obesitas dan kb
TRANSCRIPT
Skenario 1 : Obesitas
Ibu nur, 40 tahun, dengan berat badan 80 kg datang bersama anaknya ke klinik dokter
keluarga. Bu Nur mengeluh anaknya yang paling kecil (anak ke 2) sangat gemuk. Usianya
baru 8 tahun dengan tinggi 1 m tetapi berat badannya mencapai 43 kg. ia mengkhawatirkan
keadaan anaknya apakah hanya overweight atau obeis. Anak ke 1 umur 11 tahun berat badan
55 kg. Bu Nur seorang wanita pengusaha sukses yang memilki restaurant fastfood ternama.
Suaminya salah satu direksi di perusahaan garment export – import. Sejak kecil anak –
anaknya dibawah asuhan babby sitter, meski tetap dalam pengawasannya.
STEP 1
1. Overweight : “kelebihan berat badan” dimana ukuran tubuh dapat bertambah tanpa
penambahan akumulasi lemak tubuh tetapi dengan bertambahnya massa tubuh tanpa
lemak.
2. Obesitas : akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan
terdapat di seluruh tubuh
3. Fastfood : makan siap saji yang dikonsumsi secara instan dengan ciri,
kandungan kalori tidak seimbang; rendah serta; tinggi kandungan garam, lemak, gula;
pemicu obesitas pada anak dan dewasa.
STEP 2
1. Berdasarkan tinggi badan anak ke 2, apakah berat badan anak ke 2 normal atau tidak ?
2. Mengapa obesitas bisa terjadi pada anak ?
3. Bagaimana hubungan dengan fastfood?
4. Bagaimana penanganan awal obesitas pada anak?
5. Komplikasi yang bisa terjadi pada obesitas ?
6. Bagaimana dengan diagnosis banding ?
STEP 3
1. Anak ke 2, Berat badan 43 kg, tinggi badan 100 cm = 1 m
Berdasarkan hitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT = BB = 43 = 43
TB2 12
Kategori :
Kurus tingkat berat : <17
Kurus tingkat ringan : 17 – 18
Normal : 18,5 – 25
Gemuk : 25 – 27
Obesitas : >27
Dilihat dari hasil perhitungan IMT anak tersebut menghasilkan bahwa anak
tersebut masuk dalam golongan obesitas.
2. Obesitas pada anak dapat terjadi karena :
Kelebihan masukan makanan (lemak) dan karbihidrat
Penambahan jumlah atau ukuran sel lemak adiposit
Adanya lesi di hipotalamus dan naiknya kadar insulin
Penggunaan kalori yang kurang karena mungkin aktifitas jasmani yang kurang
Adanya faktor keturunan
3. Ada , fastfood adalah makanan yang tinggi lemak, hal ini akan memicu banyaknya
timbunan lemak dalam tubuh anak, dan ditambah pula fastfood tinggi akan insulin
sehingga akan menyebabkan resistensi insulin yang akan mengurangi lipolisis, hal –
hal tadi juga akan menambahnya sel –sel adiposit yang terus berkembang dan banyak.
4. Penanganan awal
Memberikan motivasi penderita tentang perlunya menguruskan tubuh
Menganjurkan untuk diet dan olahraga teratur
Membimbing pengaturan makanan yang sesuai dengan pertumbuhan
Memperbaiki faktor penyebab baik organis ataupun psikologis
5. Komplikasi obesitas
Aterosklerosis
Tekanan darah meningkat
Kolesterol meningkat
Trigliserid serum meningkat
Diabetes mellitus
Hiperinsulinisme
Sindrom pickwickian (hipoksemia, sianosis, polisitemia, pembesarran jantung,
gagal jantung kongestif, somnolen) dimana ada disstres kardiorespirasi berat.
