䅎䅌䥓䥓⁐erf佒m䅓䤠s啂䍁剒䥅删䥎te乓䥔夠m佄啌䅔䥏丠 pa … · 2020. 5....

8
ANALISIS PERFORMASI SUBCARRIER INTENSITY MODULATION PADA KANAL MODEL KIM DAN KRUSE DI FREE SPACE OPTIC ANALYSIS OF SUBCARRIER INTENSITY MODULATION PERFORMANCE ON KIM AND KRUSE CANAL MODEL IN FREE SPACE OPTIC Fatrheza Imantaqwa, Ir. Hambali, M.T. 2 , Kris Sujatmoko, S.T., M.T. 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Free Space Optic (FSO) adalah komunikasi berbasis optik tanpa menggunakan kabel. Sebelumnya ada sebuah teknologi optik yang menggunakan radio frekuensi (RF) sebagai sinyal pembawanya, yaitu Radio over Fiber (RoF). Namun RoF memiliki beberapa kekurangan seperti interferensi elektrik, distorsi, dan noise yang besar. Oleh karena itu dibuatlah teknologi Free Space Optic (FSO). FSO juga merupakan teknologi untuk jaringan backup. Contohnya bila ada bencana gempa, lalu kabel optik rusak, maka langsung digantikan dengan FSO yang tidak memakai kabel. Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi cahayanya terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS), dan full duplex. Pada umumnya FSO ini menggunakan LASER sebagai light sourcenya. FSO memiliki beberapa kelebihan seperti kurangnya gangguan, mudahnya maintenance, dan kecepatan yang tinggi. Pada penelitian ini, disimulasikan dan dianalisis menggunakan Subcarrier Intensity Modulation (SIM) pada kanal model Kim dan Kruse, dengan penggunaan empat panjang gelombang dan variasi visibility. Setelah pengujian dengan SIM, dibandingkan dengan modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ dengan parameter dan kanal yang sama. BER menggunakan SIM lebih baik daripada menggunakan modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ, dan pada panjang gelombang 1550 nm dengan nilai 10 −98 pada kanal model Kim dan 10 −73 pada kanal model Kruse. Kata kunci : FSO, SIM, Kim, Kruse, BER. Abstract Free Space Optic (FSO) is optical based communication without using cables. Previously there was an optical technology that uses radio frequency (RF) as its carrier signal, namely Radio over Fiber (RoF). But RoF has several disadvantages such as electrical interference, distortion, and large noise. Therefore Free Space Optic (FSO) technology was created. FSO is also a technology for backup networks. For example, if there is an earthquake, then the optical cable is damaged, immediately be replaced with an FSO that does not use cables. Free Space Optic (FSO) is an optical-based communication technology whose light propagation takes place in the open. This technology makes use of the Line Of Sight (LOS) and full duplex work systems. In general, this FSO uses LASER as its light source. The FSO has several advantages such as lack of interference, easy maintenance, and high speed. In this study, it was simulated and analyzed using Subcarrier Intensity Modulation (SIM) on Kim and Kruse's channel models, with the use of four wavelengths and variations in visibility. After testing with SIM, it compared with OOK-NRZ and OOK-RZ modulation with the same parameters and channels. BER using SIM is better than using OOK-NRZ and OOK-RZ modulation, and at wavelengths of 1550 nm with values of on Kim's model channel and on the Kruse model canal. Keywords: FSO, SIM, Kim, Kruse, BER 1. Pendahuluan Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi cahayanya terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS), full duplex, serta pada komunikasi terrestrial FSO menggunakan atmosfer sebagai media transmisinya. Oleh karena itu, sistem komunikasi ini mempunyai banyak factor yang dapat meredam dan menginterferensi sinyal cahaya. Banyaknya molekul di udara, jarak dari pengirim dan penerima, ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3518

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PERFORMASI SUBCARRIER INTENSITY MODULATION

    PADA KANAL MODEL KIM DAN KRUSE DI FREE SPACE OPTIC

    ANALYSIS OF SUBCARRIER INTENSITY MODULATION

    PERFORMANCE ON KIM AND KRUSE CANAL MODEL IN FREE SPACE

    OPTIC

    Fatrheza Imantaqwa, Ir. Hambali, M.T.2, Kris Sujatmoko, S.T., M.T.3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom [email protected], [email protected],

    [email protected]

    Abstrak

    Free Space Optic (FSO) adalah komunikasi berbasis optik tanpa menggunakan kabel.

