nur laeli-fu.pdf

Upload: -

Post on 06-Jul-2018

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    1/96

    PESAN MORAL KISAH NABI YUNUS MENURUT

    MUFASIR MODERN INDONESIA

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

    Oleh

    Nur Laeli

     NIM:1110034000121

    PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

    FAKULTASUSHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2014 M

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    2/96

    Pesan

    Moral

    Kisah

    Nabi Yunus

    Menurut Mufasir

    Modern

    Indonesia

    Skripsi

    Diajukan

    kepada

    Fakultas

    Ushuluddin untuk Memenuhi

    Persyaratan

    Memperoleh

    Gelar Sarjana Theologi Islam

    S.Th.I)

    Oleh

    NURLAELI

    NIM:1110034000121

    Di

    bawah

    bimbingan

    Ahmad Rifqi Muchtar.

    MA

    NIP: 1960822 199703 | 002

    PROGRAM

    STUDI

    TAFSIR HADIS

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS

    ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    t436Hl20t4}I

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    3/96

    LEMBARPER}TYATAAN

    Dengan

    ini saya

    menyatakan bahwa:

    1.

    3.

    Skripsi

    ini merupakan

    hasil karya asli

    saya

    yang

    diajukan urruk memenuhi

    salah satu

    persyaratan

    memperoleh

    gelar

    Strata

    1

    Universitas

    Islam Negeri

     UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    Semua sumber

    yang

    saya

    gunakan

    dalam

    penulisan

    ini

    telah

    saya

    cantumkan

    sesuai

    dengan ketentuan

    yang

    berlaku di Universitas

    Islam

    Negeri Syarif Hidayahrl lah

    Jakarta

    Jika dikemudian

    hari terbukti

    bahwa

    karya ini bukan hasil karya

    saya

    ataru

    merupakan hasil

    jiplakan

    dari

    karya

    oranng lain, maka saya bersedia

    menerima santsi

    yang

    berlaku di Univeristas

    Islam Negeri

    UIN)

    Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta,

    19

    Desember 2014

    Penulis,

    NURLAELI

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    4/96

    PENGESAHAN

    PANITIA

    UJIAN

    Skipsi

    yang

    berjudul

    Pesan

    Moral Kisah Nabi Yunus

    Menurut

    Mufasir

    Modern Indonesia

    telah

    diujikan

    dalam sidang munaqasyah

    Fakultas

    Ushuludin Universitas Islam

    Negeri

    Syarif Hidayatullah

    Jakarta

    pada

    tanggal

    1 1

    Desember

    2014. Skripsi

    ini

    telah

    diterima sebagai

    salah satu

    syarat untuk

    memperoleh

    gelar

    Sarjana

    Theologi Islam

    (S.Th.I)

    pada

    Program

    Studi

    Tafsir

    Hadis.

    Jakarta,

    1 1 Desember 2014

    Sidang Munaqasyah,

    NIP.

    19820821 200801 1012

    Anggota

    Penguji I

    f/Lbv -:

     

    --'--

    Dr.

    Ahsin Sakho

    Muhammad

    MA

    19s60821 199603 1001

    Penguji II

    fizzz-a---.u-

    KUSMANA MA

    t9650424199503 I 001A

    Ahmad

    Rifqi Muchtar.

    MA

    NrP. 1960822 199703 I 002

    Sekretaris

    tt2

    9199403 I

    002

    Pembimbing

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    5/96

    i

    ABSTRAK

    NUR LAELI

    Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia

    Di dalam al-Qur’an terdapat kisah-kisah inspiratif. Salah satu sumber

    inspirasi dari kisah-kisah al-Qur’an adalah akhlak para Nabi. Diantara kisah para

     Nabi yang menjadi sumber inspirasi tersebut adalah kisah Nabi Yunus. Kisah

     Nabi Yunus memiliki pesan moral yang tinggi tentang kesabaran, optimis

    terhadap pertolongan Allah, perlunya taubat dari kesalahan yang telah dilakukan.

     Nabi Yunus merupakan salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan dalam

    al-Qur’an dan namanya pun diabadikan menjadi nama salah satu surat di dalam

    al-Qur’an. Kisah Nabi Yunus termaktub di dalam al-Qur’an melalui beberapa

    ayat, yaitu sebagai berikut: QS. Yūnus ayat 98, QS.  Al-Anbiyā’   ayat 87-88, QS.

     As-Sâffât  ayat 139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.Dari ayat-ayat tersebut dikisahkan bahwa Nabi Yunus diutus oleh Allah ke

     Negeri Ninawa, Negeri yang penduduknya penuh dengan kemewahan dan juga

    kesesatan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajak kaumnya dalam waktu

    yang lama untuk menyembah dan beriman kepada Allah, tetapi kaumnya tidak

    ada yang mengikuti ajakan Nabi Yunus. Kemudian ia pergi dalam keadaan marah

     pada kaumnya. Selain itu Nabi Yunus dalam kisahnya mengalami peristiwa yaitu

     Nabi Yunus ditelan ikan paus. Dari peristiwa yang fenomenal itu menimbulkan

     banyak penafsiran dari semua kalangan mufasir.

    Mufasir yang mejadi fokus kajian ini adalah Mufasir modern Indonesia,

    yaitu Hamka dan Quraish Shihab. Kedua tafsir tersebut mempunyai corak adabi

    ijtima’i yang penulis anggap relevan dengan kajian yang dibahas pada skripsi inimengenai pesan moral. Namun penulis tidak mengelakkan dalam penulisan

    skripsi ini merujuk juga pada tafsir-tafsir lainnya yang penulis anggap berkaitan

    dan untuk memperkaya dalam penulisan skripsi.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir

    maudhu’i  atau metode tafsir tematik, dengan menggunakan pendekatan sosio

    historis yaitu menekankan pentingnya memahami kondisi aktual dan harfiyah, lalu

    memproyeksikan kepada situasi masa kini kemudian membawa fenomena-

    fenomena sosial ke dalam naungan tujuan-tujuan al-Qur’an. Melalui pendekatan

    ini diharapkan akan mengetahui pesan moral yang terkadung dari kisah Nabi

    Yunus. Penulis berusaha mengungkap pesan moral al-Qur’an dalam kisah Nabi

    Yunus, yang dikaji dan dianalisa dari mufasir modern Indonesia yaitu Hamka danQuraish Shihab.

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    6/96

     

    ii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini

     berpedoman pada buku Pedoman Akademik UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

    Program Strata 1, 2010/2011. Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya

    dalam aksara latin:

    Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

    tidak dilambangkan

     b be

    t te

    ts te dan es

     j Je

    h h dengan garis bawa

    kh ka dan ha

    d De

    dz de dan dz

    r Er

    z zet

    s Es

    sy es dan ye

    s es dengan garis di bawah

    d de dengan garis di bawah

    t te dengan garis di bawah 

    z zet dengan garis di bawah 

    ‘  koma terbalik di atas hadap kanan

    gh ge dan ha

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    7/96

     

    iii

    f Ef

    q Ki

    k Ka

    l El

    m Em

    n En

    w We

    h Ha

    apostrof

    y Ye

    Vokal

    Vocal dalam bahasa Arab, seperti vocal dalam bahasa Indonesia, terdiri

    dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vocal

    tunggal, ketentuan alih aksara adalah sebagai berikut:

    TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

     ___  a fathah

    i kasrah

     ب u dammah

    Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

     berikut: 

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ي

      ai a dan i

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    8/96

     

    iv

    و

      au a dan u

    Vokal Panjang

    Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

    dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ى 

    â a dan topi di atas

    ي

    ِ

    ى

     î i dan topi di atas

     ىو û u dan topi di atas

    Kata Sandang

    Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

    huruf, yaitu ال  dialih aksarakan menjadi huruf / l /, baik diikuti huruf syamsiyyah

    maupun huruf qamariyyah, contoh:al-rijâl   bukan ar-rijâl , al-dîwân  bukan ad-

    dîwân.

    Syaddah (Tasydîd)

    Syaddah atauTasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda (), dalam alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu

    menggandakan huruf yang diberi tanda  syaddahitu. Akan tetapi, hal ini tidak

     berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddahitu terletak setelah kata sandang

    yang diikuti oleh huruf-huruf  syamsiyyah. Misalnya,kata   ْ ورَ اض tidak ditulis ad-

    darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya. 

    Ta M arbûta  

    Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtaterdapat pada kata

    yang berdiri sendiri, maka huruf itu dialihaksarakan menjadi huruf / h / (lihat

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    9/96

     

    v

    contoh 1 dibawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbuta diikuti ole h kata

    sifat (na’at ) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtadiikuti kata benda

    (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf / t / (lihat contoh 3).

    Contoh :

    No .  Kata Arab Alih Aksara

    1 ْقةِ

    ط

      tarîqah

    2 اسمّة  امعة  al- jâmi’ah al-islâmiyyah

    3  وح اجد wahdat al-wujûd

    Huruf Kapital 

    Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

    alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan

    yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

    lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

    nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

    sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

    tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

     bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

    Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

    dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

    atau ctak tebal (blod), jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan dicetak

    miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

    Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

    dari Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun asal katanya

     bersal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussalam al-Palimbani, tidak Abd al-

    Salam al-Palimbânî.

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    10/96

     

    vi

    Cara Penulisan Kata

    Setiap kata, baik kata kerja ( fi’l ), kata benda (ism), maupun huruf (harf )

    ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-

    kalimat dalam bahasa Arab, dengan pedoman ketentuan-ketentuan di atas:

    Kata Arab Alih Aksara

     ذة اسد dzahaba al-ustâdu

    ر

    ْ

    جا

       ث tsabata al-ajru

    اش أن  إه إ  ال  asyhadu an lâ ilâha illâ allah

    ِ

    ْ

    ر اعقِ

    ظا  al-madzâhir al-‘aqliyyah 

     مو  مك اصح Maulânâ Malik al-Sâlih

    َ

    وا تا  al-âyât al-kauniyyah

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    11/96

    vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penelitian

    yang dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang berjudu “Pesan Moral Kisah

     Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia”, dalam memenuhi persyaratan

    memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam dapat diselesaikan.

    Skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

    dengan demikian sudah sepantasnya jika penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada:

    1.  Almarhum ayahnda tercinta Nur Yadi dan ibunda terkasih Mashrifah yang

    tiada henti memberikan kasih dan sayang serta mendoakan penulis untuk

    dapat mencapai kesuksesan meraih gelar S1. Untuk kakak-kakak (A Yudi, A

    Maman, Mba Yan, Mba Nung, Bulal), kakak ipar (Mba Neng, Mba Isti, Mas

    Dewa, A Ojan), keponakan-keponakan (Byan, Zelda, Aqil, Bahran) dan

    semua keluargaku yang telah memberikan bantuan baik moril ataupun

    materil. Terimakasih untuk Muhammad Ridwan Haikal, yang setia menemani

    dan banyak memberikan bimbingan, dorongan, semangat kepada penulis.

