obat saluran cerna

22
1 PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai berikut : 1. menerima makanan 2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi ( suatu proses yang disebut pencernaan ) 3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah 4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh Sedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain ada Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif. Namun, secara garis besar obat sistem pencernaan dibagi menjadi empat kategori yaitu sebagai berikut : 1. Antasida Dan Antiulserasi a. Antiulserasi digunakan untuk mengobati ulkus / luka / tukak. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan saluran cerna

Upload: indah-yuni-aryaningtias

Post on 16-Sep-2015

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

berisi obat - obat yang mengatasi asalah pada saluran cerna

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai berikut :1. menerima makanan2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi ( suatu proses yang disebut pencernaan )3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuhSedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain ada Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif.Namun, secara garis besar obat sistem pencernaan dibagi menjadi empat kategori yaitu sebagai berikut : 1. Antasida Dan Antiulserasi a. Antiulserasi digunakan untuk mengobati ulkus / luka / tukak. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan saluran cerna telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan, seperti : Ulkus duodenalis / ulkus duodenum merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum ( usus dua belas jari ), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat di bawah lambung. Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung Esofagitis ( peradangan ) dan ulkus esofagealis terjadi karena regurgitasi ( aliran balik ) berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah. Hiperasiditas terjadi karena keasaman berlebih dan kondisi hipersekresi asam lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik ). b. Antasida digunakan untuk mengobati gastritis / maag. Gastritis atau maag terbagi menjadi beberapa golongan antara lain : Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori ( bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung ). Obat yang diberikan mengandung bismuth atau antibiotik ( amoxicillin dan claritromycin ) dan obat anti-tukak ( omeprazole ). Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma ( cedera ). Obat uang digunakan adalah jenis antasida ( untuk menetralkan asam lambung ) dan anti-ulkus yang kuat ( untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung ). Jika terjadi pendarahan hebat, maka dapat dilakukan penutupan sumber perdarahan pada tindakan endoskopi. Gastritis erosif kronis, bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit Crohn , alkoholik, dan lain-lain diobati dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2 misal Cimetidin dan Ranitidian. Gastritis eosinofilik, bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Pengobatannya dapat diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid atau dilakukan pembedahan. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Obat yang digunakan yaitu jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.B. OBAT ANTIDIARE Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar ( Perubahan frekuensi dan konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, sedangkan pada diare, airnya bisa mencapai lebih dari 90%. Diare merupakan suatu gejala, dimana pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik ( opium tinctur ) atau loperamide. Sedangkan untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif. Untuk diare yang berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam. Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan tidak menyebabkan ketergantungan. Contoh obat antidiare antara lain : Racecordil : memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus. Loperamide : golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna. Nifuroxazide : bakterisidal terhadap E. coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan P. aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Dioctahedral smectite : melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. C. KOLAGOGUM, KOLELITOLITIK DAN HEPATIK PROTEKTOR Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah. Obat yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum. Hingga kini, belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis yang kronis karena virus. Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, yaitu : Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung dan efek pada siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek imunomodulate. AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, dan Isoleusin. Pada penderita penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun. Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasinya adalah untuk batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak kolesistektomi ( membuang kandung empedu yang sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan ). Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak rimpang-rimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian bermanfaat untuk kesehatan hati.

D. OBAT DIGESTAN Obat ini membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya, berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan. Sediaan digestan ini antara lain : Enzim pankreasDalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin (protease) & lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari pankreatin. Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu kolesterol kandung empedu. Senyawa AsamDilambung setiap hari dibentuk 2-3 liter getah lambung yang terdiri dari lendir lambung, HCl dan pepsin yang bereaksi asam kuat ( pH 0,8-1,5 ). Pada kekurangan asam, sebagai penggantian asam dapat dipergunakan HCl dan berbagai senyawa asam, yaitu seperti : Betain hidroklorida Sebuah senyawa alami yang telah menarik bagi perannya dalam osmoregulasi. Sebagai obat, hidroklorida betaine telah digunakan sebagai sumber asam klorida dalam pengobatan hypochlorhydria. Betaine juga telah digunakan dalam pengobatan gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk homocystinuria, dan gangguan pencernaan. Asam glutamate hidroklorida Sintesis asam glutamate hidroklorida terjadi ketika asam L Glutamat diperoleh dengan menggunakan corynebacterium glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa (sumber C) dan ureum (sumber N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap glukose, terjadi asam - ketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk asam glutamat. HCl getah lambung menyebabkan perubahan pepsinogen. Pada kekurangan asam, tidak terjadi pengaktifan pepsinogen sehingga penguraian protein tidak berlangsung. Stimulasi sekresi getah lambung mungkin disebabkan oleh sediaan pahit, apetitif, dan kofein. Penggunaan senyawa asam saja kurang memadai karena jumlah senyawa yang bereaksi asam dalam sediaan sangat sedikit dan dinetralisasikan oleh makanan, sehingga untuk maksud tersebut perlu penambahan enzim pencernaan seperti : Ekstrak lambung Pankreatin (ekstrak pankreas yang terdiri dari proteinase, lipase, dan amylase)

E. ANTASIDA

Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang mengandung alumunium hidroksida / karbonat, magnesium hidroksida / karbonat, dan kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.

Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam. Selain itu, antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia. Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek menetralkan asam lambung. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah ANC ( antacid neutralizing capacity ). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus punya efek menetralkan asam sebesar 5 mEq per dosisnya. Antasida yang baik harus punya kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi. Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu yang memiliki efek sistemik dan non sistemik. a. Antasida Sistemik Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis antasida yang termasuk golongan ini adalah :

Na-Bikarbonat. Obat ini merupakan salah satu obat anti tukak. Unsur aktif dalam soda pengembang kue, sangat larut dan bereaksi hampir seketika dengan asam hidroklorida : NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2 Tetapi, senyawa ini sangat larut dan diabsorpsi cepat dari usus. Jadi, ia bisa meningkatkan alkalosis sistemik dan retensi cairan serta direkomendasikan untuk penggunaan jangka lama. Efek samping yang dapat terjadi yaitu kelebihan natrium menyebabkan hipernatremia dan retensi air, alkalosis metabolik karena kelebihan bikarbonat dan kelebihan sekresi asam ( asam rebound ), sehingga obat ini jarang dipakai untuk mengobati anti tukak peptik.

b. Antasida Nonsistemik Antasida nonsistemik adalah antasida yang kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu : 1. Aluminium HidroksidaAluminium hidroksida, bereaksi dengan asam hidroklorida dalam bentuk yang serupa : Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O Umumnya aluminium klorida yang terbentuk tak larut dan sering menyebabkan konstipasi. Ia juga mengikat obat tertentu (misalnya tetrasiklin) dan fosfat, yang mencegah absorpsinya. Efek atas absorpsi fosfat ini dimanfaatkan untuk terapi pada pasien gagal ginjal kronik dan penyakit tulang.

2. Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat bereaksi lebih lambat daripada natrium bikarbonat, tetapi sangat efektif dalam menetralisasi asam lambung : CaCO3 + 2HCl CaCl + H2O + CO2 Tetapi, sekitar 10% kalsium klorida yang dihasilkan akan diabsorpsi dengan kemungkinan efek samping hiperkalsemia, sindroma susu-alkali dan eboundasam. Sehingga, antasida ini tidak direkomendasikan untuk pemakaian jangka lama.

3. Magnesium Hidroksida

Magnesium hidroksida ( susu magnesia ) bereaksi dengan asam hampir secepat natrium hidroksida : Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 3H2O Berbeda dari natrium hidroksida, magnesium hidroksida memperlambat pengosongan dari lambung, sehingga memperpanjang efek netralisasinya. Garam magnesium yang dihasilkan sukar diabsorpsi dan bersifat laksatif sehingga menimbulkan diare. Sejumlah kecil magnesium diabsorpsi, tetapi bila terdapat insufisiensi ginjal akan mengganggu ekskresinya ke urin sehingga menyebabkan hipermagnesemia.

F. KOLERETIKA

Koleretik disebut juga senyawa untuk meningkatkan sekresi empedu. Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi 24 g garam empedu atau 700 - 1000 ml cairan empedu / hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian bawah ( sirkulasi enterohepatik ), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis per harinya. Koleretik merupakan obat-obat yang bekerja pada hati, kemudian disekresikan ke dalam empedu yang dapat menaikkan kadar air empedu secara osmosis sehingga meningkatkan sekresi empedu. Di antara obat-obat ini yang paling penting adalah garam dan asam empedu. Hidrokoleretik adalah obat yang merangsang produksi empedu dengan gravitasi spesifik yang rendah, yang diperlukan pada penyakit saluran empedu yang tidak diserta dengan gangguan hepar. Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu ( koleretik ) tetapi garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat merupakan suatu kolat semisintetik yang aktif untuk merangsang empedu dengan BM ( Berat molekul ) rendah, karena itulah dinamakan zat hidrokoleretik. Asam empedu telah lama dikenal sangat penting dalam penyerapan lemak makanan dan katabolisme kolesterol. Artinya, produk akhir dari pemanfaatan kolesterol adalah asam empedu yang disintesis dalam hati. Pada mamalia, asam empedu yang paling umum adalah C24 steroid dengan gugus karboksil di C-24 dan sampai tiga kelompok hidroksil pada inti steroid yang berada di C-3.

