observasi tentang fiducia new

25

Click here to load reader

Upload: auria-patria-dilaga

Post on 05-Jul-2015

395 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Observasi Tentang Fiducia New

OBSERVASI TENTANG FIDUCIA

DI KANTOR NOTARIS DAN PPAT WAHYU WIBAWA, SH

UNGARAN-SEMARANG

----------------------------------------------------------------------------------------

Untuk memenuhi tugas semester Genap mata kuliah Hukum Jaminan

Dosen Pengampu : Pujiono, Aprila Niravita.

oleh :

Auria Patria Dilaga 8111409077

Khanina 8111409171

Nailiz Zulfa 8111409156

Yuliana 8111409044

Dyah Widyaning Rafiq 8111409028

Aniyati 8111409018

Kamal Mifta 8111409064

Septiana Wahyu.T 8111409026

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: Observasi Tentang Fiducia New

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya lembaga jaminan fidusia dikenal dalam hukum Romawi yang

dikenal dengan fiducia cum creditore contracta, dimana barang-barang Debitur

diserahkan kepada Kreditur untuk suatu jaminan. Selain itu di Romawi dikenal juga

dengan nama Fidusia Cum Amico Contracta, dan di Indonesia untuk jaminan barang

bergerak dikenal dengan istilah gadai (pand) sedangkan untuk barang tidak bergerak

disebut dengan Hipotik, yang sekarang dikenal dengan Hak Tanggungan. Untuk pertama

kalinya di Indonesia peristiwa jaminan fidusia diputus oleh Mahkamah Agung (MA)

dalam perkara Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) V. Pedro Clignett tertanggal

18 Agustus 1932. Kewajiban pembebanan objek jaminan fidusia dan kewajiban

pendaftaran jaminan fidusia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Kewajiban pembebanan objek jaminan

fidusia berikut pendaftarannya tersebut sangat diperlukan mengingat adanya

kemungkinan kelalaian dari para pihak terhadap pembebanan objek jaminan fidusia

berikut pendaftarannya. Salah satu akibat hukum yang timbul apabila jaminan fidusia

tidak didaftarkan adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan (persoonlijke

karakter). Selain itu Penerima Fidusia akan mengalami kesulitan untuk mengeksekusi,

apabila Pemberi Fidusia atau Debitur wanprestasi atau cidera janji, karena dalam

Undang-undang Jaminan Fidusia telah dijelaskan bahwa apabila Pemberi Fidusia atau

Debitur wanprestasi maka benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dieksekusi

dengan cara pelaksanaan title eksekutorial, penjualan benda yang menjadi objek jaminan

fidusia dan penjualan dibawah tangan. Para pihak yang dengan sengaja atau karena

kelalaiannya tersebut antara lain disebabkan oleh Pemberi Fidusia atau Debitur, Penerima

Fidusia atau Kreditur serta Notaris. Kelalaian tersebut tentu saja dapat merugikan salah

satu pihak atau pihak ketiga yang berkepentingan atau dengan kata lain melanggar

ketentuan yang dimaksud dalam Undang-undang Jaminan Fidusia. Segala bentuk

Page 3: Observasi Tentang Fiducia New

kelalaian atau adanya kesengajaan terhadap pembebanan objek jaminan fidusia dan

pendaftaran jaminan fidusia baik yang disebabkan oleh Pemberi Fidusia, Penerima

Fidusia atau Notaris dapat dianggap melakukan suatu perbuatan melanggar hukum.

Kelalaian atau kesengajaan tersebut dapat terjadi, karena Undang-undang Jaminan

Fidusia tidak merinci lebih tegas sampai kapan pendaftaran jaminan fidusia tersebut

harus didaftarkan, setelah Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia menandatangani akta

Jaminan Fidusia dihadapan Notaris.