6. Diagnosis banding
Sindrom cushing
Hipotiroidisme
Hiperinsulinisme
Disfungsi hipotalamus
STEP 4
Ibu 40 tahun + Anak 8 tahun
klinik dokter keluarga
Anamnesis :
Anak ke 2 umur 8 th
Gemuk + Diasuh babbysitter
RPK
Ibu 40 th, BB 80 kg
Kakanya 11 th, BB 55 kg
Sosial ekonomi
Ibu pengusaha fastfood
Ayah direksi perusahaan garment
Pemeriksaan fisik :
Berat badan 43 kg
Tinggi badan 1 m
Pemeriksaan penunjangDiagnosis :
Obesitaspenatalaksanaan
STEP 5
1. 11 aspek Obesitas pada anak
2. Hubungan kontrasepsi dengan obesitas
1. OBESITAS
Definisi
Suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak
tubuh secara berlebihan.
Etiologi
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit
multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi
dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.1
Faktor Genetik .
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang
tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian
obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.
Faktor lingkungan.
1. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-
50% dari total energy expenditure.
2. Faktor nutrisional
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.
3. Faktor sosial ekonomi.
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi.
Faktor endokrin
Faktor endokrin sebagai penyebab ditemukan hanya dalam kurang dari 1% obesitas
anak dan remaja, beberapa di antaranya adalah hipotiroid, kelebihan kortisol (penggunaan
kortikosteroid, Cushing syndrome), defisiensi hormon pertumbuhan, dan lesi hipotalamus
(infeksi, malformasi vaskular, neoplasma, atau trauma). 2
Klasifikasi
Menurut gejala klinisnya :
1. Obesitas sederhana ( Simple Obesity)
Terdapat gejala kegemukan tanpa disertai kelainan hormonal / mental / fisik
lain terjadi karena factor nutrisi.
2. Bentuk Khusus Obesitas
Kelainan endokrin / hormonal
oSindrom Cushing, pada anak yang sensitive terhadap pengobatan
dengan hormone steroid.
Kelainan Somatodismorfik
oSindrom prader – wili, sindrom summit dan carpenter, sindrom
Laurence moon – biedl, dan sindrom cohen. Kelainan disertai retardasi
mental dan kelainan ortopedi.
Kelainan hipotalamus
oKelainan hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan akibat
dari kraniofagiana, leukemia serebral, trauma kepala dll 3
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut
WHO
Klasifikasi IMT (Kg/m²)
Berat badan kurang < 18,5
Kisaran normal 18,5 – 24,9
Berat badan lebih >25
Pra – obes 25,0 – 29,9
Obes tingkat I 30,0 – 34,9
Obes tingkat II 35,0 – 39,9
Obes tingkat III >40
Sumber : WHO technical series, 2000
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut
Kriteria Asia Pasifik
KlasifikasiIMT
(Kg/M²)
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
< 90 cm (Laki-Laki) > 90 cm (Laki-Laki)
< 80 cm (Perempuan) > 80 cm (Perempuan)
Berat badan
kurang
<18,5 Rendah (resiko meningkat pada
masalah klinis lain)
Sedang
Kisaran normal 18,5 – 22,9 Sedang Meningkat
Berat badan lebih >23,0
Beresiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat
Obes tingkat I 25,0 – 29,9 Moderat Berat
Obes tingkat II >30,0 Berat Sangat Berat
Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective : Redefining Obesity
and its Treatment (2000)
Faktor Resiko
1. Herediter ( keturunan )
2. Suku/ bangsa
3. Pandangan masyarakat yang salah
4. Anak cacat, anak aktifitas kurang karena problema fisik / cara mengasuh
5. Umur orang tua , anak tunggal
6. Meningkatnya keadaan sosial ekonomi orang tua 4
Patofisiologi Obesitas
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen
(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder)
akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu :
1. Pengendalian rasa lapar dan kenyang
2. Mempengaruhi laju pengeluaran energi
3. Regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam penyimpanan energi.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa
lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan
sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan
dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh
kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi
rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu
makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. 2
Manifestasi Klinis
Pada semua golongan umur, tapi biasanya lebih sering pada usia 5-6 tahun dan pada
usia remaja.
