oksigen dan hemoglobin
DESCRIPTION
oksigenTRANSCRIPT
DINDA KEMALA RANTIH1102014075
1. Memahami dan Menjelaskan Oksigen dan Hemoglobin1.1 Oksigen
1.1.1 Definisi Oksigen Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan diperlukan untuk kehidupan serta menunjang pembakaran. Oksigen membentuk 20-21% dari udara atmosfer. Oksigen diangkut ke jaringan oleh oksihemoglobin (hemoglobin jenuh disertai oksigen). Masing-masing dari keempat gugus heme di sebuah molekul hemoglobin memiliki afinitas yangberbeda terhadap oksigen, yang menyebabkan kurva disosiasi oksigen berbentuk sigmoid. Hal ini menunjukan betapa mudahnya gugus heme menyerahkan oksigen ke jaringan yang juga bergantung pada suhu, pH dan tekanan karbon dioksida. Penyaluran oksigen adalah jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan yang bergantung pada curah jantung, kadar hemoglobuin dan saturasi hemoglobin. Konsumsi oksigen atau pengeluaran oksigen adalah laju pengeluaran oksigen dari darah oleh jaringan.
1.1.2 Peran dan Fungsi OksigenOksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem respirasi. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Oksigen secara langsung berhubungan dengan aktifitas kimiawi di dalam tubuh, yaitu dalam reaksi katabolisme yang melibatkan reaksi fosforilasi oksidatif.Reaksi katabolisme misalnya respirasi aerob, merupakan reaksi yang membutuhkan oksigen sebagai akseptor electron. Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O, dan menghasilkan energi sebesar 38 ATP.Pada pernapasan ini, pembebasan energi menggunakan oksigen bebas dari udara.
1.2 Hemoglobin 1.2.1 Definisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan pada sel darah merah yang memberi merah pada darah. Hemoglobin membentuk ikatan reversibel yang tidak stabil dengan oksigen. Dalam keadaan kaya oksigen hemoglobin disebut oksihemoglobin dan berwarna merah terang. Dalam keadaan kurang oksigen disebut deoksihemoglobin dan berwarna ungu kebiruan. Hemoglobin terdiri dari zat besi
yang merupakan pembawa oksigen. Batasan normal hemoglobin pada pria dewasa adalah 13,5-17 gr/dl, sedangkan pada wanita dewasa 12-15 gr/dl.
1.2.2 Peran dan Fungsi Hemoglobin Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru kejaringan. Hemoglobin mengambil oksigen di paru paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam jaringan jaringan tubuh
Reaksi Pengikatan OksigenHemoglobin mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin, kemudian dibawa keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Mekanisme pengikatan oksigen oleh hemoglobin merupakan reaksi kesetimbangan.Hb + O2 ⇆ HBO2
Reaksi pengikatan oksigen oleh Hb terjadi dalam paru-paru. Reaksi tersebut berjalan ke arah kanan karena konsentrasi oksigen bertambah. Ketika oksigen mulai beredar kedalam jaringan tubuh, konsentrasi oksigen akan berkurang karena digunakan untuk proses pembakaran. Dengan demikian, reaksi didalam jaringan berjalan ke arah kiri. Reaksi kesetimbangan dalam peredaran darah ini dapat menjelaskan alasan mengapa mengisap gas karbon monoksida (CO) yang beracun dapat mengganggu kesehatan. Ketika gas CO terisap dan larut dalam peredaran darah, gas CO berikatan dengan Hb. Co dan O2 akan bersaingketat agar dapat berikatan dengan Hb. Tetapan kesetimbangan kimia Hb-CO lebih besar daripada tetapan kesetimbangan Hb-O2 sehingga Hb lebih mudah mengikat CO.
HbO2 + CO ⇆ HbCO + O2
Adanya CO dalam tubuh menyebabkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen berkurang. Gas CO akan menggantikan oksigen sehingga yang beredar dalam tubuh adalah gas CO yang beracun.