Ketidaktegasan Undang-undang Jaminan Fidusia tersebut menyebabkan adanya

celah bagi Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia atau Notaris untuk tidak membebani objek

jaminan fidusia dan tidak mendaftarkannya kepada instansi yang berwenang. Hal-hal

tersebut telah secara jelas melanggar ketentuan yang dimaksud dalam Undang-undang

nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang mewajibkan objek jaminan fidusia

harus dibebani dan harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia sesuai dengan

tempat dan kedudukan Pemberi Fidusia. Pembebanan dan pendaftaran tersebut untuk

memenuhi asas-asas jaminan fidusia dan untuk menghindari adanya fidusia ulang,

sehingga dengan adanya pembebanan dan pendafataran akan memberikan perlindungan

dan kepastian hukum.

B. Rumusan Masalah

Dalam observasi yang kami lakukan, kami menemukan adanya keterkaitan antara

teori Jaminan Fidusia dan Praktik Jaminan Fidusia oleh Notaris.

Page 4: Observasi Tentang Fiducia New

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Latar belakang timbulnya lembaga fidusia, sebagaimana dipaparkan oleh para ahli

adalah karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand (gadai)

mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat

mengikuti perkembangan masyarakat sehingga disitu timbul gagasan untuk membentuk

lembaga Jaminan (Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, 1977: 15-116).

Menurut Prof Dr. Sri Soedewi Maschum Sofwan, SH, salah satu pendorong

pesatnya perkembangan Lembaga Fidusia ini adalah disebabkan keterbatasan pada

lembaga Gadai (Pand) seperti yang diatur dalam Pasal 1152 ayat 2 KUH Perdata, yang

mengatur persyaratan gadai dimana benda yang digadaikan oleh pemberi gadai harus

dipegang oleh pemegang gadai, hal mana mengandung banyak kekurangan dan tidak

memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat.

Menurut Dr. A. Hamzah dan Senjun Manulang mengartikan fidusia adalah:

“Suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya (debitur) berdasarkan adanya

perjanjian pokok (perjanjian utang piutang) kepada kreditur, akan tetapi yang diserahkan

hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh kreditur secara

kepercayaan saja (sebagai jaminan uant debitur), sedangkan barangnya tetap dikuasai

oleh debitur, tetapi bukan lagi sebagai eigenaar maupun bezitter, melainkan hanya

sebagai detentor atau houder dan atas nama kreditur- eigenaar” (A. Hamzah dan Senjun

Manulang, 1987)

Page 5: Observasi Tentang Fiducia New

B. Landasan Konstitusional

Hukum jaminan sendiri bersumber dari Undang-undang dan peraturan perundang-

undangan. Pasal 1131 KUH Perdata adalah salah satu yang mengatur hukum jaminan.

Peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan dari Undang-undang yang

mengatur tentang penjaminan utang khususnya mengenai jaminan fidusia antara lain

diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, sedangkan

ketentuan penjaminan utang diatur dalam Undang-undang antara lain:

1. Pasal 12A Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

mengatur tentang pembelian objek jaminan kredit oleh bank pemberi kredit

dalam rangka kredit macet Debitur.

2. Pasal 11 ayat (2) Undang-undang nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 3 Tahun 2004,

yang menetapkan tentang agunan untuk pemberian kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip Syariah oleh Bank Indonesia kepada bank yang

mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek.

Undang-undang dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang hukum jaminan

tersebut sangat diperlukan dalam praktik perbankan dalam rangka pengikatan kredit

melalui objek jaminan benda. Selain itu Penerima Fidusia merupakan Kreditur Separatis

(Kreditur yang memiliki kedudukan lebih kuat dibandingkan dengan kreditur

pemmegang hak previllege). Sebelum berlakunya Undang-undang nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia, lembaga fidusia sempat diatur antara lain dalam Undang-

undang nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Undang-undang

nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.

Sebelum berlakunya Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, lembaga fidusia sempat diatur antara lain dalam Undang-undang nomor 4 Tahun

1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Undang-undang nomor 16 Tahun 1985

tentang Rumah Susun. Sebelum berlakunya Undang-undang nomor 42 Tahun 1999

Page 6: Observasi Tentang Fiducia New

tentang Jaminan Fidusia terdapat banyak kelemahan-kelemahan tentang lembaga jaminan

fidusia antara lain sebagai berikut:

1. Tidak adanya pendaftaran

Dengan tidak adanya pendaftaran, dapat menyebabkan tidak adanya keadilan

dan kepastian hukum.

