oleh: bilal a. toduho -...
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TENTANG MENGENAL BAGIAN-BAGIAN UTAMA HEWAN DAN
TUMBUHAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI ITOKICI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE
Oleh:
BILAL A. TODUHO
PESERTA PLPG SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN KUOTA KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
KELOMPOK GURU 2012
ii
H A L A M A N P E N G E S A H A N
1. Judul Penelitian
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici melalui Model Pembelajaran Take and Give
2.
a. Nama Lengkap dan Gelar BILAL A. TODUHO b. Jenis Kelamin Pria c. Pangkat, Golongan Penata Tingkat I, III/d d. Alamat / Telp / Email
Mafututu Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara – 97851
e. Nama dan Alamat Sekolah
SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara – 97851
f. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Tidore Kepulauan
3. Lama Penelitian 3 bulan (September, Oktober, November 2012)
Mengetahui Tidore, Juni 2012
Kepala Sekolah Peneliti Hi. SUAIB HADJI BILAL A. TODUHO NIP. 19530403 197010 1 002 NIP. 131 251 336
Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Tidore Kepulauan
Drs. YAKUB HUSAIN, M.SI NIP. 19690919 199412 1 002
iii
HALAMAN IDENTITAS 1. Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar tentang
Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici melalui Model Pembelajaran Take and Give
2. Peneliti : Nama Lengkap : BILAL A. TODUHO Jenis Guru : Guru Kelas Bidang Keahlian Guru : IPA Jabatan / Pekerjaan : Guru Kelas II Unit Kerja : SD Negeri Itokici
Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan
Alamat Sekolah : SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur
Kota Tidore Kepulauan 3. Subjek Penelitian : Siswa Kelas II SD Negeri Itokici
4. Objek Penelitian : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan melalui Model Pembelajaran Take and Give
5. Periode Pelaksanaan Penelitian : 3 bulan (Septembr, Oktobr, November 2012) 6. Lokasi Penelitian : SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur
7. Hasil Rekomendasi yang ditargetkan : Mengajak rekan-rekan guru untuk: a. Meningkatkan pemahaman konsep sains. b. Mengatasi kesulitan dalam penyerapan materi pelajaran. c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
1
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, Guru harus memiliki
peranan yang sangat penting, karena ujung tombak keberhasilan pendidikan
formal adalah guru. Di tangan gurulah siswa sebagai generasi penerus ditempa
dengan berbagai pengalaman belajar. Melalui upaya-upaya instruksional itu
diharapkan siswa dapat berkembang seluruh potensi dirinya secara optimal.
Karena itu guru biasa disebut sebagai pendidik profesional.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 10, dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
2
Dalam penjelasannya yang dimaksud kompetensi paedogogik adalah
kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepriadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta lain; yang dimaksud kompetensi
profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam; dan yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.
Didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional pendidikan, pada Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa:
(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, guru dituntut untuk memiliki komitmen,
kemauan keras, dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan ketentuan tersebut di atas.
Idealnya, proses pembelajaran tidak hanya diarahkan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana
menggunakan seluruh pengetahuan yang didapat tersebut untuk memecahkan
permasalahan atau mengerjakan tugas yang ada kaitannya dengan bidang studi
yang sedang dipelajari. Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah sangat
3
penting bagi siswa untuk masa depannya nanti. Siswa akan terlatih dan memiliki
keterampilan untuk mengatasi masalah dan mengembangkan proyek yang dapat
menghasilkan produk dan bertanggung jawab terhadap produk yang dibuat.
Pengalaman tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk mereka pelajari di
dalam kelas dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Era globalisasi dan era komunikasi saat ini ditandai banyaknya manusia
yang memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis komputer untuk
memenuhi kebutuha hidup manusia. Adanya kemudahan-kemudahan komunikasi
dan informasi merupakan sumbangan tak ternilai dari kemajuan teknologi
informasi dan komputer. Kemajuan teknologi komputer yang sangat pesat, dan
didukung oleh kemajuan teknologi informasi dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dengan cara menggunakan komputer.
Dengan menggunakan perangkat lunak komputer dapat digunakan untuk
membuat program belajar mengajar, membuat, presentasi belajar dalam bentuk
teks, simulasi, animasi, latihan-latihan soal umpan balik langsung interaksi yang
bersifat individual sesuai dengan kemajuan belajarnya dan lain-lain.