    2.  Ahmad Rifqi Muchtar, MA selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan baik bimbingan intelektual maupun bimbingan

    motivasi dengan penuh kesabaran, dan banyak meluangkan waktunya dalam

    membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    3. 

    Prof. Dr. Masri Mansoer, MA sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    12/96

    viii

    4.  Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA sebagai Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan Jauhar

    Azizy, MA sebagai sekertaris jurusan. Kepada Dr. Ahsin Sakho M.

    Asyrofuddin, MA, Kusmana, MA selaku tim penguji dalam sidang skripsi

     penulis. Terima kasih juga untuk seluruh Staf Fakultas Ushuludin yang telah

     banyak membantu. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-

    dosen yang telah mengajar di Jurusan Tafsir Hadis yang telah banyak

    memberikan ilmu sehingga penulis menjadi seperti sekarang.

    5.  Para pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, yaitu

    KH. Ibnu Ubaidillah Syatori, Buya Husein Muhammad, Walid Ahsin Sakho,

    Almarhumah Umi Liya Aliyah beserta para ustadz yaitu pa mulyadi, pa bram,

     pa imam, pa wasmin, dan semuanya yang penulis tidak bisa sebutkan satu

     persatu.

    6.  Teman-teman satu kosan ( Ka Tami, Ka Opi, Ka Ila, Ka Nurul, Aan, Novi,

    Denis, Idoh, Iis, Yanti, Yuni) yang banyak memberikan kritik, saran, dan

    motivasi kepada penulis. Teman-teman seperjuangan anak Tafsir Hadis

    angkatan 2010 khususnya Grup PPD (Hani, Sari, Popon, Dede, Adah).

    Khusus buat Bang Lail dan Nurul yang telah membantu dalam memahami

    kitab tafsir.

    7. 

    Teman-teman Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD). Teman-

    teman Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya (Hima- Cita). Teman-

    teman Persatuan Mahasiswa Alumni Dar al- Tauhid (PERMADA).

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    13/96

    ix

    Kepada semua pihak yang telah disebutkan semoga mendapat imbalan atas

    kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk penulis

    dan pembacanya.

    Jakarta, 19 Desember 2014

    Penulis

     NUR LAELI

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    14/96

    x

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... x

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6

    C. 

    Tujuan Penelitian............................................................................ 7

    D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7

    E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 8

    F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

    BAB II : LATAR BELAKANG PENAFSIRAN

    A.  Hamka ....................................................................................... 12

    1. 

    Biografi Hamka …................................................................ 12

    2.  Riwayat Penulisan Tafsir al-Azhar ...................................... 14

    3. 

    Metode dan Corak Penafsiran .............................................. 16B. M. Quraish Shihab ...................................................................... 18

    1.  Biografi Quraish Shihab ....................................................... 18

    2.  Riwayat Penulisan Tafsir al-Mishbah .................................. 20

    3.  Metode dan Corak Penafsiran .............................................. 21

    BAB III : NABI YUNUS DALAM SEJARAH DAN TAFSIR

    A. Sejarah Nabi Yunus ..................................................................... 25

    1. 

    Biografi Nabi Yunus .............................................................. 25

    2.  Silsilah Nabi Yunus ............................................................... 29

    3. 

    Kisah Nabi Yunus .................................................................. 30B.

     

    Kisah Dalam al-Qur’an .......................................................... 35

    1.  Pengertian Kisah ....................................................................... 35

    2. 

    Ruang Lingkup Kisah ................................................................ 38

    3.  Tujuan Kisah Dalam alQur’an.................................................. 42

    4. 

    Pesan Moral Dalam Kisah ........................................................ 44

    C. Kisah Nabi Yunus Dalam Penafsiran ............................................. 45

    1.  QS. Yûnus ayat 98 ..................................................................... 45

    2.  QS. Al-Anbiyâ’  ayat 87-88 ........................................................ 46

    3.  QS. As-S āffât  ayat 139-148 ....................................................... 50

    4.  QS. Al-Qalam ayat 48-50 .......................................................... 52

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    15/96

    xi

    BAB IV: PESAN MORAL KISAH NABI YUNUS

    A. 

    Penafsiran Menurut Hamka dan Quraish Shihab ............................... 55

    1.  QS. Yûnus ayat 98 ..................................................................... 55

    2. 

    QS. Al-Anbiyâ’  ayat 87-88 ........................................................ 58

    3. 

    QS. As-S āffât  ayat 139-148 ....................................................... 604.  QS. Al-Qalam ayat 48-50 .......................................................... 62

    5. Pesan Moral Kisah Nabi Yunus ...................................................... 64

    1.  Sabar ......................................................................................... 65

    2.  Optimis Terhadap Pertolongan Allah ........................................ 68

    3.  Taubat dari Kesalahan yang Telah Diperbuat ........................... 72

    BAB V: PENUTUP

    A. 

    Kesimpulan ...................................................................................... 77

    B. Saran ................................................................................................ 78

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 79

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    16/96

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

    Dalam mempelajari Al-Qur’an maka ada yang disebut dengan ayat  Makkiyah 

    yaitu ayat-ayat yang turun di Mekkah sebelum Nabi hijrah yang sebagian berisi

    kisah para Nabi dan kaumnya yang menekankan tentang ketauhidan dan

    kebenaran atas Rasul yang diutus Allah. Kemudian ada yang disebut dengan ayat

     Madaniyah  yaitu ayat-ayat yang turun sesudah hijrahnya Nabi. Pelajaran yang

    dikandung di dalamnya pun berbeda dengan ayat yang turun di Mekkah. Seperti

     pelajaran yang meliputi hukum, syari’at, ibadah, muammalat, sanksi, hubungan

    sosial kemasyarakatan, toleransi beragama antar agama. Kisah senantiasa

    memberi kesan mendalam ke dalam hati pembaca. Rasa keingintahuan merupakan

    faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati.

    Dan nasehat dengan tutur kata kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu

    menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak bisa dipahami.

    Di dalam pendahuluan  buku “Untaian Kisah Dalam al-Qur’an” terjemahan

    dari kitab Qasas al-Qur’an karya Ali Muhammad al-Bajawi dkk dijelaskan kisah-

    kisah dalam al-Qur’an ini mencakup tentang akhlak yang dapat menyucikan jiwa,

    memperindah tingkah laku, menyebarkan sifat bijak dan adab serta berbagai adab

    mendidik. Al-Qur’an menjadikan perjalanan hidup R asul-rasul Allah ini sebagai

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    17/96

    2

    contoh dan mengajak manusia untuk mengambil palajaran dan mengagungkan isi

    dari al-Qur’an itu sendiri.1 

    Bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka

    terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang

    mendengarkannya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan, rasa ingin tahu,

    dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang

    terkandung di dalamnya.2 

    Menurut penelitian Ahmad Hanafi, dari keseluruhan ayat al-Qur’an yang 

     berjumlah 6.342 ayat, kurang lebih terdapat 1600 ayat yang berbicara tentang

    kisah para nabi serta rasul terdahulu, dan juga kisah-kisah perumpamaan

    (tamsiliat). Jika di bandingkan dengan yang berbicara tentang hukum berjumlah

    330 ayat. Maka jelas terlihat bahwa perhatian al-Qur’an terhadap kisah-kisah egitu

     besar. Bahkan menurut Jurji Zaidan seorang tokoh kesusastraan Arab modern

     bahwa kisah dipandang sebagai cara terbaik bagi orang banyak untuk mengambil

     pesan moral yang terkandung di dalamnya.3 

    Allah SWT. berfirman dalam al-Qur’an QS. Yusuf ayat 111: 

                                                                     

                                                              Aritnya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi

    orang-orang yang mempunyai akal, al-Qur’an itu bukanlah cerita yang

    dibuat-buat tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

    menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

     beriman.

    1Ali Muhammad al- Bajawi, dkk., Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Darul Haq,

    2007), h. vii2 Muhammad Sayyid Thanthawi, al-Qisas fî al-Qur’an al -Karîm, (Qahirah: Dar al-

     Nahdlah, 1996), Juz I, h. Muqaddimah3

      Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah al-Qur’an,  (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1984), h. 22

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    18/96

    3

    Pengetahuan yang dibangun oleh al-Qur’an bertujuan agar memiliki hikmah

    yang atas dasar itu dapat membentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai

    normatif al-Qur’an, baik pada level moral maupun sosial. Untuk membentuk  

     perilaku yang sejalan dengan nilai normatif al-Qur’an yaitu dengan kontemplasi

    terhadap kejadin-kejadian atau peristiwa-peristiwa sejarah yang berisi hikmah

    tersembunyi dengan merenungkan dan mengambil pelajaran moral dari peristiwa-

     peristiwa empiris yang terjadi dalam sejarah bahwa peristiwa-peristiwa itu

    sesungguhnya bersifat universal dan abadi karena lebih mempelajari pesan-pesan

    moral al-Qur’an dan sangat pennting guna menciptakan penyempurnaan kepada

    kepribadian islam.

    Untuk memahami makna ayat-ayat tersebut dibutuhkan interpretasi yang

    sesuai atau yang mendekati pada apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kitab-

    kitab tafsir dalam kepustakaan islam sudah banyak terkumpul. Kitab-kitab

    tersebut ditulis pada masa dan tempat tertentu. Sementara masa dan tempat

    tersebut beda satu sama lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh produk

    tafsirnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Syahrur

    yang dikutip oleh Abdul Mustaqim bahwa al-Qur’an harus selalu ditafsirkan

    sesuai dengan tuntutan era kontemporer yang dihadapi umat manusia.4 

    Berkaitan dengan ayat tentang kisah Nabi Yunus banyak diceritakan dalam

    tafsir al-Qur’an dan dalam buku kisah-kisah Nabi. Bahwa di dalamnya juga

    dijelaskan bahwa Nabi Yunus berputusasa dalam berdakwah. Ia berputus asa

    karena tidak satu pun dari kaumnya yang mau mengikuti ajakannya untuk

    menyembah Allah. Putus asa adalah salah satu sikap negatif yang muncul pada

    4

      Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsuddin, Studi al-Qur’an Kontemporer (Yogjakarta:Tiara Wacana, 2002), h. 7

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    19/96

    4

    manusia ketika mendapat cobaan yang berat dari Allah Swt. Namun bagaimana

    mungkin seorang Nabi mempunyai sifat negatif tersebut dan melakukan perbuatan

    dosa karena sudah meninggalkan kaumnya? kemudian bagaimana dengan

     pendapat yang menyatakan bahwa semua Nabi Allah itu terjaga dari sifat buruk

    (ma’  sûm)?

    Selain permasalahan yang sudah dikemukakan di atas, alasan lainnya juga

    akan penulis jelaskan perihal mengambil penelitian tentang kisah Nabi Yunus

    yaitu: Nabi Yunus adalah salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan dalam al-

    Qur ’an dan namanya pun diabadikan menjadi nama salah satu surat di dalam al-

    Qur’an. Selain itu Nabi Yunus dalam kisahnya mengalami peristiwa yang sangat

    fenomenal yaitu Nabi Yunus dimakan ikan paus.