2. Tidak adanya publisitas

Dengan tidak didaftarkannya objek jaminan fidusia yang dijadikan jaminan

fidusia, maka akan merugikan pihak ketiga, karena pihak ketiga tidak

mengetahui apakah objek jaminan fidusia itu sedang dibebani objek jaminan

fidusia atau tidak.

3. Adanya fidusia ulang;

Dengan tidak adanya pendaftaran terhadap jaminan Fidusia, dapat

mengakibatkan adanya fidusia ulang.

Adanya kelemahan-kelemahan tersebut di atas, dapat ditutupi dan dilengkapi

dengan kehadiran Undang-undang tentang Jaminan Fidusia, namun Undang-undang

tersebut juga masih terdapat bebarapa kelemahan, terutama mengenai pembebanan objek

jaminan fidusia dan pendaftaran akta jaminan fidusia yang dapat memungkinkan para

pihak untuk tidak membebankan dan tidak mendaftarkan jaminan tersebut.

Page 7: Observasi Tentang Fiducia New

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum tentang Jaminan Fiducia

Fidusia adalah:

“Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan

bahwa benda yang hak kepemilikannya yang diadakan tersebut tetap dalam penguasaan

pemilik benda itu.”

Dr. A. Hamzah dan Senjun Manulang mengartikan fidusia adalah:

“Suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya (debitur) berdasarkan adanya

perjanjian pokok (perjanjian utang piutang) kepada kreditur, akan tetapi yang diserahkan

hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh kreditur secara

kepercayaan saja (sebagai jaminan uant debitur), sedangkan barangnya tetap dikuasai

oleh debitur, tetapi bukan lagi sebagai eigenaar maupun bezitter, melainkan hanya

sebagai detentor atau houder dan atas nama kreditur- eigenaar” (A. Hamzah dan Senjun

Manulang, 1987).

Latar belakang timbulnya fidusia

Latar belakang timbulnya lembaga fidusia, sebagaimana dipaparkan oleh para ahli adalah

karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand (gadai)

mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat

mengikuti perkembangan masyarakat (Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, 1977: 15-116).

Dasar hukum jaminan fidusia

Apabila kita mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan perundang-

undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia, dapat disajikan berikut ini.

Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij

Arrest (negeri Belanda);

Page 8: Observasi Tentang Fiducia New

Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest

(Indonesia); dan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Objek Jaminan Fidusia

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, maka yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri

dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan

kendaraan bermotor. Tetapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 tentang Jaminan Fidusia, maka objek jaminan fidusia diberikan pengertian

yang luas. Berdasarkan undang-undang ini, objek jaminan fidusia dibagi 2 macam,

yaitu:

benda bergerak, baik yang berujud maupun tidak berujud; dan

benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak

tanggungan.

Subjek Jaminan Fidusia Adalah

Pemberi dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau

korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia

adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya

dijamin dengan jaminan fidusia.

Pembebanan jaminan fidusia Pasal 4–10 UU nomor 42 tahun 1999

1. Dibuat dengan akta notaries dalam bahasa Indonesia. Akta jaminan sekurang-

kurangnya memuat:

Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia;

Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

Page 9: Observasi Tentang Fiducia New

Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

Nilai penjaminan;

Nilai benda yang menjadi jaminan fidusia.

Utang yang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fidusia adalah:

Utang yang telah ada;

Utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam

jumlah tertentu, atau Utang yang pada utang eksekusi dapat ditentukan

jumahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban

memenuhi suatu prestasi;

Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia

atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia;

Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis

benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan

maupun yang diperoleh kemudian. Pembebanan jaminan atau benda atau

piutang yang diperoleh kemudian tidak perlu dilakukan dengan perjanjian

jaminan tersendiri kecuali diperjanjikan lain, seperti: jaminan fidusia

meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi

objek jaminan fidusia diasuransikan.