Mata pelajaran sains di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran
yang kurang diminati. Salah satu penyebabnya adalah sains banyak mempunyai
konsep yang bersifat abstrak sehingga sukar memahaminya. Oleh sebab itu
banyak siswa yang langsung saja bekerja dengan hafalan-hafalan tanpa
memahami konsep sains itu sendiri. Bila saja konsep-konsep yang bersifat
abstrak itu dapat dibuat menjadi nyata sehingga mudah ditangkap oleh panca
indera, maka masalahnya akan sangat berbeda. Dalam usaha ke arah itu maka
4
mata pelajaran sains disamping dengan praktikum namun dapat juga diajarkan
dengan penggunaan media elektronik (Sutrisno:1993).
Jika kita hubungkan penjelasan sebelumnya dengan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di SD Negeri Itokici, maka terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh pengeola pendidikan di SD Negeri Itokici.
Permasalahan yang dialamai di SD Negeri Itokici selama tiga tahun
terakhir, khususnya konsep Kelas II tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama
Hewan dan Tumbuhan, dapat diidenifikasi sebagai berikut:
1. Pencapaian persentase ketuntasan secara perorangan dan ketuntasan kelasnya
selama tiga tahun terakhir sangat rendah. Padahal Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) hanya berkisar 50, 52, dan 54. Jika secara nasional KKM
yang disyaratkan harus 75, maka belum ada satu pun siswa yang dapat
mencapai ketuntasan perorangan.
2. Ketuntasan soalnya jika di rata-rata selama tiga tahun hanya mencapai 30%
saja. Berarti hanya 3 soal dari 10 nomor yang bisa terjawab oleh siswa.
3. Nilai rerata untuk Kompetensi Dasar mendeskripsikan alat tubuh bagian
dalam manusia dan hewan (organ pernafasan, pencernaan, dan peredaran
darah) masih rendah.
4. Guru-guru SD Negeri Itokici sulit mendapatkan informasi di bidang
pendidikan, terutama tentang referensi tentang cara meningkatkan minat
siswa mempelajari IPA.
5. Minat dan antusias belajar IPA siswa Kelas II yang relatif masih sangat
rendah yang disebabkan tidak tersedianya buku-buku atau referensi mengenai
5
alat tubuh bagian dalam manusia dan hewan (oragan pernafasan, pencernaan,
dan peredaran darah.
6. Teknik dan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang sesuai
dengan minat siswa.
B. Batasan Masalah
Dari keenam permasalahan di atas yang penulis anggap paling penting
adalah permasalahan poin pertama, karena keberhasilan dalam pencapaian
persentase ketuntasan secara perorangan dan ketuntasan kelas akan menutup
semua permasalahan di atas.
Dengan demikian fokus penelitian akan berkisar tentang “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan
dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici melalui Model
Pembelajaran Take and Give .”
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas maka dapatlah dirumuskan masalah-
masalah riil yang terjadi di SD Negeri Itokici yang berkaitan dengan Hasil
Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan sebagai
berikut:
1. Bagimana cara meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-
Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici
Model Pembelajaran Take and Give?
6
2. Sejauhmana Model Pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan Hasil
Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan
pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum untuk mengetahui dan memproleh secara
objektif informasi tentang penggunaan komputer sebagai sarana belajar
mengajar, secara khusus penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui cara meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal
Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri
Itokici Model Pembelajaran Take and Give.
2. Untuk mengetahui sejauhmana Model Pembelajaran Take and Give dapat
meningkatkan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan
dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi dua
hal, yakni secara praktis dan secara teoritis. Agar lebih jelas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Dalam rangka mencapai taraf hidup yang lebih baik dalam gerak
pembangunan bangsa saat ini, baik yang bersifat fisik material maupun
bersifat mental spiritual, sangatlah ditentukan oleh faktor sumber daya
7
manusianya. Pendidikan sebagai aset bangsa, khususnya mengenai produk
pengembangan sumber daya manusia, karenanya ia merupakan penentu masa
depan bangsa. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan menampilkan kajian tentang konsep
Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II
SD Negeri Itokici Model Pembelajaran Take and Give, diharapkan dapat
memperoleh input khususnya pada lembaga pendidikan dasar dalam
mengaktualisasi peran dan prilaku pendidik dalam sebuah proses
kependidikan.
2. Manfaat Teoritis
Bahwa penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu teori yang
telah ada khususnya kajian mengenai Peningkatan Hasil Belajar tentang
Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan. Sekalipun
(mungkin) telah banyak pakar yang membedah tentang tema ini, namun
penulis mencoba untuk mengkajinya secara spesifik dalam analisis Model
Pembelajaran Take and Give. Semoga penelitian ini dapat membawa manfaat
sekaligus harapan guna menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya
kajian tentang Peningkatan Hasil Belajar tentang Mengenal Bagian-Bagian
Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici Model
Pembelajaran Take and Give Berbasis Pendidikan Karakter.
