana. Nama atau sebutan untuk kaumnya adalah bangsa
Asyiria di utara Irak. Nabi Yunus sudah menjadi yatim sejak dalam kandungan
ibunya. Ayahnya meninggal ketika Nabi Yunus berumur empat bulan dalam
kandungan.Nabi Yunus disebut dalam Taurat dengan nama Yunan bin Amitai.
Nabi Yunus sejak kecil mempunyai semangat yang tinggi dan pekerja keras tetapi
tingkat kesabarannya sedikit. Beliau dari umur sepuluh sampai dua puluh lima
sudah terkenal ahli ibadah, zuhud, menjauhi maksiat dan kemungkaran.4
Nabi Yunus mempunyai paman yang bernama Zakariya bin Abdan,
setelah pamannya meninggal kemudian Ia dibawa oleh istri pamannya ke Baitul
Maqdis. Disitulah Beliau diutus jadi Nabi pada usia 28 tahun. Beliau diutus oleh
Allah ke Negeri Ninawa atau sekarang dikenal dengan Negara Irak.5
Nabi Yunus hidup dan bertugas sebagai Nabi pada masa pemerintahan raja
Yerobeam II (787-744) di kerajaan utara.6 Ninawa terletak di sebelah timur sungai
Tigris di Mesopotamia utara, yang berhadapan dengan kota Mossul.Dan kota
Niniwa berada dekat dengan dua bukit yaitu bukit Kuyun dyik dan Tell Nebi
Yunus. Menurut tradisi setempat, kuburan nabi yunus terletak di atas bukit tell
nebi Yunus. Tetapi ada juga yang mengatakan letak kuburan Nabi Yunus berada
di kampung halamannya, yaitu di Gat-Hefer, beberapa kilometer dari sebelah
utama Nazaret.7
Niniwa merupakan kota yang penting dalam kerajaan Asyur. Pada abad
kesembilan sebelum masehi, Raja Asyurnasipal (884-859 SM) dan Salmanassar
4Sya‟bani, Silsilah Qasas al- Anbiyâ’ , h. 5
5Sya‟bani,Silsilah Qasas al- Anbiyâ’ , h. 9
6
Wolfgang Bock, Nabi Yunus, (Yogjakarta: Kanisius, 2011), h. 77A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus, (PT. BPK Gunung Mulia), h. 12
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
42/96
27
III (859-823 SM) bertahta di Niniwe. Kota Niniwa mengalami zaman
keemasannya pada masa kerajaan Asyur Baru. Selama periode itu, Niniwe
menjadi ibu kota kerajaan Asyur. Raja Sanherib (705-681 SM), Asarhaddon (681-
669 SM), dan Asyurbanipal (669-625 SM) memperkaya kota Niniwa dengan
membangun kuil dan istana. Ahli ilmu purbakala (arkheologi) sudah berhasil
menggali kembali istana raja Asyurbanipal pada tahun 1853. Dalam istana
tersebut ditemukan perpustakaan atau arsip, yang di dalamnya tersimpan loh batu
100.000 lebih.
