䅎䅌䥓䥓⁐erf佒m䅓䤠s啂䍁剒䥅删䥎te乓䥔夠m佄啌䅔䥏丠 pa … · 2020. 5....
TRANSCRIPT
-
ANALISIS PERFORMASI SUBCARRIER INTENSITY MODULATION
PADA KANAL MODEL KIM DAN KRUSE DI FREE SPACE OPTIC
ANALYSIS OF SUBCARRIER INTENSITY MODULATION
PERFORMANCE ON KIM AND KRUSE CANAL MODEL IN FREE SPACE
OPTIC
Fatrheza Imantaqwa, Ir. Hambali, M.T.2, Kris Sujatmoko, S.T., M.T.3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom [email protected], [email protected],
Abstrak
Free Space Optic (FSO) adalah komunikasi berbasis optik tanpa menggunakan kabel.
Sebelumnya ada sebuah teknologi optik yang menggunakan radio frekuensi (RF) sebagai sinyal
pembawanya, yaitu Radio over Fiber (RoF). Namun RoF memiliki beberapa kekurangan seperti
interferensi elektrik, distorsi, dan noise yang besar. Oleh karena itu dibuatlah teknologi Free Space
Optic (FSO). FSO juga merupakan teknologi untuk jaringan backup. Contohnya bila ada bencana
gempa, lalu kabel optik rusak, maka langsung digantikan dengan FSO yang tidak memakai kabel.
Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi
cahayanya terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS),
dan full duplex. Pada umumnya FSO ini menggunakan LASER sebagai light sourcenya. FSO
memiliki beberapa kelebihan seperti kurangnya gangguan, mudahnya maintenance, dan kecepatan
yang tinggi.
Pada penelitian ini, disimulasikan dan dianalisis menggunakan Subcarrier Intensity
Modulation (SIM) pada kanal model Kim dan Kruse, dengan penggunaan empat panjang gelombang
dan variasi visibility. Setelah pengujian dengan SIM, dibandingkan dengan modulasi OOK-NRZ
dan OOK-RZ dengan parameter dan kanal yang sama. BER menggunakan SIM lebih baik daripada
menggunakan modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ, dan pada panjang gelombang 1550 nm dengan
nilai 10−98pada kanal model Kim dan 10−73 pada kanal model Kruse. Kata kunci : FSO, SIM, Kim, Kruse, BER.
Abstract
Free Space Optic (FSO) is optical based communication without using cables. Previously
there was an optical technology that uses radio frequency (RF) as its carrier signal, namely Radio
over Fiber (RoF). But RoF has several disadvantages such as electrical interference, distortion,
and large noise. Therefore Free Space Optic (FSO) technology was created. FSO is also a
technology for backup networks. For example, if there is an earthquake, then the optical cable is
damaged, immediately be replaced with an FSO that does not use cables.
Free Space Optic (FSO) is an optical-based communication technology whose light
propagation takes place in the open. This technology makes use of the Line Of Sight (LOS) and
full duplex work systems. In general, this FSO uses LASER as its light source. The FSO has
several advantages such as lack of interference, easy maintenance, and high speed.
In this study, it was simulated and analyzed using Subcarrier Intensity Modulation (SIM)
on Kim and Kruse's channel models, with the use of four wavelengths and variations in visibility.
After testing with SIM, it compared with OOK-NRZ and OOK-RZ modulation with the same
parameters and channels. BER using SIM is better than using OOK-NRZ and OOK-RZ
modulation, and at wavelengths of 1550 nm with values of 𝟏𝟎−𝟗𝟖on Kim's model channel and 𝟏𝟎−𝟕𝟑 on the Kruse model canal. Keywords: FSO, SIM, Kim, Kruse, BER
1. Pendahuluan
Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi cahayanya
terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS), full duplex,
serta pada komunikasi terrestrial FSO menggunakan atmosfer sebagai media transmisinya. Oleh
karena itu, sistem komunikasi ini mempunyai banyak factor yang dapat meredam dan
menginterferensi sinyal cahaya. Banyaknya molekul di udara, jarak dari pengirim dan penerima,
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3518
-
serta kondisi di atmosfer menjadi factor yang harus dipertimbangkan. Terdapat 2 faktor lain yang
sangat penting dalam proses pengiriman sinyal cahaya pada FSO yakni cuaca dan turbulensi. Pada
umumnya FSO ini menggunakan light source yaitu Light Amplification of Stimulated Emition by
Radiation (LASER) karena lebih terfokus dan jarak pancaran yang jauh. FSO memiliki beberapa
kelebihan seperti kurangnya gangguan, mudahnya maintenance, dan kecepatan yang tinggi [2].