8
BAB II
K A J I A N P U S T A K A
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses aktif melalui suatu latihan yang berakibat
pada perubahan tingkah laku yang menuju kepada tujuan untuk memperoleh hasil
yang baik. Tabrani Rusyan (1994) mengatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan,
dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terlibat di dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi
dalam berbagai aspek bidang kehidupan atau pengalaman yang terorganisir.
Belajar akan berjalan dengan baik apabila disertai dengan tujuan belajar,
karena belajar itu merupakan suatu aktivitas yang dapat membawa perubahan
tingkah laku bagi peserta didik. Dalam belajar tentu ada hambatan-hambatannya,
hambatan-hambatan tersebut bukan hanya dari siswa sendiri, lingkungan sekolah
yang tidak menyenangkan tentu juga merupakan hamabatan dan kesulitan belajar
bagi siswa. Menurut Rochman Natawija (1985) bahwa faktor lingkungan sekolah
yang kurang menunjang proses belajar seperti kurang memadainya cara
mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan diajarkan, perlengkapan
belajar, sistem administrasi, waktu belajar, situasi sosial di sekolah dan
sebagainya.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial, oleh sebab itu, guru diharapkan terus berupaya berhasil dalam
9
mengajar seperti yang ditulis Thomas F Staton (1986) agar berhasil, tiap-tiap
kegiatan pengajaran harus merangkum enam langkah kegiatan pokok yaitu:
1. Memotivasi belajar.
2. Memelihara perhatian sepenuhnya.
3. Memajukan kegiatan mental.
4. Menciptakan suatu bahan yang jelas dari bahan-bahan yang dipelajari.
5. Mengembangkan pengertian tentang arti, penerapan praktis dari bahan yang
disajikan.
6. Mengulang semua langkah agar semua tujuan tercapai.
Langkah-langkah ini diperkuat dengan pendapat Deporter, B. Dkk, (2000)
mengatakan bahwa pekerjaan membantu siswa belajar yaitu menciptakan
lingkungan belajar, memotivasi siswa dan mengendalikan disiplin dan suasana
belajar. Termasuk kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar,
merangsang kegiatan yang dilakukan siswa, mengatur pengalokasian waktu,
menyediakan tempat belajar, menyediakan peralatan mengajar dan mengatur
pengelolaan kelas.
Pengertian belajar juga diperjelas oleh Nana Sujana (1988) CBSA dalam
proses belajar mengajar: Suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri
seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku,
keterampilan dan kemampuan serta aspek lain yang ada dalam individu yang
belajar.
Sejalan dengan pendapat di atas Roetiyah mengatakan bahwa tugas
peserta didik atau siswa dalam belajara adalah mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin sehingga tujuan tercapai dengan apa yang dicita-citakan
dirinya.
10
Teori pembelajaran juga dikatan oleh gege (1970) membatasi kegiatan
sebagai kegiatan menyusun dan menyajikan pembelajaran yang layak yang
bersifat eksternal. Kegiatan ini meliputi,
1. Mengadakan komunikasi verbal untuk memberitahukan murid-murid tentang
apa yang dicapai.
2. Mengingatkan tentang apa yang diketahui murid-murid.
3. Mengarahakan perhatian dan tindakan murid-murid supaya dapat berfikir
dengan cara-cara tertentu.
Terdapat beberapa aspek penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu
menciptakan kondisi belajar atau lingkungan belajar yang memungkinkan siswa
lancar dan efektif.
B. Hasil Belajar
Setiap macam kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan yang
khas, yaitu hasil belajar. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki
siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditumpahkan di sekolah, keluarga
maupun masyarakat.
Robert. M. Gagne dalam bukunya yang terkenal The Conditions Of
Learning mengelompokan tentang hasil belajar menjadi lima kategori hasil
belajar, yaitu
1. Keterampilan motorik
2. Sikap
3. Kemahiran intelektual
4. Informasi verbal
5. Pengeturan kegiatan intelektual
11
Kelima kategori tersebut di atas merupakan suatu proses belajar tersendiri,
artinya setiap kategori berdiri sendiri dan berbeda sifatnya. Meskipun kerap
terdapat hasil belajar dari sutu kelompok yang lain, misalnya dari kelompok
belajar motorik terdapat hasil belajar dari kelompok belajar intelektual.
Di dalam proses belajar siswa harus mampu bergaul dengan lingkungan
sekitarnya, mengatur aktivitas inteltual, mampu mengungkapkan dan
mempelajari pengetahuan melalui bahasa, membuat gerakan dan secara sadar
dapat diterima atau menolak satu hal berdasarkan penilaiannya terhadap hal
tersebut.