Yaqut al-Hamawi berpendapat, Irak adalah nama Negeri, sedangkan al-
Irâqâni berarti kota Kufah dan Bashrah. Negeri ini dinamakan Irak karena daerah
ini merupakan dataran terendah di Jazirah Arab. Abu Qasim al-Zujaji mengutip
pandapat Ibnu al-Arabi, Irak adalah Negeri terletak di bawah wilayah Najed dan
lokasinya berdekatan dengan laut. Al-Khalil berpendapat, al-Irâq adalah tepi
pantai, dinamakan irak karena Negeri tersebut berada di tepi sungai Tigris dan
sungai Eufrat yang memanjang hingga bermuara di laut.8
Ninawa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah
selatan Irak. Kota tersebut termasuk kota yang paling kaya, makmur dan besar
dimasa itu. Namun kelapangan rezeki dan kekayaannya yang luar biasa itu justru
menyebabkan penduduknya berdusta dan tidak mengimani Allah sebagai
Tuhannya. Mereka melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT, mereka juga
senantiasa berbuat kemaksiatan.9
8Muchtar Adam, Ma’rifat al -Rusul Jejak Cahaya Para Rusul,(Bandung: Makrifat Media
Utama, t.t.), h. 389Syahruddin El-Fikri, Situs-situs Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Republika, 2010), h. 62
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
43/96
28
Di Ninawa mereka menyembah berhala dan tidak mau beriman kepada
Allah SWT. Ditengah bayang-bayang berhala dan ditengah gelap gulita
kebodohan dan kemusyrikan. Disitulah Nabi Yunus diutus untuk membawa
cahaya keimanan dan bendera tauhid. Dan menyeru kaumnya, agar menghargai
akal dan memulaikan kepala dengan tidak menggunakan kepala mereka untuk
bersujud kepada patung. Nabi Yunus menyeru mereka untuk melihat dan
merenungkan bahwa dibalik kebesaran alam yang indah ini ada Tuhan yang maha
besar, Tuhan yang maha Esa, dan tempat bergantung segala urusan. Dialah yang
lebih berhak disembah dan disucikan. Allah mengutus Nabi Yunus untuk
memberi petunjuk dan rahmat bagi kaumnya, dan membimbing untuk senantiasa
ada pada jalan-Nya yang benar. Kebodohan dan kesesatan telah menutupi hati dan
pandangan kaumnya sehingga tidak bisa merenung dan berpikir dengan benar.10
Kisah Nabi Yunus ketika ditelan ikan ini diperkirakan terjadi di
mesopotamia, di sungai ini terdapat sungai tigris yang cukup besar. Banyak ikan
berukuran besar yang tercatat hidup di sungai ini. Akan tetapi kalau pun ada ikan
air tawar berukuran besar di kawasan itu, ikan itu tidak akan cukup besar untuk
dapat menelan manusia dewasa. Ikan air tawar terbesar yang tercatat adalah ikan
arapaima gigas yang hidup di sungai amazon Amerika selatan. Berukuran 2,5
sampai 3 meter.
Ikan yang diduga menelan nabi yunus adalah ikan paus. Ikan paus adalah
mamalia, hewan menyusui yang hidup dilaut yang bernafas dengan paru-paru
seperti manusia. Ikan paus terbesar adalah paus biru. (blue whale) yang memiliki
10
Muhammad Ahmad Jadul Mawla, dkk, Qasas al-Qur’an. Penerjemah: AbdurrahmahAssegaf, ( Jakarta: Zaman, 2009), h. 372
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
44/96
29
nama latin balaenoptera musculus. Panjang tubuhnya tercatat dapat mencapai 33
meter, dengan berat 180 ton.11
2.
Silsilah Nabi Yunus
Garis keturunan Nabi Yunus dimulai dari Benyamin bin Ya‟qub.
Benyamin adalah saudara kandung Yusuf seibu dan sebapak. Benyamin
menurunkan Abumatta, kemudian Matta dan menurunkan Yunus as, rasul yang
ke-21 untuk bangsa Ninawa Irak.
Jika garis keturunan Nabi Yunus dilihat dimulai dari Nabi Adam maka
sebagai berikut:12
11Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, Badan Litbang & Diklat Kementrian Agama RI,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hewan Dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2012), h. 300 12
Herdi Ansyah, Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui di Dalam Islam, artikel
ini diakses pada 14 Agustus 2014 dari: ilmuidirimu.blogspot.com/2013/09/25-nama-nabi-rasul-yang-wajib-kita.html?m=0
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
45/96
30
3.
Kisah Nabi Yunus
Yunus ibn Matta lahir di Gats Aifar, Palestina. Masyarakat menolak
ajakannya, sehingga beliau menuju ke Yafa, suatu pelabuhan di Palestina, dan
melaut menuju tempat yang dinamai Yarsyisy, suatu kota disebelah barat
Palestina. Beliau diutus sekitar awal abad kedelapan SM, dan di kuburkan di
Jaljun, suatu desa yang terletak diantara Quds di Palestina dan al- Khalil yang
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
46/96
31
terletak di tepi barat laut mati. Kaum nabi Yunus as. Hidup di kota Ninawa, salah
satu kerajaan Asyûr yang terletak di tepi sebelah kiri dari sungai trigis di irak dan
dibangun pada tahun 2229 SM.13
Nabi Yunus diutus oleh Allah ke negeri Ninawa, tetapi tidak dijelaskan secara
pasti letak negeri tersebut di dalam al-Qur‟an. Namun Sami ibn Abdullah al-
Maghluts yang dikutip dari buku Situs-situs Dalam al-Qur’an mengatakan,
Ninawa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah selatan Irak.