    Sebelumnya ada sebuah teknologi optik yang menggunakan radio frekuensi (RF) sebagai sinyal

    pembawanya, yaitu Radio over Fiber (RoF). Namun RoF memiliki beberapa kekurangan seperti

    interferensi elektrik, distorsi, dan noise yang besar. Oleh karena itu dibuatlah teknologi Free Space

    Optic (FSO). FSO juga merupakan teknologi untuk jaringan backup. Contohnya bila ada bencana

    gempa, lalu kabel optik rusak, maka langsung digantikan dengan FSO yang tidak memakai kabel.

    Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi

    cahayanya terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS),

    dan full duplex. Pada umumnya FSO ini menggunakan LASER sebagai light sourcenya. FSO

    memiliki beberapa kelebihan seperti kurangnya gangguan, mudahnya maintenance, dan kecepatan

    yang tinggi.

    Pada penelitian ini, disimulasikan dan dianalisis menggunakan Subcarrier Intensity

    Modulation (SIM) pada kanal model Kim dan Kruse, dengan penggunaan empat panjang gelombang

    dan variasi visibility. Setelah pengujian dengan SIM, dibandingkan dengan modulasi OOK-NRZ

    dan OOK-RZ dengan parameter dan kanal yang sama. BER menggunakan SIM lebih baik daripada

    menggunakan modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ, dan pada panjang gelombang 1550 nm dengan

    nilai 10−98pada kanal model Kim dan 10−73 pada kanal model Kruse. Kata kunci : FSO, SIM, Kim, Kruse, BER.

    Abstract

    Free Space Optic (FSO) is optical based communication without using cables. Previously

    there was an optical technology that uses radio frequency (RF) as its carrier signal, namely Radio

    over Fiber (RoF). But RoF has several disadvantages such as electrical interference, distortion,

    and large noise. Therefore Free Space Optic (FSO) technology was created. FSO is also a

    technology for backup networks. For example, if there is an earthquake, then the optical cable is

    damaged, immediately be replaced with an FSO that does not use cables.

    Free Space Optic (FSO) is an optical-based communication technology whose light

    propagation takes place in the open. This technology makes use of the Line Of Sight (LOS) and

    full duplex work systems. In general, this FSO uses LASER as its light source. The FSO has

    several advantages such as lack of interference, easy maintenance, and high speed.

    In this study, it was simulated and analyzed using Subcarrier Intensity Modulation (SIM)

    on Kim and Kruse's channel models, with the use of four wavelengths and variations in visibility.

    After testing with SIM, it compared with OOK-NRZ and OOK-RZ modulation with the same

    parameters and channels. BER using SIM is better than using OOK-NRZ and OOK-RZ

    modulation, and at wavelengths of 1550 nm with values of 𝟏𝟎−𝟗𝟖on Kim's model channel and 𝟏𝟎−𝟕𝟑 on the Kruse model canal. Keywords: FSO, SIM, Kim, Kruse, BER

    1. Pendahuluan

    Free Space Optic (FSO) adalah teknologi komunikasi berbasis optik yang propagasi cahayanya

    terjadi di alam terbuka. Teknologi ini memanfaatkan system kerja Line Of Sight (LOS), full duplex,

    serta pada komunikasi terrestrial FSO menggunakan atmosfer sebagai media transmisinya. Oleh

    karena itu, sistem komunikasi ini mempunyai banyak factor yang dapat meredam dan

    menginterferensi sinyal cahaya. Banyaknya molekul di udara, jarak dari pengirim dan penerima,

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3518

  • serta kondisi di atmosfer menjadi factor yang harus dipertimbangkan. Terdapat 2 faktor lain yang

    sangat penting dalam proses pengiriman sinyal cahaya pada FSO yakni cuaca dan turbulensi. Pada

    umumnya FSO ini menggunakan light source yaitu Light Amplification of Stimulated Emition by

    Radiation (LASER) karena lebih terfokus dan jarak pancaran yang jauh. FSO memiliki beberapa

    kelebihan seperti kurangnya gangguan, mudahnya maintenance, dan kecepatan yang tinggi [2].