Oksigen yang kita dapatkan dari pernafasan, masuk ke dalam sel melalui difusi.Dalam reaksi katabolisme misalnya glikolisis yang terjadi di sitoplasma, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron bersama hydrogen yang kemudian membentuk molekul air (H2O) pada saat terjadi reaksi fosforilasi oksidatif atau pembentukan ATP. Glikolisis adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa (terdiridari 6 atom C) menjadi asam piruvat (terdiridari 3 atom C).Reaksi ini melepaskan energi untuk menghasilkan ATP dan NADH2.Glikolisis terjadi di sitoplasma dan tidak memerlukan oksigen.Reaksinya adalah sebagaiberikut:C6H12O6 —-> 2 asam piruvat + 2 ATP + 2 NADH + 2H+
Asam piruvat yang dihasilkanakan memasuki mitokondria untuk melakukan siklus Krebs. Namun sebelum memasukis iklus Krebs, asam piruvat (3C) inidiubah terlebih dahulu menjadi asetilkoA (2C) di dalam matriks mitokondria melalui proses dekarboksilasi oksidatif. Senyawa selain glukosa, misalnya fruktosa, manosa, galaktosa, dan lemak dapat pula mengalami metabolisme melalui jalur glikolisis dengan bantuan enzim-enzim tertentu. Apabila tidak ada oksigen yang disuplai ke dalam sel, maka reaksi katabolisme tidak dapat dilakukan.Apabila reaksi katabolisme tidak terjadi, maka kebutuhan ATP untuk melakukan reaksi anabolisme tidak akan terpenuhi, dan sel pun akan mengalami kematian atau nekrosis.
Respirasi SelulerRespirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut Campbell et al. (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain: Kerja mekanis (kontraktil dan motilitas) Transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat) Produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer materi genetik dan metabolisme sendiri.Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahapan metabolik yaitu :• Glikolisis • Dekarboksilasi Oksidatif• Siklus krebs• Rantai transport electron dan fosforilasi oksidatifBerikut dijelaskkan keempat proses tersebut:
1. GlikolisisAdalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat dengan menghasilkan NADH dan ATP.Sifat – sifat glikolisis ialah:A. Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerobB. Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis dan AdenosineTrifosfat (ATP) serta Adenosine Difosfat (ADP)C. ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lainnya.
2. Reaksi Antara (Dekarboksilasi Oksidatif)Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. (dekarboksilasi oksidatif), yaitu pengubahan asam piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil menghasilkan CO2 dan 2NADH2 yang reaksinya adalah :
Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian memasuki siklus krebs.
3. Siklus Krebs ( Siklus Asam Sitrat)Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah menjadi KoA. Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. KoA dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain dari asam piruvat. Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs, sementara itu sisa dua karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2. Selama terjadi pembentukan – pembentukan , energy yang dibutuhkan dilepaskan untuk menggabungkan fosfat denga ADP membentuk molekul ATP.Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai, Jadi, sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah pemecahan satu molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon, selain itu juga dihasilkan 2 molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.
Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom hydrogen yang ditranspor ke sistem transport electron oleh molekul pembawa .
4. Sistem transport electron Pada sistem transpor electron berlangsung pengepakan energy dari glukosa menjadi ATP.Reaksi ini terjadi didalam membaran dalam mitokondria, hydrogen dari siklus krebs yang tergabung dalam FADH2dan NADH diubah menjadi elektorn dan proton.Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang terakhir , setelah menerima electron , O2akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada sistem ini dihasilkan 34 ATP.Jadi total ATP yang dihasilkan dari respirasi seluler adalah sebagai berikut:(Secara tidak langsung secara lewat sistem transport elektron langsung)Glikolisis 2 NADH2 = 6 ATP 2 ATPReaksi antara 2 NADH2 = 6 ATP Siklus Krebs 6 NADH2 = 18 ATP 2 ATP 2 FADH2 = 4 ATP Total : 38 ATP
I.2.3 StrukturHemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Gugus Heme Molekul Hemoglobin
I.2.4 KomponenHemoglobin menjadi dua komponen yaitu :
1).Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali.2).Komponen heme akan dipecah menjadi dua yaitu :
Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang. Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
2. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.
2.1. Definisi HipoksiaHipoksia adalah adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. Hipoksia juga bisa diartikan sebagai keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka tekanan parsial oksigen dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan parsial oksigen dalam udara pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia.
2.2 Jenis Hipoksia1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik), dimana PO2 darah arteri berkurang 2. Hipoksia anemik, dimana PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang
tersedia untuk mengangkut oksigen berkurang.3. Hipoksia stagnant atau iskemik, dimana aliran darah ke jaringan sangat lambat sehingga oksigen yang adekuat tidak di kirim ke jaringan walaupun PO2 konsentrasi hemoglobin normal.4. Hipoksia histotoksik dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan adalah adekuat tetapi oleh karene kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak dapat memakai oksigen yang disediakan.