Mengingat tujuan akhir yang dicapai dalam belajar adalah merubah
tingkah laku seseorang pada langkah yang lebih maju sesuai dengan
kemampuannya, maka diperlukan suatu strategi belajar yang mempunyai
kerangka berfikir objektif/ tujuan khusus untuk mendapatkan hasil belajar yang
terprogram.
Hasil belajar menurut Benyamin S. Bloom yang disebut taksonomi
pendidikan, dibagi menjadi tiga klasifikasi atau domain, yaitu:
1. domain kognitif
2. domain afektif
3. domain psikomotor
Domain kognitif meliputi aspek berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah.
Domain afektif mencakup tujuan yang berkaitan dengan sikap, minat, dan
apresiasi. Sedangkan domain psikomotor meliputi aspek keterampilan motorik.
Untuk dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, maka
ketiga domain tersebut di atas harus berjalan bersama-sama. Siswa hendanya
diusahakan setinggi mungkin dalam menyerap informasi-informasi baru dalam
12
melibatkan langsung ke dalam struktur kognitif, sehingga dapat tercapai tingkat
berfikir dan pembentukan sikapnya.
C. Model Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga
pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan
didominasi oleh sang guru.
Proses pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator agar suasana
kelas lebih hidup. Untuk itulah diperlukan model pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Guru juga bertugas mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan
menjalani kehidupan (life skills), dan nilai-nilai serta beliefs. Selain itu, guru
secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan-kegiatan menjelaskan,
mendefinisikan, membuktikan, dan mengklasifikasi. Tugasnya sebagai pendidik
bukan hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi
mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru
13
harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi the real
life dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik.
Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana hasil belajar
atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Sistem penyampaian
dan indikator penyampaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak
perencanaan dimulai. Rancangan merupakan bagian dari persiapan mengajar,
yang biasanya dibuat dalam bentuk model pembelajaran.
Sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran, penulis
merasa perlu membedakan antara pengertian strategi pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya kesalahan penafsiran
di dalam membahas model pembelajaran hakiki.
Pada pemahaman pembelajaran, strategi pembelajaran diposisikan yang
paling luas artinya. Strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan mengubah suatu keadaan pembelajaran sebelumnya
menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mengubah keadaan
pembelajaran tersebut dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang
ditandai dengan tercapainya kompetensi tertentu oleh siswa sebagai hasil belajar.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan diperlukan model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang digunakan sebagai
14
pedoman untuk mencapai kompetensi tertentu. Pada tiap prosedur pembelajaran
dapat dipilih berbagai macam metode pembelajaran yang relevan. Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Pada setiap metode pembelajaran dapat dipilih berbagai macam
teknik pembelajaran yang relevan. Teknik pembelajaran adalah cara yang
sistematis dalam melakukan suatu kegiatan sebagai bagian dari proses
pembelajaran (Wardhani, 2004:11).
Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus diawali dengan suatu
rancangan pembelajaran yang biasanya dibuat dalam bentuk model pembelajaran.
Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa selama belajar (Joyce dan Weil, 1992:2).
Sementara itu Kutz (1991) berdasar pengalamannya menyatakan bahwa: ”Tanpa
model pembelajaran yang nyata, guru seringkali mengembangkan pola
pembelajaran yang hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu dan intuisinya
(pen.: bisikan hati).
Slavin (1997) menyatakan bahwa belajar menurut konstruktivisme adalah
siswa sendiri yang harus aktif dan mentransfer atau membangun pengetahuan
yang akan menjadi miliknya. Dalam proses itu siswa mengecek dan
menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang
telah mereka miliki. Konstruktivisme beranggapan bahwa mengajar bukan
merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Peran guru dalam proses pembelajaran lebih dari mediator dan fasilitator.
15
Kondisi inilah yang sebenarnya menuntut hadirnya model-model
pembelajaran aktif dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Benih-benih pemikiran ini sudah mulai tumbuh dan berkembang
bukan hanya di dalam ide, tetapi berwujud di dunia riil. Pemikiran untuk
menghadirkan model pembelajaran aktif dengan nusansa baru telah dilaksanakan
oleh beberapa pakar pendidikan, yaitu pembelajaran yang dapat menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang bermutu dan berorientasi kepada keaktifan,
kreativitas, dan kemandirian siswa. Atau dengan kata lain, pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar
adalah:
1. Picture and Picture
2. Mind Mapping
3. Make – a Match
4. Think Pair and Share
5. Role Playing
6. Word Square
7. Talking Stick
8. Examples Non Examples
9. Snowball Throwing
10. Explicit Instruction
11. Cooperatif Integrated Reading and Composition
12. Take and Give
13. Mantap and Yes
14. dan sebagainya
16
D. Model Pembelajaran Take and Give
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
kompetensi tertentu.