Pada penelitian ini dilakukan analisis Free Space Optic (FSO) dengan variasi panjang
gelombang yang digunakan antara lain 690 nm,780 nm,850 nm dan 1550 nm. Kemudian dilakukan
pengamatan terhadap berbagai visibility dari pengirim ke penerima yang disertai dengan factor
redaman pada setiap panjang gelombang menggunakan modulasi SIM pada kanal Kim dan Kruse
untuk mengetahui performasi BER dan akan dibandingkan dengan modulasi On Off Keying Null
Return-to-Zero (OOK-NRZ) dan On Off Keying Return-to-Zero (OOK-RZ).
2. Konsep Dasar
2.1 Free Space Optic Free Space Optic (FSO) merupakan komunikasi Line Of Sight (LOS) dimana terjadi di alam
terbuka menggunakan laser sebagai sumber cahayanya untuk mengirimkan data dengan kecepatan
yang tinggi, mencapai 40 Gbps. Komunikasi ini menggunakan frekuensi optik 192 – 350 THz
sehingga memungkinkan menggunakan data rate yang tinggi [2].
2.2 Subcarrier Intensity Modulation Subcarrier Intensity Modulation (SIM) adalah modulasi yang dapat mencapai tingkat bit yang
tinggi dengan beberapa subcarrier. Prosesnya diawali dengan aliran data biner yang dipisahkan
menjadi beberapa sub-aliran. Kemudian sub-aliran tersebut dimodulasi. Modulasi ini telah banyak
digunakan dalam mentransmisikan sinyal pada kabel televisi dan juga digunakan pada multiplexing
panjang gelombang. Dengan M yang diganti-ganti agar bisa mengetahui dan menganalisa sinyal yang dimodulasi.
Persamaannya adalah sebagai berikut.
𝑚𝑖(𝑡) = 𝑔(𝑡)𝑎𝑖𝑐 cos(𝑤𝑐𝑖𝑡 + 𝜙𝑖) + 𝑔(𝑡)𝑎𝑖𝑠 sin(𝑤𝑐𝑖𝑡 + 𝜙𝑖). (1) g(t) adalah fungsi pembentukan pulsa, w_ci adalah frekuensi sudut subcarrier, dan w_ci adalah fasa.
Sedangkan a_ic dan a_isadalah amplitudo sinyal. Setelah itu sinyal di gabungkan menjadi sinyal
baru, m(t), yang memiliki persamaan
𝑚(𝑡) = ∑ 𝑚𝑖𝑁𝑖=1 (𝑡) (2)
Di sisi penerima ada sinyal elektrik, i(t) dimana memiliki persamaan
𝑖(𝑡) = 𝑅𝐼[1 + 𝜉𝑚(𝑡)] + 𝑛(𝑡) (3) Dengan R adalah responsivitas, I adalah daya yang diterima, dan ξ adalah indeks modulasi optik [6].