    Kisah Nabi Yunus dan kaumnya menyiratkan pesan-pesan berharga bagi

    kehidupan manusia selanjutnya meski kaum tersebut sekarang telah musnah, dan

    dari aspek sosial budaya dapat dibandingkan moral bangsa sebelum turun wahyu

    ketika masyarakat berada pada masa jahiliyyah dengan periode sesudah turun

    wahyu bahkan sampai akhir ini.

    Peristiwa yang fenomenal itu menimbulkan banyak penafsiran dari semua

    kalangan mufasir, termasuk kalangan mufasir kontemporer. Penulis mendapatkan

    suatu kesan bahwa kisah Nabi Yunus kaya akan ajaran-ajaran yang berkaitan

     pendidikan moral atau akhlak. Seperti tafsir karya M. Quraish Shihab tafsir al-

     Misbah yang menyinggung tentang tentang kandungan moral dari ayat tersebut

    untuk lebih memperkaya makna ayat agar memiliki relevansi tersendiri dengan

    konteks kekinian yang sesuai dengan misi al-Qur’an sebagai petunjuk yang

    membimbing manusia untuk membentuk akhlak yang sempurna. Tafsir al-

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    20/96

    5

    Mishbah karya M. Quraish Shihab merupakan kitab tafsir yang sangat

    representatif dalam dunia tafsir kontemporer. Memiliki berbagai macam disiplin

    ilmu serta jangkauan pemahaman yang dinamis dan lebih komprehensif.

    Tafsir al-Azhar merupakan salah satu tafsir yang mengambil corak budaya

    kemasyarakatan, yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk

    ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat serta

    usaha-usaha untuk menanggulangi problmetika masyarakat berdasarkan ayat-ayat

    dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah

    dimengerti.5 

    Selain tafsir kedua tafsir di atas, penulis juga mengambil rujukan dari tafsir-

    tafsir kontemporer yang bercorak  Adabi ‘Ijtima’i  yang lainnya. Seperti tafsir  fî

     Zilâl al-Qur’an karya Sayyid Quthb, tafsir  Ad wa’ al -Bayân fî Idâh al-Qur’an bi

    al-Qur’an  karya al-Syinqiti, tafsir al-Manâr karya Rasyid Rida, dan kitab tafsir

    lainnya. Hal ini tentu yang berkaitan dengan tema yang penulis bahas. Sehingga

     penelitian ini bisa lebih mendalam mengkaji ayat tentang kisah Nabi Yunus dari

    segi sosial dan hidayah atau akhlak.

    Berdasarkan beberapa permasalah yang sudah diungkapkan diatas, penulis

    dengan ini memberi judul untuk skripsi ini dengan, “Pesan Moral Kisah Nabi

    Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia”

    Semoga karya ini bisa menjadi

    acuan dan motivasi dalam menyelesaikan permasalah.

    5 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, h. 6

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    21/96

    6

    B.  Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.  Pembatasan

    Banyak ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kisah Nabi Yunus.

    Penulis sendiri sudah melakukan sebuah penelusuran mengenai kisah Nabi Yunus

    dari beberapa indeks al-Qur’an, diantaranya: indeks al-Qur’an digital karya

    Ahmad Lutfi, indeks al-Qur’an karya Azha Ruddin Sahil,setelah mengambil

     pertimbangan dari pemilihan ayat-ayat tersebut maka ayat yang akan menjadi

     perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:QS. Yûnus ayat 98, QS.  Al-

     Anbiyâ’  ayat 87-88, QS. As-S āffāt  ayat 139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.

    Rujukan tafsir utama dalam penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir al-

    Qur’an yaitu tafsir al-Azhar karya Hamka dan tafsir al-Mishbah karya Quraish

    Shihab. Keduanya menjadi fokus pembahsan karena, pertama, kedua mufassir dua

     penafsiran Indonesia modern yang menggunakan di dalam karya mereka prinsip-

     prinsip tafsir adabi ijtima’i.  Kedua,  karya kedua mufasir tersebut merupakan

    representasi kuat penafsiran modern di Indonesia, karena penerimaan masyarakat

    atas karya tersebut. Hal tersebut terlihat setidaknya dalam penerbitan ualng karya-

    karya mereka. Tafsir al-Azhar sampai saat ini diterbitkan lebih dari lima kali.

    Sedangkan tafsir al-Mishbah diterbitkan lebih dari delapan kali.  Ketiga,  kedua

    tafsir tersebut dianggap mudah di pahami oleh masyarakat.

    2.  Perumusan Masalah

    Sedangkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah  Pesan moral

    apa yang dapat diambil dari kisah Nabi Yunus menurut mufasir modern

     Indonesia?

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    22/96

    7

    C.  Tujuan Penelitian

    1.  Untuk mengetahui Kisah Nabi Yunus secara mendalam

    2. 

    Untuk mengambil pelajaran baik dari kisah Nabi Yunus. 

    D.  Tinjauan Pustaka

    Berbagai macam sumber yang penulis kumpulkan, baik berupa buku-buku,

    skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel, dan beberapa sumber lainnya yang

     berkaitan dengan kisah Nabi Yunus.

    Diantara buku-buku yang membahas tentang kisah nabi yunus adalah:

     Pertama, Syekh Salim Ibn Ied al-Hilali dengan bukunya yang berjudul S ahīh

    Qisas al-Anbiyâ’, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar diterbitkan Pustaka

    Imam asy-Syafi’i tahun 2009. Di  dalam memaparkan tentang Nabi Yunus, dia

    hanya mengambil ayat-ayat yang bertema Nabi Yunus kemudian ditafsirkan

    dengan pemahamannya sendiri, juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir serta kitab-

    kitab hadis.

     Kedua, Ali Muhammad al-Bajawi, dkk, dengan bukunya Qasas al-Qur’an,

    diterjemahkan oleh Abdul Hamid, diterbitkan Darul Haq tahun 2007. Di dalam

     bukunya dia hanya merujuk kepada ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang berkaitan

    dengan kisah Nabi Yunus, tidak ditemukan dalam bukunya merujuk kepada buku-

     buku lain.

    Sedangkan skripsi yang membahas kisah Nabi Yunus adalah pertama, skripsi

    yang ditulis oleh Wihdan Dana Maulidi, mahasiswa Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis tahun 2004,

    yang berjudul “Kisah Dalam al-Qur’an: Studi atas kisah Nabi Yunus dalam QS.

    al-Anbiyâ’ ayat 87-88 menurut Ath- Thabari dan Ar-Razi”. Di dalam skripsi ini

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    23/96

    8

    mengupas kisah nabi yunus dalam al-Qur’an dengan mengambil QS. al-Anbiyâ’’

    ayat 87-88 yang kemudian penafsirannya dibandingkan antara Ath-Thabari

    dengan Ar-Razi, dengan tidak menjelaskan secara detail mengenai keputusasaan

     Nabi Yunus.

    Skripsi yang kedua yang berjudul “Kisah Nabi Yunus Dalam al-Qur’an:

    Kajian Komperatif Tafsir al-Mizân dan Tafsir  Fī  Zilâl al-Qur’an. Skripsi ini

    ditulis oleh Fuatuttaqwiyah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

    Yogjakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Tafsir Hadis tahun 2003. Dalam

     penelitian ini metode yang digunakan adalah komperatif untuk menganalisa data

    yang berbeda agar dapat diketahui persamaan dan perbedaanya dari kedua tafsir

    tersebut. Tabâtabâ’î dalam menafsirkan kisah Nabi Yunus menggunakan metode

    tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an dan merujuk riwayat dari para imam

    sebagaimana metode yang dianut oleh kaum syi’ah. Sementara Sayyid Quthb

    tidak menggunakan riwayat namun lebih menggunakan penekanan pada dakwah

    dan keimanan.

    E.  Metodologi Penelitian

    1.  Jenis Penelitian

    Skripsi ini menggunakan al-Qur’an sebagai objek kajian penelitian. Maka

    mengambil metode penafsiran yang sudah ditetapkan dalam kajian ilmu tafsir

    yaitu metode tahlilî , ijmalî, maudû’i,  dan muqaran. Metode yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah metode tafsir tematik dengan menggunakan

     pendekatan sosio historis, atau memahami al-Qur’an dalam konteks sejarahnya

    dan harfiyahnya, kemudian merelevansikan pada situasi masa kini dengan

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    24/96

    9

    mengungkap pesan moral al-Qur’an kisah Nabi Yunus dengan menganalisa kitab-

    tafsir modern Indonesia.

    Dalam pengambilan ayat-ayat yang berkenaan dengan kisah Nabi Yunus

    dengan penulis mengambil dari beberapa indeks al-Qur’an. Diantaranya yaitu al-

    Qur’an al-Hadi karya Ahmad Lutfi Fathullah, menurutnya ayat-ayat yang

     berkaitan dengan kisah nabi Yunus diantaranya QS. al-Anbiyâ’   ayat 87-88, QS. 

     As-S affāt  ayat 140-142, QS. Yunus ayat 98.Indeks al-Qur’an karya Azha Ruddin

    Sahil memilah ayat yang termasuk dalam kisah nabi Yunus yaitu QS.  An-Nisâ’  

    ayat 163, QS. Al- An’ âm ayat 86, QS. Yûnus ayat 98, QS. As-S affāt  ayat 139-148.

    Kemudian indeks al-Qur’an karya Sukma Djaja Asyarie mengelompokkan

    ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan kisah nabi Yunus yaitu QS. al-Qalam 

    ayat 48, QS. al-Anbiyâ’ ayat 87, QS. al- An’âm ayat 86, QS. As-S affāt ayat 140-147,

    QS. An-Nisâ’  ayat 163. Dari indeks al-Qur’an tersebut kemudian dikombinasikan

    dan tidak semua ayat-ayat al-Qur’an tersebut dimasukkan pada tema ini, sebab

    ada beberapa ayat yang penulis anggap tidak koheren dengan pembahasan ini.

    Dengan itu penulis memilih ayat yang dianggap lebih sesuai dengan tetap

    mengacu pada indeks al-Qur’an tersebut.

    2.  Metode Pengumpulan Data

    Semua jenis data yang dikumpulkan penulis dari berbagai sumber yang

     berkaitan dengan pesan moral kisah Nabi Yunus menurut mufasir modern, yaitu

    sumber pokok atau data primer adalah al-Qur’an, dan sumber-sumber teks

     pendukung (data sekunder) yaitu kitab-kitab tafsir al-Qur’an tafsir al-Azhar karya

    Buya Hamka dan tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab. data-data yang

     berkaitan dengan kisah Nabi Yunus.

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    25/96

    10

    Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

     penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun 2010/2011, dengan pengecualian pada catatan kaki.

    Pada catatan kaki yang sama atau catatan kaki yang merujuk pada buku yang

    sama maka penulisan catatan kaki yang kedua dan seterusnya hanya menulis

    nama belakang penulis buku atau nama populernya, dan mengambil tiga kata dari

     judul buku.

    F. 