2.3 Gejala HipoksiaGejala yang timbul pada hipoksia sangat individual, sedang berat ringannya gejala tergantung pada lamanya berada di daerah itu, cepatnya mencapai ketinggian tersebut, kondisi badan orang yang menderitanya dan lain sebagainya. Gejala-gejala ini dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu: 1) Gejala-gejala Obyektif, meliputi : a) Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terus-menerus.b)Frekuensi nadi dan pernapasan naik c)Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi d)Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkanpaku ke dalam lubang yang sempit e) Cyanosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir menjadi biru f) Lemas g)Kejang-kejang h)Pingsan dan sebagainya. i) Malas j) Euphoria yaitu rasa gembira tanpa sebab dan kadang-kadang timbul rasa sokjagoan. Rasa ini yang harus mendapat perhatian yang besar pada awak pesawat, karena euphoria ini banyak membawa korban akibat tidak adanya keseimbangan lagi antara kemampuan yang mulai mundur dan kemauan yang meningkat.
Pada hipoksia hipoksik dan bentuk hipoksia umum lain, otaklah yang pertama kali terpengaruh. Hipoksia yang tidak terlalu berat menimbulkan berbagai gangguan mental yang tidak berbeda dengan kelainan akibat alkohol: gangguan dalam mengambil keputusan, mengantuk, berkurangnya kepekaan terhadap nyeri dll. Gejala lain mencakup anoreksia,mual, muntah,takikardia dan pada hipoksia berat dijumpai hipertensi.
Hipoksia yang terjadi pada ketinggian tertentu dapat pula menyebabkan kelelahan otot dankematian sel (apopstosis). Kadang pengaruh hipoksia pada rangsangan pernapasan membuat terjadinya Dispnea, proses pernapasan yang sulit atau berat pada subjek yang secara sadar merasakan sesak napas. Hipoksia juga bisa menyebabkan Sianosis, yaitu kondisi dimana hemoglobin tereduksi dan mempunyai warna gelap. Bila konsentrasi hemoglobin tereduksi di dalam darah kapiler lebih besar dari 5g/dL,jaringan akan terlihat biru-kehitaman.Namun, perlu diingat bahwa sianosis tidak tampak pada hipoksia
anemik dan pada keracunan karbon monoksida dan pada hipoksia histotoksik.
DAMPAK DARI HIPOKSIADampak dari hipoksia adalah :. kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi. kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis. penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya. keringat dingin bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.
Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama. Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru - paru.
Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh, Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri..
2.4 Tingkat hipoksiaHipoksia Fulminan : Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru - paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.
Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbonmonoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba tiba panik takkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru - paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
2. 5 Mekanisme HipoksiaKetika kita bepergian ke daerah yang tinggi, tubuh kita mulai membentuk
respon fisiologis yang inefisien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan denyut jantung hingga dua kali lipat walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen. Kemudian, tubuh mulai membentuk respon pengerjaannya efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang memperkuat tranfer gas.
Ketika kembali pada permukaan laut setelah terjadi aklimatisasi yang sukses terhadap ketinggian, tubuh mempunyai lebih banyak akan sel darah merah dan
kapasitas paru yang lebih besar. Akan tetapi, perubahan fisiologik ini hanya berlangsung singkat. Pada beberapa minggu, tubuh akan kembali pada kondisi normal.
Apabila kondisi tersebut tidak diatasi maka dapat menimbulkan hipoksia akut yang menyebabkan kematian jaringan, penekanan aktivitas mental yang kadang-kadang memberat sampai koma, dan menurunkan kapasitas kerja otot. Resiko klinis hipoksia Akut pada ketinggian di Atas 10.000 kaki diantaranya (pada yang ringan): penurunan kemampuan adaptasi terhadap gelap, peningkatan frekuensi pernapasan (hiperventilasi), peningkatan denyut jantung, tekanan sistolik, dan curah jantung (cardiac output). Sedangkan jika terjadi berlanjut akan terjadi gangguan yang lebih berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan perifer, termasuk ketajaman penglihatan (visus), indera peraba berkurang fungsinya, Dan pendengaran berkurang.
Demikian juga terjadi perubahan proses-proses mental seperti gangguan intelektual dan munculnya tingkah laku aneh seperti euforia (rasa senag berlebihan). Selain itu kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada tahapan yang kritis, setelah terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi berat, maka tingkat kesadaran akan berangsur hilang (kehilangan kesadaran), dan pada tahap akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti napas / apnoe.