2.3 Visibility Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk mengukur besarnya redaman di atmosfer
adalah visibility. Visibility adalah jarak pandang atau ukuran jarak dimana suatu benda atau cahaya
bisa terlihat dengan jelas.Terdapat dua model kanal yang dapat menghitung besar redaman atmosfer
menggunakan visibility yaitu kanal model Kim dan model Kruse. Persamaan dasar untuk
menghitung besarnya redaman atmosfer adalah sebagai berikut [9]:
𝐴 = 3,91
𝑉 (
𝜆
550)−𝑞
,𝑑𝐵
𝑘𝑚 (4)
Dimana V adalah visibility dalam km, λ adalah panjang gelombang dalam nm, q adalah ukuran
parikel di atmosfer, dan A adalah redaman atmosfer dalam dB/km. Pendekatan model Kruse bisa
digunakan untuk semua kondisi atmosfer. Persamaan untuk kanal model Kruse adalah, [9]:
𝑞 = {
1.6, 𝑉 ≥ 50 𝑘𝑚 1.3, 6 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 50 𝑘𝑚
0.585𝑉13⁄ , 𝑉 < 6 𝑘𝑚
(5)
Pada model Kim bisa digunakan untuk kondisi berembun atau visibility visibility yang rendah
karena lebih spesifik. Persamaan untuk kanal model kim adalah,[9]:
𝑞 =
{
1.6, 𝑉 ≥ 50 𝑘𝑚 1.3, 6 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 50 𝑘𝑚
0.16𝑉 + 0.34, 1 𝑘𝑚 ≤ 𝑉6 𝑘𝑚 𝑉 − 0.5, 0.5 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 1 𝑘𝑚 0, 𝑉 < 0.5 𝑘𝑚.
(6)
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3519
-
Berbagai jenis cuaca ditunjukan oleh Tabel 1, dengan berbagai kondisi digunakan sebagai acuan
visibility yang digunakan pada perhitungan redaman atmosfer akibat jarak pandang antara pengirim
dan penerima.
Tabel 1 Kondisi Atmosfer
Kondisi Atmosfer Visibility (m) Attenuasi (dB/km)
Dense Fog 50 315
Thick Fog 200 75
Moderate Fog 500 28.9
Light Fog 770 18.3
Very Light fFg 1000 13.8
Light mist 2000 6.6
Very Light Mist 4000 3.1
Clear Air 20000 0.54
Very Clear Air 50000 0.19
2.4 Modulasi On-Off Keying Modulasi OOK merupakan modulasi yang umum digunakan dalam sistem komunikasi optik
tanpa kabel dan digunakan dalam sistem Intensity-Modulated with Direct-Detection (IM/DD).
Ketika ada sinyal optik yang menempati sebagian durasi bit menghasilkan nilai bit 1, Sedangkan
ketika tidak ada sinyal optik pada durasi tertentu nilai bit 0.
Pada modulasi OOK bisa menggunakan dua tipe, yaitu Non Return-to-Zero (NRZ) dan Return-
to-Zero (RZ). Pada tipe NRZ memiliki efisiensi yang lebih buruk dari RZ karena mempunyai durasi
pulsa yang lebih besar dari bit. Pada NRZ bit 1 berarti memiliki level daya tinggi sedangkan bit 0
memiliki level daya rendah.
Pada RZ, bit 1 dinyatakan dengan setengah periode pertama dengan level daya tinggi dan
setengah periode kedua dengan level daya rendah. Sedangkan bit 0 memiliki level daya rendah [4].
2.5 Background Noise Background noise disebabkan oleh pendeteksian foton yang dihasilkan pada lingkungan.
Terdapat dua sumber yang berkontribusi kepada background noise, yaitu matahari dan langit. Ada
sumber lain yang dianggap terlalu lemah sehingga dipertimbangkan terhadap FSO karena kurang
berpengaruh, yaitu bintang dan background noise / background radiation yang dipantulkan. Namun
mereka berpengaruh pada backgroumd noise di luar angkasa. Berikut ini adalah persamaan untuk
irradiance (daya per unit area) dari sumber matahari dan langit:
𝐼𝑠𝑘𝑦 =𝑁(𝜆)𝛥𝜆𝜋𝛺2
4 (7)
𝐼𝑠𝑢𝑛 = 𝑊(𝜆)𝛥𝜆 (8) Dimana 𝑁(𝜆) adalah pancaran spektral langit, 𝑊(𝜆) adalah pancaran radiasi spektral matahari, Δλ adalah bandwidth OBPF, dan Ω adalah sudut pandang bidang fotodetektor dalam radian. Pemilihan
nilai FOV dan Δλ yang sangat sempit bermanfaat karena dampak background noise dapat dikurangi
OBPF. Persamaan dari background noise adalah sebagai berikut:
𝜎𝑏𝑔2 = 2𝑞𝐵𝑅(𝐼𝑠𝑘𝑦 + 𝐼𝑠𝑢𝑛) (9)
Dimana 𝜎𝑏𝑔2 adalah background noise, q adalah konstanta elektron, B adalah bandwidth, dan R
adalah responsivitas dari penerima.