Kota tersebut termasuk kota yang paling kaya dan besar di masa itu.14
Kelapangan rezeki dan kekayaan yang dimiliki penduduk Ninawa justru
menyebabkan sesat dan tidak beriman kepada Allah SWT. Mereka melakukan
kemaksiatan dengan menyembah berhala yang mereka buat sendiri.15Di dalam
setiap rumah penduduk Ninawa terdapat berhala-berhala yang mereka jadikan
sesembahan. Oleh sebab itu Allah mengutus Nabi Yunus AS untuk menyadarkan
mereka dan beriman kepada Allah SWT.16
Nabi Yunus dalam dakwahnya memberikan pengertian bahwa tidak ada
gunanya menyembah berhala, yang patut disembah hanya Allah SWT, karena Ia
yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Ajakan Nabi Yunus tidak
dihiraukan oleh mereka, sebab menyembah berhala sudah menjadi tradisi turun
menurun. Ditambah lagi Nabi Yunus adalah orang biasa, bukan dari golongan
bangsawan dan tidak mempunyai kekayaan dan kekuasaan.17
13M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh, jilid 12, h. 80
14Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Republika, 2010), h. 62
15Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 62
16Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul, (Jakarta: Penebar Salam,
1999), h. 6417Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 64
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
47/96
32
Penduduk Ninawa menyembah berhala-berhala sejak zaman nenek moyang
mereka, dan tidak ada tanda alam yang muncul untuk menjadikan mereka
meninggalkan agama yang telah mereka anut kemudian menganut agama yang
didakwahkan oleh Nabi Yunus.18Yunus menjelaskan bahwa berhala yang
disembah di pagi dan sore hari tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dan juga
tidak dapat mendatangkan kemanfaatan untuk manusia atau menghilangkan
keburukan manusia. Berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan sesuatu,
menghidupkan yang mati, menyembuhkan yang sakit, mengembalikan yang sesat.
Berhala tersebut juga tidak mampu menolak keburukan dari dirinya sendiri, dia
tidak mampu membela dirinya jika ada yang akan menghancurkannya19
Yunus menjelaskan bahwa agama yang ia dakwahkan ini memerintahkan
kepada hal-hal yang baik, meluruskan kepada hal yang benar, agama ini menyeru
kepada hal yang makruf dan melarang dari hal yang mungkar, membenci kepada
kezhaliman, mewajibkan untuk berlaku adil dan damai, menyebarkan keamanan
dan ketentraman. Agama Allah ini memotivasi untuk berlaku lembut terhadap
orang-orang miskin, berlaku santun terhadap orang fakir, memberikan makan
kepada orang-orang yang lapar, melepaskan tawanan. Semua itu merupakan hal-
hal yang mengandung kebaikan.20
Yunus adalah salah seorang bagian dari kaumnya, penduduk Ninawa mengira
bahwa tidak ada gunanya mengikuti seseorang yang martabatnya sama dengan
mereka. Nabi Yunus sungguh telah menyeru dengan lemah lembut, mendebat
dengan cara yang baik. Maka jika tidak mengikuti ajakannya maka ia peringatkan
18Ali Muhammad al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, penerjemah: Abdul
Hamid, (Jakarta: Darul Haq, 2007), h. 29219
Ali Muhammad al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 29220Al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 292
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
48/96
33
akan datangnya siksaan, bencana dan kahancuran. Menurut Ali ibn Abi Talib,
Yunus diutus sebagai rasul ketika berumur 30 tahun. Dan menurut riwayat dari
Ibnu Abbas bahwa Nabi Yunus telah berdakwah selama 30 tahun.21
Ketika penduduk Ninawa mendengar ancaman akan datangnya siksa, mereka
tidak merasa takut. Kemudian Nabi Yunus tidak sanggup untuk bersabar lagi. Ia
kemudian pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah.22 Yunus pergi
meninggalkan kaumnya, ia berjalan sampai ke tepi sungai. Ia melihat ada
sekelompok orang yang siap berlayar menyeberangi lautan. Nabi Yunus minta
agar diperkenankan ikut berlayar bersama mereka.23
Dalam pelayaran itu, cuaca sangat tidak mendukung. Angin bertiup kencang,
gelombang ombak yang besar sehingga menghantam kapal. Khawatir akan
keselamatan seluruh penumpangnya, nahkoda kapal mengintruksikan untuk
mengurangi mauatan kapal. Barang-barang yanng dianggap tidak begitu penting
dibuang ke laut. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Kemudian nahkoda
kapal melakukan pengundian agar salah seorang penumpang ada yang kelur dari
kapal.