    Pada penelitian ini dilakukan analisis Free Space Optic (FSO) dengan variasi panjang

    gelombang yang digunakan antara lain 690 nm,780 nm,850 nm dan 1550 nm. Kemudian dilakukan

    pengamatan terhadap berbagai visibility dari pengirim ke penerima yang disertai dengan factor

    redaman pada setiap panjang gelombang menggunakan modulasi SIM pada kanal Kim dan Kruse

    untuk mengetahui performasi BER dan akan dibandingkan dengan modulasi On Off Keying Null

    Return-to-Zero (OOK-NRZ) dan On Off Keying Return-to-Zero (OOK-RZ).

    2. Konsep Dasar

    2.1 Free Space Optic Free Space Optic (FSO) merupakan komunikasi Line Of Sight (LOS) dimana terjadi di alam

    terbuka menggunakan laser sebagai sumber cahayanya untuk mengirimkan data dengan kecepatan

    yang tinggi, mencapai 40 Gbps. Komunikasi ini menggunakan frekuensi optik 192 – 350 THz

    sehingga memungkinkan menggunakan data rate yang tinggi [2].

    2.2 Subcarrier Intensity Modulation Subcarrier Intensity Modulation (SIM) adalah modulasi yang dapat mencapai tingkat bit yang

    tinggi dengan beberapa subcarrier. Prosesnya diawali dengan aliran data biner yang dipisahkan

    menjadi beberapa sub-aliran. Kemudian sub-aliran tersebut dimodulasi. Modulasi ini telah banyak

    digunakan dalam mentransmisikan sinyal pada kabel televisi dan juga digunakan pada multiplexing

    panjang gelombang. Dengan M yang diganti-ganti agar bisa mengetahui dan menganalisa sinyal yang dimodulasi.

    Persamaannya adalah sebagai berikut.

    𝑚𝑖(𝑡) = 𝑔(𝑡)𝑎𝑖𝑐 cos(𝑤𝑐𝑖𝑡 + 𝜙𝑖) + 𝑔(𝑡)𝑎𝑖𝑠 sin(𝑤𝑐𝑖𝑡 + 𝜙𝑖). (1) g(t) adalah fungsi pembentukan pulsa, w_ci adalah frekuensi sudut subcarrier, dan w_ci adalah fasa.

    Sedangkan a_ic dan a_isadalah amplitudo sinyal. Setelah itu sinyal di gabungkan menjadi sinyal

    baru, m(t), yang memiliki persamaan

    𝑚(𝑡) = ∑ 𝑚𝑖𝑁𝑖=1 (𝑡) (2)

    Di sisi penerima ada sinyal elektrik, i(t) dimana memiliki persamaan

    𝑖(𝑡) = 𝑅𝐼[1 + 𝜉𝑚(𝑡)] + 𝑛(𝑡) (3) Dengan R adalah responsivitas, I adalah daya yang diterima, dan ξ adalah indeks modulasi optik [6].

    2.3 Visibility Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk mengukur besarnya redaman di atmosfer

    adalah visibility. Visibility adalah jarak pandang atau ukuran jarak dimana suatu benda atau cahaya

    bisa terlihat dengan jelas.Terdapat dua model kanal yang dapat menghitung besar redaman atmosfer

    menggunakan visibility yaitu kanal model Kim dan model Kruse. Persamaan dasar untuk

    menghitung besarnya redaman atmosfer adalah sebagai berikut [9]:

    𝐴 = 3,91

    𝑉 (

    𝜆

    550)−𝑞

    ,𝑑𝐵

    𝑘𝑚 (4)

    Dimana V adalah visibility dalam km, λ adalah panjang gelombang dalam nm, q adalah ukuran

    parikel di atmosfer, dan A adalah redaman atmosfer dalam dB/km. Pendekatan model Kruse bisa

    digunakan untuk semua kondisi atmosfer. Persamaan untuk kanal model Kruse adalah, [9]:

    𝑞 = {

    1.6, 𝑉 ≥ 50 𝑘𝑚 1.3, 6 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 50 𝑘𝑚