3. Perancangan Sistem 3.1 Desain Sistem
Berikut ini merupakan blog diagram sistem:
Gambar 1 Blok Diagram Sistem
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3520
-
3.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Gambar 2 Flow Chart Sistem
3.3 Parameter Pengujian Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah agar mengetahui performa dari Subcarrier
Intensity Modulation (SIM) pada kanal model Kim dan model Kruse di Free Space Optic (FSO).
Langkah awal untuk menjalankan peneletian ini adalah dengan menentukan atau memasukkan
parameter-parameter perangkat. Parameter-parameter yang digunakan pada penelitian ini
ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2 Parameter Pengujian
Parameter Nilai
Panjang Gelombang 690 nm, 780 nm, 850 nm, 1550 nm
Visibility 0 km – 2 km, dengan rentang 0.02
Panjang Link 2 km
Daya Kirim LASER (𝑃𝑡) 1 Watt Efisiensi Pengirim (𝜏𝑡) 0.75
Sudut Divergensi Pengirim (Ag) 10−3 Efisiensi Penerima (𝜏𝑟) 0.75 Diameter Penerima (D) 10−5 cm
Responsivitas Photodetector 0.9 (A/W)
Bandwidth (B) 0.5 GHz
Dark Current (𝐼𝐷) 10 nA Hambatan di Penerima (𝑅𝐿) 36 Ohm
Suhu (T) 298 K
Amplitudo sinyal Subcarrier (A) 1
Indeks Modulasi (M) 1
Spektral sinar dari langit (N(𝜆)) 10−3 W/cm2𝜇mSr Spektral pancaran dari matahari(W(𝜆)) 0.055 W/cm2𝜇m
Bandwidth BPF Optik 10−3 FOV (Ψ) 0.6
4. Hasil Simulasi dan Analisis Pengujian sistem ini dilakukan dengan cara merubah parameter-parameter panjang gelombang
dan visibility.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3521
-
4.1 Analisis SIM pada Kanal Kim Bisa dilihat pada Gambar 4 .1, nilai BER SIM dengan panjang gelombang 690 nm adalah
berkisar 10−52, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−59, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−63 dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−98. Nilai BER terendah atau paling baik ada pada panjang gelombang 1550 nm.
Gambar 3 Grafik BER SIM pada Kanal Kim
4.2 Analisis Modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ pada Kanal Kim Bisa dilihat pada Gambar 4, dimana merupakan hasil simulasi untuk modulasi OOK-NRZ pada
kanal model Kim. Nilai BER di visibility terjauh yaitu 2 km pada panjang gelombang 690 nm adalah
berkisar 10−33, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−37, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−40 dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−61.
Gambar 4 Grafik BER OOK-NRZ pada Kanal Kim
Setelah menganalis BER OOK-NRZ, modulasi OOK-RZ dianalisis. Bisa dilihat pada Gambar
5, nilai BER pada visibility terjauh di panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−9, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−10, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−11, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−16.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3522
-
Gambar 5 Grafik BER OOK-RZ pada Kanal Kim
4.3 Analisis SIM pada Kanal Kruse Bisa dilihat pada Gambar 6, dimana merupakan hasil pengujian untuk nilai BER Subcarrier
Intensity Modulation (SIM) pada kanal Kruse. Nilai BER pada visibility terjauh di panjang
gelombang 690 nm adalah berkisar 10−47, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−50, panjang gelombang 850 adalah berkisar 10−54, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−73.
. Gambar 6 Grafik BER SIM pada Kanal Kruse
4.4 Analisis Modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ pada Kanal Kruse Bisa dilihat pada Gambar 7, nilai BER modulasi OOK-NRZ di kanal Kruse pada visibility
terjauh di panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−30, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−32, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−34, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−46.