    Sistematika Penulisan

    Dalam menyusun skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab, dalam

    setiap babnya mempunyai spesifikmengenai topik tertentu. Skripsi yang terdiri

    atas lima bab ini yaitu: bab pertama pendahuluan, yang didalamnya meliputi: latar

     belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

    tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

    Kemudian, beranjak pada permasalahan mengenai latar belakang mufasir dan

     penafsiran, yang akan penulis kupas pada bab kedua. Bagian pertama, Biografi

    Hamka, riwayat penulisan tafsir al-Azhar, metode dan corak penafsiran. Bagian

    kedua, Biografi Quraish Shihab, riwayat penulisan tafsir al-Mishbah, metode dan

    corak penafsiran.

    Pada bab ketiga ini akan dibahas mengenai Nabi Yunus dalam sejarah dan

    tafsir. Yang kemudian memulai dari pertama, sejarah Nabi Yunus yaitu: biografi

    singkat Nabi Yunus, silsilah Nabi Yunus, kemudian adalah kisah Nabi Yunus.

     Kedua, teori umum tentang kisah meliputi beberapa poin yang dibahasa yaitu:

    definisi kisah, ruang lingkup kisah, tujuan kisah dalam al-Qur’an, pesan moral 

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    26/96

    11

    dalam kisah al-Qur’an.  Ketiga, analisis penafsiran ayat tentang kisah nabi Yunus

    melalui mufasir modern. Diantara ayat-ayat yang akan dikaji adalah sebagai

     berikut: QS. Yûnus ayat 98, QS.  Al-al-Anbiyâ’’   ayat 87-88, QS.  As-Sâffât   ayat

    139-148, QS. Al-Qalam ayat 48-50.

    Pada bab keempat, menafsirkan ayat-ayat yang bertemakan Nabi Yunus,

    setelah mengkaji tafsir ayat tersebut kemudian di bandingkan dengan analisis ayat

    dengan merujuk pada tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah, kemudian mengambil

     pesan moral pada kisah Nabi Yunus menurut Hamka dan Quraish Shihab. Ulasan

    ayat-ayat tentang kisah Nabi Yunus, diantara ayat-ayat yang akan dikaji adalah

    sebagai berikut: QS.  Al-al-Anbiyâ’’  ayat 87-88, QS.  As-Sâffât  ayat 139-148, QS.

     Al-Qalam ayat 48-50, QS. Yûnus ayat 98.dan sub bab yang terakhir yaitu pesan

    moral yang dapat diambil dari kisah Nabi Yunus. Yaitu meliputi sabar, optimis

    terhadap pertolongan Allah, taubat dari kesalahan yang diperbuat.

    Sedangkan bab kelima ini, merupakan bab yang terakhir yang menjadi

     penutup dari skripsi. Dan menjadi jawaban pada rumusan masalah skripsi ini.

    Semua penelitian yang dilakukan dan saran yang diajukan pada penulis mengenai

    hasil penelitian ini. Bab ini terbagi dalam kesimpulan dan saran.

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    27/96

     

    12

    BAB II

    LATAR BELAKANG PENAFSIRAN

    A.  Hamka

    1.  Biografi Hamka

    Buya Hamka lahir di Ranah Minang pada penghujung abad 19. 1  Nama

    aslinya adalah H. Abdul Malik Karim Amrullah. Nama Hamka disebut ketika ia

     pulang setelah menunaikan iabadah haji. Beliau dilahirkan di sebuah desa yang

     bernama Tanah Sirah Sumatra Barat pada 17 Februari 1908 atau 14 Muharram

    1326 H. Nama Ayahnya adalah H. Abdul Karim Amrullah, ia seorang ulama

    terkenal pembawa faham-faham islam di Minangkabau. Ibu Buya Hamka

     bernama Shofiyah. Ayah Shofiyah punya gelar adat Bagindo Nan Batuah, ketika

    muda ia terkenal sebagai guru tari, guru nyanyi, dan pencak silat.2 

    Hamka mengawali pendidikan membaca al-Qur’an di rumah orang tuanya

    ketika keluarganya memutuskan pindah dari Minanjau ke Padang Panjang pada

    tahun 1914 M. Ketika Hmaka berumur tujuh tahun ia dimasukkan ke sekolah

    Diniyah Putra pada tahun 1916 M. Dan pada tahun 1918 ia belajar juga di

    Thawalib School  di pagi hari, sore hari di sekolah Diniyah dan malam hari berada

    di surau bersama teman-teman sebayanya.3 

    Sekolah Thawalib School   ini didirikan oleh kaum muda4. Mereka juga

    menumbuhkan organisasi, baik bercorak sosial kemasyarakatan maupun yang

     bercorak politik. Sementara itu Haji Abdullah Ahmad mendirikan sekolah

    1 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 33

    2 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang Selatan: Madzhab Ciputat, 2013), h.

    1713Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,h. 172

    4

     Kaum muda adalah tiga serangkai: Syekh Muhammad Djamil Djambek, Syekh AbdulKarim Amrullah (Haji Rasul), dan Haji Abdullah Ahmad.

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    28/96

    13

    Adabiah di Padang. Organisasi pertama yang didirikan kaum muda adalah

    organisasi yang mereka beri nama dengan Sumatera Thawalib. Pada mulanya

    organisasi ini beranggotakan pelajar-pelajar Thawalib School,  itulah sebabnya

    aktivitas yang dilakukan oleh organisasi pada awalnya berbentuk pemenuhan

    kebutuhan sehari-hari para pelajar Thawalib School,  seperti sabun, pensil, tinta,

    dan sebagainya.namun dalam perkembangan berikutnya bukan saja

     beranggotakan pelajar-pelajar Thawalib School.5 

     Namun sistem yang berlaku di Thawalib School   adalah sistem klasik,

    kurikulum dan materi pelajaran masih menggunakan cara lama. Ini membuat

    Hamka cepat bosan. Keseriusan belajar tidak tumbuh dari dalam, tetapi

    dipaksakan dari luar. Keadaan inilah kemudian yang membawa Hamka berada di

     perpustakaan umum milik Zainuddin Labai El Yunus. Hamka asyik membaca-

     baca buku cerita dan sejarah di perpustakaan. Di perpustakaan imajinasinya

    sebagai seorang anak-anak dapat bertumbuh. Tapi sayangnya pertumbuhan

    imajinasinya sesekali mendapat jegalan dari Ayahnya.6 

    Pada masa ini Hamka mengalami suatu peristiwa yang menggoncangkan

     jiwanya, Ayah dan ibunya bercerai. Akibatnya adalah kehidupan Hamka menjadi

    terlantar dan kenakalan Hamka berubah menjadi semacam pemberontakan.

    Kenyataan ini membuat Hamka ingin menjauhkan diri dari Ayahnya. Dan

    keinginannya untuk pergi ke tanah Jawa menjadi semakin kuat. Pengembaraan

     pencarian ilmu di tanah jawa ia mulai dari kota Yogjakarta. Dalam kesempatan ini

    5

    M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 376M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 41

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    29/96

    14

    Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, yang dari dia Hamka mendapat

     pelajaran tafsir al-Qur’an.7 

    Dengan modal inetelektual serta semangat pergerakan ia kembali ke

    Minangkabau pada usia yang ke tujuh belas. Ia tumbuh menjadi pimpinan di

    tengah-tengah masyarakat Minangkabau.

    2.  Riwayat Penulisan Tafsir al-Azhar

    Ada dua alasan Hamka memberi nama tafsir yang telah ditulisnya dengan

    tafsir al-Azhar.  Pertama,  tafsir ini sebagai bahan untuk disampaikan di kuliah-

    kuliah di masjid al-Azhar, yaitu nama masjid yang diberikan oleh Mahmud

    Syaltut, Syekh Universitas al-Azhar Kaherah pada tahun 1960.  Kedua,  Hamka

    mendapat penghargaan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar

    Kaherah.8 

    Tafsir al-Azhar berasal dari kuliah subuh yang diberikan oleh Hamka di

    Masjid Agung al-Azhar sejak tahun 1959. Tidak lama setelah berfungsinya

    Masjid al-Azhar, suasana politik yang digambarkan terdahulu mulai muncul.

    Agitasi pihak PKI dalam mendiskreditkan orang-orang yang tidak sejalan dengan

    kebijaksanaan mereka bertambah meningkat. Masjid al-Azhar dituduh menjadi

    sarang “Neo Masyumi” dan “Hamkaisme”.9 

    Keadaan itu bertambah memburuk ketika pada penerbitan No. 22 tahun

    1960,  Panji Masyarakat memuat artikel Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita”.

    Hamka sadar betul akibat apa yang akan diterima oleh  Panji Masyarakat   bila

    memuat artikel tersebut. Namun hal itu dianggap Hamka sebagai perjuangan yang

    7M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 43

    8Abdul Rauf, Tafsir al-Azhar Dimensi Tafawuf Hamka, (Kuala Selanggor: Piagam Intan

    SDN. BHD, 2013), h. 639M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 55

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    30/96

    15

    telah diamanatkan oleh Mohammad Hatta. Ceramah-ceramah Hamka setelah solat

    subuh di Masjid al-Azhar yang mengupas tafsir al-Qur’an dimuat secara teratur

    dalam majalah, yang berjalan sampai Januari 1964.

    Pada hari senin 12 Ramadhan 1383 atau bertepatan dengan 27 Januari

    1964 sesaat setelah Hamka memberikan pengajian di Masjid al-Azhar, ia

    ditangkap oleh penguasa Orde Lama. Kemudian ia dijebloskan ke dalam tahanan

    sebagai tahanan politik. Hamka ditempatkan di beberapa rumah peristirahatan di

    kawasan puncak, yakni Bungalow Herlina, Harjuna, Bungalow Brimob

    Megamendung, dan kamar tahanan Polisi Cimacan. Di rumah tahanan inilah

    Hamka mempunyai kesempatan untuk menulis tafsir al-Azhar.