Jaminan fidusia biasanya dituangkan dalam akta notaries. Subtansi

perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah. Ini dimaksudkan untuk

melindungi pemberi fidusia. Hal-hal yang kosong dalam akta jaminan

fidusia ini meliputi tanggal, identitas para pihak, jenis jaminan, nilai

jaminan, dan lain-lain. Berikut ini disajikan perjanjian pembebanan akta

jamina fidusia.

Page 10: Observasi Tentang Fiducia New

B. Hasil Penelitian

Observasi dilaksanakan pada :

Hari, tanggal : Selasa, 19 April 2010

Pukul : 10.00- 11.30

Tempat : Kantor Notaris – PPAT Jl. Gatot Soebroto 36 Ungaran-Semarang

Hasil : -

Tanya jawab dengan Narasumber

Penanya : Apa perbedaan dari gadai dengan fidusia?

Narasumber : Kalau gadai brang yang di jaminkan berada ditangan kreditur,kalau fidusia barang yang dijaminkan ada ditangan debitur,kreditur hanya memegang bukti kepemilikan benda itu.

Penanya : Apakah bapak pernah menangani fidusia?

Narasumber : Sesekali pernah,dalam hal kendaraan bermotor.Kreditur memberi pinjaman kepada debitur,dan debitur memberi barang jaminan kepada kreditur.Karena benda yang di jaminkan benda bergerak,maka kemudian dibuatlah perjanjian fidusia.

Penanya : Bagaimana cara untuk membuat jaminan fidusia?

Narasumber : Kedua belah pihak yakni kreditur dan debitur datang ke notaris,kemudian notaris membuatkan akta otentiknya.Karena bendanya adalah benda bergerak maka masuk dalam jaminan fidusia.Dalam UU yang mengatur tentang fidusia notaris diberi kewenangan untuk membuat akta fidusia itu.

Penanya : Apa ruang lingkup dalam fidusia?

Narasumber : Standart saja harus dipenuhi subyek dan obyek yaitu kreditur dan debitur,akan diperiksa oleh notaris keabsahannya.Notaris tidak ada kewenangan untuk menelusuri obyek yang hendak dijadikan jaminan,notaris cukup melihat bukti kepemilikan dari benda tersebut.Dalam fidusia yang saya tangani adalah kendaraan bermotor,maka bukti kepemilikannya adalah BPKBnya ditunjukkan.Apabila ternyata barabg yang dijadikan jaminan tersebut bukanlah milik dari si debitur atau dengan kata lain si debitur

Page 11: Observasi Tentang Fiducia New

memalsukannya,notaris dalam hal ini tidak berwenang untuk menelusurinya.Karena notaris hanya membuat akta otentik tentang fidusia.

Penanya : Apakah akta yang dibawah tangan dapat dijadikan jaminan fidusia?

Narasunber : Bisa,yang namanya surat kuasa adalah penerima kuasa mewakili si pemberi kuasa.Yaitu tergantung juga pada krediturnya mau atau tidak di beri jaminan berupa akta dibawah tangan.

Penanya : Dalam teori disebutkan bahwa kreditur berhak menjual barang yang dijadikan jaminan fidusia,benarakah itu?

Narsumber : Iya benar,karena waktu penyerahan hak atas benda itu dimulai sejak dibuatnya akta fidusia itu.Dan kreditur berhak menjual barang jaminan itu,meskipun barangnya ada ditangan debitur.Si kreditur hanya memegang bukti kepemilikan dari benda yang dijadikan jaminan,akan tetapi kreditur dapat menjualnya atas kehendaknya sendiri.Maka sering kali posisi kreditur dalam posisi dilematis.

Penanya : Ketika perjanjian fidusia telah dibuat,apakah benda yang dijadikan jaminan tersebut sudah menjadi milik kreditur?

Narasumber : Iya,kepemilikannya pada kreditur meskipun benda ada ditangan si debitur.

Penanya : Bagaimana jika seadainya ketika si debitur membuat perjanjian tersebut didepan notaris tidak bersama si kreditur?