Berat badan meningkat pesat, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat.
Anak obesitas lebih tinggi pada awal pertumbuhan, tetapi pertumbuhan
memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga anak obesitas lebih pendek dari
sebayanya.
Bentuk anak obesitas :
Raut muka
o Hidung dan mulut relative kecil dan dagu yang berbentuk ganda.
Dada dan payudara
o Bentuk payudara mirip payudara yang telah tumbuh. Pada pria menimbulkan
rasa yang tidak nyaman.
Abdomen
o Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng
(pendulum) kadang kadang terlihat stria putih atau ungu.
Genetalia luar
o Pada pria penis seakan akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis
sehingga tampak kecil dari bagian yang tersembul keluar.
Anggota badan
o Lengan atas dan paha tampak besar , terutama bagian proksimal.
o Tangan relative kecil dengan jari jari yang berbentuk runcing.
o Terdapat kelainan berupa koksa vara dengan genu valgum pada tungkai.
Kelainan emosi
o Gejala gangguan emosi yang merupakan penyebab atau akibat dari keadaan
obesitas.
Gejala klinis lain
o Anak lebih cepat pubertas
o Gangguan pernafasan dan sesak nafas
o Edema tungkai dan kaki
o Tidur ngorok / snoringa
Diagnosis
a. Anamnesis
RPS (Sacred Seven)
Lokasi : tubuh
Onset : apakah akut atau kronis
Kronologis : tanyakan apakah terdapat gejala prodromal sebelum terjadinya
obesitas?
Kualitas : apakah obesitas tersebut sampai mengganggu anak? Apakah
timbul stres atau depresi pada anak akibat obesitas yang dialaminya?
Kuantitas : apakah si anak pernah mengalami penurunan BB atau terus
menerus obesitas?
Faktor pemberat/memperingan
- Apakah si anak sering makan-makanan instan?
- Apakah si anak banyak mengkonsumsi makanan berlemak?
- Apakah si anak sering berolahraga?
- Apakah si anak sering tidur?
Gejala penyerta : apakah ada gejala lain, misalnya sesak nafas, gangguan
penglihatan, TD meningkat atau sering pusing?
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Apakah si anak waktu lahir BB normal atau tidak?
Apakah si anak mengalami gangguan kelenjar tiroid atau tidak?
Apakah si anak mengalami stres atau depresi?
Apakah si anak memiliki kelainan pada otaknya?
RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
Apakah Ayah, Ibu, kakek/nenek ada yang memiliki riwayat obesitas?
Apakah dalam keluarga si anak memiliki kebiasaan makan yang banyak?
Sosial Ekonomi
Bagaimana pola asuh babysitter nya dalam mengatur makanannya?
Bagaimana tingkat ekonomi keluarga si anak?
Apakah di sekolahnya banyak yang menjual makanan yang berlemak atau yang
instan?
b. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran BB dibanding berat badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB
Menghubungkan BB dengan TB. Selain mencerminkan proporsi atau
penampilanjuga dapat ditentukan massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
dengan cara menghitung BMI yaitu BB/(TBm)2
Mengukur langsung banyaknya lemak subkutis dengan pengukuran tebal lipatan
kulit (TLK = skinfold thickness). Indeks ini lebih baik daripada BB/(TBm)2
dengan TLK triseps di atas sentil ke 85 merupakan indikator adanya obesitas.
c. Pemeriksaan Penunjang
Analisis diet
Laboratorium : profil lipid, kadar glukosa, CRP kolesterol LDL, evaluasi
awal, pemeriksaan fungsi hati, ginjal, asam urat, elektrolit kalsium, magnesium,
dsb.
Radiologis : MRI dan CT scan
EKG
Tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan)
Dapat dilakukan densitometri, hidrometri, spektometri sinar gamma, dan sebagainya.
Berbagai cara ini tidak digunakan pada anak karena secara teknis sulit, tidak praktis dan tidak
etis. 4
Tatalaksana Obesitas Pada Anak
Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan
keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah /
modifikasi pola hidup.
1. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7
tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.
Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan
mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia
dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat
badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per
bulan.
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,
hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus
disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada
obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile)
dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low
calorie diet ).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak
jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis
menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
3. Pengaturan aktifitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan
fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik
dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan
ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk
melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam
Jalan kaki 3 km/jam
Jalan kaki 6 km/jam
Joging 8 km/jam
Lari 12 km/jam
Tenis tunggal
Tenis ganda
Golf
Berenang
Bersepeda
150
300
480
600
360
240
180
350
660
4. Mengubah pola hidup / perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen
intervensi, dengan cara:
Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta
mencatat perkembangannya.
Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
Memberikan penghargaan dan hukuman.
Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya
lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli
gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah
perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
6. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai
komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet
berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal
atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan
protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral
serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan
pengawasan dokter.
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi dengan
menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi
dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan
metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum
direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang
masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini
adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung
dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara
membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini
belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak. 1
Komplikasi
Diabetes tipe 2
Gangguan sindrome metabolisme
Tekanan darah tinggi
Asma atau gangguan pernafasan lainnya
Gangguan tidur
Penyakit Hati atau liver
Puber usia dini atau menarche
Gangguan makan
Infeksi kulit
1. Terhadap Kesehatan
Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi
kecuali TB. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut dikaitkan dengan menurunnya
respon imunologik sel T dan aktifitas sel PMN.
2. Saluran Pernafasan
Pada bayi,obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian
bawah karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipotrofi tonsil dan adenoid akan
mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas,sehingga mengakibatkan anoksia dan
saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas,sering disertai
miliaria,maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti
Legg- Perthee disease,genu valgum,slipped femoral capital epiphyses,tibia vara dan lain-lain.
5. Efek fisiologis
Kurang percaya diri.
6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai maaa dewasa dapat
mengakibatkan:
- Hipertensi pada masa adolensi
- Hiperlipidemia,ateroskerosis,PJK,hipertensi Maligna pada dewasa
- Diabetes
- Sindrom Pickwickian(merupakan komplikasi berat dari obesitas dewasa)
- Maturitas seksual lebih awal,menstruasi sering tidak teratur
Komplikasi sosial dan emosional
Menjadi obesitas pada usia anak dapat mengakibatkan komplikasi dari segi sosial dan
emosional antara lain:
1. Perasaan terintimidasi dan rendah diri
Anak sering diolok-olok oleh teman sebaya karena kelebihan berat badannya, sering
di gertak dan lain-lain sehingga berakibat merasa tidak percaya diri dan rendah diri atau
kehilangan harga diri dan hal ini bila bertambah berat bisa berakibat pada depresi.
2. Tingkah laku dan gangguan belajar
Kondisi obesitas pada anak cenderung mempunyai sifat malas dan ketrampilan sosial
yang kurang jika dibandingkan dengan teman-teman lainnya dengan berat badan yang
normal.
Pada kondisi yang ekstrem, masalah ini bisa memicu dimana sang anak keluar dari
kelas dan mengganggu ruang kelas. Pada kondisi yang lain mungkin si anak akan merasa
terasing karena melakukan tindakan penarikan sosial sehingga tidak bergaul dengan teman-
teman lainnya karena merasa malu dan rendah diri. Perasaan stress dan cemas juga dapat
mengganggu konsentrasi dalam belajar. Kecemasan yang berhubungan dengan lingkungan
sekolah dapat menimbulkan suatu lingkaran setan yang terus berkembang hingga satu kondisi
penolakan belajar.