    0.585𝑉13⁄ , 𝑉 < 6 𝑘𝑚

    (5)

    Pada model Kim bisa digunakan untuk kondisi berembun atau visibility visibility yang rendah

    karena lebih spesifik. Persamaan untuk kanal model kim adalah,[9]:

    𝑞 =

    {

    1.6, 𝑉 ≥ 50 𝑘𝑚 1.3, 6 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 50 𝑘𝑚

    0.16𝑉 + 0.34, 1 𝑘𝑚 ≤ 𝑉6 𝑘𝑚 𝑉 − 0.5, 0.5 𝑘𝑚 ≤ 𝑉 < 1 𝑘𝑚 0, 𝑉 < 0.5 𝑘𝑚.

    (6)

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3519

  • Berbagai jenis cuaca ditunjukan oleh Tabel 1, dengan berbagai kondisi digunakan sebagai acuan

    visibility yang digunakan pada perhitungan redaman atmosfer akibat jarak pandang antara pengirim

    dan penerima.

    Tabel 1 Kondisi Atmosfer

    Kondisi Atmosfer Visibility (m) Attenuasi (dB/km)

    Dense Fog 50 315

    Thick Fog 200 75

    Moderate Fog 500 28.9

    Light Fog 770 18.3

    Very Light fFg 1000 13.8

    Light mist 2000 6.6

    Very Light Mist 4000 3.1

    Clear Air 20000 0.54

    Very Clear Air 50000 0.19

    2.4 Modulasi On-Off Keying Modulasi OOK merupakan modulasi yang umum digunakan dalam sistem komunikasi optik

    tanpa kabel dan digunakan dalam sistem Intensity-Modulated with Direct-Detection (IM/DD).

    Ketika ada sinyal optik yang menempati sebagian durasi bit menghasilkan nilai bit 1, Sedangkan

    ketika tidak ada sinyal optik pada durasi tertentu nilai bit 0.

    Pada modulasi OOK bisa menggunakan dua tipe, yaitu Non Return-to-Zero (NRZ) dan Return-

    to-Zero (RZ). Pada tipe NRZ memiliki efisiensi yang lebih buruk dari RZ karena mempunyai durasi

    pulsa yang lebih besar dari bit. Pada NRZ bit 1 berarti memiliki level daya tinggi sedangkan bit 0

    memiliki level daya rendah.

    Pada RZ, bit 1 dinyatakan dengan setengah periode pertama dengan level daya tinggi dan

    setengah periode kedua dengan level daya rendah. Sedangkan bit 0 memiliki level daya rendah [4].

    2.5 Background Noise Background noise disebabkan oleh pendeteksian foton yang dihasilkan pada lingkungan.

    Terdapat dua sumber yang berkontribusi kepada background noise, yaitu matahari dan langit. Ada

    sumber lain yang dianggap terlalu lemah sehingga dipertimbangkan terhadap FSO karena kurang

    berpengaruh, yaitu bintang dan background noise / background radiation yang dipantulkan. Namun

    mereka berpengaruh pada backgroumd noise di luar angkasa. Berikut ini adalah persamaan untuk

    irradiance (daya per unit area) dari sumber matahari dan langit:

    𝐼𝑠𝑘𝑦 =𝑁(𝜆)𝛥𝜆𝜋𝛺2

    4 (7)

    𝐼𝑠𝑢𝑛 = 𝑊(𝜆)𝛥𝜆 (8) Dimana 𝑁(𝜆) adalah pancaran spektral langit, 𝑊(𝜆) adalah pancaran radiasi spektral matahari, Δλ adalah bandwidth OBPF, dan Ω adalah sudut pandang bidang fotodetektor dalam radian. Pemilihan

    nilai FOV dan Δλ yang sangat sempit bermanfaat karena dampak background noise dapat dikurangi

    OBPF. Persamaan dari background noise adalah sebagai berikut:

    𝜎𝑏𝑔2 = 2𝑞𝐵𝑅(𝐼𝑠𝑘𝑦 + 𝐼𝑠𝑢𝑛) (9)

    Dimana 𝜎𝑏𝑔2 adalah background noise, q adalah konstanta elektron, B adalah bandwidth, dan R

    adalah responsivitas dari penerima.