Narasumber : Kalau seperti itu saya ragu apakah si notaris mau menandatangani atau tidak,Mungkin dalam teorinya harus dihadapkan semuanya antara kedua belah pihak tersebut.Akan tetapi dalam prakteknya tidak seperti itu.Biasanya si kreditur diwakili oleh anak buahnya.

Penanya : Terkait dengan klausula baku,apabila si kreditur manyerahkan sepenuhnya kepada debitur untuk mem buat perjanjian fidusia tersebut bagaimana menurut bapak? Boleh atau tidak?

Narasumber : Boleh-boleh saja,karena setiap kreditur mempunyai karakteristik berbada-beda.

Penanya : Apakah klausula baku ini dapat langsung bisa diserahkan ke notaris ke notaris atau harus membuat ulang perjanjian kembali?

Page 12: Observasi Tentang Fiducia New

Narasumber : Biasanya sebelum hutang ada syarat-syarat yang ada diklausula tersebut (syarat-syarat tersebut tidak akan lari dari kalusula ).Jadi terserah kreditur dan debitur ingin membuat bentuk jaminannya seperti apa.Notaris hanya menuangkan dalam bentuk akta otentik.

Penanya : Bagaimana penghitungan dalam fidusia ini?

Narasumber : Dari nilai jaminan itu sendiri,fidusia itu mengikat diluar pihak ketiga maksudnya adalah selain mengikat kreditur dan debitur,fidusia juga mengikat barang yang jadi jaminannya.Apabila si debitur mengalami kepailitan,dengan secara otomatis dia menjadi kreditur preferen karena fidusia rata-rata didaftarkan.

Penanya : Apakah HKI(Hak Kekayaan Intelektual) dapat menjadi jaminan fidusia ?

Narasumber : Hak kebendaan sifatnya abstrak,saya belum pernah menemukan jika HKI menjadi ruang lingkup kebendaan.Tapi kembali lagi kepada krediturnya,apakah dia mau menerima jaminan berupa HKI atau tidak?

Penanya : Mengapa dalam fidusia ini sulit dalam prosesnya,dalam masalah pengeksekusiannya?

Narasumber : Untuk masalah pengeksekusiannya dapat dilakukan oleh si kreditur itu sendiri.Pengeksekusiannya sulit masuk ke pengadilan.

Penanya : Apabila si debitur tidak dapat membayar hutangnya ,apakah langsung dimasukkan ke pengadilan?

Narasumber : Dalam teori seharusnya seperti itu akan tetapi dalam prakteknya dapat dilakukan dengan baik-baik secara musyawarah,jika tidak dapat dilakukan secara baik-baik pihak kreditur dapat mengadukan debitur ke pengadilan.

Kesimpulan dari wawancara yang kami lakukan :

a. Beda pokok antara Fidusia dengan Gadai adalah jika gadai, barang dipegang oleh

Kreditur namun jika Fidusia, Kreditur memegang bukti Kepemilikan sehingga

kepemilikan benda tersebut sudah menjadi milik kreditur.

b. Cara membuat Jaminan Fidusia adalah kedua belah pihak yang berkepentingan

dating ke Kantor Notaris, notaries memproses dan kemudian akta otentik dibuat,

Page 13: Observasi Tentang Fiducia New

Notaris diberi kewenangan untuk membuat akta sesuai dengan UU no. 42 tahun

1999 tentang Jaminan Fidusia.

c. Akta dibawah tangan ataupun Hak Kekayaan Intelektual bisa menjadi Jaminan

Fidusia tergantung dari pihak Kreditur, mennyepakati atau tidak.

d. Kreditur berhak menjual barang yang dijadiikan fidusia karena waktu penyerahan

hak atas benda itu dimulai sejak dibuatnya akta fidusia itu.Dan kreditur berhak

menjual barang jaminan itu,meskipun barangnya ada ditangan debitur.

e. Ketika Debitur tidak dapat menyanggupi kewajibannnya atau wanprestasi dalam

implementasinya kewenangan untuk menuntutnya ada pada pihak Kreditur.

Perbandingan antara teori dengan Praktik dalam Jaminan Fidusia :

a. Dalam teori cara membuat Jaminan Fidusia dengan kedua belah pihak yang

bersangkutan atau yang diberi kuasa dating ke Notaris, kemudian notaris membuat

aktaotentik Fidusia dan mendaftarkannya.