3. Depresi
Isolasi dari lingkungan sosial dan merasa harga dirinya rendah menciptakan perasaan
penuh keputusasaan pada beberapa anak yang obesitas. Jika anak kehilangan harapan bahwa
kehidupan mereka dapat di perbaiki, mereka akan bisa menjadi depresi. Seorang anak yang
mengalami depresi mungkin kehilangan selera untuk beraktifitas seperti biasanya pada anak
dengan berat badan normal, tidur lebih dari biasanya atau sering menangis. Beberapa anak
dengan gangguan depresi biasanya menyembunyikan kesedihan mereka dan sebaliknya
menunjukkan perasaan emosional yang datar. Depresi adalah suatu masalah serius pada anak-
anak dan juga pada orang dewasa. Jika anda berpikir anak anda mengalami depresi, bicaralah
dengan mereka, perhatikan anak anda dan konsultasikan dengan dokter yang menangianya. 2
Pencegahan :
1. Pencegahan sejak dini bagi bayi : memberi ASI eksklusif
2. meningkatkan aktivitas fisik
3. merubah kebiasaan/pola makan
4. kontrol teratur ke dokter
5. menghindari pengaruh makanan yang kuat pada anak (tidak menjadikan makanan
sebagai hukuman atau hadiah)
Edukasi pada orang tua :
1. Perhatian orang tua yang cukup pada anak-anaknya
2. Memberi contoh yang baik kepada anak dalam bergaya hidup sehat, memulai
melakukan gaya hidup sehat dan menunjukkan sisi positif yang terjadi
3. Serta bersabar dalam memantau pertumbuhan anak.
4. Harus menyadari, tekanan yang terlalu besar pada kebiasaan makan dan BB anak
dapat memberi efek terbalik.
Tenaga kesehatan harus memberikan edukasi kepada orang tua yang mengalami
obesitas tentang risiko obesitas pada anak-anaknya. Bayi yang disusui ASI lebih kecil
kemungkinannya untuk menjadi obesitas pada saat dewasa daripada bayi yang disusui botol,
dan hal ini juga harus dikomunikasikan kepada keluarga.
Prognosis
Melalui diet dan meningkatkan aktivitas fisik, 50% relaps dalam waktu 4-10 tahun
tergantung dari penyebab yang ada/tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut sampai
dewasa korbiditas dan mortalitasnya tinggi. 4
2. Hubungan Kontrasepsi Dengan Obesitas
IUD (Intra Uterine Device)
IUD adalah alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) berbentuk T terbuat dari
plastik yang lentur yang akan menghalangi sperma bertemu sel telur sehingga kehamilan
tidak akan terjadi. Pada ujung bagian bawahnya terdapat tali yang dimasukkan dalam rahim.
Fungsi tali ini adalah untuk mengecek apakah IUD masih terpasang dengan tepat dan baik.
Pemasangan KB IUD ini pun tidak terlalu lama, bisa dilakukan dengan rawat jalan dan
sesekali mengontrolnya ke dokter.
Jenis-jenis IUD
1. IUD non hormonal : IUD dengan tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga
untuk mencegah kehamilan.
2. IUD hormonal (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUS melepaskan hormon
progestin. 5
Jenis IUD non hormonal :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini
melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun.
Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan
terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea. 6
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi 7
Suatu IUD yang baik harus memenuhi syarat
1. Mudah dimasukkan, harus innert.
2. Tetap berada di tempat ( tidak mudah keluar).
3. Mempunyai pregnancy rate rendah.
4. Mudah dikeluarkan.
Efek biologis dari IUD ada tiga, yaitu :
1. Efek anti fertilitas
Bahwa IUD mempunyai efek anti fertilitas sudah diketahui pada banyak species
vertebrata (manusia, monyet, kelinci, kuda, sapi, babi, ayam, tikus, dll), namun sampai
sekarang belum dapat dipastikan mekanisme dasar yang umum dari efek anti fertilitasnya
untuk semua species. Dengan kata lain reaksinya tidak sama untuk semua species. Ini
disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan pada species tersebut dalam hal anatomi
dan sebagian lagi oleh karena adanya variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi dari IUD
yang dipakai.