    3. Perancangan Sistem 3.1 Desain Sistem

    Berikut ini merupakan blog diagram sistem:

    Gambar 1 Blok Diagram Sistem

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3520

  • 3.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian

    Gambar 2 Flow Chart Sistem

    3.3 Parameter Pengujian Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah agar mengetahui performa dari Subcarrier

    Intensity Modulation (SIM) pada kanal model Kim dan model Kruse di Free Space Optic (FSO).

    Langkah awal untuk menjalankan peneletian ini adalah dengan menentukan atau memasukkan

    parameter-parameter perangkat. Parameter-parameter yang digunakan pada penelitian ini

    ditunjukkan oleh Tabel 2.

    Tabel 2 Parameter Pengujian

    Parameter Nilai

    Panjang Gelombang 690 nm, 780 nm, 850 nm, 1550 nm

    Visibility 0 km – 2 km, dengan rentang 0.02

    Panjang Link 2 km

    Daya Kirim LASER (𝑃𝑡) 1 Watt Efisiensi Pengirim (𝜏𝑡) 0.75

    Sudut Divergensi Pengirim (Ag) 10−3 Efisiensi Penerima (𝜏𝑟) 0.75 Diameter Penerima (D) 10−5 cm

    Responsivitas Photodetector 0.9 (A/W)

    Bandwidth (B) 0.5 GHz

    Dark Current (𝐼𝐷) 10 nA Hambatan di Penerima (𝑅𝐿) 36 Ohm

    Suhu (T) 298 K

    Amplitudo sinyal Subcarrier (A) 1

    Indeks Modulasi (M) 1

    Spektral sinar dari langit (N(𝜆)) 10−3 W/cm2𝜇mSr Spektral pancaran dari matahari(W(𝜆)) 0.055 W/cm2𝜇m

    Bandwidth BPF Optik 10−3 FOV (Ψ) 0.6

    4. Hasil Simulasi dan Analisis Pengujian sistem ini dilakukan dengan cara merubah parameter-parameter panjang gelombang

    dan visibility.

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3521

  • 4.1 Analisis SIM pada Kanal Kim Bisa dilihat pada Gambar 4 .1, nilai BER SIM dengan panjang gelombang 690 nm adalah

    berkisar 10−52, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−59, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−63 dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−98. Nilai BER terendah atau paling baik ada pada panjang gelombang 1550 nm.

    Gambar 3 Grafik BER SIM pada Kanal Kim

    4.2 Analisis Modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ pada Kanal Kim Bisa dilihat pada Gambar 4, dimana merupakan hasil simulasi untuk modulasi OOK-NRZ pada

    kanal model Kim. Nilai BER di visibility terjauh yaitu 2 km pada panjang gelombang 690 nm adalah

    berkisar 10−33, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−37, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−40 dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−61.

    Gambar 4 Grafik BER OOK-NRZ pada Kanal Kim

    Setelah menganalis BER OOK-NRZ, modulasi OOK-RZ dianalisis. Bisa dilihat pada Gambar

    5, nilai BER pada visibility terjauh di panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−9, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−10, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−11, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−16.

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3522

  • Gambar 5 Grafik BER OOK-RZ pada Kanal Kim

    4.3 Analisis SIM pada Kanal Kruse Bisa dilihat pada Gambar 6, dimana merupakan hasil pengujian untuk nilai BER Subcarrier

    Intensity Modulation (SIM) pada kanal Kruse. Nilai BER pada visibility terjauh di panjang

    gelombang 690 nm adalah berkisar 10−47, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−50, panjang gelombang 850 adalah berkisar 10−54, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−73.

    . Gambar 6 Grafik BER SIM pada Kanal Kruse

    4.4 Analisis Modulasi OOK-NRZ dan OOK-RZ pada Kanal Kruse Bisa dilihat pada Gambar 7, nilai BER modulasi OOK-NRZ di kanal Kruse pada visibility

    terjauh di panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−30, panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−32, panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−34, dan panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−46.

