obat antidiare
DESCRIPTION
macam obatTRANSCRIPT
Sasbel: OBAT ANTIDIARE
Adapun strategi terapi diare akut akibat infeksi yaitu : rehidrasi sebagai prioritas
utama pengobatan, pasien diberikan oralit atau ringer laktat, kemudian dilakukan
identifikasi penyebab diare apakah termasuk jenis diare koleriform atau disentriform,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah. Terapi simtomatik (gejala)
salah satunya obat antidiare golongan antimotilitas dan sekresi usus dari golongan opiat
salah satunya adalah Loperamide dan yang terakhir adalah melakukan terapi definitif
dengan pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan antara
lain higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vakinasi.
Obat antidiare
Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai terapi simptomatis pada diare akut
ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein menstimulasi
aktivasi reseptor µ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan
meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin
dan pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Berdasarkan cara kerjanya obat antidiare dibedakan menjadi
1. Kemoterapeutika (terapi kausatif) dimana obat memberantas mikroba atau bakteri
penyebab diare, contohnya antibiotika dan sulfonamide. Antibiotik berguna hanya
pada infeksi spesifik tertentu. Misalnya kolera dan disentri basiler berat, yang
diterapi dengan tetrasiklin. Kuinolon adalah obat yang lebih baru yang tampaknya
efektif melawan patogen diare yang paling penting.
2. Obstipansia (terapi simptomatis) dimana obat menghentikan diare dengan
mekanisme adstringensia, yaitu menciutkan selaput lendir usus. Contohnya
tannin, tanalbumin; adsorbensia yaitu mengikat atau menyerap toksin bakteri serta
melapisi permukaan mukosa usus contohnya kaolin, karbonat dan pectin
3. Penekan peristaltic usus contohnya papaverin hidroklorida, kodein hidroklorida
dan loperamida hidroklorida.
4. Spasmolitika dimana obat melemaskan kejang-kejang otot pada usus, contohnya
papaverin, atropine, dan ekstrak beladon.
5. Antisekretorik dimana obat mencegah aktifnya cAMP contohnya klorpromazin,
bismuth subsalisilat, dan kolestiramin.
Obat-obat yang dapat mengurangi gejala-gejala pada diare
1. Obat antimotilitas secara luas digunakan. Obat yang paling efektif yaitu derivate
opioid misal loperamide, kodein, difenoksilat-atropin dan tinktur opium yang
menstimulasi aktivasi reseptor μ pada neuron mienterikus dan menyebabkan
hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal itu menghambat
pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Reseptor μ memperantarai efek analgetik mirip morfin, euforia, depresi napas, miosis,
berkurangnya motilitas aliran cerna.
a. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling
keci. Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus
karena tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya
mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan
terapi rehidrasi.
Loperamide merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti
psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek
terhadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyeberangi sawar-darah
otak oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan efek ketergantungan
dibanding golongan opiat lainnya seperti difenoksilat dan kodein HCl.
Loperamide dapat dikombinasikan dengan antibiotika (amoksisilin,
fluoroquinolon, kotrimoksazol) untuk semua diare akibat infeksi bakteri atau virus
kecuali infeksi Shigella, Salmonella, dan kolitis pseudomembran karena akan
memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan
waktu kontak antara bakteri dan epitel usus. Disamping itu loperamide juga tidak
berinteraksi dengan antibiotika-antibiotika tersebut.
b. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas
(termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit
2. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan
tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti
3. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: hidrasec 3 x 1 tab/hari. Enkefalin adalah
peptide opioid.
SUMBER
Marcellus Simandibrata K dan Daldiyono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI:
Jakarta
Neal, Michael J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Sundari, Dian, dkk. 2005. available from:
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/MPPKes/article/viewFile/3139/3117. Diakses
tanggal 9 Juni 2009.
Dewoto, Hedi R. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI: Jakarta.