2.6 Penanganan hipoksiaPenanganan yang dapat dilakukan terhadap penderita hipoksia adalah:
1).Pemberian oksigenMerupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam saluran pernafasan dengan alatbantu oksigen. Pemberian oksigen dapat dilakukan meallui tiga cara, yaitu melaluikanula, nasakm dan masker. Pemberian oksigen ini ditujukan untuk memenuhikebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Penanganan pada daerah yang tinggi :
2).Turun segeraDengan turun segera dari ketinggian dapat menyembuhkan gejala dalam beberapa jam, namun misi naik gunung dapat tertunda.
3).Istirahat di ketinggian yang samaDiharapkan terjadinya proses aklimatisasi(penyesuaian ketersediaan O2 yangmenurun di dataran tinggi), namun gejala baru akan hilang dalam 24-48 jam.
4).Istirahat dan minum Acetazolamide, atau Deksametason, atau keduanya Dengan Acetazolamide, gejala dapat hilang dalam 12-24 jam, namun ada efek samping obat. Sedangkan pada Deksametason dapat menghilangkan gejala dalambeberapa jam, namun hanya menyembunyikan gejala dan tidak terjadi prosesaklimatisasi.
5).Terapi oksigen hiperbarik
Gejala akan hilang dalam beberapa menit, namun hanya dapat meningkatkan jumlahO2 yang larut dalam darah arteri, sehingga memberikan arti yang terbatas padahipoksia stagnan, anemik, histotoksik, dan hipoksik.
II.7 Penyebab hipoksiaSebuah serangan asma yang parah, atau suar, dapat menyebabkan hipoksia pada orang dewasa dan anak-anak. Dan saat serangan saluran udara Anda sempit, sehingga sulit untuk mendapatkan udara ke dalam paru-paru Anda. Batuk untuk membersihkan paru-paru Anda menggunakan bahkan lebih banyak oksigen dan dapat membuat gejala memburuk.Hal-hal lain dapat menyebabkan hipoksia, terlalu:
Penyakit paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, bronkitis dan edema paru (cairan di paru-paru)
Kuat obat sakit dan lain obat-obatan yang terus kembali pernapasan Masalah jantung Anemia (rendah jumlah sel darah merah, yang membawa oksigen) Keracunan Sianida (sianida adalah suatu bahan kimia yang digunakan
untuk membuat plastik dan produk lainnya).
II.8 Faktor hipoksiaHipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan sehingga sel-sel tidak memperoleh oksigen yang cukup akibatnya metabolisme sel terganggu.Hipoksia dapat terjadi karena:
1) O2 paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik.2) Penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran nafas
ataupemenuhan paru menurun.3) Shunt vena ke arteri.4) Transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memadai.5) Pemakaian oksigen yang tidak memadai pada jarinagn disebabkan
keracunanenzim sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.6) Emosi seperti rasa takut, cemas, dan marah dapat meningkatkan
kebutuhanterhadap oksigen.7) Gaya hidup seperti kebiasaan merokok dapat memengaruhi status oksigenasi
seseorang.
Daftar Pustaka
Murray, Robert K. Biokimia Harper. Ed.27. hal.51Ganong.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22
Dorland. Kamus Kedokteran. Ed.31Marks D, dkk.
Biokimia Kedokteran Dasar.Guyton, Hall.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Sloane E.
Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Pierson David J. Pathophysiology and Clinical Effects of Chronic Hypoxia https://Docs.Google.Com/Usu
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2090620-pengertian- oksigen/ #ixzz1gMwyCQhQ
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2026989-hipoksia- kekurangan-oksigen/#ixzz1gYANSPia
http://3rr0rists.net/medical/hipoksia.html
http://www.google-book.com/-Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klienhttp://www.makalah pendididkan.com
http:/ /www.newton.com
http://www.blogdokter.net/2008/06/13/hemoglobin/
http://www.madehow.com/Volume-4/Oxygen.html#ixzz1gMutQD2C
http://www.lenntech.com/periodic/elements/o.htm#ixzz1gMs9MVih
http://www.tpub.com/ase2/85.htm
http://www.caregiver.org/caregiver/jsp/content_node.jsp?nodeid=575
http://www.steadyhealth.com/articles/Elevated_Hemoglobin__Risks___Symptoms_a194.htm
(http://www.webmd.com/asthma/guide/hypoxia-hypoxemia)