    Gambar 7 Grafik BER OOK-NRZ pada Kanal Kruse

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3523

  • Kemudian ada hasil pengujian dari modulasi OOK-RZ pada kanal Kruse, bisa dilihat pada

    Gambar 8. Nilai BER di visibility terjauh pada panjang gelombang 690 nm adalah berkisar 10−8, pada panjang gelombang 780 nm adalah berkisar 10−9, pada panjang gelombang 850 nm adalah berkisar 10−10, dan pada panjang gelombang 1550 nm adalah berkisar 10−13.

    Gambar 8 Grafik BER OOK-RZ pada Kanal Kruse

    5 Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengujian pada jaringan Free Space Optic (FSO) dengan membandingkan

    tiga modulasi, yaitu SIM, modulasi OOK-NRZ , dan OOK-RZ, dengan implementasi beberapa

    panjang gelombang dan variasi visibility maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

    1. Hasil pengujian dengan beberapa panjang gelombang, 690 nm, 780 nm, 850 nm, dan 1550 nm menunjukkan bahwa panjang gelombang 1550 nm merupakan panjang gelombang yang

    paling baik dan cocok digunakan pada komunikasi Free Space Optic karena memiliki nilai

    BER yang paling baik atau paling rendah.

    2. Skema modulasi Subcarrier Intensity Modulation lebih baik dari modulasi On Off Keying - Non Return-to-Zero (OOK-NRZ) dan On Off Keying – Return-to-Zero (OOK-RZ) karena

    memiliki nilai BER yang jauh lebih baik.

    3. Pengujian di kanal model Kim memiliki nilai BER yang lebih baik daripada kanal model Kruse.

    4. Pada kanal model Kim, BER memenuhi standard minimum ketika visibility ada di kisaran 1 km, sedangkan untuk model kanal Kruse ada di kisaran 1.5 km. Bisa disimpulkan bahwa

    kanal model Kruse membutuhkan visibility yang besar atau atmosfer yang clear agar

    memiliki BER yang baik.

    5.2 Saran Tugas akhir ini bisa dikembangkan penelitiannya lebih lanjut. Ada beberapa saran yang bisa

    dipertimbangkan, diantaranya adalah

    1. Melakukan analisis dan simulasi SIM pada keadaan hujan, fog, dan turbulence. 2. Melakukan analisis dan simulasi pada kanal model Kim dan Kruse dengan modulasi Pulsa

    Posisition Modulation (PPM).

    3. Melakukan analisis dan simulasi SIM pada Gamma-gamma dan Negative Exponential Atmoshperic Channels.

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3524

  • Daftar Pustaka

    [1] R. Karthikeyan and S. Prakasam, "A Survey on Radio over Fiber (RoF) for Wireless

    Broadband Access Technologies," International Journal of Computer Application (0975-

    8887) Volume 64-No12, p. 6, 2013.

    [2] A. A. B. Raj, Free Space Optical Communication: System Design, Modeling,

    Characterization and Dealing With Turbulance, Walter de Gruyter GmbH & Co KG, 2016.

    [3] Hindawi Publishing Corporation, "Free Space Optics: Current Applications and Future

    Challenges," International Journal of Optics, p. 8, 2015.

    [4] H. Kaushal and G. Kaddoum, "Free Space Optical Communication: Challenges and

    Mitigation Techniques," p. 28, 2016.

    [5] J. K. Sahota and D. Dhawan, "REDUCING TEH EFFECT OF SCINTILLATION IN FSO

    SYSTEM USING COHERENT BASED HOMODYNE DETECTION," Optik, p. 16, 2018.

    [6] W. Popoola, Z. Ghassemlooy and S. Rajbhandari, Optical Wireless Communications, Taylor

    & Francis Group, LLC, 2013.

    [7] G. Keiser, Optical Fiber Communications Third Editioon, GTE System and Technology

    Corporation, 2000.

    [8] J.-H. Lee and S.-H. Hwang, "Selection diversity-aided subcarrier intensity

    modulation/spatial modulation for free-space optical communication," IET Optoelectronics,

    p. 9, 2014.

    [9] M. A. Esmail, H. Fathallah, and M. S. Alouini, “Outdoor FSO Communications under

    Fog: Attenuation Modeling and Performance Evaluation,” IEEE Photonics J., vol. 8, no. 4,

    2016.

    ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 3525