Jadi ada keserasian antara Praktik dengan tori tentang tata cara pendaftaran

fidusia. Mengenai Pendaftaran secara Umum dimuat dalam Pasal 13 UU no 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan lebih lanjut diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

b. Pada dasarnya semua tak ada perbedaan yang mencolok untuk subjek dan objek

jaminan fidusia, dalam teori ataupun praktik.

c. Untuk penyelesaian sengketa dalam teori atau aturan perundang – undangan jika ada

debitur tidak memenuhi kewajibannya maka, akan diproses dalam jalur hukum

dengan kata lain dengan diajukan ke Pengadilan, namun jika untuk praktiknya itu

masih sesuai dengan keadaan masyarakat, jadi ketika debitur tidak sanggup

membayar hutangnya maka disitu akan diselesaian dengan jalur litigasi atau non

litigasi (damai) kebanyakan menggunakan jalur non litigasi karena prosesnya lebih

mudah ketika telah ada kesepakatan untuk pemenuhan kewajibannya sendiri terjadi

ketika pihak debitur telah melaksanakan kewajibannnya.

Page 14: Observasi Tentang Fiducia New

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jaminan benda adalah jaminan yang paling diminati oleh pihak Kreditur, salah

satu jaminan kebendaan tersebut antara lain berupa objek jaminan barang bergerak yang

diikat dengan jaminan fidusia. Keberadaan hukum jaminan fidusia sangat diperlukan

dalam rangka pengikatan jaminan yang didasarkan pada kepercayaan dimana benda yang

dijaminkan atau diserahkan tetap berada ditangan Pemberi Fidusia atau Debitur. Pemberi

Fidusia atau Debitur dapat berfungsi sebagai peminjam pakai barang yang dijadikan

jaminan tersebut. Jaminan fidusia merupakan hak kebendaan yang mempunyai hak yang

didahulukan terhadap Kreditur lainnya untuk mengambil pelunasan piutangnya dari hasil

eksekusi benda yang menjadi jaminan fidusia, apabila Pemberi Fidusia atau Debitur

wanprestasi atau cidera janji.

B. Saran

Jaminan Fidusia memiliki banyak keuntungan bagi masyarakat namun jika

dijalankan dengan benar, tidak menguntungkan diri mereka sendiri (diri kreditur atau

debitur sendiri) sehingga baik pada teori dan baik juga pada praktiknya ketika kreditur

dan debitiur atau orang yang termasuk didalamnya bertindak sesuai dengan

kewajibannya.

Page 15: Observasi Tentang Fiducia New

Daftar Pustaka

Sutan Akhmad Jambek ; “Masalah hukum jaminan fidusia Dan Pertanggungjawaban

para pihak” ; di unduh dari www.google.com diakses pada tanggal 20 April 2011

http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/25/hukum-jaminan-fidusia/

http://auditme-post.blogspot.com/2008/04/sekilas-tentang-fidusia-dan-jaminan.html

Page 16: Observasi Tentang Fiducia New

LAMPIRAN

Biodata Narasumber :

Nama : Wahyu Wibawa, SH

Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 30 Juni 1968

Alamat : Jl. Gatot Soebroto 36 Ungaran, Semarang

Agama : Islam

Pendidikan : S1 (Strata Satu)

Riwayat Pendidikan : Strata 1 UII dan Kenotariatan UGM

Pekerjaan : Notaris-PPAT

Motto hidup : “Gitu Aja Kok Repot”

Contact Person : 081 666 6549

Riwayat Karier : Tahun 1992 – 1998 profesi Advocat

Tahun 1998 – Sekarang Mendirikan Kantor Notaris -

PPAT kota Semarang.

Page 17: Observasi Tentang Fiducia New

(21 April 2011 Tanya Jawab dengan Narasumber bpk Wahyu Wibawa, SH)

(21 April 2011 observasi ke kantor Notaris dan PPAT Wahyu Wibawa, SH)

Page 18: Observasi Tentang Fiducia New