Salah satu model pembelajaran yang sering dikembangkan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran adalah model Take and Give. Model
Pembelajaran Take and Give merupakan salah satu strategi pembelajaran
Contextual Teaching and learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks
lainnya.
Model Pembelajaran Take and Give pada dasarnya mengacu pada
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri yang
aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Slavin,
1997:269). Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan
baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki. Menurut
Suparno (2001:10-11) mengajar bukan merupakan kegiatan memindah atau
17
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Peran guru dalam proses
pembelajaran Take and Give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator.
Pembelajaran Take and Give merupakan proses pembelajaran yang
berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Pernyataan lebih mengarah ke teori belajar bermakna yang tergolong pada
aliran psikologi belajar kognitif. Ausubel, sebagaimana yang dikutip Dahar
(1989:110-112) menyatakan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses
mengaitkan pengetahuan baru pada pengetahuan relevan yang telah terdapat
dalam struktur kognitif siswa. Proses pembelajaran bermakna apabila
digambarkan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat sebagai berikut:
Pembelajaran dengan model Take and Give akan memberikan manfaat
bagi siswa dalam:
1. meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dan bersosialisasi,
2. melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap-laku selama
bekerjasama,
3. upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri,
4. meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap-
laku yang positip, serta
Gambar 1. Proses Pembelajaran Bermakna
31 2 ...' '' ''' ...x x xx x x x
x = pengetahuan yang telah dimiliki x1 = pengetahuan baru yang dipelajari siswa x’ = pengetahuan x yang telah terasimilasi pengetahuan x1 Analog untuk x’, x2 dan x’’ maupun x’’, x3 dan x’’’
18
5. meningkatkan prestasi belajarnya.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Take and Give dapat
dikembangkan sebagai berikut:
1. Siapkan media yang tebuat dari kartu Joker (kartu remi)
2. Jelaskan materi sesuai TPK
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing
satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit. Kartu dibuat
dengan ukuran ± 10x15 cm (pakai saja kartu Joker) sebanyak siswa di kelas.
Tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi
sesuai dengan TPK)
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu
contoh
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give)
6. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
7. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
8. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan
9. Kesimpulan
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Kompetensi Dasar Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan
Tumbuhan terdapat di Kelas II semester pertama. Oleh sebab itu penelitian ini
dilaksanakan pada semester pertama Tahun Pelajaran 2012/2013.
Berhubung dalam pembelajaran konsep Mengenal Bagian-Bagian Utama
Hewan dan Tumbuhan biasanya belum mencapai ketuntasan sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur, maka sebagai
seorang guru yang bertanggung jawab, penulis melaksanakan perbaikan
pembelajaran. Dengan demikian lokasi penelitian ini bertempat di tempat
mengajar penulis, yaitu SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore
Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Subyek penelitiannya adalah seluruh siswa
Kelas II. Dengan demikian yang menjadi subjek penelitian sebanyak 13 orang
siswa. Sedangkan objek penelitiannya adalah Penerapan Model Pembelajaran
Take and Give dalam Meningkatkan Pembelajaran tentang Mengenal Bagian-
Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan pada Siswa Kelas II SD Negeri Itokici
Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini juga didukung
oleh beberapa sumber data, yaitu: kepala sekolah, beberapa guru kelas, guru-guru
lain, dan Guru Pemandu IPA di Gugus.
20
B. Lokasi Penelitian, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore
Timur, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, dengan populasi seluruh
siswa Kelas II SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur. Dengan demikian
yang menjadi populasi penelitian sebanyak 13 orang.
Populasi penelitian didasarkan pada subyek penelitian yang ada, yaitu
seluruh siswa Kelas II SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1994:70), bahwa populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.
Pengertian pupulasi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (1998:115), yang menyatakan bahwa populasi adalah semua individu
atau elemen yang ada dalam wilayah penelitian.
Dengan kedua pengertian tentang populasi di atas, maka yang dimaksud
dengan populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas II SD Negeri
Itokici Kecamatan Tidore Timur, yang secara yuridis formal masih terdaftar dan
aktif mengikuti proses pembelajaran di Kelas II SD Negeri Itokici Kecamatan
Tidore Timur.
Berdasarkan jumlah populasi yang sedikit ini, maka dengan sendirinya
semua populasi yang ada sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini. Hal ini
didasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1998:120) yang menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian tidaklah sekedar ancer-ancer, jika penelitian kurang dari
seratus, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan
21
penelitian populasi. Apabila jumlahnya besar maka diambil antara 10-15% atau
20-35% dari jumlah subjek yang ada yang akan diambil dalam penelitian ini.”