Ketika pengundian dilakukan, nama yang muncul adalah Nabi Yunus.
Beberapa penumpang keberatan dengan nama tersebut, mengingat Nabi Yunus
adalah orang yang disegani. Kemudian dilakukan pengundian lagi, dan selalu saja
nama Nabi Yunus yang keluar. Setelah dilakukan pengundian sebanyak tiga kali,
21Ensiklopedi al-Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, (Jakarta: Lentera Hati, 2007),
jilid 3, h. 111422
Al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 29323Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 66
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
49/96
34
akhirnya Yunus menyadari, semua itu adalah takdir Allah. Maka Nabi Yunus
akhirnya merelakan dibuang di tengah laut.24
Nabi Yunus terombang-ambing oleh gelombang laut. Sesaat kemudian beliau
ditelan ikan besar yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyelamatkannya.
Nabi Yunus berada dalam kegelapan perut ikan tersebut selama tiga hari tiga
malam. Nabi Yunus tidak berkeluh kesah, ia benar-benar sabar dan senantiasa
berdoa memohon ampunan kepada Allah. Di dalam perut ikan, Yunus menyadari
kesalahannya, yakni tak sabar dalam berdakwah dan meninggalkan kaumnya.25
Menurut Ibnu Hatim, Yunus berada dalam perut ikan itu selama empat puluh
hari, tetapi menurut Ja‟far Ash-Shadiq selama tujuh hari, dan tiga hari menurut
pendapat Qatadah.Sedangkan Asy-Sya‟bi mengatakan bahwa ia masuk kedalam
perut ikan pada pagi hari dan keluar dari mulut ikan pada sore hari.26
Nabi Yunus di dalam perut ikan senantiasa bertasbih dan memohon ampun
kepada Allah atas segala kesalahannya, Nabi Yunus As. juga berdoa berdoa:
Artinya: Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Dengan kemurahan Allah Yunus berada dalam perut ikan itu masih hidup,
karena dalam logika sangat tidak masuk akal seorang yang berada dalam ikan
paus tetapi masih hidup. Ia bertaubat, ia mengakui kesalahannya, ia hanya ingin
mengingat Tuhannya. Maka permohonannya dikabulkan oleh Tuhan. Dia pun
dilepaskan dan dikeluarkan dari dalam perut ikan.27
24Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 64
25Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 66
26Ensiklopedi al-Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, (Jakarta: Lentera Hati, 2007),
jilid 3, h. 111427Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
50/96
35
Berkat taubatnya dan insafnya akan kesalahan yang diperbuat, maka
termasuklah dia orang pilihan Tuhan, orang yang dinaikkan tingkat martabatnya,
Dan dijadikan Nyalah dia termasuk orang-orang yang saleh. Cobaan yang begitu
pahit yang dialaminya itu menyebabkan ia berputusasa, dan insaf kesalahan
dirinya telah ditingkatkan pula derajatnya termasuk orang-orang saleh. Menurut
Nabi Yunus, kesalahan ini sangat berfaedah bagi dirinya, karena dengan itu beliau
mendapat kepribadiannya kembali.28
Allah SWT mendengar doa Nabi Yunus dan mengampuninya. Nabi Yunus
dapat keluar dari perut ikan atas izin Allah, kemudian oleh ikan itu Nabi Yunus
dilemparkan ke daratan. Kondisi Nabi Yunus sangat lemah, kemudian Allah
memulihkan kondisinya dengan memulihkan sebatang pohon dari jenis labu untuk
dimakan. Setelah beberapa saat akhirnya Nabi Yunus kembali ke Ninawa dan
kaumnya yang telah beriman. Ia kembali dan disambut umatnya yang jumlahnya
mencapai seratus ribu orang.29
B. Kisah Dalam al-Qur’an
1. Definisi Kisah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI, kisah berarti
cerita tentang kajadian atau riwayat dalam kehidupan seseorang.30Dalam Bahasa
Arab kata kisah biasa disebut denganلة
yang diambil dariق
يص
قص
قو
yang berarti cerita atau peristiwa yang terjadi.لة
adalah bentuk
28Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72
29Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 64
30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), h. 443
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
51/96
36
mashdar yang berarti mengikuti jejak.31Seperti yang terdapat dalam firman Allah
QS. al-Kahfi ayat 64:
Artinya: Musa berkata Itulah (tempat) yang kita cari. lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Al-Qur‟an juga menamakan pemberitaan tentang keadaan umat-umat
terdahulu dengan kisah. Qasas yang berarti juga berita atau kisah, sebagai bukti
yaitu dalam QS. Yusuf ayat 111:
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal
Dalam ulum al-Qur‟an qasas secara bahasa sama artinya dengan cerita.