Pada beberapa spicies hanya uterus dan tuba yang dipengaruhi, sedangkan pada specie-
species lain dalam batas-batas tertentu fungsi ovarium adenohypophyse dan/atau
neurohypophyse dapat dipengaruhi secara tidak langsung oleh adanya suatu IUD.
Sampai sekarang belum ada laporan yang membenarkan adanya efek tidak langsung
dari IUD terhadap organ-organ lain. 5
2. Efek sistemik
Boleh dikata tidak ada kenyataan yang menyokong adanya efek sistemik, kecuali
bahwa IUD menyebabkan naiknya atau bertambah lamanya sekresi dari oxytocin pada
seorang wanita post partum.
Jika efek ini ada (menurut laporan WHO) maka ini mempunyai dasar neurogenik,
oleh karena pengaruh uterus terhadap pusat-pusat hypothalamo-hypophyse.
3. Efek pada alat pelvis
a. Ovarium
Tidak ada hal-hal yang menyokong adanya hubungan langsung antara efek anti
fertilitas dari IUD dengan fungsi ovarium.
b. Tuba
Pada percobaan dari Mastroianni cs, hanya perlu ditekankan bahwa adanya suatu IUD
tidak menyebabkan perubahan yang jelas dalam hal kecepatan transport di tuba pada monyet
rhesus yang berovulasi secara normal.
c. Uterus
Diduga IUD mempunyai efek toxis secara langsung baik terhadap sperma maupun
terhadap blastocyst pada daerah dimana IUD berkontak langsung dengan endometrium. Pada
daerah ini biasanya hanya terdapat sedikit sekali perubahan-perubahan morfologis. Walaupun
demikian kadang-kadang ada penipisan dan pelepasan dari epithel permukaan dengan
vacuolisasi cytoplasma dan fragmentasi sel-sel seperti yang terlihat dengan elektron
mikroskop, sedangkan dengan mikroskop cahaya biasa terlihat fibrosis, vascularitas
superficialis yang bertambah dan kadang-kadang perubahan-perubahan yang menyerupai
decidua prematur langsung di bawah IUD.
Dengan elektron mikroskop dapat dilihat aneurysma microthrombose dari kapiler-
kapiler endometrium, dan ini dapat dihubungkan dengan persoalan/problem klinis tentang
adanya perdarahan pada pemakai IUD. 8
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-
200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8
kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih
terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir
haid.
Yang boleh menggunakan IUD adalah:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,
lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
setiap enam bulan sekali.
Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :
Belum pernah melahirkan
Adanya perkiraan hamil
Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm 7
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina
Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam
pengobatan endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of
Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi
risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan
menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
AMPUH, paling tidak 1 tahun
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman
karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut
dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah
pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan
hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan
untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang,
karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,
muntah-muntah.
Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil,
dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter
jika anda menemukan gejala-gejala diatas. 8
Efek Samping dan Komplikasi
Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat
melepas.
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan).
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah
kehamilan normal.
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
2 sampai 4 hari setelah melahirkan
40 hari setelah melahirkan
setelah terjadinya keguguran
hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
menggantika metode KB lainnya
Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
1 bulan pasca pemasangan
3 bulan kemudian
setiap 6 bulan berikutnya
bila terlambat haid 1 minggu
perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya 6
Keluhan-keluhan pemakai IUD
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan,
bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika
perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus
dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid
darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak
jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa
hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak
enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap
IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan
ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama
pemakaian IUD. 7
KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI)
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada ke-2 tuba fallopii.
Dasar : okulasi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.
Untuk memperoleh dasar tersebut diperlukan 2 langkah, yaitu : mencapai tuba fallopii
dan okulasi / penutupan tuba fallopii.
TINDAKAN PENDAHULUAN UNTUK MENCAPAI TUBA FALLOPII
a. Laparotomi
Merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi.
Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah
dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi
pembedahan mikro pada tuba fallopi.
b. Mini laparotomi
Pasca persalinan dan pasca keguguran
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
tidak lebih dari 48 jam pasca bersalin. Pada waktu ini rahim masih besar, tuba Fallopii masih
panjang dan dinding perut masih cukup longgar sehingga memudahkan mencapai tuba
dengan irisan kecil pada peri umbilikus yang berdekatan fundus rahim. Apabila dilakukan
lebih dari waktu tersebut, rahim telah mengalami involusi sehingga sulit untuk mencapai
tuba. Selain itu, keadaan tuba mengalami edema dan rapuh, mudah berdarah, dan infeksi
lebih sering terjadi pada pembedahan tubektomi minilaparotomi pasca bersalin lebih dari 48
jam oleh karena lokia merupakan media untuk tumbuhnya infeksi sehingga lama perawatan
seluruhnya menjadi lebih lama dari lama perawatan persalinan normal. Demikian pula
halnya pasca keguguran, yaitu dapat dilakukan pada hari yang sama setelah evakuasi rahim
atau keesokan harinya.
Masa interval
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini kehamilan belum terjadi. Dan apabila
akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi dalam siklus tersebut sebaiknya dilakukan
dalam dua minggu pertama dari siklus haid, atau setelahnya. Namun demikian, pembedahan
tubektomi minilaparotomi masa interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila diragukan dan
dilaksanakan dalam fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan sebelumnya. Bahkan beberapa
klinik menganjurkan melakukan kuretase rutin ini sesaat sebelum pembedahan dilakukan. 6
c. Laparoskopi
Adalah operasi yang disebut dengan minimal invasive surgery dimana dilakukan
prosedur untuk melihat secara langsung rongga peritoneum (rongga perut), indung telur,
rahim, saluran tuba menggunakan alat yang dinamakan laparoskopi.
Laparoskopi menggunakan instrumen seperti teleskop miniatur dengan sistim fiber
optic dan cahaya untuk menerangi rongga perut. Alat ini berbentuk seperti pipa panjang yang
dimasukkan ke dalam perut dengan melakukan sedikit insisi atau potongan di perut (0,5-1,5
cm).
Keuntungan dari laparoskopi adalah perdarahan yang sedikit dengan bekas luka
operasi sangat kecil, tidak terlalu nyeri, serta dapat digunakan untuk Gamete intrafallopian
transfer (GIFT) dimana telur diletakkan di saluran tuba agar terjadi kehamilan.
d. Kuldoskopi
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat di lihat melalui alat kuldoskopi yang
dimasukkan melalui fornix posterior ke dalam cavum douglas yaitu suatu kantong
peritoneum yang terletak di antara dinding depan rectum dan dinding belakang uterus.
Jarang digunakan karena adanya metode laparoskopi.
OKULASI / PENUTUPAN TUBA FALLOPII
a. Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka.
Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu
diikat dengan benang yang tidak dapat diserap.
Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Kegagalannya relatif tinggi yaitu 1%
sampai 3%.
b. Cara Pomerory
Cara Pomerory banyak dilakukan.
Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga
membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang
yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong.
Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah
satu sama lain.
c. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap.
Ujung proksimal dari tuba ditanam ke dalammiometrium, sedangkan ujung distal
ditanam ke dalam ligamentum latum.
d. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
e. Cara Uchida
Pada cara ini, tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis.
Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin
dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di
daerah tersebut menggembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang
kembung tersebut.
Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan
setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting.
Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka jahitan
dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0%.
f. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi.
Dibuat suatu ikatan dengan benang sutra melalui bagian mesosalping di bawah
fimbria.
Seluruh fimbria dipotong, setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba
dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialahsangat
kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka
kegagalan 0,19%. 6
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta: Infomedika
2. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
3. www.medicastore.com/obesitas pada anak
4. www.pediatrick.com
5. Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
6. Hanafi Hartanto. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
7. Krisnadi, S. R. (2002). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device
(IUD).
8. Unknown. IUD Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Contraseptive for womens). Diambil
pada tanggal 20 Mei 2008 dari http://www.pkmi-online.com/iud.htm