G. OBSTIPANSIA

Obstipansia merupakan salah satu golongan obat diare. Obstipansia digunakan untuk terapi simtomatis ( mengobati gejala ) sehingga dapat menghentikan diare. Obat-obat obstipansia melalui mekanisme kerja dalam tubuh terbagi lagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut : 1. Zat penekan peristaltik ( antimotilitas )Secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang dan memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus, seperti : a. candu dan turunannya CANDU : Opium, pulvis opii Struktur Kimia :Morphine

b. derivat petidin ( difenoksilat dan loperamida ) DIFENOKSILAT : Reasec, Lomotil Struktur Kimia Sifat Obat Turunan petidin sehingga menimbulkan efek narkosis Menstimulasi aktivitas reseptor pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktasi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Tidak diabsorpsi di usus pada pemberian oral.

Efektif untuk diare dengan penyebab tidak jelas.

Untuk mencegah penyalahgunaan dikombinasi dengan atropin.

Efek samping : ngantuk, pusing, mulut kering c. Loperamida : Imodium, lodia, imomed Struktur Kimia Sifat Obat

Derivat difenoksilat dan haloperidol ( neuroleptikum ).

Melebur pada suhu lebih kurang 225 disertai peruraian.

Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil alkohol dan dalam kloroform ; sukar larut dalam air dan dalam asam encer. Loperamide adalah peripheral acting opiate yang tidak berpotensi untuk disalahgunakan.

Obat ini mengandung narkotika tetapi tidak menimbulkan adiksi.

Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Efek obstipansia 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP.

Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus karena tidak menembus ke dalam sawar otak. Oleh karena itu loperamid tidak dapat menyebabkan ketergantungan. Khasiatnya : menekan gerakan usus yang berlebihan dan memulihkan keseimbangan yang terganggu antara penyerapan dan pengeluaran air serta sel-sel dinding usus. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Mula kerja cepat, masa kerja panjang.

Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Akan lebih baik kalau ditambah oralit.d. Antikolinergik ( atropine, ekstrak belladonna )Struktur Kimia Atropin

Sifat Obat atropin : Tidak berbau; sangat pahit; sangat beracun; mengembang di udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya. Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.

e. AdstringensiaMenciutkan selaput lendir usus, misalnya :

asam samak ( tannin ) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium. Tanin : asam penyamak Struktur Kimia

Sifat Obat

Mengendapkan zat putih telur yang bekerja sebagai adstringensia dalam mengeringkan diare dengan menciutkan selaput lendir usus.

Tanin merangsang lambung sehingga digunakan zat yang tidak dapat larut ( tanalbumin ).

Tanalbumin ikatan antara tanin dan albumin, berangsur-angsur melepaskan tanin ke dalam usus,Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut : Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa asam dan sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk endapan. Tanin tidak dapat mengkristal. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :

Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi.

Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna. Sifat sebagai pengkhelat logam.

f. AdsorbensiaPada permukaannya dapat menyerap ( adsorpsi ) zat-zat beracun ( toksin ) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan ( udang, ikan ), misalnya : Karbo Adsorbens : Arang aktif, Norit

Sifat Obat

Arang halus yang telah diaktifkan.

Memiliki daya ikat pada permukaan ( adsorpsi ) kuat terutama terhadap zat yang molekulnya besar, toksin bakteri atau racun makanan.

Bebas butiran; tidak berbau; tidak berasa. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

g. Kaolin : Bolus alba, Argilla Struktur Kimia

Sifat Obat

Yaitu aluminium silikat yang mengandung air sebagai adsorbens terhadap toksin penyebab diare.

Bebas dari butiran kasar; tidak berbau; tidak mempunyai rasa; licin Dikombinasi dengan karbo adsorbens atau pektin

h. Bismut Subnitrat

Struktur Kimia

Sifat Obat Agak higroskopis Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam asam klorida dan dalam asam nitrat.

Obstipansia dan membentuk lapisan pelindung.

Untuk menutupi luka dinding usus.

DAFTAR PUSTAKA

https://tintusfar.files.wordpress.com/2013/03/obat-saluran-pencernaan-poltekes-kemenkes-ri.pdf (diakses tanggal 9 juni 2015)

http://nissa-uchil.blogspot.com/2014/03/farmakologi-obat-sistem-pencernaan.html (diakses tanggal 9 juni 2015)

https://www.academia.edu/8425441/Obat_Sistem_Pencernaan (diakses tanggal 9 juni 2015)