Sedangkan secara istilah sama halnya dengan cerita pendek atau novel, yaitu
bentuk narasi dari sastra yang digunakan sebagai media untuk mengungkapkan
kehidupan. Sedangkan kisah dalam al-Qur‟an berarti berita mengenai hal ihwal
umat, nabi dan peristiwa-peristiwa terdahulu yang pernah terjadi.32
Pada tataran terminologi para pakar dan ulama banyak memberikan
definisi tentang kisah. Menurut as-Siba‟i al-Bayyumi yang dikutip dari buku A
Hanafi, kisah adalah setiap tulisan yang bersifat kesusastraan dan indah serta
keluar dari seorang penulis dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan
tertentu (mengenai sejarah atau kesusastraan atau akhlak atau susunan
masyarakat), dengan suatu cara dimana penulis melepaskan diri dari perasaan
31Adib Bisri, dan Munawwir A. Fatah, Kamus al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1999), h. 60032
Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan al-Qur’an, (Bogor:Granada Sarana Pustaka, 2005), h. 146
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
52/96
37
pribadinya dan fikiran yang timbul dari perasaan tersebut dan dari arah yang
dituju oleh pendapatnya itu yang sesuai dengan perasaan dan fikirannya, sehingga
pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat mengadakannya dari
orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.33
Definisi lain diberikan juga oleh Muhammad Khalafullah, ia menyatakan
kisah adalah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil khayal pembuat
kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yang
sebenarnya tidak ada, atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada tetapi
peristiwa yang terjadi pada dirinya tidak nyata terjadi, ataupun peristiwa itu benar
terjadi atas diri pelaku, tetapi dalam kisah tersebut disusun dengan seni yang
indah dimana sebagian peristiwa didahulukan dan sebagian peristiwa lain
dikemudiankan, sebagiannya disebutkan dan sebagian lagi dibuang. Atau terhadap
peristiwa yang benar-benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak
terjadi pada peristiwa yang sebenarnya atau dilebih-lebihkan penggambaranya,
sehingga pelaku sejarah keluar dari kebenaran yang biasa dan sudah menjadi para
pelaku khayali.34
Kisah-kisah yang dikemukakan al-Qur‟an merupakan dokumen historis
bernilai sangat tinggi. Tidak ada keraguan sedikit pun terhadap kebenaran
informasi-informasi al-Qur‟an tersebut, serta kesesuaiannya dengan realita sejarah
yang sebenarnya terjadi. Statemen seperti ini boleh jadi tidak disetujui oleh
sementara pihak, mengingat makna atau definisi kisah dalam kajian sastra
33A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah al-Qur’an,(Jakarta: Pustaka
Alhusna). 1984, h. 1434
Muhammad A. Khalafullah, judul asli; al-Fan al-Qisas al-Qur’an, diterjemahkan Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah,(Jakarta: Paramadina, 2002), h. 99
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
53/96
38
mencakup informasi atau berita yang dihasilkan oleh khayalan. Tujuannya untuk
membangkitkan emosi, menggugah perasaan, maupun audiensnya.
Sementara itu, kisah-kisah dalam al-Qur‟an semuanya bersandar pada
hakikat yang benar-benar terjadi.35 Fakta yang menunjukkan bahwa kisah al-
Qur‟an memang dibangun secara kokoh diatas landasan peristiwa yang benar -
benar terjadi, bebas dari kebohongan dan kebatilan. Ia tegak di atas realita dan
bukan khayalan. Dengan demikian, kisah-kisah al-Qur‟an adalah pemberitaan
yang dinyatakan sendiri secara tegas oleh Allah SWT sebagai suatu kebenaran.36
Seperti dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 62:
Artinya: Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
2. Ruang Lingkup Kisah
a. Unsur-unsur kisah
Unsur-unsur kisah pada umumnya terwakili pada tiga hal. Pertama, tokoh.