    Disebabkan kesehatannya menurun, Hamka kemudian dipinddahkan ke

    Rumah Sakit Persahabatan, Rawamangun Jakarta. Selama di Rumah Sakit ia

    meneruskan penulisan tafsir al-Azhar. Ketika Orde Baru bangkit di bawah

     pimpinan Soeharto, lantas kekuatan PKI telah ditumpas, kemudian Hamka

    dibebaskan dari tahanannya. Pada tanggal 21 Januari 1966 Hamka kembali

    menemukan kebebasannya. Kesempatan ini digunakan oleh Hamka untuk

    menyempurnakan Tafsir al-Azhar.10 

    Penerbitanpertama tafsir ini dilakukan oleh Penerbit Pembimbing Masa,

     pimpinan Haji Mahmud. Cetakan pertama oleh Pembimbing Masa, menyelesaikan

     penerbitan dari jux pertama sampai juz keempat. Kemudian diterbitkan pula juz

    lima belas sampai juz tuga puluh oleh Pustaka Islam Surabaya. Dan juz lima

    sampai empat belas diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta.11 

    10

    M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 5611M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar, h. 57

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    31/96

    16

    3.  Metode dan Corak Penulisan

    Dalam sumber penafsiran, ada dua sumber yang digunakan yaitu bi al-

    matsûr  dan bi al-ra’yi. Hamka dalam penafsirannya menggunakan sumber bi al-

    ra’yi  karena dalam hal menafsirkan, beliau mengumakakan pendapat-pendapat

     beliau tentang ayat-ayat tersebut. Jika dilihat dari urutan suratnya tafsir al-Azhar

    menggunakan tartib mushafi. Karena itu, metodenya disebut dengan metode

    tahlili.12

     

    Dalam hal memilih sumber referensi untuk tafsirnya, hamka tidak fanatik

    terhadap satu karya tafsir dan tidak terpaku pada satu madzhab pemikiran. Hamka

     bukan hanya mengutip kitab tafsir melainkan kitab hadis dan sebagainya yang

    menurutnya penting untuk dikutip. Akan tetapi ada beberapa tafsir yang

     berpengaruh bukan hanya dari segi pemikiran tetapi juga dalam hal corak

     penafsiran. Yaitu Tafsir al-Manâr karya Rasyid Ridha, Tafsir al-Maraghi  karya

    Mustafa al-Maraghi, Tafsir fi Zilâl al-Qur’an karya Sayyid Qutb, dan kitab tafsir

    lainnya.13 

    Ada persamaan antara tafsir al-Azhar dan tafsir al-Manar dalam proses

     penyusunannya. Kedua tafsir ini bermula dalam bentuk ceramah masjid yang

    kemudian disusun dalam bentuk tulisan. Hal ini menyebabkan tafsir ini dapat

     berkomunikasi dengan pembacanya serta hampir dengan suasana dan

     permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Hanya yang berbeda adalah latar

    tempatnya, tafsir al-Manar  dihasilkan dengan berlatarbelakang masyarakat Mesir.

    12

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 18613Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,  h. 187

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    32/96

    17

    Sedangkan tafsir al-Azhar dihasilkan dengan berlatarbelakang masyrakat

    indonesia.14 

    Hamka dalam menafsirkan menggunakan contoh-contoh yang ada di

    tengah masyarakat, baik masyarakat kelas atas maupun rakyat biasa. Berdasarkan

    hal tersebut, Tafsir al-Azhar   dalam menjelaskan suatu ayat menggunakan corak

    sastra budaya kemasyarakatan atau disebut dengan corak adabi ijtima’i. Adabi

    ijtima’i  adalah suatu corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang

    mengungkapkan dari segi bahasa dan kemukjizatannya, menjelaskan makna-

    makna dan susunan yang dituju oleh al-Qur’an mengungkapkan hukum-hukum

    alam dan tatanan masyarakat yang dikandung di dalamnya.15 

    Dalam langkah penafsiran dalam tafsir ini, hal pertama yang dilakukan

    adalah mengemukakan pendahuluan pada setiap juz yang akan dibahas. Kemudian

    ia akan mencari munasabah atau korelasi antara juz sebelumnya dengan juz yang

    akan dibahas. Selanjutnya Hamka menyajikan beberapa ayat di awal pembahasan

    secara tematik. Kemudian ia menafsirkan kelompok ayat yang dianggap memiliki

    satu tema untuk memudahkan penafsiran juga untuk memahami kandungannya.

    Dalam tafsir ini Hamka juga menjauhkan diri dari uraian dalam

     pembahsan arti kata yang berlarut-larut. Karena dianggap tidak cocok dengan

    masyarakat indonesia yang banyak tidak memahami bahasa Arab. Walaupun

    demikian bukan berarti Hamka tidak pernah menjelaskan artian sebuah kata dalam

    al-Qur’an. Sesekali penafsiran atas sebuah kata akan disajikan dalam tafsirnya.  

    Setelah menerjemahkan ayat, Hamka memulai penafsirannya terhadap

    ayat tersebut dengan luas dan terkadang dikaitkan dengan kejadian pada zaman

    14

    Abdul Rauf, Tafsir al-Azhar Dimensi Tafawuf Hamka, h. 6715Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,  h. 188

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    33/96

    18

    sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman

    sepanjang masa.16  Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa Tafsir al-Azhar  

    tergolong kepada jenis tafsir bi al-ra’yi dengan menggunakan metode tahlili yang

     bercorak adabi ijtimai’i. 

    B.  M. Quraish Shihab

    1.  Biografi Quraish Shihab

     Nama lengkapnya ialah Muhammad Quraish Shihab, ia lahir di Rappang,

    Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944 M. atau 21 Safar 1363 H.

    Ayahnya adalah Prof. Dr. Abdurrahman Shihab, seorang penggagas sekaligus

     pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.17 Di samping itu ayahnya

    seorang wiraswastawan, dan seorang mubaligh yang sejak muda seringkali

     berdakwah dan mengajar ilmu-ilmu keagamaan.18 

    Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga dan suasana yang

    dilingkupi dengan al-Qur’an. Ayahnya selalu membacakan al-Qur’an dan

    mengajarkan kitab-kitab tafsir kepada anak-anaknya. Dengan demikian benih

    kecintaan kepada studi al-Qur’an mulai mulai tumbuh di jiwa Quraish Shihab.

    Kemudian diikutinya dengan pendidikan formal pada bidang tafsir di Universitas

    al-Azhar.19 

    Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang.

    Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang Jawa Timur dan

    tinggal di Pesantren Darul-Hadis al- Faqihiyyah. Pada awal tahun 1958 ia

     berangkat ke Kairo Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah al-Azhar.

    16Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,  h. 189

    17Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,  h. 269

    18 Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya Quraish Shihab.  

    Dalam Mimbar Agama dan Budaya, vol XIX, No.2, 2002, h. 16219 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 14

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    34/96

    19

    Kemudian pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas

    Ushuludin Universitas al-Azhar Kairo Mesir.Kemudian ia melanjutkan

     pendidikan S2 di fakutas yang sama selama dua tahun. Dan meraih gelar  Master

    of Arts (MA) untuk spesialisasi bidang tafsir al-Qur’an dengan tesis ya g berjudul

    al- I’jaz al -Tasyri’i li al -Qur’an al -Karim.20 

    Ketika ia kembali ke kota kelahirannya di Ujung Pandang, ia dipercaya

    untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN

    Alauddin Ujung Pandang. Pada pertengahan 1980 Quraish Shihab kembali ke

    Kairo dan melanjutkan pendidikan untuk mengambil program S3 di al-Azhar

    Kairo. Tahun 1982 ia meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an

    dengan disertasi yang berjudul Nazhm al-Durar li al- Biqa’iy: Tahqiq wa Dirasah

    dan lulus dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 1984 Quraish Shihab ia

    ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan program pascasarjana IAIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Ia juga menduduki berbagai jabatan di luar kampus. Yaitu

    Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 1984. Anggota Lajnah Pentashih al-

    Qur’an Departemen Agama sejak 1989, dan lain lain. 

    Quraish Shihab juga sangat aktif sebagai penulis. Setiap hari Rabu dia

    menulis dalam rubrik  Pelita Hati. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota

    Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama. Selain kontribusinya

    untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, ia juga menulis buku-

     buku, diantaranya: Tafsir al-Manar: Kesitimewaan dan Kelemahannya, Filsafat

    Hukum Islam, Mahkota Tuntunan Ilahi, Membumikan al-Qur’an, Tafsir al-

     20

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 270

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    35/96

    20

    Mishbah, Pengantin al-Qur’an, Wawasan al-Qur’an dan masih banyak lagi buku

    lainnya.21 

    2. 

    Riwayat Penulisan Tafsir al-Mishbah

    Tafsir karya Quraish Shihab diberi nama al-Mishbah yang berarti lampu,

     pelita, lentera. Dengan nama ini diharapkan berbagai persoalan umat dapat

    diterangi oleh cahaya al-Qur’an. Quraish Shihab menginginkan agar al-Qur’an

    dengan mudah dapat dipahami pembacanya.Tafsir ini merupakan karya besar

    seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas al-Azhar Kairo

    Mesir. Ia mulai menulis tafsirnya pada 18 juni 1999 atau 4 Rabi’ul awal 1420 H.

    Tafsir al-Mishbah pertama kali diterbitkan pada tahun 2000 dan disambut

    antusias oleh kaum muslimin Indonesia, khususnya para peminat kajian tafsir al-

    Qur’an. Tafsir ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga mendapat

    tempat khusus di hati khalayak. Al-Mishbah menghimpun lebih dari 10.000

    halaman yang memuat kajian tafsir al-Qur’an. Tafsir ini terdiri dari 15 volume,

    yang menafsirkan al-Qur’an secara tahlili  yaitu ayat per ayat berdasarkan tata

    urutan al-Qur’an. Metode ini yang membedakan tafsir al-Mishbah dengan karya

    Quraish Shihab lainnya yang menggunakan metode maudhu’i, yakni menafsirkan

    ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan tata urutannya

    dalam mushaf. Seperti buku karya Quraish Shihab yang berjudul Lentera hati,

    Membumikan al-Qur’an, Mukjizat al-Qur’an, Pengantin  al-Qur’an, dan lain-

    lain.22 

    Di Indonesia kejumudan kajian islam hampir merata di semua cabang

    ilmu. Cabang-cabang ilmu seperti kajian Fiqih, Ushul Fiqih atau Tafsir juga tidak

    21

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 27222Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 274

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    36/96

    21

    mempunyai perkembangan yang segnifikan. Baik di pesantren atau diperguruan

    tinggi.Keadaan kian diperburuk oleh kecenderungan menghakimi pendapat yang

     berbeda, terkadang sampai menghakimi kafir kepada segolongan orang.

    Di dalam kajian tafsir ada geliat yang cukup menarik. Dalam lima dekade

    terkhir ini ada dua tafsir yang ditulis oleh sarjana Indonesia, yakni tafsir al-Azhar

    karya Buya Hamka, dan tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab. Kedua tafsir ini

     patut mendapat apresiasi karena tafsir ini mencerminkan perkembangan mutakhir

    dalam pendekatan terhadap al-Qur’an.  Dalam rangka memahami aspek-aspek

    Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an, Quraish Shihab

    menggunakan pendekatan melalui ketelitian dan keindahan redaksi al-Qur’an,

    isyarat ilmiah, dan pemberitaan hal gaib masa lalu dan masa mendatang. Ketiga

     pendekatan ini sangat dominan mewarnai penafsiran yang dilakukan. Tema yang

    diusung oleh tafsir ini adalah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.23 

    3. 

