obattht cr

6
Penggunaan ranitidine pada pasien ini diindikasikan karena adanya keadaan yang menimbulkan adanya hipersekresi lambung yang muncul sebagai gejala mual dan diikuti muntah, meskipun pada pasien ini terdapat peningkatan TIK. Ranitidine dimaksudkan untuk mengurangi gejala mual. Ranitidin HCl dikenal sebagai antagonis reseptor H-2, memiliki mekanisme kerja yang mampu menurunkan sekresi asam lambung. Ranitidin HCl memiliki bioavailabilitas 50-60%, diabsorbsi baik di lambung, dimetabolisme di hati, tereksresi 30-70% di ginjal, dan memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 2-3 jam sehingga harus diberikan berulang kali. Ranitidine memiliki potensi untuk menekan sekresi asam hidroklorida pada kasus ulkus duodenum, menghilangkan gejala selama episode akut dan mempercepat penyembuhan ulkus dengan toksisitas relative ringan. (Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke-10. Norwalk: Appleton & Lange, 2012) Anjuran pemberian dosisnya adalah 2-4mg/kgBB/kali tiap 8-12 jam. Berat badan pasien adalah 22 kg, dosis yang diberikan adalah 2x22kg=44mg/kali sampai 4x22kg=88mg/kali. Pada pasien

Upload: anda-tri-suhanda

Post on 02-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfhgfjhg

TRANSCRIPT

Page 1: obattht CR

Penggunaan ranitidine pada pasien ini diindikasikan karena adanya keadaan yang

menimbulkan adanya hipersekresi lambung yang muncul sebagai gejala mual dan diikuti

muntah, meskipun pada pasien ini terdapat peningkatan TIK. Ranitidine dimaksudkan untuk

mengurangi gejala mual. Ranitidin HCl dikenal sebagai antagonis reseptor H-2, memiliki

mekanisme kerja yang mampu menurunkan sekresi asam lambung. Ranitidin HCl memiliki

bioavailabilitas 50-60%, diabsorbsi baik di lambung, dimetabolisme di hati, tereksresi 30-

70% di ginjal, dan memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 2-3 jam sehingga harus

diberikan berulang kali. Ranitidine memiliki potensi untuk menekan sekresi asam

hidroklorida pada kasus ulkus duodenum, menghilangkan gejala selama episode akut dan

mempercepat penyembuhan ulkus dengan toksisitas relative ringan. (Katzung BG. Basic

and clinical pharmacology. Edisi ke-10. Norwalk: Appleton & Lange, 2012)

Anjuran pemberian dosisnya adalah 2-4mg/kgBB/kali tiap 8-12 jam. Berat badan pasien

adalah 22 kg, dosis yang diberikan adalah 2x22kg=44mg/kali sampai 4x22kg=88mg/kali.

Pada pasien diberikan ½ ampul/12 jam atau 25mg/12 jam. Dosis sudah sesuai karena

25mg/12 jam ada diantara rentang dosis 44-88mg/12 jam. (IDAI, 2012. Formularium

Spesialistik ilmu kesehatan anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Kaptopril adalah suatu inhibitor ACE yang akhir-akhir ini paling banyak dipakai untuk

menurunkan preload dan after load. Enzym angiotensin converting mengkatalisis konversi

angiotensin I yang inaktif menjadi angiotensin II, yang memegang peran dalam pengaturan

tekanan darah dan keseimbangan air dan natrium. Kaptopril menghambat konversi tersebut

sehingga kadar angiotensin II rendah, dengan perantara sistem kinin, prostaglandin dan

Page 2: obattht CR

kalikrin terjadilah vasodilatasi, sekresi aldosteron menurun, aliran darah ke ginjal meningkat

sehingga sekresi natrium meningkat. Keunggulan kaptopril bila dibandingkan dengan

vasodilator lain karena obat ini dapat menurunkan kenaikan aldosteron yang sering terjadi

pada pasien gagal jantung kongestif kronik. Beberapa manfaat kaptopril adalah:

1. Dampak hemodinamik. Kaptopril dapat meningkatkan indeks jantung dan indeks

pemompaan, menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri, menurunkan konsumsi oksigen

miokardium, sedang frekuensi jantung normal atau turun.

2. Dampak pada ginjal. Kaptopril menurunkan tahanan vaskular ginjal, menaikkan aliran

darah ke ginjal, meningkatkan ekskresi natrium, dan menyebabkan retensi kalium. Filtrasi

glomerulus meningkat atau tetap.

3. Dampak fungsional. Kaptopril meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel, mengurangi rasio

jantungtoraks, serta meningkatkan toleransi latihan.

pemakaian kaptopril pada pasien-pasien dengan pirau kiri ke kanan yang besar dan

didapatkannya bahwa pemakaian kaptopril dalam jangka waktu pendek dapat menurunkan

rasio aliran darah dari paru ke sirkulasi sistemik. Pemberian kaptopril oral akan diserap

dengan cepat, adanya makanan akan mengurangi penyerapan, oleh karena itu obat ini

sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan. Puncak kadar dalam plasma timbul dalam 1 jam,

waktu paruh obat sekitar 2 jam, dan obat diekskresikan melalui air seni. Diperlukan

penyesuaian dosis pada pasien pasien gangguan fungsi ginjal.

(Sri Sofyani, Peran Vasodilator pada Gagal Jantung Anak, Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4,

Maret 2002)

Page 3: obattht CR

Dosis captopril pada bayi dan anak-anak adalah 0,1-2,0 mg/kg/dosis oral/6-12jam. Rentang

dosis yang boleh diberikan adalah 0,1x22kg=2,2mg sampai 2,0x22=44mg sehingga rentang

dosis yang boleh diberikan adalah antara 2,2mg-44mg/6-12jam. Pada pasien diberikan dosis

12,5mg/12jam, jadi dosis sudah sesuai.

Obat lain yang dipakai adalah furosemid yang merupakan obat diuretic. Furosemid adalah

suatu derivate asam antranilat yang efektif sebagai diuretic. Mekanisme kerja furosemid

adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal Furosemid

meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium, dan tidak mempengaruhi tekanan

darah yang normal. (Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke-10.

Norwalk: Appleton & Lange, 2012).

Dosis yang dianjurkan adalah 1-2mg/kg/hari. (Mulyadi M. Djer, Bambang Madiyono,

Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan, Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000).

Rentang dosis yang boleh diberikan adalah 1x22kg=22mg sampai 2x22kg=44mg sehingga

rentang dosis yang boleh diberikan adalah 22-44mg/hari. Pada pasien diberikan dosis

furosemid 40mg/hari yang dibagi pemberian nya dalam 2 dosis per hari. Dosis sudah sesuai

DAPUS BUKU YANG KITA PAKE TADI

Sastroasmoro S, Madiyono B. 1994. Kardiologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Binarupa Aksara.

Page 4: obattht CR

Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Jakarta :

CV Sagung Seto.

Arvin BK. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 2. Editor Wahab S. Jakarta :

EGC

Arvin BK. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 3. Editor Wahab S. Jakarta :

EGC