Penelitian ini didukung oleh beberapa sumber data, yaitu: kepala sekolah,
guru Kelas II, guru-guru lain (selain guru Kelas II) di SD Negeri Itokici
Kecamatan Tidore Timur, pengawas, serta unsur-unsur dari dinas pendidikan
setempat. Penentuan sumber data dilakukan dengan teknik purposive sampling,
yaitu memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus
yang diteliti (Sukmadinata, 2006:101-102), dan disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai dari penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan
bahan-bahan yang obyektif (sesuai dengan data di lapangan) yang dapat
dipertanggungjawabkan validitas (tepat dan akurat) dan kebenarannya. Oleh
karena itu peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan data sesuai
dengan yang dibutuhkan, yaitu :
1. Metode observasi atau pengamatan
Metode observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang hasil
pengamatan tersebut dicatat secara sistematis (Sutrisno Hadi, 1994: 236).
Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data guna mengetahui
gambaran umum mengenai penerapan pendekatan tematik berbasis
pembelajaran hakiki dalam meningkatkan proses belajar siswa Kelas II SD
22
Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur. Dengan cara observasi ini, peneliti
melakukan pengamatan dengan teliti dan mencatat data-datanya secara
sistematis. Fokus pengamatan dilakukan terhadap tiga komponen utama
yaitu: space (ruang, tempat), aktor (pelaku), dan aktivitas (kegiatan).
2. Wawancara (Interview)
Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya
jawab sepihak yang diajukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan
penelitian (Hadi, 1987:136). Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana penerapan pendekatan tematik berbasis pembelajaran hakiki
dalam meningkatkan proses belajar siswa Kelas II SD Negeri Itokici
Kecamatan Tidore Timur. Tehnik wawancara dilakukan dengan mencatat
hasil wawancara dan melakukan kegiatan perekaman hasil wawancara dengan
tape recorder (Moleong, 2004:206–207).
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1998: 236).
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data-data administratif
dan data statistik, seperti daftar (list) nama-nama siswa dan daftar nilai
siswa Kelas II SD Negeri Itokici Kecamatan Tidore Timur. Dengan metode
ini peneliti mengambil data-data dari tata usaha, pusat statistik maupun dari
buku dan makalah, serta media massa, seperti majalah, koran jurnal maupun
buletin.
23
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dari hasil penelitian ini dilakukan berdasarkan model
analisis interaktif (Muhadjir, 2007:45–51), sebagaimana yang dikembangkan
oleh Milles dan Huberman (1984). Teknis analisis ini dilakukan selama
pengumpulan data yang diikuti secara langsung dengan pekerjaan menuliskan,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan. Analisis data M & H
terdiri dari tiga alur analisis yang saling berinteraksi, yaitu: reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan. Analisis dilakukan dengan cara: data direduksi,
dirangkum, dicari tema dan polanya, memberi kode pada aspek-aspek tertentu,
kemudian difokuskan pada hal-hal yang penting, sehingga dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam. Seperti yang tampak dalam gambar di bawah ini:
Ilustrasi singkat dari prosedur ini ialah pertama, peneliti mengadakan
pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan pedoman yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Pada saat itulah dilakukan pencatatan dan perekaman
atas jawaban responden. Informasi tersebut dicek ricek baik dengan sumber yang
berbeda, maupun dengan teknik yang berbeda (trianggulasi), juga dengan umpan
balik, bahkan kadang sampai tiga atau empat kali pengulangan. Dari informasi
Sumber : Muhadjir, 2007:51
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi
Gambar 5. Analisis Model Interaktif
24
yang diterima tersebut seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, baik
pada saat wawancara sedang berlangsung maupun sudah berakhir, atau disebut
proses wawancara mendata. Setelah data dilacak, diperdalam, dan diuji
kebenarannya, selanjutnya dicari maknanya berdasarkan kajian teoritik yang
digunakan, dengan cara pemilihan, pemilahan, dan penganalisisan data. Langkah
selanjutnya data ditransformasikan dan disusun secara tematik dalam bentuk teks
naratif sesuai dengan karakteristik masing-masing. Terakhir dicari makna yang
paling esensial dari masing-masing tema, berupa fokus penelitian yang
dituangkan dalam kesimpulan.
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga
komponen penting dalam program pengajaran. Ketiga komponen tersebut saling
berkitan satu sama lain. Kurikulum menjadi landasan program pembelajaran.
Proses pembelajaran menentukan keberhasilan tujuan yang dirumuskan dalam
kurikulum. Sedangkan penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan penyempurnaan kurikulum.
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu
dilakukan penilaian kelas yang menggambarkan kemampuan dan prestasi belajar
siswa. Penilaian kelas dapat dilaksanakan melalui teknik tes (lisan, tertulis, dan
perbuatan) dan non tes berupa pemberian tugas, praktik, dan kumpulan hasil
kerja siswa.