Gambar 7 Grafik BER OOK-NRZ pada Kanal Kruse
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3523
-
Kemudian ada hasil pengujian dari modulasi OOK-RZ pada kanal Kruse, bisa dilihat pada
Gambar 8. Nilai BER di visibility terjauh pada panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−8, pada panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−9, pada panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−10, dan pada panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−13.
Gambar 8 Grafik BER OOK-RZ pada Kanal Kruse
5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengujian pada jaringan Free Space Optic (FSO) dengan membandingkan
tiga modulasi, yaitu SIM, modulasi OOK-NRZ , dan OOK-RZ, dengan implementasi beberapa
panjang gelombang dan variasi visibility maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil pengujian dengan beberapa panjang gelombang, 690 nm, 780 nm, 850 nm, dan 1550 nm menunjukkan bahwa panjang gelombang 1550 nm merupakan panjang gelombang yang
paling baik dan cocok digunakan pada komunikasi Free Space Optic karena memiliki nilai
BER yang paling baik atau paling rendah.
2. Skema modulasi Subcarrier Intensity Modulation lebih baik dari modulasi On Off Keying - Non Return-to-Zero (OOK-NRZ) dan On Off Keying – Return-to-Zero (OOK-RZ) karena
memiliki nilai BER yang jauh lebih baik.
3. Pengujian di kanal model Kim memiliki nilai BER yang lebih baik daripada kanal model Kruse.
4. Pada kanal model Kim, BER memenuhi standard minimum ketika visibility ada di kisaran 1 km, sedangkan untuk model kanal Kruse ada di kisaran 1.5 km. Bisa disimpulkan bahwa
kanal model Kruse membutuhkan visibility yang besar atau atmosfer yang clear agar
memiliki BER yang baik.
5.2 Saran Tugas akhir ini bisa dikembangkan penelitiannya lebih lanjut. Ada beberapa saran yang bisa
dipertimbangkan, diantaranya adalah
1. Melakukan analisis dan simulasi SIM pada keadaan hujan, fog, dan turbulence. 2. Melakukan analisis dan simulasi pada kanal model Kim dan Kruse dengan modulasi Pulsa
Posisition Modulation (PPM).
3. Melakukan analisis dan simulasi SIM pada Gamma-gamma dan Negative Exponential Atmoshperic Channels.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3524
-
Daftar Pustaka
[1] R. Karthikeyan and S. Prakasam, "A Survey on Radio over Fiber (RoF) for Wireless
Broadband Access Technologies," International Journal of Computer Application (0975-
8887) Volume 64-No12, p. 6, 2013.
[2] A. A. B. Raj, Free Space Optical Communication: System Design, Modeling,
Characterization and Dealing With Turbulance, Walter de Gruyter GmbH & Co KG, 2016.
[3] Hindawi Publishing Corporation, "Free Space Optics: Current Applications and Future
Challenges," International Journal of Optics, p. 8, 2015.
[4] H. Kaushal and G. Kaddoum, "Free Space Optical Communication: Challenges and
Mitigation Techniques," p. 28, 2016.
[5] J. K. Sahota and D. Dhawan, "REDUCING TEH EFFECT OF SCINTILLATION IN FSO
SYSTEM USING COHERENT BASED HOMODYNE DETECTION," Optik, p. 16, 2018.
[6] W. Popoola, Z. Ghassemlooy and S. Rajbhandari, Optical Wireless Communications, Taylor
& Francis Group, LLC, 2013.
[7] G. Keiser, Optical Fiber Communications Third Editioon, GTE System and Technology
Corporation, 2000.
[8] J.-H. Lee and S.-H. Hwang, "Selection diversity-aided subcarrier intensity
modulation/spatial modulation for free-space optical communication," IET Optoelectronics,
p. 9, 2014.
[9] M. A. Esmail, H. Fathallah, and M. S. Alouini, “Outdoor FSO Communications under
Fog: Attenuation Modeling and Performance Evaluation,” IEEE Photonics J., vol. 8, no. 4,
2016.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3525