Kedua, peristiwa. Ketiga, dialog. Ketiga unsur ini terdapat pada semua kisah-
kisah di dalam al-Qur‟an, begitu juga terdapat pada kisah-kisah sastra biasa.
Hanya saja semua peranan ketiga unsur tersebut tidaklah sama. Terkadang ada
salah satu unsur yang lebih menonjol sedangkan unsur yang lainnya tidak. Kasus
35Muhammad Mahmud Hijazi, judul asli; al- Wahdah al-Maud û’iyyah fî al -Qur’an al -
Karîm, diterjemahkan Kesatuan Tema Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2010), h. 34236Hijazi, Kesatuan Tema Dalam al-Qur’an, h. 343
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
54/96
39
seperti ini terjadi juga pada kisah al-Qur‟an, karena pada umumnya kisah al-
Qur‟an bersifat pendek.37
Pertama, Tokoh pada kisah-kisah tidak hanya terdiri dari manusia, tetapi juga
malaikat, jin, hewan, bahkan tumbuhan pun ada. Kedua, peristiwa. Keterkaitan
antara berbagai peristiwa dengan tokoh pada suatu kisah merupakan faktor
terpenting untuk menarik pembaca atau pendengar kisah tersebut. Ketiga, Dialog.
Al-Qur‟an dalam menggambarkan dialognya berdasarkan atas riwayat atau
ungkapan langsung. Dialog tersebut adakalnya antara dua orang, atau satu orang
dengan sekelompok orang atau kaum, seperti kisah rasul dan kaumnya.38
b. Macam-macam kisah dalam al-Qur‟an
Kisah dalam al-Qur‟an dilihat dari segi subyek pelaku sejarah yang
ditampilkan, kisah yang terkandung di dalam al-Qur‟an secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu:39
a.
Kisah para Nabi
Kisah para Nabi ini meliputi kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para
Nabi, mukjizat dan keistimewaan mereka, perjuangan dan penderitaan yang
dialami para nabi dan pengikutnya, serta hukuman yang ditangguh oleh yang
mendustakan nabi mereka. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Nuh,
Nabi Musa, dsb.
b.
Kisah tokoh-tokoh yang bukan Nabi
Di dalam al-Qur‟an banyak ditemukan kisah atau peristiwa yang terjadi
pada orang-orang tertentu yang bukan nabi atau tidak jelas kedudukannya apakah
37A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al-Qur’an, h. 53
38
Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al-Qur’an, h. 6539Didin Saefudin, Pedoman Memahami Kandungan al-Qur’an, h. 147
-
8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf
55/96
40
nabi atau bukan. Misalnya, kisah Talut dan Jalut, Qarun, Ashabal-kahfi, Maryam,
Ashab al-Sabt, Ashab al-Ukhdud, Zulqarnain, Ashab al- Fil, dan sebagainya.
c.
Kisah tentang Nabi Muhammad SAW
Kisah tentang Nabi Muhammad Saw diungkap juga dalam al-Qur‟an.
Demikian juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Nabi, seperti perang
Badar, Hijrah ke Madinah, Isra Mi‟raj dan rumah tangga Nabi.40
Sedangkan dari segi waktunya macam-macam kisah menurut Manna‟ al-
Qaththan ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:41
a.
Kisah masa lalu atau kisah sebelum Nabi Muhammad, baik tentang
para Nabi, tentang kaum yang mengikuti ajakan Nabi maupun yang
berdusta terhadap Nabi, serta akibat dari sikap masing-masing kaum.
b. Kisah pada zaman Nabi Muhammad, kisah yang dialami oleh Nabi
Muhammad sendiri, seperti kisah perang Badar, perang Hunain,
perang Tabuk, kisah Hijrah, dan kisah Isra‟ dan Mi‟rajnya Nabi.
c. Kisah yang terjadi sesudah Nabi Muhammad, seperti kisah surga dan
neraka, kisah hari kiamat, hari bangkit, dan hari akhirat.
c. Perbedaan Kisah Sastra dengan Kisah al-Qur‟an
Kisah sastra dengan kisah al-Qur‟an sepintas keduanya terlihat memiliki
perbedaan. Na