Penilaian adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi
secara objektif, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar
yang dicapai siswa. Hasil dari penilaian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan perlakukan selanjutnya. Menurut Umar (2002:1), penilaian atau
25
evaluasi adalah suatu proses secara sistematis untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan efisiensi suatu program.
Jenis-jenis penilaian yang penulis gunakan dalam mengetahui sejauhmana
peroses hasil belajar telah dikuasai siswa adalah penilaian peroses dan penilaian
hasil belajar.
1. Penilaian proses
Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dimaksud untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Teknik Penilaian yang penulis gunakan dalam penilaian ini adalah
teknik penilaian sikap dengan menggunakan lembar pengamatan.
Pelaksanaan pengamatannya penulis lakukan sebelum mengajar, saat
mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang penulis harapkan
adalah perhatian, tanggung jawab, kerja sama, dan kedisiplinan.
Tabel 2. Lembar pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN
Mata Pelajaran : Hari/tanggal : Kompetensi : Materi :
NO NAMA SISWA
ASPEK YANG DINILAI
JUMLAH RERATA PERHATIAN
TANGGUNG
JAWAB
KERJA
SAMA
KEDISI-
PLINAN
1.
2.
3.
Keterangan : A = Sangat Baik = 8,5 – 10 B = Baik = 7,0 – 8,4 C = Cukup = 5,5 – 6,9 D = Kurang = 4,0 – 5,4 E = Sangat Kurang = 0,0 – 3,9
26
2. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran
konsep menyederhanakan berbagai bentuk pecahan adalah pemberian tugas
dan ulangan harian.
Pemberian tugas dilakukan secara terus menerus dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan konsep
menyederhanakan berbagai bentuk pecahan. Sedangkan ulangan harian yang
biasa disebut tes formatif dilakukan pada akhir pokok bahasan/tema/konsep
atau lebih.
Berikut ini disajikan format Analisis Ulangan Harian yang biasa
penulis gunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa terhadap pokok bahasan
yang telah diajarkan, baik secara perorangan maupun klasikal.
Tabel 3. Lembar Analisis Ulangan Harian
MATA PELAJARAN :KELAS / SEMESTER :POKOK BAHASAN/SUB :HARI DAN TANGGAL TES :
JML 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SKOR… … … … … … … … … … … YA TDK
12 345
RERATAYA
TDKKETUNTASAN SOAL TUNTAS KELAS
KETUNTASAN SISWA
KKM 69NOMOR SOAL DAN SKOR
NO
SKOR YANG HARUS DICAPAI
NILAINAMA SISWA
JUMLAH SKOR
PERSENTASE SOAL ( % )
T E S U L A N G A N H A R I A N
27
E. Rencana Penelitian dan Deskripsi Persiklus
Perbaikan pembelajaran direncanakan sebanyak tiga siklus. Pada siklus
pertama guru mengajak siswa untuk c. Agar siswa mempunyai sikap proaktif,
guru menyelingi dengan tanya jawab. Siklus pertama kemudian dianalisis dan
membuat refleksi pertama. Dari hasil refleksi pertama dijadikan pedoman untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus kedua.
Pada siklus kedua diadakan kesepakatan dengan teman sejawat yang
bertugas sebagai pengamat untuk mengamati hal-hal tertentu yang menjadi target
perbaikan. Pada siklus kedua guru membahas materi tentang Mengenal Bagian-
Bagian Utama Hewan dan Tumbuhan. Untuk mempermudah pemahaman siswa,
guru menggunakan model pembelajaran Take and Give. Setelah pertemuan kedua
dilaksanakan, hasil observasi diamati dan dianalisa kembali kemudian membuat
refleksi kedua. Hasil refleksi kedua dijadikan pedoman untuk melaksanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga.
Pelaksanaan siklus ketiga hampir sama dengan siklus kedua. Pada siklus
ini guru membahas materi tentang Mengenal Bagian-Bagian Utama Hewan dan
Tumbuhan secara sekaligus. Model pembelajaran yang digunakan juga
menggunakan model Take and Give, bedanya pada siklus ketiga ini lebih
dimaksimalkan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga
diharapkan memperoleh hasil perubahan pembelajaran yang signifikan. Oleh
sebab itu hasil pengamatan pada siklus ketiga juga dianalisis dan membuat
refleksi ketiga. Perubahan-perubahan yang terjadi dari siklus pertama sampai
siklus ketiga dianalisa sehingga guru dapat menentukan tindakan selanjutnya.