    Metode dan Corak Penulisan

    Tafsir al-Mishbah merupakan tafsir yang didasarkan pada karya-karya

    ulama modern dan kontemporer. Seperti Sayyid Muhammad Thanthawi

    (pemimpin tertinggi al-Azhar), Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, Sayyid Qutb,

    Muhammad Thahir ibn Asyur, Sayyid Muhammad Hussein at penafsih-

    Thabathaba’i, dan beberapa mufasir lainnya. Selain itu penaf siran yang dilakukan

    oleh Quraish Shihab berdasarkan pada pemikirannya sendiri. Maka bisa disebut

     bahwa tafsir al-Mishbah merupakan tafsir bi al-ra’yi.24 

    Kata al-ra’yu  berarti kebebasan pemikiran, cenderung berkonotasi pada

    rasionalitas ijtihad terhadap bayan al-Qur’an. Al-Qur’an dianggap sebagai teks

    23

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 27624Quraish Shihab, Muqaddimah Tafsir al-Mishbah, h. xiii

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    37/96

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    38/96

    23

    mengungkapkan isi al-Qur’an secara rinci agar petunjuk -ptunjuk yang tergantung

    di dalamnya dapat dijelaskan dan dipahami pembacanya.26 

    Dengan demikian yang dimaksud dengan metode tahlili atau analisis

    adalah penjelasan tentang arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an dari sekian banyak

    seginya yang ditempuh oleh mufasir dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai

    urutannya di dalam mushaf melalui penafsiran kosa kata. Penjelasan asbab al-

    nuzul, munasabah,  serta kandungan ayat tersebut sesuai dengan keahlian dan

    kecenderungan mufasir.Tafsir al-Mishbah tidak menitikberatkan kepada sebuah

    madzhab penafsiran saja. Dalam arti bahwa Quraish Shihab sepertinya ingin

    tampil dengan gaya penafsiran baru, tafsir madzhab Indonesia.27 

    Menyadari kelemahan dari metode tahlili, maka Quraish Shihab

    memberikan tambahan lain dalam metode tafsrinya, yaitu dengan metode

    maudhu’i.  Menurutnya metode ini memiliki keistimewaan yaitu menghindarkan

    yang terdapat pada metode lain. Dengan dasar tersebut Qurasih Shihab berusaha

    menghidangkan bahasan tiap surat dengan menjelaskan tujuan dan tema surat.28 

    Secara umum dapat dikatakan tafsir di Indonesia banyak terpengaruh oleh

    corak tafsir dari Mesir, yaitu banyak memakai corak tafsir adabi ijtima’i  (sastra-

    kemasyarakatan). Corak ini pertama kali dipandang sebagai corak tafsir

    kontemporer. Tafsir dengan corak ini digunakan agar al-Qur’an lebih dekat

    dengan masyarakat dan juga dapat menjawab problematika yang umat rasakan.

    26 Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Quraish Shihab dalam Mimbar Agama dan

     Budaya, h. 18227

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 28628 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 117

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    39/96

    24

    Paham progresif dan modernis inilah yang kemudian muncul di Indonesia yang

    ketika itu Indonesia sedang mengalami penjajahan oleh Belanda dan Jepang.29 

    Begitu juga dengan kitab tafsir al-Mishbah yang mempunyai lima belas

     jilid ini mempunyai corak adabi ijtima’i. Dikatakan juga bahwa tafsir ini memiliki

    kecenderungan lughawi. Hal ini didasarkan pada banyaknya pembahasan tentang

    kata. Contohnya seperti ketika dalam menjelaskan kara ilah  (Tuhan). Kata yang

    darinya terbentuk kata Allah ini berakar dari kata al-Ilahah, al-Uluhah,  dan al-

    Uluhuyyah yang semuanya bermakna ibadah atau penyembahan. Sehingga Allah

    secara harfiyah bermakna yang disembah.

    Sementara ada seorang peneliti yang menulis dalam artikelnya bahwa

    corak yang diikuti oleh Muhammad Quraish Shihab dalam corak tafsirnya adalah

    tafsir adabi ijtima’i  yaitu corak penafsiran al-Qur’an yang tekanannya bukan

    hanya tafsir lughawi,  tafsir  fiqhi, tafsir ilmi, dan tafsir isyari, akan tetapi arah

     penafsirannya ditekankan pada kebutuhan sosial masyarakat, yang kemudian

    disebut corak tafsir adabi ijtima’i.30 

    29

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 28230Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 283

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    40/96

    25

    BAB III

    NABI YUNUS DALAM SEJARAH DAN TAFSIR

    A.  Sejarah Nabi Yunus

    1.  Biografi Nabi Yunus

    Tidak ditemukan banyak riwayat hidup tentang Nabi Yunus dan nasabnya.

    Hanya disebutkan namanya adalah Yunus bin Matta, Beliau mempunyai kunyah

    yaitu Dzû al-Nûn.1Julukan ini diberikan karena ia ditelan oleh Nun. Al-Nûn adalah

    al-hût   (ikan paus).2Seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS. al- Anbiyâ’  

    ayat 87:

                        Artinya: Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam

    keadaan marah

     Nabi Yunus juga disebut oleh Allah dengan lafazh Sâhib al- H ût   yaitu

    orang yang berada dalam perut ikan. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah

    QS. Al-Qalam ayat 48:

                                                                         Artinya: Maka Bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan

    Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut)

    ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

    Yunus disebut dalam al-Qur‟an enam kali, empat kali menggunakan lafazh

    yunus, dan dua kali menggunakan sifat, yaitu dzu al-Nûn dan Sâhib al- Hût.3 Nabi

    1Hilmi Ali Sya‟bani, Silsilah Qasas al- Anbiyâ’: Yūnus ‘Alaih al -Salâm, (Beirut: Dar al-

    Kutub Ilmiyah, t.t.), jilid XI, h. 32Al- Qurthubi, al- Jami’ li Ahkam al -Qur’an, penerjemah Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka

    Azzam, 2008), jilid 11, h. 8753

    Muhammad Ali Ash Shabuniy, dkk,  Kenabian Dan Para Nabi,  alih bahasa: ArifinJamian Maun, (Yogjakarta: PT Bina Ilmu, 1993), h. 520

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    41/96

    26

    Yunus berumur 70 tahun, ia hidup pada tahun 820 - 750 SM. Ia diutus ke Negeri

     Ninawa dan meninggal disana. Nama atau sebutan untuk kaumnya adalah bangsa

    Asyiria di utara Irak. Nabi Yunus sudah menjadi yatim sejak dalam kandungan

    ibunya. Ayahnya meninggal ketika Nabi Yunus berumur empat bulan dalam

    kandungan.Nabi Yunus disebut dalam Taurat dengan nama Yunan bin Amitai.

     Nabi Yunus sejak kecil mempunyai semangat yang tinggi dan pekerja keras tetapi

    tingkat kesabarannya sedikit. Beliau dari umur sepuluh sampai dua puluh lima

    sudah terkenal ahli ibadah, zuhud, menjauhi maksiat dan kemungkaran.4 

     Nabi Yunus mempunyai paman yang bernama Zakariya bin Abdan,

    setelah pamannya meninggal kemudian Ia dibawa oleh istri pamannya ke Baitul

    Maqdis. Disitulah Beliau diutus jadi Nabi pada usia 28 tahun. Beliau diutus oleh

    Allah ke Negeri Ninawa atau sekarang dikenal dengan Negara Irak.5 

     Nabi Yunus hidup dan bertugas sebagai Nabi pada masa pemerintahan raja

    Yerobeam II (787-744) di kerajaan utara.6 Ninawa terletak di sebelah timur sungai

    Tigris di Mesopotamia utara, yang berhadapan dengan kota Mossul.Dan kota

     Niniwa berada dekat dengan dua bukit yaitu bukit Kuyun dyik dan Tell Nebi

    Yunus. Menurut tradisi setempat, kuburan nabi yunus terletak di atas bukit tell

    nebi Yunus. Tetapi ada juga yang mengatakan letak kuburan Nabi Yunus berada

    di kampung halamannya, yaitu di Gat-Hefer, beberapa kilometer dari sebelah

    utama Nazaret.7 

     Niniwa merupakan kota yang penting dalam kerajaan Asyur. Pada abad

    kesembilan sebelum masehi, Raja Asyurnasipal (884-859 SM) dan Salmanassar

    4Sya‟bani, Silsilah Qasas al- Anbiyâ’ , h. 5

    5Sya‟bani,Silsilah Qasas al- Anbiyâ’ , h. 9 

    6

    Wolfgang Bock, Nabi Yunus, (Yogjakarta: Kanisius, 2011), h. 77A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus, (PT. BPK Gunung Mulia), h. 12

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    42/96

    27

    III (859-823 SM) bertahta di Niniwe. Kota Niniwa mengalami zaman

    keemasannya pada masa kerajaan Asyur Baru. Selama periode itu, Niniwe

    menjadi ibu kota kerajaan Asyur. Raja Sanherib (705-681 SM), Asarhaddon (681-

    669 SM), dan Asyurbanipal (669-625 SM) memperkaya kota Niniwa dengan

    membangun kuil dan istana. Ahli ilmu purbakala (arkheologi) sudah berhasil

    menggali kembali istana raja Asyurbanipal pada tahun 1853. Dalam istana

    tersebut ditemukan perpustakaan atau arsip, yang di dalamnya tersimpan loh batu

    100.000 lebih.

    Yaqut al-Hamawi berpendapat, Irak adalah nama Negeri, sedangkan al-

     Irâqâni berarti kota Kufah dan Bashrah. Negeri ini dinamakan Irak karena daerah

    ini merupakan dataran terendah di Jazirah Arab. Abu Qasim al-Zujaji mengutip

     pandapat Ibnu al-Arabi, Irak adalah Negeri terletak di bawah wilayah Najed dan

    lokasinya berdekatan dengan laut. Al-Khalil berpendapat, al-Irâq  adalah tepi

     pantai, dinamakan irak karena Negeri tersebut berada di tepi sungai Tigris dan

    sungai Eufrat yang memanjang hingga bermuara di laut.8 

     Ninawa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah

    selatan Irak. Kota tersebut termasuk kota yang paling kaya, makmur dan besar

    dimasa itu. Namun kelapangan rezeki dan kekayaannya yang luar biasa itu justru

    menyebabkan penduduknya berdusta dan tidak mengimani Allah sebagai

    Tuhannya. Mereka melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT, mereka juga

    senantiasa berbuat kemaksiatan.9 

    8Muchtar Adam, Ma’rifat al -Rusul Jejak Cahaya Para Rusul,(Bandung: Makrifat Media

    Utama, t.t.), h. 389Syahruddin El-Fikri, Situs-situs Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Republika, 2010), h. 62

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    43/96

    28

    Di Ninawa mereka menyembah berhala dan tidak mau beriman kepada

    Allah SWT. Ditengah bayang-bayang berhala dan ditengah gelap gulita

    kebodohan dan kemusyrikan. Disitulah Nabi Yunus diutus untuk membawa

    cahaya keimanan dan bendera tauhid. Dan menyeru kaumnya, agar menghargai

    akal dan memulaikan kepala dengan tidak menggunakan kepala mereka untuk

     bersujud kepada patung. Nabi Yunus menyeru mereka untuk melihat dan

    merenungkan bahwa dibalik kebesaran alam yang indah ini ada Tuhan yang maha

     besar, Tuhan yang maha Esa, dan tempat bergantung segala urusan. Dialah yang

    lebih berhak disembah dan disucikan. Allah mengutus Nabi Yunus untuk

    memberi petunjuk dan rahmat bagi kaumnya, dan membimbing untuk senantiasa

    ada pada jalan-Nya yang benar. Kebodohan dan kesesatan telah menutupi hati dan

     pandangan kaumnya sehingga tidak bisa merenung dan berpikir dengan benar.10 

    Kisah Nabi Yunus ketika ditelan ikan ini diperkirakan terjadi di

    mesopotamia, di sungai ini terdapat sungai tigris yang cukup besar. Banyak ikan

     berukuran besar yang tercatat hidup di sungai ini. Akan tetapi kalau pun ada ikan

    air tawar berukuran besar di kawasan itu, ikan itu tidak akan cukup besar untuk

    dapat menelan manusia dewasa. Ikan air tawar terbesar yang tercatat adalah ikan

    arapaima gigas yang hidup di sungai amazon Amerika selatan. Berukuran 2,5

    sampai 3 meter.

    Ikan yang diduga menelan nabi yunus adalah ikan paus. Ikan paus adalah

    mamalia, hewan menyusui yang hidup dilaut yang bernafas dengan paru-paru

    seperti manusia. Ikan paus terbesar adalah paus biru. (blue whale) yang memiliki

    10

    Muhammad Ahmad Jadul Mawla, dkk, Qasas al-Qur’an.  Penerjemah: AbdurrahmahAssegaf, ( Jakarta: Zaman, 2009), h. 372

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    44/96

    29

    nama latin balaenoptera musculus. Panjang tubuhnya tercatat dapat mencapai 33

    meter, dengan berat 180 ton.11 

    2. 

    Silsilah Nabi Yunus

    Garis keturunan Nabi Yunus dimulai dari Benyamin bin Ya‟qub.

    Benyamin adalah saudara kandung Yusuf seibu dan sebapak. Benyamin

    menurunkan Abumatta, kemudian Matta dan menurunkan Yunus as, rasul yang

    ke-21 untuk bangsa Ninawa Irak.

    Jika garis keturunan Nabi Yunus dilihat dimulai dari Nabi Adam maka

    sebagai berikut:12 

    11Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, Badan Litbang & Diklat Kementrian Agama RI,

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),  Hewan Dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains 

    (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2012), h. 300 12

    Herdi Ansyah, Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui di Dalam Islam, artikel

    ini diakses pada 14 Agustus 2014 dari: ilmuidirimu.blogspot.com/2013/09/25-nama-nabi-rasul-yang-wajib-kita.html?m=0

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    45/96

    30

    3. 

    Kisah Nabi Yunus

    Yunus ibn Matta lahir di Gats Aifar, Palestina. Masyarakat menolak

    ajakannya, sehingga beliau menuju ke Yafa, suatu pelabuhan di Palestina, dan

    melaut menuju tempat yang dinamai Yarsyisy, suatu kota disebelah barat

    Palestina. Beliau diutus sekitar awal abad kedelapan SM, dan di kuburkan di

    Jaljun, suatu desa yang terletak diantara Quds di Palestina dan al- Khalil yang

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    46/96

    31

    terletak di tepi barat laut mati. Kaum nabi Yunus as. Hidup di kota Ninawa, salah

    satu kerajaan Asyûr yang terletak di tepi sebelah kiri dari sungai trigis di irak dan

    dibangun pada tahun 2229 SM.13

     

     Nabi Yunus diutus oleh Allah ke negeri Ninawa, tetapi tidak dijelaskan secara

     pasti letak negeri tersebut di dalam al-Qur‟an. Namun Sami ibn Abdullah al-

    Maghluts yang dikutip dari buku Situs-situs Dalam al-Qur’an  mengatakan,

     Ninawa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah selatan Irak.

    Kota tersebut termasuk kota yang paling kaya dan besar di masa itu.14 

    Kelapangan rezeki dan kekayaan yang dimiliki penduduk Ninawa justru

    menyebabkan sesat dan tidak beriman kepada Allah SWT. Mereka melakukan

    kemaksiatan dengan menyembah berhala yang mereka buat sendiri.15Di dalam

    setiap rumah penduduk Ninawa terdapat berhala-berhala yang mereka jadikan

    sesembahan. Oleh sebab itu Allah mengutus Nabi Yunus AS untuk menyadarkan

    mereka dan beriman kepada Allah SWT.16 

     Nabi Yunus dalam dakwahnya memberikan pengertian bahwa tidak ada

    gunanya menyembah berhala, yang patut disembah hanya Allah SWT, karena Ia

    yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Ajakan Nabi Yunus tidak

    dihiraukan oleh mereka, sebab menyembah berhala sudah menjadi tradisi turun

    menurun. Ditambah lagi Nabi Yunus adalah orang biasa, bukan dari golongan

     bangsawan dan tidak mempunyai kekayaan dan kekuasaan.17 

    13M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh, jilid 12, h. 80

    14Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Republika, 2010), h. 62

    15Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 62

    16Syamsul Rijal Hamid,  Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul,  (Jakarta: Penebar Salam,

    1999), h. 6417Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 64

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    47/96

    32

    Penduduk Ninawa menyembah berhala-berhala sejak zaman nenek moyang

    mereka, dan tidak ada tanda alam yang muncul untuk menjadikan mereka

    meninggalkan agama yang telah mereka anut kemudian menganut agama yang

    didakwahkan oleh Nabi Yunus.18Yunus menjelaskan bahwa berhala yang

    disembah di pagi dan sore hari tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dan juga

    tidak dapat mendatangkan kemanfaatan untuk manusia atau menghilangkan

    keburukan manusia. Berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan sesuatu,

    menghidupkan yang mati, menyembuhkan yang sakit, mengembalikan yang sesat.

    Berhala tersebut juga tidak mampu menolak keburukan dari dirinya sendiri, dia

    tidak mampu membela dirinya jika ada yang akan menghancurkannya19 

    Yunus menjelaskan bahwa agama yang ia dakwahkan ini memerintahkan

    kepada hal-hal yang baik, meluruskan kepada hal yang benar, agama ini menyeru

    kepada hal yang makruf dan melarang dari hal yang mungkar, membenci kepada

    kezhaliman, mewajibkan untuk berlaku adil dan damai, menyebarkan keamanan

    dan ketentraman. Agama Allah ini memotivasi untuk berlaku lembut terhadap

    orang-orang miskin, berlaku santun terhadap orang fakir, memberikan makan

    kepada orang-orang yang lapar, melepaskan tawanan. Semua itu merupakan hal-

    hal yang mengandung kebaikan.20 

    Yunus adalah salah seorang bagian dari kaumnya, penduduk Ninawa mengira

     bahwa tidak ada gunanya mengikuti seseorang yang martabatnya sama dengan

    mereka. Nabi Yunus sungguh telah menyeru dengan lemah lembut, mendebat

    dengan cara yang baik. Maka jika tidak mengikuti ajakannya maka ia peringatkan

    18Ali Muhammad al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an,  penerjemah: Abdul

    Hamid, (Jakarta: Darul Haq, 2007), h. 29219

    Ali Muhammad al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 29220Al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 292

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    48/96

    33

    akan datangnya siksaan, bencana dan kahancuran. Menurut Ali ibn Abi Talib,

    Yunus diutus sebagai rasul ketika berumur 30 tahun. Dan menurut riwayat dari

    Ibnu Abbas bahwa Nabi Yunus telah berdakwah selama 30 tahun.21

     

    Ketika penduduk Ninawa mendengar ancaman akan datangnya siksa, mereka

    tidak merasa takut. Kemudian Nabi Yunus tidak sanggup untuk bersabar lagi. Ia

    kemudian pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah.22  Yunus pergi

    meninggalkan kaumnya, ia berjalan sampai ke tepi sungai. Ia melihat ada

    sekelompok orang yang siap berlayar menyeberangi lautan. Nabi Yunus minta

    agar diperkenankan ikut berlayar bersama mereka.23 

    Dalam pelayaran itu, cuaca sangat tidak mendukung. Angin bertiup kencang,

    gelombang ombak yang besar sehingga menghantam kapal. Khawatir akan

    keselamatan seluruh penumpangnya, nahkoda kapal mengintruksikan untuk

    mengurangi mauatan kapal. Barang-barang yanng dianggap tidak begitu penting

    dibuang ke laut. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Kemudian nahkoda

    kapal melakukan pengundian agar salah seorang penumpang ada yang kelur dari

    kapal.

    Ketika pengundian dilakukan, nama yang muncul adalah Nabi Yunus.

    Beberapa penumpang keberatan dengan nama tersebut, mengingat Nabi Yunus

    adalah orang yang disegani. Kemudian dilakukan pengundian lagi, dan selalu saja

    nama Nabi Yunus yang keluar. Setelah dilakukan pengundian sebanyak tiga kali,

    21Ensiklopedi al-Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, (Jakarta: Lentera Hati, 2007),

     jilid 3, h. 111422

    Al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al-Qur’an, h. 29323Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 66

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    49/96

    34

    akhirnya Yunus menyadari, semua itu adalah takdir Allah. Maka Nabi Yunus

    akhirnya merelakan dibuang di tengah laut.24 

     Nabi Yunus terombang-ambing oleh gelombang laut. Sesaat kemudian beliau

    ditelan ikan besar yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyelamatkannya.

     Nabi Yunus berada dalam kegelapan perut ikan tersebut selama tiga hari tiga

    malam. Nabi Yunus tidak berkeluh kesah, ia benar-benar sabar dan senantiasa

     berdoa memohon ampunan kepada Allah. Di dalam perut ikan, Yunus menyadari

    kesalahannya, yakni tak sabar dalam berdakwah dan meninggalkan kaumnya.25 

    Menurut Ibnu Hatim, Yunus berada dalam perut ikan itu selama empat puluh

    hari, tetapi menurut Ja‟far Ash-Shadiq selama tujuh hari, dan tiga hari menurut

     pendapat Qatadah.Sedangkan Asy-Sya‟bi mengatakan bahwa ia masuk kedalam

     perut ikan pada pagi hari dan keluar dari mulut ikan pada sore hari.26 

     Nabi Yunus di dalam perut ikan senantiasa bertasbih dan memohon ampun

    kepada Allah atas segala kesalahannya, Nabi Yunus As. juga berdoa berdoa:

    Artinya: Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya

    aku termasuk orang-orang yang zhalim.

    Dengan kemurahan Allah Yunus berada dalam perut ikan itu masih hidup,

    karena dalam logika sangat tidak masuk akal seorang yang berada dalam ikan

     paus tetapi masih hidup. Ia bertaubat, ia mengakui kesalahannya, ia hanya ingin

    mengingat Tuhannya. Maka permohonannya dikabulkan oleh Tuhan. Dia pun

    dilepaskan dan dikeluarkan dari dalam perut ikan.27 

    24Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 64

    25Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi & Rasul , h. 66

    26Ensiklopedi al-Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, (Jakarta: Lentera Hati, 2007),

     jilid 3, h. 111427Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    50/96

    35

    Berkat taubatnya dan insafnya akan kesalahan yang diperbuat, maka

    termasuklah dia orang pilihan Tuhan, orang yang dinaikkan tingkat martabatnya,

     Dan dijadikan Nyalah dia termasuk orang-orang yang saleh. Cobaan yang begitu

     pahit yang dialaminya itu menyebabkan ia berputusasa, dan insaf kesalahan

    dirinya telah ditingkatkan pula derajatnya termasuk orang-orang saleh. Menurut

     Nabi Yunus, kesalahan ini sangat berfaedah bagi dirinya, karena dengan itu beliau

    mendapat kepribadiannya kembali.28

     

    Allah SWT mendengar doa Nabi Yunus dan mengampuninya. Nabi Yunus

    dapat keluar dari perut ikan atas izin Allah, kemudian oleh ikan itu Nabi Yunus

    dilemparkan ke daratan. Kondisi Nabi Yunus sangat lemah, kemudian Allah

    memulihkan kondisinya dengan memulihkan sebatang pohon dari jenis labu untuk

    dimakan. Setelah beberapa saat akhirnya Nabi Yunus kembali ke Ninawa dan

    kaumnya yang telah beriman. Ia kembali dan disambut umatnya yang jumlahnya

    mencapai seratus ribu orang.29 

    B.  Kisah Dalam al-Qur’an

    1.  Definisi Kisah

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI, kisah berarti

    cerita tentang kajadian atau riwayat dalam kehidupan seseorang.30Dalam Bahasa

    Arab kata kisah biasa disebut denganلة

    yang diambil dariق

     

    يص

     

    قص

     قو

      yang berarti cerita atau peristiwa yang terjadi.لة

    adalah bentuk

    28Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72

    29Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al-Qur’an,h. 64

    30

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  Kamus Besar Bahasa Indonesia,  (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), h. 443

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    51/96

    36

    mashdar yang berarti mengikuti jejak.31Seperti yang terdapat dalam firman Allah

    QS. al-Kahfi ayat 64:

                                                  Artinya: Musa berkata Itulah (tempat) yang kita cari. lalu keduanya

    kembali, mengikuti jejak mereka semula.

    Al-Qur‟an  juga menamakan pemberitaan tentang keadaan umat-umat

    terdahulu dengan kisah. Qasas yang berarti juga berita atau kisah, sebagai bukti

    yaitu dalam QS. Yusuf ayat 111:

                                         Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran

     bagi orang-orang yang mempunyai akal

    Dalam ulum al-Qur‟an  qasas    secara bahasa sama artinya dengan cerita.

    Sedangkan secara istilah sama halnya dengan cerita pendek atau novel, yaitu

     bentuk narasi dari sastra yang digunakan sebagai media untuk mengungkapkan

    kehidupan. Sedangkan kisah dalam al-Qur‟an berarti berita mengenai hal ihwal

    umat, nabi dan peristiwa-peristiwa terdahulu yang pernah terjadi.32 

    Pada tataran terminologi para pakar dan ulama banyak memberikan

    definisi tentang kisah. Menurut as-Siba‟i al-Bayyumi yang dikutip dari buku A

    Hanafi, kisah adalah setiap tulisan yang bersifat kesusastraan dan indah serta

    keluar dari seorang penulis dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan

    tertentu (mengenai sejarah atau kesusastraan atau akhlak atau susunan

    masyarakat), dengan suatu cara dimana penulis melepaskan diri dari perasaan

    31Adib Bisri, dan Munawwir A. Fatah,  Kamus al-Bisri,  (Surabaya: Pustaka Progressif,

    1999), h. 60032

    Didin Saefuddin Buchori,  Pedoman Memahami Kandungan al-Qur’an,  (Bogor:Granada Sarana Pustaka, 2005), h. 146

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    52/96

    37

     pribadinya dan fikiran yang timbul dari perasaan tersebut dan dari arah yang

    dituju oleh pendapatnya itu yang sesuai dengan perasaan dan fikirannya, sehingga

     pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat mengadakannya dari

    orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.33 

    Definisi lain diberikan juga oleh Muhammad Khalafullah, ia menyatakan

    kisah adalah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil khayal pembuat

    kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yang

    sebenarnya tidak ada, atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada tetapi

     peristiwa yang terjadi pada dirinya tidak nyata terjadi, ataupun peristiwa itu benar

    terjadi atas diri pelaku, tetapi dalam kisah tersebut disusun dengan seni yang

    indah dimana sebagian peristiwa didahulukan dan sebagian peristiwa lain

    dikemudiankan, sebagiannya disebutkan dan sebagian lagi dibuang. Atau terhadap

     peristiwa yang benar-benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak

    terjadi pada peristiwa yang sebenarnya atau dilebih-lebihkan penggambaranya,

    sehingga pelaku sejarah keluar dari kebenaran yang biasa dan sudah menjadi para

     pelaku khayali.34 

    Kisah-kisah yang dikemukakan al-Qur‟an merupakan dokumen historis

     bernilai sangat tinggi. Tidak ada keraguan sedikit pun terhadap kebenaran

    informasi-informasi al-Qur‟an tersebut, serta kesesuaiannya dengan realita sejarah

    yang sebenarnya terjadi. Statemen seperti ini boleh jadi tidak disetujui oleh

    sementara pihak, mengingat makna atau definisi kisah dalam kajian sastra

    33A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah al-Qur’an,(Jakarta: Pustaka

    Alhusna). 1984, h. 1434

    Muhammad A. Khalafullah, judul asli; al-Fan al-Qisas al-Qur’an, diterjemahkan  Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah,(Jakarta: Paramadina, 2002), h. 99

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    53/96

    38

    mencakup informasi atau berita yang dihasilkan oleh khayalan. Tujuannya untuk

    membangkitkan emosi, menggugah perasaan, maupun audiensnya.

    Sementara itu, kisah-kisah dalam al-Qur‟an semuanya bersandar pada

    hakikat yang benar-benar terjadi.35  Fakta yang menunjukkan bahwa kisah al-

    Qur‟an memang dibangun secara kokoh diatas landasan peristiwa yang benar -

     benar terjadi, bebas dari kebohongan dan kebatilan. Ia tegak di atas realita dan

     bukan khayalan. Dengan demikian, kisah-kisah al-Qur‟an adalah pemberitaan

    yang dinyatakan sendiri secara tegas oleh Allah SWT sebagai suatu kebenaran.36 

    Seperti dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 62:

                                                                         

    Artinya: Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan

    (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah

    yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

    2.  Ruang Lingkup Kisah

    a.  Unsur-unsur kisah

    Unsur-unsur kisah pada umumnya terwakili pada tiga hal.  Pertama,  tokoh.

     Kedua,  peristiwa.  Ketiga,  dialog. Ketiga unsur ini terdapat pada semua kisah-

    kisah di dalam al-Qur‟an, begitu juga terdapat pada kisah-kisah sastra biasa.

    Hanya saja semua peranan ketiga unsur tersebut tidaklah sama. Terkadang ada

    salah satu unsur yang lebih menonjol sedangkan unsur yang lainnya tidak. Kasus

    35Muhammad Mahmud Hijazi, judul asli; al- Wahdah al-Maud û’iyyah fî al -Qur’an al -

     Karîm, diterjemahkan Kesatuan Tema Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2010), h. 34236Hijazi, Kesatuan Tema Dalam al-Qur’an, h. 343

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    54/96

    39

    seperti ini terjadi juga pada kisah al-Qur‟an, karena pada umumnya kisah al-

    Qur‟an bersifat pendek.37 

     Pertama, Tokoh pada kisah-kisah tidak hanya terdiri dari manusia, tetapi juga

    malaikat, jin, hewan, bahkan tumbuhan pun ada.  Kedua, peristiwa. Keterkaitan

    antara berbagai peristiwa dengan tokoh pada suatu kisah merupakan faktor

    terpenting untuk menarik pembaca atau pendengar kisah tersebut.  Ketiga, Dialog.

    Al-Qur‟an dalam menggambarkan dialognya berdasarkan atas riwayat atau

    ungkapan langsung. Dialog tersebut adakalnya antara dua orang, atau satu orang

    dengan sekelompok orang atau kaum, seperti kisah rasul dan kaumnya.38 

     b.  Macam-macam kisah dalam al-Qur‟an 

    Kisah dalam al-Qur‟an dilihat dari segi subyek pelaku sejarah yang

    ditampilkan, kisah yang terkandung di dalam al-Qur‟an secara garis besar dapat

    dibagi menjadi tiga macam yaitu:39 

    a. 

    Kisah para Nabi

    Kisah para Nabi ini meliputi kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para

     Nabi, mukjizat dan keistimewaan mereka, perjuangan dan penderitaan yang

    dialami para nabi dan pengikutnya, serta hukuman yang ditangguh oleh yang

    mendustakan nabi mereka. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Nuh,

     Nabi Musa, dsb.

     b. 

    Kisah tokoh-tokoh yang bukan Nabi

    Di dalam al-Qur‟an banyak ditemukan kisah atau peristiwa  yang terjadi

     pada orang-orang tertentu yang bukan nabi atau tidak jelas kedudukannya apakah

    37A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al-Qur’an, h. 53

    38

    Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al-Qur’an, h. 6539Didin Saefudin, Pedoman Memahami Kandungan al-Qur’an, h. 147

  • 8/16/2019 NUR LAELI-FU.pdf

    55/96

    40

    nabi atau bukan. Misalnya, kisah Talut dan Jalut, Qarun, Ashabal-kahfi, Maryam,

    Ashab al-Sabt, Ashab al-Ukhdud, Zulqarnain, Ashab al- Fil, dan sebagainya.

    c. 

    Kisah tentang Nabi Muhammad SAW

    Kisah tentang Nabi Muhammad Saw diungkap juga dalam al-Qur‟an.

    Demikian juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Nabi, seperti perang

    Badar, Hijrah ke Madinah, Isra Mi‟raj dan rumah tangga Nabi.40 

    Sedangkan dari segi waktunya macam-macam kisah menurut Manna‟ al-

    Qaththan ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:41

     

    a. 

    Kisah masa lalu atau kisah sebelum Nabi Muhammad, baik tentang

     para Nabi, tentang kaum yang mengikuti ajakan Nabi maupun yang

     berdusta terhadap Nabi, serta akibat dari sikap masing-masing kaum.

     b.  Kisah pada zaman Nabi Muhammad, kisah yang dialami oleh Nabi

    Muhammad sendiri, seperti kisah perang Badar, perang Hunain,

     perang Tabuk, kisah Hijrah, dan kisah Isra‟ dan Mi‟rajnya Nabi. 

    c.  Kisah yang terjadi sesudah Nabi Muhammad, seperti kisah surga dan

    neraka, kisah hari kiamat, hari bangkit, dan hari akhirat.

    c.  Perbedaan Kisah Sastra dengan Kisah al-Qur‟an 

    Kisah sastra dengan kisah al-Qur‟an sepintas keduanya terlihat memiliki

     perbedaan. Na