Perencanaan prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini dapat terlihat
pada tabel 4 berikut ini:
28
Tabel 4. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas N
o Jenis Kegiatan Waktu
1
.
Tahap Persiapan/Perencanaan:
a. Menganalisa hasil ulangan harian dari KD 5 Sept 2012 b. Mengidentifikasi permasalahan yang mungkin muncul
dalam kompetensi dasar dan indicator pembelajaran 5 Sept 2012
c. Menetapkan strategi pembelajaran 5 Sept 2012 d. Konsultasi dan menetapkan teman sejawat (pengamat) 6 Sept 2012 e. Menyusun format-format pengumpulan data 6 Sept 2012 f. Mempersiapkan peralatan/media yang diperlukan 7-8 Sept 2012
2 Pengorganisasian dan Pelaksanaan Per Siklus:
a. Menyusun RPP Siklus I 9-11 Sept 2012 b. Melaksanakan proses pembelajaran, observasi oleh
teman sejawat, dan pengumpulan data. Senin, 12 Sept 2012
c. Mengumpulkan format-format data untuk dianalisis Senin, 12 Sept 2012 d. Menganalisis data Senin, 12 Sept 2012 e. Menyimpulkan hasil analisis dan membuat Refleksi 1 Senin, 12 Sept 2012 f. Menyusun RPP Siklus II untuk perbaikan Selasa, 13 Sept 2012 g. Melaksanakan proses pembelajaran, observasi oleh
teman sejawat, dan pengumpulan data. Rabu, 14 Sept 2012
h. Mengumpulkan format-format data untuk dianalisis Rabu, 14 Sept 2012 i. Menganalisis data Rabu, 14 Sept 2012 j. Menyimpulkan hasil analisis dan membuat Refleksi 2 Rabu, 14 Sept 2012 k. Menyusun RPP Siklus III untuk perbaikan Kamis, 15 Sept 2012 l. Melaksanakan proses pembelajaran, observasi oleh
teman sejawat, dan pengumpulan data. Jumat, 16 Sept 2012
m. Mengumpulkan format-format data untuk dianalisis Jumat, 16 Sept 2012 n. Menganalisis data Jumat, 16 Sept 2012 o. Menyimpulkan hasil analisis dan membuat Refleksi 3 Sabtu, 17 Sept 2012 p. Membuat kesimpulan hasil dan pembahasan Sabtu, 17 Sept 2012
3
.
Penyusunan hasil laporan:
a. Menyusun konsep laporan perbaikan pembelajaran 18 – 25 Sept 201226 b. Konsultasi konsep laporan perbaikan pembelajaran Sept 2012 c. Menyusun konsep laporan akhir 27 – 28 Sept 2012 d. Menyusun laporan akhir dan bahan seminar dengan
teman guru satu sekolah 29 Sep - 8 Okt 2012
e. Penyelenggaraan seminar dengan teman guru satu sekolah
9 Okt 2012
4.
Tindak lanjut:
a. Penggandaan laporan 10 Okt 2012 b. Pengiriman laporan ilmiah ke Perpustakaan sekolah 11 Okt 2012
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmutholib, N.K Roetiyah. 1995. Taksonomi Tujuan Pendidikan. Jakarta: Nasco Danim, Sudarwan. (1995). Media Komunikasi Pendidikan, Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Hamalik, Oemar. (1989). Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung: Mandar
Maju Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan, Cet. VII; Bandung: PT. Cita
Aditya Bakti. Iskandar, Srini. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas Jansen. (1994). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. Mayer, dan Moreno. 2004. Seminar E-Learning. Jakarta:________ Mayub, Afrizal. 2005. E-Learning Fisika Berbasis Macromedi. Yogyakarta: Graha
Ilmu Nugraheni, Endang. 2004. Pelatihan dan Pengembangan sumber Daya Manusia
Melalui Sistem ICT. Disampaikan dalam seminar teknologi pemeblajaran Jakarta
Pramono, Harto. 2004. Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran.
Jakarta:________ Purwanto. 2005. Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan Dasar dan Menengahl. Jakarta:______
Reardon, dkk. 2000.Quantum teaching. Bandung: Kaifa Rohani HM., Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Cet. I; Jakarta: Rineka
Cipta. Sadiman, Arif S., et al. (1993). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
30
Santosa, Marwan. 1982. Metodologi Pembelajaran Parameter September. Jakarta: IKIP Jakarta
Setiawan, Denny. 2003. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka Soekartawi. 2003. Seminar Nasional Manajemen Pendidikan E-learning. Jakarta:
_____ Staton. 1986. Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik. Yogyakarta: CV Diponegoro Uray Husna Asmara. 2003. Penulis Karya Ilmiah. Pontianak: Fahrun Bahagia Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia